kulit dan tinea

22
Anatomi Kulit - Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan pembatas organ dari lingkungan hidup di luar manusia - Luas kulit orang dewasa : rata-rata 1,5 m 2 dengan berat kurang lebih 15% berat badan - Kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif - Kulit bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan bergantung pada lokasi tubuh - Kulit memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya o Kulit elastis dan longgar : Pada palpebra, bibir, dan preputium o Kulit tebal dan tegang : Pada telapak kaki dan tangan dewasa o Kulit tipis : Pada muka, o Kulit lembut : Pada leher dan badan o Kulit berambut kasar : Pada kepala - Anatomi kulit secara histopatologis o Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama : Lapisan epidermis atau kutikel Terdiri atas : Stratum Korneum (Lapisan tanduk) : o Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) Stratum Lusidum : o Terletak langsung dibawah lapisan korneum. o Merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. o Lapisan tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki Stratum Granulosum (Lapisan keratohialin) : o Lapisan yang terdiri dari 2-3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar ini terdiri atas keratohialin.

Upload: gresia

Post on 14-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

,

TRANSCRIPT

Anatomi Kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan pembatas organ dari lingkungan hidup di luar manusia Luas kulit orang dewasa : rata-rata 1,5 m2 dengan berat kurang lebih 15% berat badan Kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif Kulit bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan bergantung pada lokasi tubuh Kulit memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya Kulit elastis dan longgar : Pada palpebra, bibir, dan preputium Kulit tebal dan tegang : Pada telapak kaki dan tangan dewasa Kulit tipis : Pada muka, Kulit lembut : Pada leher dan badan Kulit berambut kasar : Pada kepala Anatomi kulit secara histopatologis Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama : Lapisan epidermis atau kutikel Terdiri atas : Stratum Korneum (Lapisan tanduk) : Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) Stratum Lusidum : Terletak langsung dibawah lapisan korneum. Merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki Stratum Granulosum (Lapisan keratohialin) : Lapisan yang terdiri dari 2-3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Tampak jelas di telapak tangan dan kaki Stratum Spinosum (Stratum malphigi) / Prickle cell layer (Lapisan sel akanta) : Terdiri atas beberapa lapis sel bentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena proses mitosis. Protoplasma jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah Sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya Di antara sel stratum spinosum terdapat jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau eratin Perlekatan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum terdapat sel pulau Langerhans Stratum Basale Terdiri atas sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Merupakan lapisan epidermis paling bawah Sel ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif Lapisan terdiri atas 2 jenis sel Sel bentuk kolumnar : memiliki protopplasma basofilik inti lonjong dan besar. Dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan antar sel Melanosit (sel pembentuk melanin) / Clear cell : sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap. Mengandung butir pigmen (melanosomes) Lapisan dermis : Lapisan di bawah epidermis, jauh lebih tebal daripada epidermis. Terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi jadi dua bagian : Pars Papilare Bagian yang menonjol ke epidermis Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah Pars Retikulare Bagian di bawah pars papilare yang menonjol ke arah subkutan Bagian terdiri atas serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, danretikulin Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, serta terdapat fibroblas disini Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas yang membentuk ikatan mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin Kolagen muda bersifat lentur, semakin tua menjadi kurang larut/lentur sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda Serabut elastin biasanya bergelombang, bentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis Lapisan Subkutis Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma yang bertambah Sel lemak membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan Di lapisan ini terdapat ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Ketebalan jaringan lemak bergantung pada lokalisasinya, di abdomen ketebalan bisa mencapai 3 cm sedangkan daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus Pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) Mengadakan anastomosis di papil dermis Pleksus yang terletak di subkutis (pleksus profunda) Pleksus subkutis dan pleksus yang ada di pars retikulare juga mengadakan anastomosis. Pembuluh darah lebih besar di bagian ini Pembuluh darah bergandengan dengan saluran getah bening Adneksa kulit Terdiri atas : Kelenjar kulit Terdapat di dermis, terdiri atas : Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera) Ada 2 macam : Kelenjar ekrin kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer Kelnjar apokrin lebih besar, terletak lebih dalam, dan sekretnya lebih kental Kelenjar ekrin Telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah lahir Saluran kelenjar berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit Terdapat di seluruh permukaan kulit, terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stres emosional Kelenjar apokrin Dipengaruhi saraf adrenergik Terdapat di aksila, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar Fungsi apokrin pada manusia belum jelas Pada waktu lahir kecil, saat pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH sekitar 4-6,8 Kelenjar Palit (Glandula Sebasea) Disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar Terdapat di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki Biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut) Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen Pada anak jumlah kelenjar ini sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi aktif Kuku Bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari : Akar kuku (Nail root) Bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari : Badan kuku (Nail plate) Bagian paling ujung : Kuku bebas Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu Rambut Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada berada di luar kulit (batang rambut) Komposisi : Karbon 50-60%, Hidrogen 6.36%, Nitrogen 17.14%, Sulfur 5%, Oksigen 20.80% 2 macam tipe rambut : Lanugo : rambut halus, tidak mengandung pigmen, terdapat pada bayi Terminal : rambut lebih kasar, banyak pigmen, punya medula, pada orang dewasa Rambut tumbuh secara siklik, terdapat tiga fase yaitu fase anagen (pertumbuhan), fase telogen (istirahat), dan fase katagen (involusi temporer)

HISTOLOGI KULIT

Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan jaringan ikat yang berasal dari ektoderm, dan dermis , suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm Dari ketebalan kulit epidermsi, kulit bisa dibedakan menjadi kulit tebal dan tipis Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis (PAPILA) saling mengunci dengan tonjlan epidermis yang disebut epidermal ridges (rabung epidermis) EPIDERMIS Terutama terdiri atas epitel lapis gepeng dengan lapisan tanduk Mengandung tiga jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak sel epitel : Melanosit, sel Langerhans, dan sel merkel Sel epidermis memiliki lapisan tanduk disebut keratinosit Kulit dibedakan menjadi kulit tebal [400-600 mikrometer] (glabrosa / licin dan tidak berambut) pada telapak tangan dan kaki, serta kulit tipis [75-150 mikrometer] (berambut) yang terdapat pada bagian tubuh lain. Lapisan-lapisan epidermis (dari dasar ke atas) Stratum Basale Terdiri atas sel kuboid selapis atau silindris basofilik yang terletak diatas lamina basalis Memiliki sel induk Memiliki aktivitas mitosis tinggi dan bersama bagian awal lapisan berikutnyamelakukan pembaruan sel epidermis secara berkesinambungan Epidermis diperbarui setiap 15-30 hari Semua sel dalam lapisan ini mengandung filamen keratin intermediat berdiameter 10 nanometer Stratum Spinosum Terdiri atas sel kuboid atau agak gepeng dengan inti di tengah sitoplasma Sel memiliki cabang yang terisi berkas filamen, dimana berkas akan bersatu ke dalam sejumlah juluran sel kecil dan berakhir pada desmosom yang terletak pada ujung juluran kecil ini Berkas keratin yang tampak dengan mikroskop cahaya disebut tonofilamen; tonofilamen berakhir dan tertanam ke dalam filamen pada sitoplasma di desmosom. Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut stratum malpighi, yang terdiri atas stratum basale dan stratum spinosum. Hanya stratum malpighi yang mengandung sel induk epidermis Stratum Granulosum Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisi granul basofilik kasar disebut granul keratohialin Struktur khas lapisan ini adalah membran berselubung granul lamela, yaitu suatu struktur lonjong atau mirip batang kecil (0.1-0.3 mikrometer) yang mengandung cakram berlamel yang dibentuk oleh lipid bilayer Stratum Lusidum Bersifat translusens Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik sangat gepeng Organel dan inti tidak tampak lagi. Sitoplasma utamanya terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron Desmosom masih tampak diantara sel-sel yang bersebelahan Stratum Korneum Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti Sitoplasma dipenuhi keratin Komposisi tonofilamen berubah saat sel epidermis berdiferensiasi Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan membran plasma menebal. Sel ini disebut sel tanduk Dermis Terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan Ketebalannya beragam dengan ketebalan maksimum (4mm) di daerah punggung Lamina basalis selalu dijumpai antara stratum germinativum dan stratum papilare dermis. Bentuknya mengikuti kontur interdigitasi antara kedua lapisan tersebut Dermis terdiri dari 2 lapisan dengan batas tidak nyata : Stratum papilare Terletak disebelah luar Tipis Terdiri atas jaringan ikat longgar (fibroblas dan sel jaringan ikat lain seperti sel mast dan makrofag) Disebut stratum papilare karena stratum ini merupakan bagian utama dari papila dermis Serabut kolagen khusus dari lapisan ini akan menyusup ke dalam lamina basalis dan meluas ke dalam dermis. Serabut kolagen tersebut mengikat dermis pada epidermis sehingga disebut serabut penambat Stratum retikulare Lebih tebal Terdiri atas jaringan ikat pada tidak teratur (utama : kolagen tipe 1) Memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel dibanding stratum papilare Memiliki jalinan serat elastin yang nantinya akan menyusup ke lamina basalis. Berfungsi dalam kelenturan kulit Memiliki komponen turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea Jaringan subkutan Terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada irgan di bawahnya, memungkinkan kulit bergeser di atasnya Jaringan ini sering mengandung sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah tubuh dan ukuran bervariasi sesuai status gizi orang tersebut Lapisan ini juga disebut sabagai fasia superfisial. Jika cukup tebal disebut panikulus adiposus (jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan lemak)

FISIOLOGI KULIT

Fungsi utama kulit : Proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi Fungsi Proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis (tekanan, gesekan, tarikan, zat kimia, infeksi luar, gangguan panas) Diakibatkan oleh adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut jaringan penunjang sebagai pelindung Proteksi panas Melanosit berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan cara tanning Proteksi rangsangan kimia terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Proteksi juga dikarenakan keasaman lapisan kulit, yang melindungi kulit saat kontak dengan zat kimia serta infeksi bakteri dan jamur, yang dibentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum (pH kulit : 5-6.5) Proses keratinisasi berperan sebagai sawar mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur Fungsi Absorpsi Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat. Tetapi cairan yang mudah menguap dan larut lemak lebih mudah diserap Faktor yang mempengaruhi kemampuan absorpsi kulit : Ketebalan kulit Hidrasi kulit Kelembaban kulit Metabolisme Jenis vehikulum Penyerapan berlangsung melalui : Celah antar sel Menembus sel epidermis paling banyak Melalui muara saluran kelenjar Fungsi Ekskresi Kelenjar kulit mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia Saat intrauterine, kelenjar lemak pada fetus memproduksi sebum untuk melindungi kulit terhadap cairan amnion. Kelenjar lemak saat lahir dapat dilihat sebagai vernix caseosa Sebum memiliki fungsi melindungi kulit karena lapisan sebum meminyaki kulit dan menahan evaporasi air sehingga kulit tidak kering Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan pH kulit berada pada 5-6.5 Fungsi Persepsi Kulit mengandung ujung saraf sensorik pada bagian dermis dan subkutis Penangkap respon panas Badan Ruffini yang terdapat di dermis dan subkutis Penangkap respon dingin Badan Krause yang terdapat di dermis Penangkap respon raba Badan taktil Meissner di papila dermis dan Badan Merkel Ranvier di epidermis Penangkap respon tekanan Badan Paccini di epidermis Badan Paccini lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik Fungsi Termoregulasi Kulit mengeluarkan keringat dan mengerutkan (kontraksi otot) pembuluh darah kulit untuk mengatur suhu tubuh Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin) Fungsi Pembentukan Pigmen Melanosit (sel pigmen) terletak pada lapisan basal dan sel barasal dari rigi saraf Perbandingan jumlah sel basal : sel melanosit 10 : 1 Jumlah melanosit dan melanosom (butiran pigmen) menentukan warna kulit Melanosom dibentuk oleh Badan Golgi dan produksinya dipengaruhi oleh pajanan terhada sinar matahari. Sel terlihat berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit pada pulasan H.E. sehingga disebut juga sebagai clear cell Penyebaran pigmen ke epidermis dilakukan melalui tangan-tangan dendrit sedangkan penyebaran pigmen ke lapisan kulit dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor) Faktor lain yang mempengaruhi warna kulit : Ketebalan kulit Reduksi Hb Oksidasi Hb Karoten Fungsi Keratinisasi Keratinosit awalnya berasal dari sel basal Keratinosit melakukan pembelahan, lalu sel basal Keratinosit lainnya akan berpindah ke lapisan atas dan menjadi sel spinosum. Semakin ke atas, sel semakin menjadi gepeng dan bergranula, menjadi sel granulosum Makin lama inti menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup Proses normal berlangsung sekitar 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik Fungsi Pembentukan Vitamin D Dilakukan dengan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari Fungsi ekspresi emosi Dikarenakan ada pembulluh darah, kelenjar keringat, dan otot di bawah kulit

MIKROBIOLOGI KULIT

Kulit manusia tidak bebas dari hama. Hal ini dikarenakan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan untuk pertumbuhan organisme (lemak, nitrogen, mineral hasil proses keratinisasi atau apendiks kulit) Hubungan bakteri dengan manusia : Parasit : menimbulkan penyakit Komensal : Flora normal Istilah mikrobiologi kulit : Patogenesis dan Virulensi Spesies bakteri yang mampu menimbulkan penyakit dianggap patogen Patogenesitas Sifat patogen. Merupakan istilah yang relatif karena sering muncul organisme dengan patogenesitas rendah (patogen opurtunistik) tetapi tidak menimbulkan penyakit Organisme dengan patogenesitas tinggi sering menimbulkan penyakit Patogenesitas opurtunistik organisme non patogen yang dapat menimbulkan infeksi pada hospes yang mempunyai predisposisi (imunitas tubuh lemah, dll) Pembawa kuman (Carrier) hospes yang mengandung bakteri patogen tanpa terkena penyakit dari bakteri tersebut Virulensi Melukiskan perbedaan galur (strain) dalam suatu spesies patogen. Mencakup juga bahan yang ada dalam organisme tersebut yang berpotensi menyebarkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru Kolonisasi Merupakan bakteri yang mengontaminasi kulit, dapat hidup di kulit dan memperbanyak diri. Bakteri dapat menimbulkan penyakit infeksi Beda kolonisasi dengan infeksi pada kolonisasi hospes tidak memberi respons imun dibanding dengan infeksi Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi dipengaruhi faktor : Virulensi organisme Besar inokulasi Tempat masuk kuman Imunitas hospes Patogenesis Infeksi Bakteri masuk ke dalam kulit, lalu bakteri akan melakukan penyebaran infeksi utamanya di dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah disini menjadi tempat utama kelainan kulit Manifestasi awal berupa perdarahan atau trombosis disertai infark, diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri ke dalam kulit, lalu muncul inflamasi setempat dan supurasi, terkahir dapat terjadi penyebaran sistemik Respon inflamasi kulit bergantung pada banyakna bakteri yang masuk ke dalam kulit (inokulasi kulit) dan cara bakteri mencapai daerah bersangkutan Pertahanan Kulit Keadaan kering Kulit memiliki perlindungan kering dan mekanik terhadap kontaminasi organisme melalui deskuamasi. Desikasi bertanggung jawab dalam perbedaan ukuran hilangnya bakteri pada daerah asam atau alkali Derajat kekeringan kulit yang relatif dapat membatasi pertumbuhan kuman Gram-negatif Mekanisme Kimiawi Asam lemak rantai karbon tidak jenuh terbentuk di permukaan kulit sebagai hasil pemecahan ester sebum oleh flora komensal Asam lemak tidak jenuh tersebut mempunyai efek anti bakteri, terutama asam oleat. Contoh bakteri yang tidak tahan asam lemak rantai karbon tidak jenuh : Streptococcus pyogenes (sangat sensitif), dan Stapbylococcus aureus (Faktor kering dan asam lemak tidak jenuh dapat mengeliminasi dirinya) Fenomena interferensi bakteri Fenomena ini ialah pengaruh supresif bakteri terhadap kolonisasi bakteri lainnya Bakteri flora residen akan melakukan persaingan dengan flora transien sehingga tidak terjadi kolonisasi flora transien Bakteri normal di kulit Adanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat mikroorganisme lainnya Flora Kulit Dibedakan menjadi Flora residen Sejumlah kecil organisme yang memperbanyak diri di permukaan kulit Hampir selalu secara teratur terdapat pada banyak individu normal Merupakan organisme nonpatogen dan tidak mudah hilang dengan hapusan Jenis tersering Micrococcaceae (kokus Gram-positif dan katalase positif) Famili dibagi menjadi 3 genera : Micrococcus Staphylococcus Sarcina Corynebacterium acnes Aerobic diphteroids Klasifikasi Baird Parker (1963) Dibedakan berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobik : Micrococcus Corynebacteria Anaerobic diphteroid Organisme Gram-negaitf (E.coli, Pseudomonas aeruginosa, dan organisme grup Mima-Herella) Flora transien Organisme yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat patogen atau non patogen Asal dari lingkungan sekitar lalu tiba di permukaan kulit. Bukan organisme yang secara teratur dijumpai di permukaan kulit Tidak memperbanyak diri di permukaan kulit dan cepat hilang dengan hapusan Terdiri atas : Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp.) Streptococcus Neisseria Basil Gram-negatif Perbedaan Flora residen dan Flora transien Flora residen Flora transien

Non patogen Patogen / non patogen

Organisme yang stabil di permukaan kulit Bukan organisme yang secara teratur terdapat di permukaan kulit

Dapat mempertahankan diri dari tekanan kompetisi dengan organisme lain. Dapat memperbanyak diri secara teratur Tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat memperbanyak diri

Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus Mudah dihilangkan dengan cara menghapus atau dengan desinfektan. Tetapi lebih sulit hilang dari kulit yang sakit

Jenis organismenya sangat kecil Jenis organisme sangat banyak

Faktor Modifikasi Tidak mandi tidak meningkatkan jumlah organisme Musim hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organisme. Jumlah organisme meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat Penambahan hidrasi meningkatkan flora total Lokalisasi Flora Bakteri Mayoritas organisme aerobik terdapat di permukaan lapisan terluar stratum korneum Ditemukan banyak organisme pada infundibulum folikel rambut Terdapat banyak organisme anaerobik pada sebum yang disekresikan dan bagian dalam folikel pilosebaseus Kelenjar keringat, ekrin maupun apokrin dan salurannya, mungkin bebas dari bakteri Peranan Flora Normal Sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri (melalui interferensi bakteri) Produksi asam lemak bebas, dibuktikan oleh Corynebacterium acnes dan kokus Gram-negatif yang mampu menghidrolisis lemak dari sebum dan menghasilkan asam lemak bebas Flora Pada Orifisium Tubuh Meatus auditorium eksternum Terdapat Micrococci, diphtheroid, dan basil tahan asam non patogen Vestibulum nasi Terdapat Micrococci, diphtheroid, Staphylococcus (separuh populasi dari sampel), dan Streptococcus pyogenes (kadang) Uretra Micrococci dan diphtheroid (dalam jumlah kecil), Mycobacterium smegmatis (di sekret preputium laki dan wanita) Vulva Organisme aerobik (diphtheroid, Micrococci, enterococci, dan coliform) banyak ditemukan di vulva Umbilikus Dikolonisasi biasanya oleh Staphylococcus aureus segera setelah lahir atau bisa juga Streptococcus pyogenus

HISTOPATOLOGI KULIT

Merupakan pemeriksaan yang digunakan dalam penegakkan diagnosis Cara Pengambilan Bahan dan Pewarnaan Dibutuhkan potogan jaringan yang didapat dengan cara biopsi menggunakan pisau atau plong (punch) Kulit normal disertakan pada lesi radang yang tidak berbatas jelas dan kasus perubahan warna. Pada tumor kulit, penyakit infeksi, dan dermatosis vesikobulosa kulit normal tidak perlu disertakan Diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang belum terkena garukan atau infeksi sekunder Bila ada infeksi sekunder : obati terlebih dahulu Penyakit dengan lesi aneka ragam / banyak : biopsi dilakukan lebih dari satu Potongan jaringan diusahakan bentuk elips disertai jaringan subkutis Jaringan yang telah dipotong dimasukkan ke dalam larutan fiksasi (formalin 10 %) supaya menjadi keras dan sel nya mati. Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20 kali volume jaringan Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke jaringan sebaiknya tebal jaringan kira-kira 0.5 cm Bahan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diolah dan diperiksa Pewarnaan rutin yang biasa digunakan adalah Hematoksilin-Eosin (HE) Selain itu bisa digunakan pewarnaan orsein dan Giemsa Perubahan Histopatologik Di Epidermis Hiperkeratosis : Penebalan stratum korneum Bila inti sel masih terlihat pada penebalan stratum korneum Parakeratosis Bila inti tidak terlihat Ortokeratosis 3 macam Ortokeratosis : Padat (kompak) Anyaman keranjang (basket-woven) Berlapis (lamelar) Hipergranulosis : Penebalan stratum granulosum Hiperplasia : Epidermis menjadi lebih tebal karena jumlah sel bertambah Akantosis : Penebalan stratum spinosum Hipoplasia : Epidermis menipis karena jumlah sel berkurang Hipertrofi : Epidermis yang menebal karena sel bertambah besar Atrofi : Penipisan epidermis karena sel mengecil dan berkurang, disertai rete ridges yang mendatar Spongiosis : Penimbunan cairan di antara sel-sel epidermis sehingga celah antar sel tambah renggang Degenerasi balon / retikuler : edema dalam sel epidermis sehingga sel menjadi besar dan bulat Eksositosis : sel radang yang asuk ke dalam epidermis. Bisa juga sel darah merah Akantolisis : hilangnya daya kohesi antar sel epidermis sehingga terbentuk celah, vesikel, atau bula dalam epidermis Sel diskeratotik : Sel epidermis yang mengalami keratinissasi lebih awal, sitoplasma eosinofilik, dan intinya kecil, kadang tidak tampak lagi Nekrosis : kematian sel atau jaringan setempat pada organisme yang masih hidup Degenerasi hidropik : stratum basale merupakan rongga di bawah atau di atas membran basalis yang dapat bergabung dan terisi serum, sehingga lambat laun dapat merusak susunan stratum basale yang awalnya teratur seperti pagar menjadi tidak teratur. Pigmen melanin yang terdapat dalam sel basal dapat jatuh ke dalam dermis bagian atas dan ditangkap oleh melanogag Celah (Cleft) : sebuah ruangan tanpa cairan di epidermis Di Dermis Papilomatosis : Papil yang memanjang melampaui batas permukaan kulit Fibrosis : Jumlah kolagen bertambah serta susunannya berubah. Fibroblas bertambah banyak Sklerosis : Jumlah kolagen bertambah, susunan berubah, tampak lebih homogen dan eosinofilik seperti degenerasi hialin dengan jumlah fibroblas berkurang Granuloma : Histiosit yang tersusun berkelompok Jaringan Granulasi : Penyembuhan luka yang terdiri atas jaringan edematosa, proliferasi pembuluh darah, dan sel radang campuran Di Jaringan Subkutis Banyak penyakit kulit yang kelainannya lebih menonjol di jaringan subkutis (contoh : eritema nodosum, skleroderma, dan jamur dalam) Kelainan dapat berupa peradangan, proses degeneratif, nekrosis jaringan, atau vaskulitis (radang pembuluh darah)

DERMATOFITOSIS

Definisi Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (Contoh : Epidermis, rambut, dan kuku). Disebabkan golongan jamur dermatofilia Etiologi Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebarkan dermatofitosis. Golongan jamur ini memiliki sifat mencerna keratin Menurut EMMONS (1934), dermatofita masuk ke kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton Menurut RIPPONS (1974) selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misal sifat taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan, fisiologis, dan penyebab penyakit Klasifikasi Pembagian oleh para spesialis kulit berdasarkan lokasi : Tinea kapitis : pada kulit dan rambut kepala Tinea barbe : pada dagu dan jenggot Tinea kruris : pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang sampai perut bagian bawah Tinea pedis et manum : pada kaki dan tangan Tinea unguium : pada kuku tangan dan jari Tinea korporis : pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas Gejala Klinis Tinea Pedis (Athletes fott, kutu air, ringworm of the foot) Merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama sela jari dan telapak kaki Macam bentuknya ada 3 jenis, antara lain : 1. Yang paling sering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis Kelainan dapat meluas ke bawah jari dan sela jari lain Aspek klinis : maserasi berupa kulit putih dan rapuh, bila bagian kulit mati dibersihkan akan terlihat kulit baru yang umumnya telah diserang oleh jamur Bentuk klinis dapat berlangsung bertahun-tahun dengan sedikit keluhan atau tanpa keluhan Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri (contoh : selulitis, limfangitis, dll) 2. Bentuk lain disebut Moccasin foot. Pada seluruh kaki (telapak punggung kaki) terlihat penebalan dan kulit bersisik Terdapat eritema ringan dan paling sering terlihat pada tepi lesi Pada bagian tepi lesi dapat juga dilihat papul dan terkadang vesikel 3. Bentuk Subakut Terlihat vesikel, vesiko-pustul, dan kadang bula Kelainan dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki Isi vesikel merupakan cairan jernih yang kental Setelah pecah, vesikel meninggalkan sisik bentuk lingkaran (koleret). Infeksi sekunder terjadi pada bentuk ini, dapat tejadi selulitis, limfangitis Banyak terlihat pada orang yang sering bersepatu tertutup dengan perawatan kaki yang buruk dan pekerja dengan kaki yang selalu / sering basah Tinea manum : dermatofitosis pada tangan. Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi juga di tangan Pemeriksaan Pemeriksaan mikologik Diperlukan bahan klinis (kerokan kulit, rambut, atau kuku) Bahan terlebih dahulu dibersihkan dengan spiritus 70% Perlakuan untuk : Kulit tidak berambut : bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril Kulit berambut : rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di daerah tersebut dikerok lalu diperiksa dengan lampu Wood Kuku : diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. Bahan di bawah kuku juga diambil Pemeriksaan langsung sediaan basah dengan mikroskop : awal pembesaran 10x10, lalu 10x45 Pembuatan sediaan basah : 1. Bahan diletakkan di atas gelas alas 2. Beri 1-2 tetes larutan KOH Konsentrasi untuk rambut : 10% Konsentrasi untuk kulit dan kuku : 20% 3. Sediaan dicampur dalam larutan KOH lalu tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Bisa juga untuk mempercepat dilakukan pemanasan sediaan di atas api kecil. Saat uap mulai keluar, pemanasan sudah cukup 4. Tambah zat warna pada sediaan KOH (tinta Parker super-chroom blue black) untuk melihat jamur lebih nyata Pada sediaan kulit dan kuku yang dilihat adalah hifa (2 garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang) maupun deretan spora / artospora (pada kelainan kulit lama dan/sudah diobati) Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau spora besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks)