kti_perbandingan uji disolusi

32
 1 BAB I PENDAHULUAN Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggar aan kesehatan. Sebagian besar penanganan med ik menggunakan obat, oleh karena itu obat  ter sedia pada saat diper lukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, ber khasiat nyata dan ber kualitas baik.  Obat didef inisikan sebagai semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, mer ingankan, atau mencegah penyakit ber ikut gej alanya. (1, 2)  Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat -zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakter i, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat per tumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Antibiotik termasuk obat ber khasiat ker as yang digolongkan ke dalam Daf tar Obat Ker as (Daf tar G) yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter . Antibiotik yang beredar di pasar an bermacam - macam, baik bentuk sediaannya maupun kandungan zat aktif nya.(2, 3)  Antibiotik yang beredar di pasar an, antar a lain adalah si prof loksasin. Siprof loksasin merupakan antibiotik der ivat siklopropil dar i kelompok f luorokuinolon. Siprof loksasin yang beredar di pasar an antar a lain ter sedia dalam bentuk tablet, kapsul dan infus. Tabl et si prof loksasin dipasar kan dalam bentuk sediaan tablet gener ik dan sediaan tabl et paten, dengan har ga jual yang ber beda, dimana tablet paten memiliki har ga yang lebi h mahal dar i har ga tablet gener ik. (4, 5, 6)

Upload: hana-fubuki

Post on 06-Jul-2015

900 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 1/32

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

Obat merupakan unsur yang  sangat penting dalam upaya 

penyelenggar aan  kesehatan. Sebagian  besar penanganan medik 

menggunakan obat, oleh karena  itu obat  ter sedia pada  saat diper lukan 

dalam jenis dan jumlah yang cukup, ber khasiat nyata dan  ber kualitas baik. 

Obat didef inisikan  sebagai  semua zat  baik  kimiawi, hewani, maupun 

nabati yang dalam dosis  layak dapat menyembuhkan, mer ingankan, atau

mencegah penyakit ber ikut gejalanya. (1, 2)

 Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang 

dihasilkan oleh fungi dan  bakter i, yang memiliki  khasiat mematikan  atau

menghambat per tumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia 

relatif kecil. Antibiotik termasuk obat ber khasiat ker as yang digolongkan ke

dalam Daf tar  Obat Ker as (Daf tar G) yang hanya dapat dibeli di  apotek 

dengan resep dokter . Antibiotik yang  beredar di pasar an  bermacam -

macam, baik bentuk sediaannya maupun kandungan zat aktif nya.(2, 3)

 Antibiotik yang  beredar di pasar an,  antar a  lain  adalah

siprof loksasin. Siprof loksasin merupakan  antibiotik der ivat  siklopropil dar i 

kelompok f luorokuinolon. Siprof loksasin yang  beredar di pasar an  antar a 

lain  ter sedia dalam bentuk  tablet,  kapsul dan  infus. Tablet  siprof loksasin 

dipasar kan dalam bentuk sediaan tablet gener ik dan sediaan tabl et paten, 

dengan har ga jual yang ber beda, dimana tablet paten memiliki har ga yang 

lebih mahal dar i har ga tablet gener ik. (4, 5, 6)

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 2/32

 

2

Produk gener ik memiliki har ga yang lebih mur ah karena penetapan 

har ga obat  gener ik  sepenuhnya ditentukan oleh pemer intah sela in  itu, 

pembuatan obat gener ik tidak per lu menanggung biaya yang tinggi karena 

produk ter sebut dikemas secar a sederhana dan tidak memer lukan usaha 

promosi. Sedangkan untuk produk obat paten memer lukan  biaya 

oper asional yang  tinggi, mulai dar i biaya kemasan hingga biaya promosi. 

(7)

Per bedaan har ga yang cukup besar , membuat  konsumen 

ber anggapan bahwa obat gener ik mempunyai mutu lebih rendah dar ipada 

produk paten. Padahal,  baik  tablet  gener ik maupun paten, memiliki zat 

ber khasiat yang  sama dan  telah melalui  ber bagai uji untuk memenuhi 

per syar atan mutu,  seper ti uji BA (bio-availabilitas) dan uji BE (bio-

ekivalensi). 

Produk obat  gener ik  seharusnya mempunyai  bioekivalensi yang 

sama dengan produk paten sehingga akan menimbulkan efek klinik yang 

sama pula. Bioekivalensi  suatu produk obat, ditin jau dar i 

bioavailabilitasnya, dimana  bioavaibilitas  atau keter sediaan hayati 

ber kaitan dengan kecepatan disolusi suatu obat.  

Disolusi merupakan proses melarutnya  senyawa obat dalam

medium ter tentu. Semakin cepat  suatu obat  terdisolusi, maka  akan 

semakin cepat dan  semakin  tinggi per sentasi  keter sediaan obat dalam

sir kulasi  sistemik,  sehingga  akan menimbulkan efek yang  lebih cepat. 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 3/32

 

3

Oleh karena  itu,  la ju disolusi dapat berhubungan langsung dengan ef ikasi 

(keman jur an) dan mutu suatu produk obat. 

Berdasar kan ur aian di  atas  telah dilakukan penelitian uji disolusi 

tablet  siprof loksasin  gener ik dan paten yang  beredar di Makassar yang 

ber tujuan untuk melihat mutu tablet  siprof loksasin  gener ik dengan  tablet 

siprof loksasin paten  berdasar kan par ameter  kecepatan disolusi. Adapun 

permasalahannya  adalah apakah tablet  siprof loksasin  gener ik dan paten 

memiliki per bedaan kecepatan disolusi.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 4/32

 

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tablet

Tablet adalah sediaan kompak, dibuat secar a kempa cetak, dalam

bentuk  tabung pipih atau sir kuler ,  kedua permukaannya r ata  atau

cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat 

tambahan. Zat  tambahan yang digunakan yaitu zat pengisi, zat  

pengembang, zat pelicin, zat pengikat, zat pembasah atau zat  lain yang 

cocok. Car a pembuatan  tablet dibagi men jadi 3 car a, yaitu gr anulasi 

basah,  gr anulasi  ker ing dan  kempa  langsung. Tablet dibuat  terutama 

dengan car a kempa, menggunakan mesin yang mampu menekan bahan 

bentuk  ser buk  atau gr anul dengan menggunakan  ber bagai  bentuk dan 

ukur an  punch dan die, sehingga diperoleh bentuk dan ukur an tablet yang 

ber beda. (8)

Tujuan desain dan pabr ikasi  tablet  kempa  adalah untuk 

member ikan obat melalui mulut dalam bent uk yang memadai, dalam

 jumlah yang  tepat pada  atau melalui  waktu yang  tepat, di  tempat yang 

diinginkan yang juga mempunyai  integr itas  kimia yang dilindungi. 

Disamping  sif at  kimia dan f isika dar i obat yang  akan diformulasi, desain 

f isik yang sebenar nya, proses pabr ikasi, ser ta uji kimia lengkap atas tablet 

dapat member ikan efek yang  ber ar ti pada  keman jur an dar i obat yang 

akan diber ikan. Kr iter ia dar i sediaan tablet adalah :

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 5/32

 

5

1. Tablet harus merupakan produk menar ik (bagus dilihat) yang 

mempunyai  identitasnya  sendir i  ser ta  bebas dar i  serpihan,  keretakan, 

peluntur an/pemucatan, kontaminasi, dan lain -lain. 

2. Tablet harus  sanggup menahan  guncangan mekanik  selama produksi 

dan pengepakan. 

3. Tablet harus mempunyai  kestabilan  kimia dan f isika untuk 

memper tahankan kelengkapan f isiknya sepan jang waktu. 

Beber apa  sif at f isik  tablet dapat mengalami perubahan  karena pengaruh

lingkungan dan  stres,  ser ta  bahwa  stabilitas f isika  itu dalam beber apa 

keadaan dapat  sa ja  lebih mempengaruhi  bioavailabilitas dar ipada 

stabilitas  kimia. Sebuah tablet yang  kuat  secar a f isik dapat  sa ja  tidak 

member ikan efek yang dihar apkan. Untuk mengevaluasi  keman jur an 

suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada  setiap tablet 

atau batch,  begitu juga  kemampuan  tablet untuk melepaskan zat  atau

obat yang dibutuhkan harus dipastikan/diketahui. (9)

II.2 Obat Generik dan Obat Paten

Obat  gener ik  adalah obat dengan  nama resmi  I nternational Non

Pro pietary Names  ( I NN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia 

atau buku standar lainnya untuk zat ber khasiat yang dikandungnya. (10)

Obat paten  adalah obat yang masih memiliki hak paten atau obat 

yang  baru ditemukan  berdasar kan r iset dan memiliki masa paten yang 

ter gantung dar i jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa 

ber laku paten di Indonesia  adalah 20 tahun. Selama 20 tahun  itu, 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 6/32

 

6

perusahaan f armasi  ter sebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk 

memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan  lain  tidak diper kenankan  

untuk memproduksi dan memasar kan obat  serupa  kecuali jika memiliki 

perjan jian  khusus dengan pemilik paten. Setelah obat paten  berhenti 

masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat gener ik. (10, 

11)

Produksi obat  gener ik merupakan  salah satu up aya penyediaan 

obat yang  bermutu dengan har ga yang  terjangkau oleh seluruh lapisan 

masyar akat.  Obat gener ik umumnya memiliki har ga yang lebih mur ah dar i 

obat paten, beber apa f aktor yang menyebabkan hal ter sebut adalah (1) :

a. Dalam har ga obat paten, terdapat komponen biaya promosi yang cukup

tinggi mencapai  sekitar 50% dar i HET (Har ga Ecer an Ter tinggi), 

sedangkan obat gener ik tidak dipromosikan.  

b. Har ga obat paten  biasanya ditetapkan  berdasar kan daya  ser ap pasar 

dengan memperhitungkan har ga  kompetitor ,  sedangka har ga obat 

gener ik lebih didasar kan pada biaya kalkulasi nyata.  

c. Har ga obat paten biasanya mengikuti har ga  price leader dar i obat yang 

sama, sedang obat gener ik tidak. 

II.3 Ketersediaan Farmasetik (Pharmaceutical availability)

Keter sediaan f armasetik merupakan bagian obat yang dibebaskan 

dar i  bentuk pember iannya dan  ter sedia untuk proses resor bsi, misalnya 

dar i  tablet,  kapsul,  ser buk,  suspensi,  suppositor ia dan  sebagainya. 

Dengan  kata  lain  keter sediaan f armasetik menyatakan  kecepatan  larut 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 7/32

 

7

(dan jumlah) dar i obat yang  ter sedia  secar a  in vitro. Banyak penelitian 

mengenai   pharmaceutical availability  telah dilakukan dengan  tablet 

sebagai  bentuk  sediaan yang paling umum. Setelah ditelan  tablet  akan 

pecah di  lambung dan men jadi  gr anul  kecil, yang  terdir i dar i zat  aktif 

tercampur zat-zat pembantu (gom,  gelatin dan  sebagainya). Setelah

gr anul-gr anul  ini pecah, zat  aktif dibebaskan. Bila daya  larutnya cukup

besar , zat  aktif  ter sebut  akan melarut dalam cair an  lambung/usus, 

ter gantung dimana obat pada  saat  itu ber ada. Setelah melarut, obat 

ter sedia dan proses resorpsi oleh usus dapat dimulai. Per istiwa inilah yang 

disebut   pharmaceutical availability. Secar a  skematis, mekanismenya 

adalah sebagai ber ikut :

Gambar 1. Mekanisme  pharmaseutical availability . 

Banyak f armakope kini memuat  syar at-syar at  norma  (standard)

untuk memer iksa  tablet,  tidak hanya mengenai  kadar zat  aktif nya dan 

kesamaan  kadar , melainkan juga mengenai  kecepatan pecahnya (dalam

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 8/32

 

8

cair an lambung buatan) dan kecepatan larutnya dalam cair an usus buatan 

(dissol ution rate). (2)

II.4 Ketersediaan Hayati / Bio-availabilitas (Biological availability )

Keter sediaan hayati  adalah per sentase dan  kecepatan zat  aktif 

dalam suatu produk obat yang mencapai/ter sedia dalam sir kulasi  sitemik 

dalam bentuk utuh/aktif  setelah pember ian produk obat  ter sebut, diukur 

dar i  kadar nya dalam dar ah terhadap waktu atau dar i ekskresinya dalam

ur in. Keter sediaan hayati dapat diukur  in vivo (pada  keadaan 

sesungguhnya pasien) dengan menentukan  kadar plasma obat  sesudah

tercapai  keseimbangan  antar a  kadar obat di  semua jar ingan  tubuh. 

Sebaliknya keter sediaan f armasetik hanya dapat ditentukan secar a  in vitro 

dalam labor ator ium dengan mengukur  kecepatan melarutnya zat  aktif 

dalam waktu ter tentu (dissol ution rate). Pengukur an  ini dilakukan dengan 

metode dan  alat  khusus  guna meniru sejauh mungkin  keadaan  alami 

dalam salur an lambung-usus. (2, 12)

II.5 Kesetaraan Hayati / Bio-ekivalensi (Biological equivalence)

Kesetar aan hayati dapat didef inisikan  sebagai  kesetar aan pola 

kerja (kadar dan  kecepatan resorpsi) dar i dua obat yang  ber isi zat  aktif 

dengan dosis yang  sama. Dua produk obat disebut  bioekivalen jika 

keduanya mempunyai zat aktif yang  sama dalam jumlah yang sama dan 

dengan  sediaan yang  sama  atau memiliki zat  aktif yang  sama  tetapi 

ber beda dalam bentuk  kimia  atau bentuk  sediaan  atau kekuatan, dan 

pada pember ian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bio -

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 9/32

 

9

availabilitas yang  sebanding  sehingga efeknya  akan  sama, dalam hal 

ef ikasi maupun  keamanan. Dua  tablet dengan zat aktif yang sama  tetapi 

pabr ik  ber lainan  tidak  selalu menghasilkan  kadar dar ah dan efek yang 

sama pula. Sebagai  akibat dar i  salah satu f aktor  ter sebut, maka  bio -

availabilitas masing-masing  tablet dapat  ber beda. Bahkan  ada  kalanya 

tablet dar i satu pabr ik tetapi dar i  batch ber lainan dapat pula ber beda bio -

availabilitasnya. (2, 12)

II.6 Disolusi

II.6.1.Teori Disolusi

Disolusi  adalah proses pelepasan  senyawa obat dar i  sediaan dan 

melarutnya dalam media pelarut,  sedangkan  la  ju disolusi  adalah jumlah

zat  aktif yang dapat  larut dalam waktu ter tentu pada  kondisi  antar 

permukaan (cair -padat),  suhu dan  komposisi media yang dibakukan. 

Tetapan la ju disolusi merupakan suatu besar an yang menun jukka n jumlah

bagian  senyawa obat yang  larut dalam media per  satuan  waktu. Uji 

disolusi yang diter apkan pada  sediaan obat  ber tujuan untuk mengukur 

ser ta mengetahui jumlah zat aktif yang ter larut dalam media pelarut yang 

diketahui  volumenya pada  waktu dan  suhu t er tentu, menggunakan  alat 

ter tentu yang didisain untuk menguji par ameter disolusi. (13, 14)

Disolusi merupakan  tahapan yang membatasi  atau tahap yang 

mengontrol la ju bioabsor bsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah, 

karena tahapan  ini ser ingkali merupakan tahapan yang paling  lambat dar i 

ber bagai tahapan yang ada dalam pelepasan obat dar i bentuk sediaannya 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 10/32

 

10

dan perjalanannya  ke dalam sir kulasi  sistemik. Proses disintegr asi dan 

disolusi  tablet di dalam kondisi  in vitro atau in vivo digambar kan oleh

Wagner (1971) seper ti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2. Proses disintegr asi dan disolusi tablet  

La ju absopsi dar i obat-obat ber sif at asam yang diabsorpsi dengan mudah

dalam salur an pencer naan  ser ing ditetapkan dengan  la ju larut obat dar i 

tablet. Bila yang men jadi  tujuan  adalah untuk memperoleh kadar yang 

tinggi di dalam dar ah, maka cepatnya obat dan  tablet melarut  biasanya 

men jadi  sangat menentukan. Karena  itu la ju larut dapat  berhubungan 

langsung dengan ef ikasi (keman jur an) dar i  tablet dan per bedaan  bio -

availabilitas dar i  ber bagai formula. Penaksir an penglepasan paling 

langsung obat dar i formula  tablet diperoleh dengan mengukur  bio -

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 11/32

 

11

availabilitas  in vivo, namun karena beber apa alasan, penggunaan  in vivo 

men jadi sangat ter batas, akibatnya uji disolusi secar a  in vitro dipakai dan 

dikembangkan  secar a  luas, dan  secar a  tidak  langsung dipakai  sebagai 

pengukur availabilitas obat (9, 15).  

II.6.2 Alat Disolusi

 Alat disolusi terdir i dar i 2 jenis, yaitu (9) :

1. Alat 1,  sebuah tablet diletakkan dalam ker an jang sar ingan  kawat  kecil 

yang diikatkan pada  bagian  bawah suatu tongkat yang dihubungkan 

pada  sebuah motor yang  kecepatannya dapat diatur . Ker an jang  itu

dicelupkan ke dalam medium disolusi yang terdapat di dalam lab u 1000

ml. Labu itu ber bentuk  silindr is dengan dasar  ber bentuk hemisfer ik. 

Suhu labu diper tahankan pada 37 0 C ± 0,50 C, dengan penangas 

ber suhu tetap. Motor diatur pada kecepatan yang ditentukan, kemudian 

cair an  sampel diambil pada  selang  waktu ter tentu untuk menentukan 

 jumlah obat di dalam cair an itu.  

2. Alat 2,  alat  ini  sama dengan  alat 1, hanya  ker an jang diganti dengan 

pedal yang dibentuk dar i pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk. 

Sediaan obat dibiar kan tenggelam ke dasar labu sebelum diaduk.  

II.6.3 Medium Disolusi

Menggunakan pelarut  ter tentu yang  ter ter a dalam monogr af i. Jika 

medium disolusi adalah larutan buffer , sesuaikan larutannya sehingga pH

larutan  tak  lebih dar i 0,05 dar i pH yang ditentukan dalam monogr af i. 

(Catatan : gas ter larut dapat menyebabkan ter bentuknya gelembung, yang 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 12/32

 

12

dapat mengubah hasil pengujian  . Dalam kasus  seper ti  ini,  gas  ter larut 

harus dihilangkan ter lebih dahulu sebelum memulai pengujian). (16)

II.6.4 Waktu Pengambilan Cuplikan

Bila dalam spesif ikasi hanya  terdapat  satu waktu, pengujian dapat 

diakhir i dalam waktu yang  lebih singkat bila per syar atan jumlah minimum

yang  ter larut  telah terpenuhi. Bila dinyatakan dua  waktu atau lebih, 

cuplikan dapat diambil hanya pada  waktu yang ditentukan dengan 

toler ansi ± 2%. (17)

II.6.5 Kondisi Hilang

Istilah kondisi hilang (sink condition) ber asal dar i pembuktian 

secar a f armakologis  bahwa  kadar obat pada  kedua  sisi  lapisan epitel 

dinding  salur an pencer naan mendekati  kesetimbangan dalam waktu

singkat dan  salur an pencer naan  berfungsi penghilang  al ami, yaitu obat 

diabsor bsi pada  saat obat  larut. Jadi dalam kondisi  in vivo,  tidak  ada 

peningkatan  kadar . Selama uji disolusi,  kondisi hilang merupakan  salah

satu par ameter percobaan yang harus dikendalikan, yaitu dengan 

senantiasa menambah media disolusi yang  sama  setelah pencuplikan 

agar  kadar zat  ter larut  tidak  lebih dar i 10-15% kelarutan maksimumnya, 

sehingga tidak ada perubahan kadar dalam lapisan. (15)

II.6.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi

a. Faktor intr insik obat (18) :

1) Luas permukaan spesif ik par tikel 

2) Distr ibusi ukur an par tikel 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 13/32

 

13

3) Bentuk par tikel 

4) Polimorf i 

5) Bentuk asam, basa, gar am

b. Faktor lingkungan medium (18) :

1) Temper atur 

2) Viskositas cair an 

3) Konsentr asi par tikel yang terdisolusi  

4) Kecepatan mengalir nya cair an 

5) Komposisi medium disolusi : pH,  kekuatan  ionisasi,  tegangan 

permukaan. 

c. Faktor teknologi 

Per bedaan metode yang digunakan dalam produksi  turut 

mempengaruhi disolusi obat. Demikian pula pengunaan  bahan -bahan 

tambahan dalam produksi. Contoh bahan  ta mbahan yang  ser ing 

digunakan  adalah pensuspensi yang  akan menurunkan  la  ju disolusi 

karena  kenaikan  kekentalan. Contoh lain  adalah bahan pelicin yang 

ber sif at hidrofob  karena mampu menolak  air  sehingga menurunkan  la ju

disolusi obat. Studi kecepatan disolusi  intr insik  sudah diawali oleh Noyes 

dan Whitney dengan per samaan :

dc/dt = K.S (Cs-C)

Keter angan :

dc/dt = Kecepatan disolusi obat 

S = Luas permukaan bahan obat yang terdisolusi  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 14/32

 

14

K = Tetapan kecepatan disolusi  

Cs = Larutan bahan obat jenuh

C = Kadar dalam obat yang ter larut dan cair an medium

Gambar 3 : Pengaruh difusi molekul zat ter larut terhadap la ju disolusi.  

La  ju disolusi dipengaruhi oleh difusi molekul -molekul zat  ter larut 

melalui lapisan difusi ke dalam bahan dar i larutan ter sebut. Per samaan di 

atas mengemukakan bahwa la ju disolusi dar i suatu obat bisa ditingkatkan 

dengan memper besar  luas permukaan dengan meningkatkan  kelarutan 

obat dalam lapisan dengan f aktor -f aktor yang diwujudkan dalam konstanta 

la ju disolusi. Tetapan kecepatan disolusi termasuk  intensitas pengadukan 

pelarut dan koef isien difusi dar i obat yang melarut. (15)

II.6.7 Kegunaan Uji Disolusi

Uji disolusi mempunyai beber apa kegunaan, yaitu (13) :

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 15/32

 

15

1. Mengontrol  kualitas  sediaan yang dilakukan dalam beber apa car a 

produksi obat yang baik.  

2. Evaluasi keser agaman antar a produk dar i batch ke batch. 

3. Pengembangan kualitas sediaan.  

4. Memper kir akan  kecepatan pelepasan zat  aktif dar i  sediaan  secar a  in

vitro. 

II.7 Uraian Umum Siprofloksasin

Siprof loksasin adalah salah satu antibiotik yang merupakan der ivat  

siklopropil dar i kelompok f luor kuinolon dengan khasiat  lebih luas dan kuat 

dar ipada  nalidiksinat dan pipemidinat, juga menghasilkan  kadar 

dar ah/ jar ingan dan plasma-t½ yang  lebih tinggi. Resorpsinya baik dengan 

bioavailabilitas 70% dan  kadar plasma maksima l  tercapai 0,5-1,5 jam

Diekskresikan melalui ur in (55%) dan feces (39%). Plasma -t½ yaitu 3-5

 jam dan bisa mencapai kir a-kir a 8 jam pada gangguan fungsi gin jal yang 

ser ius. (2)

Siprof loksasin  bekerja  sebagai  bakterisid , yaitu dengan 

menghambat DNA-gir ase, menghambat relaksasi  super koloid DNA dan 

memicu kerusakan untai gandai DNA pada bakter i, sehingga sintesis DNA

pada bakter i dapat dicegah. (19)

Siprof loksasin memiliki rumus  kimia C17H18FN3O3, merupakan 

ser buk  ber war na  kekuningan hingga  kuning. Mempunyai  kelarutan 36

mg/mL dalam air pada suhu 25°C dan dapat larut sebanyak 0,25 g dalam

10 ml asam klor ida 0,1N. Zat  ini  tidak  stabil  terhadap udar a, cahaya dan 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 16/32

 

16

pemanasan, oleh karena itu harus disimpan pada wadah kedap dan tahan 

cahaya, pada suhu 250 C, dengan  toler ansi penyimpangan  antar a 15 0 C

dan 300 C, dan hindar kan dar i panas  ber lebih. Siprof loksasin dalam

sediaan  tablet disimpan pada  wadah yang  ter tutup baik. Tablet 

siprof loksasin, ter sedia dalam sediaan tablet 100 mg, 250 mg, 500 mg dan 

750 mg. (16, 20)

Indikasi dar i siprof loksasin adalah sebagai ber ikut (19):

1. Anak-anak. 

Infeksi  salur an ur in dan  pyelofritis yang disebabkan oleh E.coli . 

catatan: meskipun demikian,  siprof loksasin  bukan merupakan obat 

pilihan per tama. 

2. Anak-anak dan dewasa. 

Untuk menurunkan  angka  kejadian penyakit  ter kait dengan 

Baccil us anhratic us. Pada  infeksi mata, digunakan untuk mengobati 

infeksi pada okular (corneal ulcer, conj ungtivitis ) atau bakter i sejenis. 

3. Dewasa. 

Untuk pengobatan infeksi yag disebabkan bakter i, infeksi salur an 

ur in, cistitis akut tanpa komplikasi pada wanita, prostatitis bakter i kronik, 

infeksi salur an naf as bawah (termasuk eksaser basi akut dan bronchitis 

kronik),  sinusitis  akut,  infeksi  kulit,  tulang dan per sendian,  infeksi 

intr aabdominal  komplek, diare karena  infeksi, demam tyfoid karena 

Salmonella ty  phi , pneumonia  nosokomial,  ter api empir is febr ile

neutrophenic (kombinasi dengan piper acillin).  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 17/32

 

17

Dosis, car a pember ian dan  lama pember ian dar i  siprof loksasin 

adalah, sebagai ber ikut (19) :

1. Dosis anak-anak :

  Or al:

a. Infeksi  salur an ur in  atau  pyelofritis: anak 1-17 tahun: 20-30

mg/kg/har i  ter bagi dalam 2 dosis  terpisah (setiap 12 jam) untuk 

10-21 har i. Maksimal 1.5 g/har i.  

b. Cistitis f ibrosis: anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/har i dalam dosis 

ter bagi setiap 12 jam, pember ian selama 1 minggu

In jeksi:

a. Infeksi salur an ur in komplikasi pada anak 5-17 tahun: 6-10 mg/kg 

setiap 8 jam untuk 10-21 har i (maksimum 400 mg/dosis). 

b. Cistitis f ibrosis:anak 5-17 tahun; 30 mg/kg/har i dalam dosis ter bagi 

setiap 8 jam untuk satu minggu. 

2. Dosis dewasa :

  Or al:

a. Infeksi salur an ur in:

y Infeksi  salur an ur in  akut  tanpa  komplikasi: 250 mg  setiap 12

 jam selama 3 har i. 

y Infeksi  salur an ur in  akut dan pyelonefr itis  tanpa  komplikasi:

sedíaan lepas lambat 1000 mg setiap 24 jam selama 7-14 har i. 

y cistitis  akut  tanpa  komplikasi  sediaan  lepas  lambat 500 mg 

setiap 24 jam selama 3 har i.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 18/32

 

18

y Infeksi salur an ur in sedang : 250 mg setiap 12 jam selama 7 -14

har i. 

y Infeksi  salur an ur in  ber at: 500 mg  setiap 12 jam selama 7-14

har i. 

b. Infeksi salur an naf as bawah, dan infeksi pada kulit: 500 750 mg 

dua kali sehar i untuk 7-14 har i, ter gantung pada tingkat kepar ahan 

infeksi yang terjadi. 

c. Infeksi pada tulang dan per sendian: 500 -750 mg dua kali sehar i 4-

6 minggu, ter gantung pada kepekaan dar i bakter i penginfeksinya.  

d. Diare karena infeksi: 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.  

e. Infeksi  intr aabdominal (kombinasi dengan metronidazol): 500 mg 

setiap 12 jam selama 7-14 har i. 

f . Demam tyfoid: 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.  

g. Infeksi gonore uretr al /ser vikal : 250-500 mg dosis tunggal. 

h. Infeksi  gonore menyebar: 500 mg dua  kali  sehar i  selama 

pengobatan 7 har i penuh (pengobatan awal dengan sef tr iakson 1

g IM/IV perhar i untuk 24-48 jam setelah ditemukan  kasus 

ter sebut). 

i. Sinusitis (akut): 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.  

 j. Prostatitis kronik karena bakter i: 500 mg setiap 12 jam selama 28

har i. 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 19/32

 

19

In jeksi:

a. Infeksi tulang dan per sendian: infeksi r ingan dan sedang : 400 mg 

setiap 12 jam untuk 4-6 minggu; infeksi ber at dan komplikasi: 400

mg setiap 8 jam selama 4-6 minggu. 

b. Infeksi salur an napas bawah dan infeksi pada kulit: r ingan hingga 

sedang :400 mg setiap 12 jam selama 7-14 har i; infeksi gawat dan 

komplikasi: 400 mg setiap setiap 8 jam selama 4 -6 minggu. 

c. Pneumonia nosokomial: (r ingan,sedang dan ber at): 400 mg setiap

8 jam selama 10-14 har i. 

d. Prostatitis (kronik,  karena  bakter i) 400 mg  setiap 12 jam selama 

28 har i. 

e. Sinusitis (akut): 400 mg setiap 12 jam selama 10 har i.  

f . Infeksi  salur an ur in: r ingan hingga  sedang 200 mg  setiap 12 jam

selama 7-14 har i;  akut dan  komplikasi: 400 mg  setiap 12 jam

selama 7-14 har i. 

g. Vebr ile neutropeni (kombinasi dengan piper acilin) 400 mg  setiap

setiap 8 jam selama 7-14 har i. 

h. Intr aabdominal  infection (kombinasi dengan metronidazole): 400

mg setiap 12 jam selama 7-14 har i. 

Kontr aindikasi dar i  siprof loksasin yaitu terhadap pasien yang 

mengalami hiper sensitif itas  terhadap golongan  siprof loksasin dan 

komponen  lain dalam sediaan. Efek  samping dar i  siprof loksasin yang 

sangat ser ing  terjadi adalah gangguan  lambung -usus, seper ti  sakit perut, 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 20/32

 

20

mual, muntah,  anoreksia, dan diare. Disamping  itu, efek  samping yang 

telah dilapor kan antar a lain reaksi aler gi (er itema, ur ticar ia), efek neurologi 

(sakit  kepala, pening,  neuropati dan per asaan  kacau), efek psikis hebat 

(eksitasi,  gelisah, reaksi panik) dan  konvulsi. Siprof loksasin juga 

menimbulkan resistensi, yaitu saat terjadinya resistensi pada kuman gr am -

negatif ,  seper ti  E. coli  dan  Pseudomonas, enzim DNA-gyr ase berper an 

utama dan  topoisomer ase IV memegang per anan  sekunder . Sebaliknya 

pada  kuman  gr am-positif ,  suku-suku yang resisten dapat melakukan 

mutasi pada enzim ini, sehingga men jadi sangat resisten.(2,19,21).  

II.8 Uraian Spektrofotometer 

Spektrofotometer merupakan  salah satu cabang  analisis 

instrumental yang mempela jar i inter aksi antar a ato m atau molekul dengan 

r adiasi elektromagnetik. Inter aksi antar a atom atau molekul dengan r adiasi 

elektromagnetik dapat  berupa hambur an (Scatter ing),  absor bs 

(absor btion), emisi (emission). Inter aksi  antar a r adiasi elektromagetik 

dengan  atom atau molekul yang  berupa  absorpsi menghasilkan 

spektrofotometr i  absor bs  antar a  lain  spektrofotometr i ultr aviolet (UV), 

spektrofotometr i sinar tampak (Vis), spektrofotometr i inf a mer ah (IR). (22)

II.8.1 Spektrofotometer UV (Ultraviolet)

Spektrofotometr i UV yang dipakai un tuk  aplikasi  kuantitatif 

menggunakan r adiasi dengan pan jang  gelombang 200 -380 nm, 

sedangkan  spektrofotometr i  sinar  tampak menggunakan r adiasi dengan 

pan jang  gelombang 380-780 nm. Molekul yang dapat member ikan 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 21/32

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 22/32

 

22

  A = Amplif ier (Penguat).  

VD = Visual Display (Recorder). 

Setiap bagian per alatan dar i spektroskopi memegang fungsi dan per anan 

ter sendir i, yaitu sebagai ber ikut :

1. Sumber r adiasi,  beber apa jenis  sumber r adiasi yang dipakai pada 

spektroskopi  adalah lampu deuter ium,  lampu tungsten dan  lampu

mer kur i. 

2. Monokromator , merupakan alat yang mengisolasi suatu ber kas r adiasi 

yang menyeleksi pan jang  gelombang yang diinginkan untuk 

pengukur an cuplikan. 

3. Sampel  kompar temen (kuvet) merupakan  wadah sampel yang 

dianalisis. 

4. Detector merupakan  bagian yang mengubah ener gi r adiasi men jadi 

isyar at listr ik. 

5. Amplif ier , dan recorder merupakan r angkaian yang membuat  isyar at 

listr ik cocok untuk diamati dan  system pembacaan yang menun jukkan 

besar isyar at listr ik. 

Tahap analisis kuantitatif dengan spektroskopi UV :

1. Pemilihan pelarut, pelarut yang digunakan pada spektroskopi UV harus 

memenuhi per syar atan, yaitu tidak mengabsor bsi r adiasi pada pan jang 

gelombang pengukur an  sampel,  tidak mengandung  system

ter kon jugasi pada  struktur molekulnya  atau tidak  ber war na,  tidak 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 23/32

 

23

ber inter aksi dengan molekul  senyawa yang diukur dan harus 

mempunyai kemur nian tinggi. 

2. Pemilihan pan jang gelombang, pada pengukur an harus dipilih pan jang 

gelombang maksimum karena pada pan jang gelombang  ini,  kepekaan 

analisis  tinggi dan  kur va  ser apan  tetap lurus  sehingga memenuhi 

hukum Lamber t  beer yaitu, pan jang  gelombang maksimum adalah

pan jang gelombang dimana terjadi A maksimum.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 24/32

 

24

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

II.1 Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskr iptif .  

II.2 Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian  ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di Labor ator ium

Instrumen Politeknik Kesehatan Makassar dan Labor ator ium Instrumen 

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Makassar . 

II.3 Teknik Pengambilan Sampel.

II.3.1 Populasi.

Populasi dar i penelitian  ini adalah tablet siprof loksasin gener ik dan 

tablet siprof loksasin paten yang beredar di Makassar . 

II.3.2 Sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah tablet siprof loksasin  gener ik dan 

tablet  siprof loksasin paten merek X, Y dan Z yang diambil  secar a  acak 

dar i beber apa apotek di Makassar . 

II.4 Pengerjaan Sampel.

II.4.1 Alat dan Bahan

 Alat-alat yang digunakan  adalah alat disolusi  tipe 2, yaitu dengan 

pengaduk  berupa dayung (Shimadz u CS, 93011PC ® ),  spektrofotometer 

UV (Hitachi U 2000 ® ),  timbangan  analitik (  AND GF-200 

® ) dan  alat-alat 

gelas. 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 25/32

 

25

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian  ini yaitu tablet 

siprof loksasin gener ik 500 mg, tablet siprof loksasin merek X, Y dan Z 500

mg,  baku siprof loksasin  standar f armakope,  air  suling dan  asam klor ida 

0,01 N. 

II.4.2 Pembuatan bahan.

II.4.2.1 Pembuatan larutan baku.

Sejumlah lebih kur ang 50 mg  baku siprof loksasin  standar 

f armakope ditimbang seksama, dimasukkan  ke dalam labu takar 100 ml, 

dilarutkan dengan  asam klor ida 0,01 N hingga  batas  tanda (diperoleh

larutan 500 ppm (µg/ml)). Dipipet 10 ml  larutan 500 ppm ke dalam labu

takar 50 ml,diencer kan dengan  asam klor ida 0,01 N hingga  batas  tanda 

(diperoleh larutan 100 ppm). Dipipet 10 ml larutan 100 ppm ke dalam labu

takar 50 ml,diencer kan dengan  asam klor ida 0,01 N hingga  batas  tanda 

(diperoleh larutan 20 ppm). Kemudian dibuat  larutan dengan  konsentr asi 

2, 4, 6, 8 dan 10 ppm.  

II.4.2.2 Pembuatan Kurva Baku.

Dibuat 1 ser i  larutan baku siprof loksasin  standar f armakope dalam

asam klor ida 0,01 N dengan konsentr asi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Kemudian 

masing-masing diukur  ser apannya dengan  spektrofotometer UV pada 

pan jang  gelombang maksimum 276 nm. Selan jutnya dibuat  kur va  baku

antar a ser apan terhadap konsentr asi.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 26/32

 

26

II.5 Prosedur Kerja. (16)

Sebanyak 6 tablet  siprof loksasin yang  akan diuji masing -masing 

dimasukkan  ke dalam bejana disolusi yang  ber isi medium berupa  asam

klor ida 0,01 N sebanyak 900 ml dengan suhu 37o C ± 0,5o C. Pengaduk 

diputar dengan  kecepatan 50 rpm. Selan jutnya dilakukan pengambilan 

cuplikan sebanyak 10 ml pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 , setiap kali 

penculikan medium disolusi ditambah sebanyak 10 ml.  

Dilakukan penetapan  kadar dengan car a mengukur  ser apan 

sampel hasil disolusi dengan menggunakan  spektrofotometer UV pada 

pan jang gelombang maksimum 276 nm, kemudian dihitung kadar nya.  

Tablet  siprof loksasin memenuhi  syar at  apabila jumlah zat  ter larut 

tidak kur ang dar i 80% selama 30 menit.  

II.6 Pengumpulan Data.

Pengumpulan data  berupa  ser apan  tablet  siprof loksasin   gener ik 

dan  tablet  siprof loksasin paten merek X, Y dan Z yang  terdisolusi pada 

menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60, kemudian dihitung kadar disolusi masing -

masing sampel. 

II.7 Pengambilan Kesimpulan.

Kesimpulan diambil berdasar kan  kadar disolusi tablet siprof loksasin 

gener ik dan tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 27/32

 

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Berdasar kan penelitian yang  telah dilakukan, maka diperoleh hasil 

berupa  kadar disolusi (%) dar i  tablet  siprof loksasin  gener ik dan  tablet 

siprof loksasin paten merek X, Y dan Z, yang  terdisolusi pada menit  ke

10,15, 30, 45 dan 60, sebagai ber ikut :

1. Hasil pengukur an untuk  tablet  gener ik menun jukkan  bahwa  kadar 

disolusi r ata-r ata pada  tiap satuan  waktu masing-masing  sebesar 

98,82%, 99,03%, 99,12%, 99,42% dan 99,78 %.  

2. Hasil pengukur an untuk  tablet paten merek X menun jukkan  bahwa  

kadar disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar 

98,1%, 98,34%, 98,88%, 99,32% dan 99,64%.  

3. Hasil pengukur an untuk  tablet paten merek Y menun jukkan  bahwa 

kadar disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar 

71,09%, 74,83%, 80,16%, 86,94% dan 94,10%.  

4. Hasil pengukur an untuk  tablet paten Z menun jukkan  bahwa  kadar 

disolusi r ata-r ata pada  tiap satuan  waktu masing-masing  sebesar 

96,31%, 97,03%, 97,42%, 98,43% dan 99,25%.  

Data hasil pengukur an kadar disolusi selengkapnya ter te r a pada lampir an 

4, tabel. 4. 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 28/32

 

28

IV.2 Pembahasan

Uji disolusi dapat digunakan untuk menentukan per sentasi 

keter sediaan obat dalam sir kulasi  sistemik pada  waktu ter tentu, hal  ini 

berhubungan dengan  bio -availabilitas yang dapat men jadi par ameter 

ef ikasi (keman jur an) dan mutu suatu produk obat. (9)

Penelitian  ini menggunakan empat  sampel yaitu,  tablet 

siprof loksasin  gener ik,  tablet  siprof loksasin paten merek X, Y dan Z. 

Pemilihan  sampel  ter sebut didasar kan pada per bedaan har ga, dimana 

tablet  siprof loksasin paten merek X memiliki har ga yang paling mahal, 

kemudian  tablet  siprof loksasin paten merek Y memiliki  kisar an har ga 

diantar a har ga tablet siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten 

merek X,  sementar a  tablet  siprof loksasin paten merek Z memiliki har ga 

yang  sama dengan  tablet  siprof loksasin  gener ik, hal  ini  ber tujuan untuk 

membuktikan  kepada masyar akat  bahwa per bedaan har ga dar i  tablet 

siprof loksasin  gener ik dan  tablet  siprof loksasin paten  tidak  berpengaruh

terhadap mutu obat ter sebut, ditin jau d ar i kecepatan disolusinya.  

Uji disolusi yang dilakukan menggunakan alat disolusi  tipe 2, yaitu

alat dengan pengaduk  berupa dayung,  alat  ter sebut digunakan  karena 

sampel  adalah sediaan  tablet. Medium disolusi yang digunakan  adalah

asam klor ida 0,01 N, penggunaan  asam klor ida  ter sebut dimaksudkan 

sebagai pengganti cair an  lambung. Penambahan medium disolusi 

sebanyak 10 ml  setelah pengambilan cuplikan dilakukan untuk 

mengendalikan  kondisi hilang  selama uji disolusi yang dalam kondisi  in

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 29/32

 

29

vivo dapat menyebabkan  tidak  adanya peningkatan  kadar . Sampel 

siprof loksasin yang  telah terdisolusi  tidak  stabil  terhadap cahaya dan 

pemanasan, hal  ini dapat merubah nilai  ser apan, oleh sebab  itu, pada 

pelaksanaan penelitian  wadah sampel hasil disolusi yang digunakan 

adalah wadah tahan cahaya berupa vial ber war na coklat.  

Kadar r ata-r ata disolusi yang diperoleh pada menit ke 30 dar i tablet 

siprof loksasin  gener ik dan  tablet  siprof loksasin paten merek X, Y dan Z

tidak memiliki per bedaan yang mencolok, masing-masing  adalah

sebanyak 99.12%, 98.88%, 80.16% dan 97.42%,  ter lihat  bahwa  tablet 

siprof loksasin  gener ik memiliki  kadar r ata-r ata disolusi yang  lebih tinggi 

dar i pada  kadar disolusi  tablet  siprof loksasin paten. Per bedaan yang 

terjadi dapat dipengaruhi oleh f aktor  intr insik obat mis alnya  luas 

permukaan par tikel, bentuk par tikel dan f aktor teknologi misalnya metode

yang digunakan dalam produksi.  

Berdasar kan per syar atan disolusi, baik tablet siprof loksasin gener ik 

maupun  tablet  siprof loksasin paten merek X, Y dan Z telah memenuhi 

per syar atan disolusi  sebagaimana yang  ter ter a dalam USP 28, dimana 

 jumlah siprof loksasin yang terdisolusi pada menit ke 30 harus tidak kur ang 

dar i 80%. Hasil  kadar disolusi  ter sebut dapat membuktikan  bahwa, 

anggapan masyar akat mengenai mutu obat gener ik lebih r endah dar ipada 

obat paten dapat ter bantahkan.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 30/32

 

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasar kan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan 

bahwa tablet siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten merek 

X, Y dan Z memenuhi per syar atan uji disolusi yang ter ter a pada USP 28.  

V.2 Saran

Sebaiknya dilakukan uji bio-availabilitas secar a in vivo pada tablet 

Siprof loksasin gener ik dan paten.  

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 31/32

 

31

DAFTAR REFERENSI

1. Zubaidah I. Per bandingan mutu f isik dan prof il disolusi tablet  ibuprofen merek dagang dan  gener ik. Sur akar ta: Fakultas Farmasi Univer sitas Muhammadiyah Sur akar ta; 2009. 

2. Tjay TH, Rahardja K.  Obat-obat penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek  sampingnya 5th ed. Jakar ta: PT Ele Media Komputindo; 2002. 

3. Har ianto, Sabar i jah W, Fitr i T. Ma jalah ilmu kef armasian:per bandingan mutu dan har ga  tablet  amoksisilin 500 mg  gener ik dengan  non  gener ik yang  beredar di pasar an 3 th ed. Depok:Depar temen Farmasi Univer sitas Indonesia; 2006.  

4. Depar temen Farmakologi dan  ter apeutik f akultas  kedokter an Univer sitas Indonesia. Farmakologi dan  ter api 5 th ed. Jakar ta: Balai Pener bit FKUI; 2008. 

5. Kar sono. Studi  bioekivalensi  tablet  glibenklamida. Medan: Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI; 2008.  

6. Anonim. Har ga obat yang r asional. [Online]. 2009 Des 21 [cited 2010  Apr 10]; Available from: URL:http://www.apotekkita.com/por tal apoteker . 

7. Anonim. Menin jau per bedaan obat gener ik dan paten. [Online]. 2009Des 02 [cited 2010 Mar 30]; Available from:URL:http://www.sttbali.com/Sekaa Teruna Teruni Bali. 

8. Direktor at Jender al POM Depar temen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia 3th ed. Jakar ta: Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.  

9. Lachman L, Her ber t A, Joseph L, Kaning L. Teor i dan pr aktek f armasi industr i 3th ed. Jakar ta: Univer sitas Indonesia Press; 1994.  

10. Anonim. Per atur an Menter i Kesehatan Republik Indonesia nomor . 68tentang  kewa jiban menggunakan obat  gener ik di f asilitas pelayanan kesehatan pemer intah. Jakar ta: Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 

11. Anonim. Masa ber laku obat paten [Online]. 2009 Jan 10[cited 2010 Jul 20]; Available from: URL:http://www.dinaskesehatan.or g/Gener ik dan paten. 

5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 32/32

 

32

12. Anonim. Per atur an  kepala  badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia tentang pedoman uji  bioekivalensi. Jakar ta: Badan 

Pengawas Obat dan Makanan RI; 2005.  

13. Abdou H. Disolution  bioavailability and bioequivalence. Easton Pennsylvania: Mack publishing company; 1989.  

14. Watimena JR. Beber apa  aspek pokok pengujian mutu per bekalan f armasi. Bandung: Inter gr af ika; 1986.  

15. Mar tin EW. Dispensing of medication 7 th ed. Easton Pennsylvania:Mack publishing company; 1971. 

16. United States Pharmacopeial Convention,  inc. The united states pharmacopeia 28th ed. Canada: Webcom limited; 2005.  

17. Direktor at Jender al POM. Farmakope Indonesia 4 th ed. Jakar ta:Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.  

18. Parrot LE. Pharmaceutical  technology. Minneapolis: Bur gesr publishing company; 1987. 

19. Comp L, Armstrong L, Goldman M P. Drug information hand book 14th 

ed. APhA Pubications; 2006

20. Anonim. Informasi spesialite obat Indonesia 42

nd

ed. Jakar ta: Pener bit ISFI; 2007

21. Piddock LJV. Fluorquinolon resistance. New Yor k: BMJ; 1998.  

22. Skoog DA, Leary J J. Pr incilpes of instrumental analysis 4th ed. Flor ida:Harcour t Br ace College Publisher s; 1991.  

23. Sastrohamidjojo H. Spektroskopi. Yogyakar ta: Pener bit Liber ty; 1991.  

24. Mul ja M, Syahr ani A. Aplikasi  analisis  spektrofotometr i UV-Vis. Sur abaya: Mephiso Gr af ika; 1990.