kti_perbandingan uji disolusi
TRANSCRIPT
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 1/32
1
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya
penyelenggar aan kesehatan. Sebagian besar penanganan medik
menggunakan obat, oleh karena itu obat ter sedia pada saat diper lukan
dalam jenis dan jumlah yang cukup, ber khasiat nyata dan ber kualitas baik.
Obat didef inisikan sebagai semua zat baik kimiawi, hewani, maupun
nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, mer ingankan, atau
mencegah penyakit ber ikut gejalanya. (1, 2)
Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakter i, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat per tumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil. Antibiotik termasuk obat ber khasiat ker as yang digolongkan ke
dalam Daf tar Obat Ker as (Daf tar G) yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter . Antibiotik yang beredar di pasar an bermacam -
macam, baik bentuk sediaannya maupun kandungan zat aktif nya.(2, 3)
Antibiotik yang beredar di pasar an, antar a lain adalah
siprof loksasin. Siprof loksasin merupakan antibiotik der ivat siklopropil dar i
kelompok f luorokuinolon. Siprof loksasin yang beredar di pasar an antar a
lain ter sedia dalam bentuk tablet, kapsul dan infus. Tablet siprof loksasin
dipasar kan dalam bentuk sediaan tablet gener ik dan sediaan tabl et paten,
dengan har ga jual yang ber beda, dimana tablet paten memiliki har ga yang
lebih mahal dar i har ga tablet gener ik. (4, 5, 6)
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 2/32
2
Produk gener ik memiliki har ga yang lebih mur ah karena penetapan
har ga obat gener ik sepenuhnya ditentukan oleh pemer intah sela in itu,
pembuatan obat gener ik tidak per lu menanggung biaya yang tinggi karena
produk ter sebut dikemas secar a sederhana dan tidak memer lukan usaha
promosi. Sedangkan untuk produk obat paten memer lukan biaya
oper asional yang tinggi, mulai dar i biaya kemasan hingga biaya promosi.
(7)
Per bedaan har ga yang cukup besar , membuat konsumen
ber anggapan bahwa obat gener ik mempunyai mutu lebih rendah dar ipada
produk paten. Padahal, baik tablet gener ik maupun paten, memiliki zat
ber khasiat yang sama dan telah melalui ber bagai uji untuk memenuhi
per syar atan mutu, seper ti uji BA (bio-availabilitas) dan uji BE (bio-
ekivalensi).
Produk obat gener ik seharusnya mempunyai bioekivalensi yang
sama dengan produk paten sehingga akan menimbulkan efek klinik yang
sama pula. Bioekivalensi suatu produk obat, ditin jau dar i
bioavailabilitasnya, dimana bioavaibilitas atau keter sediaan hayati
ber kaitan dengan kecepatan disolusi suatu obat.
Disolusi merupakan proses melarutnya senyawa obat dalam
medium ter tentu. Semakin cepat suatu obat terdisolusi, maka akan
semakin cepat dan semakin tinggi per sentasi keter sediaan obat dalam
sir kulasi sistemik, sehingga akan menimbulkan efek yang lebih cepat.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 3/32
3
Oleh karena itu, la ju disolusi dapat berhubungan langsung dengan ef ikasi
(keman jur an) dan mutu suatu produk obat.
Berdasar kan ur aian di atas telah dilakukan penelitian uji disolusi
tablet siprof loksasin gener ik dan paten yang beredar di Makassar yang
ber tujuan untuk melihat mutu tablet siprof loksasin gener ik dengan tablet
siprof loksasin paten berdasar kan par ameter kecepatan disolusi. Adapun
permasalahannya adalah apakah tablet siprof loksasin gener ik dan paten
memiliki per bedaan kecepatan disolusi.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 4/32
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tablet
Tablet adalah sediaan kompak, dibuat secar a kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sir kuler , kedua permukaannya r ata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan yaitu zat pengisi, zat
pengembang, zat pelicin, zat pengikat, zat pembasah atau zat lain yang
cocok. Car a pembuatan tablet dibagi men jadi 3 car a, yaitu gr anulasi
basah, gr anulasi ker ing dan kempa langsung. Tablet dibuat terutama
dengan car a kempa, menggunakan mesin yang mampu menekan bahan
bentuk ser buk atau gr anul dengan menggunakan ber bagai bentuk dan
ukur an punch dan die, sehingga diperoleh bentuk dan ukur an tablet yang
ber beda. (8)
Tujuan desain dan pabr ikasi tablet kempa adalah untuk
member ikan obat melalui mulut dalam bent uk yang memadai, dalam
jumlah yang tepat pada atau melalui waktu yang tepat, di tempat yang
diinginkan yang juga mempunyai integr itas kimia yang dilindungi.
Disamping sif at kimia dan f isika dar i obat yang akan diformulasi, desain
f isik yang sebenar nya, proses pabr ikasi, ser ta uji kimia lengkap atas tablet
dapat member ikan efek yang ber ar ti pada keman jur an dar i obat yang
akan diber ikan. Kr iter ia dar i sediaan tablet adalah :
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 5/32
5
1. Tablet harus merupakan produk menar ik (bagus dilihat) yang
mempunyai identitasnya sendir i ser ta bebas dar i serpihan, keretakan,
peluntur an/pemucatan, kontaminasi, dan lain -lain.
2. Tablet harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi
dan pengepakan.
3. Tablet harus mempunyai kestabilan kimia dan f isika untuk
memper tahankan kelengkapan f isiknya sepan jang waktu.
Beber apa sif at f isik tablet dapat mengalami perubahan karena pengaruh
lingkungan dan stres, ser ta bahwa stabilitas f isika itu dalam beber apa
keadaan dapat sa ja lebih mempengaruhi bioavailabilitas dar ipada
stabilitas kimia. Sebuah tablet yang kuat secar a f isik dapat sa ja tidak
member ikan efek yang dihar apkan. Untuk mengevaluasi keman jur an
suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet
atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau
obat yang dibutuhkan harus dipastikan/diketahui. (9)
II.2 Obat Generik dan Obat Paten
Obat gener ik adalah obat dengan nama resmi I nternational Non
Pro pietary Names ( I NN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
atau buku standar lainnya untuk zat ber khasiat yang dikandungnya. (10)
Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten atau obat
yang baru ditemukan berdasar kan r iset dan memiliki masa paten yang
ter gantung dar i jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa
ber laku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu,
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 6/32
6
perusahaan f armasi ter sebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk
memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diper kenankan
untuk memproduksi dan memasar kan obat serupa kecuali jika memiliki
perjan jian khusus dengan pemilik paten. Setelah obat paten berhenti
masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat gener ik. (10,
11)
Produksi obat gener ik merupakan salah satu up aya penyediaan
obat yang bermutu dengan har ga yang terjangkau oleh seluruh lapisan
masyar akat. Obat gener ik umumnya memiliki har ga yang lebih mur ah dar i
obat paten, beber apa f aktor yang menyebabkan hal ter sebut adalah (1) :
a. Dalam har ga obat paten, terdapat komponen biaya promosi yang cukup
tinggi mencapai sekitar 50% dar i HET (Har ga Ecer an Ter tinggi),
sedangkan obat gener ik tidak dipromosikan.
b. Har ga obat paten biasanya ditetapkan berdasar kan daya ser ap pasar
dengan memperhitungkan har ga kompetitor , sedangka har ga obat
gener ik lebih didasar kan pada biaya kalkulasi nyata.
c. Har ga obat paten biasanya mengikuti har ga price leader dar i obat yang
sama, sedang obat gener ik tidak.
II.3 Ketersediaan Farmasetik (Pharmaceutical availability)
Keter sediaan f armasetik merupakan bagian obat yang dibebaskan
dar i bentuk pember iannya dan ter sedia untuk proses resor bsi, misalnya
dar i tablet, kapsul, ser buk, suspensi, suppositor ia dan sebagainya.
Dengan kata lain keter sediaan f armasetik menyatakan kecepatan larut
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 7/32
7
(dan jumlah) dar i obat yang ter sedia secar a in vitro. Banyak penelitian
mengenai pharmaceutical availability telah dilakukan dengan tablet
sebagai bentuk sediaan yang paling umum. Setelah ditelan tablet akan
pecah di lambung dan men jadi gr anul kecil, yang terdir i dar i zat aktif
tercampur zat-zat pembantu (gom, gelatin dan sebagainya). Setelah
gr anul-gr anul ini pecah, zat aktif dibebaskan. Bila daya larutnya cukup
besar , zat aktif ter sebut akan melarut dalam cair an lambung/usus,
ter gantung dimana obat pada saat itu ber ada. Setelah melarut, obat
ter sedia dan proses resorpsi oleh usus dapat dimulai. Per istiwa inilah yang
disebut pharmaceutical availability. Secar a skematis, mekanismenya
adalah sebagai ber ikut :
Gambar 1. Mekanisme pharmaseutical availability .
Banyak f armakope kini memuat syar at-syar at norma (standard)
untuk memer iksa tablet, tidak hanya mengenai kadar zat aktif nya dan
kesamaan kadar , melainkan juga mengenai kecepatan pecahnya (dalam
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 8/32
8
cair an lambung buatan) dan kecepatan larutnya dalam cair an usus buatan
(dissol ution rate). (2)
II.4 Ketersediaan Hayati / Bio-availabilitas (Biological availability )
Keter sediaan hayati adalah per sentase dan kecepatan zat aktif
dalam suatu produk obat yang mencapai/ter sedia dalam sir kulasi sitemik
dalam bentuk utuh/aktif setelah pember ian produk obat ter sebut, diukur
dar i kadar nya dalam dar ah terhadap waktu atau dar i ekskresinya dalam
ur in. Keter sediaan hayati dapat diukur in vivo (pada keadaan
sesungguhnya pasien) dengan menentukan kadar plasma obat sesudah
tercapai keseimbangan antar a kadar obat di semua jar ingan tubuh.
Sebaliknya keter sediaan f armasetik hanya dapat ditentukan secar a in vitro
dalam labor ator ium dengan mengukur kecepatan melarutnya zat aktif
dalam waktu ter tentu (dissol ution rate). Pengukur an ini dilakukan dengan
metode dan alat khusus guna meniru sejauh mungkin keadaan alami
dalam salur an lambung-usus. (2, 12)
II.5 Kesetaraan Hayati / Bio-ekivalensi (Biological equivalence)
Kesetar aan hayati dapat didef inisikan sebagai kesetar aan pola
kerja (kadar dan kecepatan resorpsi) dar i dua obat yang ber isi zat aktif
dengan dosis yang sama. Dua produk obat disebut bioekivalen jika
keduanya mempunyai zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama dan
dengan sediaan yang sama atau memiliki zat aktif yang sama tetapi
ber beda dalam bentuk kimia atau bentuk sediaan atau kekuatan, dan
pada pember ian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bio -
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 9/32
9
availabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal
ef ikasi maupun keamanan. Dua tablet dengan zat aktif yang sama tetapi
pabr ik ber lainan tidak selalu menghasilkan kadar dar ah dan efek yang
sama pula. Sebagai akibat dar i salah satu f aktor ter sebut, maka bio -
availabilitas masing-masing tablet dapat ber beda. Bahkan ada kalanya
tablet dar i satu pabr ik tetapi dar i batch ber lainan dapat pula ber beda bio -
availabilitasnya. (2, 12)
II.6 Disolusi
II.6.1.Teori Disolusi
Disolusi adalah proses pelepasan senyawa obat dar i sediaan dan
melarutnya dalam media pelarut, sedangkan la ju disolusi adalah jumlah
zat aktif yang dapat larut dalam waktu ter tentu pada kondisi antar
permukaan (cair -padat), suhu dan komposisi media yang dibakukan.
Tetapan la ju disolusi merupakan suatu besar an yang menun jukka n jumlah
bagian senyawa obat yang larut dalam media per satuan waktu. Uji
disolusi yang diter apkan pada sediaan obat ber tujuan untuk mengukur
ser ta mengetahui jumlah zat aktif yang ter larut dalam media pelarut yang
diketahui volumenya pada waktu dan suhu t er tentu, menggunakan alat
ter tentu yang didisain untuk menguji par ameter disolusi. (13, 14)
Disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau tahap yang
mengontrol la ju bioabsor bsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah,
karena tahapan ini ser ingkali merupakan tahapan yang paling lambat dar i
ber bagai tahapan yang ada dalam pelepasan obat dar i bentuk sediaannya
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 10/32
10
dan perjalanannya ke dalam sir kulasi sistemik. Proses disintegr asi dan
disolusi tablet di dalam kondisi in vitro atau in vivo digambar kan oleh
Wagner (1971) seper ti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Proses disintegr asi dan disolusi tablet
La ju absopsi dar i obat-obat ber sif at asam yang diabsorpsi dengan mudah
dalam salur an pencer naan ser ing ditetapkan dengan la ju larut obat dar i
tablet. Bila yang men jadi tujuan adalah untuk memperoleh kadar yang
tinggi di dalam dar ah, maka cepatnya obat dan tablet melarut biasanya
men jadi sangat menentukan. Karena itu la ju larut dapat berhubungan
langsung dengan ef ikasi (keman jur an) dar i tablet dan per bedaan bio -
availabilitas dar i ber bagai formula. Penaksir an penglepasan paling
langsung obat dar i formula tablet diperoleh dengan mengukur bio -
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 11/32
11
availabilitas in vivo, namun karena beber apa alasan, penggunaan in vivo
men jadi sangat ter batas, akibatnya uji disolusi secar a in vitro dipakai dan
dikembangkan secar a luas, dan secar a tidak langsung dipakai sebagai
pengukur availabilitas obat (9, 15).
II.6.2 Alat Disolusi
Alat disolusi terdir i dar i 2 jenis, yaitu (9) :
1. Alat 1, sebuah tablet diletakkan dalam ker an jang sar ingan kawat kecil
yang diikatkan pada bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan
pada sebuah motor yang kecepatannya dapat diatur . Ker an jang itu
dicelupkan ke dalam medium disolusi yang terdapat di dalam lab u 1000
ml. Labu itu ber bentuk silindr is dengan dasar ber bentuk hemisfer ik.
Suhu labu diper tahankan pada 37 0 C ± 0,50 C, dengan penangas
ber suhu tetap. Motor diatur pada kecepatan yang ditentukan, kemudian
cair an sampel diambil pada selang waktu ter tentu untuk menentukan
jumlah obat di dalam cair an itu.
2. Alat 2, alat ini sama dengan alat 1, hanya ker an jang diganti dengan
pedal yang dibentuk dar i pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk.
Sediaan obat dibiar kan tenggelam ke dasar labu sebelum diaduk.
II.6.3 Medium Disolusi
Menggunakan pelarut ter tentu yang ter ter a dalam monogr af i. Jika
medium disolusi adalah larutan buffer , sesuaikan larutannya sehingga pH
larutan tak lebih dar i 0,05 dar i pH yang ditentukan dalam monogr af i.
(Catatan : gas ter larut dapat menyebabkan ter bentuknya gelembung, yang
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 12/32
12
dapat mengubah hasil pengujian . Dalam kasus seper ti ini, gas ter larut
harus dihilangkan ter lebih dahulu sebelum memulai pengujian). (16)
II.6.4 Waktu Pengambilan Cuplikan
Bila dalam spesif ikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat
diakhir i dalam waktu yang lebih singkat bila per syar atan jumlah minimum
yang ter larut telah terpenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih,
cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan
toler ansi ± 2%. (17)
II.6.5 Kondisi Hilang
Istilah kondisi hilang (sink condition) ber asal dar i pembuktian
secar a f armakologis bahwa kadar obat pada kedua sisi lapisan epitel
dinding salur an pencer naan mendekati kesetimbangan dalam waktu
singkat dan salur an pencer naan berfungsi penghilang al ami, yaitu obat
diabsor bsi pada saat obat larut. Jadi dalam kondisi in vivo, tidak ada
peningkatan kadar . Selama uji disolusi, kondisi hilang merupakan salah
satu par ameter percobaan yang harus dikendalikan, yaitu dengan
senantiasa menambah media disolusi yang sama setelah pencuplikan
agar kadar zat ter larut tidak lebih dar i 10-15% kelarutan maksimumnya,
sehingga tidak ada perubahan kadar dalam lapisan. (15)
II.6.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi
a. Faktor intr insik obat (18) :
1) Luas permukaan spesif ik par tikel
2) Distr ibusi ukur an par tikel
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 13/32
13
3) Bentuk par tikel
4) Polimorf i
5) Bentuk asam, basa, gar am
b. Faktor lingkungan medium (18) :
1) Temper atur
2) Viskositas cair an
3) Konsentr asi par tikel yang terdisolusi
4) Kecepatan mengalir nya cair an
5) Komposisi medium disolusi : pH, kekuatan ionisasi, tegangan
permukaan.
c. Faktor teknologi
Per bedaan metode yang digunakan dalam produksi turut
mempengaruhi disolusi obat. Demikian pula pengunaan bahan -bahan
tambahan dalam produksi. Contoh bahan ta mbahan yang ser ing
digunakan adalah pensuspensi yang akan menurunkan la ju disolusi
karena kenaikan kekentalan. Contoh lain adalah bahan pelicin yang
ber sif at hidrofob karena mampu menolak air sehingga menurunkan la ju
disolusi obat. Studi kecepatan disolusi intr insik sudah diawali oleh Noyes
dan Whitney dengan per samaan :
dc/dt = K.S (Cs-C)
Keter angan :
dc/dt = Kecepatan disolusi obat
S = Luas permukaan bahan obat yang terdisolusi
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 14/32
14
K = Tetapan kecepatan disolusi
Cs = Larutan bahan obat jenuh
C = Kadar dalam obat yang ter larut dan cair an medium
Gambar 3 : Pengaruh difusi molekul zat ter larut terhadap la ju disolusi.
La ju disolusi dipengaruhi oleh difusi molekul -molekul zat ter larut
melalui lapisan difusi ke dalam bahan dar i larutan ter sebut. Per samaan di
atas mengemukakan bahwa la ju disolusi dar i suatu obat bisa ditingkatkan
dengan memper besar luas permukaan dengan meningkatkan kelarutan
obat dalam lapisan dengan f aktor -f aktor yang diwujudkan dalam konstanta
la ju disolusi. Tetapan kecepatan disolusi termasuk intensitas pengadukan
pelarut dan koef isien difusi dar i obat yang melarut. (15)
II.6.7 Kegunaan Uji Disolusi
Uji disolusi mempunyai beber apa kegunaan, yaitu (13) :
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 15/32
15
1. Mengontrol kualitas sediaan yang dilakukan dalam beber apa car a
produksi obat yang baik.
2. Evaluasi keser agaman antar a produk dar i batch ke batch.
3. Pengembangan kualitas sediaan.
4. Memper kir akan kecepatan pelepasan zat aktif dar i sediaan secar a in
vitro.
II.7 Uraian Umum Siprofloksasin
Siprof loksasin adalah salah satu antibiotik yang merupakan der ivat
siklopropil dar i kelompok f luor kuinolon dengan khasiat lebih luas dan kuat
dar ipada nalidiksinat dan pipemidinat, juga menghasilkan kadar
dar ah/ jar ingan dan plasma-t½ yang lebih tinggi. Resorpsinya baik dengan
bioavailabilitas 70% dan kadar plasma maksima l tercapai 0,5-1,5 jam
Diekskresikan melalui ur in (55%) dan feces (39%). Plasma -t½ yaitu 3-5
jam dan bisa mencapai kir a-kir a 8 jam pada gangguan fungsi gin jal yang
ser ius. (2)
Siprof loksasin bekerja sebagai bakterisid , yaitu dengan
menghambat DNA-gir ase, menghambat relaksasi super koloid DNA dan
memicu kerusakan untai gandai DNA pada bakter i, sehingga sintesis DNA
pada bakter i dapat dicegah. (19)
Siprof loksasin memiliki rumus kimia C17H18FN3O3, merupakan
ser buk ber war na kekuningan hingga kuning. Mempunyai kelarutan 36
mg/mL dalam air pada suhu 25°C dan dapat larut sebanyak 0,25 g dalam
10 ml asam klor ida 0,1N. Zat ini tidak stabil terhadap udar a, cahaya dan
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 16/32
16
pemanasan, oleh karena itu harus disimpan pada wadah kedap dan tahan
cahaya, pada suhu 250 C, dengan toler ansi penyimpangan antar a 15 0 C
dan 300 C, dan hindar kan dar i panas ber lebih. Siprof loksasin dalam
sediaan tablet disimpan pada wadah yang ter tutup baik. Tablet
siprof loksasin, ter sedia dalam sediaan tablet 100 mg, 250 mg, 500 mg dan
750 mg. (16, 20)
Indikasi dar i siprof loksasin adalah sebagai ber ikut (19):
1. Anak-anak.
Infeksi salur an ur in dan pyelofritis yang disebabkan oleh E.coli .
catatan: meskipun demikian, siprof loksasin bukan merupakan obat
pilihan per tama.
2. Anak-anak dan dewasa.
Untuk menurunkan angka kejadian penyakit ter kait dengan
Baccil us anhratic us. Pada infeksi mata, digunakan untuk mengobati
infeksi pada okular (corneal ulcer, conj ungtivitis ) atau bakter i sejenis.
3. Dewasa.
Untuk pengobatan infeksi yag disebabkan bakter i, infeksi salur an
ur in, cistitis akut tanpa komplikasi pada wanita, prostatitis bakter i kronik,
infeksi salur an naf as bawah (termasuk eksaser basi akut dan bronchitis
kronik), sinusitis akut, infeksi kulit, tulang dan per sendian, infeksi
intr aabdominal komplek, diare karena infeksi, demam tyfoid karena
Salmonella ty phi , pneumonia nosokomial, ter api empir is febr ile
neutrophenic (kombinasi dengan piper acillin).
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 17/32
17
Dosis, car a pember ian dan lama pember ian dar i siprof loksasin
adalah, sebagai ber ikut (19) :
1. Dosis anak-anak :
Or al:
a. Infeksi salur an ur in atau pyelofritis: anak 1-17 tahun: 20-30
mg/kg/har i ter bagi dalam 2 dosis terpisah (setiap 12 jam) untuk
10-21 har i. Maksimal 1.5 g/har i.
b. Cistitis f ibrosis: anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/har i dalam dosis
ter bagi setiap 12 jam, pember ian selama 1 minggu
In jeksi:
a. Infeksi salur an ur in komplikasi pada anak 5-17 tahun: 6-10 mg/kg
setiap 8 jam untuk 10-21 har i (maksimum 400 mg/dosis).
b. Cistitis f ibrosis:anak 5-17 tahun; 30 mg/kg/har i dalam dosis ter bagi
setiap 8 jam untuk satu minggu.
2. Dosis dewasa :
Or al:
a. Infeksi salur an ur in:
y Infeksi salur an ur in akut tanpa komplikasi: 250 mg setiap 12
jam selama 3 har i.
y Infeksi salur an ur in akut dan pyelonefr itis tanpa komplikasi:
sedíaan lepas lambat 1000 mg setiap 24 jam selama 7-14 har i.
y cistitis akut tanpa komplikasi sediaan lepas lambat 500 mg
setiap 24 jam selama 3 har i.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 18/32
18
y Infeksi salur an ur in sedang : 250 mg setiap 12 jam selama 7 -14
har i.
y Infeksi salur an ur in ber at: 500 mg setiap 12 jam selama 7-14
har i.
b. Infeksi salur an naf as bawah, dan infeksi pada kulit: 500 750 mg
dua kali sehar i untuk 7-14 har i, ter gantung pada tingkat kepar ahan
infeksi yang terjadi.
c. Infeksi pada tulang dan per sendian: 500 -750 mg dua kali sehar i 4-
6 minggu, ter gantung pada kepekaan dar i bakter i penginfeksinya.
d. Diare karena infeksi: 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.
e. Infeksi intr aabdominal (kombinasi dengan metronidazol): 500 mg
setiap 12 jam selama 7-14 har i.
f . Demam tyfoid: 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.
g. Infeksi gonore uretr al /ser vikal : 250-500 mg dosis tunggal.
h. Infeksi gonore menyebar: 500 mg dua kali sehar i selama
pengobatan 7 har i penuh (pengobatan awal dengan sef tr iakson 1
g IM/IV perhar i untuk 24-48 jam setelah ditemukan kasus
ter sebut).
i. Sinusitis (akut): 500 mg setiap 12 jam selama 10 har i.
j. Prostatitis kronik karena bakter i: 500 mg setiap 12 jam selama 28
har i.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 19/32
19
In jeksi:
a. Infeksi tulang dan per sendian: infeksi r ingan dan sedang : 400 mg
setiap 12 jam untuk 4-6 minggu; infeksi ber at dan komplikasi: 400
mg setiap 8 jam selama 4-6 minggu.
b. Infeksi salur an napas bawah dan infeksi pada kulit: r ingan hingga
sedang :400 mg setiap 12 jam selama 7-14 har i; infeksi gawat dan
komplikasi: 400 mg setiap setiap 8 jam selama 4 -6 minggu.
c. Pneumonia nosokomial: (r ingan,sedang dan ber at): 400 mg setiap
8 jam selama 10-14 har i.
d. Prostatitis (kronik, karena bakter i) 400 mg setiap 12 jam selama
28 har i.
e. Sinusitis (akut): 400 mg setiap 12 jam selama 10 har i.
f . Infeksi salur an ur in: r ingan hingga sedang 200 mg setiap 12 jam
selama 7-14 har i; akut dan komplikasi: 400 mg setiap 12 jam
selama 7-14 har i.
g. Vebr ile neutropeni (kombinasi dengan piper acilin) 400 mg setiap
setiap 8 jam selama 7-14 har i.
h. Intr aabdominal infection (kombinasi dengan metronidazole): 400
mg setiap 12 jam selama 7-14 har i.
Kontr aindikasi dar i siprof loksasin yaitu terhadap pasien yang
mengalami hiper sensitif itas terhadap golongan siprof loksasin dan
komponen lain dalam sediaan. Efek samping dar i siprof loksasin yang
sangat ser ing terjadi adalah gangguan lambung -usus, seper ti sakit perut,
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 20/32
20
mual, muntah, anoreksia, dan diare. Disamping itu, efek samping yang
telah dilapor kan antar a lain reaksi aler gi (er itema, ur ticar ia), efek neurologi
(sakit kepala, pening, neuropati dan per asaan kacau), efek psikis hebat
(eksitasi, gelisah, reaksi panik) dan konvulsi. Siprof loksasin juga
menimbulkan resistensi, yaitu saat terjadinya resistensi pada kuman gr am -
negatif , seper ti E. coli dan Pseudomonas, enzim DNA-gyr ase berper an
utama dan topoisomer ase IV memegang per anan sekunder . Sebaliknya
pada kuman gr am-positif , suku-suku yang resisten dapat melakukan
mutasi pada enzim ini, sehingga men jadi sangat resisten.(2,19,21).
II.8 Uraian Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan salah satu cabang analisis
instrumental yang mempela jar i inter aksi antar a ato m atau molekul dengan
r adiasi elektromagnetik. Inter aksi antar a atom atau molekul dengan r adiasi
elektromagnetik dapat berupa hambur an (Scatter ing), absor bs
(absor btion), emisi (emission). Inter aksi antar a r adiasi elektromagetik
dengan atom atau molekul yang berupa absorpsi menghasilkan
spektrofotometr i absor bs antar a lain spektrofotometr i ultr aviolet (UV),
spektrofotometr i sinar tampak (Vis), spektrofotometr i inf a mer ah (IR). (22)
II.8.1 Spektrofotometer UV (Ultraviolet)
Spektrofotometr i UV yang dipakai un tuk aplikasi kuantitatif
menggunakan r adiasi dengan pan jang gelombang 200 -380 nm,
sedangkan spektrofotometr i sinar tampak menggunakan r adiasi dengan
pan jang gelombang 380-780 nm. Molekul yang dapat member ikan
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 21/32
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 22/32
22
A = Amplif ier (Penguat).
VD = Visual Display (Recorder).
Setiap bagian per alatan dar i spektroskopi memegang fungsi dan per anan
ter sendir i, yaitu sebagai ber ikut :
1. Sumber r adiasi, beber apa jenis sumber r adiasi yang dipakai pada
spektroskopi adalah lampu deuter ium, lampu tungsten dan lampu
mer kur i.
2. Monokromator , merupakan alat yang mengisolasi suatu ber kas r adiasi
yang menyeleksi pan jang gelombang yang diinginkan untuk
pengukur an cuplikan.
3. Sampel kompar temen (kuvet) merupakan wadah sampel yang
dianalisis.
4. Detector merupakan bagian yang mengubah ener gi r adiasi men jadi
isyar at listr ik.
5. Amplif ier , dan recorder merupakan r angkaian yang membuat isyar at
listr ik cocok untuk diamati dan system pembacaan yang menun jukkan
besar isyar at listr ik.
Tahap analisis kuantitatif dengan spektroskopi UV :
1. Pemilihan pelarut, pelarut yang digunakan pada spektroskopi UV harus
memenuhi per syar atan, yaitu tidak mengabsor bsi r adiasi pada pan jang
gelombang pengukur an sampel, tidak mengandung system
ter kon jugasi pada struktur molekulnya atau tidak ber war na, tidak
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 23/32
23
ber inter aksi dengan molekul senyawa yang diukur dan harus
mempunyai kemur nian tinggi.
2. Pemilihan pan jang gelombang, pada pengukur an harus dipilih pan jang
gelombang maksimum karena pada pan jang gelombang ini, kepekaan
analisis tinggi dan kur va ser apan tetap lurus sehingga memenuhi
hukum Lamber t beer yaitu, pan jang gelombang maksimum adalah
pan jang gelombang dimana terjadi A maksimum.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 24/32
24
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
II.1 Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskr iptif .
II.2 Waktu dan Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di Labor ator ium
Instrumen Politeknik Kesehatan Makassar dan Labor ator ium Instrumen
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Makassar .
II.3 Teknik Pengambilan Sampel.
II.3.1 Populasi.
Populasi dar i penelitian ini adalah tablet siprof loksasin gener ik dan
tablet siprof loksasin paten yang beredar di Makassar .
II.3.2 Sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah tablet siprof loksasin gener ik dan
tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z yang diambil secar a acak
dar i beber apa apotek di Makassar .
II.4 Pengerjaan Sampel.
II.4.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alat disolusi tipe 2, yaitu dengan
pengaduk berupa dayung (Shimadz u CS, 93011PC ® ), spektrofotometer
UV (Hitachi U 2000 ® ), timbangan analitik ( AND GF-200
® ) dan alat-alat
gelas.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 25/32
25
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tablet
siprof loksasin gener ik 500 mg, tablet siprof loksasin merek X, Y dan Z 500
mg, baku siprof loksasin standar f armakope, air suling dan asam klor ida
0,01 N.
II.4.2 Pembuatan bahan.
II.4.2.1 Pembuatan larutan baku.
Sejumlah lebih kur ang 50 mg baku siprof loksasin standar
f armakope ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,
dilarutkan dengan asam klor ida 0,01 N hingga batas tanda (diperoleh
larutan 500 ppm (µg/ml)). Dipipet 10 ml larutan 500 ppm ke dalam labu
takar 50 ml,diencer kan dengan asam klor ida 0,01 N hingga batas tanda
(diperoleh larutan 100 ppm). Dipipet 10 ml larutan 100 ppm ke dalam labu
takar 50 ml,diencer kan dengan asam klor ida 0,01 N hingga batas tanda
(diperoleh larutan 20 ppm). Kemudian dibuat larutan dengan konsentr asi
2, 4, 6, 8 dan 10 ppm.
II.4.2.2 Pembuatan Kurva Baku.
Dibuat 1 ser i larutan baku siprof loksasin standar f armakope dalam
asam klor ida 0,01 N dengan konsentr asi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Kemudian
masing-masing diukur ser apannya dengan spektrofotometer UV pada
pan jang gelombang maksimum 276 nm. Selan jutnya dibuat kur va baku
antar a ser apan terhadap konsentr asi.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 26/32
26
II.5 Prosedur Kerja. (16)
Sebanyak 6 tablet siprof loksasin yang akan diuji masing -masing
dimasukkan ke dalam bejana disolusi yang ber isi medium berupa asam
klor ida 0,01 N sebanyak 900 ml dengan suhu 37o C ± 0,5o C. Pengaduk
diputar dengan kecepatan 50 rpm. Selan jutnya dilakukan pengambilan
cuplikan sebanyak 10 ml pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 , setiap kali
penculikan medium disolusi ditambah sebanyak 10 ml.
Dilakukan penetapan kadar dengan car a mengukur ser apan
sampel hasil disolusi dengan menggunakan spektrofotometer UV pada
pan jang gelombang maksimum 276 nm, kemudian dihitung kadar nya.
Tablet siprof loksasin memenuhi syar at apabila jumlah zat ter larut
tidak kur ang dar i 80% selama 30 menit.
II.6 Pengumpulan Data.
Pengumpulan data berupa ser apan tablet siprof loksasin gener ik
dan tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z yang terdisolusi pada
menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60, kemudian dihitung kadar disolusi masing -
masing sampel.
II.7 Pengambilan Kesimpulan.
Kesimpulan diambil berdasar kan kadar disolusi tablet siprof loksasin
gener ik dan tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 27/32
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Berdasar kan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
berupa kadar disolusi (%) dar i tablet siprof loksasin gener ik dan tablet
siprof loksasin paten merek X, Y dan Z, yang terdisolusi pada menit ke
10,15, 30, 45 dan 60, sebagai ber ikut :
1. Hasil pengukur an untuk tablet gener ik menun jukkan bahwa kadar
disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar
98,82%, 99,03%, 99,12%, 99,42% dan 99,78 %.
2. Hasil pengukur an untuk tablet paten merek X menun jukkan bahwa
kadar disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar
98,1%, 98,34%, 98,88%, 99,32% dan 99,64%.
3. Hasil pengukur an untuk tablet paten merek Y menun jukkan bahwa
kadar disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar
71,09%, 74,83%, 80,16%, 86,94% dan 94,10%.
4. Hasil pengukur an untuk tablet paten Z menun jukkan bahwa kadar
disolusi r ata-r ata pada tiap satuan waktu masing-masing sebesar
96,31%, 97,03%, 97,42%, 98,43% dan 99,25%.
Data hasil pengukur an kadar disolusi selengkapnya ter te r a pada lampir an
4, tabel. 4.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 28/32
28
IV.2 Pembahasan
Uji disolusi dapat digunakan untuk menentukan per sentasi
keter sediaan obat dalam sir kulasi sistemik pada waktu ter tentu, hal ini
berhubungan dengan bio -availabilitas yang dapat men jadi par ameter
ef ikasi (keman jur an) dan mutu suatu produk obat. (9)
Penelitian ini menggunakan empat sampel yaitu, tablet
siprof loksasin gener ik, tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z.
Pemilihan sampel ter sebut didasar kan pada per bedaan har ga, dimana
tablet siprof loksasin paten merek X memiliki har ga yang paling mahal,
kemudian tablet siprof loksasin paten merek Y memiliki kisar an har ga
diantar a har ga tablet siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten
merek X, sementar a tablet siprof loksasin paten merek Z memiliki har ga
yang sama dengan tablet siprof loksasin gener ik, hal ini ber tujuan untuk
membuktikan kepada masyar akat bahwa per bedaan har ga dar i tablet
siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten tidak berpengaruh
terhadap mutu obat ter sebut, ditin jau d ar i kecepatan disolusinya.
Uji disolusi yang dilakukan menggunakan alat disolusi tipe 2, yaitu
alat dengan pengaduk berupa dayung, alat ter sebut digunakan karena
sampel adalah sediaan tablet. Medium disolusi yang digunakan adalah
asam klor ida 0,01 N, penggunaan asam klor ida ter sebut dimaksudkan
sebagai pengganti cair an lambung. Penambahan medium disolusi
sebanyak 10 ml setelah pengambilan cuplikan dilakukan untuk
mengendalikan kondisi hilang selama uji disolusi yang dalam kondisi in
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 29/32
29
vivo dapat menyebabkan tidak adanya peningkatan kadar . Sampel
siprof loksasin yang telah terdisolusi tidak stabil terhadap cahaya dan
pemanasan, hal ini dapat merubah nilai ser apan, oleh sebab itu, pada
pelaksanaan penelitian wadah sampel hasil disolusi yang digunakan
adalah wadah tahan cahaya berupa vial ber war na coklat.
Kadar r ata-r ata disolusi yang diperoleh pada menit ke 30 dar i tablet
siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z
tidak memiliki per bedaan yang mencolok, masing-masing adalah
sebanyak 99.12%, 98.88%, 80.16% dan 97.42%, ter lihat bahwa tablet
siprof loksasin gener ik memiliki kadar r ata-r ata disolusi yang lebih tinggi
dar i pada kadar disolusi tablet siprof loksasin paten. Per bedaan yang
terjadi dapat dipengaruhi oleh f aktor intr insik obat mis alnya luas
permukaan par tikel, bentuk par tikel dan f aktor teknologi misalnya metode
yang digunakan dalam produksi.
Berdasar kan per syar atan disolusi, baik tablet siprof loksasin gener ik
maupun tablet siprof loksasin paten merek X, Y dan Z telah memenuhi
per syar atan disolusi sebagaimana yang ter ter a dalam USP 28, dimana
jumlah siprof loksasin yang terdisolusi pada menit ke 30 harus tidak kur ang
dar i 80%. Hasil kadar disolusi ter sebut dapat membuktikan bahwa,
anggapan masyar akat mengenai mutu obat gener ik lebih r endah dar ipada
obat paten dapat ter bantahkan.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 30/32
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasar kan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa tablet siprof loksasin gener ik dan tablet siprof loksasin paten merek
X, Y dan Z memenuhi per syar atan uji disolusi yang ter ter a pada USP 28.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan uji bio-availabilitas secar a in vivo pada tablet
Siprof loksasin gener ik dan paten.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 31/32
31
DAFTAR REFERENSI
1. Zubaidah I. Per bandingan mutu f isik dan prof il disolusi tablet ibuprofen merek dagang dan gener ik. Sur akar ta: Fakultas Farmasi Univer sitas Muhammadiyah Sur akar ta; 2009.
2. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya 5th ed. Jakar ta: PT Ele Media Komputindo; 2002.
3. Har ianto, Sabar i jah W, Fitr i T. Ma jalah ilmu kef armasian:per bandingan mutu dan har ga tablet amoksisilin 500 mg gener ik dengan non gener ik yang beredar di pasar an 3 th ed. Depok:Depar temen Farmasi Univer sitas Indonesia; 2006.
4. Depar temen Farmakologi dan ter apeutik f akultas kedokter an Univer sitas Indonesia. Farmakologi dan ter api 5 th ed. Jakar ta: Balai Pener bit FKUI; 2008.
5. Kar sono. Studi bioekivalensi tablet glibenklamida. Medan: Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI; 2008.
6. Anonim. Har ga obat yang r asional. [Online]. 2009 Des 21 [cited 2010 Apr 10]; Available from: URL:http://www.apotekkita.com/por tal apoteker .
7. Anonim. Menin jau per bedaan obat gener ik dan paten. [Online]. 2009Des 02 [cited 2010 Mar 30]; Available from:URL:http://www.sttbali.com/Sekaa Teruna Teruni Bali.
8. Direktor at Jender al POM Depar temen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia 3th ed. Jakar ta: Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.
9. Lachman L, Her ber t A, Joseph L, Kaning L. Teor i dan pr aktek f armasi industr i 3th ed. Jakar ta: Univer sitas Indonesia Press; 1994.
10. Anonim. Per atur an Menter i Kesehatan Republik Indonesia nomor . 68tentang kewa jiban menggunakan obat gener ik di f asilitas pelayanan kesehatan pemer intah. Jakar ta: Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
11. Anonim. Masa ber laku obat paten [Online]. 2009 Jan 10[cited 2010 Jul 20]; Available from: URL:http://www.dinaskesehatan.or g/Gener ik dan paten.
5/8/2018 KTI_Perbandingan Uji Disolusi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ktiperbandingan-uji-disolusi 32/32
32
12. Anonim. Per atur an kepala badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia tentang pedoman uji bioekivalensi. Jakar ta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI; 2005.
13. Abdou H. Disolution bioavailability and bioequivalence. Easton Pennsylvania: Mack publishing company; 1989.
14. Watimena JR. Beber apa aspek pokok pengujian mutu per bekalan f armasi. Bandung: Inter gr af ika; 1986.
15. Mar tin EW. Dispensing of medication 7 th ed. Easton Pennsylvania:Mack publishing company; 1971.
16. United States Pharmacopeial Convention, inc. The united states pharmacopeia 28th ed. Canada: Webcom limited; 2005.
17. Direktor at Jender al POM. Farmakope Indonesia 4 th ed. Jakar ta:Depar temen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
18. Parrot LE. Pharmaceutical technology. Minneapolis: Bur gesr publishing company; 1987.
19. Comp L, Armstrong L, Goldman M P. Drug information hand book 14th
ed. APhA Pubications; 2006
20. Anonim. Informasi spesialite obat Indonesia 42
nd
ed. Jakar ta: Pener bit ISFI; 2007
21. Piddock LJV. Fluorquinolon resistance. New Yor k: BMJ; 1998.
22. Skoog DA, Leary J J. Pr incilpes of instrumental analysis 4th ed. Flor ida:Harcour t Br ace College Publisher s; 1991.
23. Sastrohamidjojo H. Spektroskopi. Yogyakar ta: Pener bit Liber ty; 1991.
24. Mul ja M, Syahr ani A. Aplikasi analisis spektrofotometr i UV-Vis. Sur abaya: Mephiso Gr af ika; 1990.