kti renita yulisa -...
TRANSCRIPT
APLIKASI PEMBERIAN REBUSAN DAGING BUAH
MAHKOTA DEWA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAHPADA Ny X DENGAN
HIPERTENSI DIPUSKESMAS
GAJAHAN SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
RENITA YULISA
NIM. P.13109
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUSMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
APLIKASI PEMBERIAN REBUSAN DAGING BUAH
MAHKOTA DEWA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAHPADA Ny X DENGAN
HIPERTENSI DIPUSKESMAS
GAJAHAN SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
RENITA YULISA
NIM. P.13109
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUSMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena
berkat,rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis mampu menyelesaaikaan
karyatulis ilmiah yang berjudul “pemberiaan rebusan daging mahkota dewa
terhadao penurunan tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi di puskesmas
gajahan surakarta”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan termakasih dan penghargaan setinggi-tinggianya kepada
yang terhormat:
1. Wahyu agustin, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKES kusuma
husada surakkarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba
ilmu di stikes kusuma husada surakarta.
2. Merry oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua program studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
stikes kusuma husada surakarta.
3. Alfiyana nadya rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku sekretaris STIKES
prodi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk
menimba ilmu di stikes kusuma husada surakarta.
4. Fakrudin nasrul sani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing serta
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat,
v
memberikan masukan-masukan, ispirasi perasaan aman dalam
membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis
ini.
5. Galih setia adi, S. Kep., Ns., M.kep, selaku penguji I yang telah banyak
memberi masukan dan saran, serta memberi motivasi pada penulis
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
6. Semua dosen prodi DIII kepetawatan STIKES kusuma husada surakarta
yang telah memberi bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang
bermanfaat
7. Sudarmi, S.Kep., selaku pembimbing lahan di Puskesmas Gajahan
Surakarta yang telah banyak memberikan masukan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Puskesmas
8. Kedua orang tuaku (rosidi dan wiji) yang telah memberikan kasih sayang
dan doa serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan DIII keperawatan.
9. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3b proram studi DIII
keperawatan STIKES kusuma husada dan berbagai pihak yang tidak
mampu penulis sebut satu-persatu, yang memberikan dukungann.
Semoga laporan karya tulis ilmiah bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta , mei 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 7
1. Hipertensi .............................................................................................. 7
2. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi .................................... 17
3. Pemberian Rebusan Daging Mahkota Dewa ............................... 24
B. Kerangka Teori .................................................................................. 26
C. Tekanan Darah ..................................................................................29
vii
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ........................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu ............................................................................... 31
C. Media dan Alat yang Digunakan.......................................................... 31
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ................................... 31
E. Alat Untuk Evaluasi dari Aplikasi Riset .............................................. 32
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................ 33
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 39
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 40
D. Implementasi Keperawatan .................................................................. 41
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 44
BAB V PEMBAHASA
A. Pengkajian ............................................................................................ 47
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 47
C. Intervensi .............................................................................................. 54
D. Implementasi ........................................................................................ 57
E. Evaluasi ................................................................................................ 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................................... 9
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka teori .................................................................................... 28
Gambar 2.2 Genogram ........................................................................................... 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : 1 Usulan Judul
Lampiran : 2 Surat Pernyataan
Lampiran : 3 Observasi
Lampiran : 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran : 5 Lembar Konsultasi
Lampiran : 6 Jurnal Utama
Lampiran : 7 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Triyanto (2014), hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian atau mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada
dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan
fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
Penderita hipertensi saat ini cenderung meningkat, menurut WHO
(2012), The Internasional Society of Hypertension (ISH) sebagaimana
dikuti Depkes(2012), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di
seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh
dari setiap 10 penderita tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Penderita hipertensi di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang jantung,
stroke, gangguan ginjal dan kebutaan, sedangkan di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat jumlahnya yaitu sebanyak 31,7% tahun
2009 menjadi 39,2% tahun 2011(Riskesdas, 2011).
Prevelensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada
tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevelensi sebesar 3,30% artinya
2
setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4
kabupaten atau kota dengan prevelensi sangat tinggi diatas 10% yaitu
kabupaten Brebes sebesar 18,60%, kota tegal 15,41%, kabupaten
Karanganyar 13,81%, dan kabupaten Sukoharjo 10,89% (Profil kesehatan
Prov. Jawa Tengah, 2008).
Penatalaksanaan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara
farmakologi dan non farmakologis. Pengobatan secara farmakologi
dilakukan dengan pemberian obat diuretic atau vasodilator(brunner &
suddarth,2002) .Pengobatan non farmakologi sendiri dilakukan dengan
mengontrol hipertensi, seperti pola makan dan gaya hidup (Dalimartha,
2009).Penggunan pengobatan herbal juga semakain banyak diminati oleh
masyarakat karena telah terbuki bahwa obat yang berasal dari tumbuhan
lebih menyehatkan dan tapan efek samping dibadingkan denga obat-obatan
yang berasal dari bahan kimia (Tariga,2003). Menurut penelitian (Aprilita,
2005), pemberian daging buah mahkota dewa sehari sekali selama tujuh
hari dapat menurunkan tekanan darah.
Mahkota dewa merupakan tumbuhan herbal yang berasal dari
Papua. Buah mahkota dewa adalah yang paling sering digunakan dalam
pengobatan tradisional dengan mencampurkan bahan-bahan yang lain.
Kandungan flafonoid pada buah phalera macrocapan dapat digunakan
sebagai anti hipertensi. Khasiat buah mahkota dewa adalah untuk
mengobati luka, diabetes, liver, flu, alergi, sesak nafas, desentri, peyakit
3
kulit, jatung, ginjal kanker, darah tinggi, asam urat, penambahan stamia,
ketergantungan narkoba dan pemicu kontraksi rahim (Rohyami,2008).
Hal ini sesuai dengan penelitian vivi (2003), bahwa mahkota dewa
mengandung senyawa seperti tanin, terpenoid, flavonoid, alkaloid dan
saponin memiliki aktivitas anti kanker dan anti oksida. Hal ini sejalan
dengna hasil penelitian Regina (2003), menunjukan kemanjuran mahkota
dewa dalam mengobati berbagai macam penyakit akut. Hal ini sering
digunakan untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan gangguan hati.
Berdasarkan permasalahan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
mengaplikasikan tindakan pemberian Rebusan Daging Buah Mahkota
Dewa pada pasien hipertensi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan
darah pada pasien hipertensi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan pemberian rebusan daging buah mahkota
dewa terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
b. Penulis mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
c. Penulis mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
4
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
hipertensi
f. Penulis mampu menganalisa pemberian rebusan daging buah
mahkota dewa terhadap tekanan darah tinggi pada pasien dengan
hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Memperoleh dan memperluas wawasanuntuk mengaplikasikan hasil
penelitian dalam asuhan keperawatan dengan pemberian rebusan daging
buah mahkota dewapada pasien hipertensi.
2. Bagi Profesi Keperawatan
a. Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan tentang pemberian
rebusan daging buah mahkota dewa terhadap penurunan tekanan
darah tinggi atau hipertensi
b. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan
kasus tekanan darah tinggi atau hipertensi
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dengan pemberian rebusan buah daging mahkota dewa
5
pada pasien hipertensi sehingga dapat digunakan bagi praktek
mahasiswa kepetawatan
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang di
tunjukkan oleh angkasystolik (bagian atas) dan angka bawah
(diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupaair raksa (sphygmomanometer)
ataualat digital lainnya.Darah tinggi merupakan suatu gangguan pada
pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang mengakibatkannya (Ratna, 2013).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80
mmHg.Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan
darah.Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena
dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh
seperti jantung, ginjal, dan otak.Penyelidikan epidemiologis
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan dengan
morbilitas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Arif, 2012).
7
2. Klasifikasi hipertensi
a. Penyakit darah tinggi atau hipertensi di kelompokkan dalam 2 tipe
klasifikasi, yaitu :
1) Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.
2) Hipertensi Secondary adalah suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,
gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh (Ratna D,
2013).
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi, berdasarkan wadda’ A
Tabel 1.1.Klasifikasi Hipertensi menurut Wadda’ A (2015).
Derajat Tekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan diastolik
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hioertensi derajat II >- 160 Atau >100
8
c. Klasifikasi hipertensi menurut European Society Of Cardiology:
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi (ESC, 2007 dalam Wijaya
Putri, 2013).
Kategori Tekanan
sistolik
mmHg
Tekanan
diastolik
mmHg
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/
atau
80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/
atau
85-89
Hipertensi derajat I 140-159 Dan/
atau
90-99
Hipertensi derajat
II
160-179 Dan/
atau
100-109
Hipertensi derajat
III
>-180 Dan/
atau
>-110
Hipertensi sistolik
terisolasi
>-190 Dan >90
9
d) Klasifikasi Menurut WHO (2015), yaitu :
1) Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-
109 mmHg
2) Hipertensi derajat II, jika tekanan distoliknya 110-119
mmHg
3) Hipertens derajat III, jika tekanan diastoliknya lebih
dari 120 mmHg
3. Penyebab hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000), penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana
penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Penyebab
pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Kurang dari 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder. Hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovaskuler, gagal ginjal dan penyakit lainnya. Faktor yang
mempengruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin.
10
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme).
Berdasarkan pendapat menurut Sudarmoko (2015),
menyebutkan bahwa penyebab hipertensi adalah:
1) Faktor yang bisa dikontrol yaitu :
a) Obesitas
b) Konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan rokok
c) Kurangnya aktivitas olahraga
d) Konsumsi garam berlebih
e) Pola makan sembarangan
2) Faktor yang tidak bisa dikontrol
a) Faktor keturunan
b) Jenis kelamin
c) Usia
d) Pekerjaan, pendidikan,sosio, dan ekonomi
e) Lingkungan
11
4. Tanda dan gejala hipertensi
Menurut Sudarmoko(2015), ketika tekanan darah naik dengan
sangat cepat sehingga tekanan diastol lebih besar dari 140 mmHg,
biasanya baru muncul tanda-tanda tertentu yang bisa dilihat dari luar,
misalnya sakit kepala atau pusing, muka merah, serasa mau pingsan,
tinnitus (terdengar suara mendenging dalam telinga), keluar darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan penglihatan menjadi
kabur.
Menurut NANDA (2013), tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesiifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berati hipertensi arteri
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang paling sering pada
pasien hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala,
pusing, lemak, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah,
epistaksis, dan kesadaran menurun.
12
5. Patofisiologi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain
dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal
ini yang ikut dalam pengaturan tekanan darah dan curah jantung
ditentukan oleh diameter anterior. Bila diameternya menurun
(vasokontraksi), tahanan perifer meningkat, dan bila diameternya
meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun (Muttaqin,
2009).
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan
darah. Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tekanan
terbesar dialami oleh arteriole sehingga perbedaan desakan besar bila
arteriole menyempit akan menaikkan desakan darah. Stadium pertama
dari hipertensi sensil adalah kenaikan tonus dari arteriole (Murwani,
2011).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
13
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014).
6. Komplikasi
Menurut Triyanto (2014), komplikasi yang terjadi pada hipertensi
yaitu :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah
sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau kengan
terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan
diri secara mendadak.
14
b. Infarkmiokard
Terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokradium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
Terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-
paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan di tungkai
15
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema.Ensefalopati dapat terjadi tetutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.
Komplikasi menurut Ratna D (2013), orang yang mengidap
penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakit-penyakit antara
lain: stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, payah
jantung.
7. Penatalaksanaan
Menurut Triyanto (2014), penatalaksanaan dalam hipertensi dibagi
dalam dua golongan, yaitu :
a. Pengobatan non farmakologis:
1) Pola makan baik
2) Olahraga teratur
3) Menghentikan rokok
4) Membatasi konsumsi alkohol
5) Mengurangi kelebihan berat badan
6) Pemberian mahkpta dewa untuk menurunkan hipertensi
b. Pengobatan farmakologis:
Terapi farmakologis dilakakukan dengan pemberian obat-obatan,
yaitu:
16
1) Golongan diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang
diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu
ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium
melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan
kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan usia, kegemukam,
penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang
terdiri darialfa-blocker,beta-blocker dan alfa-beta-blocker
labetalol,yang menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem
saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan
memberikan respon terhadap stress, dengan cara
meningkatkan tekanan darah. Paling sering digunakan adalah
beta-blocker, yang pernah mengalami serangan jantung,
penderita dengan denyut jantung yang cepat, angina
pectoris(nyeri dada), sakit kepala migren.
17
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor(ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada: orang
kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, pria
yang menderita importensi sebagai efek samping dari obat
yang lain
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-
inhibitor
5) Vasolidator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh
darah.Obat golongan ini hampir selalu digunakan sebagai
tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Dewi (2011), pemeriksaan penunjang pada hipertensi yaitu:
1. EKG (Elektro Kardio Graf atau rekam jantung)
2. Pemeriksaan darah kimia (kreatinin, BUN)
18
3. Radiografi dada
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2013), pada penderita
hipertensi yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan paru
d. EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah glukosa
f. Pemeriksaan:Renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penetuan kadar urin
g. Foto thorax dan CT-
9. Konsep asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat
dinamis, membutuhkan kreatifitas dan berlaku rentang kehidupan dan
keadaan.Adapun tahap dalam melakukan keperawatan yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi (Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
2006).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
19
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Setiadi, 2012).
Pengkajian pada hipertensi menurut Padila (2013), yaitu:
a. Aktivitasistirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala:riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakitserebrovaskuler
Tanda:kenaikan TD, hipotensi postural, thakhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
c. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
faktor stress multiple
Tanda:letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan ataucairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
20
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema
f. Neurosensori
Gejala: keluhan pusingpening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic
g. Nyeriketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala:dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dyspnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernafasan,Bunyi nafas tambahan, sianosis
i. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda: episodeparestesia unilateral transein, hipotensi postural
j. Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik,
penggunaa pil KB atau hormon.
21
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) dari individu atau kelompok teman perawat secara legal
mengidentifikasi dan perawat memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Rohma dan Walid, 2012).
a. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis
(adanya peningktan tekanan vaskuler serebral).
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umun.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi.
d. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosanyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera
biologis (adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral).
Tujuan :nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri.
22
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan
tanda nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a) Lakukan pemgkajian nyeri secara komphrehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasu, frekuensi, kualitas dan
presipitasi.
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
d) Ajarkan teknik nonfarmakologi.
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
b. Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
umum
Tujuan: tidak terjadi intoleransi aktifitas
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi peningkatan tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
2) Mampu melakukan ADL secara mandiri.
3) TTV dalam batas normal.
4) Mampu berpindah tempat tanpa dengan atau bantuan alat.
5) Sirkulasi status baik.
Intervensi :
23
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan.
b) Berikan dorongan untuk aktifitas atau perawatan diri bertahap
jika dapat di toleransi.
c) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.
d) Kaji respon pasien terhadap aktifitas.
e) Monitor adanya pusing.
f) Observasi TTV tiap 2 jam
c. Diagnosagangguan pola tidur berhubungan dengan kurang prifasi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur
Kriteria hasil :
1) Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 per jam.
2) Tampak dapat istirahat dengan cukup.
3) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
a) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
b) Berikan kesempatan klien untuk istirahat atau tidur
c) Evaluasi tingkat stress.
d) Monitor keluhan nyeri.
e) Lengkapi jadwal tidur secara teratur.
f) Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi.
24
d. Diagnosakurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri.
Tujuan: pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi.
Kriteria hasil :
1) Pasien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan.
2) Mampu mengidentifikasi efek samping obat komplikasi.
3) Mampu mempertahankan tekanan darah dalam rentan
normal.
Intervensi:
a) Kaji kesehatan pasien dan keluarga untuk mempelajari lebih
dalam tentang gangguan yang dialami.
b) Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, jelaskan
apa itu hipertensi dan efek terhadap jantung, pembuluh darah,
serta otak.
c) Hindari mengatakan tekanan darah normal.
(Ardiansyah, 2012).
B. Pemberian RebusanDaging Buah Mahkota Dewa
Mahkota dewa merupakan tumbuhan herbal yang tumbuh
didaerah tropis pulau Papua. Khasiat buah mahkota dewa adalah untuk
mengobati luka, diabetes, liver, flu, alergi, sesak nafas, disentri,
penyakit kulit, jantung, ginjal, kanker, darah tinggi, asam urat,
penambah stamina, ketergantungan narkoba dan pemicu kontraksi
25
rahim (Rohyami, 2008). Pemberian buah mahkota dewa sehari sekali
dalam tujuh hari dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi
(Aprilita, 2005)
Menurut Albinur (2011), senyawa yang terkandung dalam
mahkota dewa adalah senyawa flavonoid. Senyawa ini bermanfaat
untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh, mencegah
terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan
kolesterol dan mengurangi penumbuhan lemak pada dinding pembuluh
darah serta mengurangi resiko penyakit jantung koroner (Apriyanti,
2012).
Kandungan kimia dalam mahkota dewa yang berpengaruh
tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan Systemic
Vascular Resistance (SVR) karena menyebabkan vasodilatasi. (Perez-
Vizcaino F, 2009 dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015).
Flavonoid juga menghambat kerja ACE yang dapat menghambat
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Guerrero L, 2012
dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015).
Renin Angiontensin Aldosterone pathway diketahui bahwa
renin mengubah angiotensinnogen menjadi angeotensin I, dan
Angiotensin Converting Enzim (ACE), mengubah angiotensi I menjadi
angiotensin II yang akan mempengaruhi tekanan darah. Bila produksi
renin dan ACE menurun maka produksi angiotensi I dan angiotensi II
juga akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi arteriol dan tekanan
26
darah akan turun (Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu Indra
Wirawan, 2015).
Mahkota dewa mempunyai manfaat yang besar, sehingga
diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non
farmakologi yaitu dengan pengobatan herbal dari daging buah mahkota
dewa yang dikeringkan kemudian direbus dengan air dan diminum 1
kali sehari dalam 7 hari (Aprilita, 2005).Mengontrol hipertensi dapat
memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan
obat-obatan sintesis yang belakanagan ini cenderung mengalami
hambatan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun,
sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non formakalogis
dengan obat alternatif berbahan bakudaging buah mahkota dewa yang
bisa dijangkau dari segi materil (Wayan I, 2015).
1. Langkah-langkah pembuatan rebusan buah Mahkota dewa :
a. Ambil beberapa butir buah mahkota dewa yang telah masak di
pohon (biasanya berwarna merah)
b. Kemudian ambil daging buah mahkota dewa dan dikeringkan
c. Setelah kering ambil 15 gr daging buah mahkota dewa rebus
dengan air 150 ml
2. Cara penggunaan rebusan buah mahkota dewa :
- Minumlah setiap pagi hari setelah bangun tidur sebelum makan
apa-apa
27
- Setelah minum tidak boleh minum minuman yang
mengandung kafein dan melakukan aktifitas berat
- Lakukan berturut-turut selama 1 minggu, lalu hentikan dulu,
sebab kalau dilakukan terus-menerus, khawatir tekanan darah
penderita turun terlalu rendah dan akan berbahaya kalau
berubah jadi tekanan darah rendah(Aprilita, 2005).
C. TEKANAN DARAH
a. Definisi
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamika
yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan
darah menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu.
Hemodinamika adalah suatu keadaan dimana tekananan darah dan
aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau zat di jaringan
tubuh (Mutaqin, 2009).
Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh
dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume, laju serta
kekentalan (viskositas) darah (Brunner dan suddarth, 2002).
b. Pengaruh Tekanan Darah
Pemeriksaaan tekanan darah akan didapatkan dua angka. Yang
lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistole), sedangkan
angka yang lebih rendah didapatkan saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah dapat terus meningkat jika tidak
28
mengontrolnya secara rutin. Umumnya peningkatan tekanan darah
didalam arteri terjadi karena beberapa sebab yaitu:
1. jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan setiap detiknya.
2. arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah
melalui arteri. Oleh karena itu, setiap jantung berdenyut, darah
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit sehingga
menyebabkan tekanan darah menjadi naik.
3. sirkulasi cairan bertambah sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal.
Biasanya, kelainan ini terjadi akibatnya tekanan dan volume
darah dalam tubuh meningkat (M Adib, 2011).
c. Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak
langsung. pengukuran metode langsung, kateter arteri dimasukkan
ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung sigmomanometer dan
stetoskop. Sigmomanometer tersusun atas manset yang dapat
dikembangakan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan
dengan rongga dalam manset. Manset dibalutkan dengan kencang
dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan
dipompa.Tekanan dalam manset dinaikan sampai denyutan
29
radikal atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan
bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis
telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30
mmHg diatas titik hilangnya denyutan radikal. Manset kemudian
di kempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara
auskultasimaupun palpasi. auskultasi kita dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner dan
Suddarth, 2002).
30
D. Kerangka teori 2.1
Faktor yang mempengaruhi
Hipertensi:
- Genetik
- Merokok
- Alkohol
- stres dan psikologis
- faktor lingkungan
- diet (peningkatan
penggunaan garam
dan berkurangnya
asupan kalium atau
kalsium).
Peningkatan
Tekanan darah
Pemberian rebusan
buah mahkota dewa
Penurunan tekanan
darah
31
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset
Subjek dari penelitian ini adalah Ny. S dengan diagnosa hipertensi di
puskesmas Gajahan Surakarta.
B. Tempat dan waktu
Aplikasi riset ini dilakukan di puskesmas Gajahan Surakarta, selama 1
minggu, tanggal 4 sampai 10 januari 2015
C. Media dan alat yang digunakan
a. Sphygmomanometer
b. Stetoskop
c. Air putih
d. Gelas ukur
e. Buah mahkota dewa
D. Prosedur tindakan
Prosedur tindakan yang dilakukan pada aplikasi riset tentang pengaruh
rebusan mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi adalah:
1. Langkah-langkah pembuatan rebusan mahkota dewa.
a. Penulis melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dengan
duduk
32
b. Penulis memberi pasien minum rebusan daging buah mahkota
dewa kering sebanyak 15gr lalu direbus dengan air 300ml sampai
tersisa 150 ml , dan diminum sehari satu kali selama tujuh hari.
c. Penulis mengawasi saat pasien minum rebusan daging buah
mahkota dewa kering, sambil menyarankan untuk 1 jam kedepan
pasien tidak minum minuman yang mengandung kafein dan
melakuakn aktifitas yang berat. Penulis juga menjelaskan kepada
pasien bahwa minum minuman yang mengandung kafein dan
melakuan aktifitas dapat mempengaruhi hasil.
d. 1 jam kemudian peneliti kembali pada pasien dan menanyakan
kondisi yang dirasakan setelah minum rebusan daging mahkota
dewa, sambil menunggu keadaan pasien menjadi rileks dan
sebelum melakukan pengukuran tekanan darah lembali untuk
menanyakan hasil yang valid.
e. Penulis melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien 1 jam
setelah pemberian rebusan daging buah mahkota dewa
f. Berikan rebusan daging mahkota dewa selama 7 hari.
E. Alat ukur untuk evaluasi dari aplikasi bersadarkan riset
Alat ukur yang digunakan adalah hasil pemeriksaan tensi.
33
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
Pasien kontrol ke Puskesmas tanggai 05 januari 2016 pada pukul 11.00
WIB, diperoleh hasil identitas pasien. Pasien benama Ny. S, alaraat Gajahan
RT 02/04 Surakarta, umur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir S MA, beragama islam, nomor rekam
medik 451XXX. Diagnosa Ny. S menderita hipertensi. Penanggung jawab
terhap Ny. S adalah Ny. E, umur 30 tahun, pekerjaan ibu rumah
tangga,alamat Gajahan RT 02/04 Gajahan Surakarta. Hubungan Ny. E adalah
dengan pasien adalah anak kandung.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode autoanamesa atau pengkajian
yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan pasien, dan
alloanamnesa atau pengkajian dengan melihat berdasarkan data dalam status
pada pasien dan dari keluarga.
1. Riwayat kesehatan pasen
Ketika dilakukan pengkajian, keluhan ulama yang dirasakan pasien
adalah kepala pusing. Riwayat kesehatan pasien sekarang, pada saat pasien,
datang ke Puskesmas Gajahan Surakarta pada tanggai 05 januari 2016 pada
pukul 11.00 WIB
34
Data pengkajian nyeri didapatkan basil P (provocate) nyeri kepala
dengan riwayat hipertensi, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat, R
(Region) nyeri dirasakan pada tengkuk, S (Scale) skala 5 dan T (Time) nyeri
hilang timbul.
Riwatat dahulu pasien mengatakan ketika masih kanak-kanak belum
pernah mengalami penyakit yang serius, belum pernah mengalami kecelakan,
pada tahun 2013 pasien penah dirawat dirumah saldt Klaten dengan keluhan
pusing dan dan badan lemas, pasien mengatakan belum pernah dioperasi dan
tidak mempunyai riwayat alergi obat serta makanan. Kebiasaan yang pasien
lakukan setiap pagi adalah meminum teh tawar. Riwayat penyakit keluarga
didapatkan ibu pasien yang mempunyai riwayat DM dan Hipertensi, kedua
orang tua dan suami pasien sudah meninggal. Saat ini pasien tinggal bersama
kelima anaknya.
35
Genogram 2.2
Keterangan
: meninggal
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: garis perkawinan
: tinggal satu rumah
: garis keturunan
Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan lingkungan dalam
keadaan bersih jauh dari polisi, ventilasi ada, jauh dari tempat-tempat kotor,
terdapat bersih, jauh dari pembuangan sampah.
Hasil pengkajian menurut pola gordon, pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting
36
dan jika pasien sakit ia juga sering berobat kepelayanan kesehatan seperti
puskesmas, bidan,dan dokter praktek.
Pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit jenis makanan nasi, sayur,
lauk, buah, frekuensi 3x sehari, porsi habis, tidak ada keluhan. Jenis
minuman air putih, teh tawar, frekuensi 7-8x sehari, porsi 1 gelas belimbing,
tidak ada keluhan. Selama sakit makan nasi, sayur, lauk, buah, frekuensi 3x
sehari, porsi 1 piring, tidak ada keluhan. Jenis minuman air putih, teh tawar,
frekuensi 7-8x sehari, porsi 1 gelas belimbing, tidak ada keluhan.
Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari
dengan warna kuning jernih dan berbau khas, sedangkan BAB pasien satu
kali sehari tiap pagi dengan konsistensi lunak dan berbau khas. Saat BAB dan
BAK tidak mengalami keluhan dan gangguan apapun, selama sakit pasien
mengatakan tidak ada keluhan dan gangguan apapun.
Pengkajian pola aktivitas dan latihan diperoleh hasil selama sakit
pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah,
dan ambulasi pasien mampu melakukan secara mandiri. Selama sakit pasien
mengatakan mampu melakukan aktifitas dan latihan secara mandiri.
Pengkajian pola tidur diperoleh hasil sebelum sakit pasien mengatakan
tidur kurang lebih 8 jam, tidak ada gangguan saat tidur perasaan setelah tidur
nyaman dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien
37
mengatakan tidur hanya 4-5 jam saja dan tidur dan tidur sering
terbangun,perasan setelah tidur yaitu masih mengantuk.
Pengkajian kognitif persepsi diperoleh hasil pengkajian data pengkajian
nyeri didapatkan hasil P: nyeri kepala dengan riwayat hipertensi, Q: nyeri
seperti tertimpa benda berat, R: nyeri dirasakan pada tengkuk, S: skala 5 dan
T: nyeri hilang timbul hasil. Pola persepsi konsep identitas diri, identitas diri
pasien adalah seorang wanita dan ia mempunyai 5 orang analc, peran pasien
adalah seorang ibu rumah tangga, harga diri paseien mengatakan dirinya
sangat dihargai oleh keluarga yang lain, tetangganya, yang ditandai dengan
adanya komunikasi yang positif. Ideal diri pasien mengatakan dirinya ingin
menjadi yang berguna bagi orang lain. Gambaran diri pasien mengatakan ia
tetap bersyukur dengan keadanya sekarang.
Pola hubungan peran, sebelum sakit dan selama sakit pasien
mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan tetangganya harmonis dan
tidak memiliki permasalahan. Pola seksualitas reproduksi, pasien mengatakan
ia seorang wanita berumur 60 tahun sudah mmenikah, dan memiliki 5 orang
anak dan semenjak suaminya meninggal pasien tidak pernah melakukan
hubungan seksual.
Pola mekanisme koping, pasien mengatakan ketika ada masalah dirinya
selalu bercerita kepada keluarga dan mengambil keputusan dilakukan secara
musyawarah. Pola nilai dan keyakinan, pasien
38
mengatakan beragama islam selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
Selama sakit pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
1. Hasil pemerksaan fisik
Pengkajian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan
umum pasien baik, GCS : 15 E4V5M6, kesadaran composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya tekanan darah 170/ 90 mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36°C.
Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil kepala mesochepal, kulit
kepala bersih, rabut hitam dan beruban. Mata simetris kanan dan kiri,
kantung mata sedikit hitam, tidak terdapat odem pada palpebra,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak iterik, pupil isokor, reflek terdapat
cahaya positif dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pemeriksaan hidung diperoleh hasil tidak ada selcrer, tidak ada
polip. Pemeriksaan mulut diperoleh hasil mukosa bibir lembab, lidah
bersih,. Pemeriksaan gigi diperoleh hasil tidak ada perdarahan pada gusi,
tidak menggukanan gigi palsu, gigi tinggal sedikit. Pemeriksaan telinga
diperoleh hasil bentuk simetris, terdapat sedikir serumen, tidak ada
benjolan, pendengaran jelas dan tidak menggunakna alat bantu
pendengaran. Leher diperoleh hasil tidak ada pembesaran tyroid.
Pemeriksaan paru-paru saat inspeksi bentuk dada simetris, tidak
ada luka. Palpasi vokal vremitus kanan dan kiri sama. Perkusi diperoleh
hasil ketukan sonor. Auskultasi suara paru
39
vasikuler. Pemeriksaan jantung diperoleh hasil saat inspeksi ictus cordis
tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba. Perkusi batas jantung terkesan
jantung tidak melebar dan saat auskultasi suara jantung normal terdengar
lup dup. Pemeriksaan abdomen diperoleh hasil saat inspeksi tidak ada
benjolan dan luka, auskultasi peristaltik 25x / menit, perkusi tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati, palpasi suara ketukan timpani.
Pemeriksaan genetalia diperoleh hasil bersih. Pada saat
pemeriksaan rektum diperoleh hasil bersih dan tidak ada benjolan. Pada
saat pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah diperoleh hasil yaitu
ekstermitas atas kekuatan otot 5 kanan dan kiri tidak ada derotmitas
tulang, akral teraba hangat, ROM kanan dan kiri aktif, dan capilary refile
kurang dari 2, detik. Ekstermitas bawah diperoleh hasil kekuatan otot
kanan dan kiri 5, tidak ada derormitas tulang, akral teraba hangat, ROM
kanan da kiri aktif dan capilary refile kurang dari 2 detik.
Pasien mendapatkan terapi dari dokter vitamin b-complek 12 jam
golongan generik yang memiliki fungsi untuk penambah stamina daya
tahan tubuh dan kekebalan tubuh, amplodipin 10mg/12 jam golongan
antihipertensi yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
asam mefenamat 500mg/8jam golongan anti inflamasi non-sterid yang
berfungsi mengurangi rasa nyeri. Candesartan cilexetil
16mg/24 jam golongan angiotensi yang berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
C. Rumusan Masalah
40
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh analisa data, diagnosa
keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
ditandai dengan data subjektif (p) pasien mengatakan nyeri, (Q) nyeri terasa
seperti tertimpa benda berat, (R) nyeri pada tengkuk, (S) 5, (T) bilang timbul
dan data objektif, pasien tampak menahan kesakitan, tekanan darah 170/90
mmHg.
Diagnosa keperawatan kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, ditandai dengan adanya
data subjektif pasien mengatakan pusing,data objektif yaitu tekanan darah
170/90mmHg.
Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra vaskuler serebral, ditandai dengan adanya data
subjektif pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering
terbangun, data objektif pasien tampak lemas dan tekanan darah.
D. Perencanaan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. S pada diagnosa
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan nyeri pasien berkurang
dengan kriteria hasil, pasien terlihat rileks, pasien mengatakannyeri
berkurang, skala nyri 0-2. Intervensi yang dilakukan kaji karakteristik nyeri
P, Q, R, S, T, rasional untuk mengatasi nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam rasional untuk mengurangi nyeri, beri posisi yang nyaman rasional
untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk
41
mengurangi nyeri.
Diagnosa yang kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x 24 jam diharapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria
hasil TTV klien dalam batas normal 120/80- 130/90mmHg, tercipta kondisi
nayaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan
darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, beri rebusan daging
mahkota dewa rasional untuk menurunkan tekanan darah, berikan posisi yang
nyaman rasional agar pasien dapat beristirahat dengan tenang, pantau respon
terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah pasien, kolaborasi
dalampemberian obat rasional menurunkan tekanan darah.
Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra vaskuler serebral adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat
teratasi dengan kriteria hasil pasien dapat beristirabat dengan tenang, pasien
tidak tampak gelisah, tidur 7-8 jam. Intervensi atau rencana lakukan
pengkajian pola tidur pasien rasional untuk memantau pola tidur pasien, kaji
kebutuhan tidur dengan rasional agar pasien bisa beristirahat, beri lingkungan
yang aman dan nyaman rasional agar pasien beristirahat dengan nyaman,
kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesil (asam mefenamat)
rasional untuk memblok lintasan nyeri.
42
E. Implementasi
Hari Selasa tanggai 05 Januari 2016 jam 11.10 WIB dilakukan tindakan
diagnosa pertama memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien
mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif tekanan darah 170/90 mmHg,
nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C. Jam 11.15 diagnosa
pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan
nyeri tengkuk saat berdiri dan bergerak, (Q) pasien mengatakan nyeri
tengkuk seperti tertimpa benda berat, (R) pasien mengatakan nyeri pada
bagian tengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri hilang timbul, data obyektif
pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi kepala.
Jam 11.20 diagnosa pertama dan dua mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, respon subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, data obyektif pasien tampak kooperatif. Jam
11.30 diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa data
subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data
obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan mahkota dewa. Jam 12.00
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam mefenamat dan
vitamin b complek respoti subjektif pasien bersedia meminum obat.
Jam 13.15 mengkaji pola tidur, respon subjektif pasien mengatakan
tidak bisa tidur, tidur hanya 4-5 jam dan sering terbangun, respon objektif
pasien tampak menguap dan kantung mata terlihat hitam. 13.50 diagnosa
yang ketiga berkolaborasi dengan keluarga dalam memberikan lingkungan
43
yang nyaman respon subjektif keluarga mengatakan bersedia diberikan
penjelasan tentang lingkungan yang nyaman, respon objektif keluarga tampak
mengerti apa yang sudah dijelaskan perawat.
Hari Rabu 06 Januari 2016 jam 09.00 WIB dilakukan tindakan
diagnosa kedua memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien
mengatakan bersedia di cek tekanan darahnya, data obyektif tekanan darah
160/90 mmHg, Nadi 81x/menit, 20x/menit, suhu 36,5°C. Jam 09.15 diagnosa
pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif pasien mengatakan
pusing mulai berkurang (P) pasien mengatakan nyeri tengkuk pada saat
berdiri dan bergerak, (Q) pasien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda
berat, (R) pasien mengatakan nyeri di tengkuk, (S) skala nyeri 4, (T) pasien
mengatakan nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak meringis
kesakitan.
Jam 09.30 diagnosa ketiga memonitor tidur pasien respon subyektif
pasien mengatakan sudah bisa tidur siang 2 jam, tidur malam 7 jam dan tidak
ada gangguan, data obyektif pasien tampak segar. Jam 09.50 diagnosa
pertama memberikan teknik relaksasi nafas dalam respon subyektif pasien
mengatakan bersedia, data obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 10.10
diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa respon
subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data
obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan mahkota dewa.
Jam 11.45 diagnosa ketiga menciptakan lingkungan yang nyaman
respon subyektif pasien merasa nyaman dengan lingkungan yang tenang, data
44
obyektif pasien tampak tenang.Jam 12.10 berkolaborasi dengan dolcter untuk
pemberian obat asam mefenamat dan vitamin b complek respon subjektif
pasien bersedia meminum obat.
Hari Kamis 07 Januari 2016 jam 09.00 WIB dilakukan tindakan
diagnosa kedua memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien
mengatakan bersedia, data obyektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi
82x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,5°C. Jam 09.20 diagnosa pertama
mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif pasien mengatakan sudah tidak
pusing, skala nyeri 2, data obyektif pasien tampak nyaman. Jam 10.10
diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa, respon
subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data
obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan
mahkota dewa. Jam 12.00 berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
asam mefenamat dan vitamin b complek respon subjektif pasien bersedia
meminum obat.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilakukan pada
hari selasa 05 Januari 2016 . jam 13.45 WIB dengan menggunakan metode
SOAP (subyetif, obyektif, assessment, plainning).
Diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri
pada tengkuk bergerak dan saat berdiri (Q) seperti tertimpa benda berat (R)
nyeri pada tengkuk (S) 5 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lernah,
pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Analisa masalah nyeri pada
45
tengkuk kepala belum teratasi (skala nyeri masih 5), plening lanjutkan
intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antibipertensi.
Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan
darahnya. Objektif tekanan darah 170/90mmHg, nadi 80x/menit, pemapasan
20x/menit, suhu 36,°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi
(tekanan darah masih 170/90 mmHg). Planing lanjutkan intervensi, pantau
tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang
nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa yang ketiga data subjektifnya pasien mengatakan tidur
hanaya 5-6 jam saja dan tidur sering terbangun. Data objektifhya pasien
tampak agak lemas. Analisa masalah ganguan pola tidur belum teratasi(jam
tidur hanya 4-5jam). Planing lanjutkan intervensi, lcaji kebutuhan tidur
pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk
pengobatan selanjutnya.
Hari kedua rabu 06 januari 2016 diagnosa yang pertama, data subyektif
(P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk saa t bergerak dan saat berdiri (Q)
seperti tertimpa benda berat (R) nyeri pada tengkuk (S) 4 (T) hilang timbul.
Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan menahan
nyeri. Analisa masalah nyeri pada tengkuk kepala belum teratasi(skala nyeri
dari 5 menjadi 4), plening lanjutkan intervensi, lcaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
analgesik dan antihipertensi.
46
Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan
darahnya. Objektif tekanan darah 160/90m mHg, nadi 80x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36,°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi(TD
dari 170/90 mmHg menjadi 160/90 mmHg). Planing lanjutkan intervensi,
pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang
nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa yang ketiga data subjektifnya pasien mengatakan sudah bisa
tidur dengan nyenyak dan tidak ada gangguan. Data objektifnya pasien
tampak rileks. Analisa masalah ganguan pola tidur teratasi (jam tidur dari 4-5
manjadi 6-8jam). Planin pertahankan intervensi, kaji kebutuhan tidur
pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk
pengobatan selanjutnya.
Hari ketiga kamis 07 januari 2016 diagnosa yang pertama, data
subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk sudah berkurang (Q)
nyeri sudah berkurang (R) nyeri sudah tidak terasa (S) 3 (T) -. Objektif pasien
tampak lebih rileks. Analisa masalah nyeri pada tengkuk belum teratasi (skala
nyeri 5 menjadi 3), plening pertahankan intervensi, kaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
analgesik dan antihipertensi.
Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan
darahnya. Objektif tekanan darah 150/100mmHg, nadi 83x/menit, pemapasan
20x/menit, suhu 36,5°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi
(tekanan darah. 170/90mmHg menjadi 150/100mmHg). Planing lanjutkan
47
intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri
posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
48
BAB V
PEMBAHASAN
Bab V ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi rebusan daging
mahkota dewa pada asuhan keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi di
Puskesmas Gajahan Surakarta. Pembahasan pada bab ini terutama membahas
adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada
Ny. S dengan Hipetensi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awai dan dasar dalam proses keperawatan
pengkajian merupakan tahap yang awai menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mendefinisikan masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini
akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan
menetukan desain perencanaan yang dibuat, Selanjutnya tindakan
keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena
itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi (Nikmatur dan saiful,
2012).
Penulis menggunakan metode (aulloanamesa dan autoanamesa)
wawancara kepada pasien dan keluarga, metode observasi, metode studi
dokumentasi yang mana penulis mengambil data dari catatan medis dirnana
catatan medis tersebut berisi riwayat kesehatan pasien, program
49
hasil pengkajian pada tanggai 5 januari 2016 pukul 11.00 WIB, keluhan utama
pasien mengatakan kepala pusing. Kondisi pasien tampak sedikit lemas dan
memegang tengkuk kepala, dengan pengkajian nyeri provoking (P): pasien
mengatakan nyeri pada saat berdiri dan bergerak, Quality (Q): nyeri seperti
tertimpa benda berat, Region (R): pasien mengatakan nyeri pada tengkuk, severty
(S): skala nyeri 5, time: pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Pengkajian nyeri
terdiri atas dua komponen utama yaitu: (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data
dari klien, dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif, dengan menggunakan (P,Q,R,S,T). P: Provoking atau
pemicu yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri, Q: Quality atau kuali tas nyeri
(misal: tumpul atau tajam), R: Region atau daerah yaitu daerah perjalanan
kedaerah lain, S: Sseverty atau keganasan yaitu intensitasnya, T: Time atau waktu
yaitu serangan lamanya, kekerapan, dan sebab (Mubarak, 2008).
Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
peningkatan tekanan darah menimbulkan masalah sehingga jantung dipaksa
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh,
akibatnya darah meningkat melebihi batas normal. Hal ini yang menyebabkan
adanya keluhan pusing atau kepala nyeri pada pasien hipertensi (Menkes, 2013).
Riwayat kesehatan dahulu pasien mengatan 3 tahun yang lalu pernah
dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah : 170/90 mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 20x/menit,
Suhu : 36°C. Terapi yang diterima yaitu vit B complek/12jam, amlodipin
50
5mg/12jam, asam mefenamat 500mg/8jam, candesertan/24 jam.
Data yang didapatkan teiah sesuai dengan teori pengkajian bahwa keluhan
utama yang muncul pada pasien hipertensi yaitu kepala terasa pusing (Nyeri) dan
tengkuk terasa berat, dan tidak bisa tidur. Gejala yang muncul pada nyeri yaitu
nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat (Brunner &
suddarth,2005). Riwayat kesehatan sekarang biasanya saat dilakulan pengkajian
pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, serta tidak bisa tidur.
Riwayat dahulu biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang menahun yang
sudah lama dialami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin
seperti amlodipin. Riwayat kesehatan keluarga biasanya penyakit ini adalah
penyakit keturunan (Brunner & Suddarth, 2005).
Pengkajian pola gordon, pola istirahat tidur pasien mengatakan tidak bisa
tidur, tdur kira-kira 4-5 jam saja dan sering terbangun saat tidur. Tampak sering
menguap dan terlihat ada lingkaran hitam dimata. Data tersebut telah sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan pola
tidur dan apabila pusing semakin parah maka akan semakin parah juga tingkat
gangguan pola tidurnya (Albertie, 2006). Juga menambahkan bahwa pusing dapat
menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi
berkurang.
B. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah atau respon kehidupan aktual
maupun pontensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
51
mencapai hasil ternpat perawat bertanggung jawab (Nikmatur dan Saiful,
2012).
Diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi yaitu penurunan curah
jantung, intoleransi aktivitas, nyeri, kelebihan volume cairan, resiko ketidak
efektifan perfusi jaringan otak, ketidak efektifan jaringan koping ( Asuhan
Keperawatan Nanda NIC-NOC, 2003). Rumusan masalah pada Ny. S
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, resiko ketidak
efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, ganguan
pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
1. Nyeri akut
Diagnosa yang pertama yang diangkat penulis pada asuhan
keperawatan Ny. S yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis.
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis dengan hasil, analisa data subjektif yaitu pasien mengatakan
kepala pusing, hasil pengkajian P: nyeri saat berdiri dan bergerak, Q: nyeri
seperti tertimpa benda berat, R: nyeri terasa ditengkuk, S: skala nyeri 5, T:
nyeri hilang timbul. Data objektif pasien tampak memegangi kepala
tekanan darah 170/90mmHg, Nadi: 80x/menit, respirasi 20x/menit,suhu:
36° C.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 2000).
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensori yang tidak
52
menyetiangkan dan memngkat akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual. atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan: sakit
yang tiba- tiba atau perlahan dari integritas ringan sampai berat dengan
akibat yang dapat diantisipasi atau dapat diramalka dan durasinya kurang
dari 6 bulan (Wilkison, 2007).
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis karena telah sesuai dengan batasan karakteristik nyeri yaitu
mengungkapakan secara verbal atau melaporakan dengan isyarat, gerakan
menghindari nyeri, perubahan autonomik dari tonus otot (dapat dalam
rentang tidak berenergi atau kaku), respon-respon autonimik misalnya
(diaphoresis, tekanan darah, pernafasan atau perubahan nadi, dilatasi
pupil), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga dan melindungi, berfokus
pada diri sendin, gangguan pola tidur, perilaku ekspresif (misalnya gelisah,
merintih, menangis kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan,
dan menarik nafas panjang (Wilkinson, 2007).
Berdasarkan batas karakteristik maka etiologi yang dapat diambil
penulis agen cidera biologis. Agen cidera biologis yang dialami pasien
yaitu peningkatan tekanan darah terjadi karena tekanan darah dipembuluh
arteri meningkat, peningkatan ini menimbulkan masalah sehingga jantung
dipaksa bekerja lebih kerasa dari biasanya untuk mengedarkan darah
keseluruh tubuh (Menkes, 2013).
2. Gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur dapat didefinisikan sebagai gangguan jumlah dan
53
kualitas tidur (penghentian kesadaran alami, periodik) yang dibatasi waktu
dalam jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007). Prioritas diagnosa gangguan
pola tidur karena sesuai batasan karakteristik (Wilkinson, 2007) yang
menyebutkan bahwa batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu tidur
lebih awal atau lebih lambat yang diinginkan, ketidak puasan tidur,
keluhaii verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang
perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik. Penuiis mencatrtumkan
masalah gangguan pola tidur dengan data subjektif pasien mengatakan
susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering terbangun, data objektif
pasien tampak lemas dan tekanan darah 170/ 90 mmHg, nadi: 80x/menit
pasien tampak menguap, kantung mata terlihat hitam.
Batasan karakteristik lain yang mungkin muncul yaitu lingkaran mata
gelap dibawah mata, penurunan rentatig perhatian, efek datar, sering
menguap, tidur terganggu, tidak bergairah, dan perubahan mood.
Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat diambil oleh
penulis yaitu peningkatan tekanan vaskuler serebral. Peningkatan tekanan
vaskuler serebral terjadi karena peningkatan tekanan darah atau hipertensi
yang dipengaruhi oleh curah jantung yang meningkat (Tembayang, 2000).
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah suatu penurunati
jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan
pada tingkat perifer (Wilkinson, 2007: 523). Penulis mencantmnkan
54
masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan data
subjektif pasien mengat.ak.an pusing, data objektif yaitu tekanan darah
170/90mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°C, pasien
tampak lemah.
Batasan karakteristik ketidakefektifan perfusi jaringan serbral yaitu:
perubahan tekanan darah, pusing, perubahan status mual, perubahan
perilaku, perubahan respon motorik, perubahan respon pupil, kesulitan
menelan, kelemahan ekstennitas dan ketidak-normalan dalam berbicara
(Wilkinson,2007).
Hasil pengkajiati terhadap pasien didapatkan data tekanan darah nailc
170/90mmHg dan keluhan pusing. Pusing adalah keadaan dimana
seseorang merasan seperti mau pingsan namun satu hal yang terpenting
adalah tidak ada seiisasi berputar. Pusing kepala biasanya disebabkan
stres, lcadar gula darah yang rendah, tekanan darah naik/turun, penurunan
aliran darah keotak atau yang dikanal sebagai insufisiensi vertebrobasiler
dan pendarahan (Lindsay, 2004).
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah terjadi di
identifikasikan dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanan
menggambarkan sejauh tnana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan etlsien (Nikmatur dan Saiful,
2012)
55
Setelah mengkaji tnendiagnosa dan menetapkan prioritas tentang
kebutuhan keperawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan
hasil. Tujuan tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus
mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Tujuan yang penulis sitsun sesuai
dengan teori yang ada pada buku fundamental keperawatan Potter dan Perry
(2005), mengacu pada 7 faktor : berpusat pada klien, tingkat pengetahuan
klien dan perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta
tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukan kapan respon yang diharapkan
harus terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan
singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan
dengan menyesuaikan dengan prioritas peraiasalahan penulis menyusun
rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan nyeri akut, resiko ketidak
efektifan perfusi jaringan dan gangguan pola tidur. Berdasarkan NIC
(Nursing Intervention Classification) dengan menggunak.au metode SMART
(Specific, Meausrable, Achievable, Realistic, Time) (Dermawan, 2012).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam di harapkan nyeri akut dapat teratasi.
Tujuan yang dilakukan pada Ny. S adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut dapat teratasi, batas waktu
pencapaian ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat teratasi, batas
waktu pencapaian tujuan ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat
56
tercapai dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Kriteria
waktu ini berdasarkan pada unsur etiologi dalam diagnosis keperawatan
yang ada (Nursalam,2011). Kriteria hasil skala nyeri 1-3, tanda-tanda
vital dalam batas normal tekanan darah 120/90mmHg, nadi 60-
100x/menit, respirasi 16-24x/menit, suhu 36-37° C, pasien mengatakan
nyeri atau ketidak nyamanan hilang atau terkontrol (Asuhan Keperawatan
Nanda NIC-NOC, 2013).
Intervensi pada diagnosa pertama yaitu lakukan pengkajian nyeri,
rasionalnya untuk mengetahui skala nyeri, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, ajarkan teknik non
farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri (Sholehati
& Kosasih, 2015), berikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri
(Pudiastuti, 2013).
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipertensi.
Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam diharapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria
hasil TTV klien dalam batas normal 120/ 80 -130/ 90 mmHg, tercipta
kondisi yang nyaman dan tenang, (Asuhan Keperawatan Nanda N1C-
NOC, 2013). Intervensi atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan
darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, berikan rebusan
57
daging mahJkota dewa rasional untuk menurunkan tekanan darah
(I Wayan Bagus Sudewa, 2014), berikan posisi yang nyaman, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat
teratasi dengan kriteria hasil: jumlah tidur dalam batas normal 6-8
jam/hari,pola tidur dan kualitas tidur dalam batas normal, perasaan segar
setelah bangun tidur, mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan
pola tidur (Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC,2013).
Intervensi pada diagnosa ketiga yaitu menjelaskan pentingnya tidur
yang adekuat rasional untuk mengetahui pentingnya tidur yang cukup
(Herdman, Heather, 2010), ciptakan lingkungan yang nyaman rasional
untuk memberikati kenyamanan, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien
setiap hari untuk mengetahui pola tidur sehari (Herdman, Heather, 2010),
kolaborasi pemberikan obat tidur untuk meningkatkan pola tidur.
D. Implementasi keperawatan
1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Tanggal 5 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yang
dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan
bergerak, (Q): nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa
ditengkuk, (S): skala nyeri 5, (T): nyeri hilang timbul. Data objektif (O)
58
pasien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan
kesakitan TD:170/90 mmHg.
Tanggal 6 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yang
dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan
bergerak, (Q) : nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa
ditengkuk, (S) : skala nyeri 4,(T) : nyeri hilang timbul. Data objektif (O)
paien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan
TD:160/90mniHg.
Tanggal 7 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yaiig
dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan
bergerak, (Q) : nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa
ditengkuk, (S) : skala nyeri 3, (T) : nyeri hilang timbul. Data objektif (O)
paien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan
ID: 150/100mmHg.
Penulis menggunakan teknik farmakologi dan non farmakologis untuk
menurunkan intensitas nyeri utttuk meiicapai sesuai dengan intervensi
yang penulis susun. Teknik fannakologi yang penulis lakukan yaitu
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Obat analgetik
berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri obat analgesik yang berkeija
memblokir pelepasan mediator nyri sehingga reseptor nyeri tidak
menerioma ransangann yeri (Rachadian, 2009). Teknik non farmakologi
ajarkan teknik non farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri (Sholehati & Kosasih, 2015).
59
2. Diagnosa kedua resiko ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan
dengan hipertensi.
Tanggal 5 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien
mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya.
Objektif tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36oC.
Tanggal 6 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien
mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya.
Objektif tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36oC.
Tanggal 7 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien
mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya.
Objektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 83x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36oC.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa ini lebih
berfokus pada terapi non farmakologi pemberian rebusan daging mahkota
dewa yang diberikan sehari 1 x 150 ml selama 3hari. Hasil penelitian
jumal (I Wayan, 2014), rebusan daging mahkota dewa bermanfaat dapat
menurunkan tekanan darah.
Menurut albinur (2011), senyawa yang terkandung dalam buah
inakhota dewa adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid bermanfaat
untuk melancarkan peredaran darah keseluruli tubuh, mengurangi
kandungan kolestrol dan mengurangi penumbuhan lemak pada dinding
60
pembuluh darah serta mengurangi resiko penyakit jantung koroner
(Apriyanti, 2012).
Kandungan kimia dalam mahkota dewa yang berpengarah terhadap
tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menumnkan Systemic
Vascular Resistance (SVR) karena menyebabkan vasodilatasi. (Perez-
Vizcaino F, 2009 dalarn jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015).
Flavonoid juga menghambat kerja ACE yang dapat menghambat
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Guerrero L, 2012 dalam
jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015).
Renin Angiontensin Aldosterone pathway diketahui bahwa renin
mengubah angiotensinnogen menjadi angeotensin I,dan Angiotensin
Converting Enzim (ACE), mengubah angiotensi I menjadi angiotensin II
yang akan mempengaruhi tekanan darah. Bila produksi renin dan ACE
menurun maka produksi angiotensi I dan angiotensi II juga akan menurun
sehingga terjadi vasodilatasi arteriol dan tekanan darah akan menurun
(Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu India Wirawan, 2015).
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tanggal 5 januari 2016 mengkaji pola tidur Ny. S pasien mengatakan
sulit tidur, pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan
sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas, pasien tampak
menguap, kantung mata terlihat hitam dan tekanan darah 170/90mmHg.
Tanggal 6 januari 2016 mengkaji pola tidur Ny. S pasien mengatakan
61
bisa tidur nyenyak tidur 6-7 jam saja dan tidur tidak ada gangguan. Data
objektifnya pasien tamak rileks, kantung mata tidak hitam
TD:160/90mmHg.
Penulis menggunakan tekhnik farmakologi dan non fannakologi untuk
mencapai sesuai dengan intervensi yang penulis susun. Teknik
farmakologi yang penulis lakukan yaitu kolaborasi dengan dokter
pemberian obat analgesik (asam mefenamat) berfungsi untuk mengeblokan
lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang (Rachadian, 2009). Teknik
non farmakologi yang penulis lakukan yaitu, kaji kebutuhan tidur dengan,
beri lingkungan yang aman dan nyaman dengan nyaman (Hardhi, 2013).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati). Dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan saifil, 2012).
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilakukan
dengan SOAP, subjektive, objective, analisa, planning (Deden, 2012).
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis, dengan hasil data subjektif (s) pasien mengatakan
pusing, (P): nyeri saat berdiri dan bergerak, (Q): nyeri seperti tertimpa benda
berat, (R): nyeri terasa ditengkuk, (S): skala nyeri 5,(T): nyeri hilang
timbul. Data objektif (O) paien tampak lemah, pasien tampak meringis
kesakitan menahan kesakitan. Analisa (A) masalah nyeri kepala belum
62
teratasi. Planing (P)lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan
antihipertensi.
Evaluasi hari kedua diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis belum
teratasi, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk saat
bergerak dan saat berdiri (Q) seperti tertimpa benda berat (R) nyeri pada
tengkuk (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat
meringis kesakitan inenahan nyeri. Analisa (A) masalah
nyeri pada tengkuk kepala belum teratasi (skala. nyeri dari 5 menjadi 4),
pianing (P) lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T,
ajarkan teknik relaksasi nafes dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik
dan antihipertensi.
Evaluasi hari ketiga diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis
teratasi, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk sudah
berkurang (Q) nyeri sudah berkurang (R) nyeri sudah tidak terasa (S) 3 (T) '
Objektif pasien tampak lebih rileks. Analisa (A) masalah nyeri pada tengkuk
belum teratasi (skala nyeri 5 menjadi 3), planing (P) pertahankan intervensi,
kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi.
Hasil akhir evaluasi dengan diagnosa nyeri akut setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam terjadi penurunan skala nyeri dari
63
skala 5 menjadi skala 3, hal ini sesuai dengan tujuan kriteria hasil yang
diharapkan skala 5 turun menjadi skala 3 sampai skala 0.
Evaluasi hari pertama diagnosa Resiko gangguan serebral berhubungan
detigan hipertensi data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya, Objektif
tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36,°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi (tekanan darah
masih 170/90 mmHg). Planing (P)lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah,
berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam.
Evaluasi hari kedua diagnosa resiko ketidak efektifan perfusi jaringan
serebral b.d hipertensi data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya.
Objektif tekanan darah 160/90mmHg, nadi 88x/menit, pemapasan 20x/menit,
suhu 36,°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi(TD dari
170/90 mmHg menjadi 160/90 mmHg). Planing (P) lanjutkan intervensi,
pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang
nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Hari ketiga diagnosa resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
b.d hipertensi ketiga data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya.
Objektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 83x/menit, pemapasan
20x/menit, suhu 36,5°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi
(tekanan darah 170/90 mmHg menjadi 150/100 mmHg). Planing (P)
lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota
dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
64
Hasil akhir evaluasi diagnosa kedua resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi setelah dilakukan intervensi
selama 3x24 jam, terjadi penurunan tekanan darah dari 170/90 mmHg
menjadi 150/100 mmHg belum teratasi,hal ini tidak sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan tekanan darah dalam batas normal batas normal
12/80-130/90 mmHg.
Evaluasi pertama diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan
peningkatan tekanan vasikuler serebral, pasien mengatakan sulit tidur,
pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering
terbangun, data objektif pasien tampak lemas, pasien tampak mengiiap,
kantung mata terlihat hitam dan tekanan darah 170/90 mmHg. Analisa
masalah ganguan pola tidur belum teratasi (jam tidur hanya 4-5 jam). Planing
lanjutkan intervensi, kaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat,
berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya.
Evaluasi hari kedua diagnosa gangguan pola tidur b.d peningkatan
tekanan vaskuler serebral pukul data subjektifnya pasien mengatakan bisa
tidak nyenyak tidur 6-7 jam saja dan tidur tidak ada gangguan. Data
objektifnya pasien tampak rileks. Analisa (A) masalah ganguan pola tidur
teratasi (jam tidur hanya 4-5 jam menjadi 6-7 jam). Planing (P) lanjutkan
intervensi, kaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat,
berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya.
Hasi akhir evaluasi diagnosa ganguan pola tidur setelah dilakuakan
tindakan keperawatan 3x24 jam dapat teratasi sesuai dengan tujuan kriteria
65
hasil yang diharapkan jumlah tidur dalam batas dalam batas normal 6-8
jam/hari.
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dan
pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi,evaluasi pada
asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan
Surakarta selama tiga hari kelolaan dengan menerapkaii aplikasi pemberian
rebusan daging maliakota dewa untuk menurunkan tekanan darah maka
dapat ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian
Keluhan utama yang dirakasan pasien yaitu pasien mengatakan
nyeri ditengkuk (p) pasien mengatakan nyeri, (Q) nyeri terasa seperti
tertimpa benda berat, (R) nyeri pada tengkuk, (S) 5,(T) hilang
timbul dan data objektif, pasien tampak menahan kesakitan, tekanan
darah 170/90 mmHg, nadi 80x/ menit, pemapasan 20x/menit, suhu
36° C.
Keluhan kedua yang dirasakan pasien yaitu pasien mengatakan
susah tidur, tidur hanya 4-5jam saja dan sering terbangun, data
objektif pasien tampak lemas dan tekanan darah 170/90mmHg, pasien
tampak menguap, kantung mata terlihat hitam.
Keluhan yang ketiga pasien mengatakan pusing,data objektif
yaitu tekanan darah 170/90mmHg, nadi 80x/menit, pemafasan
67
2. Diagnosa
Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian
keperawatan pada Ny. S ditegakan diagnosa sesuai dengan hirarki
kebutuhan maslow yaitu prioritas diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis, resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, gangguan
pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intra vaskuler
serebral.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. S pada diagnosa
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
intervensi yang penulis rumuskan yaitu kaji karakteristik nyeri P, Q,
R, S, T, rasional untuk mengatasi nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam rasional untuk mengurangi nyeri, beri posisi yang nyaman
rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik
rasional untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan hipertensi, intervensi yang penulis rumuskan
atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan darah rasional untuk
mengetahui tekanan darah pasien, beri rebusan daging mahkota dewa
rasional untuk menurunkan tekanan darah, berikan posisi yang
nyaman rasional agar pasien dapat beristirahat dengan tenang, pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah pasien,
68
kolaborasi dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah.
Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra vaskuler serebral, intervensi yang penulis rumuskan
lakukan pengkajian pola tidur pasien rasional untuk memantau pola
tidur pasien, kaji kebutuhan tidur dengan rasional agar pasien bisa
beristirahat, beri lingkungan yang aman dan nyaman rasional agar
pasien beristirahat dengan nyaman, kolaborasi dengan dokter
pemberian obat analgesik (asam mefenamat) rasional untuk memblok
lintasan nyeri.
4. Implementasi
Pengelolaan asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di
Puskesmas Gajahan Surakarta telah sesuai intervensi penulis
rumuskan. Penulis menekankan pemberian rebusan daging mahkota
dewa untuk menurunkan tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi
memberikan rebusan mahkota dewa satu kali sehari dalam 3 hari
kelolaan.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah keperawatan pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi. Intervensi anjurkan
klien untuk menggunakan obat analgesik asam mefenamat 500 mg/ 8
jam.
Masalah keperawatan yang kedua resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi belum teratasi.
69
Intervensi anjurkan klien untuk meminum rubusan daging mahkota
dewa atau meminum obat antihipertensi anilodipin 10 mg/12 jam.
Masalah keperawatan yang ketiga ganguan pola tidur
berhubungan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral teratasi.
Intervensi anjurkan pada klien untuk menciptakan lingkungan aman
dan nyaman.
6. Analisa pemberian tekhnik non farmakologi rebusan daging mahkota
dewa.
Analisa hasil implementasi aplikasi jumal penelitiaii yang
dilakukan oleh I wayan, Amatus, dan Sefti (2014), dengan judul
“Pengarah Pemberian Rebusan Daging Mahkota Dewa terhadap
penurunan tekanan darah pada Hipertensi di Puskesmas Gajahan
Surakata”. Penulis mendapatkan hasil analisa dan implementasi yang
dilakukan selama 3 hari kelolaan yaitu terjadi penurunan tekanan
darah dari hari pertama 170/ 90 mmHg menjadi 160/ 90 mmHg, hasil
hari kedua 160/ 90 mmHg menjadi 150/ 100 mmHg, hasil hari ketiga
150/100 mmHg. Karena keterbatasan waktu penulis tidak melakukaii
pemberian rebusan mahkota dewa selama tujuli hari, penulis hanya
memberikan rebusan mahkota dewa selama tiga hari telah terjadi
penurunan tekanan darah dari 170/ 90 mmHg menjadi 150/100 mmHg
(I Wayan Bagus Sudewa, 2014).
70
B. Saran
1. Bagi institusi dan pelayanan kesehatan
Diharapkan puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antar tim kesehatan
maupun klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal khususnya pada pasien hipertensi dengan
terapi non farmakologi pemberian rebusan daging mahkota dewa dan
diharapkan puskesmas menyediakan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi pasien
Dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memberikan
pilihan dalam penanganan hipertensi dengan menerapkan teknik non
farmakologi rebusan daging mahkota dewa dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Bagi perawat
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih berkualitas dan profesionalsehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan prefesional yang mampu memberikan asuhan
keperawatan.
4. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengolahan selanjutnya
pada pasien dengan hipertensi dalam pemberian rebusan daging
mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah.
71
5. Bagi pembaca
Diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana
dan prasarana dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan
setelah membaca buku ini dapat mengetahui tentang pemberian rebusan
daging mahkota dewa pada penyakit hipertensi dan menjadi acuan
dalam kasus ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alibinnur, P. S. ,(2011). Isolasi senyawa flavonoida dari buah mahkota dewa.
Aprilita, R. Y. (2005). Pengaruh Pemberian Ekstra Air Buah Mahkota Dewa Terhadap
Penurunan Tekanan Darah. Fakultas farmasi UNTAG Jakarta.
Apriyanti, M. (2012). 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari. Jakarta: pustaka
baru press.
Ardiansah, muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva press: yogyakarta.
Arif, Tekanan Darah Dan Hipertensi. Jakarta: gramedia, 2012.
Brunner & suddarth. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah vol.2, ed. 8. Jakarta:
EGC.
Dalimartha, S. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : penebar plus.
Dewi, Ratna P. 2013. Penyakit-Penyakit Mematiakan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Gotama, I. B. I. dkk. (1999). Invetaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 4. Jakarta : departeman
kesehatan. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan.
GuerreroL, castillo J, Quinones M, Garciavallve S, Arola L, Pujadas G, Munguerza
b.inhibition of angiotensin-converting enzyme activity by flavonoids: structure-
activity relationship studies. PLOS ONE 2012:7(11): 1-11.
Harmanto, N. (2001). Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa. Tanggerang :PT.
Agromedia pustaka.
Mansjoer. A 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
73
Murwani, A .2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Gosyen publishing. Yogyakarta.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguans Sistem Kardiovaskuler
dan Hematologi. Selemba Medika. Jakarta.
NANDA . 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA .
Edisi jilid 1. Jakarta. Media action Publicing.
Padilla. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.
Profil Kesehatan. Provinsi Jawa Tengah. 2008.
Riskedes. 2011. Riset kesehatan Dasar: Jakarta.
Riskedes. 2013. Penyakit Tidak Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan
kementrian kesehatan RI: Jakarta.
Royami, Y . 2008. Penentuan Kandungan Flvonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa .
Setiadi. 2012.Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Smletzer, S .C & Bare. B. 2002. Buku ajaran keperawatan medikal bedah brunner dan &
suddart, Edisi 8 volume. Ter. Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC
Sudarmoko, Arief, 2015. Sehat Tanpa Hipertensi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Tambayong, J (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tariga, H. G. (1990). Percikan Budaya Karo. Bandung: yayasan merga salima.
Triyanto, Eendang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Secara Terpadu : Graha
Ilmu.
74
UPN. 2006. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Ilmu Kesehatan Keperawatan,
diakses pada tanggal 16 april 2014.
Wadda’ A, Umar. 2015. Sembuh Dengan satu titik 2 Bekam untuk 7 Penyakit Kronis. Solo:
thibia.
WHO. 2013. Q &As On Hypertensio. Avaible: 28 mei 2015.