kti dwi novita -...

108
PEMBERIAN DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SASANA TRESNA WREDHA DARMA BAKTI WONOGIRI DISUSUN OLEH : DWI NOVITA SARI NIM.P.13018 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: vanthuy

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

PEMBERIAN DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. W DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SASANA

TRESNA WREDHA DARMA BAKTI

WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

DWI NOVITA SARI

NIM.P.13018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2016

Page 2: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

i

i

PEMBERIAN DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. W DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SASANA

TRESNA WREDHA DARMA BAKTI

WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

DWI NOVITA SARI

NIM.P.13018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2016

Page 3: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

ii

ii

Page 4: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

iii

iii

Page 5: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

iv

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan Hipertensi di Ruang Panti

Sasana Tresna Wredha Darma Bakti Wonogiri”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta

2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan dan

dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan telah membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yag telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Erlina Windyastuti. M.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

Page 6: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

v

v

6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 11 Mei 2016

Dwi Novita Sari

Page 7: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

vi

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penulisan 5

C. Manfaat Penulisan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 8

1. Hipertensi 8

2. Lansia 30

3. Tekanan Darah 31

4. Daun Seledri 32

B. Kerangka Teori 35

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset 36

B. Tempat Dan Waktu 36

C. Media Dan Alat Yang Digunakan 36

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset 37

Page 8: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

vii

vii

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset 38

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian 39

B. Daftar Perumusan Masalah 47

C. Perencanaan 48

D. Implementasi 50

E. Evaluasi 62

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian 66

B. Perumusan Masalah Keperawatan 77

C. Perencanaan 82

D. Impementasi 84

E. Evaluasi 88

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 91

B. Saran 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

viii

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka Teori 35

2. Gambar 4.1 Genogram 40

Page 10: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

ix

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi 11

Tabel 3.1 Prosedur Tindakan Pemberian Air Rebusan Seledri 37

Tabel 3.2 Alat Ukur Evaluasi dari Hasil Aplikasi Riset 38

Tabel 4.1 Pengukuran Balance Cairan Ny. W 42

Page 11: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

x

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Usulan Judul

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Jurnal Utama

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 : Log Book

Lampiran 7 : Pendelegasian

Lampiran 8 : Lembar Observasi

Lampiran 9 : SOP Prosedur Tindakan Pemberian Air Rebusan Seledri

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

Page 12: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah tekanan darah arteri yang tergolong tinggi

dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih

dari 90 mmHg (Palmer, 2007; dalam Fadil 2012). Menurut Potter & Perry

(2005), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering ditandai

dengan peningkatan tekanan darah secara persisten. Menurut Udjianti

(2010); dalam Ambarwati (2013) hipertensi biasanya tanpa gejala dan

sering disebut silent killer, tetapi pada kasus hipertensi berat gejala yang

dialami oleh klien antara lain palpitasi, kelelahan, ansietas, keringat

berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau

ganda, sulit tidur, dan nyeri kepala (rasa berat di tengkuk).

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH)

saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta

diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009; dalam

Ambarwati 2013). Menurut Syahrini (2012); dalam Ambarwati, (2013) di

Indonesia prevalensi hipertensi berkisar antara 8,6-10%. Saat ini jumlah

penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang. Prevalensi

pada dewasa 6-15% dan 50% diantara orang dewasa yang menderita

Page 13: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

2

2

hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka

cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan

tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi

esensial. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit

dan puskesmas tahun 2006, kasus hipertensi mengalami peningkatan

sebesar 166,0 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2005 dimana kasus

hipertensi sebesar 143,82 per 1000 penduduk (Dinas Kesehatan, 2006;

dalam Ambarwati, 2013). Kabupaten Wonogiri, penderita hipertensi tahun

2012 sebanyak 37.865 kasus, dengan lansia hipertensi sebanyak 15.250

orang (Dinkes Wonogiri, 2013; dalam Budi Hastuti, dkk, 2014).

Bila tidak segera diatasi penyakit yang sering disebut “the silent

killer” ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan jantung, stroke,

gangguan ginjal, pengaburan penglihatan, atau penyakit lain. Untuk

mengetahui keadaan tekanan darah kita melakukan pengukuran tekanan

darah. Tekanan darah orang dewasa dinyatakan normal bila angka sistolik

(angka atas) di bawah 140 mmHg dan angka diastolik (tekanan bawah) di

bawah 85 mmHg (Price dan Henderson, 2005; dalam Herminto, dkk,

2013).

Hipertensi sendiri terjadi apabila seseorang melakukan aktivitas,

exited atau ketika stres. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi

memerlukan ekstra energi dan oksigen yang disuplai oleh darah dengan

jalan menaikkan tekanan darah dan mempercepat sirkulasinya (Soeharto,

2001; dalam Herminto, dkk 2013).

Page 14: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

3

3

Hipertensi dapat memunculkan diagnosa keperawatan yang berupa;

Aktual/risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama,

konduksi elektrikal; Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya suplai

darah ke miokardium, perubahan metabolisme, peningkatan produksi asam

laktat; Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan

dengan kelebihan cairan sistematis, akibat sekunder dari penurunan curah

jantung; Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan akibat sekunder dari

penurunan curah jantung. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat (Muttaqin,

2009).

Mekanisme hipertensi yang mempunyai efek yang lebih lama

adalah sistem renin. Renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah ke

ginjal menurun, akibatnya terbentuklah angiotensin I, yang akan berubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah

dengan mengakibatkan kontraksi langsung arteriol. Secara tidak langsung

juga merangsang pelepasan aldosteron, yang mengakibatkan retensi

natrium dan air dalam ginjal. Respon tersebut meningkatkan retensi

natrium dan air dalam ginjal sehingga meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya meningkatkan aliran darah kembali ke

jantung, sehingga meningkatkan isi sekuncup, curah jantung yang

Page 15: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

4

4

mengakibatkan terjadinya hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2001; dalam

Herminto, dkk 2013).

Untuk dapat mengatasi masalah peningkatan volume cairan

ekstraseluler kita harus berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian

atau penurunan tekanan darah dengan cara mengatur diet, menjaga berat

badan normal, monitor tekanan darah, mengendalikan stres ke arah yang

positif, melakukan olahraga atau latihan yang teratur, kolaborasi dengan

dokter jika tanda cairan berlebih muncul (Nurarif, dkk, 2013). Sedangkan,

menurut Herminto, dkk (2013) cara mengendalikan tekanan darah dapat

dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang obat tradisional

penurun tekanan darah, melalui pemberian daun seledri.

Seperti yang dikemukakan oleh Dalimarta (2002), dalam

Herminto, dkk (2013), bahwa didalam daun seledri terkandung flavanoid,

appin, vitamin A, dan vitamin B yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah. Daun seledri berguna untuk menurunkan tekanan darah

apabila diminum secara teratur. Berdasarkan sumber yang diperoleh

menyatakan bahwa pemberian daun seledri dapat menurunkan tekanan

darah. Dilihat dari perhitungan nilai minimum setelah mengkonsumsi daun

seledri pada responden yang mengkonsumsi sehari 1 kali pada minggu ke

empat yaitu 150 mmHg, sedangkan pada responden yang mengkonsumsi

seledri 2 kali sehari pada minggu ke empat yaitu 140 mmHg, dan pada

responden yang mengkonsumsi seledri sehari 3 kali pada minggu ke empat

yaitu 120 mmHg. Dari data penurunan tekanan darah setelah

Page 16: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

5

5

mengkonsumsi seledri dapat membuktikan bahwa ada pengaruh yang

sangat signifikan dari pemberian seledri terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

Mengonsumsi daun seledri juga bisa membantu tubuh melakukan

pembuangan racun atau detoksifikasi. Data percobaan farmakologi

menunjukkan bahwa seledri memberikan efek menurunkan tekanan darah,

memperlebar pembuluh darah perifer (Mursito, 2001, dalam Herminto,

dkk 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengetahui apakah ada pengaruh aplikasi pemberian air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan aplikasi riset berdasarkan

pengelolaan asuhan keperawatan

1. Tujuan umum :

a. Mengaplikasikan tindakan pemberian daun seledri terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien dengan Hipertensi di Panti

Sasana Tresna Wredha Darma Bakti Wonogiri

2. Tujuan khusus :

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan

hipertensi

Page 17: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

6

6

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan hipertensi

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan hipertensi

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan

hipertensi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian daun seledri terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi rumah sakit

Hasil aplikasi riset diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan bagi para pasien penderita hipertensi mengenai manfaat

daun seledri

2. Bagi Institusi pendidikan keperawatan

Hasil aplikasi riset diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mahasiswa dijurusan keperawatan sebagai pelayanan

kepada masyarakat mengenai pengaruh daun seledri terhadap

penderita hipertensi

3. Bagi pasien

Hasil aplikasi riset diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan mengenai manfaat daun seledri

Page 18: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

7

7

4. Bagi penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam

penanganan alami penderita hipertensi

Page 19: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

8

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (Morbiditas) dan

angka kematian (Mortalitas) (Kushariyadi, 2008; dalam Aspiani,

2013). Menurut Anderson & Mc. Farlane, (2007) Penyakit

hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan

sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap atau lebih dari

90 mmHg. Menurut Black dan Hawks (2009); dalam Suratini

(2013) penggunaan rokok, makanan, alkohol, dan stresor yang

berulang termasuk faktor risiko terjadinya hipertensi.

Hipertensi sendiri lebih banyak terjadi pada lanjut usia, hal

ini disebabkan karena proses penuaan maka terjadi perubahan

sistem kardiovaskuler baik secara struktural maupun fisiologi.

Selain itu juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan lanjut

usia (Lueckenotte, 2000; dalam Suratini, 2013). Menurut Corwin

(2009); dalam Kristmas, et al (2013) menyatakan bahwa ada

Page 20: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

9

9

beberapa tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita

hipertensi bertahun-tahun, yaitu seperti sakit kepala saat terjaga

(terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan

intrakranium), penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada

retina, cara berjalan mulai terganggu karena mulai adanya

kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema

dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

b. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac

output atau peningkatan tekanan perifer. Menurut Aspiani (2013)

ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :

1) Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan

ekskresi maupun transport Na

2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat

3) Stress karena lingkungan

4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah

Page 21: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

10

10

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal daan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun, sehingga menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena

kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

c. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu:

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat

95% kasus (Smeltzer & Bare, 2001; dalam Fadil 2012). Banyak

faktor yang mempengaruhinya seperti jenis kelamin, genetik,

usia, lingkungan, sistem renin angiotensin dan sistem saraf

Page 22: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

11

11

otonom. Faktor-faktor lainnya yaitu merokok, mengonsumsi

garam berlebih, alkohol, obesitas, stress dan kurang

olahraga/aktivitas fisik (Lauralee, 2001; dalam Fadil 2012)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi

hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit

ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit

poliartritis, diabetes befropati), penyakit endokrin (hipotiroid,

hiperkalsemia, akromegali), hipertensi pada kehamilan,

kelainan neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001;

dalam Fadil 2012)

Tabel 2.1

Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC-V USA

No Kriteria Tekanan Darah

Sistolik Diastolik

1 Normal <130 <85

2 Perbatasan (high normal) 130-139 85-89

3 Hipertensi

Derajat 1 : ringan 140-159 90-99

Derajat 2 : sedang 160-179 100-109

Derajat 3 : berat 180-209 110-119

Derajat 4 : sangat berat ≥ 210 ≥120

(Dalaimartha dan Wijaya, 2004 dalam Aspiani 2013)

Page 23: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

12

12

d. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak,

dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis

ke ganglia simpati di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontiktor. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi efinefrin, yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah

Page 24: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

13

13

menjadi angiostensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravascular. Semua

factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi

(Brunner&Suddarth, 2002; dalam Aspiani, 2013)

e. Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun

selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan

perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema

pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala hipertensi

antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur,

gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas,

berkeringat dan pusing (Price, 2005).

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada

penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah

yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung

berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah,

telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing

di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah

dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi

Page 25: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

14

14

ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang

dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan

kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono,

2008).

f. Komplikasi

Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari

stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak)

dan pregnancy- included hypertension (PIH) (Corwin, 2005).

1) Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).

2) Infark miokardium

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat

aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi

Page 26: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

15

15

kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,

hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan

(Corwin, 2005).

3) Ginjal

Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan mineral, derajat asam

dan air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia

yang mengontrol ukuran pembuluh darah dan fungsinya, jika

pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena

tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron

(jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan

menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk

sisa dari dalam darah, lama-kelamaan produk sisa akan

menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan

mengecil dan berhenti berfungsi (Sheps, 2005).

g. Penatalaksanaan

1) Medis

Menurut Brunner & Suddarth (2002); dalam Aspiani, (2012)

penatalaksanaan secara medis dapat dilakukan dengan terapi

oksigen, pemantauan hemodinamik, pemantauan jantung, dan

Page 27: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

16

16

obat-obatan, seperti: diuretic, beta blocker, inhibitor enzim

pengubah angiotensin, penghambat reseptor angiostensin II,

antagonis kalsium, alpha blocker, vasodilator langsung.

2) Keperawatan atau Nonfarmakologis

Menurut Aspiani (2013), penatalaksanaan secara

nonfarmakologis dapat dilakukan dengan pengaturan diet,

berupa: diet rendah garam, diet tinggi potassium, diet kaya

buah dan sayur, diet rendah kolesterol; penurunan berat badan;

olahraga; memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.

h. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium; Albuminuria pada hipertensi karena kelalaian

parenkim ginjal, kreatinin serum meningkat pada hipertensi

karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa)

2) EKG; hipertropi ventrikel kiri, ischemi/infark miocard,

peninggian gelombang P, gangguan konduksi

3) Rountgen foto; bentuk dan besar jantung nothing dari iga pada

kwartasio dari aorta, pembendungan lebarnya paru, hipertropi

parenkim ginjal, hipertropi vascular ginjal (Aspiani, 2013).

Page 28: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

17

17

i. Asuhan keperawatan

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah-masalah kebutuhan kesehatan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian keperawatan

pada pasien hipertensi menurut Allen, (1998); dalam Aspiani

(2013) meliputi;

a. Identitas : Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit

system kardiovaskuler adalah usia, karena ada beberapa

penyakit kardiovaskuler banyak terjadi pada klien di atas

usia 60 tahun.

b. Keluhan utama : Keluhan utama yang sering ditemukan

pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler seperti gagal

jantung kongestif, penyakit jantung koroner, hipertensi,

penyakit jantung valvular, maupun penyakit cor pulmonal

adalah mengeluh nyeri dada sebelah kiri, disertai sesak

safas, dan ketidakmampuan untuk beraktivitas.

c. Riwayat penyakit sekarang : riwayat kesehatan saat ini

berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien

dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien

Page 29: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

18

18

dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan

diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta

pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana

perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

d. Riwayat penyakit dahulu : riwayat kesehatan yang lalu

seperti riwayat penyakit kardiovaskuler sebelumnya,

riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan

peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat-obatan,

riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.

e. Riwayat penyakit keluarga : apakah dalam keluarga ada

yang menderita penyakit yang sama karena factor

keturunan

f. Pemeriksaan fisik : keadaan umum biasanya lemah;

kesadaran klien biasanya composmentis, somnolen, apatis

sampai somnolen; adanya peningkatan tanda-tanda vital

suhu normalnya 370C, nadi meningkat (70-82x/menit),

tekanan darah meningkat atau menurun, pernafasan

biasanya mengalami peningkatan

Page 30: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

19

19

g. Pemeriksaan Review Of System (ROS)

1. Sistem pernafasan (B1 : Breathing)

Dapat ditemukan sesak nafas, sesak waktu beraktivitas,

peningkatan frekuensi pernafasan, adanya penggunaan

otot bantu pernafasan, adanya gangguan pernafasan.

2. Sistem sirkulasi (B2 : Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical,

sirkulasi perifer, warna dan kehangatan, periksa adanya

distensi vena jugularis.

3. Sistem persyarafan (B3 : Brain)

Kaji adanya hilangnya gerakan atau sensasi, spasme

otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi, pergerakan

mata atau kejelasan melihat, dilatasi pupil, agitasi

(mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas)

4. Sistem perkemihan (B4 : Bleder)

Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensial urine,

disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin,

dan kebersihannya

Page 31: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

20

20

5. Sistem pencernaan (B5 : Bowel)

Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,

auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi

abdomen, nyeri tekan abdomen.

6. System musculoskeletal (B6 : Bone)

Nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi pada

area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi,

kontraktur atrofi otot, laserasi kulit, perubahan warna

h. Pola fungsi kesehatan :

a) Pola persepsi : menggambarkan persepsi, pemeliharaan,

dan penanganan kesehatan.

b) Pola nutrisi : menggambarkan masukan nutrisi, balance

cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet,

kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan

kesukaan.

c) Pola eliminasi : menjelaskan pola fungsi ekskresi,

kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah

defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.

Page 32: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

21

21

d) Pola tidur dan istirahat : menjelaskan pola tidur,

istirahat, persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur

pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.

e) Pola aktivitas dan istirahat : menjelaskan pola latihan,

aktivitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi, riwayat

penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman

pernapasan. Pengkajian indeks KATZ.

f) Pola hubungan dan peran : menjelaskan dan mengetahui

hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga

dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaa, tidak punya

rumah, dan masalah keuangan.

g) Pola sensori dan kognitif : menjelaskan persepsi sensori

dan kognitif meliputi pengkajian penglihatan,

pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada klien katarak

dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer,

kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang

gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak kecoklatan

atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.

h) Pola persepsi dan konsep diri : menjelaskan sikap

tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan

konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran

diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai

Page 33: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

22

22

system terbuka dan makhluk bio-psiko-sosio-kultural-

spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap

sakit.

i) Pola seksual dan reproduksi : menjelaskan

kepuasan/masalah terhadap seksualitas.

j) Pola mekanisme koping : menggambarkan kemampuan

untuk menangani stress

k) Pola nilai dan kepercayaan : menggambarkan dan

menjelaskan pola nilai keyakinan termasuk spiritual.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah

kesehatan/proses kehidupan yang actual atau potensial.

Diagnose keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan

tanggung jawab perawat. Diagnosa yang mungkin muncul pada

pasien dengan hipertensi menurut Muttaqin (2009), adalah:

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,

hipertropi ventricular.

Page 34: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

23

23

b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio

output, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2.

c) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler cerebral.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan

budaya, pola hidup monoton.

e) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan

meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium ditandai

dengan adanya edema.

3) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu petunjuk tertulis yang

menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan

yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya

berdasarkan diagnosis keperawatan. Unsur penting pada

perencanaan ialah membuat prioritas diagnose, merumuskan

tujuan, merumuskan criteria evaluasi, dan merumuskan

intervensi keperawatan. Intervensi pada diagnosa yang muncul

pada pasien dengan hipertensi menurut Muttaqin (2009), ialah:

Page 35: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

24

24

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,

hipertropi ventricular.

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah, tidak terjadi iskemia

miokard.

Kriteria hasil :

(1) Tanda-tanda vital dalam rentang normal

(2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

(3) Tidak ada udem paru, perifer, dan tidak ada asites

Intervensi keperawatan :

(1) Catat adanya disritmia jantung.

(2) Evaluasi adanya nyeri dada

(3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

(4) Monitor TD, nadi, RR

(5) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari

kelelahan

(6) Monitor status pernafasan yang menandakan adanya

gagal jantung

Page 36: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

25

25

(7) Monitor status kardiovaskuler

(8) Monitor sianosis perifer

(9) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio

output, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2.

Tujuan : Klien akan mampu melakukan aktivitas secara

mandiri.

Kriteria hasil :

(1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang

diinginkan / diperlukan.

(2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang

dapat diukur.

Intervensi keperawatan :

(1) kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam

merencanakan program terapi yang tepat,

(2) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan,

Page 37: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

26

26

(3) bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social,

(4) bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan,

(5) bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti

kursi roda, krek,

(6) bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai,

(7) bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu

luang,

(8) monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.

c) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler cerebral.

Tujuan : Tekanan vaskuler cerebral tidak meningkat.

Kriteria hasil :

(1) Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang /

terkontrol.

(2) Mengungkapkan metode yang memberikan

pengurangan.

(3) Mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.

Page 38: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

27

27

Intervensi keperawatan :

(1) lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

factor presipitasi,

(2) observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan,

(3) gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien,

(4) kurangi faktor presipitasi nyeri,

(5) pilih dan lakukan penanganan nyeri, farmakologis dan

nonfarmakologis),

(6) ajarkan tentang teknik non farmakologis, berikan

analgetik untuk mengurangi nyeri,

(7) kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri yang tidak berhasil.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan

budaya, pola hidup monoton.

Tujuan : intake nutrisi adekuat.

Page 39: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

28

28

Kriteria hasil :

(1) Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara

hipertensi dengan kegemukan.

(2) Adanya peningkatan berat badan

(3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi keperawatan :

(1) Kaji adanya alergi makanan

(2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C

(3) Berikan substansi gula

(4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

(5) Monitor adanya penurunan berat badan

(6) Monitor turgor kulit

(7) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

(8) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

e) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan

meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium ditandai

dengan adanya edema.

Page 40: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

29

29

Tujuan : Klien menunjukan volume cairan yang stabil.

Kriteria hasil :

(1) Tidak ada edema

(2) Keseimbangan masukan dan keluaran cairan

(3) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi keperawatan :

(1) pertahankan catatan intake dan output yang akurat,

(2) monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN, Hmt, osmolalitas urin),

(3) monitor vital sign,

(4) monitor indikasi retensi/kelebihan volume cairan

(cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites),

(5) kaji lokasi dan luas edema, monitor masukan

makanan/cairan dan hitung intake kalori,

(6) kolaborasi pemberian diuretic sesuai intruksi,

(7) kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul

memburuk.

(8) monitor tanda dan gejala oedema.

Page 41: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

30

30

2. Lansia

Depkes 2009 dalam Maryam dkk (2011); dalam Hastuti (2014)

menyebutkan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak

dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan

yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis,

dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara umum, menjadi tua atau

menua (ageing process) ditandai oleh kemunduran-kemunduran

biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik dan

kemunduran kemampuan kognitif yang seringkali menimbulkan

masalah kesehatan.

Masalah kesehatan atau penyakit yang erat hubungannya dengan

proses menua salah satunya yaitu gangguan sirkulasi darah atau

kardiovaskuler (Azizah, (2011); dalam Hastuti (2014). Komponen-

komponen utama pada system kardiovaskuler adalah jantung dan

vaskularisasinya. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan normal pada

jantung (kekuatan otot jantung berkurang), pembuluh darah

(arteriosklerosis, elastisitas dinding pembuluh darah berkurang) dan

kemampuan memompa dari jantung bekerja lebih keras sehingga

terjadi hipertensi. (Maryam, dkk, (2011); dalam Hastuti, (2014).

Sedangkan, hipertensi sendiri terjadi apabila seseorang melakukan

aktivitas, exited atau ketika stres. Peningkatan ini penting karena

aktivitas dan emosi memerlukan ekstra energi dan oksigen yang

Page 42: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

31

31

disuplai oleh darah dengan jalan menaikkan tekanan darah dan

mempercepat sirkulasinya (Soeharto, 2001; dalam Herminto, dkk

2013).

3. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri

saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer,

2007), sedangkan menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga

yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tekanan darah

timbul ketika darah bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ

jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana

jantung berperan sebagai pompa yang menyuplai tekanan untuk

menggerakkan darah, sedangkan pembuluh darah memiliki dinding

yang elastis dan ketahanan yang kuat. Untuk mengetahui keadaan

tekanan darah kita melakukan pengukuran tekanan darah. Tekanan

darah orang dewasa dinyatakan normal bila angka sistolik (angka atas)

di bawah 140 mmHg dan angka diastolik (tekanan bawah) di bawah 85

mmHg (Price dan Henderson, 2005; dalam Herminto, dkk, 2013).

Jika tekanan darah lebih dari itu maka dapat memunculkan

beberapa diagnosa keperawatan, salah satunya yaitu kelebihan volume

cairan dimana mekanisme peningkatan tekanan darah tinggi itu terjadi

karena adanya perubahan sistem renin. Renin diproduksi oleh ginjal

ketika aliran darah ke ginjal menurun, akibatnya terbentuklah

Page 43: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

32

32

angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II. Angiotensin

II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan kontraksi

langsung arteriol. Secara tidak langsung juga merangsang pelepasan

aldosteron, yang mengakibatkan retensi natrium dan air dalam ginjal.

Respon tersebut meningkatkan retensi natrium dan air dalam ginjal

sehingga meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya meningkatkan aliran darah kembali ke jantung, sehingga

meningkatkan isi sekuncup curah jantung yang mengakibatkan

terjadinya hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2001; dalam Herminto,

dkk 2013).

4. Daun Seledri

Beberapa tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan baku obat

tekanan darah tinggi diantaranya adalah daun seledri.

a. Definisi seledri

Seledri berasal dari seledri liar yang tumbuh di Mediteranian,

dimana bijinya digunakan untuk pengobatan terutama sebagai

diuretic. Tangkai daunnya yang berdaging dan berair, rasanya

renyah, serta dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan

daunnya digunakan untuk penyedap sup (Dalimartha&Adrian,

2011)

b. Manfaat seledri

Mengonsumsi daun seledri bisa membantu tubuh melakukan

pembuangan racun atau detoksifikasi. Data percobaan

Page 44: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

33

33

farmakologi menunjukkan bahwa seledri memberikan efek

menurunkan tekanan darah, memperlebar pembuluh darah

perifer (Mursito, 2001, dalam Herminto, dkk 2013). Seperti

yang dikemukakan oleh Dalimarta (2002), dalam Herminto,

dkk (2013), bahwa didalam daun seledri terkandung flavanoid,

appin, vitamin A, dan vitamin B yang dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Dilihat dari perhitungan nilai

minimum setelah mengkonsumsi daun seledri pada responden

yang mengkonsumsi sehari 1 kali pada minggu ke empat yaitu

150 mmHg, sedangkan pada responden yang mengkonsumsi

seledri 2 kali sehari pada minggu ke empat yaitu 140 mmHg,

dan pada responden yang mengkonsumsi seledri sehari 3 kali

pada minggu ke empat yaitu 120 mmHg.

c. Kandungan seledri

Seledri mengandung komponen glukosida apiin, isokuersetin,

umbiliferon. Seledri juga mengandung minyak atsiri, kalsium,

vitamin B1, magnesium, vitamin A, zat besi, Triptofan, serta

Potasium (Mursito, 2001, dalam Herminto, dkk 2013).

d. Mekanisme pemberian seledri terhadap penurunan tekanan

darah

Menurut Hariana, (2008) Seledri diketahui mengandung

senyawa aktif yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu

''apiin'' (yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan

Page 45: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

34

34

manitol yang berfungsi seperti diuretik. Daun seledri banyak

mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat

untuk menambah jumlah air kencing (Mursito, 2000; dalam

Fadil, 2012)

Page 46: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

35

35

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Sumber: Aspiani, (2012)

Etiologi Hipertensi :

1. Obesitas

2. Gaya hidup

3. Keturunan

4. Lanjut Usia

5. Merokok

6. Stress

7. Kurang aktivitas

Hipertensi

Intoleransi

Aktivitas

Resiko Cidera Penurunan Curah

Jantung

Kelebihan

Volume Cairan

Gangguan Perfusi Serebral

Nonfarmakologis Farmakologis

Pemberian Terapi

Daun Seledri

Menurunkan tekanan

darah sebagai diuretic

Page 47: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

36

36

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Pasien lansia dengan hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan

darah dan dirawat di Panti Sasana Tresna Wredha Darma Bakti Wonogiri

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat aplikasi riset

Aplikasi Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di Panti Sasana Tresna

Wredha Darma Bakti Wonogiri

2. Waktu aplikasi riset

Prosedur waktu yang dilaksanakan selama 2 minggu tanggal 4 Januari

2016 – 16 Januari 2016, dimana pemberian terapi daun seledri

diberikan satu hari 2 kali pagi dan sore pada tanggal 5 Januari 2015 – 9

Januari 2016.

C. Media dan Alat yang digunakan

1. Media yang digunakan

a. Daun seledri segar sebanyak 40 gram

b. Air 400 cc

Page 48: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

37

37

c. Gelas

d. Spygmamometer/Tensi

e. Kompor

f. Sendok

g. Panci dan penutupnya

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset

Tabel 3.1

Prosedur tindakan pemberian air rebusan seledri

No. Prosedur Tindakan

A. Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan

4. Menjelaskan prosedur

5. Kontrak waktu

6. Menanyakan kesiapan pasien

B. Fase kerja

1. Mengatur posisi pasien

2. Mengukur tekanan darah

3. Memberikan air rebusan daun seledri

4. Mengukur tekanan darah

5. Mencatat hasil observasi

C. Fase terminasi

1. Melalukan evaluasi tindakan

2. Menyampaikan rencana tindak lanjut

3. Berpamitan

Sumber : Herminto, dkk (2013)

Page 49: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

38

38

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan berdasarkan Riset

Alat ukur evaluasi dilakukan dengan cara membuat lembar observasi

pengukuran Tekanan Darah pada pasien hipertensi di PSTW Wonogiri

Tabel 3.2

Alat Ukur Evaluasi dari Hasil Aplikasi Riset

No. Hari/Tgl Jam

Pre-test

Pengukuran

TD

Jam

Post-test

Pengukuran

TD

Ttd

Perawat

Keterangan :

Waktu sebelum dan sesudah diberikan air rebusan seledri

Page 50: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

39

39

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Pasien merupakan seorang perempuan berusia 81 tahun dengan

inisial Ny. W bertempat tinggal di Wonogiri, beragama Islam, dengan

diagnosa medis Hipertensi, pasien masuk ke Panti Sasana Tresna Wredha

Darma Bakti Wonogiri tanggal 13 November 2013, selama di Panti yang

bertanggung jawab atas Ny. W adalah Tn. P berusia 83 tahun, bertempat

tinggal di Wonogiri, hubungan dengan pasien adalah suami.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Januari 2016, jam 10.30

dengan metode pengkajian autoannamnesa, alloannamnesa, observasi, dan

pemeriksaan fisik. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pusing

kepala (cengeng), dengan riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan

sebelumnya bisa melakukan aktivitas seperti biasa tetapi semenjak usianya

lanjut menjadi kurang aktivitasnya karena sudah tidak kuat lagi, merasa

letih setelah melakukan aktivitas, kepalanya sering pusing, lehernya

cengeng, BAK tidak lancar 3x/hari, dari pemeriksaan fisik didapatkan

hasil kaki udem dengan pitting edema derajat I kembali dalam 3 detik,

wajah tampak lesu, mata kurang bercahaya, bicara pelo, ada perubahan

Page 51: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

40

40

bentuk tulang pada kaki, dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan Darah 200/100 mmHg, Suhu 36,70C, Nadi 74x/menit, Pernafasan

18x/menit.

Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan tidak memiliki

riwayat penyakit saat anak-anak, belum pernah kecelakaan, maupun

operasi, pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit tetapi lupa

dengan penyakitnya, pasien tidak memiliki riwayat alergi, imunisasinya

lengkap, kebiasaan pasien sehari-hari bekerja dirumah sendiri misal

menyapu dan mencuci baju.

Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatkan tidak ada riwayat

penyakut menurun dalam keluarganya. Hasil pengkajian genogram pasien,

data tidak tergali dengan baik, suami pasien tidak diketahui, memiliki 2

anak laki-laki dan perempuan, tidak pernah menjenguk. Ny. W tinggal

dipanti tidak dengan anggota keluarga. Pengkajian genogram pada Ny. W

di uraikan pada gambar 4.1

Ny.W

81 tahun, HT

Page 52: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

41

41

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Perempuan / Laki-laki meninggal

: Ny. W dengan Hipertensi umur 81 tahun

(Gambar 4.1 Genogram)

Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan lingkungan

disekitarnya bersih dan aman. Pola kesehatan fungsional : Pola persepsi

dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu penting dan

harus dijaga, ketika pasien merasa sakit pasien langsung berkonsultasi

dengan dokter dipanti tersebut.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan

makan 3x/hari dan minum, nasi sayur lauk seperti; tempe, tahu, ayam,

makan satu porsi habis, dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien

mengatakan makan 3x/hari, nasi sayur lauk diit rendah garam, makan ½

porsi habis, dan mudah kenyang.

Page 53: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

42

42

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4x/hari,

jumlah urin kira-kira 1200cc, warna kuning, dan tidak ada keluhan. BAB

2x/hari, jumlah kira-kira 150cc, warna kuning, dan tidak ada keluhan.

Selama sakit pasien mengatakan BAK 3x/hari, jumlah urin 700cc, warna

kuning kecoklatan, dengan keluhan susah BAK. BAB 1x/hari, jumlah

500cc, warna kuning kecoklatan, dengan keluhan susah BAB.

Tabel 4.1 pengukuran balance cairan Ny. W

No. Hari/Tanggal Jam Intake Output BC

1 Selasa / 05-01-

16 07.00 Minum : 250 -

08.00 Makan : 300 -

09.00 Minum : 200 -

10.00 - Urin : 200

11.00 Minum : 150 -

12.00 Makan : 300 -

13.00 Minum : 150 -

14.00 - -

15.00 - -

16.00 Minum : 250 -

17.00 - Urin : 150

18.00 Makan : 200 -

19.00 Minum : 200 -

20.00 - -

21.00 Minum : 200 -

22.00 - -

23.00 - -

24.00 - -

01.00 - -

02.00 - -

03.00 - -

04.00 - Urin : 250

05.00 - Feses : 200

06.00 - -

IWL : 700

Total 2200 1500 700

2 Rabu / 06-01-

16

07.00 - -

Page 54: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

43

43

08.00 Makan : 250 -

09.00 Minum : 300 -

10.00 - Urin : 100

11.00 - -

12.00 Makan : 350 -

13.00 Minum : 350 -

14.00 - Urin : 100

15.00 - -

16.00 Minum : 450 -

17.00 - Urin : 200

18.00 Makan : 200 -

19.00 Minum : 200 -

20.00 - -

21.00 Minum : 300 -

22.00 - Urin : 200

23.00 - -

24.00 - -

01.00 - -

02.00 - -

03.00 - -

04.00 - Urin : 300

05.00 - -

06.00 - Feses : 300

IWL : 700

Total 2400 1900 500

3 Kamis / 07-01-

16 07.00 Minum : 100 -

08.00 Makan : 300 -

09.00 Minum : 150 -

10.00 - -

11.00 - Urin : 300

12.00 Makan : 300 -

13.00 Minum : 200 -

14.00 - -

15.00 - Urin : 200

16.00 Minum : 300 -

17.00 - Urin : 300

18.00 Makan : 400 -

19.00 Minum : 200 -

20.00 - -

21.00 - -

22.00 - -

23.00 Minum : 250 -

24.00 - -

01.00 - -

Page 55: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

44

44

02.00 - -

03.00 - -

04.00 - Urin : 400

05.00 - -

06.00 - -

07.00 - -

IWL : 700

Total 2200 1900 300

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan

makan-minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah,

ambulasi atau ROM dapat melakukannya sendiri. Selama sakit pasien

mengatakan makan-minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur

dan ROM dapat melakukan sendiri tetapi berpindah dan ambulasi

dilakukan dengan alat bantu.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan biasanya

tidur siang satu jam, tidur malam tujuh jam, tidur dengan nyenyak, setelah

bangun perasaannya segar. Selama sakit pasien mengatakan tidur siang

selama setengah jam, tidur malam tujuh jam, tidur dengan sering

terbangun tidak nyenyak, perasaan setelah terbangun masih ngantuk.

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan tidak

merasakan sakit pada anggota tubuhnya. Selama sakit pasien mengatakan

kepala pusing (cengeng), dengan karakteristik sakit yang dirasakan adalah

sebagai berikut, provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien, quality

kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah yang

Page 56: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

45

45

terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 6, time waktu sakit

hilang timbul 1 - 2 menit.

Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit pasien mengatakan

gambaran dirinya pasien mensyukuri seluruh anggota tubuhnya, ideal

dirinya pasien mengatakan keadaannya sehat, harga dirinya pasien

mengatakan bisa menerima keadaanya dan tetap mensyukuri, peran dirinya

pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah

tangga, identitas dirinya pasien mengatakan sebagai seorang perempuan.

Selama sakit, pasien mengatakan gambaran dirinya pasien mensyukuri

seluruh anggota tubuhnya, ideal dirinya pasien mengatakan ingin segera

sembuh, harga dirinya pasien mengatakan bisa menerima keadaannya dan

tetap mensyukuri, peran dirinya pasien mengatakan sebagai pasien dipanti

jompo, identitas dirinya pasien mengatakan sebagai seorang perempuan.

Pola hubungan peran, sebelum sakit pasien mengatakan memiliki

hubungan yang baik dengan keluarga dan orang lain. Selama sakit, pasien

mengatakan masih memiliki hubungan yang baik dengan tetangga maupun

pengurus panti. Pola seksualitas reproduksi, sebelum sakit maupun selama

sakit pasien mengatakan sudah menikah memiliki 2 anak dan 4 orang

cucu. Pola mekanisme koping, sebelum sakit maupun selama sakit pasien

mengatakan ketika ada masalah pasien selalu berdiskusi dengan pengurus

panti. Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit maupun selama sakit pasien

mengatakan sseorang yang beragama islam, rajin beribadah, dan berdoa.

Page 57: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

46

46

Hasil pemeriksaan fisik : Pasien dengan kesadaran composmentis,

tanda-tanda vital : Tekanan darah 200/100, Nadi 74x/menit dengan irama

teratur, teraba kuat, Respirasi 18x/menit, iramanya teratur, dan suhu

36.70C. Hasil pemeriksaan kepala, bentuknya mesochepal, kulit kepala

bersih, rambut berwarna putih beruban dan bersih. Hasil pemeriksaan

mata, palpebra tidak udem, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

pupilnya isokor, diameter pupil ± 2 mm, reflek terhadap cahaya mengecil

bila ada cahaya, melebar bila tidak ada cahaya, dan tidak menggunakan

alat bantu penglihatan. Hasil pemeriksaan hidung bentuk simetris, tidak

ada secret. Hasil pemeriksaan mulut mukosa bibir lembab, tidak ada

perubahan tonsil. Hasil pemeriksaan gigi bersih, sudah banyak yang

tanggal. Hasil pemeriksaan telinga bersih, tidak ada serumen, ada

gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan leher tidak ada pembesaran

limfe dan pembesaran tiroid.

Hasil pemeriksaan dada, paru-paru inspeksinya simetris,

palpasinya vocal fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan

kiri sama, perkusinya sonore, auskultasinya tidak ada suara tambahan,

vesikuler. Jantung inspeksinya ictus cordis tidak tampak, palpasinya ictus

cordis teraba di intercosta 5 mid clavicula sinistra, perkusinya pekak,

auskultasinya tidak ada suara tambahan, regular.

Hasil pemeriksaan abdomen, inspeksinya tidak ada jejas, tidak ada

jaringan parut, auskultasinya bising usus 18x/menit, perkusinya kuadran 1

bunyinya redup kuadran 2, 3, dan 4 bunyinya timpani, palpasinya tidak

Page 58: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

47

47

ada nyeri tekan. Hasil pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang

kateter. Hasil pemeriksaan rektum bersih, tidak ada luka dan tidak ada

hemoroid.

Hasil pemeriksaan fisik ekstremitas, atas: kekuatan otot kanan dan

kiri bisa digerakkan dengan normal, Range of Motion kanan dan kiri bisa

digerakkan dengan normal, tidak ada udem, Capilary refile time 5 detik

kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada tangan kiri dan ada udem,

Perabaan akralnya hangat. Bawah: kekuatan otot kanan dan kiri bisa

digerakkan tetapi menggunakan alat bantu, Range of Motion normal,

Capilary refile time 5 detik kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada

kaki kiri, dan perabaan akralnya hangat.

C. Daftar Perumusan Masalah

Daftar perumusan masalah yang didapatkan berdasarkan

pengkajian diatas adalah yang pertama kelebihan volume cairan dengan

etiologi gangguan mekanisme regulasi dan data subjektif pasien

mengatakan BAK tidak lancar, data objektifnya balance cairan

700cc/24jam, mukosa bibir lembab, capilary refile time kembali dalam 5

detik, kaki udem, ada perubahan tekanan darah 200/100mmHg. Kedua

intoleransi aktivitas dengan etiologi kelemahan umum dan data subjektif

pasien mengatakan letih setelah aktivitas, data objektifnya tekanan darah

200/100mmHg, nadi 74x/menit, suhu 36.70C, RR 18x/menit, tampak lesu.

Page 59: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

48

48

Ketiga nyeri akut dengan etiologi agen cidera biologis dan data subjektif

pasien mengatakan pusing provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien,

quality kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah

yang terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 6, time waktu

sakit hilang timbul 1 - 2 menit, data objektif pasien tampak lesu, tekanan

darah 200/100mmHg, nadi 74x/menit, RR 18x/menit, memegangi kepala.

Prioritas diagnosa yang pertama kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kedua intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis.

D. Perencanaan

Perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah keperawatan

pertama yaitu kelebihan volume cairan yang dilakukan selama 3x24 jam

diharapkan dapat tercapai dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda udem

dan tidak ada gangguan tekanan darah, dengan intervensi monitor balance

cairan; rasionalnya data dasar untuk mengetahui perubahan perkembangan

pasien, observasi tanda-tanda kelebihan volume cairan (udem);

rasionalnya memudahkan intervensi selanjutnya, aplikasikan pemberian

daun seledri sebagai diuretic; rasionalnya mengurangi kelebihan volume

cairan dan tekanan darah secara nonfarmakologis, edukasi manfaat daun

seledri sebagai diuretic; rasionalnya memberikan informasi tentang

Page 60: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

49

49

manfaat daun seledri, kolaborasi dengan pengurus panti pemberian nutrisi

yang sesuai; rasionalnya mengurangi kelebihan volume cairan secara gizi.

Masalah keperawatan kedua intoleransi aktivitas yang dilakukan

selama 3x24 jam diharapkan dapat tercapai dengan kriteria hasil pasien

melaporkan adanya peningkatan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan

pasien, dengan intervensi observasi keadaan umum pasien; rasionalnya

untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien, berikan exercise;

rasionalnya melatih kekuatan otot pasien, ajarkan pasien untuk melakukan

gerakan otot tangan dan kaki; rasionalnya melatih kekuatan otot pasien,

kolaborasi dengan pengurus panti tentang aktivitas (senam); rasionalnya

memberikan kegiatan pada pasien supaya pasien lebih sehat.

Masalah keperawatan ketiga nyeri akut yang dilakukan selama

3x24 jam diharapkan dapat tercapai dengan criteria hasil pasien

melaporkan bahwa nyeri berkurang, dengan intervensi kaji tanda-tanda

nyeri; rasionalnya memudahkan intervensi selanjutnya yaitu memberikan

teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, monitor tanda-tanda vital;

rasionalnya data dasar untuk mengetahui perubahan perkembangan pasien,

ajarkan teknik relaksasi; rasionalnya mengurangi rasa nyeri secara

nonfarmakologis, kolaborasi pemberian analgetik; rasionalnya mengurangi

rasa nyeri secara kimia dari obat ke dalam tubuh.

Page 61: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

50

50

E. Implementasi

Implementasi hari pertama pada selasa tanggal 5 Januari 2016 jam

07.00 untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi dengan mengkaji keadaan umum

pasien respon subjektifnya pasien mengatakan BAK tidak lancar, respon

objektifnya pasien tampak lesu, mukosa bibir lembab, kaki udem capillary

refile time kembali dalam 5 detik, dengan pemeriksaan tekanan darah

200/100mmHg, nadi 74x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.70C, balance

cairan 700cc/24jam. Implementasi jam 10.00 untuk diagnosa pertama

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi memberikan rebusan daun seledri respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan, respon objektifnya

pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa

pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi 69x/menit, RR

17x/menit, suhu 36.50C.

Implementasi jam 10.45 untuk diagnosa pertama kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

mengedukasikan manfaat daun seledri respon subjektifnya pasien

mengatakan ingin mengetahui manfaat daun seledri, respon objektifnya

pasien mendengarkan apa yang disampaikan. Implementasi jam 15.45

Page 62: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

51

51

untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi 70x/menit, RR

20x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 16.00 untuk diagnosa pertama

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi memberikan rebusan daun seledri respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan, respon objektifnya

pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa

pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi 67x/menit, RR

18x/menit, suhu 36.50C.

Implementasi hari kedua pada rabu tanggal 6 Januari 2016 jam

09.30 untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan

respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa,

respon objektifnya hasil tekanan darah 170/100mmHg, nadi 63x/menit,

RR 17x/menit, suhu 36.70C. Implementasi jam 10.00 untuk diagnosa

pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memberikan rebusan daun seledri respon subjektifnya

pasien mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan, respon

Page 63: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

52

52

objektifnya pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 10.15 untuk

diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 170/90mmHg, nadi 68x/menit, RR

16x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 13.00 untuk diagnosa pertama kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi mengkaji

keadaan umum pasien respon subjektifnya pasien mengatakan BAK

sedikit lancar, respon objektifnya pasien tampak lesu, mukosa bibir

lembab, kaki udem capillary refile time kembali dalam 4 detik, dengan

pemeriksaan tekanan darah 170/90mmHg, nadi 70x/menit, RR 20x/menit,

suhu 36.50C, balance cairan 500cc/24jam. Implementasi jam 15.45 untuk

diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 160/90mmHg, nadi 67x/menit, RR

18x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 16.00 untuk diagnosa pertama

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi memberikan rebusan daun seledri respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan, respon objektifnya

pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa

pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

Page 64: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

53

53

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 160/80mmHg, nadi 69x/menit, RR

17x/menit, suhu 370C.

Implementasi ketiga pada kamis tanggal 7 Januari 2016 jam 09.30

untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 160/90mmHg, nadi 70x/menit, RR

17x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 10.00 untuk diagnosa pertama

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi memberikan rebusan daun seledri respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan, respon objektifnya

pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa

pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi 69x/menit, RR

18x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 13.00 untuk diagnosa pertama

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi mengkaji keadaan umum pasien respon subjektifnya pasien

mengatakan BAK lancar, respon objektifnya pasien tampak segar, mukosa

bibir lembab, kaki udem, capillary refile time kembali dalam 3 detik,

Page 65: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

54

54

dengan pemeriksaan tekanan darah 150/90mmHg, nadi 67x/menit, RR

18x/menit, suhu 36.50C, balance cairan 300cc/24jam. Implementasi jam

15.15 untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi mengikuti kegiatan reqhi bersama

semua pasien respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya semua

pasien dan pengurus mengikuti kegitan reqhi pengobatan tenaga dalam.

Implementasi jam 15.45 untuk diagnosa pertama kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi memonitor

tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia

saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg,

nadi 67x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.50C. Implementasi jam 16.00

untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi memberikan rebusan daun seledri respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diberikan rebusan,

respon objektifnya pasien meminum air rebusan. Implementasi jam 16.15

untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi 69x/menit, RR

18x/menit, suhu 36.80C.

Implementasi hari pertama pada selasa tanggal 5 Januari 2016 jam

07.00 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum dengan mengkaji keadaan umum pasien respon

Page 66: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

55

55

subjektifnya pasien mengatakan letih setelah beraktivitas, respon

objektifnya pasien tampak lesu, bicara pelo, ada perubahan bentuk tulang

di ekstremitas bawah kiri dengan pemeriksaan tekanan darah

200/100mmHg, nadi 74x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.70C. Implementasi

jam 07.30 untuk diagnosa kedua mengajarkan senam/latihan exercise

respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diajari senam,

respon objektifnya pasien melakukan senam.

Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi

69x/menit, RR 17x/menit, suhu 36.50C. Implementasi jam 13.30 untuk

diagnosa kedua memberikan latihan otot tangan dan kaki respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diberikan latihan,

respon objektifnya pasien melakukan latihan otot. Implementasi jam 15.45

untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 190/100mmHg, nadi 70x/menit, RR 20x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa kedua memonitor tanda-tanda

vital dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi

67x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.50C.

Page 67: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

56

56

Implementasi hari kedua pada hari rabu tanggal 6 Januari 2016 jam

09.30 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya

pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil

tekanan darah 170/100mmHg, nadi 63x/menit, RR 17x/menit, suhu

36.70C. Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 170/90mmHg, nadi

68x/menit, RR 16x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 13.00 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum mengkaji keadaan umum pasien

respon subjektifnya pasien mengatakan letih setelah beraktivitas, respon

objektifnya pasien tampak lesu, bicara pelo, ada perubahan bentuk tulang

di ekstremitas bawah kiri dengan pemeriksaan tekanan darah

170/90mmHg, nadi 70x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.50C. Implementasi

jam 13.30 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum memberikan latihan otot tangan dan kaki respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diberikan latihan,

respon objektifnya pasien melakukan latihan otot. Implementasi jam 15.45

untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

Page 68: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

57

57

darah 160/90mmHg, nadi 67x/menit, RR 18x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 160/80mmHg, nadi

69x/menit, RR 17x/menit, suhu 370C.

Implementasi ketiga pada hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam

09.30 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya

pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil

tekanan darah 160/90mmHg, nadi 70x/menit, RR 17x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi

69x/menit, RR 18x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 13.00 untuk

diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum mengkaji keadaan umum pasien respon subjektifnya pasien

mengatakan letih setelah beraktivitas, respon objektifnya pasien tampak

segar, bicara pelo, ada perubahan bentuk tulang di ekstremitas bawah kiri

dengan pemeriksaan tekanan darah 150/90mmHg, nadi 67x/menit, RR

18x/menit, suhu 36.50C.

Page 69: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

58

58

Implementasi jam 15.15 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum mengikuti kegiatan reqhi bersama

semua pasien respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya semua

pasien dan pengurus mengikuti kegitan reqhi pengobatan tenaga dalam.

Implementasi jam 15.45 untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi

67x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.50C. Implementasi jam 16.15 untuk

diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 150/90mmHg, nadi 69x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.80C.

Implementasi hari pertama pada selasa tanggal 5 Januari 2016 jam

07.00 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis dengan mengkaji keadaan umum pasien respon subjektifnya

pasien mengatakan pusing provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien,

quality kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah

yang terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 6, time waktu

sakit hilang timbul 1 - 2 menit, respon objektifnya pasien tampak lesu,

memegangi kepala, dengan pemeriksaan tekanan darah 200/100mmHg,

nadi 74x/menit, RR 18x/menit. Implementasi jam 10.30 untuk diagnosa

ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis mengajarkan

Page 70: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

59

59

teknik relaksasi respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diajarkan teknik relaksasi, respon objektifnya pasien mendemonstrasikan

teknik relaksasi. Implementasi jam 15.45 untuk diagnosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi

70x/menit, RR 20x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 16.15 untuk

diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 190/100mmHg, nadi 67x/menit, RR 18x/menit, suhu 36.50C.

Implementasi hari kedua pada hari rabu tanggal 6 Januari 2016 jam

09.30 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 170/100mmHg, nadi 63x/menit, RR 17x/menit, suhu 36.70C.

Implementasi jam 10.15 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 170/90mmHg, nadi 68x/menit, RR

16x/menit, suhu 370C. Implementasi jam 13.00 untuk diagnosa ketiga

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis mengkaji keadaan

umum pasien respon subjektifnya pasien mengatakan pusing provocate

Page 71: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

60

60

faktor pencetusnya aktivitas pasien, quality kualitas sakit rasanya cengeng

(pegel-pegel) kaku, region daerah yang terasa sakit adalah leher-kepala,

severe/skala sakit 5, time waktu sakit hilang timbul 1 - 2 menit, respon

objektifnya pasien tampak lesu, memegangi kepala dengan pemeriksaan

tekanan darah 170/90mmHg, nadi 70x/menit, RR 20x/menit.

Implementasi jam 14.00 untuk diagnosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis mengajarkan teknik relaksasi

respon subjektifnya pasien mengatakan masih mengingat cara relaksasi

nafas dalam, respon objektifnya pasien mendemonstrasikan teknik

relaksasi. Implementasi jam 15.15 untuk diagnosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis melakukan terapi tertawa dan

senam respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya semua pasien

dipanti mengikuti senam dan terapi tertawa. Implementasi jam 15.45 untuk

diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 160/90mmHg, nadi 67x/menit, RR 18x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon

objektifnya hasil tekanan darah 160/80mmHg, nadi 69x/menit, RR

17x/menit.

Page 72: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

61

61

Implementasi ketiga pada hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam

09.30 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 160/90mmHg, nadi 70x/menit, RR 17x/menit. Implementasi jam

10.15 untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya pasien

mengatakan bersedia saat akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan

darah 150/90mmHg, nadi 69x/menit, RR 18x/menit, suhu 370C.

Implementasi jam 13.00 untuk diagnosa pertama, kedua, ketiga mengkaji

keadaan umum pasien respon subjektifnya pasien mengatakan pusing

provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien, quality kualitas sakit

rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah yang terasa sakit

adalah leher-kepala, severe/skala sakit 4, time waktu sakit hilang timbul 1

- 2 menit, respon objektifnya pasien tampak segar, dengan pemeriksaan

tekanan darah 150/90mmHg, nadi 67x/menit, RR 18x/menit.

Implementasi jam 14.00 untuk dignosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis mengingatkan teknik relaksasi

respon subjektifnya pasien mengatakan masih ingat tentang teknik

relaksasi, respon objektifnya pasien mendemostrasikan teknik relaksasi

nafas dalam. Implementasi jam 15.15 untuk diagnosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis mengikuti kegiatan reqhi

bersama semua pasien respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya

Page 73: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

62

62

semua pasien dan pengurus mengikuti kegitan reqhi pengobatan tenaga

dalam. Implementasi jam 15.45 untuk diagnosa ketiga nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan

diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi

67x/menit, RR 18x/menit. Implementasi jam 16.15 untuk diagnosa ketiga

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis memonitor tanda-

tanda vital dengan respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat

akan diperiksa, respon objektifnya hasil tekanan darah 150/90mmHg, nadi

69x/menit, RR 18x/menit.

F. Evaluasi

Evaluasi hari pertama selasa tanggal 5 Januari 2016 jam 12.30

untuk diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi evaluasi subjektifnya pasien mengatakan

BAK tidak lancar, evaluasi objektifnya kaki udem, capillary refile time

kembali dalam 5 detik, tekanan darah 190/100mmHg, balance cairan

700cc/24jam, analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan

intervensi beri rebusan seledri dan monitor balance cairan.

Evaluasi hari kedua rabu tanggal 6 Januari 2016 jam 17.00 untuk

diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi evaluasi subjektifnya pasien mengatakan BAK sedikit

lancar, evaluasi objektifnya kaki udem, capillary refile time kembali dalam

Page 74: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

63

63

4 detik, tekanan darah 160/90mmHg, balance cairan 500cc/24jam,

analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan intervensi beri

rebusan seledri dan monitor balance cairan.

Evaluasi hari ketiga kamis tanggal 7 Januari 2016 jam 17.00 untuk

diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi evaluasi subjektifnya pasien mengatakan BAK lancar,

evaluasi objektifnya kaki udem, capillary refile time kembali dalam 3

detik, tekanan darah 150/90mmHg, balance cairan 300cc/24jam,

analisanya masalah teratasi sebagian, planningnya lanjutkan intervensi beri

rebusan seledri dan monitor balance cairan.

Evaluasi hari pertama selasa 5 Januari 2016 jam 12.40 untuk

diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum evaluasi subjektifnya pasien mengatakan letih setelah beraktivitas,

evaluasi objektifnya ekstremitas bawah ada perubahan bentuk tulang,

bicara pelo, tekanan darah 190/100mmHg, RR 18x/menit, nadi 67x/menit,

suhu 36.50C, analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan

intervensi beri latihan.

Evaluasi hari kedua rabu 6 Januari 2016 jam 17.10 untuk diagnosa

kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum evaluasi

subjektifnya pasien mengatakan letih setelah beraktivitas, evaluasi

objektifnya ekstremitas bawah ada perubahan bentuk tulang, bicara pelo,

tekanan darah 160/90mmHg, RR 16x/menit, nadi 69x/menit, suhu 36.70C,

Page 75: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

64

64

analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan intervensi beri

latihan.

Evaluasi hari ketiga kamis 7 Januari 2016 jam 17.10 untuk

diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum evaluasi subjektifnya pasien mengatakan letih setelah beraktivitas,

evaluasi objektifnya ekstremitas bawah ada perubahan bentuk tulang,

bicara pelo, tekanan darah 150/90mmHg, RR 18x/menit, nadi 69x/menit,

suhu 36.80C, analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan

intervensi beri latihan.

Evaluasi hari pertama selasa 5 Januari 2016 jam 12.50 untuk

diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

evaluasi subjektifnya pasien mengatakan pusing provocate faktor

pencetusnya aktivitas pasien, quality kualitas sakit rasanya cengeng

(pegel-pegel) kaku, region daerah yang terasa sakit adalah leher-kepala,

severe/skala sakit 6, time waktu sakit hilang timbul 1 - 2 menit, evaluasi

objektifnya tampak memegangi leher-kepala, tekanan darah

190/100mmHg, RR 18x/menit, nadi 67x/menit,analisanya masalah belum

teratasi, planningnya lanjutkan intervensi beri teknik relaksasi.

Evaluasi hari kedua rabu 6 Januari 2016 jam 17.30 untuk diagnosa

ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis evaluasi

subjektifnya pasien mengatakan pusing provocate faktor pencetusnya

aktivitas pasien, quality kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku,

region daerah yang terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 5,

Page 76: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

65

65

time waktu sakit hilang timbul 1 - 2 menit, evaluasi objektifnya tampak

memegangi leher-kepala, tekanan darah 160/90mmHg, RR 16x/menit,

nadi 69x/menit,analisanya masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan

intervensi beri teknik relaksasi.

Evaluasi hari ketiga kamis 7 Januari 2016 jam 17.30 untuk

diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

evaluasi subjektifnya pasien mengatakan pusing provocate faktor

pencetusnya aktivitas pasien, quality kualitas sakit rasanya cengeng

(pegel-pegel) kaku, region daerah yang terasa sakit adalah leher-kepala,

severe/skala sakit 4, time waktu sakit hilang timbul 1 - 2 menit, evaluasi

objektifnya tampak memegangi leher-kepala, tekanan darah 150/90mmHg,

RR 18x/menit, nadi 69x/menit, analisanya masalah teratasi sebagian,

planningnya lanjutkan intervensi beri teknik relaksasi.

Page 77: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

66

66

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan kasus yang diambil dari BAB IV,

yaitu membahas mengenai analisa penurunan tekanan darah yang

diperoleh dari karya tulis ilmiah asuhan keperawatan tekanan darah pada

Ny. W dengan masalah Hipertensi di Panti Sasana Tresna Werdha Darma

Bakti Wonogiri, berdasarkan teori dan kesenjangan-kesenjangan yang

terjadi pada saat pengambilan data, dimana pembahasan yang penulis

lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan komprehensif pada Ny. W dengan

hipertensi pada tanggal 04 Januari 2016 dengan hasil pengkajian Ny.

W didapatkan data bahwa pasien datang dengan keluhan utama pusing

dan kepalanya cengeng . Hal ini sesuai dengan teori menurut (Nuraeni,

2009 dalam Novi, 2013) bahwa pada kasus hipertensi akan

menimbulkan gejala salah satunya adalah pusing yang mengakibatkan

gangguan pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien. Gangguan

pemenuhan rasa nyaman tersebut terjadi karena gangguan dan kelainan

dari system keseimbangan. Dari data pengkajian dapat disimpulkan

Page 78: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

67

67

bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi

pada keluhan utama hipertensi yang dialami oleh Ny.W.

Dalam pengkajian keperawatan Ny. W didapatkan data riwayat

penyakit sekarang pasien mengatakan sebelumnya bisa melakukan

aktivitas seperti biasa tetapi semenjak usianya lanjut menjadi kurang

aktivitasnya karena sudah tidak kuat lagi, merasa letih setelah

melakukan aktivitas, kepalanya sering pusing, lehernya cengeng, BAK

tidak lancar 3x/hari, dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil kaki

udem, wajah tampak lesu, mata kurang bercahaya, bicara pelo, ada

perubahan bentuk tulang pada kaki, dengan hasil pemeriksaan tanda-

tanda vital Tekanan Darah 200/100 mmHg, Suhu 36,70C, Nadi

74x/menit, Pernafasan 18x/menit. Menurut (Wijaya dan Putri, 2013)

riwayat kesehatan sekarang papa pasien hipertensi mengeluh kepala

terasa sakit dan berat, setelah beraktivitas berdebar-debar, penglihatan

berkunang-kunang dan tidak bisa tidur. Berdasarkan riwayat penyakit

sekarang yang didapat dari pengkajian dengan teori tidak terjadi

kesenjangan.

Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan tidak memiliki

riwayat penyakit saat anak-anak, belum pernah kecelakaan, maupun

operasi, tetapi pasien pernah dirawat di rumah sakit, pasien tidak

memiliki riwayat alergi, imunisasinya lengkap, kebiasaan pasien

sehari-hari bekerja dirumah sendiri misal menyapu dan mencuci baju.

Menurut (Prihaningtyas, 2013) hipertensi bukan penyakit yang

Page 79: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

68

68

menular tetapi hipertensi adalah penyakit keturunan jika dikeluarganya

ada yang menderita penyakit hipertensi. Sehingga antara fakta atau

kenyataan yang didapat dengan teori tidak terjadi kesenjangan.

Hasil pengkajian penulis terhadap Ny. W sesuai dengan teori

pengkajian pola gordon (Setiadi, 2012) dimana dalam teori tersebut

menjelaskan format pengkajian pasien dengan pendekatan pola fungsi

kesehatan menurut Gordon (Gordon Functional Health Patterns) terdiri

dari tanggal masuk, ruangan atau kelas, nomer kamar, diagnosa masuk.

Identitas terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab. Pada riwayat sakit

dan kesehatan terdiri dari keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyekit dahulu, pengkajian fisik abdomen, integumen,

ektremitas. Pemeriksaan penunjang. Rumusan masalah. Pengkajian

yang didapat dari Ny. W dari hasil wawancara, observasi adalah, pola

persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu

penting dan harus dijaga, ketika pasien merasa sakit pasien langsung

berkonsultasi dengan dokter dipanti tersebut. Menurut (Aspiani, 2013)

pada pola persepsi dan tata laksana hidup sehat menggambarkan

persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan. Sehingga antara

fakta/kenyataan yang didapat dengan teori tidak ada kesenjangan yang

terjadi.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan

makan 3x/hari dan minum, nasi sayur lauk seperti; tempe, tahu, ayam,

Page 80: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

69

69

makan satu porsi habis, dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien

mengatakan makan 3x/hari, nasi sayur lauk dan mengurangi garam,

makan ½ porsi habis, dan mudah kenyang, balance cairan

700cc/24jam. Menurut (Almatsier, 2005 dalam Ika, Novi 2013) pola

nutrisi pasien mendapatkan diit rendah garam. Diit rendah garam

mempunyai tujuan yaitu menghilangkan retensi garam atau air dalam

jaringan tubuh dan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Sehingga antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada

kesenjangan yang terjadi.

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4x/hari,

jumlah urin kira-kira 1200cc, warna kuning, dan tidak ada keluhan.

BAB 2x/hari, jumlah kira-kira 150cc, war4na kuning, dan tidak ada

keluhan. Selama sakit pasien mengatakan BAK 3x/hari, jumlah urin

700cc, warna kuning kecoklatan, dengan keluhan susah BAK. BAB

1x/hari, jumlah 500cc, warna kuning kecoklatan, dengan keluhan susah

BAB. Hasil pengkajian didapatkan hasil 700cc/24jam. Pengkajian pola

eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang essensial dan

berperan penting dalam menentukan kelangsungan kehidupan manusia.

Menurut teori eliminasi terbagi dua bagian utama pula, yaitu eliminasi

fekal (buang air besar) dan eliminasi urine (buang air kecil)

(Asmadi,2008). Pengkajian pola eliminasi, hal-hal yang perlu dikaji

antara lain : pola defekasi, perilaku defekasi, deskripsi feses, diet,

cairan, jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi (Mubarak, 2007).

Page 81: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

70

70

Menurut Carpenito dan Moyet, (2007) pada pasien hipertensi adanya

perubahan pola berkemih, seperti inkontinensial urine, disuria, distensi

kandung kemih, warna dan bau urine, dan kebersihanya. Berdasarkan

teori tersebut sesuai dengn fakta atau kenyataan yang didapatkan

bahwa pasien mengalami susah BAK atau BAK tidak lancar dan

muncul masalah keperawatan kelebihan volume cairan.

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan

makan-minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

berpindah, ambulasi atau ROM dapat melakukannya sendiri. Selama

sakit pasien mengatakan makan-minum, toileting, berpakaian,

mobilitas ditempat tidur dapat melakukan sendiri tetapi berpindah dan

ambulasi atau ROM dilakukan dengan alat bantu. Menurut Doenges

(2007) dalam aktivitas atau istirahat pada pasien hipertensi kelemahan,

letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : frekuensi jantung

meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. Aktivitas fisik

(mekanik tubuh) merupakan irama sirkadian manusia. Tiap individu

mempunyai irama atau pola tersendiri dalam kehidupan sehari-hari

untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat, dan lain-lain

(Asmadi,2008). Dalam teori disebutkan pola aktivitas dan latihan

tingkat kemampuan nilai 1 dan 2 adalah di bantu dengan alat bantu dan

dibantu orang lain (Nurlaila, 2009). Berdasarkan teori tersebut hasil

data yang didapat adalah sesuai karena pada pasien hipertensi

aktivitasnya terganggu, Sehingga antara fakta atau kenyataan dengan

Page 82: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

71

71

teori tidak ada kesenjangan yang terjadi dan muncul masalah

keperawatan intoleransi aktivitas.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan biasanya

tidur siang satu jam, tidur malam tujuh jam, tidur dengan nyenyak,

setelah bangun perasaannya segar. Selama sakit pasien mengatakan

tidur siang selama setengah jam, tidur malam tujuh jam, tidur dengan

sering terbangun tidak nyenyak, perasaan setelah terbangun masih

ngantuk. Menurut teori pada pasien keadaan sakit dapat menjadikan

pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur (Tarwoto dan Wartonah,

2004). Sehingga antara fakta/kenyataan yang didapat dengan teori

tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan tidak

merasakan sakit pada anggota tubuhnya. Selama sakit pasien

mengatakan kepala pusing (cengeng), dengan karakteristik sakit yang

dirasakan adalah sebagai berikut, provocate faktor pencetusnya

aktivitas pasien, quality kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel)

kaku, region daerah yang terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala

sakit 6, time waktu sakit hilang timbul 1 - 2 menit. Menurut (Udjianti,

2010; dalam Ambarwati, 2013) bahwa penyebab nyeri kepala pada

kasus hipertensi berat gejala yang dialami oleh penderita hipertensi

antara lain palpitasi, kelelahan, ansietas, keringat berlebihan, tremor

otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, sulit tidur,

dan gejala paling umum adalah nyeri kepala (rasa berat di tengkuk).

Page 83: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

72

72

Berdasarkan teori tersebut menyebutkan bahwa pada pasien hipertensi

mengalami gejala umum yaitu nyeri kepala (rasa berat ditengkuk),

sehingga antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada

kesenjangan yang terjadi dan muncul masalah keperawatan nyeri akut.

Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit pasien mengatakan

gambaran dirinya pasien mensyukuri seluruh anggota tubuhnya, ideal

dirinya pasien mengatakan keadaannya sehat, harga dirinya pasien

mengatakan bisa menerima keadaanya dan tetap mensyukuri, peran

dirinya pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari-hari sebagai ibu

rumah tangga, identitas dirinya pasien mengatakan sebagai seorang

perempuan. Selama sakit, pasien mengatakan gambaran dirinya pasien

mensyukuri seluruh anggota tubuhnya, ideal dirinya pasien

mengatakan ingin segera sembuh, harga dirinya pasien mengatakan

bisa menerima keadaannya dan tetap mensyukuri, peran dirinya pasien

mengatakan sebagai pasien dipanti jompo, identitas dirinya pasien

mengatakan sebagai seorang perempuan. Menurut (Aspiani, 2013) pola

persepsi konsep diri menjelaskan sikap tentang diri sendiri dan

persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri

menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri.

Manusia sebagai system terbuka dan makhluk bio-psiko-sosio-

kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.

Sehingga antara fakta atau kenyataan yang didapat dengan teori tidak

ada kesenjangan yang terjadi.

Page 84: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

73

73

Pola hubungan peran, sebelum sakit pasien mengatakan memiliki

hubungan yang baik dengan keluarga dan orang lain. Selama sakit,

pasien mengatakan masih memiliki hubungan yang baik dengan

tetangga maupun pengurus panti. Menurut (Aspiani, 2013) pola

hubungan dan peran menjelaskan dan mengetahui hubungan dan peran

klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,

pekerja, tidak punya rumah, dan masalah keuangan. Sehingga antara

fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Pola seksualitas reproduksi, sebelum sakit maupun selama sakit

pasien mengatakan sudah menikah memiliki 2 anak dan 4 orang cucu.

Teori seksualitas reproduksi adalah Kaji adanya pembesaran testis,

hematuria, inflamasi, dan nyeri (Suriadi, 2008). Sehingga antara

fakta/kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Pola mekanisme koping, sebelum sakit maupun selama sakit pasien

mengatakan ketika ada masalah pasien selalu berdiskusi dengan

pengurus panti. Mekanisme koping adalah upaya yang dilakukan

secara sadar untuk mengatur emosi, kognisi, perilaku, fisiologis, dan

lingkungan yang dapat menimbulkan stres (Tiurlan, 2011). Sehingga

antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang

terjadi.

Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit maupun selama sakit

pasien mengatakan sseorang yang beragama islam, rajin beribadah,

Page 85: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

74

74

dan berdoa. Pola nilai dan keyakinan adalah menerangkan sikap dan

keyakinan pasien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan

konsekuensinya (Nurlaila, 2009). Sehingga berdasarkan pengkajian

yang didapat dengan teori tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Hasil pemeriksaan fisik : Pasien dengan kesadaran composmentis,

tanda-tanda vital : Tekanan darah 200/100, Nadi 74x/menit dengan

irama teratur, teraba kuat, Respirasi 18x/menit, iramanya teratur, dan

suhu 36.70C. Hasil pemeriksaan kepala, bentuknya mesochepal, kulit

kepala bersih, rambut berwarna putih beruban dan bersih. Hasil

pemeriksaan mata, palpebra tidak udem, konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik, pupilnya isokor, diameter pupil ± 2 mm, reflek

terhadap cahaya mengecil bila ada cahaya, melebar bila tidak ada

cahaya, dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hasil

pemeriksaan hidung bentuk simetris, tidak ada secret. Hasil

pemeriksaan mulut mukosa bibir lembab, tidak ada perubahan tonsil.

Hasil pemeriksaan gigi bersih, sudah banyak yang tanggal. Hasil

pemeriksaan telinga bersih, tidak ada serumen, ada gangguan

pendengaran. Hasil pemeriksaan leher tidak ada pembesaran limfe dan

pembesaran tiroid. Hal ini sesuai dengan teori (Brunner & Suddarth,

2005) gejala yang muncul pada hipertensi adalah pada pemeriksaan

fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,

tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,

eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada

Page 86: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

75

75

kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut WHO

batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

140/90mmHg, sedangkan tekanan darah lebih dari 160/95mmHg

dinyatakan dalam hipertensi (Udjianti, 2010; dalam Ambarwati, 2013).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara fakta/kenyataan yang

didapat dengan teori tidak terjadi kesenjangan.

Hasil pemeriksaan dada, paru-paru inspeksinya simetris,

palpasinya vocal fremitus kanan/kiri sama, ekspansi paru kanan/kiri

sama, perkusinya sonore, auskultasinya tidak ada suara tambahan,

vesikuler. Jantung inspeksinya ictus cordis tidak tampak, palpasinya

ictus cordis teraba di intercosta 5 mid clavicula sinistra, perkusinya

pekak, auskultasinya tidak ada suara tambahan, regular. Hasil

pemeriksaan abdomen, inspeksinya tidak ada jejas, tidak ada jaringan

parut, auskultasinya bising usus 18x/menit, perkusinya kuadran 1

bunyinya redup kuadran 2, 3, dan 4 bunyinya timpani, palpasinya tidak

ada nyeri tekan. Hasil pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang

kateter. Hasil pemeriksaan rektum bersih, tidak ada luka dan tidak ada

hemoroid. Menurut Mubarak (2007) Pada pemeriksaan dada dilakukan

dengan metode dan langkah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Menurut Baradero dkk (2008) pada pemeriksaan auskultasi jantung

terdengar bunyi murmur, adanya peningkatan kecepatan denyut

jantung, sedangkan pada pemeriksaan abdomen terdapattumor,

pembesaran organ-organ abdominal. Sehingga dapat disimpulkan

Page 87: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

76

76

bahwa antara fakta atau kenyataan yang didapat dengan teori tidak

terjadi kesenjangan.

Hasil pemeriksaan fisik ekstremitas, atas: kekuatan otot kanan/kiri

bisa digerakkan dengan normal, Range of Motion kanan/kiri bisa

digerakkan dengan normal, tidak ada udem, Capilary refile time 5

detik kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada tangan kiri dan ada

udem, Perabaan akralnya hangat. Bawah: kekuatan otot kanan/kiri bisa

digerakkan tetapi menggunakan alat bantu, Range of Motion kaki kiri

bengkok, sedangkan kaki kanan normal, Capilary refile time 5 detik

kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada kaki kiri, dan perabaan

akralnya hangat. Menurut Corwin (2009); dalam Kristmas, et al (2013)

menyatakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala yang sering muncul

pada penderita hipertensi bertahun-tahun, yaitu seperti sakit kepala saat

terjaga (terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan

intrakranium), penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada

retina, cara berjalan mulai terganggu karena mulai adanya kerusakan

susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan peningkatan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Menurut Baradero dkk (2008) pada pengkajian ekstremitas

meliputi warna kulit, adanya edema, akral hangat. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa antara fakta atau kenyataan yang didapat dengan

Page 88: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

77

77

teori tidak terjadi kesenjangan dan muncul masalah keperawatan

intoleransi aktivitas.

2. Perumusan Masalah Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan pada kasus ini didasarkan pada

keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada pasien.

Pada teori yang didapatkan penulis menurut Muttaqin (2009) masalah

keperawatan yang muncul pada pasien dengan hipertensi adalah

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

cerebral. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya

produksi ADH dan retensi natrium. Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan penurunan cardiac output. Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat.

Dari pengkajian yang dilakukan penulis didapatkan tiga masalah

keperawatan yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan

mekanisme regulasi. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis (hipertensi).

Dan dari teori yang tidak muncul adalah penurunan curah jantung

berhubungan dengan peningkatan afterload. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in

Page 89: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

78

78

adekuat. Penulis tidak memasukkan dalam asuhan keperawatan Ny. W

karena dalam pengkajian tidak didapatkan tanda dan gejala dari

penurunan curah jantung dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

Diagnosa keperawatan yang utama yaitu kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dengan data yang

menunjang adalah data subjektif BAK pasien tidak lancar, data

objektifnya mukosa bibir lembab, capillary refile time kembali dalam 5

detik, kaki udem, ada perubahan tekanan darah 200/100mmHg. Hal ini

sesuai dengan teori (NANDA 2012-2014) dimana kelebihan volume

cairan adalah peningkatan retensi cairan isotonik (Herdman, T.

Heather, 2012). Batasan karakteristik kelebihan volume cairan secara

subjektif pasien melaporkan oliguria, sedangkan secara objektif

didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien seperti edema, perubahan

tekanan darah, penambahan berat badan (Herdman, T. Heather, 2012).

Penentuan etiologi dari diagnosa kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi didasarkan pada

pengkajian pasien mengatakan BAK tidak lancar dan perubahan

tekanan darah karena hipertensi, dimana mekanisme peningkatan

tekanan darah tinggi itu terjadi karena adanya perubahan sistem renin.

Renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun,

akibatnya terbentuklah angiotensin I, yang akan berubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan

Page 90: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

79

79

mengakibatkan kontraksi langsung arteriol. Secara tidak langsung juga

merangsang pelepasan aldosteron, yang mengakibatkan retensi natrium

dan air dalam ginjal. Respon tersebut meningkatkan retensi natrium

dan air dalam ginjal sehingga meningkatkan volume cairan

ekstraseluler (Brunner dan Suddarth, 2001; dalam Herminto, dkk

2013). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa antara fakta atau

kenyataan yang didapat dengan teori tidak terjadi kesenjangan.

Perumusan diagnosa kedua didapat hasil pengkajian pola aktivitas

dan latihan selama sakit penulis mendapat data bahwa aktivitas seperti

makan/minum, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, dan toileting

didapat score 0 atau mandiri tetapi berpindah dan ambulasi atau ROM

didapat score 1 atau dibantu dengan alat. Pada pengkajian ekstremitas,

atas: kekuatan otot kanan/kiri bisa digerakkan dengan normal, Range

of Motion kanan/kiri bisa digerakkan dengan normal, tidak ada udem,

Capilary refile time 5 detik kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada

tangan kiri dan ada udem, Perabaan akralnya hangat. Bawah: kekuatan

otot kanan/kiri bisa digerakkan tetapi menggunakan alat bantu, Range

of Motion kaki kiri bengkok, sedangkan kaki kanan normal, Capilary

refile time 5 detik kembali, Perubahan bentuk tulang ada pada kaki

kiri, dan perabaan akralnya hangat. Sehingga penulis merumuskan

diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi psikologis atau

fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

Page 91: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

80

80

sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Herdman, T.

Heather, 2012).

Penentuan etiologi dari diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan umum didapatkan dari hasil pengkajian pasien

menyatakan letih, lemah, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, respon

tekanan darah abnormal terhadap aktivitas (Herdman, T. Heather,

2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara fakta dan teori tidak

terjadi kesenjangan.

Perumusan diagnosa ketiga didapatkan hasil pengkajian pola

kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan tidak merasakan

sakit pada anggota tubuhnya. Selama sakit pasien mengatakan kepala

pusing (cengeng), dengan karakteristik sakit yang dirasakan adalah

sebagai berikut, provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien, quality

kualitas sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah yang

terasa sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 6, time waktu sakit

hilang timbul 1 - 2 menit. Data objektif didapatkan pasien tampak

memegangi kepala (sikap melindungi area nyeri), mata kurang

bercahaya, Tekanan Darah 200/100mmHg, Nadi 74x/menit, pernafasan

18x/menit. Sehingga penulis mengambil diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis (hipertensi). Dimana nyeri

akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

Page 92: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

81

81

(International Association for the study of Pain):awitan yang tiba-tiba

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung ≤ 6 bulan (Nurarif &

Kusuma 2013).

Batasan karakteristik nyeri akut secara subyektif diungkapkan

pasien secara verbal atau melaporkan dengan isyarat, sedangkan secara

obyektif diungkapkan pasien dengan gerakan melindungi nyeri,

perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan

frekuensi pernafasan, mata kurang bercahaya (Nurarif & Kusuma

2013). Penentuan etiologi dari diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis didasarkan pada pengkajian hasil

perubahan tekanan darah tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

antara fakta dan teori tidak terjadi kesenjangan.

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan pada Ny. W penulis

menggunakan prioritas kebutuhan dasar Maslow, diagnosa yang utama

adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi, yang kedua intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan umum, dan yang ketiga nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis (hipertensi).

Page 93: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

82

82

3. Perencanaan

Intervensi pada masalah keperawatan dengan diagnosa kelebihan

volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan kelebihan volume cairan Ny. W berkurang bahkan hilang

dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan (udem,

BAK lancar, Berat Badan Ideal, tidak ada perubahan tekanan darah).

Penulis menuliskan intervensi sesuai dengan kriteria NIC (Nursing

Intervension Clacification) menurut Nurarif & Kusuma, (2013)

berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama kelebihan volume

cairan perencanaan keperawatannya antara lain: pertahankan catatan

intake dan output yang akurat, monitor vital sign, kaji lokasi dan luas

edema, monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori,

kolaborasi pemberian diuretic sesuai intruksi, kolaborasi dokter jika

tanda cairan berlebih muncul memburuk, monitor tanda dan gejala

oedema. Tujuan dilakukannya fluid management adalah untuk

menurunkan tekanan darah sebagai diuretic (Herminto, dkk 2013)

Masalah keperawatan yang kedua dengan diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien

melaporkan adanya peningkatan aktifitas yang sesuai dengan vital sign

Page 94: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

83

83

normal ( Tekanan darah 120/80mmHg, Nadi 60-100 x/menit,

pernafasan 16-20 x/menit) (Aspiani, 2013).

Penulis menuliskan intervensi sesuai dengan kriteria NIC (Nursing

Intervension Clacification) menurut Nurarif & Kusuma, (2013)

berdasarkan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

keletihan umum, perencanaannya antara lain: kolaborasikan dengan

tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang

tepat, bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi, dan social, bantu untuk mengidentifikasi

dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan, bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi

roda, krek, bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai, bantu

klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang, monitor respon

fisik, emosi, social, dan spiritual. Tujuan dari aktivitas latihan diatas

adalah membantu memberikan perasaan santai, mengurangi

ketegangan, kecemasan, dan meningkatkan perasaan senang (Maryam,

2008; dalam Fatarona, 2010; dalam Fadil 2012).

Masalah keperawatan yang ketiga dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis, yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut dapat

berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil pasien mengungkapkan

penurunan rasa nyeri, skala nyeri turun menjadi 1 bahkan 0, pasien

Page 95: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

84

84

merasa nyaman, pasien mampu mengontrol nyeri, pasien terlihat rileks,

pasien mampu mengontrol nyeri dengan teknik non-farmakologi (tarik

nafas dalam).

Penulis menuliskan intervensi sesuai dengan kriteria NIC (Nursing

Intervension Clacification) menurut Nurarif & Kusuma, (2013)

berdasarkan diagnosa keperawatan nyeri akut, perencanaannya adalah

lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi,

observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik

komunikasi, kurangi faktor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan

penanganan nyeri, farmakologis dan nonfarmakologis), ajarkan tentang

teknik non farmakologis, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri,

evaluasi keefektifan kontrol nyeri, kolaborasikan dengan dokter jika

ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil. Tujuan dari

pemberian tindakan manajemen nyeri adalah mengevaluasi perubahan

skala nyeri (Suriadi, 2006).

4. Implementasi

Implementasi dilakukan dari perencanaan yang disusun

sebelumnya. Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-

masing diagnosa: diagnosa keperawatan yang pertama kelebihan

volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

Page 96: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

85

85

implementasi yang dilakukan pada tanggal 5, 6, 7 Januari 2016 sesuai

dengan teori kriteria NIC (Nursing Intervension Clacification) menurut

Nurarif & Kusuma, (2013) adalah memonitor balance cairan,

memeriksa tekanan darah, monitor status nutrisi (kolaborasi dengan

pengurus panti pemberian nutrisi yang sesuai mengurangi kelebihan

volume cairan secara gizi), memberikan air rebusan daun seledri,

dimana Menurut Hariana, (2008) Seledri diketahui mengandung

senyawa aktif yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu ''apiin''

(yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan manitol yang

berfungsi seperti diuretik. Daun seledri banyak mengandung Apiin dan

substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air

kencing (Mursito, 2000; dalam Fadil, 2012). Dalam jurnal yang

penulis gunakan yaitu efektifitas daun seledri dalam menurunkan

tekanan darah adalah jika mengonsumsi daun seledri bisa membantu

tubuh melakukan pembuangan racun atau detoksifikasi. Data

percobaan farmakologi menunjukkan bahwa seledri memberikan efek

menurunkan tekanan darah, memperlebar pembuluh darah perifer,

yang mana efek ini sering dimanfaatkan untuk menambah keperkasaan

(Mursito, 2001, dalam Herminto, dkk 2013). Penulis melakukan semua

perencanaan berdasarkan teori sehingga antara teori dan kenyataan

tidak ada kesenjangan.

Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum, implementasi yang dilakukan

Page 97: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

86

86

pada tanggal 5, 6, 7 Januari 2016 adalah memberikan dan mengajarkan

latihan exercise, kolaborasi dengan pengurus panti untuk beraktivitas

dimana latihan fisik dan olahraga untuk hipertensi merupakan bagian

dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress

(Hadibroto, dkk 2006; dalam Fadil, 2012). Manfaat latihan fisik atau

olahraga secara umum adalah meningkatkan daya tahan

kardiovaskuler, kekuatan otot rangka, kelenturan, keseimbangan dan

koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Manfaat psikologis dari latihan fisik adalah membantu memberikan

perasaan santai, mengurangi ketegangan, kecemasan, dan

meningkatkan perasaan senang (Maryam, 2008; dalam Fatarona, 2010;

dalam Fadil 2012). Penulis melakukan semua perencanaan berdasarkan

teori sehingga antara teori dan kenyataan tidak ada kesenjangan.

Diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis, implementasi yang dilakukan pada tanggal 5, 6, 7 Januari

2016 adalah mengkaji status nyeri pasien PQRST, metode PQRST

meliputi Provoking inciden : Apakah ada peristiwa yang menjadi

factor prepitasi nyeri.Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang

dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut / menusuk.

Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.Saverity (scale

of pain) : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa

berdasarkan skala nyeri / pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit

Page 98: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

87

87

mempengaruhi kemampuan fungsinya. Time : Berapa lama nyeri

berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang

hari (Nasrul Effendy, 1995) dalam Wijaya & Putri (2013).

Mengajarkan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam ketika

nyeri muncul. Penulis menekankan pada pemberian teknik relaksasi

nafas dalam untuk menurunkan nyeri, dimana teknik relaksasi nafas

dalam adalah salah satu dari tindakan keperawatan dalam menurunkan

nyeri. Dalam jurnal Syaiful & Rachmawan (2014) teknik relaksasi

nafas dalam terbukti sangat efektif untuk menurunkan nyeri, teknik

relaksasi nafas dalam juga sangat mudah dilakukan tanpa

menggunakan alat bantu. Relaksasi nafas dalam melibatkan sistem otot

dan respirasi tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan

kapan saja atau sewaktu-waktu dan dapat digunakan dalam jangka

waktu relatif lebih lama.

Penulis melakukan teknik relaksasi nafas dalam ini selama 3 hari

pengelolaan, dan selama 1 hari berikan teknik relaksasi 2 kali. Dimana

dalam 3 hari pengelolaan ini penulis mendapatkan data sebagai berikut

pada hari pertama skala nyeri 6, hari kedua skala nyeri 5, hari ketiga

skala nyeri 4. Hal ini sesuai dengan teori dalam jurnal Syaiful &

Rachmawan (2014) dimana dalam setiap implementasi mengalami

penurunan skala nyeri. Penulis melakukan semua perencanaan

berdasarkan teori sehingga tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Page 99: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

88

88

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap hari diakhir shift dengan metode SOAP

berdasarkan kriteria NOC (Nursing Outcame Clacification) menurut

Nurarif & Kusuma, (2013), didapatkan hasil evaluasi hari ketiga untuk

diagnosa pertama kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi evaluasi subjektifnya pasien

mengatakan BAK lancar, evaluasi objektifnya kaki udem, capillary

refile time kembali dalam 3 detik, tekanan darah 150/90mmHg,

balance cairan 300cc/24jam, analisanya masalah teratasi sebagian,

planningnya lanjutkan intervensi beri rebusan seledri dengan

mekanisme seledri menurut Hariana, (2008) Seledri diketahui

mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan tekanan darah

yaitu ''apiin'' (yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan manitol

yang berfungsi seperti diuretik.

Daun seledri banyak mengandung Apiin dan substansi diuretic

yang bermanfaat untuk menambah jumlah air kencing (Mursito, 2000;

dalam Fadil, 2012). Dalam jurnal yang penulis gunakan yaitu

efektifitas daun seledri dalam menurunkan tekanan darah adalah jika

mengonsumsi daun seledri bisa membantu tubuh melakukan

pembuangan racun atau detoksifikasi. Data percobaan farmakologi

menunjukkan bahwa seledri memberikan efek menurunkan tekanan

darah, memperlebar pembuluh darah perifer (Mursito, 2001, dalam

Herminto, dkk 2013). dan monitor balance cairan.

Page 100: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

89

89

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sesuai dengan implementasi

yang didapat dan kriteria hasil yang dibuat menurut Nurarif &

Kusuma, (2013) dan bahwa teori tersebut menyebutkan terbebas dari

oedema, bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, terbebas dari kelelahan,

memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung,

dan vital sign dalam batas normal. Sehingga antara fakta atau

kenyataan yang didapatkan dengan teori tidak terjadi kesenjangan.

Evaluasi hari ketiga untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum evaluasi subjektifnya pasien

mengatakan letih setelah beraktivitas, evaluasi objektifnya ekstremitas

bawah ada perubahan bentuk tulang, bicara pelo, tekanan darah

150/90mmHg, RR 18x/menit, nadi 69x/menit, suhu 36.80C, analisanya

masalah belum teratasi, planningnya lanjutkan intervensi beri latihan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut tidak sesuai dengan implementasi

yang didapat dan criteria hasil yang dibuat menurut Nurarif &

Kusuma, (2013) bahwa teori tersebut menyebutkan berpartisipasi

dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan

RR, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanda-

tanda vital normal, mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat,

sehingga hasil yang didapat antara teori dan fakta atau kenyataan tidak

sesuai karena ekstremitas bawah pasien sudah bengkok dan umur

pasien yang sudah lanjut.

Page 101: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

90

90

Evaluasi hari ketiga untuk diagnosa ketiga nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis evaluasi subjektifnya pasien mengatakan

pusing provocate faktor pencetusnya aktivitas pasien, quality kualitas

sakit rasanya cengeng (pegel-pegel) kaku, region daerah yang terasa

sakit adalah leher-kepala, severe/skala sakit 4, time waktu sakit hilang

timbul 1 - 2 menit, evaluasi objektifnya tampak memegangi leher-

kepala, tekanan darah 150/90mmHg, RR 18x/menit, nadi 69x/menit,

analisanya masalah teratasi sebagian, planningnya lanjutkan intervensi

beri teknik relaksasi.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sesuai dengan implementasi

yang didapat dan kriteria hasil menurut Nurarif & Kusuma, (2013)

bahwa teori tersebut menyebutkan mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali

nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri), menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hasil yang didapat antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak

terjadi kesenjangan.

Page 102: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

91

91

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi tentang pemberian air rebusan daun seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. W dengan

Hipertensi di Panti Sasana Tresna Wredha Darma Bakti Wonogiri, maka

dapat ditarik kesimpulan dengan prioritas masalah:

1. Pengkajian

Pengkajian pada Ny. W diperoleh data subjektif antara lain pasien

mengatakan pusing (cengeng), sebelumnya pasien bisa melakukan

aktivitas seperti biasa tetapi semenjak usianya lanjut menjadi kurang

aktivitasnya karena sudah tidak kuat lagi, merasa letih setelah

melakukan aktivitas, kepalanya sering pusing, lehernya cengeng, BAK

tidak lancar 3x/hari, dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil kaki udem,

wajah tampak lesu, mata kurang bercahaya, bicara pelo. Hal itu sesuai

dengan tanda dan gejala pada pasien yang menderita hipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul dan sebagai keperawatan prioritas

adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

Page 103: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

92

92

kelemahan umum. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

(hipertensi).

3. Intervensi

Intervensi yang dibuat berdasarkan masalah keperawatan pertama yaitu

kelebihan volume cairan, monitor balance cairan; observasi tanda-tanda

kelebihan volume cairan (udem); aplikasikan pemberian daun seledri

sebagai diuretic; edukasi manfaat daun seledri sebagai diuretic;

kolaborasi dengan pengurus panti pemberian nutrisi yang sesuai;

Intervensi masalah keperawatan kedua intoleransi aktivitas, observasi

keadaan umum pasien; berikan exercise; ajarkan pasien untuk

melakukan gerakan otot tangan dan kaki; kolaborasi dengan pengurus

panti tentang aktivitas (senam). Intervensi masalah keperawatan ketiga

nyeri akut, kaji tanda-tanda nyeri; monitor tanda-tanda vital; ajarkan

teknik relaksasi; kolaborasi pemberian analgetik

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada Ny. W dengan

Hipertensi adalah sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan lebih

mengoptimalkan pemberian rebusan daun seledri untuk menurunkan

tekanan darah tinggi.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, evaluasi masalah

pada kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

Page 104: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

93

93

mekanisme regulasi sudah teratasi. Dengan intervensi dipertahankan

beri rebusan daun seledri. Masalah keperawatan yang kedua intoleransi

aktivitas, telah teratasi dan pertahankan intervensi berikan latihan otot.

Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis, telah teratasi dan pertahankan intervensi

relaksasi nafas dalam.

6. Analisa

Pemberian rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah

menunjukkan hasil yang signifikan, karena dalam 3 hari pengelolaan

tekanan darah yang semula 200/100mmHg menjadi 150/90mmHg.

B. Saran

Setelah penulis melakukan keperawatan pada pasien dengan hipertensi

maka penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan

maupun dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi

pasien yang mengalami hipertensi.

Page 105: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

94

94

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan

yang baik dan selalu berkoordinator dengan tim kesehatan yang lain

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien

hipertensi, sehingga perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu

dalam mengatasi masalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih membangun ilmu

pengetahuan melalui aplikasi jurnal yang lebih inovasif dan dapat

melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif.

Page 106: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

95

95

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Lestari. 2013. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny.

S Dengan Hipertensi Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. STIKes Kusuma Husada Surakarta

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Aspiani, 2013. Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta : Trans Info Medika

Baradero, Mary, dkk. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler : Seri Asuhan

Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 edisi 8.

Jakarta: EGC.

Cahyono, S.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius

Carpenitto & Moyet, 2007. Dalam Konsep Dengan Pemetaan Konsep. Jakarta:

Salemba Medika

Corwin E. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dalimartha dan Adrian, 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Bogor : Penebar Swadaya

Fuad, 2012. Pengaruh Meditasi Garuda Terhadap Tekanan Darah Dan Gejala

Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Usia Pertengahan Di Desa Balung Lor

Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3188/Moch.%20N

u%20Fuadpdf?sequence=1. 30 Nopember 2015 (12:09)

Hastuti, dkk, 2014. Pengaruh Daun Seledri Dan Daun Blimbing Wuluh Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia hipertensi Di Desa Pondok Kecamatan

Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-

gdlhenybudiha1136-1-jurnalp-f.pdf. 19 Nopember 2015 (11:08)

Herdman, T. Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi

dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Page 107: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

96

96

Herminto, dkk, 2013. Pengaruh Pemberian Daun Seledri Pada Lansia Penderita

Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di Desa Sringin

Kecamatan

Jumantono.http://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/index.php/ji/article/downl

oad/49/29.18 Nopember 2015 (07:20)

Ika, Novi. 2013. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. S Dengan

Hipertensi Di Ruang Cempaka 1B Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Karya Tulis Ilmiah. STIKes Kusuma Husada Surakarta

Kristmas, dkk, 2013. Slow Deep Breathing Dalam Menurunkan Nyeri Kepala

Pada Penderita Hipertensi.

http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2671/1/ncj020120

14slow_deep_breathing_dalam.pdf. 30 Nopember 2015 (12:02)

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif, 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

Muzakar danNuryanto, 2012. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

http://balitbangnovdasumsel.com/jurnal/16. 19 Nopember 2015 (11:24)

Nurlaila, A dan Widjaya, I.(2009). Tak ada gejala, awas bahaya hipertensi:

Hipertensi tidak menunjukan gejala namun berpotensi menimbulkan

berbagai penyakit. http://www.vivanews.com. Di akses tanggal 4 maret

2011

Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa dan Nanda Nic-Noc.Jilid 1. Yogyakarta : Media

Action

Palmer, dkk. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Perry dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta : EGC.

Price, S & Wilson, L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Jakarta : EGC

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan

Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Page 108: KTI Dwi Novita - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-dwinovitas... · 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

97

97

Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah

Tinggi. Jakarta : PT Intisari Mediatama

Suratini, 2013. Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat Tekanan Darah

Pada Lansia Hipertensi.

http://ejournal.say.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/download/50/50. 18

Nopember 2015 (06:18)

Syaiful Y. & Rachmawan S. H. 2014. Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan

Distraksi Baca Menurunkan Nyeri Pasca Operasi Pasien Fraktur Femur.

5(2):101-107.

Wartonah, Tarwoto (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Wijaya, A.S dan Putri, Y. S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1 (Keperawatan

Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika