di susun oleh -...

95
PEMBERIAN L SPIRITUAL EM TERHAD KEPERAW HEM RSUD dr PROGR SEKOLAH TING LATIHAN RANGE OF MOTION (RO MOTIONAL FREEDOM TECHNIQU DAP KEKUATAN OTOT PADA ASU AWATAN NY. R DENGAN STROKE MORAGIK DI RUANG ANYELIR r. SOEDIRAN MANGUN SUMARS WONOGIRI DI SUSUN OLEH: SIGIT IMAM BASUKI NIM. P.13 117 RAM STUDI DIII KEPERAWATAN GGI ILMU KESEHATAN KUSUMA SURAKARTA 2016 OM) DAN UE (SEFT) UHAN E NON SO N A HUSADA

Upload: truongtuong

Post on 20-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

PEMBERIAN LATIHAN

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE

TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY. R DENGAN

HEMORAGIK DI RUANG ANYELIR

RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

RIAN LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) DAN

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE

TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY. R DENGAN STROKE

HEMORAGIK DI RUANG ANYELIR

RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

DI SUSUN OLEH:

SIGIT IMAM BASUKI

NIM. P.13 117

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

(ROM) DAN

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA ASUHAN

STROKE NON

RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 2: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

i

PEMBERIAN LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) DAN

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY. R DENGAN STROKE NON

HEMORAGIK DI RUANG ANYELIR

RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

KaryaTulisIlmiah

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan

DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

SIGIT IMAM BASUKI

NIM. P.13 117

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 3: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

ii

Page 4: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

iii

Page 5: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena

berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian LatihanRange Of Motion(ROM) dan

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Kekuatan Otot pada

Asuhan Keperawatan Ny. R dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Anyelir

Rumah Sakit Umum Daerahdr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.

Dalam penyusuhan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. WahyuRima Agustin, M. Kep, selakuKetuaSTIkesKusumaHusada

Surakarta yang telahmemberikankesempatanuntukmenimbailmu di

STIkesKusumaHusada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani M. Kep, selaku Ketua Progam Studi DIII keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M. Kep,selaku pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan -

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Ns. Galih Priambodo, M. Kep, selaku penguji I yang telah memberi

banyak masukan dan saran, serta memberikan motivasi pada penulis untuk

menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

Page 6: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

v

6. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M. Kep, selaku penguji II yang telah memberi

banyak masukan dan saran, serta memberikan motivasi pada penulis untuk

menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

7. Semua dosen program studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

8. Kedua orangtuaku (Basuki Rahmat dan Sumiyanti) yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi dan

memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan pendidikan DIII

Keperawatan.

9. Teman – teman mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B progam

studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai

pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu – persatu, yang

memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk

perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta,Mei 2016

Penulis

Page 7: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 6

C. Manfaat Penulisan .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8

1. Stroke ............................................................................. 8

2. Kekuatan Otot ................................................................. 18

3. Latihan ROM ................................................................. 20

4. SEFT ............................................................................... 24

B. Kerangka Teori....................................................................... 30

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset ............................................................ 31

B. Tempat dan Waktu ................................................................ 31

C. Media dan Alat ....................................................................... 31

D. Prosedur Tindakan ................................................................ 31

E. Alat Ukur ................................................................................ 33

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas .................................................................................. 35

B. Pengkajian .............................................................................. 35

C. Rumusan permasalahan keperawatan .................................... 41

Page 8: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

vii

D. Intervensi Keperawatan ......................................................... 43

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 44

F. Evaluasi .................................................................................. 50

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 55

B. Perumusan Masalah ............................................................... 57

C. Intervensi keperawatan........................................................... 61

D. Implementasi keperawatan ..................................................... 63

E. Evaluasi keperawatan ............................................................. 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 77

B. Saran ...................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Titik-Titik Terapi SEFT……………………………….. 29

2. Gambar 2.2 Kerangka Teori………………………………………… 30

3. Gambar 4.1 Genogram……………………………………………… 36

Page 10: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 3. Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5. Jurnal Utama

Lampiran 6. Asuhan Keperawatan

Lampiran 7. Log Book

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9 Surat Pernyataan

Page 11: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh terganggunya suplai darah ke bagian otak

(Smeltzer and Bare,2008).Stroke termasuk penyakit motorneuron atas yang

mengakibatkankehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik,

disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada satu

sisi) karena lesi otak yang berlawanan, kelemahan otot merupakan dampak

terbesar pada pasien stroke. Strokemerupakan gangguan sistem saraf pusat

yang paling sering ditemukan dan penyebab utama gangguan aktivitas

fungsional pada orang dewasa (Irfan, 2010).

Pervalensi strokedi AmerikaSerikat setiap tahun sekitar 700.000

orang, dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Pervalensi stroke

di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan

setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Penderita stroke di Amerika

Serikat berusia antara 55-64 tahun sebanyak 11% mengalami infark serebral

silent, prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43%

pada usia 85 tahun (Medicastore, 2011).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan

Page 12: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

2

terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi

stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan

dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di

perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan

(5,7%).Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara

(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa

Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan

hampir sama (Kemenkes, 2013).

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), stroke dibedakan

menjadi strokehemoragik dan stroke non hemoragik. Prevalensi

strokehemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari

tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun 2012 adalah Kabupaten

Kudus sebesar 1,84%. Prevalensi stroke nonhemoragik pada tahun 2012

sebesar 0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Pada tahun 2012,

kasus stroke di Kota Surakarta cukup tinggi. Kasus strokehemoragik

sebanyak 1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke non hemoragik.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 50 % pasien di ruang

Anyelir mengalami strokehemoragik atau stroke non hemoragik, 100 % dari

pasien stroke mengalami penurunan kekuatan otot dengan nilai 0-1. Terapi

rehabilitas yang diprogramkan dari rumah sakit yaitu melakukan latihan

ROM (Range Of Motion) pada pasien stroke yang dilakukan oleh fisioterapis

1 hari sekali. Pemberian SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Page 13: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

3

Technique)belum diterapkan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso.

Masalah yang dialami oleh penderita stroke yang paling ditakuti adalah

gangguan anggota gerak. Penderita mengalami kesulitan saat berjalan karena

mengalami gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi

gerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan

dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi persendian dengan

latihan ROM merupakan salah satu bentuk rehabilitasi yang dinilai masih

cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke,

menggerakkan seseorang secara dini pada fungsi aktifitas mulai gerakan di

tempat tidur, duduk, berdiri, dan berjalan, mencegah komplikasi.

Pasien dengan stroke akan mengalami banyak gangguan-gangguan

yang bersifat fungsional. Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis, dan

atau perilaku. Gejala fisik paling khas adalah hemiparalisis, kelemahan,

hilangnya sensasi pada wajah, lengan atau tungkai di salah satu sisi tubuh,

kesulitan bicara dan atau memahami (tanpa gangguan pendengaran), kesulitan

menelan dan hilangnya sebagian penglihatan di satu sisi. Kelemahan pada

satu sisi tubuh yang ”sakit” (hemiparesis), dimana otot yang bekerja tidak

sesuai atau tidak sama dengan bagian anggota gerak yang sehat. Kelemahan

ektremitas satu sisi, kontrol tubuh yang buruk serta ketidakstabilan pola

berjalan merupakan aspek-aspek pada pasien stroke yang tidak terpisahkan.

Kelemahan dari lengan, kedua tungkai, kelemahan sebagian otot-otot wajah

merupakan hal umum yang terjadi pada pasien stroke. Walaupun demikian,

Page 14: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

4

itu semua berhubungan dengan masalah pada otot aksial yang melemahkan

kontrol tubuh dan proses berjalan. (Peter G. Levine, 2009).

Penderita strokedapat mengalami kesulitan saat berjalan karena

gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga

kesulitandalam melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan gerak mempercepat

penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak di otak

(Irdawati, 2008). Penatalaksanaan untuk melatih kekuatan otot pada pasien

stroke dapat dilakukan dengan latihan ROM (Range Of Motion)dan SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique).

Latihan ROMadalah latihan yang dilakukan

untukmempertahankanatau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuanmenggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan masa otot dan tonus otot. Mobilisasi persendian dengan latihan

ROM merupakan salah satu bentuk rehabilitasi yang dinilai masih cukup

efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke(Rabawati,

2014).

SEFT adalah salah satu cabang ilmu baru yang dinamai

EnergyPsychology yang menggabungkan antara spiritual power dengan

energy psychology. Telah banyak bukti ilmiah yang menunjukan bahwa

gangguan energi tubuh ternyata berpengaruh besar dalam menimbulkan

gangguan emosi. Intervensi pada sistem tubuh dapat mengubah kondisi kimia

otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi, teori Enstein

mengatakan setiap atom dalam benda mengandung energi, tubuh manusia

Page 15: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

5

memilki energi elektrik yang mengalir pada system saraf 12 alur energi

meridian, jika aliran energi ini terhambat maka timbulah gangguan emosi atau

fisik. Titik-titik sepanjang energi meridian sangat penting untuk

penyembuhan pasien, SEFT menjadikan 18 titik utama yang mewakili 12

jalur utama energi meridian dengan menggunakan teknik taping dan

doa(Zainuddin, 2006).

Hasil penelitian Rohimah (2014), latihan ROM dan SEFTbisa

meningkatan kekuatan otot pasienlebih baik dibandingkan dengan

latihanROM unilateral. LatihanROM sejalandengan konsep latihan

fungsional tangansecara keseluruhan, yaitu bahwa konsepROM dan SEFT

dapat mengaktivasi keduasisi hemisfer otak.Hasil penelitian ini sejalan di

penelitian Stoykov & Corcos (2009), memberikan hasil bahwaROM dan

SEFT training lebih efektifmeningkatkan kemampuan fungsionaltangan

klien stroke dibandingkan denganROM tanpa SEFT.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk

mengaplikasikan pemberian latihan Range Of Motion (ROM) dan

SpiritualEmotional Freedom Technique (SEFT) terhadap kekuatan otot

pasien stroke.

Page 16: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

6

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan pemberian latihan Range Of Motion (ROM) dan

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap kekuatan otot

pada Ny. R denganstroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan stroke.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien

denganstroke.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pasien

denganstroke.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan stroke.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien denganstroke.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian latihanRange Of

Motion (ROM) dan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

terhadap kekuatan otot pada pasien dengan stroke.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Page 17: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

7

Karya tulis ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pesien

dengan stroke.

2. Manfaat praktis

a. Bagi rumah sakit

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek layanan

keperawatan khususnya pada pasien stroke.

b. Institusi pendidikan keperawatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada

pasien stroke serta dapat digunakan acuen bagi praktik mahasiswa

keperawatan.

c. Bagi penulis

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran

dalam meningkatkan penetahuan dan keterampilan personal dalam

memberikan asuhan keperawatan pasien dengan stroke.

Page 18: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Stroke

a. Pengertian stroke

Stroke adalah gangguan saraf permanen akibat

terganggunya peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam

atau lebih (Lingga, 2013). Strokemerupakan gangguan peredaran

darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai

akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Nanda, 2013).

Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya

mendadak, progresif cepat, serta berupa defisit neurologis lokal

dan global yang berlangsung 4 jam atau lebih dan bisa langsung

menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran

darah non traumatik(Mansjoer, 2010).

b. Jenis – jenis stroke

1) Strokeiskemik atau strokenon hemoragik

Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah

tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang

terdiri atas protein, kalsium, dan lemak) yang menyebabkan

aliran oksigen yang melalui liang ateri yang terhambat

Page 19: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

9

(Lingga, 2013). Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 sebagai

berikut:

a) Stroke iskemik trombolitik adalah penggumpulan darah

pada pembuluh darah yang mengarah menuju ke otak.

b) Stroke iskemik embolitik adalah tertutupnya pembuluh

arteri oleh bekuan darah.

c) Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya aliran darah

ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung.

2) StrokeHemoragik

Strokehemoragik adalah stroke yang terjadi karena pendarahan

otak akibat pecahnya pembuluh darah otak (Lingga, 2013).

Stroke hemoragik dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Strokehemoragikintraserebral adalah pendarahan yang

terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak,

otak kecil, dan otak besar.

b) Strokehemoragiksubraknoid adalah pendarahan yang

terjadi di luar otak, yaitu pembuluh darah yang berada

dibawah otak atau di selaput otak.

c. Etiologi

Page 20: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

10

Faktor penyebab stroke ada 2, yaitu :

1) Faktor yang tidak dapat diubah (faktor tidak terkendali)

menurut Lingga (2013), yaitu :

a) Faktor genetik

b) Cacat bawaan: memiliki cacat pada pembuluh

darahnyaberesiko tinggi terhadap stroke.

c) Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena

stroke.

d) Gender: pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding

wanita.

e) Riwayat penyakit dalam keluarga: orang tua atau saudara

sekandung yang pernah mengalami stroke pada usia muda

maka beresiko tinggi terkena stroke.

2) Faktor yang dapat diubah yaitu: kegemukan (obesitas),

hipertensi, hiperlipidemia (kolesterol tinggi), hiperurisemia,

penyakit jantung, diabetes melitus, kebiasaan merokok,

kebiasaan mengonsumsi alkohol, malas berolahraga, kadar

hematokrit tinggi, kadar fibrinogen tinggi, dan konsumsi obat-

obatan bebas psikotropika.

d. Tanda dan gejala stroke

Berikut tanda dan gejala stroke menurut Lingga (2013), yaitu:

a) Sering pusing disertai mual

Page 21: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

11

b) Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati

rasa.

c) Koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti

biasanya, misalnya sulit digerakkan.

d) Mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal

jepit.

e) Gagal menempatkan benda pada tempat yang pas.

f) Sulit ketika mengancingkan baju.

g) Mendadak mengalami kebingungan.

h) Penglihatan pada satu mata atau keduanya mendadak

buram.

i) Mengalami kesulitan menelan makanan.

j) Ketika minum sering berceceran karena minuman tidak

dapat masuk ke dalam mulut dengan semestinya.

k) Mengalami gangguan kognitif dan demensia ketika

berkomunikasi dengan orang lain.

l) Sering kejang, pingsan, dan bahkan koma.

e. Patofisiologi stroke

Beberapa faktor penyebab stroke antara lain: hipertensi,

penyakit kardiovaskulear-embolisme serebral berasal dari jantung,

kolestrol tinggi, obesitas, peningkatan hematokrit yang

meningkatkan resiko infark serebral, diabetes melitus, kontrasepsi

oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen

Page 22: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

12

tinggi), penyalahgunaan obat (khususnya kokain), dan konsumsi

alkohol. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau

cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, pendarahan, dan

spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena

gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan

faktor penyebab infark pada otak, trombus dapat berasal dari

flakarterosklerosis, sehingga terjadi thrombosis serebral,

thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aklusi

sehingga menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat

menimbulkan odema dan kongesti disekitarnya (Muttaqin, 2008).

f. Komplikasi

Komplikasi menurut Lingga (2013), sebagai berikut: otot mengerut

dan kaku sendi, darah beku, memar, nyeri di bagian pundak,

radang paru-paru (pneumonia), dan fatigue (kelelahan kronis).

g. Penatalaksanaan

Penataksanaan medis pada pasien stroke yaitu meliputi:

1) Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai

tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.

2) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau

embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardivaskular.

3) Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat

penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi

(Smeltzer & Bare, 2010).

Page 23: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

13

h. Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan medis pada pasien stroke menurut Lingga (2013)

yaitu:

1) Anamnesis

a) Keluhan

b) Riwayat penyakit anggota keluarga

c) Kebiasaan hidup (merokok, minuman beralkohol, serta

olahraga).

d) Tanda-tanda vital

e) Memeriksa otot menggunakan reflek hummer

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Fungsi lumbal

b) Pemeriksaan darah rutin

c) Pemeriksaan kimia darah

3) Scanning

a) CT-scan (Computerized Tomography Scanning) adalah

prosedur pengambilan gambar pada organ tubuh atau

bagian tubuh dengan menggunakan sina X.

b) MRI (Magnetic Resonance Imaging) diartikan sebagai

teknik pencitraan getaran magnetik.

c) Cerebral angiography adalah alat yang bekerja dengan

sinar x, bertujuan untuk memindai aliran darah pada

pembuluh darah yang melalui otak.

Page 24: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

14

d) Caroid ultrasound digunakan untuk mendapatkan

gambaran kerusakan pada pembuluh darah dileher yang

menuju otak.

e) SPECT (Single Photon emission) adalah alat pemindaian

otak yang bekerja dengan isoto sinar gamma, digunakan

untuk memindai seberapa parah gangguan yang terjadi 4

jam pasca stroke atau untuk pemeriksaan otak pasien yang

baru mengalami TIA.

i. Asuhan KeperawatanStroke

1) Pengkajian

a) Anamnesis: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, tanggal masuk rumah sakit, nomor

register, diagnosis medis, keluhan utama pasien masuk.

b) Riwayat penyakit sekarang

c) Riwayat penyakit dahulu

d) Pengkajian psiko-sos-spritual.

e) Pemeriksaan fisik.

f) Keadaan umum.

2) Diagnosa KeperawatanStroke

a) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi,

spastisitas dan cedera otak.

Page 25: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

15

b) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan

gangguan arteri

c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa

stroke.

d) Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan otot.

3) Intervensi Keperawatan

a) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi,

spastisitas dan cedera otak.

(1) Tujuan: diharapkan mobilitas fisik dapat optimal.

(2) Kriteria hasil: mobilitas fisik meningkat, kekuatan

otot meningkat, dapat melakukan aktivitas sehari-hari

dengan mandiri.

(3) Intervensi

- Kaji tanda-tanda vital

- Kaji kekuatan otot

- Lakukan latihan ROM

- Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan

ROM mandiri

- Kolaborasi dengan dokter

(4) Rasional

- Untuk mengetahui keadaan umum pasien

- Untuk mengetahui derajat kekuatan otot pasien

Page 26: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

16

- Melatih ekstremitas yang lemah

- Agar pasien sering terlatih untuk menggerakkan

ekstremitas yang lemah

- Untuk mempercepat penyembuhan

b) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

gangguan arteri

1) Tujuan: kesadaran penuh, tidak gelisah.

2) Kriteria hasil: tingkat kesadaran membaik, tanda-

tanda vital stabil tidak ada tanda-tanda peningkatan

tekan intrakranial.

3) Intervensi

- Pantau status neurologis secara teratur dengan

skala

- Pantau tanda-tanda vital

- Pertahankan keadaan tirah baring

- Ajarkan teknik ROM

- Kolaborasi dengan dokter

4) Rasional

- Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat

kesadaran

- Untuk mengetauhi keadaan umum pasien

- Untuk membantu alih baring

- Untuk mempercepat proses penyembuhan

Page 27: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

17

c) Defisit perawatan diri

1) Tujuan: kebutuhan perawatan hygiene klien dapat

terpenuhi.

2) Kriteria hasil: pasien menunjukan perawatan diri

secara mandiri, pasien mengungkapkan secara verbal

kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene

mulut.

3) Intervensi

- Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh

setiap hari

- Ajarkan kepada klien metode alternatif untuk

hygiene

- Libatkan keluarga dalam penentuan rencana

4) Rasional

- Untuk mengetahui hygiene pasien

- Untuk memudahkan pasien dan keluarga untuk

perawatan hygiene

- Untuk memudahkan dalam perencanaan ke depan

dalam melakukan perawatan kepada klien.

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum.

1) Tujuan: intoleransi aktivitas dapat teratasi.

Page 28: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

18

2) Kriteria hasil: keseimbangan aktivitas dan istirahat,

tanda-tanda vital dalam batas normal.

3) Intervensi

- Kaji tanda- tanda vital pasien

- Mengidentifikasi pasien

- Membantu aktivitas pasien

- Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas

pasien

4) Rasional

- Untuk mengetahui tanda- tanda vital pasien

- Untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan

aktivitas pasien

- Untuk membantu aktivitas pasien

- Supaya keluarga dapat membantu aktivitas

pasien.

2. Kekuatan Otot

a. Pengertian

Kekuatan otot adalah perbandingan antara kemampuan

pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan volunter

secara penuh dari klien (Muttaqin, 2008).

b. Jenis – jenis kekuatan otot

Menurut Muttaqin (2008), jenis-jenis kekuatan otot, yaitu :

Page 29: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

19

1) Anterofleksi dan dorsofleksi kepala pergerakannya ialah otot-

otot rektus kapitis anterior, posterior mayor-minor dan

trapezius.

2) Elevasi dan abduksi dari skapula penggerak utamanya ialah

otot-otot trapezius, deltoid, supraskapulat, dan seratus anterior.

3) Ekstensi disendi siku penggerak utamanya ialah otot triseps

4) Fleksi disendi siku penggerak utamanya ialah otot briseps,

brakial dan brokiodial.

5) Depresi dan adduksi dari skapula penggerak utamnya ialah

otot-otot pektoral latisimus dorsi.

6) Fleksi disendi pergelangan penggerak utamanya ialah otot-otot

fleksor karpi radialis dan ulnaris.

7) Ekstensor disendi pergelangan penggerak utamanya ialah otot-

otot ekstensor karpi raadial longus, ekstensor karpal ulna dan

ekstensor digitorum komunis.

8) Mengepal dan mengembang jari-jari tangan penggerak

utamnya ialah otot-otot tangan fleksor digitorum dan ekstensor

digitorum dibantu oleh otot-otot interosei dorsal dan volar.

c. Penilaian kekuatan otot menurut Muttaqin (2008), sebagai berikut:

1) Derajat 0: artinya otak tak mampu bergerak/ lumpuh total,

misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti

tapak tangan dan jari tetap saja ditempatkan sudah

diperintahkan bergerak.

Page 30: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

20

2) Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun didapatkan

gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot

tersebut.

3) Derajat 2: dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah

sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh terlungkap atau

lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah mampu

bergerak.

4) Derajat 3: dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal

misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari.

5) Derajat 4: tangan dan jari dapat bergerak dan dapat melawan

hambatan yang ringan.

6) Derajat 5: bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang

setimpal (normal).

3. Latihan ROM

a. Pengertian ROM

Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Mobilisasi

persendian dengan latihan ROM merupakan salah satu bentuk

rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah

terjadinya kecacatan pada pasien stroke (Rabawati, 2014).

Page 31: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

21

Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat

bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologi dari jaringan otot dan

sendi. Latihan ini dapat diberikan sedini mungkin untuk

menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperti

adanya kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-lain. Pemberian ROM

dapat diberikan dalam berbagai posisi, seperti tidur terlentang,

tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi sesuai

dengan alat latihan yang digunakan (Irfan, 2012). ROM

merupakanlatihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif

ataupun pasif (Potter dan Perry, 2006).

b. Klasifikasi Latihan ROM menurut Maimurahman (2012), yaitu:

1) Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien

dengan bantuan perawat setiap gerakan.

2) Latihan ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri

oleh pasien tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang

dilakukan

c. Tujuan ROM menurut Maimurahman (2012), meliputi:

1) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekutan

otot.

2) Memelihara mobilitas persendian.

3) Merangsang sirkulasi darah.

Page 32: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

22

4) Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.

5) Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan.

d. Manfaat Range of Motion (ROM)

1) Mempertahankan tonus otot

2) Meningkatkan mobilisasi sendi

3) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4) Meningkatkan masa otot

5) Mengurangi kehilangan tulang

e. Prinsip Dasar Latihan ROM menurut Maimurahman (2012), yaitu:

1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2

kali sehari.

2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan

pasien.

3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur

pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.

4) ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh

fisioterapi atau perawat.

5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher,

jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

6) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada

bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.

7) Melakukan ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya

setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan.

Page 33: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

23

f. Gerakan- gerakan ROM

1) Gerakan bahu

a) Fleksi dan ekstensi bahu

b) Abduksi dan adduksi bahu

c) Rotasikan bahu internal dan eksternal

2) Gerakan siku

a) Fleksi dan ekstensi siku

b) Pronasi dan supinasikan siku

3) Gerakan pergelangan tangan

a) Fleksi pergelangan tangan

b) Ekstensi pergelangan tangan

c) Fleksi radial/ radial deviation (abduksi)

d) Fleksi ulnar/ ulnar deviation (adduksi)

4) Gerakan jari-jari tangan

a) Fleksi

b) Ekstensi

c) Hiperekstensi

d) Abduksi

e) Adduksi

f) Oposisi

5) Gerakan pinggul dan lutut

a) Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul

b) Abduksi dan adduksi kaki

Page 34: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

24

c) Rotasikan pinggul internal dan eksternal

6) Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki

a) Dorsofleksi telapak kaki

b) Plantar fleksi telapak kaki

c) Fleksi dan ekstensi jari-jari

d) Inversi dan eversi telapak kaki

7) Gerakan leher

a) Fleksi dan ekstensikan leher

b) Fleksi lateral leher

8) Gerakan-gerakan hiperkstensi

a) Hiperekstensi leher

b) Hiperekstensi bahu

c) Hiperekstensi pinggul

4. SEFT

a. Pengertian SEFT

Spiritual Emotional Freedom Technique(SEFT) adalah

salah satu cabang ilmu baru yang dinamai EnergyPsychology yang

menggabungkan antara spiritual power dengan energy psychology.

Telah banyak bukti ilmiah yang menunjukan bahwa gangguan

energi tubuh ternyata berpengaruh besar dalam menimbulkan

gangguan emosi. Intervensi pada sistem tubuh dapat mengubah

kondisi kimia otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi

Page 35: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

25

emosi, teori Enstein mengatakan setiap atom dalam benda

mengandung energi, tubuh manusia memilki energi elektrik yang

mengalir pada system saraf 12 alur energi meridian, jika aliran

energi ini terhambat maka timbulah gangguan emosi atau fisik.

Titik-titik sepanjang energi meridian sangat penting untuk

penyembuhan pasien, SEFT menjadikan 18 titik utama yang

mewakili 12 jalur utama energi meridian dengan menggunakan

teknik taping dan doa. (Zainuddin, 2006).

Menurut zainudin (2006) terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) adalah terapi dengan menggunakan gerakan

sederhana yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan

masalah permasalahan sakit fisik maupun psikis, meningkatkan

kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan prestasi serta

kebermaknaan hidup.

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

menggabungkan antara sistem kerja energy psychologydengan

kekuatan spiritual sehingga menyebutnya dengan amplifying

effect(efek pelipat gandaan). Pada tahap pelaksanaan dibutuhkan

tiga hal yang harus dilakukan Terapis dan pasien dengan serius

yaitu :

a) Khusyu

b) Ikhlas

c) Pasrah

Page 36: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

26

b. Cara melakukan SEFT:

1) Theset-up

Bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita

terarah dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir

psychological reversal (perlawanan psikologis yang berupa

pikiran negative spontan atau keyakinan bawah sadar negatif).

2) TheTune-in

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara

merasakan rasa yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita

ketempat rasa sakit dan sambil terus mengatakan dua hal

tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, keikhlasan dan

kepasrahan kepada Allah SWT.

3) TheTapping

The tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari

pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-in ini

adalah titik-titik kunci dari The mojor Energy Meridias, yang

jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada

ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasa

kan. Karena aliran energy tubuh berjalan dengan normal dan

seimbang kembali. (Ahmad, 2006)

c. Titik- titik pada tubuh

1) Cr =Crown, pada titik dibagian atas kepala.

Page 37: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

27

2) EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata.

3) SE = Side of the Eye,di atas tulang disamping mata.

4) UE = Under the Eye, 2 cm dibawah kelopak mata.

5) UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung.

6) Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir.

7) CB = Collar Bone, di ujung tempat bertemunya tulang dada,

collar bone dan tulang rusuk pertama.

8) UA = Under the Arm, di bawah ketiak sejajar dengan putting

susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita).

9) BN = Bellow Nipple, 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau

di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara.

10) IH = Inside of Hand, di bagian dalam tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan.

11) OH = Outside of Hand, di bagian luar tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan.

12) Th = Thumb, ibu jari disamping luar bagian bawah kuku.

13) IF = Index Finger, jari telunjuk di samping luar bagian bawah

kuku (dibagian yang menghadap ibu jari).

14) MF = Middle Finger, jari tengah samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).

15) RF = Ring Finger, jari manis di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).

Page 38: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

28

16) BF = Baby Finger, di jari kelingking di samping luar bagian

bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).

17) KC = Karate Chop, di samping telapak tangan, bagian yang

kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate.

18) GS = Gamut Spot, di bagian antara perpanjangan tulang jari

manis dan tulang jari kelingking.

d. Keunggulan terapi SEFT

Kelebihan terapi SEFT (spiritual emotional freedom

tehnique) dibanding teknik atau metode terapi atau konseling atau

training yang lain adalah:

1) Mudah dipelajari dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja

2) Cepat dirasakan hasilnya

3) Murah (sekali belajar bisa kita gunakan untuk selamanya, pada

berbagai masalah)

4) Evektifitasnya relatif permanen

5) Jika dipraktikkan dengan benar, tidak ada rasa sakit atau efek

samping, jadi sangat aman dipraktikkan oleh siapapun

6) Universal (bisa diterapkan untuk masalah fisik atau emosi

apapun).

Page 39: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

29

Gambar 2.1Titik-Titik Terapi SEFT

Menurut (Zainuddin, 2006)

Page 40: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

30

Pemberian teknik

ROM dan SEFT

B. Kerangka Teori

Gambar 2.2Kerangka Teori (Potter & Perry, 2005)

Penyebab stroke :

a. Faktor genetik

b. Hiperlipekemia

c. Hiperulisemia

Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan

dengan aliran darah otak.

Macam-macam stroke:

a. Stroke hemoragik

b. Stroke non hemoragik

Gangguan sensorik dan

motorik

Kelemahan otot dan

penurunan kekuatan otot

Peningkatan kekuatan otot

Page 41: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

31

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset

Subjek aplikasi riset ini adalah Ny. R dengan diagnosa stroke non

hemoragik di ruang Anyelir Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

B. Tempat dan waktu

Aplikasi riset ini dilakukan di ruang penyakit dalam pada pasien stroke

non hemoragik RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, selama 3

hari, tanggal 4 Januari – 6 Januari 2016.

C. Media dan alat

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan:

1. Lembar observasi derajat kekuatan otot

2. Bolpoint

D. Prosedur tindakan

1. Fase Orientasi

a. Memberi salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan tindakan

d. Menjelaskan langkah prosedur

e. Menanyakan kesiapan pasien

2. Fase Kerja

Page 42: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

32

a. Mencuci tangan

b. Memposisikan pasien dengan benar

c. Gerakan bahu

1) Fleksi-ekstensi

2) Abduksi-adduksi

3) Rotasi bahu internal-eksternal

d. Gerakan siku

1) Fleksi-ekstensi

2) Pronasi supinasi

e. Gerakan pergelangan tangan

1) Fleksi-ekstensi

2) Fleksi radial/ radial deviation (abduksi)

3) Fleksi ulnar/ ulnar deviation

f. Gerakan jari-jari tangan

1) Fleksi-ekstensi

2) Hiperekstensi

3) Abduksi-adduksi

4) Oposisi

g. Gerakan pinggul dan lutut

1) Fleksi-ekstensi lutut dan pinggul

2) Abduksi-adduksi kaki

3) Rotasi pinggul internal dan eksternal

h. Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki

Page 43: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

33

1) Dorsofleksi-plantar fleksi

2) Fleksi-ekstensi jari-jari kaki

3) Inverse-eversi jari-jari kaki

i. Gerakan leher

1) Fleksi-ekstensi leher

2) Fleksi lateral leher

j. Mengukur denyut nadi (heart rate)

k. Merapikan pasien (posisi)

l. Mencuci tangan

3. Fase terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Menyampaikan tindak lanjut

c. Berpamitan

4. Penampilan

a. Melakukan komunikasi teraupetik selama tindakan

b. Ketelitian selama tindakan

c. Keamanan selama tindakan

E. Alat ukur evaluasi :

1. Lembar observasi derajat kekuatan otot

Nilai kekuatan otot :

a) Derajat 0: artinya otak tak mampu bergerak/ lumpuh total,

misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala

Page 44: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

34

0 berarti tapak tangan dan jari tetap saja ditempatkan

sudah diperintahkan bergerak.

b) Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun didapatkan

gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh

otot tersebut.

c) Derajat 2: dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai

perintah misalnya tapak tangan disuruh terlungkap atau

lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah

mampu bergerak.

d) Derajat 3: dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal

misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari.

e) Derajat 4: tangan dan jari dapat bergerak dan dapat melawan

hambatan yang ringan.

f) Derajat 5: bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang

setimpal (normal).

Page 45: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

35

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas klien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 pukul 09.30 WIB di

ruang Anyelir RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, dengan

sumber data dari pasien, keluarga pasien, perawat ruang, status pasien, dari

pengkajian identitas pasien, pesien bernama Ny. R berumur 75 tahun,

beragama islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani, alamat Pokoh RT

02, RW 01 Wonoboyo, Wonogiri. Penanggung jawab terhadap Ny. R adalah

Tn. S umur 43 tahun, sebagai anak pasien.

B. Pengkajian

Pengkajian yang digunakan untuk mengkaji pasien yaitu, dengan

metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Pengkajian kesehatan sekarang

didapatkan data, pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tangan dan

kaki kanan tidak bisa digerakkan sejak selasa, 29 Desember 2015 dan pada

tanggal jum’at, 01 Januari 2016 jam 15.00 pasien jatuh ketika mau bangun

dari tempat tidur dengan posisi miring ke kanan, kemudian pasien di bawa ke

IGD RSUD Wonogiri untuk mendapatkan perawatan lalu pasien dipindahkan

ke ruang Anyelir untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, pasien terpasang

infus RL 20 tpm di tangan kiri, tanda-tanda vital dengan tekanan darah

230/100 mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36.10C.

Page 46: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

36

Pengkajian riwayat penyakit dahulu, didapatkan data pasien dan

keluarga mengatakan belum penah mengalami penyakit seperti itu, pasien

belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan baru pertama kali ini.

Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan pasien mempunyai

riwayat hipertensi.Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan keluarga

tidak ada yang memiliki penyakit yang sama diderita pasien. Riwayat

penyakit keturunan pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan

seperti diabetes militus.

Genogram:

Keterangan:

X : meninggal

: laki-laki

: perempuan

: satu rumah

: pasien

Gambar4.1 Genogram

Page 47: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

37

Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan lingkungan

disekitar rumah bersih dan selalu dijaga kebersihannya, ventilasi dan

pencahayaan yang masuk cukup, lantai rumah sudah keramik dan selalu

dijaga kebersihannya.

Hasil pengkajian kesehatan fungsional (pola gordon) pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan sebelum sakit selalu menjaga

kesehatannya jika merasa sakit pergi ke mantri desa atau puskesmas untuk

berobat, selama sakit pasien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah bersama

keluarga.

Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit, pola makan 3 kali sehari,

nasi sayur lauk pauk 1 porsi habis, pola minum air putih/ teh 7-8 gelas

belimbing 250 ml per hari, selama sakit pola makan 3 kali sehari, bubur sayur

lauk pauk 1 porsi habis, pola minum air putih/ teh 5-7 gelas belimbing 250

ml.

Pola eliminasi BAB dan BAK sebelum sakit pasien BAB 1 kali sehari,

warna kuning kecoklatan tidak ada keluhan, BAK 8-10 kali sehari jumlah

BAK 2000 cc perhari warna kuning jernih tidak ada keluhan. Selama sakit

pasienBAB 2 kali sehari, warna kuning kecoklatan, jumlah BAK 1500 cc

perhari, warna kuning.

Pola aktivitas dan latihan pola aktivitas dan latihan sebelum sakit

pasien mengatakan melakukan aktivitas makan/ minum, toileting, berpakaian,

mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ ROM semua dilakukan

secara mandiri, skor untuk aktivitas dan latihan sebelum sakit semua 0.

Page 48: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

38

Selama sakit pasien makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat

tidur, berpindah dan ambulasi/ROM tergantung total dibantu oleh keluarga,

skor untuk aktivitas dan latihan semua 2 (dibantu orang lain) karena pasien

mengalami keterbatasan untuk bergerak. Pola istirahat tidur sebelum sakit

pasien mengatakan pasien tidur ± 8 jam sehari dan bisa tidur dengan nyenyak.

Selama sakit pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari ngelindur,

tidur 4-6 jam/hari.

Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada

gangguan pada penglihatan, pendengaran, ataupun alat indra lainnya. Selama

sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,

ataupun alat indra lainnya.

Pola persepsi dan konsep diri sebelum sakit pasien mengatakan

dirinya sebagai ibu dari satu anaknya. Pasien mengatakan mampu melakukan

aktifitas dan tugasnya sebagai ibu selama sehari-harinya dengan baik. Pasien

mengatakan ia bekerja berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pasien mengatakan dirinya dihargai oleh keluarga dan tetangganya. Pasien

mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, meskipun sekarang tangan

dan kaki kanan tidak bisa digerakkan. Pasien tetap semangat untuk bisa

mengembalikan fungsi tangan dan kaki kanannya seperti dulu lagi.

Pola hubungan peran pasien mengatakan sebelum sakit dan selama

sakithubungan dengan anggota keluarga dan tetangganya baik tidak ada

masalah. Pola seksualitas reproduksi pasien mengatakan berusia 75 tahun

pasien sudah mengalami menopause pasien sudah tidak berhubungan. Pola

Page 49: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

39

mekanisme koping sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah pasien

selalu bermusyawarah dengan keluarga dan dicari jalan keluarnya.

Selamasakit pasien mengatakan jika ada masalah selalu berbicara dengan

keluarga dan perawat di rumah sakit. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit

dan selama sakit pasien mengatakan beragama islam dan selalu menjalan

ibadah ibadah sholat 5 waktu, meskipun sakit pasien tidak meninggalkan

ibadah.

Pemeriksaan fisik pada saat penulis melakukan pengkajian di

dapatkan hasil keadaan umum composmentis GCS: E4 V6 M5 tekanan darah

230/100 mmHg, nadi: 110kali/menit, irama teratur dan kuat, respirasi

20kali/menit, irama teratur, suhu 36.1ºC. Pemeriksaan kepala bentuk kepala

mesochepal, ada benjolan di kepala kanan karna jatuh, kulit kepala bersih,

dan rambut hitam dan terdapat uban.

Pemeriksaan mata palpebra tidak ada edema, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan kiri ±2mm, reflek

terhadap cahaya kanan kiri positif tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

Pemeriksaan hidung simetris, tidak ada polip,mulut tidak ada pembesaran

tonsil, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada gigi palsu.

Pemeriksaan telinga simetris, telinga bersih, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, leher tidak ada pembesaran kelenjartyroid.

Pemeriksaan jantung didapatkan hasil inspeksi bentuk dada simetris,

tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba di ICS

V,perkusi terdengar suara pekak. Auskultasi bunyi jantung I dan II murni

Page 50: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

40

tidak ada suara tambahan.Pemeriksaan paru didapatkan hasil

inspeksipengembangan dada kanan kiri simetris tidak ada jejas,palpasi vocal

premitus kanan dan kiri sama, perkusisonor diseluruh lapang paru.Auskultasi

vesikuler pada seluruh lapang paru tidak terdapat suara tambahan.

Pemeriksaan abdomen inspeksi bentuk datar tidak terdapat luka, auskultasi

bising usus 15kali/menit. Perkusi suara tympani pada kuadran kanan bawah.

Palpasi tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan genetalia bersih tidak terpasang

dower kateter, rektum bersihtidak ada hemoroid.

Hasil pemeriksaan pada ekstremitas atas kanan dan kiri 1 dan 5,

ekstremitas bawah kanan dan kiri 1 dan 5, capilarry refille kurang dari 2

detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat, rom kanan

pasif.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 04 januari 2016

didapatkan hasil WBC 4.3 K/uL, LYM 1.7 %, MID 0.3 %, GRAN 2.2 %,

RBC 4.56 M/uL, HGB 12.7 g/dL, HCT 41.8 %, MCV 91.6 fL, MCH 27.9 Pg,

MCHC 30.4 g/dL, RDW 14.3 %, PLT 226 K/uL, MPV 8.8 fL, GDS 77

mg/dL, Ureum 16 mg/dL, Creatinine 0.61 mg/dL, SGOT 22 u/L, SGPT 12

uL. Pada tanggal 05 januari 2016 didapatkan hasil Asam Urat 3.50 mg/dl,

Cholesterol Total 185 mg/dl, Trigliserida 95 mg/dl. Paemeriksaan CT-SCAN

tanggal 01 januari 2016 didapatkan hasil head CT-scan: tampak infarkcerebri

di kapsula interna kiri.

Terapi tanggal 04 januari 2016 pasien mendapatkan terapi infus RL 20

tetes per menit golongan elektrolit, fungsi untuk menjaga dan mengembalikan

Page 51: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

41

keseimbangan elektrolit. Obat injeksi furosemid 2 kali 1/ 20mg golongan

furosemide, fungsi terapi tambahan pada edema pulmonary akut, edema

karena gangguan jantung, piracetam 4 kali 1/ 200mg golongan piracetame,

fungsi terapi tambahan pada mioklonik kartikal, disfungsi serebral

sehubungan dengan akibat pasca trauma, citicolin 2 kali 1/ 250mg golongan

citicoline, fungsi untuk gangguan kesadaran akibat cedera kepala, bedah otak,

dan infark serebral, norages 2 kali 1/ 500mg, golongan metamizole, fungsi

untuk meringankan nyeri kronis dan akut berat seperti penyakit rematik, sakit

kepala, nyeri pasca cedera dan lain-lain. Obat oral amlodipin 1 kali 1/ 10mg

fungsi untuk pengobatan hipertensi, bisoprolol 1 kali 1/ 5mg golongan

bisoprolol fumanat, fungsi untuk penyakit hipertensi dan jantung koroner,

irtan 1 kali 1/ 150mg golongan irbesartan, fungsi untuk hipetensi esensial,

aspilet 1 kali 1/ 80mg golongan asam asefilsalisilat, fungsi untuk

menurunkan demam, meringankan sakit kepala dan nyeri otot.

C. Rumusan permasalahan keperawatan

Berdasarkan data pengkajian dan observasi diatas penulis melakukan

analisa data kemudian membuat prioritas diagnosa keperawatan sesuai tingkat

kegawatdaruratan yang harus mendapatkan penenganan segera pada penyakit

pasien. Prioritas diagnosa yang penulis angkat adalah hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular, ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, resiko jatuh berhubungan

dengan stroke.

Page 52: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

42

Prioritas diagnosa yang pertama berdasarkan hasil pengkajian tanggal

04 januari 2016 pukul 09.40 WIB adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kelemahan ototdata hasil pengkajian sebagai berikut

data subjektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa

digerakkan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Dataobyektif yang

ditemukan pasien tampak susah menggerakkan tangan dan kaki kanan,

aktifitas dan latihan tergantung total dibantu oleh keluarga, kekuatan otot: 1,

hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Prioritas diagnosa yang kedua ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan hipertensi data hasil pengkajian sebagai berikut

data subjektif pasien mengatan jantung berdebar-debar, pusing hilang timbul,

lemah tidak bisa bergerak tubuh bagian kanan. Data obyektif pasien tampak

bingung, lemas gemetar, tangan dan kaki kanan kaku tidak bisa gerak tanda-

tanda vital tekanan darah 230/100 mmHg, nadi 110 kali/ menit, respirasi 20

kali/ menit, suhu 36.10C.

Prioritas diagnosa yang ketiga berdasarkan hasil pengkajian tanggal

05 januari 2016 pukul 07.30 WIB adalah resiko jatuh berhubungan dengan

stroke data hasil pengkajian sebagai berikut data subjektif pasien mengatakan

sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh dari tempat tidur saat bangun tidur.

Data obyektif pada kepala pasien ada benjolan karna jatuh, kekuatan otot atas

kanan dan bawah kanan: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula

interna kiri, aktifitas pasien tergantung pada perawat dan keluarga.

Page 53: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

43

D. Intervensi

Hasil pengkajian dan analisa data dapat dirumuskan rencana

keperawatan pada Ny.R diagnosa keperawatan pertama hambatan mobilitas

fisik, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam

diharapakan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:

pasien meningkat dalam aktifitas fisik secara bertahap, mengerti tujuan dari

peninggkatan mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan

kekuatan dan kemampuan berpindah. Intervensi yang dirumuskan kaji

kemampuan dalam mobilisasi dan kekuatan otot rasional untuk mengetahui

derajat kekuatan otot pasien, intervensi kedua berikan latihan ROM dan

SEFT rasional untuk melatih ekstremitas yang lemah, intevensi ketiga ajarkan

dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL mengikut serta keluarga rasional

untuk membantu aktifitas pasien dan keluarga dapat membantu pasien,

intervensi keempat kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat rasional

untuk mempercepat penyembuhan.

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan kedua

yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapakan ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral dapat teratasi dengan kriteria hasil: tekanan darah dalam

rentang normal 120/80 mmHg, menunjukkan perhatian, konsentrasi dan

orientasi, membuat keputusan dengan benar. Intervensi yang di rumuskan kaji

Page 54: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

44

tanda-tanda vital rasional untuk mengetahui keadaan umum, intervensi kedua

pertahankan tirah baring rasional untuk membantu alih baring, intervensi

ketiga pantau status neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian rasional

mengkaji adanya cenderung pada tingkat kesadaran, intervensi keempat

berikan penndidikan kesehatan terhadap penyakit yang diderita rasional

supaya paham tentang penyakit yang diderita, intervensi kelima kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian obat menurunkan darah tinggi.

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan ketiga

yaitu resiko jatuh, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24

jam diharapakan resiko jatuh dapat teratasi dengan kriteria hasil:

keseimbangan kemampuan untuk mempertahankan tubuh, kemampuan otot

untuk kerjasama melakukan gerakan bertujuan mencegah jatuh, pemahaman

pencegah jatuh, keselamatan dan keamanan. Intervensi yang di rumuskan

identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi jatuh rasional untuk

mengetahui faktor yang mempengaruhi jatuh, intervensi kedua dekatkan alat

rasional untuk mempermudah perawatan, intervensi ketiga bantu pasien

dalam pemenuhan ADL mengikut serta keluarga rasional untuk membantu

aktifitas pasien dan keluarga dapat membantu pasien, intervensi keempat

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan rasional untuk

meminimalkan efek samping dari obat yang berkontribusi terhadap jatuh

(misal hipotensi ortostastik) dan kunci roda dan pengaman tempat tidur

rasional untuk meminimalisir resiko jatuh.

E. Implementasi

Page 55: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

45

Berdasarkan intervensi yang telah dirumuskan penulis melakukan

tindakan keperawatan tanggal 04 januari 2016 pukul 09.40 WIB, diagnosa

pertama mengkaji kekuatan otot dan kemampuan mobilisasi pasien data

subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan,

mau berpindah susah, data obyektif pasien tampak susah merubah posisi,

tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan aktivitas dan latihan tergantung

total dibantu keluarga, kekuatan otot: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri

di kapsula interna kiri. Pukul 09.55 WIB, diagnosa pertama dan kedua

memberikan obat injeksi piracetam, citicolin, norages didapatkan data

subyektif pasien mau untuk di injeksi, data obyektif pasien sudah di injeksi

piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin 2 kali 1/250mg, norages 2 kali 1/500mg.

Pukul 10.25 WIB, diagnosa kedua memantau status neurologis kesadaran,

konsentrasi dan perhatian data subyektif pasien mengatakan berdebar pada

dada psing hilang timbul, lemah, data obyektif pasien tampak bingung, lemas,

gemetar, tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan. Pukul 11.00 WIB,

diagnosa pertama memberikan latihan ROM dan SEFT data subyektif pasien

mengatakan bersedia, data obyektif pasien sudah diberikan latihan ROM pada

tangan dan kaki kanan dan juga SEFT.

Pukul 12.00 WIB, diagnosa pertama dan kedua memonitor vital sign

data subyektif pasien mengatankan bersedia, data obyektif pasien sudah di

cek tanda-tanda vital: tekanan darah 230/100 mmHg, nadi 110 kali/ menit,

respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.1oC. Pukul 12.30 WIB, diagnosa pertama

kolaborasi dengan keluarga dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL data

Page 56: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

46

subyektif keluarga pasien mengatakan mengerti dan bersedia, data obyektif

keluarga sudah membantu pasien dalam pemenuhan ADL. Pukul 13.15 WIB,

diagnosa pertama mengganti infus habis RL-RL 500ml data subyektif pasien

kooperatif, data obyektif infuse pasien sudah diganti. Pukul 13.30 WIB,

diagnosa kedua mempertahankan tirah baring data subyektif pasien

mengatakan berpindah posisi dibantu keluarga, data obyektif pasien tidak

banyak pindah posisi karna tangan dan kaki kanan tidak bisa bergerak. Pukul

14.00 WIB, diagnosa pertama mengkaji kekuatan otot dan kemampuan

mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan

tidak bisa digerakkan untuk berpindah posisi, data obyektif pasien tampak

tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanan merubah posisi tidak bisa,

kekuatan otot: 1, aktifitas dan latihan tergantung total dibantu orang lain,

hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Implementasi hari kedua tanggal 05 januari 2016 pukul 07.45 WIB,

diagnosa pertama mengkaji kekuatan otot dan kemampuan mobilisasi pasien

data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa

digerakkan, jari tangan sudah bisa digerakkan, pindah posisi susah, data

obyektif pasien tampak susah merubah posisi, tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan aktivitas dan latihan tergantung total dibantu keluarga,

kekuatan otot: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Pukul 08.15 WIB, diagnosa ketiga mengidentifikasi perilaku dan factor yang

mempengaruhi resiko jatuh data subyektif pasien mengatakan sebelum masuk

Page 57: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

47

rumah sakit jatuh dari tempat tidur posisi miring ke kanan, data obyektif

pasien Nampak miring kekri, pengaman tempat tidur belum dinaikkan.

Pukul 08.30 WIB, diagnosa ketiga mengunci roda dan pengaman

tempat tidur data subyektif pasien kooperatif data obyektif pengaman tempat

tidur sudah dinaikkan roda sudah terkunci. Pukul 08.40 WIB, diagnosa ketiga

kolaborasi dengan keluarga untuk lebih mengawasi pasien data subyektif

keluarga mengatakan mengerti dan bersedia data obyektif keluarga tampak

lebih mengawasi pasien, sebelumnya tidak selalu didekat pasien. Pukul 09.15

WIB, diagnosa pertama dan kedua memberikan obat injeksi piracetam,

citicolin, norages didapatkan data subyektif pasien mau untuk di injeksi, data

obyektif pasien sudah di injeksi piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin 2 kali

1/250mg, norages 2 kali 1/500mg.

Pukul 10.00 WIB, diagnosa kedua memberikan pendidikan kesehatan

terhadap penyakit yang diderita data subyektif pasien mengatakan mengerti

data obyektif pasien tampak paham dan mengerti. Pukul 11.00 WIB, diagnosa

pertama memberikan latihan ROM dan SEFT data subyektif pasien

mengatakan bersedia, data obyektif pasien sudah diberikan latihan ROM pada

tangan dan kaki kanan dan juga SEFT. Pukul 12.15 WIB, diagnosa kedua

memonitor vital sign data subyektif pasien mengatankan bersedia, data

obyektif pasien sudah di cek tanda-tanda vital: tekanan darah 210/75 mmHg,

nadi 84 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.5oC. Pukul 12.30 WIB,

diagnosa kedua mempertahankan tirah baring data subyektif pasien meatakan

berpindah psisi dibantu keluarga, data obyektif pasien tidak bisa merubah

Page 58: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

48

posisi kaki dan tangan kanan tidak bisa digerakkan. Pukul 13.00 WIB,

diagnosa kedua memantau status neurologis kesadaran dan konsentrasi data

subyektif pasien mengatakan berdebar-debar pada dada pusing hilang hilang

timbul dan lemas, data obyektif pasien tampak bingung dan lemas tangan dan

kaki kanan tidak bisa digerakkan, kosentrasi baik kesadaran composmentis.

Pukul 13.30 WIB, diagnosa pertama dan ketiga bantu pasien dalam

pemenuhan ADL ikutkan keluarga data subyektif pasien dan keluarga

mengatakan mengerti dan akan melakukan, data obyektif keluarga sudah

membantu pasien dalam pemenuhan ADL. Pukul 14.00 WIB, diagnosa

pertama mengkaji kekuatan otot dan mobilisasi pasien data subyektif pasien

mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan jari tangan sudah

bisa digerakkan pindah posisi susah, data obyektif pasien tidak merubah

posisi, tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, aktifitas dan latihan

tergantung total dibantu orang lain, kekuatan otot: 1, hasil head CT-scan:

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Implementasi hari ketiga tanggal 06 januari 2016 pukul 07.45 WIB,

diagnosa pertama mengkaji kekuatan otot dan kemampuan mobilisasi pasien

data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa

digerakkan, pada pergelangan tangan dan jari sudah bisa menggenggam,

pindah posisi susah, data obyektif pasien tamapk susah merubah posisi,

tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, pada pergelengan tangan dan

jari sudah bisa menggenggam, aktivitas dan latihan tergantung total dibantu

keluarga, kekuatan otot: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula

Page 59: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

49

interna kiri. Pukul 08.30 WIB, diagnosa kedua mempertahankan tirah baring

data subyektif pasien mengatakan berpindah posisi dibantu keluarga data

obyektif pasien tidak bisa pindah posisi mandiri. Pukul 09.00 WIB, diagnosa

kedua memantau status neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian data

subyektif pasien mengatakan sudah tidak berdebar-debar lagi, pusing sudah

sepenuhnya hilang data obyektif pasien tampak tenang dan nyaman. Pukul

09.15 WIB, diagnosa pertama dan kedua memberikan obat injeksi piracetam,

citicolin, norages didapatkan data subyektif pasien mau untuk di injeksi, data

obyektif pasien sudah di injeksi piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin 2 kali

1/250mg, norages 2 kali 1/500mg. Pukul 10.30 WIB, diagnosa pertama

memberikan latihan ROM dan SEFT data subyektif pasien mengatakan

bersedia, data obyektif pasien sudah diberikan latihan ROM pada tangan dan

kaki kanan dan juga SEFT.

Pukul 11.00 WIB, diagnosa kedua mengganti infus habis RL-RL

500ml data subyektif pasien kooperatif, data obyektif infuse pasien sudah

diganti. Pukul 12.00 WIB, diagnosa ketiga mengidentifikasi factor yang

mempengaruhi resiko jatuh data subyektif pasien kooperatif data obyektif

pasien sudah aman, pengaman tempat tidur sudah dinaikkan keluarga selalu

berada di samping pasien. Pukul 12.30 WIB, diagnosa kedua memonitor vital

sign data subyektif pasien mengatankan bersedia, data obyektif pasien sudah

di cek tanda-tanda vital: tekanan darah 163/78 mmHg, nadi 84 kali/ menit,

respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.3oC. Pukul 13.00 WIB, diagnosa pertama

dan ketiga bantu pasien dalam pemenuhan ADL ikutkan keluaraga data

Page 60: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

50

subyektif pasien dan keluarga mengatakan akan membantu sampai pasien

bisa pulang ke rumah. Pukul 13.30 WIB, diagnosa pertama mengkaji

kekuatan otot dan mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan

dan kaki kanan masih tidak bisa digerakkan pada tangan kanan sudah bisa

menggenggam, data obyektif pasien tampak susah menggerakkan tangan dan

kaki kanan, pada pergelangan tangan dan jari sudah bisa menggenggam,

kekuatan otot: 1, aktifitas dan latihan tergantung total dibantu orang lain,

hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan setelah penulis melakukan tindakan,

dilakukan setiap hari diakhir jam jaga menggunakan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Analisa, Planing). Evaluasi dilakukan pada setiap

diagnosa keperawatan.

Evaluasi hari pertama senin, 04 januari 2016 pukul 14.45 WIB

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular. Subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan untuk berpindah susah. Obyektif pasien tampak tidak bisa

menggerakkan tanagn dan kaki kanan merubah posisi tidak bisa, kekuatan

otot: 1, aktifitas dan latihan tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-

scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik

pasien dibantu orang lain tergantung total masalah belum teratasi. Planning

intervensi kaji kekuatan otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan

Page 61: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

51

latihan ROM dan SEFT, kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian

obat.

Evaluasi diagnosa kedua pukul 14.55 WIB yaitu ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi. Subyektif pasien

mengatakan jantung berdebar-debar, pusing hilang timbul, lemah tidak bisa

menggerakkan tubuh bagian kanan. Obyektif pasien tampak bingung, lemas,

gemetar, tangan dan kaki kanan kaku tidak bisa bergerak, tanda-tanda vital:

tekanan darah 230/100 mmHg, nadi 110 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit,

suhu 36.1oC. Analisis tekanan darah pasien tinggi 230/100 mmHg masalah

belum teratasi. Planning intervensi kaji tanda-tanda vital, pantau status

neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian, berikan penkes terhadap

penyakit yang diderita, kolaborasi bengan dokter dalam pemberian obat darah

tinggi.

Evaluasi hari kedua selasa 05 januari 2016 diagnosa pertama

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.

Pukul 14.15 WIB subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan, jari tangan sudah bisa digerakkan,pindah posisi susah.

Obyektif pasien tidak merubah posisi, tangan dan kaki kanan tidak bisa gerak

jari tangan sudah mulai bisa digerakkan, kekuatan otot: 1, aktifitas dan latihan

tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-scan: tampak infark cerebri

di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik pasien dibantu orang lain

tergantung total masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji kekuatan

Page 62: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

52

otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan latihan ROM dan SEFT,

kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian obat.

Evaluasi diagnosa kedua pukul 14.15 WIB yaitu ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi. Subyektif pasien

mengatakan jantung berdebar-debar, pusing hilang timbul, lemah tidak bisa

menggerakkan tubuh bagian kanan. Obyektif pasien tampak bingung, lemas,

gemetar, tangan dan kaki kanan kaku tidak bisa bergerak, tanda-tanda vital:

tekanan darah 210/75 mmHg, nadi 84 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit,

suhu 36.5oC. Analisis tekanan darah pasien tinggi 210/75 mmHg masalah

belum teratasi. Planning intervensi kaji tanda-tanda vital, pantau status

neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian, pertahankan tirah baring,

kolaborasi bengan dokter dalam pemberian obat darah tinggi.

Evaluasi diagnose ketiga pukul 14.15 WIB yaitu resiko jatuh

berhubungan dengan stroke. Subyektif pasien mengatakan sebelum masuk

rumah sakit pernah jatuh dari tempat tidur dengan posisi miring kekanan.

Obyektif kepala pasien tampak ada benjolan kanan karna jatuh, kekuatan otot

kanan atas dan bawah: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula

interna kiri, aktifitas pasien tergantung pada perawat dan keluarga. Analisis

mempertahankan posisi tubuh tidak bisa pasien miring kekiri masalah belum

teratasi. Planing intervensi identifikasi factor dan perilaku yang

mempengaruhi jatuh, kunci tempat tidur dan roda pasien resiko jatuh,

kolaborasi dengan keluarga dalam mencegah terjadi jatuh dan peningkatan

pengawasan.

Page 63: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

53

Evaluasi hari ketiga rabu, 06 januari 2016 diagnosa pertama hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular. Pukul 14.30

WIB subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan masih tidak bisa

digerakkan pada tangan kanan sudah mulai bisa menggenggam. Obyektif

pasien tampak susah menggerakkan tangan dan kaki kanan, pada pergelangan

tangan dan jari sudah bisa menggenggam, kekuatan otot: 2, aktifitas dan

latihan tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-scan: tampak infark

cerebri di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik pasien dibantu orang

lain tergantung total masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji

kekuatan otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan latihan ROM dan

SEFT, kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian obat.

Evaluasi diagnosa kedua pukul 14.30 WIB yaitu ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi. Subyektif pasien

mengatakan sudah tidak berdebar-debar, sudah mulai bisa menggerakkan jari

untuk menggenggam. Obyektif pasien tampak tenang, tanda-tanda vital:

tekanan darah 163/78 mmHg, nadi 84 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit,

suhu 36.3oC. Analisis tekanan darah pasien tinggi 163/78 mmHg masalah

belum teratasi. Planning intervensi kaji tanda-tanda vital, pertahankan tirah

baring, kolaborasi bengan dokter dalam pemberian obat darah tinggi.

Evaluasi diagnose ketiga pukul 14.30 WIB yaitu resiko jatuh

berhubungan dengan stroke. Subyektif pasien mengatakan sebelum masuk

rumah sakit pernah jatuh dari tempat tidur dengan posisi miring kekanan.

Obyektif pasien dalam posisi terlentang, penyngga sudah naik, roda terkunci

Page 64: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

54

dan keluarga selalu mengwasi pasien. Analisis pasien dapat mempertahankan

posisi tubuh, keluarga mengawasi masalah teratasi. Planing intervensi

dihentikan.

Page 65: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

55

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas tentang aplikasi jurnal pemberian latihan Range

Of Motion (ROM) dan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap

kekuatan otot pada asuhan keperawatan Ny. R dengan stroke non hemoragik di

rumah sakit umum daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang

dilakukan pada tanggal 4 Januari sampai 6 Januari 2016. Penulis juga akan

membahas tentang adanya kesesuaian mauaoun kesenjangan antara teori dengan

asuhan keperawatan pada Ny. R dengan stroke.

A. Pengkajian

Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai

perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengkajian keperawatan adalah

proses sistematis dari pengumpulan, verivikasi dan komunikasi data tentang

klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data

yaitu pengumpulan data primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,

tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa

keperawatan (Potter dan Perry, 2005)

Pengkajian dilakukan penulis meliputi pengkajianidentitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga dan 11 fungsional pola gordon. Pengkajian khusus pada

ekstremitas yang mengalami kelemahan ekstremitas otot (Potter dan

Perry,2005)

Page 66: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

56

Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian,

pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan sejak selasa, 29 Desember 2015 dan pada tanggal jum’at, 01

Januari 2016 jam 15.00 pasien jatuh ketika mau bangun dari tempat tidur

dengan posisi miring ke kanan, kemudian pasien di bawa ke IGD dan hasil

pemeriksaan oleh dokter terjadi stroke. Stroke merupakan sindrom klinis yang

timbulnya mendadak, progresif cepat, serta berupa defisit neurologis lokal

dan global yang berlangsung 4 jam atau lebih dan bisa langsung

menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah non

traumatik (Mansjoer, 2010).

Manifestasi klinis pada stroke menyebabkan sering pusing disertai

mual muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati rasa,

koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti biasanya, misalnya

sulit digerakkan, mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal jepit,

gagal menempatkan benda pada tempat yang pas, sulit ketika mengancingkan

baju, mendadak mengalami kebingungan, penglihatan pada satu mata atau

keduanya mendadak buram, mengalami kesulitan menelan makanan, ketika

minum sering berceceran karena minuman tidak dapat masuk ke dalam mulut

dengan semestinya, mengalami gangguan kognitif dan demensia ketika

berkomunikasi dengan orang lain, sering kejang, pingsan, dan bahkan koma

(Lingga, 2013)

Data yang mendukung keluhan utama pasien kelemahan anggota

gerak kanan yaitu dengan kekuatan otot ekstremitas atas kanan 1 dan

Page 67: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

57

kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 1, pola aktivitas dan latihan Ny. R

dalam melakukan aktivitas makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas di

tempat tidur, berpindah dan ambulasi atau ROM dibantu oleh perawat dan

keluarga. Keadaan tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa pada pasien

srroke terjadi penurunan kekuatan otot pasien yang menyebabkan gerakan

pasien lambat, penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena

gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga

kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2008)

B. Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar

seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2012). Perumusan diagnosa

keperawatan harus didasarkan pada kondisi pasien dilapangan, kondisi ini

dapat berupa masalah aktual, potensial maupun diagnosa sejahtera (NANDA,

2012). Hasil pengkajian data dan pengelompokkan data penulis menemukan

beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan

fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai

dengan kebutuhan hierarki Maslow (Potter dan Perry, 2005).

Hasil pengkajian penulis mengangkat diagnosa, yaitu :

1. Diagnosa pertama yang penulis rumuskan yaitu hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan neuromuscular.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

Page 68: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

58

tubuh atau satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik: penurunan waktu reaksi,

kesulitan membolak - balik posisi, keterbatasan gerak sendi, pergerakan

lambat pergerakaan tidak terkoordinasi (Herman, 2012)

Data yang mendukung hambatan mobilitas fisik meliputi data

subyektif, data obyektif dan hasil pemeriksaan. Data subjektif pasien

mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit. Data obyektif yang ditemukan pasien tampak

susah menggerakkan tangan dan kaki kanan, aktifitas dan latihan

tergantung total dibantu oleh keluarga, kekuatan otot: 1, hasil CT-scan:

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri, sehingga dapat diambil

diagnosa yang pertama adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuscular.

Berdasarkan data tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada

pasien mengalami penurunan kekuatan otot 1 dan hasil pemeriksaan CT-

scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri. Menurut kebutuhan

Maslow hambatan mobilitas fisik masuk dalam kebutuhan prioritas

keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis). Penulis

memprioritaskan diagnosa hambatan mobilitas fisik sebagai diagnose

keperawatan pertama (Potter dan Perry, 2005)

2. Diagnosa kedua yang penulis rumuskan yaitu ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi.

Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah suatu penurunan

Page 69: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

59

jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara

jaringan perifer(NANDA, 2007). Perumusan masalah diambil penulis

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang telahdisesuaikan dengan

diagnosa NANDA. Batasan karaktaristik ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral terjadi perubahan status mental, perubahan perilaku, perubahan

respon motorik, perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan

ekstremitas, ketidaknormalan dalam bicara (Nanda, 2007)

Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral mencakup data subyektif dan data obyektif. data

hasil pengkajian sebagai berikut data subjektif pasien mengatakan

jantung berdebar-debar, pusing hilang timbul, lemah tidak bisa bergerak

tubuh bagian kanan. Data obyektif pasien tampak bingung, lemas

gemetar, tangan dan kaki kanan kaku tidak bisa gerak tanda-tanda vital

tekanan darah 230/100 mmHg, nadi 110 kali/ menit, respirasi 20 kali/

menit, suhu 36.10C.

Berdasarkan data tersebut sudah sesuai denganteori yang ada

pasien mengalami perubahan tekanan darah menjadi tinggi, jantung

berdebar-debar, pusing hilang timbul, tangan dan kaki lemah tidak bisa

bergerak tubuh bagian kanan, lemas, dan gemetar. Penulis

memproritaskan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

bedasarkan hirarki kebutuhan menurut Maslow yaitu masuk dalam

kebutuhan tingkat kedua mencangkup kebutuhan keamanan dan

keselamatan (fisik dan psikologis) yang merupakan kebutuhan paliang

Page 70: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

60

dasar kedua yang harus diprioritaskan (Potter dan Perry, 2005)

3. Diagnosa ketiga yang penulis rumuskan yaitu resiko jatuh berhubungan

dengan stroke.

Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat

menyebabkan bahaya fisik. Faktor resiko resiko jatuh yaitu dewasa

meliputi: usia 65 tahun atau lebih, protesis ekstremitas bawah, tinggal

sendiri, lingkungan meliputi: ruang yang memiliki pencahayaan redup,

kondisi cuaca (misal lantai basah, es), medikasi meliputi: diuretik, agens

antihipertensi, fisiologis meliputi: anemia, diare, penurunan ekstremitas

bawah, vertigo, kesulitan melihat (Herdman, 2012).

Data yang mendukung diagnosa keperawatan yang ketiga adalah

data subyektif, data obyektif dan hasil pemeriksaan. Data subjektif pasien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh dari tempat tidur

saat bangun tidur. Data obyektif pada kepala pasien ada benjolan karna

jatuh, kekuatan otot atas kanan dan bawah kanan: 1, hasil CT-scan:

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri, aktifitas pasien tergantung

pada perawat dan keluarga.

Berdasarkan data tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada

pasien pernah jatuh, usia lebih dari 65 tahun, protesis ekstremitas bawah,

tinggal sendiri. Kebutuhan menurut Maslow resiko jatuh masuk dalam

kebutuhan tingkat kedua mencakup kebutuhan keamanan dan keselamatan

(fisik dan psikologis) (Potter dan Perry, 2005). Penulis memprioritaskan

diagnosa resiko jatuh sebagai diagonsa ketiga setelah hambatan mobilitas

Page 71: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

61

fisik dan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, karena resiko jatuh

tidak bersifat urgent dan masih bersifat resiko.

C. Perencanaan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan bagian dari suatu

fase pengorganisasian dalam keperawatan sebagai pedoman untuk

mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi,

2012).

Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan dengan

menyesuaikan dengan prioritas permasalahan, penulis menyusun intervensi

sebagai berikut:

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam

diharapakan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:

pasien meningkat dalam aktifitas fisik secara bertahap, mengerti tujuan

dari peninggkatan mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Berdasarkan kriteria

hasil yang disusun penulis membuat beberapa intervensi dengan

menggunakan ONEC (Observation, Nursing Intervention, Education,

Collaboration). Observation: kaji kemampuan dalam mobilisasi dan

kekuatan otot rasional untuk mengetahui derajat kekuatan otot pasien

(Muttaqin, 2008), Nursing Intervention: berikan latihan ROM (Range Of

Motion) dan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) rasional

Page 72: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

62

untuk melatih ekstremitas yang lemah (Muttaqin, 2008), Education:

ajarkan dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL mengikut serta keluarga

rasional untuk membantu aktifitas pasien dan keluarga dapat membantu

pasien (Potter dan Perry, 2005), Collaboration: kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat rasional untuk mempercepat penyembuhan

(Muttaqin, 2008).

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam

diharapakan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat teratasi

dengan kriteria hasil: tekanan darah dalam rentang normal 120/80 mmHg,

menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi, membuat keputusan

dengan benar. Berdasarkan kriteria hasil yang disusun penulis membuat

beberapa intervensi dengan menggunakan ONEC (Observation, Nursing

Intervention, Education, Collaboration). Observation: kaji status

neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian rasional mengkaji adanya

cenderung pada tingkat kesadaran (Wilkinson, 2012), Nursing

Intervention: kaji tanda-tanda vital rasional untuk mengetahui keadaan

umum (Wilkinson, 2012), Education: berikan penkes terhadap penyakit

yang diderita rasional supaya paham tentang penyakit yang diderita,

anjurkan keluarga pertahankan tirah baring pasien rasional untuk

membantu alih baring (Muttaqin, 2008) Collaboration: kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian obat menurunkan darah tinggi (Wilkinson, 2012).

Page 73: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

63

3. Resiko jatuh berhubungan dengan stroke.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam

diharapakan resiko jatuh dapat teratasi dengan criteria hasil: keseimbangan

kemampuan untuk mempertahankan tubuh, kemampuan otot untuk

kerjasama melakukan gerakan bertujuan mencegah jatuh, pemahaman

pencegah jatuh, keselamatan dan keamanan. Berdasarkan kriteria hasil

yang disusun penulis membuat beberapa intervensi dengan menggunakan

ONEC (Observation, Nursing Intervention, Education, Collaboration).

Observation: identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi jatuh

rasional untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi jatuh, Nursing

Intervention: dekatkan alat rasional untuk mempermudah perawatan,

Education: bantu pasien dalam pemenuhan ADL mengikut serta keluarga

rasional untuk membantu aktifitas pasien dan keluarga dapat membantu

pasien, Collaboration:kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain

dengan rasional untuk meminimalkan efek samping dari obat yang

berkontribusi terhadap jatuh (misal hipotensi ortostastik), kunci roda dan

pengaman tempat tidur rasional untuk meminimalisir resiko jatuh

(NANDA, 2013).

D. Implementasi

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Tahap-tahap tindakan keperawatan ialah tahap persiapan,

Page 74: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

64

intervensi, dan dokumentasi (Setiadi, 2012:53). Kegiatan dalam implementasi

meliputi pengkajian ulang, mempengaharui data dasar, meninjau dan merevisi

rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat dan melaksanakan intervensi

keperawatan yang telah direncanakan (Deswani, 2009:7). Penulis melakukan

implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat.

Tahap implementasi penulis melakukan intervensi sesuai dengan

langkah-langkah perencanaan keperawatan mulai dari menentukan tujuan,

kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan melakukannya di

implementasi (Setiadi, 2012). Penulis tidak melakukan tindakan keperawatan

lain selain yang ada pada perencanaan perawatan. Tindakan intervensi

keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah klien dan mempertahankan

kesehatan klien sesuai dengan prioritas diagnosa yang telah diangkat

(Nursalam, 2011:10).

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan selama 3 hari kelolaan

pada asuhan keperawatan dengan stroke yaitu:

1. Diagnosa pertama hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuscular.

Tanggal 04 januari 2016 penulis mengkaji kekuatan otot dan

kemampuan mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan

dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, mau berpindah susah, data

obyektif pasien tampak susah merubah posisi, tangan dan kaki kanan

tidak bisa digerakkan aktivitas dan latihan tergantung total dibantu

keluarga, kekuatan otot: 1, hasil CT-scan: tampak infark cerebri di

Page 75: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

65

kapsula interna kiri. Memberikan latihan ROM (Range Of Motion) dan

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) data subyektif pasien

mengatakan bersedia, data obyektif pasien sudah diberikan latihan ROM

pada tangan dan kaki kanan dan juga SEFT. Kolaborasi dengan keluarga

dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL data subyektif keluarga pasien

mengatakan mengerti dan bersedia, data obyektif keluarga sudah

membantu pasien dalam pemenuhan ADL. Mengkaji kekuatan otot dan

kemampuan mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan

dan kaki kanan tidak bisa digerakkan untuk berpindah posisi, data

obyektif pasien tampak tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanan

merubah posisi tidak bisa, kekuatan otot: 1, aktifitas dan latihan

tergantung total dibantu orang lain, hasil CT-scan: tampak infark cerebri

di kapsula interna kiri.

Tanggal 05 januari 2016 mengkaji kekuatan otot dan kemampuan

mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki

kanan tidak bisa digerakkan, jari tangan sudah bisa digerakkan, pindah

posisi susah, data obyektif pasien tampak susah merubah posisi, tangan

dan kaki kanan tidak bisa digerakkan aktivitas dan latihan tergantung

total dibantu keluarga, kekuatan otot: 1, hasil CT-scan: tampak infark

cerebri di kapsula interna kiri. Memberikan latihan ROM dan SEFT data

subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif pasien sudah

diberikan latihan ROM pada tangan dan kaki kanan dan juga SEFT.

Mengkaji kekuatan otot dan mobilisasi pasien data subyektif pasien

Page 76: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

66

mengatakan tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan jari tangan

sudah bisa digerakkan pindah posisi susah, data obyektif pasien tidak

merubah posisi, tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, aktifitas

dan latihan tergantung total dibantu orang lain, kekuatan otot: 1, hasil

head CT-scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Tanggal 06 januari 2016 mengkaji kekuatan otot dan kemampuan

mobilisasi pasien data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki

kanan tidak bisa digerakkan, pada pergelangan tangan dan jari sudah bisa

menggenggam, pindah posisi susah, data obyektif pasien tamapk susah

merubah posisi, tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, pada

pergelengan tangan dan jari sudah bisa menggenggam, aktivitas dan

latihan tergantung total dibantu keluarga, kekuatan otot: 2, hasil CT-scan:

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri. Memberikan latihan ROM

dan SEFT data subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif

pasien sudah diberikan latihan ROM pada tangan dan kaki kanan dan

juga SEFT. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL ikutkan keluaraga data

subyektif pasien dan keluarga mengatakan akan membantu sampai pasien

bisa pulang ke rumah. Mengkaji kekuatan otot dan mobilisasi pasien data

subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan masih tidak bisa

digerakkan pada tangan kanan sudah bisa menggenggam, data obyektif

pasien tampak susah menggerakkan tangan dan kaki kanan, pada

pergelangan tangan dan jari sudah bisa menggenggam, kekuatan otot: 2,

aktifitas dan latihan tergantung total dibantu orang lain, hasil CT-scan:

Page 77: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

67

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri.

Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat

dalam menjaga sifat fisiologi dari jaringan otot dan sendi. Latihan ini

dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindari adanya komplikasi

akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-

lain. Pemberian ROM dapat diberikan dalam berbagai posisi, seperti tidur

terlentang, tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi sesuai

dengan alat latihan yang digunakan (Irfan, 2012). ROM

merupakanlatihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun

pasif (Potter dan Perry, 2006).

ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan

persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan

tonus otot. Mobilisasi persendian dengan latiohan ROM merupakan salah

satu bentuk rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah

terjadinya kecacatan pada pasien stroke (Rabawati, 2014).

Hasil penelitian Rohimah (2014), latihan ROM (range of motion)

dan SEFT (spiritual emotional freedom technique) bisa meningkatan

kekuatan otot pasien lebih baik dibandingkan dengan latihan ROM

unilateral. Hal ini tentu saja sejalan dengan konsep latihan fungsional

tangan secara keseluruhan, yaitu bahwa konsep ROM dan SEFT dapat

Page 78: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

68

mengaktivasi kedua sisi hemisfer otak. Hasil penelitian ini sejalan di

penelitian Stoykov & Corcos (2009), memberikan hasil bahwa ROM

dan SEFT training lebih efektif meningkatkan kemampuan fungsional

tangan klien stroke dibandingkan dengan ROM tanpa SEFT.

Implementasi yang dilakukan penulis melakukan latihan ROM

(range of motion) dan SEFT (spiritual emotional freedom technique)

selama 3 hari, untuk rencana latihan selanjutnya penulis memasukkan

dalam discharge planning menganjurkan pasien dan keluarga untuk

melakukan latihan ROM secara mandiri. Hal ini sesuai dengan teori yang

ada dalam buku Potter dan Perry (2005), melakukan latihan ROM

minimal 2 kali/ hari dapat meningkatkan kekuatan otot.

2. Diagnosa kedua ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan hipertensi.

Tanggal 04 januari 2016 memberikan obat injeksi piracetam,

citicolin, norages didapatkan data subyektif pasien mau untuk di injeksi,

data obyektif pasien sudah di injeksi piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin

2 kali 1/250mg, norages 2 kali 1/500mg. Memantau status neurologis

kesadaran, konsentrasi dan perhatian data subyektif pasien mengatakan

berdebar pada dada pusing hilang timbul, lemah, data obyektif pasien

tampak bingung, lemas, gemetar, tangan dan kaki kanan tidak bisa

digerakkan. Memonitor vital sign data subyektif pasien mengatankan

bersedia, data obyektif pasien sudah di cek tanda-tanda vital: tekanan

darah 230/100 mmHg, nadi 110 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit, suhu

Page 79: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

69

36.1oC. Mempertahankan tirah baring data subyektif pasien mengatakan

berpindah posisi dibantu keluarga, data obyektif pasien tidak banyak

pindah posisi karna tangan dan kaki kanan tidak bisa bergerak.

Tanggal 05 januari 2016 memberikan obat injeksi piracetam,

citicolin, norages didapatkan data subyektif pasien mau untuk di injeksi,

data obyektif pasien sudah di injeksi piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin

2 kali 1/250mg, norages 2 kali 1/500mg, obat oral amlodipin 1 kali 1/

10mg fungsi untuk pengobatan hipertensi, bisoprolol 1 kali 1/ 5mg

golongan bisoprolol fumanat, fungsi untuk penyakit hipertensi dan

jantung koroner, irtan 1 kali 1/ 150mg golongan irbesartan, fungsi untuk

hipetensi esensial, aspilet 1 kali 1/ 80mg golongan asam asefilsalisilat,

fungsi untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala dan nyeri

otot. Memberikan penkes terhadap penyakit yang diderita data subyektif

pasien mengatakan mengerti data obyektif pasien tampak paham dan

mengerti. Memonitor vital sign data subyektif pasien mengatakan

bersedia, data obyektif pasien sudah di cek tanda-tanda vital: tekanan

darah 210/75 mmHg, nadi 84 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit, suhu

36.5oC. Mempertahankan tirah baring data subyektif pasien mengatakan

berpindah posisi dibantu keluarga, data obyektif pasien tidak bisa

merubah posisi kaki dan tangan kanan tidak bisa digerakkan. Memantau

status neurologis kesadaran dan konsentrasi data subyektif pasien

mengatakan berdebar-debar pada dada pusing hilang hilang timbul dan

lemas, data obyektif pasien tampak bingung dan lemas tangan dan kaki

Page 80: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

70

kanan tidak bisa digerakkan, kosentrasi baik kesadaran composmentis.

Tanggal 06 januari 2016 mempertahankan tirah baring data

subyektif pasien mengatakan berpindah posisi dibantu keluarga data

obyektif pasien tidak bisa pindah posisi mandiri. Memantau status

neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian data subyektif pasien

mengatakan sudah tidak berdebar-debar lagi, pusing sudah sepenuhnya

hilang data obyektif pasien tampak tenang dan nyaman. Memberikan

obat injeksi piracetam, citicolin, norages didapatkan data subyektif

pasien mau untuk di injeksi, data obyektif pasien sudah di injeksi

piracetam 4 kali 1/200mg, citicolin 2 kali 1/250mg, norages 2 kali

1/500mg, obat oral amlodipin 1 kali 1/ 10mg fungsi untuk pengobatan

hipertensi, bisoprolol 1 kali 1/ 5mg golongan bisoprolol fumanat, fungsi

untuk penyakit hipertensi dan jantung koroner, irtan 1 kali 1/ 150mg

golongan irbesartan, fungsi untuk hipetensi esensial, aspilet 1 kali 1/

80mg golongan asam asefilsalisilat, fungsi untuk menurunkan demam,

meringankan sakit kepala dan nyeri otot. Memonitor vital sign data

subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif pasien sudah di cek

tanda-tanda vital: tekanan darah 163/78 mmHg, nadi 84 kali/ menit,

respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.3oC.

3. Diagnosa ketiga resiko jatuh berhubungan dengan stroke.

Tanggal 05 januari 2016 mengidentifikasi perilaku dan factor yang

mempengaruhi resiko jatuh data subyektif pasien mengatakan sebelum

masuk rumah sakit jatuh dari tempat tidur posisi miring ke kanan, data

Page 81: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

71

obyektif pasien tampak miring kekiri, pengaman tempat tidur belum

dinaikkan. Mengunci roda dan pengaman tempat tidur data subyektif

pasien kooperatif data obyektif pengaman tempat tidur sudah dinaikkan

roda sudah terkunci. Kolaborasi dengan keluarga untuk lebih mengawasi

pasien data subyektif keluarga mengatakan mengerti dan bersedia data

obyektif keluarga tampak lebih mengawasi pasien, sebelumnya tidak

selalu didekat pasien. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL ikutkan

keluarga data subyektif pasien dan keluarga mengatakan mengerti dan

akan melakukan, data obyektif keluarga sudah membantu pasien dalam

pemenuhan ADL.

Tanggal 06 januari 2016 mengidentifikasi faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh data subyektif pasien kooperatif data obyektif

pasien sudah aman, pengaman tempat tidur sudah dinaikkan keluarga

selalu berada di samping pasien. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL

ikutkan keluaraga data subyektif pasien dan keluarga mengatakan akan

membantu sampai pasien bisa pulang ke rumah.

E. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam pencapaian tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

Page 82: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

72

perencanaan, menilai efektifitas antara lain menentukan tindakan

keperawatan, mendapatkan umpan balik dari klien, dan sebagai tanggung

jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan (Setiadi & Dermawan, 2012).

Jenis evaluasi ada 2 yaitu evaluasi formatif dengan format yang dipakai

SOAP dan evaluasi sumatif dengan format yang dipakai SOAPIER (Setiadi,

2012:60). Penulis menggunakan format evaluasi yang dilakukan pada klien

adalah evaluasi formatif yaitu dengan menyertakan data subyektif, data

obyektif, analisa, perencanaan (SOAP).

Latihan ROM merupakan salah satu bagian dari latihan fungsi tangan

secara keseluruhan. Latihan ROM dengan menggunakan pendekatan ROM

dan SEFT bisa meningkatan kekuatan otot pasien lebih baik dibandingkan

dengan latihan ROM unilateral. Hal ini tentu saja sejalan dengan konsep

latihan fungsional tangan secara keseluruhan, yaitu bahwa konsep ROM dan

SEFT dapat mengaktivasi kedua sisi hemisfer otak. Dengan demikian latihan

ROM yang dilakukan dengan pendekatan ROM dan SEFT dapat memberikan

keuntungan yang lebih baik, karena pada saat latihan ROM dan SEFT ini

dilakukan, terjadi aktivasi pada kedua sisi hemisfer otak yang dapat

membantu pemulihan kekuatan motorik pasien stroke dengan lebih baik

(Rohimah, 2014).

Evaluasi hari pertama senin, 04 januari 2016 pukul 14.45 WIB

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular. Subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan untuk berpindah susah. Obyektif pasien tampak tidak bisa

Page 83: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

73

menggerakkan tanagn dan kaki kanan merubah posisi tidak bisa, kekuatan

otot: 1, aktifitas dan latihan tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-

scan: tampak infark cerebri di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik

pasien dibantu orang lain tergantung total masalah belum teratasi. Planning

intervensi kaji kekuatan otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan

latihan ROM dan SEFT, kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian

obat.

Evaluasi hari kedua selasa, 05 januari 2016 diagnosa pertama

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.

Pukul 14.15 WIB subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan tidak

bisa digerakkan, jari tangan sudah bisa digerakkan, pindah posisi susah.

Obyektif pasien tidak merubah posisi, tangan dan kaki kanan tidak bisa gerak

jari tangan sudah mulai bisa digerakkan, kekuatan otot: 1, aktifitas dan latihan

tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-scan: tampak infark cerebri

di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik pasien dibantu orang lain

tergantung total masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji kekuatan

otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan latihan ROM dan SEFT,

kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian obat.

Evaluasi hari ketiga rabu, 06 januari 2016 diagnose pertama hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular. Pukul 14.30

WIB subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kanan masih tidak bisa

digerakkan pada tangan kanan sudah mulai bisa menggenggam. Obyektif

pasien tampak susah menggerakkan tangan dan kaki kanan, pada pergelangan

Page 84: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

74

tangan dan jari sudah bisa menggenggam, kekuatan otot: 2, aktifitas dan

latihan tergantung total dibantu keluarga, hasil head CT-scan: tampak infark

cerebri di kapsula interna kiri. Analisis aktifitas fisik pasien dibantu orang

lain tergantung total masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji

kekuatan otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan latihan ROM dan

SEFT, kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian obat.

Hasil akhir evaluasi diagnosa pertama hambatan mobilitas fisik

setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam aktifitas fisik pasien dibantu

orang lain tergantung total, hal ini tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang diharapkan pasien meningkat dalam aktifitas fisik secara bertahap.

Evaluasi hari pertama senin, 04 januari 2016 diagnosa kedua pukul

14.55 WIB yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan hipertensi. Subyektif pasien mengatakan jantung berdebar-debar,

pusing hilang timbul, lemah tidak bisa menggerakkan tubuh bagian kanan.

Obyektif pasien tampak bingung, lemas, gemetar, tangan dan kaki kanan kaku

tidak bisa bergerak, tanda-tanda vital: tekanan darah 230/100 mmHg, nadi

110 kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.1oC. Analisis tekanan darah

pasien tinggi 230/100 mmHg masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji

tanda-tanda vital, pantau status neurologis kesadaran, konsentrasi dan

perhatian, berikan penkes terhadap penyakit yang diderita, kolaborasi bengan

dokter dalam pemberian obat darah tinggi.

Evaluasi hari kedua selasa, 05 januari 2016 diagnosa kedua pukul

14.15 WIB yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

Page 85: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

75

dengan hipertensi. Subyektif pasien mengatakan jantung berdebar-debar,

pusing hilang timbul, lemah tidak bisa menggerakkan tubuh bagian kanan.

Obyektif pasien tampak bingung, lemas, gemetar, tangan dan kaki kanan kaku

tidak bisa bergerak, tanda-tanda vital: tekanan darah 210/75 mmHg, nadi 84

kali/ menit, respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.5oC. Analisis tekanan darah

pasien tinggi 210/75 mmHg masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji

tanda-tanda vital, pantau status neurologis kesadaran, konsentrasi dan

perhatian, pertahankan tirah baring, kolaborasi bengan dokter dalam

pemberian obat darah tinggi.

Evaluasi hari ketiga rabu, 06 januari 2016 diagnosa kedua pukul 14.30

WIB yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

hipertensi. Subyektif pasien mengatakan sudah tidak berdebar-debar, sudah

mulai bisa menggerakkan jari untuk menggenggam. Obyektif pasien tampak

tenang, tanda-tanda vital: tekanan darah 163/78 mmHg, nadi 84 kali/ menit,

respirasi 20 kali/ menit, suhu 36.3oC. Analisis tekanan darah pasien tinggi

163/78 mmHg masalah belum teratasi. Planning intervensi kaji tanda-tanda

vital, pertahankan tirah baring, kolaborasi bengan dokter dalam pemberian

obat darah tinggi.

Hasil akhir evaluasi diagnosa kedua ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam tekanan darah pasien

tinggi 163/78 mmHg, hal ini tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil

yang diharapkan pasien tekanan darah dalam rentang normal 120/80 mmHg.

Evaluasi hari pertama selasa, 05 januari 2016 diagnose ketiga pukul

Page 86: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

76

14.15 WIB yaitu resiko jatuh berhubungan dengan stroke. Subyektif pasien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit pernah jatuh dari tempat tidur

dengan posisi miring kekanan. Obyektif kepala pasien tampak ada benjolan

kanan karna jatuh, kekuatan otot kanan atas dan bawah: 1, hasil CT-scan:

tampak infark cerebri di kapsula interna kiri, aktifitas pasien tergantung pada

perawat dan keluarga. Analisis mempertahankan posisi tubuh tidak bisa

pasien miring kekiri masalah belum teratasi. Planing intervensi identifikasi

factor dan perilaku yang mempengaruhi jatuh, kunci tempat tidur dan roda

pasien resiko jatuh, kolaborasi dengan keluarga dalam mencegah terjadi jatuh

dan peningkatan pengawasan.

Evaluasi hari kedua rabu, 06 januari 2016 diagnosa ketiga pukul 14.30

WIB yaitu resiko jatuh berhubungan dengan stroke. Subyektif pasien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit pernah jatuh dari tempat tidur

dengan posisi miring kekanan. Obyektif pasien dalam posisi terlentang,

penyngga sudah naik, roda terkunci dan keluarga selalu mengwasi pasien.

Analisis pasien dapat mempertahankan posisi tubuh, keluarga mengawasi

masalah teratasi. Planing intervensi dihentikan.

Hasil akhir evaluasi diagnosa ketiga resiko jatuh setelah dilakukan

intervensi selama 2 x 24 pasien dapat mempertahankan posisi tubuh, keluarga

mengawasi, hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

keseimbangan kemampuan untuk mempertahankan tubuh.

Page 87: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

pada asuhan keperawatan Ny. R dengan stroke non hemoragik di ruang

anyelir Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

selama tiga hari kelolaan dengan menerapkan aplikasi riset keperawatan

pemberian latihan Range Of Motion (ROM) dan Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT) terhadap kekuatan otot, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian,

pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tangan dan kaki kanan

tidak bisa digerakkan sejak selasa, 29 Desember 2015 dan pada tanggal

jum’at, 01 Januari 2016 jam 15.00 pasien jatuh ketika mau bangun dari

tempat tidur dengan posisi miring ke kanan, kemudian pasien di bawa ke

IGD dan hasil pemeriksaan oleh dokter terjadi stroke, tanda-tanda vital

dengan tekanan darah 230/100 mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 20

x/menit, suhu 36.10C. Data yang mendukung keluhan utama pasien

kelemahan anggota gerak kanan yaitu dengan kekuatan otot ekstremitas

atas kanan 1 dan kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 1, pola aktivitas

dan latihan Ny. R dalam melakukan aktivitas makan, minum, toileting,

Page 88: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

78

berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi atau ROM

dibantu oleh perawat dan keluarga.

2. Diagnosa keperawatan

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkalian keperawatan

pada Ny. R ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan hirarki

kebutuhan dasar maslow yaitu prioritas diagnosa pertama hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular, diagnosa

prioritas kedua ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan hipertensi, dan dianosa ketiga resiko jatuh berhubungan dengan

stroke.

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuscular, intervensi yang dilakukan kaji

kemampuan dalam mobilisasi dan kekuatan otot rasional untuk

mengetahui derajat kekuatan otot pasien, intervensi kedua berikan latihan

ROM dan SEFT rasional untuk melatih ekstremitas yang lemah, intevensi

ketiga ajarkan dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL mengikut serta

keluarga rasional untuk membantu aktifitas pasien dan keluarga dapat

membantu pasien, intervensi keempat kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat rasional untuk mempercepat penyembuhan.

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan hipertensi, intervensi yang dilakukan kaji tanda-tanda

vital rasional untuk mengetahui keadaan umum, intervensi kedua

Page 89: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

79

pertahankan tirah baring rasional untuk membantualih baring, intervensi

ketiga pantau status neurologis kesadaran, konsentrasi dan perhatian

rasional mengkaji adanya cenderung pada tingkat kesadaran, intervensi

keempat berikan penkes terhadap penyakit yang diderita rasional supaya

paham tentang penyakit yang diderita, intervensi kelima kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian obat menurunkan darah tinggi.

Diagnosa keperawatan resiko jatuh berhubungan dengan stroke,

intervensi yang dilakukan identifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi jatuh rasional untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi jatuh, intervensi kedua dekatkan alat rasional untuk

mempermudah perawatan, intervensi ketiga bantu pasien dalam

pemenuhan ADL mengikut serta keluarga rasional untuk membantu

aktifitas pasien dan keluarga dapat membantu pasien, intervensi keempat

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan rasional untuk

meminimalkan efek samping dari obat yang berkontribusi terhadap jatuh

(misal hipotensi ortostastik) dan kunci roda dan pengaman tempat tidur

rasional untuk meminimalisir resiko jatuh.

4. Implementasi

Dalam asuhan keperawatan Ny. R dengan stroke di ruang anyelir

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

telah sesuai dengan intervensi yang penulis rumuskan. Penulis

menekankan penggunaan latihan Range Of Motion (ROM) dan Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap kekuatan otot, dengan

Page 90: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

80

melakukan latihan ROM dan SEFT 1 kali dalam sehari dalam 3 hari

kelolaan.

5. Evaluasi

Masalah keperawatan pertama hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan neuromuscular belum teratasi. Intervensi

kaji kekuatan otot dan kemampuan dalam mobilisasi, berikan latihan ROM

dan SEFT, kolaborasi dengan dokter saraf dalam pemberian obat.

Masalah keperawatan kedua ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan hipertensi belum teratasi. Intervensi kaji

tanda-tanda vital, pertahankan tirah baring, kolaborasi bengan dokter

dalam pemberian obat penurun tekanan darah tinggi. Anjurkan pasien

menggunakan obat oral amlodipin 1 kali 1/ 10mg, bisoprolol 1 kali 1/

5mg, irtan 1 kali 1/ 150mg, aspilet 1 kali 1/ 80mg.

Masalah keperawatan ketiga resiko jatuh berhubungan dengan

stroke sudah teratasi pasien dapat mempertahankan posisi tubuh, keluarga

mengawasi. Intervensi keperawatan resiko jatuh dihentikan.

Page 91: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

81

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

stroke, penulis memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya

dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun

pasien serta keluarga pasien. Khususnya dalam proses rehabilitasi medic

dengan melibatkan keluarga pasien untuk berperan aktif sehingga pasien

dan keluarga mengerti perawatan lanjutan dirumah.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan

yang lebih dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam program rehabilitasi

medic pada pasien dengan stroke. Perawat melibatkan keluarga pasien

dalam pemberian asuhan keperawatan dan mampu bertindak sebagai

fisioterapis dalam pemberian latihan rentang gerak sendi (ROM aktif

maupun ROM pasif).

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dengan mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindakan

keperawatan yang dilakukan sehingga mampu menghasilkan perawat yng

Page 92: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

82

professional, terampil, inovatif dan bermut dalammemberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan.

4. Bagi penulis

Memberikan ilmu dan menambah wawasan penulis mengenai

konsep stroke dan penatalaksaan dalam asuhan keperawatan yang

komprehensif.

Page 93: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

DAFTAR PUSTAKA

Astrid. 2008. Pengaruh latihan range of motion (rom) terhadap kekuatan otot, luas

gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint

Carolus Jakarta. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana FIK UI. Depok

Bruuer dan Suddarth, 2008. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik

Klinik. Jakarta : EGC.

Darmojo RB, Mariono, HH. 2004. Geriatri (Ilmu Keperawatan Usia Lanjut) Edisi

3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Diperoleh dari

http://www.depkes.go.id.Diakses tnggal 11 Desember 2015(19:37).

Diwanto, Masde Al. 2009. Tips Mencegah Stroke Hipertensi & Serangan

Jantung. Jogjakarta : Paradigma Indonesia.

Farida, Ida dan Nila Amalia. 2009. Mengantisipasi Stroke Petunjuk Mudah,

Lengkap, dan Praktik Sehari-hari. Jogjakarta : Buku Biru.

Hermand, T Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan

Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Irdawati. 2009. Perbedaan Pengaruh Latihan Gerak terhadap Kekuatan Otot pada

Pasien Stroke Non Hemoragik Kanan Dibandingkan dengan

Hemiparese Kiri, Vol 43, Nomer 2, Media Medika Indonesia, Jawa

Tengah. http//www.google.com/search?hl=en&as Diakses tnggal 13

Desember 2015(18:58).

Irfan. Muhammad. 2011. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi I. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Isti Wahyuningsih, Istiqomah, Hendrajaya. 2013. Pengaruh Range of Motion

Aktif (Cylindrical Grip) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas

pada Pasien Stroke Non Hemoragik.Skripsi. Stikes Telogorejo

Semarang.

Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke. Jakarta : Gramedia

Maimurahman, Havid dan Cemy Nur Fitria. 2012. Keefektifan Range of Motion

(ROM) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke. Surakarta

Page 94: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

Mansjoer,Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Musculoskeletal. Jakarta : EGC

Nabyl, RA. 2012. Deteksi Dini Gejala & Pengobatan Gejala Stroke Solusi Hidup

Sehat Bebas Stroke. Yogyakarta : Aulia Publising.

NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA.Edisi Jilid I. Jakarta : Media Action Publising.

Padila, 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha

Medika

Potter & Perry, 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik. Jakarta : EGC

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses

dan Praktik Volume 2 Edisi 4, Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran:EGC

Pudiastuti, Dewi Ratna. 2011. Penyakit Pemicu Stroke (Dilengkapi Posyandu

Lansia dan Posyandu PTM). Yogyakarta :Medikal Book.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Tidak Menular Bdan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI :

Jakarta

Roger, V.L., Go, A,S., Lloyd-jones, D.M., Adams, R.J., Berry, J.D., Brown, T.M.,

Carnethon, M.R., Dai, S., Simone, G.D., Ford, E.S., Fox, C.S.,

Fullerton, H.J., Gillespie, C., Greenlund, K.J., Haipern, S.M., Heit,

J.A., Ho, P.M., Howard. 2011. Heart Disease and Stroke Statistics –

2011 Update, A Report From the American Heart Association

Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori

Dan Praktik, Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Smeltzer& Bare. 2008. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Brunner&

Suddarth.vol. 1. Jakarta: EGC

Smletzer C. Suzane, Bare G. Brenda. 2010. Buku Ajar: Keperawatan Medikal

Bedah. Edisi 8, Vol. 3. Jakarta : EGC

Page 95: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sigitimamb... · kesulitan bicara dan atau memahami ... jalur utama energi meridian

Stanley, M. & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.

Jakarta : EGC.

Uliyah, Musrifatul. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Dasar-

Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Utami, P. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medical

Bedah 2 Keperawatan Dewas. Yogyakarta : Medical Book.

Zainuddin, Ahmad Faiz. 2006.SEFT Cara Tercepat Dan Termudah Mengatasi

Berbagai MasalahFisik Dan Emosi.hlm.15. Jakarta : PT Arga

Publishing.