kti lasmi

Upload: sopan-supriadi

Post on 08-Jul-2015

1.438 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN KEJADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS IBU DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN SUBANG PERIODE JANUARI - MEI 2011

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir D III Kebidanan Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang

Disusun Oleh : LASMI GARTINA NIM : 009.201.2.426

YAYASAN ADHI GUNA KENCANA

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG2011

LEMBAR BIMBINGAN KTI

Nama Mahasiswa NIM Judul KTI

: Lasmi Gartina : 009.201.2.426 : Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur dan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Kabupaten Subang Periode Januari 2011 Mei 2011

Pembimbing I No. Hari / Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 Sabtu, 04-06-2011 Rabu, 08-06-2011 Sabtu, 18-06-2011 Sabtu, 25-06-2011 Sabtu, 16-07-2011 Jumat, 29-07-2011 Selasa, 02-08-2011 Kamis, 04-08-2011

: Wini Nurdiani, Am.Keb., SKM Materi BAB I BAB I, BAB II BAB II BAB III BAB III, BAB IV BAB IV BAB V, Abstrac Rekomendasi Pembimbing Perbaikan BAB I Acc BAB I, perbaikan BAB II Acc BAB II Perbaikan BAB III Acc BAB III, Perbaikan BAB IV Acc BAB IV, Lanjut BAB V dan Abstrac Acc BAB V, perbaikan Abstrac Paraf Pembimbing

Abstrac, Acc Abstrac, kata pengantar perbaikan kata pengantar Kata Pengantar, Daftar isi, tabel, lampiran Keseluruhan

9

Sabtu, 06-08-2011

Acc kata pengantar, daftar isi dan lampiran

10

Selasa, 04-08-2011

Acc sidang

LEMBAR BIMBINGAN KTI Nama Mahasiswa NIM Judul KTI : Lasmi Gartina : 009.201.2.426 : Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur dan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Kabupaten Subang Periode Januari 2011 Mei 2011 Pembimbing II No. 1 2 3 Hari / Tanggal Jumat, 03-06-2011 Kamis, 09-06-2011 Senin, 13-06-2011 Jumat, 24-06-2011 Kamis, 30-06-2011 Kamis, 07-07-2011 Sabtu, 16-07-2011 Kamis, 21-07-2011 Kamis, 28-07-2011 Rabu, 03-08-2011 Senin, 08-08-2011 : Dr. H. Budi Subiantoro, MKM Materi BAB I BAB I BAB II Rekomendasi Pembimbing Perbaiki BAB I Acc BAB I, lanjut BAB II Tambahkan teori mioma uteri berdasarkan umur dan paritas Tambahkan data RS PTPN dan RSUD Subang Acc BAB II, lanjut BAB III Perbaiki BAB III Acc BAB III, lanjut BAB IV Perbaiki BAB IV Acc BAB IV, Lanjut BAB V, Abstrac, lampiran Acc BAB V, perbaiki abstrac Paraf Pembimbing

4

BAB II

5 6 7 8

BAB II BAB III BAB III BAB IV

9

BAB IV BAB V, Abstrac, lampiran BAB I-V

10

11

Acc BAB I-V, lanjutkan sidang

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. (1) Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita. (2) Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak terjadi pada wanita berumur

35-45 tahun ( 25%). Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri ini mempunyai resiko lebih tinggi terjadi pada wanita nullipara atau yang kurang subur bila dibandingkan dengan wanita multipara. (3) Di Indonesia ditemukan sekitar 2,39 - 11,7% angka kejadian mioma uteri dari seluruh penderita ginekologi yang dirawat. (3) Di RS Santa Elisabeth Medan periode 2004 2008 berdasarkan penelitian Miranti Lestari Ompusunggu, mioma uteri terjadi pada kelompok umur 40-46 tahun 39,5% dan terjadi pada wanita dengan status multipara sebanyak 46,1%. (4)

1

2

Hasil penelitian Muzakir di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari 2006 31 Desember 2006 diperoleh data bahwa mioma uteri terjadi paling banyak pada umur 45-49 tahun yaitu sebanyak 16 kasus (43,24%) dan (43,24%).(5) Menurut Tri Kurniasari di RSUD Moewardi Surakarta periode Januari 2009 Januari 2010, menunjukkan bahwa dari 114 sampel pasien mioma uteri didapatkan bahwa frekuensi tertinggi terjadinya mioma uteri terdapat pada wanita usia 41-50 tahun sebanyak 70 penderita (61,40%) dan pasien dengan nullipara 28 kasus (24,56%). (6) Raih Anisti Dewi Praniti dalam penelitiannya di RSUD pada wanita multipara (P2-P5) sebanyak 16 kasus

Banjarnegara periode 1 Januari 2009 31 Desember 2010, ditemukan 79 pasien mioma uteri. Dari 65 sampel yang memenuhi kriteria, insidensi mioma uteri paling banyak adalah usia 15-49 tahun yakni 53 kasus (81,5%) serta penderita mioma uteri ini banyak ditemukan pada pasien dengan jumlah paritas multipara (P2-P5) sejumlah 30 orang (46,1%). (7) Data yang di dapat berdasarkan laporan seksi rekam medis tentang ranking penyakit rawat inap di RSUP Dr. HASAN SADIKIN Bandung menunjukkan bahwa angka kejadian mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 225 orang (8,8%) dari jumlah 2.553 orang pasien penderita kandungan / ginekologi yang dirawat. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 0,4% bila dibandingkan angka kejadian mioma uteri pada tahun 2009 sebanyak

3

215 orang (8,4%) dari jumlah 2.559 orang pasien penderita ginekologi yang dirawat. (8) Berdasarkan data yang di peroleh dari RS II PTPN VIII Kabupaten Subang, angka kejadian mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 17 orang (50%) dari jumlah 34 kasus ginekologi yang di rawat. Dari 17 orang penderita mioma uteri tersebut, kejadian terbanyak terjadi pada umur 41-50 tahun yaitu berjumlah 11 orang (64,7%) dan terjadi pada multipara (P2-P5) yaitu sebanyak 9 orang (52,9%). Periode Januari 2011 - Mei 2011 penderita mioma uteri adalah 8 orang (28,6%) dari 28 kasus ginekologi yang dirawat. Dengan insidensi terbanyak pada umur 41-50 tahun yaitu 5 orang (62,5%) dan terjadi pada multipara (P2-P5) yaitu berjumlah 5 orang (62,5%). (9) Angka kejadian mioma uteri di RSUD Subang pada tahun 2008 sebanyak 49 orang (35,5%) dari 138 kasus ginekologi yang dirawat. Pada tahun 2009 sebanyak 85 orang (30,5%) dari 279 kasus ginekologi yang dirawat dan pada tahun 2010 terdapat 68 orang penderita mioma uteri (29,8%) dari 228 kasus ginekologi yang dirawat. Walaupun secara persentase dari tahun 2008 2010 mengalami penurunan, namun insidensi mioma uteri setiap tahunnya selalu terjadi pada kelompok umur > 35 tahun dan pada wanita dengan status multipara. Pada tahun 2008 mioma uteri terjadi pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 41 orang (83,7%) dan 30 orang (21,7%) terjadi pada wanita multipara. Tahun 2009 sebanyak 53 orang (62,4%) mioma uteri masih terjadi pada kelompok umur

4

>35 tahun dan 45 orang (52,9%) terjadi pada multipara. Pada tahun 2010 kejadian mioma uteri terbanyak masih pada kelompok umur >35 tahun yaitu sebanyak 43 orang (63,2%) dan 45 orang (66,2%) terjadi pada multipara. Periode Januari 2011 Mei 2011 angka kejadian mioma uteri yaitu 39 orang (35,8%) dari 109 kasus ginekologi yang dirawat. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan penderita ca cerviks yang hanya 21 orang (19,3%), penderita kista ovarium 13 orang (11,9%), penderita menometroragi 12 orang (11%) serta penyakit ginekologi lainnya sebanyak 24 orang. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, insidensi mioma uteri pada tahun 2011 ini pun terjadi pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). (10) Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi oleh karena adanya rangsangan estrogen. Pada masa menopause mioma uteri akan mengalami pengecilan. (11) Mioma uteri dapat menimbulkan masalah besar dalam kesehatan. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari keluhan utama pasien penderita mioma uteri yang dirawat di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011. Dari 39 orang penderita mioma uteri, maka jumlah pasien yang mengeluh adanya perdarahan abnormal sebanyak 22 orang (56,1%), mengeluh nyeri pinggang

5

sebanyak 12 orang (30,8%), mengeluh benjolan di perut bawah sebanyak 2 orang (5,1%), mengeluh keputihan 2 orang (5,1%) serta yang mengalami prematur kontraksi pada kehamilannya sebanyak 1 orang (2,6%). (10) Berdasarkan kenyataan di atas, maka hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai gambaran kejadian mioma uteri berdasarkan umur dan paritas ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011.

1.2

Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran kejadian mioma uteri berdasarkan umur dan paritas ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode

Januari 2011 Mei 2011 ?.

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian mioma uteri berdasarkan umur dan paritas ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui angka kejadian mioma uteri berdasarkan umur di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode

Januari 2011 Mei 2011.

6

2) Untuk mengetahui angka kejadian mioma uteri berdasarkan paritas di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode

Januari 2011 Mei 2011.

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Tempat Penelitian Diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan, khususnya petugas yang menangani / merawat pasien dengan penyakit mioma uteri untuk meningkatkan pengetahuan sebagai bahan pengkajian dasar dalam penanganan penyakit mioma uteri. 1.4.2 Institusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan evaluasi dalam upaya pengembangan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas serta diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi mahasiswi Akademi Bhakti Nugraha Subang untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Peneliti Penelitian tentang mioma uteri di RSUD Subang ini merupakan kesempatan berharga bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman khususnya penanganan penyakit mioma uteri berdasarkan teori yang didapat selama menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sifat Umum Mioma Uteri Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid.(3)

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat karena otot rahim serta jaringan ikatnya dominan dan lunak. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri menunjukkan gejala dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak mengalami keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan. (11) Mioma uteri ini lebih sering terjadi pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. (3) Karena mioma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah adapun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause. Maka, bila mioma uteri ini bertambah besar pada masa postmenopause, harus difikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma).(12) Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal ini pasti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan menjadi ganas. (11)

7

8

Mioma uteri sering juga disebut fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot. Dapat bersifat tunggal atau ganda serta mencapai ukuran besar (100 pon). Konsistensi keras dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya. (12) Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde / pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uteus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Pertumbuhan mioma uteri memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. (3)

2.2

Etiologi Etiologi belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Estrogen mempunyai peranan penting tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dapat menyebabkan mioma sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita. Juga pada beberapa

9

wanita dengan mioma dapat terjadi ovulasi yang menghasilkan progesteron dan sifatnya antiestrogenik. Percobaan binatang dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor miomateus yang sifatnya agak berbeda dengan mioma biasa. (12) Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause. Ichimura mengatakan bahwa hormon ovarium dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insiden setelah menarche. Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini makin besar, tetapi menurun setelah menopause. (13)

2.3

Patogenesis Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. (3)

10

2.4

Jenis-jenis Mioma Uteri Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus (1 3%) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. (3) Menurut letaknya di uterus maka mioma uteri dapat dibagi sebagai berikut : 1) Mioma Submukosum Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.(3) Mioma jenis ini dijumpai 5% dari seluruh kasus mioma uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu currete bump (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui serviks atau vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertangkai yang dapat menimbulkan myomgeburt yang sering mengalami nekrose atau ulserasi. (12) 2) Mioma Intramural atau Interstitial Mioma terdapat pada dinding uterus diantara serabut miometrium.(3) Kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol. (12) 3) Mioma Subserosum atau Subperitoneal Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. (3)

11

Letaknya di bawah tunika serosa. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Kadang-kadang mioma subserosa timbul diantara dua ligamentum latum dan merupakan mioma intraligamenter yang dapat menekan ureter dan arteri iliaka. Adakalanya tumor ini mendapat vaskularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun terlepas dari uterus disebut parasitic myoma. Mioma subserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi. (12) Gambar di bawah ini menunjukkan jenis-jenis mioma uteri berdasarkan letaknya dalam uterus.

Gambar 2.1 Jenis-jenis mioma uteri berdasarkan letaknya

12

2.5

Gejala Klinik Mioma Uteri Uterus mengandung jaringan ikat, otot polos, pembuluh darah, kelenjar limfa yang dapat terjadi degenerasi jinak dan degenerasi keganasan. Sekitar 30% menimbulkan gejala klinik yang bersumber dari : 1) Pembesaran yang menimbulkan pendesakan sekitarnya 2) Pertumbuhan menuju mukosa endometrium yang menimbulkan : a. Perdarahan saat menstruasi b. Dismenor c. Perdarahan spoting atau intermenstrual 3) Perdarahan berulang menimbulkan anemia 4) Pembesaran uterus mengalami degenerasi dengan gejala klinik (14) Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan

komplikasi yang terjadi. (3) Keluhan-keluhan yang dirasakan penderita mioma uteri adalah sebagai berikut : 1) Massa di perut bawah Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena mengeluhkan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah.

13

2) Perdarahan abnormal Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Perdarahan biasanya dalam bentuk menorrhagia. Yang sering menyebabkan gejala perdarahan ialah jenis mioma submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang berat. Mioma intramural juga dapat menyebabkan perdarahan karena adanya gangguan kontraksi otot uterus. Sedangkan mioma subserosa tidak menyebabkan perdarahan abnormal. Kalaupun ada perdarahan

abnormal, harus diingatkan kemungkinan hal lain yang timbul bersamaan dengan mioma yaitu adanya adeno carcinoma, polip ataupun adanya faktor fungsional. 3) Nyeri Gejala ini tidak khas untuk mioma walaupun sering terjadi. Keluhan yang diutarakan adalah rasa berat dan dismenor. Timbulnya rasa nyeri dan sakit pada mioma mungkin disebabkan gangguan peredaran darah yang disertai nekrose setempat atau disebabkan proses radang dengan perlekatan pada omentum usus. Kadang pula rasa sakit disebabkan torsi pada mioma subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut disertai enek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan terhadap urat syaraf dan menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.

14

4) Akibat tekanan (Pressure Effect) Bila menekan kandung kencing akan menimbulkan kerentanan kandung kencing (bladder irritability), pollikisuria dan dysuria. Bila urethra tertekan bisa timbul retensio urine. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rektum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi dan

menyebabkan sakit waktu defekasi. Tumor dalam cavum douglasi dapat menyebabkan retensio urine. Kalau besar sekali mungkin ada gangguan pencernaan. Kalau terjadi tekanan pada vena cava inferior akan terjadi oedema tungkai bawah. Adapun gejala-gejala sekunder dari mioma uteri adalah : a. b. c. d. e. Anemia Lemah Pusing-pusing Sesak nafas Fibroid heart, sejenis degenerasi myocard, yang dulu disangka berhubungan dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini disangkal. f. Erythrocytosis pada mioma yang besar. (12)

2.6

Mioma Uteri dan Kehamilan Menurut perkiraan frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan persalinan berkisar sekitar 1%. Dalam banyak kasus, kombinasi mioma

15

dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa-apa. Di pihak lain, kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar artinya. Hal itu bergantung pada besar dan lokasinya. Terdapatnya mioma uteri mungkin menyebabkan hal-hal sebagai berikut : 1) Mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum 2) Kemungkinan abortus bertambah 3) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserosum 4) Menghalangi lahirnya bayi terutama pada mioma yang letaknya di serviks 5) Inersia uteri atau atonia uteri terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma 6) Mempersulit lepasnya plasenta terutama pada mioma submukosum dan intramural. Sebaliknya, kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri menjadi : 1) Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi dan edema terutama dalam bulan-bulan pertama. Mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah bersar lagi. 2) Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis terutama di tengah-tengah tumor. Tumor

16

tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor berkurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh perempuan setelah bayi lahir. 3) Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak (acute abdomen). (13) Mioma uteri mungkin menurunkan fertilitas tapi tidak jarang kita melihat kasus mioma (bahkan mioma yang besar) disertai dengan kehamilan dan disusul dengan persalinan yang normal. Maka, kalau tidak ada sebabsebab infertilitas lainnya dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan kehamilan. Angka kehamilan setelah miomektomi adalah 25-40%. (12) Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi. (3)

17

Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena miomektomi pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus. Operasi terpaksa dilakukan kalau ada penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir dilakukan sectio caesaria disusul dengan histerektomi. Tapi kalau akan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda sampai sesudah nifas. (12)

2.7

Faktor Predisposisi Mioma Uteri Faktor predisposisi dari mioma uteri diantaranya adalah : 1) Umur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur yang dimaksud disini yaitu lamanya seseorang hidup mulai dari lahir sampai pada saat dilakukan penelitian dan didiagnosis menderita mioma uteri serta dikelompokkan sesuai dengan usia reproduksi sehat. Pengelompokkan usia reproduksi sehat terdiri dari 3 kelompok yakni kurang dari 20 tahun, antara 20-35 tahun serta kelompok umur lebih dari 35 tahun. (17) Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun. Paling banyak pada umur 35-45 tahun ( 25%). Setelah menopause banyak

18

mioma yang menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. (3) Disangka bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun menderita mioma uteri walaupun tidak disertai gejala-gejala. (12) Berdasarkan penelitian Miranti Lestati Ompusunggu, penderita mioma uteri di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 terjadi pada kelompok umur 40-46 tahun (39,5%). Menurut Muzakir di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari 2006 31 Desember 2006 diperoleh data bahwa mioma uteri terjadi paling banyak pada umur 45-49 tahun yaitu sebanyak 16 kasus (43,24%). Tri Kurniasari menyatakan bahwa di RSUD Moewardi Surakarta periode

Januari 2009 Januari 2010, dari 114 sampel penderita mioma uteri didapatkan frekuensi tertinggi terjadinya mioma uteri pada umur 41-50 tahun sebanyak 70 penderita (61,40%). Sedangkan di RSUD Banjarnegara periode 1 Januari 2009 31 Desember 2010 menurut Raih Aniati Dewi Praniti insidensi paling banyak penderita mioma uteri adalah kelompok usia reproduksi yaitu 15-49 tahun sebanyak 53 kasus (81,5%). 2) Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu Seorang perempuan disebut nullipara apabila wanita tersebut belum pernah melahirkan seorang anak yang dapat hidup. Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, sedangkan

19

wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali. (11) Perempuan nullipara atau yang kurang subur mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya mioma uteri sedangkan perempuan multipara mempunyai resiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri. (13) Di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2004 - 2008 menurut Miranti Lestari Ompusunggu, mioma uteri terjadi pada multipara sebanyak 46,1%. Muzakir menemukan 16 kasus (43,24%) mioma uteri terjadi pada multipara di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

periode 1 Januari 31 Desember 2006. Menurut Tri Kurniasari di RSUD Moewardi Surakarta periode Januari 2009 Januari 2010 terdapat 28 kasus (24,56%) mioma uteri yang terjadi pada pasien nullipara. Di RSUD Banjarnegara periode 1 Januari 2009 31 Desember 2010 menurut Raih Anisti Dewi Praniti terdapat 30 kasus (46,1%) mioma uteri yang terjadi pada pasien dengan multipara (P2-P5). 3) Kehamilan Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri tumbuh lebih cepat pada bulan-bulan pertama karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan. Dan sebaliknya, mioma uteri juga dapat mempengaruhi proses kehamilan seperti gangguan fertilitas, kemungkinan abortus, kelainan letak janin dalam rahim, gangguan saat persalinan serta mempersulit pelepasan plasenta. (13)

20

2.8

Perubahan Sekunder dan Komplikasi pada Mioma Uteri 1) Perubahan sekunder dari mioma uteri adalah sebagai berikut : a. Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan, mioma uteri menjadi kecil. b. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. c. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakkan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. d. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam

21

kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. e. Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai. f. Degenerasi lemak Jarang terjadi, merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin. (3)

Pertumbuhan mioma uteri mengalami degenerasi akibat gangguan vaskularisasi, bila dijabarkan menggunakan tabel adalah sebagai berikut : Bentuk Degenerasi Mioma Hialin Degenerasi Keterangan Susunan jaringan ikatnya makin dominan Konsistensi padat Penampakannya : warna putih seperti mutiara mengkilat, tampak susunan berlapis, bila terlalu keras disebut mioma durum

22

Kistik Degenerasi

Bagian tengah hialin mengalami degenerasi, pencairan akibat devaskularisasi Tampak terjadi pembentukan kista Meragukan saat pemeriksaan USG

Degenerasi Kalsifikasi

Terutama terjadi pada orang tua. Devaskularisasi, terdapat timbunan kalsium, menambah kerasnya mioma uteri

Degenerasi karneous

Merah

atau

Kehamilan bertambah kehamilan

menyebabkan besar seiring

mioma

cepat

vaskularisasi

Post partum, terjadi kontraksi otot uterus menyebabkan penyempitan dan berkurangnya aliran darah menuju proses mioma uteri Terjadi timbunan darah venous, memberikan warna merah pada mioma atau diikuti hemolisis darah Sumber : (14)

2) Komplikasi yang mungkin terjadi dari mioma uteri ini adalah : a. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiomasarcoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-70% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologiuterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

23

b.

Torsi (putaran tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akutsehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi secara perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. (3)

2.9

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa mioma uteri perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Anamnesa Keluhan utamanya adalah : a. Terasa desakan pada perut bagian bawah b. Gangguan menstruasi : 1. Menorrhagia- menometrorrhagia disertai gumpalan darah 2. Perdarahan yang berkepanjangan 3. Dismenorrhagia c. Keluhan sekunder 1. Sering mengalami abortus 2. Persalinan prematur 3. Infertilitas 4. Keluhan akibat anemia

24

d. Keluhan komplikasi (jarang) : Datang mendadak akibat terjadi torsi mioma bertangkai intra abdominal atau transvaginal 2) Pemeriksaan Fisik a. Palpasi abdomen 1. Teraba tumor bagian bawah abdomen, padat, dapat mobile atau terfiksir 2. Konsistensi padat atau padat kenyal b. Pemeriksaan dalam 1. Teraba uterus membesar, mungkin berbenjol-benjol 2. Dapat masih mobile atau terfiksir 3. Pemeriksaan spekulo : Sonde memastikan besarnya mioma Perdarahan dilakukan mikrokuretase untuk pemeriksaan

patologi anatomi kemungkinan kombinasi dengan endometrial karsinoma c. Pemeriksaan penunjang USG transvaginal / abdominal : 1. Tampak uterus membesar 2. Echo merata (mungkin sudah mulai kistik degenerasi) 3. Dapat dilakukan tambahan pemeriksaan : CT scan (14)

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma

25

submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis. (3) Dengan berkembangnya USG baik abdominal maupun transvaginal, diagnosis mioma sangat dipermudah. MRI (Magnetic Resonance Imaging) juga dapat dipergunakan dalam kehamilan karena MRI tidak memakai radiasi ionisasi. CT scan merupakan kontraindikasi oleh karena radiasi. Diagnosis mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit walaupun kadang-kadang dibuat kesalahan. Terutama kehamilan kembar, neoplasma ovarium dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnosis. Ada kalanya mioma besar teraba seperti kepala janin, sehingga kehamilan tunggal disangka kehamilan kembar; atau mioma kecil disangka bagianbagian janin. Dalam persalinan mioma lebih menonjol sewaktu ada his sehingga mudah dikenal. (13)

2.10 Penanganan Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penanganan mioma uteri adalah : 1) Umur penderita Apakah masa reproduksi / masih ingin punya keturunan atau sebaliknya.

26

2) Besarnya mioma uteri a. Bila besarnya melebihi umur hamil 14 minggu, sebaiknya histerektomi b. Bila besarnya kurang dari 12 minggu, sebaiknya terapi konservatif 3) Keluhan utama yang mendorong melakukan pemeriksaan 4) Letaknya mioma uteri yang sedang dihadapinya 5) Komplikasi mioma uteri yang mungkin terjadi 6) Apakah sudah terjadi degenerasi keganasan atau belum (14) Adapun penanganan mioma uteri terbagi menjadi 3 cara, yaitu : 1) Konservatif Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri ini tetap memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera. Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi

gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.

27

Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. 2) Operatif a. Miomektomi Adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.

Miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan

memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar sekitar 30% - 50%. Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan histerektomi. (3) Kerugian miomektomi adalah : Melemahkan dinding uterus / ruptura uteri saat hamil Menyebabkan perlekatan Residif (12)

28

b. Histerektomi Adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominam atau pervaginam. Histerektomi yang dilakukan pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma serviks uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran tehnis dalam mengangkat uterus keseluruhan. (3) 3) Radioterapi Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.(3) Radioterapi selain dilakukan pada wanita yang tidak dapat di operasi, juga dilakukan bila uterus lebih kecil dari umur kehamilan 3 bulan, bukan merupakan jenis mioma submukosa, tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum serta tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause. Jenis-jenis radioterapi tersebut adalah : a. Radium dalam kavum uteri b. X-ray pada ovaria (castrasi) (12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. (15) Melalui metode penelitian deskriptif ini akan diketahui gambaran kejadian mioma uteri berdasarkan umur dan paritas ibu yang terjadi di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011.

3.2

Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya, variabel dibedakan menjadi variabel dependent dan variabel independent. Variabel dependent

29

30

merupakan variabel akibat / efek dan variabel independent merupakan variabel resiko / sebab. (15) Dalam penelitian ini, variabel independentnya adalah karakteristik ibu meliputi umur dan paritas, sedangkan variabel dependentnya yaitu kejadian mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011.

3.3

Kerangka Pemikiran Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. (3) Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita. (2) Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi oleh karena adanya rangsangan estrogen. Pada masa menopause mioma uteri akan mengalami pengecilan. (11) Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause. (13) Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak terjadi pada wanita berumur 35 - 45 tahun ( 25%).

31

Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri ini mempunyai resiko lebih tinggi terjadi pada wanita nulipara atau yang kurang subur bila dibandingkan dengan wanita multipara. (3) Mioma uteri dapat menimbulkan morbiditas yang cukup tinggi melalui keluhan yang ditimbulkan yaitu adanya gangguan perdarahan pervaginam yang abnormal, nyeri pada pinggang, adanya benjolan di perut bawah. (12)

3.4

Kerangka Konsep Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk dari generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain. (15) Adapun kerangka konsep penelitian tentang penelitian gambaran kejadian mioma uteri berdasarkan karakteristik ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 adalah sebagai berikut :

32

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur dan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 Mei 2011

Variabel Independent

Variabel Dependent

Karakteristik Ibu : Umur Paritas Pekerjaan Pendidikan Dll Kejadian mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011Mei 2011

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

3.5

Definisi Operasional Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau definisi operasional variabel. Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain. (15)

33

Untuk lebih jelasnya definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel seperti dibawah ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1. Variabel Umur Definisi Operasional Lamanya sampai dilakukan dan sesuai 2. Paritas Alat Ukur Hasil Ukur 1. 35 tahun Skala Ukur Ordinal

seseorang Dokumentasi pada saat

hidup mulai dari lahir Rekam Medik penelitian usia

dikelompokkan dengan

reproduksi sehat Jumlah persalinan yang Dokumentasi dialami oleh ibu Rekam Medik 1. Nullipara (paritas 0) 2. Primipara (paritas 1) 3. Multipara (paritas 2-5) 4. Grande multipara (paritas >5) Ordinal

3.6

Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (16) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita mioma uteri yang dirawat di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 yaitu sebanyak 39 orang.

34

3.6.2

Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.(16) Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Artinya seluruh pasien penderita mioma uteri yang dirawat di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode

Januari 2011 Mei 2011 yang berjumlah 39 orang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3.7

Jenis dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medik RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011.

3.8

Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data Tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 1) Editing adalah memilih atau menyortir data sedemikan rupa sehingga mempermudah pengolahan selanjutnya.

35

2) Coding adalah mengklasifikasikan data kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi kode atau tanda berbentuk angka pada pada masing-masing jawaban. 3) Processing adalah memindahkan data ke dalam master tabel. 4) Tabulating adalah pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisa. 5) Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. 3.8.2 Analisa Data Analisis univariat adalah analisis data yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran / deskripsi karakteristik masing-masing variabel. Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan dengan melakukan penghitungan persentase untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta untuk mendekripsikan variabel dependent dan variabel independent.

3.9

Langkah-langkah Penelitian 3.9.1 Tahap Persiapan 1) Memilih masalah dan menentukan lahan penelitian 2) Melakukan studi kepustakaan 3) Menyusun usulan penelitian

36

3.9.2 Tahap Pelaksanaan 1) Melakukan izin penelitian 2) Mengumpulkan dan mengolah data 3) Menganalisa data 3.9.3 Tahap Akhir 1) Menarik kesimpulan 2) Menyusun laporan-laporan

3.10 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Ruang Flamboyan RSUD Kabupaten Subang dari bulan Januari 2011 - Mei 2011.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data hasil penelitian dan pembahasan mengenai kejadian mioma uteri berdasarkan karakteristik umur dan paritas ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode

Januari 2011 Mei 2011. Hasil penelitian ini diperoleh dari catatan rekam medik RSUD Subang, kemudian data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari tiap variabel penelitian. 4.1.1 Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 Mei 2011 Umur Penderita Mioma Uteri < 20 tahun 20 35 tahun >35 tahun Total Jumlah 0 11 28 39 Persentase (%) 0 28,2 71,8 100

37

38

Dari data di atas dapat dilihat frekuensi terbanyak penderita mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 dari 39 orang penderita mioma uteri, insidensi terbanyak terjadi pada kelompok umur >35 tahun yaitu sebanyak 28 kasus (71,8%), sedangkan pada kelompok umur < 20 tahun tidak ditemukan kasus mioma uteri dan pada kelompok umur 20-35 tahun terdapat 11 kasus (28,2%).

4.1.2 Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Paritas

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 Mei 2011 Status Paritas Penderita Mioma Uteri Nullipara (P0) Primipara (P1) Multipara (P2-P5) Grandemultipara (P>5) Total Jumlah 11 2 26 0 39 Persentase (%) 28,2 5,1 66,7 0 100

Dari data di atas dapat dilihat frekuensi terbanyak penderita mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 terjadi pada kelompok multipara (P2-P5) yaitu sebanyak 26 kasus (66,7%),

39

pada nullipara terjadi sebanyak 11 kasus (28,2%), pada kelompok primipara terjadi 2 kasus (5,1%) serta tidak ditemukan mioma uteri pada kelompok grandemultipara.

4.2

Pembahasan 4.2.1 Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari Mei 2011 Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche. Sebagian besar ditemukan pada masa reproduksi dan mioma uteri pada masa menopause akan mengalami pengecilan. (11) Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak terjadi pada wanita berumur 35-45 tahun ( 25%). Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. (3) Berdasarkan tabel 4.1 kejadian mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 adalah sebanyak 39 kasus (35,8%) dari 109 kasus ginekologi yang di rawat. Dari 39 kasus tersebut, mioma uteri paling banyak terjadi pada kelompok umur >35 tahun yaitu sebanyak 28 orang (71,8%). Data diatas menunjukkan bahwa kejadian mioma uteri berdasarkan umur ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 sesuai dengan teori yang dikemukakan

40

Manuaba (2010) maupun menurut Wiknjosastro (2008) yang menyatakan bahwa mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum menarche dan kejadian terbanyak terjadi pada usia reproduksi serta berkurang kejadiannya pada usia menopause. Hal ini didasarkan bahwa tidak ditemukan mioma uteri pada kelompok umur 35 tahun yaitu sebanyak 28 kasus (71,8%). Penelitian tentang kejadian mioma uteri di

Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 menunjukkan hasil yakni penderita mioma uteri terjadi paling banyak pada usia reproduksi. Penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Miranti Lestari Ompusunggu sebanyak 39,5%, Muzakir sebanyak 43,24%, Tri Kurniasari sebanyak 61,40% juga penelitian Raih Aniati Dewi sebanyak 81,5%.

4.2.2 Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Paritas di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari Mei 2011 Mioma uteri mempunyai resiko lebih tinggi terjadi pada wanita nullipara atau yang kurang subur bila dibandingkan dengan wanita multipara. (3)

41

Dari 39 kasus mioma uteri yang terjadi di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 sebanyak 11 kasus (28,2%) terjadi pada wanita nullipara (P0), 2 kasus (5,1%) terjadi pada wanita primipara (P1), 26 kasus (66,7%) terjadi pada wanita dengan status multipara (P2-P5) dan tidak ditemukan mioma uteri pada wanita dengan status grandemultipara (>P5). Kejadian mioma uteri yang terjadi di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Wiknjosastro (2008) yang menyebutkan bahwa mioma uteri mempunyai resiko lebih tinggi terjadi pada wanita nullipara dibandingkan wanita multipara. Hal ini karena berdasarkan data yang didapat bahwa mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan status multipara (P2-P5) yaitu sebanyak 26 kasus (66,7%) dibandingkan wanita dengan status nullipara yang hanya 11 kasus (28,2%) ataupun wanita dengan status primipara yang berjumlah 2 kasus (5,1%). Hasil penelitian tentang mioma uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 menunjukkan data bahwa kejadian mioma uteri paling banyak terjadi pada wanita dengan status multipara (P2-P5). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miranti Lestari Ompusunggu yaitu sebanyak 46,1%, Muzakir sebanyak 43,24% serta Raih Anisti Praniti Dewi 46,1% yang menyatakan bahwa mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan status multipara. Tetapi bertolak belakang

42

dengan hasil penelitian Tri Kurniasari sebanyak 24,56% yang menyatakan bahwa kejadian mioma uteri terjadi paling banyak pada wanita nullipara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Kejadian mioma uteri paling banyak terjadi pada kelompok umur >35 tahun yaitu sebanyak 28 kasus (71,8%). 2) Kejadian mioma uteri paling banyak terjadi pada wanita dengan status multipara (P2-P5) yaitu sebanyak 26 kasus (66,7%).

5.2

Saran 5.2.1 Tempat Penelitian Lahan praktek diharapkan dapat mempertahankan serta lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang selama ini telah cukup baik diberikan kepada masyarakat khususnya penderita mioma uteri. 5.2.2 Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dapat lebih memfasilitasi dengan melengkapi sumber-sumber pustaka di perpustakaan sehingga mempermudah mahasiswa dalam melakukan penelitian.

43

44

5.2.3 Peneliti Diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang didapat selama melakukan penelitian serta di masa yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan metode yang lainnya dengan jumlah sample yang lebih besar.

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG LASMI GARTINA GAMBARAN KEJADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS IBU DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011 xii + V BAB + 44 Halaman + 1 Gambar + 1 Bagan + 3 Tabel + 9 Lampiran

ABSTRAK Pendahuluan : Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan pengikat yang menumpanginya. Dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan 4-5 wanita mengidap mioma uteri. Mioma uteri di Indonesia ditemukan sekitar 2,39 11,7% dari seluruh penderita ginekologi yang dirawat. Di RS Arifin Achmad Riau terdapat 52 orang penderita mioma uteri, 79 orang di RSUD Banjarnegara, 114 orang di RSUD Moewardi Surakarta dan kejadian terbanyak di RS Santa Elisabeth Medan yaitu 152 orang. Etiologi belum diketahui secara jelas tetapi disangka estrogen mempunyai peranan yang penting. Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, paling banyak ditemukan pada usia reproduksi dan mengalami pengecilan pada masa menopause. Tujuan : Untuk mengetahui kejadian mioma uteri berdasarkan umur dan paritas ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder yaitu data status penderita mioma uteri melalui catatan rekam medis RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011. Hasil : Jumlah penderita mioma uteri yaitu 39 orang dari 109 penderita ginekologi yang dirawat di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011. Insidensi terbanyak penderita mioma uteri adalah kelompok umur >35 tahun sebanyak 28 kasus (71,8%). Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan status multiparitas (P2-P5) sebanyak 26 kasus (66,7%). Kata Kunci : Mioma Uteri, Umur, Paritas. Kepustakaan : 16 Buku + 1 Website (2004 -2011)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama NIM Judul

: LASMI GARTINA : 009.201.2.426 : GAMBARAN KEJADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011

Telah disetujui untuk diajukan pada sidang Karya Tulis Ilmiah Subang, Agustus 2011

Pembimbing I,

Pembimbing II,

( Wini Nurdiani, AM.Keb., SKM )

( Dr. H. Budi Subiantoro, MKM )

Mengetahui, Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang Direktur,

( Drs. H. Kusnadi Tisnahardja., MBA., MM )

LEMBAR PENGESAHAN

Nama NIM Judul

: LASMI GARTINA : 009.201.2.426

: GAMBARAN KEJADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011

Telah diujikan pada 13 Agustus 2011 di Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang

Penguji I,

Penguji II,

( Fatmawati Karim, SST )

( Nuryati A.Md.Keb., SKM., M.MKes )

Mengetahui, Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang Direktur,

(Drs. H. Kusnadi Tisnahardja., MBA., MM)

RIWAYAT HIDUP

Nama NIM Tempat / Tanggal Lahir Alamat

: Lasmi Gartina : 009.201.2.426 : Subang, 31 Mei 1980 : BTN Ciereng Blok C No. 14 Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang Kabupaten Subang

Pendidikan 1. 2. 3. 4. SDN Kenanga SLTPN Cipunagara SPK Depkes Bandung PPB Muhammaadiyah Cirebon : Tahun 1986 1992 : Tahun 1992 1995 : Tahun 1995 1998 : Tahun 1998 - 1999

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terlimpah kehadirat Allah SWT,

karena

dengan Rahmat dan Karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul GAMBARAN KEJADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011. Penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan, pengarahan

maupun dorongan moril serta materil yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. H. Mulyana, SH., M.Pd., M.HKes., selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana Bandung. 2. Drs. H. Kusnadi Tisnahardja, MBA., M.M., selaku Direktur Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang. 3. Indri Handarini, S.Si.T., M.MKes., selaku Pudir I Akbid Bhakti Nugraha Subang. 4. Nurhati A.Md.Keb., SKM., M.MKes., selaku Pudir III Akbid Bhakti Nugraha Subang. 5. Wini Nurdiani, Am.Keb., SKM., selaku Pembimbing I yang telah bersedia membimbing serta telah banyak memberikan petunjuk dan saran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

v

6.

Dr. H. Budi Subiantoro, MKM, selaku pembimbing II yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktunya serta memberikan ilmu untuk penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7.

Seluruh Staf Dosen, TU, Perpustakaan Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang.

8.

Direktur RSUD Kabupaten Subang yang telah memberikan ijin penelitian bagi penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

9.

Yuyu Sri Rostiawati, SST., selaku Kepala Ruang Flamboyan RSUD Subang yang dengan kasih sayangnya memberikan bimbingan, arahan serta masukannya.

10. Seluruh Staf RSUD Subang yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Kedua orang tua, suami, anakku tercinta serta seluruh keluarga besarku yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil. 12. Seluruh rekan-rekan Kelas E Ekstensi yang telah memberikan semangat dan motivasinya. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik.

Subang, Agustus 2011

Penulis

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR BAGAN ....................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang .................................................................... Rumusan Masalah ............................................................... Tujuan Penelitian ................................................................. 1.3.1 1.3.2 1.4 Tujuan Umum ......................................................... Tujuan Khusus ........................................................

i ii iii iv v vii x xi xii xiii

1 5 5 5 5 6 6 6 6

Manfaat Penelitian ............................................................... 1.4.1 1.4.2 1.4.3 Untuk Peneliti .......................................................... Institusi Pendidikan ................................................. Lahan Praktek ..........................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 Sifat Umum Mioma Uteri ................................................... Etiologi ................................................................................ Patogenesis ........................................................................... Jenis-Jenis Mioma Uteri ...................................................... 7 8 9 10

vii

2.5 2.6 2.7 2.8 2.9

Gejala Klinik Mioma Uteri ................................................. Mioma Uteri dan Kehamilan ............................................... Faktor Predisposisi Mioma Uteri ........................................ Perubahan Sekunder dan Komplikasi pada Mioma Uteri ... Diagnosis .............................................................................

12 14 17 20 23 25

2.10 Penanganan ......................................................................... BAB III Metodologi Penelitian 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Desain Penelitian ................................................................. Variabel Penelitian .............................................................. Kerangka Pemikiran ............................................................ Kerangka Konsep ................................................................ Definisi Operasional ............................................................ Populasi dan Sampel ........................................................... Jenis dan Pengumpulan Data .............................................. Pengolahan dan Analisa Data .............................................. Langkah-langkah Penelitian ................................................

29 29 30 31 32 33 34 34 35 36

3.10 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.2 BAB V Hasil Penelitian .................................................................... Pembahasan ..........................................................................

37 39

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 5.2 Kesimpulan ......................................................................... Saran .................................................................................... 43 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-jenis Mioma Uteri Berdasarkan Letaknya ......................

11

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur dan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 - Mei 2011 .................... 32

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Definisi Operasional ................................................................

33

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 ............................................ 37

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Paritas Ibu di Ruang Flamboyan RSUD Subang periode Januari 2011 Mei 2011 ............................................ 38

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8

Surat Bimbingan KTI Pembimbing I Surat Bimbingan KTI Pembimbing II Surat Pernyataan Kesediaan Pembimbing I Surat Pernyataan Kesediaan Pembimbing II Surat Ijin Penelitian Surat Balasan Ijin Penelitian Lembar Bimbingan KTI Data Pasien Mioma Uteri di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 Mei 2011

Lampiran 9

Data Angka Keadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur Dan Paritas di Ruang Flamboyan RSUD Subang Periode Januari 2011 Mei 2011

xii

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hadibroto BR. Majalah kedokteran nusantara volume 38. No.3. September 2005

2.

Http://medlinux,blogspot.com/2007/09/mioma-uteri.html. Diunduh tanggal 27 Mei 2011, Jam 10.30 WIB

3.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Eds. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP, 2008 ; 338 345.

4.

Ompusunggu Miranti L. Karakteristik penderita mioma uteri rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

5.

Muzakir. Profil penderita mioma uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari 31 Desember 2006.

6.

Kurniasari Tri. Karakteristik mioma uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari 2009 Januari 2010.

7.

Praniti RAD. Profil pasien mioma uteri di RSUD Banjarnegara periode 1 Januari 2009 31 Desember 2010.

8.

RSHS. Laporan seksi rekam medik RSUP Dr. Hasan Sadikin tentang data ranking penyakit rawat inap periode Januari 2009 Desember 2010. Bandung, 2009 2010.

9.

RS II PTPN VIII Subang. Laporan bulanan penyakit ginekologi RS II PTPN VIII Subang periode Januari 2010 Mei 2011. Subang, 2010 - 2011.

10. RSUD Subang. Laporan bulanan dan laporan triwulan register ginekologi ruang flamboyan RSUD Kabupaten Subang. Subang, 2009 2010.

11. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta : EGC, 2010 : 556 557. 12. Sastrawinata RS. Ginekologi edisi 2. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung, 2010 : 154 163. 13. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, Eds. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo edisi keempat. Jakarta : YBPSP, 2010 : 891 -894. 14. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Buku ajar penuntun kuliah ginekologi. Jakarta : TIM, 2010 : 319 344. 15. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. 16. Arikunto S. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. 17. Pinem Saroha. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : TIM, 2009 : 202-204

DATA PASIEN MIOMA UTERI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

MEDREC 17 57 26 18 44 52 17 83 10 18 33 53 55 86 4 79 73 9 18 71 05 18 76 36 18 82 74 18 87 05 18 71 84 18 95 10 18 74 02 15 10 81 19 06 14 19 09 94 19 13 62 18 77 38 19 13 89 19 10 91 10 81 56 19 18 21 19 22 85 19 23 00 19 26 11

UMUR (tahun) 45 59 41 45 23 41 45 43 30 42 42 55 43 30 35 42 43 38 35 40 42 45 56 57 35

PARITAS P2A0 P3A0 P0A0 P2A0 P0A0 P2A0 P2A0 P1A0 P0A0 P0A0 P2A0 P3A0 P2A0 P0A0 P1A0 P0A0 P2A0 P2A0 P2A0 P0A0 P2A0 P2A0 P3A0 P3A0 P2A0

KELUHAN Perd. Abnormal Nyeri Perd. Abnormal Perd. Abnormal Perd. Abnormal Perd. Abnormal Massa Nyeri Perd. Abnormal Nyeri Perd. Abnormal Perd. Abnormal Nyeri Keputihan Nyeri Perd. Abnormal Perd. Abnormal Nyeri Nyeri Nyeri Perd. Abnormal Perd. Abnormal Perd. Abnormal Perd. Abnormal Perd. Abnormal

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

19 27 21 19 49 04 19 57 01 17 59 74 19 60 89 19 59 74 19 71 55 19 77 15 19 42 90 19 24 2 20 34 94 20 21 64 13 67 55 20 34 94

41 49 45 26 46 35 49 28 65 42 47 45 33 49

P0A0 P2A0 P2A0 P0A0 P3A0 P2A0 P3A0 P0A0 P2A0 P2A0 P3A0 P3A0 P0A0 P2A0

Perd. Abnormal Nyeri Perd. Abnormal Nyeri Perd. Abnormal Perd. Abnominal Perd. Abdominal Nyeri Keputihan Nyeri Massa Nyeri Nyeri Perd. Abnormal

DATA ANGKA KEADIAN MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUBANG PERIODE JANUARI 2011 MEI 2011 UMUR NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 35 P0 PARITAS P1 P2-P5 P>5 KETERANGAN

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39