kti anemia
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia atau orang awam sering menyebutnya Kurang Darah (KD)
biasanya dihubungkan dengan ciri kondisi tubuh 5 L (lemah, letih, lesu,
lunglai, dan lelah). Kondisi itu terjadi akibat berkurangnya mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi, sehingga terjadi kekurangan
kandungan zat besi di dalam darah. Anemia tidak hanya menyerang orang
dewasa tapi anak-anak pun bisa terserang. Sekitar 100 jiwa atau 1 diantara 2
penduduk Indonesia menderita anemia.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang
menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan
lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab hasil
dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia defisiensi besi
(ADB) terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 5-11 tahun.
Ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr
Soedjatmiko, SpA (K) mengungkapkan, anemia di Indonesia tahun 2000
adalah 8,1 juta anak balita (40,5 persen), 17,5 juta anak usia sekolah (47,2
persen), 6,3 juta remaja putri (57,1 persen), 13 juta wanita usia subur (39,5
persen), 6,3 juta ibu hamil (57,1 persen). (http://www.Gayul's Blog.htm.
Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang anak-anak. Hot Topic
Friday, 25 May 2007 )
1
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
masa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memnuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadara hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell
count). Tetapi yang paling lazim di pakai adalah kadar hemoglobin, kemudian
hematokrit. Harus diingat bahwa terdapt keadaan keadaan tertentu dimana
ketiga parameter itu tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perarahan akut dan kehamilan . permasalahan yang timbul adalah
berapa kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah di
anggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat berpariasi tergantung
pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis
tertentu seperti misalnya kehamilan.
Berdasarkan data prevalensi penderita anemia yang diperoleh dan
catatan rekam medik yang ada di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB,
berdasarkan data dua tahun terakhir, khususnya pada kasus anemia, dalam
periode tahun 2008 jumlah penderita yang dirawat ada 64 orang dengan
pembagian; 31 orang (48,43%) laki-laki, dan 33 orang (51,56%) perempuan.
Sedangkan data tahun 2009 menunjukkan penderita sebanyak 111 orang
dengan pembagian 55 orang (49,54%) laki-laki dan 56 orang (50,45%)
perempuan.
2
Ditinjau dari banyaknya kasus anemia yang terjadi, maka perlu
diterapkan Asuhan Keperawatan untuk mempertahankan keadaan kesehatan
klien yang optimal.
Melihat kenyataan yang ditemukan dalam lahan praktek, penulis
tertarik mengambil judul proposal karya tulis ilmiah tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI “PADA KASUS ANEMIA DI RUANG DAHLIA KELAS
III RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB. Sehingga nantinya mampu
melaksanakan asuhan keperawatan secara baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
”Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan
Sistem Hematologi pada kasus Anemia di Ruang Dahlia kelas III Rumah
Sakit Umum Provinsi NTB”.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi pada kasus Anemia secara baik
dan benar dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode
pemecahan masalah.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Anak dengan
Gangguan Sistem Hematologi pada kasus Anemia, maka penulis
mampu :
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada anak dengan kasus anemia.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan kasus
anemia.
1.3.2.3 Membuat perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan
kasus anemia.
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus
anemia.
1.3.2.5 Mengevaluasi hasil dan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada anak dengan kasus anemia.
1.3.2.6 Bagaimana melakukan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
yang baik dan benar pada anak dengan kasus anemia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.5.1. Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
dan mengembangkan ilmu keperawatan.
1.5.2. Pelayanan Keperawatan
Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
4
1.5.3. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam
upaya meningkatkan perilaku sehat yang bertanggung jawab bagi
masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan melalui
informasi yang didapat dari studi kasus.
1.5.4. Penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman nyata bagi peneliti,
menambah pengetahuan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari pendidikan khususnya pada kasus anemia.
1.5.5. Dinas Kesehatan
Memberikan masukan kepada instansi terkait bagaimana
keadaan dan kejadian anemia
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah)
dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah.
Hampir semua gangguan pada system peredaran darah di sertai dengan
anemi yang di tandai warna kepucatan pada tubuh, terutama
ekstrimitas. (DR.Nursalam, M.Nurs(Hons), dkk ; 2005; 124).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
didapatkan (packed red cell volume) dalam 100 ml darah. (Ngastyah,
2005 : 328)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 2000).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah. (Price, 2006 : 256).
6
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan
sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia, adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau
sel darah merah dalam darah sangatlah rendah.
2.1.2. Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Sel Darah Merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan
cairan bikonkaf, yang berarti bagian tengahnya lebih tipis
dari pada bagian tepinya. Jumlah sel darah merah berkisar
antara 4,5 - 6 juta per mm3 darah (millimeter kubik
sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitungan sel darah
merah pada laki-laki sering kali berada di ujung atas
kisaran ini, sedangkan pada wanita sering kali beraa di
ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah
sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini
dilakukan dengan cara memasukkan darah ke dalam
tabung kapiler kemudian mensenterifungsikannya
sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu
persentase sel darah dan plasma dapat di temukan. Karena
sel darah merah adalah sel darah yang paling banyak,
total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%-48%.
7
Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian
pemeriksaan darah lengkap.
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin
(Hb), yang memberi kemampuan kepada sel darah merah
untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah
mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang
masing-masing mengikat oksigen dan membentuk
oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik , hemoglobin akan
memberikan sebagian besar oksigennya dan hemoglobin
menjadi berkurang . penentuan kadar hemoglobin juga
termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total, kisaran
normalny sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat
diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah
mineral besi, terdapat empat atom besi pada setiap
molekul hgemoglobin . sebenarnya atom besilah yang
mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwarna
merah. (Valerie C. Scanlon, 2006 : 230).
8
Gambar sel darah merah
Gambar Sel darah pada anemia
Nilai normal sel darah
Jenis sel darahUsia
Bayi baru lahir
1 tahun 5 tahun 8-12 tahun
Eritrosit (juta/mikrolt)
5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)
Hb (gr/dl) 19 (14-24) 12 (11-15) 13,5 (12,5-15) 14 (13-15,5)
Leukosit (per mikro lt)
17.000 (8-38) 10.000 (5-15) 800 (5-13) 800 (5-12)
Trombosit (per mikro)
200.000 260.000 260.000 260.000
Hematokrit (%) 54 36 38 40
Sumber : Essetiatials Of Pediatrics Nursing, Wong (2000).
9
2.1.2.2. Zat Besi
Zat besi bersama dengan protein (globin) dan
protoporifirin mempunyai peranan yang penting dalam
pembentukan hemoglobin. Selain itu juga besi terdapat
dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme
oksidatif, sintesis DNA, neurotransmiter, dan proses
katabolisme. Kekurangan besi akan di memberikan
dampak yang merugikan terhadap system pencernaan,
susunan saraf pusat, kardiovaskular, imunitas dan
perubahan tingkat seluler.
Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh di
pengaruhi oleh jumlah besi dalam makanan,
bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh
mukos usus. Di dalam tubuh orang dewasa mengandung
zat besi sekitar 55mg/kgBB atau sekitar 4 gram, lebih
kurang 67% zat besi tersebut dalam bentuk hemoglobin,
30% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau
hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya
sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim.
Bayi baru lahir (BBL) daklam tubuhnya mengandung besi
sekitar 0,5 gram.
10
Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang
pertama adalah penyerapan dalam bentuk non heme
(sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya harus
diubah dahulu menjadi bentuk yang di serap, sedangkan
bentuk yang ke duua adalah bentuk heme (sekitar 10%
berasal dari makanan) besinya dapat langsung di serap
tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam
lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.
(H. Bmbang Permono. 2006 : 31)
Secara normal , tubuh hanya memerlukan Fe dalam
jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, eksresi besi juga
sangat sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam
makanan dapat mengakibatkan hemosiderosit (pigmen Fe
yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan
hemokromatosis ( timbunan Fe yang berlebihan dalam
jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe
meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga dalam
keadaan infeksi.
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb,
sehingga pembentukan eritrosit mengalami penurunan.
Disamping itu, tiap eritrosit akan mengandung Hb dalam
jumlah yang lebih sedikt. Akibatnya, bentuk selnya
menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil),
11
karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang
lebih sedikit. (DR.Nursalam, M.Nurs(Hons), dkk ; 2005;
125).
2.1.2.3. Asam Folat
Asam folat adalah zat yang berhubungan dengan
unsur makanan yang sangat penting bagi tubuh . Peran
utama asam folat ialah dalam metabolisme intra seluler .
Asam folat merupakan bahan esensial untuk sitesis DNA
dan RNA, yang penting sekali yntuk metabolisme inti
sel.DNA digunakan untuk mitosis sedangkan RNA
digunakan untuk pematangan sel. Jadi bila terdapat
kekurangan asam folat, banyak sel yang akan antri untuk
memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak
eritropoesis meningkat sampai 3 kali normal..
Defisiensi folat merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada penyakit usus halus karena penyakit
tersebut dapat mengganggu absorbsi folat dari makanan
dan resirkulasi folat lewat siklus entrohepatik. Pada
alkoholisme akut atau kronik, asufan folat dalam
makanann akan terhambat , dan siklus entrohepatik akan
terganggu oleh efek toksik dari alkohol pada sel-sel
parenkim hati , hal ini menjadi penyebab utama dari
12
defisiensi folat yang menimbulkan eritropoiesis
megaloblastik. (Aru w. Sudoyo, dkk,2006, 643)
2.1.3. Etiologi
Etiologi anemia dapat di kelompokkan sebagai berikut:
1 Gangguan produksi eritrosit yang dapat
terjadi karena:
a. Perubahan sintesis Hb yang dapat menimbulkan anemi
deefisiensi Fe, Thalasemia, dan anemia infeksi kronik.
b. Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient yang
dapat menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam
folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu, sseehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia
d. Infiltrasi susum tulang, misalnya karena karsinoma
2 Kehilangan darah.
a. Akut karena perdarahan atau
trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau
menorhagia.
3 Meningkatnya pemecahan
eritrosit(hemolisis). Hemolisis dapat tterjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit).
13
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat
merusak eritrosit, misalnya, ureum pada darah karena
ganggguan ginjal atau pengguanaan obat acetosal.
4 Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak
ada. Bahan baku yang di maksud adalah protein, asam folat,
vitamin B12, dan mineral Fe.(DR.Nursalam, M.Nurs(Hons),
dkk ; 2005; 124).
2.1.4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
susm-sum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya, berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab-penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut
terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang
tidak dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor di luar sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,yang terbentuk
dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera di refleksikan
14
dengan peningkatan bilirubin plasma. (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang :kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera ).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
Dallam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglonemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya ( misalnya, apabila lebih dari sekitar 100
mg/dl), hemoglobin akan terdisfusi dalam gromerulus ginjal dan
ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya
hemolobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada paasien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
(Brunner & Suddarthat,2002, 935).
2.1.5 Klasifikiasi Anemia
2.1.5.1. Klasifikasi anemia menurut etiofatogenesis (Aru w.
Sudoyo, dkk,2006, 623)
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit
dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
15
a). Anemia defisiensi besi
b). Anemia defisiensi asam folat
c). Anemia defiseensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilasi) bes
a). Anemia akibat penyakit kronik
b). Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sum-sum tulang
a). Anemia aplastik
b). Anemia mieloplastik
c). Anemia pada keganasan hematologi
d). Anemia diseritrofoetik
e). Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia
pada ginjal kronik.
b. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan
2. Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intra korpuskular
a). Gangguan memberan eritrosit
(membranopati)
b). Gangguan ensim eritrosit (enzimopati) :
anemia akibat defisiensi G6PD
16
c). Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
1) Thalasemia
2) Hemoglobinopati struktural :Hbs, Hbe,
dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
a). Anemia hemolitik auto imun
b). Anemia hemolitik mikroangiopatik
c). Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak di ketahui atau
dengan patogenesis yang kompleks.
Klasifikasi etiologi bila digabungkan akan sangat
menolong dalam mengetahui penyebab suatu anemia
berdasarkan jenis morfologi anemia.
2.1.5.2. Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi dan
etiologi (Aru w. Sudoyo, dkk,2006, 623)
a. Anemia hipokromik mikrositer
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalasemia major
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
b. Anemai normokromik
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia aplastik
17
3. Anemia hemolitik didapat
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia pada gagal ginjal kronik
6. Anemia pada sindrom mielodisplastik
7. Anemia pada keganasan hematologik
c. Anemia makrositer
1. Bentuk megaloblastik
a). Anemia defisiensi asam folat
b). Anemia defisiensi
B12, termasuk anemia pernisiosa
2. Bentuk non-megaloblastik
a). Anemia pada penyakit
hati kronik
b). Anemia pada
hipotirodisme
c). Anemai pada sindrom
mielodisplastik
2.1.5.3. Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia
dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan kurangnya besi yang di perlukan untuk
18
sintesis hemoglobin. (H.Bmbang Permono. 2006:
30)
Anemia defisiensi besi adalah keadaan
diman kandungan besi tubuh total turun di bawah
tingkat normal . (besi di perlukan untuk sintesa
hemoglobin). Merupakan anemia yang paling sering
pada semua kelompok umur. (Brunner & Suddarth,
2002, 941)
2. Anemia Megaloblastik
Anemia Megaloblastik merupakan anemia
yang terjadi karena kekurangan asam folat, disebut
juga dengan anemia anemia defesiensi asam folat.
Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis
DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme inti
sel. DNA di perlukan untuk sintesis, sedangkan RNA
untk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah
anemi mega loblastik tergolong dalam anemi
makrositik, seperti pada anemia pernisidosa.
Anemia megaloblastik adalah anemia
makrositik yang di tandai dengan adanya peningkatan
ukuran sel darah merah yang di sebabkan oleh
abnormalitas hematopoesis dengan karakteristik
dismaturasi nucleus dan sitoplasma sel myeloid dan
19
eritroid sebagai akibat gangguan sintesis DNA. (H.
Bmbang Permono. 2006 : 44)
3. Anemia Pernisiosa
Merupakan anemia yang terjadi karena
kekurangan vitamin B12. anemi pernisosa ini
tergolong anemia megaloblastik karena mentuk sel
darah yang hampir sama dengan anemia defisiensi
asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi
makrositk normokromik, yaitu ukuran sel darah
merah yang besar dengan bentuk abnormal tetap
kadar Hb normal. (DR. Nursalam, M. Nurs (Hons),
2005 : 126).
4. Anemia Pascaperdarahan
Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang
massif (perdarahn terus menerus dan dalam jumlah
banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan hebat yang terjadi
secara mendadak maupun menahun, berdasarkan
bentuk sel darah berbentuk normal tetapi rusak/habis.
Akibat kehilangan darah yang mendadak,
maka akan terjadi reflek cardiovacular yang fisiologis
berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah
ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran
20
darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan
darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan
dengan kehilangan darah dalam waktu lama. (DR.
Nursalam, M. Nurs (Hons), 2005 : 126).
5. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah gangguan akibat
kegagalan sum-sum tulang yang menyebabkan
penipisan semua sum-sum. Produksi sel-sel darah
menurun terhenti. Timbul pansitonia dan hipo
selularitas sum-sum. Manifestasi gejala tergantung
beratnya trombositopenia (gejala perdarahan),
neutropenia(infeksi bakteri, demam), dan anemia
(pucat lelah, gagal jantung kongestif, takikardi).
Anemis berat ditandai dengan jumlah granulosit yang
kurang dar 500/mm3, jumlah trombosit kurang dari
20.000/mm3, dan jumlah retikulosit kurang dari 1.
anemia aplastik ada yang didapat atau ddi turunkan,.
Bentuk anemia yang didapat disebabkan oleh obat
(kloramfenikol), bahan kimia(benzene), radiasi, atau
infeksi virus (hepatitis Epstren Bar) dan kadang-
21
kadang berhubungan dengan hemohlobinuri, nokturin.
(Cecily L. Betz &Linda A. Sowden, 2002:9)
6. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik ialah anemia yang
disebabkan karena terjadinnya penghancuran sel
darah merah dalam pembuluh darah ssehingga umur
eritrosit pendek. Umur eritrosit ialah 100-120 hari.
(Ngastyah, 2005 : 328)
Anemia hemolitik merupakan anemia yng
terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/
premature. Secara normal, eritrosit berumur antara
100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit tyang
berlebihan akan memengaruhi fungsi hepar, sehingga
adanya kemungkinan terjadi peningkatab
bilirubin.selain itu, sumsum tulang dapat membentuk
6-8 kali lebih banyak system eritropoetik daripada
biasanya, sehingga banyak di jumpai eritrosit dan
retikulosit pada darah tepi. Berdasarkan bentuk sel
darahnya anemia hemolitik termasuk dalam
aneminormositik normokromik. Kekurangan bahan
pembentukan sel darah, seperti vitamin, protein atau
adanya injeksi dapat menyebabkan
22
ketidakseimbangan ntara penghancuran dan
pembentukan system eritropoetik.
7. Anemia Sickle Cell
Merupakan anemi yang terjadi karena sintesis
Hb abnormal dan mudah rusak, serta merupakan
penyakit keturunan (hereditary hemoglobinopathi).
Anemia sickle cell ini menyerupai anemia
hemolitik.. (Nursalam 2005 : 127).
2.1.6 . Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien
anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat
dingin,hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996).
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan
fungsi dari berbagai system dalam tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang di
manefestasikan dalam perubahan prilaku, anorexia (badan
kurus, kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering terjadi juga abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi efitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bias dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sclera (warna pucat pada bagian kelopak
23
mata bawah). Anemia bias menyebabkan kelelahaan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung. ( Sjaifoellah, 1998 ).
2.1.7. Komplikasi
Anemia juga menyebabka daya tahan tubuh mengurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Gampang batuk pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran nafas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil
dengan anemia, jika lambat ditanngani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan beresiko bagi janin. Setelah bayi
lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh temasuk otak. (Sjaifollah,
1998).
2.1.8. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit
menurun.
b. Jumlah eritrosit menurun : menurun berat (aplastik), MCV
(Volume Corpuscular Merata) dan MCH ( hemoglobin
24
Corpuscular Merata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik, peningkatan pansitopenia (aplastik).
c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal: menurun, meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis)
d. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan
bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,
Misal: peningkatan sel darah merah, atau penyakit malignasi.
f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan
diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah
merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun
h. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal
atau tinggi (hemolitik).
i. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
j. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
k. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorspsi.
25
l. Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik).
m. TBC serum : meningkat
n. Feritin serum : meningkat
o. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
p. LDH serum : menurun
q. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine.
r. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan
isi gaster, menunjukkan pendarahan akut/kronis.
s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH
dan tak adanya asan hidroklorik bebas.
t. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksasaan/biopsy : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk,
membentuk, membedakan tipe anemia, misal peningkatan
megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik :
memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 2000).
2.1.9. Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1. Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi
26
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan
sel darah merah
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas
yang membutuhkan oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran
hijau.
2.1.9.2. Pengobatan
Untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya:
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makarnan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur, dan sayur.
Pemberian prefarat Fe.
Pessosulfat 3x200 mg/hari/oral sehabis makan
Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan
dan syok dengan pemberian cairan dan transfuse
darah.
27
WOC : Web Of Caution
28
Pertumbuhan cepat
Penyakit Perdarahan
Gangguan system pencernaan
Tidak cukup mengandung Fe
Kebutuhan Fe meningkat
Gangguan penyerapan Fe
Konstipasi /diare
Tubuh kekurangan Fe
Kadar O2 dalam sel menurun
Konsentrasi sel darah merah
menurun
Resiko terjadinya kerusakan integumen
Tubuh kekurangan O2
Gangguan sirkulasi
Intoleransi aktifitas
Pembuatan Hb terganggu
Perubahan perfusi jaringan
Perubahnn nutrsi
Resiko tinggi infeksi
Makanan
(kombinasi : Alimul, A, 2006. Doenges, 2000. Brunner & Suddarth, 2002.)
2.2. Konsep Tumbuh Kembang
2.2.1. Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar
sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan
mensintesis protein –protein baru, menghasilkan penambahan jumlah
dan berat secara keseluruhan atau sebagian. (Hidayat A, 2005).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambahnya jumlah sel. (Nursalam, 2005).
1 Berat badan
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir
akan kembali pada hari ke 10, berat badan akan menjadi 2 kali
berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali
berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali berat badan
pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan
29
rata-rata 2 Kg/tahun dengan rata-rata kenaikan berat badan 3-3,5
Kg/tahun.
2 Berat badan dalam rumus :
3 – 12 bulan
1 – 6 tahun umur (bulan) x 2 + 8
6 – 12 tahun
3 Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50 cm. Perkiraan tinggi badan
dalam sentimeter:
Lahir : 50 cm
Umur 1 thn : 75 cm
Umur 2-12 thn : Umur (tahun) x 6 ± 77
4 Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 3 cm dan
besarnya lingkaran kepala ini lebih besar dan lingkar dada. Pada
anak umur 6 bulan lingkaran kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1
tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi
petambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm
atau sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai
dewasa terjadi pada 6 bulan petama kehidupan.
5 Gigi
30
Gigi petama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1
tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu, selama tahun
kedua gigi tumbuh lagi menjadi 8 sehingga seluruhnya sektar 14-
16 gigi, dan pada umur 2,5 tahun sudah terdapat gigi susu.
6 Jaringan lemak
Selain otot-otot jaringan lemak juga menentukan ukuran
dan bentuk tubuh seseorang, pertumbuhan jumlah sel lemak
meningkat pada trimester III kehamilan sampai pertengahan masa
bayi, pertumbuhan jaringan lemak melambat sampai anak berumar
6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing. Jaringan lemak akan
betambah lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dan anak laki-
taki umur 10 tahun sampai menjelang awal pubertas.
7 Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri.
Secara umur terdapat pola pertumbuhan organ yaitu:
Pola umur (general pattern) yaitu meliputi tulang panjang, oto
skelet, sistim pencernaan. Pernafasan peredaran darah dan volume
darah.
a) Pola neveral (brain dan head patern). Perkembangan otak
bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya, mata dan
telinga berlangsung lebih dini.
b) Pola Lompoid (limpoid pattern) agak berbeda dari bagian
tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum sebelum
31
adolesensi kemudian menurun sehingga mencapai ukuran
dewasa.
c) Pola Gental (Reproductive pattern). Pada anak perempuan
tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan
payudara stadium yaitu terdiri dari penonjolan puting susu
disertai pembesaran aerola mamae sekitar umur 8 - 12 tahun,
haid pertama (menarche) sangat bervariasi pada umur masing-
masing individu yang mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-
15,5 tahun.
2.2.2. Perkembangan setelah lahir
Perkembangan (development) adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran
(learning). (Wong : 2000).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.
(Markum: 2001).
Adapun skema praktis perkembangan mental anak balita yang
disebut skla yaumil mimi:
1. Dari lahir sampai 3 bulan.
32
Belajar mengangkat kepala, belajar mengikuti obyek
dengan matanya, melihat ke muka orang dengan tersenyum,
bereaksi terhadap suara, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman. pendengaran dan kontak, menahan barang yang
dipegangnya, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
2. Dari 3-6 bulan
Mengangkat kepala 900 dan mengangkat dada dengan
bertopang tangan mulai belajar meraih benda-benda yang ada
dalam jangkauannya/diluar jangkauannya, menaruh benda-benda di
mulutnya, berusaha memperluas lapang pandang, tertawa dan
menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai berusaha
mencari benda-benda yang hilang.
3. Dari 6-9 bulan,
Dapat duduk tanpa bantuan, dapat tengkurap dengan
berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda/mendekati
seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lain, memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
bergembira dengan melempar benda-benda, mengeluarkan kata-
kata tanpa arti, mengenal muka anggota keluarga dan takut kepada
orang asing/orang lain, mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk
tangan dan sembunyi-sembunyian.
4. Dari 9-12 bulan.
33
Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, dapat berjalan dengan
dituntun, menirukan suara, mengulangi bunyi yang didengarnya
belajar mengatakan satu atau dua kata, mengerti perintah
sederhana, memperlihatkan minat yang besar dalam
mengeksplorasi sekitarnya, memasukkan benda ke dalam
mulutnya, berpartisipasi dalam permainan.
5. Dan 12 - 18 bulan
Berjalan dengan mengeksplorasi rumah serta sekitarnya
menyusun 2/3 kotak, dapat mengatakan 5 -10 kata,
memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.
6. Dari 18-24 bulan
Naik turun tangga. menyusun enam kotak, menunjukkan
mata dan hidungnya, menyusun dua kata, belajar makan sendiri,
menggambar garis di kertas atau pasir, mulai belajar mengontrol
buang air besar dan buang air kecil/kencing, menaruh minat kepada
apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar,
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan
mereka.
7. Dari 2-3 tahun.
Belajar loncat memanjat melompat dengan satu kaki,
membuat jembatan dengan 3 kotak. mampu menyusun kalimat,
mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya, menggambar lingkungan, bermain bersama
34
dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
lingkungannya.
8. Dan 3-4 tahun
Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga. berjalan pada
jari kaki, belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri,
menggambar garis silang, menggambar orang hanya kepala dan
badan, mengenal 2/3 warna, bicara dengan baik, menyebut
namanya, jenis kelamin dan umur, banyak bentanya, bertanya
bagaimana anak dilahirkan, mengenal sisi atas sisi bawah, muka
dan belakang, mendengarkan cerita-cerita, bermain dengan anak
lain, menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya,
melaksanakan tugas-tugas sederhana.
9. Dari 4-5 tahun.
Melompat dan menari, menggambar orang berdiri dari
kepala, lengan, badan, menggambar segi tiga dan segi empat,
pandai bicara, dapat menghitung jari-jarinya, dapat menyebut hari-
hari dalam seminggu, mendengar dan mengulang hal-hal penting
dalam cerita, minat kepada kata baru dan artinya, memperkirakan
bentuk dan besarnya benda, menaruh minat kepada aktivitas orang
dewasa.
10. Pendidikan dan stimulasi yang penlu diberikan
a) Akademik sederhana: pengenalan ruangan bentuk, warna,
persiapan berhitung.
35
b) Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan
masyarakat.
c) Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan
memperkaya pengalaman.
d) Menyanyi, mengambar.
e) Bahasa:bercakap-cakap, membaca. bercerita.mengungkapkan
syair sederhana.
f) Melatih daya ingat dengan berjualan, menyampaikan carita.
g) Membuat permainan dari kertas.
h) Bermain musik.
i) Mengenal tugas, larangan-larangan.
j) Aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri.
(Doenges,2000).
Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak.
1. Tumbuh kembang infant/bayi , umur 0-12 bulan.
a. Umur 1 bulan
a). Fisik
Berat badan akan meningkat 150-250 gr/mg. Tb meningkat
2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 125 cm/bulan.
Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai
bayi umur 6 bulan.
b). Motorik
36
Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan
bantuan oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala
menoleh kekiri atau ke kanan , reflek menghisap, mencium,
menggenggam, dan sudah mulai positof
c). Sensorik
Mata mengikuti sinar ke tengah.
d). Sosialisasi
Bayi sudah mulai tersenyum pada orang di sekitarnya.
b. Umur 2-3 bulan
a). Fisik
Fontanel posterior sudah menutup
b). Motorik
Mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya
sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut.
c). Sensorik
Sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, mulai
mendengarkan suara yang didengarnya.
d). Sosialisasi
Mulai tertawa pada seseorang, senag jika tertawa keras,
menangis sudah mulai berkurang.
c. Umur 4-5 bulan
a). Fisik
Berat badan menjadi dua kali dari BB lahir
37
b). Motorik
Jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan punggung
sudah mulai tegak
c). Sensorik
Sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada
didekatnya akomodasi mata positif
d). Sosialisasi
Senang bisa berintraksi dengan orang lain walaupun tidak
pernah dilihatnya.
d. Usia 6-7 bulan
a). Fisik
Berat badan meningkat 90-180 gr/minggu, Tinggi badan
meningkat 1,25 cm/bulan.
b). Motorik
Bayi sudah dapat membalikkan badan sendiri
c). Sosialisasi
Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya.
e. Umur 8-9 bulan
a). Fisik
Sudah bisa duduk sendiri
b). Motorik
38
Bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada
disekitarnya.
c). Sosialisasi
Bayi mengalami Stranger anketi/ meraskan cemas
terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing)
2. Tumbuh kembang Toddler ( umur 1-3 tahun)
a. Umur 15 bulan
a). Motorik kasar
Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
b). Motorik halus
Sudah bisa memegang cangkir
b. Umur 18 bulan
c). Motorik kasar
Mulai berlari tetapi masih sring jatuh
d). Motorik halus
Sudah bisa makan sendir dengan menggunakan sendok.
c. Umur 24 bulan
a). Motorik kasar
Berlari sudah baik
b). Motorik halus
Sudah bisa membuka pintu
d. Umur 36 bulan
a). Motorik kasar
39
Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan
b). Motorik halus
Bisa menggambar lingkaran
3. Tumbuh kembang Pra sekolah
a. Usia 4 tahun
a). Motorik kasar
Berjalan berjinjit, melonpat, melompat dengan satu kakai.
b). Motorik halus
Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar.
b. Usia 5 tahun
a). Motorik kasar
Berjalan mundur sambil berjinjit
b). Motorik halus
Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf.
4. Tumbuh kembang sekolah
a. Motorik
Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot-
otot halus.
b. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cencerung
pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman.
40
c. Pertumbuhan fisik
Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun tinggi badan
meningkat 6-7 cm/tahun.
5. Tumbuh kembang remaja (adolescent)
a. Pertumbuhan fisik
Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi
badan 25%, berat badan 50%, semua sistem tubuh berubah
dan yang paling banyak perubahan adalah sistem endokrin.
b. Sosial emosional
Kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan
teman akan tetapi lebih penting dengan teman yang sejenis.
2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan
secara keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan
data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, yang
meliputi:
2.2.1.1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik,
diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2.2.1.2. Keluhan Utama
41
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang
akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali,
Biasanya pada kasus Anemia, klien datang ke rumah sakit
dengan keluhan utamanya seperti pucat, lemah, cepat lelah,
keringat dingin,hypotensi, palpitasi.
2.2.1.3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai
dari akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai
urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul
seperti pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin,hypotensi,
palpitasi.
2.2.1.4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis
tentang penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan,
sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang
dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua
penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan
sedemikian mungkin dicatat menurut urutan waktu.
2.2.1.5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit
keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan
42
keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota
keluarga, pada klien dengan Anemia ditanyakan apakah ada
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta
upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.
2.2.1.6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut
Virginia Handerson
1) Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi
pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping
hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien dengan
Anemia biasanya terjadi nafas pendek dan cepat sebagai
kompensai dari kekurangan oksigen..
2) Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet
khusus, suplement yang dikonsumsi, instruksi diet
sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan
yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan
menelan, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya
masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan Anemia
mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi. Klien mengalami penurunan nafsu
makan, klien sering mual dan muntah sehingga klien
43
menjadi sedikit makan. Dan terjadi kesalahan pola makan
sehingga asupan tidak mencukupi, misalnya, terlambat
memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan.
3) Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diare,
inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,
nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan
Anemia mengalami gangguan dalam BAB dan BAK
karena riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen,
sindrom malabsorpsi. Hematemesis, feses dengan darah
segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
4) Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Klien dengan anemia akan mengalami gangguan
gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena
kelemahan otot, keletihan, kelemahan, malaise umum dan
adanya napas pendek.
5) Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,
merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya
44
terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien
dengan Anemia, kien biasanya mengalami kesulitan
dalam istirahat dan tidurnya karena napas pendek dan
keletihan.
6) Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakain.
7) Mempertahankan temperatur tubuh dan
sirkulasi
Pada klien dengan Anemia terjadi gangguan dalam
hal temperatur atau sirkulasi, sebagai akibat dari
kekurangan leukosit dari jaringan iskemik (jaringan yang
mati akibat kekurangan oksigen).
8) Hygiene
Pada klien dengan Anemia tidak terjadi gangguan
dalam hal perawatan hygienenya.
9) Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan
rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat
klien melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan
keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa
aman dan terlindungi oleh keluarganya.
10) Status sosial
45
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga,
tetangga maupun orang lain, serta begaimana klien
berinteraksi dengan lingkungannya.
11) Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat
klien masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak
mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang
dianut klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang
dianutnya atau terganggu karena penyakit yang dialami.
12) Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena
pada klien Anemia aktivitasnya terganggu karena
kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah
memburuk.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu
diperhatikan adalah hal-hal apa saja yang membuat klien
merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi
46
kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat
yang cukup, pada klien dengan Anemia tidak dapat
memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena dalam
kondisi lemah.
14) Kebutuhan Bekerja
Anak dengan Anemia mengalami gangguan dalam
bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,
disertai dengan komplikasi.
(kombinasi: Alimul, A. 2004. Doenges, Marillyn, 2000).
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah
aktual dan resiko tinggi. Difinisi kerja diagnosa keperawatan yang
terbaru yang dikembangkan oleh north american nursing diagnosis
association(NANDA):2002.
Berikut diagnosa kepearawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan anemia :
1 Perubahn perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
47
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder ((penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulost (respons inflamasi tertekan))
5 Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
6 Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7 Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang dialami klien
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.
Intervensi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 2000)
adalah :
1 Perubahn perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan
48
Kriteria hasil :
Menunjukkan perfusi adekuat misalnya, tanda vital stabil; membran
mukosa berwarna merah mudah, pengisian kapiler baik, hluaran urin
adekuat; mental seperti biasa.
Intervensi :
a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau
membran mukosa, dasar kuku
Rasional :
Memberikan informasi tentang drajat/keadekuatn perfusi jaringan
dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Rasional :
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenisasi
untuk kebutuhan seluler.
c. Awasi upaya pernafasan ;auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi
adventisius
Rasional :
Dispnea, gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
Rasional :
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko
infark.
49
e. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah tersingguang, agitasi,
gangguan memori, bingung.
Rasional :
Dapat mengidentifikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia
atau defisiensi vitamin B12.
f. Orientasi/orientasikan ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal
aktifitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien
berpikir, komunikasi dan aktifitas.
Rasional
Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan
melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.
g. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
hangat sesuai indikasi.
Rasional
Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
Kenyamanan pasien/kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus
vasodilatasi (penurunan perfusi organ).
h. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas.
Ukur suhu air mandi dengan termometer.
Rasional :
Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
50
i. Awasi pemeriksaan laboratorium, mis.. Hb/Ht dan jumlah SDM,
GDA
Rasional :
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon
terhadap terapi. .
j. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi.
Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
Rasional :
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen: memperbaiki
defisiensi untuk untuk menurunkan resiko perdarahan.
k. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional :
Memaksimalkan transpor oksigen kejaringan.
l. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
Rasional :
Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum
tulang/anemia aplastik.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/ meningkatkan ambulasi/aktivitas
Kriteria Hasil :
51
a. melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari)
b. Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal,
catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan
tugas
Rasional :
Mempengaruhi pilihan interpensi/bantuan
b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot
Rasional :
Menunjukkkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c. Awasi TD, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.
Catat respon terhadap tingkat aktifitas (mis..peningkatan
denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan
sebagainya}.
Rasional :
Manivestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
52
d. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan
gangguan berulang tindakan yang tak trencanakan.
Rasional :
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Ubah posisi pasien dengan berlahan dan pantau terhadap
pusing.
Rasional :
Hipotensi postural atau hipoksia serepral dapat menyebabkan
pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
f. Perioritaskan jadwal asuhahan keperawatan untuk
meningkatkan istirahat. Pilih priode istirahat dengan priode
aktifitas.
Rasional :
Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan
pada sistem jantung dan pernapasan.
g. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak
mungkin.
Rasional
Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
53
h. Rencanakan kemajuan aktifitas dengan pasien, termasuk
aktifitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat
aktifitas sesuai toleransi.
Rasional :
Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal
dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelelahan,
meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
i. Gunakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan
duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
Rasional :
Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
j. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktifitas bila palpitasi,
nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
Rasional
Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat
dekompensasi/kegagalan.
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
54
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal.tidak mengalami tanda malnutrisi.
b. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai
Rasional :
Mengidentifikasi defisiensi , menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
a. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional :
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi
c. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan
55
Rasional :
Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencega distensi gaster.
d. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan
gejala lain yang berhubungan
Rasional :
Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ
e. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional :
f. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi , membatu dalam
membuat rencan diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.( Hb/Ht,
BUN,albumin, protein, transferin, besi serum, B12, asam
folat,TIBC, elektrolit serum.
Rasional :
Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia
dan/atauadanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
56
4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder ((penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulost (respons inflamasi tertekan))
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi
b. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam
Intervensi :
a. tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan
pasien
Rasional :
Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bakterial.
b. Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka
Rasional :
Menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.
c. Berikan perawatan kulit dan oral dengan cermat
Rasional :
Menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan dari infeksi
d. Dorong perubahanposisi/ambulasi yang sering. Latihan batuk, dan
nafas dalam
Rasional :
57
Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan memebantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
e. Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional :
Membantu dalam pengenceran sekret pernafasanuntuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tybuh
(misal; pernafasan dan ginjal)
f. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
Rasional :
Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi .
g. Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau
tanpa demam.
Rasional :
Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan
h. Amati eritema/cairan luka
Rasional :
Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak
ada bila granulosit terteka.
i. Kolaborasi dalam pengambilan spesimen untuk kultur/snsitifitas
seuai indikasi.
Rasional :
58
Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen khusu dan
mempengaruhi pilihan oengobatan
j. Kolaborasi dalam pemberian antiseptik; antibiotik sistemik.
Rasional :
Mungkin gunakan secar propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.
5 Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat pertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi faktor resiko/prilaku individu untuk mencegah
cedera dermal
Intervensi :
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional :
Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan
rusak.
b. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur .
Rasional :
59
Meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia
jaringan/mempngaruhi hipoksia seluler.
c. Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan
sabun
Rasional :
Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat
mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.
d. Bantu untuk latihan rentang gerak
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi jaringan
6 Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : Tidak terjadi konstipasi atau diare
Kriteria harsil :
a. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
b. Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, faktor pemberat.
Intervensi :
a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional :
60
Membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan
interpensi yang tepat.
b. Auskutasi bunyi usus
Rasional :
Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi
c. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada
makanan/sayuran
Rasional :
Dapat mengiidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
d. Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung
Rasional
Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstifasi.
Akam membantu mempertahankan status dehidrasi pada diare.
e. Hindari makanan yang membentuk gas
Rasional :
Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen
f. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam
kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal
setiap defekasi bila terjadi diare.
61
Rasional :
Mencegah eskoriasi kulit dan kerusakan
g. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan
tinggi serat dan bulk.
Rasional :
Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian
menghasilkan bulk, yang bekerja untuk perangsang untuk defekasi.
h. Berikan pelembek feses, stimulan ringan, laksatif pembentuk bulk,
atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektipan.
Rasional :
Mempermudah defekasi bila konstifasi terjadi
i. Berikan obat anti diare misalnya difenoksilat hydroklorida dengan
atropin (lomotil) dan obat pengabsorbsi air misalnya metamocil.
Rasional :
Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7 Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : keluarga atau klien dapat mengerti tentang proses
penyakitnya/pengobatan
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostig, dan
rencana pengobatan.
62
b. Mengidentifikasi faktor penyebab
c. Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia
Rasional :
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan periapan untuk pemeriksaan diagnostig
Rasional :
Ansietas/takut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat stres,
yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan menurukan ansietas.
c. Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium
tidak akan memperburuk anemia.
d. Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
diet khusus (ditentukan oleh tipe anemia/defisiensi).
Rasional :
63
Daging merah hati, kuning telur sayuran berdaun hijau, biji
bersekan dan buah yang dikeringkan adalah sumber besi. Sayuran
hijau, hati dan buah asam adalah sumber asam folat dan vitamin C
(meningkatkan absorpsi besi).
e. Kaji sumber-sumber (misalnya keuangan dan memasak)
Rasional :
Sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan unutuk
membuat/menyiapkan makanan yang tepat.
f. Diskusi pentingnya hanya meminum obat yang diresepkan
Rasional :
Kelebihan obat besi dapat menjadi toksik
g. Sarankan minum obat dengan makanan atau segera setelah makan.
Rasional :
Besi paling baik diapsorpsi pada lambung kosong. Namun garam
besi merupakan iritan lambung dan dapat menyebabkan dispepsia,
diare, dan distensi abdomen bila diminum saat lambung kosong.
2.2.4. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses
keperawtan serta merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan
rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata dan
langsung kepada klien.
64
Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan
keperawatan saja tetapi juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan
tersebut sekaligus respon klien, dan mendokumentasikan nya ke dalam
catatan perawatan klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap
perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat dilakukan karena
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara yaitu
keadaan klien, fasilitas yang ada, pengorganisasian kerja perawat,
ketersediaan waktu serta lingkungan fisik dimana tindakan keperawatan
tersebut dilakukan.
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dalam proses
keperawatan, dimana perawat menilai pencapaian tujuan serta mengkaji
ulang rencana keperawatan selanjutnya. Tolok ukur yang digunakan untuk
mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah
dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut,
dinilai apakah masalah teratasi atau bahkan timbul masalah baru, sehingga
intervensi keperawatan diubah atau dimodifikasi. Penilaian dan
kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan
diuraikan berdasarkan urutan SOAPIER dimana S merupakan data
65
subyektif, O merupakan data obyektif, A merupakan analisa terhadap
pencapaian tujuan, I merupakan implementasi, E merupakan evaluasi
ulang, dan R yang merupakan revisi tindakan.
Evaluasi pada anak dengan anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Pasien dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4. Peningkatan perfusi jaringan
5. Dapat mempertahnkan integritas kulit
6. Membuat/ kembali pola normal fungsi usus
7. Pasien/keluarga mengerti dan memahami tentang penyakit , prosedur
diagnostik, dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aru w. Sudoyo; dkk, (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II edisi IV Departemen Ilmu Penyakit Dalm FKUI : Jakarta.
Betz L. Cecily & Sowden A. Linda (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatr,i Edisi 3. EGC : Jakarta.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
DR. Nursalam, M Nurs (Hons) dkk (2005), Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak. Salemba Medika : Jakarta.
66
H. bambang Permono, dkk (2006), Buku Ajar Hematology-Onkologi Anak, ikatan dokter anak Indonesia : Jakarta
Hidayat Alimul Aziz A.(2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba medika: Jakarta
Ngastiyah (2005), Perawataan Anak Sakit, Edisi 2. EGC : Jakarta
Scanlon, C. Valerie & Sanders Tina (2006), Buku Ajar Anatomi & Fisiologi, Edsi 3. EGC : Jakarta
STAF pengajar ilmu kesehatan anak fkui (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.
Wong L Donna (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Edisi 4. EGC : Jakarta
www.Gayul's Blog.htm. Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang anak-anak. Hot Topic Friday, 25 May 2007
67