kota cerdas dan digitalisasi data.docx

3
KOTA CERDAS DAN DIGITALISASI DATA Saat itu saya sedang berjalan menuju shelter Trans Jogja di terminal Condong catur, dan dari luar saya bisa melihat jelas kejadian menggelikan: turis mancanegara yang kebingungan dengan pertanyaan berbahasa Inggrisnya berarti kira-kira “mau ke kota ambil bus apa?” dan dan petugas Trans Jogja yang hanya bis a membalas dengan “No English, No English.” Jelas sekali mereka berdua saling tidak mengerti. Beruntung, seorang penumpang lain turut campur dengan mengarahkan si turis mengambil rute bus seperti yang diinginkannya. Turis yang seorang perempuan paruh baya itu berlalu sambil menunjukkan kekesalan dengan mengibaskan-ngibaskan tangannya di depan petugas, pertanda kecewa. Di dalam shelter Trans Jogja memang tidak terdapat info grafis yang cukup mudah dipahami untuk menggambarkan sistem transportasi di kota secara jelas, kecuali selebaran poster peta jalur yang desainnya rapat-rapat dan bikin pegal mata. Di mata kebanyakan orang apalagi pengidap rabun atau yang kesulitan membaca gambar, peta itu sangat jauh dari membantu. Ini satu kasus di mana petunjuk transportasi kota kita perlu perhatian serius, terutama bagi pelancong dan penyandang keterbatasan. Sebagai kota pariwisata dan pendidikan, Yogyakarta sebenarnya sudah melakukan banyak kemajuan dalam pelayanan transportasi publik yakni dengan hadirnya Trans Jogja. Hanya saja, operasional bus massal tidak lebih dari bus berhalte dengan rute-rute tertentu. Gambaran utuh tentang moda transportasi bus transit di beberapa negara yang pernah saya datangi masih terasa jauh. Sistem transportasi kita masih berbatas volume, fasad, simbol-simbol, tetapi masih jauh darisisi penyajian informasi, pola integrasi pengangkutan penumpang yang seharusnya memudahkan, bukannya menyulitkan orang. Pemerintah kota juga tidak bisa selamanya bergantung pada halte untuk membantu turis asing yang kebingungan menuju arah kota seperti kasus di atas. Masalah yang kelihatannya remeh temeh ini memerlukan teknologi, perencanaan yang matang, dan sistem yang bekerja. Konsep Kota Cerdas yang banyak menyinggung efisiennya penyelenggaraan transportasi publik punya cara agar kasus-kasus misunderstanding atau asimetri informasi di kalangan penumpang tidak terjadi, sekaligus memudahkan para petugas dengan sistem informasi yang akurat dan mudah dibaca. Lalu bagaimana konsep Smart City dengan basis teknologinya membantu pengelolaan pelayanan publik di kota-kota yang sedang belajar seperti

Upload: ratih-purnamasari

Post on 02-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Urban planning, kota cerdas, smart citytransportasi publik, trans jogja, kota digital, digital city

TRANSCRIPT

Page 1: KOTA CERDAS DAN DIGITALISASI DATA.docx

KOTA CERDAS DAN DIGITALISASI DATA

Saat itu saya sedang berjalan menuju shelter Trans Jogja di terminal Condong catur, dan dari luar saya bisa melihat jelas kejadian menggelikan: turis mancanegara yang kebingungan dengan pertanyaan berbahasa Inggrisnya berarti kira-kira “mau ke kota ambil bus apa?” dan dan petugas Trans Jogja yang hanya bisa membalas dengan “No English, No English.” Jelas sekali mereka berdua saling tidak mengerti. Beruntung, seorang penumpang lain turut campur dengan mengarahkan si turis mengambil rute bus seperti yang diinginkannya. Turis yang seorang perempuan paruh baya itu berlalu sambil menunjukkan kekesalan dengan mengibaskan-ngibaskan tangannya di depan petugas, pertanda kecewa.

Di dalam shelter Trans Jogja memang tidak terdapat info grafis yang cukup mudah dipahami untuk menggambarkan sistem transportasi di kota secara jelas, kecuali selebaran poster peta jalur yang desainnya rapat-rapat dan bikin pegal mata. Di mata kebanyakan orang apalagi pengidap rabun atau yang kesulitan membaca gambar, peta itu sangat  jauh dari membantu. Ini satu kasus di mana petunjuk transportasi kota kita perlu perhatian serius, terutama bagi pelancong dan penyandang keterbatasan.

Sebagai kota pariwisata dan pendidikan, Yogyakarta sebenarnya sudah melakukan banyak kemajuan dalam pelayanan transportasi publik yakni dengan hadirnya Trans Jogja. Hanya saja, operasional bus massal tidak lebih dari bus berhalte dengan rute-rute tertentu. Gambaran utuh tentang moda transportasi bus transit di beberapa negara yang pernah saya datangi masih terasa jauh. Sistem transportasi kita masih berbatas volume, fasad, simbol-simbol, tetapi masih jauh darisisi penyajian informasi, pola integrasi pengangkutan penumpang yang seharusnya memudahkan, bukannya menyulitkan orang.

Pemerintah kota juga tidak bisa selamanya bergantung pada halte untuk membantu turis asing yang kebingungan menuju arah kota seperti kasus di atas. Masalah yang kelihatannya remeh temeh ini memerlukan teknologi, perencanaan yang matang, dan sistem yang bekerja. Konsep Kota Cerdas yang banyak menyinggung efisiennya penyelenggaraan transportasi publik punya cara agar kasus-kasus misunderstanding atau asimetri informasi di kalangan penumpang tidak terjadi, sekaligus memudahkan para petugas dengan sistem informasi yang akurat dan mudah dibaca.

Lalu bagaimana konsep Smart City dengan basis teknologinya membantu pengelolaan pelayanan publik di kota-kota yang sedang belajar seperti Yogyakarta dan banyak kota wisata penting di Indonesia? Untuk menunjang kerja Kota Cerdas, perlu teknologi yakni digitalisasi data-data dan informnasi yang tadinya berbentuk manual ke dalam komputerisasi agar mudah diakses oleh publik. 

Mengapa Kota Digital?

Perkembangan kota dan pertambahan penduduk telah dipahami akan menimbulkan banyak masalah multisektoral seperti transportasi, dan lingkungan. Kemacetan di kota akibat pertumbuhan kendaraan berdampak pada lingkungan seperti krisis energi dan polusi. Sejalan dengan situasi perkotaan yang semakin memburuk, diperlukan sebuah sistem infrastruktur berbasis teknologi untuk mengurangi polusi dan mengatasi krisis energi akibat kemacetan kendaraan.

Penerapan digitalisasi sistem data untuk kota bisa kita pelajari dari banyak negara yang lebih dulu mengaplikasikannya. Kyoto Digital Cities dan Amsterdam Digital City, misalnya, telah meluncurkan sebuah platform yang berisi informasi kota seperti transportasi, restoran, ruang publik, hiburan dan pusat-pusat aktivitas untuk turis. Untuk infomasi transportasi, kehadiran teknologi akan sangat

Page 2: KOTA CERDAS DAN DIGITALISASI DATA.docx

membantu, terutama di jam-jam macet, sehingga warga kota dan turis mancanegara memilih rute strategis agar terhindar kemacetan.

Yogyakarta dengan titik keramaian seperti Malioboro, sama seperti banyak kota lain di Indonesia, selalu berkutat dengan kepadatan kendaraan bermotor di jam-jam sibuk.  Pemerintah membangun sarana terlebih dahulu, seperti transportasi publik,dan kantung parkir, akan tetapi potensi masalah cenderung stagnan.

Yang dilakukan lebih banyak merespon tetapi bukan membangun. Smart City dalam konsepnya menekankan pada perencanaan, pemetaan masalah, dan pemecahan solusi paling efisien bagi transportasi, pengawasan kota, sampai respon terhadap situasi. Smart City memerlukan perangkat (tools) sebagaimana diterapkan di Bandung dengan command center-nya.

Jika Yogyakarta ingin mencoba perangkatyang sama, maka output-nya akan jauh lebih luas, termasuk untuk pengawasan kawasan pariwisata, mitigasi bencana, dan pemetaan kawasan rawan kriminalitas tidak hanya berbicara tentang pengadaan sarana/prasarana fisik saja, tetapi tetapi juga sebagai alat bantu jika warga ingin menyuarakan atau melaporkan sesuatu.

Indikator Mobilitas

1. Moda Transportasi yang Efisien Indikator yang digunakan untuk pengembangan moda transportasi yang efisien adalah kendaraaan bebas emisi. Di Jakarta saat ini Gubernur Ahok telah melarang bajaj menggunakan bensin, tapi diganti dengan BBG (compressed natural gas/CNG). Supir bajaj yang sempat saya ajak ngobrol dari Stasiun Senen ke Kalibaru bercerita jika penggunaan BBG memang lebih hemat dibandingkan menggunakan bensin. Pertanyaan apakah menggunakan gas dapat mengurangi polusi, tentu masih perlu dikaji lebih lanjut. Paling tidak dalam rencana kedepan, jika seluruh kendaraan roda empat yang menggunakan bensin diganti dengan gas, pemerintah dapat menghitung tingkat polusi di kota tersebut, tetap tinggi atau ada penurunan polusi.

2. Kemudahan mengakses berbagai Moda Transportasi Kota Cerdas juga perlu menyediakan berbagai moda transportasi sesuai hirarki Kota. Selama ini sistem transportasi khususnya kota megapolitan mengutamakan sistem sirkulasi ke kawasan strategis dengan rute panjang. Akibatnya sering terjadi penumpukan penumpang dan terpaksa ikut mengalami kemacetan dengan kendaraan lain. Sistem transportasi pada kota megapolitan dapat ditanggulangi dengan menerapkan sistem transit mengikuti pola jalan ke arah vertikal atau horizontal. Masing-masing hirarki kawasan memerlukan moda transportasi yang terintegrasi dengan moda utama, misalnya dari sub kota C ke kota A disediakan bus, dan dari Sub A ke pusat kota juga disediakan transportasi massal.

3. Teknologi dan Infrastruktur Setelah membangun fisik dan armada transportasi, saatnya mengembangkan teknologi dan infrastruktur. Penerapan teknologi untuk sistem transportasi dapat dikembangkan pada aplikasi perangkat genggam (smartphone) sehingga pengguna kendaraan selalu mendapatkan data real time untuk memantau titik kemacetan. Waze dan LewatMana di Jakarta adalah satu contoh aplikasi mobile untuk membantu warga kota. 

Untuk teknologi bagi kenyamanan penumpang bisa dilakukan dengan menyiapkan papan informasi digital yang bisa diakses di shelter-shelter bus. Penumpang atau turis mancanengara tidak perlu selalu bertanya ke pertugas yang berjaga di shelter. Selain dapat

Page 3: KOTA CERDAS DAN DIGITALISASI DATA.docx

mengakses informasi rute tujuan, turis juga bisa mengakses kondisi lalu lintas, apakah macet atau tidak sehingga mereka bisa memperkirakan lama perjalanan mereka. 

***