koperasi dan perdagangan · web view(c) semen walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata...

124
KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

KOPERASI DAN PERDAGANGANDALAM NEGERI

Page 2: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga
Page 3: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

BAB XI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

A. KOPERASI

1. Pendahuluan

Sesuai amanat Garis-garis Besar• Haluan Negara"(GBHN) tahun 1988, peningkatan kegiatan koperasi dilakukan dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk membantu perkembangan, membimbing pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan UUD 1945, harus diberikan kesempatan seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya, agar mampu menjalankan peranan yang lebih besar dalam pembangunan. Sejalan dengan itu, koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu terus didorong perkembangannya agar mampu menjadi lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan berakar di dalam masyarakat. Usaha peningkatan kemampuan koperasi mencakup semua tingkat usaha dan jenis usaha masyarakat, terutama

XI/3

Page 4: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

usaha koperasi primer dalam rangka peningkatan kemampuan masyarakat berpendapatan rendah dan golongan ekonomi lemah.

Dalam tahun keempat Repelita V pembinaan koperasi terus dilaksanakan dan ditingkatkan dengan lebih menitikberatkan pada usaha peningkatan kualitas koperasi, agar koperasi dapat memanfaatkan peluang usaha yang ada dalam upaya meningkatkan usaha produktif para anggotanya. Dengan demikian koperasi akan mampu meningkatkan pendapatan para anggotanya terutama yang berada di daerah pedesaan termasuk di daerah terpencil, terkebelakang dan terisolasi. Partisipasi para pengusaha swasta dan BUMN dalam pembinaan koperasi pada tahun keempat Repelita V masih terus dilakukan dan disempurnakan pelaksanaannya. Pada tahun keempat Repelita V Undang-undang Perkoperasian No. 12 Tahun 1967 telah disempurnakan melalui Undang-undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pembinaan perkoperasian pada tahun keempat Repelita V serta hasil-hasil yang telah dicapai diuraikan sebagai berikut.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Dalam tahun keempat Repelita V di samping sasaran untuk peningkatan jumlah koperasi, sasaran untuk peningkatan kualitas koperasi dan anggotanya juga makin ditingkatkan. Upaya meningkatkan kualitas koperasi tersebut dilakukan melalui kebijaksanaan pembinaan kelembagaan koperasi dan pengembangan usaha koperasi yang diarahkan pada peningkatan kemampuan pengelolaan koperasi serta partisipasi aktif para anggotanya. Penerapan kriteria KUD Mandiri yang diberlakukan sejak akhir Repelita IV terus ditingkatkan pelaksanaannya.

Penyelenggaraan pemberian bimbingan dan konsultansi untuk meningkatkan tertib organisasi, terutama dalam penyelenggaraan rapat pengurus dan rapat anggota tahunan (RAT), pada tahun

XI/4

Page 5: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

keempat Repelita V masih terus ditingkatkan. Selanjutnya, kegiatan konsultansi untuk meningkatkan penerapan sistem akuntansi dan audit bagi koperasi primer dan pelaksanaan pemeriksaan pembukuan ditingkatkan pula pelaksanaannya. Untuk lebih menyempurnakan kegiatan pemberian konsultansi tersebut, dalam tahun keempat Repelita V mulai dikembangkan Pusat Pengembangan Manajemen Konsultansi Bisnis Perkoperasian yang tersebar di 19 propinsi. Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi para manajer dan karyawan, pengurus, anggota Badan Pemeriksa juga terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengurus dan karyawan koperasi agar dapat memanfaatkan peluang usaha dan mampu menangani usaha-usaha yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Pendidikan dan pelatihan bagi para kader koperasi guna memperoleh tenaga-tenaga untuk, penerangan dan penyuluhan perkoperasian masih dilanjutkan. Pendidikan dan pelatihan Petugas Konsultansi Koperasi Lapangan (PKKL) pada tahun keempat Repelita V mulai diarahkan pada tiga bidang tugas yaitu bidang akuntansi, bidang manajemen/organisasi dan bidang usaha. Ketiga bidang tugas tersebut, diharapkan akan men-jadi bidang spesialisasi PKKL. Dengan adanya peningkatan pembi-naan koperasi yang dilakukan oleh PKKL ini, maka pembinaan peme-rintah kepada gerakan koperasi yang meliputi penyuluhan dan bimbingan, maupun koordinasi pelaksanaan kegiatan pembinaan dengan instansi terkait dapat.dilakukan lebih intensif.

Seiring dengan upaya untuk memperkuat kelembagaan koperasi, pada tahun keempat Repelita V pembinaan dan pengembangan usaha koperasi yang dilakukan melalui magang bagi manajer dan pengelola usaha terus dilanjutkan. Pelaksanaan kegiatan studi banding bagi para manajer untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mereka juga terus dilaksanakan. Untuk menggalang kerja sama antar koperasi, pada tahun keempat Repelita V telah dirintis pengembangan jaringan usaha koperasi (JUK) yang merupakan jaringan kerja sama usaha antar koperasi. Dengan kerja sama antar koperasi, diharapkan usaha koperasi akan dapat berkembang untuk mencapai skala ekonomi yang memadai, sehingga akan lebih menguntungkan bagi para anggotanya.

XI/5

Page 6: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Dalam usaha meningkatkan pemanfaatan kredit perbankan yang telah tersedia, terutarna setelah adanya penyederhanaan sistem perkreditan melalui Paket Januari 1990, pelatihan penyusunan kelayakan usaha bagi para pengelala usaha koperasi pada tahun keempat Repelita V lebih diintensifkan. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, diharapkan rnakin banyak koper.asi yang mampu rnenyusun kelayakan usaha, yang dapat diterima oleh perbankan. Dengan makin meningkatnya kualitas lembaga dan usaha koperasi, maka usulan kelayakan usaha tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh kredit guna meningkatkan dan mengembangkan usaha koperasi.

Untuk mendorong lebih terbukanya kerja sama usaha antara koperasi dengan BUMN dan swasta, maka pelaksanaan kegiatan temu usaha pada tahun keempat Repelita V terus dilanjutkan. Dengan temu usaha ini diharapkan agar swasta dan BUMN dapat rnengetahui usaha koperasi yang potensial, sehingga dapat saling menjajagi untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Selanjutnya, pemanfaatan 1-5 % laba BUMN untuk pembangunan perkoperasian yang dilaksanakan melalui 5 (lima) pola bantuan BUMN kepada koperasi makin ditingkatkan. Kesempatan pem.ilikan saham perusahaan swasta yang sehat oleh koperasi terutama untuk koperasi karyawan perusahaan yang bersangkutan, untuk koperasi primer, termasuk Koperasi Unit Desa (KUD) di sekitar lokasi kerja perusahaan, serta untuk koperasi yang mempunyai kaitan usaha di bidang produksi ataupun di bidang distribusi dengan perusahaan swasta yang bersangkutan, pada tahun keempat Repelita V ditingkatkan pelaksanaannya.

Seiring dengan perubahan-perubahan iklim usaha serta situasi ekonomi pada umumnya, penyempurnaan landasan hukum koperasi telah dilakukan dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 25 Tahun 1992. Dalam undang-undang yang baru tersebut, batasan wilayah administrasi yang digunakan sebagai dasar pembagian daerah kerja koperasi dan pengawasan oleh pemerintah telah ditiadakan. Selanjutnya, hal-hal mengenai tujuan koperasi, cara

XI/6

Page 7: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

pengembangan koperasi, frekuensi penyelenggaraan rapat anggota, kewajiban pengurus dan pengelola usaha, modal dan peran pemerintah lebih diperjelas. Selain itu terdapat ketentuan baru mengenai lembaga gerakan koperasi yang berfungsi sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan bertindak sebagai pembawa aspirasi, koperasi. Lembaga tersebut bertugas memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi koperasi, meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat, melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat serta mengembangkan kerja sama antar koperasi dan antara koperasi dengan badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

Dengan berkurangnya batasan-batasan di dalam Undang-undang Perkoperasian yang baru tersebut, diharapkan koperasi dapat lebih leluasa dalam memanfaatkan peluang usaha untuk mengembangkan usahanya dalam rangka peningkatan kese-jahteraan anggotanya. Di samping itu ketentuan-ketentuan yang lebih diperjelas, akan memudahkan koperasi untuk meningkatkan pengelolaan organisasi dan usaha koperasi. Adanya ketentuan baru mengenai lembaga gerakan koperasi akan lebih memperkuat landasan sehingga gerakan koperasi dapat lebih mengembangkan diri secara mandiri. Secara bertahap pembinaan dan pengembangan koperasi akan dikoordinasikan oleh lembaga gerakan koperasi tersebut. Dengan demikian peran pemerintah secara berangsur akan berkurang sehingga koperasi akan lebih leluasa menentukan arah pengembangannya.

3. Hasil-hasil yang dicapai

Perkembangan pelaksanaan pembinaan kelembagaan dan usaha koperasi dalam tahun keempat Repelita V menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi yang tumbuh di kalangan masyarakat dan jumlah anggota koperasi semakin bertambah. Demikian pula, bidang usaha koperasi juga makin beragam dan volume usahanya makin meningkat. Perkembangan beberapa hasil pe-laksanaan pembinaan koperasi secara lebih rinci dapat diikuti di bawah ini.

XI/7

Page 8: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

a. Pembinaan Kelembagaan Koperasi

Hasil-hasil pembinaan kelembagaan koperasi dalam tahun keempat Repelita V antara lain tampak dalam Tabel XI-1 sampai dengan Tabel XI-5.

Pelatihan pengurus, manajer, karyawan dan kader koperasi masih terus dilaksanakan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di dalam gerakan koperasi (Tabel XI-1). Dalam Tabel XI-1, tampak bahwa sejak tahun 1990/91 jumlah kader koperasi yang dididik terus menurun, akan tetapi kualitas pendidikannya ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan agar kader koperasi yang dididik tersebut dapat menyebarluaskan pengetahuan yang telah mereka peroleh kepada kader koperasi lainnya. Dengan demikian gerakan koperasi lebih dilibatkan dalam penyebarluasan hasil pendidikan perkoperasian. Pada tahun keempat Repelita V jumlah peserta pelatihan perkoperasian mencapai sebanyak 11.922 orang atau meningkat 14,9% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pelatihan perkoperasian pada tahun keempat Repelita V tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah manajer, pengurus dan PKKL yang dilatih untuk menunjang peningkatan kemandirian koperasi.

Jumlah koperasi pada Repelita V juga menunjukkan pening-katan (Tabel XI-2). Jumlah, koperasi pada tahun keempat Repelita V sudah mencapai sebanyak 39.031 buah, yang terdiri dari 30.282 koperasi non'KUD dan 8.749 buah KUD. Jika dibanding dengan jum-lah kecamatan yang ada yaitu sebanyak 3.762 kecamatan, maka ter-dapat rata-rata 2-3 KUD di setiap kecamatan dan sekitar 8 koperasi non KUD di setiap kecamatan. Penyebaran jumlah koperasi/KUD ini menggambarkan bahwa pelayanan koperasi sudah cukup merata dan makin mampu menjangkau para anggota dan masyarakat sekitarnya.

Seiring dengan bertambahnya jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi juga meningkat. Pada tahun keempat Repelita V, jumlah anggota koperasi sudah mencapai 33,7 juta orang atau merupakan peningkatan sebesar 2,4 % dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-3).

Page 9: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

XI/8

Page 10: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Sementara itu, mutu lembaga koperasi dapat dilihat dari berfungsinya alat-alat perlengkapan organisasi koperasi, seperti pengurus dan badan pemeriksa serta penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

Pada tahun keempat Repelita V, persentase koperasi yang telah menyelenggarakan RAT sebesar 61,1%, sedikit meningkat dibanding pada akhir Repelita IV yaitu sebesar 58,8% (Tabel XI-4). Relatif rendahnya penyelenggaraan RAT tersebut mencerminkan masih rendahnya tertib organisasi koperasi, yang berarti pula anggota belum sepenuhnya dapat menyalurkan pendapat dan keinginannya untuk ikut menentukan arah pengembangan koperasinya.

Dalam Tabel XI-5 digambarkan jumlah manajer yang dimiliki koperasi/KUD. Pada tahun keempat Repelita V, jumlah manajer yang dimiliki koperasi non KUD hanya sebesar 5,0% dari jumlah koperasi non KUD yang ada pada tahun tersebut. Jumlah manajer yang dimiliki KUD pada tahun yang sama sebesar 52,5% dari jumlah KUD pada tahun yang bersangkutan. Rendahnya pemilikan manajer oleh koperasi/KUD tersebut pada umumnya karena fungsi manajer masih dirangkap oleh pengurus koperasi. Jika dibanding dengan KUD, maka persentase pemilikan manajer oleh koperasi non KUD relatif lebih rendah. Hal ini menggambarkan bahwa penggunaan manajer dalam pengelolaan usaha koperasi non KUD masih harus lebih ditingkatkan. Selanjutnya dalam Tabel XI-5 nampak pula bahwa perkembangan jumlah manajer yang dimiliki oleh KUD dalam lima tahun terakhir terus menurun. Untuk membantu agar koperasi/KUD mampu mempunyai manajer yang dapat mengelola dan mengembangkan usaha koperasi/KUD, maka pendidikan bagi para manajer dan petugas teknis usaha terus ditingkatkan agar benar-benar mampu berperan secara profesional sebagai manajer. Selain itu, untuk KUD yang berada di daerah ter-kebelakang dan terpencil, kekurangan tenaga manajer diatasi dengan menempatkan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST) di KUD selama 2 (dua) tahun untuk pembantu pengelolaan usaha koperasi.

XI/9

Page 11: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 11)

JUM LAH PE NGURUS, MANAJER, KARYAWANDAN KADER KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIK AN PERKOPERASIAN,

1988/89 - 1992/93(orang)

1) Angka tahunan2) Termasuk kader koperasi dari lingkungen masyarakat 3) Dimulai tahun 1989/904) Angka sementara sampai bulan Maret 1993

XI/10

Page 12: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 21)

JUMLAH KOPERASI SELURUH 1NDONESIA,1988 – 1992

1) Angka kumulatif sejak tahun 1968 dan mencakup Primer, Pusat, Gabungan dan Induk 2) Angka diperbaiki3) Angka sementara, sampai bulan Desember 1992

XI/11

Page 13: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 31)

J UM LA H A NG G O TA K O PE RA SI P RI ME R,1988 - 1992(ribu ton)

Repelita V

No. Uraian 1988 2)1989 1990 1991 1992

1. Anggota KoperasiNon KUD

7.562 7.698 10.779 12.479 13.213

2. Anggota KoperasiKoperasi Unit Desa(KUD)

17.494 17.903 18.355 20.433 20.506

Jumlah 25.056 25.601 29.134 32.912 33.719

1) Angka kumulatif sejak tahun 19682) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/12

Page 14: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 4

PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT),1988 – 1992

1) Angka kumulatif sejak tahun 19682) Angka sementara sampai bulan Desember 19923) Angka tahunan4) Realisasi RAT tahun bersangkutan dibagi dengan jumlah

Koperasi/KUD tahun bersangkutan

XI/13

Page 15: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 51 KUD DAN KOPERASI NON KUD YANG TELAH MEMPUNYAI

MANAJER,1988 – 1992

1) Angka kumulatif sejak tahun 19682) Angka sementara sampai bulan Desember 19923) Jumlah manajer tahun bersangkutan dibagi jumlah koperasi

tahun yang bersangkutan

XI/14

Page 16: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Dengan penempatan ini diharapkan agar para TKST tersebut dapat membantu meningkatkan usaha KUD sehingga KUD yang bersangkutan secara bertahap akan mampu memiliki dan membayar manajer.

b. Pengembangan Usaha Koperasi (1) Permodalan

Perkembangan simpanan anggota, permodalan dan nilai usaha koperasi pada tahun keempat Repelita V menunjukkan peningkatan (Tabel XI-6). Jumlah simpanan anggota pada tahun keempat Repe-lita V adalah sebesar Rp 1.122,5 miliar dan modal usaha sebesar Rp 3.155,3 miliar. Dengan demikian, jumlah simpanan anggota masih sebesar 35,6% dari modal usaha pada tahun yang sama. Hal ini berarti bahwa 64,4% modal usaha berasal dari luar koperasi. Untuk itu usaha-usaha menghimpun modal antara lain melalui kegiatan simpan pinjam masih perlu terus ditingkatkan. Dalam Undang-undang Perkoperasian yang baru, modal dari luar koperasi selain dapat diperoleh dari perbankan atau koperasi lain, juga dapat diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya. Selain itu, koperasi juga diperbolehkan melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan yang ketentuan rincinya masih dalam proses penyusunan.

Meskipun modal koperasi yang berasal dari dalam koperasi sendiri masih terbatas, namun tersedianya kredit-kredit baik program ataupun non program sebagaimana diatur dalam Paket Januari 1990, telah mendorong berkembangnya usaha koperasi yang tercermin pada makin meningkatnya nilai usaha koperasi.

Pada tahun keempat Repelita V nilai usaha sudah mencapai sebesar Rp 6.810,0 miliar atau 59,2 % lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan nilai usaha ini terutama disebabkan oleh meningkatnya usaha-usaha koperasi/KUD antara lain di bidang pengadaan pangan, pemasaran cengkeh, perikanan rakyat, industri

XI/15

Page 17: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 61)

SIMPANAN ANGGOTA, MODAL DAN NILAI USAHA KOPERASI,1988 - 1992

(miliar rupiah)

Repelita V

No. Uraian 1988 2)1989 1990 1991 1992

1. Jumlah simpanan 518,0 518,0 638,0 706,0 1.122,5

2. Jumlah modal usaha 926,0 1.242,9 1.574,6 1.796,0 3.155,3

3. Jumlah nilai usaha 2.031,6 3.284,1 3.543,3 4.278,6 6.810,0

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/16

Page 18: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

kecil dan kerajinan rakyat, jasa angkutan serta pemasaran jasa listrik pedesaan.

(2) Perkreditan

Dalam rangka membantu koperasi untuk memperoleh kredit, Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) bertugas sebagai lembaga yang antara lain berfungsi memberikan jaminan kepada koperasi. Dalam Tabel XI-7 tampak bahwa pada tahun keempat Repelita V jumlah koperasi yang mendapat jaminan dari Perum PKK adalah sebanyak 4.005 Koperasi/KUD atau menurun sebesar 12,3 % dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, nilai jaminan kredit yang diberikan pada tahun keempat Repelita V adalah sebesar Rp 90,1 miliar atau 9,2 % lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan nilai kredit yang mendapat jaminan dari Perum PKK pada tahun yang sama 19,5 % lebih tinggi dibanding sebelumnya. Perkembangan keadaan ini menggambarkan bahwa jumlah koperasi yang memerlukan jaminan dari Perum PKK semakin berkurang, tetapi di lain pihak jaminan kredit dari Perum PKK digunakan untuk mendapatkan kredit dengan nilai yang lebih besar.

Untuk membantu para pedagang kecil, koperasi/KUD juga menyalurkan Kredit Candak Kulak (KCK). Jumlah koperasi yang menyalurkan KCK pada tahun keempat Repelita V sudah tidak berkembang. Pada tahun keempat Repelita V, jumlah nasabah yang dilayani meningkat sebesar 0,7% dibanding tahun sebelumnya dan nilai perputaran kreditnya meningkat sebesar 2,5% dibanding tahun sebelumnya. Melihat perkembangan KCK yang agak terbatas ini, pada awal tahun 1993 ini sedang dilakukan penyempurnaan mekanisme penyaluran KCK, dengan meningkatkan peran perbankan dalam pengawasan pengelolaan KCK.

Tabel XI-9 menggambarkan penyebaran dana KCK sejak Nopember 1976 sampai dengan tahun keempat Repelita V. Dari Tabel tersebut tampak bahwa pada tahun keempat Repelita V

XI/17

XI/17

Page 19: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 7

JUMLAH KUD/NON KUD DAN NILAI KREDIT1)

YANG DIJAMIN OLEH PERUM PENGEMBANGAN KEUANGAN KOPERASI,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/18

Page 20: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 8

PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK, 1)

1988 – 1992

1) Angka kumulatif sejak Nopember 19762) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/19

Page 21: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI-91)

PENYEBARAN KREDIT CANDAK KULAK ( KCK) MENURUT DAERAH TINGK AT I,NOPEMBER 1976 SAMPAI DENG AN DESEMBER 1992

1) Angka kumulatif

XI/20

Page 22: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

program KCK telah bermanfaat di 27 propinsi, tetapi terutama di propinsi-propinsi di Jawa, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

(3) Pengadaan dan Penyaluran Pangan

Dalam rangka mengamankan harga dasar gabah/beras di tingkat petani koperasi/KUD berkewajiban untuk melakukan pembelian gabah/beras sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan. Hasil pembelian gabah/beras tersebut selanjutnya dijual ke BULOG untuk stok pangan nasional, dan sebagian lagi dijual ke pasaran umum melalui PUSKUD untuk mengamankan harga batas tertinggi beras di pasaran umum. Untuk melakukan kegiatan pengadaan tersebut, setiap koperasi/KUD yang memenuhi syarat untuk melakukan pengadaan mendapatkan kredit pengadaan pangan dari perbankan.

Perkembangan hasil pengadaan gabah/beras dalam Repelita V tampak dalam Tabel XI-10. Jumlah pembelian gabah/beras pada tahun 1990/91 dan 1991/92 nampak menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi gabah/beras pada tahun 1990 hanya sebesar 1% dibanding tahun sebelumnya sebagai akibat kemarau panjang. Namun demikian pada tahun keempat Repelita V perkembangan pengadaan pangan sudah meningkat kembali. Pada tahun keempat Repelita V, jumlah KUD pelaksana pengadaan pangan adalah sebanyak 2.876 buah atau me-ningkat 35,3% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah pembelian pada tahun tersebut adalah sebesar 2,4 juta ton atau meningkat 72,7% dibanding tahun sebelumnya.

Pada tahun keempat Repelita V jumlah penjualan gabah/beras ke BULOG menjadi 2,0 juta ton atau 75,2% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan ke pasaran umum melalui PUSKUD menurun sebesar 36,6% dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-11).

Pada tahun keempat Repelita V, jumlah KUD yang mendapat

XI/21

Page 23: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 101)

PELAKSANAAN PENGADAAN PANGAN (GABAH/BERAS) OLEH KUD,1988/89 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Maret 19933) Dari data yang tersedia tidak dapat dibedakan antara pelaksanaan

oleh KUD secara murni dengan pelaksanaan secara kerja sama dengan pengusaha bukan KUD

Page 24: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

XI/22

Page 25: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 11PENJUALAN GABAH/BERAS OLEH KUD

KEPADA BULOG DAN DI PASARAN UMUM (LEWAT PUSKUD),1988/89 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Maret 1993

XI/23

Page 26: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

kredit pengadaan pangan adalah sebanyak 2.385 KUD atau 4,4% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan nilai kreditnya mencapai sebesar Rp 100,3 miliar atau 5,1% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-12).

(4). Penyaluran Sarana Produksi Pertanian dan Pemasaran Hasil Perkebunan Rakyat

Perkembangan penyaluran pupuk oleh KUD dapat dilihat dalam Tabel XI-13. Jumlah KUD penyalur pada tahun keempat Repelita V sudaA mencapai sebanyak 3.013 KUD atau meningkat sebesar 3,1 % dibanding tahun sebelumnya. Penerimaan pupuk pada tahun keempat Repelita V menurun sebesar 15,7% dibanding tahun sebelumnya, namun pupuk yang disalurkan pada tahun yang sama meningkat sebesar 2,8%. Penurunan penerimaan pupuk ini adalah untuk menyesuaikan dengan kemampuan penyaluran pupuk oleh KUD.

Dalam bidang perkopraan, jumlah koperasi yang melakukan pemasaran kopra pada tahun 1992 adalah sebanyak 141 koperasi atau 13,5 % lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian volume pembelian kopra pada tahun yang sama mencapai sebesar 47,5 ribu ton atau meningkat- sebesar 3,5 % dari tahun sebelumnya. Nilai pembelian pada tahun yang sama adalah sebesar Rp 20,7 miliar atau menurun sebesar 2,9 % dibanding tahun sebelumnya. Volume penjualan kopra pada tahun 1992 adalah sebesar 47,1 ribu ton atau meningkat sebesar 9, 8 % dibanding tahun sebelumnya. Nilai penjualan kopra pada tahun yang sama mencapai sebesar Rp 21,7 miliar atau 1,1% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. (Tabel XI-14).

Selanjutnya, perkembangan pemasaran cengkeh melalui koperasi dapat dilihat dalam Tabel XI-15. Pada tahun 1991, volume dan nilai pemasaran cengkeh menunjukkan peningkatan pesat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh mulai diterapkannya penyanggaan dan pemasaran cengkeh oleh

XI/24

XI/24

Page 27: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 121)

PELAKSANAAN KREDIT PENGADAAN PANGAN MELALUI KUD,1988/89 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992 .

XI/25

Page 28: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 131)

PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK OLEH KUD,1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Maret 1993

XI/26

Page 29: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL X1 - 141)

USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN, 1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/27

Page 30: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 151)

USAHA KOPERASI DALAM PEMASARAN CENGKEH,1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/28

Page 31: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Pada tahun 1992 volume pembelian cengkeh adalah sebesar 119,1 juta ton atau 17,1% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, nilai pembeliannya meningkat sebesar 46,8% dibanding tahun sebelumnya, yaitu menjadi hampir sebesar Rp 1,5 miliar. Demikian pula volume penjualan cengkeh pada tahun 1992 menurun sebesar 19,8% dibanding tahun sebelumnya, yaitu mencapai sebesar 114,1 juta ton. Akan tetapi nilai penjualannya meningkat mencapai hampir Rp 1,5 miliar atau 36,2% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Penurunan volume cengkeh yang dipasarkan melalui koperasi yang diir ingi dengan peningkatan nilai pemasarannya tersebut menggambarkan bahwa petani produsen cengkeh nampaknya sudah mulai membatasi produksi cengkeh untuk menjaga kestabilan harga di pasaran, sehingga penurunan penerimaan petani cengkeh juga dapat dihindari (Tabel XI-15).

Dalam rangka peningkatan produksi Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), KUD bertugas menyalurkan kredit TRI bagi para petani tebu anggotanya. Jumlah KUD yang menyalurkan kredit TRI pada tahun keempat Repelita V adalah 680 KUD atau meningkat sebesar 5,6% dibanding tahun sebelumnya. Nilai kredit TRI yang disalurkan pada tahun yang sama adalah sebesar Rp 182,5 miliar, atau merupakan penurunan sebesar 14,1% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena masih banyak anggota KUD peminjam kredit TRI yang masih belum melunasi kreditnya sehingga tidak diperbolehkan mengambil kredit pada tahun berikutnya (Tabel XI-16).

(5) Usaha Perikanan dan Peternakan Rakyat

Perkembangan usaha koperasi perikanan rakyat dapat dilihat dalam Tabel XI-17. Pada tahun 1992, jumlah koperasi perikanan rakyat adalah 739 buah atau 1,2% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah anggotanya mencapai 803,4 ribu orang. Nilai usahanya pada tahun 1992 adalah Rp 162,6 miliar atau 9,7% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-17).

XI/29

Page 32: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 16REALISASI KREDIT PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

OLEH KOPERASI UNIT DESA (KUD),1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulsn Maret 1993

XI/30

Page 33: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 171)

USAHA KOPERASI PERIKANAN RAKYAT,

1988 - 1992

Repelita V

No. Uraian 19881989 1990 1991

2)1992

1. Koperasi (buah) 677 726 726 730 739

2. Jumlah Anggota (orang) 154.122 170.194 779.060 781.332 803.380

3. Nilai Usaha(juta rupiah)

88.801 111.978 141.092 148.146 162.604

l) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Maret 1993

XI/31

Page 34: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Perkembangan usaha koperasi di bidang peternakan rakyat juga nampak menggembirakan (Tabel XI-18). Pada tahun 1992, jumlah koperasi yang berusaha di bidang peternakan sudah mencapai 591 buah dengan anggota sebanyak 57,2 ribu orang dan nilai usaha sebesar Rp 113,1 miliar.

Jumlah koperasi susu dan KUD yang mempunyai unit usaha susu pada tahun 1992 sudah mencapai 203 buah. Jumlah anggota koperasi susu/KUD unit susu pada tahun 1992 sudah mencapai sebanyak 98,1 ribu orang atau meningkat sebesar 31,6% dibanding tahun sebelumnya. Selanjutnya jumlah produksi susu pada tahun 1992 juga sudah bertambah menjadi 260,0 juta liter, atau 1,8% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-19).

(6) Usaha Kerajinan Rakyat/Industri Kecil

Perkembangan usaha koperasi kerajinan rakyat yang dapat dilihat dalam Tabel XI-20 juga menunjukkan peningkatan. Jumlah koperasi kerajinan rakyat pada tahun 1992 adalah 1.232 buah dengan jumlah anggota sebanyak 165,0 ribu orang. Nilai usaha pada tahun yang sama sebesar Rp 283,9 miliar atau meningkat sebesar 5,0% dibanding tahun sebelumnya.

Perkembangan usaha koperasi industri logam dan tambang dapat dilihat dalam Tabel XI-21. Pada tahun 1990 jumlah koperasi dan anggotanya nampak sangat menurun dibanding tahun sebelumnya, yang disebabkan oleh adanya penggabungan beberapa koperasi yang kurang. produktif. Namun demikian nilai usaha koperasi industri logam dan tambang pada tahun tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jumlah koperasi yang menangani usaha industri logam dan tambang skala kecil pada tahun 1992 adalah sebanyak 177 buah atau merupakan peningkatan sebesar 5,3% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah anggota koperasinya pada tahun yang sama mencapai 23.637 orang atau meningkat sebesar 5,0% dibanding tahun sebelumnya. Nilai usaha industri logam dan tambang skala kecil pada tahun 1992 sudah berkembang menjadi

XI/32

Page 35: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 181)

USAHA KOPERASI DI BIDANG PETERNAKAN,1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/33

Page 36: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 191)

USAHA KOPERASI SUSU/KUD UNIT SUSU,

1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/34

Page 37: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 201)

USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT,1988 - 1992

Repelita V

No. Uraian 19881989 1990 1991

2)1992.

1. Koperasi (buah) 1.253 1.379 1.148 1.173 1.232

2. Anggota (orang) 290.817 296.633 150.388 157.182 165.041

3. Nilai Usaha (juta rupiah) 411.790 421.025 205.217 270.352 283.870

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/35

Page 38: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Rp 133,4 miliar atau 5,0% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-21).

Perkembangan usaha koperas.i batik dan garment tampak dalam Tabel XI-22. Pada tahun 1992, jumlah koperasi yang mempunyai usaha di bidang batik dan garment adalah sebanyak 404 buah atau 4,9 % lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jumlah anggotanya pada tahun yang sama adalah 54,2 ribu orang atau 5,0% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Nilai usaha kerajinan batik dan garment pada tahun 1992 adalah sebesar Rp 65,0 miliar atau meningkat 5,0% dibanding tahun sebelumnya.

Perkembangan koperasi produksi tahu dan tempe dapat dilihat dalam Tabel XI-23. Pada tahun 1992, jumlah koperasi produksi tahu dan tempe masih tetap sama seperti tahun sebelumnya. Jumlah anggotanya pada tahun yang sama adalah sebanyak 32,4 ribu orang atau 4,7% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian nilai permodalannya meningkat menjadi sebesar Rp 195,3 miliar atau 13,9% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Selanjutnya, jumlah kedele yang disalurkan adalah sebanyak 237,3 ribu ton atau meningkat sebesar 5,2% dibanding tahun sebelumnya.

(7) Penyaluran Barang Kebutuhan Pokok

Dalam rangka membantu masyarakat golongan ekonomi lemah terutama yang berada di daerah pedesaan, untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok dengan harga yang wajar melalui KUD dan PUSKUD disalurkan gula pasir dan tepung terigu. Pada tahun 1992 jumlah gula pasir yang disalurkan sebanyak 968,3 ribu ton atau 1,7% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah tepung terigu yang disalurkan pada tahun yang sama sebanyak 335,7 ribu ton atau 8,5% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-24).

XI/36

Page 39: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

XI/36

XI/36

Page 40: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 211)

USAHA KOPERASI INDUSTRI LOGAM DAN TAMBANG,1988 – 1992

1) Angka tahunan dan Industri Logam berupa Pandai besi, Tambang berupa barang galian seperti: Batu Gamping, Kapur, Pasir, Batu Kali dan Emas

2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/37

Page 41: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 221)

USAHA KOPERASI DI BIDANG BATIK DAN GARMENT,1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desembar 1992

XI/38

Page 42: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 231)

KOPERASI PRODUKSI TAHU TEMPE,1988 – 1992

1) Angka tahunan2) Aagka aementnrn sampai bulan Dosembor 1992 .

XI/39

Page 43: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 241)

PENYALURAN GULA PASIR DAN TEPUNG TERIGU,1988 - 1992

(ton)

1) Angka tahunan2) Dilaksanakan oleh KUD3) Dilaksanakan oleh Puskud4) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/40

Page 44: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga
Page 45: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

(8) Usaha Pemasaran Jasa Angkutan

Perkembangan koperasi jasa angkutan dapat dilihat dalam Tabel XI-25 dan XI-26. Jumlah koperasi angkutan darat dan sungai pada tahun 1992 adalah 477 buah dengan jumlah anggota 159,3 ribu orang. Jumlah armada yang dimiliki pada tahun yang sama sebanyak 41,6 ribu unit atau 8,4% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Demikian pula, usaha koperasi angkutan laut pada tahun 1992 menunjukkan perkembangan yang pesat, dimana jumlah armada pada tahun 1992 adalah 1.086 unit atau meningkat 89,2% dari tahun sebelumnya.

(9) Pemasaran Jasa Kelistrikan

Peranan koperasi dalam pelayanan jasa listrik pedesaan, dilihat baik dari jumlah koperasi yang melayani dan jumlah pe -langgannya serta jumlah desa yang dilayani tampak terus meningkat. Pada tahun 1992 jumlah koperasi/KUD yang melayani listrik pedesa-an sudah mencapai 2,3 ribu buah atau meningkat sebesar 39,2% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah desa yang dilayani pada tahun yang sama sebanyak 15,5 ribu desa, yang berarti 27,8% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan yang dilayani pada tahun 1992 mencapai 7,1 juta orang atau 51,4% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-27).

(10) Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri

Sebagai realisasi dari diterapkannya kriteria KUD Mandiri, sampai dengan bulan Maret 1993 jumlah KUD yang dinilai sudah mandiri mencapai 4.130 KUD yang tersebar di 2.701 kecamatan. Pencapaian KUD Mandiri tersebut merupakan 103,2% dari target maksimal sebanyak 4.000 KUD Mandiri dalam Repelita V. Dengan tersebarnya KUD Mandiri hampir di setiap ibukota kecamatan terse-but, diharapkan akan menjadi pusat pengembangan bagi KUD di seki-tarnya. Dengan demikian, secara bertahap pengembangan koperasi/KUD di daerah-daerah akan dapat dilaksanakan oleh

XI/41

Page 46: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 25

USAHA KOPERASI ANGKUTAN DARAT/SUNGAI, 1)

1988 – 1992

Repelita V

No. Uraian 1988 2)1989 1990 1991 1992

1, Jumlah Koperasi (buah) 268 319 405 441 477

2. Anggota (orang) 45.793 75.073 111.728 134.518 159.290

3. Jumlah Armada (unit) 19.341 30.562 36.875 37.408 41.616

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/42

Page 47: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 261)

USAHA KOPERASI ANGKUTAN LAUT,1988 – 1992

Repelita VNo. Uraian 198 2)

1989

1990

1991

1992

1. Jumlah Koperasi (buah) 32 36 42 60 63

2. Jumlah Anggota (orang) 3.579

3.686

3.759

4.447

5.100

3. Jumlah Armada (unit) 371 398 500 574 1.086

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai bulan Desembcr 1992

XI/43

Page 48: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI – 27

PARTISIPASI KOPERASI DALPEMASARAN JASA LISTRIK PEDESAAN, 1)

1988 – 1992

Repelita VNo. Uraian 1988 2)

1989 1990 1991 1992

1. Jumlah Koperasi/KUD (buah) 966 1.136 1.580 1.656 2.305

2. Jumlah pelanggan yang 2.042,5 2.478,8 3.209,2 4.687,6 7.097,5dilayani (ribu rumah)

6.593 8.108 10.112 12.118 15.4853. Jumlah desa

1) Angka tahunan dan merupakan hasil swadaya serta kerjasama dengan PLN 2) Angka sementara sampai bulan Desember 1992

XI/44

Page 49: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

KUD Mandiri, sehingga beban pemerintah dalam pembinaan secara langsung kepada koperasi/KUD akan makin berkurang, seiring pula dengan makin meningkatnya partisipasi swasta dan BUMN dalam pembinaan koperasi.

(11) Partisipasi Swasta dan BUMN dalam Pembinaan Koperasi

Sampai dengan bulan Desember 1992, dalam rangka partisipasi swasta dan BUMN dalam pembinaan koperasi, sebanyak 2.833 koperasi/KUD telah dibina oleh 240 BUMN dengan dana sebesar Rp 51,4 miliar. Sampai dengan bulan Desember 1992, sebanyak 324 perusahaan swasta telah menjual 118,9 juta lembar saham, kepada 2.782 koperasi/KUD. Jumlah koperasi/KUD yang telah menerima dividen sampai dengan tahun 1992 adalah 599 koperasi/KUD dengan nilai dividen sebesar Rp 5,2 miliar.

c. Hasil-hasil Kegiatan Penunjang

Dalam rangka menyempurnakan kebijaksanaan pengembangan perkoperasian, maka pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan koperasi terus dilaksanakan guna mendukung pemecahan permasalahan dalam pembangunan perkoperasian.

Penelitian dan pengkajian yang dilakukan dalam tahun 1992/93 antara lain: Kajian Tentang Strategi Pembangunan Koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, Evaluasi Peranan Warung Serba Ada (Waserda) koperasi/KUD dalam melayani kebutuhan anggota dan masyarakat serta Kajian Peranan KUD dalam Tata Niaga Cengkeh.

Sedangkan penelitian yang mendukung usaha pengembangan perkoperasian meliputi: Kajian tentang Pengembangan Sistem Pelatihan dan Penataran Perkoperasian, Kajian tentang Model Pembangunan dan Pengembangan Koperasi/KUD di Wilayah Indonesia Bagian Timur, Kajian tentang Pengembangan

XI/45

Page 50: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Koperasi/KUD di Bidang Agro-Industri dan Kajian tentang Pola Kerja sama Usaha antar koperasi.

Dengan berbagai penelitian dan pengkajian tersebut diharapkan bahwa kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kebijaksanaan selama ini akan dapat dipelajari dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan kebijaksanaan perkoperasian pada PJPT II.

Pelaksanaan kebijaksanaan perkoperasian baik di bidang ke-lembagaan maupun di bidang usaha seperti diuraikan di atas nampak menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan. Perkembangan koperasi yang makin mengembirakan tersebut dapat terwujud berkat peran serta dan prakarsa segenap lapisan masyarakat terutama para anggota koperasi dalam membina dan mengembangkan koperasi untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya.

B. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

1. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 menegaskan bahwa arah pembangunan perdagangan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan dalam dan luar negeri sehingga lebih memperlancar arus barang dan jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dan memantapkan stabilitas ekonomi. Selanjutnya GBHN tahun 1988 juga menetapkan bahwa dalam rangka mewujudkan sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efisien dan efektif perlu ditempuh kebijaksanaan perdagangan yang terpadu dan saling mendukung dengan.kebijaksanaan di bidang-bidang lainnya.

XI/46

Page 51: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Sebagai upaya untuk mencapai sasaran pembangunan perdagangan dalam tahun 1992/93, di samping memantapkan pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, juga diteruskan kebijaksanaan pemantapan pengadaan dan penyaluran barang dan bahan penting, pemantapan tertib niaga dan peningkatan perlindungan konsumen, peningkatan kemampuan lembaga perdagangan dan pengembangan sarana dan prasarana penunjang, perwujudan pasar yang transparan, serta perluasan pemasaran dan peningkatan daya saing barang hasil produksi dalam negeri.

2. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Dalam rangka terwujudnya sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efektif dan efisien, langkah kebijaksanaan yang ditempuh tetap bertumpu pada Trilogi Pembangunan, sehingga sistem tata niaga dan distribusi nasional yang terbentuk tidak saja diharapkan semakin efisien, namun juga tetap berorientasi pada stabilisasi pasar serta berwawasan pemerataan.

Sebagai upaya untuk memperlancar arus barang dan jasa, serta memperbesar peranan ekonomi pasar, sampai dengan tahun 1992/93 penyempurnaan dan penyederhanaan tata niaga beberapa komoditi yang masih dianggap strategis bagi kepentingan rakyat banyak dan bagi kebutuhan pembangunan pada umumnya, masih terus ditingkatkan. Pada prinsipnya tata niaga dan pembentukan harga sepenuhnya diserahkan pada kekuatan dan mekanisme pasar, kecuali untuk beberapa komoditi tertentu yang dianggap strategis bagi kepentingan rakyat banyak dan bagi kebutuhan pembangunan. Pemantapan pola tata niaga tersebut telah mampu mendorong peningkatan peran dunia usaha dalam perdagangan. Hal ini dimungkinkan karena telah meningkatnya kemampuan nasional untuk memproduksi berbagai komoditi yang dibutuhkan masyarakat, sehingga secara bertahap ketentuan tata niaga tersebut dapat semakin disederhanakan, bahkan dibebaskan sepenuhnya tanpa campur tangan Pemerintah.

XI/47

Page 52: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Bagi daerah-daerah yang relatif masih terpencil pembangunan prasarana fisik perdagangan berupa pasar, pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan serta pergudangan, dalam tahun 1992/93 masih mendapatkan perhatian khusus. Penyelenggaraan perdagangan perintis dan pemberian subsidi angkutan untuk kawasan timur Indonesia sehingga kebutuhan pokok di daerah tersebut tetap terpenuhi dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat setempat, masih terus dilanjutkan.

Dalam tahun 1992/93 kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi semakin ditingkatkan, demikian pula pelaksanaannya. Kebijaksanaan tersebut antara lain berupa: (1) Paket Kebijaksanaan 3 Januari 1991 yang menyangkut pembebasan beberapa tata niaga komoditi ekspor; (2) Inpres No.3 Tahun 1991 yang menyangkut penghapusan persyaratan pemberitahuan muat barang dan surat fiskal antar pulau dalam rangka meningkatkan kelancaran arus barang; dan (3) Paket Kebijaksanaan 6 Juli 1992 yang menyangkut kemudahan impor barang modal.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk memperlancar perdagangan dalam negeri, dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Menjaga Kemantapan Penyaluran dan Harga Barang

Sistem distribusi nasional pada dasarnya berintikan sistem tata niaga yang menggunakan mekanisme pasar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dengan tetap menjamin pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan stabilisasi harga, secara efektif.

Pengaturan beberapa komoditi strategis penting, adalah sebagai berikut:

(1) Pemantapan pola pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Pola pengadaan dan penyaluran pupuk yang berlaku sampai dengan tahun 1992/93 didasarkan kepada kebijaksanaan

XI/48

Page 53: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

tahun-tahun sebelumnya, antara lain: (a) wilayah pemasaran pupuk dan pestisida dibagi menjadi 4 kelompok wilayah; (b) PT. Pusri ditunjuk sebagai penanggungjawab pelaksana penyaluran pupuk bersubsidi; (c) pengadaan dan penyaluran pupuk mulai dari Lini I sampai Lini IV, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah; (d) penjualan eceran pupuk dari Lini IV kepada petani dilakukan oleh KUD atau pedagang pengecer; (e) penyesuaian harga pupuk dan pestisida dilakukan setiap tahun.

XI/49

Page 54: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

(2) Peningkatan efisiensi pengadaan dan penyaluran besi baja, dalam rangka menstabilkan harga dan mendorong efisiensi industri dalam negeri. Pengaturan tata niaga besi baja tersebut secara bertahap makin dilonggarkan, antara lain melalui deregulasi berupa Paket Kebijaksanaan 3 Juni 1991. Dengan dijalankannya paket kebijaksanaan tersebut, impor besi baja dapat dilakukan baik oleh PT Krakatau Steel maupun oleh importir produsen.

(3) Pemantapan pengadaan dan penyaluran semen dalam usaha menciptakan harga yang wajar agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Pengaturan tata niaga semen yang dikeluarkan pada tahun 1984 terus dimantapkan pelaksanaanya, yaitu meliputi: (a) pengadaan dan penyaluran dari pabrik semen ke wilayah pemasaran sesuai kesepakatan bersama; (b) penetapan Harga Pedoman Setempat (HPS) di tingkat ibu kota propinsi; dan (c) melaksanakan monitoring atas suplai, stok dan harga eceran di daerah-daerah secara periodik.

(4) Pemantapan penyaluran dan stabilitas harga kertas koran dalam negeri. Kebijaksanaan tersebut dijalankan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan industri kertas koran di dalam negeri. Dalam tahun 1992/93 impor kertas tidak dilakukan lagi karena kebutuhannya sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Page 55: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Penyempurnaan sistem tata niaga cengkeh dengan tujuan untuk menjamin pendapatan petani, menjaga stabilitas harga dan memantapkan penyediaan bahan baku cengkeh bagi kebutuhan industri rokok kretek dalam negeri. Langkah kebijaksanaan tata niaga cengkeh yang ditempuh, meliputi: (a) peningkatan peranan KUD dalam melakukan pembelian cengkeh dari petani; (b) pemantapan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) sebagai badan pelaksana tata niaga cengkeh, yang melakukan kegiatan pembelian, penyanggaan dan penjualan cengkeh; dan (c) penetapan harga dasar pembelian cengkeh di tingkat petani.

(6) Penyempurnaan tata niaga garam melalui penyesuaian harga dasar pembelian garam dari petani produsen garam, penetapan standar kualitas, dan pelaksanaan yodisasi garam konsumsi (penambahan kadar iodium). Langkah kebijaksanaan ini telah dilakukan dalam tahun-tahun sebelumnya dan masih dilanjutkan sampai dengan Tahun 1992/93. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan di samping untuk terpenuhinya kebutuhan, juga untuk meningkatkan taraf hidup petani produsen garam.

(7) Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengadaan dan penyaluran bahan baku minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri, dengan tujuan agar harga minyak goreng tetap pada tingkat yang wajar sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat banyak.

(8) Pemantapan keseimbangan antara pemasaran bahan baku susu produksi dalam negeri dan pengembangan industri pengolah susu (IPS). Kebijaksanaan yang dijalankan sampai tahun 1992/93 didasarkan atas ketentuan yang diberlakukan sejak Repelita III, yaitu meliputi: (a) mewajibkan semua IPS untuk memiliki bukti serap (Busep) susu segar; Busep dapat digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menetapkan besarnya impor bahan baku susu yang diizinkan; (b) besarnya

XI/50

XUS0

Page 56: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

rasio antara impor bahan baku susu terhadap besarnya pembelian susu dalam negeri disesuaikan secara periodik.

(9) Peningkatan efisiensi dan efektivitas tata niaga gula pasir, agar kebutuhan gula pasir dapat dipenuhi dengan harga yang wajar. Tata niaga gula pasir yang dijalankan sampai saat ini adalah kelanjutan dari kebijaksanaan sebelumnya, yaitu meliputi: (a) pengadaan dan penyaluran gula pasir dilakukan oleh Bulog; dan (b) penetapan secara berkala harga gula pasir.

b. Menyempurnakan Sarana dan Prasarana Perdagangan

XI/51

Page 57: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Upaya mewujudkan pola pengadaan dan penyaluran barang yang efisien dan efektif, perlu didukung oleh pembangunan prasarana perdagangan. Langkah-langkah pembangunan prasarana fisik perdagangan, dalam tahun 1992/93 meliputi: (1) peningkatan penyediaan pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, gudang dan sarana angkutan di daerah-daerah yang relatif masih terpencil; dan (2) peningkatan pembangunan pasar percontohan di daerah-daerah terpencil, perbatasan dan transmigrasi.

Sedangkan langkah-langkah pengembangan prasarana kelembagaan perdagangan dalam tahun 1992/93 masih diarahkan untuk mewujudkan tertib usaha, kepastian berusaha dan perlindungan konsumen. Langkah-langkah yang dilakukan, meliputi:

(1) Peningkatan pelaksanaan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP) dengan lebih mendorong para pengusaha agar mendaftarkan perusahaan mereka, serta menekankan pengembangan dunia usaha pada umumnya.

(2) Peningkatan pelaksanaan Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Langkah kebijaksanaannya antara lain: (a) mengefektifkan pelaksanaan tera terhadap alat-alat

Page 58: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

ukur, timbang, takar dan perlengkapannya (UTTP), termasuk yang dipergunakan dalam usaha ketenagalistrikan dan dalam operasi pertambangan minyak dan gas bumi; dan (b) memperlancar pemberian izin tanda pabrik kepada pabrik/perusahaan yang memproduksi alat-alat UTTP, serta izin jenis peralatan yang diimpor; dan (c) melakukan pengawasan terhadap barang yang diperjual-belikan dalam keadaan terbungkus (BDKT).

(3) Penyederhanaan prosedur dalam pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Dalam tahun 1992/93 pemberian SIUP yang telah disederhanakan sejak tahun 1988 terus dilaksanakan. Ketentuan yang berlaku, antara lain: (a) proses penerbitan SIUP selambat-lambatnya 7 hari; (b) SIUP yang diterbitkan dapat dipergunakan untuk kegiatan perdagangan baik dalam negeri maupun ekspor.

(4) Peningkatan kemampuan lembaga informasi perdagangan, agar lebih berperanan dalam mewujudkan pasar yang transparan, sehingga mampu secara lebih tepat menganalisa dan menyebarluaskan informasi pasar.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional dan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Dalam rangka mewujudkan.peningkatan peran serta pengusaha nasional termasuk pedagang golongan ekonomi lemah, dalam berbagai kegiatan perdagangan, kebijaksanaan dan langkah yang ditempuh sebelumnya dalam tahun 1992/93 masih diteruskan. Kebijaksanaan dan langkah tersebut, antara lain:

(1) Pemantapan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1977, tentang kewajiban bagi perusahaan asing di luar negeri yang akan memasarkan produknya ke pasaran Indonesia untuk menunjuk perusahaan nasional sebagai agen/distributor.

XI/52

Page 59: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

(2) Pengembangan kegiatan usaha bagi pedagang golongan ekonomi lemah, melalui keikutsertaan dalam pemborongan dan pengadaan barang Pemerintah, dan keikutsertaan dalam kegiatan penyaluran barang dari perseroan niaga.

(3) Peningkatan pelatihan, dan konsultasi usaha, dalam rangka memupuk jiwa kewiraswastaan serta pengembangan usaha di bidang perdagangan.

(4) Peningkatan bantuan dan kemudahan bagi para pedagang golongan ekonomi lemah, berupa penyediaan tempat berusaha yang layak, pemberian kemudahan dalam perizinan, serta pemanfaatan fasilitas kredit.

d. Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Negeri

Dalam rangka memperluas pemasaran barang-barang produksi dalam negeri telah ditempuh berbagai kemudahan yang ditetapkan melalui serangkaian Keppres, dan terakhir diatur melalui Keppres No. 29 Tahun 1984.

Dalam tahun 1992/0 pelaksanaan Keppres tersebut terus dimantapkan, yaitu: (a) setiap pekerjaan pemborongan/pembelian barang oleh Departemen/Lembaga Pemerintah wajib memprioritaskan penggunaan hasil produksi dalam negeri; (b) setiap Departemen/Lembaga Pemerintah yang dalam melakukan kegiatannya memerlukan jasa, wajib memprioritaskan penggunaan jasa kontraktor dan atau konsultan nasional; dan (c) dalam pekerjaan pemborongan/pembelian barang dan jasa oleh Pemerintah yang bersumber dari APBN dan dana bantuan luar negeri harus diusahakan agar produsen, kontraktor dan konsultan nasional dapat diikutsertakan.

Sebagai upaya membantu mempromosikan hasil produksi dalam negeri, serta merangsang peranan produsen kecil golongan

XI/53

Page 60: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

ekonomi lemah dalam meningkatkan produksinya, dalam tahun 1992/93 penyelenggaraan pameran dagang baik di pusat maupun di daerah-daerah terus ditingkatkan.

Dalam tahun 1992/93, penyelenggaraan informasi pasar terus ditingkatkan baik dalam cakupan jenis informasinya maupun dalam cakupan wilayahnya. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk membantu memperluas pasaran bagi barang-barang produksi dalam negeri.

3 . HASIL-HASIL PELAKSANAAN

Hasil pelaksanaan berbagai langkah kebijaksanaan yang ditempuh di bidang perdagangan dalam negeri, dikemukakan dalam uraian di bawah ini.

a. Umum

Peranan dan sumbangan sektor perdagangan menjadi semakin penting, sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi nasional. Di samping peranannya yang cukup besar dalam pengembangan pasar yang semakin transparan dan kompetitif, sumbangan sektor perdagangan tercermin pula dalam peningkatan nilai tambah yang dihasilkan serta dalam penyerapan tenaga kerja.

Dengan semakin berfungsinya sistem tata niaga dan distribusi nasional sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1992/93 laju inflasi masih dapat dikendalikan. Dalam tahun 1992/93 secara nasional laju inflansi dapat dipertahankan di bawah dua digit, yaitu sebesar 8,5% . Sedang dalam tahun-tahun 1988/89, 1989/90, 1990/91 dan 1991/92 laju inflasi masing-masing sebesar 6,5%, 5,4%, 9,1%, dan 9,8%. Sementara itu laju inflasi di daerah-daerah, juga terlihat cukup terkendali. Dalam periode 1989/90-1992/93, laju inflasi yang pernah mencapai dua digit hanya terjadi pada 15 kasus dari 115 pengamatan atau 13,1%. Dari 15 kasus itupun hanya terdapat dua kasus laju inflasi yang lebih tinggi dari 15% , yaitu di Ambon.

XI/54

Page 61: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Sistem tata niaga dan distribusi nasional yang berkembang hingga tahun 1992/93, termasuk sistem pergudangan, transportasi, komunikasi, informasi pasar dan pembiayaan yang mendukungnya, te lah mampu berfungsi secara efektif , sehingga semakin memperkokoh kesatuan ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara, telah mampu menunjang sektor-sektor produksi serta menyalurkan hasil produksinya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Khususnya industri pengolahan, yang memerlukan penyediaan sarana produksi serta pemasaran hasil secara lancar dan efisien. Kesemuanya itu telah berhasil dilayani secara efektif oleh jasa sektor perdagangan tanpa timbul gejolak harga yang berarti.

Peningkatan kegiatan sektor perdagangan telah memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha anggota masyarakat serta meningkatkan nilai tambah. Sektor perdagangan termasuk hotel dan restoran, dalam periode 1988-1992 telah tumbuh dengan 7,7% per tahun, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kurun waktu yang sama adalah 6,5%. Dengan tingkat pertumbuhan itu sumbangan sektor perdagangan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dalam tahun 1992 adalah sebesar 16,7% , sedangkan dalam tahun-tahun 1989, 1990 dan 1991 masing-masing sebesar 17,3%, 17,2% , dan 16,6%.

Sebagai akibat dari pertumbuhan sektor perdagangan yang cukup pesat seperti tersebut di atas, maka kemampuan penyerapan tenaga kerja- sektor perdagangan juga meningkat. Dari hasil sensus pendudu,k tercatat bahwa angkatan kerja yang terserap dalam sektor perdagangan, termasuk hotel dan restoran, dalam tahun 1988 adalah sebesar 10,6 juta orang atau 14,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja. Dalam tahun 1989 dan 1990 angka tersebut masing-masing telah meningkat menjadi 10,9 juta orang atau 14,8% dan 11,1 juta orang atau 14,7%, sedang dalam tahun 1992 diperkirakan penyerapan tenaga kerja sebesar 11,3 juta orang atau 14,8% dari jumlah penyerapan tenaga kerja.

XI/55

Page 62: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

b. Perkembangan Aspek-aspek Khusus

(1) Menjaga Kemantapan Penyaluran dan Harga Barang

Dalam tahun 1992/93 dengan dilaksanakannya berbagai kebijaksanaan, termasuk deregulasi dan debirokratisasi yang telah ditempuh, bidang perdagangan dalam negeri telah menunjukkan perkembangan yang semakin berarti, yaitu dengan semakin lancar dan meluasnya pemasaran barang-barang di seluruh wilayah Indonesia, serta harga yang cukup terkendali.

Tabel XI-28 menunjukkan perkembangan penyaluran pupuk Urea dan TSP dalam tahun-tahun 1988/89-1992/93. Tabel XI-29 menunjukkan perkembangan harga eceran besi beton di Jakarta dalam tahun-tahun 1988/89-1992/93. Sedangkan Tabel XI-30 sampai dengan Tabel XI-34 menunjukkan perkembangan harga eceran semen, minyak goreng, gula pasir, minyak tanah dan tekstil kasar dalam tahun-tahun 1988/89-1992/93 di kota-kota Jakarta, Medan dan Surabaya.

(a) Pupuk

Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, terutama jenis pupuk Urea dan TSP, dari tahun ke tahun semakin mantap, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel XI-28. Pada tahun 1989/90 penyaluran pupuk Urea dan pupuk TSP masing-masing sebesar '2.982,0 ribu ton dan 1.307,1 ribu ton, sedangkan dalam tahun 1991/92 masing-masing sebesar 3.070,5 ribu ton dan 1.302,6 ribu ton. Dalam tahun 1992/93 angka tersebut masing-masing sebesar 3.414,6 ribu ton dan 1.253,5 ribu ton. Penyaluran pupuk Urea dalam tahun 1992/93 meningkat sebesar 11,2%, sedangkan untuk pupuk TSP mengalami penurunan sebesar 3,8% dibanding dengan tahun sebelumnya.

Penyesuaian harga pupuk setiap tahun, seperti halnya

XI/56

Page 63: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

peningkatan harga pupuk Urea dan ZA dari Rp 210/Kg menjadi Rp 220/Kg pada tahun 1991/92, dan kemudian ditingkatkan lagi menjadi Rp 240/kg pada tahun 1992/93, sejalan dengan kebijaksanaan pengurangan subsidi pupuk secara bertahap. Penyesuaian harga pupuk tersebut diikuti dengan penyesuaian harga produk, sehingga pengaruh peningkatan harga pupuk tersebut terhadap permintaan pupuk tidak besar.

(b) Besi Beton

Dalam tahun 1992/93 harga besi beton di Jakarta turun dibanding tahun sebelumnya, sedang perbedaan harga terendah dengan harga tertinggi hanya sebesar 1,3%, hal ini tampak pada Tabel XI-29. Perbedaan harga yang terjadi dalam tahun 1992/93 tersebut lebih kecil bila dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,3 % . Dengan demikian pelaksanaan kebijaksanaan pengadaan besi beton telah memberikan hasil yang positip dalam usaha menjamin peningkatan efisiensi dan kemantapan harga barang tersebut.

(c) Semen

Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga yang terjadi cenderung menurun, sebagaimana tampak dari Tabel XI-30. Pada tahun 1992/93 perbedaan harga tertinggi dengan harga terendah yang terjadi di tiga tempat tersebut masih pada tingkat yang wajar yaitu masing-masing sebesar 9,9%, 7,9% dan 14,0%, sedang pada tahun 1991/92 angka tersebut masing-masing 6,7 % , 5, 8 % dan 7, 3 % . Dengan demikian sistem pengadaan dan penyaluran semen dalam negeri yang ditempuh masih cukup efisien.

(d) Minyak Goreng

Tabel XI-31 menunjukkan perkembangan harga eceran

XI/57

Page 64: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 28

REALISASI PENYALURAN PUPUK,1988/89 -1992/93

(ribu ton)

Akhir Repelita VNo. Jenis Pupuk Repelita IV 1)

(1988/89) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1. UREA 2.881,9 2.982,0 3.116,2 3.070,5 3.414,6

2. T S P 1.264,1 1.307,1 1.249,6 1.302,6 1.253,5

1) Angka sementara

XI/58

Page 65: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 29

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA, 1988/89 - 1992/93

(Rp/kg)

No BulanAkhir

Repelita IV(1988/89)

Repelita V

1989190 1990/91 1991/92

1)1992/93

1. April 583 621 712 900 754

2. Juli 585 621 712 900 756

3. Oktober 604 640 795 900 764

4. Januari 610 640 795 761 763

1) Angka sementara

XI/59

Page 66: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 30

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMENDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988/89 -1992/98(Rp/karung)

1) Angka sementara

XI/60

Page 67: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 31

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENGDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988189 -1992/93(Rp/botol)

1) Angka sementara

XI/61

Page 68: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

rata-rata minyak goreng dalam periode 1988/89-1992/93 di Medan, Jakarta dan Surabaya. Pada umumnya dalam periode tersebut perbedaan antara harga terendah dengan harga tertinggi masih dalam tingkat yang wajar. Walaupun terjadi kenaikan harga eceran minyak goreng di tiga kota besar itu, terutama pada tahun 1991/92 untuk triwulan keempat, namun pada triwulan ketiga tahun 1992/93 turun kembali (kecuali untuk Surabaya). Menurunnya kembali harga minyak goreng tersebut karena pengadaan bahan baku kopra di daerah tersebut sudah normal kembali.

(e) Gula Pasir

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dalam tahun 1992/93 harga eceran gula pasir pada umumnya cukup mantap, hal ini tampak dari Tabel XI-32. Perbedaan harga terendah dengan harga tertinggi yang terjadi di Medan, Jakarta dan Surabaya dalam tahun 1992/93 masing-masing adalah 8,3%, 2,9% dan 6,8%, sedang dalam tahun 1991/92 masing-masing sebesar 9,1%, 0,6% dan 6,5%.

Dengan demikian kebijaksanaan tata niaga gula pasir yang ditempuh selama ini, telah memberikan hasil positif dalam rangka mempertahankan tingkat harga yang sesuai dengan daya beli masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir telah dilakukan penyesuaian harga jual gula af-pabrik sebagai berikut: tanggal 1 Agustus 1989 sebesar Rp 74.300/kuintal; tanggal 1 April 1990 sebesar Rp 81.259/kuintal; dan tanggal 29 April 1991 sebesar Rp 90.200/kuintal.

(f) Minyak Tanah

Dalarn periode 1988/89-1992/93 kenaikan harga minyak tanah yang terjadi pada umumnya karena adanya penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pemerintah. Demikian pula, dalam tahun 1992/93 di samping terjadi kenaikkan harga, juga terjadi gejolak harga minyak tanah di Medan, Jakarta dan Surabaya, sebagaimana tampak dari Tabel XI-33. Dalam tahun 1992/93 perbedaan harga terendah

XI/62

Page 69: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 32

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIRDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988189 - 1992/93(Rp/kg)

1) Angka sementara

XI/63

Page 70: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 33

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAHDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988189 -1992193(Rp/botol)

1) Angka sementara

XI/64

Page 71: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

dengan harga tertinggi di Medan, Jakarta dan Surabaya masing-masing sebesar 30,0%, 25,0% dan 19,8%, sedang dalam tahun 1991/92 angka tersebut masing-masing 20,0%, 20,0% dan 16,7%.

(g) Tekstil Kasar

Sebagaimana tampak dari Tabel XI-34, walaupun terjadi kenaikan harga tekstil kasar, dalam periode 1988/89-1992/93 di Medan, Jakarta dan Surabaya, terutama tahun 1991/92, namun kenaikan harga tersebut masih pada tingkat yang wajar. Perbedaan antara harga terendah dengan harga tertinggi yang terjadi di kota-kota tersebut dalam tiga tahun terakhir makin kecil. Dalam tahun 1992/93 gejolak harga yang terjadi sudah semakin berkurang, yaitu hanya terjadi di Medan dan Jakarta masing-masing sebesar 10% dan 3%. Sedang dalam tahun 1991/92 angka tersebut untuk Medan, Jakarta dan Surabaya masing-masing sebesar 27,3%, 9,6% dan 0,7 %.

(h) Kertas Koran

Dalam beberapa tahun terakhir harga jual kertas koran selalu berada pada tingkat yang wajar. Hal ini dimungkinkan karena sistem tata niaga kertas koran yang dijalankan sudah semakin mantap dan efektif. Dengan semakin mantapnya tata niaga kertas koran, sejak Oktober 1991, harga kertas koran produksi dalam negeri tidak lagi ditetapkan oleh Pemerintah dan diserahkan kepada kekuatan pasar. Dalam tahun 1988 penyaluran kertas koran di dalam negeri berjumlah 136,6 ribu ton, dalam tahun 1991 sebesar 127,4 ribu ton, sedang dalam 1992 sampai dengan September 1992 sebesar 52,3 ribu ton.

(i) Susu

Langkah kebijaksanaan tata niaga susu yang telah ditempuh dalam tahun 1992/93 merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya, antara lain: (a) menetapkan secara periodik ratio antara

XI/65

Page 72: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

TABEL XI - 34

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASARDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988/89 -1992193(Rp/meter)

1) Angka sementara

Page 73: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

penyerapan susu dalam negeri terhadap impor susu oleh industri pengolahan susu, yaitu: bulan Januari 1991 sebesar 1:1, dalam semester 1 1992 sebesar 1:2, kemudian semester 1 1 9 9 3 diubah menjadi 1:1,25; (b) mengikutsertakan KUD dalam pembelian susu segar dari peternak dengan harga yang layak dan bersaing; dan (c) menetapkan harga penjualan susu segar di tingkat KUD secara periodik. Pada tahun 1989 harga jual susu berkisar antara Rp 425-440/Kg, tahun 1990 antara Rp 470-540/Kg, kemudian pada tahun 1991 antara Rp 491-533/Kg.

Sebagai pelaksanaan kebijaksanaan sistem tata niaga susu tersebut, penyerapan susu dalam negeri cukup mantap. Penyerapan susu oleh IPS pada tahun 1988/89 adalah 109,1 juta liter dan tahun 1991/92 sebesar 209,0 juta liter. Sedang tahun 1992/93, sampai dengan Agustus 1992 susu yang diserap oleh IPS telah mencapai sebesar 126,3 juta liter.

(2) Menyempurnakan Prasarana Perdagangan

(a) Pembangunan Prasarana Fisik

Dalam tahun 1992/93 langkah kebijaksanaan pembangunan prasarana fisik perdagangan masih diteruskan, karena semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kebijaksanaan tersebut meliputi: (1) penyediaan dan pemanfaatan sarana pasar, pertokoan dan pusat perbelanjaan, dengan semakin meningkatkan peran serta swasta; dan (2) pembangunan pasar percontohan di daerah-daerah perbatasan, terpencil dan transmigrasi. Pelaksanaan kebijaksanaan tersebut telah ikut memperluas kesempatan berusaha dan mengembangkan perekonomian daerah.

Dalam tahun 1992/93 dibangun lagi 25 pasar percontohan, sehingga sampai dengan tahun keempat Repelita V telah dibangun sebanyak 134 buah pasar yang tersebar di 21 propinsi. Pasar Inpres, yang seluruhnya telah dibangun sebanyak 2.802 buah pasar serta menampung 517.176 orang pedagang, memegang peranan yang

XI/67

Page 74: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

cukup berarti dalam meningkatkan kegiatan perdagangan. Sementara itu, sampai dengan tahun 1992/93 telah terdapat 623 buah pasar modern, yang terdiri dari 372 buah pasar swalayan dan 251 buah pusat perbelanjaan.

(b) Pembangunan Prasarana Kelembagaan

Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di bidang prasarana kelembagaan perdagangan, dapat diuraikan sebagai berikut.

(i) Pelaksanaan Undang-undang Metrologi Legal

Langkah kebijaksanaan pembangunan di bidang pemetrologian dalam tahun 1992/93 terus ditingkatkan, terutama yang menyangkut kegiatan tera atas kebenaran dan legitimasi terhadap pemakaian alat-alat ukur, alat timbang, takar beserta perlengkapannya (UTTP) yang dipergunakan dalam kegiatan perdagangan. Dalam menunjang kegiatan tersebut telah dilakukan pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi para petugas kemetrologian. Sejak Repelita I sampai dengan tahun 1988/89 telah dididik dan dilatih sebanyak 2.113 orang, sedangkan sampai dengan tahun 1992/93 angka tersebut meningkat menjadi 3.030 orang. Dengan demikian dalam periode 1989/90-1992/93 telah dididik dan dilatih sebanyak 917 orang.

(ii) Pelaksanaan Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP), yang baru dimulai secara efektif dalam tahun 1985, sampai dengan tahun 1988/89 baru terdaftar sekitar 550.000 perusahaan, yang terdiri dari 50.000 PT, 5.600 Koperasi, 420.000 perusahaan perorangan, 1.900 Firma dan 6.000 badan usaha lainnya. Sedangkan sampai dengan tahun keempat Repelita V angka tersebut telah meningkat menjadi 801.235 perusahaan, yang terdiri dari 80.876 PT, 9.565 Koperasi, 107.319 CV, 593.711 perusahaan perorangan, 2.240 Firma dan 7.524 badan usaha lainnya.

XI/68

Page 75: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

Dibanding dengan perkiraan jumlah perusahaan yang harus melaksanakan WDP sebesar kurang lebih 2 juta perusahaan, maka sampai dengan tahun 1992/93 kegiatan pendaftaran tersebut telah mencapai 40,1%.

(iii) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Sampai dengan tahun 1992/93 jumlah perusahaan yang telah memperoleh SIUP telah meningkat menjadi 1.310,0 ribu perusahaan, terdiri dari 64,0 ribu perusahaan besar, 336,0 ribu perusahaan menengah dan 910,0 ribu perusahaan kecil. Sedang sampai dengan tahun 1989/90 jumlah tersebut adalah 1.266,5 ribu perusahaan, terdiri dari 59,6 ribu perusahaan besar, 302,0 ribu perusahaan menengah dan 864,9 ribu perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kebijaksanaan penyederhanaan SIUP, kesempatan berusaha di bidang perdagangan semakin terbuka.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional dan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Peningkatan peranan pedagang nasional terutama pedagang kecil golongan ekonomi Iemah, dalam tahun 1992/93 terus diperluas. Di samping penciptaan iklim berusaha yang kondusif, dalam tahun tersebut dilaksanakan pula berbagai program pembinaan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam bidang manajemen usaha, pengembangan jiwa kewirausahaan serta peningkatan keterampilan berusaha.

Dalam tahun 1992/93 telah diselenggarakan penataran dan penyuluhan bagi para pedagang penyalur dan pengecer sebanyak 1.530 orang. Sedangkan selama periode 1989/90-1992/93 telah dilatih pedagang penyalur dan pengecer sebanyak 2.610 orang. Selain penataran dan penyuluhan, upaya penyediaan fasilitas perkreditan terus ditingkatkan dan dimantapkan. Fasilitas

XI/69

Page 76: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga

perkreditan tersebut juga telah banyak dimanfaatkan oleh pedagang kecil golongan ekonomi lemah dalam pengembangan usaha mereka.

Sebagai pelaksanaan penghapusan kegiatan asing di bidang perdagangan distribusi, jumlah perusahaan nasional yang menjadi agen/distributor sampai dengan tahun 1992/93 telah meningkat menjadi 9.604 perusahaan, sedangkan sampai tahun 1988/89 jumlah tersebut baru mencapai 2.506 perusahaan. Selain itu, dari data SIUP tercatat bahwa jumlah perusahaan formal yang diberikan SIUP sampai dengan tahun 1992/93 telah meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang,terserap di sektor perdagangan telah meningkat cukup besar.

d. Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Negeri

Sampai dengan tahun 1992/93 peluang yang diberikan bagi peningkatan penggunaan produksi dalam negeri semakin luas dan telah memberikan dampak positif bagi produsen. Dalam tahun 1992/9,3 upaya memperluas pasaran barang-barang hasil produksi dalam negeri di samping melalui kegiatan promosi dan informasi pasar, juga melalui pelaksanaan Keppres No. 29 Tahun 1984.

Di samping itu, dilakukan pula upaya peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran, yang secara bertahap telah meningkatkan daya saing hasil produksi dalam negeri.

Sebagai upaya promosi pemasaran barang-barang hasil produksi dalam negeri, penyelenggaraan pameran dagang terus ditingkatkan. Penyelenggaraan pameran dagang tersebut sampai akhir Repelita III masih terbatas di beberapa ibu kota propinsi saja, namun setelah itu diperluas dengan pameran keliling di ibu kota kabupaten. Sejak awal Repelita IV sampai dengan tahun 1988/89 pameran dagang yang diselenggarakan• baru meliputi 12 propinsi dan 35 kabupaten/kotamadya, kemudian dalam Repelita V sampai dengan tahun 1992/93 kegiatannya telah mencakup di 27 propinsi dan tersebar di 292 kabupaten/kotamadya.

XI/70

Page 77: KOPERASI DAN PERDAGANGAN · Web view(c) Semen Walaupun dalam periode 1988/89-1992/93 rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya terus meningkat, namun gejolak harga