kontrak konstruksi

2
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam kebiasaan pelaksanaan suatu kontrak konstruksi yang melibatkan Owner/Pengguna Jasa dan Kontraktor selaku Penyedia Jasa, posisi penyedia jasa hampir selalu lebih lebih lemah dari pada posisi pengguna jasa. Dengan kata lain, posisi pengguna jasa lebih dominan dari pada posisi penyedia jasa. Ketidakseimbangan antara terbatasnya pekerjaan Konstruksi/Proyek dan banyaknya Penyedia Jasa mengakibatkan posisi tawar Penyedia Jasa sangat lemah. Dengan banyaknya jumlah Penyedia Jasa maka Pengguna Jasa leluasa melakukan pilihan. Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan Pengguna jasa/Pemilik Proyek menyebabkan Penyedia Jasa rela menerima Kontrak Konstruksi yang dibuat Pengguna Jasa. Faktor KKN seperti ‘tender diatur’ , ‘tender arisan’, nilai tender akan dinaikkan (mark up), ‘pekerjaan fiktif’ dan sebagainya menjadikan ‘wajah’ kontrak konstruksi di Indonesia menjadi tidak wajar. Kerugian proyek terbesar disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola kontrak konstruksi. Dan adanya kesadaran akan pemahaman kontrak yang belum tinggi. Dimana seharusnya kontrak merupakan dokumen yang sangat penting dalam sebuah proyek segala hal yang terkait dengan hak dan kewajiban antar pihak serta alokasi resiko diatur di kontrak. Pemahaman kontrak mutlak diperlukan oleh tim proyek dalam menjalankan proyek agar semua masalah dan resiko yang terkandung didalamnya dapat diatasi dan sesuai dengan kemampuan masing-masing pihak untuk mengatasi.

Upload: bintang-dewi

Post on 07-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kontrak konstruksi

TRANSCRIPT

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDalam kebiasaan pelaksanaan suatu kontrak konstruksi yang melibatkan Owner/Pengguna Jasa dan Kontraktor selaku Penyedia Jasa, posisi penyedia jasa hampir selalu lebih lebih lemah dari pada posisi pengguna jasa. Dengan kata lain, posisi pengguna jasa lebih dominan dari pada posisi penyedia jasa. Ketidakseimbangan antara terbatasnya pekerjaan Konstruksi/Proyek dan banyaknya Penyedia Jasa mengakibatkan posisi tawar Penyedia Jasa sangat lemah. Dengan banyaknya jumlah Penyedia Jasa maka Pengguna Jasa leluasa melakukan pilihan. Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan Pengguna jasa/Pemilik Proyek menyebabkan Penyedia Jasa rela menerima Kontrak Konstruksi yang dibuat Pengguna Jasa. Faktor KKN seperti tender diatur , tender arisan, nilai tender akan dinaikkan (mark up), pekerjaan fiktif dan sebagainya menjadikan wajah kontrak konstruksi di Indonesia menjadi tidak wajar.Kerugian proyek terbesar disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola kontrak konstruksi. Dan adanya kesadaran akan pemahaman kontrak yang belum tinggi. Dimana seharusnya kontrak merupakan dokumen yang sangat penting dalam sebuah proyek segala hal yang terkait dengan hak dan kewajiban antar pihak serta alokasi resiko diatur di kontrak. Pemahaman kontrak mutlak diperlukan oleh tim proyek dalam menjalankan proyek agar semua masalah dan resiko yang terkandung didalamnya dapat diatasi dan sesuai dengan kemampuan masing-masing pihak untuk mengatasi.

3.2 Saran1. Dalam menjalankan sebuah proyek konstuksi semua pihak yang terlibat di dalamnya diwajibkan untuk memahami kontrak konstruksi.2. Dalam membuat kontrak konstruksi sebaiknya jangan menggunakan kata-kata yang ambigu atau bermakna ganda yang dapat mengakibatkan pengertian yang berbeda.3. Sebagai pihak penyedia jasa, sebelum menyetujui kontrak konstruksi diharuskan untuk menelaah secara teliti apa maksud dari kontrak agar dikemudian hari tidak terjadi kerugian karena faktor kelalaian.