konsep teori ca buli
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CA BULI
A. PENGERTIAN
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
B. EPIDEMIOLOGI
CA Buli (Kanker kandung kemih) lebih sering ditemukan pada pasien-pasien
yang berusia diatas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
dengan perbandingan 3:1. Statistic menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan
hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada 2 bentuk
kanker kandung kemih, yaitu : bentuk superficial (yang cenderung kambuhan) dan
yang bentuk invasif. Sekitar 80% hingga 90% dari semua kanker kandung kemih
merupakan sel transisional ( yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel
transisional kandung kemih), sementara tipe lain dari tumor tersebut adalah sel
skuamosa dan adenokarsinoma.
C. MANIFESTASI KLINIK
Tumor ini biasanya muncul dari basis vesika urinaria dan meliputi orifisium
uretra serta kolumna vesika urinaria (leher kandung kemih). Hematuria berat dan
tanpa nyeri adalah gejala kanker kandung kemih yang paling sering ditemukan.
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi yang lazim terdapat dan menyebabkan
gejala berkemih yang sering, urgensi, dan disuria. Namun demikian, setiap perubahan
pada urinasi atau perunahan urin dapat menunjukkan adanya kanker kandung kemih.
Nyeri di daerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker tersebut.
D. PENYEBAB
Karsinogen lingkungan, misalnya : 2-naftilamin, benzidine, tembakau, dan
nitrat.
Karsinoma sel skuamosa kandung kemih adalah penyebab paling umum di
area geogeafis yang merupakan endemic sistosomiasis.
E. TANDA DAN GEJALA
Di stadium awal, 25% pasien tumor kandung kemih tidak mengalami gejala.
Tanda pertama adalah hematuria yang banyak, tidak menyakitkan, dan
intermitten (biasanya disertai gumpalan dalam urine).
Jika ada lesi invasif, biasanya penderita mengalami nyeri suprapubis setelah
buang air.
F. PATOFISIOLOGI
BULI-BULI
Ca Buli-Buli
Ulserasi
Infeksi sekunder :
- panas waktu kencing
- merasa panas dan
tubuh lemah
- kencing campur darah
Metastase
Invasi pada bladder
Retensio urine :
- sulit/sukar kenicing
Oklusi ureter/pelvic renal
Refluks
Hydronephrosis
- nyeri suprapubic
- nyeri pinggang
Ginjal membesar
Penatalaksanaan
Operasi
Kecemasan
Takut
Kurang pengetahuan
Radiology
Defifsit ekonomi
Tidak adequatnya terapi
Chemotherapy
Tidak adequatnya terapi
Efek samping chemotherapy
- panas tubuh dan lemah
- nafsu makan menurun
- intoleransi aktivitas
- depresi
- konsep diri
G. KOMPLIKASI
a. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
H. EVALUASI DIAGNOSTIK
Evaluasi diagnostic mencakup pemeriksaan urografi atau IVP, pemindaian
CT, ultrasonografi (USG), sitoskopi, pemeriksaan bimanual dengan pembiusan.
Biopsy tumor dan mukosa di sekitarnya merupakan procedure diagnostic yang
definitif.
Karsinoma sel transisional dan karsinoma in situ akan melepaskan sel-sel
kanker yang dapat dikenali. Pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin
yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang
prognosis pasien, khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor
primer kandung kemih.
I. PENATALAKSANAANPenanganan kanker kandung kemih bergantung pada derajat tumornya(yang
didasarkan pada diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor( derajat invasi lokal
serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut(apakah tumor
tersebut memiliki banyak pusat). Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional
harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.
1. Reseksi transuretra atau fulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma
yang tunggal(tumor epitel benigna). Prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat
insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan
melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu tantangan
karena biasanya sudah terjadi abnormalitas yang melusa pada mukosa kandung
kemih. Keseluruhan lapisan dinding saluran kandung kemih atau urotelium
menghadapi resiko mengingat perubahan karsinomatosa bukan hanya ditemukan
dalam mukosa kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal, ureter,
uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius ; kurang lebih 25% hingga
40% tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan fulgerasi atu
reseksi transuretra.Penderita papiloma benigna harus menjalani tindak lanjut
dengan pemeriksaan sitologi sistoskopi secara berkala sepanjang hidungnya
karenan kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.
2. Kemotrapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(Adriamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi
parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien.
Kemotrapi intravena dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
3. Kemotrapi topical (kemotrapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan
larutan obat antineoplastik ke dalam kandung kemih yang membuat obat tersebut
mengenai dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat
resikokekambuhan yang tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika reseksi tumor
tidak tuntas. Kemotrapi topikal dalah pemberian medikasi dengan konsentrasi
yang tinggi(thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethoglusid dan Bacillus Calmette-
Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran jarinagn tumor.BCG kini
dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk kanker kandung
kemihyang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respons imun tubuh
terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur
pemasukan(instilasi) obat dilaksanakan, tetapi setelah kandung kemih terisi penuh,
pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum
mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur pasien dianjurkan
untuk buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati(adalibitum) untuk
membilas preparat tersebut dari dalam kandung kemih.
4. Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
kambuhnya kanker tersebut di daerah sekitarnya tau kemungkinan penyebaran
sel-sel kanker lewat sistem sirkulasi darah atau sistem limfatik dapat dikurangi.
Tetapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan untuk
mengendaliakan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak bisa dioprasi.
5. Sistektomi sederhana (pengangkatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal. Sisitektomi
radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus
seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya. Pada wanita, sistektomi radikal
meliputi, pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba Falopi,
ovarium, vagina anterior dan uretra. Operasi ini dapat mencangkup pula
limfadenektomi(pengangkatan nodus limfatikus). Pengangkatan kandung kemih
mememrlukan prosedur diversi urin(lihat bawah).
6. Kanker kandung kemih varietas sel transisional memiliki respon yangburuk
terhadap kemotrapi Cisplatin, doxorubisin dan siklifosfamid sudah digunakan
dengan pelbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan
kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
sitotoksik melalui suplai darh arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai
konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksin yang lebih
kecil. Untuk kanker kadung kemuih yang lebih lanjut atau pasien dengan hematura
yang membandel (khususnya setelah terapi radiasi), sebuah balon berisi air yang
ditempatkan di kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan mengurangi
suplai darah ke dinding kandung kemih(terapi hidrostatik). Terapi instilasi dengan
cara memasukkan larutan formalin, fenol atau perak nitrat dapat meredakan gejala
hematuria dan stranguria(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri) pada sebagian
pasien.
SUMBER :Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medical bedah edisi 8 vol 2. Jakarta: EGCTim Jurnal Nursing. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : Indeks.