konsep kota ideal dan realitasnya

20
Konsep Kota Ideal dan Realitasnya Myrna Ivana Loupatty, Evawani Ellisa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Imajinasi mengenai utopia seringkali dikaitkan dengan impian yang tidak mungkin atau sulit untuk direalisasikan. Dari persepsi tersebut, timbul ketertarikan untuk mencari tahu mengenai perealisasian sebuah utopia dan kota ideal, perihal hal tersebut mungkin dilakukan ataupun tidak. Pembahasan akan diawali dengan memperdalam beberapa konsep kota ideal yang telah dipublikasikan. Kemudian dilakukan pembahasan yang lebih mendalam mengenai salah satu contoh implementasi utopia dalam bentuk kota ideal. Berdasarkan kesimpulan, kota ideal adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan namun tidak secara sempurna. Konsep kota ideal cenderung berkaitan erat dengan imajinasi bebas perancangnya. Maka dari itu, perealisasian kota ideal belum dapat dilakukan secara total dikarenakan adanya intervensi masyarakat dan perubahan gaya hidup masyarakat. Concept of Ideal City and Its Reality Absract Imagination about utopia is closely related to something which is hard or impossible to be realized. From this perspective, there is an interest to investigate the realization of utopian dreams, an ideal city and its possibilities. The investigation will start by learning the basic meanings of imagination ideals in design, utopia, an ideal city and a utopian city. Then, there will be a discussion of some sample of utopian ideas in the form of an ideal city done by some architects in the past that will lead to a case study of the city of Brasilia which an implementation of urban utopian thinking. Based on the conclusion, an ideal city is a dream which is yet to be fulfilled. Some attempts to make it happen in the past have succeeded, but the result was not as expected by the initial concept. The concept of an ideal city is based on the planner‟s freedom of imagination. Therefore, t he realization of an ideal city has not been carried out perfectly because the ideal city itself was intervened by the people living in it who needed a change of lifestyle. Keywords: Ideal City; Utopia; Imagination Pendahuluan Bermimpi, berimajinasi, berandai-andai adalah beberapa frase yang digunakan sebagai langkah awal dalam merancang. Dalam dunia perancangan, suatu ide yang hebat dapat datang hanya dari imajinasi. Kemungkinan imajinasi menjadi kenyataan dapat dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dituangkan dalam mewujudkan imajinasi tersebut. Imajinasi merupakan salah satu elemen terpenting bagi seorang perancang dalam menggagas idenya. Imajinasi bersifat subjektif, maka dari itu setiap orang bebas memiliki kemampuan untuk membuat imajinasinya sendiri. Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Myrna Ivana Loupatty, Evawani Ellisa

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Imajinasi mengenai utopia seringkali dikaitkan dengan impian yang tidak mungkin atau sulit untuk

direalisasikan. Dari persepsi tersebut, timbul ketertarikan untuk mencari tahu mengenai perealisasian sebuah

utopia dan kota ideal, perihal hal tersebut mungkin dilakukan ataupun tidak. Pembahasan akan diawali dengan

memperdalam beberapa konsep kota ideal yang telah dipublikasikan. Kemudian dilakukan pembahasan yang

lebih mendalam mengenai salah satu contoh implementasi utopia dalam bentuk kota ideal. Berdasarkan

kesimpulan, kota ideal adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan namun tidak secara sempurna. Konsep

kota ideal cenderung berkaitan erat dengan imajinasi bebas perancangnya. Maka dari itu, perealisasian kota

ideal belum dapat dilakukan secara total dikarenakan adanya intervensi masyarakat dan perubahan gaya hidup

masyarakat.

Concept of Ideal City and Its Reality

Absract

Imagination about utopia is closely related to something which is hard or impossible to be realized. From this

perspective, there is an interest to investigate the realization of utopian dreams, an ideal city and its possibilities.

The investigation will start by learning the basic meanings of imagination ideals in design, utopia, an ideal city

and a utopian city. Then, there will be a discussion of some sample of utopian ideas in the form of an ideal city

done by some architects in the past that will lead to a case study of the city of Brasilia which an implementation

of urban utopian thinking. Based on the conclusion, an ideal city is a dream which is yet to be fulfilled. Some

attempts to make it happen in the past have succeeded, but the result was not as expected by the initial concept.

The concept of an ideal city is based on the planner‟s freedom of imagination. Therefore, the realization of an

ideal city has not been carried out perfectly because the ideal city itself was intervened by the people living in it

who needed a change of lifestyle.

Keywords: Ideal City; Utopia; Imagination

Pendahuluan

Bermimpi, berimajinasi, berandai-andai adalah beberapa frase yang digunakan sebagai

langkah awal dalam merancang. Dalam dunia perancangan, suatu ide yang hebat dapat

datang hanya dari imajinasi. Kemungkinan imajinasi menjadi kenyataan dapat dipengaruhi

oleh besarnya usaha yang dituangkan dalam mewujudkan imajinasi tersebut. Imajinasi

merupakan salah satu elemen terpenting bagi seorang perancang dalam menggagas idenya.

Imajinasi bersifat subjektif, maka dari itu setiap orang bebas memiliki kemampuan untuk

membuat imajinasinya sendiri.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 2: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Utopia adalah suatu kata yang sering digunakan untuk mendeskripsikan fiksi imajinatif yang

sulit atau mungkin tidak dapat diwujudkan. Imajinasi mengenai utopia atau tempat yang

dianggap imajinatif dan sulit untuk diwujudkan adalah sesuatu yang menarik untuk dibahas

lebih lanjut. Sudah banyak upaya dari arsitek-arsitek maupun perancang kota di masa lampau

untuk merealisasikan idenya mengenai suatu tempat impian, banyak diantaranya gagal namun

adapula yang berhasil. Arsitek-arsitek modern seperti Le Corbusier, Frank Llyod Wright atau

grup utopia layaknya Archigram dan Metabolism pernah mempublikasikan pemikiran mereka

mengenai kota utopia di periode 1920-1960an. Namun ide-ide tersebut tidak berhasil untuk

diwujudkan.

Permasalahan bagaimana proses pemikiran kota ideal dan apakah ide utopia bisa dilanjutkan

atau tidak adalah sesuatu yang akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini. Faktor apakah

yang membuat keberhasilan suatu perwujudan kota ideal? Faktor apa sajakah yang berpotensi

mempengaruhi proses berpikir kota ideal seseorang?

Metode Pembahasan

Sebagian besar skripsi ini adalah telaah pustaka dari berbagai media seperti buku, internet dan

film dokumenter mengenai topik-topik yang akan dibahas. Diawali dengan pemahaman dasar

mengenai imajinasi, kota ideal dan utopia, lalu dilanjutkan dengan melakukan studi mengenai

pemikiran kota ideal yang sudah ada baik yang berhasil diwujudkan maupun tidak, kemudian

dilanjuti dengan bagian studi kasus, dimana kasus yang diambil merupakan kota yang

merupakan contoh implementasi dari pemikiran kota ideal. Dalam pembahasan kasus ini

akan dibahas mengenai latar belakang pembangunan, pengaruh perancangan kota serta

dampak lebih lanjut setelah kota tersebut dihuni. Kemudian dilanjutkan dengan analisis

mengenai kaitan antara proses berpikir imajinatif serta implementasinya dalam perancangan

sebuah kota ideal.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 3: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Imajinasi, Ideal dan Utopia

A. Imajinasi

Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar kejadian

berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (KBBI, 1991). Sebagai kekayaan

intelektual yang bersifat subjektif, imajinasi dimiliki oleh masing-masing pribadi. Imajinasi

adalah salah satu ciri unik manusia, karena mahluk hidup yang memiliki akal budi hanya

manusia.

Latar belakang sosial-budaya perancang sangat berpengaruh terhadap hasil desain yang

dibuat, karena apa yang ia rancang seringkali merupakan perbaikan terhadap sesuatu yang

pernah dialaminya. Secara alami, seorang perancang akan membuat suatu rancangan yang

merupakan hasil imajinasi akan sesuatu yang ideal (Fishman, 1962).

Dalam proses desain arsitektur, imajinasi memiliki peranan penting dalam memberi ide

tentang sesuatu yang belum nyata atau belum pernah dipikirkan sebelumnya. Dari imajinasi

itulah, ide akan dikembangkan baik menjadi sesuatu yang dapat diwujudnyatakan atau hanya

yang sekedar proposal yang tidak dibangun (Margalit, 2010).

B. Ideal

Ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau

dikehendaki (KBBI, 1991). Desain memiliki tujuan yang beragam, salah satunya adalah

dalam menyelesaikan satu masalah untuk mencapai ideal. Dalam A Definition of Design and

Its Creative Features (2009), Taura dan Nagai berpendapat bahwa pencarian kualitas ideal

berhubungan dengan penggambaran masa depan. Proses ini terjadi akibat refleksi diri

terhadap apa yang dirasakan pada masa kini dan yang ingin diperbaiki atau disempurnakan di

masa depan.

Berhubungan dengan konteks kota, kota ideal adalah sesuatu yang masih sulit untuk

didefinisikan. Konsep ideal bagi perancang kota mungkin dapat berbeda dengan orang-orang

yang akan menghuninya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dalam kota, yang akan

menghuni adalah kumpulan orang dari berbagai karakter dan latar belakang sehingga kota

bukan dirancang hanya untuk memuaskan ideal perancang kota saja. Impian terhadap kota

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 4: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

yang ideal meliputi kehidupan masyarakat yang maju dan makmur, kondisi fisik arsitektural

yang teratur dan terawat serta alam yang dijaga dan berjalan harmonis dengan campur tangan

manusia yang hidup didalamnya (Safdie, 2011).

Kota ideal adalah kota yang direncanakan untuk mencapai tujuan dan ideal tertentu dari

perancangnya. Perancangan sebuah kota ideal dipengaruhi oleh pandangan-pandangan

terhadap suatu utopia atau harapan terhadap sesuatu yang sempurna dan tidak mungkin untuk

diwujudkan. Berbeda dengan pandangan utopia, perencanaan kota ideal didasari oleh sesuatu

yang memungkinkan untuk diwujudkan namun masih mengandung unsur kesempurnaan atau

perbaikan terhadap sesuatu yang terjadi di masa lampau. (Trevisan, 2012)

Upaya-upaya untuk mendefinisikan kota ideal telah dilakukan oleh banyak arsitek serta

perancang kota di masa lampau. Perihal perwujudan nyata dari kota ideal ini seringkali

mengalami perubahan seiring dengan kondisi masyarakat yang tinggal didalamnya.

Perancang kota berperan sebagai perancang awal kehidupan kota, namun seiring dengan

beradaptasinya komunitas-komunitas masyarakat didalamnya, seringkali terjadi sedikit

perubahan yang dapat membahayakan prinsip ideal yang awalnya diimpikan oleh pendiri

kota. Kasus ini dapat terlihat pada perwujudan nyata Garden city di Letchworth dan Welwyn,

Inggris atau Brasilia di Brazil.

C. Utopia

Utopia adalah sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan

(khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan (KBBI, 1991).

Pemikiran utopia berusaha untuk membuat prinsip dasar mengenai bagaimana suatu

komunitas dapat dikatakan ideal. Dalam prakteknya, pemikiran utopia dipengaruhi oleh pada

dasar filosofis pemikirnya (Galston, 2010). Dalam The Utopian Imagination in Realist

Politics, Galston berpendapat bahwa terdapat pertentangan pemikiran realis dan utopia.

Pemikiran realis merupakan sesuatu yang pemikiran yang terkesan pesimis, dan memiliki

ketakutan terhadap akibat buruk dibanding memikirkan yang terbaik. Sedangkan pemikiran

utopia terkesan bebas dan mengharap tercapainya kondisi yang terbaik.

Perkembangan mengenai pemikiran awal tentang kota utopia memang berakar dari ide

mengenai pulau fantasi oleh More, namun seiring berjalannya waktu, pemikiran-pemikiran

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 5: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

lain mengenai kota utopia pun bermunculan. Dimulai dari novel-novel, hingga mulai

berkembang pada jaman arsitektur modern oleh ide utopia Le Corbusier dan Frank Llyod

Wright. Pada masa pasca Perang Dunia II, pemikiran utopia dilanjutkan oleh dua kelompok

arsitek dari Inggris dan Jepang yaitu Archigram dan Metabolism. Masing-masing individu

maupun kelompok arsitek tersebut menuangkan ide mereka mengenai kota utopia lewat

tulisan, pameran maupun buku-buku. Sekalipun tidak diwujudkan secara sempurna adapula

konsep pemikiran kota imajinatif yang berpengaruh pada perkembangan realitas perancangan

kota maupun arsitektur.

Imajinasi yang Terealisasi dan Tidak Terealisasi

A. Imajinasi yang Terealisasi

Imajinasi dalam desain adalah kekayaan intelektual seorang perancang. Dalam kondisi

tertentu, setiap perancang bebas dan memiliki hak dalam mengutarakan imajinasi. Namun,

pada saat kondisinya berbeda, yaitu ketika ada dorongan agar desain itu harus diwujudkan,

imajinasi perancang harus mampu memenuhi berbagai aspek baik teknis maupun

pembiayaan.

A.1 Ebenaezer Howard dan Garden City

Ebenezer Howard adalah seorang yang paling dikenal sebagai bapak Garden City. Pria

berkebangsaan Inggris ini berhasil merealisasikan kota dengan konsep Garden City (1898) di

Letchworth dan Welwyn, Inggris. Gerakan ini berpengaruh besar dalam perkembangan

perancangan kota selanjutnya yaitu gerakan New Town. (Jacob, 2014)

Pada tahun 1898, Howard mengeluarkan ide berbentuk diagram yang disebut Three Magnets

sebagai dasar perancangan Garden City. Diagram ini menggabungkan elemen the Town, the

Country dan the Town-Country. Diagram ini menyiratkan kelebihan dari konsep kota dan

desa dan penggabungan keduanya (Ross, 2014). Aspek Town mengandung unsur

ketenagakerjaan, kesempatan bekerja serta kesempatan untuk terus berkembang. Aspek

Country, mengandung unsur alam seperti lahan yang luas, bersih dan sehat. Melalui

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 6: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

penggabungan kedua unsur diperoleh kesatuan yang harmonis. Tujuannya agar manusia

dapat merasakan persatuan masyarakat dengan alam (Howard, 1902).

Pada tahun 1899, Howard berhasil mengumpulkan dana dari investor untuk membuka

Asosiasi Garden City (Garden City Association), dari sinilah langkah awal perwujudan

Garden City dimulai. Garden City dibangun pada dua tempat di Inggris yaitu di Letchworth

dan Welwyn. Sekalipun demikian, konsep ideal Garden City oleh Ebenaezer Howard namun

tidak sepenuhnya diterapkan

Pengaruh masa lampau Howard terhadap konsep kota ideal terlihat dari susunan kelompok

sosial yang dia impikan akan tinggal di Garden City. Howard menginginkan agar yang

tinggal di sana adalah pekerja kalangan tukang dari kelompok ekonomi menengah. Howard

juga menggagas prinsip Garden City sebagai kota mandiri, tempat dimana masyarakat dapat

tinggal sekaligus bekerja. Namun, prinsip ini gagal terwujud.

Gambar 1. Alur Pikir Kota Ideal Garden City

Olahan Pribadi, 2015

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 7: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

B. Imajinasi yang Tidak Terealisasi

Utopia didefinisikan sebagai suatu imajinasi yang tidak mungkin dan sulit untuk diwujudkan.

Utopia identik dengan imajinasi dengan basis keruangan yaitu merancang suatu komunitas

baik dalam bentuk kota maupun pulau. Alasan utama pencarian konsep ideal yang baru

adalah rasa manusiawi akan ketidakpuasan mengenai apa yang terjadi pada masa itu. Ideal

yang dimaksud meliputi masyarakat dengan pribadi yang lebih baik, lingkungan yang lebih

baik dan komunitas secara menyeluruh yang lebih baik. Ada dua sisi dibalik suatu ide utopia,

yaitu ketika seorang perancang disatu sisi memiliki kebebasan untuk berpegang pada

imajinasi dan idealismenya sendiri, namun disisi lain apabila ingin diwujudkan, maka ia

memikirkan aspek teknis, waktu, lokasi, kesempatan, pembiayaan dan bahkan keuntungan

(Carvalhal, 1997).

B.1 Archigram

Archigram adalah salah satu kelompok arsitek asal Inggris yang mempelopori pemikiran

utopia dalam arsitektur. Kelompok yang berdiri pada awal tahun 1960-an ini terdiri dari Peter

Cook, David Greene, Mike Webb, Warren Chalk, Dennis Crompton dan Ron Herron. Mereka

adalah lulusan dari berbagai perguruan tinggi arsitektur di Inggris yang kemudian berkumpul

di sekolah arsitektur terkenal di London, Architecture Association. Archigram berasal dari

kata „architecture‟ dan „telegram‟ merupakan sebuah publikasi cetak yang mereka gunakan

untuk menyampaikan ide-ide mengenai arsitektur dalam bentuk kolase yang disusun secara

kreatif (Archigram, 1999).

Pembuatan publikasi Archigram salah satunya didorong oleh rasa ingin tahu tentang apa yang

akan terjadi di dunia di masa depan. Prinsip dasar Archigram adalah mengubah pemahaman

bahwa bangunan sebagai sesuatu yang statis, menjadi sesuatu yang dinamis. Desain

Archigram lebih banyak menggabungkan unsur yang bersifat mekanikal dan fleksibel serta

memiliki kemungkinan untuk berpindah (Archigram, 1999). Desain kelompok archigram

juga bertema futuristik dan fiksi ilmiah. Kelompok ini sangat dipengaruhi karya-karya

Buckminster Fuller dan komik Marvel yang pada masa itu banyak menginspirasi fantasi

tentang kehidupan nomaden (Design Museum, 2007).

Apabila dikaitkan dengan imajinasi, pemikiran mengenai kota utopia oleh Archigram

memiliki pengaruh besar dari dua hal yaitu perkembangan pembangunan di kawasan London,

akibatnya pembuatan konsep mereka cenderung mengedepankan sistem megastruktur dan

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 8: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

pemikiran-pemikiran fiksi ilmiah yang membuat konsep-konsep Archigram memiliki elemen

hiburan serta menghibur. Sejak awal pencetusan ide mengenai pembuatan majalah archigram,

kelompok ini memang tidak memiliki tujuan agar konsep mereka direalisasikan, melainkan

bagi mereka utopia adalah suatu yang dapat memberi tambahan kontribusi di dalam dunia

arsitektur, dan memberi kesan bahwa arsitektur dapat menggugah perasaan, menginspirasi

serta menghibur.

B.2 Metabolism

Metabolism adalah sebuah gerakan arsitektur asal Jepang yang membuat pengembangan ide-

ide mengenai arsitektur organik. Ide ini berasal dari sekelompok arsitek muda asal Jepang

antara lain Kiyonori Kikutake, Kisho Kurokawa dan Fumihiko Maki yang dipimpin oleh

arsitek Kenzo Tange. Berawal dari pembubaran CIAM (Congrès International d'Architecture

Moderne), kelompok ini membuat suatu grup baru untuk menyalurkan ide perancangan kota,

teknologi, struktur sosial dan bangunan. Metabolism melontarkan ide bahwa bangunan baru

atau perancangan kota baru perlu diperlakukan layaknya mahluk hidup. Meskipun

menggunakan bahan bangunan dan teknologi terbaru, bentuk bangunan rancangannya bersifat

open-ended dan dapat dikembangkan secara adaptif dalam mengantisipasi perubahan atau

tidak permanen (Glancey, 2015).

Gambar 2. Alur Pikir Kota Ideal oleh Archigram

Olahan Pribadi, 2015

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 9: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Proyek-proyek garapan kelompok ini ada yang berupa konsep namun ada pula yang akhirnya

diwujudkan dalam bentuk bangunan. Kelompok ini berkonsentrasi pada masalah kekurangan

lahan, kekurangan tempat tinggal dan pertumbuhan kota yang tidak terencana. Masalah-

masalah ini memang terlihat di sebagian besar kota padat penduduk di Jepang pada saat itu

(Schalk, 2014). Dalam paham metabolisme, lingkungan diciptakan secara dinamis, hidup dan

tumbuh dengan cara membuang bagian-bagian yang sudah rusak untuk kemudian melahirkan

elemen-elemen baru. Arsitektur dan kota diperlakukan sebagaimana sebuah jasad hidup yang

reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi (Budiharjo, 1983).

Metabolism digagas untuk menghasilkan disiplin atau filosofi baru dalam dunia perancangan.

Filosofi arsitektur yang terus bertumbuh ini juga didukung oleh pemerintah Jepang pada masa

itu dianggap dapat menyaingi arsitektur barat. Konsep ideal menurut kelompok Metabolism

adalah kota yang terkoneksi satu sama lain secara fleksibel. Hal ini berarti bahwa kelak, ada

bagian tertentu dari kota tersebut yang dapat berkembang. Perkembangan tersebut dilakukan

secara terpisah, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap bagian lainnya. (Jencks, 2000)

Gerakan Metabolism dipengaruhi oleh ketertarikan terhadap unsur organik dalam ilmu

biologi. Dalam bahasa Jepang, kata metabolism berarti “mengganti yang lama dengan yang

baru”. Metabolism adalah sebuah gerakan dengan ide utama membuat sebuah kota yang

memiliki kemungkinan tidak terbatas dan dapat bertransformasi layaknya sebuah organisme.

Gerakan ini muncul dengan tujuan untuk mengatasi masalah mobilitas, kepadatan, tradisi

walaupun masih terpengaruh gerakan arsitektur modern (Fok, 2014). Metabolism muncul

pada kurun waktu yang sama dengan gerakan Archigram. (Jencks, 2000)

Gambar 3. Alur Pikir Kota Ideal oleh Metabolism

Olahan Pribadi, 2015

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 10: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

B.3 Le Corbusier, Contemporary City dan Radiant City

Le Corbusier adalah seorang arsitek dan perancang asal Swiss. Ia adalah salah satu tokoh

paling terkenal dalam gerakan arsitekur modern di abad ke-20. Pada awal karirnya, Le

Corbusier sudah merancang banyak bangunan yang berpengaruh pada perkembangan dunia

arsitektur modern. Le Corbusier tumbuh dan berkembang di lingkungan seniman dan di era

pesatnya perkembangan industrialisasi. Kedua hal ini mempengaruhi konsep ideal dan ciri

khas desainnya. Dalam pandangannya, masyarakat modern perlu memiliki harmoni dan

keteraturan sebagai manusia yang hidup dalam komunitas artisan. Kunjungannya ke Paris

pada masa mudanya memberi pengaruh besar terhadap karya-karyanya terutama terkait

gerakan Arts-and-crafts yang populer pada masa itu (Fishman, 1962).

Kota ideal Le Corbusier menerapkan sistem sentralisasi dan sistem klasifikasi. Menurutnya,

kota ideal bukan hanya sekedar imajinasi, melainkan sesuatu yang dapat diwujudnyatakan

pada saat itu. Layaknya seorang pemikir ideal, ia membayangkan bahwa kota barunya akan

dibangun pada sebuah lahan kosong dan bukan merehabilitasi kota yang sudah ada. (Fishman,

1962) Terpengaruh oleh masa kecilnya yang lekat dengan industri, ia menggambarkan kota

idealnya sebagai “industrial city” yang dia harap dapat menjadi dasar ilmu perancangan kota

kelak. Le Corbusier mementingkan keteraturan dalam prinsipnya “to order is to classify”.

Le Corbusier adalah salah satu tokoh paling berpengaruh pada masa arsitektur modern hingga

saat ini. Banyak perancang setelahnya baik dalam bidang arsitektur maupun perancangan

kota yang terengaruh oleh ideologi-ideologi serta prinsip ideal Le Corbusier. Sekalipun

perancangan Contemporary City maupun Radiant City tidak pernah terwujud, banyak

konsepnya yang digunakan oleh perancang kota lain diantara lain Brasilia dan Chandigarh.

Le Corbusier sendiri pernah medapat beberapa kesempatan untuk mengembangkan ide

mengenai kota idealnya. Ia berusaha menerapkan konsep ideal dalam Radant City di Unité

d'Habitation, Marseille.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 11: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

B.4 Frank Llyod Wright dan Broadacre City

Frank Llyod Wright adalah seorang arsitek berkebangsaan Amerika Serikat dibalik pemikiran

kota utopia, Broadacre City yang digagasnya sekitar tahun 1932 lewat buku The

Dissapearing City. Wright pada masa mudanya memiliki ideal-ideal yang dianggapnya

radikal dan kurang konservatif. Dalam hal pasangan hidup, ia pun memiliki beberapa

istriyang mengakibatkan munculnya beberapa skandal negatif tentang dirinya. Masa

terisolasi akibat skandal inilah yang membuatnya tidak dapat melanjutkan karya-karya

arsitekturnya dan kemudian mendorongnya untuk membuat studi awal mengenai prinsip kota

utopianya. Awalnya dinamakan Usonian City yaitu sebutan lain dari Amerika Serikat,

Broadacre City berkembang menjadi pandangan ideal kota di Amerika Serikat yang memiliki

kaitan erat dengan dirinya. Pemikiran Broadacre berhubungan dengan perasaan Wright yang

terisolasi, ia berharap dapat membangun Amerika yang lebih baik di masa depan dimana

dirinya dapat diterima lagi di masyarakat terlepas dari skandal-skandal masa lalunya

(Fishman, 1962).

Visi komunitas ideal ia imajinasikan sangat mendetail bahkan sampai pada alur kehidupan

penduduk kota Broadacre. Baginya, apapun bisa dilakukan oleh penduduk Broadacre yang

meliputi petani, pekerja industri dan seniman. Wright sangat dipengaruhi oleh kedekatannya

terhadap gerakan Art and Crafts di masa mudanya. Broadacre tidak mempunyai sistem

kepemimpinan yang berarti. Wright hanya memberikan konsep kepemimpinan melalui apa

yang disebutnya sebagai county architect (Fishman, 1962).

Gambar 4. Alur Pikir Kota Ideal oleh Le Corbusier

Olahan Pribadi, 2015

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 12: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Terinspirasi oleh rancangan Le Corbusier mengenai kota ideal, Frank Llyod Wright merasa

termotivasi untuk membuat rancangan kota ideal yang idenya merupakan kebalikan dari

rancangan Le Corbusier. Wright menentang sistem sentralisasi dan industrialiasi (Sdoutz,

2007). Wright tidak menyukai kota. Menurutnya kehidupan kota yang tersentralisasi itu

padat, sesak dan dibangun tanpa keteraturan dalam desain. Menurutnya, kota yang padat

adalah kondisi buruk dan harus diperbaiki lewat konsep kota idealnya yaitu kota yang

menjunjung tinggi desentralisasi (Meis, 2014). Lewat visinya, Wright (1932) juga menggagas

suatu struktur sosial yang ideal menurut pandangannya. Dikarenakan ketidak sukaannya

terhadap sesuatu yang bersifat sentral, Wright menggagas struktur masyarakat yang

individualis melalui konsep Broadacre City.

Studi kasus: Brasilia

Kasus kota baru yang dirancang dari awal untuk daerah pusat pemerintahan tidak hanya

terjadi di Brasilia, terjadi pula di Australia tepatnya Canberra serta di Malaysia dari Kuala

Lumpur ke Putrajaya (kota pusat pemerintahan federal). Bab ini membahas mengenai kota

Brasilia, ibukota Brazil yang diresmikan tahun 1960. Kasus ini dipilih karena Brasilia

merupakan salah satu contoh implementasi dari pemikiran imajinatif pelopornya (Presiden

Kubitscheck, Luis Costa dan Oscar Niemeyer) dalam suatu kawasan kosong dengan tujuan

mencapai kota yang ideal.

Gambar 5. Alur Pikir Kota Ideal oleh Frank Llyod Wright

Olahan Pribadi, 2015

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 13: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Brasilia adalah contoh dari gerakan New Town, yang merupakan perkembangan lebih lanjut

dari gerakan Garden City oleh Ebenaezer Howard. Diresmikan di tahun 1960, kota ini

dipelopori oleh Luis Costa sebagai perancang tata kota dan Oscar Niemeyer sebagai arsitek

sebagian besar gedung-gedung di Brasilia. Perancangan kota dan arsitekturnya menggunakan

basis arsitektur modern abad ke-20 sehingga Brasilia ditunjuk sebagai kawasan heritage oleh

Unesco World Heritage Site.

Menurut Holston dalam The Modernist City: An Anthropological Critique of Brasilia (1989),

kota ini dirancang atas perintah presiden Brazil pada masa itu, Juscelino Kubitschek.

Pembangunannya berjalan selama kurang lebih 41 bulan sejak mulai dibangun pada tahun

1956 sampai peresmiannya di tahun 1960. Pemindahan dan pembangunan ibukota Brazil ini

merupakan hal yang sudah lama direncanakan di Brazil namun baru diwujudnyatakan pada

masa pemerintahan Kubitschek sebagai bagian dari kampanye “Fifty years progress in Five”.

Kubitscheck berambisi untuk memberi perubahan drastis pada Brazil selama lima tahun

kepemimpinannya sebagaimana layaknya 50 tahun perubahan para pendahulunya.

Kubistcheck ingin agar usaha untuk memindahkan serta membangun ibukota Brazil ini

dijadikan sebagai prestasi pribadinya. Saat masa kepemimpinannya hampir selesai, Brasilia

masih dalam tahap akhir pembangunan, namun Kubitscheck bersikeras untuk melakukan

peresmian.

Pengembangan kota Brasilia merupakan hasil sayembara yang dimenangkan oleh Luis Costa

dengan ketentuan idenya harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu 4 tahun. Dari sekian

banyak karya yang masuk kelebihan kota rancangan Costa adalah tanpa harus melalui proses

atau pertumbuhan kota yang organik dan lambat. Perancangan kota Brasilia tersebut

terinspirasi oleh konsep kota ideal Le Corbusier yang mengedepankan sistem fungsional dan

kesetaraan sosial. Kota baru karya Luis Costa yang memenangkan sayembara tersebut

dinamakan Plano Piloto (Pilot Plan) Braslia. Konsep Brasilia memang ditujukan untuk

ditinggali oleh pekerja pemerintahan sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan.

Kota besar lain di Brazil dapat tetap berfungsi sebagai pusat sosial dan budaya.

Selama masa pembangunannya, ribuan buruh bangunan yang datang dari daerah terbelakang

di utara Brazil menjadi penduduk pertama Brasilia. Mereka disebut sebagai candagos.

Setelah hampir 4 tahun tinggal disana, banyak buruh bangunan dan keluarga mereka yang

merasa sudah terikat pada Brasilia, walaupun pada awalnya mereka harus kembali ke daerah

masing-masing. Para candagos ini berharap dapat mencari kehidupan baru di Brasilia,

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 14: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

mereka tidak memiliki ketertarikan untuk kembali ke daerah asal mereka yang masih kurang

berkembang. Dikarenakan tujuan awal Brasilia adalah tempat tingga eksklusif bagi para

pekerja di kantor-kantor pemerintahan, para candagos ini kemudian berpindah ke daerah

pinggiran kota dan berkembang menjadi kota satelit baru yaitu kota satelit Cidades

(Shoumatoff, 1980).

Brasilia dianggap sebagai sebuah harapan baru bagi masyarakat Brazil. Pembangunannya

dilakukan karena suatu alasan utama yaitu membuat pusat kekuasaan negara yang teratur dan

ideal sejak awal. Kota Brasilia pun terkesan eksklusif karena penduduknya pun telah diatur

yaitu yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan.

Dalam proses perencanaan, imajinasi terhadap suatu kota Brasilia yang ideal memiliki andil

besar dalam gambaran yang kemudian direalisasikan. Dalam kasus ini, ide mengenai

Brasilia tidak hanya dipegang secara absolut oleh Luis Costa, perancang kotanya. Dimulai

dari pemikiran awal para petinggi Brazil untuk memindahkan ibukotanya, menuju masa

kepemimpinan Kubitscheck yang merealisasikannya. Perealisasian kota Brasilia sebagai kota

ideal pun turut didukung dengan bangunan-bangunan karya Niemeyer yang terpengaruh gaya

arsitektur modern Le Corbusier. Setelah dibangun, seperti kota pada umumnya, Brasilia terus

berkembang, dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas dan pertumbuhan populasi penduduk.

Rencana awal kota Brasilia memang tidak diharapkan sebagai kota yang tumbuh secara

organik melainkan kota yang tumbuh secara instan (Tafarella, 2008). Sejak awal Brasilia

sudah berada di tahap yang matang tanpa perlu ada upaya intervensi untuk mengembangkan

kota atau dengan kata lain kota ini adalah statis. Brasilia tidak ramah terhadap perkembangan

baru, karena pengembangan awal dirancang sudah sesuai dengan prediksi masa depan.

Namun, harapan awal pendiri kota Brasilia sebagai kota yang menjadi alat transformasi sosial

nampaknya gagal. Kota tersebut dianggap terlalu kaku dan tidak mementingkan unsur

humanisme, sehingga menimbulkan kesan ambigu dan bukan kesan keseimbangan yang

awalnya ingin dicapai saat direncanakan.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 15: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Gambar 6. Alur Pikir Pembangunan Brasilia

Olahan Pribadi, 2015

Dalam The Modernist City - An Antrophological Critique of Brasilia (1989), Holston

berpendapat bahwa Brasilia sebagai sebuah implementasi kota utopia tidak sepenuhnya

terwujud secara sempurna. Namun, ada keberhasilan tertentu yang akhirnya tercapai sesuai

dengan tujuan awalnya. Keberhasilan ini antara lain: 1) Brasilia sebagai wujud desentralisasi,

yaitu relokasi pusat pemerintahan yang awalnya berada di Rio de Jainero. 2) Brasilia sebagai

perwujudan pengembangan di area tengah Brazil. Dikarenakan perkembangan awal Brazil

sebagai negara jajahan bangsa pelaut, sebagian besar konsentrasi kegiatan masyarakatnya

adalah sepanjang pesisir pantai, namun dengan dibangunnya Brasilia dapat menjadi sebuah

awal perubahan bagi perkembangan daerah lain di Brazil.

Faktor yang mempengaruhi perwujudan kota utopia Luis Costa dan Niemeyer ini adalah:

1) Dukungan dana dari pemerintah setempat dimana kota akan dibangun. Brasilia adalah

sebuah kota yang dirancang dari awal dikarenakan sayembara, tanpa kesempatan ini Costa

dan Niemeyer mungkin tidak akan bisa mewujudkan kota impiannya.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 16: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

2) Dukungan wilayah geografis tempat kota akan dibangun. Layaknya banyak imajinasi

mengenai kota utopia, wilayah pembangunannya berupa tanah kosong. Secara kebetulan,

wilayah yang diharapkan untuk pembangunan Brasilia memang sebuah padang yang tidak

berpenghuni dan tidak memiliki sejarah sosial apapun mengenai masyarakat sebelumnya.

Sekalipun berhasil dibangun, namun adapula beberapa faktor yang akhirnya menggagalkan

perwujudan ideal Costa dan Niemeyer secara menyeluruh, yaitu:

1) Regulasi terhadap demografi penduduk

Sebagai kota yang dirancang secara menyeluruh, Brasilia memiliki regulasi awal yaitu hanya

ditinggali oleh karyawan pemerintahan. Keadaan ini tidak menurunkan fleksibilitas Brasilia

untuk berkembang. Akibatnya, masyarakat pendatang yang berharap akan mendapatkan

pengaruh positif dari Brasilia diharuskan tinggal di kota-kota satelit di sekitarnya.

2) Perancangan kota yang menjunjung tinggi transportasi kendaraan bermotor.

Letak-letak bangunan di Brasilia yang berjauhan membuatnya sulit untuk diakses oleh pejalan

kaki. Banyak kritik terhadap skala bangunan di kota Brasilia yang dinilai kurang

memanusiakan pejalan kaki.

Kesimpulan

Imajinasi dalam perancangan sebuah kota ideal memiliki peranan yang penting. Utopia pada

dasarnya adalah sebuah imajinasi yang ekstrim. Semakin kaya kemampuan imajinasi

perancang, maka akan semakin unik pula konsep kota idealnya. Realisasi kota ideal

seringkali bukan merupakan tujuan utama perancangnya, melainkan hanya sebagai

penyaluran ide sehingga konsep mereka dapat menjadi teladan di masa depan.

Sebuah perencanaan yang didasari oleh imajinasi tidak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pembentukan imajinasi. Sebuah perancangan untuk mencapai sesuatu

yang ideal seringkali didasari oleh pengalaman-pengalaman perancang di masa sebelumnya.

Adapula kecenderungan bagi seorang perancang untuk melakukan suatu perbaikan terhadap

apa yang telah dialaminya di masa muda. Pengalaman-pengalaman perjalanan dan

penginderaan mempengaruhi imajinasi seseorang.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 17: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Pada beberapa contoh kasus kota utopia, dapat terlihat bahwa perancang ingin menciptakan

suatu komunitas ideal yang diharapkannya dapat menciptakan kondisi masyarakat yang

harmonis dan maju. Namun, dikarenakan konsep-konsep ini merupakan suatu utopia dan

imajinasi yang bebas, batasan-batasan tertentu yang sudah ada di lingkungan seringkali

diabaikan. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa ide kota utopia mereka gagal untuk

diwujudkan.

Perwujudan imajinasi dalam bentuk kota ideal pada dasarnya adalah sesuatu yang

memungkinkan, namun harus direncanakan dengan dukungan dari lingkungan yang akan

dibangun, masyarakat calon penghuni kota serta investor dana yang akan membiayai

pembangunannya. Faktor kepekaan terhadap kondisi lingkungan adalah hal yang penting,

karena tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geografis sangat berpengaruh pada

pembangunan kota.

Kota utopia seringkali dikaitkan dengan pembangunan baru di lahan yang masih kosong. Hal

ini memungkinkan, pada kasus yang terjadi di Brasilia. Namun untuk kasus Letchworth dan

Welwyn yang tidak dapat berkembang karena lahan di sekitarnya telah dihuni. Keberagaman

demografi masyarakat calon penghuni kota utopia juga berpengaruh besar. Para perancang

kota utopia cenderung memiliki aturan-aturan spesifik tentang jenis masyarakat calon

penghuni kota yang mereka rancang tersebut. Di tahap awal hal ini mungkin masih dapat

dikendalikan, namun dinamika perkembangan kota faktor demografi mendorong banyak

pendatang baru yang mengintervensi kehidupan kota. Konsep kota ideal seringkali dianggap

gagal karena mereka mengabaikan kecenderungan ini. Terakhir, pembangunan kota

merupakan projek besar yang membutuhkan suntikan dana besar. Brasilia, Letchworth dan

Welwyn dapat terwujud karena dukungan dana dari pemerintah atau investor yang bersedia

untuk membangun perusahaan demi pembangunan kota tersebut. Frank Llyod Wright sendiri

telah melakukan upaya besar-besaran untuk menarik perhatian investor dan rakyat Amerika

pada masa itu, namun gagal karena rancangannya tidak diterima.

Berdasarkan studi beberapa contoh konsep dan kasus di kota Brasilia, dapat disimpulkan

bahwa kota ideal adalah kota yang digagas sesuai dengan imajinasi perancangnya. Dalam hal

ini, perancang bebas untuk merealisasikan konsep imajinasi mereka terhadap komunitas ideal,

bergantung pada pengalaman serta harapan mereka bagi masa depan. Realisasi suatu kota

ideal adalah sesuatu yang memungkinkan, namun dapat berakhir tidak sesuai dengan harapan.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 18: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Kembali pada pengertian awal utopia yang merupakan suatu ide keadaan yang sempurna,

utopia dalam wujud kota ideal yang sempurna tidak akan pernah bisa terwujud karena akan

berupa harapan belaka. Konsep utopia dalam kota ideal dapat dijadikan harapan dan tujuan

terhadap sesuatu yang lebih baik di masa depan.

Daftar Referensi

Archigram (Group). (1999). Archigram. New York: Princeton Architectural Press.

Budiharjo, Eko (1983). Arsitektur dan Kota Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni

Carvalhal, Tania Franco.(1997). Brasilia as Utopias: Territorilizing the Center.

Universidad Federal do Rio Grande do Sul.

Design Museum. (2007). Dalam ARCHIGRAM, diakses 3 Mei 2015

http://design.designmuseum.org/design/archigram

Fishman, Robert (1962). Urban Utopias in the Twentieth Century: Ebenezer Howard,

Frank Lloyd Wright, Le Corbusier. New York: Basic Books.

Fok, Caroline W. Y. (2014) How the Metabolist Movement helped influence modern

architecture. University of Hong Kong Architecture Departent. Diakses 11 Mei

2015. http://fac.arch.hku.hk/asian-cities-research/tokyo- how-the-metabolist-

movement-helped-influence-modern-architecture/

Galston, Wiliam (2010), Realism in Political Theory dalam Greg Johnson. The Utopian

Imagination in Realist Politics

Glancey, Jonathan (2007). Kisho Kurokawa. Diakses 11 Mei 2015,

http://www.theguardian.com/news/2007/oct/16/guardianobituaries.japan

Holston. James (1989). The Modernist City: An Anthropological Critique of Brasilia.

Chicago:University of Chicago Press

Howard, Ebenaezer (1902). Garden Cities of To-morrow. London: Swan Sonnenschein &

Co., Ltd.

Jencks, Charles (2000). Architecture 2000 and Beyond. Great Britain: Wiley Academy

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 19: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

Jacob, Sam dan Wouter Vanstiphout (2014). From Garden City to new towns: why

Britain should be proud of its planners. Dalam Guardian diakses: 30

April 2015. http://www.theguardian.com/cities/2014/apr/30/from-garden- city-to-

new-towns-why-britain-should-be-proud-of-its-planners.

Margalit, Harry. (2010). Architectural Design and Imagination. Conference of the

Society of Architectural Historians, Australia and New Zealand (SAHANZ),

Newcastle, NSW

Meis, Morgan (2014). Frank Lloyd Wright Tried to Solve the City. Dalam New Yorker.

Diakses 30 April 2015. http://www.newyorker.com/culture/culture-desk/frank-lloyd-

wright-tried- to-solve-the-city

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta

Ross, Rebecca, Mariana Mogilevich dan Ben Campkin (2014). Ebenezer Howard's three

magnets. Diakses 10 Mei 2015. Dalam Guardian.

http://www.theguardian.com/cities/2014/dec/05/ebenezer-howards-three- magnets

Safdie, Moshe. (2011). Viewpoint: What makes an ideal city?. Diakses 9 Mei 2015.

Dalam BBC News Online. http://www.bbc.com/news/business-13807964

Schalk, Meike (2014). The Architecture of Metabolism. Inventing a Culture of Resilience.

Diakses 11 Mei 2015. http://www.mdpi.com/journal/arts

Sdoutz, Franz (2007). Broadacre City. Diakses 1 Mei 2015.

http://www.mediaarchitecture.at/architekturtheorie/broadacre_city/2011_b

roadacre_model_en.shtml

Shoumatoff, Alex (1980). The Capital Of Hope: Brasília And Its People. Vintage Books

USA

Steiner, Hadas A. (2009). Beyond Archigram: The Structure of Circulation. New

York: Routledge

Tafarella, Santi. Form Follows Whose Function?: Reflections on Brasilia and the Career of

Architect Oscar Niemeyer. Diakses 15 Mei 2015.

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015

Page 20: Konsep Kota Ideal dan Realitasnya

https://santitafarella.wordpress.com/2008/10/18/form-follows-whose-function-

reflections-on-brasilia-and-the-career-of-architect-oscar- niemeyer/

Taura, Toshiharu dan Yukari Nagai. (2009). A Definition of Design and Its Creative

Features. International Association of Societies of Design Research, Seoul, Korea

Trevisan, Ricardo. (2012). When Utopia becomes reality: from new city to (just) city.

University of Brasília

Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015