Download - Konsep Kota Ideal dan Realitasnya
Konsep Kota Ideal dan Realitasnya
Myrna Ivana Loupatty, Evawani Ellisa
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Imajinasi mengenai utopia seringkali dikaitkan dengan impian yang tidak mungkin atau sulit untuk
direalisasikan. Dari persepsi tersebut, timbul ketertarikan untuk mencari tahu mengenai perealisasian sebuah
utopia dan kota ideal, perihal hal tersebut mungkin dilakukan ataupun tidak. Pembahasan akan diawali dengan
memperdalam beberapa konsep kota ideal yang telah dipublikasikan. Kemudian dilakukan pembahasan yang
lebih mendalam mengenai salah satu contoh implementasi utopia dalam bentuk kota ideal. Berdasarkan
kesimpulan, kota ideal adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan namun tidak secara sempurna. Konsep
kota ideal cenderung berkaitan erat dengan imajinasi bebas perancangnya. Maka dari itu, perealisasian kota
ideal belum dapat dilakukan secara total dikarenakan adanya intervensi masyarakat dan perubahan gaya hidup
masyarakat.
Concept of Ideal City and Its Reality
Absract
Imagination about utopia is closely related to something which is hard or impossible to be realized. From this
perspective, there is an interest to investigate the realization of utopian dreams, an ideal city and its possibilities.
The investigation will start by learning the basic meanings of imagination ideals in design, utopia, an ideal city
and a utopian city. Then, there will be a discussion of some sample of utopian ideas in the form of an ideal city
done by some architects in the past that will lead to a case study of the city of Brasilia which an implementation
of urban utopian thinking. Based on the conclusion, an ideal city is a dream which is yet to be fulfilled. Some
attempts to make it happen in the past have succeeded, but the result was not as expected by the initial concept.
The concept of an ideal city is based on the planner‟s freedom of imagination. Therefore, the realization of an
ideal city has not been carried out perfectly because the ideal city itself was intervened by the people living in it
who needed a change of lifestyle.
Keywords: Ideal City; Utopia; Imagination
Pendahuluan
Bermimpi, berimajinasi, berandai-andai adalah beberapa frase yang digunakan sebagai
langkah awal dalam merancang. Dalam dunia perancangan, suatu ide yang hebat dapat
datang hanya dari imajinasi. Kemungkinan imajinasi menjadi kenyataan dapat dipengaruhi
oleh besarnya usaha yang dituangkan dalam mewujudkan imajinasi tersebut. Imajinasi
merupakan salah satu elemen terpenting bagi seorang perancang dalam menggagas idenya.
Imajinasi bersifat subjektif, maka dari itu setiap orang bebas memiliki kemampuan untuk
membuat imajinasinya sendiri.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Utopia adalah suatu kata yang sering digunakan untuk mendeskripsikan fiksi imajinatif yang
sulit atau mungkin tidak dapat diwujudkan. Imajinasi mengenai utopia atau tempat yang
dianggap imajinatif dan sulit untuk diwujudkan adalah sesuatu yang menarik untuk dibahas
lebih lanjut. Sudah banyak upaya dari arsitek-arsitek maupun perancang kota di masa lampau
untuk merealisasikan idenya mengenai suatu tempat impian, banyak diantaranya gagal namun
adapula yang berhasil. Arsitek-arsitek modern seperti Le Corbusier, Frank Llyod Wright atau
grup utopia layaknya Archigram dan Metabolism pernah mempublikasikan pemikiran mereka
mengenai kota utopia di periode 1920-1960an. Namun ide-ide tersebut tidak berhasil untuk
diwujudkan.
Permasalahan bagaimana proses pemikiran kota ideal dan apakah ide utopia bisa dilanjutkan
atau tidak adalah sesuatu yang akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini. Faktor apakah
yang membuat keberhasilan suatu perwujudan kota ideal? Faktor apa sajakah yang berpotensi
mempengaruhi proses berpikir kota ideal seseorang?
Metode Pembahasan
Sebagian besar skripsi ini adalah telaah pustaka dari berbagai media seperti buku, internet dan
film dokumenter mengenai topik-topik yang akan dibahas. Diawali dengan pemahaman dasar
mengenai imajinasi, kota ideal dan utopia, lalu dilanjutkan dengan melakukan studi mengenai
pemikiran kota ideal yang sudah ada baik yang berhasil diwujudkan maupun tidak, kemudian
dilanjuti dengan bagian studi kasus, dimana kasus yang diambil merupakan kota yang
merupakan contoh implementasi dari pemikiran kota ideal. Dalam pembahasan kasus ini
akan dibahas mengenai latar belakang pembangunan, pengaruh perancangan kota serta
dampak lebih lanjut setelah kota tersebut dihuni. Kemudian dilanjutkan dengan analisis
mengenai kaitan antara proses berpikir imajinatif serta implementasinya dalam perancangan
sebuah kota ideal.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Imajinasi, Ideal dan Utopia
A. Imajinasi
Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar kejadian
berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (KBBI, 1991). Sebagai kekayaan
intelektual yang bersifat subjektif, imajinasi dimiliki oleh masing-masing pribadi. Imajinasi
adalah salah satu ciri unik manusia, karena mahluk hidup yang memiliki akal budi hanya
manusia.
Latar belakang sosial-budaya perancang sangat berpengaruh terhadap hasil desain yang
dibuat, karena apa yang ia rancang seringkali merupakan perbaikan terhadap sesuatu yang
pernah dialaminya. Secara alami, seorang perancang akan membuat suatu rancangan yang
merupakan hasil imajinasi akan sesuatu yang ideal (Fishman, 1962).
Dalam proses desain arsitektur, imajinasi memiliki peranan penting dalam memberi ide
tentang sesuatu yang belum nyata atau belum pernah dipikirkan sebelumnya. Dari imajinasi
itulah, ide akan dikembangkan baik menjadi sesuatu yang dapat diwujudnyatakan atau hanya
yang sekedar proposal yang tidak dibangun (Margalit, 2010).
B. Ideal
Ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau
dikehendaki (KBBI, 1991). Desain memiliki tujuan yang beragam, salah satunya adalah
dalam menyelesaikan satu masalah untuk mencapai ideal. Dalam A Definition of Design and
Its Creative Features (2009), Taura dan Nagai berpendapat bahwa pencarian kualitas ideal
berhubungan dengan penggambaran masa depan. Proses ini terjadi akibat refleksi diri
terhadap apa yang dirasakan pada masa kini dan yang ingin diperbaiki atau disempurnakan di
masa depan.
Berhubungan dengan konteks kota, kota ideal adalah sesuatu yang masih sulit untuk
didefinisikan. Konsep ideal bagi perancang kota mungkin dapat berbeda dengan orang-orang
yang akan menghuninya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dalam kota, yang akan
menghuni adalah kumpulan orang dari berbagai karakter dan latar belakang sehingga kota
bukan dirancang hanya untuk memuaskan ideal perancang kota saja. Impian terhadap kota
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
yang ideal meliputi kehidupan masyarakat yang maju dan makmur, kondisi fisik arsitektural
yang teratur dan terawat serta alam yang dijaga dan berjalan harmonis dengan campur tangan
manusia yang hidup didalamnya (Safdie, 2011).
Kota ideal adalah kota yang direncanakan untuk mencapai tujuan dan ideal tertentu dari
perancangnya. Perancangan sebuah kota ideal dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
terhadap suatu utopia atau harapan terhadap sesuatu yang sempurna dan tidak mungkin untuk
diwujudkan. Berbeda dengan pandangan utopia, perencanaan kota ideal didasari oleh sesuatu
yang memungkinkan untuk diwujudkan namun masih mengandung unsur kesempurnaan atau
perbaikan terhadap sesuatu yang terjadi di masa lampau. (Trevisan, 2012)
Upaya-upaya untuk mendefinisikan kota ideal telah dilakukan oleh banyak arsitek serta
perancang kota di masa lampau. Perihal perwujudan nyata dari kota ideal ini seringkali
mengalami perubahan seiring dengan kondisi masyarakat yang tinggal didalamnya.
Perancang kota berperan sebagai perancang awal kehidupan kota, namun seiring dengan
beradaptasinya komunitas-komunitas masyarakat didalamnya, seringkali terjadi sedikit
perubahan yang dapat membahayakan prinsip ideal yang awalnya diimpikan oleh pendiri
kota. Kasus ini dapat terlihat pada perwujudan nyata Garden city di Letchworth dan Welwyn,
Inggris atau Brasilia di Brazil.
C. Utopia
Utopia adalah sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan
(khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan (KBBI, 1991).
Pemikiran utopia berusaha untuk membuat prinsip dasar mengenai bagaimana suatu
komunitas dapat dikatakan ideal. Dalam prakteknya, pemikiran utopia dipengaruhi oleh pada
dasar filosofis pemikirnya (Galston, 2010). Dalam The Utopian Imagination in Realist
Politics, Galston berpendapat bahwa terdapat pertentangan pemikiran realis dan utopia.
Pemikiran realis merupakan sesuatu yang pemikiran yang terkesan pesimis, dan memiliki
ketakutan terhadap akibat buruk dibanding memikirkan yang terbaik. Sedangkan pemikiran
utopia terkesan bebas dan mengharap tercapainya kondisi yang terbaik.
Perkembangan mengenai pemikiran awal tentang kota utopia memang berakar dari ide
mengenai pulau fantasi oleh More, namun seiring berjalannya waktu, pemikiran-pemikiran
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
lain mengenai kota utopia pun bermunculan. Dimulai dari novel-novel, hingga mulai
berkembang pada jaman arsitektur modern oleh ide utopia Le Corbusier dan Frank Llyod
Wright. Pada masa pasca Perang Dunia II, pemikiran utopia dilanjutkan oleh dua kelompok
arsitek dari Inggris dan Jepang yaitu Archigram dan Metabolism. Masing-masing individu
maupun kelompok arsitek tersebut menuangkan ide mereka mengenai kota utopia lewat
tulisan, pameran maupun buku-buku. Sekalipun tidak diwujudkan secara sempurna adapula
konsep pemikiran kota imajinatif yang berpengaruh pada perkembangan realitas perancangan
kota maupun arsitektur.
Imajinasi yang Terealisasi dan Tidak Terealisasi
A. Imajinasi yang Terealisasi
Imajinasi dalam desain adalah kekayaan intelektual seorang perancang. Dalam kondisi
tertentu, setiap perancang bebas dan memiliki hak dalam mengutarakan imajinasi. Namun,
pada saat kondisinya berbeda, yaitu ketika ada dorongan agar desain itu harus diwujudkan,
imajinasi perancang harus mampu memenuhi berbagai aspek baik teknis maupun
pembiayaan.
A.1 Ebenaezer Howard dan Garden City
Ebenezer Howard adalah seorang yang paling dikenal sebagai bapak Garden City. Pria
berkebangsaan Inggris ini berhasil merealisasikan kota dengan konsep Garden City (1898) di
Letchworth dan Welwyn, Inggris. Gerakan ini berpengaruh besar dalam perkembangan
perancangan kota selanjutnya yaitu gerakan New Town. (Jacob, 2014)
Pada tahun 1898, Howard mengeluarkan ide berbentuk diagram yang disebut Three Magnets
sebagai dasar perancangan Garden City. Diagram ini menggabungkan elemen the Town, the
Country dan the Town-Country. Diagram ini menyiratkan kelebihan dari konsep kota dan
desa dan penggabungan keduanya (Ross, 2014). Aspek Town mengandung unsur
ketenagakerjaan, kesempatan bekerja serta kesempatan untuk terus berkembang. Aspek
Country, mengandung unsur alam seperti lahan yang luas, bersih dan sehat. Melalui
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
penggabungan kedua unsur diperoleh kesatuan yang harmonis. Tujuannya agar manusia
dapat merasakan persatuan masyarakat dengan alam (Howard, 1902).
Pada tahun 1899, Howard berhasil mengumpulkan dana dari investor untuk membuka
Asosiasi Garden City (Garden City Association), dari sinilah langkah awal perwujudan
Garden City dimulai. Garden City dibangun pada dua tempat di Inggris yaitu di Letchworth
dan Welwyn. Sekalipun demikian, konsep ideal Garden City oleh Ebenaezer Howard namun
tidak sepenuhnya diterapkan
Pengaruh masa lampau Howard terhadap konsep kota ideal terlihat dari susunan kelompok
sosial yang dia impikan akan tinggal di Garden City. Howard menginginkan agar yang
tinggal di sana adalah pekerja kalangan tukang dari kelompok ekonomi menengah. Howard
juga menggagas prinsip Garden City sebagai kota mandiri, tempat dimana masyarakat dapat
tinggal sekaligus bekerja. Namun, prinsip ini gagal terwujud.
Gambar 1. Alur Pikir Kota Ideal Garden City
Olahan Pribadi, 2015
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
B. Imajinasi yang Tidak Terealisasi
Utopia didefinisikan sebagai suatu imajinasi yang tidak mungkin dan sulit untuk diwujudkan.
Utopia identik dengan imajinasi dengan basis keruangan yaitu merancang suatu komunitas
baik dalam bentuk kota maupun pulau. Alasan utama pencarian konsep ideal yang baru
adalah rasa manusiawi akan ketidakpuasan mengenai apa yang terjadi pada masa itu. Ideal
yang dimaksud meliputi masyarakat dengan pribadi yang lebih baik, lingkungan yang lebih
baik dan komunitas secara menyeluruh yang lebih baik. Ada dua sisi dibalik suatu ide utopia,
yaitu ketika seorang perancang disatu sisi memiliki kebebasan untuk berpegang pada
imajinasi dan idealismenya sendiri, namun disisi lain apabila ingin diwujudkan, maka ia
memikirkan aspek teknis, waktu, lokasi, kesempatan, pembiayaan dan bahkan keuntungan
(Carvalhal, 1997).
B.1 Archigram
Archigram adalah salah satu kelompok arsitek asal Inggris yang mempelopori pemikiran
utopia dalam arsitektur. Kelompok yang berdiri pada awal tahun 1960-an ini terdiri dari Peter
Cook, David Greene, Mike Webb, Warren Chalk, Dennis Crompton dan Ron Herron. Mereka
adalah lulusan dari berbagai perguruan tinggi arsitektur di Inggris yang kemudian berkumpul
di sekolah arsitektur terkenal di London, Architecture Association. Archigram berasal dari
kata „architecture‟ dan „telegram‟ merupakan sebuah publikasi cetak yang mereka gunakan
untuk menyampaikan ide-ide mengenai arsitektur dalam bentuk kolase yang disusun secara
kreatif (Archigram, 1999).
Pembuatan publikasi Archigram salah satunya didorong oleh rasa ingin tahu tentang apa yang
akan terjadi di dunia di masa depan. Prinsip dasar Archigram adalah mengubah pemahaman
bahwa bangunan sebagai sesuatu yang statis, menjadi sesuatu yang dinamis. Desain
Archigram lebih banyak menggabungkan unsur yang bersifat mekanikal dan fleksibel serta
memiliki kemungkinan untuk berpindah (Archigram, 1999). Desain kelompok archigram
juga bertema futuristik dan fiksi ilmiah. Kelompok ini sangat dipengaruhi karya-karya
Buckminster Fuller dan komik Marvel yang pada masa itu banyak menginspirasi fantasi
tentang kehidupan nomaden (Design Museum, 2007).
Apabila dikaitkan dengan imajinasi, pemikiran mengenai kota utopia oleh Archigram
memiliki pengaruh besar dari dua hal yaitu perkembangan pembangunan di kawasan London,
akibatnya pembuatan konsep mereka cenderung mengedepankan sistem megastruktur dan
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
pemikiran-pemikiran fiksi ilmiah yang membuat konsep-konsep Archigram memiliki elemen
hiburan serta menghibur. Sejak awal pencetusan ide mengenai pembuatan majalah archigram,
kelompok ini memang tidak memiliki tujuan agar konsep mereka direalisasikan, melainkan
bagi mereka utopia adalah suatu yang dapat memberi tambahan kontribusi di dalam dunia
arsitektur, dan memberi kesan bahwa arsitektur dapat menggugah perasaan, menginspirasi
serta menghibur.
B.2 Metabolism
Metabolism adalah sebuah gerakan arsitektur asal Jepang yang membuat pengembangan ide-
ide mengenai arsitektur organik. Ide ini berasal dari sekelompok arsitek muda asal Jepang
antara lain Kiyonori Kikutake, Kisho Kurokawa dan Fumihiko Maki yang dipimpin oleh
arsitek Kenzo Tange. Berawal dari pembubaran CIAM (Congrès International d'Architecture
Moderne), kelompok ini membuat suatu grup baru untuk menyalurkan ide perancangan kota,
teknologi, struktur sosial dan bangunan. Metabolism melontarkan ide bahwa bangunan baru
atau perancangan kota baru perlu diperlakukan layaknya mahluk hidup. Meskipun
menggunakan bahan bangunan dan teknologi terbaru, bentuk bangunan rancangannya bersifat
open-ended dan dapat dikembangkan secara adaptif dalam mengantisipasi perubahan atau
tidak permanen (Glancey, 2015).
Gambar 2. Alur Pikir Kota Ideal oleh Archigram
Olahan Pribadi, 2015
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Proyek-proyek garapan kelompok ini ada yang berupa konsep namun ada pula yang akhirnya
diwujudkan dalam bentuk bangunan. Kelompok ini berkonsentrasi pada masalah kekurangan
lahan, kekurangan tempat tinggal dan pertumbuhan kota yang tidak terencana. Masalah-
masalah ini memang terlihat di sebagian besar kota padat penduduk di Jepang pada saat itu
(Schalk, 2014). Dalam paham metabolisme, lingkungan diciptakan secara dinamis, hidup dan
tumbuh dengan cara membuang bagian-bagian yang sudah rusak untuk kemudian melahirkan
elemen-elemen baru. Arsitektur dan kota diperlakukan sebagaimana sebuah jasad hidup yang
reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi (Budiharjo, 1983).
Metabolism digagas untuk menghasilkan disiplin atau filosofi baru dalam dunia perancangan.
Filosofi arsitektur yang terus bertumbuh ini juga didukung oleh pemerintah Jepang pada masa
itu dianggap dapat menyaingi arsitektur barat. Konsep ideal menurut kelompok Metabolism
adalah kota yang terkoneksi satu sama lain secara fleksibel. Hal ini berarti bahwa kelak, ada
bagian tertentu dari kota tersebut yang dapat berkembang. Perkembangan tersebut dilakukan
secara terpisah, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap bagian lainnya. (Jencks, 2000)
Gerakan Metabolism dipengaruhi oleh ketertarikan terhadap unsur organik dalam ilmu
biologi. Dalam bahasa Jepang, kata metabolism berarti “mengganti yang lama dengan yang
baru”. Metabolism adalah sebuah gerakan dengan ide utama membuat sebuah kota yang
memiliki kemungkinan tidak terbatas dan dapat bertransformasi layaknya sebuah organisme.
Gerakan ini muncul dengan tujuan untuk mengatasi masalah mobilitas, kepadatan, tradisi
walaupun masih terpengaruh gerakan arsitektur modern (Fok, 2014). Metabolism muncul
pada kurun waktu yang sama dengan gerakan Archigram. (Jencks, 2000)
Gambar 3. Alur Pikir Kota Ideal oleh Metabolism
Olahan Pribadi, 2015
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
B.3 Le Corbusier, Contemporary City dan Radiant City
Le Corbusier adalah seorang arsitek dan perancang asal Swiss. Ia adalah salah satu tokoh
paling terkenal dalam gerakan arsitekur modern di abad ke-20. Pada awal karirnya, Le
Corbusier sudah merancang banyak bangunan yang berpengaruh pada perkembangan dunia
arsitektur modern. Le Corbusier tumbuh dan berkembang di lingkungan seniman dan di era
pesatnya perkembangan industrialisasi. Kedua hal ini mempengaruhi konsep ideal dan ciri
khas desainnya. Dalam pandangannya, masyarakat modern perlu memiliki harmoni dan
keteraturan sebagai manusia yang hidup dalam komunitas artisan. Kunjungannya ke Paris
pada masa mudanya memberi pengaruh besar terhadap karya-karyanya terutama terkait
gerakan Arts-and-crafts yang populer pada masa itu (Fishman, 1962).
Kota ideal Le Corbusier menerapkan sistem sentralisasi dan sistem klasifikasi. Menurutnya,
kota ideal bukan hanya sekedar imajinasi, melainkan sesuatu yang dapat diwujudnyatakan
pada saat itu. Layaknya seorang pemikir ideal, ia membayangkan bahwa kota barunya akan
dibangun pada sebuah lahan kosong dan bukan merehabilitasi kota yang sudah ada. (Fishman,
1962) Terpengaruh oleh masa kecilnya yang lekat dengan industri, ia menggambarkan kota
idealnya sebagai “industrial city” yang dia harap dapat menjadi dasar ilmu perancangan kota
kelak. Le Corbusier mementingkan keteraturan dalam prinsipnya “to order is to classify”.
Le Corbusier adalah salah satu tokoh paling berpengaruh pada masa arsitektur modern hingga
saat ini. Banyak perancang setelahnya baik dalam bidang arsitektur maupun perancangan
kota yang terengaruh oleh ideologi-ideologi serta prinsip ideal Le Corbusier. Sekalipun
perancangan Contemporary City maupun Radiant City tidak pernah terwujud, banyak
konsepnya yang digunakan oleh perancang kota lain diantara lain Brasilia dan Chandigarh.
Le Corbusier sendiri pernah medapat beberapa kesempatan untuk mengembangkan ide
mengenai kota idealnya. Ia berusaha menerapkan konsep ideal dalam Radant City di Unité
d'Habitation, Marseille.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
B.4 Frank Llyod Wright dan Broadacre City
Frank Llyod Wright adalah seorang arsitek berkebangsaan Amerika Serikat dibalik pemikiran
kota utopia, Broadacre City yang digagasnya sekitar tahun 1932 lewat buku The
Dissapearing City. Wright pada masa mudanya memiliki ideal-ideal yang dianggapnya
radikal dan kurang konservatif. Dalam hal pasangan hidup, ia pun memiliki beberapa
istriyang mengakibatkan munculnya beberapa skandal negatif tentang dirinya. Masa
terisolasi akibat skandal inilah yang membuatnya tidak dapat melanjutkan karya-karya
arsitekturnya dan kemudian mendorongnya untuk membuat studi awal mengenai prinsip kota
utopianya. Awalnya dinamakan Usonian City yaitu sebutan lain dari Amerika Serikat,
Broadacre City berkembang menjadi pandangan ideal kota di Amerika Serikat yang memiliki
kaitan erat dengan dirinya. Pemikiran Broadacre berhubungan dengan perasaan Wright yang
terisolasi, ia berharap dapat membangun Amerika yang lebih baik di masa depan dimana
dirinya dapat diterima lagi di masyarakat terlepas dari skandal-skandal masa lalunya
(Fishman, 1962).
Visi komunitas ideal ia imajinasikan sangat mendetail bahkan sampai pada alur kehidupan
penduduk kota Broadacre. Baginya, apapun bisa dilakukan oleh penduduk Broadacre yang
meliputi petani, pekerja industri dan seniman. Wright sangat dipengaruhi oleh kedekatannya
terhadap gerakan Art and Crafts di masa mudanya. Broadacre tidak mempunyai sistem
kepemimpinan yang berarti. Wright hanya memberikan konsep kepemimpinan melalui apa
yang disebutnya sebagai county architect (Fishman, 1962).
Gambar 4. Alur Pikir Kota Ideal oleh Le Corbusier
Olahan Pribadi, 2015
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Terinspirasi oleh rancangan Le Corbusier mengenai kota ideal, Frank Llyod Wright merasa
termotivasi untuk membuat rancangan kota ideal yang idenya merupakan kebalikan dari
rancangan Le Corbusier. Wright menentang sistem sentralisasi dan industrialiasi (Sdoutz,
2007). Wright tidak menyukai kota. Menurutnya kehidupan kota yang tersentralisasi itu
padat, sesak dan dibangun tanpa keteraturan dalam desain. Menurutnya, kota yang padat
adalah kondisi buruk dan harus diperbaiki lewat konsep kota idealnya yaitu kota yang
menjunjung tinggi desentralisasi (Meis, 2014). Lewat visinya, Wright (1932) juga menggagas
suatu struktur sosial yang ideal menurut pandangannya. Dikarenakan ketidak sukaannya
terhadap sesuatu yang bersifat sentral, Wright menggagas struktur masyarakat yang
individualis melalui konsep Broadacre City.
Studi kasus: Brasilia
Kasus kota baru yang dirancang dari awal untuk daerah pusat pemerintahan tidak hanya
terjadi di Brasilia, terjadi pula di Australia tepatnya Canberra serta di Malaysia dari Kuala
Lumpur ke Putrajaya (kota pusat pemerintahan federal). Bab ini membahas mengenai kota
Brasilia, ibukota Brazil yang diresmikan tahun 1960. Kasus ini dipilih karena Brasilia
merupakan salah satu contoh implementasi dari pemikiran imajinatif pelopornya (Presiden
Kubitscheck, Luis Costa dan Oscar Niemeyer) dalam suatu kawasan kosong dengan tujuan
mencapai kota yang ideal.
Gambar 5. Alur Pikir Kota Ideal oleh Frank Llyod Wright
Olahan Pribadi, 2015
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Brasilia adalah contoh dari gerakan New Town, yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari gerakan Garden City oleh Ebenaezer Howard. Diresmikan di tahun 1960, kota ini
dipelopori oleh Luis Costa sebagai perancang tata kota dan Oscar Niemeyer sebagai arsitek
sebagian besar gedung-gedung di Brasilia. Perancangan kota dan arsitekturnya menggunakan
basis arsitektur modern abad ke-20 sehingga Brasilia ditunjuk sebagai kawasan heritage oleh
Unesco World Heritage Site.
Menurut Holston dalam The Modernist City: An Anthropological Critique of Brasilia (1989),
kota ini dirancang atas perintah presiden Brazil pada masa itu, Juscelino Kubitschek.
Pembangunannya berjalan selama kurang lebih 41 bulan sejak mulai dibangun pada tahun
1956 sampai peresmiannya di tahun 1960. Pemindahan dan pembangunan ibukota Brazil ini
merupakan hal yang sudah lama direncanakan di Brazil namun baru diwujudnyatakan pada
masa pemerintahan Kubitschek sebagai bagian dari kampanye “Fifty years progress in Five”.
Kubitscheck berambisi untuk memberi perubahan drastis pada Brazil selama lima tahun
kepemimpinannya sebagaimana layaknya 50 tahun perubahan para pendahulunya.
Kubistcheck ingin agar usaha untuk memindahkan serta membangun ibukota Brazil ini
dijadikan sebagai prestasi pribadinya. Saat masa kepemimpinannya hampir selesai, Brasilia
masih dalam tahap akhir pembangunan, namun Kubitscheck bersikeras untuk melakukan
peresmian.
Pengembangan kota Brasilia merupakan hasil sayembara yang dimenangkan oleh Luis Costa
dengan ketentuan idenya harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu 4 tahun. Dari sekian
banyak karya yang masuk kelebihan kota rancangan Costa adalah tanpa harus melalui proses
atau pertumbuhan kota yang organik dan lambat. Perancangan kota Brasilia tersebut
terinspirasi oleh konsep kota ideal Le Corbusier yang mengedepankan sistem fungsional dan
kesetaraan sosial. Kota baru karya Luis Costa yang memenangkan sayembara tersebut
dinamakan Plano Piloto (Pilot Plan) Braslia. Konsep Brasilia memang ditujukan untuk
ditinggali oleh pekerja pemerintahan sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan.
Kota besar lain di Brazil dapat tetap berfungsi sebagai pusat sosial dan budaya.
Selama masa pembangunannya, ribuan buruh bangunan yang datang dari daerah terbelakang
di utara Brazil menjadi penduduk pertama Brasilia. Mereka disebut sebagai candagos.
Setelah hampir 4 tahun tinggal disana, banyak buruh bangunan dan keluarga mereka yang
merasa sudah terikat pada Brasilia, walaupun pada awalnya mereka harus kembali ke daerah
masing-masing. Para candagos ini berharap dapat mencari kehidupan baru di Brasilia,
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
mereka tidak memiliki ketertarikan untuk kembali ke daerah asal mereka yang masih kurang
berkembang. Dikarenakan tujuan awal Brasilia adalah tempat tingga eksklusif bagi para
pekerja di kantor-kantor pemerintahan, para candagos ini kemudian berpindah ke daerah
pinggiran kota dan berkembang menjadi kota satelit baru yaitu kota satelit Cidades
(Shoumatoff, 1980).
Brasilia dianggap sebagai sebuah harapan baru bagi masyarakat Brazil. Pembangunannya
dilakukan karena suatu alasan utama yaitu membuat pusat kekuasaan negara yang teratur dan
ideal sejak awal. Kota Brasilia pun terkesan eksklusif karena penduduknya pun telah diatur
yaitu yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan.
Dalam proses perencanaan, imajinasi terhadap suatu kota Brasilia yang ideal memiliki andil
besar dalam gambaran yang kemudian direalisasikan. Dalam kasus ini, ide mengenai
Brasilia tidak hanya dipegang secara absolut oleh Luis Costa, perancang kotanya. Dimulai
dari pemikiran awal para petinggi Brazil untuk memindahkan ibukotanya, menuju masa
kepemimpinan Kubitscheck yang merealisasikannya. Perealisasian kota Brasilia sebagai kota
ideal pun turut didukung dengan bangunan-bangunan karya Niemeyer yang terpengaruh gaya
arsitektur modern Le Corbusier. Setelah dibangun, seperti kota pada umumnya, Brasilia terus
berkembang, dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas dan pertumbuhan populasi penduduk.
Rencana awal kota Brasilia memang tidak diharapkan sebagai kota yang tumbuh secara
organik melainkan kota yang tumbuh secara instan (Tafarella, 2008). Sejak awal Brasilia
sudah berada di tahap yang matang tanpa perlu ada upaya intervensi untuk mengembangkan
kota atau dengan kata lain kota ini adalah statis. Brasilia tidak ramah terhadap perkembangan
baru, karena pengembangan awal dirancang sudah sesuai dengan prediksi masa depan.
Namun, harapan awal pendiri kota Brasilia sebagai kota yang menjadi alat transformasi sosial
nampaknya gagal. Kota tersebut dianggap terlalu kaku dan tidak mementingkan unsur
humanisme, sehingga menimbulkan kesan ambigu dan bukan kesan keseimbangan yang
awalnya ingin dicapai saat direncanakan.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Gambar 6. Alur Pikir Pembangunan Brasilia
Olahan Pribadi, 2015
Dalam The Modernist City - An Antrophological Critique of Brasilia (1989), Holston
berpendapat bahwa Brasilia sebagai sebuah implementasi kota utopia tidak sepenuhnya
terwujud secara sempurna. Namun, ada keberhasilan tertentu yang akhirnya tercapai sesuai
dengan tujuan awalnya. Keberhasilan ini antara lain: 1) Brasilia sebagai wujud desentralisasi,
yaitu relokasi pusat pemerintahan yang awalnya berada di Rio de Jainero. 2) Brasilia sebagai
perwujudan pengembangan di area tengah Brazil. Dikarenakan perkembangan awal Brazil
sebagai negara jajahan bangsa pelaut, sebagian besar konsentrasi kegiatan masyarakatnya
adalah sepanjang pesisir pantai, namun dengan dibangunnya Brasilia dapat menjadi sebuah
awal perubahan bagi perkembangan daerah lain di Brazil.
Faktor yang mempengaruhi perwujudan kota utopia Luis Costa dan Niemeyer ini adalah:
1) Dukungan dana dari pemerintah setempat dimana kota akan dibangun. Brasilia adalah
sebuah kota yang dirancang dari awal dikarenakan sayembara, tanpa kesempatan ini Costa
dan Niemeyer mungkin tidak akan bisa mewujudkan kota impiannya.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
2) Dukungan wilayah geografis tempat kota akan dibangun. Layaknya banyak imajinasi
mengenai kota utopia, wilayah pembangunannya berupa tanah kosong. Secara kebetulan,
wilayah yang diharapkan untuk pembangunan Brasilia memang sebuah padang yang tidak
berpenghuni dan tidak memiliki sejarah sosial apapun mengenai masyarakat sebelumnya.
Sekalipun berhasil dibangun, namun adapula beberapa faktor yang akhirnya menggagalkan
perwujudan ideal Costa dan Niemeyer secara menyeluruh, yaitu:
1) Regulasi terhadap demografi penduduk
Sebagai kota yang dirancang secara menyeluruh, Brasilia memiliki regulasi awal yaitu hanya
ditinggali oleh karyawan pemerintahan. Keadaan ini tidak menurunkan fleksibilitas Brasilia
untuk berkembang. Akibatnya, masyarakat pendatang yang berharap akan mendapatkan
pengaruh positif dari Brasilia diharuskan tinggal di kota-kota satelit di sekitarnya.
2) Perancangan kota yang menjunjung tinggi transportasi kendaraan bermotor.
Letak-letak bangunan di Brasilia yang berjauhan membuatnya sulit untuk diakses oleh pejalan
kaki. Banyak kritik terhadap skala bangunan di kota Brasilia yang dinilai kurang
memanusiakan pejalan kaki.
Kesimpulan
Imajinasi dalam perancangan sebuah kota ideal memiliki peranan yang penting. Utopia pada
dasarnya adalah sebuah imajinasi yang ekstrim. Semakin kaya kemampuan imajinasi
perancang, maka akan semakin unik pula konsep kota idealnya. Realisasi kota ideal
seringkali bukan merupakan tujuan utama perancangnya, melainkan hanya sebagai
penyaluran ide sehingga konsep mereka dapat menjadi teladan di masa depan.
Sebuah perencanaan yang didasari oleh imajinasi tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan imajinasi. Sebuah perancangan untuk mencapai sesuatu
yang ideal seringkali didasari oleh pengalaman-pengalaman perancang di masa sebelumnya.
Adapula kecenderungan bagi seorang perancang untuk melakukan suatu perbaikan terhadap
apa yang telah dialaminya di masa muda. Pengalaman-pengalaman perjalanan dan
penginderaan mempengaruhi imajinasi seseorang.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Pada beberapa contoh kasus kota utopia, dapat terlihat bahwa perancang ingin menciptakan
suatu komunitas ideal yang diharapkannya dapat menciptakan kondisi masyarakat yang
harmonis dan maju. Namun, dikarenakan konsep-konsep ini merupakan suatu utopia dan
imajinasi yang bebas, batasan-batasan tertentu yang sudah ada di lingkungan seringkali
diabaikan. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa ide kota utopia mereka gagal untuk
diwujudkan.
Perwujudan imajinasi dalam bentuk kota ideal pada dasarnya adalah sesuatu yang
memungkinkan, namun harus direncanakan dengan dukungan dari lingkungan yang akan
dibangun, masyarakat calon penghuni kota serta investor dana yang akan membiayai
pembangunannya. Faktor kepekaan terhadap kondisi lingkungan adalah hal yang penting,
karena tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geografis sangat berpengaruh pada
pembangunan kota.
Kota utopia seringkali dikaitkan dengan pembangunan baru di lahan yang masih kosong. Hal
ini memungkinkan, pada kasus yang terjadi di Brasilia. Namun untuk kasus Letchworth dan
Welwyn yang tidak dapat berkembang karena lahan di sekitarnya telah dihuni. Keberagaman
demografi masyarakat calon penghuni kota utopia juga berpengaruh besar. Para perancang
kota utopia cenderung memiliki aturan-aturan spesifik tentang jenis masyarakat calon
penghuni kota yang mereka rancang tersebut. Di tahap awal hal ini mungkin masih dapat
dikendalikan, namun dinamika perkembangan kota faktor demografi mendorong banyak
pendatang baru yang mengintervensi kehidupan kota. Konsep kota ideal seringkali dianggap
gagal karena mereka mengabaikan kecenderungan ini. Terakhir, pembangunan kota
merupakan projek besar yang membutuhkan suntikan dana besar. Brasilia, Letchworth dan
Welwyn dapat terwujud karena dukungan dana dari pemerintah atau investor yang bersedia
untuk membangun perusahaan demi pembangunan kota tersebut. Frank Llyod Wright sendiri
telah melakukan upaya besar-besaran untuk menarik perhatian investor dan rakyat Amerika
pada masa itu, namun gagal karena rancangannya tidak diterima.
Berdasarkan studi beberapa contoh konsep dan kasus di kota Brasilia, dapat disimpulkan
bahwa kota ideal adalah kota yang digagas sesuai dengan imajinasi perancangnya. Dalam hal
ini, perancang bebas untuk merealisasikan konsep imajinasi mereka terhadap komunitas ideal,
bergantung pada pengalaman serta harapan mereka bagi masa depan. Realisasi suatu kota
ideal adalah sesuatu yang memungkinkan, namun dapat berakhir tidak sesuai dengan harapan.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Kembali pada pengertian awal utopia yang merupakan suatu ide keadaan yang sempurna,
utopia dalam wujud kota ideal yang sempurna tidak akan pernah bisa terwujud karena akan
berupa harapan belaka. Konsep utopia dalam kota ideal dapat dijadikan harapan dan tujuan
terhadap sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Daftar Referensi
Archigram (Group). (1999). Archigram. New York: Princeton Architectural Press.
Budiharjo, Eko (1983). Arsitektur dan Kota Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni
Carvalhal, Tania Franco.(1997). Brasilia as Utopias: Territorilizing the Center.
Universidad Federal do Rio Grande do Sul.
Design Museum. (2007). Dalam ARCHIGRAM, diakses 3 Mei 2015
http://design.designmuseum.org/design/archigram
Fishman, Robert (1962). Urban Utopias in the Twentieth Century: Ebenezer Howard,
Frank Lloyd Wright, Le Corbusier. New York: Basic Books.
Fok, Caroline W. Y. (2014) How the Metabolist Movement helped influence modern
architecture. University of Hong Kong Architecture Departent. Diakses 11 Mei
2015. http://fac.arch.hku.hk/asian-cities-research/tokyo- how-the-metabolist-
movement-helped-influence-modern-architecture/
Galston, Wiliam (2010), Realism in Political Theory dalam Greg Johnson. The Utopian
Imagination in Realist Politics
Glancey, Jonathan (2007). Kisho Kurokawa. Diakses 11 Mei 2015,
http://www.theguardian.com/news/2007/oct/16/guardianobituaries.japan
Holston. James (1989). The Modernist City: An Anthropological Critique of Brasilia.
Chicago:University of Chicago Press
Howard, Ebenaezer (1902). Garden Cities of To-morrow. London: Swan Sonnenschein &
Co., Ltd.
Jencks, Charles (2000). Architecture 2000 and Beyond. Great Britain: Wiley Academy
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
Jacob, Sam dan Wouter Vanstiphout (2014). From Garden City to new towns: why
Britain should be proud of its planners. Dalam Guardian diakses: 30
April 2015. http://www.theguardian.com/cities/2014/apr/30/from-garden- city-to-
new-towns-why-britain-should-be-proud-of-its-planners.
Margalit, Harry. (2010). Architectural Design and Imagination. Conference of the
Society of Architectural Historians, Australia and New Zealand (SAHANZ),
Newcastle, NSW
Meis, Morgan (2014). Frank Lloyd Wright Tried to Solve the City. Dalam New Yorker.
Diakses 30 April 2015. http://www.newyorker.com/culture/culture-desk/frank-lloyd-
wright-tried- to-solve-the-city
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta
Ross, Rebecca, Mariana Mogilevich dan Ben Campkin (2014). Ebenezer Howard's three
magnets. Diakses 10 Mei 2015. Dalam Guardian.
http://www.theguardian.com/cities/2014/dec/05/ebenezer-howards-three- magnets
Safdie, Moshe. (2011). Viewpoint: What makes an ideal city?. Diakses 9 Mei 2015.
Dalam BBC News Online. http://www.bbc.com/news/business-13807964
Schalk, Meike (2014). The Architecture of Metabolism. Inventing a Culture of Resilience.
Diakses 11 Mei 2015. http://www.mdpi.com/journal/arts
Sdoutz, Franz (2007). Broadacre City. Diakses 1 Mei 2015.
http://www.mediaarchitecture.at/architekturtheorie/broadacre_city/2011_b
roadacre_model_en.shtml
Shoumatoff, Alex (1980). The Capital Of Hope: Brasília And Its People. Vintage Books
USA
Steiner, Hadas A. (2009). Beyond Archigram: The Structure of Circulation. New
York: Routledge
Tafarella, Santi. Form Follows Whose Function?: Reflections on Brasilia and the Career of
Architect Oscar Niemeyer. Diakses 15 Mei 2015.
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015
https://santitafarella.wordpress.com/2008/10/18/form-follows-whose-function-
reflections-on-brasilia-and-the-career-of-architect-oscar- niemeyer/
Taura, Toshiharu dan Yukari Nagai. (2009). A Definition of Design and Its Creative
Features. International Association of Societies of Design Research, Seoul, Korea
Trevisan, Ricardo. (2012). When Utopia becomes reality: from new city to (just) city.
University of Brasília
Konsep kota..., Myrna Ivana Loupatty, FT UI, 2015