konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persarafan

Upload: ponponamel

Post on 16-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persarafan

TRANSCRIPT

II. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan (Gangguan Konduksi) EpilepsiA. Pengkajian (Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik, Diagnostik Px)

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau system biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, social dan tinjauan dari aspek spiritual. ( Aziz Alimul H, 2004 ).Pengkajian pada pasien dengan epilepsi antara lain:1. AnamnesaKeluhan utama yang sering menjadi alasan klien dibawa ke rumah sakit adalah terjadinya kejang berulang dan penurunan tingkat kesadaran.2. Riwayat kesehatanRiwayat kesehatan sekarang : faktor riwayat penyakit saat ini sangat penting diketahui karena untuk mengetahui pola dari kejang klien. Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, stimulus yang menyebabkan respons kejang, dan seberapa auh aat kejang dengan respons fisik dan psikologis dari klien. Tanyakan faktor-faktor yang memungkinkan predisposisi dari serangan epilepsi, apakah sebelumnya klien pernah mengalami trauma kepala dan infeksi serta kemana saja klien sudah meminta pertolongan setelah mengalami keluhan.Penting juga ditanyakan tentang pemakaian obat sebelunya seperti pemakaian obat-obatan antikonvulsan, antipiretik dll., dan riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga.3. Riwayat penyakit dahuluPenyakit yang pernah diderita sebelumnya (apakah mengalami keadaan yang sama seperti sekarang seperti mengalami kejang berulang).4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita kejang, penyakit saraf, dan penyakit lainnya.5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritualPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menulai respons emosi klien terhadap kondisi pascakejang.nsetelah mengalami kejang klioen sering mengalami perubahan konsep diri yang maladaptif. Klien akan lebih banyak menarik diri, ketakutan akan serangan kejang berulang dan depresi akan prognosis dari kondisi yang akan datang.a. Aktivitas dan istirahatGejala yaitu keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang lain. Tanda yaitu perubahan tonus, kekuatan otot, gerakan involunter, kontraksi otot atau sekumpulan otot.b. Sirkulasi.Gejala yaitu iktal : hipertensi (tekanan darah tinggi), peningkatan nadi, sianosis, tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.c. Integritas ego.

Gejala yaitu stressor eksternal atau internal yang berhubungan keadaan dan atau penanganan peka rangsang, perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya, perubahan dalam berhubungan.Ditandai dengan pelebaran rentang respon emosional.d. Eliminasi.

Gejala yaitu inkontinesia, ditandai dengan iktal : peningkatan tekanan kandung kemih, dan tonus sfingter, postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia baik urine maupun fekal.e. Makanan dan cairan.

Gejalanya yaitu sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Ditandai dengan kerusakan jaringan lunak dan gigi (cedera selama kejang).f. Neurosensori

Gejalanya yaitu riwayat sakit kepala, kejang berulang, pingsan, pusing dan memliki riwayat trauma kepala, anoksia, infeksi cerebral, adanya aura (rangsangan audiovisiual,auditorius, area halusinogenik). Ditandai dengan kelemahan otot, paralisis, kejang umum, kejang parsial (kompleks), kejang parsial (sederhana).g. Nyeri dan kenyamanan

Gejalanya yaitu sakit kepala, nyeri otot, nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal. Ditandai dengan sikap atau tingkah laku yang hati-hati, distraksi, perubahan tonus otot.h. Pernafasan.

Gejalanya yaitu fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan cepat dan dangkal, peningkatan sekresi mucus, fase postiktal apnea.i. Keamanan

Gejalanya yaitu riwayat terjatuh, fraktur, adanya alergi. Ditandai dengan trauma pada jaringan lunak, ekimosis, penurunan kesadaran, kekuatan tonus otot secara menyeluruh.j. Interaksi sosial

Gejalanya yaitu terdapat masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya melakukan pembatasan, penghindaran terhadap kontak sosial.k. Penyuluhan dan pembelajaran.

Gejalanya yaitu adanya riwayat epilepsi pada keluarga, penggunaan obat maupun ketergantungan obat termasuk alkohol.6. Pemeriksaan fisikPada pengkaian fisik secara umum sering didapatkan pada awal pascakejang klien mengalami konfusi dan sulit untuk bangun. Pada kondisi yang lebih berat sering dijumpai adanya penuruna kesadaran.Pengkajian untuk peristiwa kejang perlu dikaji tentang: Bagaimana kejang sering terjadi pada klien, tipe pergerakan atau aktifitas, berapa lama kejang berlangsung, diskripsi aura yang menimbulkan peristiwa, status poskial, lamanya waktu klien untuk kembali kejang, adanya inkontinen selama kejang.Selain itu juga dilakukan pemeriksaan 6B, yaitu:a. B1 (Breathing)Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien epilepsi disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan.b. B2 (Blood)Pengkajian pad asitem kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien epilepsi tahap lanjut apabila klien sudah mengalami syok.c. B3 (Brain)Peningkatan B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkaian pada sistem lainnya.Tingkat kesadaran: Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.Fungsi serebral, Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku klien, nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah, aktifitas motorik pada klien epilepsi tahap lanjut biasanya mengalami perubahan status mental seperti adanya gangguan perilaku, alam perasaan, dan persepsi.d. B4 (Bladder)Pemeriksaan pada sitem kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume output urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung keginjal.e. B5 (Bowel)Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien epilepsi menurun karena anoreksia dan adanya kejang.f. B6 (Bone)Pada fase akut setelah kejang sering didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu aktifitas perawatan diri.B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status keehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nursalam, 2001).Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan epilepsi menurut Widagdo, wahyu. 2008, Arif, Muttaqin. 2011, Fransisca B. Batticaca. 2012 adalah:1. Nyeri akut b.d nyeri kepala sekunder respons pascakejang (Postikal).2. Resiko cedera b.d kejang berulang, ketidaktahuan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang serta penurunan tingkat kesadaran.3. Kecemasan b.d kejang berulang, penyakit yang diderita.4. Koping individu tidak efektif b.d depresi akibat epilepsi, stigma sosial yang berkaitan dengan epilepsi, penyakit yang kronis.5. Kurang pengetahuan b.d baru pertama didiagnosa, seringnya aktifitas kejang, status perkembangan dan usia.6. Defisit perawatan diri b.d kebingungan, malas bangun sekunder respons pascakejang (postikal).C. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. ( Aziz Alimul, 2004). Intervensi pada epilepsi adalah:No. DxTujuanIntervensiRasional

1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluhan nyeri berkurang dengan kriteria hasil:- Klien dapat tidur dengan tenang.- Wajah klien tampak rileks.-Klien memverbalisasikan penurunan rasa sakit.11. Berikan lingkungan yang aman dan tenang.22. Lakukan manajemen nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi nafas dalam.33. Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati.44. Kolaborasi pemberian analgesik.11. Menurunkan reaksi terhadap rangsangan eksternal atau sensitivitas terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat.22. Membantu menurunkan (memutuskan) stimulasi sensasi nyeri.33. Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit atau tidak nyaman.44. Diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.

2.Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadran dengan kriteria:- Klien dan keluarga mengetahui cara mengontrol kejang.- Menghindari stimulus kejang.- Melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang.1.1. Kaji tingkat pegetahuan klien dan keluarga cara penanganan kejan2.2. Anjurkan keluarga agar mempersiapkan lingkungan yang aman seperti memasang batasan ranjang atau paan pengaman dan alat suction untuk selalu berada dekat klien..3. Anjurkan untuk mempertahankan tirah baring total selama fase akut.4.4. Kolaborasi pemberian terapi, fenytoin(dilantin).1.1. Data dasar untuk intervensi selanjutnya.2.2. Melindungi klien apabila kejang terjadi.3.3. Mengurangi risiko jatuh atau terluka jika vertigo, sinkope, dan ataksia terjadi.4.4. Terapi medikasi untuk menurunkan respons kejang berulang.

3.Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan klien hilang atau berkurang dengan kriteria hasil:- Klien dapat mengenal perasaannya- Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhi kecemasan atau ketakutan yang dialaminya.1.1. Bantu klien mengekspresikan rasa takut.. 2. Lakukan kerja sama dengan keluarga.3.3. Hindari konflik dengan pasien dan jalin trust dengan baik. 4. Ajarkan kontrol kejang.5.5. Beri lingkungan yang tenang dan suasana untuk istirahat.6.6. Kurangi stimulus ketegangan.7. Berikan penjelasan tentang keadaan klien/penyakit yang diderita klien.8.8. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan.1.1. Ketakutan yang berkelanjutan memberikan dampak psikologis yang tidak baik.2. 2. Kerja sama klien dan keluarga sangat penting 3.3. Konflik dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin memperlambat penyembuhan.4.4. Kontrol kejang bergantung pada aspek pemahaman dan kerja sama klien. Klien dianjurkan untuk mengikuti gaya hidup rutin reguler dan sedang, diet (menghindari stimulan yang berlebuhan), latihan dan istirahat tidur.

5. Aktivitas sedang adalah terapi yang baik karena penggunaan energi yang berlebihan dapat dihindari.6. Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.6. 7. Keadaan tegang (ansietas, frustasi) mengakibatkan kejang pada beberapa klien. 7.8. Memberikan respons balik yang positif. Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

D. Pelaksanaan

Merupakan komponen dari proses keperawatan (Potter & Perry, 2005) adalah kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan di lakukan dan di selesaikan. Sudut pandang teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian. Sebagai contoh, implementasi segera diperlukan ketika perawat mengidentifikasi kebutuhan klien yang mendesak, dalam situasi seperti henti jantung, kematian mendadak dari orang yang dicintai, atau kehilangan rumah akibat kebakaran.

E. EvaluasiEvaluasi merupakan proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005). Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.Daftar Pustaka

http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-epilepsi.htmlhttp://apriantinunu.blogspot.com/2013/01/b-konsep-asuhan-keperawatan.html