asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara- negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah. Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangren of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangren”. Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom buerger? 2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya sindrom buerger? 3. Bagaimana proses terjadinya? 4. Apa saja tanda dan gejalanya? 5. Bagaimana cara untuk menanganinya? 6. Bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buerger? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger. 2. Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 04-Jul-2015

5.017 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi

pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-

negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan

merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil

akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.

Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh

von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of

endarteritis and endophlebitis with gangren of the feet”. Kurang lebih sekitar

seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger

mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia

lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai

“presenile spontaneous gangren”.

Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi

pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus

melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada

bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak

2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian,

bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth

Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan

Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah

2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom buerger?

2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya sindrom buerger?

3. Bagaimana proses terjadinya?

4. Apa saja tanda dan gejalanya?

5. Bagaimana cara untuk menanganinya?

6. Bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buerger?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger.

2. Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.

Page 2: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR

A. Definisi

Penyakit buerger adalah penyakit pembuluh darah yang bersifat

segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam, berupa

peradangan, proliferasi dan non supurasi serta terjadi penyumbatan oleh

thrombus pada segmen yang terkena terutama mengenai pembuluh darah kecil

sampai sedang. (Jennifer, 2001).

Burger Disease adalah infeksi dari arteri dan vena yang pada akhirnya

menyebabkan ischaemia. Biasanya disini terjadi pembentukan thrombus, dimana

menghasilkan scarring ketika peradangan terjadi. (Asih, 2002).

Penyakit Buerger Disease merupakan kelainan yang mengawali terjadinya

obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami

konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan

sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. (Smeltzer, 2002).

B. Etiologi

Meskipun penyebab penyakit buerger tidak diketahui dengan jelas,

tersebut berhubungan erat dengan mengkonsumsi rokok. Penggunaan atau

terpaparnya rokok merupakan hal yang mendasari inisiasi dan progresifitas dari

penyakit ini. Mengapa dan bagaimana merokok sigaret menyebabkan terjadinya

penyakit ini, tidak diketahui. (Jennifer, 2001)

De Moerloose et al. menunjukan penanda penurunan frekuensi dari

antigen HLA – B12 pada pasien dengan penyakit buerger (2,2% vs. 28%

control). Kelainan ini hamper sama dengan penyakit autoimmune lainnya, burger

disease dapat memiliki sebuah predisposisi genetic tanpa penyebab mutasi gen

secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit buerger

adalah suatu endarteritis yang dimediasi Sistem imun study imunositokimia

mengidentifikasikan deposisi linear dari immunoglobulin dan factor komplemen

lamina elastic. Adanya antigen tidak ditemukan. Peranan hyperhomocysteinemia

dalam pathogenesis dari penyakit buerger, adalah masih kontroversial. (Jennifer,

2001).

Hubungan antara kondisi trombofilik seperti sindrom antifosfolipid dan

penyakit buerger juga telah pula diusulkan. Endothelial perifer tergantung

Page 3: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

vasodilatasi terganggu pada pasien dengan penyakit buerger yang mana

mekanisme endotheial vasodilatasi terlihat intak. (Jennifer, 2001).

C. Patofisiologi

Pada umumnya Syndrom Buerger terjadi pada orang yang merokok

sehingga dapat menimbulkan peningkatan asam pada penyakit buerger. Sehingga

imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang menyebabkan

kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan serum anti endotenial. Karena

meningkatnya enzim dan serum anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah

sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan akan

mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan

vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi. (Smeltzer,

2002).

Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan

terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b)

tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi

tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi,

(d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan

gangren yang dimulai dari ujung jari. (Smeltzer, 2002).

Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat.

Penyakit berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang

demi falang, jari demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal

terserang tidak dapat diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu

kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah

sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia. (Smeltzer, 2002).

D. Manifestasi Klinis

Gejala karena berkurangnya pasokan darah / iskemia ke lengan atau

tungkai terjadi secara perlahan, dimulai pada ujung – ujung jari tangan atau jari-

jari kaki dan menyebar ke lengan dan tungkai, sehingga akhirnya menyebabkan

gangren (kematian jaringan). Sekitar 40% penderita juga mengalami peradangan

vena (terutama vena permukaan) dan arteri dari kaki atau tungkai (Smeltzer,

2002).

Penderita merasakan kedinginan, mati rasa, kesemutan atau rasa terbakar.

Penderita seringkali mengalami fenome Raynaud dank ram otot, biasanya di

telapak kaki atau tungkai. Pada penyumbatan yang lebih berat, nyerinya lebih

hebat dan berlangsung lebih lama. Pada awal penyakit timbul luka terbuka,

Page 4: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

gangren atau keduanya. Tangan atau kaki terasa dinginm berkeringat banyak dan

warnanya kebiruan, kemungkinan karena persyarafannya bereaksi terhadap nyeri

hebat yang menetap. (Smeltzer, 2002).

Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) yang

patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin

penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea.

(Asih, 2002).

Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya

jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda

sianosis atau rubor, bila bergantung, sering terjadi radang lipatan kuku dan

akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal

yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri. (Asih,

2002).

Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan tebal pada

tungkai dan phenomena Raynaud (suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari,

tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren

pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger. (Jennifer, 2001).

Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang

rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting. Tromboflebitis migrant

superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum tampaknya gejala

sumbatan penyakit Buerger. (Jennifer, 2001).

Fase akut menunjukan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba

sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa millimeter sampai centimeter

di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas

tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas

yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka

ini hamper patognomonik untuk tromboangitis obliterans. (Jennifer, 2001).

Gejala klinis buerger disease sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan

gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan

dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada

ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder

mulai dari kemerahan sampai ke tanda selusitis. Kondisi ini sangat terasa nyeri

dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut. (Jennifer,

2001).

Page 5: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

E. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk diagnosis buerger

disease. Namun ada beberapa yang pemeriksaan harus dilakukan untuk

menyingkirkan penyakit lainnya. Beberapa pemeriksaan yang digunakan

untuk menilai adanya vaskulitis sistemik, seperti reaktan fase akut, biasanya

negatif pada penyakit ini.

b) Pemeriksaan Radiologi

Angiografi/ Arteriografi

Pada arteriografi penemuan yang khas adalah oklusi non atherosklerotik

segmental pada pembuluh darah kecil dan menengah (digital, palmar, plantar,

tibial, peroneal, radial, dan ulnar) dengan pembentukan pembuluh darah

collateral di area sekitar oklusi dinamakan cockskrew collateral.

Echocardiography

Echocardiography untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sumber emboli

dari jantung.

F. Penatalaksanaan Medik

Pasien dengan penyakit buerger dianjurkan untuk berhenti merokok

secepatnya dan total. Ini cukup efektif dalam sebagai terapi. Selain itu terapi lain

belum disetujui sebagai konsesus sebagai pilihan terapi. Terapi suportif antara

lain meliputi :

a) Pemijatan lembut dan penghangatan untuk meningkatkan sirkulasi

b) Menghindari kondisi yang mengurangi sirkulasi perifer, seperti kondisi

dingin

c) Menghindari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama

d) Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindar trauma kaki

dan panas atau juga luka karena kimia lainnya

e) Menghindari pakaian yang ketat

f) Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada luka-luka ekstremis

untuk menghindari infeksi. (Smeltzer, 2002).

G. Komplikasi

1) Gangren

Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya

disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan

Page 6: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi (gas gangren – lihat di

bawah). Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh :

Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang terlalu

ketat, dan pembengkakan ekstremitas);

Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli arteri,

kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat);

Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot);

Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah

(misalnya, arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena).

Gangren kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi

hitam dan emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat

sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.

2) Ulkus

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan

Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus

diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit

DM dengan neuropati perifer.

3) Kemerahan

4) Sianosis

Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi

yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah yang lebih dari 5 g%.

(Smeltzer, 2002).

H. Dampak Terhadap Sistem Tubuh

a) Sistem Kardiovaskuler

Penyakit buerger disease berdampak besar terhadap Sistem

kardiovaskuler. Yang mana dengan terjadinya emboli pada pembuluh darah

maka akan berdampak terhadap penurunan suplai darah ke jaringan-jaringan

perifer, yang dapat dibuktikan dengan adanya rasa tidak nyaman pada area

jaringan perifer seperti nyeri dan perasaan gatal pada area-area perifer.

b) Sistem Persyarafan

Klien dengan buerger disease juga akan menimbulkan dampak

terhadap Sistem persyarafan, yang dibuktikan dengan adanya sensasi nyeri

pada area perifer akibat nekrotik jaringan perifer.

Page 7: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

c) Sistem Integumen

Pada klien dengan buerger disease juga ikut mempengaruhi Sistem

integument. Dampak yang ditimbulkan pada Sistem kardiovaskuler berkaitan

erat dengan dampak yang disebabkan pada Sistem ini. Dan dampak yang

ditimbulkan yaitu kerusakan integritas kulit akibat adanya obstruksi yang

menyebabkan iskemi jaringan perifer yang dapat dibuktikan dengan adanya

perubahan warna kulit pada jaringan-jaringan perifer serta adanya pada area

perifer tersebut.

d) Sistem Muskuloskeletal

Ganggren dan obstruksi yang ditimbulkan pada jaringan perifer akan

menghambat proses mobilisasi tubuh, yang mana akan berdampak terhadap

bertambah parahnya kondisi kerusakan jaringan serta sensasi nyeri yang luar

biasa jika beraktifitas secara berlebih. (Long, 2000)

II. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Buerger

Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang

meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Standar

proses keperawatan disusun sebagai asuhan keperawatan kritikal (Hidayat, 2004).

Proses keperawatan merupakan salah satu modalitas pemecahan masalah

yang didasari oleh metode ilmiah yang memerlukan pemeriksaan secara

sistematis serta identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk

memberikan hasil yang diinginkan. Proses keperawatan memudahkan

identifikasi respon manusia terhadap masalah kesehatan.

Adapun langkah-langkah dalam proses keperawatan sebagai

berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan.

Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan

ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah kepada

tindakan keperawatan. Dalam pengkajian yang dilakukan dalam beberapa

tahapan, meliputi:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat

di gunakan sebagai informasi tetnag klien. Data yang dibutuhkan

mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari klien, data yang

berhubungan dengan masalah klien serta data tentang factor-faktor yang

mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data tentang

Page 8: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

keluarga, lingkungan yang ada di mana data-data tersebut dapt diperoleh

dari klien, kleluarga klien atau orangf lain yang ada hubungan dengan

klien, catatan medic serta tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).

Adapun data data-datayang dikumpulkan adalah:

1) Biodata

Data lengkap dari klien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,

kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, alamat serta identitas penanggung, meliputi : nama

lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang dirasahkan oleh klien pada saat

dilakukan pengkajian dan merupakan keluhan yang paling

mengganggu klien dalam memperoleh rasa aman dan nyamannya.

Pada umumnya klien dengan Tromboangitis Oblitrans akan

mengeluh adanya nyeri, baik itu bersifat nyeri ringan, nyeri

sedang, ataupun nyeri hebat akibat insisi bedah.

b) Riwayat keluhan utama

Mengambarkan keluahan pada saat datang ke Rumah Sakit

dan keluhan pada saat pengkajian yang dikembangkan dengan

menggunakan metode P, Q, R, S, T.

• Provokatif / Paliative : Apa yang menyebabkan

bertambahnya atau berkurangnya keluhan.

• Quantiti / Qualiti : Bagaimana bentuk gambaran yang

dirasakan dan sejauhmana tingkat keluhan. Keluhan yang

dirasakan biasanya sampai menggangu aktivitas klien

• Radiasion / Region : Lokasi keluhan yang dirasakan dan

penyebarannya.

• Skala: Itensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau

tidak.

• Timing : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa

lama kejadian ini berlangsung dan apakah keluhan dirasakan

menetap atau tidak.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu, pemahkah klien menderita

penyakit yang sama, apakah klien pernah mengalami penyakit yang

Page 9: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan

berpengaruh pada kesehatnnya sekarang.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Dengan menggunakan gonogram tiga generasi, apakah dalam

keluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan

klien atau penyakit keturunan.

3) Pemeriksaan Fisik

a) Sistem Pernapasan

Hal-hal yang perlu dikaji yaitu adanya sumbatan jalan napas,

frekuensi napas, serta bunyi napas. Pada klien dengan masalah

Tromboangitis Oblitrans atau penyakit buerger tdk mempengaruhi

Sistem pernapasan.

b) Sistem Cardiovaskuler

Takikardi. Penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit

(TVD) varises dan pengerasan, gelembung / ikatan vena

(thrombus) warna kulit / suhu ekstremitas yang sakit (betis/paha) :

pucat, dingin, edema (TVD) : merah mudah kemerahan, hangat

sepanjang vena (superficial). Tanda hormone positif (bila tak ada

tidak berarti TVD)

c) Sistem Pencernaan

Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi pencetus

untuk hiperkoagulasi). Kegemukan (pencetus untuk statis dan

tahanan vena / pelvis). Edema pada kaki yang sakit (Tergantung

pada lokasi Trombus)

d) Sistem Perkemihan

Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan

adanya gangguan atau Sistem kerja organ-organ pada Sistem ini

masih dalam batas normal

e) Sistem Persyarafan

Sensasi nyeri, penurunan reflex area tungkai yang mengalami

iskemik, serta kecemasan

f) Sistem Integumen

Akral dingin, kulit bersisik, adanya edema, keringat dingin, kulit

area tungkai yang iskemik Nampak cianosis

Page 10: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

g) Sistem Indra

Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan

adanya gangguan atau semua organ-organ Sistem ini tetap secara

normal

h) Sistem Endokrin

Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan

adanya gangguan atau semua organ-organ Sistem ini tetap secara

normal

i) Sistem Reproduksi

Pada klien dengan burger disease biasanya tidak ditemukan

adanya gangguan atau semua organ pada Sistem ini tetap secara

normal

j) Sistem Muskuloskeletal

Paralisis / kondisi kecacatan berlanjut. Nyeri karena aktivitas /

berdiri lama. Lemah / kelemahan pada kaki yang sait. Kelemahan

umum atau ekstremitas.

4) Pola Aktivitas Sehari-hari

Yang perlu dikaji pada kegiatan sehari – hari adalah sebagai berikut:

Nutrisi dan cairan

Apakah ada perubahan dengan pola makan, frekuensi makan,

apakah intake dan output cairan seimbang, jenis makanan.

Eliminasi

Meliputi frekuensi, warna, bau, konsistensinya serta kesulitan BAB

dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak

Istirahat dan tidur

Meliputi kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan, dan masalah yang

mengganggu tidur, serta ada perubahan selama sakit atau tidak.

Tidur mungkin terganggu akibat nyeri yang dirasakan

Personal Hygien

Meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, kemampuan klien

dalam melakukan ADL apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak. Pasien post operasi biasanya belum dapat melakukan aktivitas

personal hygiene seperti biasanya, sehingga memerlukan bantuan

dari orang-orang terdekat.

5) Data Psikologis

Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas

karena perawatan yang lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di

Page 11: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

rumah sakit akibat hospitalisasi, dan juga karena kurangnya

pengetahuan tentang prosedur dan penyakityang dialami klien.

6) Data Sosial

Pada umumnya klien akan mengalami gangguan dalam

berhubungan karena klien mengalami perubahan kondisi dan merasa

dirinya tidak bisa memenuhi perannya di keluarga maupun di

masyarakat.

7) Data Spiritual

Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu, tetapi

biasanya klien kurang dapat memenuhi kewajibannya secara optimal

karena sakit, dan klien percaya bahwa dengan perawatan dan

pengobatan penyakitnya akan sembuh.

8) Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologi

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data adalah merupakan upaya untuk memberikan

justifikasi pada data yang telah di kumpulkan dengan melakukan

perbandingan data subyektif dan obyektifyang didapatkan dari berbagai

sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk diketahui

kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada

(Hidayat, 2004).

c. Analisa Data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,

menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data serta

mengaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa

keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data objektif

(Nursalam, 2001).

Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteria

prioritas masalah untuk menentukan masalahyang harus segera

diatasiyaitu:

1) Masalah yangdapatmengancam jiwaklien.

2) Masalah aktual.

3) Masalah potensial atau resiko tinggi.

Page 12: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual, resiko dan potensial. Diagnosa keperawatan

memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil_yang merupakan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2004).

Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan penyakit

buerger (Tromboangitis Obliterans), menurut (Doenges, 2000) :

1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan vasopasme /

gangguan perfusi jaringan yang sakit, iskemik / kerusakan jaringan.

2) Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian

aliran darah arteri.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

4) Kurang pengetahuan, kebutuhan belajar mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan b.d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,

salah persepsi / salah mengerti.

5) Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostic, serta rencana keperawaran.

6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi

masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam

membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan

bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya

pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan

klien, batasan prektek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

kemampuan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi

tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan

kerjasama dengan tingkat kesehatan lain. (Hidayat, 2004).

Menurut Doenges (2000), berdasarkan diagnose keperawatan yang

mungkin muncul pada klien dengan penyakit burger , maka perencanaan yang

akan dilakukan untuk masing-masing diagnose adalah sebagai berikut :

1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan vasopasme /

gangguan perfusi jaringan yang sakit, iskemik / kerusakan jaringan.

Page 13: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan nyeri berkurang dan kerusakan jaringan tidak melebar dengan

Kriteria hasil : klien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri, klien

nampak rileks dan santai dan TTV dalam batas normal

Intervensi :

Catat karakteristik nyeri dan parestesia, periksa tanda-tanda vital

pasien.

Bantu pasien mengidentifikasikan faktor pencetus atau situasi contoh

merokok, terpajan pada dingin dan penanganannya.

Lakukan teknik menejemen nyeri distraksi dan relaksasi

Berikan teknik massase dan kompres air hangat

Dorong penggunaan teknik menajemen strees, aktivitas hiburan.

Rendam area yang sakit pada air hangat.

Berikan ruangan hangat, bebas aliran udara, contoh: ventilasi,

pendingin ruangan, pertahankan pintu tertutup sesuai indikasi.

Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi, siapkan intervensi bedah

bila diperlukan

Rasional :

Mengetahui tingkatan nyeri.

Agar pasien memahami tentang faktor yang mempengaruhi nyeri

tersebut

Membantu klien mengidentifikasi penyebab obstruksi dan nyeri

Digunakan untuk mengalihkan perhatian klien.

Air hangat akan membuat pembuluh darah melebar dan itu akan

melancarkan aliran darah.

Menghindarkan infeksi dan menjaga udara tetap panas

Pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien

2) Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian

aliran darah arteri.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan perfusi jaringan perifer adekuat dengan

Kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda cianosis, sirkulasi jaringan

perifer adekuat, tanda-tanda iskemik tidak terjadi

Intervensi :

Observasi warna kulit bagian yang sakit .

Catat penurunan nadi.

Page 14: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tajam/dangkal,

panas/dingin.

Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area ganggren.

Tinggikan area ekstremitas yang mengalami obstruksi

Berikan kompres hangat pada area ekstremitas

Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.

Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi (vasodilator), ambil contoh

drainase lesi untuk kultur atau sensitivitas

Rasional :

Untuk melihat sianosis atau terjadi kemerahan pada kulit.

Mengidentifikasikan tingkat keparahan pada penghentian aliran darah

arteri.

Mengetahui tingkat,rasa dan bentuk dari rasa nyeri.

Melihat berapa lebar bagian yang mengalami ganggren.

Meningkatkan aliran darah vena ke jantung

Meningkatkan fasokontriksi pembuluh darah sehingga meningkatkan

aliran darah balik vena

Nutrisi yang tepat dan kebutuhan vitamin yang lengkap akan

meningkat sistem imun tubuh.

Pemberian obat vasodilator membuat pembuluh drah arteri melebar

dan melancarkan aliran darah.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi dengan

kriteria hasil : klien dapat tidur dengan nyenyak serta klien

mendemonstrasikan perasaan tidur yang nyenyak

Intervensi :

Berikan makanan kecil, susu hangat sore hari

Berikan posisi yang nyaman (supinasi)

Turunkan jumlah minum sore hari, lakukan berkemih sebelum tidur

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Berikan terapi music

Batasi masukan makanan dan minuman mengandung kafein

Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan sedative

HE tentang pentingnya istirahat tidur

Page 15: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

Rasional :

Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk

Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi

Posisi yang nyaman dapat merelaksasikan syaraf-syaraf yang tegang

Kafein dapat memperlambat klien untuk tidur dan mempengaruhi

tidur tahap REM

Membantu meningkatkan relaksasi pada otak

Membantu meningkatkan relaksasi pada otak

Nyeri meruhi kemampuan klien untuk tidur, dan sedative obat yang

tepat untuk meningkatkan istirahat

Memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang

pentingnya istirahat tidur

4) Kurang pengetahuan, kebutuhan belajar mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan b/d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,

salah persepsi / salah mengerti.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan klien paham dengan proses penyakitnya dengan

kriteria hasil : klien mendemonstrasikan paham tentang proses

penyakitnya, serta klien sudah tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya.

Intervensi :

Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya

Berikan informasi pada pasien tentang penyakitnya.

Dorong menghindari pemajanan pada dingin.

Pertahankan lingkungan pada suhu diatas 20,9 0C, hilangkan aliran

dingin.

Tekankan pentingnya menghentikan rokok, berikan informasi pada

klinik lokal / kelompok pendukung.

Bantu pasien untuk membuat metode menghindari atau mengubah

stress, diskusikan teknik relaksasi.

Tekankan pentingnya melihat tiap hari dan melakukan perawatan kulit

yang benar.

HE tentang penyakit yang dialami klien serta dampak terhadap tubuh

Rasional :

Membantu mengidentifikasi kecemasan klien

Membantu mengidentifikasi kecemasan klien

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Page 16: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

Suhu yang dingin membuat kontriksi pada pembuluh darah dan akan

memperberat penyumbatan aliran darah.

Suhu panas membuat pembuluh darah mempertahankan keadaan

dilatasi.

Agar pasien mengerti dan memahami bahwa rokok merupakan faktor

utama terjadinya trombongitis.

Teknik diktrasi dan relaksasi membuta pasien lebih tenang menyikapi

keadaannya.

Membantu meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya

sehingga kecemasan dapat berkurang

5) Ansietas b/d prosedur tindakan yang akan dilakukan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan klien paham tentang tindakan yang akan dilakukan dengan

kriteria hasil : perasaan gugup/cemas berkurang, ekspresi wajah

tenang serta klien mengungkapkan bahwa mengerti dengan apa yang

dianjurkan.

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya

Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien

Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Jelaskan prosedur dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan.

Observasi tanda-tanda vital.

Dampingi pasien selama prosedur tindakan dilakukan.

Yakinkan pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah

tindakan yang terbaik.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penenang.

Rasional :

Membantu meningkatkan hubungan saling percaya dengan klien

Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan

Membantu dalam mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien

Meningkatkan pengetahuan pasien dan agar pasien memahami tentang

tindakan yang akan dilakukan.

Mengetahui keadaan umum klien.

Meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut pasien.

Mengurangi tingkat ansietas pada klien.

Page 17: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

Untuk memberikan ketenangan dan mengurangi tingkat

kecemasannya.

6) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

diharapkan kebutuhan perawatan diri terpenuhi dengan

kriteria hasil : personal hygiene klien terpenuhi.

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya

Kaji tingkat personal hygiene klien

Berikan informasi tentang pentingnya perawatan diri bagi klien

Bantu dan fasilitasi klien dalam melakukan personal hygiene

Libatkan keluarga dalam perawatan klien

Jaga kebersihan pakaian dan alat tenun klien

Berikan lotion dan talk setelah mandi

Berikan HE tentang pentingnya personal hygiene

Rasional :

Agar klien lebih terbuka dan menjelaskan semua keluhan yang b/d

personal hygiene

Membantu mengidentifikasi masalah-masalah personal hygiene klien

Dengan memberikan informasi dapat menambah wawasan

pengetahuan klien tentang cara perawatan diri yang benar

Dengan menyediakan dan mendekatkan akan mendorong kemandirian

klien dalam hal melakukan aktivitas

Membantu keluarga dalam melakukan perawatan terhadap klien

Pakaian yang bersih dan alat tenun yang kering dapat mencegah

terjadinya gatal

Untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan dapat mencegah

terjadinya biang keringat

Membantu meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang

pentingnya personal hygiene

4. Implementasi

Implementasi merupakan pengelolaan yang berupa perwujudan dari

asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakanyang telah di rencanakan,

melaksanakan hasil kolaborasi, _yang dilksanakan berdasarkan pertimbangan

rasional perawat (Hidayat, 2004).

Page 18: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang

menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

dilaksanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan

kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terdiri dari dua

komponen yaitu data yang tercatat yang menyenangkan efek dari tindakan yang

diberikan pada klien. (Hidayat, 2004).

Dalam evaluasi, proses perkembangan klien di nilai 24 jam terus-

menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis

oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya. (Hidayat, 2004).

Evaluasi dasat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut:

S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

O : Respon obyektif klien terhadaap intervensi yang di laksanakan.

A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru

atau mungkin terdapat data kontraindikasi dengan masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut yaitu berdasarkan hasil analisa pada

Respon klien. (Hidayat, 2004).

6. Catatan Perkembangan

Merupakan bentuk pendokumentasian atau pencatatan

hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang mencakup waktu

pelaksanaan tindakan serta respon klien terhadap pemberian

asuhan keperawatan tersebut. (Hidayat, 2004).

S = Respon subyektif klien terhadap tindakan

O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan

A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk

menyimpulkan masalah

P = Perencanaan atau tindakan

I = Implementasi

E = Evaluasi

Page 19: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit

sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan

vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh darah

perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis Obliterans

merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah

tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian

yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah

ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan

mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah.Penghentian kebiasaan

merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya

kita menghindari yang namanya merokok.Karena merokok ini dapat menjadi

salah satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger yang akan berakibat

fatal bagi kita, utamanya juga untuk yang perokok berat. Selain itu sebaiknya kita

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengetahui kebiasaan-

kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit

ini.

Page 20: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

DAFTAR PUSTAKA

Jennifer, 2001. Buku Ajar Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Asih. Y., 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan Suddarth Edisi

8. EGC. Jakarta.

Long Barbara. C., 2000. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC. Jakarta.

Hidayat. A., 2004. Pengantar Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba Medika. Jakarta.

Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC. Jakarta.

Page 21: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

TUGAS KMB I

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

“ SINDROM BUERGER ”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

M. NUZLAN HENDRIK

ASDAR

LA ODE MITRA FALDI

SARMAN

WD. LILIN WULANDARI

AKPER PEMKAB MUNA

2 0 1 4

Page 22: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan

karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul Asuhan

Keperawatan Sindrom buerger.

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengalami banyak

permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun

sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik

dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan

seperjuangan khususnya Program Studi Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I)

nantinya.

Raha, Oktober 2013

Penyusun