konomi nasional - ftp.unpad.ac.id fileso, sosis, kornet, dan burger. secara terpisah, direktur...

1
PENERAPAN Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana diharapkan bisa memperketat keamanan bagi masyarakat dalam melakukan transfer dana. Kejahatan yang dilakukan melalui transfer dana baik di dalam maupun ke luar negeri mestinya juga bisa terdeteksi lebih awal melalui UU tersebut. Demikian disampaikan Men- teri Komunikasi dan Informati- ka Tifatul Sembiring di Jakarta, kemarin. “Via UU Transfer Dana ini, institusi legal bisa di- trace, keamanan nasional terjaga, dan transnational crime bisa dideteksi lebih awal,” ungkapnya. UU tersebut, sambung Ti- fatul, juga bisa difungsikan untuk mendeteksi aliran dana dari pihak luar terkait dengan pencegahan terhadap pem- biayaan untuk terorisme dan peredaran obat bius. Hal itu bisa dilakukan karena dana yang keluar masuk Indo- nesia harus melewati instansi yang telah disahkan pemerin- tah dan Bank Indonesia (BI). Dengan instansi yang legal, pengiriman dana bisa dilacak dengan mudah oleh Pusat Pe- laporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Budi Rochadi mengatakan keberadaan UU Transfer Dana sangat penting untuk menga- wasi kegiatan transfer dana. Pasalnya, saat ini kegiatan transfer dana tidak hanya di- dominasi bank, tetapi juga instansi lain, terutama untuk remitansi. Transfer dana, kata Budi, menuntut adanya kepastian hukum yang efektif serta mem- butuhkan adanya kesetaraan yang tegas untuk semua pihak. “Tuntutan itu dijawab melalui UU Transfer Dana dengan dasar pengaturan jelas tentang hak dan kewajiban pengguna dan penyelenggaraan trans- fer.” Pada 2010, BI mencatat rata- rata transaksi transfer dana melalui sistem kliring BI men- capai 366 ribu transaksi dengan nominal Rp7 triliun per hari. Sementara transaksi transfer dana melalui real time gross settlement (RTGS) mencapai rata-rata 56 ribu transaksi per hari dengan nominal Rp218 triliun per hari. (ML/E-2) E KONOMI NASIONAL SELASA, 3 MEI 2011 ASOSIASI Industri Pengolahan Daging (NAMPA) mengeluh- kan pasokan daging untuk industri pengolahan yang se- makin berkurang. Kelangkaan pasokan tersebut membuat harga daging melambung mencapai 50% dan terjadi penurunan produksi. Tragisnya, para pelaku industri pengolahan da- ging harus memberhentikan para pegawai mereka untuk efisiensi. Mereka pun akhir- nya lebih memilih sebagai importir daging ketimbang menjalankan industri pengo- lahan daging. Direktur Eksekutif NAMPA Haniwar Syarif mengatakan hal tersebut di Jakarta, ke- marin. “Pemerintah seharusnya menjaga ketersediaan daging. Dengan penghitungan jum- lah kebutuhan secara tepat, tidak akan terjadi kekurang- an bahan baku seperti saat ini. Pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan pasok- an daging sapi ini,” ungkap- nya. Haniwar menjelaskan, indus- tri pengolahan daging sebe- tulnya membutuhkan 100 ribu ton daging sapi pada tahun ini. Namun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Ke- mentan) membatasi menjadi 30 ribu ton. Akibatnya terjadi pengurangan produksi. Selain itu, ketidaktersedia- an daging sapi membuat ke- naikan harga. Harga daging sapi untuk industri saat ini Rp45 ribu per kg. Padahal harga sebelumnya hanya Rp30 ribu/kg. Ketidakterse- diaan pasokan juga akan mengakibatkan kelangkaan sejumlah produk seperti bak- so, sosis, kornet, dan burger. Secara terpisah, Direktur Jenderal Peternakan Kementan Prabowo Respatiyo mengakui telah terjadi kekurangan stok daging sapi untuk industri olahan. Dia mencontohkan, kekurangan pasokan terja- di pada industri pembuatan bakso. Padahal sirkulasi per- dagangan pada industri bakso bernilai Rp3,1 miliar setiap harinya. “Kami bakal mengimpor 6.000 ton daging sapi untuk memenuhi kebutuhan indus- tri pengolahan daging. Jum- lah impor itu dapat menutupi kebutuhan pasokan daging sapi untuk bahan baku indus- tri hingga akhir Juni menda- tang,” ujar Prabowo. Kebijakan Kementan untuk mengimpor daging sapi boleh jadi akan menutupi kelang- kaan pasokan saat ini. Namun, kebijakan itu hanya menjadi solusi jangka pendek. Pada- hal Kementan menargetkan swasembada daging sapi pada 2014. (*/E-4) BADAN Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) semestinya merekomendasikan pemberian hak partisipasi Blok West Ma- dura Offshore (WMO) sedikit- nya 80% kepada PT Pertamina. Dua perusahaan yang tiba-tiba muncul, yakni PT Sinergindo Citra Harapan dan Pure Link Investment Ltd, tidak seharus- nya diikutsertakan. Direktur Pusat Studi Kebi- jakan Publik Sofyano Zakaria mengemukakan hal tersebut di Jakarta, kemarin. Menurut dia, BP Migas boleh saja mempertahankan Kodeco Energy Co Ltd dan CNOOC. “Dengan demikian, semestinya Pertamina menda- pat 80%, Kodeco 10%, dan CNOOC 10%. Sekarang ini atas dasar apa BP Migas tetap memasukkan Sinergindo dan Pure Link?” ujar Sofyano. Seperti diketahui, BP Mi- gas telah menyampaikan rekomendasi tentang Blok West Madura kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mi- neral (ESDM). Pada intinya, rekomendasi itu berupa per- panjangan kontrak dengan Pertamina sebagai ope rator menggantikan Kodeco mulai 7 Mei 2011. Adapun komposisi hak parti- sipasi WMO menjadi Pertamina 60%, Kodeco 10%, CNOOC 10%, Sinergindo 10%, dan Pure Link 10%. Saat ini komposis- inya Pertamina 50%, Kodeco 12,5%, CNOOC 12,5%, Siner- gindo 12,5%, dan Pure Link 12,5%. Baik Sinergindo maupun Pure Link baru saja masuk dalam komposisi hak parti- sipasi West Madura pada 17 Maret 2011 melalui persetu- juan BP Migas dan Kemente- rian ESDM. Dua perusahaan yang menurut pandangan banyak kalangan dipaksakan masuk untuk kepentingan pihak tertentu itu masing- masing mengambil alih sepa- ruh hak partisipasi Kodeco dan CNOOC. Kepala BP Migas R Priyono kemarin mengungkapkan, re- komendasi BP Migas juga mem- pertimbangkan kinerja Kodeco sebagai operator West Madura. Kinerja Kodeco dinilai baik sehingga diberi kesempatan berpartisipasi kembali melalui perpanjangan kontrak. Sementara itu, Staf Ahli Menteri ESDM Kardaya Warni- ka mengatakan pihaknya akan segera menyelesaikan masalah kontrak West Madura. Sangat mungkin pemerintah akan memberikan perpanjangan kontrak sekaligus membuka kesempatan bagi Pertamina berperan lebih besar. (ML/Ant/E-1) Pasokan Daging Sapi Anjlok Hak Pertamina di WMO Minimal 80% UU Transfer Dana Cegah Aliran Uang Kotor 18 PROTON PEDULI PENDIDIKAN: Presiden Direktur PT Proton Edar Indonesia (PEI) Gunther Scherz (kiri) berbincang dengan (dari kiri) Wakil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Tuan Syed Mohammad Hasrih Teuku Husen, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Mendiknas M Nuh, dan Menteri BUMN Mustafa Abubakar seusai penyerahan bantuan di Jakarta, kemarin. PEI menyumbangkan 20 unit mobil dan 15 mesin mobil Proton Wira kepada sekolah menengah kejuruan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. MI/ GINO F HADI BUNGA PERTIWI ADEK PUTRI K ETERBATASAN dana menjadi ken- dala terbesar dalam pembangunan in- frastruktur di negeri ini. Karena anggaran untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan raya terbatas, hingga kini berbagai persoalan serius seperti jalan putus, rusak, dan berlubang belum bisa teratasi. Sepenuhnya tanggung jawab untuk pemeliharaan dan pem- bangunan jalan raya ada di pundak pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Sebagai kuasa pemegang anggaran, Kemen- terian PU bertugas untuk me- melihara dan membangun jalan yang baru dengan alokasi anggaran yang terbatas. Namun, bagaimana jika pihak swasta tergerak untuk membantu pemerintah mem- perbaiki jalan raya yang rusak? Di Jawa Barat, jalan utama yang menghubungkan Kota Bogor dan Sukabumi dalam beberapa tahun belakangan ini selalu diwarnai kemacetan. Penyebabnya ialah kapa- sitas jalan yang sudah tidak mampu menampung volume kendaraan dan kondisi jalan yang rusak. Padahal bagi war- ga di sepanjang Jalan Ciawi- Sukabumi, jalan negara ini menjadi urat nadi perekono- mian mereka. Kondisi jalan yang sudah payah ini mendapat perha- tian dari sejumlah perusahaan swasta. Mereka tergerak untuk memperbaiki jalan tersebut. Dengan dipelopori oleh salah satu perusahaan swasta, yaitu PT Tirta Investama, mulai di- lakukan penggalangan dana untuk memperbaiki jalan ne- gara tersebut. Sejauh ini, dana hasil patung- an perusahaan-perusahaan tersebut sudah cukup untuk memulai perbaikan jalan. Da- lam waktu dekat, perbaikan jalan pun akan mulai dilaku- kan. Dapat dukungan Niatan konsorsium peru- sahaan swasta memperbaiki jalan negara Ciawi-Sukabumi mendapat dukungan dari pe- merintah. Kementerian PU me- nyatakan mendukung upaya sejumlah perusahaan yang berinisiatif untuk melakukan peningkatan dan perbaikan Jalan Ciawi-Sukabumi yang kondisinya dianggap sudah tidak layak. “Bisa saja mereka (perusa- haan-perusahaan) itu ikut ambil bagian asalkan jelas bagian- bagiannya,” kata Sekjen Kemen- terian PU Agoes Widjanarko, beberapa waktu lalu. Bahkan, tambah Agoes, badan usaha swasta lainnya diharap- kan dapat ikut aktif membantu pemerintah memelihara dan membangun jalan. Dengan men- contoh apa yang dilakukan oleh PT Tirta Investama, perusahaan swasta didorong untuk turut da- lam pembangunan infrastruktur. Hal ini mengingat dana yang dialokasikan dalam APBN dan APBD untuk pembangunan in- frastruktur sangat terbatas. Menurutnya, upaya un- tuk mengikutsertakan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur juga menda- pat dukungan dari Presiden. Dalam sejumlah pertemuan dengan BUMN dan swasta di Bogor dan Bandung beberapa waktu lalu, kata Agoes, Presi- den mengajak agar perusahaan pelat merah dan swasta dapat berperan dalam pembangunan infrastruktur.“ (Ant/E-4) [email protected] Mengajak Swasta Membangun Jalan Raya Kementerian PU mendukung upaya sejumlah perusahaan yang berinisiatif memperbaiki jalan negara Ciawi-Sukabumi. OBAT GENERIK: Pekerja mengawasi pengemasan obat di pabrik PT Kalbe Farma Tbk di Cikarang, Jawa Barat, kemarin. Kalbe Farma telah membangunan pabrik di Cikarang khusus memproduksi obat generik dalam bentuk tablet yang akan disertifikasi Badan POM. ANTARA/HO-ARI DAGING SAPI IMPOR: Pedagang memotong daging sapi impor di pejagalan sapi Cipondoh, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. MI/JHONI KRISTIAN

Upload: duongthu

Post on 26-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana diharapkan bisa memperketat keamanan bagi masyarakat dalam melakukan transfer dana. Kejahatan yang dilakukan melalui transfer dana baik di dalam maupun ke luar negeri mestinya juga bisa terdeteksi lebih awal melalui UU tersebut.

Demikian disampaikan Men-teri Komunikasi dan Informati-ka Tifatul Sembiring di Jakarta,

kemarin. “Via UU Transfer Dana ini, institusi legal bisa di-trace, keamanan nasional terjaga, dan transnational crime bisa dideteksi lebih awal,” ungkapnya.

UU tersebut, sambung Ti-fatul, juga bisa difungsikan untuk mendeteksi aliran dana dari pihak luar terkait dengan pencegahan terhadap pem-biayaan untuk terorisme dan peredaran obat bius.

Hal itu bisa dilakukan karena

dana yang keluar masuk Indo-nesia harus melewati instansi yang telah disahkan pemerin-tah dan Bank Indonesia (BI). Dengan instansi yang legal, pengiriman dana bisa dilacak dengan mudah oleh Pusat Pe-laporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Budi Rochadi mengatakan keberadaan UU Transfer Dana sangat penting untuk menga-

wasi kegiatan transfer dana. Pasalnya, saat ini kegiatan transfer dana tidak hanya di-dominasi bank, tetapi juga instansi lain, terutama untuk remitansi.

Transfer dana, kata Budi, menuntut adanya kepastian hukum yang efektif serta mem-butuhkan adanya kesetaraan yang tegas untuk semua pihak. “Tuntutan itu dijawab melalui UU Transfer Dana dengan dasar pengaturan jelas tentang

hak dan kewajiban pengguna dan penyelenggaraan trans-fer.”

Pada 2010, BI mencatat rata-rata transaksi transfer dana melalui sistem kliring BI men-capai 366 ribu transaksi dengan nominal Rp7 triliun per hari. Sementara transaksi transfer dana melalui real time gross settlement (RTGS) mencapai rata-rata 56 ribu transaksi per hari dengan nominal Rp218 triliun per hari. (ML/E-2)

EKONOMI NASIONAL SELASA, 3 MEI 2011

ASOSIASI Industri Pengo lahan Daging (NAMPA) mengeluh-kan pasokan daging untuk industri pengolahan yang se-makin berkurang. Kelangkaan pasokan tersebut membuat harga daging melambung mencapai 50% dan terjadi penurunan produksi.

Tragisnya, para pelaku industr i pengolahan da-ging harus memberhentikan para pegawai mereka untuk efisiensi. Mereka pun akhir-nya lebih memilih sebagai importir daging ketimbang menjalankan industri pengo-lahan daging.

Direktur Eksekutif NAMPA Haniwar Syarif mengatakan hal tersebut di Jakarta, ke-marin.

“Pemerintah seharusnya menjaga ketersediaan daging. Dengan penghitungan jum-lah kebutuhan secara tepat, tidak akan terjadi kekurang-an bahan baku seperti saat ini. Pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan pasok-an daging sapi ini,” ungkap-nya.

Haniwar menjelaskan, indus-tri pengolahan daging sebe-tulnya membutuhkan 100 ribu ton daging sapi pada tahun ini.

Namun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Ke-mentan) membatasi menjadi 30 ribu ton. Akibatnya terjadi pengurang an produksi.

Selain itu, ketidaktersedia-an daging sapi membuat ke-naikan harga. Harga daging sapi untuk industri saat ini Rp45 ribu per kg. Padahal

harga sebelumnya hanya Rp30 ribu/kg. Ketidakterse-diaan pasokan juga akan mengakibatkan kelangkaan sejumlah produk seperti bak-so, sosis, kornet, dan burger.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Peternakan Kementan Prabowo Respatiyo mengakui telah terjadi kekurangan stok daging sapi untuk industri olahan. Dia mencontohkan, kekurangan pasokan terja-di pada industri pembuatan bakso. Padahal sirkulasi per-dagangan pada industri bakso bernilai Rp3,1 miliar setiap harinya.

“Kami bakal mengimpor 6.000 ton daging sapi untuk memenuhi kebutuhan indus-tri pengolahan daging. Jum-lah impor itu dapat menutupi kebutuhan pasokan daging sapi untuk bahan baku indus-tri hingga akhir Juni menda-tang,” ujar Prabowo.

Kebijakan Kementan untuk mengimpor daging sapi boleh jadi akan menutupi kelang-kaan pasokan saat ini. Namun, kebijakan itu hanya menjadi solusi jangka pendek. Pada-hal Kementan menargetkan swasembada daging sapi pada 2014. (*/E-4)

BADAN Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) semestinya merekomendasikan pemberian hak partisipasi Blok West Ma-dura Offshore (WMO) sedikit-nya 80% kepada PT Pertamina. Dua perusahaan yang tiba-tiba muncul, yakni PT Sinergindo Citra Harapan dan Pure Link Investment Ltd, tidak seharus-nya diikutsertakan.

Direktur Pusat Studi Kebi-jakan Publik Sofyano Zakaria mengemukakan hal tersebut di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, BP Migas boleh saja mempertahankan Kodeco Energy Co Ltd dan CNOOC. “Dengan demikian,

semestinya Pertamina menda-pat 80%, Kodeco 10%, dan CNOOC 10%. Sekarang ini atas dasar apa BP Migas tetap memasukkan Sinergindo dan Pure Link?” ujar Sofyano.

Seperti diketahui, BP Mi-gas telah menyampaikan rekomendasi tentang Blok West Madura kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mi-neral (ESDM). Pada intinya, rekomendasi itu berupa per-panjangan kontrak dengan Pertamina sebagai ope rator menggantikan Kodeco mulai 7 Mei 2011.

Adapun komposisi hak parti-sipasi WMO menjadi Perta mina 60%, Kodeco 10%, CNOOC

10%, Sinergindo 10%, dan Pure Link 10%. Saat ini komposis-inya Pertamina 50%, Kodeco 12,5%, CNOOC 12,5%, Siner-gindo 12,5%, dan Pure Link 12,5%.

Baik Sinergindo maupun Pure Link baru saja masuk dalam komposisi hak parti-sipasi West Madura pada 17 Maret 2011 melalui persetu-juan BP Migas dan Kemente-rian ESDM. Dua perusahaan yang menurut pandangan banyak kalangan dipaksakan masuk untuk kepentingan pihak tertentu itu masing-masing mengambil alih sepa-ruh hak partisipasi Kodeco dan CNOOC.

Kepala BP Migas R Priyono kemarin mengungkapkan, re-komendasi BP Migas juga mem-pertimbangkan kinerja Kodeco sebagai operator West Madura. Kinerja Kodeco dinilai baik sehingga diberi kesempatan berpartisipasi kembali melalui perpanjangan kontrak.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri ESDM Kardaya Warni-ka mengatakan pihaknya akan segera menyelesaikan masalah kontrak West Madura. Sa ngat mungkin pemerintah akan memberikan perpanjangan kontrak sekaligus membuka kesempatan bagi Pertamina berperan lebih besar. (ML/Ant/E-1)

Pasokan Daging Sapi Anjlok

Hak Pertamina di WMO Minimal 80%

UU Transfer Dana Cegah Aliran Uang Kotor

18

PROTON PEDULI PENDIDIKAN: Presiden Direktur PT Proton Edar Indonesia (PEI) Gunther Scherz (kiri) berbincang dengan (dari kiri) Wakil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Tuan Syed Mohammad Hasrih Teuku Husen, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Mendiknas M Nuh, dan Menteri BUMN Mustafa Abubakar seusai penyerahan bantuan di Jakarta, kemarin. PEI menyumbangkan 20 unit mobil dan 15 mesin mobil Proton Wira kepada sekolah menengah kejuruan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

MI/ GINO F HADI

BUNGA PERTIWI ADEK PUTRI

KE T E R B ATA S A N dana menjadi ken-dala terbesar dalam pembangunan in-

frastruktur di negeri ini. Karena anggaran untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan raya terbatas, hingga kini berbagai persoalan serius seperti jalan putus, rusak, dan berlubang belum bisa teratasi.

Sepenuhnya tanggung jawab untuk pemeliharaan dan pem-bangunan jalan raya ada di pundak pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Sebagai kuasa pemegang anggaran, Kemen-terian PU bertugas untuk me-melihara dan membangun jalan yang baru dengan alokasi anggaran yang terbatas.

Namun, bagaimana jika pihak swasta tergerak untuk membantu pemerintah mem-perbaiki jalan raya yang rusak? Di Jawa Barat, jalan utama yang menghubungkan Kota Bogor dan Sukabumi dalam beberapa tahun belakangan ini selalu diwarnai kemacetan.

Penyebabnya ialah kapa-sitas jalan yang sudah tidak mampu menampung volume

ken daraan dan kondisi jalan yang rusak. Padahal bagi war-ga di sepanjang Jalan Ciawi-Sukabumi, jalan negara ini menjadi urat nadi perekono-mian mereka.

Kondisi jalan yang sudah payah ini mendapat perha-tian dari sejumlah perusahaan swasta. Mereka tergerak untuk memperbaiki jalan tersebut. Dengan dipelopori oleh salah satu perusahaan swasta, yaitu PT Tirta Investama, mulai di-lakukan penggalangan dana untuk memperbaiki jalan ne-gara tersebut.

Sejauh ini, dana hasil patung-an perusahaan-perusahaan tersebut sudah cukup untuk memulai perbaikan jalan. Da-lam waktu dekat, perbaikan jalan pun akan mulai dilaku-kan.

Dapat dukunganNiatan konsorsium peru-

sahaan swasta memperbaiki jalan negara Ciawi-Sukabumi mendapat dukungan dari pe-merintah. Kementerian PU me-nyatakan mendukung upaya sejumlah perusahaan yang berinisiatif untuk melakukan peningkatan dan perbaikan Jalan Ciawi-Sukabumi yang

kondisinya dianggap sudah tidak layak.

“Bisa saja mereka (perusa-haan-perusahaan) itu ikut ambil bagian asalkan jelas bagian-bagiannya,” kata Sekjen Kemen-terian PU Agoes Widjanarko, beberapa waktu lalu.

Bahkan, tambah Agoes, badan usaha swasta lainnya diharap-kan dapat ikut aktif membantu pemerintah memelihara dan membangun jalan. Dengan men-contoh apa yang dilakukan oleh PT Tirta Investama, perusahaan swasta didorong untuk turut da-lam pembangunan infrastruktur. Hal ini mengingat dana yang dialokasikan dalam APBN dan APBD untuk pembangunan in-frastruktur sangat terbatas.

Menurutnya, upaya un-tuk mengikutsertakan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur juga menda-pat dukungan dari Presiden. Dalam sejumlah pertemuan dengan BUMN dan swasta di Bogor dan Bandung beberapa waktu lalu, kata Agoes, Presi-den mengajak agar perusahaan pelat merah dan swasta dapat berperan dalam pembangunan infrastruktur.“ (Ant/E-4)

[email protected]

Mengajak Swasta MembangunJalan Raya

Kementerian PU mendukung upaya sejumlah perusahaan yang berinisiatif memperbaiki jalan negara Ciawi-Sukabumi.

OBAT GENERIK: Pekerja mengawasi pengemasan obat di pabrik PT Kalbe Farma Tbk di Cikarang, Jawa Barat, kemarin. Kalbe Farma telah membangunan pabrik di Cikarang khusus memproduksi obat generik dalam bentuk tablet yang akan disertifikasi Badan POM.

ANTARA/HO-ARI

DAGING SAPI IMPOR: Pedagang memotong daging sapi impor di pejagalan sapi Cipondoh, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.

MI/JHONI KRISTIAN