laporan atphl burger ikan
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu produk perairan yang mengandung protein
hewani. Produk perikanan sangat baik untuk dikonsumsi karena dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan protein di dalam tubuh manusia
karena protein dari hewani memiliki nilai tinggi. Sebagai sumber protein
hewani, ikan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Ikan dapat dipasarkan dalam bentuk segar dan ikan juga dapat
dipasarkan dalam bentuk produk olahan. Berbagai macam produk pangan
berbahan baku ikan sering kita jumpai dalam bentuk kalengan yang disebut
ikan kaleng, atau kemasan biasanya kerupuk atau ikan kering. Produk
olahan ikan mengandung protein yang tinggi karena terbuat
dari 100% daging ikan. Produk perikanan yang bernilai ekonomis rendah
dapat diolah sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih
tinggi. Salah satu produk olahan dari ikan bernilai tinggi adalah burger ikan.
Burger merupakan salah satu makanan paling digemari di Indonesia.
Bentuk dan rasanya serta penyajian yang menarik membuat masyarakat
suka mengonsumsi burger. Burger ikan, merupakan produk yang masih baru
karena rata-rata burger yang dijual dimana-mana bersalah dari daging sapi
atau hewan lain, jarang yang terbuat dari ikan. Oleh karena itu, praktikum ini
dilakukan agar dapat diketahui proses pembuatan burger ikan, serta
bagaimana perbandingan pembuatan burger dengan berbahan dasar ikan
dengan burger dari bahan lain.
A. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pembuatan burger ikan adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui proses pembuatan burger ikan yang baik dan benar
2.Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tapioka pada pembuatan
burger ikan
Kegunaan dari praktikum mengenai pembuatan burger ikan yaitu
sebagai bahan referensi dalam pembuatan burger ikan sehingga nantinya
dapat diaplikasikan dalam industri pangan maupun kehidupan sehari-hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan tuna (Thunnus sp)
Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scrombidae, tubuh seperti
cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek
dan terpisah dari sirip belakang, mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di
belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip
perut kecil, sirip ekor berbentuk bulan sabit (Saanin 1984).
Klasifikasi ikan tuna menurut (Saanin, 1984) adalah sebagai berikut.
Filum : ChordataSubfilum : VertebrataKelas : TeleosteiSubkelas : ActinopterygiOrdo : PerciformesSubordo : ScombridaeFamili : ScombridaeGenus : ThunnusSpesies : Thunnus obesus (big eye tuna, tuna mata besar)
T. alalunga (albacore, tuna albacore)T. albacares (yellowfin tuna, madidihang)T. tonggol (longtail tuna, tuna ekor panjang)T. macoyii (southern bluefin tuna, tuna sirip biru selatan)T. thynnus (northern bluefin tuna, tuna sirip biru utara)T. atlanticus (blackfin tuna, tuna sirip hitam)
Ikan tuna adalah jenis ikan yang mengandung lemak rendah (kurang
dari 5%) dan protein yang sangat tinggi (lebih dari 20%). Komposisi gizi ikan
tuna bervariasi tergantung spesies dan bagian-bagian dari tubuh ikan
tersebut. Selain itu, variasi ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: jenis, umur, musim, laju metabolisme, aktivitas pergerakan, dan tingkat
kematangan gonad (Stansby & Olcott, 1963).
Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi
dan lemak yang rendah serta mengandung protein antara 22,6-26,2 g/100 g
daging, lemak antara 0,2-2,7 g/100 g daging. Ikan tuna mengandung mineral
(kalsium, fosfor, besi, sodium), vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin,
riboflavin, dan niasin) (Department of Health Education and Walfare 1972).
Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna menurut (Department of
Health Education and Walfare, 1972) yakni sebagai berikut :
Sumber : Department of Health Education and Walfare, 1972.
B. Burger ikan
Burger merupakan produk daging giling segar. Komposisi utama
burger adalah daging: umurnnya rnencapai 80%. Ada berbagai jenis burger
diantaranya beef burger yang terbuat dari daging sapi, chicken burger yang
terbuat dari daging ayam. Ada juga burger yang ditujukan kepada para
vegetarian seperti g d n burger yaitu burger yang terbuat dari sayuran tanpa
daging dan tempe burger. Jenis burger yang lain adalah bacon . cheese
burger yaitu burger yang ditaburi keju dan seiris daging babi (Anonim, 2007).
Burger ikan merupakan modifikasi dari produk daging giling yang
bahan bakunya diganti dengan ikan atau dapat didefinisikan sebagai
campuran daging ikan tanpa duri dari berbagai jenis ikan yang dicincang dan
dilumatkan dengan ditambahkan sedikit pati dan
bumbu-bumbu (Simanihuruk, 1986).
Proses pembuatan burger, umumnya daging yang akan digiling telah
didinginkan terlebih dahulu sehingga suhu penggilingan dapat dipertahankan
tetap dibawah suhu 22OC untuk mencegah terjadinya denaturasi (Wilson
1960). Tahap - tahap pernbuatan burger yaitu dimulai dengan penggilingan
daging ikan yang telah dicuci sebelumnya Setelah itu, dicampur dengan
bahan-bahan lainnya. Bahan-bahan lain yang ditambahkan adalah serealia
sebagai bahan pengikat, air, bumbu dan terkadang ditambahkan bawang.
Campuran tersebut kemudian dibentuk menjadi potongan yang berbentuk
palty (pastel). Adapun alternatif lain adalah dengan cara memasukkan adonan
ke dalam pembungkus (casing) dan didingkan atau dibekukan sebelum
dipotong-potong (Wilson, 1981).
Proses pembuatan burger ikan berdasarkan resep bogasari bahan-
bahan yang digunakan adalah ikan tuna atau tongkol yang telah digiling,
kentang yang telah dikukus dan dihaluskan, roti taw putih yang telah direndam
dalam susu cair kemudian diperas, tepung roti, telur, seledri yang dipotong
halus, bawang putih dan bawang bombay yang telah dicincang kemudian
lada, pala, kaldu blok, garam. Adapun prosesnya adalah dengan
mencampurkan semua bahan tersebut kemudian diaduk rata, kemudian
dibentuk bulat atau kotak pipih dan digulingkan ke dalam tepung
terigu serta dirnasukkan ke dalarn kocokan telur selanjutnya digulingkan
kembali ke dalam tepung panir. Kemudian digoreng dalam rninyak pihas
hingga matang (Anonim, 2007)
C. Tepung Roti
Tepung roti dibuat dari roti yang dikeringkan dan dihaluskan sehingga
berbentuk serpihan. Tepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak behk
tengik atau asam, warna cemerlang, serpihan rata, tidak berjamur dan tidak
mengandung benda asing. Tepung roti atau bread flour merupakan tepung
berprotein tinggi, memiliki kandungan gluten yang tinggi. Selain itu, tepung roti
juga berfungsi sebagai bahan pengikat karena kandungan proteinnya yang
tinggi (Diana 2006).
D. Tepung Tapioka
Tapioka adalah pati yang berasal dari ekstraksi umbi ketela pohon
(kanihor utilissimo Pohl) yang telah mengalami pencucian dan pengeringan.
Tapioka mengandung amilosa 17% dan 83% amilopektin. Pati (tapioka)
umumnya ditarnbahkan ke dalam emulsi daging sebagai pengental dengan
proporsi 5 - 10 % dari berat emulsi daging ikan tersebut (Diana, 2006).
E. Tepung Terigu
Protein dalam gandum yang berupa gliadin dan glutenin membantu
proses pengikatan air dalam adonan kerupuk. Dengan demikian penambahan
tepung gandum dalam adonan akan meningkatkan kadar air adonan,
sehingga akan mempengaruhi proses gelatinisasi (Praptiningsih, 2003).
Gluten adalah campuran amorf (bentuk tak beraturan) dari protein yang
terkandung bersama pati dalam endosperm (dan juga tepung yang dibuat
darinya) beberapa serealia, terutama gandum, gandum hitam, dan jelai. Dari
ketiganya, gandumlah yang paling tinggi kandungan glutennya. Kandungan
gluten dapat mencapai 80% dari total protein dalam tepung, dan terdiri dari
protein gliadin dan glutenin. Gluten membuat adonan kenyal dan dapat
mengembang karena bersifat kedap udara (Wikipedia, 2011).
F. Bawang Putih
Bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma dan untuk
meningkatkan citarasa produk yang dihasilkan. Bawang putih merupakan
bahan alami yaug biasanya ditarnbahkan ke dalam bahan makanan. Bau khas
pada bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengaudung komponen
sulfur. Selain itu, bawang putih mengandtmg kberapa senyawa antara lain
protein, lemak, vitamin B dan C serta mineral yaitu kaliurn, fosfat, besi dan
belerang. Karakteristik bawang putih akan muncul apabila tejadi pemotongan
atau pengrusakan jaringan (Palungkun dan Budiarti, 1992).
G. Merica Bubuk / Lada (Capsicum annum var)
Lada biasanya ditambahkan pada bahan rnakanan sebagai
penyedap rnasakan. Lada sangat digemari karena memiliki dua sifat penting
yaitu rasanya yang pedas dan aromanya yang khas. Kedua sifat tersebut
disebabkan kandungan bahan-bahan kimiawi organik yang terdapat pada lada
Rasa lada yag,pedas disebabkan adanya zat piperin sertya khavkiin yang
merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida (Risrnunandar, 1993)
Lada sebagai bumbu masakan memberikan bau sedap, menambah
kelezatan makanan dan dapak dipergunakan untuk mengawetkan dendeng
daging. Selain itu, lada juga menghasilkan minyak lada yang dapat digunakan
sebagai wangi-wangian dan bahan obat-obatan tradisonal
jawa (Santoso, 1992).
H. Garam
Garam merupakan bumbu yang biasanya ditambahkan pada burger.
Pemakaian garam NaCl biasanya lebih banyak diatur oleh rasa, kebiasaan
dan tradisi daripada keperluan. Makanan yang mengandung garam kurang
dari 0,3 % akan terasa hambar sehingga kurang disenangi (Winamo 1997).
Selain itu garam juga berfirngsi sebagai pengawet karena garam berperan
sebagai penghambat selektif terhadap mikroorganisme pencemar tertentu.
Garam mempengaruhi aktivitas air (h) dari bahan, sehingga dapat
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme (Buckle, 1978).
Garam dalam pengolahan pangan disamping berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa, juga berperan sebagai pembentuk tekstur dan
pengontrol pertumbuhan mikroorganisme dengan cara merangsang
pertumbuhan mikroorganisrne yang diinginkan dan mengharnbat
pertumbuhan mikroorganisme. pembusuk dan patogen Garam dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk karena mempunyai
sifat tekanan osmotik yang tinggi sehingga kadar air sel-sel bakteri berkurang
dlan kemudian bakteri akan mati (plasmolisis). Pada konsentrasi rendah
(1 - 3 %) garam tidak bebefat membunuh mikroorganisme tapi hanya sebagai
bumbu yang akan memberikan cita rasa gurih pada bahan
pangan (Zaitsev, 1969).
I. Mayonaise
Mayonaise merupakan salah satu contoh produk proses emulsi yang
banyak dimanfaatkan dalam jenis makanan. Emulsi merupakan suatu
terdispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain yang molekul-
molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik.
Mayonaise atau mayonais (mayonaise) adalah salah satu jenis saus yang
dibuat dari bahan utama minyak nabati, telur ayam dan cuka. Mayonaise
umumnya digunakan sebagai perasa pada makanan seperti selada atau
sandwich dan burger. Mayonaise ada yang hanya menggunakan kuning telur
saja atau menggunakan sari buah lemon atau mustard sebagai
perasa (Azhar, 2012).
J. Selada
Selada memiliki nama latin Lactuca sativa dan termasuk ke dalam
keluarga Asteraceae. Selama ini, selada dimanfaatkan sebagai sayuran daun
untuk salad dan disebut-sebut sebagai rajanya salad karena teksturnya yang
sangat halus. Daun selada dikonsumsi secara mentah dan dapat ditemukan
dalam salad atau hamburger (Anonim, 2013).
K. Es batu
Sifat kenyal adonan daging juga dipengaruhi oleh penambahan es
batu dan tepung. Penambahan es batu atau air es pada saat pembuatan
adonan dapat membantu memperbaiki stabilitas emulsi yang terbentuk. Es
batu yang ditambahkan pada saat pembuatan adonan daging dapat
menurunkan suhu adonan akibat panas yang ditimbulkan oleh alat penggiling.
Dengan demikian ekstraksi protein serabut otot dapat berjalan dengan baik
sehingga nilai gizi daging dapat dipertahankan. Penggunaan tepung
hendaknya disesuaikan dengan es batu yang ditambahkan agar adonan yang
terbentuk menjadi homogen (Anonim, 2012)
L. Daun bawang
Daun bawang biasa digunakan sebagai campuran masakan aroma dan
rasanya yang khas membuat masakan yang dimasak dengan daun bawang
menjadikan rasanya sangat enak (Choirul, 2011).
M. Putih Telur
Protein utama pada putih telur adalah ovalbumin yang menyusun lebih
dari setengahnya. Conalbumin (ovotransferrin) merupakan protein putih telur
terbesar kedua dengan jumlah antara 11-12% yang membentuk ikatan
dengan zat besi dan copper serta ovomucoid. Protein lain dalam putih telur
adalah globulin sebanyak 8%, lysozyme kurang dari 4% dan ovomucin kurang
dari 2%. Protein lain yaitu avidin berada dalam jumlah kecil serta tidak
diinginkan karena dapat mengikat biotin sehingga membuatnya tidak tersedia
untuk mikroorganisme. Penggunaan bahan pengikat pada beberapa produk
bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada waktu pengolahan,
mempertahankan gizi, merangsang pembentukan citarasa, meningkatkan
daya mengikat air, memperbaiki sifat irisan dan mengurangi biaya produksi.
Telur sering digunakan sebagai bahan pengikat pada produk olahan daging
karena sifat adhesivitasnya sehingga dapat mengikat bahan lain dan
menghasilkan tekstur produk yang kompak. Meatball dan burger merupakan
dua contoh produk pangan yang menggunakan telur sebagai bahan
pengikat (Aini, 2011)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum aplikasi teknologi pengolahan hasil laut ini dilakukan pada
hari jumat, 25 Oktober 2013, pukul 09.00–15.00 WITA.
Praktikum ini bertempat di Laboratorium Pengolahan Pangan, Program Studi
Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum pembuatan burger ikan
adalah sebagai berikut :
- timbangan analitik
- pisau
- baskom/wadah
- talenan
- kompor
- spatula
- kompor
- wajan
- blender
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum yoghurt adalah sebagai
berikut :
- ikan tuna
- tepung terigu
- aluminium foil
- tepung tapioka
- telur ayam
- daun selada
- merica bubuk
- bawang putih
- bawang merah
- tomat
- daun bawang
- es batu
- mayonaise
- mentega
- ketimun
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang digunakan pada praktikum pembuatan
burger ikan adalah sebagai berikut :
1. Ikan dicuci dengan air bersih
2. Ikan difillet (dikeluarkan kepala dan kulitnya)
3. Ikan ditimbang sebanyak 600 gram
4. Ikan dibilas (pada pencucian ketiga tambahkan garam 0,5%)
5. Ikan dihaluskan menggunakan blender dengan penambahan es batu
6. Dihaluskan bahan tambahan/bumbu menggunakan blender
7. Ditambahkan tepung terigu dan tapioka sesuai perlakuan
8. Ditambahkan bumbu, dicampurkan hingga merata
9. Adonan dibentuk bulat pipih
10. Kemudian dimasukkan kedalam plastik yang diolesi mentega, lalu
lepaskan dari cetakan
11. Dibiarkan hingga agak mengering
12. Setelah kering, dicelupkan dalam putih telur
13. Kemudian taburi tepung roti sampai merata
14. Digoreng hingga warna kecoklatan
15. Disajikan dengan roti burger, daun selada, tomat, mayonaise, dan
ketimun.
16. Dilakukan uji organoleptik
D. Perlakuan Praktikum
Perlakuan yang digunakan dalam praktikum burger ikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 04. Perlakuan Komposisi Tepung Tapioka dan Tepung TeriguKelompok Tepung Tapioka (%) Tepung Terigu (%)
1&4 8 102&5 12 123&6 16 14
Tabel 05. Perlakuan Komposisi Bahan TambahanBahan Tambahan Jumlah (%)
Bawang Putih 7Bawang Merah 5Merica Bubuk 2,5
Garam 3,5Daun Bawang Secukupnya
E. Paramater Pengamatan
1. Warna
2. Aroma
3. Tekstur
4. Rasa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 06. Hasil uji organoleptik praktikum pembuatan burger ikanPerlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur
I Suka Suka Agak suka Agak suka
II Suka Agak suka Tidak suka
Tidak suka
III Suka Suka Agak suka Agak suka Sumber : Data Sekunder Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut,
2013.Keterangan :1. Sangat tidak suka2. Tidak suka3. Agak suka4. Suka5. Sangat suka
B. Pembahasan
Praktikum aplikasi teknologi pengolahan hasil laut kali ini dilakukan
pembuatan burger dari daging ikan yaitu dari daging ikan tuna segar. Burger
ikan adalah salah satu contoh produk hasil olahan pangan dengan
memanfaatkan daging ikan sebagai bahan baku pembuatannya dengan
ditambahkan bahan tambahan untuk menambah cita rasa burger ikan
tersebut. Hal ini sesuai dengan Simanihuruk (1986), bahwa burger ikan
merupakan modifikasi dari produk daging giling yang bahan bakunya diganti
dengan ikan atau dapat didefinisikan sebagai campuran daging ikan tanpa
duri dari berbagai jenis ikan yang dicincang dan dilumatkan dengan
ditambahkan sedikit pati dan bumbu-bumbu.
Bahan baku pembuatan burger ikan yaitu daging ikan segar
digunakan daging ikan tuna sebagai bahan baku pembuatan burger ikan
karena disamping daging ikan tuna memiliki kandungan protein yang tinggi
juga memiliki kadar lemak yang cukup rendah sehingga tidak berbahaya bagi
kesehatan. Hal ini sesuai dengan Stansby & Olcott (1963), bahwa ikan tuna
adalah jenis ikan yang mengandung lemak rendah (kurang dari 5%) dan
protein yang sangat tinggi (lebih dari 20%).
Pembuatan burger ikan dilakukan dengan mencampur daging ikan
fillet yang sudah dicincang dengan bawang merah, bawang putih, merica
bubuk, garam serta daun bawang yang telah dihaluskan dan ditambahkan
tepung terigu dan tepung tapioca, diaduk hingga rata. Lalu dicetak dan
dicelupkan ke dalam putih telur kemudian ditaburi tepung roti lalu digoreng.
Hal ini sesuai dengan Wilson (1981), bahwa tahap-tahap pernbuatan burger
yaitu dimulai dengan penggilingan daging ikan yang telah dicuci sebelumnya
Setelah itu, dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Bahan-bahan lain yang
ditambahkan adalah serealia sebagai bahan pengikat, air, bumbu dan
terkadang ditambahkan bawang.
Proses pembuatan daging adonan burger dilakukan penambahan
garam sebanyak 0,5 % pada pencucian ketiga setelah daging ikan difillet hal
ini dilakukan agar supaya adonan daging didapatkan cita rasa yang gurih. Hal
ini sesuai dengan Winarno (1997), bahwa makanan yang mengandung garam
kurang dari 0,3 % akan terasa hambar sehingga kurang disenangi. Hal ini juga
diperkuat oleh pendapat Zaitsev (1969), bahwa pada konsentrasi
rendah (1 - 3 %) garam tidak bersifat membunuh mikroorganisme tapi hanya
sebagai bumbu yang akan memberikan cita rasa gurih pada bahan pangan.
Pembuatan adonan burger ikan dilakukan penambahan es batu. Hal
ini dilakukan agar supaya adonan menjadi homogen dan stabilitas emulsi
dapat diperbaiki serta untuk menurunkan suhu daging setelah dilakukan
penggilingan. Hal ini sesuai dengan Anonim (2012), bahwa dengan es batu
yang ditambahkan agar adonan yang terbentuk menjadi homogen adonan
dapat membantu memperbaiki stabilitas emulsi yang terbentuk. Es batu yang
ditambahkan pada saat pembuatan adonan daging dapat menurunkan suhu
adonan akibat panas yang ditimbulkan oleh alat penggiling.
Pembuatan adonan burger ikan dilakukan pencelupan kedalam putih
telur. Hal ini dilakukan agar supaya adonan daging burger dapat tercampur
dengan bahan tambahan yaitu tepung roti. Hal ini sesuai
dengan Aini (2011), bahwa telur sering digunakan sebagai bahan pengikat
pada produk olahan daging karena sifat adhesivitasnya sehingga dapat
mengikat bahan lain dan menghasilkan tekstur produk yang kompak. Meatball
dan burger merupakan dua contoh produk pangan yang menggunakan telur
sebagai bahan pengikat.
Fungsi penambahan tepung roti pada pembuatan adonan burger ikan
yaitu untuk mengikat antara serat serat pada adonan daging karena tepung
roti memiliki kandungan gluten yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
Diana (2006), bahwa tepung roti atau bread flour merupakan tepung
berprotein tinggi, memiliki kandungan gluten yang tinggi. Selain itu, tepung roti
juga berfungsi sebagai bahan pengikat karena kandungan proteinnya yang
tinggi.
Fungsi penambahan tepung tapioka pada pembuatan burger ikan yakni
sebagai bahan pengenyal dan pengental agar tekstur adonan daging tidak
menjadi keras. Hal ini sesuai dengan Diana (2006), bahwa pati (tapioka)
umumnya ditarnbahkan ke dalam emulsi daging sebagai pengental dengan
proporsi 5 - 10 % dari berat emulsi daging ikan tersebut.
Fungsi penambahan tepung terigu pada pembuatan burger ikan yaitu
untuk membuat adonan menjadi kenyal karena adanya kandungan gluten
pada tepung terigu. Hal ini sesuai dengan Praptiningsih (2003), bahwa protein
dalam gandum yang berupa gliadin dan glutenin membantu proses
pengikatan air dalam adonan. Dan diperkuat oleh Wikipedia (2011), bahwa
Gluten membuat adonan kenyal dan dapat mengembang karena bersifat
kedap udara.
Fungsi penambahan bawang putih pada pembuatan adonan burger ikan
yaitu untuk menambah aroma dan cita rasa pada adonan daging yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Palungkun dan Budiarti (1992), bahwa
bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma dan untuk meningkatkan
citarasa produk yang dihasilkan.
Fungsi penambahan merica bubuk pada pembuatan adonan burger ikan
yakni sebagai penambah aroma dan penyedap pada adonan daging . Hal ini
sesuai dengan Rismunandar (1993), bahwa lada biasanya ditambahkan pada
bahan rnakanan sebagai penyedap rnasakan.
Fungsi penambahan mayonaise pada pembuatan burger ikan yakni
sebagai pemberi rasa pada burger ikan. Hal ini sesuai dengan
Azhar (2012), bahwa mayonaise atau mayonais (mayonaise) adalah salah
satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama minyak nabati, telur ayam dan
cuka. Mayonaise umumnya digunakan sebagai perasa pada makanan seperti
selada atau sandwich dan burger.
Fungsi selada pada burger ikan yakni sebagai lalapan yang dapat
dimakan langsung bersama dengan burger ikan. Hal ini sesuai dengan
Anonim (2013), bahwa selada dimanfaatkan sebagai sayuran daun untuk
salad dan hamburger.
Fungsi penambahan daun bawang pada pembuatan burger ikan untuk
menambah aroma pada adonan burger yang dibuat. Hal ini sesuai dengan
Choirul (2011), bahwa daun bawang biasa digunakan sebagai campuran
masakan aroma dan rasanya yang khas membuat masakan yang dimasak
dengan daun bawang menjadikan rasanya sangat enak.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum mengenai pembuatan
burger ikan yaitu sebagai berikut :
1. Burger ikan yang baik dibuat dengan mencampur daging ikan fillet yang
sudah dicincang dengan bawang merah, bawang putih, merica bubuk,
garam serta daun bawang yang telah dihaluskan dan ditambahkan tepung
terigu dan tepung tapioca, diaduk hingga rata. Lalu dicetak dan dicelupkan
ke dalam putih telur kemudian ditaburi tepung roti lalu digoreng.
2. Penambahan tepung terigu dan tepung tapioka dalam pembuatan burger
ikan adalah sebagai pengikat dan perekat bahan lain.
B. Saran
Saran untuk asisten agar waktu untuk respon di tambah agar praktikan
dapat menjawab soal respon dengan baik dan untuk laboratorium agar
laboratorium terbuka tepat waktu saat ada praktikum dan sebaiknya waktu
yang digunakan dapat seefesien mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2011. Lebih Jauh Tentang Sifat Fungsional Telur. http://kulinologi.biz/index1.php?view&id=903. Diakses Pada Tanggal 27 Oktober 2013.
Anonim, 2007. Nikmati Burger Secara Bijak.http://www.incornrnunity.netl/article.ph?id=108&type=1.com . Diakses pada tanggal 26 oktober .
Anonim, 2012.Penambahan Es Batu Pada Pembuatan Adonan Bakso. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/59951/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf.Diakses pada tanggal 27 oktober 2013.
Anonim, 2013.Manfaat, kandungan, dan Khasiat Daun Selada. http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/07/manfaat-kandungan-khasiat-daun-selada.html. Diakses pada tanggal 27 oktober 2013.
Azhar, Rofa Yulia. 2012. Sejarah, Proses, Pembuatan, dan Manfaat.http://share-pangaweruh.blogspot.com/2012/06/sejarah-proses-pembuatan-dan-manfaat.html. Diakses pada tanggal 27 oktober 2013.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1 9 7 8 . Ilmu Pangan. Pumomo H, Adiono, penejemah; Jakarta : UI - Press. Terjemahan dari: Food Science.
Choirul, Ilham. 2011.Daun Bawang. http://sidomi.com/35772/daun-bawang/. Diakses Pada Tanggal 27 Oktober 2013.
Palungkun R Budiarti A. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah . Jakarta: Penebar Swadaya
Praptiningsih, Y., Tamtarini dan S. Djulaikah, 2003. Pengaruh Proporsi Tapioka-Tepung Gandum dan Lama Perebusan Terhadap Sifat-sifat Kerupuk Tahu. Jurnal FTP. Universitas Jember, Jember.
Rismunandar. 1993. Lada,& Budidaya dan Tataniaganya. Jakarta: Penebar Swadaya
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Jakarta: Binacipta
Santoso HB. 1992. Bawang Putih. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Simanihuruk T. 1985. Evaluasi beberapa komponen penting pada produk sosis, hamburger dan kornet komersial [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Winarno FG, Srikandi F. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia.
Winarno FG. 1992 . Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia-Pustaka Utama.
Wikipedia, 2011. Gluten. http://en.wikipedia.org/wiki/Gluten. Diakses Pada Tanggal27 oktober 2013.
Wilson GD. 1960. Sausage Products. Di dalam : American Meat Institut Fondation. The Science of Meat rmd Meat Products. San Fransisco : WH Freeman and Company.
Zaitsev V, Kizevetter I, Lagunov L, Makarova T, blinder L, Podsevalov V. 1969. Fish Curing and Processing. Moscow : MIR Publ.
LAMPIRAN
Tabel 07. Hasil Uji Organoleptik Praktikum Pembuatan Burger IkanNn
Nama PanelisPerlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
W A R T W A R T W A R T1 Fitri Hamzah 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3
2Ulfi Dwi
Simtadegi3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3
3 Ayu Lestari 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 34 Nurul Aisyah 3 4 4 2 4 2 2 4 3 3 2 25 Ulfahyanti Padli 4 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4
6Nurul Ilmi
Musra3 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3
7 Tri Noviyani 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 38 Evi Kumalasari 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 49 Ummul Khairah 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 2
10 Rismariani 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3JUMLAH 38 40 35 34 39 35 27 28 36 37 32 30
RATA-RATA 3,8 4,0 3,5 3,4 3,9 3,5 2,7 2,8 3,6 3,7 3,2 3,0
Sumber : Data Primer Praktikum Aplikasi Pengolahan Teknologi Hasil Laut, 2013.
LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
BURGER IKAN
OLEH :
KELOMPOK : V (LIMA)
1. ALICYA MUTIARA G311 11
2. ASIH SEPTIARSIH G311 11
3. ENDAH GRACIA STEPHANI G311 11 001
4. RAIS M. G311 11
5. SYAMSUL ALANG G311 11 278
6. EVI KUMALASARI G311 11 012
ASISTEN : ANDI ANGGARENI
LABORATORIUM PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013