konflik dalam kebijakan reklamasi teluk utara...
TRANSCRIPT
KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI
TELUK UTARA JAKARTA PADA MASA
PEMERINTAHAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA
(AHOK) PERIODE (2015-2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar SarjanaSosial (S.Sos)
Oleh:
Bayu Nanda Permana
1111112000104
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
iv
ABSTRAKSI
Penelitian ini mengkaji bagaimana Pembangunan Reklamasi Teluk Utara
terjadi, pembangunan yang menghabiskan sangat banyak biaya dalam prosesnya.
Yang menarik dalam isu ini adalah bagaimana proses pembangunan ini selain
menghabiskan banyak biaya, namun juga menimbulkan konflik yang luas. Selain
itu Pembangunan Reklamasi Teluk Utara Jakarta juga menjadi menarik karena
adanya tumpang tindih peraturan yang mengakibatkan timbulnya polemik dalam
proses pembangunan ini. Dalam konflik Pembangunan Reklamasi Teluk Utara
Jakarta, terdapat bagian yang pro terhadap reklamasi dan ada pula bagian yang
kontra terhadap reklamasi. Reklamasi Teluk Utara Jakarta juga menjadi perhatian
karena letak pembangunannya yang berada di Ibukota sehingga membuat proyek
ini sulit mendapatkan kejelasan regulasi terkait izin. Reklamas Teluk Utara
Jakarta juga menjadi acuan atau patokan bagi pembangunan di daerah lain.
Penelitian ini menggunakan teori Kebijakan Publik dan Konflik serta
menggunakan Konsep Desentralisasi dan Dekonsentrasi dalam membedah studi
kasus Pembangunan Reklamasi Teluk Utara Jakarta ini. Penelitian ini
menggunakan metode Kualitatif melalui analisa serta pemahaman
mendalam.Sumber data yang digunakan dalam pendekatan ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu data primer seperti wawancara dan data sekunder seperti observasi
data.
Penelitian ini menemukan bahwa konflik yang terjadi pada Pembangunan
Reklamasi Teluk Utara Jakarta dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
Pertama, tumpang tindih peraturan yang terjadi sejak proses perizinan hingga
Pembangunan Reklamasi, membuat mega proyek ini menjadi terbengkalai dan
tidak ada kejelasan statusnya. Kedua, terungkapnya tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh Mohamad Sanusi sebagai anggota DPRD DKI Jakarta, yang
terbukti melakukan tindak pidana korupsi raperda reklamasi dari mantan Presiden
Direktur PT. Agung Podomoro Land yaitu Ariesman Widjaja menjadi semakin
hangat dan membuat banyak pihak terseret dalam dugaan tindak pidana korupsi
Pembangunan Reklamasi Teluk Utara ini. Ketiga, adanya proses yang dilewati
dalam pembentukan sebuah kebijakan reklamasi, akhirnya banyak pihak yang
menolak Pembangunan Reklamasi karena merasa ada tahapan yang tidak
dilengkapi dan merasa tidak dilibatkan.
Kata kunci: Reklamasi, Konflik, dan Kebijakan Publik
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Seiring berjalannya penulisan karya ilmiah ini, dalam prosesnya penelitian
ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu penulis dalam menyusun
argumentasi dan analisa bahkan menjadi penentu dalam penyelesaian skripsi ini.
Hasil dari penelitian ini tentunya tidak akan muncul tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Dzulkifli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Dzuriyatun Thoyibah, M.Si, Dr. Bakir Ikhsan, M.Si, dan Dr. Agus
Nugraha, MA. Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Iding Rosyidin Hasan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Suryani, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Shobahussurur, M.A selaku dosen pembimbing penulis, yang telah
sabar dan dengan baik memberikan bimbingan kepada penulis.
7. Kepada semua dosen pada Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Kiranya ucapan terimakasih saja tidaklah cukup
vi
untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan dalam
perjalanan akademik penulis selama kuliah.
8. Kedua Orang Tua penulis: R. Chandra Lukito dan Yusnidar. Maaf karena
harus menunggu lama untuk kelulusan ini. Tiada kata yang pantas untuk
membalas segala bentuk kasih sayang, dukungan dan doa yang telah
mereka berikan. Doa selalu dipanjatkan untuk kesehatan dan keselamatan
mereka, Rabbifirli Wali Walidayya Warhamhuma Kama Rabbayani
Shagiraa. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keberkahan kepada
orang tua penulis, Amin. Sekali lagi terimakasih banyak papa dan mama.
9. Untuk saudara dan saudari tercinta Ayu Nindya Utami danNur Adhis
Sulaiman, terimakasih sekali telah menjadi penghibur, motivasi dan teman
diskusi untuk penulis selama menulis menyusun skripsi ini. Semoga Allah
memberikan berkah dan kelancaran untuk saudara dan saudari penulis,
Amin.
10. Untuk wanita yang terbaik dan teramat spesial untuk penulis, Mutiara
Ramadhini. Terimakasih sudah membantu, mendukung, mengingatkan,
menjadi teman diskusi yang selalu tegas dan kritis. Terimakasih yaya
sudah memilih sabar dan menunggu.
11. Pak Rully dari Bappeda, Pak Nirwono Yoga dan mas Angga selaku
Humas Pemprov DKI Jakarta yang telah banyak membantu dalam
penulisan skripsi ini.
12. Pak Nelson Nikodemus Simamora, Pak Nirwono Yoga, Pak Tigor
Hutapea, Pak Marco Kusumawijaya, pak Alan Frendy Koropitan dan Pak
vii
Bestari Barus yang telah bersedia menjadi Narasumber dalam penelitian
ini.
13. Kawan-kawan Ilmu Politik 2011: Afdal Fitrah, Irfan Zharfandy, Alfrad
Rusyd, Hijri Prakarsa, Gerry Novandika Age, Hafidz Tamjidi, Fadliansyah
Taher, Richad Saka, Isworo, Haikal, Wahyu, Sulthon, Ken dan masih
banyak lagi yang tidak bisa disebutkan.
14. Senior HMI Komfisip: Bang Iyan, Elva Farhi Qolbina, Faisal Husein,
Achmad Fanani, Sopian Hadi Permana, Dzulfikar, Ikhsan Fajri, Wirawan
Muhammad, Aisyah,Ferdian Ramadhani, Choir Al Ayyubi,Achmad
Fatony dan Bung Maman yang telah menjadi teman nongkrong serta
teman berdiskusi yang menyenangkan.
15. Sahabat penulis yang selalu memberikan bantuan dan dukungan juga
masukan yang sangat bermanfaat: Inu Rijalun Nadir dan Hilman Hasbi
16. Keluarga besar HMI KOMFISIP: Rahmat Sahputra, Fajar Fachrian, Rizki
Ahmad Zainuri, Traveliio Ryan, Hasymi Romadhony, Fauzan Munif,
Bimo Arfino, Arif Mbot, Galih Adi Widodo, Rihadhatul Aisy, Ahmad Nur
Najmawan, Abyan, Misbahun Ahadin dan masih banyak lagi, maaf tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
17. Kawan-kawan Selasar: Kacang, Ahong, Irsat, Firman, Irul, Irfan, Aziz,
Fajar, Jengs, Ronggur, Dodi, Abeng, Haikal, Nabol, Sultan, Mikail, Afif,
Fadel, Katak, Fahri, Dara Amalia.
18. Kawan-kawan seperjuangan dan sepermainan penulis Abay, Fadel,
Kurniawan, Baok, Teddy, Bang Ami, Edo, Fadli, Uton, Ican, Ical, Baret,
viii
Akbar, Batok, Kipli, Diway, Tokici, Amor, Mas niam, Baydawi, Bang
ipang, Agung, Gingsul, Kantuy, Assa, Jali, Codet, Fikri, Kiting, Asep,
Bagong, Deaz dan lainnya yang maaf tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
19. Kawan-kawan penulis di JBI dan Sandratex: Edo, Noval, Rebek, mas
Aris, Om Harry, Gondrong, Anwar, Marcus, Egan, Mas Supri, Tanjung,
Anggi, Jamet, Bajon dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
20. Kawan-kawan penulis yang selalu menemani selama menyelesaikan
penelitian ini: Akbar, Ojan, Fadel, levi, Charli, Jeremy, Miftah, Patrick,
Ridho, Bule, Benga, Ucok, Icang, Atoy, Gonal, Adnan dan lainnya yang
maaf tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Tanpa adanya mereka, mustahil penelitian ini dapat terselesaikan.Semoga
Allah membalas segala kebaikan mereka.Sudah tentu, mereka tidak
bertanggungjawab atas segala kekuarangan dalam penelitian ini.Penulis juga
mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca untuk dapat menjadi
penilaian dan masukan bagi penulis untuk dapat lebih baik lagi.
Billahitaufiq Wal Hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Mei 2018
Bayu Nanda Permana
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
ABSTRAKSI ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 17
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 17
D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 18
E. Metodologi Penelitian .......................................................... 20
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 24
BAB II TEORI DAN KONSEP ............................................................. 25
A. Kebijakan Publik ..................................................................... 25
1. Pengertian Kebijakan Publik ....................................... 25
2. Faktor-Faktor Pembuatan Kebijakan .......................... 26
3. Tahapan Pembuatan Kebijakan ................................... 28
B. Konflik .................................................................................... 31
C. Konsep Otonomi Daerah ......................................................... 35
D. Desentralisasi dan Dekonsentrasi ............................................ 41
1. Desentralisasi .............................................................. 41
2. Dekonsentrasi ..............................................................43
BAB III KAWASAN REKLAMASI TELUK JAKARTA .................... 46
A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta..................................... 46
B. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta.......................................... 50
C. Landasan Hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta .......... 52
D. Jalan Panjang Reklamasi Teluk Jakarta ................................. 59
E. Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Era Basuki Tjahaja
Purnama .................................................................................. 78
1. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi
Pulau G ........................................................................ 79
x
2. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi
Pulau F ........................................................................ 79
3. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi
Pulau I ........................................................................ 80
4. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi
Pulau K ....................................................................... 80
5. Peraturan Gubernu Nomor 206 Tahun 2016 .............. 80
BAB IV KEBIJAKAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN
KONFLIKREKLAMASI TELUK JAKARTA ....................... 86
A. Reklamasi Teluk Jakarta Kembali ke Titik Balik ................. 86
1. Kebijakan Reklamasi Digugat Aliansi
Masyarakat...................................................................86
2. Nasib Raperda dan Pusaran Korupsi DPRD .............. 88
3. Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta ........................ 91
4. Moratorium Dicabut dan Reklamasi Berlanjut .........98
B. Pertimbangan Basuki Dalam Kebijakan Reklamasi Teluk
Jakarta ..................................................................................99
C. Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta .......................104
1. Pro Reklamasi ..........................................................105
2. Kontra Reklamasi .....................................................113
BAB V PENUTUP ..................................................................................119
A. Kesimpulan ..........................................................................120
B. Saran .....................................................................................122
Daftar Pustaka .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar III.A.1 Peta Provinsi DKI Jakarta …………………........ 48
Gambar III.A.2 Peta Kawasan Pantai Utara Jakarta ……………... 55
Gambar III.A.3 Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta ..... 57
Gambar III.A.4 Peta Rancangan Reklamasi Pantai Utara Jakarta .. 73
DAFTAR TABEL
Tabel III.A.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2010-2016 .......... 49
Tabel III.A.2 Perusahaan, Pulau, dam Luas Pulau Reklamasi Pantai
Utara Jakarta ........................................................ 74
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di Benua Asia, lebih
tepatnya Indonesia terletak di wilayah Asia Tenggara dan merupakan negara yang
berbentuk kepulauan1. Wilayah Indonesia bisa dikatakan sangat luas bila
dibandingkan dengan negara- negara yang berada di Asia Tenggara lainnya, hal
ini dikarenakan Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini dapat terlihat dari luas
wilayah Indonesia menurut Badan Pusat Statistik yaitu 1.919.440 km² yang
menempatkan Indonesia sebagai negara ke 15 terluas didunia.2
Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya juga memiliki negara lautan
dan perairan yang luas. Luas Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil dari
Samudera Indonesia hingga Samudera Pasifik. Ini menjadikan Indonesia memiliki
lautan yang luas sekitar 3.273.810 km².3 Dengan begitu, secara jelas Indonesia
memiliki luas lautan lebih besar dibandingkan luas daratannya. Hal ini pula yang
menyebabkan Indonesia dikenal dengan sebutan negara maritim, yaitu negara
yang mempunyai banyak perairan.4
1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-2015, diakses pada tanggal
26 April 2017 dari situshttps://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366 2 Luas-wilayah-negara-indonesia, diakses pada tanggal 26 April 2017 dari situs
http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html 3Luas-wilayah-negara-indonesia, diakses pada tanggal 27 April 2017 dari situs
http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html 4 Batas Wilayah Indonesia secara Geografi, diakses pada tanggal 09 Agustus 2017 dari
situs http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/batas-wilayah-indonesia-secara-geografis
2
Selain dipandang sebagai negara maritim, Indonesia memiliki banyak
pulau baik dari ukuran kecil hingga ukuran yang besar. Terdapat lima pulau besar
yang ada di Indonesia, yakni pulau Jawa (126.700 km2), pulau Sumatera (443.065
km2), pulau Kalimantan (743.330 km2), pulau Sulawesi (174,600 km2), dan
pulau Papua (786.000 km2)5. Kelima pulau besar ini disebut dengan gugusan
pulau Sunda Kelapa. Indonesia terletak di garis khatulistiwa, berada diantara
benua Asia dan Australia serta dua samudera, yakni Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia yang letaknya berada di antara dua Benua dan dua Samudra
kemudian dapat disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Sedangkan untuk
letak astronomis, berada 6o LU (Lintang Utara) – 11
o LS (Lintang Selatan) dan
antara 95o BT (Bujur Timur) - 141
o BT (Bujur Timur) menjadikan Indonesia
sebagai negara dengan iklim tropis.6
Indonesia sebagai negara maritim yang mempunyai wilayah kelautan atau
perairan yang luas, memiliki luas perairan dengan perhitungan kurang lebih dari
70% atau 2/3 luas dibandingkan dengan daratan di bumi ini secara geografis.
Sedangkan tuntuk perbandingan luas daratan dan lautan di Indonesia, kurang lebih
2/3 dari wilayah teritori Indonesia adalah lautan.7
Berbicara soal kelautan dan perairan Indonesia, maka secara tidak
langsung wilayah pesisir Indonesia menjadi pembahasan yang cukup hangat.
Belakangan ini, sejumlah daerah-daerah pesisir di Indonesia menyita perhatian
55 Pulau Besar Terbesar di Indonesia, diakses pada tanggal 3 mei 2017 dari situs
http://ilmupengetahuanumum.com/5-pulau-terbesar-di-indonesia/ 6Pengertian Letak Geografis dan Astronomis Wilayah Indonesia, diakses pada tanggal 09
Agustus 2016 http://www.geologinesia.com/2016/11/pengertian-letak-geografis-dan-astronomis-
wilayah-indonesia.html 7Tentang Komunitas Marine Buddies, diakses pada tanggal 09 Agustus 2016
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/campaign/marine_buddies/
3
yang cukup serius. Bagaimana tidak, pesisir kini menjadi hal yang sangat penting
untuk dibicarakan, tak hanya dari kalangan daerah tetapi hingga skala nasional.
Tak tanggung-tanggung Pemerintah Pusat pun turun langsung mengambil
kebijakan atas pesisir laut, yang peranannya begitu penting bagi ekonomi negara.
Turun tangan pemerintah pusat dapat kita lihat pada kebijakan, peraturan,
undang-undang dan regulasi lainnya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur
wilayah pesisir ini, misalnya saja ; Pada tahun 1995, Presiden Soeharto
mengeluarkan Keputusan yang menjadi dasar reklamasi, Keppres No. 52/1995
tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dua tahun kemudian Bappenas
menggeluarkan Keputusan Ketua Bappenas No. KEP.920/KET/10/1997 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta, Menteri Lingkungan
Hidup Nabiel Makarim menerbitkan keputusan Keputusan Menteri No. 14/2003
tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai
Utara oleh Badan Pelaksana Pantai Utara Jakarta di Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.8
Kemudian di tahun 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun
menerbitkan Perpres No. 122 Tahun 2012 mengenai reklamasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil untuk menyetujui praktik pengaplingan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di Teluk Jakarta. Di tahun 2014, rencana pembangunan
reklamasi kembali dilakukan, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur
8 Muhammad Nur Rochmi, Memahami Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses pada
tanggal 3 mei 2017 dari situs https://beritagar.id/artikel/berita/memahami-reklamasi-pantai-utara-
jakarta
4
Fauzi Bowo kembali mengukuhkan rencana reklamasi. Surat Keputusan Gubernur
DKI Nomor 2238 Tahun 2013 pun dikeluarkan pada bulan Desember 2014.9
Dilihat dari beberapa regulasi seputar pengelolaan serta pengembangan
daerah pesisir dan pantai-pantai kecil, terlihat bahwa pemerintah semakin sadar
bahwa wilayah pesisir merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dan dapat
dijadikan jawaban alternatif atau solusi atas banyaknya demografi pertambahan
jumlah penduduk dan semakin sempitnya lahan untuk ditempati. Dalam hal ini
tidak hanya pemerintah pusat yang ikut berperan serta memperhatikan daerah
pesisir, beberapa pemerintahan daerahpun turut mempertimbangkan
pengembangan reklamasi, yaitu secara garis besar reklamsi ialah pengurugan
tanah disekitar bibir pantai sehingga menjadi daratan. Sebagaimana pembangunan
reklamasi yang telah dilakukan di pada daerah DKI Jakarta yakni Ancol, Pantai
Indah Kapuk, dan Berikat Marunda.10
Isu pembangunan reklamasi saat ini memang menjadi sorotan, terutama
bagi negara-negara yang ingin menambah memperluas daratannya dengan
memanfaatkan bibir pantai untuk perkembangan pariwisata dan perekonomian
sekaligus untuk menjawab akan kebutuhan ruang tinggal yang semakin terbatas.
Contoh reklamasi yang telah berhasil dilakukan oleh negara-negara lain ini seperti
Jepang, Singapura, dan Saudi Arabia.11
9 M. Puteri Rosalina, Dilema Reklamasi Pantai Jakarta, diakses pada tanggal 15 Agustus
2016 dari situs http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-Jakarta 10
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok 11
Liemin, Tugu Post : Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses Di Dunia, diakses pada
tanggal 16 Agustus 2016 dari situs http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-
tersukses-di-dunia/
5
Melihat begitu besarnya nilai pesisir laut, hal ini tentu mendorong
Pemerintah, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk
mempertimbangkan reklamasi sebagai upaya perluasan daerah dengan
bekerjasama pada beberapa perusahaan swasta untuk membangun pesisir, demi
menambah nilai sosial dan budaya, lingkungan dan juga nilai ekonomis tentunya
bagi keuangan dan kemajuan negara.12
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
reklamasi mempunyai pengertian sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang
dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase.13
Dari penjelasan daiatas, cukup jelas bahwa dengan melakukan reklamasi
diharapkan dapat meningkatkan manfaat, tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga
untuk keadaan sosial masyarakat. Reklamasi juga sangat dibutuhkan untuk
peningkatan kebutuhan akan ruang.14
Oleh karena itu, reklamasi muncul sebagai
alternatif atau jawaban dari pertumbuhan penduduk yang tinggi dan minimnya
lahan atau daerah hunian baik di kota ataupun di daerah. Permintaan akan lahan
kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai
fasilitas perkotaan, termasuk demi kemjauan teknologi, industri dan transportasi.
12
Reklamasi Teluk Jakarta Penting, diakses pada tanggal 10 mei 2017 dari situs
http://www.kompasiana.com/nikmatjujur/reklamasi-teluk-jakarta-
penting_574eade5f37e61f2072b347e 13
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen
Kelautan dan Perikanan TAHUN 2005 – 2009, diakses pada tanggal 15 Agustus 2016 dari situs
http://tataruangpertanahan.com/regulasi/pdf/permen/menkp/permenkp_17_2013.pdf/ 14
Bambang Susantono, Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah,
Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009, h. 81
6
Selain sering mengubah konfigurasi alam lahan atau bentang alam tata perkotaan
juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai ruang terbuka lainnya.15
Bukan untuk yang pertama kalinya Indonesia menjadi negara yang
melakukan reklamasi. Sebelumnya, sejumlah negara tetangga telah menggunakan
reklamasi sebagai solusi dari tingginya pertumbuhan penduduk dan minimnya
lahan hunian untuk masyarakat di negara-negara tersebut. Sebagai contoh, dapat
dilihat di negara Jepang dan Singapura yang sebelumnya telah mereklamasi
daerah-daerah pesisirnya. Pembangunan reklamasi di Jepang dapat terlihat jelas di
kota Kyoto. Kawasan reklamasi ini dimanfaatkan oleh pemerintah jepang untuk
memperluas pelabuhan laut dan Bandara Internasional. Memiliki luas kurang 10
kilometer persegi dengan panjang 4 kilometer serta lebar 2,5 kilometer, kawasan
ini sebenarnya memiliki potensi kegempaan dan serangan badai atau (thypoons).
Namun para ahli berusaha meminimalkan dampak dengan melakukan rekayasa
teknologi.16
Jepang mereklamasi suatu wilayah yang sebelumnya dianggap sudah tidak
produktif dan mempunyai wilayah yang ekosistemnya dinilai sudah rusak. Namun
dengan adanya kebijakan dari pemerintah Jepang, daerah tersebut kini menjadi
daerah yang sangat maju secara ekonomi serta ekosistem yang mulai terawat baik
15
Ratna Diah Kurniati, Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus:
Pelaksanaan Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta,
Depok: Skripsi FISIP UI, 2007, hlm. 38. 16
Rita Ayuningtyas, 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi, diakses pada tanggal 16
Agustus 2016 dari situs http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-
reklamasi/
7
serta tertata dengan rapih. Reklamasi daratan Kyoto ini baru dimulai sejak tahun
1987 dan pembangunan berakhir pada tahun 1994.17
Negara tetangga yaitu Singapura, merupakan salah satu negara tetangga
terdekat dengan Indonesia. Negara ini dikenal sebagai negara maju sekalipun
tidak memiliki wilayah negara yang cukup luas. Hal inilah yang membuat
pemerintah Singapura menilai harus menambah luas daratan negara dengan
membuat lahan tambahan di pesisir Singapura. Pembangunan reklamasi ini pun
dijadikan sebagai salah satu roda perekonomian bagi masyarakat serta negara.
Bayangkan saja, Singapura dengan luas kurang lebih sama besarnya dengan
Ibukota DKI Jakarta, telah memperluas wilayahnya hingga 710 km persegi
dengan reklamasi. Perluasan wilayah ini dilakukan sesuai dengan Concept Plan
yang telah ada di tahun 2001 silam. Tujuannya, tentu untuk menambah nilai
ekonomis, dan untuk menambah kawasan perumahan, industri dan rekreasi.
Singapura telah memiliki rencana perluasan wilayah melalui Concept Plan ini
hingga 50 tahun mendatang.18
Reklamasi di Indonesia terjadi karena selain Indonesia sebagai negara
yang memiliki cakupan perairan yang luas, Indonesia juga menjadi salah satu
negara yang penduduknya terpadat di dunia, yakni dengan jumlah penduduk yang
mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Melihat adanya peluang untuk
meningkatkan nilai ekonomis, baik untuk meningkatkan pendapat negara, provinsi
17
Liemin, Tugu Post : Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses Di Dunia, diakses pada
tanggal 16 Agustus 2016 dari situs http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-
tersukses-di-dunia/ 18
Rita Ayuningtyas, 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi, diakses pada tanggal 16
Agustus 2016 dari situs http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-
reklamasi/
8
dan masyarakat, reklamasi dianggap bisa membantu pembangunan negara seperti
negara-negara tetangga yang nyatanya sukses membangun reklamasi.
Reklamasi menjadi salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang sama-sama dihadapi yakni guna
mengatasi kepadatan penduduk dan pengembangan wilayah-wilayah pesisir serta
keterbatasan lahan. Beberapa daerah di Indonesia, seperti Bali, Makasar dan DKI
Jakarta menjadi daerah-daerah yang dinilai memiliki permasalahan lahan. Di
Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali merencanakan pembangunan reklamasi di
kawasan Teluk Benoa yang berada di sebelah Timur Provinsi Bali. Keputusan
untuk melakukan pembangunan reklamasi Teluk Benoa didasari hukum yang
berlaku, yakni Perpres 51 tahun 2014.19
Dalam Perpres tersebut, proyek reklamasi rencananya akan meliputi
kawasan dengan luas kurang lebih 700 hektar di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar Provinsi Bali.20
Namun pada praktiknya, reklamasi Teluk Benoa ini
mendapatkan penolakan dari masyarakat Bali yang tinggal di daerah pesisir, yang
mana banyak masyarakat pesisir yang bekerja sebagai wirausaha disekitar pesisir
dari tempat-tempat wisata yang ada di Bali dan juga tentunya dari masyarakat
yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan sebagai nelayan. Bukan
hanya itu, penolakan juga hadir dari sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) lokal serta para pemuka adat setempat. Penolakan akan reklamasi di Bali
19
Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014, diakses pada tanggal 16 Agustus2016 dari
situs http://peraturan.go.id/perpres/nomor-51-tahun-2014-
11e44c4f2987e9d0828a313231393231.html 20
Isyana Artharini, Pemerintah Dituntut Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Benoa,
diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesia_reklamasi_benoa
9
ini mendapatkan dukungan dari berbagai desa yang berada di Provinsi Bali. Desa-
desa adat yang menolak rencana reklamasi Teluk Benoa terus bertambah. Dari
waktu ke waktu lebih dari 35 desa adat menolak rencana pembangunan pusat
pariwisata di Bali bagian selatan itu.21
Wilayah lain yang juga melakukan pembangunan reklamasi di kawasan
pesisir Indonesia adalah wilayah Makasar Provinsi Sulawesi Selatan. Sejalan
dengan meningkatnya kepadatan penduduk dan aktivitas perekonomian di
provinsi Sulawesi Selatan, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan pun berusaha
melakukan reklamasi, sebagai salah satu langkah penanganan kepadatan
penduduk yang terjadi, khususnya disekitar pantai Losari, di sebelah barat Kota
Makassar. Tak banyak yang mengetahui informasi terkait pantai Losari, yang
merupakan salah satu hasil pembangunan reklamasi. Menurut Direktur Komite
Pemantau Legislatif (KOPEL), Syamsuddin Alimsyah dalam wawancaranya
dengan CNN Indonesia di Jakarta, ada sekitar 157,23 hektare lahan yang diberi
izin untuk direklamasi. P.T. Yasmin Bumi Asri selaku pengembang yang
mendapat jatah mereklamasi lahan dengan status Hak Guna Bangunan seluas
106,76 hektare. Sementara sisanya seluas 50,47 hektare dimiliki Pemprov Sulsel
dengan status Hak Pengelolaan.22
Provinsi DKI Jakarta, sebagai Ibukota Negara Indonesia pun tercatat
pernah melakukan sejumlah kegiatan pembangunan reklamasi yang tentunya
21
Anton Muhajir, Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Meluas, diakses pada tanggal 16
Agustus 2016 dari situs http://www.benarnews.org/indonesian/berita/bali-tolak-reklamasi-
06152016153058.html 22
Joko Panji Sasongko, Dugaan Korupsi Rp 15,5 T Reklamasi Pantai Losari Masuk
KPK, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160425165640-12-126384/dugaan-korupsi-rp155-t-
reklamasi-pantai-losari-masuk-kpk/
10
bertujuan untuk meningkatkan manfaat sumber daya lahan, dari tahap pengerukan
hingga pengeringan lahan atau drainase. Kegiatan reklamasi ini pun sudah mulai
dilakukan sejak tahun 1980-an. Perusahaan yang mendapatkan wewenang untuk
melakukan reklamasi ini adalah PT. Harapan Indah. Reklamasi dilakukan di
kawasan Pantai Pluit dengan lebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru
yang terbentuk digunakan untuk pemukiman mewah Pantai Mutiara. Dalam
catatan pemberitaan Kompas, PT. Pembangunan Jaya pun turut melakukan
pembangunan reklamasi kawasan Ancol, tepatnya di sisi Utara Jakarta untuk
pembangunan kawasan industri dan rekreasi pada tahun 1981 silam.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1991, hutan bakau Kapuk
yang mendapat giliran pembangunan reklamasi. Reklamasi ini pun diperuntukan
sebagai pembangunan kawasan pemukiman mewah, yang sekarang dikenal
dengan sebutan Perumahan Pantai Indah Kapuk, di daerah Pluit Jakarta Utara. Di
tahun 1995, pembangunan reklamasi susulan kembali dilangsungkan, yakni
ditujukan gunakan pembangunan kawasan industri, yakni Kawasan Berikat
Marunda di Marunda Jakarta Utara.23
Reklamasi yang menjadi perhatian dan fenomenal saat ini adalah
reklamasi teluk Jakarta, yang saat ini tengah dibangun oleh sejumlah pengembang
dibawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dikenal dengan Ahok
dan Djarot Saiful Hidayat (2015-2017) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali
mengatur terkait peraturan pembangunan reklamasi di Teluk Jakarta.. Hal ini
23
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok
11
menjadi menarik karena pada prosesnya, terdapat oknum-oknum pemerintah yang
melakukan korupsi dan manipulasi serta memberikan sogokan kepada instansi
atau pihak lain guna memudahkan proyek reklamasi Teluk Jakarta. Salah satu
pejabat pemerintah yang tersandung kasus korupsi reklamasi Teluk Jakarta ini
adalah anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, yang diduga menerima
suap dari pengembang reklamasi. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
mencoret draf Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis (RTRKS) Pantura Jakarta.24
Dalam catatan pemberitaan Kompas dalam media cetak dan media
onlinenya. Alasan Basuki Tjahaja Purnama mencoret draf tersebut karena terjadi
kebuntuan pada satu pasal yakni pasal yang mengatur tentang tambahan
kewajiban yang akan dikenakan kepada pengembang pulau. Coretan Basuki
Tjahaja Purnama atau yang biasa dikenal dengan Ahok ini merujuk pada
kebuntuan pasal itu. Dalam hal ini terjadi perdebatan dan pertentangan antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Badan Legislatif (Baleg) tentang aturan
tambahan kewajiban yang akan dikenakan kepada pengembang pulau. Hal ini
yang membuat sidang paripurna sedikitnya dua kali rencana sidang untuk
mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah
dijadwalkan sepanjang Maret 2016, namun sidang paripurna tidak juga terwujud
hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Sanusi, 31 Maret.25
24
Haryo Damardono, Perjalanan Panjang Reklamasi Jakarta, diakses pada tanggal 16
April 2017 dari situs https://interaktif.kompas.id/reklamasijakarta 25
Mukhamad Kurniawan, Coretan Basuki di Pasal Raperda, diakses pada tanggal 16
April 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/06/19320021/Coretan.Basuki.di.Pasal.Raperda
12
Selain itu terdapat faktor lain yang manjadi menarik yaitu karena Basuki
Tjahaja Purnama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah Ir. Jokowidodo
menang pada pemilihan presiden tahun 2014. Sosok Basuki Tjahaja Purnama
menjadi menarik karena namanya menjadi sorotan, Basuki Tjahaja Purnama
diduga melakukan korupsi dan penyelewangan dana terkait proyek reklamasi.
Selain itu, Basuki Tjahaja Purnama juga akan mengikuti pemilihan Gubernur DKI
Jakarta 2017 disandingkan dengan Djarot Syaiful Hidayat.26
Proyek reklamasi ini menjadi menarik karena mendapat perhatian
masyarakat Jakarta bahkan Indonesia. Faktor-faktor yang membuat menarik
perhatian masyarakat adalah kajian tentang dampak ekosistem setelah reklamasi
karena dikhawatirkan dapat merusak ekosistem dan lingkung sekitar
pembangunan reklamasi, kemudian reklamasi juga secara tidak langsung
bersinggungan dengan nelayan yang mencari nafkah dan menggantungkan hidup
dengan berlayar mencari ikan, kemudian yang juga menjadi perbincangan juga
perdebatan baik dari kalangan mahasiswa atau akademisi maupun dari aktifis
sosial serta lingkungan adalah reklamasi yang ditujukan untuk siapa dan siapa
yang akan merasakan reklamasi ini seandainya reklamasi ini tetap dilakukan. Hal
ini menjadi pertanyaan besar karena memang reklamasi sendiri merupakan proyek
yang membutuhkan dana besar serta memiliki kajian yang matang dan perizinan
yang lengkap terpenuhi, maka dari itu timbul perdebatan dan polemik apakah
reklamasi akan ditujukan untuk masyarakat menengan kebawah, nelayan yang
26
Nursita Sari, Sepekan Jelang Penetapan Cagub-Cawagub DKI, Berkas Persyaratan
Dinyatakan Lengkap, diakses pada tanggal 16 April 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/17/16202411/sepekan.jelang.penetapan.cagub-
cawagub.dki.berkas.persyaratan.dinyatakan.lengkap
13
tempat tinggal dan mata pencariannya telah tergusur, ataukah untuk masyarakat
menengah keatas, selanjutnya yaitu karena adanya kebijakan yang mendasari
proyek reklamasi ini tidak saling melengkapi melainkan berbenturan antara
kebijakan atau peraturan yang dipakai Kementrian Kelautan dan Perikanan juga
Kementrian Lingkungan Hidup dengan kebijakan dan peraturan yang dipakai
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementrian Maritim. Perbedaan pandangan
mengenai kebijakan dan peraturan terkait reklamasi ini yang kemudian
menimbulkan konflik antara Pemerintah Pusat (Kementrian Perikanan dan
Kelautan, Kemetrian Lingkungan Hidup) dengan Pemerintah Daerah (Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta) dan Kementrian Maritim.
Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan proyek reklamasi tidak bisa
dilakukan kembali. Hal ini dikarenakan Pemprov DKI dinilai tidak mampu
memenuhi kaidah penataan ruang dan ketersediaan teknologi pengendali dampak
lingkungan. Ketidak layakan tersebut disampaikan dengan surat keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidak layakan
Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara27
Tak menghiraukan surat keputusan tersebut, Pemprov DKI Jakarta terus
melanjutkan langkah untuk mereklamasi Teluk Jakarta. Pembangunan reklamasi
di Teluk Jakarta sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2007. Ada enam
pengembang yang mendapat hak reklamasi menggugat Menteri Lingkungan
Hidup ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), yaitu PT Muara Wisesa
Samudera satu pulau; PT Pelindo menggarap satu pulau; PT Manggala Krida
27
Kumpulan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2016, diakses
pada tanggal 26 April 2017 darii situs http://www.menlhk.go.id/berita-85-kumpulan-peraturan-
menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-tahun-2016.html
14
Yudha satu pulau; PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sebanyak empat pulau; PT
Jakarta Propertindo dua pulau; PT Jaladri Kartika Ekapaksi satu pulau; PT Kapuk
Naga Indah lima pulau;. Mereka beralasan sudah melengkapi semua persyaratan
untuk reklamasi, termasuk izin AMDAL regional dan berbagai izin lain. Hasilnya
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) memenangkan gugatan ke-enam
perusahaan tersebut.28
Konflik antara pengembang dan kementrian tidak berakhir disitu,
Kementrian Lingkungan Hidup merasa jelas ada kesalahan dalam hal prizinan
reklamasi Teluk Jakarta ini, karena pemprov DKI Jakarta dan pengembang yang
akan melakukan reklamasi tidak dapat memenuhi kaidah penataan ruang dan
ketersediaan teknologi pengendali dampak lingkungan. Kemudian Kementerian
Lingkungan Hidup lalu mengajukan banding atas keputusan itu, tetapi PTUN
tetap memenangkan gugatan ke-enam perusahaan tersebut.29
Hal ini dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup karena melihat proses
pembangunan reklamasi ini telah menyalahi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Keadaan seperti ini menimbulkan dinamika antara
Kementerian Lingkungan Hidup dengan para perusahaan pengembang yang
menginginkan reklamasi ini tetap berjalan. Dinamika ini terus berkembang hingga
pertengahan tahun 2009. Kementerian Lingkungan Hidup lalu mengajukan kasasi
28
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok
29
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok
15
ke Mahkamah Agung atau MA. Pada 28 Juli 2009, MA memutuskan
mengabulkan kasasi tersebut dan menyatakan, reklamasi menyalahi tahapan-
tahapan tentang AMDAL.30
Tarik ulur perizinan ini mengakibatkan terbengkalainya proses reklamasi
teluk Jakarta. Tumpang tindih peraturan menjadi salah satu faktor penyebab
terhentinya proses reklamasi ini. Dinamika ini terus berlanjut hingga pada tahun
2011, keadaan menjadi berbalik. MA mengeluarkan putusan baru
(No.12/PK/TUN/2011) yang menyatakan, reklamasi di Pantai Jakarta adalah
legal. Namun, putusan MA tersebut tidak serta-merta memuluskan rencana
reklamasi di Utara Jakarta. Untuk melaksanakan reklamasi, Pemprov DKI Jakarta
harus membuat kajian amdal baru untuk memperbarui amdal yang diajukan tahun
2003. Juga dengan pembuatan dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) yang melibatkan pemda disekitar teluk Jakarta.31
Rencana reklamasi tidak mendapatkan kejelasan, karena tidak sesuai
dengan berbagai aturan serta undang-undang yang mengatur reklamasi. Di tahun
2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Perpres No 122 Tahun
2012 yakni Perpres mengenai reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
30
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok 31
M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto
sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak
arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok
16
dan menyetujui praktik pengaplingan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Teluk Jakarta.32
Sebelum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjabat,
wacana reklamasi bahkan sudah dibahas. Sejumlah regulasi terkait pembanguann
reklamasi pun diterbitkan, mulai dari Keputusan Gubernur (Kepgub), Peraturan
Gubernur (Pergub), Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Pemerintah (PP),
Peraturan Presiden (Perpres), serta Undang-Undang (UU). Sayangnya, justru dari
sejumlah aturan itulah pangkal perdebatan muncul belakangan. Di sisi ;lain,
reklamasi sudah diatur dalam Undang-Undang yang jelas sesuai dengan kebijakan
dan peraturan yang dimiliki oleh masing-masing daerah, mengingat otonomi
daerah diberlakukan di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa peraturan yang terkait dengan proses
reklamasi di Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang
Reklamasi Pantai Jakarta; Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang
Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur; Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; serta
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil, yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007.
B. Pernyataan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang diteliti, maka penulis mencoba untuk
membatasi ruang penelitian dengan membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian
32
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012, diakses pada tanggal 17 April 2017 dari
situs http://peraturan.go.id/perpres/nomor-122-tahun-2012-
11e44c4f773c3b10878f313232313331.html
17
yang sekiranya menjadi tujuan awal dari penelitian ini. Adapun pertanyaanya
adalah:
1. Mengapa terjadi konflik dalam Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta
di Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama?
2. Siapa yang berhak dan berwenang dalam kebijakan reklamasi Teluk
Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui mengapa Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta
mengalami konflik dan untuk mengetahui siapa yang berwenang dan berhak
dalam Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui penyebab konflik yang melibatkan banyak pihak.
Selain itu, agar diketahui melihat faktor apa saja yang terjadi dalam suatu konflik.
b. Manfaat Akademis
Untuk dapat mengembangankan ilmu politik di bidang peraturan dan
kebijakan dengan kajian Reklamasi Teluk Jakarta di DKI Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa hasil penelitian dan
literatur yang memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Ada
beberapa penelitian terdahulu mengenai konflik agraria dan hubungannya dengan
proses implementasi kebijakan disektor perikanan dan kelautan yang penulis
18
jadikan sebagai acuan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk
menemukan sisi menarik dan kegunaan dari penelitian skripsi yang sedang penulis
teliti.
Ada beberapa tinjauan pustaka yang berhasil penulis temukan sebagai
perbandingan dalam melakukan penelitian mengenai kaitan pengaturan tata kota
dan peraturan pemerintahan daerah serta pembebasan lahan yang bisa membantu
kontribusi dalam penilitian ini.
Menurut salah satu penelitian skripsi dari Jamalianuri (2014) dengan judul
Dinamika Politik Tata Ruang Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo: Studi
Kasus Penataan Pemukiman di Waduk Pluit (2013-2014) mengidentifikasi kasus
penataan pemukiman penduduk di Waduk Pluit melahirkan adanya suatu
partisipasi masyarakat dan relasi antara pemerintahan Joko Widodo untuk
membuka ruang partisipasi warga. Meski sempat terkendala dalam masalah desain
pembangunan pemukiman warga yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan
warga, namun terlihat sangat jelas, partispasi warga dalam proses politik tata
ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di era Joko Widodo pada tahun 2013 -
2014 bisa disalurkan dengan baik, sekalipun hasilnya tidak terlalu signifikan.
Kedua, penelitian yang berjudul ―Analisis Konflik Pemanfaatan Lahan
Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pantai Utara Jakarta)‖ dengan nama peneliti
Rudianto Program Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor tahun 2004.
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa konflik pemanfatan wilayah pesisir
menimbulkan fenomena sosial yang biasanya terjadi di wilayah negara-negara
berkembang antara pemilik lahan dengan squatter yang merupakan kelompok
19
masyarakat yang tinggal didaerah kumuh. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kajian ekonomi untuk melihat dan menganalisis konflik dan
fenomena sosial lainnya. Dari penelitian ini yang membedakan adalah peneliti
lebih terfokus pada kajian mengenai kebijakan-kebijakan publik yang merupakan
produk politik dari suatu pemerintahan.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Hillway penelitian adalah suatu studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga di peroleh pemecahan yang tepat dalam masalah tersebut. Menurut
Whitney disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula
dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian,
penelitia metupakan metode untuk menemukan kebenaran, sehingga peneliti juga
merupakan suatu metode berfikir secara kritis. Sedangkan menutur Parsons
penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan
bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan.33
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan pendekatan penelitian analisi kualitatif. Menurut Blaxter, riset
kualitatif cenderung fokus pada usaha mengeksplorasi sedetail mungkin sejumlah
contoh atau peristiwa yang dipandang menarik dan mencerahkan, dengan tujuan
33
Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h.12-13
20
untuk mendapatkan pemahaman yang ―mendalam,‖ bukan ―luas‖.34
Peneliti dalam
hal ini harus mengumpulkan data berupa cerita rinci para responden dan
diungkapkan dengan apa adanya sesuai bahasa dan bertolak pada penggaliann
data sehingga menimbulkan sifat mengembangkan teori.35
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu penelitian
dilakukan paling lama setahun dari waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 24
juni 2016 – 30 November 2017.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara atau interview menurut Black dan Champion (1992) adalah
teknik penelitian yang paling sosiologis dari semula teknik penelitian sosial. Hal
ini dikarenakan bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti
dengan responden.36
Penulis mewawancarai empat orang narasumber, disini
penulis mewawancarai aktor-aktor yang terkait dalam penelitian. Alasan penulis
mengambil narasumber di atas karena dapat memberikan peneliti informasi yang
dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan
34
Menurut Blaxter dalam Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Prenada
Media Group, 2007), h. 86. 35
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007), h. 89. 36
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007)h. 179.
21
adalah purposive samplingyaitu sample dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.37
Instrumen wawancara digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah pedoman wawancara terbuka, recorder dan buku catatan. Pedoman
wawancara digunakan agar peneliti dapat menyaring informasi sehingga fokus
pada permasalahan yang diteliti.
b. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan berupa buku-buku dan data-data yang terkait
dengan kebijakan publik dan konflik politik, foto-foto dan informasi yang dapat
memberikan keterangan, baik bersifat tertulis ataupun tidak.
c. Observasi
Menurut Muhammad Ali Penelitian yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak
langsung, lazimnya menggunakan teknik yang disebut dengan Observasi.
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data
dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara
sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.38
Observasi dilakukan untuk melihat fenomena perseteruan atau perebutan
kekuasaan dalam proyek Reklamasi Teluk Jakarta di DKI Jakarta.
37
Masri singarimbun dan sofian effendi ―Metode penelitian survai‖ (Jakarta : LP3S,
1983) h. 122 38
Prof. H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2011), h. 168
22
4. Sumber dan Jenis Data
Berdasarkan pengambilan data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah suatu objek atau dokumen original
material mentah dari pelaku yang disebut first hand information atau orang
pertama.39
Data primer adalah tempat atau gudang penyimpanan yang orisinil dari
data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti
atau saksi utama dari kejadian yang lalu.40
Sedangkan data sekunder adalah data
yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah
tersedia sebelum penelitian dilakukan.41
Sumber sekunder adalah catatan tentang
adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari
sumber orisinil. Misalnya putusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari
keputusan (minutes) dari keputusan rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di
surat kabar. Begitu surat kabar tentang rapat tersebut adalah sumber sekunder.42
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penulisan untuk mengelola data yang sudah
dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat tertentu.43
39
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 289. 40
Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. 41
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),,h. 291. 42
Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. 43
H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia,
2011), h. 47.
23
Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar berkala. Sedangkan menurut Whitney metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.44
F. Sistematika penulisan
Dalam penelitian skripsi ini penulis akan menyusun pembahsan yang
menjadi beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB Imemuat pendahuluan, dalam bab ini penulis akan memaparkan
permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta
tujuan terkait dalam penelitian tentang Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk
Jakarta Pada Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-
2017 berdasarkan metode penelitian kualitatif.
BAB II memuat teori, dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori dan
konsep yang dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok
permasalahan skripsi ini yaitu Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Pada
Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-2017.
BAB III memuat profil dan data, pada bab ini penulis akan membahas
tentang pemaparan secara global mengenai gambaran umum Reklamasi yang
44
Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 54-55.
24
terdiri dari tiga sub bahasan. Pertama, sejarah DKI Jakarta. Kedua, sejarah
reklamasi di Indonesia. Ketiga, proyek reklamasi Teluk Jakarta.
BAB IV hasil observasi dan data wawancara, pada bab ini merupakan
bagian yang berisi tentang wawancara dengan narasumber yang kompeten
dimasing-masing bidangnya terkait seputar permasalahan yang penulis angkat.
Penulis akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yaitu berupa data-data
yang diperolehdi lapangan, dalam hal ini mengapa terjadi tumpang tindih
peraturan yang mengatur tentang adanya Reklamasi di Indonesia
BAB V penutup, pada bab ini Penulis akan berusaha untuk menyimpulkan
pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok
permasalahan Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Pada Masa
Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-2017.
25
BAB II
TEORI DAN KONSEP
A. Kebijakan Publik
1. Pengertian Kebijakan Publik
Pada dasarnya konsep Kebijakan Publik memiliki definisi yang berbeda-
beda menurut para ahli. Bagi Thomas R. Dye misalnya, apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu merupakan
pengertian dari kebijakan publik. Menurut Dye, kebijakan publik adalah suatu
tindakan, oleh karena itu baik pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu termasuk kedalam suatu kebijakan. Thomas Dye mendefinisikan bahwa
kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjalkan oleh
pemerintah, alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi kehidupan
bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut
mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian,
26
disinilah pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.45
Kebijakan dalam suatu pemerintahan memang memiliki peranan yang sangat
besar dalam pembangunan dan perkembangan disuatu daerah, oleh karena itu
kebijakan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini perlu diperhatikan dengan
serius oleh pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemprov DKI Jakarta dan DPRD
DKI Jakarta.
Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang diambil dan melalui proses
yang baik pula. Jika sebuah kebijakan publik adalah sebuah produk kompromi
politik dalam arti politik daging sapi, maka sejak dilahirkan kebijakan itu telah
membawa cacat bawaan atau menciptakan lubang jebakan (loopholes). Di
Indonesia, praktik ‗daging sapi‘ masih sering terdengar terutama dalam
menetapkan pasal-pasal tertentu. ―Jika pasal ini tidak begini, maka pasal itu juga
tidak begitu‖ demikian kira-kira model ‗daging sapi‘ itu dilakukan. Alhasil
kebijakan publik di Indonesia banyak diantaranya yang tidak lebih baik
kualitasnya dengan kebijakan publik yang dimaksudkan untuk mengatur dan
menyelesaikan hal yang sama yang dikeluarkan oleh negara seperti Singapura,
Hongkong dan sejumlah negara lain yang sampai saat ini masih tergolong belom
se demokratis Indonesia atau masih cenderung otoritarian. Nyatanya fenomena
seperti politik ‗daging sapi‘ ini terjadi di Ibukota DKI Jakarta yang salah satu
contohnya adalah kebijakan tentang pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Ini
artinya, sistem yang demokratis tidak otomatis melahirkan sebuah kualitas
45
Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 34.
27
kebijakan yang lebih baik ketika sejumlah perangkat dari sistem demokratis
sebagaimana yang dipersyaratkan sejumlah ahli politik belum bisa dipenuhi.46
2. Faktor-Faktor Pembuatan Kebijakan
Menurut Sahya Anggara, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembuatan kebijakan, dimana setiap administrator dituntut memiliki kemampuan,
keahlian, tanggung jawab, dan kemauan sehingga dapat membuat kebijaksanaan
dengan segala resikonya baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Dalam pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta, keterlibatan para ahli dan peneliti
dirasa kurang dalam pembentukan dan kajian sebelum pembentukan kebijakan
Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini berdampak pada proses pembangunan yang
begitu dinamis bahkan cenderung tidak bersinergi antara pihak-pihak yang terkait.
Pada akhirnya pembangunan ini menimbulkan banyak polemik di dalamnya yang
memiliki perbedaan pandangan dan pemahaman.
Menurut Nigro, beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan
keputusan antara lain adanya pengaruh tekanan dari luar, adanya pengaruh
kebiasaan lama atau konservatisme, adanya pengaruh sifat-sifat pribadi, adanya
pengaruh dari kelompok luar, dan adanya pengaruh keadaan masa lalu.47
Pernyataan ini sejalan dengan keadaan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta
yang pembuatan kebijakanya dipengeruhi oleh berbagai faktor seperti tekanan dari
luar yaitu para pengembang untuk memuluskan pembangunan Reklamasi Teluk
Jakarta, pengaruh kebiasaan lama atau konservatisme dari Pemprov DKI Jakarta
46
Budiman Rusli, Kebijakan Publik Membangun Pelayanan Publik Yang Responsif,
(Bandung: Hakim Publishing, 2013), h. 6. 47
Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 174.
28
yang juga mempengaruhi keadaan dalam pembuatan Kebijakan Reklamasi Teluk
Jakarta.
Selain faktor pembuatan kebijakan, ada faktor-faktor lain yang dianggap
lebih strategis dan berpengaruh dalam perumusan kebijakan. Studi yang dilakukan
oleh F. van Waarden membahas tentang hal tersebut secara lebih terperinci.
Beberapa faktor yakni; faktor politik, faktor ekonomi/finansial, faktor
administrasi/organisatoris, faktor teknologi, faktor sosial budaya dan agama,
faktor pertahanan dan keamanan.48
Penjelasan ini lebih jelas dan relevan dalam
menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan Reklamasi Teluk
Jakarta.memang pada praktiknya, proses pembentukan kebijakan Reklamasi
Teluk Jakarta ini dipengaruhi oleh faktor politik, faktor ekonomi, faktor
administrator dan faktor lainnya.
3. Tahapan Pembuatan Kebijakan
Kebijakan dalam proses pembentukannya memerlukan beberapa proses
yang harus dilalui sebelum akhirnya benar-benar menjadi kebijakan yang dapat
diterapkan pada masyarakat. Pada praktiknya, proses pembuatan kebijakan
membutuhkan tahapan yang panjang dan melibatkan banyak elemen.
Kemudian menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan
Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya bahwa ada empat langkah
dalam proses pengambilan kebijakan publik, yaitu:49
1. Perumusan Masalah (defining problem)
48
Sahya Anggara, Kebijakan Publik, h. 154. 49
Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi
Aksara, 2007), h. 78.
29
Pemahaman terhadap masalah dapat membantu dalam menemukan
asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya,
memetakan tujuan-yujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan yang
bertentangan dan rancangan peluang kebijakan baru. Perumusan masalah
merupakan sumber dari kebijakan publik, dengan pemahaman dan identifikasi
masalah yang baik maka perencanaan kebijakan dapat disusun, perumusan
masalah dilakukan oleh mereka yang terkena masalah atau orang lain yang
mempunyai tanggungjawab dan pembuat kebijakan harusmempunyai kapasitas
untuk itu. Proses kebijakan publik dimulai dengan kegiatan merumuskan masalah
secara benar, karena keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan perumusan
kebijakan ini akan sangat berpengaruh pada proses pembuatan kegiatan ini akan
sangat berpengaruh pada proses pembuatan kebijaksanaan seterusnya.
2. Agenda Kebijakan
Sekian banyak problema, permasalahan, dan isu-isu umum yang muncul
hanya sedikit yang mendapat perhatian dari pemerintah selaku pembuat kebijakan
publik. Pilihan dan kecondongan perhatian pembuat kebijakan menyebabkan
timbulnya agenda kebijakan. Sebelum permasalahan dan isu-isu yang ditampung
pemerintah diolah menjadi suatu kebijakan publik, pemerintah sebagai pembuat
kebijakan wajib menentukan isu-isu yang menjadi masalah pokok dan menjadi
prioritas dalam masyarakat. Kemudian setelah menentukan masalah dan isu mana
yang menjadi prioritas pemerintah, isu tersebut akan menjadi agenda pembahasan
pemerintah dalam rapat paripurna. Sementara itu suatu masalah untuk masuk ke
dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
30
1. Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia praktis
tidak lagi bisa diabaikan begitu saja.
2. Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yangdapat
menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik.
3. Isu tersebut menyamngkut emosi tertentu ilihat dari sudut
kepentingan orang banyak.
4. Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas.
5. Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan
(legitimasi) dalam masyarakat.
6. Isu tersebut menyangkut suatu persoalan yang fasionable, dimana
posisinya sulit untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan
kehadirannya.
3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk memecahkan Masalah
Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para
perumus kebijakan sepakat untuk memasukan masalah atau isu tersebut kedalam
agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan
masalah. Menurut Islamy, perumusan usulan kebijakan (policy proposals)adalah
kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk
memecahkan masalah. Proses dalam kegiatan ini meliputi:50
1. Mengidentifikasi altenatif.
2. Mendefinisikan dan merumuskan alternatif.
3. Menilai masing-masing alternatif yang tersedia.
50
Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi
Aksara, 2007), h. 92
31
4. Memilih alternatif yang memuaskan atau paling mungkin untuk
dilaksanakan.
Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan
kepentingan antara berbagai aktor, masing-masing aktor ditawarkan alternatif dan
pada tahap ini sangat penting untuk mengetahui apa alternatif yang ditawarkan
oleh masing-masing aktor. Pada kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan
didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang terjadi antara aktor yang
berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
4. Tahap Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan,untuk
diambil sebagai cara memercahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir
dalam pembuat kebijakan adalah penetapan kebijakan, sehingga mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat. Proses pembuatan kebijakan tidak dapat
dipisahkan dengan proses penetapan atau pengesahan kebijakan.Menurut Islamy
proses pengesahan kebijakan adalah proses penyesuaian dan penerimaan secara
bersama tehadap prinsip-prinsip yang diakui dan ukuran-ukuran yang diterima.51
Pada tahap ini para aktor berjuang agar alternatifnya yang diterima dan
juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor lain yang memunculkan persuasion dan
bargaining. Penetapan kebijakan dilakukan agar sebuah kebijakan mempunyai
kekuatan hukum yang dapat mengikat dan ditaati oleh siapa saja, dan bentuk
kebijakan yang dihasilkan seperti Undang-Undang, keputusan Presiden,
keputusan-keputusan Menteri dan sebagainya.
51
Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi Aksara, 2007),
h.100
32
B. Konflik
Dalam dunia politik, segala macam kegiatan untuk mempengaruhi proses
perumusan maupun pelaksanaan kebijakan umum termasuk kedalam upaya untuk
mendapatkan dan/atau mempertahankan nilai-nilai yang ada sebelumnya. Dalam
memperjuangkan upaya itu, pada kenyataannya sering terjadi perbedaan pendapat,
perdebatan, persaingan bahkan pertentangan yang bersifat fisik diantara pelbagai
pihak. Dalam hal ini yang dimaksud adalah antara pihak yang berupaya
mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang berupaya keras mempertahankan apa
yang selama ini telah mereka dapatkan, dan antara pihak yang berupaya keras
untuk mendapatkan nilai-nilai yang sama dengan pihak yang sama-sama
mempertahankan nilai-nilai yang selama ini telah mereka kuasai.52
Fenomena
seperti ini terjadi dalam kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta yang menimbulkan
pro dan kontra. Maka dari itu, teori konflik dianggap relevan dan dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada dengan teori konflik ini.
William Hendricks dalam bukunya yang berjudul bagaimana mengelola
konflik petunjuk praktis untuk manajemen konflik yang efektif. Mengatakan
bahwa konflik adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Konflik melekat erat dalam
jalinan kehidupan. Umat manusia selalu berjuang dengan konflik.53
Konflik
secara sederhana juga dapat diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan
antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua
belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan
52
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 10. 53
William Hendricks, Bagaimana Mengelola Konflik Petunjuk Praktis Untuk Manajemen
Konflik Yang Efektif (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), h. 1.
33
atau mengalahkan atau menyisihkan.54
Di dalam dunia politik: ―tiada lawan yang
abadi dan tiada pula kawan abadi, kecuali kepentingan abadi.‖ Sehingga konflik
kepentingan identik dengan konflik politik. Realitas politik selalu diwarnai oleh
dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Benturan
kepentingan tersebut disebabkan oleh gejala satu pihak ingin merebut kekuasaan
dan kewenangan, di pihak lain terdapat kelompok yang berusaha mempertahankan
dan mengembangkan kekuasaan yang sudah ada di tangan mereka.55
Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan,
seperti kerusuhan, kudeta, terorisme dan revolusi. Konflik mengandung arti
benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar individu
dan individu, kelompok dan kelompok dengan pemerintah. Masing-masing pihak
yang berkonflik berupaya untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber
yang sama, yang kemudian akan menuju kearah kesepakatan dan kekerasan bukan
satu-satunya cara penyelesaian.56
Konflik politik digambarkan secara umum
sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah
individu, kelompok ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan/atau
mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan
pemerintah.57
Pada dasarnya konflik tercipta dari kompetisi memperebutkan akses
54
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 348. 55
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, h. 353. 56
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 191. 57
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, h. 193
34
terhadap otoritas (kekuasaan) dan sumber ekonomi atau kemakmuran dari aktor-
aktor yang berkepentingan.58
Pruitt dan Rubin dalam Teori Konflik Sosial menjelaskan bahwa konflik
terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi
kedua belah pihak dan lebih jauh masing-masing pihak memiliki alasan untuk
percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri
mereka sendiri atau mereka percaya bahwa mereka berhak memiliki obyek
tersebut.59
Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya obyek bernilai
yang dianggap berhak dimiliki oleh masing masing pihak sehingga menimbulkan
konflik.
1. Pengertian Konflik Politik
Dinamika politik yang terjadi dalam sistem politik tentu saja menimbulkan
konflik, dalam hal ini konflik tidak berarti tendensi pada hal yang bersifat
kekerasan. Pada dasarnya politik selalu mengandung konflik dan persaingan
kepentingan. Suatu konflik biasanya berawal dari kontroversi-kontroversi yang
muncul dalam berbagai peristiwa politik, dimana kontroversi tersebut diawali
dengan hal-hal yang abstrak dan umum, kemudian bergerak dan berproses
menjadi suatu konflik.60
Konflik politik merupakan salah satu bentuk konflik sosial, dimana
keduanya memiliki ciri-ciri mirip, hanya yang membedakan konflik sosial dan
58
Syamsul Hadi, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan
Dinamika Internasional, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 272. 59
Dean G. Pruit & Jeffrey Z Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h. 26. 60
Imam Hidayat, Teori-Teori Politik, (Yogyakarta: PA. Nurul Abyadh dan Pustaka
Pelajar, 2002), h. 124
35
politik adalah kata politik yang membawa konotasi tertentu bagi istilah konflik
politik, yakni mempunyai keterkaitan dengan negara/pemerintah, para pejabat
politik/pemerintahan, dan kebijakan.61
Konflik politik adalah suatu kegiatan
kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk menentang keputusan politik,
kebijakan publik dan pelaksanaannya, juga perilaku penguasa beserta segenap
aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur hubungan-hubungan diantara
partisipan politik.62
Sebagai aktivitas politik, konflik merupakan suatu jenis interaksi
(interaction) yang ditandai dengan bentrokan atau tubrukan diantara kepentingan,
gagasan, kebijaksanaan, program, dan pribadi atau persoalan dasar lainnya yang
satu sama lain saling bertentangan.63
Dengan demikian, makna benturan diantara
kepentingan tadi, dapat digambarkan seperti perbedaan pendapat, persaingan dan
pertentangan antara individu dan individu, individu dengan kelompok, kelompok
dengan individu atau individu, kelompok dengan pemerintah.64
Salah satu faktor
yang menggerakkan potensi konflik menjadi terbuka (manifest conflict), menurut
Eric Hoffer adalah faktor keinginan akan perubahan dan keinginan mendapat
pengganti faktor tersebut, suatu saat mampu menggerakkan sebuah gerakan massa
yang bergerak seketika, menuntut perubahan revolusioner.65
Konflik sebagai akibat dari menajamnya perbedaan dan kerasnya benturan
61
Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik, (Jakarta: DIKTI, 2001), h. 19 62
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2010), h.
151 63
Jack C dan Plano, Kamus Analisa Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.
40 64
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2010), h.
149
65
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 150
36
kepentingan yang saling berhadapan, disebabkan oleh beberapa latar belakang
yang ada. Pertama, adanya latar belakang sosial politik, ekonomi dan sosial
budaya yang berbeda dan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Kedua, adanya
pemikiran yang menimbulkan ketidak sepahaman antara yang satu dengan yang
lain. Ketiga, adanya sikap tidak simpatik terhadap suatu pihak, sistem dan
mekanisme yang ada dalam organisasi. Keempat, adanya rasa tidak puas terhadap
lingkungan organisasi, sikap frustasi, rasa tidak senang, dan lain-lain, sementara
tidak dapat berbuat apa-apa dan apabila harus meningggalkan kelompok, berarti
harus menanggung resiko yang tidak kecil. Kelima, adanya dorongan rasa harga
diri yang berlebih-lebihan dan berakibat pada keinginan untuk berusaha sekuat
tenaga untuk melakukan rekayasa dan manipulasi.66
Simon Fisher menjelaskan teori penyebab konflik dalam masyarakat.
Pertama, teori hubungan masyarakat, bahwa konflik yang terjadi lebih disebabkan
polarisasi, ketidakpercayaan (distrust) maupun permusuhan antar kelompok yang
berada ditengah-tengah masyarakat kita. Kedua, teori negosiasi prinsip, bahwa
konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras serta perbedaan
pandangan tentang konflik antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Ketiga,
teori kebutuhan manusia, bahwa konflik yang muncul ditengah masyarakat
disebabkan perebutankebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan fisik, mental
dan sosial yang tidak terpenuhi dalam perebutan tersebut. Keempat, teori identitas,
bahwa konflik lebih disebabkan identitas yang terancam atau berakar dari
hilangnya sesuatu serta penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan. Kelima,
66Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h.124
37
teori transformasi konflik, bahwa konflik disebabkan oleh hadirnya masalah-
masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam ranah kehidupan sosial,
ekonomi, politik dan kebudayaan.67
Konflik politik menegaskan bahwa dalam dinamika politik yang terjadi
dalam sistem politik pada reklamasi Teluk Jakarta telah terjadi kontroversi yang
diakibatkan dari perbedaan pendapat dalam menanggapi hal tersebut. Maka dari
itu dalam turunan teori sistem politik penulis mengambil konflik politik sebagai
pisau analisa dinamika yang terjadi.
C. Konsep Otonomi Daerah
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti
sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan.68
Dalam kaitannya dengan
politik atau pemerintahan, otonomi daerah berarti self government, yaitu
mempunyai kewenangan mengatur (rules making = regelling) dan mengurus
(rules application = bestuur) kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri. Dalam istilah administrasi publik bermakna wewenang membentuk
kebijakan (policy making) dan wewenang melaksanakan kebijakan (policy
executing).69
Otonomi daerah merupakan hak untuk mengatur daerah dengan mandiri,
kemandirian mengurus daerahnya dengan membuat segala peraturan dan
menerapkan pada territorial daerahnya. Suatu daerah yang mendapat hak otonomi
67
Simon Fisher, Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak, (Jakarta:
The British Council Indonesia, 2001), h. 7-8 68
S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2002), h.33 69
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, ed. Revisi,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 25
38
disebut dengan daerah otonom atau daerah yang mandiri. Yang perlu diingat dari
kemandirian mengatur ini adalah daerah otonom masih terikat dengan pemerintah
pusat karena daerah otonom merupakan satu yang tak terpisahkan dari negara
kesatuan. Dapat diartikan kemandirian bukan suatu kemerdekaan.
Daerah otonom adalah bagian dari organisasi jabatan-jabatan negara yang
merupakan suatu kesatuan (yang batas dan wewenangnya hanya meliputi sebagian
tertentu dari wilayah negara yang bersangkutan) yang mempunyai kemandirian.
Kemandirian ini mencakup tiga hal yakni dalam kedudukannya secara
organisatoris terhadap pemerintah pusat, serta tugas dan dalam pembiayaannya.70
Hakikatnya otonomi daerah adalah71
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom.
Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan Pemerintah
(pusat) yang diserahkan kepada Daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan
mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah : penetapan
kebijaksanaan sendiri, dan pelaksanaan sendiri, serta pembiayaan dan
pertanggungjawaban daerah sendiri;
2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah
tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya
itu diluar batas-batas wilayah daerahnya;
70
Abdurrahman SH, ―Beberapa Catatan Disekitar Pelaksanaan Otonomi Nyata Dan
Bertanggungjawab Pada Daerah Tingkat II‖, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, ed.
Abdurrahman, (Jakarta: Media Saran Press, 1987), h. 12 71
S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2002), h. 34-35
39
3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus
rumah tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang
diserahkan kepadanya;
4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan
mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan sub-ordinasi hak mengatur dan
mengurus rumah tangga daerah lain.
Dalam konteks Indonesia, aktualisasi dari otonomi daerah adalah
berdirinya lembaga-lembaga atau instansi daerah, yakni DPRD, Badan
Pertimbangan Daerah, Dinas-dinas Daerah, Bank Daerah, Perusahaan Daerah dan
Lembaga Otonomi lainnya. Hak untuk membuat peraturan sendiri dalam bentuk
Peraturan Daerah (Perda). Hak keuangan sendiri dengan APBD, Pajak Daerah,
Ritribusi. Hak pengangkatan, pemanfaatan dan pemberhentian pegawai untuk
pegawai negeri sipil.72
Hal yang paling penting dari pelaksanaan PU Pemerintahan Daerah atau
daerah otonom, terletak pada pembagian urusan antara pemerintah pusat dan
daerah. Dimana pemerintah daerah otonom menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh
undang-undang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan otonomi dan tugas
72
Ratna Murad, Urusan Rumah Tangga Daerah Otonomi Bertingkat Dan
Permasalahannya, (Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri,
1996), h. 9-10
40
pembantuan. Urusan pemerintahan yang tidak menjadi urusan pemerintah daerah
ialah:73
1. Politik luar negeri;
2. Pertahanan;
3. Keamanan;
4. Yustisi;
5. Moneter dan fiskal nasional; dan
6. Agama;
Dapat diartikan bidang-bidang diluar 6 bidang diatas menjadi urusan
pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya.
Dalam rangka merealisasikan otonomi daerah yang luas dan nyata ini menuntut
pemerintahan daerah yang baik dan mempunyai kinerja optimal. Hal ini
menyangkut pemerintah daerah dan DPRD.
Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan
mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang
saling berhubungan dengan yang lainnya yaitu :74
1. Politik, yakni memahami politik sebagai sebuah proses untuk
membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara
demokratis, dan memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan
yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas.
2. Ekonomi, yakni otonomi daerah disatu pihak harus menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah. Di pihak lain
73
B. N, Marbun, DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2006), h. 24 74
A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an Civic Education;
Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ed. Revisi, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah dan Prenada Media Group, 2014), h. 179
41
mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan
kebijakan lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi di daerahnya.
3. Sosial dan budaya, yakni otonomi daerah harus diarahkan pada
pengelolaan, penciptaan, dan pemeliharaan integrasi dan harmoni sosial. Otonomi
daerah diharapkan dapat mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, bahasa, dan
karya sastra lokal dalam mendorong masyarakat untuk merespons positif
dinamika global.
D. Desentralisasi dan Dekonsentrasi
1. Desentralisasi
Secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin, yaitu ―de‖
yang berarti lepas dan ―centrum‖ yang berarti pusat. Menurut perkataannya,
desentralisasi adalah melepas dari pusat.75
Desentralisasi sebagai suatu sistem
yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi.
Dalam sistem desentralisasi, sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan
kepada pihak lain untuk dilaksanakan.76
Menurut UU No. 5 Tahun 1974 pasal 1
butir bahwa desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari
pemerintah atau daerah tingkat diatasnya kepada daerah menjadi urusan rumah
tangganya. UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 angka 7 dan UU No. 23 Tahun 2014
75
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, (Malang; Setara
Press, 2012), h. 20 76
Hendra Karinga, Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Jakarta;
Kencana, 2013), h.86-87
42
tentang otonomi daerah, mengartikan desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.77
Soleh Suryadi mengutip R. Tresna dalam buku Administrasi Publik dan
Otonomi Daerah, kemudian membagi desentralisasi menjadi dua golongan,
yaitu:78
a. Desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi, yaitu pemberian
kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran
pekerjaan semata.
b. Desentralisasi ketatanegaraan, yaitu pemberian kekuasaan bagi
daerah untuk mengatur di dalam lingkungannya guna mewujudkan azas
demokrasi pemerintahan daerah.
Desentralisasi juga mempunyai manfaat dalam segi pembangunan dan
politik. Kebaikan desentralisasi antara lain :79
a. Meringankan bebam, karena aparat pemerintah pusat tidak perlu
lagi jauh-jauh ke daerah dimana aparat daerah sudah difungsikan dengan baik.
b. Demokratisasi dalam hal masyarakat memilih langsung kepala
daerah dan anggota DPRD.
77
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka
Mandiri, 2010), h. 81 78
Soleh Suryadi, Administrasi Publik Dan Otonomi Daerah, cet. pertama, (Bandung:
Prima Press, 2007), h.82-83 79
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka
Mandiri, 2010), h. 83-84
43
c. Tepat untuk penduduk yang beraneka ragam, karena pemerintah
tidak perlu lagi memaksakan uniformalitas (disamping itu kebhinekaan adalah
kedigjayaan).
d. Menghilangkan kerja yang menumpuk, karena dapat dibagi-bagi
antara pusat dan daerah, dan antara daerah dengan daerah lain.
Berdasarkan pengalaman empiris, desentralisasi mengandung dua unsur
pokok. Unsur yang pertama adalah terbentuknya daerah otonom dan otonomi
daerah. Unsur yang kedua adalah penyerahan sejumlah fungsi pemerintahan
kepada daerah otonom. Dalam negara kesatuan seperti Indonesia, kedua unsur
tersebut dilakukan oleh pemerintah melalui produk hukum dan konstitusi dan
melembaga.80
Teori otonomi daerah ini juga menjadi teori penting dalam
penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam sebuah kebijakan seperti
kebijakan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Teori otonomi daerah dapat
menjawab kekisruhan yang terjadi dalam pambangunan Reklamasi Teluk Jakarta
karena dengan jelas menyebutkan tentang wewenang dan tanggng jawab dari
pemerintah pusat seperti kementrian dan pemerintah daerah seperti Pemprov DKI
Jakarta.
Pembentukan daerah otonom merupakan kelahiran status otonomi yang
didasarkan atas aspirasi dan kondisi objektif dari masyarakat di daerah atau
wilayah tertentu sebagai bagian dari bangsa dan wilayah Nasional Indonesia.
80
HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 18
44
Aspirasi tersebut terwujud dengan diselenggarakannya desentralisasi menjelma
menjadi daerah otonom.81
Penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui sistem desentralisasi yang
ber-intikan pokok atau bertumpu pada otonomi sangat mutlak di dalam negara
demokrasi. Dalam bahasa yang lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa
desentralisasi bukan sekedar pemancaran wewenang, tetapi mengandung juga
pembagian kekuasaan untuk mengatur dan mengurus penyelenggaraan
pemerintahan tingkatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan desentralisasi senantiasa
berkaitan dengan status mandiri atau otonom, maka setiap pembicaraan mengenai
desentralisasi akan selalu dipersamakan atau dengan sendirinya berarti
membicarakan otonomi.82
2. Dekonsentrasi
Definisi ―Dekonsentrasi‖ dalam bebrapa undang-undang tentang
pemerintahan di Indonesia dirumuskan secara singkat, yaitu pelimpahan
wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada para pejabat pemerintah
daerah yang mengepalai suatu wilayah administratif. Bedanya dengan
desentralisasi yang dirumuskan sebagai penyerahan wewenang urusan
pemerintahan kepada pemerintahan otonom.83
Dekonsentrasi berarti delegasi kewenangan pejabat-pejabat Pemerintah
Pusat kepada bawahan yang berada di daerah dan masing-masing mempunyai
daerah jabatan atau wilayah jabatan menurut tingkat-tingkat hirarki yaitu
81
HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, h. 18-19 82
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, (Malang: Setara
Press, 2012), h. 31 83
Stroink, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, penj. Ateng Syarifudin, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2006), h. V
45
kewenangan atau hak untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan atas
inisiatif sendiri mengenai wilayah-wilayahnya. Jadi yang diserahkan kebawah
hanyalah wewenang untuk bertindak dan wewenang untuk mengambil keputusan,
sedangkan tanggung jawab terhadap masyarakat tetap berada pada tangan pejabat
yang tertinggi.84
Dekonsentrasi ini dahulu disebut desentralisasi jabatan. Menurut sendi
dekonsentrasi seluruh wilayah negara dibagi dalam daerah-daerah administratif
atau daerah jabatan yang masing-masing dikepalai oleh wakil pemerintah pusat.
Oleh karena tidak semua tugas pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah
menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urusan pemerintah di
daerah berdasarkan disandarkan pula dengan asas dekonsentrasi. Urusan-urusan
yang dilimpahkan oleh pemerintah ini tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah
Pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaan.85
Oleh
sebab itu, penulis menggunakan konsep desentralisasi dan dekonsentrasi dalam
skripsi ini agar dapat menganalisa dengan baik mengenai wewenang dan tanggung
jawab dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
84
Y. W. Sunindhia, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), h. 18 85
Y. W. Sunindhia, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, h. 20
46
BAB III
KAWASAN REKLAMASI TELUK JAKARTA
A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau DKI Jakarta, secara geografis, terletak
pada posisi 60 12‘ Lintang Selatan dan 106
0 48‘ Bujur Timur. Berada disisi tengah
di bagian barat pulau Jawa, membuat DKI Jakarta dikelilingi oleh beberapa
daerah perbatasan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, DKI Jakarta tentunya memiliki
batas-batas tertentu. Di sebelah selatan dan timur, DKI Jakarta berbatasan dengan
Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Di sebelah
barat, berbatasan dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dan di bagian
utara, DKI Jakarta berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Terkait luas wilayah, seperti yang termuat dalam Keputusan Gubernur
Nomor 1227 Tahun 1989, secara keseluruhan provinsi DKI Jakarta memiliki luas
yang mencapai 7.659,02 km2. Dengan luas perairan seluas 6.997.05 km
2 dan luas
47
daratan yang mencapai 661,52 km2 termasuk dengan luas daratan dari 110 pulau
di Kepulauan Seribu. Sedangkan untuk pembagian wilayah administratif, Provinsi
DKI Jakarta memiliki lima wilayah kota administrasi dan satu kabupaten
administratif, yakni: kota administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat,
Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, serta Kabupaten Administratif Kepulauan
Seribu.86
Dari 6 wilayah administratif tersebut, Provinsi DKI Jakarta tercatat,
memiliki sedikitnya 44 kecamatan dan 267 kelurahan untuk mengkoordinir
penyelenggaraan urusan pemerintah provinsi dengan warga.
Gambar III. A.1 Peta Provinsi DKI Jakarta
Dokumen: Bappenas RI
Sumber: http://simreg.bappenas.go.id/
86
Profil pembangunan DKI Jakarta, diakses pada tanggal 10 Mei 2017 dari situs
http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20Provinsi%203100DKI
%202013.pdf
48
Sementara secara demografis, jumlah penduduk DKI Jakarta di tahun
2016, sudah mencapai 10 juta penduduk. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat,tren jumlah penduduk Jakarta mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Selama enam tahun belakangan, yakni pada
tahun 2010 hingga tahun 2016, persentase rata-rata pertumbuhan penduduk
Jakarta mencapai +/- 1,07 persen. (Lihat Tabel III.A.1)
Tabel III.1
Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2010 -2016
Tahun Jumlah Penduduk
2010 9.640.606 jiwa
2015 10.177.924 jiwa
2016 10.277.628 Wa
Dokumen: Badan Pusat Stastistik
Sumber: https://jakarta.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Provinsi-DKI-
Jakarta-Dalam-Angka-2017.pdf
Namun, jika mengacu pada data terbaru yang dimiliki Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Pemprov DKI Jakarta dalam laman kompas.com,
persentase peningkatan jumlah penduduk justru terjadi di tahun 2013 di angka
2,32 persen lebih banyak dibandingkan pada tahun 2012 silam. Jika di tahun 2012
jumlahnya ada sekitar 9,7 juta penduduk, di tahun 2013 jumlahnya mencapai 9,8
juta penduduk. Di tahun 2014, jumlah penduduk kembali bertambah, sekalipun
tidak terlalu signifikan, yakni 0,27 persen atau menjadi sekitar 10 juta penduduk.
Selanjutnya, pada tahun 2015, peningkatan jumlah penduduk berada di rasio 1,8
49
persen dengan jumlah penduduk 10,1 juta. Sedangkan di tahun 2016, jumlah
penduduk meningkat menjadi 10,3 juta dengan persentase 1,1 persen.87
Memiliiki peran ganda sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi
negara, Provinsi DKI Jakarta tentunya menjadi daerah yang memiliki nilai
startegis. Kesempatan mencari lapangan kerja yang lebih mudah, pendapatan yang
ditawarkan lebih besar, serta kemudahan akses dan mobilitas inilah yang menjadi
faktor utama masyarakat berbondong-bondong datang ke Jakarta. Tak heran jika
setiap tahunnya, jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta terus bertambah.
Jakarta harus bersiap diri menghadapi bonus demografi.
Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, luas wilayah Provinsi DKI
Jakarta pun tak mengalami perluasan wilayah. Berdasarkan analisis dokumen
Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS) menunjukkan perkembangan fisik di
Jakarta khususnya lahan terbangun sudah semakin meluas. Hampir 66,62% luas
daratan Jakarta, didominasi dengan lahan terbangun seperti pemukiman,
bangunan, prasarana dan infrastruktur lainnya. Sedangkan untuk lahan terbuka
justru mengalami keterbatasan. Hanya ada sekitar 33,38% lahan terbangun non
pemukiman, seperti hutan kota, pertanian, taman, jalur hijau, pemakaman dan
lahan kosong lainnya. Adanya keterbatasan lahan inilah yang diindikasikan
menjadi permasalahan yang penting bagi Jakarta dan genting untuk diselesaikan.88
87
David Oliver Purba, Hingga 2016, Tren Pertambahan Jumlah Penduduk Terus Terjadi
di Jakarta, diakses pada tanggal 26 November 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/07/12514301/hingga.2016.tren.pertambahan.jumlah.
penduduk.terus.terjadi.di.jakarta 88
Dokumen Jakarta Coastal Defense Strategy, diakses pada 11 September 2017 dari situs
https://issuu.com/rujak/docs/jcds_-_atlas_30_sept_2011-_ind
50
Mengingat begitu pesatnya perkembangan di Jakarta, kemudian ditambah
lagi dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat, tentunya Jakarta harus
memperoleh solusi untuk memecahkan persoalan ini. Jika tidak segera diatasi,
dikhawatirkan persoalan ini akan menambah beban dan resiko bagi
keberlangsungan perkembangan di Jakarta.89
Sebagai salah satu jalan keluar
keterbatasan lahan, Pemprov DKI Jakarta akhirnya mendorong adanya perluasan
wilayah ke arah utara dan atau ke selatan Jakarta. Namun karena terbatasnya lahan
di daerah perbatasan selatan Jakarta, seperti Bogor dan Sukabumi, membuat
upaya perluasan di selatan Jakarta pun urung dilakukan. Akhirnya, perluasan
wilayah di utara Jakarta pun dipilih, karena dinilai bisa memberikan nilai yang
lebih ekonomis karena lokasinya yang strategis di pesisir utara Jakarta, tepatnya di
Kawasan Pantai Utara Jakarta dengan menggunakan konsep reklamasi.
B. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta
Kawasan Pantai Utara Jakarta atau yang disebut kawasan Pantura,
berlokasi di dalam wilayah kota administratif Jakarta Utara. Secara keseluruhan,
luas kawasan Pantura ini mencapai 5.200 hektar, dengan rincian 2.700 hektar
areal hasil reklamasi Teluk Jakarta, sedangkam sisanya, seluas 2.500 hektar ialah
daratan pantai lama yang direvitalisasi. Kawasan Pantura diperkirakan memiliki
garis panjang pantai mencapai +/- 32 km yang berbatasan dengan pantai
Tangerang di bagian barat dan Pantai Bekasi di bagian timur.
89
Roderick Adrian Mozes, Ledakan Penduduk Jakarta, ancaman yang mengerikan,
diakses pada tanggal 11 september 2017 dari situs
http://properti.kompas.com/read/2017/09/04/160500021/ledakan-penduduk-jakarta-ancaman-
yang-mengerikan-
51
Kawasan Pantura, jika dilihat dari aspek geografis, berpotensial menjadi
kawasan andalan. Kawasan ini dinilai bisa menjadi pusat roda ekonomi karena
lokasinya yang strategis dengan beberapa kegiatan ekonomi. Misalnya saja,
berdekatan dengan pelabuhan, pergudangan dan perdagangan. Tidak hanya itu,
lokasi utara Jakarta juga kaya akan nilai sejarah dan budaya, hal inilah yang juga
bisa menambah potensi kawasan Pantura sebagai objek pariwisata.
Sejauh ini, perkembangan kawasan Pantura sudah mengalami kemajuan
yang pesat dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki skala besar, mulai dari energi,
ekonomi, sosial dan budaya. Contohnya saja seperti PLTU Muara Karang dan
Muara Tawar, pemukiman Pantai Indah Kapuk dan Pantai Mutiara, Pelabuhan
Tanjung Priok, Kawasan Berikat Nusantara Marunda, kawasan rekreasi Jaya
Ancol, Rumah Pitung Marunda dan perdagangan di Glodok.
Meskipun disebut sebagai kawasan yang memiliki potensi kemajuan,
namun, Kawasan Pantura dinilai memiliki sejumlah permasalahan, baik dari
kondisi lingkungan fisik dan sosial ekonomi, seperti pemukiman kumuh, rawan
banjir, pencemaran laut, rob dan abrasi serta permasalahan zonasi perairan laut
yang belum terpadu. Berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jakarta,
pencemaran perairan Teluk Jakarta di tahun 2008 – 2014 menunjukkan adanya
pencemaran berat yang signifikan, mulai dari penecemaran yang sangat berat,
sedang, ringan, dan sangat ringan. Lebih dari 50% tingkat pencemaran didominasi
dengan pencemaran yang sangat berat hingga sedang. Sementara untuk
pencemaran ringan dan sangat ringan terbilang cukup rendah, hanya mencapai
52
15%.90
Pencemaran Teluk Jakarta mengakibatkan rusaknya ekosistem di sekitar
pesisir hingga biota laut di Teluk Jakarta.
Menyikapi ancaman berbagai kerusakan di perairan Teluk Jakarta,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menilai reklamasi Teluk
Jakarta sebagai salah satu opsi jalan keluar yang memungkinkan.91
Selain bisa
kembali memperbaiki ekosistem di pesisir dan biota laut, proyek reklamasi yang
dibayarkan pengembang juga bisa digunakan untuk pembangunan infrasturuktur
yang dibutuhkan masyarakat.
C. Landasan Hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta
Peneliti akan memaparkan peraturan-peraturan yang selama ini menjadi
acuan untuk pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. peraturan-peraturan ini,
kemudian akan di klasifikasikan agar memudahkan para pembaca untuk
mengetahui peraturan mana yang terbentuk lebih dahulu. Pembangunan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau yang sekarang dikenal dengan Reklamasi
Teluk Jakarta memiliki beberapa acuan sebagai landasan hukum. Kebijakan
Reklamasi Teluk Jakarta untuk pertama kalinya justru dicetuskan oleh Presiden
Soeharto pada zaman Orde Baru dengan semangat pembangunan nasional.
Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akhirnya
mengeluarkan kebijakan yang terus mendukung mandat dari presiden. Berikut
adalah landasan hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta:
90
Tingkat Pencemaran Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Presentasi Indeks
Keragaman, diakses pada tanggal 20 November 2017 dari situs
http://data.jakarta.go.id/dataset/tingkat-pencemaran-perairan-teluk-jakarta-berdasarkan-persentasi-
indeks-keragaman/resource/9e27fb10-57df-4e9d-aa67-e7c3fe12f501# 91
Menanti Perbaikan Ekosistem Teluk Jakarta, diakses pada tanggal 30 November 2017
dari situs https://nasional.tempo.co/read/news/2017/03/29/285860663/menanti-perbaikan-
ekosistem-teluk-jakarta
53
1. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994
Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, pemerintah Indonesia terus
mengamabil langkah dan kesempatan untuk terus membangun negara. Setelah
berhasil dengan beberapa kali Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Rapelita,
di tahun 1994 Pemerintah melalui Presiden bersepakat untuk kembali membangun
negara. Tepat pada tanggal 22 Maret 1994, Pemerintah secara resemi
mengeluarkan Keputusan Presiden berkaitan dengan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) Ke VI yang dimulai dari tahun 1994 dan berakhir di tahun
1998. Dalam isi Keppres ini disebutkan, bahwa pembangunan ini merupakan
kelanjutan pembangunan jangka panjang yang sebelumnya telah berhasil selama
25 tahun pertama. Dikeluarkannya Keppres ini merupakan salah satu tindak lanjut
dari adanya saran dan masukan Dewan Perwakilan Rakyat kala itu. Repelita VI
ini juga menjadi perwujudan adanya keinginan pemerintah bersama dengan
perwakilan rakyat untuk melakukan pembangunan secara nasional dalam jangka
lima tahun.
Ada beberapa hal yang menjadi fokus utama dari Repelita VI, seperti
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi dan perubahan
struktur ekonomi Indonesia hingga memantapkan stabilitas ekonomi negara.
Beberapa bidang yang menjadi sorotan tentunya dimulai dari bidang ekonomi,
kesejahteraan rakyat dan bidang agama. Ekonomi dinilai menjadi poin strategis
dalam rencana pembangunan ini. Merajuk pada pembangunan di bidang ekonomi
tersebut, Pemerintah Indonesia, secara jelas menyebutkan wilayah Kawasan
Pantai Utara bisa menjadi salah satu kawasan andalan milik negara. Lokasi yang
54
strategis, dinilai bisa memberikan nilai tambah bagi stabilitas ekonomi negaera.
Inilah awal mula aturan perjalanan Reklamasi Kawasai Pantai Utara. Namun
sayangnya peraturan ini tidak menyebutkan dan menjelaskan secara rinci
bagaimana mekanisme pembangunan itu, dan bagaimana dengan persyaratan yang
harus dilengkapi untuk melakukan pembangunan Reklamasi.
2. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995
Menindaklanjuti adanya aturan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994
tentang Kawasan Andalan, Presiden Soeharto kala itu menilai Jakarta kekurangan
lahan dan perlu adanya penambahan luas daratan Ibukota. Dalam perencanaan
awal, reklamasi Teluk Jakarta direncanakan akan menambah luasan hingga 2700
hektar dan memajukan daerah di Utara Jakarta sebagai Kawasan Andalan.
Dalam Keppres ini, Kawasan Andalan disebutkan secara jelas bahwa
Kawasan Pantai Utara menjadi salah satu fokus pemerintah untuk dijadikan
kawasan yang memiliki peranan strategis baik untuk perkembangan kota Jakarta
hingga aspek ekonomis. Keppres ini juga dinilai menjadi salah satu landasan
hukum pengaturan reklamasi Teluk Jakarta. Keppres yang dikeluarkan pada 13
Juli 1995 ini menyebutkan bahwa Reklamasi Pantai Utara Jakarta disebut juga
sebagai Reklamasi Pantura dilakukan di bagian Kotamadya Jakarta Utara,
khususnya di bagian daratan pantai utara Jakarta dan areal perairan yang berlokasi
di utara Jakarta.
Gambar III. 1
55
Peta Kawasan Pantai Utara Jakarta
Dokumen Bappenas, Keppres No. 52 Tahun 1995
Sumber:
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/108924-[_Konten_]-
Keputusan%20Presiden%20no%20%2052%20%20%20tahun%201995.pdf
Berbeda dengan peraturan yang sebelumnya, Keputusan Presiden Nomor
52 Tahun 1995selain mengatur terkait lokasi reklamasi Pantura, Keppres ini juga
mengatur hal yang penting, yakni berkaitan dengan pemangku kepentingan dari
pengerjaan reklamasi Pantura. Pada pasal 4, tertulis bahwa Gubernur DKI Jakarta
memiliki wewenang dan tanggung jawab selama proses Reklamasi Pantura. Tidak
hanya itu, Presiden juga menyebutkan penyelenggaraan reklamasi Pantura
mengharuskan dibentuknya Badan Pelaksana yang diisi oleh Pemerintah Provinsi
DKI. Sedangkan Pemerintah Pusat hanya ditugaskan menjadi pengarah dari
penyelenggaraan reklamasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional atau Kepala Bappenas sebagai Ketua Tim Pengarah. Sementara Anggota
Tim Pengarah diisi dengan beberapa Menteri, seperti Menteri Perhubungan,
Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
56
Menteri Negara Agraria. Yang perlu dicatat, dalam Keppres ini juga tertuang
terkait dengan regulasi yang dilakukan oleh Badan Pengendali, salah satunya
kerjasama usaha dengan pihak lain dan diatur oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai
Ketua Badan Pelaksana.
Keppres ini juga menyebutkan, hasil pengelolaan dari reklamasi diberikan
Hak Pengelolaanya kepada Pemreintah Provinsi DKI Jakarta. Ini artinya,
Pemprov DKI Jakarta memiliki hak penuh dalam mengelola hasil dari areal
reklamasi Pantura, sesuai dengan pembagian zona yang telah diatur dalam
Lampiran Keppres ini. Meski memiliki hak pengelolaan, namun ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh Badan Pengelola, seperti adanya pembangunan demi
kepentingan publik. Mulai dari kepentingan pelabuhan, lingkungan kawasan
pantai hutan bakau, kepentingan nelayan dan fungsi lainnya. Pembiayaan
penataan Reklamasi Pantura juga disebutkan bahwa itu adalah tanggung jawab
dari Badan Pelaksana, dalam hal ini adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
3. Peraturan Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995
Kebijakan penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Pantai Utara Jakarta, untuk pertama kalinya diatur melalui Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 1995. Peraturan daerah ini merupakan salah satu tindak lanjut
dalam menanggapi Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994 tentang Kawasan
Pantai Utara Jakarta sebagai kawasan andalan. Dalam Perda tersebut,
penyelanggaraan reklamasi dan rencana tata ruang
Kawasan Pantura Jakarta memiliki beberapa poin tujuan yakni:
57
a. pemanfaatan ruang yang berkualitas sebagai kota pelayanan yang
strategis dan memiliki daya saing tinggi dalam perkembangan dunia
b. pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan
c. terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan
dengan memperhatikan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya serta
kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah
d. mengendalikan pertumbuhan kota Jakarta ke arah selatan untuk
melindungi wilayah Selatan sebagai wilayah resapan air
Selain mencantumkan tujuan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta, dalam
Perda tersebut juga disebutkan bahwa penyelenggaraan reklamasi lautdilakukan
secara terpadu melaui kerjasama antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak
ketiga yang saling menguntungkan sebagai mitra atau yang biasa disebut dengan
cross subsidy.
Gambar III.3
Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta
58
Dokumen Lembaga Bantuan Hukum
Sumber: http://www.lembagabantuanhukum.org/wp-
content/uploads/2016/08/Perda-DKI-No.-8-Tahun-1995.pdf
Perencanaan secara komprehensif sebagai panduan pembangunan juga
dituangkan dalam Perda ini termasuk Rencana Sub-Kawasan Pantura Jakarta. Sub
Kawasan Pantura Jakarta terbagi dalam tiga kawasan yaitu ;
a. Sub-Kawasan Timur
Untuk kawasan Timur, meliputi sebagian daratan di wilayah Kecamatan
Tanjung Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Cilincing dan areal reklmasi bagian
Timur. Pembangunan di kawasan Timur akan dikembangkan sebagai salah satu
pusat distribusi barang, pelabuhan, industri, pergudangan serta pemukiman
sebagai penunjang ekonomi di Teluk Jakarta.
b. Sub-Kawasan Tengah
Sedangkan untuk kawasan tengah, meliputi sebagian daratan di wilayah
Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, sebagian Kecamatan Tanjung
Priok dan areal reklamasi bagian Tengah. Berbeda dengan sub-kawasan Barat,
Sub-Kawasan Tengah Reklamasi Teluk Jakarta nantinya akan dikembnagkan
sebagai salah satu pusat distrik perdagangan dan jasa dengan skala internasional.
Selain itu, pada kawasan ini juga direncanakan akan dibangun pusat rekreasi dan
wisata.
c. Sub-Kawasan Barat
Sementara untuk sub-kawasan barat, hanya meliputi sebagian daratan
Kecamatan Penjaringan dan areal reklamasi dibagian Barat. Untuk fungsinya,
sub-kawasan Barat akan dikembangkan sebagai kawasan pemukiman penduduk
59
Jakarta dan kegiatan komersial. Tidak hanya itu dalam sub kawasan ini, akan
dibangun fasilitas bagi pemerintahan, ruang terbuka hijau dan perumahan nelayan
di bagian daratan pantai.
Selain perencanaan kawasan reklamasi yang telah dibagi menjadi tiga sub
kawasan, dalam Perda ini tercantum bahwa akan ada perencanaan pengembangan
sistem jaringan dan transportasi terpadu yang bisa diakses secara mudah, baik dari
sekitar areal reklamasi dan daerah daratan di luar areal reklamasi.
Penyelenggaraan reklamasi pun diatur oleh Kepala Daerah, dalam hal ini adalah
Gubernur DKI Jakarta dengan membentuk Badan Pelaksana Reklamasi atau BPR
Pantai Utara Jakarta. Sebagai pelaksana pengembangan reklamasi, BPR berperan
dan bertanggung jawab penuh pada beberapa hal, seperti perencanaan, perizinan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian teknis reklamasi. Tidak berhenti
disitu, BPR juga bertanggung jawab untuk merevitalisasi atau penataan kembali
daratan Pantai Utara Jakarta, mulai dari revitalisasi lingkungan, relokasi gudang
dan perumahan, peremajaan kota hingga sistem pengendalian banjir.
4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030
Menindaklanjuti landasan hukum yang sudah dibuat oleh Pemerintahan
sebelumnya, di tahun 2010, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali
mengeluarkan landasan terkait Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 atau sering
disebut RTRW 2030. Ini merupakan landasan baru setelah berakhirnya Rencana
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta di tahun 1999 - 2010 yang telah berjalan kurang
lebih 10 tahun. Kebijakam RTRW 2030 mengatur dengan jelas bagaiamana
60
rencana penataaan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sepanjang tahun
2010 hingga tahun 2030 mendatang.
Rancangan Tata Ruang Wilayah 2030 memiliki beberapa tujuan khusus,
dengan fokus utama pembangunan ibukota yang mampu memberikan
kenyamanan, berkelanjutan untuk dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Selain
itu, beberapa tujuan RTRW ini juga mencakup tentang ruang wilayah,
pemanfaatan kawasan, keterpaduan penataan ruang wilayah dan pesisir hingga
terciptanya budaya Jakarta yang sejajar dengan negara lainnya.
D. Jalan Panjang Reklamasi Teluk Jakarta
Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta bukanlah hal yang baru atau asing
untuk dibicarakan. Pembangunannya pun tak mudah untuk dilakukan. Wacana
Reklamasi Teluk Jakarta memiliki sejarah yang begitu panjang, mulai dari
pemerintahan dibawah Presiden Soeharto pada masa orde baru hingga saat ini
pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di era reformasi. Sebuah wacana
pembangunan sudah tentu menuai pro dan kontra disertai dampak positif dan
negatif apa yang akan terjadi jika pembangunan tetap dilakukan. Sama halnya
dengan wacana pembangunan reklamasi, sekalipun beberapa kebijakan sudah
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, namun
pertentangan atas wacana reklamasi masih terjadi.
1. Reklamasi Teluk Jakarta di Orde Lama
Wacana pembangunan reklamasi berawal dari adanya keinginan
Pemerintah Pusat untuk terus melakukan pembangunan dalam skala nasional.
Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita periode 1994 hingga tahun
61
1999 disebutkan bahwa pembangunan akan dilakukan di beberapa penjuru daerah.
Provinsi DKI Jakarta, pada saat itu masuk menjadi salah satu daerah yang
ditargetkan oleh pemerintah. Hal ini tentunya untuk memberikan penambahan
nilai ekonomi bagi daerah-daerah tersebut. Reklamasi Teluk Jakarta pertama kali
muncul dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994, yang masuk
sebagai Kawasan Andalan. Baru di awal saja, wacana pembangunan reklamasi
Teluk Jakarta sudah mendapatkan penolakan dari berbagai pihak karena dinilai
akan merusak ekosistem lingkungan dan akan berpengaruh bagi warga di sekitar
pesisir Teluk Jakarta.
Di tahun selanjutnya, Presiden Soeharto kembali menegaskan wacana
reklamasi di dua daerah, yakni Reklamasi Teluk Jakarta dan Reklamasi Teluk
Naga Tangerang. Penegasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat kala itu dengan
menerbitkan adanya Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995, dengan harapan
bisa mematangkan proyek pembangunan reklamasi di dua daerah tersebut. Seperti
yang sudah di bahas pada bagian atas, Keppres yang ditetapkan pada 13 Juli 1995
ini menjadi dasar hukum kuat bahwa reklamasi diperbolehkan dan harus tetap
dijalankan. Hal ini tentunya juga berkaitan dengan tujuan dari Presiden Soeharto
untuk menjadikan Jakarta sebagai Kota Modern.
Sebagai tindak lanjut dari Keppres yang dikeluarkan Presiden Soeharto,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun turut mendukung pembangunan Reklamasi
Teluk Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura
Jakarta. Perda ini memberikan paparan yang cukup lengkap tentang bagaimana
62
selanjutnya tentang teknis pembangunan reklamasi dan rencana tata ruang wilayah
di kawasan Pantura Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kala itu
dipimpin oleh Soerjadi Soerdirdja (1992 -1997) mendukung penuh Pemerintah
Pusat dalam wacana pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
Di tahun yang sama, wacana pembangunan Reklamasi teluk Jakarta
mendapat kecaman dari dalam tubuh Pemerintahan, khususnya dari Kementerian
Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup menilai adanya
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta memiliki dampak yang buruk bagi
ekosistem, baik biota laut ataupun pesisir Pantai Utara Jakarta. Sehingga
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta sangat tidak layak untuk dilanjutkan.
Seakan tak menggubris komentar Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah
Pusat pun tak urung menjalankan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta yang
berkesinambungan.
Lagi-lagi, wacana pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta menimbulkan
pertanyaan publik, khususnya terkait dengan dasar hukum pembangunannya. Dua
kebijakan yang dikeluarkan baik melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995 dan
Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantura Jakarta dinilai tidak sesuai
dengan Rencana Umum Tata Ruang Jakarta tahun 1985 – 2005. Hal ini
dikarenakan tidak ada wacana pembangunan reklamasi dalam penataan tata ruang
wilayah DKI Jakarta.
2. Reklamasi Teluk Jakarta Pasca Orde Baru
Sayangnya, perjalanan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta tidak
berjalan mulus. Pasca Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden ditambah
63
dengan krisis moneter yang dialami Indonesia, pembangunan reklamasi Teluk
Jakarta harus tertunda. Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan tentu
membuat lesu perekonomian sehingga investor memilih negara lain untuk
berinvestasi. Pembangunan nasional pun terhambat, beberapa pengerjaan proyek
skala nasional juga berhenti. Krisis moneter pada tahun 1998 - 1999 tentu
mengubah susunan perjalanan pembangunan nasional yang termaktub dalam
Repelita oleh pemerintahan Orde Baru termasuk pembangunan Reklamasi Teluk
Jakarta. Selain permasalahan tidak ada biaya pembangunan, reklamasi Teluk
Jakarta terus ditentang dari berbagai pihak termasuk Kementerian Lingkungan
Hidup. Meski demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap bersikeras untuk
meneruskan Reklamasi Teluk Jakarta pada tahun 1995.
Rencana pembangunan Reklamasi pun terus digencarkan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui sejumlah kebijakan. Apalagi kala itu, tongkat
pemerintahan berada di tangan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta yang memerintah
selama dua periode, yakni dari tanggal 6 Oktober 1997 hingga 6 Oktober 2002
dan 6 Oktober 2002 hingga 7 Oktober 2007. Kebijakan soal reklamasi Teluk
Jakarta terus digencarkan melalui beberapa langkah kebijakan yang signifikan.
Di tahun 1999, Pemerintah Provinsi bersama dengan DPRD DKI Jakarta,
pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso akhirnya mengeluarkan Peraturan
baru, yakni berkaitan dengan Peraturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah atau
RTRW di daerah DKI Jakarta. Dalam peraturan ini disebutkan, bahwa reklamasi
Teluk Jakarta, masuk dalam perencanaan tata ruang dan wilayah DKI Jakarta
dalam beberapa tahun kedepan. Ini tentunya mengubah apa yang sudah diatur
64
dalam Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta tahun 1995 yang juga sempat
menjadi perdebatan.
Dalam Perda RTRW Tahun 1999 disebutkan bahwa peraturan ini
merupakan tindak lanjut dari adanya Peraturan Pemerintah Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang dikeluarkan Presiden Soeharto. Hal
ini tentunya untuk mebuat kajian strategis tentang pembangunan Provinsi DKI
Jakarta yang mencakup lima kotamadya. Peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah
DKI Jakarta merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan
ruang wilayah nasional ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang.
Perda ini juga menyebutkan ada beberapa isi Rencana Tata Ruang
Wilayah DKI Jakarta, baik dari rencana penyebaran penduduk, pengembangan
aktivitas kota, pengembangan sistem sarana prasarana dan intensitas ruang. Tidak
hanya menuliskan tentang rencana pembangunan di 5 kotamadya saja, Perda ini
juga menuliskan tentang pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Pada pasal 61
poin b, tertulis bahwa perencanaan reklamasi Teluk Jakarta dikhususkan untuk
pembangunan pemukiman bagi kelas menengah ke atas.
Di tahun 2003, lagi-lagi pembangunan reklamasi Teluk Jakarta menuai
protes dari Kementerian Lingkungan Hidup. Melalui Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003, menyatakan bahwa Rencana Kegiatan
Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta tidak layak. Hal ini dikarenakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak dapat memenuhi kaidah penataan ruang
dan teknologi yang sesuai dengan analisa dampak lingkungan atau AMDAL.
Adanya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup ini pun terus bertambah panjang
65
dengan adanya kehadiran pihak kontra. Hal inilah yang dinilai merugikan bagi
pengembang. Pasalnya, para pengembang merasa terhambat dalam melakukan
permohonan izin kepada pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan
menimbulkan kerugian yang besar bagi penggugat.
Di tahun 2007, enam pengembang yang mendapatkan hak reklamasi pun
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk membatalkan
Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keenam pengembang
tersebut ialah, PT Bakti Bangun Era Mulia, PT Taman Harapan Indah, PT
Manggaka Krida Yudha, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, PT Pembangunan
Jaya Ancol dan PT Jakarta Propertinda. Gugatan tersebut dilayangkan karena
Menteri Negara Lingkungan Hidup dinilai merumuskan kebijakan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perbuatan
yang melampaui batas dan perbuatan sewenang-wenang. Akhirnya, Pengadilan
pun memutuskan bahwa surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
14 Tahun 2003 dinyatakan tidak sah dan mewajibkan tergugat, dalam hal ini
Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencabut surat tersebut.
Tidak berhenti disitu, setelah kalah dalam pengadilan Tata Usaha Negara,
Kementerian Lingkungan Hidup kembali mengajukan Banding ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara terkait dengan putusan tersebut. Namun lagi-lagi
Kementerian Lingkungan Hidup harus berbesar hati karena gugatannya kembali
kalah. Di tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup akhirnya pun memutuskan
untuk mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terkait dengan putusan
incracht dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pada Juli 2009, akhirnya
66
Mahkamah Agung memutuskan untuk mengabulkan kasasi tersebut yang
menyatakan bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta telah menyalahi Analisis
Dampak Lingkungan atau Amdal yang berlaku.
Dua tahun berselang setelah Mahkamah Agung mengabulkan kasasi
Kementerian Lingkungan Hidup, Mahkamah Agung melakukan Peninjauan
Kembali atau PK dalam putusannya.92
Di tahun 2011, keadaan justru berbalik.
Mahkamah Agung justru menyatakan bahwa pembangunan proyek reklamasi
Pantai Utara Jakarta adalah hal yang legal dan diperbolehkan oleh hukum.
Putusan inilah yang menjadi pertanyaan sejumlah pihak bagaimana dengan
pembangunan mega proyek tersebut.
Meskipun telah mendapatkan lampu hijau secara legalitas, namun proyek
pembangunan reklamasi Teluk Jakarta tentunya bukan hal mudah bagi Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai penyelenggara pembangunan proyek
reklamasi, seperti Analisis Dampak Lingkungan yang terbaru dan juga Dokumen
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pantai Utara Jakarta. Ini tentunya
memerlukan waktu yang cukup banyak untuk kembali memperhitungkan dan
mengkaji dampak lingkungan dari proyek tersebut.
Pengembangan proyek reklamasi Teluk Jakarta seolah semakin diperkuat
dengan adanya aturan-aturan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, yang
kala itu dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di tahun 2007,
Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang
92
Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 12 PK/TUN/2011 Tahun 2011 diakses pada
tanggal 12 september 2017 dari situs
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/03a5c75077d3b684d7390131b62c4421
67
menyatakan bahwa pengelolaan ruang, baik udara dan laut memiliki aturan
undang-undang tersendiri. Selain itu, di tahun yang sama, tepatnya pada Juli 2007,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengesahkan Undang-Undang
Nomo 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau
Kecil. Undang-undang mengatur terkait dengan pengelolaan pesisir dan pulau
kecil mulai dari perencanaan, pemanfaatan, pengelolaan, pengendalian dan
pengawasan. Dalam undang-undang tersebut, ruang lingkup tentang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan secara rinci yakni meliputi daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat
dan laut yang mana ke arah darat ini mencakup wilayah administrasi kecamatan
dan ke arah laut sepanjang 12 mil diukur dari garis pantai. Undang-undang ini
juga mengatur secara jelas bahwa pemerintah memberikan hak pengelolaan
perairan dan pesisir bagi para pengusaha dalam bentuk Hak Pengusahaan Perairan
Pesisir atau HP3 dengan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, baik secara
adminsitratif maupun secara teknis. Selain pengaturan soal persyaratan, undang-
undang ini juga menjelaskan adanya larangan, pengawasan hingga sanksi pidana
bagi siapapun yang melakukan pelanggaran atas undang-undang.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (UU-WP3K) ini pun akhirnya disahkan oleh DPR RI sebagai
langkah acuan pembangunan dengan skala nasional. Diterbitkannya undang-
undang ini, kembali memberikan penguatan bahwa reklamasi pantai
diperbolehkan dengan syarat dan ketentuan khusus. Pemerintah menilai dengan
adanya Undang-undang ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
68
menjaga keutuhan Negara. Meskipun undang-undang ini disahkan, namun tak
sedikit rakyat yang menolak aturan ini. Hal ini dikarenakan pemerintah dinilai
mendukung hak korporasi untuk mengeruk dan mengeksploitasi kekayaan
Negara.93
Tidak lebih dari setahun, di bulan Maret tahun 2008, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono kembali menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 yang mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
menetapkan Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu
sebagai Kawasan Startegis Nasional.94
Adapun PP ini dibuat adalah sebagai
arahan kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan ruang wilayah Negara. Daerah
Jabodetabek – Punjur atau Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi Puncak dan
Cianjur dinilai pemerintah memiliki potensi yang besar dalam berbagai aspek,
mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan hingga warisan dunia. Pemerintah pun
menilai dengan adanya aspek-aspek tersebut, kawasan Jabodetabek-Pumjur
mampu memberikan implikasi dalam skala nasional. Tidak hanya itu saja, rencana
pembangunan kawasan strategis nasional Jabodetabek – Punjur, secara geopolitik
menjadi potret dari sistem pembangunan. Ini artinya keberhasilan pembangunan
Kawasan Jabodetabek – Punjur dianggap menjadi cerminan keberhasilan
pembangunan di Indonesia.95
93
Chalid Muhammad, Drma Haru SBY, diakses pada taggal 12 september 2017 dari situs
http://nasional.kompas.com/read/2010/10/30/0434159/drama.haru.sby 94
Lampiran X Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008,diakses pada tanggal 13
september 2017 dari situs http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2017/pp13-2017bt.pdf 95
Rencana Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR : Upaya Menyeimbangkan
Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup, diakses pada tanggal 13
september 2017 dari situs http://tataruang.atr-
bpn.go.id/Bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=110
69
Kawasan Jabodetabek – Punjur sebagai Kawasan Startegis Nasional terus
didorong oleh Pemerintah Pusat. Di tahun yang sama, Pemerintah melalui
Peraturan Presiden kembali mengatur pembangunan kawasan ini termasuk
keberlanjutan kawasan Reklamasi Teluk Jakarta. Melalui Peraturan Presiden
Nomor 54 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang
Bekasi Puncak dan Cianjur, sejumlah aturan baik dari perencanaan, pembangunan
hingga pengawasan kawasan tersebut diatur dengan jelas. Jangka waktu rencana
pembangunan Kawasan Startegis Nasional Jabodetabek – Punjur pun telah
ditetapkan yakni selama 20 tahun dengan peninjauan satu kali dalam kurun waktu
lima tahun. Dengan diberlakukannya Peraturan Presiden ini, ada beberapa
Keputusan Presiden yang juga diberlakukan sebagai bentuk pelaksanaan.
Misalnya saja, Keppres Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang
Kawasan Bogor – Puncak – Cianjur, Keppres Nomor 1 Tahun 1997 tentang
Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol, Keppres Nomor 52 Tahun 1995
tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Keppres Nomor 73 Tahun 1995
tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga Tangerang.96
Dengan berlakunya Peraturan
Presiden sekaligus beberapa Keppres tersebut, terutama Keppres soal Reklamasi
Teluk Jakarta, ini artinya pemerintah terus mendukung pembangunan pulau-pulau
buatan di bagian utara Jakarta.
Menindaklanjuti adanya arah kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah
melalui Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden, maka di tahun 2010,
sejumlah pemangku kepentingan, baik dari jajaran pemerintah melalui
96
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabek Punjur Pasal 70,
70
Kementerian, Pemerintah Daerah dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, serta
sejumlah pemangku kepentingan sepakat untuk bersama-sama mengkaji
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Kajian Lingkungan Hidup Strategis atau
KLHS Teluk Jakarta diperlukan untuk mencari solusi yang mampu
mengakomodir seluruh kepentingan, baik dari lingkungan, ekonomi dan sosial
untuk disepakati oleh seluruh pihak. Selain itu, hasil dari pembahasan kajian ini
pada akhirnya akan merumuskan rekomendasi-rekomendasi dari beberapa isu
strategis dari seluruh aspek.
Menanggapi adanya KLHS Teluk Jakarta terbaru, kemudian ditambah lagi
dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008, serta adanya dinamika
perkembangan DKI Jakarta, Fauzi Bowo kembali mengeluarkan Peraturan Daerah
terkait dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah terbaru. Dalam Perda Nomor 1
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta tahun 2030
ini, Pemprov DKI Jakarta secara jelas telah melihat adanya dinamika
perkembangan dan tantangan dalam menata ruang wilayah Jakarta. Adapun
beberapa prinsip yang dipegang dalam RTRW 2030 ini ada tiga hal. Pertama,
tidak hanya melakukan pembangunan Jakarta dengan biasa saja tetapi dengan
menyelenggarakan dengan konsep pengelolaan pertumbuhan. Kedua, dalam
penataan tata ruang wilayah 2030, Pemprov DKI Jakarta akan mengacu pada basis
perencanaan fungsional yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai kawasan
Megapolitan Jabodetabekpunjur yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Ketiga,
yakni adanya perubahan konsep ‗stakeholders‘ menjadi ‗shareholder’, yang
artinya semua pihak bisa bermitra termasuk masyarakat untuk terlibat langsung
71
dalam melakukan penataan wilayah. Perda RTRW DKI Jakarta 2030 menjadi
pedoman pembangunan Jakarta dalam jangka panjang dan menengah serta
pembangunan Jakarta, termasuk didalamnya rencana pembangunan reklamasi
Teluk Jakarta sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional.97
Dengan
disahkannya Perda tentang RTRW DKI Jakarta 2030 ini maka mengubah adanya
peraturan yang termaktub dalam Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta.
Perda ini disahkan oleh Pemerintah Daerah pada tanggak 12 Januari 2012 silam.
Setelah delapan bulan berselang, ditahun yang sama, tepatnya pada
tanggal 19 September 2012, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan
Gubernur kembali menetapkan adanya Penataan Ruang Kawasan Reklamasi
Pantai Utara Jakarta dengan pencatatan Pergub DKI Jakarta Nomor 121 Tahun
2012. Dalam Pergub ini, penataan reklamasi Teluk Jakarta dituliskan secara
lengkap, termasuk rencana pembangunan 17 pulau, dengan penamaan dari abjad
A hingga Q. Sesuai dengan arahan yang tertulis di dalam Pergub di Bab III
tentang Arahan Pengembangan Kawasan Reklamasi dibagi menjadi tiga sub,
yaitu:
a. Sub - Kawasan Barat yang terdiri dari delapan pulau, mulai dari
pulau A hingga Pulau H dengan peruntukkan sebagai kawasan perumahan
horizontal vertikal, kawasan pariwisata, kawasan perkantoran, perdagangan dan
perkantoran secara terbatas
97
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta 2030
72
b. Sub – Kawasan Tengah yang terdiri dari empat pulau, yakni pulau
I hingga pulau M dengan peruntukkan sebagai kawasan perkantoran, perdagangan
dan jasa skala internasional, pusat pariwisata dan kawasan perumahangorizontal
vertikal
c. Sub-Kawasan Timur yang terdiri dari 4 pulau, yaitu pulau N
hingga Q dengan fungsi sebagai pusat pelabuhan, industri, pergudangan dan
kawasan perumahan horizontal vertikal.
Gambar III.4
Peta Renacana Reklamasi Teluk Jakarta
Dokumen Litbang “Kompas”
Sumber: https://kompas.id/wp-content/uploads/2017/11/20171110-lhr-
reklamasi.jpg
Selain penjelasan tentang pemanfaatan fungsi dari masing-masing pulau,
di Pergub ini juga menjabarkan tentang apa saja indikasi program utama dari
masing-masing pulau misalnya untuk pembangunan kawasan apa saja yang akan
dilakukan. Kemudian, Pergub ini juga mencantumkan ketentuan koefisien dasar
untuk bangunan, lantai bangunan dan ketinggian bangunan per pulau reklamasi
termasuk juga dengan kegiatan apa saja yang diizinkan, tidak diizinkan dan
dibatasi. Sesuai dengan harapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pembangunan
73
reklamasi 17 pulau yang ditetapkan, setidaknya bisa melakukan penyebaran
penduduk sebanyak 750.000 jiwa.98
Adapun yang menjadi ketentuan penting
dalam Pergub ini ialah terkait dengan ketentuan perizinan pembangunan
reklamasi.
Berdasarkan data yang tercatat Badan Perencana Pembangunan Daerah
(Bappeda) DKI Jakarta, ada Sembilan pengembang yang mendapatkan
pembanguanan 17 pulau reklamasi Teluk Jakarta. Berikut daftar pengembang
berikut pulau yang akan dikembangkan:
Tabel III.2
Perusahaan dan Pulau Reklamasi Teluk Jakarta
Pulau Luas Pengembang
A 79 Ha PT Kapuk Naga Indah
B 380 Ha PT Kapuk Naga Indah
C 276 Ha PT Kapuk Naga Indah
D 312 Ha PT Kapuk Naga Indah
E 284 Ha PT Kapuk Naga Indah
F 190 Ha PT Jakarta Propertindo
G 161 Ha PT Muara Wisesa Samudra
H 63 Ha PT Taman Harapan Indah
I 405 Ha PT Jaladri Eka Paksi
J 316 Ha PT Pembangunan Jaya Ancol
K 32 Ha PT Pembangunan Jaya Ancol
L 481 Ha PT Manggala Krida Yudha
M 587 Ha PT Manggala Krida Yudha
N 411 Ha PT Pelindo II
O 344 Ha Pemprov DKI Jakarta
P 483 Ha Pemprov DKI Jakarta
Q 369 Ha Pemprov DKI Jakarta
Dokumen Bappeda Prov. DKI Jakarta
Pasca mengeluarkan Perda soal RTRW DKI Jakarta 2030, Gubernur DKI
Jakarta kala itu, Fauzi Bowo juga memberikan izin prinsip reklamasi kepada
98
Hasil kumulatif dengan perhitungan manual sesuaiTabel 1 Nama Pulau, Luas Pulau,
dan Persebaran Penduduk - Lampiran I Pergub DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 tentang
Penataan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta,
74
beberapa pengembang kawasan reklamasi Teluk Jakarta melalui 4 surat
Gubernur. Berikut adalah daftar surat yang dikeluarkan Gubernur Fauzi Bowo
dalam mengembangkan proyek Reklamasi Teluk Jakarta:
1. Surat Gubernur Nomor 1571/-1.711 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau 2A kepada PT Kapuk Niaga Indah di tahun 2007
2. Surat Gubernur Nomor 1491 Tahun 2010 tentang Izin Pelaksanaan
Reklamasi Pulau 2A
3. Surat Gubernur Nomor 804/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau 1 dan 2B kepada PT Kapuk Niaga Indah pada 21 Juni 2012
4. Surat Gubernur Nomor 1289/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau A dan B kepada PT Kapuk Niaga Indah pada September 2012
5. Surat Gubernur Nomor 1417 Tahun 2012 tentang Perizinan
Pelaksanaan Reklamasi Pulau 1A dan 2B kepada PT Kapuk Niaga Indah
6. Surat Gubernur Nomor 1281/-1794.2 Tahun 2012 tentang
Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau O atas nama PT Kawasan Ekonomi Khusus
Marunda
7. Surat Gubernur Nomor 1283/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau M kepada PT Manggala Krida Yudha
8. Surat Gubernur Nomor 1296/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Pulau L untuk PT Pembangunan Jaya Ancol
9. Surat Gubernur Nomor 1290/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau F kepada PT Jakarta Propertindo
75
10. Surat Gubernur Nomor 1276/-1924.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau J untuk PT Pembangunan Jaya Ancol
11. Surat Gubernur Nomor 1275/-1924.2 tentang Persetujuan
Prinsip Reklamasi Pulau I untuk PT Pembangunan Jaya Ancol
12. Surat Gubernur Nomor 1291/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra
13. Surat Gubernur Nomor 1292/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau I kepada PT Jaladri Kartika Pakci
14. Surat Gubernur Nomor 1293/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau K kepada PT Pembangunan Jaya Ancol
Dengan dikeluarkannya 14 surat prinsip reklamasi tersebut, ini artinya
sudah ada beberapa pengembang telah memiliki perizinan awal dalam proyek
reklamasi Teluk Jakarta.
Sesuai dengan aturan, ada beberapa tahapan yang seharusnya dilakukan
oleh pengembang yang ingin melaksanakan reklamasi di Teluk Jakarta. Pertama
adalah izin prinsip, kemudian pengembang wajib membuat kajian yang sangat
komprehensif, mulai dari kajian thermodinamika, desain teknik yang detail,
analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, rencana
pemantauan lingkungan dan sejumlah kajian lain yang diperlukan. Jika memang
seluruh kajian belum lengkap, maka pengembang wajib memperpanjang izin
reklamasi yang akan mereka kembangkan. Namun jika kajian sudah lengkap,
kemudian kajian tersebut dinilai dibawah oleh Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD). Jika nanti hasil kajian dari pengembang sesuai dengan
76
penilaian BPLHD, maka pengembang akan mendapatkan izin pelaksanaan
reklamasi. Setelah mendapatkan izin pelaksanaan reklamasi dari Pemprov DKI
Jakarta, pengembang harus kembali melakukan kajian lingkungan dan
mengajukan perizinan kembali yakni perizinan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
dan SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah).
Beralih ke Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, yang kala itu dipimpin
oleh Joko Widodo di tahun 2012 lalu. Sepanjang memerintah, Jokowi, sapaan
Joko Widodo, pernah mengeluarkan kebijakan mengenai reklamasi Teluk Jakarta.
Dari hasil analisis peneliti, Joko Widodo tidak memfokuskan perizinan
pembangunan 17 pulau di pesisir utara Jakarta. Meski pemerintahan sebelumnya
telah mengeluarkan sejumlah izin reklamasi, namun tak ada satu pun izin yang
dikeluarkan atau pun perpanj,angan izin yang diteken oleh Jokowi.
Ada beberapa aturan yang memang dikeluarkan oleh Jokowi kala itu, yang
masih berkaitan dengan reklamasi Teluk Jakarta, yakni Peraturan Gubernur
(Pergub) DKI Jakarta Nomor 146 Tentang Pedoman Teknis Membangun dan
Pelayanan Perizinan dan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara
Jakarta. Jokowi pun sempat memberikan klarifikasi di tahun 2017 mengenai
pergub ini
"Kalau yang itu, Pergub itu kan Pergub yang merupakan acuan petunjuk
dalam rangka kalau kamu minta izin, bukan reklamasinya. Kalau kamu minta izin,
aturannya seperti apa, bukan kamu saya beri izin, kamu saya beri izin reklamasi,
bukan itu. Saya sampaikan, saya sebagai Presiden tidak pernahmengeluarkan izin
untuk reklamasi,"99
99
Yugo Hindarto, Jokowi Tegaskan Pergub DKI 146 Bukan Izin Reklamasi, diakses pada
tanggal 15 september 2017 dari situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101184206-
20-252812/jokowi-tegaskan-pergub-dki-146-bukan-izin-reklamasi
77
Jawaban Jokowi diatas tentunya membantah adanya tudingan bahwa
Jokowi pernah memberikan ruang bagi para pengembang untuk melaksanakan
reklamasi. Perlu diketahui, Pergub DKI Jakarta Nomor 146 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta sebelumnya pernah dikeluarkan
Jokowi di tahun 2014 silam, tepatnya pada 26 September, kurang lebih sebulan
sebelum Jokowi dilantik menjadi Presiden.
Selain Pergub DKI Jakarta Nomor 146, Jokowi juga sempat mengeluarkan
Pergub Nomor 15 Tahun 2014 tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan
Pulau - Pulau Kecil. Namun tidak ada pemberian izin terhadap satu pun
pengembang mengenai izin reklamasi di Teluk Jakarta. Jokowi sempat
menyebutkan dua Pergub ini merupakan acuan dan landasan hukum terkait
dengan pengaturan izin Reklamasi Teluk Jakarta seperti melanjutkan aturan yang
pernah dikeluarkan oleh Presiden dan Gubernur sebelumnya, bukan pemberian
izin pelaksanaan reklamasi. Namun untuk sebagian orang, adanya penandatangan
Pergub ini merupakan sebuah ‗lampu hijau‘ bagi pengembang untuk terus
menjalankan proyek reklamasi Teluk Jakarta. 100
Proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta telah menempuh jalan yang
cukup panjang, mulai dari pemerintahan Presiden di Era Soeharto hingga Presiden
Joko Widodo. Ide pembangunan reklamasi Teluk Jakarta sudah tercetus pada
tahun 1995 silam, namun sayangnya, reklamasi masih mendapat kendala hingga
Presiden Joko Widodo. Dinamika kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta terus
100
Indra Subagja, Membedah Pergub No 146 yang Ditandatangani Jokowi Terkait
Reklamasi, diakses pada tanggal 15 september 2017 dari situs
https://kumparan.com/@kumparannews/membedah-pergub-no-146-yang-ditandatangani-jokowi-
terkait-reklamasi
78
bergulir di tengah – tengah pihak yang pro dan kontra. Apalagi di bawah
pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama, saat menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta di tahun 2014 -2017. Pembahasan mengenai kebijakan reklamasi Teluk
Jakarta di periode Basuki akan dibahas selengkapnya oleh peneliti di bab
selanjutnya.
E. Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Era Basuki Tjahaja Purnama
Mengenai Reklamasi Teluk Jakarta, Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama sebagai Ketua dari Badan Pelaksana Reklamasi tentu memiliki
sejumlah kebijakan yang diambil. Apalagi proyek reklamasi Teluk Jakarta, masuk
dalam beberapa program prioritas yang disebutkan diatas. Pada masa
pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengeluarkan
sejumlah kebijakan selama memimpin pemerintahan, termasuk kebijakan
Reklamasi Teluk Jakarta. Berikut beberapa kebijakan reklamasi Teluk Jakarta
yang dikeluarkan Ahok, mulai dari keputusan gubernur tentang izin pelaksanaan
reklamasi dan peraturan gubernur, berikut kebijakannya:
1. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Pulau G
Genap sebulan memimpin Jakarta, Ahok sudah mengeluarkan surat
perizinan, pelaksanaan Reklamasi Teluk Jakarta, Pulau G dengan perusahaan
pengembang PT Muara Wisesa Samudra melalui Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 2238 pada tanggal 23 Desember 2014 silam. Ini merupakan
kebijakan pertama kali yang dikeluarkan oleh Ahok perihal izin pelaksanaan
reklamasi di Kawasan Pantura Jakarta. Keputusan ini, tentunya,merupakan
79
langkah lanjutan Pemprov DKI Jakarta untuk meneruskan kebijakan yang
sebelumnya.
Perusahaan pengembang pulau G ialah PT Muara Samudra Wisesa, yang
merupakan anak perusahaan dari PT Agung Podomoro Group Tbk. Sesuai yang
telah diatur oleh Pemprov DKI Jakarta, fokus pembangunan Pulau G adalah untuk
membangun Proyek Reklamasi Pluit City. Dengan adanya izin ini, tentunya PT
Muara Samudra Wisesa bisa melaksanakan pembangunan reklamasi.
2. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau F
Pada Oktober 2015, Ahok kembali mengeluarkan surat perizinan
pelaksanaan reklamasi Pulau F melalui Keputusan Gubernur Nomor 2268 Tahun
2015 kepada salah satu pengembang Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD)
Provinsi DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo atau Jakpro. Ada 13 poin penting
yang disebutkan dalam Keputusan Gubernur tersebut, seperti halnya kewajiban
dari PT Jakarta Propertindo dan kontribusi yang harus diberikan kepada Pemprov
DKI Jakarta. Selain itu, beberapa hal yang juga dicantumkan dalam surat tersebut
ialah jangka waktu pembangunan reklamasi Pulau F yang harus segera
dilaksanakan paling lambat setelah surat keputusan ini dikeluarkan. Poin yang
juga menjadi penting ialah poin mengenai adanya kewajiban untuk pengembang
Jakarta Propertindo mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 serta Kawasan
Penataan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. 101
101
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 Tentang Pemberian Pela
ksaan Izin Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo.
80
3. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau I
Di waktu yang bersamaan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Pulau F,
Ahok mengeluarkan izin pelaksanaan reklamasi Pulau I, melalui Keputusan
Gubernur Nomor 2269 Tahun 2015 kepada pengembang PT Jaladri Kartika Pakci.
Adapun pembangunan reklamasi di Pulau I nantinya akan diperuntukkan
pembangunan
4. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau K
Pada 17 November 2015, Ahok kembali mengeluarkan perizinan
pelaksanaan reklamasi kepada pengembang PT Pembangunan Jaya Ancol.
Dengan adanya Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2485 ini artinya
Pemprov DKI Jakarta menyetujui izin pelaksanaan reklamasi Pulau K, yang sudah
sesuai dengan aturan.
5. Peraturan Gubernur Nomor 206 Tahun 2016
Berbeda halnya dengan 4 kebijakan sebelumnya, di tahun 2016, Ahok
mengeluarkan kebijakan baru melalui Pergub Nomor 206, yang mana peraturan
ini berkaitan dengan Panduan Rancang Kota Pulau C, D dan E Hasil Reklamasi
Kawasan Startegis Pantura Jakarta. Pergub ini dikeluarkan tentunya untuk
memberikan pedoman kepada para pengembang yang telah mendapatkan kartu
hijau, mulai dari prinsip dan pelaksanaan reklamasi.
Dengan dikeluarkannya 4 keputusan dan 1 peraturan, ini artinya sudah ada
empat pengembang sudah bisa melanjutkan kegitan pelaksanaan pembangunan
reklamasi sesuai dengan aturan dan pemanfaatan lahan dari masing-masing
pulau.Keseriusan Basuki untuk membangun reklamasi Teluk Jakarta mulai
81
terlihat di tahun pertama ia menjabat sebagai pimpinan Pemprov DKI Jakarta.
Ahok menilai pembangunan 17 pulau reklamasi Teluk Jakarta bisa memberikan
keuntungan bagi DKI Jakarta. Pasalnya, biaya pembangunan reklamasi
dibebankan oleh pengembang atau perusahaan dan tidak dibebankan dari APBD
DKI Jakarta dan APBN Pemerintah Pusat. Selain itu, Ahok mengklaim bahwa
pembangunan reklamasi memiliki dampak yang baik untuk pembangunan Jakarta.
Ini dikarenakan, ada biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh pengembang kepada
Pemprov DKI Jakarta dan biaya inilah yang nantinya akan digunakan oleh
Pemprov membangun Jakarta.
Sementara itu, biaya retribusi dan kontribusi yang wajib dibayarkan
pengembang nantinya juga akan dialokasikan untuk penataan kembali daratan
pesisir Pantai Utara Jakarta. Ahok mengatakan ada keuntungan-keuntungan lain
yang didapatkan oleh Jakarta jika reklamasi terus dilanjutkan. Salah satunya ialah
terkait kepemilikan secara keseluruhan lahan reklamasi yang dibangun oleh para
pengembang, yakni sertifikat atas nama Pemprov DKI Jakarta.
"DKI Jakarta akan mendapat pajak penghasilan dan kami dapat tanahnya
45 persen yang tidak bisa dijual, untuk jalur hijau. Lalu 5 persen tanah DKI yang
bisa dijual akan dipakai Pemprov. Untung. Kalau diuruk 100 hektar, maka 100
hektar itu punya DKI. Pihak swasta berhak menggunakan 55 persen lahan, tapi
itu bukan punya swasta. Dari 55 persen itu, ada 5 persen milik DKI bisa didirikan
bangunan komersial," 102
102
Lalu Rahadian, Ahok Beberkan Keuntungan Reklamasi Pesisir Jakarta, diakses pada
tanggal 2017 dari situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150422223444-20-48604/ahok-
beberkan-keuntungan-reklamasi-pesisir-jakarta
82
Keinginan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun reklamasi Teluk
Jakarta terus digencarkan sekalipun mendapat banyak tantangan dari berbagai
pihak. Seolah tak mau ambil pusing, Ahok justru menyayangkan adanya pihak
yang tak mau reklamasi Teluk Jakarta dilakukan karena dinilai mengakibatkan
Jakarta semakin banjir dan merusak ekosistem pesisir dan lautan. Hal ini justru
ditepis oleh Ahok. Ahok menilai reklamasi justru bisa memberikan perbaikan dan
mengantisipasi banjir karena turunnya permukaan tanah.103
Apalagi dengan
adanya rencana pembangunan Giant Sea Wallsebagai tanggul penahan yang akan
dibangun bersamaan dengan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta.
Keseriusan Ahok untuk membangun proyek Reklamasi Teluk Jakarta
semakin terlihat, yakni dengan adanya pertemuan antara dirinya dengan Walikota
Rotterdam, Ahmed Aboutaleb pada 25 Agustus 2015 silam di Balaikota
Jakarta.104
Pertemuan keduanya membahas tentang pembangunan reklamasi yang
telah berhasil dilakukan di Kota Rotterdam Belanda. Ahok menilai dengan adanya
pertemuan ini, tentunya bisa menjadi ajang tukar pengalaman dan pemikiran soal
reklamasi, apalagi Rotterdam berhasil membangun Pelabuhan Maasvlakte 2
dengan konsep reklamasi. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang direncanakan
oleh Pemprov DKI Jakarta untuk membangun pelabuhan di atas kawasan
reklamasi yakni di atas Pulau O, P dan Q dengan total luas lahan sekitar 100
103
Kurnia Sari Aziza, Ahok: Salahnya Reklamasi di Mana?, diakses pada tanggal 21
september 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/15/22564341/Ahok.Salahnya.Reklamasi.di.Mana. 104
Abraham Utama, Ahok Bahas Reklamasi Saat Bertemu Wali Kota Rotterdam, diakses
pada tanggal 21 september 2017 dari situs
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150824092721-20-74001/ahok-bahas-reklamasi-saat-
bertemu-wali-kota-rotterdam/
83
hektar. Ahokmengatakan, dengan adanya pembangunan pelabuhan di pulau
reklamasi diharapkan bisa menjadi pusat logistik.
Pada pertengahan September 2015, Ahok beserta rombongan dari
Pemprov DKI Jakarta lakukan kunjungan kerja di Rotterdam, Belanda. Hal ini
tentunya dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai langkah untuk melihat
secara langsung, sekaligus mempelajari konsep reklamasi yang dibangun oleh
Belanda. Tidak hanya itu, rombongan dari Pemprov DKI Jakarta juga
menyempatkan untuk melihat bagaimana pengelolaan sanitasi, pembangunan
model tanggul, antisipasi banjir hingga pengelolaan sampah yang diterapkan oleh
Pemerintah Kota Rotterdam. Keberhasilan Rotterdam,baik dari perencanaan
hingga pengelolaan, diharapkan Ahok bisa juga diterapkan di Pantai Utara Jakarta
atau Teluk Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta kembali menunjukkan keseriusannya untuk
melanjutkan proses pembangunan reklamasi Teluk Jakarta dengan adanya
pembahasan Rencana Peraturan Daerah atau Raperda terkait Kawasan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta (Pantura) pada sidang
Paripurna 25 November 2015 silam. Raperda ini berisi tentang cakupan reklamasi
Teluk Jakarta termasuk 17 pulau buatan. Raperda Pantura merupakan acuan
tambahan dari dasar pembangunan reklamasi yang sudah diatur sebelumya, baik
melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995 dan Perda Nomor 8 Tahun 1995. Raperda
ini diharapkan bisa menjadi landasan hukum pelaksanaan pembangunan
Reklamasi. Kepala Bappeda DKI Jakarta Tuti Kusumawati mengatakan Raperda
Kawasan Pantura ini berbeda cakupan dengan aturan-aturan sebelumnya, dan
84
menyesuaikan dengan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan. Tuti
menambahkan, Raperda Kawasan Strategis Pantura ini berisi dengan 20 bab dan
147 pasal dengan tingkat kedalaman setara dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014
tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.105
Dalam paparannya di depan ruang sidang, Ahok menyebutkan adanya
perencanaan pengelolaan hingga pengawasan di Kawasan Strategis Pantai Utara
Jakarta, mulai dari status kepemilikan lahan reklamasi hingga kewajiban
pengembang. Misalnya saja, setiap pengembang wajib memberikan 5% lahan dari
total luas pulau kepada Pemprov DKI Jakarta. Selain itu, pengembang juga
diwajibkan menyediakan 30% Ruang Terbuka Hijau atau RTH, dengan spesifikasi
20% untuk publik, 10% untuk privat. Pemprov DKI Jakarta juga mengenakan
kontribusi tambahan sebesar 15% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dari total
lahan yang dapat dijual.106
Penambahan kontribusi tidak dibayarkan dengan
menggunakan uang, melainkan dengan pembangunan sejumlah fasilitas, sarana
dan prasana bagi masyarakat di DKI Jakarta.
Selain Raperda Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta, Pemprov DKI
Jakarta juga mengajukan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) di tahun 2015. Peraturan ini berbeda dengan peraturan Raperda
Reklamasi Kawasan Strategis Pantura. Peraturan yang diajukan Pemprov DKI
105
Ridwan Aji Pitoko, Raperda Kawasan Pantura Jakarta Cantumkan 17 Pulau Baru,
diakses pada tanggal 21 september 2017 dari situs
http://properti.kompas.com/read/2015/10/22/180732121/Raperda.Kawasan.Pantura.Jakarta.Cantu
mkan.17.Pulau.Baru 106
Kurnia Sari Aziza, Ahok Ajukan Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses
pada tanggal 21 september 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/26/07475601/Ahok.Ajukan.Raperda.Reklamasi.Pant
ai.Utara.Jakarta
85
Jakarta pada November 2015 kepada Balegda DPRD DKI Jakarta ini merupakan
aturan yang berkaitan dengan peraturan peruntukkan ruang laut, berbeda dengan
peraturan reklamasi Kawasan Startegis Pantura. Dalam Raperda ini, dituliskan
beberapa hal-hal penting mengenai pemisahan zonasi kawasan, seperti kawasan
pelayaran, budidaya, wilayah peruntukan umum dan konservasi. Pemprov DKI
Jakarta menilai bahwa Raperda Zonasi Wilayah Laut dan Pesisir untuk Tahun
2015 – 2035 menjadi hal yang sangat penting untuk dijadikan Perda. Pasalnya,
wilayah laut memiliki potensi kegiatan usaha yang besar. Gubernur DKI Jakarta,
Ahok juga menilai bahwa Raperda RZWP3K ini menjadi acuan penggunaan
sumber daya di tiap-tiap perencanaan kegiatan dimana saja yang dilarang dan
yang mana diperbolehkan. 107
Pembahasan kedua Raperda tersebut pun akhirnya disetujui oleh Balegda
DPRD DKI Jakarta dan diharapkan rampung sebelum tahun 2015 berakhir. Dalam
laman Bisnis.com, ada beberapa pertimbangan sehingga akhirnya Balegda
menyetujui kedua Raperda ini dengan membentuk Tim Pansus atau Panitia
Khusus. Anggota Baleg DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus menyebutkan tiga poin
yang menjadi pertimbangan, pertama bagaimana dampak pembangunan pulau
buatan bagi pembagian beban Kota Jakarta. Kedua, yakni bagimana aksesibilitas
bagi masyarakat ke kawasan pesisir pantai Jakarta, dan terakhir adalah seberapa
107
Gloria Fransisca, Ahok: Raperda Zonasi Laut Sejenis Pengaturan MDPL di Darat,
diakses pada tanggal 21 september 2017 dari situs
http://jakarta.bisnis.com/read/20150423/77/426290/ahok-raperda-zonasi-laut-sejenis-pengaturan-
mdpl-di-darat
86
penting keberadaan zonasi dalam penataan pulau. 108
Kedua Raperda ini tentunya
menjadi prioritas bagi legislatif dan eksekutif di tingkat daerah Provinsi DKI
Jakarta. Pasalnya, dengan belum adanya Perda yang mengatur Kawasan
Reklamasi Pantura dan Zonasi, tentunya akan berdampak pada pembangunan
proyek reklamasi. Selain itu, kedua Perda ini juga diharapkan bisa menjadi
landasan hukum yang sah dalam keberlanjutan proyek reklamasi Teluk Jakarta.
108
Hafiyyan, Ini 3 Poin Pertimbangan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses pada
tanggal 21 september 2017 dari situs http://jakarta.bisnis.com/read/20151127/384/496358/ini-3-
poin-pertimbangan-reklamasi-pantai-utara-jakarta
87
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK DALAM KEBIJAKAN
REKLAMASI
Bab ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
konflik dalam prosesnya. Selain itu, bab ini juga akan menganalisis landasan
hukum Reklamasi Teluk Jakarta yang digunakan oleh Basuki serta konflik yang
terjadi dari berbagai sudut pandang.
A. Reklamasi Teluk Utara Jakarta Sebagai Suatu Kebijakan
Kebijakan pemerintah yang dirancang dan digunakan seyogyanya dapat
berpihak pada kepentingan umum. Suatu kebijakan yang telah disahkan bukan
hanya berdampak pada seorang saja tetapi akan berdampak pula pada semua
orang yang berada dalam suatu wilayah. Baik itu kebijakan peraturan daerah
ataupun nasional bahkan dalam bidang hal kecil dalam peraturan desa. Kebijakan
ialah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan
tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah itu sendiri berarti suatu keputusan yang
dibuat secara sistematis oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang
menyangkut kepentingan umum. Dari sekian banyak kebijakan pemerintah yang
dibuat terdapat satu mungkin lebih kebijakan yang membuat rugi sebagian orang.
Tentu ini akan pasti ada hal positf dan negatif dalam pembuatan kebijakan. Dalam
hal pembuatan kebijakan publik itu sendiri. Pembuatan kebijakan ini pemerintah
harus memiliki output yang signifikan dalam mengatasi masalah yang sedang
88
terjadi. Terdapat pula pengertian kebijakan menurut Inu Kencana Syafie dalam
buku yang berjudul Pengantar Ilmu Pemerintahan mengutip pendapat Harold
Laswell, menurutnya ―Tugas intelektual pembuat keputusan meliputi penjelasan
tujuan, penguraian kecenderungan, penganalisaan keadaan, proyeksi
pengembangan masa depan dan penelitian, peniliaian dan penelitian, serta
penilaian dan pemilihan kemungkinan.‖
Dalam proses pengambilan kebijakan publik terdiri dari empat langkah
seperti menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara, yaitu :
1. Perumusan Masalah; Perumusan terhadap masalah yang dihadapi
sehingga dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi,
mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang
memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan rancangan
peluang kebijakan baru.
2. Agenda Kebijakan; Dari sekian banyak fenomena-fenomena dalam
masyarakat hanya sedikit yang menjadi perhatian dalam pembuatan kebijakan
publik.
3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah;
Setelah masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk memecahkan masalah
tersebut dan kemudian membuat pilihan-pilihan untuk memecahkan masalah
tersebut.
89
4. Tahap Penetepan Kebijakan; Pada tahap ini sejumlah aktor
berusaha agar alternatifnya diterima dan juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor
lain yang memunculkan persuasuin dan bargaining.
Dari sekian banyak kebijakan yang dibuat terdapat beberapa kebijakan
yang dijalankan sesuai dengan keputusan serta aturan yang terdapat dalam
kebijakna tersebut. Salah satunya kebijakan dalam reklamasi Teluk Utara Jakarta.
Sebelum reklamasi di Jakarta ini telah ada keresahan yang sama di Bali tentang
kebijakan reklamasi di Teluk Benoa. Hanya perbedaannya sirkulasi ide yang
berkembang seputar reklamasi pantai Jakarta hanya berkembang di kalangan
tertentu saja. Seperti sudah ketahui bahwa kegiatan reklamasi Teluk Utara Jakarta
ini bertujuan untuk menambah wilayah daratan yang akan digunakan untuk
pemukiman serta pusat bisnis. Harga yang selangit untuk membeli hunian
menjadikan tempat ini hanya akan digunakan sebagai tempe pemukiman mewah
kalangan elit saja. Sehingga akan menimbulkan kesenjangan kelas ekonomi di
kota ini. Kebijakan ini tentu saja melanggar beberapa pasal yang seharusnya
kebijakan berpihak pada kebermanfaattan bagi orang banyak. Seperti pasal 33
ayat (3) UUD 1945 ―Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.‖ Pasal ini secara jelas menunjukkan bahwa segala kekayaan yang ada
dalam negara ini seharusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Tetapi
kebijakan reklamasi malah menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitarnya.
Salah satunya ialah tergusurnya mata pencaharian nelayan dan wilayah
90
tangkapannya yang secara tidak langsung akan menghapus dan menyingkirkan
mereka di kawasan teluk Jakarta.
Menurut Puput TD Putra Direktur Eksekutif Walhi Jakarta mengatakan
kebijakan reklamasi teluk Jakarta hanya berlandaskan pada kepentingan perspektif
proyek dan kepentingan politik. Padahal seharusnya reklamasi teluk Jakarta
dilihat dari berbagai sudut pandang, khususnya terkait dengan dampak
lingkungan, sosial budaya dan Hak Asasi Manusia. Jika kita melihat dari sisi
lingkungan reklamasi Jakarta akan memberi dampak seperti meluasnya banjir.
Aliran air sungai yang keluar ke teluk Jakarta akan terhambat sehingga akan
menyebabkan proses sedimentasi semakin cepat dan terjadi pendangkalan di
muara sungai. Dapat dianalogikan seperti jalan yang lancar untuk mencapai tujuan
tanpa penghambat dan seketika kita beri hambatan tentu kendaraan tersebut akan
mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya. Hal ini sama dengan aliran air akan
mencari jalan lain menuju laut ketika ada hambatan dalam alirannya. Praktis,
frekuensi banjir semakin meningkat.
Berbagai problematika ini yang menyebabkan banyaknya penolakan dalam
proyek reklamasi Jakarta. Penolakan reklamasi bahkan telah sampai pada
keputusan membatalkan SK Gubernur terkait izin reklamasi yang diberikan
kepada anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Muara Wisesa Samudera
dalam pembangunan pulau G. Lagi-lagi pemerintah melanggar kebijakan dalam
UU No.30 tahun 2014 mengenai Administrasi Pemerintahan dan
UU No.51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pernyataan Luhut
91
Binsar Panjaitan untuk melanjutkan reklamasi pulau G dinilai suatu penghinaan
atas pengadilan yang menginjak-injak martabat penegakan hukum di Indonesia.
Selain itu, menurut pendapat Nabiel Makarim yang merupakan Mantan Menteri
Lingkungan Hidup tak adanya Amdal yang mengkaji dampak reklamasi secara
keseluruhan adalah pelanggaran hukum. Jika proyek pemerintah saja tak taar
dengan persyaratan Amdal, Nabiel kuatir ini akan jadi presden buruk bagi
penegakan peraturan. ―Orang [swasta] akan bilang ‗Untuk apa bikin Amdal,
pemerintah saja tidak membuat Amdal, padahal peraturan jelas‘.‖.
Dari berbagai permasalahan yang timbul dari proses reklamasi Teluk Utara
Jakarta ini seharusnya pemerintah melakukan kajian bersama masyarakat (yang
terdampak langsung) dalam menentukan hal apa yang pantas dalam mengatasi
masalah reklamasi teluk Jakata. Masyarakat Jakarta terutama golongan nelayan
serta masyarakat pesisir Jakarta akan menjadi korban apabila proyek reklamasi
diteruskan. Dengan berbagai permasalahan terutama kebijakan yang diterabas dari
kalangan atasmenyebabkan masyarakat kedepannya akan melihat hukum kita
dengan sebelah mata. ―Percuma aturan atau kebijakan dibuat jika orang yang
diatasnya tidak melaksanakannya‖. Mungkin statrement ini akan muncul jika
permasalahan dalam pelanggaran pelaksanaan kebijakan atau aturan dilakukan
berulang kali. Dan alangkah baiknya pemerintah turun langsung bagaimakan
keadaan masyarakat yang terdampak langsung reklamasi Jakarta dan bagaimana
perkembangan masyarakat mengenai kebijakan tersebut.
92
Pemerintah mungkin perlu menggunakan paradigma eco-populism dimana
paradigma ini memandang bahwa harus ada titik keseimbangan antara
pembangunan dan lingkungan, artinya tidak boleh ada yang dikesampingkan
antara pembangunan atau lingkungan. Sehingga apabila reklamasi terus
dilaksanakan harus ada dipastikan dampak-dampak negatif yang ada serta dampak
positif yang akan didapatkan oleh masyarakat. Selain itu, pengembang juga harus
membuat skema bagaimana dalam mengatasi dampak negatif dari jalannya
reklamasi tersebut. Dan menjadi permasalaha nya ialah apabila masyarakat terus
menolak kebijakan reklamasi, apakah pemerintah akan mengikutinya?. Karena
seperti kita ketahui kebijakan dibuat untuk menyejahterakan orang banyak bukan
segelintir orang.
B. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Utara
Jakarta
1. Tumpang Tindih Peraturan
Dalam perjalanan proyek reklamasi ini, Pemprov DKI Jakarta khususnya
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pastinya memiliki landasan yang
dianggap kuat dalam menjalankan proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Reklamasi
Teluk Jakarta dinilai mampu mengatasi permasalahan klasik di Ibukota, seperti
permasalahan banjir dan kepadatan penduduk yang tidak merata. Untuk itu
peneliti akan menyertakan beberapa peraturanterkait reklamasi dan beberapa
pertimbangan dari Basuki dalam proyek Reklamasi Teluk Jakarta.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat beberapa
regulasi yang ikut menyertai Reklamasi Teluk Jakarta sejak tahun 1995 hingga
93
tahun 2017. Namun sayangnya, terdapat peraturan-peraturan yang terasa tumpang
tindih antara Pemerintah Pusat, Kementerian hingga Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Hal ini tentunya menyebabkan perbedaan pandangan terkait peraturan
Reklamasi Teluk Jakarta tersebut. Peraturan tentunya memiliki fungsi sebagai
tolak ukur dan aturan main dalam proyek reklamasi ini. Namun adanya perbedaan
pandangan antara pembuat kebijakan, akhirnya terjadi malfungsi peraturan,
sehingga reklamasi tidak berjalan optimal. Tidak hanya itu, adanya perbedaan
pandangan ini justru menjadi pemicu pertentangan antara pihak yang pro dan
kontra terkait peraturan-peraturan yang sudah dikeluarkan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu pihak yang sangat
mendukung ide reklamasi yang digagas oleh Presiden Soeharto di masa Orde
Baru. Dukungan terhadap ide reklamasi Teluk Jakarta terus berjalan hingga
Pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 52 Tahun 1995 menjadi salah satu landasan hukum
proyek reklamasi Teluk Jakarta dikembangkan. Kemudian, aturan ini juga
menjadi salah satu alasan kuat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, untuk terus
menjalankan reklamasi Teluk Jakarta. Ahok menilai regulasi yang terkandung
dalam Keppres tersebut sudah jelas. Ditambah lagi, adanya regulasi yang
menjelaskan bahwa tanggung jawab dan wewenang reklamasi Teluk Jakarta
dipegang penuh oleh Gubernur selaku Ketua Badan Pelaksana Reklamasi Pantai
Utara Jakarta atau BUPR. Ahok menilai, kedudukannya saat masih menjabat
sebagai Plt. Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo waktu itu, secara
sah mempunyai kuasa dalam menjalankan proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok
94
pun tak merasa melakukan kesalahan untuk memberikan izin reklamasi kepada
beberapa pengembang.
Selain itu Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995
juga menjadi landasan kuat bagi Ahok untuk terus melanjutkan proyek Reklamasi
Teluk Jakarta. Ahok menilai, keputusan Ahok untuk memberikan izin reklamasi
kepada beberapa pengembang bukanlah hal yang salah. Pasalnya, Gubernur DKI
Jakarta sebelum Jokowi, Fauzi Bowo, juga telah memberikan beberapa perizinan
kepada para pengembang, jauh sebelum dirinya menjabat sebagai Gubernur di
tahun 2012 silam. Ahok menilai kebijakan yang ia ambil hanya sebatas
perpanjangan pemberian izin yang sebelumnya diputuskan oleh Foke. Peraturan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah atau RTRW 2030 DKI Jakarta, yang kala itu
juga dibahas dalam pemerintahan Foke juga menjelaskan adanya rencana
pembangunan 17 pulau dengan sistem lelang dari para pengembang. Dalam
RTRW tersebut juga diatur dengan jelas seperti apa proyek yang akan dibangun di
masing-masing pulau yang ada di atas perairan Teluk Jakarta. Ahok menilai,
kebijakannya untuk memberikan izin reklamasi tak ada yang melanggar satu pun
landasan hukum.
Ketiga peraturan inilah yang digunakan Ahok untuk terus menjalankan
proyek pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Peraturan tersebut sangat jelas
menekankan bahwa wewenang dan tanggung jawab pembangunan Reklamasi
Teluk Jakarta ini berada ditangan Gubernur DKI Jakarta. Sedangkan Pemerintah
Pusat dan kementerian-kementerian dibawahnya, hanya memiliki peranan sebagai
pengawas dan pembina dari Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta.
95
Ahok mengklaim ada perbedaan peranan yang sangat jelas dalam pembangunan
proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok juga menilai, segala keputusan yang
diambil perihal perencanaan, pembangunan hingga pengawasan berada di tangan
Gubernur bukan di Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat hanya memiliki
kewenangan untuk mengontrol kebijakan yang dibuat oleh Gubernur sebagai
Ketua BUPR Pantai Utara Jakarta.
Selain dari tiga peraturan diatas, Ahok menilai adanya reklamasi di Utara
Jakarta mampu memberikan lapangan pekerjaan yang banyak bagi warga DKI
Jakarta. Ahok berasumsi bahwa penolakan pembangunan Reklamasi Teluk
Jakarta sama saja dengan menolak penyerapan 1,2 juta tenaga kerja seperti yang
dikutip dari media massa nasional Tempo.109
Selain itu, Ahok mengatakan
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta mampu meningkatkan pendapatan kas
daerah DKI Jakarta. Pembangunan pulau-pulau di areal reklamasi memiliki
peruntukkan yang berbeda-beda, yang tentunya berkaitan erat dengan masalah
ekonomi. Lebih dari itu, para pengembang dari ketujuhbelas pulau memiliki
kewajiban yang diatur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya yakni
dengan rencana regulasi baru, yang akan mengatur nilai kewajiban tambahan yang
harus dibayarkan oleh perusahaan pengembang. Besaran nilai kewajiban ini
nantinya akan dihitung sesuai formulasi yang akan ditetapkan oleh Gubernur
sebagai eksekutif dan DPRD DKI Jakarta sebagai legislatif. Seperti kutipan
wawancara Gubernur DKI Jakarta, Ahok dengan CNNIndonesiabeberapa waktu
silam, dimana Ahok mengatakan adanya koefisien nilai yang harus dibayarkan
109
Larissa Huda, Dipandu Ira Koesno, Begini Debat Ahok dan Anies Soal Reklamasi,
diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs https://nasional.tempo.co/read/865595/dipandu-
ira-koesno-begini-debat-ahok-dan-anies-soal-reklamasi
96
oleh pengembang, telah dihitung oleh konsultan independen, dalam rapat yang
digelar 7 September 2015. Hasil rapat pun menghasilkan rumusan besaran
kewajiban bagi para pengembang, yang mana besarannya sebesar 15 persen
dikalikan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lahan yang dijual kepada
pengembang.110
Pembayaran kontribusi yang wajib dibayarkan oleh pengembang dinilai
Ahok sangat efektif membantu pembangunan fasilitas sosial dan sarana pra sarana
bagi Pemprov DKI Jakarta. Lebih dari itu, Ahok menilai banyak proyek yang
rampung serta penambahan fasilitas bagi masyarakat dengan jumlah banyak
karena adanya kewajiban kontribusi tambahan dari pengembang. Pembangunan
fasilitas dan sarana di DKI Jakarta pun pada akhirnya tidak bergantung dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.111
Basuki juga
mengatakan bahwa ada banyak pembangunan yang selama ini dilakukan di daerah
ibukota DKI Jakarta, yang merupakan hasil sumbangan dari para pengembang dan
bukan menggunakan dana APBD. Diantaranya ialah pembangunan rumah susun
Muara Baru, Waduk Pluit, pengadaan Pompa air, Sheet Pileatau dinding turap dan
inspeksi.112
110
Puput Tripeni Juniman, Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi dengan Pengembang,
diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-130470/ahok-beberkan-perjanjian-
reklamasi-dengan-pengembang 111
Andri Donal Putera, Ini Kewajiban Pengembang yang Dapat Proyek Reklamasi
Pantura Jakarta, diakses pada tanggal 23 september 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/16484011/Ini.Kewajiban.Pengembang.yang.Dap
at.Proyek.Reklamasi.Pantura.Jakarta 112
Puput Tripeni Juniman, Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi dengan Pengembang,
diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-130470/ahok-beberkan-perjanjian-
reklamasi-dengan-pengembang
97
Intinya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengklaim
bahwa pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta memiliki keuntungan yang sangat
banyak bagi masyarakat DKI Jakarta. Mulai dari aspek peningkatan nilai ekonomi
daerah, kesejahteraan masyarakat, peningkatan pariwisata hingga infatruktur.
Ahok menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat tidak akan
merasa rugi dengan adanya pembangunan Reklamasi Teluk Jakartal. Hal ini
dikarenakan, seluruh biaya pembangunan pulau-pulau reklamasi tidak
digelontorkan oleh Pemerintah melainkan dari dana pengembang. Kewajiban
pembayaran kontribusi pengembang juga menjadi nilai tambah pembangunan
fasilitas umum di DKI Jakarta tanpa mengerukdana belanja daerah dan nasional.
2. Izin Yang Belum Dilengkapi
Adanya kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang melibatkan Sanusi,
pembahasan reklamasi Teluk Jakarta terus kian berkembang, tidak hanya dijajaran
pemerintahan provinsi tetapi hingga ke jajaran Pemerintah Pusat. Pada pertengah
April 2016, Pemerintah Pusat akhirnya mengadakan Rapat mengenai Reklamasi
di Teluk Jakarta. Rapat yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim
dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana Siti
Nurbaya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama serta jajaran dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dari hasil rapat bersama antara Pemerintah
Pusat dan Pemprov DKI Jakarta, akhirnya diputuskan bahwa reklamasi di Teluk
Jakarta harus dihentikan sementara atau disebut moratorium. Pembangunan
98
reklamsi Teluk Jakarta dihentikan hingga semua persyaratan dan perizinan sesuai
undang – undang telah dipenuhi. 113
Selain keputusan untuk memoratorium pembangunan reklamasi Teluk
Jakarta, rapat tersebut akhirnya memutuskan adanya pembentukan joint commite
antar pihak yang hadir dalam rapat tersebut. Pembentukan ini tentunya untuk
membahas mengenai peraturan apa sebenarnya yang perlu dibenahi, baik yang
belum selaras ataupun tumpang tindih sehingga perlu ada aturan hukum yang
hierarki.
Presiden Joko Widodo pun turut merespon penundaan reklamasi Teluk
Jakarta dengan menggelar rapat khusus dengan jajaran kabinet kerja. Presiden
juga menetapkan tenggang waktu penundaan reklamasi berlangsung selama enam
bulan setelah diterbitkan pada 18 April lalu. Keseriusan Jokowi untuk
menyelesaikan permasalahan Reklamasi Teluk Jakarta menyedot perhatian.
Pasalnya, pemerintah menginginkan adanya sebuah master plan terkait
pembangunan wilayah pesisir atau yang dikenal dengan National Capital
Integrated Coastal Development (NCICD). Jokowi pun menunjuk Kepala
Bappenas kala itu Sofyan Djalil sebagai penanggungjawab terkait master plan
besar ini. Menurut Sekretaris Kabinet, Pramono Anung menyebut ada tiga poin
penting yang akan difokuskan oleh Pemerintah, yakni masalah lingkungan,
masalah aturan hukum dan yang terakhir adalah memberikan manfaat bagi
113
Alsadad Putri, Pemerintah Sepakat Hentikan Sementara Reklamasi di Teluk Jakarta,
diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/18/18373541/Pemerintah.Sepakat.Hentikan.Sementa
ra.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta
99
masyarakat.114
Selain itu, pemerintah juga akan membatasi peran swasta yang
dinilai cukup dominan dan menyetir arah kebijakan pemerintah dalam
penyelenggaraan pelaksanaan reklamasi di Teluk Jakarta.
Pasca moratorium yang diterbitkan bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, nyatanya kebijakan ini kembali menuai pro dan
kontra dari berbagai kalangan. Pemerintah pusat, khususnya dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup serta Kementerian
Koordinator Maritim dan Sumber Daya menilai, penghentian sementara
Reklamasi Teluk Jakarta sudahlah tepat. Hal ini pun kembali ditegaskan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Susi menilai Pemprov DKI
Jakarta harus memenuhi aturan perundang-undangan dan perizinan, misalnya
Perda Zonasi dan rekomendasi dari Pemerintah Pusat. Susi juga menambahkan
bahwa pihaknya yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup akan membahas secara khusus dengan Pemprov
DKI Jakarta.115
Kementerian Lingkungan Hidup pun juga ikut menyetujui langkah
ini. Salah satu hal yang difokuskan ialah mengenai kajian keselamatan atau safe
guardingyang harus dipenuhi oleh Pemprov DKI Jakarta.116
Hal ini tentunya
114
Utami Diah Kusumawati, Jokowi: Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta Enam Bulan,
diakses pada tanggal 22 September 2017 dari
situshttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20160427164630-12-127017/jokowi-moratorium-
reklamasi-teluk-jakarta-enam-bulan 115
Editorial Antara, Menteri Susi: Ahok Harus Hentikan Reklamasi Sampai Penuhi
Aturan, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://nasional.harianterbit.com/nasional/2016/04/15/60116/25/25/Menteri-Susi-Ahok-Harus-
Hentikan-Reklamasi-Sampai-Penuhi-Aturan
116
Dani Prabowo, Kementerian LHK Dukung Moratorium Rreklamasi Teluk Jakarta,
diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/16/14221711/Kementerian.LHK.Dukung.Moratorium.R
eklamasi.Teluk.Jakarta
100
menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar kebijakan Pemprov DKI Jakarta
dan Pemerintah Pusat mengenai keselamatan jiwa masyarakat ditengah
pembangunan reklamasi selain peraturan-peraturan lainnya. Selain pemerintah
pusat, kebijakan moratorium ini pun disambut baik oleh sejumlah pihak, misalnya
saja dari pengamat, LSM, dan masyarakat yang menolak reklamasi Teluk
Jakarta,salah satunya ialah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia atau KNTI.
Sambutan baik penundaan reklamasi Teluk Jakarta tersus disuarakan oleh para
nelayan dan meminta Pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam
pengambilan kebijakan mengenai reklamasi.117
Pandangan berbeda soal moratorium reklamasi juga turut ditanggapi oleh
pihak – pihak yang mendukung reklamasi, termasuk Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaja Purnama. Meskipun menerima perintah dari pemerintah pusat,
namun Ahok menilai kebijakan ini dipastikan merugikan perusahaan yang
terlibat.118
Hal ini dikarenakan, para perusahaan pengembang harus kembali
memperpanjang perizinan reklamasi dan membayar perpanjangan pembangunan
reklamasi ke pihak perusahaan Belanda. Ahok juga mengatakan, moratorium
tentu memungkinkan adanya perusahaan pengembang yang akan melayangkan
gugatan permintaan ganti rugi. Permintaan pemerintah pusat untuk menghentikan
proses reklamasi menurut Ahok akan memperkeruh keadaan. Hal senada pun
disampaikan oleh perwakilan perusahaan pengembang reklamasi. Mengutip dari
lini kabar24bisnis.com, PT Agung Sedayu Group menghormati dengan adanya
117
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/19/o5w040365-knti-jakarta-
sambut-baik-moratorium-reklamasi 118
https://news.detik.com/berita/3190954/ahok-moratorium-reklamasi-pasti-rugikan-
perusahaan-yang-terlibat
101
kebijakan dari pemerintah Pusat. Namun ada beberapa poin yang dicatat, salah
satunya meminta pemerintah untuk kembali pertimbangkan keputusan tersebut.
Hal ini tentunya berkaitan dengan tenggat waktu pembahasan reklamasi Teluk
Jakarta. 119
Semakin cepat pembahasan dilakukan oleh pemerintah, semakin juga
pihak yang akan dirugikan, tidak hanya pengembang tetapi juga konsumen.
Dua minggu setelah lakukan moratorium, Pemerintah Pusat bersama
dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, meninjau langsung
pembangunan reklamasi di pesisir Utara Jakarta, tepatnya pada tanggal 5 Mei
2016 lalu. Hal ini tentunya untuk menentukan penerapan konsep moratorium
reklamasi. Pihak Pemerintah pusat diwakilkan dari tiga kementerian, yakni
Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Manusia, Rizal Ramli, Menteri
Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan
Hidup, Siti Nurbaya. Peninjauan dilakukan di dua pulau yang berbeda, yakni
pulau C dan pulau D, di sekitar Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Menteri
KLHK, Siti Nurbaya menyebutkan, AMDAL pulau buatan hasil reklamasi Teluk
Jakarta ini masih butuh dikoreksi, terlebih ini berkaitan dengan dampak dari
kegiatan di pulau tersebut. Menteri KKP, Susi menambahkan, penghentian proyek
reklamasi Teluk Jakarta merupakan bentuk keseriusan pemerintah tidak
membiarkan begitu saja. Begitu juga dengan Menko Maritim dan SDA , Rizal
Ramli yang menyebutkan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta harus perhatikan
119
http://kabar24.bisnis.com/read/20160420/16/539800/nasib-reklamasi-teluk-jakarta-ini-
tanggapan-agung-sedayu-soal-moratorium-reklamasi
102
sejumlah aspek, mulai dari perencanaan yang matang, tidak merugikan
masyarakat dan negara memiliki andil yang besar dalam pengaturan reklamasi.120
Setelah melakukan peninjauanm ke pulau reklamasi, Pemerintah pusat
akhirnya memutuskan untuk menyegel tiga pulau reklamasi. Pulau tersebut ialah
Pulau C, D dan G. Keputusan penyegelan ketiga pulau ini diputuskan melalui SK
KLHK pada 12 Mei 2016. Berdasarkan hasil tinjauan, kontraktor ketiga pulau
tersebut dinilai melanggar peraturan. Pembangunan pulau tidak sesuai dengan
AMDAL yang diizinkan oleh Pemerintah sehingga pihak kontraktor wajib untuk
lakukan perizinan kembali. Tenggat waktu penyegelan masing-masing pulau pun
berbeda-beda, ada yang 14 hari, 60 hari dan 90 hari untuk menyelesaikan dan
memperbaiki pelanggaran. SK tersebut juga mengatur jelas tentang sanksi yang
akan dikenakan bagi kontraktor yang melanggar peraturan tersebut.121
Hal ini
tentu memungkinkan adanya penyegalan pulau-pulau buatan lain hasil reklamasi.
Sekitar dua bulan, joint committeeyang dibentuk oleh pemerintah
akhirmya menggelar Forum Group Discussionbersama dengan sejumlah pihak,
yakni baik dari ilmuwan, kemudian pengusaha, masyarakat dan sejumlah ahli.
Forum ini tentunya menjadi ruang bagi komite untuk mengetahui dan mendengar
pandangan dari berbagai pihak mengenai reklamasi Teluk Jakarta.122
Ada pun
beberapa hasil kajian sementara yang ditemukan ialah ada sejumlah permasalahan
baik di permukaan darat dan juga di permukaan laut. Hal inilah yang kemudian
120
http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/tinjau-pulau-reklamasi-teluk-jakarta-ini-kata-
para-menteri/ 121
https://katadata.co.id/berita/2016/05/11/pemerintah-segel-3-pulau-proyek-reklamasi-
pantai-utara-jakarta 122
http://properti.kompas.com/read/2016/06/11/220531421/dua.bulan.bekerja.ini.temuan.
komite.bersama.reklamasi.teluk.jakarta
103
memberi dampak bagi masyarakat pesisir. Pemerintah mewajibkan agar Komite
Kerjasama ini bisa menyelesaikan dan memberikan hasil kajian rampung pada
pertengahan Juni 2016.
Ditengah penyelesaian carut marut permasalahan reklamasi Teluk Jakarta
antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat, Presiden Joko Widodo
akhirnya me-reshuffle anggota kabinet kerja dibawahnya, yakni Rizal Ramli
Menko Bidang Kemaritiman. Posisi ini akhirnya digantikan dengan mantan
perwira TNI, Luhut Binsar Pandjaitan. Reshuffle ini pun dikhawatirkan oleh
masyarakat yang menolak reklamasi. Pasalnya jika ada pergantian posisi jabatan,
ini artinya memungkinkan reklamasi akan tetap dilanjutkan. Kekhawatiran
masyarakat akhirnya pun berakhir dengan desakan kepada Luhut untuk tetap
melanjutkan moratorium reklamasi. Belum dua bulan menjabat, Luhut pun terang-
terangan untuk segera mencabut moratorium reklamasi ke publik. Mengutip
laman kompas.com, ada tiga alasan yang akhirnya membuat Luhut melanjutkan
proses reklamasi. Pertama, reklamasi merupakan kepentingan bagi Pemprov DKI
Jakarta dan kepentingan nasional, kedua, mengantisipasi sumber air yang
berkurang, dan ketiga menghindari banjir rob. 123
Keputusan pemerintah untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta,
akhirnya pun disambut baik oleh Pemprov DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Pasalnya, Ahok menilai, sudah banyak pihak yang merasa dirugikan dengan
adanya moratorium reklamasi pada April 2016 lalu, terlebih pihak
123
Nabilla Tashandra, Ini Tiga AlasanMelanjutkan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Versi
Luhut, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/14/11110641/ini.tiga.alasan.melanjutkan.proyek.reklam
asi.teluk.jakarta.versi.luhut
104
pengembang.124
Dengan adanya lampu hijau dari pemerintah Pusat, Pemprov DKI
Jakarta pun akan mempersiapkan pembangungan kampung dan rumah susun bagi
para nelayan Kampung Muara Angke. Sejumlah fasilitas baik dari dermaga kecil,
proses pengeringan dan penjemuran menjadi nilai penawaran yang menarik.
Tudingan adanya kerjasama antara Menko Maritim dengan Gubernur DKI
Jakarta soal kelanjutan reklamasi pun terus menyeruak di publik. Namun Ahok
membantah jika kelanjutan reklamasi merupakan hasil lobi-lobi dengan
pemerintah Pusat. Ahok tegaskan, bahwa dasar kelanjutan dari reklamasi adalah
Keppres era Soeharto bukan perizinan dari Kemenko Maritim yang hanya
meneruskan mandat tersebut.125
Tak tanggung-tanggung, landasan hukum kelanjutan reklamasi juga terus
diupayakan oleh Ahok. Ahok pun berencana kembali mengajukan dua Raperda
yang sempat tertunda pembahasannya di DPRD DKI Jakarta, yakni Raperda soal
zonasi dan Kawasan Strategis Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok menilai pengajuan
landasan hukum ini menjadi hal yang sangat penting dan menentukan arah
pembangunan reklamasi 17 pulau buatan.126
Dukungan untuk keberlanjutan reklamasi juga disuarakan oleh Plt
Gubernur DKI Jakarta yang saat itu mengganti sementara kursi Ahok, Sony
124
Ahmad Romadoni, Proyek Reklamasi Pulau G Berlanjut, Ahok Senang Semua
Diuntungkan, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://news.liputan6.com/read/2598606/proyek-reklamasi-pulau-g-berlanjut-ahok-senang-semua-
diuntungkan 125
Kahfi Dirga Cahya, Ahok :Izin Reklamasi Dari Keppres, Enggak Ada Urusan dengan
Izin Menko Maritim, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/14/10103591/ahok.izin.reklamasi.dari.keppres.engg
ak.ada.urusan.dengan.izin.menko.maritim 126
Dennis Destryawan, Demi Kepentingan Pengusaha, Ahok Kembali Ajukan Perda
Reklamasi ke DPRD DKI, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/10/11/demi-kepentingan-pengusaha-ahok-kembali-
ajukan-perda-reklamasi-ke-dprd
105
Soemarsono. Sony menyebutkan bahwa reklamasi Teluk Jakarta memang harus
dilanjutkan. Apalagi DPRD DKI Jakarta telah memberikan sinyal untuk
melakukan pembahasan dua raperda tersebut. Namun, aspek regulasi dan landasan
hukum tentunya menjadi catatan penting sebelum reklamasi dilanjutkan.
Kemudian selanjutnya nanti Pemprov DKI Jakarta harus menunggu master plan
pembangunan wilayah pesisir dari Bappenas. Namun sayang, pasca adanya
pencabutan moratorium, tak banyak kebijakan yang Ahok keluarkan. Kebijakan
reklamasi pun akhirnya menggantung, maju tak bisa, mundur pun tak bisa.
Majunya Ahok dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta bersama dengan petahana
Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat dinilai menjadi perkara yang dilematis.
Sehingga, Ahok pun tak bisa berbuat banyak, karena posisinya sedang
memanfaatkan cuti sebagai gubernur.
3. Tidak Melibatkan Berbagai Pihak
Waktu terus bergulir, pembangunan reklamasi Teluk Jakarta terus
mendapat kecaman dari berbagai pihak di tahun 2016. Hal ini serupa dengan
pernyataan Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahannya), bahwa konflik secara sederhana juga dapat
diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan
baik secara individu atau kelompok.127
Sebagian pihak kontra menyebut bahwa
perizinan reklamasi Teluk Jakarta yang dikeluarkan Ahok tidak disosialisasikan
dengan baik dan cacat hukum. Di awal Januari, Pemprov DKI Jakarta digugat di
127
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), h.
348.
106
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait dengan kebijakan-kebijakan
tersebut. Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) yang terdiri dari Kesatuan
Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), dan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini menganggap bahwa
kebijakan perizinan pelaksanaan reklamasi tidak berpihak kepada masyarakat
kecil dan tidak memikirkan dampak buruk terhadap lingkungan. Pemprov DKI
Jakarta menurut KSTJ, hanya berpihak kepada pengusaha yang memiliki
permodalan keuangan yang banyak.128
Selain permasalahan keberpihakan, KSTJ juga menuding ada
maladministrasi yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dalam mengeluarkan
izin tersebut, yang mana ini berkaitan dengan landasan hukum yang tidak sesuai.
Mengutip dari Mongabay.co.id, dalam pelaporan kepada Ombudsman, ada poin-
poin keberatan yang sebaiknya ditelusuri. Misalnya saja, yakni berkaitan dengan
adanya dugaan penyalahgunaan wewenang Ahok yang melebihi kewenangan
Pemerintah Pusat. Kemudian, proses pembangunan pulau tidak sesuai dengan
Perda Tata Ruang Tahun 2007. Terakhir, yakni berkaitan dengan Pergub Nomor
206 Tahun 2016 yang dilanggar oleh Ahok dan dinilai cacat secara hukum. 129
Penolakan terhadap kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta oleh Ahok terus
disuarakan aliansi KSTJ. Sebagai bentuk penolakan, mereka pun lakukan unjuk
rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta untuk bertemu perwakilan legislatif.
128
Diko Oktara, Izinkan Reklamasi 3 Pulau, Ahok Kembali Digugat Nelayan, diakses
pada tanggal 22 september dari situs https://metro.tempo.co/read/738126/izinkan-reklamasi-3-
pulau-ahok-kembali-digugat-nelayan 129
Ursula Florene, Kasus maladministrasi reklamasi Teluk Jakarta dilaporkan ke
Ombudsman, diakses pada tanggal 22 septebr 2017 dari situs
https://www.rappler.com/indonesia/berita/163772-reklamasi-teluk-jakarta-maladministrasi-lapor-
ombudsman
107
Tuntutan KSTJ pun masih tetap sama, yakni berkaitan dengan desakan kepada
DPRD DKI Jakarta untuk menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta.
Penolakan dari aliansi KSTJ terhadap kebijakan pembangunan Reklamasi Jeluk
Jakarta dapat dikatakan benturan yang timbul akibat adanya perbedaan pandangan
dan perbedaan kepentingan yang mengakibatkan konflik antara kedua belah
pihak. Hal ini sejalan dengan Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar
Sosiologi130
. Namun sayang, hasil tak berbuah manis bagi KSTJ. Masyarakat yang
tergabung dalam aliansi KSTJ ini harus berpuas diri, pasalnya M. Taufik, Wakil
Ketua DPRD DKI Jakarta tak bisa memenuhi desakan tersebut. DPRD DKI
Jakarta tetap bersikeras untuk melanjutkan pembahasan Raperda mengenai Zonasi
dan Kawasan Rencana Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.131
Penolakan reklamasi terus disuarakan oleh KSTJ secara terus menerus dengan
meminta adanya penghentian reklamasi Teluk Jakarta.
4. Belum Ada Kesepakatan Antara DPRD Dengan Gubernur
(Pemprov DKI Jakarta)
Pembahasan dua Raperda oleh DPRD DKI Jakarta terus mengalami
penundaan hingga tiga kali. Penundaan pembahasan ini pun disebabkan oleh
sejumlah faktor, misalnya saja karena jumlah anggota yang datang tidak
memenuhi kuorum dan adanya pertimbangan lain sehingga pembahasan tidak bisa
dilakukan. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, yang merupakan kader dari partai
Gerindra, M. Taufik menyebutkan bahwa penundaan dilakukan karena adanya
130
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), 131
DPRD Tolak Penghentian Reklamasi Pantura Jakarta, diakses pada tanggal 22
september 2017 dari situs http://poskotanews.com/2016/01/28/dprd-tolak-penghentian-reklamasi-
pantura-jakarta/
108
polemik yang bergulir di masyarakat. Selain itu permasalahan di bidang hukum
juga menjadi dasar alasan DPRD DKI Jakarta belum bahas Raperda tersebut.
Taufik juga menyebut bahwa ada perubahan sejumlah pasal yang termaktub di
Raperda tersebut, padahal Raperda sudah disetujui oleh Balegda dan Pemprov
DKI Jakarta.132
Hal mencengangkan mengenai pembahasan Raperda Zonasi dan Kawasan
Strategis Reklamasi Pantura justru menjadi pusat perhatian publik pada akhir
Maret 2016 lalu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lakukan tindakan
Operasi Tangkap Tangan terhadap salah satu anggota DPRD DKI Jakarta, M.
Sanusi. Sanusi diketahui merupakan kader dari Partai Gerindra dan merupakan
saudara kandung dari Wakil Ketua DPRD DKI, M. Taufik. KPK menangkap dua
orang termasuk Sanusi di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan
pada 31 Maret 2016. Sanusi ditangkap karena diduga kuat menerima uang suap
yang diberikan salah satu pengembang reklamasi Teluk Jakarta. Penyuapan
tersebut diduga untuk memuluskan besaran kontribusi tambahan yang diatur
dalam Raperda Zonasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura. Selain
menangkap Sanusi, KPK juga menangkap Trinanda Prihantoro yang merupakan
karyawan dari PT Agung Podomoro Land serta Ariesman Widjaja, Presiden
Direktur PT Agung Podomoro Land.
Dalam kasus ini, KPK menetapkan tiga tersangka, termasuk Sanusi dengan
sejumlah barang bukti, seperti adanya uang sebesar 1 milyar rupiah dan uang 140
132
Aulia Bintang Pratama, Paripurna DPRD DKI Bahas Raperda Zonasi Kembali
Ditunda, diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301171405-20-114645/paripurna-dprd-dki-bahas-
raperda-zonasi-kembali-ditunda
109
juta rupiah. 133
PT Muara Samudra Wisesa, yang merupakan anak perusahaan dari
PT Agung Podomoro Land, menjadi salah satu pengembang yang telah
mendapatkan izin utk mereklamasi Pulau G dengan luas mencapai 160 hektar.
KPK mengungkap bahwa aliran uang yang dibayarkan pengembang kepada
Sanusi untuk bisa mengarahkan agar Amdal yang belum terselesaikan bisa
dipermudah. Kemudian juga, hal ini tentunya untuk menurunkan kontribusi
tambahan sebesar 15% yang diwajibkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal ini
tentunya berkaitan dengan adanya keberatan yang dirasakan oleh pengembang.
Pasca adanya penangkapan Sanusi dalam kasus suap oleh KPK, sejumlah
pihak, baik dari DPRD DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta hingga pihak
pengembang diminta menghadiri jadwal pemeriksaan KPK. KPK panggil 7
anggota DPRD DKI Jakarta pada April 2016 lalu, mereka adalah Wakil Ketua
Balegda DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio
Ed, Ketua Balgeda DPRD DKI, Mohamad Taufik, kemudian S. Nurdin,
Mohamad Sangaji, Ferrial Sofyan dan Dameria Hutagalung. Untuk eksektif,
Gubernur DKI Jakarta, Basuki juga turut serta diperiksa dengan kapasitasnya
sebagai saksi dalam kasus ini. Hal ini tentunya diperlukan KPK untuk menggali
informasi mengenai Raperda yang diajukan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Pasca Operasi Tangkap Tangan (OTT) M. Sanusi, DPRD DKI Jakarta
melalui konferensi pers akhirnya membuka suara terkait Rancangan Peraturan
Daerah (Raperda) Reklamasi Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil rapat pimpinan
133
Aryo Wicaksono, KPK Resmi Tetapkan Sanusi Tersangka Penerima Suap, diakses
pada tanggal 22 september 2017 dari situs http://www.viva.co.id/berita/nasional/755200-kpk-
resmi-tetapkan-sanusi-tersangka-penerima-suap
110
gabungan, DPRD DKI Jakarta sepakat untuk menghentikan pembahasan kedua
Raperda tersebut.134
Hal ini dikarenakan adanya Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan KPK
terhadap Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Sanusi. Namun sayangnya, DPRD
DKI Jakarta tidak menyebutkan sampai kapan batas pengehantian pembahasan
Raperda ini dilakukan. Hal ini tentunya berdampak dengan adanya penundaan
peraturan sebagai landasan hukum pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
Merespon kejadian OTT M. Sanusi Kasus Suap Reklamasi Teluk Jakarta,
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memastikan bahwa tidak ada
oknum dari kalangan Pemprov DKI Jakarta yang terlibat dalam kasus suap ini.135
Pasalnya, Pemprov DKI Jakarta tetap bersikeras untuk tetap mempertahankan
adanya rumusan besaran kontribusi tambahan yang wajib dibayarkan oleh para
pengembang. Ahok kembali menilai bahwa rumusan 15% NJOP itu tidak akan
hilang, pasalnya itu adalah uang Pemprov DKI Jakarta.
C. Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta
Kebijakan pada dasarnya merupakan bagian dari produk politik, dan dalam
pemerintahan kebijakan publik ini juga berperan dalam menentukan kepentingan
masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan Budiman Rusli bahwa kebijakan
publik adalah suatu produk politik, sehingga produk-produk politik ikut mewarnai
kebijakan yang dihasilkan.Sebagaimana produk politik lainnya, tentu dalam
134
Danu Damarjati, Imbas Sanusi Jadi Tersangka KPK, Pembahasan Raperda Reklamasi
Dihentikan, diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs https://news.detik.com/berita/d-
3186132/imbas-sanusi-jadi-tersangka-kpk-pembahasan-raperda-reklamasi-dihentikan 135
Ahok soal suap reklamasi: Pemda DKI tak mungkin terlibat, diakses pada tanggal 22
september 2017 dari situs https://www.rappler.com/indonesia/128003-pemda-dki-tak-terlibat-
kasus-suap-reklamasi
111
perumusan suatu kebijakan bahkan pelaksanaan kebijakan pastinya terdapat
konflik, baik dari pihak yang pro dan juga kontra, yang turut menyertai suatu
kebijakan. Dalam bab IV ini, penulis akan memaparkan penjelasan tentang pro
dan kontra terhadap Reklamasi Teluk Jakarta.
1. Pro Reklamasi
Ada beberapa pihak yang mendukung kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta,
mereka adalah Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan tentunya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pernyataan sikap Pemprov DKI Jakarta yang
pro atau mendukung pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini disampaikan
Basuki Tjahaja pada debat kandidat pemilu Gubernur dan Wakil Guebrnur DKI
Jakarta di Hotel Bidakara Jakarta Selatan pada Rabu 12 April 2017. Menurut
Ahok, kewajiban pengembang untuk memberikan kontribusi kepada Pemprov
DKI Jakarta sangat menguntungkan tidak hanya untuk Pemprov tetapi juga untuk
masyarakat DKI Jakarta. Kemudian, besaran kontribusi yang wajib dibayarkan
pengembang, nantinya akan digunakan sepenuhnya untuk penataan wilayah.
Penataan wilayah inilah yang nantinya akan dirasakan langsung oleh para nelayan
dan masyarakat yang tinggal disekitar pesisir utara Jakarta.
―Dalam hitungan kami, akan ada Rp 128 triliun, artinya pada saat itu
pembangunan rumah susun nelayan sudah selesai. Inilah yang dimaksud
mengadministrasi sosial. Yang diutamakan adalah rakyat. Makanya, kami
mendapatkan penghargaan indeks pembangunan manusia. Karena targetnya
manusia‖.136
136
Gibran Maulana Ibrahim, Debat Panas Ahok-Anies soal 'Untuk Siapa Reklamasi,
diakses pada tanggal 30 september 2017 dari situs 'https://news.detik.com/berita/d-3407663/debat-
panas-ahok-anies-soal-untuk-siapa-reklamasi
112
Menurut Kepala Bappeda DKI Jakarta, terdapat tiga manfaat positif dari
Reklamasi Teluk Jakarta terhadap Pemprov DKI Jakarta yaitu kewajiban,
kontribusi lahan, dan kontribusi tambahan. Pertama, kewajiban bagipara
pengembang yang mana, mereka diwajibkan untuk menyediakan sarana dan
prasarana dasar setiap pulau yang akan dibangun, infrastruktur penghubung antar
pulau, dan pengerukan sedimentasi kanal lateral.
Kedua adalah kontribusi lahan, yang artinya pengembang diwajibkan
untuk menyerahkan 5% dari total luas lahan Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
Manfaat terakhir dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta yaitu
kontribusi tambahan. Ahok menetapkan kontribusi tambahan sebesar 15 %kepada
para pengembang dari keuntungan yang mereka peroleh. Kontribusi tambahan ini
merupakan syarat tambahan yang diajukan pada pemerintahan Basuki Tjahaja
Purnama saat menjadi Gubernur DKI Jakarta yang sebelumnya belum pernah
diatur. Besaran kontribusi tambahan ini diajukan karena menurut Ahok, angka
tersebut sudah melalui kajian.137
Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
Proyek reklamasi juga diharapkan Pemprov DKI Jakarta dapat menambah
pendapatan kas daerah dan pembangunan yang menyeluruh dengan bantuan dari
137
Erwan Hermawan, Dari Mana 15 Persen Kontribusi Reklamasi? Ini Rumusnya,
diakses pada tanggal 23 september 2017 dari situs https://metro.tempo.co/read/762179/dari-mana-
15-persen-kontribusi-reklamasi-ini-rumusnya
D = Y x L x NJOP
D = dividen
Y = kontribusi tambahan
L = luas lahan yang bisa dijual
NJOP = nilai jual obyek pajak
113
para pengembang yang membangun reklamasi di Teluk Jakarta. Pertimbangan
lain dari Ahok yang menginginkan Reklamasi Teluk Jakarta tetap dibangun
karena Ahok ingin penduduk Jakarta yang kurang mampu dan kalangan muda
dalam 20-30 tahun mendatang dapat terjamin dengan ketersedian yang memadai,
walaupun akan terjadi pertambahan jumlah penduduk nantinya138
.
Selain itu, reklamasi menurut Ahok mampu mengatasi masalah hunian
bagi warga DKI Jakarta yang sehat dan pantas untuk warganya. Karena DKI
Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia tentunya memiliki harga jual tanah
yang mahal, hal ini yang membuat DKI Jakarta melalui Pemprov merasa perlu
membuat daratan baru yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan guna
kepentingan masyarakat. Ahok juga memaparkan bahwa Reklamasi Teluk Jakarta
ini tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat di sekitar pesisir
Utara Jakarta.
―warga pesisir justru akan mendapatkan dampak positif kok dari reklamasi
tersebut. Apalagi, proyek ini akan menambah luas tanah di Jakarta dan Pemprov
DKI akan langsung mendapatkan tanah yang bersertifikat seluas 51 hektare‖
Hal ini sejalan dengan kurang lebih 300 nelayan Muara Angke yang
datang ke PTUN DKI Jakarta untuk menyampaikan dukungannya. Menurut salah
satu nelayan yang mendukung Reklamasi Teluk Jakarta, selama ini tangkapan
ikan mereka tidak terpengaruh dengan adanya Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini
karena mereka menangkap ikan hingga ketengah laut, sedangkan pembangunan
138
Nibas Nada Nailufar, Ini Alasan Ahok Ngotot Jalankan Reklamasi, diakses pada
tanggal 24 september 2017 dari situs
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/12/23554911/ini.alasan.ahok.ngotot.jalankan.reklam
asi
114
Reklamasi Teluk Jakarta dilakukan di pinggir pantai. Justru dengan adanya
pembangunan Reklamasi, masyarakat pesisir merasa terbantu karena anak-anak
muda saat ini sudah tidak tertarik dengan profesi sebagai nelayan. Hal ini
membuat lapangan pekerjaan baru yang ada untuk masyarakat pesisir khususnya
generasi muda.139
Selain itu, Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dibawah
pimpinan Luhut Binsar Panjaitan, berpendapat bahwa reklamasi Teluk Jakarta
sama sekali tidak memiliki alasan untuk dimoratorium atau dihentikan sebagai
berikut:"Saya sudah tanda tangani (pencabutan moratorium) pada hari Kamis
karena semua ketentuan yang berlaku dari semua kementerian dan lembaga yang
terlibat itu tidak ada masalah."140
Luhut menegaskan bahwa proyek Reklamasi ini bukan untuk kepentingan
bisnis semata, dan bukan juga untuk sekedar pencitraan, lebih dari itu menurut
Luhut pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini bertujuan untuk menakankan
angka kemiskinan serta menaikan kesejahteraan rakyat. Luhut menjelaskan,
bahwa dalam pembangunan Reklamasi teluk Jakarta ini semua pihak telah
dilibatkan dalam kajian Reklamasi. Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh PT.
PLN, PT. Nusantara Regas, dan PT. Pertamina Hulu Energi (PHE).141
139
Ahok Jamin Warga Miskin Bisa Tinggal di Pulau Reklamasi, diakses pada tanggal 24
september 2017 dari situs http://poskotanews.com/2016/05/05/ahok-jamin-warga-miskin-bisa-
tinggal-di-pulau-reklamasi/ 140
Muhammad Idris, Luhut Buka-bukaan soal Cabut Moratorium Reklamasi, diakses
pada tanggal 24 september 2017 dari situs https://news.detik.com/berita/d-3676150/luhut-buka-
bukaan-soal-cabut-moratorium-reklamasi 141
Kurnia Sari Aziza, Sempat Bermasalah, Luhut Pastikan Reklamasi Teluk Jakarta
Dilanjutkan, Ini Pertimbangannya, diakses pada tanggal 10 oktober 2017 dari situs
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/sempat-bermasalah-luhut-pastikan-
reklamasi-teluk-jakarta-dilanjutkan-ini-pertimbangannya
115
"Khusus untuk (keputusan keberlanjutan reklamasi) Pulau G, seluruh
syarat administratif telah dipenuhi pengembang pulau tersebut (PT Muara Wisesa
Samudra),"
Luhut juga menambahkan bahwa persyaratan yang selama ini diminta PT.
PLN kepada PT. Muara Wisesa Samudra telah dipenuhi. Menurut Luhut PT.
Muara Wisesa Samudra telah telah membangun trowongan bawah tanah dan
membangun kolam berisi air pendingin yang akan disalurkan ke PLTU Muara
Karang.
Reklamasi yang akan dibuat di perairan Teluk Jakarta ini juga diharapkan
dapat menyerap para pekerja yang secara otomatis akan meningkatkan lapangan
pekerjaan di wilayah DKI Jakarta. Memang dalam proses pembangunannya,
reklamasi Teluk Jakarta tidak berjalan mulus, baik dalam hal perizinan maupun
gugatan yang dilakukan para aktivis sosial, nelayan maupun kritikan dari para
pengamat hukum, tata ruang kota, maupun peneliti. Namun, Pemprov DKI Jakarta
beserta Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman, tetap optimis bahwa
reklamasi Teluk Jakarta ini akan membawa dampak positif untuk Jakarta dan
Indonesia, sama seperti negara-negara yang sukses melakukan reklamasi dan
menjadi suatu pemanfaatan ruang yang baru seperti Dubai, Jepang, dan
Singapura. Selain itu, dengan adanya reklamasi ini akan membuat kerjasama
Pemprov DKI Jakarta dengan para pengembang akan menjadi lebih baik lagi.
Proyek reklamasi ini digadang-gadang akan menjadi water front city142
.
Ditambah lagi, reklamasi Teluk Jakarta juga akan dibangun bersamaan dengan
142
Waterfront city adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai,
sungai ataupun danau. Pengertian ―waterfront‖ dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah
daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan. Tentunya klasifikasi
116
Giant Sea Wall143
yang akan membentuk lambang negara Indonesia. Giant Sea
Wall ini ditenggarai juga akan menjadi solusi dari banjir rob yang melanda Jakarta
setiap 8 tahun sekali.Oleh karena itu, Giant Sea Wall ini juga menjadi proyek
andalan dari Pemprov DKI Jakarta. Walau begitu, Basuki mengatakan bahwa
pembangunan reklamasi dengan pembangunan Giant Sea Wall adalah hal yang
berbeda namun diharapkan dapat bersinergi untuk kemajuan DKI Jakarta.
Selain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kementrian Kementerian
Kordinator Bidang Kemaritiman, Bappeda DKI Jakarta, dan beberapa nelayan
pesisir Teluk Jakarta, terdapat beberapa anggota DPRD yang menyetujui adanya
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini. Salah satu yang setuju dengan
pembangunan ini ialah bapak Bestari Barus sebagai kader dari Partai Nasional
Demokrat (NasDem) dan sekaligus sebagai anggota Komisi D Bidang
Pembangunan untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta periode 2014-2019 dan menjadi ketua farksi NasDem.
Menurutnya Reklamasi Teluk Jakarta memang merupakan jalan yang terbaik
dalam menyikapi pertumbuhan penduduk dan ekonomi di DKI Jakarta, Reklamasi
merupakan solusi yang dapat diambil pemerintah dengan bantuan pengembang
untuk melakukan pembanguan Reklamasi karena membutuhkan biaya yang sangat
besar ini.
tersebut sudah dimiliki Kota Sangatta yang kini terbelah menjadi dua kecamatan yakni Sangatta
Utara dan Sangatta Selatan. 143
Giant SeaWall merupakan bagian dari Proyek NationalCapital Integrated Coastal
Development(NCICD). Mega proyek pembangunan tanggul laut raksasa yang berada di bagian
utara Jakarta. secara umum proyek tanggul raksasa ini terbagi ke dalam tiga tahapan. Tahapan
pertama berupa peninggian serta penguatan tanggul laut atau pengaman pantai utara Jakarta. Tahap
kedua berupa pembangunan konstruksi tanggul terluar serta reklamasi pulau berbentuk garuda, dan
tahap ketiga, yakni pembangunan tanggul laut raksasa atau yang dikenal sebagai Giant Sea Wall.
117
―Kenyataan yang harus kita pahami bahwa daerah pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta ini sebelum dilakukan Pembangunan Reklamsi ini
memang sudah tidak lagi berpotensi untuk dijadikan derah atau zona menangkap
ikan bagi para nelayan. Hal ini karena, daerah pembangunan Reklamasi ini
memang sudah berkurang kualitas lingkungannya. Nelayan yang berada di sekitar
pesisir pun tidak akan kehilangan mata pencahariannya untuk menangkap ikan di
wilayah pesisir karena memang sudah tidak dapat digunakan sebelum
pembangunan Reklamasi ini dilakukan. Pembangunan Reklamasi justru akan
mambawa dampak positif bagi DKI Jakarta, hal ini karena Pemerintah Provinsi
sebagai pemilik lahan yang sah memiliki legitimasi dalam kepemilikan tanah dan
para pengembang diwajibkan memberikan kontribusi tambahan yang akan
diberikan berupa pembangunan infrastruktur di wilayah DKI Jakarta.‖
Pernyataan bapak Bestari Barus ini menjelaskan, bahwa pembangunan
reklamasi Teluk Jakarta ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan mata
pencaharian para nelayan di pesisir Jakarta. Hal ini karena lokasi pengangkapan
ikan para nelayan sudah mengalami kekrusakan bahkan sebelum pembangunan
Reklamsai Teluk Jakarta dilakukan, dan para nelayan tidak beresiko untuk
menempuh jarak yang lebih jauh karena memang sebelum pembangunan
reklamasi dilakukan para nelayan memang sudah menangkap ikan melebihi
wilayah Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
Selain pernyataan tentang dampak pembangunan reklamasi yang tidak
berdampak pada para nelayan di wilayah pesisir, Bestari Barus juga merasa
Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini harus tetap dilanjutkan guna
memberikan pemasukan pada anggaran kas pemerintah DKI Jakarta. Selain
pendapatan pemerintah DKI Jakarta yang akan bertambah, menurut Bestari Barus
dengan adanya Reklamasi ini para pemodal dan investor akan berdatangan untuk
menginvestasikan usaha mereka di wilayah Indonesia khususnya Jakarta,
118
mengingat sarana, prasarana dan infrastruktur yang ada di Ibukota sudah lebih
baik dengan adanya kerja sama dengan para pengembang.
―Justru saya bingung dengan orang-orang yang menolak Reklamasi,
karena Reklamasi adalah jalan yang tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang ada di Jakarta. Misalnya kemacetan, dengan adanya Pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta, maka pembangunan dan perkembangan akan mernyebar
dan merata, dengan begitu pengguna kendaraan bermotor di daerah Jakarta tidak
lagi menumpuk di daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat saja. Banjir juga akan
berkurang dengan Pembangunan Reklamasi, karena para pengembang dengan
bekerja sama bersama pemerintah berarti ikut membangunan ruang terbuka hijau
dan pembangunan taman yang akan berguna untuk daerah resapan di Jakarta,
khususnya Jakarta Selatan yang sebenarnya merupakan wilayah resapan DKI
Jakarta. Jika point-point ini telah berjalan dengan baik, maka investor dan pemilik
modal dari asing akan tertarik untuk menginvestasikan sahamnya ke wilayah
Indonesia khususnya DKI Jakarta, hasilnya pendapatan pemerintah pusat akan
mendapatkan pemasukan yang bertambah.‖
Jika melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa Pembangunan Reklamasi
Teluk Jakarta akan mambawa dampak positif yang luas untuk berbagai hal di
wilayah DKI Jakarta. Maka dari itu, kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta ini perlu
mendapatkan perhatian dan kajian yang serius dalam pembuatan regulasi dan
kebijakan publik guna mengatur Pembangunan Reklamasi dengan bak dan benar
agar semua masyarakat dapat merasakan nilai positif dari adanya Reklamasi Teluk
Jakarta. Namun pembangunan Reklamasi juga perlu dikawal dan diperhatikan
oleh banyak elemen, karena Pembangunan Reklamasi teluk Jakarta ini adalah
pembangunan mega proyek yang menghabiskan banyak dana pada proses
pembangunannya. Wajar saja jika Reklamasi Teluk Jakarta menjadi perdebatan
karena suatu kebijakan menurut Nigro ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembuatan keputusan antara lain adanya pengaruh tekanan dari luar, adanya
119
pengaruh kebiasaan lama atau konservatisme, adanya pengaruh sifat-sifat pribadi,
adanya pengaruh dari kelompok luar, dan adanya pengaruh keadaan masa lalu144
2. Kontra Reklamasi
Sebagaimana proses politik yang berdinamika, dalam sebuah penerapan
kebijakan selain ada pihak yang pro, tentu juga ada pihak yang kontra.
Pertentangan dari pihak yang kontra terhadap pembangunan Reklamasi Teluk
Jakarta datang dari berbagai sudut pandang, mulai dari aktivis, pengamat, peneliti
hingga pemerintah pusat seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pihak yang kontra terhadap reklamasi menilai bahwa reklamasi Teluk
Jakarta tidak perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pembangunan reklamasi ini
dirasa merugikan negara dan masyarakat, baik dalam faktor sosial, ekonomi,
politik, hukum, maupun lingkungan di wilayah pesisir Teluk Jakarta. Beberapa
penolakan tersebut disertai dengan analisa dan penelitian yang dikaji menurut para
aktivis dan akademisi. Penulis akan menjelaskan beberapa dampak negatif yang
timbul dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.
a. Aspek Sosial
Reklamasi tidak hanya menimbulkan dampak positif, namun juga
menimbulkan dampak negatif dari berbagai faktor yang salah satunya yaitu faktor
sosial. Dampak negatif ini terkait mata pencaharian para nelayan dan masyarakat
pesisir teluk utara Jakarta. Hal ini karena dengan dibangunnya reklamasi teluk
144
Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 174.
120
Jakarta, maka para nelayan yang sebelumnya mencari ikan melaut disekitar pesisir
menjadi hilang, dan bukan hanya itu saja. Para nelayan juga harus memutar untuk
mendapatkan ikan. Faktor sosial ini secara erat akan bersangkutan dengan
berbagai faktor lain seperti ekonomi yang timbul akibat hilangnya mata
pencaharian mereka.
b. Aspek Ekonomi
Dampak negatif dari reklamasi tentunya akan dirasakan oleh semua
kalangan, baik masyarakat dan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat.. Dampak negatif dari Reklamasi Teluk Jakarta akan terasa
dalam aspek ekonomi karena hilangnya mata pencaharian para nelayan dan
masyarakat sekitar pesisir pantai utara Jakarta akan meningkatkan pengangguran
di wilayah tersebut serta dapat menurunkan kualitas SDM masyarakat pesisir
teluk utara Jakarta. Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi sejumlah kalangan menolak reklamasi teluk Jakarta, hal ini karena
selain hilangnya mata pencaharian para nelayan, kerusakan yang timbul dari
reklamasi ini akan menimbulkan kerusakan sejumlah fasilitas negara yang akan
berdampak pada meningkatnya pengeluaran negara untuk membenahi pendapatan
daerah. Pernyataan yang sependapat dengan itu adalah pernyataan Nelson dari lbh
Jakarta, yang mengatakan bahwa :
―Dengan melakukan pembangunan reklamasi sama dengan menambah
jumlah pengangguran yang ada di DKI Jakarta karena para nelayan yang
sebelumnya mencari dan menangkap ikan di kawasan pesisir teluk Jakarta
menjadi kehilangan mata pencahariannya. Selain itu PT. PLN yang mempunyai
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) akan mengalami kerusakan mesin akibar
dari pembangunan reklamasi yang membuat ombak di pesisir teluk Jakarta tidak
lagi ada sehingga mesin-mesin yang dimiliki PT. PLN ini menjadi over heat atau
terlalu panas.‖
121
Pernyataan Nelson diatas cukup menguatkan bahwa dengan adanya
pembangunan Reklamasi teluk Jakarta memiliki dampak yang cukup serius bagi
aspek ekonomi khususnya masyarakat pesisir utara Jakarta. Meskipun
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta belum rampung dan hanya menghasilkan
tiga pulau yang sudah berbentuk daratan, yaitu pulau C, D dan G. Masyarakat
pesisir Teluk Jakarta sudah merasakan dampak negatif dari pembangunan ini
karena para nelayan semakin kesulitan untuk mencari ikan, selain itu pasokan
listrik yang selama ini menyuplai wilayah Jawa dan Bali juga akan terganggu,
seperti penyataan diatas. Hal ini karena mesin-mesin yang digunakan PT. PLN
pada PLTU Muara Karang akan terganggu akibat Reklamasi yang membuat
mesin-mesin ini menjadi panas atau over heat.
c. Aspek Politik
Reklamasi teluk utara Jakarta juga akan berdampak pada peta perpolitikan
di Jakarta maupun Indonesia. Hal ini karena DKI Jakarta sebagai Ibukota
Republik Indonesia merupakan barometer atau acuan pada politik di Indonesia.
Dengan adanya reklamasi teluk Jakarta, maka akan ada kemungkinan perbedaan
pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah yang pro dengan
pembangunan reklamasi Jakarta. Perbedaan ini tentunya akan membuat peta
perpolitikan menjadi sesitif dan panas. Bahkan pembangunan reklamasi teluk
Jakarta ini dinilai juga berpengaruh pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017
dan juga pemilihan Presiden 2019 nanti. Seperti kontestasi politik lainnya, dimana
tokoh politik yang akan mencalonkan diri. Tentu panggung politik dapat dibentuk
dari kasus yang sedang hangat seperti pembangunan reklamasi ini, keadaan yang
122
semeraut membuat pembangunan reklamasi teluk Jakarta menjadi panggung
bebas para tokoh politik untuk unjuk gigi atau menimbulkan citra baik dihadapan
masyarakat sebagai penilainya.
d. Aspek Hukum
Selain berdampak pada tiga pandangan diatas, reklamasi teluk Jakarta juga
memberikan pengaruh negatif dalam bidang hukum. Banyaknya peraturan yang
mengatur tentang reklamasi, bukan membuat masalah dan konflik semakin
sedikit, justru membuat masalah dan konflik menjadi semakin besar dengan
peraturan yang ada terkesan tumpang tindih antara peraturan yang satu dengan
peraturan yang lainnya. Ini dapat terlihat pada empat peraturan yang ada saling
tumpang tindih dalam proyek reklamasi teluk Jakarta. Empat peraturan ini adalah
Keputusan Presiden nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Jakarta;
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur; Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2012 tentang Reklamasi
di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan Undang-undang nomor 1 tahun
2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merupakan
revisi dari undang-undang Nomor 27 tahun 2007. Selama proyek pembangunan
reklamasi ini berjalan, baik dari pihak pro dan kontra memiliki pandangan dan
argumentasi sendiri yang landasan regulasinya berbeda-beda, namun tetap
mengacu pada salah satu dari peraturan tersebut. Sedangkan menurut Tigor
Hutapea dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melihat ada
kejanggalan dalam proses pemberian izin reklamasi teluk Jakarta. Salah satu yang
123
menjadi alasan Tigor hutapea mengatakan ada kejanggalan ialah adanya aturan
yang tidak dilakukan oleh pengembang dan pemprov DKI Jakarta.
―Dalam case pembangunan reklamasi yang ada di jakarta ini, ada yang
hilang, ada yang tidak dilakukan. Hal ini terlihat karena ketika pulau-pulau sudah
terbentuk sekarang, namun tidak memiliki KLHS, tidak juga memiliki aturan
zonasi. Justru langsung menunjuk lokasi, lalu kemudian membuat AMDAL,
setelah diperiksa AMDAL nya, ternyata AMDAL ini hanya ingin menimbun pasir
tapi tidak tahu setelah timbul daratan nantinya akan dibentuk apa, dan
kegunaannya untuk apa karena itu tidak terbaca dalam AMDAL reklamasi teluk
Jakarta ini. Maka dari itu dapat dikatakan AMDAL reklamasi teluk Jakarta ini
sangat parsial. Karena tidak tahu akan dimanfaatkan untuk apa, limbahnya akan
dibuang kemana, ambil airnya dari mana. Inilah yang kami lihat akan
menimbulkan kekacauan jika reklamasi teluk Jakarta tetap dilakukan.‖
Dari pernyataan Tigor dari KNTI ini, cukup menguatkan bahwa terdapat
kesalahan dalam prosesnya sekaligus menjelaskan bahwa dalam proses perizinan
reklamasi Teluk Jakarta pengembang dan Pemprov DKI Jakarta melewatkan
beberapa tahapan dasar yang seharusnya dipenuhi sebelum membuat AMDAL.
e. Aspek Lingkungan
Melihat lebih jauh dampak negatif tentang pembangunan reklamasi Teluk
Jakarta. Tujuh belas pulau yang akan dibangun di teluk Jakarta ini dianggap
sejumlah pengamat dan pihak kontra yang lain akan menambah parah kerusakan
lingkungan perairan di pesisir Jakarta maupun daerah disekitar Jakarta yang
digunakan untuk mengeruk pasir guna penimbunan pasir. Salah satu dampak
lainnya terhadap lingkungan yaitu karena dibawah pembangunan reklamasi teluk
Jakarta terdapat pipa dan kabel yang terhubung dengan listrik dan gas yang
menyuplai DKI Jakarta, ditambah lagi PLTU Muara Karang yang berada di
pesisisr Jakarta membutuhkan ombak untuk sirkulasi proses pendinginan mesin
pembangkit listrik di muara karang. Hal lain yang sedikit terlupakan bahwa DKI
124
Jakarta memiliki 13 kanal yang mengalir di sekitar DKI Jakarta, nantinya 13 kanal
ini akan membawa air bahkan lumpur dan sampah dari hulu ke hilir yang
bermuara ke laut utara jakarta. Jika reklamasi ini ada, maka lumpur dan sampah
ini akan menumpuk di bibir pantai utara Jakarta yang berakibat pada kerusakan
lingkungan yang tercemar akibat lumpur yang tidak terurai oleh ombak di bibir
pantai Jakarta karena terhalang daratan reklamasi dan Giant Sea Wall. Seperti
yang dijelaskan Alan Frendy Koropitan sebagai ahli Oseanografi, bahwa :
―Reklamasi nampaknya merupakan solusi yang keliru, karena reklamasi
walaupun memiliki dampak positif dari aspek ekonomi, namun juga memiliki
dampak negatif yang jauh lebih besar dari keuntungan yang didapat dalam aspek
ekonomi itu sendiri dan dampak negatif terhadap lingkungan ini akan terasa
dalam jangka waktu yang lama. Reklamasi berpotensi cemarkan laut Jakarta
karena reklamasi akan menutup aliran ombak yang selama ini secara alami
mencuci pesisir Teluk Jakarta dari lumpur,sedimen, logam berat dan bahan
organik.Hasil simulasi sebelum dan sesudah adanya pulau reklamasi secara
keseluruhan 17 pulau menunjukan semakin lamanya 'waktu cuci' alami teluk
dalam mengencerkan material yang masuk. Memang benar kenyataannya Teluk
Jakarta sudah tercemar, namun reklamasi 17 pulau yang ada justru akan
menambah tingkat pencemaran itu. Penambahan Giant Sea Wall (GSW) juga akan
lebih menambah kadar pencemaran dan danau buatan di sebelah dalam GSW
tidak bisa diandalkan menjadi sumber air bersih‖
Dari pernyataan tersebut, dirasa cukup menguatkan bahwa dengan adanya
pembangunan Reklamasi teluk Jakarta memiliki dampak yang cukup serius bagi
aspek lingkungan dan hal ini terlupakan oleh para pengembang juga Pemprov
DKI Jakarta. Lingkungan disekitar pesisir akan mengalami kerusakan yang cukup
fatal dengan kerugian yang besar karena kerusakan ini akan terjadi dalam waktu
yang lama.
125
BAB V
PENUTUP
Reklamasi pada dasarnya bertujuan untuk pemanfaatan suatu lahan yang
tidak berguna menjadi lahan yang berguna baik untuk tujuan bisnis, pemukiman,
pertanian, industri maupun objek wisata. Selain itu, reklamasi juga bertujuan
untuk meingkatkan pembangunan sarana dan parasaran suatu wilayah yaitu
seperti pembangunan terminal pelabuhan dan lapangan penerbangan atau bandara
untuk tujuan komersil maupun non komersil. Akan tetapi, pada proses
pembangunan reklamasi menimbulkan polemik yang begitu besar, baik dukungan
dari yang pro dan kontra hingga tarik menarik keputusan pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat karena tidak sinkronnya peraturan-peraturan yang ada.
Sebagai contoh, kemelut yang terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dan
Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dengan Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Masing-masing
pihak baik yang pro dan kontra memiliki pandangan tersendiri dan keyakinan
hukum yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat peraturan yang saling tumpang
tindih dalam proyek reklamasi Teluk Jakarta.
126
Mengingat bahwa tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui mengapa
proyek reklamasi Teluk Jakarta mengalami kendala dan melibatkan banyak pihak
didalamnya. Selain itu peneliti ingin melihat faktor apa saja yang menjadi
penyebab kendala dalam pembangunan reklamasi Teluk Jakarta. Maka dalam
dalam bab terakhir ini akan berisi kesimpulan guna memenuhi tujuan dari
penelitian ini. Peneliti juga memberikan saran yang diharapkan dapat digunakan
sebagai pertimbangan penyelesaian permasalahan yang terjadi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kendala yang timbul pada Reklamasi Teluk Jakarta karena adanya
tumpang tindih peraturan yang ikut menyertai. Peraturan yang ada seharusnya
dapat menanggulangi kendala dan perdebatan yang ada. Namun pada
kenyataannya, peraturan yang ada justru membuat konflik menjadi semakin lebar
karena peraturan yang ada tidak dapat mengatur secara detail mengenai syarat,
wewenang dan tanggung jawab dari pembangunan reklamasi teluk jakarta
2. Konflik yang timbul dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta
menjadi semakin panas dengan tertangkapnya Mohamad Sanusi selaku anggota
DPRD DKI Jakarta, yang terbukti melakukan korupsi raperda reklamasi dari
mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja. Hal ini
membuat pembangunan reklamasi menjadi semakin hangat dan mambuat banyak
pihak ikut menjadi terduga korupsi oleh KPK.
127
3. Terdapat beberapa faktor yang membuat pembangunan Reklamasi
Teluk Jakarta menjadi terbengkalai dan berhenti. Faktor-faktor itu ialah korupsi,
regulasi yang tidak bersinergis, persyaratan yang tidak dilengkapi pengembang
dan konsep kebijakan publik yang tidak berjalan dalam pemerintahan. Sebelum
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta, seharusnya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah melakukan kajian bersama dengan melibatkan masyarakat,
peneliti, aktivis dan pengamat baik dari aspek politik, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dalam membuat kebijakan publik melibatkan tiga elemen yaitu
pelaku kebijakan, kebijakan publik, dan lingkungan kebijakan yang semuanya
saling terhubung dan terkait. Hal ini sangat diperlukan dalam membuat suatu
kebijakan yang sesuai guna mendapatkan solusi dari kasus atau isu yang dihadapi
pemerintah dan masyarakat.
4. Terdapat proses yang terlewati dalam pembentukan sebuah
kebijakan reklamasi. Menurut Budi Winarmo, idealnya dalam pembentukan
sebuah kebijakan harus melakukan beberapa tahapan diantaranya yaitu
penyusunnan agenda, formulasi kebijakan, adopsi/legitimasi kebijakan, dan
evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Namun pada Reklamasi Teluk Jakarta
pemerintah daerah seperti Pemprov DKI Jakarta yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab dalam pembangunan Reklamsi nyatanya tidak melibatkan
masyarakat pesisir dan nelayan. Pemerintah juga tidak melibatkan peneliti dan
pengamat dalam mambuat formulasi, hal ini yang kemudian menimbulkan banyak
pertentangan dari peneliti dan pengamat terhadap Reklamasi Teluk Jakarta.
128
Setelah Pemprov DKI Jakarta pada masa Basuki Tjahaja Purnama mengeluarkan
izin pembangunan Reklamasi melalui regulasi yang berlaku, evaluasi yang
seharusnya dilakukan pada seluruh proses kebijakan tidak juga kunjung
dilaksanakan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya dalam skripsi ini belum sepenuhnya menjawab pertanyaan terkait
pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini dikarenakan ruang lingkup dan
sistematika penulisan yang terbatas.Namun disini penulis akan mengajukan saran-
saran yang sekiranya relevan:
1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta seluruh elemen lainnya
seperti Pemerintah Pusa, masyarakat serta berbagai peneliti dan pengamat
melakukan kajian ualang terhadap Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini guna
mengkaji kebijakan-kebijakan publik yang telah ada sebelumnya dan menentukan
kebijakan mana yang disepakati untuk menjadi acuan dalam pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta. Jika memang pada hasil kajian ini kebijakan-kebijakan
yang telah ada dirasa tidak relevan dengan keadaan yang terjadi sekarang,
pemerintah perlu membuat kebijakan baru yang lebih relevan dan melibatkan
berbagai pihak.
2. Pemerintah pusat dalam hal ini perlu mengawasi dan juga
memberikan penilaian terhadap kajian-kajian untuk persyaratan pembangunan
129
Reklamasi Teluk Jakarta. Pengawasan dan penilaian ini menjadi penting agar
pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai yang bertanggung jawab dan yang
berwenang dalam pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta dapat berjalan sinergis
dengan pemerintah pusat.
3. Jika terdapat persyaratan yang belum dilengkapi oleh para
pengembang, pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu melakukan moratorium guna
mengevaluasi dan melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi oleh para
pengembang. Proses ini juga sangat menentukan apakah pembangunan Reklamasi
Teluk Jakarta ini memang layak dan dapat dijadikan solusi bagi permasalahan dan
isu-isu yang ada di DKI Jakarta.
4. Para pengembang yang terbukti melakukan tindak kecurangan
dengan kasus korupsi, perlu mendapatkan sanksi berupa pencabutan izin
pembangunan dan pengelolaan bangunan serta oknum yang bersangkutan wajib
diadili sesuai hukum yang berlaku. Hal ini diperlukan agar para pengembang
mentaati semua peraturan yang berlaku di Republik Indonesia.
5. Masyarakat perlu lebih kritis dan peka terhadap pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta ini, bahkan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini
perlu dikaji dengan melakukan seminar dan diskusi publik oleh masyarakat.
Karena Reklamasi Teluk Jakarta merupakan salah satu pembangunan yang
menjadi patokan bagi daerah lain untuk melakukan pengembangan dan
pembangunan di daerahnya guna pemerataan ekonomi dan kemajuan daerah
tersebut. Jika masyarakat tidak kritis dan peka terhadap fenomena pembangunan
130
Reklamasi ini, maka akan membuat konflik-konflik yang timbul karena
pembangunan yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada.
6. agar para pengembang mentaati semua peraturan yang berlaku di
Republik Indonesia.
7. Masyarakat perlu lebih kritis dan peka terhadap pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta ini, bahkan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini
perlu dikaji dengan melakukan seminar dan diskusi publik oleh masyarakat.
Karena Reklamasi Teluk Jakarta merupakan salah satu pembangunan yang
menjadi patokan bagi daerah lain untuk melakukan pengembangan dan
pembangunan di daerahnya guna pemerataan ekonomi dan kemajuan daerah
tersebut. Jika masyarakat tidak kritis dan peka terhadap fenomena pembangunan
Reklamasi ini, maka akan membuat konflik-konflik yang timbul karena
pembangunan yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
DKI Jakarta 2030. n.d.
5 Pulau Besar Terbesar di Indonesia. n.d. http://ilmupengetahuanumum.com/5-
pulau-terbesar-di-indonesia/ (accessed Mei 3, 2017).
Admin. Luas Wilayah Negara Indonesia. Maret 28, 2013.
http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html (accessed
April 26, 2017).
Anggara, Sahya. Kebijakan Publik . Bandung: Bandung:Pustaka Setia, 2014.
Antara. Menteri Susi : Ahok Harus Hentikan Reklamasi Sampai Penuhi Aturan.
April 15, 2016.
http://nasional.harianterbit.com/nasional/2016/04/15/60116/25/25/Menteri
-Susi-Ahok-Harus-Hentikan-Reklamasi-Sampai-Penuhi-Aturan (accessed
September 22, 2017).
Artharini, Isyana. Pemerintah Dituntut Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Benoa.
Maret 21, 2016.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesi
a_reklamasi_benoa (accessed Agustus 16, 2016).
Ayuningtyas, Rita. 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi. n.d.
http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-
reklamasi/ (accessed Agustus 16, 2016).
Aziza, Kurnia Sari. Ahok : Salahnya Reklamasi di Mana? September 15, 2015.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/15/22564341/Ahok.Salahny
a.Reklamasi.di.Mana. (accessed September 21, 2017).
—. Sempat Bermasalah, Luhut Pastikan Reklamasi Teluk Jakarta Dilanjutkan. Ini
Pertmbangannya. n.d.
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/sempat-bermasalah-
luhut-pastikan-reklamasi-teluk-jakarta-dilanjutkan-ini-pertimbangannya
(accessed Oktober 10, 2017).
Badan Pusat Statistik. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-
2015. n.d. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366 (accessed
April 26, 2017).
BBC. KPU Tetapkan Jokowi menang di Pilpres. Juli 22, 2014.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/07/140722_kpu_has
il_pilpres (accessed September 15, 2017).
xiv
Blaxter, and Lisa Harrison. Metodelogi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media
Group, 2007.
C, Jack, and Plano. Kamus Analisa Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994.
Cahya, Kahfi Dirga. Ahok : Izin Reklamasi dari Keppres, Enggak Ada Urusan
Dengan Izin Menko Maritim. September 14, 2016.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/14/10103591/ahok.izin.rekla
masi.dari.keppres.enggak.ada.urusan.dengan.izin.menko.maritim
(accessed September 22, 2017).
Damardono, Haryo. Perjalanan Panjang Reklamasi Jakarta. n.d.
https://interaktif.kompas.id/reklamasijakarta (accessed April 16, 2017).
Damarjati, Danu. Ahok: Moratorium Reklamasi Pasti Rugika Perusahaan yang
Terlibat. April 18, 2016. https://news.detik.com/berita/3190954/ahok-
moratorium-reklamasi-pasti-rugikan-perusahaan-yang-terlibat (accessed
September 22, 2017).
—. Imbas Sanusi Jadi Tersangka KPK,Pembahasan Raperda Reklamasi
Dihentikan. April 12, 2016. https://news.detik.com/berita/d-
3186132/imbas-sanusi-jadi-tersangka-kpk-pembahasan-raperda-reklamasi-
dihentikan (accessed September 22, 2017).
Destryawan, Dennis. Demi Kepentingan Pengusaha, Ahok Kembali Ajukan Perda
Reklamasi ke DPRD DKI. Oktober 11, 2016.
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/10/11/demi-kepentingan-
pengusaha-ahok-kembali-ajukan-perda-reklamasi-ke-dprd (accessed
September 22, 2017).
Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta. Tingkat
Pencemaran Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Presentasi Indeks
Keragaman. Agustus 13, 2015. http://data.jakarta.go.id/dataset/tingkat-
pencemaran-perairan-teluk-jakarta-berdasarkan-persentasi-indeks-
keragaman/resource/9e27fb10-57df-4e9d-aa67-e7c3fe12f501# (accessed
November 20, 2017).
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan MAHKAMAH
AGUNG Nomor 12 PK/TUN/2011 Tahun 2011. n.d.
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/03a5c75077d3b684d73901
31b62c4421 (accessed September 12, 2017).
Djakapermana, Ruchyat Deni. Rencana Tata Ruang Kawasan
JABODETABEKPUNJUR : Upaya Menyeimbangkan Pertumbuhan
Ekonomi Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup. Juli 2008.
xv
http://tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=110
(accessed September 13, 2017).
Dokumen Jakarta Coastal Defense Strategy. Oktober 15, 2012.
https://issuu.com/rujak/docs/jcds_-_atlas_30_sept_2011-_ind (accessed
September 11, 2017).
Fathurahman, Prof. H. Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: CV
Pustaka Setia, 2011.
Fisher, Simon. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak.
Jakarta: The British Council Indonesia, 2001.
Fitra, Safrezi. Pemerintah Segel Tiga Pulau Reklamasi di Teluk Jakarta. May 11,
2016. https://katadata.co.id/berita/2016/05/11/pemerintah-segel-3-pulau-
proyek-reklamasi-pantai-utara-jakarta (accessed September 22, 2017).
Florene, Ursula. Kasus Maladministrasi Reklamasi Teluk Jakarta Dilaporkan ke
Ombudsman. Maret 10, 2017.
https://www.rappler.com/indonesia/berita/163772-reklamasi-teluk-jakarta-
maladministrasi-lapor-ombudsman (accessed September 22, 2017).
Fransisca, Gloria. Ahok : Raperda Zonasi Laut Sejenis Pengaturan MDPL di
Darat. April 23, 2015.
http://jakarta.bisnis.com/read/20150423/77/426290/ahok-raperda-zonasi-
laut-sejenis-pengaturan-mdpl-di-darat (accessed September 21, 2017).
Hadi, Syamsul, and Dkk. DisintegrasiPasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal
dan Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Hafiyyan. Ini 3 poin Pertimbangan Reklmasi Pantai Utara Jakarta. November
27, 2015. http://jakarta.bisnis.com/read/20151127/384/496358/ini-3-poin-
pertimbangan-reklamasi-pantai-utara-jakarta (accessed September 21,
2017).
Hairani, Linda. Empat Program Prioritas Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta. Juli
25, 2014. https://metro.tempo.co/read/595655/empat-program-prioritas-
ahok-saat-jadi-gubernur (accessed September 21, 2017).
Hakim, Lukman. Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah. Malang:
Setara Press, 2012.
Hasil kumulatif dengan perhitungan manual sesuai Tabel 1 Nama Pulau, Luas
Pulau, dan Persebaran Penduduk - Lampiran I Pergub DKI Jakarta
Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Kawasan Reklamasi Pantai
Utara Jakarta. n.d.
xvi
Hendricks, William. Bagaimana Mengelola Konflik Petunjuk Praktis Untuk
Manajemen Konflik Yang Efektif . Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Hermawan, Erwan. Dari Mana 15 Persen Kontribusi Reklamasi? Ini Rumusnya.
n.d. https://metro.tempo.co/read/762179/dari-mana-15-persen-kontribusi-
reklamasi-ini-rumusnya (accessed September 23, 2017).
Hidayat, Imam. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: PA. Nurul Abyadh dan Pustaka
Pelajar, 2002.
Hindarto, Yugo. Jokowi Tegaskan Pergub DKI 146 Bukan Izin Reklamasi. n.d.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101184206-20-
252812/jokowi-tegaskan-pergub-dki-146-bukan-izin-reklamasi (accessed
September 15, 2017).
Huda, Larissa. Begini Debat Ahok dan Anies Soal Reklamasi. n.d.
https://nasional.tempo.co/read/865595/dipandu-ira-koesno-begini-debat-
ahok-dan-anies-soal-reklamasi (accessed September 22, 2017).
Ibrahim, Girbran Maulana. Debat Panas Ahok-Anies Soal "Untuk Apa
Reklamasi". n.d. https://news.detik.com/berita/d-3407663/debat-panas-
ahok-anies-soal-untuk-siapa-reklamasi (accessed September 22, 2017).
Idris, Muhammad. Luhut Buka-bukaan Soal Cabut Moratorium Reklamasi. n.d.
https://news.detik.com/berita/d-3676150/luhut-buka-bukaan-soal-cabut-
moratorium-reklamasi (accessed September 24, 2017).
Indrawan, Angga. KNTI Jakarta Sambut Baik Moratorium Reklamasi. April 19,
2016.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/19/o5w040365
-knti-jakarta-sambut-baik-moratorium-reklamasi (accessed September 22,
2017).
Juniman, Puput Tripeni. Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi Dengan
Pengembang. n.d.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-
130470/ahok-beberkan-perjanjian-reklamasi-dengan-pengembang
(accessed September 22, 2017).
Karinga, Hendra. Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta:
Kencana, 2013.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Peraturan
Presiden Nomor 122 Tahun 2012. n.d.
http://peraturan.go.id/perpres/nomor-122-tahun-2012-
11e44c4f773c3b10878f313232313331.html (accessed April 17, 2017).
xvii
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 Tentang Pemberian
Pelaksaan Izin Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo. n.d.
Kumpulan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2016.
n.d. http://www.menlhk.go.id/berita-85-kumpulan-peraturan-menteri-
lingkungan-hidup-dan-kehutanan-tahun-2016.html (accessed April 26,
2016).
Kurniati, Ratna Diah. Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus:
Pelaksanaan Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pada Dinas Pertamanan
Provinsi DKI Jakarta. Depok: Skripsi Fisip UI, 2007.
Kurniawan, Mukhamad. Coretan Basuki di Pasal Raperda. n.d.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/06/19320021/Coretan.Basuk
i.di.Pasal.Raperda (accessed April 16, 2017).
Kusumawati, Utami Diah. Jokowi: Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta Enam
Bulan. April 27, 2016.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160427164630-12-
127017/jokowi-moratorium-reklamasi-teluk-jakarta-enam-bulan (accessed
September 22, 2017).
Lampiran X Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. n.d.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2017/pp13-2017bt.pdf
(accessed September 13, 2017).
Liemin. Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses di Dunia. n.d.
http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-tersukses-di-
dunia/ (accessed Agustus 16, 2016).
Liemin; Tugu Post. Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses di Dunia. n.d.
http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-tersukses-di-
dunia/ (accessed Agustus 16, 2016).
Marbun, B.N. DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2006.
Mozes, Roderick Adrian. Ledakan Penduduk Jakarta, Ancaman yang mengerikan.
September 4, 2017.
http://properti.kompas.com/read/2017/09/04/160500021/ledakan-
penduduk-jakarta-ancaman-yang-mengerikan- (accessed September 11,
2017).
Muhajir, Anton. Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Meluas. Juni 15, 2016.
http://www.benarnews.org/indonesian/berita/bali-tolak-reklamasi-
06152016153058.html (accessed Agustus 16, 2016).
xviii
Muhammad, Cholid. Drama Haru SBY. Oktober 30, 2010.
http://nasional.kompas.com/read/2010/10/30/0434159/drama.haru.sby
(accessed September 12, 2017).
Murad, Ratna. Urusan Rumah Tangga Daerah Otonomi Bertingkat Dan
Permasalahannya. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Departemen Dalam Negeri, 1996.
Nailufar, Nibas Nada. Ini Alasan Ahok Ngotot Jalankan Reklamasi. n.d.
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/12/23554911/ini.alasan.ahok
.ngotot.jalankan.reklamasi (accessed September 24, 2017).
Nazir, Moh. Metode Penelitian . Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
—. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Nugraha, Indra. Tinjau Puau Reklamasi Teluk Jakarta, Ini Kata Para Menteri.
May 2016, 2016. http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/tinjau-pulau-
reklamasi-teluk-jakarta-ini-kata-para-menteri/ (accessed September 22,
2017).
Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah. Jakarta:
PT. Grasindo, 2007.
Oktara, Diko. Izinkan Reklamasi 3 Pulau, Ahok Kembali Digugat Nelayan.
Januari 21, 2016. https://metro.tempo.co/read/738126/izinkan-reklamasi-
3-pulau-ahok-kembali-digugat-nelayan (accessed September 22, 2017).
Pengertian Letak Geografis dan Astronomis Wilayah Indonesia. n.d.
http://www.geologinesia.com/2016/11/pengertian-letak-geografis-dan-
astronomis-wilayah-indonesia.html (accessed Agustus 9, 2016).
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rencana Strategis (RENSTRA)
Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2005-2009. n.d.
http://tataruangpertanahan.com/regulasi/pdf/permen/menkp/permenkp_17
_2013.pdf/ (accessed Agustus 15, 2016).
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabek Punjur Pasal 70. n.d.
Peraturan Presiden Nomer 51 Tahun 2014. n.d.
http://peraturan.go.id/perpres/nomor-51-tahun-2014-
11e44c4f2987e9d0828a313231393231.html (accessed Agustus 16, 2016).
Pitoko, Ridwan Aji. Dua Bulan Bekerja, Ini Temuan Komite Bersama Reklamasi
Teluk Jakarta. Juni 11, 2016.
http://properti.kompas.com/read/2016/06/11/220531421/dua.bulan.bekerja
xix
.ini.temuan.komite.bersama.reklamasi.teluk.jakarta (accessed September
22, 2017).
—. Raperda Kawasan Pantura Jakarta Cantumkan 17 Pulau Baru. Oktober 22,
2015.
http://properti.kompas.com/read/2015/10/22/180732121/Raperda.Kawasan
.Pantura.Jakarta.Cantumkan.17.Pulau.Baru (accessed September 21,
2017).
POSKOTA NEWS. Ahok Jamin Warga Miskin Bisa Tinggal di Pulau Reklamasi.
May 5, 2016. http://poskotanews.com/2016/05/05/ahok-jamin-warga-
miskin-bisa-tinggal-di-pulau-reklamasi (accessed September 24, 2017).
—. DPRD Tolak Penghentian Reklamasi Pantura Jakarta. Januari 28, 2016.
http://poskotanews.com/2016/01/28/dprd-tolak-penghentian-reklamasi-
pantura-jakarta/ (accessed September 22, 2017).
Prabowo, Dani. Kementrian LHK Dukung Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta.
April 16, 2016.
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/16/14221711/Kementerian.LHK
.Dukung.Moratorium.Reklamasi.Teluk.Jakarta (accessed September 22,
2017).
Pratama, Aulia Bintang. Paripurna DPRD DKI Bahas Raperda Zonasi Kembali
Ditunda. Maret 1, 2016.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301171405-20-
114645/paripurna-dprd-dki-bahas-raperda-zonasi-kembali-ditunda
(accessed September 22, 2017).
Profil Pembangunan DKI Jakarta. n.d.
http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20
Provinsi%203100DKI%202013.pdf (accessed Mei 2017, 2017).
Pruit, Dean G., and Jeffrey Z. Rubin. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Purba, David Oliver. Hingga 2016, Tren Pertambahan Jumlah Penduduk Terus
Terjadi di Jakarta. Juni 7, 2017.
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/07/12514301/hingga.2016.tr
en.pertambahan.jumlah.penduduk.terus.terjadi.di.jakarta (accessed
November 26, 2017).
Putera, Andri Donal. Ini Kewajiban Pengembang Yang Dapat Proyek Reklamasi
Pantura Jakarta. n.d.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/16484011/Ini.Kewajiban.
Pengembang.yang.Dapat.Proyek.Reklamasi.Pantura.Jakarta (accessed
September 22, 2017).
xx
Putri, Alsadad. Pemerintah Sepakat Hentikan Sementara Reklamasi di Teluk
Jakarta. April 18, 2016.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/18/18373541/Pemerintah.Se
pakat.Hentikan.Sementara.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta (accessed
September 22, 2017).
Rachmat, Basuki. Tunggu Komando, FPI Siap Demo Lagi Tolak Ahok. November
14, 2014. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141114094559-20-
11455/tunggu-komando-fpi-siap-demo-lagi-tolak-ahok (accessed
September 21, 2017).
Rahdian, Lalu. Ahok Beberkan Keuntungan Reklamasi Pesisir Jakarta. April 23,
2015. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150422223444-20-
48604/ahok-beberkan-keuntungan-reklamasi-pesisir-jakarta (accessed
September 21, 2017).
Rappler.com. Ahok Soal Suap Reklamasi : Pemda DKI mungkin terlibat. April 2,
2016. https://www.rappler.com/indonesia/128003-pemda-dki-tak-terlibat-
kasus-suap-reklamasi (accessed September 22, 2017).
Rauf, Maswadi. Konsensus dan Konflik Politi. Jakarta: DIKTI, 2001.
Reklamasi Teluk Jakarta Penting. n.d.
http://www.kompasiana.com/nikmatjujur/reklamasi-teluk-jakarta-
penting_574eade5f37e61f2072b347e (accessed Mei 10, 2017).
Rochmi, Muhammad Nur. Memahami Reklamasi Pantai Utara Jakarta. April 6,
2016. https://beritagar.id/artikel/berita/memahami-reklamasi-pantai-utara-
jakarta (accessed Mei 3, 2017).
Romadoni, Ahmad. Proyek Reklamasi Pulau G Berlanjut, Ahok Senang Semua
Diuntungkan. September 10, 2016.
http://news.liputan6.com/read/2598606/proyek-reklamasi-pulau-g-
berlanjut-ahok-senang-semua-diuntungkan (accessed September 22,
2017).
Rosalina, M. Puteri. Dilema Reklamasi Pantai Jakarta. n.d.
http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-
Jakarta (accessed Agustus 15, 2016).
—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta. n.d.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.
Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed
Agustus 16, 2016).
—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, Dari Era Soeharto Sampai Ahok.
April 4, 2016.
xxi
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.
Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed
Agustus 16, 2016).
—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, Dari Era Soeharto Sampai Ahok.
April 4, 2016.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.
Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed
September 29, 2016).
Sari, Maya. Batas Wilayah Indonesia Secara Geografi. Januari 26, 2016.
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/batas-wilayah-indonesia-secara-
geografis (accessed Agustus 9, 2017).
Sari, Nursita. Sepekan Jelang Penetapan Cagub-Cawagub DKI, Berkas
Persyaratan Dinyatakan Lengkap. n.d.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/17/16202411/sepekan.jelang
.penetapan.cagub-cawagub.dki.berkas.persyaratan.dinyatakan.lengkap
(accessed April 16, 2017).
Sarundajang, S. H. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2002.
Sasongko, Joko Panji. Dugaan Korupsi Rp.15,5 T Reklamasi Pantai Losari Masuk
KPK. April 25, 2016.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160425165640-12-
126384/dugaan-korupsi-rp155-t-reklamasi-pantai-losari-masuk-kpk/
(accessed Agustus 16, 2016).
Setiadi, Elly M., and Usman Kolip. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya).
Jakarta: Kencana, 2010.
SH, Abdurrahman. Beberapa Catatan Disekitar Pelaksanaan Otonomi Nyata Dan
Bertanggungjawab Pada Daerah Tingkat II”, Beberapa Pemikiran
Tentang Otonomi Daerah, ed. Abdurrahman. Jakarta: Media Saran Press,
1987.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial . Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Sinamo, Nomensen. Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia. Tangerang: PT.
Pustaka Mandiri, 2010.
Singarimbun, Masri, and Sofian Effendi. Metode penelitian survai. Jakarta: LP3S,
1983.
Stroink. Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, penj. Ateng Syarifudin. Bandung:
PT. Refika Aditama, 2006.
xxii
Suara Pembaruan. KPU DKI Pastikan Kemenangan Jokowi-Basuki. September
28, 2012. http://sp.beritasatu.com/home/kpu-dki-pastikan-kemenangan-
jokowi-basuki/25245 (accessed September 15, 2017).
Subagja, Indra. Membedah Pergub No.146 Yang Ditandatangani Jokowi Terkait
Reklamasi. Novermber 1, 2017.
https://kumparan.com/@kumparannews/membedah-pergub-no-146-yang-
ditandatangani-jokowi-terkait-reklamasi (accessed Desember 15, 2017).
Sunindhia, Y. W. Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.
Suryadi, Soleh. Administrasi Publik Dan Otonomi Daerah. Bandung: Prima Press,
2007.
Susantono, Bambang. Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009.
Suwiknyo, Edi. Nasib Reklamasi Teluk Jakarta : Ini Tanggapan Agung Sedayu
Soal Memoratiom Reklamasi. April 20, 2016.
http://kabar24.bisnis.com/read/20160420/16/539800/nasib-reklamasi-
teluk-jakarta-ini-tanggapan-agung-sedayu-soal-moratorium-reklamasi
(accessed September 22, 2017).
Tashandra, Nabilla. Ini Tiga Alasan Melanjutkan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta
Versi Luhut. September 14, 2016.
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/14/11110641/ini.tiga.alasan.mel
anjutkan.proyek.reklamasi.teluk.jakarta.versi.luhut (accessed September
22, 2017).
Tempo.co. Menanti Perbaikan Sistem Teluk Jakarta. Maret 29, 2017.
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/03/29/285860663/menanti-
perbaikan-ekosistem-teluk-jakarta (accessed November 30, 2017).
Tentang Komunitas Marine Buddies. n.d.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/cam
paign/marine_buddies/ (accessed Agustus 9, 2016).
Ubaedillah, A., and Abdul Rozak. Pendidikan Kewarga[negara]an Civic
Education; Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ed.
Revisi. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group,
2014.
Utama, Abraham. Ahok Bahas Reklamasi Saat Bertemu Wali Kota Rotterdam.
Agustus 24, 2015.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150824092721-20-74001/ahok-
xxiii
bahas-reklamasi-saat-bertemu-wali-kota-rotterdam/ (accessed September
21, 2017).
Waluyo, Andylala. Presiden Jokowi Lantik Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta.
November 19, 2014.
https://www.voaindonesia.com/a/presidenokowiantik-ahok-jadi-gubernur-
dki-jakarta/2526024.html (accessed September 21, 2017).
Wicaksono, Aryo. KPK Resmi Tetapkan Sanusi Tersangka Penerima Suap. April
1, 2016. http://www.viva.co.id/berita/nasional/755200-kpk-resmi-
tetapkan-sanusi-tersangka-penerima-suap (accessed September 22, 2017).
Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikas.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, .