konflik dalam kebijakan reklamasi teluk utara...

154
KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA JAKARTA PADA MASA PEMERINTAHAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK) PERIODE (2015-2017) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaSosial (S.Sos) Oleh: Bayu Nanda Permana 1111112000104 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: buixuyen

Post on 20-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI

TELUK UTARA JAKARTA PADA MASA

PEMERINTAHAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

(AHOK) PERIODE (2015-2017)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar SarjanaSosial (S.Sos)

Oleh:

Bayu Nanda Permana

1111112000104

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan
Page 3: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan
Page 4: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan
Page 5: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

iv

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengkaji bagaimana Pembangunan Reklamasi Teluk Utara

terjadi, pembangunan yang menghabiskan sangat banyak biaya dalam prosesnya.

Yang menarik dalam isu ini adalah bagaimana proses pembangunan ini selain

menghabiskan banyak biaya, namun juga menimbulkan konflik yang luas. Selain

itu Pembangunan Reklamasi Teluk Utara Jakarta juga menjadi menarik karena

adanya tumpang tindih peraturan yang mengakibatkan timbulnya polemik dalam

proses pembangunan ini. Dalam konflik Pembangunan Reklamasi Teluk Utara

Jakarta, terdapat bagian yang pro terhadap reklamasi dan ada pula bagian yang

kontra terhadap reklamasi. Reklamasi Teluk Utara Jakarta juga menjadi perhatian

karena letak pembangunannya yang berada di Ibukota sehingga membuat proyek

ini sulit mendapatkan kejelasan regulasi terkait izin. Reklamas Teluk Utara

Jakarta juga menjadi acuan atau patokan bagi pembangunan di daerah lain.

Penelitian ini menggunakan teori Kebijakan Publik dan Konflik serta

menggunakan Konsep Desentralisasi dan Dekonsentrasi dalam membedah studi

kasus Pembangunan Reklamasi Teluk Utara Jakarta ini. Penelitian ini

menggunakan metode Kualitatif melalui analisa serta pemahaman

mendalam.Sumber data yang digunakan dalam pendekatan ini dibagi menjadi dua

bagian, yaitu data primer seperti wawancara dan data sekunder seperti observasi

data.

Penelitian ini menemukan bahwa konflik yang terjadi pada Pembangunan

Reklamasi Teluk Utara Jakarta dikarenakan beberapa faktor diantaranya :

Pertama, tumpang tindih peraturan yang terjadi sejak proses perizinan hingga

Pembangunan Reklamasi, membuat mega proyek ini menjadi terbengkalai dan

tidak ada kejelasan statusnya. Kedua, terungkapnya tindak pidana korupsi yang

dilakukan oleh Mohamad Sanusi sebagai anggota DPRD DKI Jakarta, yang

terbukti melakukan tindak pidana korupsi raperda reklamasi dari mantan Presiden

Direktur PT. Agung Podomoro Land yaitu Ariesman Widjaja menjadi semakin

hangat dan membuat banyak pihak terseret dalam dugaan tindak pidana korupsi

Pembangunan Reklamasi Teluk Utara ini. Ketiga, adanya proses yang dilewati

dalam pembentukan sebuah kebijakan reklamasi, akhirnya banyak pihak yang

menolak Pembangunan Reklamasi karena merasa ada tahapan yang tidak

dilengkapi dan merasa tidak dilibatkan.

Kata kunci: Reklamasi, Konflik, dan Kebijakan Publik

Page 6: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Seiring berjalannya penulisan karya ilmiah ini, dalam prosesnya penelitian

ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu penulis dalam menyusun

argumentasi dan analisa bahkan menjadi penentu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hasil dari penelitian ini tentunya tidak akan muncul tanpa adanya bantuan dan

dorongan dari banyak pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dede Rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Dzulkifli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Dzuriyatun Thoyibah, M.Si, Dr. Bakir Ikhsan, M.Si, dan Dr. Agus

Nugraha, MA. Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Iding Rosyidin Hasan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Suryani, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Shobahussurur, M.A selaku dosen pembimbing penulis, yang telah

sabar dan dengan baik memberikan bimbingan kepada penulis.

7. Kepada semua dosen pada Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa

disebutkan satu per satu. Kiranya ucapan terimakasih saja tidaklah cukup

Page 7: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

vi

untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan dalam

perjalanan akademik penulis selama kuliah.

8. Kedua Orang Tua penulis: R. Chandra Lukito dan Yusnidar. Maaf karena

harus menunggu lama untuk kelulusan ini. Tiada kata yang pantas untuk

membalas segala bentuk kasih sayang, dukungan dan doa yang telah

mereka berikan. Doa selalu dipanjatkan untuk kesehatan dan keselamatan

mereka, Rabbifirli Wali Walidayya Warhamhuma Kama Rabbayani

Shagiraa. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keberkahan kepada

orang tua penulis, Amin. Sekali lagi terimakasih banyak papa dan mama.

9. Untuk saudara dan saudari tercinta Ayu Nindya Utami danNur Adhis

Sulaiman, terimakasih sekali telah menjadi penghibur, motivasi dan teman

diskusi untuk penulis selama menulis menyusun skripsi ini. Semoga Allah

memberikan berkah dan kelancaran untuk saudara dan saudari penulis,

Amin.

10. Untuk wanita yang terbaik dan teramat spesial untuk penulis, Mutiara

Ramadhini. Terimakasih sudah membantu, mendukung, mengingatkan,

menjadi teman diskusi yang selalu tegas dan kritis. Terimakasih yaya

sudah memilih sabar dan menunggu.

11. Pak Rully dari Bappeda, Pak Nirwono Yoga dan mas Angga selaku

Humas Pemprov DKI Jakarta yang telah banyak membantu dalam

penulisan skripsi ini.

12. Pak Nelson Nikodemus Simamora, Pak Nirwono Yoga, Pak Tigor

Hutapea, Pak Marco Kusumawijaya, pak Alan Frendy Koropitan dan Pak

Page 8: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

vii

Bestari Barus yang telah bersedia menjadi Narasumber dalam penelitian

ini.

13. Kawan-kawan Ilmu Politik 2011: Afdal Fitrah, Irfan Zharfandy, Alfrad

Rusyd, Hijri Prakarsa, Gerry Novandika Age, Hafidz Tamjidi, Fadliansyah

Taher, Richad Saka, Isworo, Haikal, Wahyu, Sulthon, Ken dan masih

banyak lagi yang tidak bisa disebutkan.

14. Senior HMI Komfisip: Bang Iyan, Elva Farhi Qolbina, Faisal Husein,

Achmad Fanani, Sopian Hadi Permana, Dzulfikar, Ikhsan Fajri, Wirawan

Muhammad, Aisyah,Ferdian Ramadhani, Choir Al Ayyubi,Achmad

Fatony dan Bung Maman yang telah menjadi teman nongkrong serta

teman berdiskusi yang menyenangkan.

15. Sahabat penulis yang selalu memberikan bantuan dan dukungan juga

masukan yang sangat bermanfaat: Inu Rijalun Nadir dan Hilman Hasbi

16. Keluarga besar HMI KOMFISIP: Rahmat Sahputra, Fajar Fachrian, Rizki

Ahmad Zainuri, Traveliio Ryan, Hasymi Romadhony, Fauzan Munif,

Bimo Arfino, Arif Mbot, Galih Adi Widodo, Rihadhatul Aisy, Ahmad Nur

Najmawan, Abyan, Misbahun Ahadin dan masih banyak lagi, maaf tidak

bisa penulis sebutkan satu per satu.

17. Kawan-kawan Selasar: Kacang, Ahong, Irsat, Firman, Irul, Irfan, Aziz,

Fajar, Jengs, Ronggur, Dodi, Abeng, Haikal, Nabol, Sultan, Mikail, Afif,

Fadel, Katak, Fahri, Dara Amalia.

18. Kawan-kawan seperjuangan dan sepermainan penulis Abay, Fadel,

Kurniawan, Baok, Teddy, Bang Ami, Edo, Fadli, Uton, Ican, Ical, Baret,

Page 9: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

viii

Akbar, Batok, Kipli, Diway, Tokici, Amor, Mas niam, Baydawi, Bang

ipang, Agung, Gingsul, Kantuy, Assa, Jali, Codet, Fikri, Kiting, Asep,

Bagong, Deaz dan lainnya yang maaf tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

19. Kawan-kawan penulis di JBI dan Sandratex: Edo, Noval, Rebek, mas

Aris, Om Harry, Gondrong, Anwar, Marcus, Egan, Mas Supri, Tanjung,

Anggi, Jamet, Bajon dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

20. Kawan-kawan penulis yang selalu menemani selama menyelesaikan

penelitian ini: Akbar, Ojan, Fadel, levi, Charli, Jeremy, Miftah, Patrick,

Ridho, Bule, Benga, Ucok, Icang, Atoy, Gonal, Adnan dan lainnya yang

maaf tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Tanpa adanya mereka, mustahil penelitian ini dapat terselesaikan.Semoga

Allah membalas segala kebaikan mereka.Sudah tentu, mereka tidak

bertanggungjawab atas segala kekuarangan dalam penelitian ini.Penulis juga

mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca untuk dapat menjadi

penilaian dan masukan bagi penulis untuk dapat lebih baik lagi.

Billahitaufiq Wal Hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 Mei 2018

Bayu Nanda Permana

Page 10: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iii

ABSTRAKSI ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 17

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 17

D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 18

E. Metodologi Penelitian .......................................................... 20

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 24

BAB II TEORI DAN KONSEP ............................................................. 25

A. Kebijakan Publik ..................................................................... 25

1. Pengertian Kebijakan Publik ....................................... 25

2. Faktor-Faktor Pembuatan Kebijakan .......................... 26

3. Tahapan Pembuatan Kebijakan ................................... 28

B. Konflik .................................................................................... 31

C. Konsep Otonomi Daerah ......................................................... 35

D. Desentralisasi dan Dekonsentrasi ............................................ 41

1. Desentralisasi .............................................................. 41

2. Dekonsentrasi ..............................................................43

BAB III KAWASAN REKLAMASI TELUK JAKARTA .................... 46

A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta..................................... 46

B. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta.......................................... 50

C. Landasan Hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta .......... 52

D. Jalan Panjang Reklamasi Teluk Jakarta ................................. 59

E. Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Era Basuki Tjahaja

Purnama .................................................................................. 78

1. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi

Pulau G ........................................................................ 79

Page 11: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

x

2. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi

Pulau F ........................................................................ 79

3. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi

Pulau I ........................................................................ 80

4. Keputusan Gubernur Untuk Pelaksanaan Reklamasi

Pulau K ....................................................................... 80

5. Peraturan Gubernu Nomor 206 Tahun 2016 .............. 80

BAB IV KEBIJAKAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN

KONFLIKREKLAMASI TELUK JAKARTA ....................... 86

A. Reklamasi Teluk Jakarta Kembali ke Titik Balik ................. 86

1. Kebijakan Reklamasi Digugat Aliansi

Masyarakat...................................................................86

2. Nasib Raperda dan Pusaran Korupsi DPRD .............. 88

3. Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta ........................ 91

4. Moratorium Dicabut dan Reklamasi Berlanjut .........98

B. Pertimbangan Basuki Dalam Kebijakan Reklamasi Teluk

Jakarta ..................................................................................99

C. Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta .......................104

1. Pro Reklamasi ..........................................................105

2. Kontra Reklamasi .....................................................113

BAB V PENUTUP ..................................................................................119

A. Kesimpulan ..........................................................................120

B. Saran .....................................................................................122

Daftar Pustaka .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR

Page 12: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xi

Gambar III.A.1 Peta Provinsi DKI Jakarta …………………........ 48

Gambar III.A.2 Peta Kawasan Pantai Utara Jakarta ……………... 55

Gambar III.A.3 Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta ..... 57

Gambar III.A.4 Peta Rancangan Reklamasi Pantai Utara Jakarta .. 73

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2010-2016 .......... 49

Tabel III.A.2 Perusahaan, Pulau, dam Luas Pulau Reklamasi Pantai

Utara Jakarta ........................................................ 74

Page 13: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xii

Page 14: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di Benua Asia, lebih

tepatnya Indonesia terletak di wilayah Asia Tenggara dan merupakan negara yang

berbentuk kepulauan1. Wilayah Indonesia bisa dikatakan sangat luas bila

dibandingkan dengan negara- negara yang berada di Asia Tenggara lainnya, hal

ini dikarenakan Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini dapat terlihat dari luas

wilayah Indonesia menurut Badan Pusat Statistik yaitu 1.919.440 km² yang

menempatkan Indonesia sebagai negara ke 15 terluas didunia.2

Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya juga memiliki negara lautan

dan perairan yang luas. Luas Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil dari

Samudera Indonesia hingga Samudera Pasifik. Ini menjadikan Indonesia memiliki

lautan yang luas sekitar 3.273.810 km².3 Dengan begitu, secara jelas Indonesia

memiliki luas lautan lebih besar dibandingkan luas daratannya. Hal ini pula yang

menyebabkan Indonesia dikenal dengan sebutan negara maritim, yaitu negara

yang mempunyai banyak perairan.4

1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-2015, diakses pada tanggal

26 April 2017 dari situshttps://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366 2 Luas-wilayah-negara-indonesia, diakses pada tanggal 26 April 2017 dari situs

http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html 3Luas-wilayah-negara-indonesia, diakses pada tanggal 27 April 2017 dari situs

http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html 4 Batas Wilayah Indonesia secara Geografi, diakses pada tanggal 09 Agustus 2017 dari

situs http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/batas-wilayah-indonesia-secara-geografis

Page 15: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

2

Selain dipandang sebagai negara maritim, Indonesia memiliki banyak

pulau baik dari ukuran kecil hingga ukuran yang besar. Terdapat lima pulau besar

yang ada di Indonesia, yakni pulau Jawa (126.700 km2), pulau Sumatera (443.065

km2), pulau Kalimantan (743.330 km2), pulau Sulawesi (174,600 km2), dan

pulau Papua (786.000 km2)5. Kelima pulau besar ini disebut dengan gugusan

pulau Sunda Kelapa. Indonesia terletak di garis khatulistiwa, berada diantara

benua Asia dan Australia serta dua samudera, yakni Samudra Pasifik dan Samudra

Hindia. Indonesia yang letaknya berada di antara dua Benua dan dua Samudra

kemudian dapat disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Sedangkan untuk

letak astronomis, berada 6o LU (Lintang Utara) – 11

o LS (Lintang Selatan) dan

antara 95o BT (Bujur Timur) - 141

o BT (Bujur Timur) menjadikan Indonesia

sebagai negara dengan iklim tropis.6

Indonesia sebagai negara maritim yang mempunyai wilayah kelautan atau

perairan yang luas, memiliki luas perairan dengan perhitungan kurang lebih dari

70% atau 2/3 luas dibandingkan dengan daratan di bumi ini secara geografis.

Sedangkan tuntuk perbandingan luas daratan dan lautan di Indonesia, kurang lebih

2/3 dari wilayah teritori Indonesia adalah lautan.7

Berbicara soal kelautan dan perairan Indonesia, maka secara tidak

langsung wilayah pesisir Indonesia menjadi pembahasan yang cukup hangat.

Belakangan ini, sejumlah daerah-daerah pesisir di Indonesia menyita perhatian

55 Pulau Besar Terbesar di Indonesia, diakses pada tanggal 3 mei 2017 dari situs

http://ilmupengetahuanumum.com/5-pulau-terbesar-di-indonesia/ 6Pengertian Letak Geografis dan Astronomis Wilayah Indonesia, diakses pada tanggal 09

Agustus 2016 http://www.geologinesia.com/2016/11/pengertian-letak-geografis-dan-astronomis-

wilayah-indonesia.html 7Tentang Komunitas Marine Buddies, diakses pada tanggal 09 Agustus 2016

http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/campaign/marine_buddies/

Page 16: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

3

yang cukup serius. Bagaimana tidak, pesisir kini menjadi hal yang sangat penting

untuk dibicarakan, tak hanya dari kalangan daerah tetapi hingga skala nasional.

Tak tanggung-tanggung Pemerintah Pusat pun turun langsung mengambil

kebijakan atas pesisir laut, yang peranannya begitu penting bagi ekonomi negara.

Turun tangan pemerintah pusat dapat kita lihat pada kebijakan, peraturan,

undang-undang dan regulasi lainnya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur

wilayah pesisir ini, misalnya saja ; Pada tahun 1995, Presiden Soeharto

mengeluarkan Keputusan yang menjadi dasar reklamasi, Keppres No. 52/1995

tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dua tahun kemudian Bappenas

menggeluarkan Keputusan Ketua Bappenas No. KEP.920/KET/10/1997 tentang

Pedoman Penataan Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta, Menteri Lingkungan

Hidup Nabiel Makarim menerbitkan keputusan Keputusan Menteri No. 14/2003

tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai

Utara oleh Badan Pelaksana Pantai Utara Jakarta di Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.8

Kemudian di tahun 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun

menerbitkan Perpres No. 122 Tahun 2012 mengenai reklamasi wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil untuk menyetujui praktik pengaplingan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil di Teluk Jakarta. Di tahun 2014, rencana pembangunan

reklamasi kembali dilakukan, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur

8 Muhammad Nur Rochmi, Memahami Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses pada

tanggal 3 mei 2017 dari situs https://beritagar.id/artikel/berita/memahami-reklamasi-pantai-utara-

jakarta

Page 17: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

4

Fauzi Bowo kembali mengukuhkan rencana reklamasi. Surat Keputusan Gubernur

DKI Nomor 2238 Tahun 2013 pun dikeluarkan pada bulan Desember 2014.9

Dilihat dari beberapa regulasi seputar pengelolaan serta pengembangan

daerah pesisir dan pantai-pantai kecil, terlihat bahwa pemerintah semakin sadar

bahwa wilayah pesisir merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dan dapat

dijadikan jawaban alternatif atau solusi atas banyaknya demografi pertambahan

jumlah penduduk dan semakin sempitnya lahan untuk ditempati. Dalam hal ini

tidak hanya pemerintah pusat yang ikut berperan serta memperhatikan daerah

pesisir, beberapa pemerintahan daerahpun turut mempertimbangkan

pengembangan reklamasi, yaitu secara garis besar reklamsi ialah pengurugan

tanah disekitar bibir pantai sehingga menjadi daratan. Sebagaimana pembangunan

reklamasi yang telah dilakukan di pada daerah DKI Jakarta yakni Ancol, Pantai

Indah Kapuk, dan Berikat Marunda.10

Isu pembangunan reklamasi saat ini memang menjadi sorotan, terutama

bagi negara-negara yang ingin menambah memperluas daratannya dengan

memanfaatkan bibir pantai untuk perkembangan pariwisata dan perekonomian

sekaligus untuk menjawab akan kebutuhan ruang tinggal yang semakin terbatas.

Contoh reklamasi yang telah berhasil dilakukan oleh negara-negara lain ini seperti

Jepang, Singapura, dan Saudi Arabia.11

9 M. Puteri Rosalina, Dilema Reklamasi Pantai Jakarta, diakses pada tanggal 15 Agustus

2016 dari situs http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-Jakarta 10

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok 11

Liemin, Tugu Post : Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses Di Dunia, diakses pada

tanggal 16 Agustus 2016 dari situs http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-

tersukses-di-dunia/

Page 18: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

5

Melihat begitu besarnya nilai pesisir laut, hal ini tentu mendorong

Pemerintah, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk

mempertimbangkan reklamasi sebagai upaya perluasan daerah dengan

bekerjasama pada beberapa perusahaan swasta untuk membangun pesisir, demi

menambah nilai sosial dan budaya, lingkungan dan juga nilai ekonomis tentunya

bagi keuangan dan kemajuan negara.12

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,

reklamasi mempunyai pengertian sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang

dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut

lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau

drainase.13

Dari penjelasan daiatas, cukup jelas bahwa dengan melakukan reklamasi

diharapkan dapat meningkatkan manfaat, tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga

untuk keadaan sosial masyarakat. Reklamasi juga sangat dibutuhkan untuk

peningkatan kebutuhan akan ruang.14

Oleh karena itu, reklamasi muncul sebagai

alternatif atau jawaban dari pertumbuhan penduduk yang tinggi dan minimnya

lahan atau daerah hunian baik di kota ataupun di daerah. Permintaan akan lahan

kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai

fasilitas perkotaan, termasuk demi kemjauan teknologi, industri dan transportasi.

12

Reklamasi Teluk Jakarta Penting, diakses pada tanggal 10 mei 2017 dari situs

http://www.kompasiana.com/nikmatjujur/reklamasi-teluk-jakarta-

penting_574eade5f37e61f2072b347e 13

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen

Kelautan dan Perikanan TAHUN 2005 – 2009, diakses pada tanggal 15 Agustus 2016 dari situs

http://tataruangpertanahan.com/regulasi/pdf/permen/menkp/permenkp_17_2013.pdf/ 14

Bambang Susantono, Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah,

Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009, h. 81

Page 19: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

6

Selain sering mengubah konfigurasi alam lahan atau bentang alam tata perkotaan

juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai ruang terbuka lainnya.15

Bukan untuk yang pertama kalinya Indonesia menjadi negara yang

melakukan reklamasi. Sebelumnya, sejumlah negara tetangga telah menggunakan

reklamasi sebagai solusi dari tingginya pertumbuhan penduduk dan minimnya

lahan hunian untuk masyarakat di negara-negara tersebut. Sebagai contoh, dapat

dilihat di negara Jepang dan Singapura yang sebelumnya telah mereklamasi

daerah-daerah pesisirnya. Pembangunan reklamasi di Jepang dapat terlihat jelas di

kota Kyoto. Kawasan reklamasi ini dimanfaatkan oleh pemerintah jepang untuk

memperluas pelabuhan laut dan Bandara Internasional. Memiliki luas kurang 10

kilometer persegi dengan panjang 4 kilometer serta lebar 2,5 kilometer, kawasan

ini sebenarnya memiliki potensi kegempaan dan serangan badai atau (thypoons).

Namun para ahli berusaha meminimalkan dampak dengan melakukan rekayasa

teknologi.16

Jepang mereklamasi suatu wilayah yang sebelumnya dianggap sudah tidak

produktif dan mempunyai wilayah yang ekosistemnya dinilai sudah rusak. Namun

dengan adanya kebijakan dari pemerintah Jepang, daerah tersebut kini menjadi

daerah yang sangat maju secara ekonomi serta ekosistem yang mulai terawat baik

15

Ratna Diah Kurniati, Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus:

Pelaksanaan Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta,

Depok: Skripsi FISIP UI, 2007, hlm. 38. 16

Rita Ayuningtyas, 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi, diakses pada tanggal 16

Agustus 2016 dari situs http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-

reklamasi/

Page 20: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

7

serta tertata dengan rapih. Reklamasi daratan Kyoto ini baru dimulai sejak tahun

1987 dan pembangunan berakhir pada tahun 1994.17

Negara tetangga yaitu Singapura, merupakan salah satu negara tetangga

terdekat dengan Indonesia. Negara ini dikenal sebagai negara maju sekalipun

tidak memiliki wilayah negara yang cukup luas. Hal inilah yang membuat

pemerintah Singapura menilai harus menambah luas daratan negara dengan

membuat lahan tambahan di pesisir Singapura. Pembangunan reklamasi ini pun

dijadikan sebagai salah satu roda perekonomian bagi masyarakat serta negara.

Bayangkan saja, Singapura dengan luas kurang lebih sama besarnya dengan

Ibukota DKI Jakarta, telah memperluas wilayahnya hingga 710 km persegi

dengan reklamasi. Perluasan wilayah ini dilakukan sesuai dengan Concept Plan

yang telah ada di tahun 2001 silam. Tujuannya, tentu untuk menambah nilai

ekonomis, dan untuk menambah kawasan perumahan, industri dan rekreasi.

Singapura telah memiliki rencana perluasan wilayah melalui Concept Plan ini

hingga 50 tahun mendatang.18

Reklamasi di Indonesia terjadi karena selain Indonesia sebagai negara

yang memiliki cakupan perairan yang luas, Indonesia juga menjadi salah satu

negara yang penduduknya terpadat di dunia, yakni dengan jumlah penduduk yang

mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Melihat adanya peluang untuk

meningkatkan nilai ekonomis, baik untuk meningkatkan pendapat negara, provinsi

17

Liemin, Tugu Post : Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses Di Dunia, diakses pada

tanggal 16 Agustus 2016 dari situs http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-

tersukses-di-dunia/ 18

Rita Ayuningtyas, 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi, diakses pada tanggal 16

Agustus 2016 dari situs http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-

reklamasi/

Page 21: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

8

dan masyarakat, reklamasi dianggap bisa membantu pembangunan negara seperti

negara-negara tetangga yang nyatanya sukses membangun reklamasi.

Reklamasi menjadi salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk

menjawab permasalahan-permasalahan yang sama-sama dihadapi yakni guna

mengatasi kepadatan penduduk dan pengembangan wilayah-wilayah pesisir serta

keterbatasan lahan. Beberapa daerah di Indonesia, seperti Bali, Makasar dan DKI

Jakarta menjadi daerah-daerah yang dinilai memiliki permasalahan lahan. Di

Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali merencanakan pembangunan reklamasi di

kawasan Teluk Benoa yang berada di sebelah Timur Provinsi Bali. Keputusan

untuk melakukan pembangunan reklamasi Teluk Benoa didasari hukum yang

berlaku, yakni Perpres 51 tahun 2014.19

Dalam Perpres tersebut, proyek reklamasi rencananya akan meliputi

kawasan dengan luas kurang lebih 700 hektar di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar Provinsi Bali.20

Namun pada praktiknya, reklamasi Teluk Benoa ini

mendapatkan penolakan dari masyarakat Bali yang tinggal di daerah pesisir, yang

mana banyak masyarakat pesisir yang bekerja sebagai wirausaha disekitar pesisir

dari tempat-tempat wisata yang ada di Bali dan juga tentunya dari masyarakat

yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan sebagai nelayan. Bukan

hanya itu, penolakan juga hadir dari sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) lokal serta para pemuka adat setempat. Penolakan akan reklamasi di Bali

19

Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014, diakses pada tanggal 16 Agustus2016 dari

situs http://peraturan.go.id/perpres/nomor-51-tahun-2014-

11e44c4f2987e9d0828a313231393231.html 20

Isyana Artharini, Pemerintah Dituntut Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Benoa,

diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesia_reklamasi_benoa

Page 22: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

9

ini mendapatkan dukungan dari berbagai desa yang berada di Provinsi Bali. Desa-

desa adat yang menolak rencana reklamasi Teluk Benoa terus bertambah. Dari

waktu ke waktu lebih dari 35 desa adat menolak rencana pembangunan pusat

pariwisata di Bali bagian selatan itu.21

Wilayah lain yang juga melakukan pembangunan reklamasi di kawasan

pesisir Indonesia adalah wilayah Makasar Provinsi Sulawesi Selatan. Sejalan

dengan meningkatnya kepadatan penduduk dan aktivitas perekonomian di

provinsi Sulawesi Selatan, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan pun berusaha

melakukan reklamasi, sebagai salah satu langkah penanganan kepadatan

penduduk yang terjadi, khususnya disekitar pantai Losari, di sebelah barat Kota

Makassar. Tak banyak yang mengetahui informasi terkait pantai Losari, yang

merupakan salah satu hasil pembangunan reklamasi. Menurut Direktur Komite

Pemantau Legislatif (KOPEL), Syamsuddin Alimsyah dalam wawancaranya

dengan CNN Indonesia di Jakarta, ada sekitar 157,23 hektare lahan yang diberi

izin untuk direklamasi. P.T. Yasmin Bumi Asri selaku pengembang yang

mendapat jatah mereklamasi lahan dengan status Hak Guna Bangunan seluas

106,76 hektare. Sementara sisanya seluas 50,47 hektare dimiliki Pemprov Sulsel

dengan status Hak Pengelolaan.22

Provinsi DKI Jakarta, sebagai Ibukota Negara Indonesia pun tercatat

pernah melakukan sejumlah kegiatan pembangunan reklamasi yang tentunya

21

Anton Muhajir, Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Meluas, diakses pada tanggal 16

Agustus 2016 dari situs http://www.benarnews.org/indonesian/berita/bali-tolak-reklamasi-

06152016153058.html 22

Joko Panji Sasongko, Dugaan Korupsi Rp 15,5 T Reklamasi Pantai Losari Masuk

KPK, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160425165640-12-126384/dugaan-korupsi-rp155-t-

reklamasi-pantai-losari-masuk-kpk/

Page 23: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

10

bertujuan untuk meningkatkan manfaat sumber daya lahan, dari tahap pengerukan

hingga pengeringan lahan atau drainase. Kegiatan reklamasi ini pun sudah mulai

dilakukan sejak tahun 1980-an. Perusahaan yang mendapatkan wewenang untuk

melakukan reklamasi ini adalah PT. Harapan Indah. Reklamasi dilakukan di

kawasan Pantai Pluit dengan lebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru

yang terbentuk digunakan untuk pemukiman mewah Pantai Mutiara. Dalam

catatan pemberitaan Kompas, PT. Pembangunan Jaya pun turut melakukan

pembangunan reklamasi kawasan Ancol, tepatnya di sisi Utara Jakarta untuk

pembangunan kawasan industri dan rekreasi pada tahun 1981 silam.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1991, hutan bakau Kapuk

yang mendapat giliran pembangunan reklamasi. Reklamasi ini pun diperuntukan

sebagai pembangunan kawasan pemukiman mewah, yang sekarang dikenal

dengan sebutan Perumahan Pantai Indah Kapuk, di daerah Pluit Jakarta Utara. Di

tahun 1995, pembangunan reklamasi susulan kembali dilangsungkan, yakni

ditujukan gunakan pembangunan kawasan industri, yakni Kawasan Berikat

Marunda di Marunda Jakarta Utara.23

Reklamasi yang menjadi perhatian dan fenomenal saat ini adalah

reklamasi teluk Jakarta, yang saat ini tengah dibangun oleh sejumlah pengembang

dibawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dikenal dengan Ahok

dan Djarot Saiful Hidayat (2015-2017) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali

mengatur terkait peraturan pembangunan reklamasi di Teluk Jakarta.. Hal ini

23

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok

Page 24: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

11

menjadi menarik karena pada prosesnya, terdapat oknum-oknum pemerintah yang

melakukan korupsi dan manipulasi serta memberikan sogokan kepada instansi

atau pihak lain guna memudahkan proyek reklamasi Teluk Jakarta. Salah satu

pejabat pemerintah yang tersandung kasus korupsi reklamasi Teluk Jakarta ini

adalah anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, yang diduga menerima

suap dari pengembang reklamasi. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

mencoret draf Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis (RTRKS) Pantura Jakarta.24

Dalam catatan pemberitaan Kompas dalam media cetak dan media

onlinenya. Alasan Basuki Tjahaja Purnama mencoret draf tersebut karena terjadi

kebuntuan pada satu pasal yakni pasal yang mengatur tentang tambahan

kewajiban yang akan dikenakan kepada pengembang pulau. Coretan Basuki

Tjahaja Purnama atau yang biasa dikenal dengan Ahok ini merujuk pada

kebuntuan pasal itu. Dalam hal ini terjadi perdebatan dan pertentangan antara

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Badan Legislatif (Baleg) tentang aturan

tambahan kewajiban yang akan dikenakan kepada pengembang pulau. Hal ini

yang membuat sidang paripurna sedikitnya dua kali rencana sidang untuk

mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah

dijadwalkan sepanjang Maret 2016, namun sidang paripurna tidak juga terwujud

hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Sanusi, 31 Maret.25

24

Haryo Damardono, Perjalanan Panjang Reklamasi Jakarta, diakses pada tanggal 16

April 2017 dari situs https://interaktif.kompas.id/reklamasijakarta 25

Mukhamad Kurniawan, Coretan Basuki di Pasal Raperda, diakses pada tanggal 16

April 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/06/19320021/Coretan.Basuki.di.Pasal.Raperda

Page 25: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

12

Selain itu terdapat faktor lain yang manjadi menarik yaitu karena Basuki

Tjahaja Purnama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah Ir. Jokowidodo

menang pada pemilihan presiden tahun 2014. Sosok Basuki Tjahaja Purnama

menjadi menarik karena namanya menjadi sorotan, Basuki Tjahaja Purnama

diduga melakukan korupsi dan penyelewangan dana terkait proyek reklamasi.

Selain itu, Basuki Tjahaja Purnama juga akan mengikuti pemilihan Gubernur DKI

Jakarta 2017 disandingkan dengan Djarot Syaiful Hidayat.26

Proyek reklamasi ini menjadi menarik karena mendapat perhatian

masyarakat Jakarta bahkan Indonesia. Faktor-faktor yang membuat menarik

perhatian masyarakat adalah kajian tentang dampak ekosistem setelah reklamasi

karena dikhawatirkan dapat merusak ekosistem dan lingkung sekitar

pembangunan reklamasi, kemudian reklamasi juga secara tidak langsung

bersinggungan dengan nelayan yang mencari nafkah dan menggantungkan hidup

dengan berlayar mencari ikan, kemudian yang juga menjadi perbincangan juga

perdebatan baik dari kalangan mahasiswa atau akademisi maupun dari aktifis

sosial serta lingkungan adalah reklamasi yang ditujukan untuk siapa dan siapa

yang akan merasakan reklamasi ini seandainya reklamasi ini tetap dilakukan. Hal

ini menjadi pertanyaan besar karena memang reklamasi sendiri merupakan proyek

yang membutuhkan dana besar serta memiliki kajian yang matang dan perizinan

yang lengkap terpenuhi, maka dari itu timbul perdebatan dan polemik apakah

reklamasi akan ditujukan untuk masyarakat menengan kebawah, nelayan yang

26

Nursita Sari, Sepekan Jelang Penetapan Cagub-Cawagub DKI, Berkas Persyaratan

Dinyatakan Lengkap, diakses pada tanggal 16 April 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/17/16202411/sepekan.jelang.penetapan.cagub-

cawagub.dki.berkas.persyaratan.dinyatakan.lengkap

Page 26: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

13

tempat tinggal dan mata pencariannya telah tergusur, ataukah untuk masyarakat

menengah keatas, selanjutnya yaitu karena adanya kebijakan yang mendasari

proyek reklamasi ini tidak saling melengkapi melainkan berbenturan antara

kebijakan atau peraturan yang dipakai Kementrian Kelautan dan Perikanan juga

Kementrian Lingkungan Hidup dengan kebijakan dan peraturan yang dipakai

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementrian Maritim. Perbedaan pandangan

mengenai kebijakan dan peraturan terkait reklamasi ini yang kemudian

menimbulkan konflik antara Pemerintah Pusat (Kementrian Perikanan dan

Kelautan, Kemetrian Lingkungan Hidup) dengan Pemerintah Daerah (Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta) dan Kementrian Maritim.

Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan proyek reklamasi tidak bisa

dilakukan kembali. Hal ini dikarenakan Pemprov DKI dinilai tidak mampu

memenuhi kaidah penataan ruang dan ketersediaan teknologi pengendali dampak

lingkungan. Ketidak layakan tersebut disampaikan dengan surat keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidak layakan

Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara27

Tak menghiraukan surat keputusan tersebut, Pemprov DKI Jakarta terus

melanjutkan langkah untuk mereklamasi Teluk Jakarta. Pembangunan reklamasi

di Teluk Jakarta sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2007. Ada enam

pengembang yang mendapat hak reklamasi menggugat Menteri Lingkungan

Hidup ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), yaitu PT Muara Wisesa

Samudera satu pulau; PT Pelindo menggarap satu pulau; PT Manggala Krida

27

Kumpulan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2016, diakses

pada tanggal 26 April 2017 darii situs http://www.menlhk.go.id/berita-85-kumpulan-peraturan-

menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-tahun-2016.html

Page 27: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

14

Yudha satu pulau; PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sebanyak empat pulau; PT

Jakarta Propertindo dua pulau; PT Jaladri Kartika Ekapaksi satu pulau; PT Kapuk

Naga Indah lima pulau;. Mereka beralasan sudah melengkapi semua persyaratan

untuk reklamasi, termasuk izin AMDAL regional dan berbagai izin lain. Hasilnya

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) memenangkan gugatan ke-enam

perusahaan tersebut.28

Konflik antara pengembang dan kementrian tidak berakhir disitu,

Kementrian Lingkungan Hidup merasa jelas ada kesalahan dalam hal prizinan

reklamasi Teluk Jakarta ini, karena pemprov DKI Jakarta dan pengembang yang

akan melakukan reklamasi tidak dapat memenuhi kaidah penataan ruang dan

ketersediaan teknologi pengendali dampak lingkungan. Kemudian Kementerian

Lingkungan Hidup lalu mengajukan banding atas keputusan itu, tetapi PTUN

tetap memenangkan gugatan ke-enam perusahaan tersebut.29

Hal ini dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup karena melihat proses

pembangunan reklamasi ini telah menyalahi Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL). Keadaan seperti ini menimbulkan dinamika antara

Kementerian Lingkungan Hidup dengan para perusahaan pengembang yang

menginginkan reklamasi ini tetap berjalan. Dinamika ini terus berkembang hingga

pertengahan tahun 2009. Kementerian Lingkungan Hidup lalu mengajukan kasasi

28

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok

29

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok

Page 28: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

15

ke Mahkamah Agung atau MA. Pada 28 Juli 2009, MA memutuskan

mengabulkan kasasi tersebut dan menyatakan, reklamasi menyalahi tahapan-

tahapan tentang AMDAL.30

Tarik ulur perizinan ini mengakibatkan terbengkalainya proses reklamasi

teluk Jakarta. Tumpang tindih peraturan menjadi salah satu faktor penyebab

terhentinya proses reklamasi ini. Dinamika ini terus berlanjut hingga pada tahun

2011, keadaan menjadi berbalik. MA mengeluarkan putusan baru

(No.12/PK/TUN/2011) yang menyatakan, reklamasi di Pantai Jakarta adalah

legal. Namun, putusan MA tersebut tidak serta-merta memuluskan rencana

reklamasi di Utara Jakarta. Untuk melaksanakan reklamasi, Pemprov DKI Jakarta

harus membuat kajian amdal baru untuk memperbarui amdal yang diajukan tahun

2003. Juga dengan pembuatan dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) yang melibatkan pemda disekitar teluk Jakarta.31

Rencana reklamasi tidak mendapatkan kejelasan, karena tidak sesuai

dengan berbagai aturan serta undang-undang yang mengatur reklamasi. Di tahun

2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Perpres No 122 Tahun

2012 yakni Perpres mengenai reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,

30

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok 31

M Puteri Rosalina, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era Soeharto

sampai Ahok, diakses pada tanggal 29 September 2016 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jak

arta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok

Page 29: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

16

dan menyetujui praktik pengaplingan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di

Teluk Jakarta.32

Sebelum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjabat,

wacana reklamasi bahkan sudah dibahas. Sejumlah regulasi terkait pembanguann

reklamasi pun diterbitkan, mulai dari Keputusan Gubernur (Kepgub), Peraturan

Gubernur (Pergub), Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), serta Undang-Undang (UU). Sayangnya, justru dari

sejumlah aturan itulah pangkal perdebatan muncul belakangan. Di sisi ;lain,

reklamasi sudah diatur dalam Undang-Undang yang jelas sesuai dengan kebijakan

dan peraturan yang dimiliki oleh masing-masing daerah, mengingat otonomi

daerah diberlakukan di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa peraturan yang terkait dengan proses

reklamasi di Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang

Reklamasi Pantai Jakarta; Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang

Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur; Peraturan Presiden Nomor 112

Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; serta

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil, yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun

2007.

B. Pernyataan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang diteliti, maka penulis mencoba untuk

membatasi ruang penelitian dengan membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian

32

Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012, diakses pada tanggal 17 April 2017 dari

situs http://peraturan.go.id/perpres/nomor-122-tahun-2012-

11e44c4f773c3b10878f313232313331.html

Page 30: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

17

yang sekiranya menjadi tujuan awal dari penelitian ini. Adapun pertanyaanya

adalah:

1. Mengapa terjadi konflik dalam Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

di Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama?

2. Siapa yang berhak dan berwenang dalam kebijakan reklamasi Teluk

Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui mengapa Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

mengalami konflik dan untuk mengetahui siapa yang berwenang dan berhak

dalam Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Untuk mengetahui penyebab konflik yang melibatkan banyak pihak.

Selain itu, agar diketahui melihat faktor apa saja yang terjadi dalam suatu konflik.

b. Manfaat Akademis

Untuk dapat mengembangankan ilmu politik di bidang peraturan dan

kebijakan dengan kajian Reklamasi Teluk Jakarta di DKI Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa hasil penelitian dan

literatur yang memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Ada

beberapa penelitian terdahulu mengenai konflik agraria dan hubungannya dengan

proses implementasi kebijakan disektor perikanan dan kelautan yang penulis

Page 31: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

18

jadikan sebagai acuan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk

menemukan sisi menarik dan kegunaan dari penelitian skripsi yang sedang penulis

teliti.

Ada beberapa tinjauan pustaka yang berhasil penulis temukan sebagai

perbandingan dalam melakukan penelitian mengenai kaitan pengaturan tata kota

dan peraturan pemerintahan daerah serta pembebasan lahan yang bisa membantu

kontribusi dalam penilitian ini.

Menurut salah satu penelitian skripsi dari Jamalianuri (2014) dengan judul

Dinamika Politik Tata Ruang Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo: Studi

Kasus Penataan Pemukiman di Waduk Pluit (2013-2014) mengidentifikasi kasus

penataan pemukiman penduduk di Waduk Pluit melahirkan adanya suatu

partisipasi masyarakat dan relasi antara pemerintahan Joko Widodo untuk

membuka ruang partisipasi warga. Meski sempat terkendala dalam masalah desain

pembangunan pemukiman warga yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan

warga, namun terlihat sangat jelas, partispasi warga dalam proses politik tata

ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di era Joko Widodo pada tahun 2013 -

2014 bisa disalurkan dengan baik, sekalipun hasilnya tidak terlalu signifikan.

Kedua, penelitian yang berjudul ―Analisis Konflik Pemanfaatan Lahan

Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pantai Utara Jakarta)‖ dengan nama peneliti

Rudianto Program Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor tahun 2004.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa konflik pemanfatan wilayah pesisir

menimbulkan fenomena sosial yang biasanya terjadi di wilayah negara-negara

berkembang antara pemilik lahan dengan squatter yang merupakan kelompok

Page 32: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

19

masyarakat yang tinggal didaerah kumuh. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kajian ekonomi untuk melihat dan menganalisis konflik dan

fenomena sosial lainnya. Dari penelitian ini yang membedakan adalah peneliti

lebih terfokus pada kajian mengenai kebijakan-kebijakan publik yang merupakan

produk politik dari suatu pemerintahan.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Hillway penelitian adalah suatu studi yang dilakukan seseorang

melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,

sehingga di peroleh pemecahan yang tepat dalam masalah tersebut. Menurut

Whitney disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula

dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian,

penelitia metupakan metode untuk menemukan kebenaran, sehingga peneliti juga

merupakan suatu metode berfikir secara kritis. Sedangkan menutur Parsons

penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan

bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat

dipecahkan.33

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian analisi kualitatif. Menurut Blaxter, riset

kualitatif cenderung fokus pada usaha mengeksplorasi sedetail mungkin sejumlah

contoh atau peristiwa yang dipandang menarik dan mencerahkan, dengan tujuan

33

Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h.12-13

Page 33: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

20

untuk mendapatkan pemahaman yang ―mendalam,‖ bukan ―luas‖.34

Peneliti dalam

hal ini harus mengumpulkan data berupa cerita rinci para responden dan

diungkapkan dengan apa adanya sesuai bahasa dan bertolak pada penggaliann

data sehingga menimbulkan sifat mengembangkan teori.35

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu penelitian

dilakukan paling lama setahun dari waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 24

juni 2016 – 30 November 2017.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara atau interview menurut Black dan Champion (1992) adalah

teknik penelitian yang paling sosiologis dari semula teknik penelitian sosial. Hal

ini dikarenakan bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti

dengan responden.36

Penulis mewawancarai empat orang narasumber, disini

penulis mewawancarai aktor-aktor yang terkait dalam penelitian. Alasan penulis

mengambil narasumber di atas karena dapat memberikan peneliti informasi yang

dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan

34

Menurut Blaxter dalam Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Prenada

Media Group, 2007), h. 86. 35

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2007), h. 89. 36

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2007)h. 179.

Page 34: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

21

adalah purposive samplingyaitu sample dipilih berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.37

Instrumen wawancara digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah pedoman wawancara terbuka, recorder dan buku catatan. Pedoman

wawancara digunakan agar peneliti dapat menyaring informasi sehingga fokus

pada permasalahan yang diteliti.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan berupa buku-buku dan data-data yang terkait

dengan kebijakan publik dan konflik politik, foto-foto dan informasi yang dapat

memberikan keterangan, baik bersifat tertulis ataupun tidak.

c. Observasi

Menurut Muhammad Ali Penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak

langsung, lazimnya menggunakan teknik yang disebut dengan Observasi.

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari

fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data

dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara

sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.38

Observasi dilakukan untuk melihat fenomena perseteruan atau perebutan

kekuasaan dalam proyek Reklamasi Teluk Jakarta di DKI Jakarta.

37

Masri singarimbun dan sofian effendi ―Metode penelitian survai‖ (Jakarta : LP3S,

1983) h. 122 38

Prof. H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2011), h. 168

Page 35: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

22

4. Sumber dan Jenis Data

Berdasarkan pengambilan data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer adalah suatu objek atau dokumen original

material mentah dari pelaku yang disebut first hand information atau orang

pertama.39

Data primer adalah tempat atau gudang penyimpanan yang orisinil dari

data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti

atau saksi utama dari kejadian yang lalu.40

Sedangkan data sekunder adalah data

yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah

tersedia sebelum penelitian dilakukan.41

Sumber sekunder adalah catatan tentang

adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari

sumber orisinil. Misalnya putusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari

keputusan (minutes) dari keputusan rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di

surat kabar. Begitu surat kabar tentang rapat tersebut adalah sumber sekunder.42

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penulisan untuk mengelola data yang sudah

dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat tertentu.43

39

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 289. 40

Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. 41

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),,h. 291. 42

Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. 43

H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia,

2011), h. 47.

Page 36: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

23

Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak

mengadakan akumulasi data dasar berkala. Sedangkan menurut Whitney metode

deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.44

F. Sistematika penulisan

Dalam penelitian skripsi ini penulis akan menyusun pembahsan yang

menjadi beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB Imemuat pendahuluan, dalam bab ini penulis akan memaparkan

permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta

tujuan terkait dalam penelitian tentang Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk

Jakarta Pada Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-

2017 berdasarkan metode penelitian kualitatif.

BAB II memuat teori, dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori dan

konsep yang dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok

permasalahan skripsi ini yaitu Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Pada

Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-2017.

BAB III memuat profil dan data, pada bab ini penulis akan membahas

tentang pemaparan secara global mengenai gambaran umum Reklamasi yang

44

Moh. Nazir “ Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 54-55.

Page 37: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

24

terdiri dari tiga sub bahasan. Pertama, sejarah DKI Jakarta. Kedua, sejarah

reklamasi di Indonesia. Ketiga, proyek reklamasi Teluk Jakarta.

BAB IV hasil observasi dan data wawancara, pada bab ini merupakan

bagian yang berisi tentang wawancara dengan narasumber yang kompeten

dimasing-masing bidangnya terkait seputar permasalahan yang penulis angkat.

Penulis akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yaitu berupa data-data

yang diperolehdi lapangan, dalam hal ini mengapa terjadi tumpang tindih

peraturan yang mengatur tentang adanya Reklamasi di Indonesia

BAB V penutup, pada bab ini Penulis akan berusaha untuk menyimpulkan

pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok

permasalahan Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Pada Masa

Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Tahun 2015-2017.

Page 38: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

25

BAB II

TEORI DAN KONSEP

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Pada dasarnya konsep Kebijakan Publik memiliki definisi yang berbeda-

beda menurut para ahli. Bagi Thomas R. Dye misalnya, apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu merupakan

pengertian dari kebijakan publik. Menurut Dye, kebijakan publik adalah suatu

tindakan, oleh karena itu baik pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu termasuk kedalam suatu kebijakan. Thomas Dye mendefinisikan bahwa

kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjalkan oleh

pemerintah, alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi kehidupan

bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut

mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian,

Page 39: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

26

disinilah pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.45

Kebijakan dalam suatu pemerintahan memang memiliki peranan yang sangat

besar dalam pembangunan dan perkembangan disuatu daerah, oleh karena itu

kebijakan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini perlu diperhatikan dengan

serius oleh pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemprov DKI Jakarta dan DPRD

DKI Jakarta.

Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang diambil dan melalui proses

yang baik pula. Jika sebuah kebijakan publik adalah sebuah produk kompromi

politik dalam arti politik daging sapi, maka sejak dilahirkan kebijakan itu telah

membawa cacat bawaan atau menciptakan lubang jebakan (loopholes). Di

Indonesia, praktik ‗daging sapi‘ masih sering terdengar terutama dalam

menetapkan pasal-pasal tertentu. ―Jika pasal ini tidak begini, maka pasal itu juga

tidak begitu‖ demikian kira-kira model ‗daging sapi‘ itu dilakukan. Alhasil

kebijakan publik di Indonesia banyak diantaranya yang tidak lebih baik

kualitasnya dengan kebijakan publik yang dimaksudkan untuk mengatur dan

menyelesaikan hal yang sama yang dikeluarkan oleh negara seperti Singapura,

Hongkong dan sejumlah negara lain yang sampai saat ini masih tergolong belom

se demokratis Indonesia atau masih cenderung otoritarian. Nyatanya fenomena

seperti politik ‗daging sapi‘ ini terjadi di Ibukota DKI Jakarta yang salah satu

contohnya adalah kebijakan tentang pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Ini

artinya, sistem yang demokratis tidak otomatis melahirkan sebuah kualitas

45

Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 34.

Page 40: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

27

kebijakan yang lebih baik ketika sejumlah perangkat dari sistem demokratis

sebagaimana yang dipersyaratkan sejumlah ahli politik belum bisa dipenuhi.46

2. Faktor-Faktor Pembuatan Kebijakan

Menurut Sahya Anggara, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pembuatan kebijakan, dimana setiap administrator dituntut memiliki kemampuan,

keahlian, tanggung jawab, dan kemauan sehingga dapat membuat kebijaksanaan

dengan segala resikonya baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

Dalam pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta, keterlibatan para ahli dan peneliti

dirasa kurang dalam pembentukan dan kajian sebelum pembentukan kebijakan

Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini berdampak pada proses pembangunan yang

begitu dinamis bahkan cenderung tidak bersinergi antara pihak-pihak yang terkait.

Pada akhirnya pembangunan ini menimbulkan banyak polemik di dalamnya yang

memiliki perbedaan pandangan dan pemahaman.

Menurut Nigro, beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan

keputusan antara lain adanya pengaruh tekanan dari luar, adanya pengaruh

kebiasaan lama atau konservatisme, adanya pengaruh sifat-sifat pribadi, adanya

pengaruh dari kelompok luar, dan adanya pengaruh keadaan masa lalu.47

Pernyataan ini sejalan dengan keadaan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

yang pembuatan kebijakanya dipengeruhi oleh berbagai faktor seperti tekanan dari

luar yaitu para pengembang untuk memuluskan pembangunan Reklamasi Teluk

Jakarta, pengaruh kebiasaan lama atau konservatisme dari Pemprov DKI Jakarta

46

Budiman Rusli, Kebijakan Publik Membangun Pelayanan Publik Yang Responsif,

(Bandung: Hakim Publishing, 2013), h. 6. 47

Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 174.

Page 41: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

28

yang juga mempengaruhi keadaan dalam pembuatan Kebijakan Reklamasi Teluk

Jakarta.

Selain faktor pembuatan kebijakan, ada faktor-faktor lain yang dianggap

lebih strategis dan berpengaruh dalam perumusan kebijakan. Studi yang dilakukan

oleh F. van Waarden membahas tentang hal tersebut secara lebih terperinci.

Beberapa faktor yakni; faktor politik, faktor ekonomi/finansial, faktor

administrasi/organisatoris, faktor teknologi, faktor sosial budaya dan agama,

faktor pertahanan dan keamanan.48

Penjelasan ini lebih jelas dan relevan dalam

menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan Reklamasi Teluk

Jakarta.memang pada praktiknya, proses pembentukan kebijakan Reklamasi

Teluk Jakarta ini dipengaruhi oleh faktor politik, faktor ekonomi, faktor

administrator dan faktor lainnya.

3. Tahapan Pembuatan Kebijakan

Kebijakan dalam proses pembentukannya memerlukan beberapa proses

yang harus dilalui sebelum akhirnya benar-benar menjadi kebijakan yang dapat

diterapkan pada masyarakat. Pada praktiknya, proses pembuatan kebijakan

membutuhkan tahapan yang panjang dan melibatkan banyak elemen.

Kemudian menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan

Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya bahwa ada empat langkah

dalam proses pengambilan kebijakan publik, yaitu:49

1. Perumusan Masalah (defining problem)

48

Sahya Anggara, Kebijakan Publik, h. 154. 49

Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi

Aksara, 2007), h. 78.

Page 42: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

29

Pemahaman terhadap masalah dapat membantu dalam menemukan

asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya,

memetakan tujuan-yujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan yang

bertentangan dan rancangan peluang kebijakan baru. Perumusan masalah

merupakan sumber dari kebijakan publik, dengan pemahaman dan identifikasi

masalah yang baik maka perencanaan kebijakan dapat disusun, perumusan

masalah dilakukan oleh mereka yang terkena masalah atau orang lain yang

mempunyai tanggungjawab dan pembuat kebijakan harusmempunyai kapasitas

untuk itu. Proses kebijakan publik dimulai dengan kegiatan merumuskan masalah

secara benar, karena keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan perumusan

kebijakan ini akan sangat berpengaruh pada proses pembuatan kegiatan ini akan

sangat berpengaruh pada proses pembuatan kebijaksanaan seterusnya.

2. Agenda Kebijakan

Sekian banyak problema, permasalahan, dan isu-isu umum yang muncul

hanya sedikit yang mendapat perhatian dari pemerintah selaku pembuat kebijakan

publik. Pilihan dan kecondongan perhatian pembuat kebijakan menyebabkan

timbulnya agenda kebijakan. Sebelum permasalahan dan isu-isu yang ditampung

pemerintah diolah menjadi suatu kebijakan publik, pemerintah sebagai pembuat

kebijakan wajib menentukan isu-isu yang menjadi masalah pokok dan menjadi

prioritas dalam masyarakat. Kemudian setelah menentukan masalah dan isu mana

yang menjadi prioritas pemerintah, isu tersebut akan menjadi agenda pembahasan

pemerintah dalam rapat paripurna. Sementara itu suatu masalah untuk masuk ke

dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:

Page 43: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

30

1. Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia praktis

tidak lagi bisa diabaikan begitu saja.

2. Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yangdapat

menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik.

3. Isu tersebut menyamngkut emosi tertentu ilihat dari sudut

kepentingan orang banyak.

4. Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas.

5. Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan

(legitimasi) dalam masyarakat.

6. Isu tersebut menyangkut suatu persoalan yang fasionable, dimana

posisinya sulit untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan

kehadirannya.

3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk memecahkan Masalah

Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para

perumus kebijakan sepakat untuk memasukan masalah atau isu tersebut kedalam

agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan

masalah. Menurut Islamy, perumusan usulan kebijakan (policy proposals)adalah

kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk

memecahkan masalah. Proses dalam kegiatan ini meliputi:50

1. Mengidentifikasi altenatif.

2. Mendefinisikan dan merumuskan alternatif.

3. Menilai masing-masing alternatif yang tersedia.

50

Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi

Aksara, 2007), h. 92

Page 44: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

31

4. Memilih alternatif yang memuaskan atau paling mungkin untuk

dilaksanakan.

Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan

kepentingan antara berbagai aktor, masing-masing aktor ditawarkan alternatif dan

pada tahap ini sangat penting untuk mengetahui apa alternatif yang ditawarkan

oleh masing-masing aktor. Pada kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan

didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang terjadi antara aktor yang

berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.

4. Tahap Penetapan Kebijakan

Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan,untuk

diambil sebagai cara memercahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir

dalam pembuat kebijakan adalah penetapan kebijakan, sehingga mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat. Proses pembuatan kebijakan tidak dapat

dipisahkan dengan proses penetapan atau pengesahan kebijakan.Menurut Islamy

proses pengesahan kebijakan adalah proses penyesuaian dan penerimaan secara

bersama tehadap prinsip-prinsip yang diakui dan ukuran-ukuran yang diterima.51

Pada tahap ini para aktor berjuang agar alternatifnya yang diterima dan

juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor lain yang memunculkan persuasion dan

bargaining. Penetapan kebijakan dilakukan agar sebuah kebijakan mempunyai

kekuatan hukum yang dapat mengikat dan ditaati oleh siapa saja, dan bentuk

kebijakan yang dihasilkan seperti Undang-Undang, keputusan Presiden,

keputusan-keputusan Menteri dan sebagainya.

51

Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (Jakarta:Bumi Aksara, 2007),

h.100

Page 45: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

32

B. Konflik

Dalam dunia politik, segala macam kegiatan untuk mempengaruhi proses

perumusan maupun pelaksanaan kebijakan umum termasuk kedalam upaya untuk

mendapatkan dan/atau mempertahankan nilai-nilai yang ada sebelumnya. Dalam

memperjuangkan upaya itu, pada kenyataannya sering terjadi perbedaan pendapat,

perdebatan, persaingan bahkan pertentangan yang bersifat fisik diantara pelbagai

pihak. Dalam hal ini yang dimaksud adalah antara pihak yang berupaya

mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang berupaya keras mempertahankan apa

yang selama ini telah mereka dapatkan, dan antara pihak yang berupaya keras

untuk mendapatkan nilai-nilai yang sama dengan pihak yang sama-sama

mempertahankan nilai-nilai yang selama ini telah mereka kuasai.52

Fenomena

seperti ini terjadi dalam kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta yang menimbulkan

pro dan kontra. Maka dari itu, teori konflik dianggap relevan dan dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang ada dengan teori konflik ini.

William Hendricks dalam bukunya yang berjudul bagaimana mengelola

konflik petunjuk praktis untuk manajemen konflik yang efektif. Mengatakan

bahwa konflik adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Konflik melekat erat dalam

jalinan kehidupan. Umat manusia selalu berjuang dengan konflik.53

Konflik

secara sederhana juga dapat diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan

antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua

belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan

52

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 10. 53

William Hendricks, Bagaimana Mengelola Konflik Petunjuk Praktis Untuk Manajemen

Konflik Yang Efektif (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), h. 1.

Page 46: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

33

atau mengalahkan atau menyisihkan.54

Di dalam dunia politik: ―tiada lawan yang

abadi dan tiada pula kawan abadi, kecuali kepentingan abadi.‖ Sehingga konflik

kepentingan identik dengan konflik politik. Realitas politik selalu diwarnai oleh

dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Benturan

kepentingan tersebut disebabkan oleh gejala satu pihak ingin merebut kekuasaan

dan kewenangan, di pihak lain terdapat kelompok yang berusaha mempertahankan

dan mengembangkan kekuasaan yang sudah ada di tangan mereka.55

Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan,

seperti kerusuhan, kudeta, terorisme dan revolusi. Konflik mengandung arti

benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar individu

dan individu, kelompok dan kelompok dengan pemerintah. Masing-masing pihak

yang berkonflik berupaya untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber

yang sama, yang kemudian akan menuju kearah kesepakatan dan kekerasan bukan

satu-satunya cara penyelesaian.56

Konflik politik digambarkan secara umum

sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah

individu, kelompok ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan/atau

mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan

pemerintah.57

Pada dasarnya konflik tercipta dari kompetisi memperebutkan akses

54

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 348. 55

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, h. 353. 56

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 191. 57

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, h. 193

Page 47: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

34

terhadap otoritas (kekuasaan) dan sumber ekonomi atau kemakmuran dari aktor-

aktor yang berkepentingan.58

Pruitt dan Rubin dalam Teori Konflik Sosial menjelaskan bahwa konflik

terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi

kedua belah pihak dan lebih jauh masing-masing pihak memiliki alasan untuk

percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri

mereka sendiri atau mereka percaya bahwa mereka berhak memiliki obyek

tersebut.59

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya obyek bernilai

yang dianggap berhak dimiliki oleh masing masing pihak sehingga menimbulkan

konflik.

1. Pengertian Konflik Politik

Dinamika politik yang terjadi dalam sistem politik tentu saja menimbulkan

konflik, dalam hal ini konflik tidak berarti tendensi pada hal yang bersifat

kekerasan. Pada dasarnya politik selalu mengandung konflik dan persaingan

kepentingan. Suatu konflik biasanya berawal dari kontroversi-kontroversi yang

muncul dalam berbagai peristiwa politik, dimana kontroversi tersebut diawali

dengan hal-hal yang abstrak dan umum, kemudian bergerak dan berproses

menjadi suatu konflik.60

Konflik politik merupakan salah satu bentuk konflik sosial, dimana

keduanya memiliki ciri-ciri mirip, hanya yang membedakan konflik sosial dan

58

Syamsul Hadi, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan

Dinamika Internasional, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 272. 59

Dean G. Pruit & Jeffrey Z Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), h. 26. 60

Imam Hidayat, Teori-Teori Politik, (Yogyakarta: PA. Nurul Abyadh dan Pustaka

Pelajar, 2002), h. 124

Page 48: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

35

politik adalah kata politik yang membawa konotasi tertentu bagi istilah konflik

politik, yakni mempunyai keterkaitan dengan negara/pemerintah, para pejabat

politik/pemerintahan, dan kebijakan.61

Konflik politik adalah suatu kegiatan

kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk menentang keputusan politik,

kebijakan publik dan pelaksanaannya, juga perilaku penguasa beserta segenap

aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur hubungan-hubungan diantara

partisipan politik.62

Sebagai aktivitas politik, konflik merupakan suatu jenis interaksi

(interaction) yang ditandai dengan bentrokan atau tubrukan diantara kepentingan,

gagasan, kebijaksanaan, program, dan pribadi atau persoalan dasar lainnya yang

satu sama lain saling bertentangan.63

Dengan demikian, makna benturan diantara

kepentingan tadi, dapat digambarkan seperti perbedaan pendapat, persaingan dan

pertentangan antara individu dan individu, individu dengan kelompok, kelompok

dengan individu atau individu, kelompok dengan pemerintah.64

Salah satu faktor

yang menggerakkan potensi konflik menjadi terbuka (manifest conflict), menurut

Eric Hoffer adalah faktor keinginan akan perubahan dan keinginan mendapat

pengganti faktor tersebut, suatu saat mampu menggerakkan sebuah gerakan massa

yang bergerak seketika, menuntut perubahan revolusioner.65

Konflik sebagai akibat dari menajamnya perbedaan dan kerasnya benturan

61

Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik, (Jakarta: DIKTI, 2001), h. 19 62

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2010), h.

151 63

Jack C dan Plano, Kamus Analisa Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.

40 64

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2010), h.

149

65

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 150

Page 49: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

36

kepentingan yang saling berhadapan, disebabkan oleh beberapa latar belakang

yang ada. Pertama, adanya latar belakang sosial politik, ekonomi dan sosial

budaya yang berbeda dan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Kedua, adanya

pemikiran yang menimbulkan ketidak sepahaman antara yang satu dengan yang

lain. Ketiga, adanya sikap tidak simpatik terhadap suatu pihak, sistem dan

mekanisme yang ada dalam organisasi. Keempat, adanya rasa tidak puas terhadap

lingkungan organisasi, sikap frustasi, rasa tidak senang, dan lain-lain, sementara

tidak dapat berbuat apa-apa dan apabila harus meningggalkan kelompok, berarti

harus menanggung resiko yang tidak kecil. Kelima, adanya dorongan rasa harga

diri yang berlebih-lebihan dan berakibat pada keinginan untuk berusaha sekuat

tenaga untuk melakukan rekayasa dan manipulasi.66

Simon Fisher menjelaskan teori penyebab konflik dalam masyarakat.

Pertama, teori hubungan masyarakat, bahwa konflik yang terjadi lebih disebabkan

polarisasi, ketidakpercayaan (distrust) maupun permusuhan antar kelompok yang

berada ditengah-tengah masyarakat kita. Kedua, teori negosiasi prinsip, bahwa

konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras serta perbedaan

pandangan tentang konflik antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Ketiga,

teori kebutuhan manusia, bahwa konflik yang muncul ditengah masyarakat

disebabkan perebutankebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan fisik, mental

dan sosial yang tidak terpenuhi dalam perebutan tersebut. Keempat, teori identitas,

bahwa konflik lebih disebabkan identitas yang terancam atau berakar dari

hilangnya sesuatu serta penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan. Kelima,

66Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h.124

Page 50: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

37

teori transformasi konflik, bahwa konflik disebabkan oleh hadirnya masalah-

masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam ranah kehidupan sosial,

ekonomi, politik dan kebudayaan.67

Konflik politik menegaskan bahwa dalam dinamika politik yang terjadi

dalam sistem politik pada reklamasi Teluk Jakarta telah terjadi kontroversi yang

diakibatkan dari perbedaan pendapat dalam menanggapi hal tersebut. Maka dari

itu dalam turunan teori sistem politik penulis mengambil konflik politik sebagai

pisau analisa dinamika yang terjadi.

C. Konsep Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti

sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan.68

Dalam kaitannya dengan

politik atau pemerintahan, otonomi daerah berarti self government, yaitu

mempunyai kewenangan mengatur (rules making = regelling) dan mengurus

(rules application = bestuur) kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri. Dalam istilah administrasi publik bermakna wewenang membentuk

kebijakan (policy making) dan wewenang melaksanakan kebijakan (policy

executing).69

Otonomi daerah merupakan hak untuk mengatur daerah dengan mandiri,

kemandirian mengurus daerahnya dengan membuat segala peraturan dan

menerapkan pada territorial daerahnya. Suatu daerah yang mendapat hak otonomi

67

Simon Fisher, Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak, (Jakarta:

The British Council Indonesia, 2001), h. 7-8 68

S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 2002), h.33 69

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, ed. Revisi,

(Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 25

Page 51: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

38

disebut dengan daerah otonom atau daerah yang mandiri. Yang perlu diingat dari

kemandirian mengatur ini adalah daerah otonom masih terikat dengan pemerintah

pusat karena daerah otonom merupakan satu yang tak terpisahkan dari negara

kesatuan. Dapat diartikan kemandirian bukan suatu kemerdekaan.

Daerah otonom adalah bagian dari organisasi jabatan-jabatan negara yang

merupakan suatu kesatuan (yang batas dan wewenangnya hanya meliputi sebagian

tertentu dari wilayah negara yang bersangkutan) yang mempunyai kemandirian.

Kemandirian ini mencakup tiga hal yakni dalam kedudukannya secara

organisatoris terhadap pemerintah pusat, serta tugas dan dalam pembiayaannya.70

Hakikatnya otonomi daerah adalah71

1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom.

Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan Pemerintah

(pusat) yang diserahkan kepada Daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan

mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah : penetapan

kebijaksanaan sendiri, dan pelaksanaan sendiri, serta pembiayaan dan

pertanggungjawaban daerah sendiri;

2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah

tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya

itu diluar batas-batas wilayah daerahnya;

70

Abdurrahman SH, ―Beberapa Catatan Disekitar Pelaksanaan Otonomi Nyata Dan

Bertanggungjawab Pada Daerah Tingkat II‖, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, ed.

Abdurrahman, (Jakarta: Media Saran Press, 1987), h. 12 71

S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 2002), h. 34-35

Page 52: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

39

3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus

rumah tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang

diserahkan kepadanya;

4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan sub-ordinasi hak mengatur dan

mengurus rumah tangga daerah lain.

Dalam konteks Indonesia, aktualisasi dari otonomi daerah adalah

berdirinya lembaga-lembaga atau instansi daerah, yakni DPRD, Badan

Pertimbangan Daerah, Dinas-dinas Daerah, Bank Daerah, Perusahaan Daerah dan

Lembaga Otonomi lainnya. Hak untuk membuat peraturan sendiri dalam bentuk

Peraturan Daerah (Perda). Hak keuangan sendiri dengan APBD, Pajak Daerah,

Ritribusi. Hak pengangkatan, pemanfaatan dan pemberhentian pegawai untuk

pegawai negeri sipil.72

Hal yang paling penting dari pelaksanaan PU Pemerintahan Daerah atau

daerah otonom, terletak pada pembagian urusan antara pemerintah pusat dan

daerah. Dimana pemerintah daerah otonom menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh

undang-undang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan otonomi dan tugas

72

Ratna Murad, Urusan Rumah Tangga Daerah Otonomi Bertingkat Dan

Permasalahannya, (Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri,

1996), h. 9-10

Page 53: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

40

pembantuan. Urusan pemerintahan yang tidak menjadi urusan pemerintah daerah

ialah:73

1. Politik luar negeri;

2. Pertahanan;

3. Keamanan;

4. Yustisi;

5. Moneter dan fiskal nasional; dan

6. Agama;

Dapat diartikan bidang-bidang diluar 6 bidang diatas menjadi urusan

pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya.

Dalam rangka merealisasikan otonomi daerah yang luas dan nyata ini menuntut

pemerintahan daerah yang baik dan mempunyai kinerja optimal. Hal ini

menyangkut pemerintah daerah dan DPRD.

Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan

mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang

saling berhubungan dengan yang lainnya yaitu :74

1. Politik, yakni memahami politik sebagai sebuah proses untuk

membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara

demokratis, dan memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan

yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas.

2. Ekonomi, yakni otonomi daerah disatu pihak harus menjamin

lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah. Di pihak lain

73

B. N, Marbun, DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2006), h. 24 74

A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an Civic Education;

Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ed. Revisi, (Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah dan Prenada Media Group, 2014), h. 179

Page 54: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

41

mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan

kebijakan lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi di daerahnya.

3. Sosial dan budaya, yakni otonomi daerah harus diarahkan pada

pengelolaan, penciptaan, dan pemeliharaan integrasi dan harmoni sosial. Otonomi

daerah diharapkan dapat mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, bahasa, dan

karya sastra lokal dalam mendorong masyarakat untuk merespons positif

dinamika global.

D. Desentralisasi dan Dekonsentrasi

1. Desentralisasi

Secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin, yaitu ―de‖

yang berarti lepas dan ―centrum‖ yang berarti pusat. Menurut perkataannya,

desentralisasi adalah melepas dari pusat.75

Desentralisasi sebagai suatu sistem

yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi.

Dalam sistem desentralisasi, sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan

kepada pihak lain untuk dilaksanakan.76

Menurut UU No. 5 Tahun 1974 pasal 1

butir bahwa desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari

pemerintah atau daerah tingkat diatasnya kepada daerah menjadi urusan rumah

tangganya. UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 angka 7 dan UU No. 23 Tahun 2014

75

Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, (Malang; Setara

Press, 2012), h. 20 76

Hendra Karinga, Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Jakarta;

Kencana, 2013), h.86-87

Page 55: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

42

tentang otonomi daerah, mengartikan desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.77

Soleh Suryadi mengutip R. Tresna dalam buku Administrasi Publik dan

Otonomi Daerah, kemudian membagi desentralisasi menjadi dua golongan,

yaitu:78

a. Desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi, yaitu pemberian

kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran

pekerjaan semata.

b. Desentralisasi ketatanegaraan, yaitu pemberian kekuasaan bagi

daerah untuk mengatur di dalam lingkungannya guna mewujudkan azas

demokrasi pemerintahan daerah.

Desentralisasi juga mempunyai manfaat dalam segi pembangunan dan

politik. Kebaikan desentralisasi antara lain :79

a. Meringankan bebam, karena aparat pemerintah pusat tidak perlu

lagi jauh-jauh ke daerah dimana aparat daerah sudah difungsikan dengan baik.

b. Demokratisasi dalam hal masyarakat memilih langsung kepala

daerah dan anggota DPRD.

77

Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka

Mandiri, 2010), h. 81 78

Soleh Suryadi, Administrasi Publik Dan Otonomi Daerah, cet. pertama, (Bandung:

Prima Press, 2007), h.82-83 79

Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka

Mandiri, 2010), h. 83-84

Page 56: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

43

c. Tepat untuk penduduk yang beraneka ragam, karena pemerintah

tidak perlu lagi memaksakan uniformalitas (disamping itu kebhinekaan adalah

kedigjayaan).

d. Menghilangkan kerja yang menumpuk, karena dapat dibagi-bagi

antara pusat dan daerah, dan antara daerah dengan daerah lain.

Berdasarkan pengalaman empiris, desentralisasi mengandung dua unsur

pokok. Unsur yang pertama adalah terbentuknya daerah otonom dan otonomi

daerah. Unsur yang kedua adalah penyerahan sejumlah fungsi pemerintahan

kepada daerah otonom. Dalam negara kesatuan seperti Indonesia, kedua unsur

tersebut dilakukan oleh pemerintah melalui produk hukum dan konstitusi dan

melembaga.80

Teori otonomi daerah ini juga menjadi teori penting dalam

penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam sebuah kebijakan seperti

kebijakan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Teori otonomi daerah dapat

menjawab kekisruhan yang terjadi dalam pambangunan Reklamasi Teluk Jakarta

karena dengan jelas menyebutkan tentang wewenang dan tanggng jawab dari

pemerintah pusat seperti kementrian dan pemerintah daerah seperti Pemprov DKI

Jakarta.

Pembentukan daerah otonom merupakan kelahiran status otonomi yang

didasarkan atas aspirasi dan kondisi objektif dari masyarakat di daerah atau

wilayah tertentu sebagai bagian dari bangsa dan wilayah Nasional Indonesia.

80

HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 18

Page 57: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

44

Aspirasi tersebut terwujud dengan diselenggarakannya desentralisasi menjelma

menjadi daerah otonom.81

Penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui sistem desentralisasi yang

ber-intikan pokok atau bertumpu pada otonomi sangat mutlak di dalam negara

demokrasi. Dalam bahasa yang lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa

desentralisasi bukan sekedar pemancaran wewenang, tetapi mengandung juga

pembagian kekuasaan untuk mengatur dan mengurus penyelenggaraan

pemerintahan tingkatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan desentralisasi senantiasa

berkaitan dengan status mandiri atau otonom, maka setiap pembicaraan mengenai

desentralisasi akan selalu dipersamakan atau dengan sendirinya berarti

membicarakan otonomi.82

2. Dekonsentrasi

Definisi ―Dekonsentrasi‖ dalam bebrapa undang-undang tentang

pemerintahan di Indonesia dirumuskan secara singkat, yaitu pelimpahan

wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada para pejabat pemerintah

daerah yang mengepalai suatu wilayah administratif. Bedanya dengan

desentralisasi yang dirumuskan sebagai penyerahan wewenang urusan

pemerintahan kepada pemerintahan otonom.83

Dekonsentrasi berarti delegasi kewenangan pejabat-pejabat Pemerintah

Pusat kepada bawahan yang berada di daerah dan masing-masing mempunyai

daerah jabatan atau wilayah jabatan menurut tingkat-tingkat hirarki yaitu

81

HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, h. 18-19 82

Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, (Malang: Setara

Press, 2012), h. 31 83

Stroink, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, penj. Ateng Syarifudin, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2006), h. V

Page 58: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

45

kewenangan atau hak untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan atas

inisiatif sendiri mengenai wilayah-wilayahnya. Jadi yang diserahkan kebawah

hanyalah wewenang untuk bertindak dan wewenang untuk mengambil keputusan,

sedangkan tanggung jawab terhadap masyarakat tetap berada pada tangan pejabat

yang tertinggi.84

Dekonsentrasi ini dahulu disebut desentralisasi jabatan. Menurut sendi

dekonsentrasi seluruh wilayah negara dibagi dalam daerah-daerah administratif

atau daerah jabatan yang masing-masing dikepalai oleh wakil pemerintah pusat.

Oleh karena tidak semua tugas pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah

menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urusan pemerintah di

daerah berdasarkan disandarkan pula dengan asas dekonsentrasi. Urusan-urusan

yang dilimpahkan oleh pemerintah ini tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah

Pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaan.85

Oleh

sebab itu, penulis menggunakan konsep desentralisasi dan dekonsentrasi dalam

skripsi ini agar dapat menganalisa dengan baik mengenai wewenang dan tanggung

jawab dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

84

Y. W. Sunindhia, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996), h. 18 85

Y. W. Sunindhia, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, h. 20

Page 59: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

46

BAB III

KAWASAN REKLAMASI TELUK JAKARTA

A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau DKI Jakarta, secara geografis, terletak

pada posisi 60 12‘ Lintang Selatan dan 106

0 48‘ Bujur Timur. Berada disisi tengah

di bagian barat pulau Jawa, membuat DKI Jakarta dikelilingi oleh beberapa

daerah perbatasan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, DKI Jakarta tentunya memiliki

batas-batas tertentu. Di sebelah selatan dan timur, DKI Jakarta berbatasan dengan

Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Di sebelah

barat, berbatasan dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dan di bagian

utara, DKI Jakarta berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

Terkait luas wilayah, seperti yang termuat dalam Keputusan Gubernur

Nomor 1227 Tahun 1989, secara keseluruhan provinsi DKI Jakarta memiliki luas

yang mencapai 7.659,02 km2. Dengan luas perairan seluas 6.997.05 km

2 dan luas

Page 60: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

47

daratan yang mencapai 661,52 km2 termasuk dengan luas daratan dari 110 pulau

di Kepulauan Seribu. Sedangkan untuk pembagian wilayah administratif, Provinsi

DKI Jakarta memiliki lima wilayah kota administrasi dan satu kabupaten

administratif, yakni: kota administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat,

Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, serta Kabupaten Administratif Kepulauan

Seribu.86

Dari 6 wilayah administratif tersebut, Provinsi DKI Jakarta tercatat,

memiliki sedikitnya 44 kecamatan dan 267 kelurahan untuk mengkoordinir

penyelenggaraan urusan pemerintah provinsi dengan warga.

Gambar III. A.1 Peta Provinsi DKI Jakarta

Dokumen: Bappenas RI

Sumber: http://simreg.bappenas.go.id/

86

Profil pembangunan DKI Jakarta, diakses pada tanggal 10 Mei 2017 dari situs

http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20Provinsi%203100DKI

%202013.pdf

Page 61: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

48

Sementara secara demografis, jumlah penduduk DKI Jakarta di tahun

2016, sudah mencapai 10 juta penduduk. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat,tren jumlah penduduk Jakarta mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Selama enam tahun belakangan, yakni pada

tahun 2010 hingga tahun 2016, persentase rata-rata pertumbuhan penduduk

Jakarta mencapai +/- 1,07 persen. (Lihat Tabel III.A.1)

Tabel III.1

Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2010 -2016

Tahun Jumlah Penduduk

2010 9.640.606 jiwa

2015 10.177.924 jiwa

2016 10.277.628 Wa

Dokumen: Badan Pusat Stastistik

Sumber: https://jakarta.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Provinsi-DKI-

Jakarta-Dalam-Angka-2017.pdf

Namun, jika mengacu pada data terbaru yang dimiliki Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Pemprov DKI Jakarta dalam laman kompas.com,

persentase peningkatan jumlah penduduk justru terjadi di tahun 2013 di angka

2,32 persen lebih banyak dibandingkan pada tahun 2012 silam. Jika di tahun 2012

jumlahnya ada sekitar 9,7 juta penduduk, di tahun 2013 jumlahnya mencapai 9,8

juta penduduk. Di tahun 2014, jumlah penduduk kembali bertambah, sekalipun

tidak terlalu signifikan, yakni 0,27 persen atau menjadi sekitar 10 juta penduduk.

Selanjutnya, pada tahun 2015, peningkatan jumlah penduduk berada di rasio 1,8

Page 62: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

49

persen dengan jumlah penduduk 10,1 juta. Sedangkan di tahun 2016, jumlah

penduduk meningkat menjadi 10,3 juta dengan persentase 1,1 persen.87

Memiliiki peran ganda sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi

negara, Provinsi DKI Jakarta tentunya menjadi daerah yang memiliki nilai

startegis. Kesempatan mencari lapangan kerja yang lebih mudah, pendapatan yang

ditawarkan lebih besar, serta kemudahan akses dan mobilitas inilah yang menjadi

faktor utama masyarakat berbondong-bondong datang ke Jakarta. Tak heran jika

setiap tahunnya, jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta terus bertambah.

Jakarta harus bersiap diri menghadapi bonus demografi.

Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, luas wilayah Provinsi DKI

Jakarta pun tak mengalami perluasan wilayah. Berdasarkan analisis dokumen

Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS) menunjukkan perkembangan fisik di

Jakarta khususnya lahan terbangun sudah semakin meluas. Hampir 66,62% luas

daratan Jakarta, didominasi dengan lahan terbangun seperti pemukiman,

bangunan, prasarana dan infrastruktur lainnya. Sedangkan untuk lahan terbuka

justru mengalami keterbatasan. Hanya ada sekitar 33,38% lahan terbangun non

pemukiman, seperti hutan kota, pertanian, taman, jalur hijau, pemakaman dan

lahan kosong lainnya. Adanya keterbatasan lahan inilah yang diindikasikan

menjadi permasalahan yang penting bagi Jakarta dan genting untuk diselesaikan.88

87

David Oliver Purba, Hingga 2016, Tren Pertambahan Jumlah Penduduk Terus Terjadi

di Jakarta, diakses pada tanggal 26 November 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/07/12514301/hingga.2016.tren.pertambahan.jumlah.

penduduk.terus.terjadi.di.jakarta 88

Dokumen Jakarta Coastal Defense Strategy, diakses pada 11 September 2017 dari situs

https://issuu.com/rujak/docs/jcds_-_atlas_30_sept_2011-_ind

Page 63: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

50

Mengingat begitu pesatnya perkembangan di Jakarta, kemudian ditambah

lagi dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat, tentunya Jakarta harus

memperoleh solusi untuk memecahkan persoalan ini. Jika tidak segera diatasi,

dikhawatirkan persoalan ini akan menambah beban dan resiko bagi

keberlangsungan perkembangan di Jakarta.89

Sebagai salah satu jalan keluar

keterbatasan lahan, Pemprov DKI Jakarta akhirnya mendorong adanya perluasan

wilayah ke arah utara dan atau ke selatan Jakarta. Namun karena terbatasnya lahan

di daerah perbatasan selatan Jakarta, seperti Bogor dan Sukabumi, membuat

upaya perluasan di selatan Jakarta pun urung dilakukan. Akhirnya, perluasan

wilayah di utara Jakarta pun dipilih, karena dinilai bisa memberikan nilai yang

lebih ekonomis karena lokasinya yang strategis di pesisir utara Jakarta, tepatnya di

Kawasan Pantai Utara Jakarta dengan menggunakan konsep reklamasi.

B. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta

Kawasan Pantai Utara Jakarta atau yang disebut kawasan Pantura,

berlokasi di dalam wilayah kota administratif Jakarta Utara. Secara keseluruhan,

luas kawasan Pantura ini mencapai 5.200 hektar, dengan rincian 2.700 hektar

areal hasil reklamasi Teluk Jakarta, sedangkam sisanya, seluas 2.500 hektar ialah

daratan pantai lama yang direvitalisasi. Kawasan Pantura diperkirakan memiliki

garis panjang pantai mencapai +/- 32 km yang berbatasan dengan pantai

Tangerang di bagian barat dan Pantai Bekasi di bagian timur.

89

Roderick Adrian Mozes, Ledakan Penduduk Jakarta, ancaman yang mengerikan,

diakses pada tanggal 11 september 2017 dari situs

http://properti.kompas.com/read/2017/09/04/160500021/ledakan-penduduk-jakarta-ancaman-

yang-mengerikan-

Page 64: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

51

Kawasan Pantura, jika dilihat dari aspek geografis, berpotensial menjadi

kawasan andalan. Kawasan ini dinilai bisa menjadi pusat roda ekonomi karena

lokasinya yang strategis dengan beberapa kegiatan ekonomi. Misalnya saja,

berdekatan dengan pelabuhan, pergudangan dan perdagangan. Tidak hanya itu,

lokasi utara Jakarta juga kaya akan nilai sejarah dan budaya, hal inilah yang juga

bisa menambah potensi kawasan Pantura sebagai objek pariwisata.

Sejauh ini, perkembangan kawasan Pantura sudah mengalami kemajuan

yang pesat dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki skala besar, mulai dari energi,

ekonomi, sosial dan budaya. Contohnya saja seperti PLTU Muara Karang dan

Muara Tawar, pemukiman Pantai Indah Kapuk dan Pantai Mutiara, Pelabuhan

Tanjung Priok, Kawasan Berikat Nusantara Marunda, kawasan rekreasi Jaya

Ancol, Rumah Pitung Marunda dan perdagangan di Glodok.

Meskipun disebut sebagai kawasan yang memiliki potensi kemajuan,

namun, Kawasan Pantura dinilai memiliki sejumlah permasalahan, baik dari

kondisi lingkungan fisik dan sosial ekonomi, seperti pemukiman kumuh, rawan

banjir, pencemaran laut, rob dan abrasi serta permasalahan zonasi perairan laut

yang belum terpadu. Berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jakarta,

pencemaran perairan Teluk Jakarta di tahun 2008 – 2014 menunjukkan adanya

pencemaran berat yang signifikan, mulai dari penecemaran yang sangat berat,

sedang, ringan, dan sangat ringan. Lebih dari 50% tingkat pencemaran didominasi

dengan pencemaran yang sangat berat hingga sedang. Sementara untuk

pencemaran ringan dan sangat ringan terbilang cukup rendah, hanya mencapai

Page 65: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

52

15%.90

Pencemaran Teluk Jakarta mengakibatkan rusaknya ekosistem di sekitar

pesisir hingga biota laut di Teluk Jakarta.

Menyikapi ancaman berbagai kerusakan di perairan Teluk Jakarta,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menilai reklamasi Teluk

Jakarta sebagai salah satu opsi jalan keluar yang memungkinkan.91

Selain bisa

kembali memperbaiki ekosistem di pesisir dan biota laut, proyek reklamasi yang

dibayarkan pengembang juga bisa digunakan untuk pembangunan infrasturuktur

yang dibutuhkan masyarakat.

C. Landasan Hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta

Peneliti akan memaparkan peraturan-peraturan yang selama ini menjadi

acuan untuk pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. peraturan-peraturan ini,

kemudian akan di klasifikasikan agar memudahkan para pembaca untuk

mengetahui peraturan mana yang terbentuk lebih dahulu. Pembangunan

Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau yang sekarang dikenal dengan Reklamasi

Teluk Jakarta memiliki beberapa acuan sebagai landasan hukum. Kebijakan

Reklamasi Teluk Jakarta untuk pertama kalinya justru dicetuskan oleh Presiden

Soeharto pada zaman Orde Baru dengan semangat pembangunan nasional.

Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akhirnya

mengeluarkan kebijakan yang terus mendukung mandat dari presiden. Berikut

adalah landasan hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta:

90

Tingkat Pencemaran Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Presentasi Indeks

Keragaman, diakses pada tanggal 20 November 2017 dari situs

http://data.jakarta.go.id/dataset/tingkat-pencemaran-perairan-teluk-jakarta-berdasarkan-persentasi-

indeks-keragaman/resource/9e27fb10-57df-4e9d-aa67-e7c3fe12f501# 91

Menanti Perbaikan Ekosistem Teluk Jakarta, diakses pada tanggal 30 November 2017

dari situs https://nasional.tempo.co/read/news/2017/03/29/285860663/menanti-perbaikan-

ekosistem-teluk-jakarta

Page 66: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

53

1. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994

Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, pemerintah Indonesia terus

mengamabil langkah dan kesempatan untuk terus membangun negara. Setelah

berhasil dengan beberapa kali Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Rapelita,

di tahun 1994 Pemerintah melalui Presiden bersepakat untuk kembali membangun

negara. Tepat pada tanggal 22 Maret 1994, Pemerintah secara resemi

mengeluarkan Keputusan Presiden berkaitan dengan Rencana Pembangunan Lima

Tahun (Repelita) Ke VI yang dimulai dari tahun 1994 dan berakhir di tahun

1998. Dalam isi Keppres ini disebutkan, bahwa pembangunan ini merupakan

kelanjutan pembangunan jangka panjang yang sebelumnya telah berhasil selama

25 tahun pertama. Dikeluarkannya Keppres ini merupakan salah satu tindak lanjut

dari adanya saran dan masukan Dewan Perwakilan Rakyat kala itu. Repelita VI

ini juga menjadi perwujudan adanya keinginan pemerintah bersama dengan

perwakilan rakyat untuk melakukan pembangunan secara nasional dalam jangka

lima tahun.

Ada beberapa hal yang menjadi fokus utama dari Repelita VI, seperti

peningkatan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi dan perubahan

struktur ekonomi Indonesia hingga memantapkan stabilitas ekonomi negara.

Beberapa bidang yang menjadi sorotan tentunya dimulai dari bidang ekonomi,

kesejahteraan rakyat dan bidang agama. Ekonomi dinilai menjadi poin strategis

dalam rencana pembangunan ini. Merajuk pada pembangunan di bidang ekonomi

tersebut, Pemerintah Indonesia, secara jelas menyebutkan wilayah Kawasan

Pantai Utara bisa menjadi salah satu kawasan andalan milik negara. Lokasi yang

Page 67: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

54

strategis, dinilai bisa memberikan nilai tambah bagi stabilitas ekonomi negaera.

Inilah awal mula aturan perjalanan Reklamasi Kawasai Pantai Utara. Namun

sayangnya peraturan ini tidak menyebutkan dan menjelaskan secara rinci

bagaimana mekanisme pembangunan itu, dan bagaimana dengan persyaratan yang

harus dilengkapi untuk melakukan pembangunan Reklamasi.

2. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995

Menindaklanjuti adanya aturan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994

tentang Kawasan Andalan, Presiden Soeharto kala itu menilai Jakarta kekurangan

lahan dan perlu adanya penambahan luas daratan Ibukota. Dalam perencanaan

awal, reklamasi Teluk Jakarta direncanakan akan menambah luasan hingga 2700

hektar dan memajukan daerah di Utara Jakarta sebagai Kawasan Andalan.

Dalam Keppres ini, Kawasan Andalan disebutkan secara jelas bahwa

Kawasan Pantai Utara menjadi salah satu fokus pemerintah untuk dijadikan

kawasan yang memiliki peranan strategis baik untuk perkembangan kota Jakarta

hingga aspek ekonomis. Keppres ini juga dinilai menjadi salah satu landasan

hukum pengaturan reklamasi Teluk Jakarta. Keppres yang dikeluarkan pada 13

Juli 1995 ini menyebutkan bahwa Reklamasi Pantai Utara Jakarta disebut juga

sebagai Reklamasi Pantura dilakukan di bagian Kotamadya Jakarta Utara,

khususnya di bagian daratan pantai utara Jakarta dan areal perairan yang berlokasi

di utara Jakarta.

Gambar III. 1

Page 68: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

55

Peta Kawasan Pantai Utara Jakarta

Dokumen Bappenas, Keppres No. 52 Tahun 1995

Sumber:

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/108924-[_Konten_]-

Keputusan%20Presiden%20no%20%2052%20%20%20tahun%201995.pdf

Berbeda dengan peraturan yang sebelumnya, Keputusan Presiden Nomor

52 Tahun 1995selain mengatur terkait lokasi reklamasi Pantura, Keppres ini juga

mengatur hal yang penting, yakni berkaitan dengan pemangku kepentingan dari

pengerjaan reklamasi Pantura. Pada pasal 4, tertulis bahwa Gubernur DKI Jakarta

memiliki wewenang dan tanggung jawab selama proses Reklamasi Pantura. Tidak

hanya itu, Presiden juga menyebutkan penyelenggaraan reklamasi Pantura

mengharuskan dibentuknya Badan Pelaksana yang diisi oleh Pemerintah Provinsi

DKI. Sedangkan Pemerintah Pusat hanya ditugaskan menjadi pengarah dari

penyelenggaraan reklamasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional atau Kepala Bappenas sebagai Ketua Tim Pengarah. Sementara Anggota

Tim Pengarah diisi dengan beberapa Menteri, seperti Menteri Perhubungan,

Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Dalam Negeri,

Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Negara Lingkungan Hidup dan

Page 69: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

56

Menteri Negara Agraria. Yang perlu dicatat, dalam Keppres ini juga tertuang

terkait dengan regulasi yang dilakukan oleh Badan Pengendali, salah satunya

kerjasama usaha dengan pihak lain dan diatur oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai

Ketua Badan Pelaksana.

Keppres ini juga menyebutkan, hasil pengelolaan dari reklamasi diberikan

Hak Pengelolaanya kepada Pemreintah Provinsi DKI Jakarta. Ini artinya,

Pemprov DKI Jakarta memiliki hak penuh dalam mengelola hasil dari areal

reklamasi Pantura, sesuai dengan pembagian zona yang telah diatur dalam

Lampiran Keppres ini. Meski memiliki hak pengelolaan, namun ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh Badan Pengelola, seperti adanya pembangunan demi

kepentingan publik. Mulai dari kepentingan pelabuhan, lingkungan kawasan

pantai hutan bakau, kepentingan nelayan dan fungsi lainnya. Pembiayaan

penataan Reklamasi Pantura juga disebutkan bahwa itu adalah tanggung jawab

dari Badan Pelaksana, dalam hal ini adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

3. Peraturan Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995

Kebijakan penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan

Pantai Utara Jakarta, untuk pertama kalinya diatur melalui Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 1995. Peraturan daerah ini merupakan salah satu tindak lanjut

dalam menanggapi Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994 tentang Kawasan

Pantai Utara Jakarta sebagai kawasan andalan. Dalam Perda tersebut,

penyelanggaraan reklamasi dan rencana tata ruang

Kawasan Pantura Jakarta memiliki beberapa poin tujuan yakni:

Page 70: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

57

a. pemanfaatan ruang yang berkualitas sebagai kota pelayanan yang

strategis dan memiliki daya saing tinggi dalam perkembangan dunia

b. pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan

keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

c. terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan

dengan memperhatikan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya serta

kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah

d. mengendalikan pertumbuhan kota Jakarta ke arah selatan untuk

melindungi wilayah Selatan sebagai wilayah resapan air

Selain mencantumkan tujuan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta, dalam

Perda tersebut juga disebutkan bahwa penyelenggaraan reklamasi lautdilakukan

secara terpadu melaui kerjasama antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak

ketiga yang saling menguntungkan sebagai mitra atau yang biasa disebut dengan

cross subsidy.

Gambar III.3

Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Page 71: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

58

Dokumen Lembaga Bantuan Hukum

Sumber: http://www.lembagabantuanhukum.org/wp-

content/uploads/2016/08/Perda-DKI-No.-8-Tahun-1995.pdf

Perencanaan secara komprehensif sebagai panduan pembangunan juga

dituangkan dalam Perda ini termasuk Rencana Sub-Kawasan Pantura Jakarta. Sub

Kawasan Pantura Jakarta terbagi dalam tiga kawasan yaitu ;

a. Sub-Kawasan Timur

Untuk kawasan Timur, meliputi sebagian daratan di wilayah Kecamatan

Tanjung Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Cilincing dan areal reklmasi bagian

Timur. Pembangunan di kawasan Timur akan dikembangkan sebagai salah satu

pusat distribusi barang, pelabuhan, industri, pergudangan serta pemukiman

sebagai penunjang ekonomi di Teluk Jakarta.

b. Sub-Kawasan Tengah

Sedangkan untuk kawasan tengah, meliputi sebagian daratan di wilayah

Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, sebagian Kecamatan Tanjung

Priok dan areal reklamasi bagian Tengah. Berbeda dengan sub-kawasan Barat,

Sub-Kawasan Tengah Reklamasi Teluk Jakarta nantinya akan dikembnagkan

sebagai salah satu pusat distrik perdagangan dan jasa dengan skala internasional.

Selain itu, pada kawasan ini juga direncanakan akan dibangun pusat rekreasi dan

wisata.

c. Sub-Kawasan Barat

Sementara untuk sub-kawasan barat, hanya meliputi sebagian daratan

Kecamatan Penjaringan dan areal reklamasi dibagian Barat. Untuk fungsinya,

sub-kawasan Barat akan dikembangkan sebagai kawasan pemukiman penduduk

Page 72: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

59

Jakarta dan kegiatan komersial. Tidak hanya itu dalam sub kawasan ini, akan

dibangun fasilitas bagi pemerintahan, ruang terbuka hijau dan perumahan nelayan

di bagian daratan pantai.

Selain perencanaan kawasan reklamasi yang telah dibagi menjadi tiga sub

kawasan, dalam Perda ini tercantum bahwa akan ada perencanaan pengembangan

sistem jaringan dan transportasi terpadu yang bisa diakses secara mudah, baik dari

sekitar areal reklamasi dan daerah daratan di luar areal reklamasi.

Penyelenggaraan reklamasi pun diatur oleh Kepala Daerah, dalam hal ini adalah

Gubernur DKI Jakarta dengan membentuk Badan Pelaksana Reklamasi atau BPR

Pantai Utara Jakarta. Sebagai pelaksana pengembangan reklamasi, BPR berperan

dan bertanggung jawab penuh pada beberapa hal, seperti perencanaan, perizinan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian teknis reklamasi. Tidak berhenti

disitu, BPR juga bertanggung jawab untuk merevitalisasi atau penataan kembali

daratan Pantai Utara Jakarta, mulai dari revitalisasi lingkungan, relokasi gudang

dan perumahan, peremajaan kota hingga sistem pengendalian banjir.

4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030

Menindaklanjuti landasan hukum yang sudah dibuat oleh Pemerintahan

sebelumnya, di tahun 2010, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali

mengeluarkan landasan terkait Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 atau sering

disebut RTRW 2030. Ini merupakan landasan baru setelah berakhirnya Rencana

Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta di tahun 1999 - 2010 yang telah berjalan kurang

lebih 10 tahun. Kebijakam RTRW 2030 mengatur dengan jelas bagaiamana

Page 73: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

60

rencana penataaan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sepanjang tahun

2010 hingga tahun 2030 mendatang.

Rancangan Tata Ruang Wilayah 2030 memiliki beberapa tujuan khusus,

dengan fokus utama pembangunan ibukota yang mampu memberikan

kenyamanan, berkelanjutan untuk dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Selain

itu, beberapa tujuan RTRW ini juga mencakup tentang ruang wilayah,

pemanfaatan kawasan, keterpaduan penataan ruang wilayah dan pesisir hingga

terciptanya budaya Jakarta yang sejajar dengan negara lainnya.

D. Jalan Panjang Reklamasi Teluk Jakarta

Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta bukanlah hal yang baru atau asing

untuk dibicarakan. Pembangunannya pun tak mudah untuk dilakukan. Wacana

Reklamasi Teluk Jakarta memiliki sejarah yang begitu panjang, mulai dari

pemerintahan dibawah Presiden Soeharto pada masa orde baru hingga saat ini

pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di era reformasi. Sebuah wacana

pembangunan sudah tentu menuai pro dan kontra disertai dampak positif dan

negatif apa yang akan terjadi jika pembangunan tetap dilakukan. Sama halnya

dengan wacana pembangunan reklamasi, sekalipun beberapa kebijakan sudah

dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, namun

pertentangan atas wacana reklamasi masih terjadi.

1. Reklamasi Teluk Jakarta di Orde Lama

Wacana pembangunan reklamasi berawal dari adanya keinginan

Pemerintah Pusat untuk terus melakukan pembangunan dalam skala nasional.

Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita periode 1994 hingga tahun

Page 74: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

61

1999 disebutkan bahwa pembangunan akan dilakukan di beberapa penjuru daerah.

Provinsi DKI Jakarta, pada saat itu masuk menjadi salah satu daerah yang

ditargetkan oleh pemerintah. Hal ini tentunya untuk memberikan penambahan

nilai ekonomi bagi daerah-daerah tersebut. Reklamasi Teluk Jakarta pertama kali

muncul dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994, yang masuk

sebagai Kawasan Andalan. Baru di awal saja, wacana pembangunan reklamasi

Teluk Jakarta sudah mendapatkan penolakan dari berbagai pihak karena dinilai

akan merusak ekosistem lingkungan dan akan berpengaruh bagi warga di sekitar

pesisir Teluk Jakarta.

Di tahun selanjutnya, Presiden Soeharto kembali menegaskan wacana

reklamasi di dua daerah, yakni Reklamasi Teluk Jakarta dan Reklamasi Teluk

Naga Tangerang. Penegasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat kala itu dengan

menerbitkan adanya Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995, dengan harapan

bisa mematangkan proyek pembangunan reklamasi di dua daerah tersebut. Seperti

yang sudah di bahas pada bagian atas, Keppres yang ditetapkan pada 13 Juli 1995

ini menjadi dasar hukum kuat bahwa reklamasi diperbolehkan dan harus tetap

dijalankan. Hal ini tentunya juga berkaitan dengan tujuan dari Presiden Soeharto

untuk menjadikan Jakarta sebagai Kota Modern.

Sebagai tindak lanjut dari Keppres yang dikeluarkan Presiden Soeharto,

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun turut mendukung pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995

tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura

Jakarta. Perda ini memberikan paparan yang cukup lengkap tentang bagaimana

Page 75: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

62

selanjutnya tentang teknis pembangunan reklamasi dan rencana tata ruang wilayah

di kawasan Pantura Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kala itu

dipimpin oleh Soerjadi Soerdirdja (1992 -1997) mendukung penuh Pemerintah

Pusat dalam wacana pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

Di tahun yang sama, wacana pembangunan Reklamasi teluk Jakarta

mendapat kecaman dari dalam tubuh Pemerintahan, khususnya dari Kementerian

Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup menilai adanya

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta memiliki dampak yang buruk bagi

ekosistem, baik biota laut ataupun pesisir Pantai Utara Jakarta. Sehingga

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta sangat tidak layak untuk dilanjutkan.

Seakan tak menggubris komentar Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah

Pusat pun tak urung menjalankan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta yang

berkesinambungan.

Lagi-lagi, wacana pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta menimbulkan

pertanyaan publik, khususnya terkait dengan dasar hukum pembangunannya. Dua

kebijakan yang dikeluarkan baik melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995 dan

Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantura Jakarta dinilai tidak sesuai

dengan Rencana Umum Tata Ruang Jakarta tahun 1985 – 2005. Hal ini

dikarenakan tidak ada wacana pembangunan reklamasi dalam penataan tata ruang

wilayah DKI Jakarta.

2. Reklamasi Teluk Jakarta Pasca Orde Baru

Sayangnya, perjalanan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta tidak

berjalan mulus. Pasca Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden ditambah

Page 76: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

63

dengan krisis moneter yang dialami Indonesia, pembangunan reklamasi Teluk

Jakarta harus tertunda. Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan tentu

membuat lesu perekonomian sehingga investor memilih negara lain untuk

berinvestasi. Pembangunan nasional pun terhambat, beberapa pengerjaan proyek

skala nasional juga berhenti. Krisis moneter pada tahun 1998 - 1999 tentu

mengubah susunan perjalanan pembangunan nasional yang termaktub dalam

Repelita oleh pemerintahan Orde Baru termasuk pembangunan Reklamasi Teluk

Jakarta. Selain permasalahan tidak ada biaya pembangunan, reklamasi Teluk

Jakarta terus ditentang dari berbagai pihak termasuk Kementerian Lingkungan

Hidup. Meski demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap bersikeras untuk

meneruskan Reklamasi Teluk Jakarta pada tahun 1995.

Rencana pembangunan Reklamasi pun terus digencarkan oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta melalui sejumlah kebijakan. Apalagi kala itu, tongkat

pemerintahan berada di tangan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta yang memerintah

selama dua periode, yakni dari tanggal 6 Oktober 1997 hingga 6 Oktober 2002

dan 6 Oktober 2002 hingga 7 Oktober 2007. Kebijakan soal reklamasi Teluk

Jakarta terus digencarkan melalui beberapa langkah kebijakan yang signifikan.

Di tahun 1999, Pemerintah Provinsi bersama dengan DPRD DKI Jakarta,

pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso akhirnya mengeluarkan Peraturan

baru, yakni berkaitan dengan Peraturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah atau

RTRW di daerah DKI Jakarta. Dalam peraturan ini disebutkan, bahwa reklamasi

Teluk Jakarta, masuk dalam perencanaan tata ruang dan wilayah DKI Jakarta

dalam beberapa tahun kedepan. Ini tentunya mengubah apa yang sudah diatur

Page 77: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

64

dalam Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta tahun 1995 yang juga sempat

menjadi perdebatan.

Dalam Perda RTRW Tahun 1999 disebutkan bahwa peraturan ini

merupakan tindak lanjut dari adanya Peraturan Pemerintah Tahun 1997 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang dikeluarkan Presiden Soeharto. Hal

ini tentunya untuk mebuat kajian strategis tentang pembangunan Provinsi DKI

Jakarta yang mencakup lima kotamadya. Peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah

DKI Jakarta merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan

ruang wilayah nasional ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang.

Perda ini juga menyebutkan ada beberapa isi Rencana Tata Ruang

Wilayah DKI Jakarta, baik dari rencana penyebaran penduduk, pengembangan

aktivitas kota, pengembangan sistem sarana prasarana dan intensitas ruang. Tidak

hanya menuliskan tentang rencana pembangunan di 5 kotamadya saja, Perda ini

juga menuliskan tentang pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Pada pasal 61

poin b, tertulis bahwa perencanaan reklamasi Teluk Jakarta dikhususkan untuk

pembangunan pemukiman bagi kelas menengah ke atas.

Di tahun 2003, lagi-lagi pembangunan reklamasi Teluk Jakarta menuai

protes dari Kementerian Lingkungan Hidup. Melalui Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003, menyatakan bahwa Rencana Kegiatan

Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta tidak layak. Hal ini dikarenakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak dapat memenuhi kaidah penataan ruang

dan teknologi yang sesuai dengan analisa dampak lingkungan atau AMDAL.

Adanya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup ini pun terus bertambah panjang

Page 78: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

65

dengan adanya kehadiran pihak kontra. Hal inilah yang dinilai merugikan bagi

pengembang. Pasalnya, para pengembang merasa terhambat dalam melakukan

permohonan izin kepada pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan

menimbulkan kerugian yang besar bagi penggugat.

Di tahun 2007, enam pengembang yang mendapatkan hak reklamasi pun

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk membatalkan

Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keenam pengembang

tersebut ialah, PT Bakti Bangun Era Mulia, PT Taman Harapan Indah, PT

Manggaka Krida Yudha, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, PT Pembangunan

Jaya Ancol dan PT Jakarta Propertinda. Gugatan tersebut dilayangkan karena

Menteri Negara Lingkungan Hidup dinilai merumuskan kebijakan yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perbuatan

yang melampaui batas dan perbuatan sewenang-wenang. Akhirnya, Pengadilan

pun memutuskan bahwa surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

14 Tahun 2003 dinyatakan tidak sah dan mewajibkan tergugat, dalam hal ini

Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencabut surat tersebut.

Tidak berhenti disitu, setelah kalah dalam pengadilan Tata Usaha Negara,

Kementerian Lingkungan Hidup kembali mengajukan Banding ke Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara terkait dengan putusan tersebut. Namun lagi-lagi

Kementerian Lingkungan Hidup harus berbesar hati karena gugatannya kembali

kalah. Di tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup akhirnya pun memutuskan

untuk mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terkait dengan putusan

incracht dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pada Juli 2009, akhirnya

Page 79: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

66

Mahkamah Agung memutuskan untuk mengabulkan kasasi tersebut yang

menyatakan bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta telah menyalahi Analisis

Dampak Lingkungan atau Amdal yang berlaku.

Dua tahun berselang setelah Mahkamah Agung mengabulkan kasasi

Kementerian Lingkungan Hidup, Mahkamah Agung melakukan Peninjauan

Kembali atau PK dalam putusannya.92

Di tahun 2011, keadaan justru berbalik.

Mahkamah Agung justru menyatakan bahwa pembangunan proyek reklamasi

Pantai Utara Jakarta adalah hal yang legal dan diperbolehkan oleh hukum.

Putusan inilah yang menjadi pertanyaan sejumlah pihak bagaimana dengan

pembangunan mega proyek tersebut.

Meskipun telah mendapatkan lampu hijau secara legalitas, namun proyek

pembangunan reklamasi Teluk Jakarta tentunya bukan hal mudah bagi Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta. Ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai penyelenggara pembangunan proyek

reklamasi, seperti Analisis Dampak Lingkungan yang terbaru dan juga Dokumen

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pantai Utara Jakarta. Ini tentunya

memerlukan waktu yang cukup banyak untuk kembali memperhitungkan dan

mengkaji dampak lingkungan dari proyek tersebut.

Pengembangan proyek reklamasi Teluk Jakarta seolah semakin diperkuat

dengan adanya aturan-aturan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, yang

kala itu dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di tahun 2007,

Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang

92

Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 12 PK/TUN/2011 Tahun 2011 diakses pada

tanggal 12 september 2017 dari situs

https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/03a5c75077d3b684d7390131b62c4421

Page 80: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

67

menyatakan bahwa pengelolaan ruang, baik udara dan laut memiliki aturan

undang-undang tersendiri. Selain itu, di tahun yang sama, tepatnya pada Juli 2007,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengesahkan Undang-Undang

Nomo 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau

Kecil. Undang-undang mengatur terkait dengan pengelolaan pesisir dan pulau

kecil mulai dari perencanaan, pemanfaatan, pengelolaan, pengendalian dan

pengawasan. Dalam undang-undang tersebut, ruang lingkup tentang wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan secara rinci yakni meliputi daerah

peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat

dan laut yang mana ke arah darat ini mencakup wilayah administrasi kecamatan

dan ke arah laut sepanjang 12 mil diukur dari garis pantai. Undang-undang ini

juga mengatur secara jelas bahwa pemerintah memberikan hak pengelolaan

perairan dan pesisir bagi para pengusaha dalam bentuk Hak Pengusahaan Perairan

Pesisir atau HP3 dengan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, baik secara

adminsitratif maupun secara teknis. Selain pengaturan soal persyaratan, undang-

undang ini juga menjelaskan adanya larangan, pengawasan hingga sanksi pidana

bagi siapapun yang melakukan pelanggaran atas undang-undang.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (UU-WP3K) ini pun akhirnya disahkan oleh DPR RI sebagai

langkah acuan pembangunan dengan skala nasional. Diterbitkannya undang-

undang ini, kembali memberikan penguatan bahwa reklamasi pantai

diperbolehkan dengan syarat dan ketentuan khusus. Pemerintah menilai dengan

adanya Undang-undang ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

Page 81: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

68

menjaga keutuhan Negara. Meskipun undang-undang ini disahkan, namun tak

sedikit rakyat yang menolak aturan ini. Hal ini dikarenakan pemerintah dinilai

mendukung hak korporasi untuk mengeruk dan mengeksploitasi kekayaan

Negara.93

Tidak lebih dari setahun, di bulan Maret tahun 2008, Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono kembali menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 26

Tahun 2008 yang mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan

menetapkan Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu

sebagai Kawasan Startegis Nasional.94

Adapun PP ini dibuat adalah sebagai

arahan kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan ruang wilayah Negara. Daerah

Jabodetabek – Punjur atau Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi Puncak dan

Cianjur dinilai pemerintah memiliki potensi yang besar dalam berbagai aspek,

mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan hingga warisan dunia. Pemerintah pun

menilai dengan adanya aspek-aspek tersebut, kawasan Jabodetabek-Pumjur

mampu memberikan implikasi dalam skala nasional. Tidak hanya itu saja, rencana

pembangunan kawasan strategis nasional Jabodetabek – Punjur, secara geopolitik

menjadi potret dari sistem pembangunan. Ini artinya keberhasilan pembangunan

Kawasan Jabodetabek – Punjur dianggap menjadi cerminan keberhasilan

pembangunan di Indonesia.95

93

Chalid Muhammad, Drma Haru SBY, diakses pada taggal 12 september 2017 dari situs

http://nasional.kompas.com/read/2010/10/30/0434159/drama.haru.sby 94

Lampiran X Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008,diakses pada tanggal 13

september 2017 dari situs http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2017/pp13-2017bt.pdf 95

Rencana Tata Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR : Upaya Menyeimbangkan

Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup, diakses pada tanggal 13

september 2017 dari situs http://tataruang.atr-

bpn.go.id/Bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=110

Page 82: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

69

Kawasan Jabodetabek – Punjur sebagai Kawasan Startegis Nasional terus

didorong oleh Pemerintah Pusat. Di tahun yang sama, Pemerintah melalui

Peraturan Presiden kembali mengatur pembangunan kawasan ini termasuk

keberlanjutan kawasan Reklamasi Teluk Jakarta. Melalui Peraturan Presiden

Nomor 54 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang

Bekasi Puncak dan Cianjur, sejumlah aturan baik dari perencanaan, pembangunan

hingga pengawasan kawasan tersebut diatur dengan jelas. Jangka waktu rencana

pembangunan Kawasan Startegis Nasional Jabodetabek – Punjur pun telah

ditetapkan yakni selama 20 tahun dengan peninjauan satu kali dalam kurun waktu

lima tahun. Dengan diberlakukannya Peraturan Presiden ini, ada beberapa

Keputusan Presiden yang juga diberlakukan sebagai bentuk pelaksanaan.

Misalnya saja, Keppres Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang

Kawasan Bogor – Puncak – Cianjur, Keppres Nomor 1 Tahun 1997 tentang

Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol, Keppres Nomor 52 Tahun 1995

tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Keppres Nomor 73 Tahun 1995

tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga Tangerang.96

Dengan berlakunya Peraturan

Presiden sekaligus beberapa Keppres tersebut, terutama Keppres soal Reklamasi

Teluk Jakarta, ini artinya pemerintah terus mendukung pembangunan pulau-pulau

buatan di bagian utara Jakarta.

Menindaklanjuti adanya arah kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah

melalui Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden, maka di tahun 2010,

sejumlah pemangku kepentingan, baik dari jajaran pemerintah melalui

96

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan

Jabodetabek Punjur Pasal 70,

Page 83: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

70

Kementerian, Pemerintah Daerah dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, serta

sejumlah pemangku kepentingan sepakat untuk bersama-sama mengkaji

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Kajian Lingkungan Hidup Strategis atau

KLHS Teluk Jakarta diperlukan untuk mencari solusi yang mampu

mengakomodir seluruh kepentingan, baik dari lingkungan, ekonomi dan sosial

untuk disepakati oleh seluruh pihak. Selain itu, hasil dari pembahasan kajian ini

pada akhirnya akan merumuskan rekomendasi-rekomendasi dari beberapa isu

strategis dari seluruh aspek.

Menanggapi adanya KLHS Teluk Jakarta terbaru, kemudian ditambah lagi

dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008, serta adanya dinamika

perkembangan DKI Jakarta, Fauzi Bowo kembali mengeluarkan Peraturan Daerah

terkait dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah terbaru. Dalam Perda Nomor 1

Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta tahun 2030

ini, Pemprov DKI Jakarta secara jelas telah melihat adanya dinamika

perkembangan dan tantangan dalam menata ruang wilayah Jakarta. Adapun

beberapa prinsip yang dipegang dalam RTRW 2030 ini ada tiga hal. Pertama,

tidak hanya melakukan pembangunan Jakarta dengan biasa saja tetapi dengan

menyelenggarakan dengan konsep pengelolaan pertumbuhan. Kedua, dalam

penataan tata ruang wilayah 2030, Pemprov DKI Jakarta akan mengacu pada basis

perencanaan fungsional yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai kawasan

Megapolitan Jabodetabekpunjur yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Ketiga,

yakni adanya perubahan konsep ‗stakeholders‘ menjadi ‗shareholder’, yang

artinya semua pihak bisa bermitra termasuk masyarakat untuk terlibat langsung

Page 84: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

71

dalam melakukan penataan wilayah. Perda RTRW DKI Jakarta 2030 menjadi

pedoman pembangunan Jakarta dalam jangka panjang dan menengah serta

pembangunan Jakarta, termasuk didalamnya rencana pembangunan reklamasi

Teluk Jakarta sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional.97

Dengan

disahkannya Perda tentang RTRW DKI Jakarta 2030 ini maka mengubah adanya

peraturan yang termaktub dalam Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta.

Perda ini disahkan oleh Pemerintah Daerah pada tanggak 12 Januari 2012 silam.

Setelah delapan bulan berselang, ditahun yang sama, tepatnya pada

tanggal 19 September 2012, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan

Gubernur kembali menetapkan adanya Penataan Ruang Kawasan Reklamasi

Pantai Utara Jakarta dengan pencatatan Pergub DKI Jakarta Nomor 121 Tahun

2012. Dalam Pergub ini, penataan reklamasi Teluk Jakarta dituliskan secara

lengkap, termasuk rencana pembangunan 17 pulau, dengan penamaan dari abjad

A hingga Q. Sesuai dengan arahan yang tertulis di dalam Pergub di Bab III

tentang Arahan Pengembangan Kawasan Reklamasi dibagi menjadi tiga sub,

yaitu:

a. Sub - Kawasan Barat yang terdiri dari delapan pulau, mulai dari

pulau A hingga Pulau H dengan peruntukkan sebagai kawasan perumahan

horizontal vertikal, kawasan pariwisata, kawasan perkantoran, perdagangan dan

perkantoran secara terbatas

97

Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI

Jakarta 2030

Page 85: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

72

b. Sub – Kawasan Tengah yang terdiri dari empat pulau, yakni pulau

I hingga pulau M dengan peruntukkan sebagai kawasan perkantoran, perdagangan

dan jasa skala internasional, pusat pariwisata dan kawasan perumahangorizontal

vertikal

c. Sub-Kawasan Timur yang terdiri dari 4 pulau, yaitu pulau N

hingga Q dengan fungsi sebagai pusat pelabuhan, industri, pergudangan dan

kawasan perumahan horizontal vertikal.

Gambar III.4

Peta Renacana Reklamasi Teluk Jakarta

Dokumen Litbang “Kompas”

Sumber: https://kompas.id/wp-content/uploads/2017/11/20171110-lhr-

reklamasi.jpg

Selain penjelasan tentang pemanfaatan fungsi dari masing-masing pulau,

di Pergub ini juga menjabarkan tentang apa saja indikasi program utama dari

masing-masing pulau misalnya untuk pembangunan kawasan apa saja yang akan

dilakukan. Kemudian, Pergub ini juga mencantumkan ketentuan koefisien dasar

untuk bangunan, lantai bangunan dan ketinggian bangunan per pulau reklamasi

termasuk juga dengan kegiatan apa saja yang diizinkan, tidak diizinkan dan

dibatasi. Sesuai dengan harapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pembangunan

Page 86: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

73

reklamasi 17 pulau yang ditetapkan, setidaknya bisa melakukan penyebaran

penduduk sebanyak 750.000 jiwa.98

Adapun yang menjadi ketentuan penting

dalam Pergub ini ialah terkait dengan ketentuan perizinan pembangunan

reklamasi.

Berdasarkan data yang tercatat Badan Perencana Pembangunan Daerah

(Bappeda) DKI Jakarta, ada Sembilan pengembang yang mendapatkan

pembanguanan 17 pulau reklamasi Teluk Jakarta. Berikut daftar pengembang

berikut pulau yang akan dikembangkan:

Tabel III.2

Perusahaan dan Pulau Reklamasi Teluk Jakarta

Pulau Luas Pengembang

A 79 Ha PT Kapuk Naga Indah

B 380 Ha PT Kapuk Naga Indah

C 276 Ha PT Kapuk Naga Indah

D 312 Ha PT Kapuk Naga Indah

E 284 Ha PT Kapuk Naga Indah

F 190 Ha PT Jakarta Propertindo

G 161 Ha PT Muara Wisesa Samudra

H 63 Ha PT Taman Harapan Indah

I 405 Ha PT Jaladri Eka Paksi

J 316 Ha PT Pembangunan Jaya Ancol

K 32 Ha PT Pembangunan Jaya Ancol

L 481 Ha PT Manggala Krida Yudha

M 587 Ha PT Manggala Krida Yudha

N 411 Ha PT Pelindo II

O 344 Ha Pemprov DKI Jakarta

P 483 Ha Pemprov DKI Jakarta

Q 369 Ha Pemprov DKI Jakarta

Dokumen Bappeda Prov. DKI Jakarta

Pasca mengeluarkan Perda soal RTRW DKI Jakarta 2030, Gubernur DKI

Jakarta kala itu, Fauzi Bowo juga memberikan izin prinsip reklamasi kepada

98

Hasil kumulatif dengan perhitungan manual sesuaiTabel 1 Nama Pulau, Luas Pulau,

dan Persebaran Penduduk - Lampiran I Pergub DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 tentang

Penataan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta,

Page 87: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

74

beberapa pengembang kawasan reklamasi Teluk Jakarta melalui 4 surat

Gubernur. Berikut adalah daftar surat yang dikeluarkan Gubernur Fauzi Bowo

dalam mengembangkan proyek Reklamasi Teluk Jakarta:

1. Surat Gubernur Nomor 1571/-1.711 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau 2A kepada PT Kapuk Niaga Indah di tahun 2007

2. Surat Gubernur Nomor 1491 Tahun 2010 tentang Izin Pelaksanaan

Reklamasi Pulau 2A

3. Surat Gubernur Nomor 804/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau 1 dan 2B kepada PT Kapuk Niaga Indah pada 21 Juni 2012

4. Surat Gubernur Nomor 1289/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau A dan B kepada PT Kapuk Niaga Indah pada September 2012

5. Surat Gubernur Nomor 1417 Tahun 2012 tentang Perizinan

Pelaksanaan Reklamasi Pulau 1A dan 2B kepada PT Kapuk Niaga Indah

6. Surat Gubernur Nomor 1281/-1794.2 Tahun 2012 tentang

Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau O atas nama PT Kawasan Ekonomi Khusus

Marunda

7. Surat Gubernur Nomor 1283/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau M kepada PT Manggala Krida Yudha

8. Surat Gubernur Nomor 1296/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Pulau L untuk PT Pembangunan Jaya Ancol

9. Surat Gubernur Nomor 1290/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau F kepada PT Jakarta Propertindo

Page 88: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

75

10. Surat Gubernur Nomor 1276/-1924.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau J untuk PT Pembangunan Jaya Ancol

11. Surat Gubernur Nomor 1275/-1924.2 tentang Persetujuan

Prinsip Reklamasi Pulau I untuk PT Pembangunan Jaya Ancol

12. Surat Gubernur Nomor 1291/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra

13. Surat Gubernur Nomor 1292/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau I kepada PT Jaladri Kartika Pakci

14. Surat Gubernur Nomor 1293/-1794.2 tentang Persetujuan Prinsip

Reklamasi Pulau K kepada PT Pembangunan Jaya Ancol

Dengan dikeluarkannya 14 surat prinsip reklamasi tersebut, ini artinya

sudah ada beberapa pengembang telah memiliki perizinan awal dalam proyek

reklamasi Teluk Jakarta.

Sesuai dengan aturan, ada beberapa tahapan yang seharusnya dilakukan

oleh pengembang yang ingin melaksanakan reklamasi di Teluk Jakarta. Pertama

adalah izin prinsip, kemudian pengembang wajib membuat kajian yang sangat

komprehensif, mulai dari kajian thermodinamika, desain teknik yang detail,

analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, rencana

pemantauan lingkungan dan sejumlah kajian lain yang diperlukan. Jika memang

seluruh kajian belum lengkap, maka pengembang wajib memperpanjang izin

reklamasi yang akan mereka kembangkan. Namun jika kajian sudah lengkap,

kemudian kajian tersebut dinilai dibawah oleh Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD). Jika nanti hasil kajian dari pengembang sesuai dengan

Page 89: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

76

penilaian BPLHD, maka pengembang akan mendapatkan izin pelaksanaan

reklamasi. Setelah mendapatkan izin pelaksanaan reklamasi dari Pemprov DKI

Jakarta, pengembang harus kembali melakukan kajian lingkungan dan

mengajukan perizinan kembali yakni perizinan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

dan SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah).

Beralih ke Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, yang kala itu dipimpin

oleh Joko Widodo di tahun 2012 lalu. Sepanjang memerintah, Jokowi, sapaan

Joko Widodo, pernah mengeluarkan kebijakan mengenai reklamasi Teluk Jakarta.

Dari hasil analisis peneliti, Joko Widodo tidak memfokuskan perizinan

pembangunan 17 pulau di pesisir utara Jakarta. Meski pemerintahan sebelumnya

telah mengeluarkan sejumlah izin reklamasi, namun tak ada satu pun izin yang

dikeluarkan atau pun perpanj,angan izin yang diteken oleh Jokowi.

Ada beberapa aturan yang memang dikeluarkan oleh Jokowi kala itu, yang

masih berkaitan dengan reklamasi Teluk Jakarta, yakni Peraturan Gubernur

(Pergub) DKI Jakarta Nomor 146 Tentang Pedoman Teknis Membangun dan

Pelayanan Perizinan dan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta. Jokowi pun sempat memberikan klarifikasi di tahun 2017 mengenai

pergub ini

"Kalau yang itu, Pergub itu kan Pergub yang merupakan acuan petunjuk

dalam rangka kalau kamu minta izin, bukan reklamasinya. Kalau kamu minta izin,

aturannya seperti apa, bukan kamu saya beri izin, kamu saya beri izin reklamasi,

bukan itu. Saya sampaikan, saya sebagai Presiden tidak pernahmengeluarkan izin

untuk reklamasi,"99

99

Yugo Hindarto, Jokowi Tegaskan Pergub DKI 146 Bukan Izin Reklamasi, diakses pada

tanggal 15 september 2017 dari situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101184206-

20-252812/jokowi-tegaskan-pergub-dki-146-bukan-izin-reklamasi

Page 90: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

77

Jawaban Jokowi diatas tentunya membantah adanya tudingan bahwa

Jokowi pernah memberikan ruang bagi para pengembang untuk melaksanakan

reklamasi. Perlu diketahui, Pergub DKI Jakarta Nomor 146 tentang Pedoman

Teknis Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta sebelumnya pernah dikeluarkan

Jokowi di tahun 2014 silam, tepatnya pada 26 September, kurang lebih sebulan

sebelum Jokowi dilantik menjadi Presiden.

Selain Pergub DKI Jakarta Nomor 146, Jokowi juga sempat mengeluarkan

Pergub Nomor 15 Tahun 2014 tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan

Pulau - Pulau Kecil. Namun tidak ada pemberian izin terhadap satu pun

pengembang mengenai izin reklamasi di Teluk Jakarta. Jokowi sempat

menyebutkan dua Pergub ini merupakan acuan dan landasan hukum terkait

dengan pengaturan izin Reklamasi Teluk Jakarta seperti melanjutkan aturan yang

pernah dikeluarkan oleh Presiden dan Gubernur sebelumnya, bukan pemberian

izin pelaksanaan reklamasi. Namun untuk sebagian orang, adanya penandatangan

Pergub ini merupakan sebuah ‗lampu hijau‘ bagi pengembang untuk terus

menjalankan proyek reklamasi Teluk Jakarta. 100

Proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta telah menempuh jalan yang

cukup panjang, mulai dari pemerintahan Presiden di Era Soeharto hingga Presiden

Joko Widodo. Ide pembangunan reklamasi Teluk Jakarta sudah tercetus pada

tahun 1995 silam, namun sayangnya, reklamasi masih mendapat kendala hingga

Presiden Joko Widodo. Dinamika kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta terus

100

Indra Subagja, Membedah Pergub No 146 yang Ditandatangani Jokowi Terkait

Reklamasi, diakses pada tanggal 15 september 2017 dari situs

https://kumparan.com/@kumparannews/membedah-pergub-no-146-yang-ditandatangani-jokowi-

terkait-reklamasi

Page 91: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

78

bergulir di tengah – tengah pihak yang pro dan kontra. Apalagi di bawah

pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama, saat menjabat sebagai Gubernur DKI

Jakarta di tahun 2014 -2017. Pembahasan mengenai kebijakan reklamasi Teluk

Jakarta di periode Basuki akan dibahas selengkapnya oleh peneliti di bab

selanjutnya.

E. Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta Era Basuki Tjahaja Purnama

Mengenai Reklamasi Teluk Jakarta, Gubernur DKI Jakarta, Basuki

Tjahaja Purnama sebagai Ketua dari Badan Pelaksana Reklamasi tentu memiliki

sejumlah kebijakan yang diambil. Apalagi proyek reklamasi Teluk Jakarta, masuk

dalam beberapa program prioritas yang disebutkan diatas. Pada masa

pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengeluarkan

sejumlah kebijakan selama memimpin pemerintahan, termasuk kebijakan

Reklamasi Teluk Jakarta. Berikut beberapa kebijakan reklamasi Teluk Jakarta

yang dikeluarkan Ahok, mulai dari keputusan gubernur tentang izin pelaksanaan

reklamasi dan peraturan gubernur, berikut kebijakannya:

1. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Pulau G

Genap sebulan memimpin Jakarta, Ahok sudah mengeluarkan surat

perizinan, pelaksanaan Reklamasi Teluk Jakarta, Pulau G dengan perusahaan

pengembang PT Muara Wisesa Samudra melalui Keputusan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 2238 pada tanggal 23 Desember 2014 silam. Ini merupakan

kebijakan pertama kali yang dikeluarkan oleh Ahok perihal izin pelaksanaan

reklamasi di Kawasan Pantura Jakarta. Keputusan ini, tentunya,merupakan

Page 92: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

79

langkah lanjutan Pemprov DKI Jakarta untuk meneruskan kebijakan yang

sebelumnya.

Perusahaan pengembang pulau G ialah PT Muara Samudra Wisesa, yang

merupakan anak perusahaan dari PT Agung Podomoro Group Tbk. Sesuai yang

telah diatur oleh Pemprov DKI Jakarta, fokus pembangunan Pulau G adalah untuk

membangun Proyek Reklamasi Pluit City. Dengan adanya izin ini, tentunya PT

Muara Samudra Wisesa bisa melaksanakan pembangunan reklamasi.

2. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau F

Pada Oktober 2015, Ahok kembali mengeluarkan surat perizinan

pelaksanaan reklamasi Pulau F melalui Keputusan Gubernur Nomor 2268 Tahun

2015 kepada salah satu pengembang Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD)

Provinsi DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo atau Jakpro. Ada 13 poin penting

yang disebutkan dalam Keputusan Gubernur tersebut, seperti halnya kewajiban

dari PT Jakarta Propertindo dan kontribusi yang harus diberikan kepada Pemprov

DKI Jakarta. Selain itu, beberapa hal yang juga dicantumkan dalam surat tersebut

ialah jangka waktu pembangunan reklamasi Pulau F yang harus segera

dilaksanakan paling lambat setelah surat keputusan ini dikeluarkan. Poin yang

juga menjadi penting ialah poin mengenai adanya kewajiban untuk pengembang

Jakarta Propertindo mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) dan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 serta Kawasan

Penataan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. 101

101

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 Tentang Pemberian Pela

ksaan Izin Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo.

Page 93: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

80

3. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau I

Di waktu yang bersamaan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Pulau F,

Ahok mengeluarkan izin pelaksanaan reklamasi Pulau I, melalui Keputusan

Gubernur Nomor 2269 Tahun 2015 kepada pengembang PT Jaladri Kartika Pakci.

Adapun pembangunan reklamasi di Pulau I nantinya akan diperuntukkan

pembangunan

4. Keputusan Gubernur untuk Pelaksanaan Reklamasi Pulau K

Pada 17 November 2015, Ahok kembali mengeluarkan perizinan

pelaksanaan reklamasi kepada pengembang PT Pembangunan Jaya Ancol.

Dengan adanya Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2485 ini artinya

Pemprov DKI Jakarta menyetujui izin pelaksanaan reklamasi Pulau K, yang sudah

sesuai dengan aturan.

5. Peraturan Gubernur Nomor 206 Tahun 2016

Berbeda halnya dengan 4 kebijakan sebelumnya, di tahun 2016, Ahok

mengeluarkan kebijakan baru melalui Pergub Nomor 206, yang mana peraturan

ini berkaitan dengan Panduan Rancang Kota Pulau C, D dan E Hasil Reklamasi

Kawasan Startegis Pantura Jakarta. Pergub ini dikeluarkan tentunya untuk

memberikan pedoman kepada para pengembang yang telah mendapatkan kartu

hijau, mulai dari prinsip dan pelaksanaan reklamasi.

Dengan dikeluarkannya 4 keputusan dan 1 peraturan, ini artinya sudah ada

empat pengembang sudah bisa melanjutkan kegitan pelaksanaan pembangunan

reklamasi sesuai dengan aturan dan pemanfaatan lahan dari masing-masing

pulau.Keseriusan Basuki untuk membangun reklamasi Teluk Jakarta mulai

Page 94: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

81

terlihat di tahun pertama ia menjabat sebagai pimpinan Pemprov DKI Jakarta.

Ahok menilai pembangunan 17 pulau reklamasi Teluk Jakarta bisa memberikan

keuntungan bagi DKI Jakarta. Pasalnya, biaya pembangunan reklamasi

dibebankan oleh pengembang atau perusahaan dan tidak dibebankan dari APBD

DKI Jakarta dan APBN Pemerintah Pusat. Selain itu, Ahok mengklaim bahwa

pembangunan reklamasi memiliki dampak yang baik untuk pembangunan Jakarta.

Ini dikarenakan, ada biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh pengembang kepada

Pemprov DKI Jakarta dan biaya inilah yang nantinya akan digunakan oleh

Pemprov membangun Jakarta.

Sementara itu, biaya retribusi dan kontribusi yang wajib dibayarkan

pengembang nantinya juga akan dialokasikan untuk penataan kembali daratan

pesisir Pantai Utara Jakarta. Ahok mengatakan ada keuntungan-keuntungan lain

yang didapatkan oleh Jakarta jika reklamasi terus dilanjutkan. Salah satunya ialah

terkait kepemilikan secara keseluruhan lahan reklamasi yang dibangun oleh para

pengembang, yakni sertifikat atas nama Pemprov DKI Jakarta.

"DKI Jakarta akan mendapat pajak penghasilan dan kami dapat tanahnya

45 persen yang tidak bisa dijual, untuk jalur hijau. Lalu 5 persen tanah DKI yang

bisa dijual akan dipakai Pemprov. Untung. Kalau diuruk 100 hektar‎, maka 100

hektar itu punya DKI. Pihak swasta berhak menggunakan 55 persen lahan, tapi

itu bukan punya swasta. Dari 55 persen itu, ada 5 persen milik DKI bisa didirikan

bangunan komersial," 102

102

Lalu Rahadian, Ahok Beberkan Keuntungan Reklamasi Pesisir Jakarta, diakses pada

tanggal 2017 dari situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150422223444-20-48604/ahok-

beberkan-keuntungan-reklamasi-pesisir-jakarta

Page 95: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

82

Keinginan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun reklamasi Teluk

Jakarta terus digencarkan sekalipun mendapat banyak tantangan dari berbagai

pihak. Seolah tak mau ambil pusing, Ahok justru menyayangkan adanya pihak

yang tak mau reklamasi Teluk Jakarta dilakukan karena dinilai mengakibatkan

Jakarta semakin banjir dan merusak ekosistem pesisir dan lautan. Hal ini justru

ditepis oleh Ahok. Ahok menilai reklamasi justru bisa memberikan perbaikan dan

mengantisipasi banjir karena turunnya permukaan tanah.103

Apalagi dengan

adanya rencana pembangunan Giant Sea Wallsebagai tanggul penahan yang akan

dibangun bersamaan dengan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta.

Keseriusan Ahok untuk membangun proyek Reklamasi Teluk Jakarta

semakin terlihat, yakni dengan adanya pertemuan antara dirinya dengan Walikota

Rotterdam, Ahmed Aboutaleb pada 25 Agustus 2015 silam di Balaikota

Jakarta.104

Pertemuan keduanya membahas tentang pembangunan reklamasi yang

telah berhasil dilakukan di Kota Rotterdam Belanda. Ahok menilai dengan adanya

pertemuan ini, tentunya bisa menjadi ajang tukar pengalaman dan pemikiran soal

reklamasi, apalagi Rotterdam berhasil membangun Pelabuhan Maasvlakte 2

dengan konsep reklamasi. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang direncanakan

oleh Pemprov DKI Jakarta untuk membangun pelabuhan di atas kawasan

reklamasi yakni di atas Pulau O, P dan Q dengan total luas lahan sekitar 100

103

Kurnia Sari Aziza, Ahok: Salahnya Reklamasi di Mana?, diakses pada tanggal 21

september 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/15/22564341/Ahok.Salahnya.Reklamasi.di.Mana. 104

Abraham Utama, Ahok Bahas Reklamasi Saat Bertemu Wali Kota Rotterdam, diakses

pada tanggal 21 september 2017 dari situs

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150824092721-20-74001/ahok-bahas-reklamasi-saat-

bertemu-wali-kota-rotterdam/

Page 96: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

83

hektar. Ahokmengatakan, dengan adanya pembangunan pelabuhan di pulau

reklamasi diharapkan bisa menjadi pusat logistik.

Pada pertengahan September 2015, Ahok beserta rombongan dari

Pemprov DKI Jakarta lakukan kunjungan kerja di Rotterdam, Belanda. Hal ini

tentunya dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai langkah untuk melihat

secara langsung, sekaligus mempelajari konsep reklamasi yang dibangun oleh

Belanda. Tidak hanya itu, rombongan dari Pemprov DKI Jakarta juga

menyempatkan untuk melihat bagaimana pengelolaan sanitasi, pembangunan

model tanggul, antisipasi banjir hingga pengelolaan sampah yang diterapkan oleh

Pemerintah Kota Rotterdam. Keberhasilan Rotterdam,baik dari perencanaan

hingga pengelolaan, diharapkan Ahok bisa juga diterapkan di Pantai Utara Jakarta

atau Teluk Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta kembali menunjukkan keseriusannya untuk

melanjutkan proses pembangunan reklamasi Teluk Jakarta dengan adanya

pembahasan Rencana Peraturan Daerah atau Raperda terkait Kawasan Rencana

Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta (Pantura) pada sidang

Paripurna 25 November 2015 silam. Raperda ini berisi tentang cakupan reklamasi

Teluk Jakarta termasuk 17 pulau buatan. Raperda Pantura merupakan acuan

tambahan dari dasar pembangunan reklamasi yang sudah diatur sebelumya, baik

melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995 dan Perda Nomor 8 Tahun 1995. Raperda

ini diharapkan bisa menjadi landasan hukum pelaksanaan pembangunan

Reklamasi. Kepala Bappeda DKI Jakarta Tuti Kusumawati mengatakan Raperda

Kawasan Pantura ini berbeda cakupan dengan aturan-aturan sebelumnya, dan

Page 97: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

84

menyesuaikan dengan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan. Tuti

menambahkan, Raperda Kawasan Strategis Pantura ini berisi dengan 20 bab dan

147 pasal dengan tingkat kedalaman setara dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014

tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.105

Dalam paparannya di depan ruang sidang, Ahok menyebutkan adanya

perencanaan pengelolaan hingga pengawasan di Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta, mulai dari status kepemilikan lahan reklamasi hingga kewajiban

pengembang. Misalnya saja, setiap pengembang wajib memberikan 5% lahan dari

total luas pulau kepada Pemprov DKI Jakarta. Selain itu, pengembang juga

diwajibkan menyediakan 30% Ruang Terbuka Hijau atau RTH, dengan spesifikasi

20% untuk publik, 10% untuk privat. Pemprov DKI Jakarta juga mengenakan

kontribusi tambahan sebesar 15% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dari total

lahan yang dapat dijual.106

Penambahan kontribusi tidak dibayarkan dengan

menggunakan uang, melainkan dengan pembangunan sejumlah fasilitas, sarana

dan prasana bagi masyarakat di DKI Jakarta.

Selain Raperda Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta, Pemprov DKI

Jakarta juga mengajukan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP3K) di tahun 2015. Peraturan ini berbeda dengan peraturan Raperda

Reklamasi Kawasan Strategis Pantura. Peraturan yang diajukan Pemprov DKI

105

Ridwan Aji Pitoko, Raperda Kawasan Pantura Jakarta Cantumkan 17 Pulau Baru,

diakses pada tanggal 21 september 2017 dari situs

http://properti.kompas.com/read/2015/10/22/180732121/Raperda.Kawasan.Pantura.Jakarta.Cantu

mkan.17.Pulau.Baru 106

Kurnia Sari Aziza, Ahok Ajukan Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses

pada tanggal 21 september 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/26/07475601/Ahok.Ajukan.Raperda.Reklamasi.Pant

ai.Utara.Jakarta

Page 98: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

85

Jakarta pada November 2015 kepada Balegda DPRD DKI Jakarta ini merupakan

aturan yang berkaitan dengan peraturan peruntukkan ruang laut, berbeda dengan

peraturan reklamasi Kawasan Startegis Pantura. Dalam Raperda ini, dituliskan

beberapa hal-hal penting mengenai pemisahan zonasi kawasan, seperti kawasan

pelayaran, budidaya, wilayah peruntukan umum dan konservasi. Pemprov DKI

Jakarta menilai bahwa Raperda Zonasi Wilayah Laut dan Pesisir untuk Tahun

2015 – 2035 menjadi hal yang sangat penting untuk dijadikan Perda. Pasalnya,

wilayah laut memiliki potensi kegiatan usaha yang besar. Gubernur DKI Jakarta,

Ahok juga menilai bahwa Raperda RZWP3K ini menjadi acuan penggunaan

sumber daya di tiap-tiap perencanaan kegiatan dimana saja yang dilarang dan

yang mana diperbolehkan. 107

Pembahasan kedua Raperda tersebut pun akhirnya disetujui oleh Balegda

DPRD DKI Jakarta dan diharapkan rampung sebelum tahun 2015 berakhir. Dalam

laman Bisnis.com, ada beberapa pertimbangan sehingga akhirnya Balegda

menyetujui kedua Raperda ini dengan membentuk Tim Pansus atau Panitia

Khusus. Anggota Baleg DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus menyebutkan tiga poin

yang menjadi pertimbangan, pertama bagaimana dampak pembangunan pulau

buatan bagi pembagian beban Kota Jakarta. Kedua, yakni bagimana aksesibilitas

bagi masyarakat ke kawasan pesisir pantai Jakarta, dan terakhir adalah seberapa

107

Gloria Fransisca, Ahok: Raperda Zonasi Laut Sejenis Pengaturan MDPL di Darat,

diakses pada tanggal 21 september 2017 dari situs

http://jakarta.bisnis.com/read/20150423/77/426290/ahok-raperda-zonasi-laut-sejenis-pengaturan-

mdpl-di-darat

Page 99: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

86

penting keberadaan zonasi dalam penataan pulau. 108

Kedua Raperda ini tentunya

menjadi prioritas bagi legislatif dan eksekutif di tingkat daerah Provinsi DKI

Jakarta. Pasalnya, dengan belum adanya Perda yang mengatur Kawasan

Reklamasi Pantura dan Zonasi, tentunya akan berdampak pada pembangunan

proyek reklamasi. Selain itu, kedua Perda ini juga diharapkan bisa menjadi

landasan hukum yang sah dalam keberlanjutan proyek reklamasi Teluk Jakarta.

108

Hafiyyan, Ini 3 Poin Pertimbangan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses pada

tanggal 21 september 2017 dari situs http://jakarta.bisnis.com/read/20151127/384/496358/ini-3-

poin-pertimbangan-reklamasi-pantai-utara-jakarta

Page 100: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

87

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK DALAM KEBIJAKAN

REKLAMASI

Bab ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya

konflik dalam prosesnya. Selain itu, bab ini juga akan menganalisis landasan

hukum Reklamasi Teluk Jakarta yang digunakan oleh Basuki serta konflik yang

terjadi dari berbagai sudut pandang.

A. Reklamasi Teluk Utara Jakarta Sebagai Suatu Kebijakan

Kebijakan pemerintah yang dirancang dan digunakan seyogyanya dapat

berpihak pada kepentingan umum. Suatu kebijakan yang telah disahkan bukan

hanya berdampak pada seorang saja tetapi akan berdampak pula pada semua

orang yang berada dalam suatu wilayah. Baik itu kebijakan peraturan daerah

ataupun nasional bahkan dalam bidang hal kecil dalam peraturan desa. Kebijakan

ialah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan

tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah itu sendiri berarti suatu keputusan yang

dibuat secara sistematis oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang

menyangkut kepentingan umum. Dari sekian banyak kebijakan pemerintah yang

dibuat terdapat satu mungkin lebih kebijakan yang membuat rugi sebagian orang.

Tentu ini akan pasti ada hal positf dan negatif dalam pembuatan kebijakan. Dalam

hal pembuatan kebijakan publik itu sendiri. Pembuatan kebijakan ini pemerintah

harus memiliki output yang signifikan dalam mengatasi masalah yang sedang

Page 101: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

88

terjadi. Terdapat pula pengertian kebijakan menurut Inu Kencana Syafie dalam

buku yang berjudul Pengantar Ilmu Pemerintahan mengutip pendapat Harold

Laswell, menurutnya ―Tugas intelektual pembuat keputusan meliputi penjelasan

tujuan, penguraian kecenderungan, penganalisaan keadaan, proyeksi

pengembangan masa depan dan penelitian, peniliaian dan penelitian, serta

penilaian dan pemilihan kemungkinan.‖

Dalam proses pengambilan kebijakan publik terdiri dari empat langkah

seperti menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan

Negara, yaitu :

1. Perumusan Masalah; Perumusan terhadap masalah yang dihadapi

sehingga dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi,

mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang

memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan rancangan

peluang kebijakan baru.

2. Agenda Kebijakan; Dari sekian banyak fenomena-fenomena dalam

masyarakat hanya sedikit yang menjadi perhatian dalam pembuatan kebijakan

publik.

3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah;

Setelah masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk memecahkan masalah

tersebut dan kemudian membuat pilihan-pilihan untuk memecahkan masalah

tersebut.

Page 102: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

89

4. Tahap Penetepan Kebijakan; Pada tahap ini sejumlah aktor

berusaha agar alternatifnya diterima dan juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor

lain yang memunculkan persuasuin dan bargaining.

Dari sekian banyak kebijakan yang dibuat terdapat beberapa kebijakan

yang dijalankan sesuai dengan keputusan serta aturan yang terdapat dalam

kebijakna tersebut. Salah satunya kebijakan dalam reklamasi Teluk Utara Jakarta.

Sebelum reklamasi di Jakarta ini telah ada keresahan yang sama di Bali tentang

kebijakan reklamasi di Teluk Benoa. Hanya perbedaannya sirkulasi ide yang

berkembang seputar reklamasi pantai Jakarta hanya berkembang di kalangan

tertentu saja. Seperti sudah ketahui bahwa kegiatan reklamasi Teluk Utara Jakarta

ini bertujuan untuk menambah wilayah daratan yang akan digunakan untuk

pemukiman serta pusat bisnis. Harga yang selangit untuk membeli hunian

menjadikan tempat ini hanya akan digunakan sebagai tempe pemukiman mewah

kalangan elit saja. Sehingga akan menimbulkan kesenjangan kelas ekonomi di

kota ini. Kebijakan ini tentu saja melanggar beberapa pasal yang seharusnya

kebijakan berpihak pada kebermanfaattan bagi orang banyak. Seperti pasal 33

ayat (3) UUD 1945 ―Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.‖ Pasal ini secara jelas menunjukkan bahwa segala kekayaan yang ada

dalam negara ini seharusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Tetapi

kebijakan reklamasi malah menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitarnya.

Salah satunya ialah tergusurnya mata pencaharian nelayan dan wilayah

Page 103: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

90

tangkapannya yang secara tidak langsung akan menghapus dan menyingkirkan

mereka di kawasan teluk Jakarta.

Menurut Puput TD Putra Direktur Eksekutif Walhi Jakarta mengatakan

kebijakan reklamasi teluk Jakarta hanya berlandaskan pada kepentingan perspektif

proyek dan kepentingan politik. Padahal seharusnya reklamasi teluk Jakarta

dilihat dari berbagai sudut pandang, khususnya terkait dengan dampak

lingkungan, sosial budaya dan Hak Asasi Manusia. Jika kita melihat dari sisi

lingkungan reklamasi Jakarta akan memberi dampak seperti meluasnya banjir.

Aliran air sungai yang keluar ke teluk Jakarta akan terhambat sehingga akan

menyebabkan proses sedimentasi semakin cepat dan terjadi pendangkalan di

muara sungai. Dapat dianalogikan seperti jalan yang lancar untuk mencapai tujuan

tanpa penghambat dan seketika kita beri hambatan tentu kendaraan tersebut akan

mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya. Hal ini sama dengan aliran air akan

mencari jalan lain menuju laut ketika ada hambatan dalam alirannya. Praktis,

frekuensi banjir semakin meningkat.

Berbagai problematika ini yang menyebabkan banyaknya penolakan dalam

proyek reklamasi Jakarta. Penolakan reklamasi bahkan telah sampai pada

keputusan membatalkan SK Gubernur terkait izin reklamasi yang diberikan

kepada anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Muara Wisesa Samudera

dalam pembangunan pulau G. Lagi-lagi pemerintah melanggar kebijakan dalam

UU No.30 tahun 2014 mengenai Administrasi Pemerintahan dan

UU No.51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pernyataan Luhut

Page 104: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

91

Binsar Panjaitan untuk melanjutkan reklamasi pulau G dinilai suatu penghinaan

atas pengadilan yang menginjak-injak martabat penegakan hukum di Indonesia.

Selain itu, menurut pendapat Nabiel Makarim yang merupakan Mantan Menteri

Lingkungan Hidup tak adanya Amdal yang mengkaji dampak reklamasi secara

keseluruhan adalah pelanggaran hukum. Jika proyek pemerintah saja tak taar

dengan persyaratan Amdal, Nabiel kuatir ini akan jadi presden buruk bagi

penegakan peraturan. ―Orang [swasta] akan bilang ‗Untuk apa bikin Amdal,

pemerintah saja tidak membuat Amdal, padahal peraturan jelas‘.‖.

Dari berbagai permasalahan yang timbul dari proses reklamasi Teluk Utara

Jakarta ini seharusnya pemerintah melakukan kajian bersama masyarakat (yang

terdampak langsung) dalam menentukan hal apa yang pantas dalam mengatasi

masalah reklamasi teluk Jakata. Masyarakat Jakarta terutama golongan nelayan

serta masyarakat pesisir Jakarta akan menjadi korban apabila proyek reklamasi

diteruskan. Dengan berbagai permasalahan terutama kebijakan yang diterabas dari

kalangan atasmenyebabkan masyarakat kedepannya akan melihat hukum kita

dengan sebelah mata. ―Percuma aturan atau kebijakan dibuat jika orang yang

diatasnya tidak melaksanakannya‖. Mungkin statrement ini akan muncul jika

permasalahan dalam pelanggaran pelaksanaan kebijakan atau aturan dilakukan

berulang kali. Dan alangkah baiknya pemerintah turun langsung bagaimakan

keadaan masyarakat yang terdampak langsung reklamasi Jakarta dan bagaimana

perkembangan masyarakat mengenai kebijakan tersebut.

Page 105: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

92

Pemerintah mungkin perlu menggunakan paradigma eco-populism dimana

paradigma ini memandang bahwa harus ada titik keseimbangan antara

pembangunan dan lingkungan, artinya tidak boleh ada yang dikesampingkan

antara pembangunan atau lingkungan. Sehingga apabila reklamasi terus

dilaksanakan harus ada dipastikan dampak-dampak negatif yang ada serta dampak

positif yang akan didapatkan oleh masyarakat. Selain itu, pengembang juga harus

membuat skema bagaimana dalam mengatasi dampak negatif dari jalannya

reklamasi tersebut. Dan menjadi permasalaha nya ialah apabila masyarakat terus

menolak kebijakan reklamasi, apakah pemerintah akan mengikutinya?. Karena

seperti kita ketahui kebijakan dibuat untuk menyejahterakan orang banyak bukan

segelintir orang.

B. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Utara

Jakarta

1. Tumpang Tindih Peraturan

Dalam perjalanan proyek reklamasi ini, Pemprov DKI Jakarta khususnya

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pastinya memiliki landasan yang

dianggap kuat dalam menjalankan proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Reklamasi

Teluk Jakarta dinilai mampu mengatasi permasalahan klasik di Ibukota, seperti

permasalahan banjir dan kepadatan penduduk yang tidak merata. Untuk itu

peneliti akan menyertakan beberapa peraturanterkait reklamasi dan beberapa

pertimbangan dari Basuki dalam proyek Reklamasi Teluk Jakarta.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat beberapa

regulasi yang ikut menyertai Reklamasi Teluk Jakarta sejak tahun 1995 hingga

Page 106: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

93

tahun 2017. Namun sayangnya, terdapat peraturan-peraturan yang terasa tumpang

tindih antara Pemerintah Pusat, Kementerian hingga Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta. Hal ini tentunya menyebabkan perbedaan pandangan terkait peraturan

Reklamasi Teluk Jakarta tersebut. Peraturan tentunya memiliki fungsi sebagai

tolak ukur dan aturan main dalam proyek reklamasi ini. Namun adanya perbedaan

pandangan antara pembuat kebijakan, akhirnya terjadi malfungsi peraturan,

sehingga reklamasi tidak berjalan optimal. Tidak hanya itu, adanya perbedaan

pandangan ini justru menjadi pemicu pertentangan antara pihak yang pro dan

kontra terkait peraturan-peraturan yang sudah dikeluarkan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu pihak yang sangat

mendukung ide reklamasi yang digagas oleh Presiden Soeharto di masa Orde

Baru. Dukungan terhadap ide reklamasi Teluk Jakarta terus berjalan hingga

Pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Keputusan

Presiden (Keppres) Nomor 52 Tahun 1995 menjadi salah satu landasan hukum

proyek reklamasi Teluk Jakarta dikembangkan. Kemudian, aturan ini juga

menjadi salah satu alasan kuat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, untuk terus

menjalankan reklamasi Teluk Jakarta. Ahok menilai regulasi yang terkandung

dalam Keppres tersebut sudah jelas. Ditambah lagi, adanya regulasi yang

menjelaskan bahwa tanggung jawab dan wewenang reklamasi Teluk Jakarta

dipegang penuh oleh Gubernur selaku Ketua Badan Pelaksana Reklamasi Pantai

Utara Jakarta atau BUPR. Ahok menilai, kedudukannya saat masih menjabat

sebagai Plt. Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo waktu itu, secara

sah mempunyai kuasa dalam menjalankan proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok

Page 107: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

94

pun tak merasa melakukan kesalahan untuk memberikan izin reklamasi kepada

beberapa pengembang.

Selain itu Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995

juga menjadi landasan kuat bagi Ahok untuk terus melanjutkan proyek Reklamasi

Teluk Jakarta. Ahok menilai, keputusan Ahok untuk memberikan izin reklamasi

kepada beberapa pengembang bukanlah hal yang salah. Pasalnya, Gubernur DKI

Jakarta sebelum Jokowi, Fauzi Bowo, juga telah memberikan beberapa perizinan

kepada para pengembang, jauh sebelum dirinya menjabat sebagai Gubernur di

tahun 2012 silam. Ahok menilai kebijakan yang ia ambil hanya sebatas

perpanjangan pemberian izin yang sebelumnya diputuskan oleh Foke. Peraturan

Rencana Tata Ruang dan Wilayah atau RTRW 2030 DKI Jakarta, yang kala itu

juga dibahas dalam pemerintahan Foke juga menjelaskan adanya rencana

pembangunan 17 pulau dengan sistem lelang dari para pengembang. Dalam

RTRW tersebut juga diatur dengan jelas seperti apa proyek yang akan dibangun di

masing-masing pulau yang ada di atas perairan Teluk Jakarta. Ahok menilai,

kebijakannya untuk memberikan izin reklamasi tak ada yang melanggar satu pun

landasan hukum.

Ketiga peraturan inilah yang digunakan Ahok untuk terus menjalankan

proyek pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Peraturan tersebut sangat jelas

menekankan bahwa wewenang dan tanggung jawab pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta ini berada ditangan Gubernur DKI Jakarta. Sedangkan Pemerintah

Pusat dan kementerian-kementerian dibawahnya, hanya memiliki peranan sebagai

pengawas dan pembina dari Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Page 108: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

95

Ahok mengklaim ada perbedaan peranan yang sangat jelas dalam pembangunan

proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok juga menilai, segala keputusan yang

diambil perihal perencanaan, pembangunan hingga pengawasan berada di tangan

Gubernur bukan di Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat hanya memiliki

kewenangan untuk mengontrol kebijakan yang dibuat oleh Gubernur sebagai

Ketua BUPR Pantai Utara Jakarta.

Selain dari tiga peraturan diatas, Ahok menilai adanya reklamasi di Utara

Jakarta mampu memberikan lapangan pekerjaan yang banyak bagi warga DKI

Jakarta. Ahok berasumsi bahwa penolakan pembangunan Reklamasi Teluk

Jakarta sama saja dengan menolak penyerapan 1,2 juta tenaga kerja seperti yang

dikutip dari media massa nasional Tempo.109

Selain itu, Ahok mengatakan

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta mampu meningkatkan pendapatan kas

daerah DKI Jakarta. Pembangunan pulau-pulau di areal reklamasi memiliki

peruntukkan yang berbeda-beda, yang tentunya berkaitan erat dengan masalah

ekonomi. Lebih dari itu, para pengembang dari ketujuhbelas pulau memiliki

kewajiban yang diatur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya yakni

dengan rencana regulasi baru, yang akan mengatur nilai kewajiban tambahan yang

harus dibayarkan oleh perusahaan pengembang. Besaran nilai kewajiban ini

nantinya akan dihitung sesuai formulasi yang akan ditetapkan oleh Gubernur

sebagai eksekutif dan DPRD DKI Jakarta sebagai legislatif. Seperti kutipan

wawancara Gubernur DKI Jakarta, Ahok dengan CNNIndonesiabeberapa waktu

silam, dimana Ahok mengatakan adanya koefisien nilai yang harus dibayarkan

109

Larissa Huda, Dipandu Ira Koesno, Begini Debat Ahok dan Anies Soal Reklamasi,

diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs https://nasional.tempo.co/read/865595/dipandu-

ira-koesno-begini-debat-ahok-dan-anies-soal-reklamasi

Page 109: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

96

oleh pengembang, telah dihitung oleh konsultan independen, dalam rapat yang

digelar 7 September 2015. Hasil rapat pun menghasilkan rumusan besaran

kewajiban bagi para pengembang, yang mana besarannya sebesar 15 persen

dikalikan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lahan yang dijual kepada

pengembang.110

Pembayaran kontribusi yang wajib dibayarkan oleh pengembang dinilai

Ahok sangat efektif membantu pembangunan fasilitas sosial dan sarana pra sarana

bagi Pemprov DKI Jakarta. Lebih dari itu, Ahok menilai banyak proyek yang

rampung serta penambahan fasilitas bagi masyarakat dengan jumlah banyak

karena adanya kewajiban kontribusi tambahan dari pengembang. Pembangunan

fasilitas dan sarana di DKI Jakarta pun pada akhirnya tidak bergantung dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.111

Basuki juga

mengatakan bahwa ada banyak pembangunan yang selama ini dilakukan di daerah

ibukota DKI Jakarta, yang merupakan hasil sumbangan dari para pengembang dan

bukan menggunakan dana APBD. Diantaranya ialah pembangunan rumah susun

Muara Baru, Waduk Pluit, pengadaan Pompa air, Sheet Pileatau dinding turap dan

inspeksi.112

110

Puput Tripeni Juniman, Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi dengan Pengembang,

diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-130470/ahok-beberkan-perjanjian-

reklamasi-dengan-pengembang 111

Andri Donal Putera, Ini Kewajiban Pengembang yang Dapat Proyek Reklamasi

Pantura Jakarta, diakses pada tanggal 23 september 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/16484011/Ini.Kewajiban.Pengembang.yang.Dap

at.Proyek.Reklamasi.Pantura.Jakarta 112

Puput Tripeni Juniman, Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi dengan Pengembang,

diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-130470/ahok-beberkan-perjanjian-

reklamasi-dengan-pengembang

Page 110: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

97

Intinya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengklaim

bahwa pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta memiliki keuntungan yang sangat

banyak bagi masyarakat DKI Jakarta. Mulai dari aspek peningkatan nilai ekonomi

daerah, kesejahteraan masyarakat, peningkatan pariwisata hingga infatruktur.

Ahok menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat tidak akan

merasa rugi dengan adanya pembangunan Reklamasi Teluk Jakartal. Hal ini

dikarenakan, seluruh biaya pembangunan pulau-pulau reklamasi tidak

digelontorkan oleh Pemerintah melainkan dari dana pengembang. Kewajiban

pembayaran kontribusi pengembang juga menjadi nilai tambah pembangunan

fasilitas umum di DKI Jakarta tanpa mengerukdana belanja daerah dan nasional.

2. Izin Yang Belum Dilengkapi

Adanya kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang melibatkan Sanusi,

pembahasan reklamasi Teluk Jakarta terus kian berkembang, tidak hanya dijajaran

pemerintahan provinsi tetapi hingga ke jajaran Pemerintah Pusat. Pada pertengah

April 2016, Pemerintah Pusat akhirnya mengadakan Rapat mengenai Reklamasi

di Teluk Jakarta. Rapat yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim

dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana Siti

Nurbaya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama serta jajaran dari

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dari hasil rapat bersama antara Pemerintah

Pusat dan Pemprov DKI Jakarta, akhirnya diputuskan bahwa reklamasi di Teluk

Jakarta harus dihentikan sementara atau disebut moratorium. Pembangunan

Page 111: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

98

reklamsi Teluk Jakarta dihentikan hingga semua persyaratan dan perizinan sesuai

undang – undang telah dipenuhi. 113

Selain keputusan untuk memoratorium pembangunan reklamasi Teluk

Jakarta, rapat tersebut akhirnya memutuskan adanya pembentukan joint commite

antar pihak yang hadir dalam rapat tersebut. Pembentukan ini tentunya untuk

membahas mengenai peraturan apa sebenarnya yang perlu dibenahi, baik yang

belum selaras ataupun tumpang tindih sehingga perlu ada aturan hukum yang

hierarki.

Presiden Joko Widodo pun turut merespon penundaan reklamasi Teluk

Jakarta dengan menggelar rapat khusus dengan jajaran kabinet kerja. Presiden

juga menetapkan tenggang waktu penundaan reklamasi berlangsung selama enam

bulan setelah diterbitkan pada 18 April lalu. Keseriusan Jokowi untuk

menyelesaikan permasalahan Reklamasi Teluk Jakarta menyedot perhatian.

Pasalnya, pemerintah menginginkan adanya sebuah master plan terkait

pembangunan wilayah pesisir atau yang dikenal dengan National Capital

Integrated Coastal Development (NCICD). Jokowi pun menunjuk Kepala

Bappenas kala itu Sofyan Djalil sebagai penanggungjawab terkait master plan

besar ini. Menurut Sekretaris Kabinet, Pramono Anung menyebut ada tiga poin

penting yang akan difokuskan oleh Pemerintah, yakni masalah lingkungan,

masalah aturan hukum dan yang terakhir adalah memberikan manfaat bagi

113

Alsadad Putri, Pemerintah Sepakat Hentikan Sementara Reklamasi di Teluk Jakarta,

diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/18/18373541/Pemerintah.Sepakat.Hentikan.Sementa

ra.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta

Page 112: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

99

masyarakat.114

Selain itu, pemerintah juga akan membatasi peran swasta yang

dinilai cukup dominan dan menyetir arah kebijakan pemerintah dalam

penyelenggaraan pelaksanaan reklamasi di Teluk Jakarta.

Pasca moratorium yang diterbitkan bersama antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, nyatanya kebijakan ini kembali menuai pro dan

kontra dari berbagai kalangan. Pemerintah pusat, khususnya dari Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup serta Kementerian

Koordinator Maritim dan Sumber Daya menilai, penghentian sementara

Reklamasi Teluk Jakarta sudahlah tepat. Hal ini pun kembali ditegaskan oleh

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Susi menilai Pemprov DKI

Jakarta harus memenuhi aturan perundang-undangan dan perizinan, misalnya

Perda Zonasi dan rekomendasi dari Pemerintah Pusat. Susi juga menambahkan

bahwa pihaknya yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama dengan

Kementerian Lingkungan Hidup akan membahas secara khusus dengan Pemprov

DKI Jakarta.115

Kementerian Lingkungan Hidup pun juga ikut menyetujui langkah

ini. Salah satu hal yang difokuskan ialah mengenai kajian keselamatan atau safe

guardingyang harus dipenuhi oleh Pemprov DKI Jakarta.116

Hal ini tentunya

114

Utami Diah Kusumawati, Jokowi: Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta Enam Bulan,

diakses pada tanggal 22 September 2017 dari

situshttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20160427164630-12-127017/jokowi-moratorium-

reklamasi-teluk-jakarta-enam-bulan 115

Editorial Antara, Menteri Susi: Ahok Harus Hentikan Reklamasi Sampai Penuhi

Aturan, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2016/04/15/60116/25/25/Menteri-Susi-Ahok-Harus-

Hentikan-Reklamasi-Sampai-Penuhi-Aturan

116

Dani Prabowo, Kementerian LHK Dukung Moratorium Rreklamasi Teluk Jakarta,

diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/16/14221711/Kementerian.LHK.Dukung.Moratorium.R

eklamasi.Teluk.Jakarta

Page 113: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

100

menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar kebijakan Pemprov DKI Jakarta

dan Pemerintah Pusat mengenai keselamatan jiwa masyarakat ditengah

pembangunan reklamasi selain peraturan-peraturan lainnya. Selain pemerintah

pusat, kebijakan moratorium ini pun disambut baik oleh sejumlah pihak, misalnya

saja dari pengamat, LSM, dan masyarakat yang menolak reklamasi Teluk

Jakarta,salah satunya ialah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia atau KNTI.

Sambutan baik penundaan reklamasi Teluk Jakarta tersus disuarakan oleh para

nelayan dan meminta Pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam

pengambilan kebijakan mengenai reklamasi.117

Pandangan berbeda soal moratorium reklamasi juga turut ditanggapi oleh

pihak – pihak yang mendukung reklamasi, termasuk Gubernur DKI Jakarta,

Basuki Tjahaja Purnama. Meskipun menerima perintah dari pemerintah pusat,

namun Ahok menilai kebijakan ini dipastikan merugikan perusahaan yang

terlibat.118

Hal ini dikarenakan, para perusahaan pengembang harus kembali

memperpanjang perizinan reklamasi dan membayar perpanjangan pembangunan

reklamasi ke pihak perusahaan Belanda. Ahok juga mengatakan, moratorium

tentu memungkinkan adanya perusahaan pengembang yang akan melayangkan

gugatan permintaan ganti rugi. Permintaan pemerintah pusat untuk menghentikan

proses reklamasi menurut Ahok akan memperkeruh keadaan. Hal senada pun

disampaikan oleh perwakilan perusahaan pengembang reklamasi. Mengutip dari

lini kabar24bisnis.com, PT Agung Sedayu Group menghormati dengan adanya

117

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/19/o5w040365-knti-jakarta-

sambut-baik-moratorium-reklamasi 118

https://news.detik.com/berita/3190954/ahok-moratorium-reklamasi-pasti-rugikan-

perusahaan-yang-terlibat

Page 114: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

101

kebijakan dari pemerintah Pusat. Namun ada beberapa poin yang dicatat, salah

satunya meminta pemerintah untuk kembali pertimbangkan keputusan tersebut.

Hal ini tentunya berkaitan dengan tenggat waktu pembahasan reklamasi Teluk

Jakarta. 119

Semakin cepat pembahasan dilakukan oleh pemerintah, semakin juga

pihak yang akan dirugikan, tidak hanya pengembang tetapi juga konsumen.

Dua minggu setelah lakukan moratorium, Pemerintah Pusat bersama

dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, meninjau langsung

pembangunan reklamasi di pesisir Utara Jakarta, tepatnya pada tanggal 5 Mei

2016 lalu. Hal ini tentunya untuk menentukan penerapan konsep moratorium

reklamasi. Pihak Pemerintah pusat diwakilkan dari tiga kementerian, yakni

Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Manusia, Rizal Ramli, Menteri

Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan

Hidup, Siti Nurbaya. Peninjauan dilakukan di dua pulau yang berbeda, yakni

pulau C dan pulau D, di sekitar Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Menteri

KLHK, Siti Nurbaya menyebutkan, AMDAL pulau buatan hasil reklamasi Teluk

Jakarta ini masih butuh dikoreksi, terlebih ini berkaitan dengan dampak dari

kegiatan di pulau tersebut. Menteri KKP, Susi menambahkan, penghentian proyek

reklamasi Teluk Jakarta merupakan bentuk keseriusan pemerintah tidak

membiarkan begitu saja. Begitu juga dengan Menko Maritim dan SDA , Rizal

Ramli yang menyebutkan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta harus perhatikan

119

http://kabar24.bisnis.com/read/20160420/16/539800/nasib-reklamasi-teluk-jakarta-ini-

tanggapan-agung-sedayu-soal-moratorium-reklamasi

Page 115: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

102

sejumlah aspek, mulai dari perencanaan yang matang, tidak merugikan

masyarakat dan negara memiliki andil yang besar dalam pengaturan reklamasi.120

Setelah melakukan peninjauanm ke pulau reklamasi, Pemerintah pusat

akhirnya memutuskan untuk menyegel tiga pulau reklamasi. Pulau tersebut ialah

Pulau C, D dan G. Keputusan penyegelan ketiga pulau ini diputuskan melalui SK

KLHK pada 12 Mei 2016. Berdasarkan hasil tinjauan, kontraktor ketiga pulau

tersebut dinilai melanggar peraturan. Pembangunan pulau tidak sesuai dengan

AMDAL yang diizinkan oleh Pemerintah sehingga pihak kontraktor wajib untuk

lakukan perizinan kembali. Tenggat waktu penyegelan masing-masing pulau pun

berbeda-beda, ada yang 14 hari, 60 hari dan 90 hari untuk menyelesaikan dan

memperbaiki pelanggaran. SK tersebut juga mengatur jelas tentang sanksi yang

akan dikenakan bagi kontraktor yang melanggar peraturan tersebut.121

Hal ini

tentu memungkinkan adanya penyegalan pulau-pulau buatan lain hasil reklamasi.

Sekitar dua bulan, joint committeeyang dibentuk oleh pemerintah

akhirmya menggelar Forum Group Discussionbersama dengan sejumlah pihak,

yakni baik dari ilmuwan, kemudian pengusaha, masyarakat dan sejumlah ahli.

Forum ini tentunya menjadi ruang bagi komite untuk mengetahui dan mendengar

pandangan dari berbagai pihak mengenai reklamasi Teluk Jakarta.122

Ada pun

beberapa hasil kajian sementara yang ditemukan ialah ada sejumlah permasalahan

baik di permukaan darat dan juga di permukaan laut. Hal inilah yang kemudian

120

http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/tinjau-pulau-reklamasi-teluk-jakarta-ini-kata-

para-menteri/ 121

https://katadata.co.id/berita/2016/05/11/pemerintah-segel-3-pulau-proyek-reklamasi-

pantai-utara-jakarta 122

http://properti.kompas.com/read/2016/06/11/220531421/dua.bulan.bekerja.ini.temuan.

komite.bersama.reklamasi.teluk.jakarta

Page 116: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

103

memberi dampak bagi masyarakat pesisir. Pemerintah mewajibkan agar Komite

Kerjasama ini bisa menyelesaikan dan memberikan hasil kajian rampung pada

pertengahan Juni 2016.

Ditengah penyelesaian carut marut permasalahan reklamasi Teluk Jakarta

antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat, Presiden Joko Widodo

akhirnya me-reshuffle anggota kabinet kerja dibawahnya, yakni Rizal Ramli

Menko Bidang Kemaritiman. Posisi ini akhirnya digantikan dengan mantan

perwira TNI, Luhut Binsar Pandjaitan. Reshuffle ini pun dikhawatirkan oleh

masyarakat yang menolak reklamasi. Pasalnya jika ada pergantian posisi jabatan,

ini artinya memungkinkan reklamasi akan tetap dilanjutkan. Kekhawatiran

masyarakat akhirnya pun berakhir dengan desakan kepada Luhut untuk tetap

melanjutkan moratorium reklamasi. Belum dua bulan menjabat, Luhut pun terang-

terangan untuk segera mencabut moratorium reklamasi ke publik. Mengutip

laman kompas.com, ada tiga alasan yang akhirnya membuat Luhut melanjutkan

proses reklamasi. Pertama, reklamasi merupakan kepentingan bagi Pemprov DKI

Jakarta dan kepentingan nasional, kedua, mengantisipasi sumber air yang

berkurang, dan ketiga menghindari banjir rob. 123

Keputusan pemerintah untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta,

akhirnya pun disambut baik oleh Pemprov DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Pasalnya, Ahok menilai, sudah banyak pihak yang merasa dirugikan dengan

adanya moratorium reklamasi pada April 2016 lalu, terlebih pihak

123

Nabilla Tashandra, Ini Tiga AlasanMelanjutkan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Versi

Luhut, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://nasional.kompas.com/read/2016/09/14/11110641/ini.tiga.alasan.melanjutkan.proyek.reklam

asi.teluk.jakarta.versi.luhut

Page 117: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

104

pengembang.124

Dengan adanya lampu hijau dari pemerintah Pusat, Pemprov DKI

Jakarta pun akan mempersiapkan pembangungan kampung dan rumah susun bagi

para nelayan Kampung Muara Angke. Sejumlah fasilitas baik dari dermaga kecil,

proses pengeringan dan penjemuran menjadi nilai penawaran yang menarik.

Tudingan adanya kerjasama antara Menko Maritim dengan Gubernur DKI

Jakarta soal kelanjutan reklamasi pun terus menyeruak di publik. Namun Ahok

membantah jika kelanjutan reklamasi merupakan hasil lobi-lobi dengan

pemerintah Pusat. Ahok tegaskan, bahwa dasar kelanjutan dari reklamasi adalah

Keppres era Soeharto bukan perizinan dari Kemenko Maritim yang hanya

meneruskan mandat tersebut.125

Tak tanggung-tanggung, landasan hukum kelanjutan reklamasi juga terus

diupayakan oleh Ahok. Ahok pun berencana kembali mengajukan dua Raperda

yang sempat tertunda pembahasannya di DPRD DKI Jakarta, yakni Raperda soal

zonasi dan Kawasan Strategis Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok menilai pengajuan

landasan hukum ini menjadi hal yang sangat penting dan menentukan arah

pembangunan reklamasi 17 pulau buatan.126

Dukungan untuk keberlanjutan reklamasi juga disuarakan oleh Plt

Gubernur DKI Jakarta yang saat itu mengganti sementara kursi Ahok, Sony

124

Ahmad Romadoni, Proyek Reklamasi Pulau G Berlanjut, Ahok Senang Semua

Diuntungkan, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://news.liputan6.com/read/2598606/proyek-reklamasi-pulau-g-berlanjut-ahok-senang-semua-

diuntungkan 125

Kahfi Dirga Cahya, Ahok :Izin Reklamasi Dari Keppres, Enggak Ada Urusan dengan

Izin Menko Maritim, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/14/10103591/ahok.izin.reklamasi.dari.keppres.engg

ak.ada.urusan.dengan.izin.menko.maritim 126

Dennis Destryawan, Demi Kepentingan Pengusaha, Ahok Kembali Ajukan Perda

Reklamasi ke DPRD DKI, diakses pada tanggal 22 September 2017 dari situs

http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/10/11/demi-kepentingan-pengusaha-ahok-kembali-

ajukan-perda-reklamasi-ke-dprd

Page 118: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

105

Soemarsono. Sony menyebutkan bahwa reklamasi Teluk Jakarta memang harus

dilanjutkan. Apalagi DPRD DKI Jakarta telah memberikan sinyal untuk

melakukan pembahasan dua raperda tersebut. Namun, aspek regulasi dan landasan

hukum tentunya menjadi catatan penting sebelum reklamasi dilanjutkan.

Kemudian selanjutnya nanti Pemprov DKI Jakarta harus menunggu master plan

pembangunan wilayah pesisir dari Bappenas. Namun sayang, pasca adanya

pencabutan moratorium, tak banyak kebijakan yang Ahok keluarkan. Kebijakan

reklamasi pun akhirnya menggantung, maju tak bisa, mundur pun tak bisa.

Majunya Ahok dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta bersama dengan petahana

Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat dinilai menjadi perkara yang dilematis.

Sehingga, Ahok pun tak bisa berbuat banyak, karena posisinya sedang

memanfaatkan cuti sebagai gubernur.

3. Tidak Melibatkan Berbagai Pihak

Waktu terus bergulir, pembangunan reklamasi Teluk Jakarta terus

mendapat kecaman dari berbagai pihak di tahun 2016. Hal ini serupa dengan

pernyataan Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,

Aplikasi, dan Pemecahannya), bahwa konflik secara sederhana juga dapat

diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan

baik secara individu atau kelompok.127

Sebagian pihak kontra menyebut bahwa

perizinan reklamasi Teluk Jakarta yang dikeluarkan Ahok tidak disosialisasikan

dengan baik dan cacat hukum. Di awal Januari, Pemprov DKI Jakarta digugat di

127

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), h.

348.

Page 119: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

106

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait dengan kebijakan-kebijakan

tersebut. Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) yang terdiri dari Kesatuan

Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), dan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini menganggap bahwa

kebijakan perizinan pelaksanaan reklamasi tidak berpihak kepada masyarakat

kecil dan tidak memikirkan dampak buruk terhadap lingkungan. Pemprov DKI

Jakarta menurut KSTJ, hanya berpihak kepada pengusaha yang memiliki

permodalan keuangan yang banyak.128

Selain permasalahan keberpihakan, KSTJ juga menuding ada

maladministrasi yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dalam mengeluarkan

izin tersebut, yang mana ini berkaitan dengan landasan hukum yang tidak sesuai.

Mengutip dari Mongabay.co.id, dalam pelaporan kepada Ombudsman, ada poin-

poin keberatan yang sebaiknya ditelusuri. Misalnya saja, yakni berkaitan dengan

adanya dugaan penyalahgunaan wewenang Ahok yang melebihi kewenangan

Pemerintah Pusat. Kemudian, proses pembangunan pulau tidak sesuai dengan

Perda Tata Ruang Tahun 2007. Terakhir, yakni berkaitan dengan Pergub Nomor

206 Tahun 2016 yang dilanggar oleh Ahok dan dinilai cacat secara hukum. 129

Penolakan terhadap kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta oleh Ahok terus

disuarakan aliansi KSTJ. Sebagai bentuk penolakan, mereka pun lakukan unjuk

rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta untuk bertemu perwakilan legislatif.

128

Diko Oktara, Izinkan Reklamasi 3 Pulau, Ahok Kembali Digugat Nelayan, diakses

pada tanggal 22 september dari situs https://metro.tempo.co/read/738126/izinkan-reklamasi-3-

pulau-ahok-kembali-digugat-nelayan 129

Ursula Florene, Kasus maladministrasi reklamasi Teluk Jakarta dilaporkan ke

Ombudsman, diakses pada tanggal 22 septebr 2017 dari situs

https://www.rappler.com/indonesia/berita/163772-reklamasi-teluk-jakarta-maladministrasi-lapor-

ombudsman

Page 120: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

107

Tuntutan KSTJ pun masih tetap sama, yakni berkaitan dengan desakan kepada

DPRD DKI Jakarta untuk menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Penolakan dari aliansi KSTJ terhadap kebijakan pembangunan Reklamasi Jeluk

Jakarta dapat dikatakan benturan yang timbul akibat adanya perbedaan pandangan

dan perbedaan kepentingan yang mengakibatkan konflik antara kedua belah

pihak. Hal ini sejalan dengan Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar

Sosiologi130

. Namun sayang, hasil tak berbuah manis bagi KSTJ. Masyarakat yang

tergabung dalam aliansi KSTJ ini harus berpuas diri, pasalnya M. Taufik, Wakil

Ketua DPRD DKI Jakarta tak bisa memenuhi desakan tersebut. DPRD DKI

Jakarta tetap bersikeras untuk melanjutkan pembahasan Raperda mengenai Zonasi

dan Kawasan Rencana Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.131

Penolakan reklamasi terus disuarakan oleh KSTJ secara terus menerus dengan

meminta adanya penghentian reklamasi Teluk Jakarta.

4. Belum Ada Kesepakatan Antara DPRD Dengan Gubernur

(Pemprov DKI Jakarta)

Pembahasan dua Raperda oleh DPRD DKI Jakarta terus mengalami

penundaan hingga tiga kali. Penundaan pembahasan ini pun disebabkan oleh

sejumlah faktor, misalnya saja karena jumlah anggota yang datang tidak

memenuhi kuorum dan adanya pertimbangan lain sehingga pembahasan tidak bisa

dilakukan. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, yang merupakan kader dari partai

Gerindra, M. Taufik menyebutkan bahwa penundaan dilakukan karena adanya

130

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), 131

DPRD Tolak Penghentian Reklamasi Pantura Jakarta, diakses pada tanggal 22

september 2017 dari situs http://poskotanews.com/2016/01/28/dprd-tolak-penghentian-reklamasi-

pantura-jakarta/

Page 121: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

108

polemik yang bergulir di masyarakat. Selain itu permasalahan di bidang hukum

juga menjadi dasar alasan DPRD DKI Jakarta belum bahas Raperda tersebut.

Taufik juga menyebut bahwa ada perubahan sejumlah pasal yang termaktub di

Raperda tersebut, padahal Raperda sudah disetujui oleh Balegda dan Pemprov

DKI Jakarta.132

Hal mencengangkan mengenai pembahasan Raperda Zonasi dan Kawasan

Strategis Reklamasi Pantura justru menjadi pusat perhatian publik pada akhir

Maret 2016 lalu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lakukan tindakan

Operasi Tangkap Tangan terhadap salah satu anggota DPRD DKI Jakarta, M.

Sanusi. Sanusi diketahui merupakan kader dari Partai Gerindra dan merupakan

saudara kandung dari Wakil Ketua DPRD DKI, M. Taufik. KPK menangkap dua

orang termasuk Sanusi di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan

pada 31 Maret 2016. Sanusi ditangkap karena diduga kuat menerima uang suap

yang diberikan salah satu pengembang reklamasi Teluk Jakarta. Penyuapan

tersebut diduga untuk memuluskan besaran kontribusi tambahan yang diatur

dalam Raperda Zonasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura. Selain

menangkap Sanusi, KPK juga menangkap Trinanda Prihantoro yang merupakan

karyawan dari PT Agung Podomoro Land serta Ariesman Widjaja, Presiden

Direktur PT Agung Podomoro Land.

Dalam kasus ini, KPK menetapkan tiga tersangka, termasuk Sanusi dengan

sejumlah barang bukti, seperti adanya uang sebesar 1 milyar rupiah dan uang 140

132

Aulia Bintang Pratama, Paripurna DPRD DKI Bahas Raperda Zonasi Kembali

Ditunda, diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301171405-20-114645/paripurna-dprd-dki-bahas-

raperda-zonasi-kembali-ditunda

Page 122: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

109

juta rupiah. 133

PT Muara Samudra Wisesa, yang merupakan anak perusahaan dari

PT Agung Podomoro Land, menjadi salah satu pengembang yang telah

mendapatkan izin utk mereklamasi Pulau G dengan luas mencapai 160 hektar.

KPK mengungkap bahwa aliran uang yang dibayarkan pengembang kepada

Sanusi untuk bisa mengarahkan agar Amdal yang belum terselesaikan bisa

dipermudah. Kemudian juga, hal ini tentunya untuk menurunkan kontribusi

tambahan sebesar 15% yang diwajibkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal ini

tentunya berkaitan dengan adanya keberatan yang dirasakan oleh pengembang.

Pasca adanya penangkapan Sanusi dalam kasus suap oleh KPK, sejumlah

pihak, baik dari DPRD DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta hingga pihak

pengembang diminta menghadiri jadwal pemeriksaan KPK. KPK panggil 7

anggota DPRD DKI Jakarta pada April 2016 lalu, mereka adalah Wakil Ketua

Balegda DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio

Ed, Ketua Balgeda DPRD DKI, Mohamad Taufik, kemudian S. Nurdin,

Mohamad Sangaji, Ferrial Sofyan dan Dameria Hutagalung. Untuk eksektif,

Gubernur DKI Jakarta, Basuki juga turut serta diperiksa dengan kapasitasnya

sebagai saksi dalam kasus ini. Hal ini tentunya diperlukan KPK untuk menggali

informasi mengenai Raperda yang diajukan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Pasca Operasi Tangkap Tangan (OTT) M. Sanusi, DPRD DKI Jakarta

melalui konferensi pers akhirnya membuka suara terkait Rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) Reklamasi Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil rapat pimpinan

133

Aryo Wicaksono, KPK Resmi Tetapkan Sanusi Tersangka Penerima Suap, diakses

pada tanggal 22 september 2017 dari situs http://www.viva.co.id/berita/nasional/755200-kpk-

resmi-tetapkan-sanusi-tersangka-penerima-suap

Page 123: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

110

gabungan, DPRD DKI Jakarta sepakat untuk menghentikan pembahasan kedua

Raperda tersebut.134

Hal ini dikarenakan adanya Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan KPK

terhadap Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Sanusi. Namun sayangnya, DPRD

DKI Jakarta tidak menyebutkan sampai kapan batas pengehantian pembahasan

Raperda ini dilakukan. Hal ini tentunya berdampak dengan adanya penundaan

peraturan sebagai landasan hukum pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

Merespon kejadian OTT M. Sanusi Kasus Suap Reklamasi Teluk Jakarta,

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memastikan bahwa tidak ada

oknum dari kalangan Pemprov DKI Jakarta yang terlibat dalam kasus suap ini.135

Pasalnya, Pemprov DKI Jakarta tetap bersikeras untuk tetap mempertahankan

adanya rumusan besaran kontribusi tambahan yang wajib dibayarkan oleh para

pengembang. Ahok kembali menilai bahwa rumusan 15% NJOP itu tidak akan

hilang, pasalnya itu adalah uang Pemprov DKI Jakarta.

C. Konflik Kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta

Kebijakan pada dasarnya merupakan bagian dari produk politik, dan dalam

pemerintahan kebijakan publik ini juga berperan dalam menentukan kepentingan

masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan Budiman Rusli bahwa kebijakan

publik adalah suatu produk politik, sehingga produk-produk politik ikut mewarnai

kebijakan yang dihasilkan.Sebagaimana produk politik lainnya, tentu dalam

134

Danu Damarjati, Imbas Sanusi Jadi Tersangka KPK, Pembahasan Raperda Reklamasi

Dihentikan, diakses pada tanggal 22 september 2017 dari situs https://news.detik.com/berita/d-

3186132/imbas-sanusi-jadi-tersangka-kpk-pembahasan-raperda-reklamasi-dihentikan 135

Ahok soal suap reklamasi: Pemda DKI tak mungkin terlibat, diakses pada tanggal 22

september 2017 dari situs https://www.rappler.com/indonesia/128003-pemda-dki-tak-terlibat-

kasus-suap-reklamasi

Page 124: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

111

perumusan suatu kebijakan bahkan pelaksanaan kebijakan pastinya terdapat

konflik, baik dari pihak yang pro dan juga kontra, yang turut menyertai suatu

kebijakan. Dalam bab IV ini, penulis akan memaparkan penjelasan tentang pro

dan kontra terhadap Reklamasi Teluk Jakarta.

1. Pro Reklamasi

Ada beberapa pihak yang mendukung kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta,

mereka adalah Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan tentunya

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pernyataan sikap Pemprov DKI Jakarta yang

pro atau mendukung pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini disampaikan

Basuki Tjahaja pada debat kandidat pemilu Gubernur dan Wakil Guebrnur DKI

Jakarta di Hotel Bidakara Jakarta Selatan pada Rabu 12 April 2017. Menurut

Ahok, kewajiban pengembang untuk memberikan kontribusi kepada Pemprov

DKI Jakarta sangat menguntungkan tidak hanya untuk Pemprov tetapi juga untuk

masyarakat DKI Jakarta. Kemudian, besaran kontribusi yang wajib dibayarkan

pengembang, nantinya akan digunakan sepenuhnya untuk penataan wilayah.

Penataan wilayah inilah yang nantinya akan dirasakan langsung oleh para nelayan

dan masyarakat yang tinggal disekitar pesisir utara Jakarta.

―Dalam hitungan kami, akan ada Rp 128 triliun, artinya pada saat itu

pembangunan rumah susun nelayan sudah selesai. Inilah yang dimaksud

mengadministrasi sosial. Yang diutamakan adalah rakyat. Makanya, kami

mendapatkan penghargaan indeks pembangunan manusia. Karena targetnya

manusia‖.136

136

Gibran Maulana Ibrahim, Debat Panas Ahok-Anies soal 'Untuk Siapa Reklamasi,

diakses pada tanggal 30 september 2017 dari situs 'https://news.detik.com/berita/d-3407663/debat-

panas-ahok-anies-soal-untuk-siapa-reklamasi

Page 125: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

112

Menurut Kepala Bappeda DKI Jakarta, terdapat tiga manfaat positif dari

Reklamasi Teluk Jakarta terhadap Pemprov DKI Jakarta yaitu kewajiban,

kontribusi lahan, dan kontribusi tambahan. Pertama, kewajiban bagipara

pengembang yang mana, mereka diwajibkan untuk menyediakan sarana dan

prasarana dasar setiap pulau yang akan dibangun, infrastruktur penghubung antar

pulau, dan pengerukan sedimentasi kanal lateral.

Kedua adalah kontribusi lahan, yang artinya pengembang diwajibkan

untuk menyerahkan 5% dari total luas lahan Hak Pengelolaan Lahan (HPL).

Manfaat terakhir dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta yaitu

kontribusi tambahan. Ahok menetapkan kontribusi tambahan sebesar 15 %kepada

para pengembang dari keuntungan yang mereka peroleh. Kontribusi tambahan ini

merupakan syarat tambahan yang diajukan pada pemerintahan Basuki Tjahaja

Purnama saat menjadi Gubernur DKI Jakarta yang sebelumnya belum pernah

diatur. Besaran kontribusi tambahan ini diajukan karena menurut Ahok, angka

tersebut sudah melalui kajian.137

Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

Proyek reklamasi juga diharapkan Pemprov DKI Jakarta dapat menambah

pendapatan kas daerah dan pembangunan yang menyeluruh dengan bantuan dari

137

Erwan Hermawan, Dari Mana 15 Persen Kontribusi Reklamasi? Ini Rumusnya,

diakses pada tanggal 23 september 2017 dari situs https://metro.tempo.co/read/762179/dari-mana-

15-persen-kontribusi-reklamasi-ini-rumusnya

D = Y x L x NJOP

D = dividen

Y = kontribusi tambahan

L = luas lahan yang bisa dijual

NJOP = nilai jual obyek pajak

Page 126: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

113

para pengembang yang membangun reklamasi di Teluk Jakarta. Pertimbangan

lain dari Ahok yang menginginkan Reklamasi Teluk Jakarta tetap dibangun

karena Ahok ingin penduduk Jakarta yang kurang mampu dan kalangan muda

dalam 20-30 tahun mendatang dapat terjamin dengan ketersedian yang memadai,

walaupun akan terjadi pertambahan jumlah penduduk nantinya138

.

Selain itu, reklamasi menurut Ahok mampu mengatasi masalah hunian

bagi warga DKI Jakarta yang sehat dan pantas untuk warganya. Karena DKI

Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia tentunya memiliki harga jual tanah

yang mahal, hal ini yang membuat DKI Jakarta melalui Pemprov merasa perlu

membuat daratan baru yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan guna

kepentingan masyarakat. Ahok juga memaparkan bahwa Reklamasi Teluk Jakarta

ini tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat di sekitar pesisir

Utara Jakarta.

―warga pesisir justru akan mendapatkan dampak positif kok dari reklamasi

tersebut. Apalagi, proyek ini akan menambah luas tanah di Jakarta dan Pemprov

DKI akan langsung mendapatkan tanah yang bersertifikat seluas 51 hektare‖

Hal ini sejalan dengan kurang lebih 300 nelayan Muara Angke yang

datang ke PTUN DKI Jakarta untuk menyampaikan dukungannya. Menurut salah

satu nelayan yang mendukung Reklamasi Teluk Jakarta, selama ini tangkapan

ikan mereka tidak terpengaruh dengan adanya Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini

karena mereka menangkap ikan hingga ketengah laut, sedangkan pembangunan

138

Nibas Nada Nailufar, Ini Alasan Ahok Ngotot Jalankan Reklamasi, diakses pada

tanggal 24 september 2017 dari situs

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/12/23554911/ini.alasan.ahok.ngotot.jalankan.reklam

asi

Page 127: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

114

Reklamasi Teluk Jakarta dilakukan di pinggir pantai. Justru dengan adanya

pembangunan Reklamasi, masyarakat pesisir merasa terbantu karena anak-anak

muda saat ini sudah tidak tertarik dengan profesi sebagai nelayan. Hal ini

membuat lapangan pekerjaan baru yang ada untuk masyarakat pesisir khususnya

generasi muda.139

Selain itu, Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dibawah

pimpinan Luhut Binsar Panjaitan, berpendapat bahwa reklamasi Teluk Jakarta

sama sekali tidak memiliki alasan untuk dimoratorium atau dihentikan sebagai

berikut:"Saya sudah tanda tangani (pencabutan moratorium) pada hari Kamis

karena semua ketentuan yang berlaku dari semua kementerian dan lembaga yang

terlibat itu tidak ada masalah."140

Luhut menegaskan bahwa proyek Reklamasi ini bukan untuk kepentingan

bisnis semata, dan bukan juga untuk sekedar pencitraan, lebih dari itu menurut

Luhut pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini bertujuan untuk menakankan

angka kemiskinan serta menaikan kesejahteraan rakyat. Luhut menjelaskan,

bahwa dalam pembangunan Reklamasi teluk Jakarta ini semua pihak telah

dilibatkan dalam kajian Reklamasi. Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh PT.

PLN, PT. Nusantara Regas, dan PT. Pertamina Hulu Energi (PHE).141

139

Ahok Jamin Warga Miskin Bisa Tinggal di Pulau Reklamasi, diakses pada tanggal 24

september 2017 dari situs http://poskotanews.com/2016/05/05/ahok-jamin-warga-miskin-bisa-

tinggal-di-pulau-reklamasi/ 140

Muhammad Idris, Luhut Buka-bukaan soal Cabut Moratorium Reklamasi, diakses

pada tanggal 24 september 2017 dari situs https://news.detik.com/berita/d-3676150/luhut-buka-

bukaan-soal-cabut-moratorium-reklamasi 141

Kurnia Sari Aziza, Sempat Bermasalah, Luhut Pastikan Reklamasi Teluk Jakarta

Dilanjutkan, Ini Pertimbangannya, diakses pada tanggal 10 oktober 2017 dari situs

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/sempat-bermasalah-luhut-pastikan-

reklamasi-teluk-jakarta-dilanjutkan-ini-pertimbangannya

Page 128: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

115

"Khusus untuk (keputusan keberlanjutan reklamasi) Pulau G, seluruh

syarat administratif telah dipenuhi pengembang pulau tersebut (PT Muara Wisesa

Samudra),"

Luhut juga menambahkan bahwa persyaratan yang selama ini diminta PT.

PLN kepada PT. Muara Wisesa Samudra telah dipenuhi. Menurut Luhut PT.

Muara Wisesa Samudra telah telah membangun trowongan bawah tanah dan

membangun kolam berisi air pendingin yang akan disalurkan ke PLTU Muara

Karang.

Reklamasi yang akan dibuat di perairan Teluk Jakarta ini juga diharapkan

dapat menyerap para pekerja yang secara otomatis akan meningkatkan lapangan

pekerjaan di wilayah DKI Jakarta. Memang dalam proses pembangunannya,

reklamasi Teluk Jakarta tidak berjalan mulus, baik dalam hal perizinan maupun

gugatan yang dilakukan para aktivis sosial, nelayan maupun kritikan dari para

pengamat hukum, tata ruang kota, maupun peneliti. Namun, Pemprov DKI Jakarta

beserta Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman, tetap optimis bahwa

reklamasi Teluk Jakarta ini akan membawa dampak positif untuk Jakarta dan

Indonesia, sama seperti negara-negara yang sukses melakukan reklamasi dan

menjadi suatu pemanfaatan ruang yang baru seperti Dubai, Jepang, dan

Singapura. Selain itu, dengan adanya reklamasi ini akan membuat kerjasama

Pemprov DKI Jakarta dengan para pengembang akan menjadi lebih baik lagi.

Proyek reklamasi ini digadang-gadang akan menjadi water front city142

.

Ditambah lagi, reklamasi Teluk Jakarta juga akan dibangun bersamaan dengan

142

Waterfront city adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai,

sungai ataupun danau. Pengertian ―waterfront‖ dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah

daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan. Tentunya klasifikasi

Page 129: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

116

Giant Sea Wall143

yang akan membentuk lambang negara Indonesia. Giant Sea

Wall ini ditenggarai juga akan menjadi solusi dari banjir rob yang melanda Jakarta

setiap 8 tahun sekali.Oleh karena itu, Giant Sea Wall ini juga menjadi proyek

andalan dari Pemprov DKI Jakarta. Walau begitu, Basuki mengatakan bahwa

pembangunan reklamasi dengan pembangunan Giant Sea Wall adalah hal yang

berbeda namun diharapkan dapat bersinergi untuk kemajuan DKI Jakarta.

Selain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kementrian Kementerian

Kordinator Bidang Kemaritiman, Bappeda DKI Jakarta, dan beberapa nelayan

pesisir Teluk Jakarta, terdapat beberapa anggota DPRD yang menyetujui adanya

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini. Salah satu yang setuju dengan

pembangunan ini ialah bapak Bestari Barus sebagai kader dari Partai Nasional

Demokrat (NasDem) dan sekaligus sebagai anggota Komisi D Bidang

Pembangunan untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta periode 2014-2019 dan menjadi ketua farksi NasDem.

Menurutnya Reklamasi Teluk Jakarta memang merupakan jalan yang terbaik

dalam menyikapi pertumbuhan penduduk dan ekonomi di DKI Jakarta, Reklamasi

merupakan solusi yang dapat diambil pemerintah dengan bantuan pengembang

untuk melakukan pembanguan Reklamasi karena membutuhkan biaya yang sangat

besar ini.

tersebut sudah dimiliki Kota Sangatta yang kini terbelah menjadi dua kecamatan yakni Sangatta

Utara dan Sangatta Selatan. 143

Giant SeaWall merupakan bagian dari Proyek NationalCapital Integrated Coastal

Development(NCICD). Mega proyek pembangunan tanggul laut raksasa yang berada di bagian

utara Jakarta. secara umum proyek tanggul raksasa ini terbagi ke dalam tiga tahapan. Tahapan

pertama berupa peninggian serta penguatan tanggul laut atau pengaman pantai utara Jakarta. Tahap

kedua berupa pembangunan konstruksi tanggul terluar serta reklamasi pulau berbentuk garuda, dan

tahap ketiga, yakni pembangunan tanggul laut raksasa atau yang dikenal sebagai Giant Sea Wall.

Page 130: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

117

―Kenyataan yang harus kita pahami bahwa daerah pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta ini sebelum dilakukan Pembangunan Reklamsi ini

memang sudah tidak lagi berpotensi untuk dijadikan derah atau zona menangkap

ikan bagi para nelayan. Hal ini karena, daerah pembangunan Reklamasi ini

memang sudah berkurang kualitas lingkungannya. Nelayan yang berada di sekitar

pesisir pun tidak akan kehilangan mata pencahariannya untuk menangkap ikan di

wilayah pesisir karena memang sudah tidak dapat digunakan sebelum

pembangunan Reklamasi ini dilakukan. Pembangunan Reklamasi justru akan

mambawa dampak positif bagi DKI Jakarta, hal ini karena Pemerintah Provinsi

sebagai pemilik lahan yang sah memiliki legitimasi dalam kepemilikan tanah dan

para pengembang diwajibkan memberikan kontribusi tambahan yang akan

diberikan berupa pembangunan infrastruktur di wilayah DKI Jakarta.‖

Pernyataan bapak Bestari Barus ini menjelaskan, bahwa pembangunan

reklamasi Teluk Jakarta ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan mata

pencaharian para nelayan di pesisir Jakarta. Hal ini karena lokasi pengangkapan

ikan para nelayan sudah mengalami kekrusakan bahkan sebelum pembangunan

Reklamsai Teluk Jakarta dilakukan, dan para nelayan tidak beresiko untuk

menempuh jarak yang lebih jauh karena memang sebelum pembangunan

reklamasi dilakukan para nelayan memang sudah menangkap ikan melebihi

wilayah Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

Selain pernyataan tentang dampak pembangunan reklamasi yang tidak

berdampak pada para nelayan di wilayah pesisir, Bestari Barus juga merasa

Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini harus tetap dilanjutkan guna

memberikan pemasukan pada anggaran kas pemerintah DKI Jakarta. Selain

pendapatan pemerintah DKI Jakarta yang akan bertambah, menurut Bestari Barus

dengan adanya Reklamasi ini para pemodal dan investor akan berdatangan untuk

menginvestasikan usaha mereka di wilayah Indonesia khususnya Jakarta,

Page 131: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

118

mengingat sarana, prasarana dan infrastruktur yang ada di Ibukota sudah lebih

baik dengan adanya kerja sama dengan para pengembang.

―Justru saya bingung dengan orang-orang yang menolak Reklamasi,

karena Reklamasi adalah jalan yang tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang ada di Jakarta. Misalnya kemacetan, dengan adanya Pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta, maka pembangunan dan perkembangan akan mernyebar

dan merata, dengan begitu pengguna kendaraan bermotor di daerah Jakarta tidak

lagi menumpuk di daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat saja. Banjir juga akan

berkurang dengan Pembangunan Reklamasi, karena para pengembang dengan

bekerja sama bersama pemerintah berarti ikut membangunan ruang terbuka hijau

dan pembangunan taman yang akan berguna untuk daerah resapan di Jakarta,

khususnya Jakarta Selatan yang sebenarnya merupakan wilayah resapan DKI

Jakarta. Jika point-point ini telah berjalan dengan baik, maka investor dan pemilik

modal dari asing akan tertarik untuk menginvestasikan sahamnya ke wilayah

Indonesia khususnya DKI Jakarta, hasilnya pendapatan pemerintah pusat akan

mendapatkan pemasukan yang bertambah.‖

Jika melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa Pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta akan mambawa dampak positif yang luas untuk berbagai hal di

wilayah DKI Jakarta. Maka dari itu, kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta ini perlu

mendapatkan perhatian dan kajian yang serius dalam pembuatan regulasi dan

kebijakan publik guna mengatur Pembangunan Reklamasi dengan bak dan benar

agar semua masyarakat dapat merasakan nilai positif dari adanya Reklamasi Teluk

Jakarta. Namun pembangunan Reklamasi juga perlu dikawal dan diperhatikan

oleh banyak elemen, karena Pembangunan Reklamasi teluk Jakarta ini adalah

pembangunan mega proyek yang menghabiskan banyak dana pada proses

pembangunannya. Wajar saja jika Reklamasi Teluk Jakarta menjadi perdebatan

karena suatu kebijakan menurut Nigro ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pembuatan keputusan antara lain adanya pengaruh tekanan dari luar, adanya

Page 132: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

119

pengaruh kebiasaan lama atau konservatisme, adanya pengaruh sifat-sifat pribadi,

adanya pengaruh dari kelompok luar, dan adanya pengaruh keadaan masa lalu144

2. Kontra Reklamasi

Sebagaimana proses politik yang berdinamika, dalam sebuah penerapan

kebijakan selain ada pihak yang pro, tentu juga ada pihak yang kontra.

Pertentangan dari pihak yang kontra terhadap pembangunan Reklamasi Teluk

Jakarta datang dari berbagai sudut pandang, mulai dari aktivis, pengamat, peneliti

hingga pemerintah pusat seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pihak yang kontra terhadap reklamasi menilai bahwa reklamasi Teluk

Jakarta tidak perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pembangunan reklamasi ini

dirasa merugikan negara dan masyarakat, baik dalam faktor sosial, ekonomi,

politik, hukum, maupun lingkungan di wilayah pesisir Teluk Jakarta. Beberapa

penolakan tersebut disertai dengan analisa dan penelitian yang dikaji menurut para

aktivis dan akademisi. Penulis akan menjelaskan beberapa dampak negatif yang

timbul dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta.

a. Aspek Sosial

Reklamasi tidak hanya menimbulkan dampak positif, namun juga

menimbulkan dampak negatif dari berbagai faktor yang salah satunya yaitu faktor

sosial. Dampak negatif ini terkait mata pencaharian para nelayan dan masyarakat

pesisir teluk utara Jakarta. Hal ini karena dengan dibangunnya reklamasi teluk

144

Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung:Pustaka Setia, 2014), h. 174.

Page 133: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

120

Jakarta, maka para nelayan yang sebelumnya mencari ikan melaut disekitar pesisir

menjadi hilang, dan bukan hanya itu saja. Para nelayan juga harus memutar untuk

mendapatkan ikan. Faktor sosial ini secara erat akan bersangkutan dengan

berbagai faktor lain seperti ekonomi yang timbul akibat hilangnya mata

pencaharian mereka.

b. Aspek Ekonomi

Dampak negatif dari reklamasi tentunya akan dirasakan oleh semua

kalangan, baik masyarakat dan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat.. Dampak negatif dari Reklamasi Teluk Jakarta akan terasa

dalam aspek ekonomi karena hilangnya mata pencaharian para nelayan dan

masyarakat sekitar pesisir pantai utara Jakarta akan meningkatkan pengangguran

di wilayah tersebut serta dapat menurunkan kualitas SDM masyarakat pesisir

teluk utara Jakarta. Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi sejumlah kalangan menolak reklamasi teluk Jakarta, hal ini karena

selain hilangnya mata pencaharian para nelayan, kerusakan yang timbul dari

reklamasi ini akan menimbulkan kerusakan sejumlah fasilitas negara yang akan

berdampak pada meningkatnya pengeluaran negara untuk membenahi pendapatan

daerah. Pernyataan yang sependapat dengan itu adalah pernyataan Nelson dari lbh

Jakarta, yang mengatakan bahwa :

―Dengan melakukan pembangunan reklamasi sama dengan menambah

jumlah pengangguran yang ada di DKI Jakarta karena para nelayan yang

sebelumnya mencari dan menangkap ikan di kawasan pesisir teluk Jakarta

menjadi kehilangan mata pencahariannya. Selain itu PT. PLN yang mempunyai

PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) akan mengalami kerusakan mesin akibar

dari pembangunan reklamasi yang membuat ombak di pesisir teluk Jakarta tidak

lagi ada sehingga mesin-mesin yang dimiliki PT. PLN ini menjadi over heat atau

terlalu panas.‖

Page 134: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

121

Pernyataan Nelson diatas cukup menguatkan bahwa dengan adanya

pembangunan Reklamasi teluk Jakarta memiliki dampak yang cukup serius bagi

aspek ekonomi khususnya masyarakat pesisir utara Jakarta. Meskipun

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta belum rampung dan hanya menghasilkan

tiga pulau yang sudah berbentuk daratan, yaitu pulau C, D dan G. Masyarakat

pesisir Teluk Jakarta sudah merasakan dampak negatif dari pembangunan ini

karena para nelayan semakin kesulitan untuk mencari ikan, selain itu pasokan

listrik yang selama ini menyuplai wilayah Jawa dan Bali juga akan terganggu,

seperti penyataan diatas. Hal ini karena mesin-mesin yang digunakan PT. PLN

pada PLTU Muara Karang akan terganggu akibat Reklamasi yang membuat

mesin-mesin ini menjadi panas atau over heat.

c. Aspek Politik

Reklamasi teluk utara Jakarta juga akan berdampak pada peta perpolitikan

di Jakarta maupun Indonesia. Hal ini karena DKI Jakarta sebagai Ibukota

Republik Indonesia merupakan barometer atau acuan pada politik di Indonesia.

Dengan adanya reklamasi teluk Jakarta, maka akan ada kemungkinan perbedaan

pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah yang pro dengan

pembangunan reklamasi Jakarta. Perbedaan ini tentunya akan membuat peta

perpolitikan menjadi sesitif dan panas. Bahkan pembangunan reklamasi teluk

Jakarta ini dinilai juga berpengaruh pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017

dan juga pemilihan Presiden 2019 nanti. Seperti kontestasi politik lainnya, dimana

tokoh politik yang akan mencalonkan diri. Tentu panggung politik dapat dibentuk

dari kasus yang sedang hangat seperti pembangunan reklamasi ini, keadaan yang

Page 135: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

122

semeraut membuat pembangunan reklamasi teluk Jakarta menjadi panggung

bebas para tokoh politik untuk unjuk gigi atau menimbulkan citra baik dihadapan

masyarakat sebagai penilainya.

d. Aspek Hukum

Selain berdampak pada tiga pandangan diatas, reklamasi teluk Jakarta juga

memberikan pengaruh negatif dalam bidang hukum. Banyaknya peraturan yang

mengatur tentang reklamasi, bukan membuat masalah dan konflik semakin

sedikit, justru membuat masalah dan konflik menjadi semakin besar dengan

peraturan yang ada terkesan tumpang tindih antara peraturan yang satu dengan

peraturan yang lainnya. Ini dapat terlihat pada empat peraturan yang ada saling

tumpang tindih dalam proyek reklamasi teluk Jakarta. Empat peraturan ini adalah

Keputusan Presiden nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Jakarta;

Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Jabodetabekpunjur; Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2012 tentang Reklamasi

di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan Undang-undang nomor 1 tahun

2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merupakan

revisi dari undang-undang Nomor 27 tahun 2007. Selama proyek pembangunan

reklamasi ini berjalan, baik dari pihak pro dan kontra memiliki pandangan dan

argumentasi sendiri yang landasan regulasinya berbeda-beda, namun tetap

mengacu pada salah satu dari peraturan tersebut. Sedangkan menurut Tigor

Hutapea dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melihat ada

kejanggalan dalam proses pemberian izin reklamasi teluk Jakarta. Salah satu yang

Page 136: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

123

menjadi alasan Tigor hutapea mengatakan ada kejanggalan ialah adanya aturan

yang tidak dilakukan oleh pengembang dan pemprov DKI Jakarta.

―Dalam case pembangunan reklamasi yang ada di jakarta ini, ada yang

hilang, ada yang tidak dilakukan. Hal ini terlihat karena ketika pulau-pulau sudah

terbentuk sekarang, namun tidak memiliki KLHS, tidak juga memiliki aturan

zonasi. Justru langsung menunjuk lokasi, lalu kemudian membuat AMDAL,

setelah diperiksa AMDAL nya, ternyata AMDAL ini hanya ingin menimbun pasir

tapi tidak tahu setelah timbul daratan nantinya akan dibentuk apa, dan

kegunaannya untuk apa karena itu tidak terbaca dalam AMDAL reklamasi teluk

Jakarta ini. Maka dari itu dapat dikatakan AMDAL reklamasi teluk Jakarta ini

sangat parsial. Karena tidak tahu akan dimanfaatkan untuk apa, limbahnya akan

dibuang kemana, ambil airnya dari mana. Inilah yang kami lihat akan

menimbulkan kekacauan jika reklamasi teluk Jakarta tetap dilakukan.‖

Dari pernyataan Tigor dari KNTI ini, cukup menguatkan bahwa terdapat

kesalahan dalam prosesnya sekaligus menjelaskan bahwa dalam proses perizinan

reklamasi Teluk Jakarta pengembang dan Pemprov DKI Jakarta melewatkan

beberapa tahapan dasar yang seharusnya dipenuhi sebelum membuat AMDAL.

e. Aspek Lingkungan

Melihat lebih jauh dampak negatif tentang pembangunan reklamasi Teluk

Jakarta. Tujuh belas pulau yang akan dibangun di teluk Jakarta ini dianggap

sejumlah pengamat dan pihak kontra yang lain akan menambah parah kerusakan

lingkungan perairan di pesisir Jakarta maupun daerah disekitar Jakarta yang

digunakan untuk mengeruk pasir guna penimbunan pasir. Salah satu dampak

lainnya terhadap lingkungan yaitu karena dibawah pembangunan reklamasi teluk

Jakarta terdapat pipa dan kabel yang terhubung dengan listrik dan gas yang

menyuplai DKI Jakarta, ditambah lagi PLTU Muara Karang yang berada di

pesisisr Jakarta membutuhkan ombak untuk sirkulasi proses pendinginan mesin

pembangkit listrik di muara karang. Hal lain yang sedikit terlupakan bahwa DKI

Page 137: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

124

Jakarta memiliki 13 kanal yang mengalir di sekitar DKI Jakarta, nantinya 13 kanal

ini akan membawa air bahkan lumpur dan sampah dari hulu ke hilir yang

bermuara ke laut utara jakarta. Jika reklamasi ini ada, maka lumpur dan sampah

ini akan menumpuk di bibir pantai utara Jakarta yang berakibat pada kerusakan

lingkungan yang tercemar akibat lumpur yang tidak terurai oleh ombak di bibir

pantai Jakarta karena terhalang daratan reklamasi dan Giant Sea Wall. Seperti

yang dijelaskan Alan Frendy Koropitan sebagai ahli Oseanografi, bahwa :

―Reklamasi nampaknya merupakan solusi yang keliru, karena reklamasi

walaupun memiliki dampak positif dari aspek ekonomi, namun juga memiliki

dampak negatif yang jauh lebih besar dari keuntungan yang didapat dalam aspek

ekonomi itu sendiri dan dampak negatif terhadap lingkungan ini akan terasa

dalam jangka waktu yang lama. Reklamasi berpotensi cemarkan laut Jakarta

karena reklamasi akan menutup aliran ombak yang selama ini secara alami

mencuci pesisir Teluk Jakarta dari lumpur,sedimen, logam berat dan bahan

organik.Hasil simulasi sebelum dan sesudah adanya pulau reklamasi secara

keseluruhan 17 pulau menunjukan semakin lamanya 'waktu cuci' alami teluk

dalam mengencerkan material yang masuk. Memang benar kenyataannya Teluk

Jakarta sudah tercemar, namun reklamasi 17 pulau yang ada justru akan

menambah tingkat pencemaran itu. Penambahan Giant Sea Wall (GSW) juga akan

lebih menambah kadar pencemaran dan danau buatan di sebelah dalam GSW

tidak bisa diandalkan menjadi sumber air bersih‖

Dari pernyataan tersebut, dirasa cukup menguatkan bahwa dengan adanya

pembangunan Reklamasi teluk Jakarta memiliki dampak yang cukup serius bagi

aspek lingkungan dan hal ini terlupakan oleh para pengembang juga Pemprov

DKI Jakarta. Lingkungan disekitar pesisir akan mengalami kerusakan yang cukup

fatal dengan kerugian yang besar karena kerusakan ini akan terjadi dalam waktu

yang lama.

Page 138: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

125

BAB V

PENUTUP

Reklamasi pada dasarnya bertujuan untuk pemanfaatan suatu lahan yang

tidak berguna menjadi lahan yang berguna baik untuk tujuan bisnis, pemukiman,

pertanian, industri maupun objek wisata. Selain itu, reklamasi juga bertujuan

untuk meingkatkan pembangunan sarana dan parasaran suatu wilayah yaitu

seperti pembangunan terminal pelabuhan dan lapangan penerbangan atau bandara

untuk tujuan komersil maupun non komersil. Akan tetapi, pada proses

pembangunan reklamasi menimbulkan polemik yang begitu besar, baik dukungan

dari yang pro dan kontra hingga tarik menarik keputusan pemerintah daerah

dengan pemerintah pusat karena tidak sinkronnya peraturan-peraturan yang ada.

Sebagai contoh, kemelut yang terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dan

Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dengan Kementerian Kelautan dan

Perikanan serta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Masing-masing

pihak baik yang pro dan kontra memiliki pandangan tersendiri dan keyakinan

hukum yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat peraturan yang saling tumpang

tindih dalam proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Page 139: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

126

Mengingat bahwa tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui mengapa

proyek reklamasi Teluk Jakarta mengalami kendala dan melibatkan banyak pihak

didalamnya. Selain itu peneliti ingin melihat faktor apa saja yang menjadi

penyebab kendala dalam pembangunan reklamasi Teluk Jakarta. Maka dalam

dalam bab terakhir ini akan berisi kesimpulan guna memenuhi tujuan dari

penelitian ini. Peneliti juga memberikan saran yang diharapkan dapat digunakan

sebagai pertimbangan penyelesaian permasalahan yang terjadi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kendala yang timbul pada Reklamasi Teluk Jakarta karena adanya

tumpang tindih peraturan yang ikut menyertai. Peraturan yang ada seharusnya

dapat menanggulangi kendala dan perdebatan yang ada. Namun pada

kenyataannya, peraturan yang ada justru membuat konflik menjadi semakin lebar

karena peraturan yang ada tidak dapat mengatur secara detail mengenai syarat,

wewenang dan tanggung jawab dari pembangunan reklamasi teluk jakarta

2. Konflik yang timbul dari pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

menjadi semakin panas dengan tertangkapnya Mohamad Sanusi selaku anggota

DPRD DKI Jakarta, yang terbukti melakukan korupsi raperda reklamasi dari

mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja. Hal ini

membuat pembangunan reklamasi menjadi semakin hangat dan mambuat banyak

pihak ikut menjadi terduga korupsi oleh KPK.

Page 140: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

127

3. Terdapat beberapa faktor yang membuat pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta menjadi terbengkalai dan berhenti. Faktor-faktor itu ialah korupsi,

regulasi yang tidak bersinergis, persyaratan yang tidak dilengkapi pengembang

dan konsep kebijakan publik yang tidak berjalan dalam pemerintahan. Sebelum

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta, seharusnya pemerintah pusat dan

pemerintah daerah melakukan kajian bersama dengan melibatkan masyarakat,

peneliti, aktivis dan pengamat baik dari aspek politik, hukum, ekonomi, sosial dan

lingkungan. Dalam membuat kebijakan publik melibatkan tiga elemen yaitu

pelaku kebijakan, kebijakan publik, dan lingkungan kebijakan yang semuanya

saling terhubung dan terkait. Hal ini sangat diperlukan dalam membuat suatu

kebijakan yang sesuai guna mendapatkan solusi dari kasus atau isu yang dihadapi

pemerintah dan masyarakat.

4. Terdapat proses yang terlewati dalam pembentukan sebuah

kebijakan reklamasi. Menurut Budi Winarmo, idealnya dalam pembentukan

sebuah kebijakan harus melakukan beberapa tahapan diantaranya yaitu

penyusunnan agenda, formulasi kebijakan, adopsi/legitimasi kebijakan, dan

evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Namun pada Reklamasi Teluk Jakarta

pemerintah daerah seperti Pemprov DKI Jakarta yang memiliki wewenang dan

tanggung jawab dalam pembangunan Reklamsi nyatanya tidak melibatkan

masyarakat pesisir dan nelayan. Pemerintah juga tidak melibatkan peneliti dan

pengamat dalam mambuat formulasi, hal ini yang kemudian menimbulkan banyak

pertentangan dari peneliti dan pengamat terhadap Reklamasi Teluk Jakarta.

Page 141: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

128

Setelah Pemprov DKI Jakarta pada masa Basuki Tjahaja Purnama mengeluarkan

izin pembangunan Reklamasi melalui regulasi yang berlaku, evaluasi yang

seharusnya dilakukan pada seluruh proses kebijakan tidak juga kunjung

dilaksanakan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibahas pada bab-bab

sebelumnya dalam skripsi ini belum sepenuhnya menjawab pertanyaan terkait

pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini dikarenakan ruang lingkup dan

sistematika penulisan yang terbatas.Namun disini penulis akan mengajukan saran-

saran yang sekiranya relevan:

1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta seluruh elemen lainnya

seperti Pemerintah Pusa, masyarakat serta berbagai peneliti dan pengamat

melakukan kajian ualang terhadap Reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini guna

mengkaji kebijakan-kebijakan publik yang telah ada sebelumnya dan menentukan

kebijakan mana yang disepakati untuk menjadi acuan dalam pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta. Jika memang pada hasil kajian ini kebijakan-kebijakan

yang telah ada dirasa tidak relevan dengan keadaan yang terjadi sekarang,

pemerintah perlu membuat kebijakan baru yang lebih relevan dan melibatkan

berbagai pihak.

2. Pemerintah pusat dalam hal ini perlu mengawasi dan juga

memberikan penilaian terhadap kajian-kajian untuk persyaratan pembangunan

Page 142: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

129

Reklamasi Teluk Jakarta. Pengawasan dan penilaian ini menjadi penting agar

pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai yang bertanggung jawab dan yang

berwenang dalam pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta dapat berjalan sinergis

dengan pemerintah pusat.

3. Jika terdapat persyaratan yang belum dilengkapi oleh para

pengembang, pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu melakukan moratorium guna

mengevaluasi dan melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi oleh para

pengembang. Proses ini juga sangat menentukan apakah pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta ini memang layak dan dapat dijadikan solusi bagi permasalahan dan

isu-isu yang ada di DKI Jakarta.

4. Para pengembang yang terbukti melakukan tindak kecurangan

dengan kasus korupsi, perlu mendapatkan sanksi berupa pencabutan izin

pembangunan dan pengelolaan bangunan serta oknum yang bersangkutan wajib

diadili sesuai hukum yang berlaku. Hal ini diperlukan agar para pengembang

mentaati semua peraturan yang berlaku di Republik Indonesia.

5. Masyarakat perlu lebih kritis dan peka terhadap pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta ini, bahkan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini

perlu dikaji dengan melakukan seminar dan diskusi publik oleh masyarakat.

Karena Reklamasi Teluk Jakarta merupakan salah satu pembangunan yang

menjadi patokan bagi daerah lain untuk melakukan pengembangan dan

pembangunan di daerahnya guna pemerataan ekonomi dan kemajuan daerah

tersebut. Jika masyarakat tidak kritis dan peka terhadap fenomena pembangunan

Page 143: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

130

Reklamasi ini, maka akan membuat konflik-konflik yang timbul karena

pembangunan yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada.

6. agar para pengembang mentaati semua peraturan yang berlaku di

Republik Indonesia.

7. Masyarakat perlu lebih kritis dan peka terhadap pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta ini, bahkan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta ini

perlu dikaji dengan melakukan seminar dan diskusi publik oleh masyarakat.

Karena Reklamasi Teluk Jakarta merupakan salah satu pembangunan yang

menjadi patokan bagi daerah lain untuk melakukan pengembangan dan

pembangunan di daerahnya guna pemerataan ekonomi dan kemajuan daerah

tersebut. Jika masyarakat tidak kritis dan peka terhadap fenomena pembangunan

Reklamasi ini, maka akan membuat konflik-konflik yang timbul karena

pembangunan yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada.

Page 144: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

DKI Jakarta 2030. n.d.

5 Pulau Besar Terbesar di Indonesia. n.d. http://ilmupengetahuanumum.com/5-

pulau-terbesar-di-indonesia/ (accessed Mei 3, 2017).

Admin. Luas Wilayah Negara Indonesia. Maret 28, 2013.

http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html (accessed

April 26, 2017).

Anggara, Sahya. Kebijakan Publik . Bandung: Bandung:Pustaka Setia, 2014.

Antara. Menteri Susi : Ahok Harus Hentikan Reklamasi Sampai Penuhi Aturan.

April 15, 2016.

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2016/04/15/60116/25/25/Menteri

-Susi-Ahok-Harus-Hentikan-Reklamasi-Sampai-Penuhi-Aturan (accessed

September 22, 2017).

Artharini, Isyana. Pemerintah Dituntut Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Benoa.

Maret 21, 2016.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesi

a_reklamasi_benoa (accessed Agustus 16, 2016).

Ayuningtyas, Rita. 5 Negara Ini Sukses Lakukan Reklamasi. n.d.

http://news.liputan6.com/read/2478853/5-negara-ini-sukses-lakukan-

reklamasi/ (accessed Agustus 16, 2016).

Aziza, Kurnia Sari. Ahok : Salahnya Reklamasi di Mana? September 15, 2015.

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/15/22564341/Ahok.Salahny

a.Reklamasi.di.Mana. (accessed September 21, 2017).

—. Sempat Bermasalah, Luhut Pastikan Reklamasi Teluk Jakarta Dilanjutkan. Ini

Pertmbangannya. n.d.

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/08/sempat-bermasalah-

luhut-pastikan-reklamasi-teluk-jakarta-dilanjutkan-ini-pertimbangannya

(accessed Oktober 10, 2017).

Badan Pusat Statistik. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-

2015. n.d. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366 (accessed

April 26, 2017).

BBC. KPU Tetapkan Jokowi menang di Pilpres. Juli 22, 2014.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/07/140722_kpu_has

il_pilpres (accessed September 15, 2017).

Page 145: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xiv

Blaxter, and Lisa Harrison. Metodelogi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media

Group, 2007.

C, Jack, and Plano. Kamus Analisa Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994.

Cahya, Kahfi Dirga. Ahok : Izin Reklamasi dari Keppres, Enggak Ada Urusan

Dengan Izin Menko Maritim. September 14, 2016.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/14/10103591/ahok.izin.rekla

masi.dari.keppres.enggak.ada.urusan.dengan.izin.menko.maritim

(accessed September 22, 2017).

Damardono, Haryo. Perjalanan Panjang Reklamasi Jakarta. n.d.

https://interaktif.kompas.id/reklamasijakarta (accessed April 16, 2017).

Damarjati, Danu. Ahok: Moratorium Reklamasi Pasti Rugika Perusahaan yang

Terlibat. April 18, 2016. https://news.detik.com/berita/3190954/ahok-

moratorium-reklamasi-pasti-rugikan-perusahaan-yang-terlibat (accessed

September 22, 2017).

—. Imbas Sanusi Jadi Tersangka KPK,Pembahasan Raperda Reklamasi

Dihentikan. April 12, 2016. https://news.detik.com/berita/d-

3186132/imbas-sanusi-jadi-tersangka-kpk-pembahasan-raperda-reklamasi-

dihentikan (accessed September 22, 2017).

Destryawan, Dennis. Demi Kepentingan Pengusaha, Ahok Kembali Ajukan Perda

Reklamasi ke DPRD DKI. Oktober 11, 2016.

http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/10/11/demi-kepentingan-

pengusaha-ahok-kembali-ajukan-perda-reklamasi-ke-dprd (accessed

September 22, 2017).

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta. Tingkat

Pencemaran Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Presentasi Indeks

Keragaman. Agustus 13, 2015. http://data.jakarta.go.id/dataset/tingkat-

pencemaran-perairan-teluk-jakarta-berdasarkan-persentasi-indeks-

keragaman/resource/9e27fb10-57df-4e9d-aa67-e7c3fe12f501# (accessed

November 20, 2017).

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan MAHKAMAH

AGUNG Nomor 12 PK/TUN/2011 Tahun 2011. n.d.

https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/03a5c75077d3b684d73901

31b62c4421 (accessed September 12, 2017).

Djakapermana, Ruchyat Deni. Rencana Tata Ruang Kawasan

JABODETABEKPUNJUR : Upaya Menyeimbangkan Pertumbuhan

Ekonomi Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup. Juli 2008.

Page 146: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xv

http://tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=110

(accessed September 13, 2017).

Dokumen Jakarta Coastal Defense Strategy. Oktober 15, 2012.

https://issuu.com/rujak/docs/jcds_-_atlas_30_sept_2011-_ind (accessed

September 11, 2017).

Fathurahman, Prof. H. Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: CV

Pustaka Setia, 2011.

Fisher, Simon. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak.

Jakarta: The British Council Indonesia, 2001.

Fitra, Safrezi. Pemerintah Segel Tiga Pulau Reklamasi di Teluk Jakarta. May 11,

2016. https://katadata.co.id/berita/2016/05/11/pemerintah-segel-3-pulau-

proyek-reklamasi-pantai-utara-jakarta (accessed September 22, 2017).

Florene, Ursula. Kasus Maladministrasi Reklamasi Teluk Jakarta Dilaporkan ke

Ombudsman. Maret 10, 2017.

https://www.rappler.com/indonesia/berita/163772-reklamasi-teluk-jakarta-

maladministrasi-lapor-ombudsman (accessed September 22, 2017).

Fransisca, Gloria. Ahok : Raperda Zonasi Laut Sejenis Pengaturan MDPL di

Darat. April 23, 2015.

http://jakarta.bisnis.com/read/20150423/77/426290/ahok-raperda-zonasi-

laut-sejenis-pengaturan-mdpl-di-darat (accessed September 21, 2017).

Hadi, Syamsul, and Dkk. DisintegrasiPasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal

dan Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Hafiyyan. Ini 3 poin Pertimbangan Reklmasi Pantai Utara Jakarta. November

27, 2015. http://jakarta.bisnis.com/read/20151127/384/496358/ini-3-poin-

pertimbangan-reklamasi-pantai-utara-jakarta (accessed September 21,

2017).

Hairani, Linda. Empat Program Prioritas Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta. Juli

25, 2014. https://metro.tempo.co/read/595655/empat-program-prioritas-

ahok-saat-jadi-gubernur (accessed September 21, 2017).

Hakim, Lukman. Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah. Malang:

Setara Press, 2012.

Hasil kumulatif dengan perhitungan manual sesuai Tabel 1 Nama Pulau, Luas

Pulau, dan Persebaran Penduduk - Lampiran I Pergub DKI Jakarta

Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Kawasan Reklamasi Pantai

Utara Jakarta. n.d.

Page 147: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xvi

Hendricks, William. Bagaimana Mengelola Konflik Petunjuk Praktis Untuk

Manajemen Konflik Yang Efektif . Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Hermawan, Erwan. Dari Mana 15 Persen Kontribusi Reklamasi? Ini Rumusnya.

n.d. https://metro.tempo.co/read/762179/dari-mana-15-persen-kontribusi-

reklamasi-ini-rumusnya (accessed September 23, 2017).

Hidayat, Imam. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: PA. Nurul Abyadh dan Pustaka

Pelajar, 2002.

Hindarto, Yugo. Jokowi Tegaskan Pergub DKI 146 Bukan Izin Reklamasi. n.d.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101184206-20-

252812/jokowi-tegaskan-pergub-dki-146-bukan-izin-reklamasi (accessed

September 15, 2017).

Huda, Larissa. Begini Debat Ahok dan Anies Soal Reklamasi. n.d.

https://nasional.tempo.co/read/865595/dipandu-ira-koesno-begini-debat-

ahok-dan-anies-soal-reklamasi (accessed September 22, 2017).

Ibrahim, Girbran Maulana. Debat Panas Ahok-Anies Soal "Untuk Apa

Reklamasi". n.d. https://news.detik.com/berita/d-3407663/debat-panas-

ahok-anies-soal-untuk-siapa-reklamasi (accessed September 22, 2017).

Idris, Muhammad. Luhut Buka-bukaan Soal Cabut Moratorium Reklamasi. n.d.

https://news.detik.com/berita/d-3676150/luhut-buka-bukaan-soal-cabut-

moratorium-reklamasi (accessed September 24, 2017).

Indrawan, Angga. KNTI Jakarta Sambut Baik Moratorium Reklamasi. April 19,

2016.

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/19/o5w040365

-knti-jakarta-sambut-baik-moratorium-reklamasi (accessed September 22,

2017).

Juniman, Puput Tripeni. Ahok Beberkan Perjanjian Reklamasi Dengan

Pengembang. n.d.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160513131519-20-

130470/ahok-beberkan-perjanjian-reklamasi-dengan-pengembang

(accessed September 22, 2017).

Karinga, Hendra. Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta:

Kencana, 2013.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Peraturan

Presiden Nomor 122 Tahun 2012. n.d.

http://peraturan.go.id/perpres/nomor-122-tahun-2012-

11e44c4f773c3b10878f313232313331.html (accessed April 17, 2017).

Page 148: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xvii

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 Tentang Pemberian

Pelaksaan Izin Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo. n.d.

Kumpulan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2016.

n.d. http://www.menlhk.go.id/berita-85-kumpulan-peraturan-menteri-

lingkungan-hidup-dan-kehutanan-tahun-2016.html (accessed April 26,

2016).

Kurniati, Ratna Diah. Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus:

Pelaksanaan Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pada Dinas Pertamanan

Provinsi DKI Jakarta. Depok: Skripsi Fisip UI, 2007.

Kurniawan, Mukhamad. Coretan Basuki di Pasal Raperda. n.d.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/06/19320021/Coretan.Basuk

i.di.Pasal.Raperda (accessed April 16, 2017).

Kusumawati, Utami Diah. Jokowi: Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta Enam

Bulan. April 27, 2016.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160427164630-12-

127017/jokowi-moratorium-reklamasi-teluk-jakarta-enam-bulan (accessed

September 22, 2017).

Lampiran X Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. n.d.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2017/pp13-2017bt.pdf

(accessed September 13, 2017).

Liemin. Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses di Dunia. n.d.

http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-tersukses-di-

dunia/ (accessed Agustus 16, 2016).

Liemin; Tugu Post. Beberapa Proyek Reklamasi Tersukses di Dunia. n.d.

http://tugupost.com/2016/06/16/beberapa-proyek-reklamasi-tersukses-di-

dunia/ (accessed Agustus 16, 2016).

Marbun, B.N. DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2006.

Mozes, Roderick Adrian. Ledakan Penduduk Jakarta, Ancaman yang mengerikan.

September 4, 2017.

http://properti.kompas.com/read/2017/09/04/160500021/ledakan-

penduduk-jakarta-ancaman-yang-mengerikan- (accessed September 11,

2017).

Muhajir, Anton. Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Meluas. Juni 15, 2016.

http://www.benarnews.org/indonesian/berita/bali-tolak-reklamasi-

06152016153058.html (accessed Agustus 16, 2016).

Page 149: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xviii

Muhammad, Cholid. Drama Haru SBY. Oktober 30, 2010.

http://nasional.kompas.com/read/2010/10/30/0434159/drama.haru.sby

(accessed September 12, 2017).

Murad, Ratna. Urusan Rumah Tangga Daerah Otonomi Bertingkat Dan

Permasalahannya. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan

Departemen Dalam Negeri, 1996.

Nailufar, Nibas Nada. Ini Alasan Ahok Ngotot Jalankan Reklamasi. n.d.

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/12/23554911/ini.alasan.ahok

.ngotot.jalankan.reklamasi (accessed September 24, 2017).

Nazir, Moh. Metode Penelitian . Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

—. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Nugraha, Indra. Tinjau Puau Reklamasi Teluk Jakarta, Ini Kata Para Menteri.

May 2016, 2016. http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/tinjau-pulau-

reklamasi-teluk-jakarta-ini-kata-para-menteri/ (accessed September 22,

2017).

Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah. Jakarta:

PT. Grasindo, 2007.

Oktara, Diko. Izinkan Reklamasi 3 Pulau, Ahok Kembali Digugat Nelayan.

Januari 21, 2016. https://metro.tempo.co/read/738126/izinkan-reklamasi-

3-pulau-ahok-kembali-digugat-nelayan (accessed September 22, 2017).

Pengertian Letak Geografis dan Astronomis Wilayah Indonesia. n.d.

http://www.geologinesia.com/2016/11/pengertian-letak-geografis-dan-

astronomis-wilayah-indonesia.html (accessed Agustus 9, 2016).

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rencana Strategis (RENSTRA)

Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2005-2009. n.d.

http://tataruangpertanahan.com/regulasi/pdf/permen/menkp/permenkp_17

_2013.pdf/ (accessed Agustus 15, 2016).

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan

Jabodetabek Punjur Pasal 70. n.d.

Peraturan Presiden Nomer 51 Tahun 2014. n.d.

http://peraturan.go.id/perpres/nomor-51-tahun-2014-

11e44c4f2987e9d0828a313231393231.html (accessed Agustus 16, 2016).

Pitoko, Ridwan Aji. Dua Bulan Bekerja, Ini Temuan Komite Bersama Reklamasi

Teluk Jakarta. Juni 11, 2016.

http://properti.kompas.com/read/2016/06/11/220531421/dua.bulan.bekerja

Page 150: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xix

.ini.temuan.komite.bersama.reklamasi.teluk.jakarta (accessed September

22, 2017).

—. Raperda Kawasan Pantura Jakarta Cantumkan 17 Pulau Baru. Oktober 22,

2015.

http://properti.kompas.com/read/2015/10/22/180732121/Raperda.Kawasan

.Pantura.Jakarta.Cantumkan.17.Pulau.Baru (accessed September 21,

2017).

POSKOTA NEWS. Ahok Jamin Warga Miskin Bisa Tinggal di Pulau Reklamasi.

May 5, 2016. http://poskotanews.com/2016/05/05/ahok-jamin-warga-

miskin-bisa-tinggal-di-pulau-reklamasi (accessed September 24, 2017).

—. DPRD Tolak Penghentian Reklamasi Pantura Jakarta. Januari 28, 2016.

http://poskotanews.com/2016/01/28/dprd-tolak-penghentian-reklamasi-

pantura-jakarta/ (accessed September 22, 2017).

Prabowo, Dani. Kementrian LHK Dukung Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta.

April 16, 2016.

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/16/14221711/Kementerian.LHK

.Dukung.Moratorium.Reklamasi.Teluk.Jakarta (accessed September 22,

2017).

Pratama, Aulia Bintang. Paripurna DPRD DKI Bahas Raperda Zonasi Kembali

Ditunda. Maret 1, 2016.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301171405-20-

114645/paripurna-dprd-dki-bahas-raperda-zonasi-kembali-ditunda

(accessed September 22, 2017).

Profil Pembangunan DKI Jakarta. n.d.

http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20

Provinsi%203100DKI%202013.pdf (accessed Mei 2017, 2017).

Pruit, Dean G., and Jeffrey Z. Rubin. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004.

Purba, David Oliver. Hingga 2016, Tren Pertambahan Jumlah Penduduk Terus

Terjadi di Jakarta. Juni 7, 2017.

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/07/12514301/hingga.2016.tr

en.pertambahan.jumlah.penduduk.terus.terjadi.di.jakarta (accessed

November 26, 2017).

Putera, Andri Donal. Ini Kewajiban Pengembang Yang Dapat Proyek Reklamasi

Pantura Jakarta. n.d.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/16484011/Ini.Kewajiban.

Pengembang.yang.Dapat.Proyek.Reklamasi.Pantura.Jakarta (accessed

September 22, 2017).

Page 151: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xx

Putri, Alsadad. Pemerintah Sepakat Hentikan Sementara Reklamasi di Teluk

Jakarta. April 18, 2016.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/18/18373541/Pemerintah.Se

pakat.Hentikan.Sementara.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta (accessed

September 22, 2017).

Rachmat, Basuki. Tunggu Komando, FPI Siap Demo Lagi Tolak Ahok. November

14, 2014. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141114094559-20-

11455/tunggu-komando-fpi-siap-demo-lagi-tolak-ahok (accessed

September 21, 2017).

Rahdian, Lalu. Ahok Beberkan Keuntungan Reklamasi Pesisir Jakarta. April 23,

2015. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150422223444-20-

48604/ahok-beberkan-keuntungan-reklamasi-pesisir-jakarta (accessed

September 21, 2017).

Rappler.com. Ahok Soal Suap Reklamasi : Pemda DKI mungkin terlibat. April 2,

2016. https://www.rappler.com/indonesia/128003-pemda-dki-tak-terlibat-

kasus-suap-reklamasi (accessed September 22, 2017).

Rauf, Maswadi. Konsensus dan Konflik Politi. Jakarta: DIKTI, 2001.

Reklamasi Teluk Jakarta Penting. n.d.

http://www.kompasiana.com/nikmatjujur/reklamasi-teluk-jakarta-

penting_574eade5f37e61f2072b347e (accessed Mei 10, 2017).

Rochmi, Muhammad Nur. Memahami Reklamasi Pantai Utara Jakarta. April 6,

2016. https://beritagar.id/artikel/berita/memahami-reklamasi-pantai-utara-

jakarta (accessed Mei 3, 2017).

Romadoni, Ahmad. Proyek Reklamasi Pulau G Berlanjut, Ahok Senang Semua

Diuntungkan. September 10, 2016.

http://news.liputan6.com/read/2598606/proyek-reklamasi-pulau-g-

berlanjut-ahok-senang-semua-diuntungkan (accessed September 22,

2017).

Rosalina, M. Puteri. Dilema Reklamasi Pantai Jakarta. n.d.

http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-

Jakarta (accessed Agustus 15, 2016).

—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta. n.d.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.

Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed

Agustus 16, 2016).

—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, Dari Era Soeharto Sampai Ahok.

April 4, 2016.

Page 152: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xxi

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.

Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed

Agustus 16, 2016).

—. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, Dari Era Soeharto Sampai Ahok.

April 4, 2016.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.

Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (accessed

September 29, 2016).

Sari, Maya. Batas Wilayah Indonesia Secara Geografi. Januari 26, 2016.

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/batas-wilayah-indonesia-secara-

geografis (accessed Agustus 9, 2017).

Sari, Nursita. Sepekan Jelang Penetapan Cagub-Cawagub DKI, Berkas

Persyaratan Dinyatakan Lengkap. n.d.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/17/16202411/sepekan.jelang

.penetapan.cagub-cawagub.dki.berkas.persyaratan.dinyatakan.lengkap

(accessed April 16, 2017).

Sarundajang, S. H. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002.

Sasongko, Joko Panji. Dugaan Korupsi Rp.15,5 T Reklamasi Pantai Losari Masuk

KPK. April 25, 2016.

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160425165640-12-

126384/dugaan-korupsi-rp155-t-reklamasi-pantai-losari-masuk-kpk/

(accessed Agustus 16, 2016).

Setiadi, Elly M., and Usman Kolip. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya).

Jakarta: Kencana, 2010.

SH, Abdurrahman. Beberapa Catatan Disekitar Pelaksanaan Otonomi Nyata Dan

Bertanggungjawab Pada Daerah Tingkat II”, Beberapa Pemikiran

Tentang Otonomi Daerah, ed. Abdurrahman. Jakarta: Media Saran Press,

1987.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial . Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Sinamo, Nomensen. Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia. Tangerang: PT.

Pustaka Mandiri, 2010.

Singarimbun, Masri, and Sofian Effendi. Metode penelitian survai. Jakarta: LP3S,

1983.

Stroink. Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, penj. Ateng Syarifudin. Bandung:

PT. Refika Aditama, 2006.

Page 153: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xxii

Suara Pembaruan. KPU DKI Pastikan Kemenangan Jokowi-Basuki. September

28, 2012. http://sp.beritasatu.com/home/kpu-dki-pastikan-kemenangan-

jokowi-basuki/25245 (accessed September 15, 2017).

Subagja, Indra. Membedah Pergub No.146 Yang Ditandatangani Jokowi Terkait

Reklamasi. Novermber 1, 2017.

https://kumparan.com/@kumparannews/membedah-pergub-no-146-yang-

ditandatangani-jokowi-terkait-reklamasi (accessed Desember 15, 2017).

Sunindhia, Y. W. Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Suryadi, Soleh. Administrasi Publik Dan Otonomi Daerah. Bandung: Prima Press,

2007.

Susantono, Bambang. Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan

Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009.

Suwiknyo, Edi. Nasib Reklamasi Teluk Jakarta : Ini Tanggapan Agung Sedayu

Soal Memoratiom Reklamasi. April 20, 2016.

http://kabar24.bisnis.com/read/20160420/16/539800/nasib-reklamasi-

teluk-jakarta-ini-tanggapan-agung-sedayu-soal-moratorium-reklamasi

(accessed September 22, 2017).

Tashandra, Nabilla. Ini Tiga Alasan Melanjutkan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta

Versi Luhut. September 14, 2016.

http://nasional.kompas.com/read/2016/09/14/11110641/ini.tiga.alasan.mel

anjutkan.proyek.reklamasi.teluk.jakarta.versi.luhut (accessed September

22, 2017).

Tempo.co. Menanti Perbaikan Sistem Teluk Jakarta. Maret 29, 2017.

https://nasional.tempo.co/read/news/2017/03/29/285860663/menanti-

perbaikan-ekosistem-teluk-jakarta (accessed November 30, 2017).

Tentang Komunitas Marine Buddies. n.d.

http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/cam

paign/marine_buddies/ (accessed Agustus 9, 2016).

Ubaedillah, A., and Abdul Rozak. Pendidikan Kewarga[negara]an Civic

Education; Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ed.

Revisi. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group,

2014.

Utama, Abraham. Ahok Bahas Reklamasi Saat Bertemu Wali Kota Rotterdam.

Agustus 24, 2015.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150824092721-20-74001/ahok-

Page 154: KONFLIK DALAM KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK UTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42836/1/BAYU... · vi untuk membalas segala bentuk ilmu yang telah mereka berikan

xxiii

bahas-reklamasi-saat-bertemu-wali-kota-rotterdam/ (accessed September

21, 2017).

Waluyo, Andylala. Presiden Jokowi Lantik Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta.

November 19, 2014.

https://www.voaindonesia.com/a/presidenokowiantik-ahok-jadi-gubernur-

dki-jakarta/2526024.html (accessed September 21, 2017).

Wicaksono, Aryo. KPK Resmi Tetapkan Sanusi Tersangka Penerima Suap. April

1, 2016. http://www.viva.co.id/berita/nasional/755200-kpk-resmi-

tetapkan-sanusi-tersangka-penerima-suap (accessed September 22, 2017).

Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, .