kondisi faktor ekpose ( kv, ma.s ) pada radiografi …
TRANSCRIPT
KONDISI FAKTOR EKPOSE ( kV, mA.s ) PADA RADIOGRAFI SETELAH DI LAKUKAN ADJUSMENT KALIBRASI PESAWAT
MOBILE
SKRIPSI
DWI PUTRI LESTARI 150821033
DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KONDISI FAKTOR EKPOSE ( kV, mA.s ) PADA RADIOGRAFI SETELAH DI LAKUKAN ADJUSMENT KALIBRASI PESAWAT
MOBILE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi Syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DWI PUTRI LESTARI 150821033
DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Kondisi Faktor Ekpose (kV, mA.s ) Pada Radiografi
Setelah Di Lakukan Adjusment Kalibrasi Pesawat
Mobile
Kategori : Skripsi
Nama : Dwi Putri Lestari
Nomor Induk Mahasiswa : 150821033
Program Studi : Sarjana (S1) Fisika Medik
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Septermber 2017
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
NiP. 195903101987031002 Nip. 196505171993031009
Dr.Pedinan Sinuhaji, MSDr. Syahrul Humaidi, M.Sc
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
KONDISI FAKTOR EKPOSE ( kV, mA.s ) pada RADIOGRAFI
SETELAH DI LAKUKAN ADJUSMENT KALIBRASI PESAWAT MOBILE
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Medan, September 2017
Dwi Putri Lestari
150821033
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pengaruh Faktor Geometri Distorsi
Pada Citra Radiografi Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Bapak Awan Magfirah S.Si,
M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Fisika FMIPA-USU Medan,
Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staf dan Dosen Fisika FMIPA USU,
pegawai FMIPA USU dan rekan – rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada
Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang
diperlukan. Semoga Allah SWT akan membalasnya.
Medan, September 2017
Hormat Saya,
Dwi Putri Lestari NIM. 150821033
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KONDISI FAKTOR EKPOSE ( kV, mA.s ) pada RADIOGRAFI SETELAH DI LAKUKAN ADJUSMENT KALIBRASI PESAWAT MOBILE
ABSTRAK
Adanya ketidaksesuaian antara tegangan tabung yang diatur pada control panel dengan keluaran tegangan tabung akan mempengaruhi kuantitas Sinar-X dan kualitas radiografi. Untuk itu dilakukan pengujian keluaran tegangan tabung pada pesawat Sinar-X mobile unit Meditronic di Klinik Rontgen Fauzi Medan yang belum pernah dilakukan pengujian sehingga belum ada baseline data kuantitatif mengenai kondsi faktor ekspose meliputi kV,mA.s, terhadap Radiografi setelah dilakukan Adjustment Kalibrasi Pesawat Mobile. Tujuan dilakukan penelitian iniuntuk mengetahui metode Adjustment tegangan tabung dan hasil Adjustment sebagai data kuantitatif dari evaluasi hasil Adjustment tegangan tabung pada pesawat Sinar-X mobile unit Meditronic. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan observasional partisipatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengujian terhadap keluaran tegangan tabung pesawat Sinar-Xdengan menggunakan alat ukur kV meter dari nilai keluaran 50 kV, 60 kV, 70 kV, 80 kV, 90 kV dengan nilai mas tetap sebesar 10 mas. Selanjutnya data pengukuran yang diperoleh diolah dan dianalisa dalam bentuk tabel dan grafik untuk lebih mudah diambil kesimpulan hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa adanya peyimpangan pada 50 kV sebesar 3,96 %, 60 kV sebesar 2,98 %, 70 kV sebesar 2,27 %, 80 kV sebesar 3,25 %, 90 kV %. Penyimpangan keluaran kV yang dihasilkan oleh pesawat Sinar-X tersebut dari 50 kV – 90 kV masih dalam batas toleransi penyimpangan yang diizinkan yaitu sebesar ±10 %. kata kunci:Adjustment kV,Kualitas Radiografi, Sinar-X, Unit Meditronic
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EKPOSE FACTOR CONDITION (kV, mA.s) on RADIOGRAPHY AFTER THE ADJUSMENT ADJUSMENT CALIBRATION of AIRCRAFT
MOBILE
ABSTRACT
The nonconformities between tubes voltage which regulated in control panelwith an output of tube voltage will affect the quantity of X-Rays and the quality of radiographs. Therefore, testingof output of tubes voltage on X-Ray instrument mobileMeditronic unit in radiology installations of Meditronic Klinik Rontgen Fauzi Medan. There are nobaseline quantitative data about the output testing of the tubes voltage. The puprpose of this research is to know the tube voltage testing method and the result of testing as quantitative data from the result evaluation of the testing tube voltage on x-ray instrument mobile Meditronic unit at the first examination room in radiological installation of Klinik Rontgen Fauzi Medan. The research methods used are quantitative research by observational approach of participatory method. The data collection was done by testing against the output X-Ray tube voltage instrument with using the Cobia smart R/F gauge from the values of output are 50 kV, 60 kV, 70 kV, 80 kV, 90 kV, wich has mAs fixed value in the amount of 10 mAs. Furthermore, the measurement data that obtained is processed and be analyzed in tables form and charts for more easily to conclude. The result of this research are obtained that there is the deviation in 50 kV for 3,96 %, 60 kV for 2,98 %, 70 kV for 2,27 %, 80 kV for 3,25 %, and 90 kV for 3,14 %. The percentage of deviation kVp output wich resulting by these x-ray instrument from 50 kV –90 kV is still within the limits of deviation tolerance that permitted10%. Keywords :Adjustment kV,Radiografi Quality, X-Ray, Unit Meditronic
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI PERSETUJUAN Halaman PERNYATAAN i PENGHARGAAN ii ABSTRAK iii ABSTRACT iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix DAFTAR SINGKATAN x BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1 1.3 Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan Penulisan 2 1.4 Batasan Masaalah 3 1.5 Manfaat Penelitian 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pesawat Sinar-X Dan Radiologi Diagnostik ........................................... 4 2.2 Dasar Dasar Fisika Sinar-X ..................................................................... 5 2.3 Perinsip Kerja Pesawat Sinar-X .............................................................. 7 2.4 Faktor Expose ......................................................................................... 8 2.5 Radiografi Sinar – X .............................................................................. 11 2.5.1 Komponen Digital Radiasi ................................................................... 12
2.6 Quality Assurance (QA) , Jaminan Mutu dan Quality Control (QC), Kendali Mutu ..................................................................................................... 13 2.6.1Quality Control (QA) dan Kendali Mutu ........................................................................... 14 2.6.2 Akurasi Tegangan (kV) ........................................................................ 14
2.6.3 Komponen Tabung Sinar-X .................................................................................................. 15 2.6.4 Control Panel ......................................................................................................................... 16 2.7 Kalibrasi ................................................................................................. 18 2.8 Pesawat X Ray Mobile ........................................................................... 19
2.8.1 Bagian-bagian Mobile X-ray Unit ..................................................... . 20 2.8.2 Perawatan Pesawat ............................................................................. 22 2.8.3 Tujuan Perawatan Pesawat................................................................... 23
2.8.4 Dasar-dasar Pesawat Rontgen ................................................................. . 23 BAB 3METODE PENELITIAN 29
3.1 Waktu dan Tempat 29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian .................................................................... 29 3.3 Sfesifikasi Pesawat Mobile Yang Diguakan Dalam Penelitian ............. 30 3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................ 30 3.5 FlowChart / Diagram Alir .................................................................... 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33
4.1 Hasil Penelitian 33 4.1.1 Pengukuran kV 33
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Kesimpulan 37 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel
1. Batas Uji Toleransi Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X 15 2. Pengukuran KV 33 3. Selisih Tegangan 35 4. Penyimpangan Tegangan 35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Gambar
1. Proses Terjadinya Radiasi Sinar-X Karakteristik 6 2. Sinar-X Bremstrahlung yang dihasilkan interaksi
electron dengan inti atom target (Busberg,2012) 7 3. X-Ray Mobile 20 4. Pesawat Sinar-X 100 mA/ 100KV 29 5. KV meter 30 6. Stopawatch 30 7. Flow Chart Penelitian / Diagram Alir 32 8. Grafik Perbandingan Antara Pengaturan KV dengan
Keluaran KV 34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Spesifikasi Pesawat Sinar X Mobile 38 2. Hasil Uji Adjusment 39 3. Laporan Hasil Uji Adjusment Pesawat X Ray Mobile 40 4. Sertifikat Quality 41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN VIM = Vocabulary of International Metrology PA = Postero-Anterior AP = Antero-Posterior FPDs = Flat Panel Detectors CCD’s = charge coupled deviced QA = Quality Assurance QC = Jaminan Mutu dan Quality Control QA = Quality Assurance WHO = Word Health Organization FFD = Focus Film Distance disingkat
SID = Source to Image Reseptor Distance
FOD = Film Object Distancedisingkat
SSD = Source to Skin Distance
VIM = Vocabulary of International Metrology
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bidang kajian dalam ilmu fisika adalah fisika inti dan fisika modern,
dimana dalam teori dan prinsipnya diaplikasikan dalam berbagai bidang. Salah satu
diantaranya adalah bidang kesehatan atau kedokteran. Setelah berkembangnya ilmu
fisika dari fisika klasik menjadi fisika kuantum yang menggunakan prinsip gelombang,
ditemukanlah sinar-X yang dimanfaatkan dalam bidang kedokteran yang dapat
menembus obyek untuk menggambarkan organ dalam tubuh manusia.
Sarana dan prasarana tersebut harus diperhatikan, terutama pesawat sinar-X
karena merupakan komponen utama dalam pelayanan radiologi. Sebagai komponen
utama dalam pelayanan radiologi, pesawat sinar-X harus dalam keadaan layak untuk
digunakan. Jika pesawat tersebut dalam keadaan tidak layak atau tidak memenuhi
standar-standar keselamatan maka pesawat tersebut dapat membahayakan bagi
radiografer, pasien, dan lingkungan sekitarrnya. Berdasarkan Radiological Council of
Western Australia, untuk mengetahui apakah pesawat tersebut layak untuk digunakan
maka diperlukan kegiatan pengendalian mutu berupa pengukuran keakurasian
kolimasi, pengukuran keakurasian tegangan tabung (kV), pengukuran ke akurasian
waktu eksposi, pengukuran linearisasi mA, pengukuran titik fokus efektif, pengukuran
ketepatan pusat grid, pengukuran kebocoran tabung pesawat sinar-X dan paparan radiasi
hambur (http://erafransiskaen).
mA selektor pada generator sinar-X adalah digunakan untuk mengatur
temperatur filamen tabung sinar-X, sepanjang waktu eksposi radiasi terjadi. Waktu
eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar-X yang
keluar dari tabung sinar-X. Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi adalah bersifat
kritikal bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf memadai dengan dosis radiasi
yang beralasan terhadap pasien.
Penggunaan radiasi pengion, termasuk sinar-X pada bidang kedokteran baik
untuk terapi maupun diagnostik sudah umum dilakukan. Sejak ditemukannya sinar-X
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
oleh Wilhem Condrad Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya peralatan
radiografi pertama untuk penggunaan diagnostik klinis, prinsip dasar dari radiografi
tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada film
reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami absorbs dan
attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh (Bushong, 2008).
Pengertian Kalibrasi Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of
International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan
dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu (Zaenal Abidin,2013).
X Ray Mobile adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendiagnosa penyakit pada
organ tubuh bagian dalam dengan bantuan sinar-X dengan pembangkit tegangan tinggi
merupakan pengisian muatan pada kondensator sehingga X ray ini dioperasikan oleh
baterai.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang akan diteliti, antara lain :
1. Bagaimana mengetahui uji kesesuain generator Kondisi terhadap faktor ekpose
(kV, mA.s ) .
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Memastikan pengukuran sesuai dengan batas toleransi ±10 %
2. Mengetahui kondsi faktor ekspose meliputi kV, mA.s, terhadap Radiografi
setelah dilakukan Adjustment Kalibrasi Pesawat Mobile.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Batasan Masalah
Untuk mengatasi meluasnya permasalahan, maka penelitian ini dibatasi hanya pada :
“Kondisi Faktor Ekspose 50kV, 60kV, 70kV, 80kv, 90kV dengan 100 mA, dan 0.02 s
terhadap Radiografi setelah dilakukan Adjustment Kalibrasi Pesawat Mobile.”
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memeiliki manfaat antara lain :
1. Menambah pemahaman tentang pentingnya peranan Faktor Ekspose Terhadap
Radiografi setelah dilakukan Adjustment Kalibrasi.
2. Sebagai tambahan pengetahuan dalam penggunaan Adjustment Kalibrasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pesawat sinar-X dan Radiologi Diagnostik
Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (sama dengan
frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30 exahertz) dan memiliki energi dalam rentang
100 eV . Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi
sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya (Anonymous, 2015).
Dikenal beberapa posisi dalam foto radiologi kedokteran (Anonymous, 2015):
1. Postero-Anterior ( PA ) Sumber cahaya berada di belakang pasien, dan pelat film
berada di bagian depan pasien. Posisi ini yang paling umum digunakan terutama
untuk foto roentgen thorax (dada).
2. Antero-Posterior ( AP ) Sumber cahaya berada di depan pasien, dan pelat film berada
di bagian belakang pasien. Biasanya digunakan pada pasien yang tidk mampu berdiri untuk
mengambil posisi PA karena sakit yang dideritanya.
3. Samping atau Lateral
4. Lateral decubitus.
5. miring atau Oblik.
Radiologi diagnostik adalah ilmu kedokteran yang memiliki spesialisasi dalam
Pencintraan tubuh manusia untuk mendiagnosa berbagai kelainan dengan menggunakan
alat yang berhubungan dengan radiasi, magnetik, gelombang suara ultrasonik, nuklir dan teknologi
lainnya. Radiologi Konvensional merupakan suatu pemeriksaan sederhana
menggunakan sinar Roentgen (sinar-X) dengan menggunakan kontras atau tanpa kontras
(Anonymous, 2015). Adapun sifat-sifat sinar-X, menurut (Fridawanty, 2012) sebagai
berikut :
Memiliki Daya Tembus Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus
sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya
kV) yang digunakan, makin besardaya tembusnya. Makin rendah berat atom atau
kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Difraksi
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur)
pada bahan atau zat yang dilaluinya.
2. Absorbsi
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat atomnya,
makin besar penyerapannya.
3. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses
secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
4. Fluoresensi
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-
sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-
X.
5. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan
ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
6. Efek Biologis
Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan. Efek
biologik ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi (Fridawanty, 2012).
2.2 Dasar-dasar Fisika Sinar-X
Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (1 Ǻ
= 10-8cm), sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi. Sinar-X dapat pula terbentuk
melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju
ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini
mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang
berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X karakteristik
yang mempunyai spectrum energi adalah diskrit (Fridawanty, 2012).
𝐸𝐸𝑋𝑋−𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = Ebv – Ebt (1)
Keterangan : 𝐸𝐸𝑋𝑋−𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 : Energi sinar- X karateristik
Ebv : Energi vacant shell
Ebt : Energi transition shell
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Radiasi Sinar-X Karakteristik
Sinar-X dapat diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan elektron
cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari
pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen
dipercepat gerakannya, elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan
ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi (Fridawanty, 2012).
Ketika elektron berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar
dari permukaan logam tersebut yang dikenal dengan sinar-X Bremsstrahlung. Sinar-X
yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi maksimal sama dengan energi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kinetik elektron pada saat terjadinya perlambatan. Sinar-X bremstrahlung mempunyai
spektrum kontinyu.
Gambar 2.2 Sinar-X Bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron dengan inti
atom target (Busberg,2012)
2.3 Prinsip Kerja Pesawat X-Ray
Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut, beda
potensial yang diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang
bertegangan tinggi. Produksi sinar-X dihasilkan dalam suatu tabung berisi suatu
perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X yaitu bahan penghenti atau
sasaran dan ruang hampa. Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen yang
dipanaskan. Dengan sistem fokus, elektron bebas yang dipancarkan terpusat menuju
anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepat dari katoda menuju anoda bila antara katoda
dan anoda diberi beda potensial yang cukup besar. Gerakan elektron yang berkecepatan
tinggi dihentikan oleh suatu bahan yang ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara
elektron dengan anoda ini menghasilkan sinar-X, pada tumbukan antara elektron dengan
sasaran akan ada energi yang hilang. Energi ini akan diserap oleh sasaran dan berubah
menjadi panas sehingga bahan sasaran akan mudah memuai. Untuk menghindarinya bahan
sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang biasa digunakan sebagai anoda adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
platina, wolfram, atau tungsten.Untuk menghasilkan energi sinar-X yang lebih besar,
tegangan yang diberikan ditingkatkan sehingga menghasilkan elektron dengan kecepatan
yang lebih tinggi. Dengan demikian energi kinetik yang dapat diubah menjadi sinar-X
juga lebih besar (Suryaningsih, 2015).
Sinar-X yang dihasilkan oleh tabung sinar-X mengenai dan menembus objek
yang dalam hal ini berupa organ tubuh manusia, kemudian mengenai penangkap citra
(detektor). Dari segi fisis, jaringan pada organ tubuh manusia mempunyai kerapatan
yang berbeda-beda, sehingga ketika sinar-X melewati suatu organ, akan mengalami
atenuasi yang berbeda-beda tergantung dari bagian yang dilewatinya. Perbedaan
atenuasi ini mengakibatkan perbedaan nilai intensitas yang ditangkap oleh detektor dan
perbedaan intensitas inilah yang divisualisasikan sebagai citra dari organ tersebut.
Detektor disini dapat menggunakan film, image intensifier ataupun flat panel (Suryaningsih,
2015).
Terdapat 2 pengaturan pada pesawat sinar-X yaitu pengaturan arus filamen (mA)
dan pengaturan tegangan antara anoda dan katoda (kV) . Pengaturan arus mA akan
menyebabkan perubahan jumlah elektron yang dihasilkan filamen dan intensitas berkas
elektron sehingga mempengaruhi intensitas sinar-X. Pengaturan tegangan (kV) akan
menyebabkan perubahan gaya tarik anoda terhadap elektron sehingga kecepatan elektron
menuju target akan berubah. Semakin besar mA akan menghasilkan intensitas sinar-X
yang semakin besar. Hal ini menyebabkan energi sinar-X dan intensitas sinar-X yang
dihasilkan akan mengalami perubahan. Semakin besar (kV) akan menghasilkan energi
dan intensitas sinar-X yang semakin besar. Kualitas radiografi adalah kemampuan
radiografi dalam memberikan informasi yang jelas mengenai objek yang diperiksa.
Kualitas radiografi ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu densitas dan
kontras. Gangguan pada citra, diantanya adalah blur, artefakdan noise. Suryaningsih
(2015).
2.4 Faktor Ekspose
Faktor ekspose yang mempengaruhi kontras resolusi sehingga dapat perbedaan
kontras dengan perbedaan yang sangat kecil pada citra CT Scan. Hal ini dipengaruhi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
oleh faktor ekspose yang meliputi tegangan tabung (kV), dan arus tabung (mAs). Salah
satu usaha dalam pengendalian Image noise pada gambaran CT Scan adalah dengan
melakukan pemilihan tegangan tabung yang tepat pada saat scanning dengan harapan
dapat memberikan kualitas hasil yang optimum dalam rangka menegakkan diagnosis.
Hal hal yang dapat mempengaruhi faktor ekspose antara lain :
a. Tegangan tabung (kV)
Sama seperti halnya radiografi konvesional, sumber radiasi pada ct-scan adalah sinar
X. Kilvoltage atau kV menentukan beda potensial/tengangan tabung anatara katoda dan
anoda yang menentukan kualitas daya tembus sinar-X yang dihasilkan. CT-Scan
beroperasi rentang tengangan tabung 80-140. Perubahan nilai kVp dapat mempengaruhi
daya tembus sinar-X, radiasi hambur, dosis pasien, dan terutama kontras gambar
(Bushong, 2001). Pemilihan tegangan direkomendasikan untuk menghasilkan resolusi
yang tinggi.
Sebagai dasar estimasi efek dari variasi perbedaan penggunaan tegangan tabung
pada pesawat CT Scan Siemen Emotion (Brindha, Subramanian dkk, 2006). Tegangan
tabung sinar-X menentukan besarnya energi sinar-X yang di emisikan oleh sinar x, dan
akan mempengaruhi besaran dosis dan kontras pada gambar. Tegangan yang lebih
rendah menghasilkan kontras yang tinggi dan tegangan yang lebih tinggi menghasilkan
kontras yang rendah. Semakin besar beda tegangan antara anoda dan katoda, elektron
akan semakin di percepat dan sinar-X yang di hasilkan memiliki energi rata-rata yang
lebih tinggi.
Dengan penambahan nilai kVp radiasi hambur yang sampai ke film akan
bertambah. Penambahan nilai kVp akan menurunkan kontras, dan ketika kontras rendah
maka latitude menjadi tinggi dan terdapat faktor kesalahan yang besar (Bushong, 2001).
Dengan bertambahnya kV, maka energi elektron akan bertambah sehingga kemampuan
menembus bahan juga bertambah.
b. Arus Tabung (mA)
Arus tabung dinyatakan dalam satuan mA (Milli ampere) menentukan kuantitas
sinar-X yang di hasilkan. Nilai mAberada pada rentang 20-580. Sehingga intensitas
sinar-X ( kontras detail) akan bertambah sesuai dengan peningkatan intensitas radiasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sinar-X. Oleh sebab itu kontras dapat diatur dengan mengubah mA. Pengaruh mA
terhadap gambaran sama dengan kV yaitu menaikan nilai mA akan menurunkan nilai
noise.
. Jika tegangan tabung sinar-X dan lamanya penyinaran tetap maka penambahan
mA akan berpengaruh pada banyaknya elektron yang mengalir pada tabung sinar-X,
sehingga semakin banyak sinar-X yang diproduksi jika waktu eksposi tetap. Hubungan
ini berbanding lurus dengan penambahan arus tabung. Ini berarti dengan penambahan
mA dengan waktu eksposi tetap akan berpengaruh terhadap penambahan kuantitas dan
dosis radiasi yang diterima pasien (Bushong, 2001).
Perubahan mA atau lamanya waktu penyinaran akan mempengaruhi intensitas
pada tiap tingkat energi dengan nilai berbanding lurus dengan perubahanya. Namun
pada hakikatnya perubahan ini tidak berpengaruh terhadap besarnya energi yang
dipancarkan (Carroll, 1985). Intensitas sinar-X ditentukan oleh jumlah elektron per
satuan waktu dari katoda ke anoda yang mencapai target dan dinamakan arus tabung.
Dengan meningkatkan arus tabung akan meningkatkan jumlah elektron yang
bertumbukkan ke anoda, sehingga sinar-X yang dihasilkan semakin banyak (Meredith,
1977).Ketika mAs ditingkatkan, kuantitas radiasi juga meningkat atau sebanding
(Bushong, 2001).
Menurut Bushong (2001), mA berpengaruh terhadap densitas. Kenaikkan mA
sebanding dengan kenaikan densitas gambar. Sedangkan Meredith (1977), menyatakan
teori bahwa mA mempengaruhi jumlah sinar-X yang menuju film. Jika semakin mA
maka semakin besar jumlah sinar-X yang menuju film, dengan demikian densitas film
semakin besar.
Hubungan ini dapat di perlihatkan dengan persamaan sebagai berikut:
I = mA . s ( 2 )
Dengan :
I = Intensitas sinar-X
mA = Kuat Arus
s = waktu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika tabung sinar-X diberikan tegangan tinggi, maka elektron akan bergerak dan
filamen yakni katoda (elektroda negatif) menuju ke target yakni anoda (elektroda
positif), dimana elektron tersebut akan memperoleh energi (E). Pengaruh arus tabung
terhadap gambaran sama dengan tegangan tabung yaitu menaikan nilai arus tabung akan
menurunkan nilai noise. Batas dosis aman d atur pada perka BAPETEN No.1 tahun
2003 tentang pedoman dosis pasien radiodiagnostik.
2.5 Radiografi Sinar-X
Radiografi sinar-X adalah ilmu yang mempelajari citra suatu objek yang
diradiasi dengan sinar-X. Bila sinar-X dilewatkan pada suatu objek, maka sebagian
radiasi yang ada akan diteruskan sehingga citra objek dapat direkam pada film. Satuan
yang biasa digunakan untuk penyinaran radiografi adalah Rontgen, disingkat R. Satu
Rontgen dapat diartikan sebagai sejumlah sinar-X agar menghasilkan ion-ion yang
membawa muatan satu statcoulomb tiap centimeter kubik diudara dengan suhu00C pada
tekanan 760 mmhg. Satu Rontgen dari radiasi foton mempunyai energi rata-rata antara
0.1 Mev sampai 3.0 Mev yang mampu menghasilkan dosis serap sebesar 0.96 rad.
Dengan demikian dapat dikatakan imenghasilkan dosis sebesar 1 rad. Jadi (Anonymous,
2012):
1R = rad (3)
Keluaran sistem generator sinar-X dipengaruhi oleh arus listrik, waktu
penyinaran, besarnya potensial dan jarak target. Secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan, menurut Suryaningsih,2015 :
K=𝑘𝑘(𝐼𝐼𝐼𝐼)(𝑉𝑉)^2𝑑𝑑^2
(4)
Dengan:
k = konstanta penyinaran
I = arus tabung
t = waktu penyinaran
V = Potensial tabung sinar-X
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d = jarak target terhadap sumber radiasi
Tegangan tabung (kV), arus (mA) dan waktu (t) mempengaruhi densitas
bayangan. Pemilihan Tegangan tabung (kV) yang terlalu rendah akan menyebabkan
penyinaran yang diberikan tidak mampu menghasilkan densitas pada film. Sedangkan
pemilihan Tegangan tabung (kV) yang terlalu tinggi akan menimbulkan gambar film
yang buruk sehingga informasi yang diperlukan hilang (kabur). Waktu penyinaran
digunakan untuk menentukan lamanya penyinaran. Hal ini terutama dimaksudkan untuk
mengurangi ketidak tajaman gambar yang dihasilkan di film karena gerakan objek yang
diambil. Dengan waktu penyinaran yang minimal dapat digunakan untuk mengontrol
densitas rata-rata bayangan. Bila waktu penyinaran yang dipilih ditingkatkan atau
diperbesar akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan di film menjadi kurang tajam.
Hal ini terjadi bila ada faktor gerakan dari objek yang diradiasi (Anonymous, 2012).
Interaksi sinar-X dengan materi akan terjadi bila sinar-X yang dipancarkan dari
tabung dikenakan pada suatu objek. Sinar-X yang terpancar merupakan panjang
gelombang elektromagnetik dengan energi yang cukup besar.
Gelombang elektromagnetik ini dinamakan foton. Foton ini tidak bermuatan
listrik dan merambat menurut garis lurus. Bila sinar-X mengenai suatu objek, akan
terjadi interaksi antara foton dengan atom-atom dengan objek tersebut. Interaksi ini
menyebabkan foton akan kehilangan energi yang dimiliki oleh foton. Besarnya energi
yang diserap tiap satuan massa dinyatakan sebagai satuan dosis serap, disingkat Gray.
Dalam jaringan tubuh manusia, dosis serap dapat diartikan sebagai adanya 1 joule energi
radiasi yang diserap 1 kg jaringan tubuh (BATAN).
`
2.5.1. Komponen Digital Radiasi
Adapun komponen digital radiasi adalah :
• X-ray Source adalah sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR
sama dengan sumber X-ray pada konvensional Radiography. Oleh karena itu, untuk
merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• Image Reseptor yaitu detektor berfungsi sebagai image receptor yang menggantikan
keberadaan kaset film. Ada dua tipe alat pelengkap gambar digital yaitu Flat Panel
Detectors (FPD) dan High Density Line Scan Solid State Detector.
a. Flat Panel Detector (FPD) adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah
panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPD dibedakan menjadi dua yaitu amorphous
silicon(a-Si) dan amorphous selenium (a-Se).
b. High Density Line Scan Solid State device adalah etector fosofor merekam
energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (Scan) oleh sebuah dioda laser
linier untuk mengeluarkan energi yang tersimpan kemudian dibaca oleh sebuah
penangkap gambar digital charge coupled deviced (CCD’s). Image data kemudian
ditransfer oleh radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menujuwork
stasion milik radiologi.
• Analog to digital Converteryang berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan
detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.
• Komputer, berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data
image dan menghubungkan dengan output device atau work station.
• Output Device yaitu Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk
menampilkan gambar. Melalui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau
tidaknya gambar untuk diteruskan kepadawork station radiolog. Selain monitor,
output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk
fisik (radiografi) ( Kusumawati, 2007).
2.6 Quality Assurance (QA) , Jaminan Mutu dan Quality Control (QC)
Jaminan mutu atau quality assurance merupakan suatu program yang termasuk di
dalamnya quality control, untuk proses perbaikan dengan memberikan informasi diagnostik
yang tepat untuk mengurangi paparan radiasi dan meningkatkan citra
radiodiagnostik dengan biaya serendah mungkin dan meminimalisasi suatu kesalahan dengan
membuat program kegiatan agar dapat mengukur kembaliuntuk menentukan apakah
peningkatan mutu telah tercapai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Program Quality Assurance (QA ) dalam radiologi diagnostik menurut Word
Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang tertata dengan baik oleh staf untuk
memastikan citra diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi sehingga dapat
memberikan informasi diagnostik yang memadai secara konsisten, yang didapat dengan
biaya dan paparan radiasi pasien seminimal mungkin. Dr. Heater Palmar (1983) dari
Universitas Howard mendefinisikan quality assurance adalah suatu proses pengukuran
mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk
meningkatkan penampilan yang diikutidengan pengukuran mutu kembali untuk
menentukan apakah peningkatan telah tercapai. Tujuan dari dibentuk nya quality
assurance dalam bidang radiologi yaitu untuk meberikan pelayanan yang berkualitas,
lebih efektif dan efesien, dengan diagnostik yang setinggi mungkin dan paparan radiasi
yang serendah – rendahnya serta biaya yang sewajarnya.
Dengan tercapainya tujuan dari QA dalam bidang radiologi maka diharapkan
pelayanan radiologi yang diberikan kepada pasien dapat terus ditingkatkan sehingga
dapat memberikan kepuasan kepaa pasien.
2.6.1 Quality Control (QA) dan Kendali Mutu
Menurut Vincent Gaspersz (2006 ), kendali mutu adalah teknik-teknik dan aktifitas
operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.Menurut Charlton (1992), kendali
mutu adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya dalam mengendalikan mutu.
Adapun tujuan dari kendali mutu adalah memberikan mutu (Provide Quality) yaitu dengan cara
memuaskan (xatisfactory), memadai dan cukup (adequate), dapat dipercaya (dependable), serta
ekonomis (economic). Pelayanan Radiologi harus senantiasa memantau dan mengevaluasi secara
periodik hasil pelayanan yang diselenggarakan, hal ini penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutu, cakupan dan efektifitas serta efisiensi pelayanan, meliputi:
• Evaluasi mutu pelayanan yaitu evaluasi mutu pelayanan dapat dilakukan secara intern di instalasi
radiologi maupun secara eksterna bersama disiplin ilmu lainnya.
• Evaluasi cakupan pelayanan yaitu evaluasi cakupan pelayanan dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana rujukan yang diterima oleh instalasi radiologi dan jumlah serta jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• Evaluasi Efektifitas dan Efisiensi Pelayanan yaitu evaluasi ini dilakukan dalam upaya mencapai
pelayanan radiologi yang makin maju.
2.6.2 Akurasi Tegangan (kV)
Tegangan tinggi (HV) dalam besaran kV akan berpengaruh pada daya tembus
sinar-X terhadap obyek. Dengan demikian juga akan berpengaruh pada pembentukan
gambar, karena dengan perubahan kV menyebabkan perubahan total pada intensitas berkas sinar-
X. Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan arus tabung (Suyanto, 2011). Dalam proses
pemotretan sinar-X, terdapat pengaturan jarak pemotretan yang meliputi, Jarak antara
fokus-film Focus Film Distance disingkat (FFD), disebut juga Source to Image Reseptor
Distance (SID) Jarak antara film-objek Film Object Distancedisingkat FOD)Jarak antara
obyek fokus (Object Focus Distance), disebut juga Source to Skin Distance (SSD)
Pengaturan jarak dapat dilakukan dengan menggerakan stand tabung menjauhi
atau mendekati obyek. Dengan cara menjahui atau mendekati obyek akan
mempengaruhi intensitas berkas sinar-X, sehingga akan berpengaruh pula pada
pembentukan gambar radiografi (Suyanto, 2011).
Tabel 2.1 Batas Toleransi Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.3 Komponen Tabung Sinar-X
MenurutBushong, 2008, dalam proses terjadinya sinar-X ada beberapa komponen tabung
sinar-X yang harus diperhatikan yaitu insert tube dan tube housing.
a) Tube Housing
Menurut Irawati, 2009, Dinding bagian luar tabung disebut rumah tabung,
terbuat dari metal. Bagian dalam dinding tersebut terbuat dari lapisan timbale (Pb).
Fungsi dinding ini adalah untuk menahan berkas sinar-X yang tidak searah dengan
window. Window berfungsi sebagai filter untuk menahan energi rendah radiasi sianr-X
sebagai tempat sumber daya (power source).
Menurut Bhusong, 2008, untuk jenis anoda putar terdapat terminal tegangan
tinggi, isolator terhadap tegangan tinggi, dapat dipasangkan secara tepat dengan
pelindung tabung (tube envelope), dapat dipasangkan peralatan kolimator dan berisi
minyak pendingin cooling oil untuk menyerap panas tinggi selama proses pembangkitan.
Rumah tabung juga dilengkapi sambungan kabel tegangan tinggi yaitu kabel dari HTT.
Menurut Suhartono, 2011, Rumah Tabung (Tube Housing), yang berfungsi
sebagai tempat untuk meletakkan insert tube didalamnya, yang terdiri dari:
a. Perisai Tabung (tube sield)
b. Minyak, diantara perisai tabung dengan insert tube, berfungsi sebagai isolator
tegangan tinggi, sekaligus pendingin tabung.
c. Window, yaitu celah dari perisai tabung, untuk keluarnya berkas sinar-X yang akan
digunakan
d. Filter, yaitu penyaring berkas sinar-X
• Insert Tube, didalam insert tube terdapat bagian-bagian yaitu tabung kaca
hampa udara, anoda dan katoda.
• Tabung kaca hampa udara, dinding insert tube ini terbuat dari gelas pyrex yang
berfungsi untuk menempatkan filamen dan target berada didalam ruangan
hampa udara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.4 Control Panel
a) kV (kiloVolt)
Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda
dan anoda didalam tabung Roentgen. kV atau Tegangan listrik akan menentukan
kualitas sinar-X dan daya tembus sinar-X, makin tinggi besaran tegangan listrik yang di
gunakan makin besar pula daya tembusnya.
Dalam menentukan tegangan listrik sebaiknya menggunakan tegangan optimal
yang mampu menghasilkan detail obyek tampak jelas. Hal-hal yang mempengaruhi
tegangan tabung adalah :
• Jenis pemotretan
• Ketebalan obyek
• Jarak pemotretan
• Perlengkapan yang digunakan
Efek yang terjadi sehubungan dengan kenaikan tegangan listrik (kV) adalah :
• Energi radiasi sinar-X akan meningkat, sehingga densitas pada film akan menigkat
• Mengurangi kontras obyek
• Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat meningkat
a. mA (milliAmpere)
Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan
digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung
seri dengan trafo filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R
nya untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin besar pilihan mA maka pilihan
tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil.
Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R paling besar.
Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan
transformator ini (EF) akan menentukan besarnya arus transformator filamen ini (IF),
semakin besar tegangan trafo filamen semakin besar pula arus yang mengalir pada trafo
filament,besarnya arus trafo filamen ini akan menentukan banyaknya elektron bebas
yang dihasilkan. EF besar --> IF besar --> elektron bebas banyak --> awan electron
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil karena dengan tahanan lebih
besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage
drop yang lebih besar.
V = I x R (5)
Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.
• Stand by Resistance yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen
tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga
filament tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dilengkapi yang
dilengkapi dengan kontaktor yang digerakkan oleh delay relay.Cara kerjanya adalah
sebagai berikut, pada saat main swith ON, filament tabung rontgen langsung
mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi melewati stand by resistant
sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer
bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan
kontaktor relay di stand by resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan
melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga
pemanasan filament pada tegangan normal.
• Filament limiter (mA limiter) yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus
filamen, maksudnya agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan
kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan tersebut
memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini akan lebih terasa
terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu focus besar dan
focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri. Untuk yang large
focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan
limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.
2.7 Kalibrasi
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology
(VIM) Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran
yang diukur dalam kondisi tertentu.
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau
indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga
kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta
kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam
celcius pada titik-titik tertentu di skala.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, memiliki lembaga metrologi nasional
(National metrology institute). Di Indonesia terdapat Pusat Penelitian Kalibrasi
Instrumentasi dan Metrologi (Puslit KIM LIPI) yang memiliki standar pengukuran
tertinggi (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan
bagi perangkat yang dikalibrasi. Puslit KIM LIPI juga mendukung infrastuktur metrologi
di suatu negara (dan, seringkali, negara lain) dengan membangun rantai pengukuran dari
standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat yang digunakan.
Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan "traceable uncertainity" untuk menentukan
tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan saksama dengan analisis ketidakpastian.
2.8 Pesawat x-ray mobile
Mobile X-ray unit adalah jenis pesawat rontgen yang mampu bergerak dan
mudah dipindahkan kemanapun karena memiliki roda dan tiang tabung yang bisa dilipat
sehingga sangat mungkin bisa dimasukkan ke dalam lift untuk dipindahkan. Yang harus
diutamakan dalam penggunaan pesawat rontgen mobile adalah pelindung radiasi.
Pesawat X-ray mobile adalah peralatan elektronik yang sifatnya dapat dipindah-
pindahkan (mobile) yang digunakan untuk mendeteksi berbagai objek seperti barang-
barang (bagasi) di bandara dan mendeteksi bagian dalam tubuh manusia
(penggunaan bidang kedokteran). Umumnya petugas operator X-ray sudah memperoleh
pelatihan untuk membedakan bahan organik yang dilarang seperti narkoba dan bahan
pembuat bom atau bukan. Pesawat X-ray Mobile menggunakan sinar X pada panjang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gelombang tertentu sehingga mampu menembus bahan-bahan dari bukan logam.
Pesawat tersebut dihubungkan dengan monitor sehingga benda- benda yang terdeteksi
terlihat oleh operator.
a) Pengertian X Ray Mobile
X ray mobile adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendiagnosa penyakit
padaorgan tubuh bagian dalam dengan bantuan sinar x dengan pembangkit tegangan
t i ngg i merupakan pengisian muatan pada kondensator, sehingga x ray ini dioperasikan
oleh baterai digunakan untuk tindakan radiography dari satu ruangan ke ruangan
lainnya.
Gambar 2.3 X-Ray Mobile
2.8.1 Bagian-bagian Mobile X-ray Unit
Penggunaan pesawat rontgen mobile diperlukan hanya untuk pasien yang sama
sekali tidak dapat dipindahkan dari ruang perawatan untuk melakukan rontgen.
Penggunaan pesawat rontgen mobile harus mendapatkan izin dari rumah sakit terkait.
Berikut adalah bagian-bagian dari mobile x-ray unit :
1. Tabung Sinar-X
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabung sinar-X merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-X. Di dalam
tabung sinar-X terdapat katoda dan anoda. Katoda adalah tempat elektron-elektron
dihasilkan. Katoda terbuat dari filamen tungsten. Anoda merupakan sasaran dari
elektron-elektron yang dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda disebut
bidang fokus (focal spot). Bagian ini adalah tempat terbentuknya sinar-x.
2. Kolimator
Kolimator adalah bagian yang membatasi jumlah sinar-x yang keluar sesuai
dengan luas dari objek yang dirontgen.
3. Lengan Penopang
Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat disesuikan
dengan posisi dan jarak objek yang akan dirontgen. Lengan penopang memiliki berbagai
gerakan.
4. Panel Operasi
Panel operasi adalah bagian untuk pengaturan tegangan tabung dan arus filamen.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut : Indikator standby, display kV, indikator
ready, tombol setting mAs, indikator X-ray, display mAs, indikator call service, tombol
lampu, tombol power, kunci kontak, tombol setting kV dan generator tegangan tinggi.
5. Generator Tegangan Tinggi
Generator tegangan tinggi adalah bagian yang mensuplai tegangan tinggi ke
tabungsinar-x.
6. Handswitch
Handswitch adalah saklar tangan yang digunakan untuk proses pembangkitan
sinar-x.
7. Pegangan kemudi
Pegangan Kemudi adalah pegangan yang digunakan saat memindahkan pesawat.
8. Box Kaset
Box kaset adalah tempat untuk meletakkan kaset saat pesawat dipindahkan.Ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan yang terkait dengan mobile x-ray unit, yaitu
sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Fungsi
Digunakan pada pasien yang tidak bisa diajak kerjasama, biasanya pasien ruangan
sehingga mengaharuskan radiographer membawa pesawat ini ke ruang pemeriksaan.
b. Kapasitas
Kapasitas rendah biasanya 100 mA bahkan ada yang 50-60 mA (Peraturan
BAPETEN kapasitas pesawat rontgen tidak boleh kurang dari 100 mA).
c. Tingkat keawetan
Kurang awet karena jarang menggunakan variasi mA dan sering mengalami
goncangan ketika pesawat harus dibawa menuju ruangan pasien yang akan diperiksa
sehingga itu sangat berisiko pada kerusakan tabung sinar-X. Hal ini mengharuskan
pesawat diberikan perawatan.
d. Proteksi radiasi
Proteksi radiasi kurang karena pemeriksaan tidak dilakukan di ruang radiologi
sehingga jika menggunakan pesawat ini radiographer minimal harus membawa 2 macam
alat proteksi radiasi, misalnya apron dan shielding.
2.8.2 Perawatan Pesawat
Perawatannya cukup sederhana yaitu sebelum digunakan, pendingin ruangan
dinyalakan agar suhu udara sesuai dengan standar pengoperasian pesawat yaitu 20°C
kemudian pesawat dinyalakan beberapa menit untuk mengetahui ada tidaknya
kerusakan. Lakukan prosedur pemeriksaan pada pasien sesuai standar. Selain itu, setiap
tahun pesawat harus dilakukan kalibrasi. Tujuannya adalah untuk menghindari
terjadinya kecelakaan radiasi baik pada pasien maupun pada peugas. Kalibrasi pesawat
dilakukan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8.3 Tujuan Perawatan Pesawat
• Memastikan pesawat dalam keadaan baik sehingga pesawat selalu siap ketika akan
digunakan.
• Mendeteksi adanya kerusakan sebelum pesawat digunakan sehingga dapat
meminimalkan kecelakaan radiasi akibat kerusakan alat.
• Memperpanjang umur pesawat.
2.8.4 Dasar-dasar Pesawat Rontgen
• Tegangan line
Tegangan line adalah tegangan atau catu daya yang mensupply suatu
alat/pesawat agar alat tersebut dapat berfungsi. Tegangan Line dapat berupa tegangan
AC maupun DC. Tegangan Line AC pada umunya diperoleh dari tegangan PLN.
• Line Voltage Compensator.
Line Voltage Compensator (LVC) sering disebut juga Line Selector. LVC ini
berada pada rangkaian awal dari power supply sebuah pesawat rontgen. Tujuan LVC ini
adalah mengatur agar tegangan yang masuk ke pesawat Rontgen sesuai dengan tegangan
yang dibutuhkan oleh pesawat itu sendiri. Terkadang tegangan supply yang dari PLN
nilainya dapat kurang atau lebih dari standar, maka LVC ini mengaturnya agar sesuai
yang akan dikomsumsi pesawat tersebut. Line Selector pada umumnya diatur secara
manual oleh operatornya.
• Auto Trafo (Automatic Transformer).
Auto trafo bentuknya hampir sama dengan yang biasa, namun pada trafo ini
jarang dijumpai adanya lilitan primer maupun sekundernya yang terpisah, lilitannya
hanya lilitan tunggal yang terlilit pada inti besi, namun terdapat beberapa terminal
pengaturan tegangan output.
• Transformator.
Transformtor biasa disebut dengan kata trafo, gunannya adalah untuk menaikkan
atau menurunkan tegangan AC. Pada hakekatnya trafo terdiri dari teras atau lempengan
besi lunak yang disusun rapat ilitan primer dan lilitan sekunder. Lilitan primer adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gulungan /lilitan kawat tembaga yang dialiri arus / tegangan yang masuk (input),
sedangkan lilitan sekunder adalah gulungan kawat tembaga yang mempunyai tegangan
output setelah inputnya diberi tegangan. Kenaikkan/penurunan tegangan output
sebanding dengan perbandingan jumlah lilitan pada primer maupn sekunder.
• Tabung sinar x
Jenis tabung x dibedakan 2 jenis yaitu : Tabung rontgen degan anoda putar
(Rotating anode) dan tabung rontgen dengan anoda diam (Stationary anode). Beberapa
bagian yang terdapat pada tabung rontgen antara lain : Katoda, Anoda, Rotor (berada
diluar insert tube), Stator, Target (piring anoda terbuat dari wolfram), Tangkai
Molybdenum, Rumah tabung (tube housing, Expansion diaphragma, Tombol pengaman
(safety switch), Tube windows( jendela tanung), Minyak pemdingin (olie trafo).
• Katoda
Merupakan tempat filamen yang terbuat dari kawat tungsten yang mempunyai
titik lebur tinggi. Pada filamen terjadi emisi elektron akibat pemanasan filamen. Emisi
elektron artinya terlepasnya elektron dari atom-atom bahan filamen tersebut (atom
Wolfram) oleh karena panas yang terjadi pada filamen. Banyaknya elektron bebas dapat
terjadi pada permukaan filamen tergantung pada pengaturan tegangan yang masuk ke
filamen diatur melalui pengaturan tahanan (Rheostat). Disamping mempunyai kutub
negatif, filamen juga dilengkapi alat pemusat elektron (focusing cup) pada ujung
filamen.
• Anoda
Merupakan sasaran (target) yang akan ditembaki oleh elektron, dilengkapi
dengan bidang focus (focal spot). Permukaan anoda membentuk sudut dengan
kemiringan 45 derajat. Kemiringan ini untuk mendapatkan focus efektif agar sinar x
yang keluar dari tabung dapat terarah. Bahan anoda terbuat dari wolfram/tungsten, dg
nomor atom 74 dan mempunyai titik lebur 3360 derajat Celcius, mempunyai keuntungan
sebagai penghantar panas yang baik. Anoda ini juga berfungsi/merangkap sebagi kutub
positif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• Tube Housing
Dinding bagian luar tabungdisebut rumah tabung ,erbuat dari metal, bagian
dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb), Fungsi dinding ini agar dapat menekan radiasi
yang tidak dibutuhkan. Rumah tabung juga dilengkapi sambungan kabel tegangan tinggi
yaitu kabel dari HTT. Tombol (safety switch dan Expansion diaphragma) Pada beberapa
tabung dilengkapi juga dengan alat pengaman terhadap panas yang berlebihan yang
mungkin terjadi didalam tabung akibat proses pembangkitan sinar X tersebut. Alat
pangaman ini disebut safety switch denganmemmanfaatkan alat membran yang terdapat
pada expansion chamber).
• Windows (jendela tabung)
Pada bagian dimana sinar dapat keluar disebut poet (window) ditutup dngan
bahan yang terbuat dari kaca atau mika/plastik/acrylic yang fungsinya disamping dapat
melewatkan sinar X, juga dapat menahan minyak trafo yang ada didalam tabung agar
tidak dapat keluar.
• Dinding tabung
Tabung insert ini terbuat dari gelas pyrex yang berfungsi untuk menempatkan
filamen dan target berada didalam ruangan hampa udara. Keadaan hampa udara ini
berfungsi agar elektron didalam tabung dapatdikendalikan, Tabung kaca yang tinggi
kevakumannya ini terendam dalam minyak trfao. Minyak ini berfungsi sebagai bahan
isolasi tegangan tinggi dan juga sebagai pendingin tabung rontgen.
• Rotor
Berfungsi agar anoda dapat berputar sampai 8000-9000 rpm. Keuntungan denga
anoda putar antara lain pendinginan dpt lebih sempurna, target elektron dapat berganti-
ganti sehingga bisa awet.
• Filter tabung sinar-X.
Pada jendela tabung Rontgen ditempatkan / dipasang filter sinar x
Ada 2 macam filter, yaitu : Inhernt filter dan Additional filter:
Inherent Filter.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Merupakan bahan-bahan yang dilalui sinar x setelah keluar dari target.
Inherent filter terdiri dari gelas/kaca (tabung sinar x, minyak trafo, acrylic jendela
tabung, seluruhnya setara dengan ketebalan dari 0,5 – 1,0 mm aluminium.
Additional Filter (filter tambahan).
Untuk setiap pesawat perlu mendapat tambahan filter yakni 1,5 mm – 2,0 mm
ketebalan aluminium yang gunanya untuk dapat menahan sinar-x yang mempunyai
panjang gelombang tertentu. Untuk itu ada ketentuan-ketentuan (tabel tertentu) didalam
penggunaan filter tambahan ini sesuai dengan besarnya KV yang digunakan.
Tabung Rontgen
Tabung rontgen bila digunakan harus mempergunakan alat yang dapat
mengarahkan dan membatasi lapangan penyinaran berupa collimator yang dapat diatur
besar/kecilnya luas bidang pemaparan.Persyaratan tabung sinar-X:
1) Terbuat dari Metalic dan pada bagian dalamnya dilapisi dengan timah hitam/timbal
sehingga tahan panas terhadap sinar-x (x-ray proof)
2) Dinding tabung tahan akan goncangan (shock proof)
3) Harus mempunyai bahan isolasi (minyak trafo) dan tahan terhadap tegangan tinggi.
4) Pada tabung terdapat socket yang berhubungan dengan ujung kabel tegangan tinggi
untuk anoda dan katoda.
5) Mampu menerima panas (Anoda heat storage capacity).
Kerusakan-kerusakan pada tabung:
Kerusakan pada tabung gelas (glass envelope).
1) Tabung gelas berubah warna, hal ini disebabkan pemakain yang lama, permukaan
anoda (anoda) menipis akibat pemanasan filamen dan penumgukan elektron.
2) Tabung gelas pecah, karenatabung terbentur waktu digunakan terutama pada
pesawat yang dapat dipindahkan (mobile).
3) Tabung gelas retak sehingga tabung tidak hampa udara lagi/kevakuman udara
berkurang karena kemasukan udara (gassy).
Kerusakan pada Filamen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1) Kawat pijar filamen putus, disebabkan terjadinya pemanasan yang berlebihan akibat
terlalu lama menekan saklar ready atau pemanasan pendahuluan arus pada filamen
terlalu besar.
2) Kemungkina putus juga dapat diakibatkan karena lamanya waktu expose terlalu
berlebihan dari waktu yang diperkenankan.
Kerusakan pada anoda.
1) Permukaan anoda (target/ pada type stationary anode) sudah tidak rata lagi,
sehingga sinar-x yang dihasilkan tidak dapat focus lagi.
2) Anoda tidak dapat berputas (pada type otating anode) kerna gulungan stator dan
atau elektromotornya rusak.
• mA Selector ( pemilih mA)
Pada awal pengoperasian pesawat Rontgen hendaknya nilai dari satuan mA, KV
diatur pada posisi minimum, terutama pada mA selektor sebaiknya pada posisi minimum
dulu, hal ini dimaksdudkan agar filamen tidak mendapat arus secara tiba-tiba dengan
nilai tinggi, sehingga filamen tidak cepat putus.
• kV Selector
Output pada Autotrafo menentukan besarnya tegangan tinggi yang dihasilkan
(karena output autotrafo diberikan pada input HTT).
• Space Charge Convensator.
Apabila tegangan anoda naik, intensitas dari medan listrik antara anoda dan
katoda akan naik pula dan banyak elektron-elektron lewat dalam muatan ruang, hal ini
mengakibatkan muatan ruang akan berkurang. Agar muatan ruang tadi sesuai dengan
besarnya arus filamen atau dengan kata lain sesuai dengan harga arus tabung yang
dikehendaki, maka dibuat rangkaian space charge compensation. Tujuannya agar
walaupun tegangan antara anoda kita naikan atau turunkan, arus tabung tidak ikut naik
atau turun. Jadi arus taung sesuai dengan harga mA selector.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• Timer.
Timer berfungsi sebagai pewaktu (pengatur lamanya waktu) dalam melakukan
expose (pemaparan) sinar-x. Timer dapat digunakan untuk pemeriksaan radiografy
maupun fluoroscopy.
1) Timer Mekanik.
Lamanya pemaparan dapat dicapai dengan waktu terpendek 0,25 detik. Timer ini
bekerja secara mekanik dan biasanya dipakai pada pesawat Rontgen diagnostik yang
berkapasitas rendah antara 10 mA – 50 mA.
2) Timer Elektromotor.
Mengunakan motor shyncron sebagai penggerak untuk menghuungkan dan
memutuskan arus. Waktu terpendek biasanya dicapai 0,02 detik. Timer jenis ini
digunakan pada pesawat dengankapasitas 100 mA – 500 mA.
3) Timer Elektronik.
Pada perkembangannya timer elektronik sudah memakai kemasan chips dalam
integrasi (IC), waktu terpendek 0,003 detik. Timer jenis ini digunakan pada pesawat
rontgen radiodiagnostik dan radiotherapy karena pengaturannya fleksibel.
• Spot Film Device.
Spot film merupakan suatu wadah/tempat untuk meletakkan kaset film rontgen
yang digunakan pada pemeriksaan fluoroscopy (pada saat dibutuhkan pendokumentasian
pada saat pemeriksaan tsb).
• Grid.
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeleminasi radiasi hambur agar tidak
sampai ke film rontgen. Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tips timbal yang disusun
tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi (plastik, bakelit).
• Collimator
Kolimator dipasang pada unit tabung sinar x. Kolimator digunakan untuk
mengatur luas bidang penyinaran yang dukehendaki. Sebelum dilakukan penyinaran luas
bidang yang dikenai sinar x dapat diketahui, yaitu denga melihat luas bidang yang dapat
dikenai oleh cahaya lampu yang keluar dari kolimator.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kolimator juga dilengkapi dengan lubang tempat dipasang dan dibukanya filter
tambahan sesuai dengan kebutuhan untuk mengatur kualitas sinar X.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Rontgen Fauzi Medan
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian
Adapun Peralatan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah
a. Alat yang diperlukan
Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X 100 mA/ 100kV
Keterangan gambar:
1. Tabung sinar-x
2. Kolimator
3. Lengan penopang
4. Handswitch
5. Panel control
6. Pegangan kemudi
7. Bok kaset
8. Generator tegangan tinggi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3.2 kV meter
Gambar 3.3 Stopawatch
b. Bahan yang diperlukan
1. Pesawat Mobile
3.3 Spesifikasi Pesawat Mobile yang di gunakan dalam penelitian
Adapun spesifikasi Pesawat Mobile yang di gunakan ialah sebagai berikut:
Merk : MEDITRONIC
Type : MX-100 HF MOVX
Input : 230 Volt
kV : 100
mA : 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Prosedur Penelitian
1) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian.
2) Hubungkan ’steker’ ke ’stop kontak’ pada dinding dan putar ’kunci kontak’ pada
modus radiografi kemudian tekan tombol power pada posisi ON. Indikator
radiografi pada panel operasi akan menyala dan set up akan berjalan otomatis. Jika
sistem telah siap dioperasikan indikator standby pada panel operasi akan berkedip-
kedip.
3) Mengatur tengangan tabung (kV) dan perkalian arus dan waktu ekposi (mAs)
dengan menekan tombol setting kV dan mAs pada panel operasi.
4) Uji fungsi yaitu menguji teganga tinggi (kV) dengan cara:
• Atur arus tabung pada posisi 100 mA
• Atur posisi kV secara bervariasi 50 kV, 60 kV, 70 kV, 80 kV, 90kV .
• Letakan Alat Ukur kV meter pada bidang X-Ray
5) Mengatur medan radiasi yaitu dengan menekan tombol lampu pada panel operasi
atau pada kolimator kemudian putar knob untuk mengatur luas objek yang akan
diradiasi.
6) Tekan tombol preparation radiography pada handswitch. Setelah sekitar satu detik
indikator ready pada panel operasi akan menyala dan buzzer akan berbunyi. Tekan
tombol exposure pada handswitch untuk membangkitkan sinar-x. Indikator x-ray
pada panel operasi akan menyala selama sinar-x dibangkitkan. Buzzer akan
berbunyi ketika pembangkitan sinar-x selesai.
7) Lakukan expose dan amati hasil pada di luar ambang batas ±10% dari expouse kV
yang di setting dan jika nilai diluar ambang batas ±10% dari kV yang di setting,
maka kV perlu di setting kembali
8) Melakukan kembali langkah 2 sampai dengan langkah 7 untuk kV Selanjudnya
9) Pengujian mA dengan Alat Ukur mA sama dengan pengujian kV
10) Pengujian waktu expose
11) Matikan power suplai yaitu dengan menekan tombol power pada posisi OFF. Semua
indikator pada panel operasi akan mati. Posisikan pesawat pada tempat yang aman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5 Flow Chart Penelitian / Diagram Alir
Adapun diagram alir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
mulai
Persiapan Alat, Bahan dan objek
Sinar- x
Hasil
Faktor Ekspose< 50kV > 90kV
selesai
Pengaturan
Faktor Ekspose
Analisa
ya
Tidak
Gambar 3.4 Flow Chart Penelitian / Diagram Alir
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan di Klinik Fauzi Medan Meliputi
Kondsi Faktor Ekspose meliputi kV,mA, s, terhadap Radiografi setelah dilakukan
Adjustment Kalibrasi Pesawat Mobile.. Dengan pengaturan Faktor ekspose sehingga
dapat dibedakan perbedaan densitas yang sangat kecil. Adapun hasil yang diperoleh
dengan variasi Faktor ekspose dengan perubahan.
4.1.1 Pengukuran kV
Pada pengukuran kV dengan menggakan alat kV meter yang diletakan dibawah
kolimator dengan FFD 90cm, maka pengaturan kV panel control sama dengan hasil
pengukuran kV meter dan tidak melebihi 10% dari batas ambang. Hal ini dapat dilihat
pada tabel pengukuran kV dibawah ini :
Tabel 4.1. Pengukuran kV
N
o
kV Setting Eksposi volt Output kV
Rata-Rata 1 2 3
1 50 52,01 51,87 52,06 51,98
2 60 61,69 61,82 61,87 61,79
3 70 71,60 71,61 71,56 71,59
4 80 82,66 82,50 82,64 82,6
5 90 92,83 92,84 92,84 92,83
Berdasarkan tabel diatas perbandingan antara pengaturan tegangan tabung di
control panel dengan keluaran tabung dapat hasil pengukuran kV, dapa dilihat pada
grafik sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Antara Pengaturan kV dengan Keluaran kV
Dari hasil pengujian pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan kV meter
grafik Perbandingan Antara Pengaturan kV dari hasil nilai rata-rata keluaran tegangan
tabung menunjukkan adanya perbedaan antara besar tegangan tabung yang diatur di
control panel dengan nilai keluaran tegangan tabung yang terukur pada dari masing-
masing nilai tegangan tabung yang diukur. Hal ini terlihat pada pengukuran 50 kV, 60
kV, 70 kV, 80 kV, dan 90 kV menunjukkan keluaran tegangan tabung yang relatif
meningkat dengan yang diatur pada control panel. Penyimpangan bisa terjadi karena
adanya gangguan pada jaringan listrik dan tidak terdeteksi secara kasat mata, yaitu
terjadinya fluktuasi tegangan naik turun. Hal ini menunjukan bahwa penyimpangan
dengan kV keluaran tegangan tinggi pada pesawat sinar – X memenuhi standar.
Hasil selisih tegangan tabung yang diatur dengan keluaran tegangan tabung pada
pesawat sinar-X mobile dengan menggunakan alat ukur kV meter adalah sebagai
berikut :
0102030405060708090
100
50 60 70 80 90
kVou
t
kV setting
PERBANDINGAN ANTARA PENGATURAN KV DENGAN KELUARAN KV
kV Setting
Output kV
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.2 Selisih Tegangan
N
o
kV Setting Output kV Rata-rata (volt) Selisih Tegangan (volt)
1 50 51,98 1,98
2 60 61,79 1,79
3 70 71,59 1,59
4 80 82,6 2,6
5 90 92,83 2,83
Setelah nilai rata-rata dan selisuh tegangan tabung dihitung, maka dilanjudkan dengan
menghitung nilai persentase penyimpangan Setiap tegangan tabung pada pesawat sinar-
X mobile dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
% =𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆s𝑆𝑆ℎ𝐼𝐼𝑆𝑆𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡
𝐼𝐼𝑆𝑆𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑑𝑑𝑆𝑆𝑟𝑟𝐼𝐼𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟𝑑𝑑𝑟𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝐼𝐼𝑟𝑟𝑡𝑡𝑆𝑆𝑡𝑡𝑟𝑟𝑡𝑡𝑆𝑆𝑆𝑆𝑋𝑋100%
Tabel. 4.3 Penyimpangan Tegangan
N
o
kV Setting Output kV rata-
rata ( volt)
Selisih Tegangan
(volt)
%
Penyimpangan kV
1 50 51,98 1,98 3,96 %
2 60 61,79 1,79 2,98%
3 70 71,59 1,59 2,27%
4 80 82,6 2,6 3,25%
5 90 92,83 2,83 3,14 %
Berdasarkan table di atas diketahui penyimpangan pada 50 kV sebesar 3,96 %,
60 kV sebesar 2,98 %, 70 kV sebesar 2,27 %, 80 kV sebesar 3,25 %, 90 kV .
Penyimpangan terbesar 3,96 % pada tegangan 50 kV dan Penyimpangan yang terkecil
2,27% pada tegangan 70 kV. Dari pengaturan tegangan tabung terendah hingga yang
tertinggi, ada kecenderungan kenaikan dan penurunan penyimpangan keluaran tegangan
tabung. Namun dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa penyimpangan keluaran
tegangan tabung yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X tersebut dari 50 kV- 90 kV masih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam batas toleransi penyimpangan yang diizinkan yaitu sebesar ±10%, melebihi dari
batas toleransi yang telah ditentukan. Penyebab ketidaksesuaian antara keluaran sinar-X
dengan faktor eskposi yang diatur pada control panel biasanya dikarenakan kondisi
instrumental internal pada pesawat sinar-X itu sendiri, seperti bergesernya pengaturan
tegangan tabung, arus tabung dan waktu eksposi secara mekanis yaitu ada
ketidaksesuaian anatara pengaturan tegangan tabung, arus tabung dan waktu eksposi
pada control panel dengan output yang dihasilkan karena dimungkinkan tombol
pengaturan tegangan tabung, arus tabung, waktu eksposi pada control panel tersebut
telah rusak dan terjadinya fluktuasi. Serta faktor yang lain, kondisi tabung sinar-X yang
seharusnya hampa udara tetapi terisi udara, sehingga terjadi gesekan yang
mengakibatkan energi foton berkurang.
Dari analisa yang telah dilakukan ditemukan nilai lebih dari ambang batas (tidak
melebihi ±10 % eror) namun untuk memastikan kelayakan alat tersebut maka
Adjustment akan tetap dikaukan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini akhirnya dapat disimpulkan bahwa :
1) Daya tembus pesawat sinar – X dipengaruhi oleh pengaturan tegangan tinggi (kV)
yaitu pada daya tembus sinar-X terhadap objek, pembentukan gambar, dan intisitas
berkas sinar-X.
2) pesawat sinar – X Sebelum digunakan perlu dilakukan uji kesesuaian dan
Adjusment, Supaya memenuhi persyaratan keselamayan radiasi.
3) Dari hasil uji penyimpangan terbesar 3,96 % pada tenggangan 50 kV dan
penyimpangan terkecil 2,27 % pada tegangan 70 kV. fungsi pesawat sinar – X layak
digunakan karena hasilnya masih dalam toleransi yang berlaku yaitu ±10%.
5.2 Saran
1) Perlu dilakukan perawatan yang rutin terhadap pesawat sinar-X mobile untuk
mengoptimalkan. Kinerja dari pesawat sinar-X tersebut sehingga penggunaan
pesawat sinar-X tersebut lebih lama.
2) Sebaiknya pengujian dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali pada saat
kalibrasi dilakukan oleh Badan Pengawas Fasilitas Kesehatan (BPFK) agar kondisi
keluaran kV bisa diketahui dan bisa dilakukan perbaikan apabila tejadi kerusakan
atau malfungsi, serta perlu dilakukan pengujian terhadap pengukuran arus tabung
(mA) dan waktu eksposi (s).
3) Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara kerja untuk
mengetahui perbedaan antar alat yang layak pakai dan yang harus di kalibrasi ulang.
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ISO/IEC Guide 17526, 2005, Vocabulary of Internasional Metrology (VIM). General Electric, 2007. Industri Radiography. [online]. Tersedia : http:// www Gemsc.com/download/x-ray/Geit 30158EN_ Industri Radiography. Abidin Zaenal, Kalibrasi Kv Pesawat sinar-X Rigaku 250EG-S3 dengan metode Chart Standar. Yokyakart 50236. Bushong, S. C. 2008. Radiologic Science For Technologist, Ninth Edition. Canada: Mosby Co.
Hadi, Wira. 2013.QA/QC Peralatan Sinar-x Konvensional Diagnostik Radiologi. Artikel sumber: http://khazanahradiografer.blogspot.com/2012_02_01_archive.html
http://erafransiska.blogspot.co.id/2014/01/pesawat-rontgen.html,7:5 februari 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA