evaluasi radiografi

16
EVALUASI RADIOGRAFI Penembakan sinar X dilakukan pada saat fase akhir inspirasi, saat paru-paru terisi penuh. Radiografi yang diambil saat akhir ekspirasi akan menunjukkan opasitas paru-paru yang menyamai keadaan patologis. Gambaran inspirasi dan ekspirasi mengevaluasi perubahan dinamis paru-paru dan trakhea. Gambaran akhir ekspirasi digunakan untuk diagnosa sejumlah kecil cairan atau udara di pleura dan identifikasi fibrosa pulmonum dengan membandingkan tingkat perluasan gambaran inspirasi dan ekspirasi. Evaluasi radiografi thorak memiliki tiga sidut pandang, paling sedikit dua ragiografi: -Right lateral dan DV untuk melihat kondisi jantung -Right lateral dan VD untuk patologi paru-paru -Left lateral, right lateral dan VD untuk metastasis di paru- paru. Sudut pandang lateral: right dan left lateral perlu diperoleh. Jika terbatas pada salah satu posisi lateral, right lateral lebih bagus karena gambar diafragma lebih jelas pada lapangan paru-paru caudodorsal, posisi jantung lebih konsisten, perincian jantung lebih baik dan identifikasi limfonodul lebih mudah. Teknik lateral recumbency: Posisikan hewan di right atau left lateral recumbency. Tarik ke depan kaki depan untuk menghindari superimposition dari otot triceps di atas lobus cranial paru-paru. Penguluran perlahan kepala dan leher untuk menghindari variasi posisi dari trachea. Sternum dan vertebrae harus setingkat satu sama lain. Pusat sinar pada aspek bagian caudal dari skapula dan dua pertiga bawah dari bagian dada. Sudut pandang dorsoventral dan ventrodorsal: jarang dibutuhkan tapi memiliki keuntungan dan kerugian. DV terlihat

Upload: wijaya-kusuma-maheru

Post on 25-Sep-2015

80 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

a,sdaad

TRANSCRIPT

EVALUASI RADIOGRAFI

Penembakan sinar X dilakukan pada saat fase akhir inspirasi, saat paru-paru terisi penuh. Radiografi yang diambil saat akhir ekspirasi akan menunjukkan opasitas paru-paru yang menyamai keadaan patologis. Gambaran inspirasi dan ekspirasi mengevaluasi perubahan dinamis paru-paru dan trakhea. Gambaran akhir ekspirasi digunakan untuk diagnosa sejumlah kecil cairan atau udara di pleura dan identifikasi fibrosa pulmonum dengan membandingkan tingkat perluasan gambaran inspirasi dan ekspirasi. Evaluasi radiografi thorak memiliki tiga sidut pandang, paling sedikit dua ragiografi:-Right lateral dan DV untuk melihat kondisi jantung-Right lateral dan VD untuk patologi paru-paru-Left lateral, right lateral dan VD untuk metastasis di paru-paru.

Sudut pandang lateral: right dan left lateral perlu diperoleh. Jika terbatas pada salah satu posisi lateral, right lateral lebih bagus karena gambar diafragma lebih jelas pada lapangan paru-paru caudodorsal, posisi jantung lebih konsisten, perincian jantung lebih baik dan identifikasi limfonodul lebih mudah.

Teknik lateral recumbency: Posisikan hewan di right atau left lateral recumbency. Tarik ke depan kaki depan untuk menghindari superimposition dari otot triceps di atas lobus cranial paru-paru. Penguluran perlahan kepala dan leher untuk menghindari variasi posisi dari trachea. Sternum dan vertebrae harus setingkat satu sama lain. Pusat sinar pada aspek bagian caudal dari skapula dan dua pertiga bawah dari bagian dada.Sudut pandang dorsoventral dan ventrodorsal: jarang dibutuhkan tapi memiliki keuntungan dan kerugian. DV terlihat bayangan hitam jantung untuk tampilan standar dan terlihat pembuluh darah di bagian caudal pulmonary dan mudah mengenali penyakit jantung. VD berguna untuk evaluasi parenchyma pulmonary dan mudah mengenali penyakit pernapasan.

Teknik DV: Posisikan hewan di sternal recumbency dengan elbow menyentuh dada dan kaki belakang difleksorkan dan menghasilkan posisi bungkuk. Sternum dan vertebrae ditumpukkan lurus. Leher diulur perlahan. Pusat sinar pada di antara scapula bagian caudal.Teknik VD: Posisikan hewan di dorsal recumbency. Tarik kaki depan maju dan posisi kaki katak. Sternum dan vertebrae ditumpukkan lurus. Pusat sinar pada pusat sternum.Pneumonia pada Anjing Sunday, November 14, 2010

PNEUMONIAPneumonia merupakan suatu keradangan dari parenkimal paru-paru yang biasanya diikuti dengan keradangan bronkhiolus dan pleura (Nelson & Couto, 1998). Secara patologis radang paru-paru banyak ditemukan bersamaan dengan kasus radang bronchus, hingga terjadi bronchopneumonia. Apabila bronchitisnya tidak berat dalam pemeriksaan klinis gejala-gejala radang bronchus tersebut terselubung oleh gejala-gejala radang paru-paru (Subronto, 1995).

ETIOLOGIRadang paru-paru dapat disebabkan oleh berbagai agen etiologi. Faktor lingkungan dan cara pemeliharan hewan seperti tempat yang lembab, ventilasi udara yang jelek dan anak-anak yang tidak mendapatkan cukup kolostrum merupakan faktor yang mendukung terjadinya radang paru-paru (Subronto, 1995). Pneumonia secara umum dibagi berdasarkan penyebabnya: Pneumonia karena fungal, biasanya jamur Coccidioidomycosis immitis, Cryptococcus neoformans atau fungi lain yang sebagian sulit untuk diobati. Pneumonia karena virus (biasanya merupakan akibat dari virus distemper pada anjing atau komplikasi infeksi saluran pernafasan bagian atas pada kucing). Pneumonia karena parasit, secara langsung oleh cacing paru-paru atau dari migrasi cacing ke paru-paru. Pneumonia karena bakterial. Banyak bakteri yang menginfeksi paru-paru. Bakteri yang umum dapat diisolasi dari kasus infeksi bakteri anjing dan kucing adalah: Pasteurella spp, Klebsiella spp, Sterptococcus spp, Bordetella bronchiseptica, dll. Pneumonia karena alergi, akibat dari masuknya benda asing oleh sel radang pada kejadian infeksi (Brooks, 2006).Organisme anaerobic dapat pula berperan dalam infeksi campuran, khususnya pada hewan yang menderita pneumonia aspirasi dengan pengerasan lobus paru-paru. Micoplasma dapat pula diisolasi dari anjing dan kucing yang menderita pneumonia tapi patogeneisnya belum diketahui (Nelson & Couto, 1998).

PATOGENESISPada umumnya radang paru-paru yang disebabkan oleh agen fisis maupun kimiawi terjadi secara inhalasi, sedang derajat radang yang ditimbulkan tergantung pada luas bagian organ yang terkena, sifat fisis dan kimiawi penyebabnya, maupun jumlah agen yang terserap (Subronto, 1995).Pada kasus pneumonia yang disebabkan bakteri, bakteri akan berkolonisasi pada jalan nafas, alveolus atau jaringan interstitial. Infeksi yang terbatas pada saluran nafas dan jaringan peribronchial disebut infeksi bakterial bronchitis, namun ketika ketiga jaringan tersebut yang terinfeksi maka penyakit tersebut yang disebut infeksi bakterial bronchopneumonia. Bakteri yang masuk melalui jalan nafas yang akan menyebabkan bronchopneumonia, umumnya menginfeksi pada daerah lobus kranial dibanding daerah lobus ventral. Sedangkan bakteri yang masuk melalui rute hematogenus, umumnya menyebabkan pneumonia pada daerah kaudal lobus yang merupakan pola yang difus dan terkait jaringan interstitial (Nelson and Couto, 1998).

GEJALA KLINISPada awalnya radang paru-paru akan didahului dengan gejala hiperemia pulmonum, yang selanjutnya akan diikuti dengan gejala dispnoe, respirasi yang bersifat frekuen serta bersifat abdominal. Gejala respirasi yang terlihat antara lain batuk yang mula-mula bersifat kering dan lama kelamaan akan berubah menjadi basah dan pendek-pendek. Adanya leleran hidung yang baru dapat diamati setelah proses berlangsung beberapa hari. Suhu tubuh pada keadaan akut akan meningkat, namun tidak semua radang paru-paru akan diikuti dengan kenaikan suhu tubuh. Dapat terjadi dehidrasi yang tercermin dari penurunan turgor kulit dan juga keringnya cermin hidung.. Tanda gejala sistemik meliputi lethargi, anoreksia, dan kekurusan. Pada pemeriksaan auskultasi daerah paru-paru akan terdengar berbagai suara abnormal, suara ronchi dan respirasi yang terengah-engah dapat ditemukan (Nelson and Couto, 1998; Subronto, 1995).

DIAGNOSAPneumonia didiagnosa berdasarkan gejala klinis, Complete Blood Count (CBC), pemeriksaan radiologi thorak. Penentuan diagnosa didasarkan atas gejala-gejala, dilengkapi dengan pemeriksaan secara auskultasi, perkusi dan rontgen. Pneumonia yang disebabkan karena bakteri menunjukkan leukositosis neutrofilia disertasi left shift, analisis dari cairan trakhea dan isolasi mikrobiologi (Subronto, 1995).

TERAPIPengobatan ditujukan untuk meniadakan penyebab radang karena infeksi kuman perlu diberikan antibiotik, antimikrobial, sulfonamid yang diberikan sedikitnya selama tiga hari berturut-turut. bronchodilatator digunakan untuk hewan yang mengalami kesulitan bernafas. Obat-obat yang sifatnya mendukung misalnya ekspektotansia dan kardio-analeptika (Subronto, 1995).

AMOXYCILLINAmoksisillin merupakan antibiotik spektrum luas. Antibiotik ini bersifat bakteriosidal dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri yaitu menghambat transpeptidasi rangkaian reaksi sel bakteri kemudian terjadi lisis dinding sel akibat tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi. Efektif melawan Hemophilus, E. Coli, Proteus, Shigella, Salmonella, Streptococcus faecalis, S. Pyogenes, S. Viridans, dan Clostridium perferingens (Rossof, 1994). Absorpsi amoksisillin di saluran cerna lebih baik daripada ampisillin. Penyerapan ampisillin terhambat oleh adanya makanan dalam lambung, sedangkan amoksisillin tidak. Absorpsi amoksisillin secara peroral sekitar 65-78% sedangkan pada ampicillin hanya 49%. Kadar puncak dalam plasma 6,75 g/ml dengan waktu paruh eliminasi sekitar 1-1 jam. Sekitar 20% obat ini terikat pada protein plasma (Ganiswarna, 2001). DELLADRYLSetiap 1 ml Delladryl mengandung Diphenhidramin HCL 10 mg. Diphenhidramin HCL merupakan antihistamin (AH1). Diphenhidramin HCL bekerja secara kompetitif dengan menghambat interaksi histamin dengan reseptor histamin H1. Selain sebagai antihistamin juga mempunyai efek sedativa, antikolinergik, antitusif dan antiemetika (Plumb, 1999). Penggunaan Delladryl akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, macam-macam otot polos, permeabilitas kapiler, reaksi anafilaksis dan alergi serta kelenjar eksokrin. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6 jam (Ganiswarna, 2001). Metabolismenya terjadi di hepar dan kemudian akan diekskresikan lewat urin. Efek samping penggunaannya meliputi depresi SPP berupa letargi/somnolen, mulut kering, retensi urin, performa kerja terganggu, diare, vomitus, dan anoreksia (Plumb, 1999). Diphenhidramine HCL lebih poten daripada antazoline, onset kerja cepat, dan durasi aksinya lebih lama. Dosis pada hewan kecil adalah 1 mg/kg (Brander et al, 1991).

KALVIDOGKalvidog merupakan tablet multivitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh anjing.Yang terkandung dalam vitamin ini ialah vitamin A, vitamin D, vitamin E,: tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, asam folat dan sianokobalamin (vitamin B12), kalsiun, fosfor, magnesium, zat besi, zat tembaga, D-sorbitol dan omega-6.Vitamin A penting untuk pertumbuhan epitel (fungsi pertumbuhan), melindungi mukosa dari keratinisasi (fungsi pelidung epitel), menigkatkan daya tahan mukosa terhadap infeksi dengan menutup epitel (Fungsi anti infeksi), merupakan komponen rodopsin untuk proses melihat. Vitamin D membantu absorbsi ion kalsium dari usus, meningkatkan reabsorpsi ion kalsium dalam ginjal dan dengan demikian meninggikan kadar kalsium dalam darah. Vitamin E bekerja pada metabolisme antara pada proses oksidasi-reduksi dan sebagai penangkap radikal, menghambat pembentukan peroksida oleh asam lemak tak jenuh tinggi pada lipid membran serta menghambat oksidasi zat tubuh lainnya. Thiamin HCl mempunyai peranan penting dalam metabolisme saraf, sangat efektif terhadap defisiensi yang berhubungan dengan gangguan sistem susunan saraf, disamping pada defisiensi, tiamin juga dipergunakan pada neuralgia. Pyridoksin HCl adalah ko-enzim yang terlibat dalam proses metabolisme protein dan asam-asam amino, antara lain pada pengubahan triptofan menjadi serotonin. Juga mempunyai peranan agak ringan pada metabolisme karbohidrat dan lemak, sangat efektif untuk pengobatan hyperemis pada waktu kehamilan, gagguan pada susunan saraf pusat serta gangguan pada kulit.Cyanokobalamine memegang peranan penting pada pembentukan asam inti (nukleat) DNA dan RNA serta pembelahan sel. Maka kekurangan vitamin ini pertama-tama nyata pada sistem pembentukan sel-sel darah (hemapoesis), yaitu sebagai anemi megaloblaster dengan kelainan-kelainan di saluran pencernaan, mempunyai khasiat anabolik dan merupakan faktor intrinsik yang aktif dalam pembentukan haemoglobin. Niasin memegang peranan penting dalam mencegah penyakit pelagra atau penyakit lidah hitam pada hewan. Dalam tubuh asam pantotenat membentuk ko-enzim A yang sangat penting dalam metabolisme (Brander, 1991; Plumb, 1998).

TRIVEXANTrivexan tablet 250 mg mengandung 2 jenis antelmentik dalam satu kemasan yaitu Mebendazole 150 mg dan Pyrantel pamoate 100 mg. Obat ini efektif untuk pengobatan Oxyuriasis, Ascariasis, Ancylostomiasis, Trichuriasis, Strongyloidiasis dan Taeniasis. Mebendazole merupakan anthelmentik yang paling luas spektrumnya. Mebendazole berbentuk bubuk putih kekuningan, tidak larut air. Efek Mebendazole akan menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini menghambat uptake glukosa secara irreversible sehingga terjadi pengosongan glikogen pada cacing dan mati perlahan-lahan. Mebendazole tidak menyebabkan efek toksik sistemik karena absorbsi di usus yang buruk,sehingga aman diberikan pada penderita anemia dan dehidrasi (Ganiswara, 1995). Dosis yang digunakan 22 mg/kg BB (Bradley,1982).Pneumonia ManagementThese three chest radiographs are from the same patient as he recovered from distemper associated pneumonia. This dog ultimately fully recovered and is living a normal life.

The dark branching of lines represent airways surrounded by lung tissue completely filled with pus and fluid. The branched lines are called air bronchograms and show lung areas that are completely unable to participate in oxygenation/gas exchange.

Notice how the same area of lung looks more mottled rather than solid white. The white areas are locations where the lungs are still full of pus and fluid, while the darker areas contain air.

The white spots are becoming smaller and the dark areas are more pervasive. This indicates more lung containing air and less lung containing pus and fluid (in other words, improvement).

Most people know that pneumonia is a lung infection. In fact, pneumonia is not a specific term and essentially means "lung inflammation of some sort." Pneumonia is a separate condition from bronchitis, which is inflamed airwaysin the lung, but these two conditions commonly go together to create what is called bronchopneumonia. Pneumonia is an inflammation in deep lung tissues where oxygen is absorbed into the body and waste gases are removed. It has potential to be life-threatening regardless of its cause. Usually there is an infection at the root but not necessarily.Pneumonia is commonly classified by its original cause: Fungal pneumonia - caused by a fungus, typically Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans or other fungi that are particularly difficult to treat. Viral pneumonia - usually the result of canine distemper virus infection, canine influenza virus, or a complicated feline upper respiratory infection. Parasitic pneumonia - from lungworms or from the migration of other worms through the lung. Bacterial pneumonia - often secondary to severe kennel cough, particularly in young puppies that have been shipped long distances; aspiration as from megaesophagus; or secondary to either cause. Allergic pneumonia - the result of extreme infiltration of the lung by inflammatory cellsin the absence of infection.In most cases of pneumonia there is a bacterial component. This means that no matter what started the pneumonia, bacteria have joined in adding their own pus, fever, and potential for disaster; in most cases, management of the bacteria is vital. This article centers on the management of bacterial pneumonia.When to Suspect PneumoniaThe diagnosis of pneumonia hinges on the chest radiograph but knowing when to take chest radiographs (x-rays)can be tricky. The veterinarian must put together findings from the history, physical examination, and possibly response to initial therapies to decide if radiographs should be checked. Coughing puppies from the pet store or shelter may have a simple kennel cough (a minor bronchitis) but they are high risk for distemper infection. Coughing dogs or cats with a fever, listlessness, or appetite loss should definitely be radiographed for pneumonia; though many patients with pneumonia will not have fevers and some will still be deceptively active. Coughing dogs with a history of megaesophagus or with a history of symptoms typical of megaesophagus should be radiographed for pneumonia. Kittens with severe upper respiratory infections who do not respond to the usual management should be radiographed for pneumonia. Coughing is thehallmark symptom, though certainly not all or even most coughing pets have pneumonia. Bacterial pneumonia does not just happen; it is virtually always caused by something else, so some kind of diagnostics will likely be needed to determine what led to the bacterial pneumonia if it is not readily apparent.TreatmentThe pneumonia patient may be in one of three states: Stable: in other words, eating well and active despite a nasty cough. These patients can often be treated at home. Unstable: poor appetite, inactive, in need of hospitalization. Critical: unable to get enough oxygen into their systems. These patients require oxygen therapy and possibly 24-hour care.The goal is to get the patient stable enough for home treatment as several weeks are needed to fully clear pneumonia. When the patient is eating well, he may be discharged with antibiotic pills, a regimen of physical therapy, and a schedule for re-check radiographs (usually weekly).The hospitalized patient has the following needs.Intravenous fluid therapyCoughing may be annoying but it is therapeutic and, when it comes to pneumonia, we want to encourage it, not suppress it. Coughing brings up the pus, mucus, and inflammatory cell products that make our patient sick. If the secretions of the lung are allowed to dry up, the patient will never be able to cough them up. For this reason, IV fluids must be maintained to keep our patient hydrated and keep the respiratory secretions wet.Antibiotic therapyAntibiotics are given to kill the bacteria, but which antibiotics shouldbe chosen? We need something that will penetrate into the pus and mucus, which many antibiotics cannot do. Often a four-quadrant approach is used thatcovers bacteria classified as Gram negative and Gram positive as well as those classified as aerobic and anaerobic. This typically involvestwo antibiotics used in combination to synergize one another and covers almost every possible bacterial organism.Alternatively, the lungs may be cultured via a procedure called a tracheal wash. This process involves light sedationthat the patient must be stable enough to withstand. Sample fluid from deep in the lung can be retrieved for culture. A culture identifies the organism and provides a list of antibioticsthat can kill it.If the patient is sick enough for hospitalization, antibiotics are typically given as injections so as to maximize absorption into the body.Nebulization

This is a nebulizer. Many models are available and they are even priced low enough for home use.

A nebulizer is used to treat aspiration pneumonia. Photo courtesy of Dr. Kathy Morris-Stilwell.

Nebulization is similar to vaporization and involves a piece of equipment called a nebulizer. The nebulizer creates a mist of fine fluid droplets that can be combined with antibiotics or airway dilators. Unlike vaporized droplets, though, these droplets are small enough to penetrate down into the lung. (Vaporizers make larger droplets that mostly penetrate to the sinuses only. They are used to moisten upper airway secretions while nebulizers moisten lower airway secretions.) Antibiotics can be carried in nebulized saline or water, providing an additional source of moisture and antibiotic for the sick lung and deeply treating the infection.Physical TherapyA technique called coupage is helpful at mobilizing respiratory secretions. The therapists hand is cupped and gently but rapidly taps the patients chest wall repeatedly. This loosens some of the deeper secretions and helps them move into airways. Material in the airway generates coughing which removes these materials from the body. Coupage should be performed at least four times daily and should be continued at home as long as the patient has a cough.Penyakit Radang Saluran Pernafasan Pada Anjing (Pneumonia Interstitialis) A.PENYEBABPeunomonia Interstitialis/Penyakit radang saluran pernafasan adalah penyakit yang menyebabkan seekor anjing kehilangan keganasannya, hal ini dikarena penyakit tersebut menyebabkan suara gonggongan yang galak hilang. Radang paru-paru (pneumonia) merupakan radang parenkim yang dapat berlangsung baik akut maupun kronik ditandai dengan batuk, suara abnormal pada waktu auskultasi, dyspnoe dan kenaikan suhu tubuh. Radang ini disebabkan oleh berbagai agen etiologi, radang yang disebabkan bakteri terkadang menyebabkan terjadinya toksemia.Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi virus, bakteri, jamur, dan larva cacing. Faktor-faktor yang juga dapat berpengaruh atas terjadinya radang paru-paru misalnya: kandang yang lembab, berdebu, ventilasi udara yang jelek (Subronto, 1995).Virus canine distemper, Adenovirus tipe 2, Parainfluenza tipe 2danCanine herpesvirus 1dapat menyebabkan lesi pada saluran udara dan mengakibatkan pneumonia dan merupakan predisposisi infeksi bakterial pada paru-paru. Agen bakteri seperti:Bordetella bronchiseptika, Streptococcus sp., Pasteurella multocida, E. coli, Mycobacterium tuberculosis dan Mycoplasma sp, biasanya selalu menyebabkan bronchopneumonia dan bentuk lain pneumonia seperti multifokal nekrosis atau pneumonia granulomatosa berhubungan dengan penyebaran secara hematogenous ke paru-paru. Pneumonia mikotika pada anjing sering disebabkan olehBlastomyces dermatidis, Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Pneumocytis cariniidanCryptococcus neoformans. Pneumonia verminosa pada anjing, biasanya disebabkan oleh migrasi larva cacingToxocara canis, Ancylostoma caninumdanStrongloides stercoralis.B.PATOGENESISAgen-agen infeksi memasuki jaringan paru-paru secara inhalasi (aerogen), hematogen dan limfogen. Adanya keradangan paru-paru menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terganggu. Hipoksia yang terjadi diikuti dengan kompensasi berupa peningkatan frekuensi nafas dan intensitas pernafasan yang secara reflektoris terjadi karena adanya rangsangan terhadap reseptor oleh kelebihan CO2. Karena adanya rasa sakit karena terjadi proses keradangan, inspirasi tidak dapat dilakukan dengan leluasa, hingga pernafasan jadi cepat dan dangkal. Karena adanya hiperemi jaringan paru-paru akan mengalami pemadatan dan konsolidasi kepekaan yang meningkat pada selaput lendir pernafasaan menyebabkan jaringan tersebut menjadi peka terhadap rangsangan ringan, misalnya karena udara pernafasan, hingga terjadinya batuk. Oleh karena adanya eksudat didalam saluran pernafasan akan terdengar suara bronchi basah waktu auskultasi. Konsolidasi paru-paru dan eksudat menyebabkan suara vesikuler yang normal menjadi hilang. Perubahan struktur dan kosistensi paru-paru dapat diamati dengan jalan perkusi atau auskultasi.Infeksi secara hematogen dan limfogen menyebabkan terbentuknya fokus-fokus radang yang tepatnya tersebar pada berbagai lobus paru-paru. Infeksi yang disebabkan oleh kuman pada stadium lanjut akan disertai gejala toksemia, sel-sel mengalami keracunan, hingga mekanisme perlawanan terhadap agen infeksi juga menurun. (Subronto, 1995).C.GEJALA KLINISGejala yang terlihat pada infeksi paru-paru adalah dyspnoe (kesulitan bernafas) terutama pada saat menarik nafas. Nafas menjadi cepat dan dangkal. Anjing kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup karena jaringan paru-paru terisi oleh cairan, sehingga menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi. Lidah, gusi dan bibir mungkin terlihat kebiruan atau abu-abu (cyanosis) sebagai indikator kurangnya oksigen dalam darah. Menurut Subronto (1995) tidak semua proses keradangan diikuti dengan kenaikan suhu tubuh. Kenaikan suhu tubuh pada umumnya tidak dijumpai pada pneumonia yang berlangsung secara kronik, selain itu pneumonia verminosa juga tidak biasa diikuti dengan kenaikan suhu tubuh. Pada pneumonia, anjing terlihat depresi, anoreksia, dehidrasi dan tidak mampu berdiri atau bergerak. Batuk kering, batuk yang dalam dan serak yang merupakan ciri dari pneumonia mungkin akan terdengar. Kadang-kadang sekresi yang berlebihan, berbau busuk dapat menyebabkan timbulnya leleran pada hidung dan mulut hewan yang sakit. Hewan yang menderita pneumonia yang sangat akan menjulurkan kepala dan mengaduksikan sikunya karena kekurangan udara. Jika daerah ang mengalami konsolidasi luas maka akan tampak pada pemeriksaan secara perkusi (pekak) diatas daerah tersebut. Pada auskultasi suara pernafasan bronchial mungkin terdengar dan mungkin juga bronchovesikuler pada tepi daerah konsolidasi. Membrana mukosa dan konjungtiva kemerahan dan terjadi vasa injeksi. Leleran mukus sampai mukopurulen dari mata sering terlihat.

D.DIAGNOSAPenentuan diagnosa didasarkan atas gejala klinis, pemeriksaan auskultasi dan perkusi, pemeriksaan rontgen (Subronto, 1995). Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan respon imun hewan dan uji sensitivitas. Analisa pada leleran hidung penting untuk diagnosa pada infeksi bakteri. Pneumonia yang disebabkan oleh virus biasanya menyebabkan peningkatan temperatur tubuh awal (40-41C). Pada pemerksaan tinja akan ditemukan telur-telur cacing, yang mungkin mempunyai kaitan dengan proses radang paru-paru, karena larva cacing dalam perjalanannya dapat pula mengakibatkan radang paru-paru (Subronto, 1995).E.PENGOBATANHewan harus ditempatkan pada lingkungan yang kering, tidak lembab dan hangat, hewan diisolasi (Subronto,1995). Pengobatan ditujukan untuk meniadakan penyebab radang, obat-obat antibiotik dan obat sifatnya mendukung, misalnya ekspektoransia dan terapi supportif.Lakukan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin agar anjing anda terhindar dari penyakit radang saluran pernafasan.