komunikasi persuasif
DESCRIPTION
Materi Komunikasi Persuasif dalam AuditTRANSCRIPT
KOMUNIKASI PERSUASIF
A. PENGERTIAN KOMUNIASI PERSUASIF
1. Komunikasi Efektif
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup
manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita
tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan
kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang
disampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi
yang efektif adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta integritas pribadi
yang kuat.
Dalam proses komunikasi semua pesan atau informasi yang dikirim akan diterima dengan
berbagai perbedaan oleh penerima pesan/informasi, baik karena perbedaan latar belakang,
persepsi, budaya maupun hal lainnya. Untuk itu, suatu pesan atau informasi yang disampaikan
hendaknya memenuhi 7 syarat atau dikenal juga dengan 7 C, yaitu :
a. Completeness (Lengkap)
Suatu pesan atau informasi dapat dikatakan lengkap, bila berisi semua materi yang
diperlukan agar penerima pesan dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan harapan
pengirimpesan
b. Conciseness (Singkat)
Suatu pesan dikatakan concise bila dapat mengutarakan gagasannya dalam jumlah
kata sekecil mungkin (singkat, padat tetapi jelas) tanpa mengurangi makna, namun tetap
menonjolkan gagasannya.
c. Consideration (Pertimbangan)
Penyampaian pesan, hendaknya menerapkan empati dengan mempertimbangkan dan
mengutamakan penerima pesan.
d. Concreteness (konkrit)
Penyampaian pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang gambalang, pasti
dan jelas.
e. Clarity (Kejelasan)
1
Pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah
diinterpretasikan serta memilik makna yang jelas.
f. Courtessy (Kesopanan)
Pesan disampaikan dengan gaya bahasa dan nada yang sopan, akan memupuk
hubungan baik dalam komunikas ibisnis.
g. Correctness (ketelitian)
Pesan hendaknya dibuat dengan teliti, dan menggunakan tata bahasa, tanda baca dan
ejaan dengan benar (formal atau resmi).
2. Komunikasi Empatik
Komunikasi yang menunjukkan adanya saling pengertian antara komunikator dengan
komunikan. Komunikasi ini menciptakan interaksi yang membuat satu pihak memahami
sudut pandang pihak lainnya. Misal auditor dalam memerlukan informasi dari auditee
menyampaikan keperluannya dalam proses audit sehubungan dengan penyelesaian tugas.
Auditan memahami kebutuhan auditor akan informasi tersebut dan menyediakan informasi
yang diperlukan. Dalam kondisi ini auditan telah bersikap empatik terhadap kebutuhan
auditor. Komunikasi empatik dapat menghapus salah persepsi auditan atas tujuan audit.
Auditan sering mempersepsikan pekerjaan audit sebagai pekerjaan cari-cari kesalahan. Jika
auditor berhasil mengembangkan komunikasi empatik, maka diharapkan auditan dapat
memahami bahwa tujuan utama dari audit adalah agar auditan dapat menyelesaikan tanggung
jawabnya secara lebih efektif. Sikap berikut dapat dikembangkan oleh auditor:
a. Ketertarikan terhadap sudut pandang komunikan
b. Sikap sabar untuk tidak memotong pembicaraan
c. Sikap tenang meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat
d. Bersikap bebas prasangka atau tidak evaluatif kecuali jika sangat diperlukan
e. Sikap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran
f. Sikap penuh pengertian
3. Komuniksi Persuasif
Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasio. Kata kerjanya
adalah persuadere, yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Agar komunikasi
2
persuasi itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang
matang”. (Effendy, 2004: 21-22). Menurut Jalaluddin Rakhmat “komunikasi persuasi adalah
proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan 5 manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.”
(Rakhmat,1998: 102).
Komunikasi persuasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
a. Mempengaruhi Sikap
Yakni sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan tanggapan mengenai
sesuatu yang baik atau menyenangkan dan sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hal
sesuatu yang disukai ataupun bukan.
b. Mempengaruhi Kepercayaan
Yaitu bagaimana mempengaruhi suatu cara orang menerima struktur realitas sebagai
hal yang benar dan hal yang salah
c. Mempengaruhi Nilai
Bagaimana mempengaruhi konsep yang telah kuat melekat pada diri seseorang
mengenai apa itu yang benar dan yang salah
d. Mempengaruhi Tingkah Laku
Pada ahkirnya tujuan dari komunikasi persuasi ini adalah mempengaruhi kelakuan
seseorang. Kelakuan di sini diartikan sebagai tindakan seseorang dalam mengambil
sebuah keputusan. Yakni seorang komunikator memiliki kontrol atas keputusan yang
diambil oleh target sasarannya dengan cara bujukan. (Beebe, 1997: 15)
Menurut Carl I Hovland, seperti dikutip Robert S. Fieldman, persuasi untuk merubah
sikap pendengar komponen-komponennya adalah (Fieldman, 1998: 393) :
a. Sumber yang Menyampaikan Pesan (The Message Source)
Yang menjadi faktor penentu dalam diri komunikator disebut dengan keahlian
komunikator, dan apakah komunikator disukai atau tidak oleh komunikan menjadi faktor
terbesar kedua sebagai penentu.
b. Penyampaian Pesan dalam Komunikasi
3
Yaitu pesan-pesan tertentu yang berisi sejumlah tipe informasi untuk mempengaruhi
kegiatan persuasi. Penggunaan argumentasi yang kuat dan valid ini dapat mendukung
persuasi
c. Target dari Persuasi
Yaitu bagaimanakah pesan tersebut dilihat dari sisi mana, tergantung pula dalam hal
pengulangan pesan serta target terhadap pendengar
d. Rasa Takut
Yaitu pesan yang didesain untuk mengubah sikap dengan menghasilkan rasa takut
akan mengakibatkan pendengar menerima pesan tersebut dan mengikuti anjuran dari
komunikator.
Everett M. Rogers, setelah meninjau banyak penelitian komunikasi, ia membedakan
antara kondisi homophily dan heterophili. Pada kondisi yang pertama, komunikator dan
komunikan merasakan ada kesamaan status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan
kepercayaan. Pada kondisi kedua, terdapat perbedaan status sosial ekonomi, pendidikan,
sikap, dan kepercayaan antara komunikator dan komunikan. Komunikasi akan lebih efektif
pada kondisi homophily daripada kondisi heterophily. (Rakhmat, 1998: 262).
Onong U. Effendy (1986: 28-31) menyebutkan lima teknik komunikasi persuasif, yaitu :
a. Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkan pada
suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.
b. Teknik Integrasi
Teknik integrasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan diri dengan
komunikan, dalam arti kata menyatukan diri antara komunikator dan komunikan secara
komunikatif. Ini berarti lewat kata-kata verbal dan nonverbal komunikator
menggambarkan dirinya sebagai “senasib” dan karenanya menjadi satu dengan
komunikan.
c. Teknik Pay off and Fear Arousing (Ganjaran)
Teknik pay off and fear arousing adalah rewarding yaitu mengiming-imingi hal yang
menguntukan atau memberi harapan atau sebaliknya dengan jalan punishment yaitu
menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi yang buruk.
4
d. Teknik Icing
Teknik icing adalah teknik menata pesan komunikasi dengan emotional appeal
sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik. Komunikator sama sekali
tidak membuat cacat fakta informasi yang telah dihiasi agar menarik. Faktanya tetap utuh,
tidak dilebih-lebihkan, apalagi dikurangi. Komunikator mempertaruhkan derajat
pribadinya sebagai source of credibility.
e. Teknik Red-Herring
Teknik red-herring adalah cara komunikator dalam mengelakan argumentasi yang
lemah, untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke segi, aspek, atau topik
yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan.
Berikut ini adalah beberapa taktik komunikasi persuasi menurut Larson (Larson,1998:
299-305) :
a. Bahasa Kiasan atau Metafora
Memperkaya gaya komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk
komunikasi yang patut pada waktu yang tepat. Dengan menggunakan metafora dan bahasa
kiasan dapat membantu komunikan memiliki gambaran pada satu poin. Komunikan dapat
mengikat informasi dalam stuktur metafora dan mengingat informasi dengan hasil yang
lebih baik.
Aliterasi ataupun asonan juga dapat menghidupkan gaya bicara. Aliterasi merupakan
perulangan suara konsonan, sedangkan asonan merupakan perulangan suara huruf hidup.
Pilihan kata-kata yang hidup dan bersemangat dapat menangkap perhatian komunikan.
b. Pemilihan Kosakata
Seseorang yang ingin membuat percakapannya lebih hidup, menyala, lebih dramatis,
atau lebih jenaka, perlu untuk menilik ulang atau meninjau ulang kosakata dari pidatonya.
Hal ini dapat membantu di dalam pemilihan kata-kata, selayaknya hal ini dapat membantu
seseorang dalam mendapatkan perhatian dan pertemanan dengan pendengar.
c. Menggunakan Kata Seekonomis Mungkin
Mengusahakan untuk meringkas kata seekonomis mungkin juga merupakan hal yang
penting. Seringkali kalimat yang to the point adalah yang paling efektif.
d. Pencitraan/ Imagery
5
Penggunaan bahasa untuk menggambarkan stimuli disebut imagery (pencitraan).
Seseorang dapat bercerita begitu rupa sehingga pendengar seakan-akan ikut melihat
(visual imagery), mendengar (auditory imagery), mengecap (gustatory imagery), mencium
(olfactory imagery), menyentuh, menggerakkan otot (kinesthetic imagery), atau
merasakan mual di dalam tubuh mereka (organic imagery) (Rakhmat, 1994: 111) 10
e. Humor
Penggunaan humor yang efektif di dalam persuasi merupakan modal gaya bahasa yang
jelas. Seorang komunikator dapat mengembangkan contoh lelucon, pembandingan,
anekdot, dan cerita.
f. Kontak Mata
Kebanyakan orang percaya bahwa seseorang tidak dapat berbohong ketika melihat
mata lawan bicara secara tegak. Seorang komunikator akan lebih bisa dipercaya jika dapat
menjaga kontak mata dengan komunikan.
g. Teknik Ya dan Ya
Taktik umum yang biasa digunakan di dalam pemasaran dan pekerjaan lain yang
memerlukan komunikasi persuasi adalah teknik yang disebut “teknik ya dan ya”.
Komunikator berusaha untuk mendapatkan lawan bicaranya menjawab ya atas apa yang
diminta. Untuk mendapatkan persetujuan komunikan atas banyak bujukan, komunikator
biasanya akan mengatakan ya pada kata kunci dan permintaan ahkir.
h. Jangan tanyakan apakah, tanyakan yang mana
Adalah lebih mudah untuk membuat pilihan diantara dua alternatif, daripada banyak
alternatif. Teknik ini merupakan strategi dibalik persuasi “Jangan tanyakan apakah,
tanyakan yang mana”.
i. Ask more, so they settle for less
Teknik ini melibatkan pengaturan sebuah harga atau level komitmen di pikiran calon
pembeli yang lebih tinggi dari kesanggupan mereka untuk membayarnya. Ketika
penjualnya menurunkan harganya, calon pembeli akan merasa mendapatkan harga
penawaran yang spesial. Hari ini, banyak para pedagang eceran diduga menggunakan
teknik ini. Tak ada seorangpun yang membayar pada harga aslinya saat ini, karena
harganya telah “diturunkan”.
6
j. Mendapatkan sebuah IOU
Juga disebut sebagai swap atau trade-off tactic, teknik ini mencoba untuk membuat
komunikan sasaran merasa berhutang sesuatu pada diri komunikator. Sebagai contoh agen
asuransi meluangkan beberapa jam untuk melakukan analisis aset dan hutang pada
prospeknya. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa 11
B. PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PELAKSANAAN AUDIT
1. Membangun Komunikasi Persuasif
Tujuan komunikasi persuasif untuk membuat komunikan memberikan umpan balik sesuai
dengan keinginan auditor. Perubahan sifat akibat paparan informasi dari pihak-pihak lain.
Dalam audit komunikasi persuasif dilakukan untuk:
a. Membantu kelancaran audit
b. Mendorong auditee melaksanakan rekomendasi
Agar komunikasi persuasif terjadi maka auditor perlu mengembangkan komunikasi efektif
dan empatik dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kejelasan penyampaian pesan: memperhatikan keselarasan elemen-elemen
komunikasi dan meminimalkan hambatan komunikasi
b. Pemahaman sudut pandang dan keinginan komunikan: Agar komunikan dapat
bertindak sesuai dengan harapan auditor maka perlu dibangun komunikasi empatik
terlebih dahulu untuk mengetahui sudut pandang komunikan dan keinginan auditee.
Seorang internal auditor harus berinteraksi dengan siapapun mulai dari resepsionis hingga
petugas pencatat penerimaan pada shift ketiga. Terkadang seorang auditor menyelesaikan
semua prosedur audit bersama dengan kontak utama mereka dalam menyediakan informasi
(manajemen, Kepala keuangan, pejabat teknis, dsb), namun belum juga mendapat pemahaman
atas inti permasalahan. Pengujian audit terbaik terkadang justru berasal dari pihak-pihak yang
cenderung kurang diperhatikan oleh auditor karena peranan atau jabatannya dinilai sangat
minor dalam proses bisnis. Auditor sering kali dijauhkan dari kontak-kontak yang memiliki
informasi sumber, seperti hal-hal berikut:
a. Manajemen membatasi pengujian auditor pada fasilitas tertentu, mungkin dengan
berasalan keselamatan.
b. Orang yang bersangkutan sedang sibuk, tidak sedang di tempat, atau sedang liburan.
7
c. Manajemen mengarahkan lokasi pengujian jauh dari kegiatan bisnis.
Jika auditor harus memecahkan dinding penghalang yang menghambat berkomunikasi
dengan sumber informasi dengan catatan tidak merusak hubungan dengan kontak utama.
Sangat penting untuk dipahami bahwa tak seorangpun yang memahami bisnis lebih baik
daripada mereka yang terlibat secara langsung proses bisnis tersebut dari awal hingga akhir
kerja. Secara sederhana, auditor saling berbicara dengan pengendali teknis dan manajer untuk
memberikan pemahaman yang sama tanpa menyertakan detail atau ketepatan informasi yang
sedang digali. Manajer cenderung berkali-kali mengatakan proses bisnis idealnya yang terjadi
sesuai dengan prosedur bukan bagaimana kenyataan yang terjadi.
Membangun hubungan yang baik dengan auditee menjadi titik kritis kesuksesan, hal ini
dapat dilaksanakan dengan beberapa cara berikut:
a. Pelajari proses bisnis terlebih dahulu sebelum berbicara dengan manajemen/pemilik
bisnis
Sangat penting bagi auditor memahami informasi yang akan dibicarakan dengan
manajemen untuk mengungkapkan tujuan dan lingkup audit. Auditor yang tidak
memahami proses bisnis dapat berakibat penolakan tujuan audit karena perbedaan
persepsi.
b. Coba bertemu dengan kontak audit utama sebelum membicarakan masalah audit
Jika memungkinkan rencanakan pertemuan dengan auditee untuk membicarakan hal-
hal yang bersifat umum untuk membangun relationship dan kriteria penilaian terhadap
lawan bicara. Auditor dapat menilai pribadi auditee sehingga perilaku dan reaksi seperti
apakah yang boleh ditunjukkan selama proses audit. Jika auditee memberikan sikap yang
berbeda terhadap prosedur audit atau tiba-tiba menjadi curiga maka auditor perlu
memahami lebih dalam terhadap perubahan tersebut.
c. Jangan terlalu over confident atau arogan
Satu hal yang paling mendasar adalah orang-orang yang mengikuti langsung proses
bisnisnya lebih memahami kondisi operasionalnya. Saran yang dapat diberikan seorang
auditor harus bersifat taktis dan memberikan nilai tambah bagi operasional sehingga dapat
dijalankan dengan lebih baik. Memberi saran dan pemahaman secara mendidik daripada
serta merta mengatakan mereka salah atau mengatakan saran inilah yang harus diikuti.
8
d. Ketika menanyakan pertanyaan yang sulit, coba untuk memfrasekannya secara tidak
konfronsional dan tidak menimbulkan respon tertentu (negative).
Misal: “anda yang mereviu laporan ini, benar bukan? kalimat tersebut dapat diganti
dengan “Seberapa sering anda mereviu laporan ini?”. Buatlah pertanyaan yang bersifat
terbuka, tidak memuat unsur ancaman, dan tanyakan untuk klarifikasi.
e. Tunjukkan bahwa auditor benar-benar tertarik terhadap informasi yang disampaikan
oleh auditee atau kontak.
Jika kecanggungan dan kebekuan dapat terpecahkan, auditee akan lebih banyak
berbagi informasi. Pada dasarnya auditee cenderung membanggakan kinerjanya dan
tertarik berbagi informasi. Bagi auditor hal terpenting adalah mendengarkan apa yang
auditee sampaikan. Pada saat mendengarkan, seorang auditor sebaiknya tidak
berprasangka apapun terhadap respon atau hasil kinerja manajemen/auditee. Hal tersebut
akan membangun hubungan lebih kuat.
f. Memberikan informasi dan saran yang berimbang
Seorang auditor tidak berusaha untuk menjudge auditee, tetapi mengungkapkan
informasi yang memuat unsur sebab akibat. Misal: Auditor menemukan seseorang
memiliki fungsi penerimaan, transaksi, penyesuaian terhadap inventory. Temuan audit
tersebut harus diungkapkan secara memadai dalam laporan beserta akibatnya, potensi loss
atas aset, write off yang tidak sesuai, atau inventory yang sebenarnya tidak pernah
diterima.
g. Jangan menjadi sebuah alarm
Saat auditor menerima isu dari pihak luar atau sulit dinilai kehandalan informasinya
sebaiknya tetap disimpan. Auditee tidak akan menyukai drama dan berakibat penurunan
kredibilitas auditor. Tetap fokus terhadap fakta dan membuktikan dampak dari situasi
akan membantu proses audit tetap terkendali.
2. Komunikasi Efektif dalam Team Work
Dalam setiap organisasi adalah proyek-proyek yang memerlukan upaya tim. Ketika
bekerja dalam kelompok, ada beberapa manfaat yang didapat seperti menjalin persahabatan
baru dan pemerataan kerja, akan tetapi terkadang juga dapat menjadi sumber ketegangan dan
stres di antara para anggotanya. Masalah dapat terjadi misalnya ketika tenggat waktu tidak
terpenuhi. Namun, sebagian besar masalah dapat dipecahkan atau dicegah dengan komunikasi
9
yang efektif antara anggota. Komunikasi yang efektif melibatkan keterbukaan pikiran,
mendengarkan secara aktif, dan kemampuan untuk fokus.
Komunikasi tim adalah setiap bentuk komunikasi antara anggota dari kelompok atau
organisasi yang sama yang sangat penting bagi dinamika yang sehat dan efektif. Banyak
frustrasi, kesalahpahaman dan pertanyaan dapat dengan mudah diatasi dengan komunikasi tim
yang tepat. Oleh karena itu, komunikasi dalam tim harus dipahami dalam konteks sebagai
berikut:
a. Fakta
Komunikasi tim didefinisikan sebagai informasi , pikiran dan ekspresi bersama oleh
lebih dari tiga anggota kelompok. Komunikasi tim melibatkan tantangan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan sedemikian rupa sehingga semua anggota tim
mendengar pesan yang sama.
b. Makna
Komunikasi tim sangat penting untuk tim yang sehat dan berkembang. Ketika terjadi
pertentangan tanpa arah antara anggota dalam tim, hal ini biasanya berkaitan dengan fakta
bahwa komunikasi yang efektif tidak ada. Komunikasi yang baik menciptakan sebuah
lingkungan di mana semua anggota tim terinspirasi untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi yang efektif dalam tim membuat semua orang pada halaman yang sama dan
memungkinkan untuk ekspresi terbuka dan umpan balik langsung.
c. Fungsi
Komunikasi tim digunakan untuk memandu dan mengarahkan tim secara keseluruhan.
Hal ini digunakan untuk menjawab pertanyaan umum, isu-isu dan agenda dalam
pengaturan kelompok , baik dalam ceramah atau format round - table. Komunikasi tim
digunakan untuk menyimpan potensi masalah yang timbul dari dan untuk menghindari
kesalahpahaman.
d. Efek
Komunikasi tim yang efektif menyebabkan semua anggota tim memahami visi dan
merasa seolah-olah mereka masing-masing memiliki suara. Komunikasi yang efektif
antara anggota tim juga menghasilkan suasana persatuan, keamanan dan kebebasan
berekspresi. Sebuah tim yang berkomunikasi secara efektif mampu berpikir di tempat
sebagai satu unit.
10
e. Pertimbangan
Komunikasi tim yang efektif adalah sesuatu yang perlu dikembangkan. Komunikasi
bisa dilakukan dengan mudah bagi satu orang pada tim tetapi mungkin sulit bagi orang
lain. Cara terbaik untuk berlatih komunikasi yang efektif adalah dengan melakukan
berbagai komunikasi latihan tim, seperti berbagai skenario di mana anggota tim berlatih
resolusi konflik, klarifikasi, dan teknik wawancara.
Memiliki Pola Pikir sebagai Anggota dalam Sebuah Tim
Anggota harus datang ke dalam tim dengan pemahaman dan penerimaan fakta bahwa
mereka bekerja dengan orang lain yang akan memiliki ide yang berbeda dan cara yang
berbeda dalam memandang sesuatu. Tidak ada yang harus datang ke kelompok dengan
prasangka pribadi tetapi dengan kemauan untuk mendengarkan ide-ide di mana pun mereka
berasal.
Pentingnya Mendengarkan
Mereka yang tidak mendengarkan berada di luar lingkaran . Tak seorang pun di kelompok
harus mengasumsikan bahwa ia tidak perlu mendengarkan sampai ia sedang ditangani secara
langsung. Mereka yang tidak mendengarkan akan kehilangan informasi penting seperti
bagaimana tugas mereka berhubungan dengan orang lain atau bahkan tenggat waktu , menurut
Dan Bobinski , penulis " The Seven Deadly Sins of ( Tidak ) Mendengarkan ."
Menurut Bobinski, Setiap anggota harus menahan diri dari melamun sementara orang lain
sedang berbicara. Mereka juga harus menghindari "berlatih" atau berpikir tentang apa yang
akan mereka katakan ketika giliran mereka untuk berbicara. Mereka harus memiliki buku
catatan dan pena atau pensil siap untuk menulis ide-ide relevan , tanggal, waktu , dll
Ketika Giliran Anda untuk Berbicara
Anggota tim yang telah aktif mendengarkan biasanya tidak akan memiliki masalah
menyumbangkan ide-ide yang relevan atau inovatif ketika dipanggil. Ketika Anda berbicara,
tetap sadar dan tetap fokus. Lebih baik untuk membatasi lelucon, anekdot pribadi dan
overexplaining , yang dapat keluar dari topik pembicaraan.
Pemimpin tim harus menahan diri dari memberikan monolog. Umpan balik yang jujur dan
pertukaran di antara semua anggota tim adalah lebih baik. Akhirnya, pada awal proyek dan di
seluruh bagian, semua orang harus dapat dengan jelas berkomunikasi dengan satu sama lain
11
tentang hal-hal seperti kemajuan tugas individu, masalah yang timbul dan kapan dan di mana
bantuan yang diperlukan.
3. Cara Meningkatkan Komunikasi dalam Teamwork
Menjadi bagian dari tim yang sukses bisa menjadi pengalaman yang berharga dan
menarik. Sayangnya, itu bisa menjadi salah satu penyebab. Salah satu kunci penting untuk
keberhasilan tim adalah komunikasi yang efektif. Mengetahui bagaimana untuk meningkatkan
komunikasi dalam tim kerja dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, terjadinya
konflik yang lebih rendah, dan tingkat kohesi dan kerjasama yang lebih tinggi. Dengan
menerapkan strategi komunikasi yang ditargetkan, Anda dapat membangun sebuah tim yang
mampu menghasilkan output yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi
dalam team work:
a. Buka setiap pertemuan tim dengan masing-masing anggota tim melaporkan kegiatan
atau laporan kemajuan dua sampai tiga menit. Laporan-laporan ini harus menjadi
ringkasan singkat dari kemajuan anggota yang telah dibuat ke arah penyelesaian
langkah-langkah tindakan yang ditugaskan dari pertemuan sebelumnya. Laporan-
laporan ini seharusnya tidak termasuk penyebutan setiap anggota tim lain kecuali
tugas yang diberikan adalah satu kolaboratif. Dalam langkah ini Anda menawarkan
kesempatan bagi setiap anggota untuk
b. Biarkan waktu yang singkat (sekitar 3-5 menit) dari komentar berikut laporan
aktivitas. Semua komentar harus aditif, mendukung, dan positif . Komentar negatif
atau kritik harus diminimalisir.
c. Apakah setiap anggota membaca langkah-langkah tindakan yang ditetapkan oleh
kelompok pada penutupan pertemuan. Taktik ini menawarkan kesempatan bagi setiap
anggota tim untuk mengkonfirmasi pemahamannya tentang tujuan dan ruang lingkup
pertemuan dan apa yang kelompok inginkan dari setiap anggota untuk bergerak maju
d. Menangani konflik secara langsung dan terbuka selama pertemuan. Jauhkan interaksi
transparan dengan merekam tujuan dan resolusi konflik selama pertemuan. Ketika
anggota individu memahami bahwa komentar mereka akan direkam, sering ada
kecenderungan yang lebih besar terhadap kesopanan dan pemahaman
12
e. Mengulangi poin utama dari pertemuan ini untuk memastikan anggota memiliki
pemahaman yang jelas dan konsisten dari tindakan utama dan komunikasi yang terjadi
selama pertemuan. Hal ini sering berguna untuk menulis poin-poin tersebut (setelah
disepakati ) pada papan putih atau flip chart sehingga anggota dapat merujuknya
sepanjang pertemuan.
f. Membangun saluran komunikasi interaktif dengan mendirikan buletin tim, pesan
Internet, akun email tim, newsgroup atau blog. Taktik ini memastikan bahwa anggota
tim dapat berkomunikasi dengan mudah dan efektif sampai pertemuan berikutnya
diadakan.
C. PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PENYUSUNAN LAPORAN
1. Teknik Menulis untuk Menginformasikan
Laporan hasil pengawasan secara umum memiliki tiga tujuan, yaitu menginformasikan,
meyakinkan, dan menghasilkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, harus menggunakan teknik
penulisan laporan yang mampu menarik perhatian pembaca, membangun kepercayaan, serta
mendorong tindakan.
Agar laporan hasil pengawasan dapat menyampaikan informasi kepada para pembaca
secara efektif, penulis laporan perlu menguasai teknik untuk merebut perhatian pembaca dan
teknik untuk mengelola detail informasi.
a. Teknik untuk Memperoleh Perhatian Pembaca
Kalimat pertama merupakan hal yang menentukan ketertarikan pembaca, sehingga
kalimat pertama harus merupakan kalimat atau paragraf yang padat, langsung, dan
menarik. Jika perhatian pembaca berhasil didapatkan, maka akan mendorong pembaca
untuk membaca lebih lanjut dan menumbuhkan respon yang positif dari manajemen.
Terdapat beberapa teknik menulis pembukaan yang dapat secara efektif menarik
perhatian dan membuat pesan yang kita sampaikan betul-betul jelas. Teknik tersebut
meliputi:
1) Menyatakan Simpulan Secara Langsung
Agar laporan menarik pembaca, kita harus beralih dari alur penalaran pengawas
(apa yang telah kita dilaksanakan, apa yang kita ditemukan, dan apa makna
temuan tersebut) kepada alur penalaran pembaca (apa simpulan Anda? Apa data
13
pendukungnya? Mengapa hal itu penting? dan Apa yang seharusnya kami lakukan?).
Manajemen pada umumnya tidak berkepentingan langsung dengan latar belakang,
metode kerja, serta teknik-teknik/pengujian yang telah kita lakukan. Hal tersebut dapat
disampaikan secara lisan kepada manajemen operasional atau cukup dimuat dalam
lampiran laporan kepada manajemen puncak. Batasi jumlah informasi yang terkait
dengan hal tersebut. Untuk memutuskan seberapa banyak informasi yang perlu
disampaikan, jawablah tiga pertanyaan berikut: apakah pembaca akan dapat
memahami istilah yang kita gunakan? Penjelasan apa yang dibutuhkan pembaca?
Seberapa dalamkah informasi yang diinginkan pembaca?
2) Menulis Secara Tegas dan Jelas
Kalimat pembuka yang klise atau ambigu hanya akan menghabiskan halaman
kertas dan membingungkan pembaca. Kalimat pembuka seperti: “terdapat
penyimpangan dalam pembayaran kepada rekanan”, “pengendalian pengeluaran kas
masih lemah”, “prosedur pengadaan barang dan jasa kurang efektif”, atau “dari hasil
pengujian yang kami lakukan ternyata pembukuan piutang perlu diperbaiki”,
merupakan kalimat yang tidak tegas dan tidak jelas.
Agar tulisan Anda tegas dan jelas, gunakan kalimat pembuka yang spesifik dan
unik (tidak memiliki gradasi makna). Nyatakan inti pesan dengan menjawab
pertanyaan berikut, “dengan satu kalimat, apa yang paling penting untuk saya
sampaikan mengenai masalah ini?”
3) Menggunakan Istilah yang Dipahami Pembaca
Istilah yang tidak dikenal oleh pembaca merupakan penghalang antara
pembaca dengan penulis laporan. Jika pembaca tidak dapat menangkap makna kalimat
pembuka, maka pembaca mungkin akan menganggap kalimat berikutnya sulit untuk
dipahami. Jika Anda menggunakan kata-kata khusus atau istilah teknis, Anda
harus menjelaskan maknanya kepada pembaca, namun tidak perlu sampai
menyampaikan definisi baku yang kaku.
Anda dapat menggunakan teknik sebagai berikut:
- Menyatakan simpulan dengan istilah teknis, kemudian, dijelaskan definisinya.
Misalnya, “otorisasi pemberian pinjaman tidak sesuai prosedur operasi
14
standar seksi 105. Tanda tangan manajer penjualan harus dituangkan dalam
formulir permintaan kredit.”
- Menyampaikan definisi istilah teknis secara langsung dalam kalimat
pembuka. Misalnya, “otorisasi pemberian pinjaman tidak sesuai prosedur
operasi standar seksi 105, manajer penjualan tidak menandatangani formulir
persetujuan kredit.”
- Menggunakan bahasa yang sederhana. Misalnya, “manajer penjualan tidak
menandatangani formulir persetujuan kredit.” Meskipun dengan bahasa yang
tidak teknis, jangan lupa bahwa tidak semua istilah familier bagi semua
pembaca.
4) Mendahulukan Informasi yang Paling Diminati Pembaca
Pada dasarnya, kita dapat mengawali narasi laporan dengan kondisi hasil
pengujian, kriteria yang berlaku, akibat yang ditimbulkan, penyebab timbulnya
masalah, atau rekomendasi. Setiap versi memiliki nuansa penekanan, kesan, dan
pesan yang berbeda bagi pembaca.
Menyatakan kondisi hasil pengujian di awal penyajian akan langsung menarik
perhatian dan memungkinkan pembaca segera memahami pesan, Namun, versi ini
kadang terasa kasar. Jika kondisi yang diungkapkan merupakan kelemahan, maka
pasti akan terasa nada negatifnya. Versi ini merupakan pendekatan umum yang paling
tepat untuk mengungkapkan semua masalah, kecuali jika Anda ingin
memperlembut nada penyampaian.
Mengemukakan kriteria berupa persyaratan, kebijakan, serta peraturan pada
awal penyajian akan memberikan dasar yang kuat bagi otoritas dan validitas
informasi yang akan disampaikan berikutnya. Pada umumnya, kebijakan dan
peraturan bukanlah hal yang menarik sehingga pembukaan seperti ini tidak
membangkitkan gairah untuk membaca lebih lanjut. Beberapa pembaca akan menilai
bahwa Anda hanya menyampaikan apa yang sudah ia ketahui.
Manajemen yang memiliki jiwa wirausaha (entrepreneur) sering menganggap
bahwa aturan atau regulasi sebagai hal yang tidak signifikan. Pendekatan ini
cocok digunakan di bidang yang sangat menekankan ketaatan pada aturan atau aturan
merupakan sesuatu yang paling penting.
15
Mengemukakan akibat di awal penyajian akan menciptakan kesan yang paling
kuat, karena menunjukkan signifikansi masalah dan akan menarik perhatian
manajemen puncak. Namun demikian, teknik ini biasanya tidak bersahabat dengan
manajemen operasional. Jika tidak digunakan secara tepat, teknik ini dapat
menimbulkan kesan bahwa Anda adalah tukang membesar-besarkan masalah. Teknik
ini cocok digunakan untuk menyampaikan masalah signifikan yang benar-benar
memerlukan perhatian dan tindakan manajemen puncak, bukan manajemen
operasional.
Mengawali penyampaian dengan mengemukakan sebab dapat mengarahkan
pada solusi. Fokuskan pembaca pada penyebab hakiki, bukan pada gejalanya.
Namun, jika analisis Anda tidak cermat, penyebab yang Anda sampaikan akan
dirasakan sebagai konklusi yang tidak didukung fakta. Jika sebab disampaikan terlalu
pasti, maka Anda akan dianggap terlalu menyederhanakan masalah.
Pendekatan ini hanya digunakan jika sebab yang Anda temukan benar-benar
merupakan kelemahan fundamental dan rekomendasi untuk mengatasi sebab
tersebut benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
Mengemukakan rekomendasi dan manfaatnya pada awal penyajian akan
memperhalus kalimat pembukaan. Penekanan pada rekomendasi akan membuat
struktur laporan lebih berorientasi pada tindak lanjut dan lebih fokus kepada solusi
daripada masalah.
Pembaca yang tidak terbiasa dengan gaya ini akan merasa seperti diajari apa yang
mesti ia kerjakan. Untuk menghindari kesan tersebut hindari menuliskan kata
“seharusnya”. Anda hanya perlu menulis tindakan yang direkomendasikan dan
manfaatnya dalam satu kalimat. Pendekatan ini cocok untuk laporan kegiatan
konsultatif dimana Anda diminta membantu mencari solusi yang tepat atas
permasalahan tertentu. permasalahan tertentu.
5) Menggunakan Format yang Mengarahkan Pembaca
Kalimat pembuka dapat menunjukkan informasi kunci dan memudahkan
pembaca menemukan informasi penting pada permulaan tulisan. Anda dapat
membimbing pembaca lebih jauh dengan menggunakan judul (heading), subjudul,
jenis huruf, serta elemen desain lain untuk meng-highlight informasi. Format tersebut
dapat menarik pembaca dan memudahkan pembaca menangkap ide terpenting Anda. 16
Judul yang berisi konklusi atau rekomendasi dapat memberikan gambaran umum
masalah bagi pembaca. Selain judul, subjudul dapat digunakan untuk menunjukkan
poin yang ingin Anda tekankan. Anda dapat membedakan jenis huruf, menggunakan
huruf tebal, menambahkan garis bawah, atau menggunakan warna latar belakang yang
berbeda untuk menarik perhatian pembaca. Anda dapat memisahkan bagian
tertentu dari laporan dengan indent yang berbeda untuk menunjukkan bahwa hal itu
perlu diperhatikan.
b. Mengelola Detail Informasi
Menyajikan ringkasan bukti dari dokumen kertas kerja pengawasan setebal lima
ratus halaman ke dalam lima lembar halaman laporan yang diinginkan pembaca
bukanlah hal yang mudah. Tugas Anda adalah menyeimbangkan antara penyajian
yang ringkas dengan pembuktian yang cukup. Untuk menentukan jumlah dan
seberapa detail informasi pendukung yang layak disajikan dalam laporan, Anda perlu:
1) Memikirkan pembaca dan tujuan laporan
Saat menulis laporan biasanya kita lebih memikirkan atasan kita (pengendali
teknis, pengendali mutu, atau penanggung jawab pengawasan) daripada pembaca.
Penulis yang berorientasi pada atasan cenderung memasukkan terlalu banyak
informasi untuk memudahkan proses reviu. Pikirkan, untuk siapa laporan tersebut
akan disampaikan. Manajemen operasional tidak memerlukan informasi yang
panjang lebar karena ia telah mengetahui secara detail lingkup pekerjaannya dan
telah memperoleh informasi yang lengkap sepanjang kegiatan pengawasan
(fieldwork) dan pada saat pembicaraan akhir (closing conference). Manajemen puncak
umumya tidak suka menghabiskan waktu untuk membaca laporan yang tebal.
Beberapa informasi dapat dicantumkan dalam lampiran. Saat Anda menulis isi
laporan, pikirkan dengan jelas apa tujuan laporan tersebut. Laporan tidak ditujukan
untuk mendidik pembaca yang tidak mengetahui prosedur operasi standar,
pengendalian intern, atau pekerjaan pengawasan. Laporan merupakan ikhtisar hasil
kegiatan pengawasan yang digunakan untuk menginformasikan permasalahan
yang signifikan serta mengarahkan tindakan yang perlu dilaksanakan manajemen.
2) Mengikhtisarkan data pendukung
Kertas kerja pengawasan umumnya disusun untuk mendokumentasikan
pengujian, hasil analisis yang telah dilaksanakan, serta simpulan yang diperoleh. 17
Sistematika seperti ini tidak selalu sama dengan urutan penyajian simpulan. Oleh
karena itu, data kertas kerja yang akan dimasukkan ke dalam laporan harus
diikhtisarkan dan disusun kembali. Kelompokkan data yang sejenis, buatlah simpulan
dari data tersebut, susunlah data sesuai tingkat signifikansinya, dan sajikan ikhtisar
data yang memang diperlukan untuk mendukung konklusi.
3) Memilih informasi yang dapat meyakinkan dan bermanfaat
Menulis ikhtisar hasil pengawasan yang terlalu singkat (hanya
menggambarkan masalah tanpa mengikutkan informasi pendukung simpulan dan
informasi yang menunjukkan signifikansi masalah) merupakan salah satu
penyebab tidak efektifnya pelaporan.
Keterbatasan informasi dapat mempersulit pembaca memahami laporan.
Namun demikian, Anda tidak perlu menyampaikan semua informasi. Informasi perlu
dimasukkan dalam laporan jika memenuhi minimal satu dari kriteria berikut ini:
- Mendukung simpulan yang disampaikan
- Menunjukkan signifikansi masalah
- Memungkinkan tindakan perbaikan
Detail di luar hal-hal di atas akan menurunkan nilai dan tingkat keterbacaan
(readability) laporan.
4) Mempertimbangkan manfaat informasi
Menyajikan semua penyimpangan (termasuk hal-hal sepele/tidak material)
dapat mengurangi perhatian manajemen puncak atas substansi laporan Anda.
Manajemen puncak akan merasa membuang-buang waktu membaca laporan
tersebut. Sebelum Anda memutuskan untuk memasukkan suatu informasi ke dalam
laporan, pertimbangkan signifikansi informasi tersebut untuk perbaikan operasi dan
peningkatan kinerja organisasi, serta dampaknya terhadap hubungan kegiatan
pengawasan dengan manajemen. Permasalahan yang tidak signifikan cukup
disampaikan secara lisan, tidak perlu dimasukkan ke dalam laporan.
5) Menyajikan data dalam format yang mudah dibaca
Uraian hasil pengawasan yang terdiri dari rangkaian kata atau angka yang bertele-
tele akan menyulitkan pembaca dalam memahami maksud yang disampaikan
18
dalam laporan. Format penyajian kata dan angka dapat meningkatkan keterbacaan
laporan. Beberapa teknik yang dapat Anda gunakan adalah:
- Gunakan bulleted item atau nomor urut untuk memudahkan pembaca
menemukan poin-poin yang disampaikan
- Gunakan persentase, tabel, atau grafik untuk mempermudah pengungkapan
angka-angka.
- Gunakan kotak peraga (exhibit) atau lampiran (appendix) untuk
menyampaikan informasi yang mungkin hanya diperlukan oleh sebagian
pembaca dan dapat dilewatkan oleh pembaca lainnya.
2. Menulis untuk Meyakinkan
Apa tolok ukur keberhasilan kegiatan pengawasan? Dokumentasi kertas kerja yang
baik, laporan yang menyajikan banyak temuan, besarnya nilai temuan, pengakuan
manajemen, pelaksanaan rekomendasi, atau jumlah penghematan/manfaat dari
pelaksanaan rekomendasi? Untuk menulis laporan yang meyakinkan, Anda harus
memegang teguh prinsip “report writting is a process of producing value rather than
volume”.
Menulis untuk meyakinkan manajemen harus dilandasi sikap mau memahami dan
tidak menyepelekan keberatan-keberatan mereka. Untuk dapat memberikan hasil yang
optimal, Anda harus mengupayakan pengakuan dan tindak lanjut manajemen. Untuk
mencapai hal tersebut, Anda harus memosisikan diri sebagai “penjual rekomendasi”
bukan sebagai “penyaji fakta”.
Anda dapat memperkuat kemampuan laporan untuk meyakinkan dan menghasilkan
dengan melaksanakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Menjelaskan dan menguantifikasi nilai temuan
Rekomendasi, opini, atau argumentasi harus dijelaskan dengan gaya yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan.
- Untuk menyampaikan materi yang supersensitif, Anda dapat menggunakan
pendekatan yang lembut dengan menjelaskan masalah secara tidak langsung
(indirectly).
19
Penyajian tidak langsung diawali dengan pengungkapan ruang lingkup
masalah, penjelasan fakta, dan pertimbangan terhadap berbagai penafsiran.
Konklusi dan rekomendasi disampaikan pada akhir penyajian. Penyajian ini
cocok untuk menyampaikan masalah yang sangat signifikan, rekomendasi yang
bersifat kontroversial/mengonter alternatif solusi lainnya, atau jika manajemen
bersikap resistan.
- Untuk menyampaikan masalah yang tidak terlalu sensitif, Anda dapat menyajikan
secara langsung, singkat, dan padat. Cara ini efektif untuk memperoleh perhatian
manajemen puncak karena memudahkan manajemen puncak menangkap
keypoint yang disampaikan.
Model “Heading-Conclusion-Evidence” dapat diterapkan agar penyajian
langsung tetap memiliki kekuatan untuk meyakinkan pembaca. Model
“Heading-Conclusion-Evidence” juga dapat menghindarkan pengawas dari
masalah generalisasi tanpa dasar dan ketidaksahihan simpulan.
Generalisasi tanpa dasar dapat menyebabkan pembaca menolak simpulan dan
rekomendasi. Laporan yang tidak mengungkapkan fakta, data, atau bukti
pendukung informasi kunci, dapat menimbulkan silang pendapat, merangsang
bantahan pembaca, atau menimbulkan provokasi.
Ketidaksahihan simpulan dapat terjadi karena ketidaksinkronan bukti dengan
simpulan atau kesalahan penalaran. Simpulan yang tidak sahih dapat
menyebabkan penyajian fakta yang salah, terlalu dibesar-besarkan, atau terlalu
dikecilkan (misstate, overstate, understate).
Setelah kondisi dinyatakan dengan jelas, Anda harus dapat menjawab pertanyaan
berikut: “Seberapa serius masalah tersebut?” Pengetahuan tentang besarnya
masalah akan membantu manajemen untuk menentukan tingkat kerumitan
masalah dan seberapa besar tingkat perhatian terhadap masalah tersebut.
Penyimpangan dengan risiko kecil mungkin dapat ditoleransi atau
didelegasikan kepada manajemen operasi sedangkan masalah sangat material
atau memiliki akibat potensial yang besar bagi organisasi perlu ditangani langsung
oleh manajemen puncak.
b. Menunjukkan akibat temuan dari sudut pandang manajemen
20
Agar rekomendasi dapat diterima manajemen, Anda harus dapat menjawab
pertanyaan lebih lanjut dari manajemen: “Terus bagaimana? Akibat buruk apa yang akan
terjadi? atau Apa yang dapat kami peroleh dengan melaksanakan rekomendasi Anda.”
Akibat, baik berupa risiko atau manfaat, harus dinyatakan dalam perspektif
manajemen, bukan pengawas. Manajemen sering menganggap apa yang disampaikan
pengawas terlalu sempit, tidak melihat hasil akhir, atau berorientasi pada kepentingan
pengawas.
Untuk menulis laporan yang meyakinkan manajemen, Anda harus mengubah
cara penyajian risiko atau manfaat dari perspektif ke pangawas ke perspektif
manajemen. Pernyataan risiko dan manfaat dengan perspektif pengawas seperti
rendahnya akuntabilitas, tidak cukup bukti, pelanggaran kebijakan, pelanggaran aturan,
dan kerugian keuangan; serta pernyataan manfaat seperti meningkatkan pengendalian
dan akuntabilitas, memperbaiki prosedur operasi, meningkatkan konsistensi, atau
meningkatkan dokumentasi, kurang persuasif bagi manajemen.
c. Menangani keberatan
Jika laporan hasil pengawasan memperoleh bantahan manajemen yang didukung
dengan argumentasi yang kuat, Anda perlu memberi pengakuan dan menangani
keberatan tersebut dalam laporan. Penulis yang berpikir jauh bahkan telah mengantisipasi
pertanyaan semacam itu dan telah memasukkan narasi terkait dalam laporan.
Kuantifikasi dan deskripsi risiko dan manfaat biasanya dapat mencegah munculnya
beberapa pernyataan resistansi. Kritik atau pendekatan satu arah biasanya merangsang
manajemen untuk menentang rekomendasi Anda.
Dalam kasus adanya keberatan, Anda harus menyajikan secara imbang dan
menggunakan diplomasi dengan mengakui keberadaan perspektif lain. Penyajian
seimbang juga dapat diberikan dengan jalan mengakui capaian positif atau usaha yang
telah dilakukan manajemen meskipun masalah masih terjadi. Penyajian seimbang
biasanya ampuh mengatasi keberatan karena memberikan pengakuan terhadap aspek
positif pendapat lain tanpa membiarkan pendapat tersebut menurunkan posisi Anda.
Menunjukkan bahwa rekomendasi Anda lebih baik daripada sistem yang sedang
berjalan atau dari alternatif lainnya dengan cara menjelaskan keunggulan berupa
tambahan manfaat dari rekomendasi anda akan membuat laporan lebih persuasif.
3. Menulis secara Konstruktif
21
Dalam diskusi bertatap muka, tata cara penyampaian pesan merupakan hal yang penting
untuk memperoleh respons positif, sama pentingnya dengan pesan itu sendiri. Penggunaan
kata, nada suara, atau gerakan mata akan memengaruhi perasaan seseorang apakah akan
menerima atau menolak, merasa dikecam atau dibantu, merasa diperlakukan secara adil atau
dizalimi.
Pemilihan cara penyampaian yang efektif dan pengelolaan perilaku akan membantu
Anda memengaruhi orang lain memperoleh persetujuannya.
Dalam penulisan, makna pesan Anda dapat berubah karena perbedaan penekanan,
pemilihan kata, penyusunan paragraf, serta pemilihan data. Terlepas dari pesan yang
disampaikan, Anda dapat menulis secara konstruktif dan lebih persuasif dengan
menerapkap beberapa prinsip berikut:
a. Menghindari bahasa perasaan (judgmental) dan generalisasi tanpa dukungan
Laporan hasil pengawasan harus bersifat faktual dan konklusif, tidak boleh hanya
memuat pendapat dan diungkapkan dengan samar-samar. Penggunaan kata yang hanya
mencerminkan opini/pendapat tanpa didukung data akan mendorong perilaku defensif
pembaca.
- Gunakan bahasa faktual/konkret
Gunakan nada konstruktif dengan menghindari kata-kata/frasa yang menunjukkan
opini/perasaan Anda seperti: “menurut keyakinan kami”, “perasaan kami”,
“seperti kita ketahui”, atau “menurut pendapat kami”. Mengganti kata/frasa
beropini tersebut dengan kata/frasa yang lebih objektif akan membuat kalimat kita
lebih konstruktif.
- Hati-hatilah dengan Konotasi
Terdapat kata-kata yang menimbulkan konotasi adanya
permasalahan/penyimpangan yang serius. Pembaca akan tertuduh jika
membaca kata-kata tersebut. Penggunaan kata-kata: signifikan, kegagalan,
penyimpangan, ketidakcocokan, ketidakcukupan, ketidakmampuan, serta
pelanggaran sebaiknya digunakan secara hati-hati karena menimbulkan kesan
adanya masalah yang serius.
Kata/frasa yang sering digunakan untuk menggambarkan prosedur audit
seperti: “berhasil kami ungkap/kami temukan” memiliki kaitan yang kuat
22
dengan investigasi tersangka kecurangan. Kata/frasa “kami identifikasi/kami
laporkan” terasa lebih ringan. Bahkan kata temuan pun memiliki nilai rasa
negatif bagi pembaca tertentu.
Menyatakan tujuan audit dengan frasa “untuk mengidentifikasi kelemahan
pengendalian” mencerminkan ketidakpahaman penulis pada kekuatan kata.
Pernyataan tersebut mengesankan bahwa pengawas memang mencari
kesalahan.
- Hindari generalisasi tanpa didukung data
Penggunaan kata yang samar-samar akan menimbulkan permintaan klarifikasi
atau bantahan. Kata-kata seperti banyak, berlebihan, atau substansial tidak
memberi gambaran yang tepat. Sebaiknya gunakan kuantifikasi dengan angka
mutlak atau relatif (persentase) yang faktual.
Generalisasi pada penyajian simpulan dan rekomendasi juga berbahaya.
Pernyataan “operasi tidak berjalan sebagaimana mestinya” memiliki makna
yang sangat luas dan menimbulkan banyak penafsiran. Pernyataan seperti
“rekonsiliasi kas dan bank harus dilakukan tepat waktu sesuai ketentuan” akan
lebih tegas dan konkret jika dinyatakan “rekonsiliasi kas dan bank harus
dilakukan minimal sebulan sekali setiap akhir bulan”.
b. Menyatakan gagasan positif dalam kalimat positif
Pengawas umumnya tidak terbiasa memasukkan pernyataan positif dalam
laporannya. “Tidak terdapat penyimpangan yang kami temukan” merupakan contoh
umum bahwa meskipun untuk simpulan positif, pengawas dapat menyatakannya
dalam kalimat negatif. Umumnya pengawas mengidap sindrom “generally good,
however”. Untuk menyajikan laporan yang seimbang, Anda harus mencari kemungkinan
untuk memasukkan pernyataan positif.
- Pernyataan positif bukan berarti Anda harus mencari sisi positif terkait masalah
negatif yang disampaikan, tetapi menyajikan menyampaikan gagasan positif
dengan bahasa positif.
- Menyampaikan hasil pengujian secara seimbang dapat meningkatkan laporan
positif. Sebagian pengawas/auditor melakukan komunikasi dengan manajemen
menggunakan gaya laporan pengecualian (exception-only reporting). Gaya
23
seperti ini memang padat dan efisien tetapi dapat menghasilkan laporan negatif.
Dalam setiap kegiatan pengawasan, sebagian hasil teknik pengujian mungkin
menunjukkan sesuatu yang positif. Hal positif tersebut jika signifikan perlu
diapresiasi dan disampaikan pada manajemen.
- Menyampaikan upaya perbaikan yang telah/sedang dilakukan manajemen
terkait dengan permasalahan yang disampaikan merupakan salah satu upaya
untuk membangun laporan positif. Dalam beberapa kasus, kesalahan atau
kelemahan dapat terjadi walaupun manajemen telah berusaha dengan
maksimal dan beriktikad baik untuk mencegah atau mengatasi masalah
tersebut.Pengakuan terhadap upaya tersebut dapat membangun kerja sama yang
lebih baik dan mendorong pengakuan oleh manajemen.
- Menyampaikan tindak lanjut yang dilaksanakan manajemen terkait dengan
rekomendasi hasil pengawasan sebelumnya dapat meningkatkan nada positif
laporan hasil pengawasan. Kita dapat meningkatkan kesan positif dari kalimat
“sebagian besar masalah hasil audit sebelumnya telah diperbaiki oleh
manajemen” dengan mengemukakan tindak lanjut yang konkret seperti:
“akuntabilitas penerimaan kas telah ditingkatkan dengan pelaksanaan sistem
pencatatan dan pelaporan kas harian”, “program pemeliharaan telah disusun dan
prosedur manual telah dibukukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan
pemeliharaan roda empat.”
c. Menyajikan penyeimbang dan perspektif
Pengawas tidak boleh membesar-besarkan masalah kecil seolah-olah sebagai
masalah yang besar. Dalam satu isu, hal positif dan negatif sebaiknya diungkap
secara seimbang. Perluasan tujuan/kegiatan usaha (goals) dapat
mengurangi/memperlemah pengendalian yang sudah ada (meningkatkan risks).
Ungkapkan masalah dengan menjaga keseimbangan sisi tujuan dengan risiko.
d. Menekankan manfaat, rekomendasi, dan solusi
Dua kata yang sering digunakan dalam laporan pengawasan yaitu “tidak” dan
“seharusnya” menimbulkan kesan mengajari manajemen. Mengganti kata tersebut dengan
“dapat” dan “akan” mampu membuat laporan lebih konstruktif dan berorientasi hasil.
24
“Setiap pengiriman barang dicatat dalam formulir pengiriman. Semua pengiriman
hanya memanfaatkan satu baris formulir. Terdapat beberapa pengiriman yang
dilakukan dalam hari yang sama tidak dikonsolidasikan dalam satu formulir. Untuk
meningkatkan efisiensi, seharusnya pengiriman tersebut dikonsolidasikan.”
Susunan kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
“Pengiriman pada hari yang sama dapat dikonsolidasikan dalam satu formulir
untuk menghemat kertas dan waktu.” atau “Konsolidasi pengiriman pada hari yang sama
dalam satu formulir akan menghemat kertas dan waktu.”
Alih-alih menyajikan masalah dalam nada negatif (menekankan risiko), Anda dapat
menyusun laporan yang lebih konstruktif dengan menyajikan solusi dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://centralmakalah.blogspot.com/2009/02/komunikasi-bisnis.html
Beebe, Steve A. dan Susan K. Beebe. (1997). Public Speaking : An Audience Centered
Approach. Boston: Allyn and Bacon.
Breon, M., & Stellwag, R. Internal Audit Results "Auditee Relations". ISACA.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV.
Fieldman, Robert S. 1998.Social Psychology, New Jersey: Prentice Hall.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. (1998). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
25