skripsi strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir

123
SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR KASUS PERCERAIAN DI KABUPATEN GOWA NURFAHMI 105650002215 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

i

SKRIPSI

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM

MEMINIMALISIR KASUS PERCERAIAN DI KABUPATEN

GOWA

NURFAHMI

105650002215

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

ii

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

KASUS PERCERAIAN DI KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan oleh

NURFAHMI

Nomor Stambuk : 105650002215

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

iii

Page 4: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

iv

Page 5: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Nurfahmi

Nomor Stambuk : 105650002215

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun ini pencabutan gelar akademik.

Makassar, November 2020

yang Menyatakan,

Nurfahmi

Page 6: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

vi

ABSTRAK

Nurfahmi. Strategi Komunikasi Persuasif dalam Meminimalisir Kasus

Perceraian Di Kabupaten Gowa. (dibimbing oleh Anwar Parawangi dan

Syukri).

Strategi komunikasi Salah satu bentuk komunikasi paling mendasar

yaitu komunikasi persuasif, yakni proses mempengaruhi sikap, pendapat

dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Salah satu

upaya yang dilakukan oleh Pengadilan Agama yaitu dengan mediasi,

dimana dalam mediasi ini hakim sebagai mediator diharapkan untuk

mendamaikan pasangan suami-istri yang sedang dalam proses perceraian.

Penerapan mediasi ini diharapkan dapat memperkuat keterlibatan para

pihak dalam proses penyelesaian perceraian, sehingga tidak ada istilah

kalah ataupun menang dalam sidang karena mediasi bertujuan untuk

mendamaikan para pihak yang bercerai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi

persuasif dalam meminimalisir kasus perceraian di Kabupaten Gowa,

untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perceraian serta untuk

mengetahui hambatan komunikasi pada strategi komunikasi persuasif

dilakukan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu

bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum dari

berbagai data lapangan yang dikumpul secara objektif dengan tipe

deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara terhadap sejumlah informan dan dokumentasi Analisis data

yang digunakan menggunakan model analisa interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang

dilakukan oleh Pengadilan Agama Kabupaten Gowa cukup baik namun

belum dapat dikatakan optimal karena peningkatan data statistik putusan

perceraian setiap tahun masih terus meningkat. Artinya, strategi

komunikasi persuasif Pengadilan Agama Kabupaten Gowa belum bisa

meminimalisir kasus perceraian. Hal ini dapat dilihat dari tiga komponen

strategi persuasif (1) Kognitif yakni Pengetahuan suami istri tentang

pernikahan dan perceraian, (2) Afektif yaitu kesadaran akan konsekuensi

dari perceraian, (3) Konatif yakni sikap suami istri untuk kembali rujuk

dengan kata lain batal untuk bercerai. Faktor penyebab terjadinya

perceraian ialah (1) Perselisihan dan Pertengkaran, (2) Pihak laki-laki

menjadi pemabuk dan penjudi, (3) Pihak istri memiliki penyakit sehingga

tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri, (4) Pihak Laki-laki

melakukan kekejaman atau penganiayaan berat dan (5) Pernikahan

dibawah umur. Hambatan selama proses komunikasi yakni (1) Psikologis

(kondisi psikologis) dan (2) antropologis (perbedaan ‘bahasa ibu’) antara

mediator dan pihak suami istri.

Kata Kunci: Komunikasi Persuasif, Kasus Perceraian

Page 7: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamin Penulis panjatkan puji syukur kepada

Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena berkat karunia dan izin-Nyalah sehingga

Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi

Persuasif dalam Meminimalisir Kasus Perceraian Di Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Salam dan shalawat semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad Shallallaahu ‘alaihi Wasallam, sosok pemimpin yang membawa

umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang beradab dan modern.

Penulis menyadari atas keterbatasannya, bahwa masih banyak terdapat

kekurangan dalam Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini.

Disadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah

jika Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Kedua

orang tua penulis yaitu Ayahanda Jumzah Manang dan Marwati beserta keluarga

yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini. Bapak Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si. selaku Dosen

Pembimbing I dan Bapak Syukri, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang

selama ini telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan

Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Page 8: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

viii

Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si. selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak

Dr. H. Muh. Tahir, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi

dan Dian Muhtadiah Hamna, S.IP M.I.Kom., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar. Segenap Dosen dan seluruh jajaran Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan

pengetahuan di mulai dari semester awal hingga semester akhir.

Teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2015,

terkhusus Kelas IK-01, yang telah menjadi teman seperjuangan selama masa

perkuliahan. Untuk sahabat perjuangan selama pembuatan skripsi, Yuyun

Asmaningsih, A. Nilakanti Nur, Indrianti, Riveni Wajdi, Susilawati, Dini Iryani

Hakim, Sumarni, Selviana, Jusmianti. Teman dan Senior terbaik Nurwinda M.S,

Andi Muh Fikram Aditama Wildan, Nur Eka Puspitasari Muchatar, yang selalu

sabar dan memberikan motivasi dan saran kepada penulis. Kepada semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang memiliki

kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan, semuanya hanyalah

milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna penyempurnaan dan perbaikan Skripsi ini senantiasa

dinantikan dengan penuh keterbukaan.

Page 9: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

ix

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas kasih sayang, cinta dan

ketulusan yang telah dicurahkan kepada kita semua. Aamiin

Wassalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Makassar, November 2020

Nurfahmi

Page 10: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ........................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL.................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Penelitian Terdahulu ............................................................. 7

B. Konsep dan Teori Strategi Komunikasi Persuasif................. 8

C. Kerangka Pikir....................................................................... 33

D. Fokus Penelitian .................................................................... 34

E. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 36

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 36

B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................... 36

C. Informan Penelitian ............................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 38

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 39

F. Keabsahan Data ..................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 43

A. Gambaran Umum .................................................................. 43

B. Hasil Penelitian ..................................................................... 69

C. Pembahasan........................................................................... 87

BAB V PENUTUP .................................................................................... 93

A. Kesimpulan ........................................................................... 93

B. Saran ..................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

xi

DAFTAR TABEL

A. Tabel 4.1 Daftar Kecamatan, Kelurahan dan Desa pada

Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sungguminasa .................... 55

B. Tabel 4.2 Struktur Organisasi ....................................................... 61

C. Tabel 4.3 Data Perkara Perceraian dan Putusan

Tahun 2017-2019 .......................................................................... 62

D. Tabel 4.4 Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2017 ....... 62

E. Tabel 4.5 Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2018 ....... 63

F. Tabel 4.6 Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2019 ....... 63

G. Tabel 4.7 Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan/Profesi ... 70

H. Tabel 4.8 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Usia ....... 70

I. Tabel 4.9 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ..................................................................................... 70

J. Tabel 4.10 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama

Pernikahan ..................................................................................... 71

K. Tabel 4.11 Karakteristik Informan Berdasarkan Status

Pernikahan ..................................................................................... 71

Page 12: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

xii

DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 2.1 Kerangka Pikir........................................................... 34

B. Gambar 4.1 Kondisi Geografis ..................................................... 43

C. Gambar 4.2 Peta Administrasi ...................................................... 54

D. Gambar 4.3 Struktur Organisasi Pengadilan Agama

Sungguminasa Kelas IB ................................................................ 60

Page 13: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan

manusia. Mulai dari interaksi dalam kegiatan sehari-hari, hingga

pengembangan ilmu di berbagai bidang, tentu membutuhkan aktivitas

komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, terjadi transmisi dan

interpretasi oleh komunikan. Proses tersebut tentunya diharapkan terjadinya

efek berupa perubahan kepercayaan, sikap dan tingkah laku komunikan yang

lebih baik.

Menurut Undang-undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-

Undang No. 1 tahun 1976, yang dimaksud dengan perkawinan yaitu:

"Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.". Islam

memandang dan menjadikan pernikahan itu sebagai basis suatu masyarakat

yang baik dan teratur, sebab pernikahan tidak hanya dipertalikan oleh ikatan

lahir saja, tetapi juga dengan ikatan batin. Islam juga mengajarkan bahwa

pernikahan bukanlah ikatan yang biasa seperti perjanjian jual beli, melainkan

suatu perjanjian suci antara kedua belah pihak yang disatukan menjadi suami

istri atas nama Allah.

Keluarga adalah sebuah kelompok manusia terkecil yang didasarkan

atas ikatan perkawinan, sehingga membentuk sebuah rumah tangga. Untuk

1

Page 14: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

2

bisa melangsungkan suatu pernikahan harus memenuhi syarat sahnya

pernikahan. Dengan demikian pernikahan sah, jika dilakukan sesuai hukum

masing-masing agama dan kepercayaannya (UU No.1 Tahun 1974, Pasal 2

Ayat 1).

Mewujudkan keluarga yang harmonis dibutuhkan rasa saling

pengertian dan kasih sayang antara suami dan istri. Mengarungi kehidupan

rumah tangga tidaklah mudah, sering terjadi pasangan suami istri itu gagal

dalam menjaga keharmonisan rumah tangganya karena menemui beberapa

permasalahan dengan berbagai macam penyebabnya. Permasalahan tersebut

kadang tidak dapat diselesaikan sehingga berakhir dengan perceraian.

Perceraian menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.1 tahun

1974 pasal 39 Ayat (1) dan (2) tentang dasar hukum perceraian bahwa

perceraian dapat dilakukan di depan sidang pengadilan jika yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Selain itu, untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara

suami istri tidak akan hidup rukun sebagai suami istri. Selain itu, dalam

Undang-undang tentang Peraturan Pemerintah Nomor 9 Pasal 19 Tahun 1975

berbunyi tentang faktor-faktor terjadinya perceraian.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian

merupakan pemutusan hubungan pernikahan karena keinginan kedua belah

pihak, yang dilakukan atas keinginan suami atau istri berdasarkan keputusan

pengadilan yang mengakibatkan status suami atau istri berakhir. Perceraian

Page 15: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

3

terjadi karena kegagalan dalam mencapai tujuan pernikahan yang bahagia,

kekal, dan sejahtera.

Berdasarkan observasi awal yang Penulis lakukan di Pengadilan

Agama Kabupaten Gowa, data putusan perceraian yang terjadi di Kabupaten

Gowa selama 3 tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Putusan itu

terdiri dari perkara cerai talak dan putusan perkara cerai gugat. Mulai dari

tahun 2017 hingga 2019. Di tahun 2017 sebanyak 151 putusan cerai talak dan

berada di angka 597 cerai gugat. Dan meningkat di tahun berikutnya yakni di

tahun 2018 sebanyak 167 putusan cerai talak dan 888 cerai gugat. Pada tahun

2019 justru statistiknya semakin meningkat lagi pada angka 189 cerai talak

dan 953 cerai gugat. Tingkat perceraian yang cukup tinggi ini terbukti dengan

data-data yang tercatat di Pengadilan Agama, hal ini juga dapat dibuktikan

bila mengunjungi Pengadilan Agama selalu ramai dengan orang-orang yang

menunggu sidang cerai.

Menyikapi hal yang diuraikan di atas sudah seharusnya pihak-pihak

yang terlibat baik itu keluarga pihak istri maupun suami, tokoh masyarakat,

tokoh agama serta pengadilan agama sepatutnya memberikan perhatian

dengan pendekatan-pendekatan persuasif guna meminimalisir tingkat

perceraian. Komunikasi persuasif mempunyai kesamaan dengan mengajar

yakni membantu seseorang untuk memahami atau menyetujui. Dalam

komunikasi persuasif penyampaian pesan dapat dibantu dengan

menggunakan aturan klasik belajar, pengaruh, asosiasi mendatang, rasa

memiliki dan repitisi. Pesan merupakan unsur penting dalam proses

Page 16: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

4

komunikasi persuasif. Keberhasilan komunikasi persuasif yang dilakukan

akan berdampak pada perubahan sesuai dengan konteksnya yaitu bertujuan

untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pengadilan Agama yaitu

dengan mediasi, dimana dalam mediasi ini hakim sebagai mediator

diharapkan untuk mendamaikan pasangan suami-istri yang sedang dalam

proses perceraian. Suami istri yang sudah mengajukan perceraian ke

Pengadilan Agama tetapi demi mempertahankan pernikahan mereka berupaya

mencegah terjadinya perceraian maka usaha perdamaian dilakukan oleh

Pengadilan Agama yaitu mediasi. Penerapan mediasi ini diharapkan dapat

memperkuat keterlibatan para pihak dalam proses penyelesaian sengketa,

sehingga tidak ada istilah kalah ataupun menang dalam sidang karena mediasi

bertujuan untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa.

Penerapan komunikasi persuasif kini tidak hanya sebagai sebuah

sarana untuk pesan semata tetapi juga sudah berkembang menjadi hal penting

dalam mengelola hubungan antar manusia. Permasalahan ada yang

diselesaikan secara baik-baik atau kekeluargaan. Permasalahan juga ada yang

diselesaikan melalui jalur hukum. Melalui lembaga peradilan dengan

melibatkan hakim dalam penyelesaiannya. Salah satunya yaitu menyelesaikan

sebuah permasalahan dalam mediasi kasus perceraian, hakim menggunakan

strategi komunikasi persuasif sebagai penyelesaian kasus perceraian agar

kedua belah pihak berakhir damai.

Page 17: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

5

Berangkat dari hal ini Penulis kemudian terdorong untuk

melaksanakan penelitian tentang strategi komunikasi persuasif dalam

meminimalisir kasus perceraian di Kabupaten Gowa dan faktor apa saja yang

menjadi penyebab dari perceraian yang terjadi dalam masyarakat serta untuk

meneliti apa saja yang menjadi hambatan selama proses percerceraian di

Kabupaten Gowa. Dengan itu Penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Meminimalisir Kasus Perceraian

di Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir kasus

perceraian di Kabupaten Gowa?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya perceraian di Kabupaten Gowa?

3. Apa saja hambatan komunikasi dalam meminimalisir kasus perceraian di

Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarakan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir

kasus perceraian di Kabupaten Gowa

Page 18: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

6

2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perceraian di Kabupaten

Gowa

3. Untuk mengetahui hambatan komunikasi dalam meminimalisir kasus

perceraian di Kabupaten Gowa

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Praktis

Penulis berharap, penelitian ini dapat memberikan bahan masukan

dan pertimbangan kepada masyarakat terkhusus masyarakat Kabupaten

Gowa dalam meminimalisir tingkat perceraian. Diharapkan dapat menjadi

tambahan wawasan dan pengalaman bagi Penulis dalam mengaplikasikan

teori yang telah didapat dan mampu memadukan dengan realitas yang

terjadi di lapangan.

2. Kegunaan Akademi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

strategi komunikasi dalam meminimalisir perceraian serta sebagai acuan

dalam kegiatan penelitian berikutnya.

Page 19: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar

dalam penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil

yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan

dan gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang

sejenis. Kajian yang digunakan yaitu mengenai komunikasi persuasif

kognitif, afektif dan konatif dan perceraian. Berikut ini adalah rincian terkait

dengan penelitian terdahulu:

1. Penelitian oleh Wahyu Mharfin (2015) “Komunikasi Persuasif Badan

Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan pada Pasangan yang

Ingin Bercerai Di Kota Pekanbaru” menyatakan bahwa komunikasi

persuasif yang dilakukan yaitu: 1) Pihak penasehat memahamkan pihak

suami istri tentang pernikahan dalam Islam, 2) Komunikasi dilakukan

secara tatap muka (face to face) dan mediasi melalui telepon. 3) Penasehat

berusaha untuk mencarikan solusi (melakukan teknik-teknik persuasif)

dari permasalahan tanpa melakukan perceraian meskipun kedua pasangan

tersebut menginginkan perceraian.

2. Penelitian oleh Misbahul Jannah (2018) “Strategi Komunikasi Persuasif

Tokoh Masyarakat dalam Proses Resolusi Konflik Rumah Tangga (Studi

Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya)” menyatakan bahwa tokoh

masyarakat menggunakan strategi komunikasi yang hampir sama yaitu

7

Page 20: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

8

melakukan komunikasi yang baik serta komunikasi persuasif,

musyawarah antara sesama tokoh masyarakat terhadap konflik yang

terjadi, memanggil kedua belah pihak yang bersangkutan dan meminta

bantuan keluarga dari kedua belah pihak tersebut.

B. Konsep dan Teori Strategi Komunikasi Persuasif

1. Strategi Komunikasi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos”

berarti tentara dan kata “agein” yang artinya memimpin. Dengan

demikian, strategi dimaksudkan ialah memimpin tentara. Kemudian

muncul kata strategos yang berarti pemimpin tentara pada hirarki atas.

Jadi strategi merupakan konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni

perang para jenderal atau suatu rencana yang terbaik untuk memenangkan

peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yaitu "Tidak

ada sesuatu yang berarti segalanya kecuali mengetahui apa yang akan

dilakukan musuh, sebelum musuh melakukannya”.

Strategi adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk

mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi

tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan panduan

perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Page 21: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

9

Menurut Cangara (2013:64) seorang pensiunan jenderal Prusia

dalam bukunya On War merumuskan strategi adalah “suatu seni memakai

sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang”. Istilah komunikasi

berasal dari bahasa latin communis berarti menciptakan kebersamaan

antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata

communico yang artinya membagi.

Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa

berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol

visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri

sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain. Istilah

komunikasi berasal dari perkataan Latin communicare, yang berarti

berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama. Dalam

definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun

pengungkapannya beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas

fenomena komunikasi. Kesamaan tersebut nampak dalam isi yang

tercakup di dalamnya, yaitu adanya komunikator, komunikan, pesan,

media/saluran, umpan balik, efek, dampak serta adanya tujuan dan

terbentuknya pengertian bersama.

Cangara (2013:35) seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika

yang kemudian lebih banyak memberi perhatian pada studi riset

komunikasi khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi

komunikasi, yakni: “Komunikasi merupakan proses di mana suatu ide

Page 22: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

10

dialihkan dari sumber ke satu atau lebih penerima dengan tujuan

mengubah perilaku mereka.”

Suryadi (2018:6) menyatakan bahwa "strategi komunikasi adalah

pedoman dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan

manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus bisa

memperlihatkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,

dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu

bergantung pada situasi dan kondisi." Lebih lanjut Suryadi (2018:7),

strategi komunikasi terdiri dari dua aspek penting yang harus dipelajari

dan dipahami dengan baik, yaitu strategi yang dimaknai secara makro

(Planned multimedia strategy) dan secara mikro (single communication

medium strategy).

Selanjutnya, dari kedua aspek tersebut memiliki fungsi ganda,

yaitu 1) menyebarkan pesan komunikasi yang informatif, persuasif, dan

instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk mendapatkan hasil yang

optimal; 2) menjembatani cultural gap, contohnya suatu program yang

berasal dari produk kebudayaan lain dianggap baik untuk diterapkan dan

menjadikan milik kebudayaan sendiri sangat tergantung dari bagaimana

strategi mengemas infor masi tersebut dalam komunikasinya.

Dari pendapat tersebut terlihat bahwa makna strategi komunikasi

lebih cenderung mengarah pada upaya mengemas pesan untuk dapat

dikomunikasikan secara efektif. Selanjutnya, Suryadi menyimpulkan

Page 23: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

11

(2018:7) Sesungguhnya suatu strategi merupakan keseluruhan dari putusan

kondisional tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.

Jadi, merumuskan strategi komunikasi merupakan mempertimbangkan

kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan

mungkin dihadapi di masa yang akan datang untuk mencapai efektivitas.

Dengan strategi komunikasi ini berarti dapat ditempuh beberapa cara

menggunakan komunikasi secara sadar untuk menciptakan efektifitas.

Strategi komunikasi dapat dimaknai sebagai suatu kondisi kesesuaian

antara harapan dengan kenyataan dalam konteks komunikasi

antarmanusia, lingkungan, media untuk mencapai tujuan hidupnya.

Menurut Suryanto (2015:50) menyatakan Komunikasi adalah

mekanisme yang menimbulkan pengetahuan dan berkembangnya

hubungan manusia, semua lambang pikiran bersama, sarana untuk

menyiarkannya dalam ruang dan merekam dalam waktu. Mekanisme ini

meluputi ekspresi wajah, gerak-gerik, suara, kata-kata, tulisan, percetakan,

kereta api, telegram, telepon, dan sebagainya yang merupakan penemuan

untuk menguasai uang dan waktu.

Menurut Suryanto (2015:51) menyatakan bahwa komunikasi

adalah proses yang menjadi dasar pertama memahami hakikat manusia.

Dikisahkan sebagai proses karena ada aktivitas yang melibatkan peranan

banyak elemen atau tahapan yang meskipun terpisah-pisah, tahapan ini

saling berkaitan sepanjang waktu. Contoh, dalam percakapan yang

Page 24: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

12

sederhana, langkah, seperti pesan, pengiriman, penerimaan, dan

interpretasi terhadap pesan.

Menurut Cangara (2013:64) memberi batasan pengertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah

laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.

Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton dalam Cangara

(2013:64) membuat definisi dengan menyatakan “Strategi komunikasi

adalah kombinasi atau gabungan yang terbaik dari semua elemen

komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan

komunikasi yang optimal.

Menurut Rachmadani (2013:216) menyatakan bahwa “Strategi

pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Demikianlah pula strategi

komunikasi yaitu petunjuk dari komunikasi (communication planning) dan

manajemen komunikasi (communication management) untuk memperoleh

suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus

dapat memperlihatkan bagaimana operasionalnya secara taktis patut

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi.

Adapun fungsi dan Strategi Komunikasi Uchjana (2017:32)

menjelaskan tentang fungsi dan strategi komunikasi. Strategi pada

hakikatnya merupakan perencanaan (planning) dan manajemen

Page 25: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

13

(management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi komunikasi

harus bisa menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

kapan saja bergantung pada situasi dan kondisi.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa

komunikan mengerti pesan yang diterimanya, Andaikata ia sudah bisa

mengerti dan menerima, maka orang yang menerima itu harus dibina (to

establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate

action).

Strategi komunikasi sudah pasti bersifat makro yang dalam

prosesnya berlangsung secara vertikal piramidal. Orang yang

menyampaikan atau yang mengirim pesan, yaitu komunikator, ikut

menentukan suksesnya komunikasi. Dalam hubungan ini faktor source

credibility komunikator mengambil peranan yang sangat penting. Istilah

kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terintegrasi dari

keahlian dan kelayakan dipercaya. Seorang komunikator memiliki

kredibilitas disebabkan oleh etos pada dirinya, yaitu apa yang dikatakan

Aristoteles – Dan yang hingga kini dijadikan pedoman adalah good

sennse, good moral, and good character dan kemudian oleh para

cendekiawan modern diformulalsikan menjadi itikad baik, kelayakan

untuk dipercaya, serta kecakapan atau keahlian.

Lebih lanjut Uchjana (2017:35-39) menjelaskan tentang korelasi

antarkomponen dalam strategi komunikasi. Komunikasi merupakan proses

Page 26: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

14

yang sukar. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu

pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor penghambat. Yakni:

a. Mengenali sasaran komunikasi

Apapun metode, tujuan dan banyaknya sasaran, pada diri

komunikan perlu diperhatikan beberapa faktor seperti:

1) Faktor kerangka referensi atau kerangka sumber

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada

komunikan harus di sesuaikan dengan kerangka referensi (frame of

reference). Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya

sebagai hasil dan panduan pengalaman, gaya hidup, status sosial,

pendidikan, ideologi, norma hidup, cita-cita dan sebagainya.

Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan orang lain.

Ada yang berbeda secara ekstrem seperti antara murid SD

dengan seorang mahasiswa atau seorang petani dengan seorang

diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja seperti seorang perwira

dengan seorang perwira lain yang sama-sama lulusan AKABRI.

2) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksud dengan situasi di sini adalah situasi

komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita

sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi

dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat

komunikasi sedang berlangsung. Sedangkan yang dimaksudkan

dengan kondisi di sini adalah state of personality komunikan, yaitu

Page 27: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

15

keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan

komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila

komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit atau lapar.

b. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai tujuan komunikasi kita dapat memilih salah

satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang

ingin dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan

dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media

komunikasi itu tidak dapat dikonfirmasi dengan pasti karena media

komunikasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan

teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi,teknik

persuasi, atau teknik instruksi. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan

(the content of the messages) dan lambang (symbol), isi pesan

komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-

macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi

komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture).

Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya

menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung pengertian

konotatif. Jika terpaksa harus kita katakan dikarenakan tidak ada

perkataan lain yang tepat, maka kata tersebut yang diduga

mengandung makna konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai

Page 28: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

16

makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan

interpretasi yang salah.

d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia

melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source

attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

1) Daya tarik sumber (source attractiveness)

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi,

akan mapu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan

melalui mekanisme dayatarik jika pihak komunikan merasa bahwa

komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan,

komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh

komunikator.

2) Kredibilitas sumber (source credibility)

Faktor kedua yang dapat menyebabkan komunikasi berhasil

adalah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan

ini sakat berkaitan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki oleh

seorang komunikator.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam

berurusan dengan komunikan harus bersikap empatik, yaitu

kemampuan seseorang untuk meproyeksikan dirinya kepada peranan

orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan

oleh orang lain. Seorang komunikator harus berempati ketika dia

Page 29: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

17

berkomunikasi dengan komunikan yang sedang, sakit, sibuk, sedih,

marah, kecewa dan sebagainya.

2. Komunikasi Persuasif

Salah satu bentuk komunikasi paling mendasar yaitu komunikasi

persuasif, yakni proses mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang

lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi persuasif

dimanfaatkan orang sudah sejak lama. Komunikasi persuasif merupakan

suatu usaha mengubah sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk

mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, komunikasi persuasi yang efektif

adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu pesan dengan cara yang

membuat audiens merasa mempunyai pilihan dan membuatnya mereka

setuju. Di dalam suatu organisasi, persuasif dimaksudkan untuk menjual

ide atau gagasan kepada orang lain, memberi saran agar prosedur operasi

lebih efisien mengumpulkan suatu dukungan untuk kegiatan tertentu.

Tujuan pokok komunikasi persuasif adalah untuk mempengaruhi

orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai atau sifat sasaran.

Dengan demikian, isi pesan persuasif berusaha untuk mengkondisikan,

menguatkan atau membuat pengubahan tanggapan sasaran. Oleh karena

itu, terdapat tiga tujuan persuasif, yaitu membentuk tanggapan,

memperkuat tanggapan dan mengubah tanggapan.

Komunikasi persuasif sebagai sebuah strategi komunikasi telah

dipercaya efektif dalam mengubah sikap dan perilaku. Seperti yang telah

dipaparkan pada penelitian terdahulu bahwa pada umumnya nilai-nilai

Page 30: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

18

persuasif yang dilakukan orang dalam berdikusi dapat mengubah perilaku

dalam kelompok dibandingkan dengan strategi mendengarkan ceramah

atau membaca. Komunikasi persuasif dalam lingkup komunikasi

kelompok merupakan strategi komunikasi yang strategis dalam

mendukung tujuan kelompok karena komunikasi yang dilakukan di dalam

kelompok kecil bersifat langsung dan tatap muka sehingga memudahkan

upaya pengubahan sikap dan perilaku melalui pesan-pesan yang bersifat

verbal dan nonverbal.

Komunikasi persuasif menurut Suryanto (2015:354) merupakan

komunikasi yang bertujuan mengubah atau memengaruhi kepercayaan,

sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan yang

diharapkan oleh komunikator. Pada umumnya sikap-sikap individu

(kelompok) yang hendak dipengaruhi terdiri atas tiga komponen, yaitu

sebagai berikut.

a. Kognitif-perilaku individu yang mencapai tingkat "tahu" dari objek

yang diperkenalkan. Ritonga (dalam Luthfi Zarkasi, 2016:25) kognitif

menyangkut kesadaran dan pengetahuan. Dalam proses ini, terjadinya

perubahan pada diri audiens berkaitan dengan pikirannya. Misal,

menjadi ingat atau sadar, mengenal atau mengetahui sesuatu. Kognitif

yaitu menyangkut apa yang diketahui mengenai suatu objek,

bagaimana pengalaman seseorang dengan objek ini, dan bagaimana

pendapat atau pandangan tentang objek ini. Aspek kognitif ini

berkaitan dengan kepercayaan, teori, harapan, sebab dan akibat dari

Page 31: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

19

suatu kepercayaan dan persepsi relatif seseorang terhadap objek

tertentu. Kognitif, berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk

peningkatan pemahaman, mudah dimengerti, dan logis bisa diterima.

Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator dan

komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis.

Artinya, ide atau informasi yang disampaikan tersebut tidak bisa

diterima sebelum dikenakan alasan yang jelas dan wajar.

b. Afektif-perilaku individu yang memiliki kecenderungan untuk suka

atau tidak suka pada objek. Afektif kaitannya dengan penguasaan suatu

disiplin ilmu yang sedang dipelajari dikemukakan oleh Krathwohl,

Bloom, dan Masia (1975) (dalam Muhsin 2017:179), menjadi lima

klasifikasi kemampuan afektif, yaitu: (1) Menerima: Kemampuan ini

berkaitan dengan keinginan individu untuk terbuka atau peka pada

perangsang atau pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya. (2)

Merespon: Pada tingkat ini muncul keinginan untuk melakukan

tindakan sebagai respon pada perangsang tersebut. (3) Menghargai:

Penyertaan rasa puas dan nikmat ketika melakukan respon pada

perangsang menyebabkan individu ingin secara konsisten

menampilkan tindakan itu dalam situasi yang serupa. (4)

Mengorganisasi: Individu yang sudah secara konsisten dan berhasil

menampilkan suatu nilai, pada suatu saat akan menghadapi situasi

dimana dimana lebih dari satu nilai yang bisa ditampilkan, dan (5)

Pengamalan: Bertindak konsisten sesuai dengan nilai yang

Page 32: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

20

dimilikinya. Ini adalah tingkatan tertinggi dari aspek afektif, di mana

individu akan berlaku konsisten berdasarkan nilai yang dijunjungnya

dan berasal dari hati nurani yang paling dalam.

Ritonga (dalam Luthfi Zarkasi, 2016 : 25) afektif menyangkut

emosi atau perasaan atau sikap dari seseorang, terjadinya perubahan

pada diri audien berkaitan dengan gerak hati. Misal, menjadi setuju

atau tidak setuju dengan sesuatu, gembira atau sedih. Afektif, yaitu

menyangkut apa yang dirasakan seseorang mengenai suatu objek.

Komponen ini berbicara tentang emosi. Afeksi menunjukkan persaan,

respek, atau perhatian terhadap objek tertentu, seperti ketakutan,

kesukaan atau kemarahan.

c. Konatif-perilaku yang telah mencapai tahap hingga individu

melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek. Ritonga (dalam Luthfi

Zarkasi, 2016:25) menyangkut perilaku atau tindakan dari seseorang.

Lebih jauh, terjadinya perubahan pada diri audiens terkait dengan

perbuatannya. Misal, menjadi berbuat sesuatu sesuatu sesuai arahan,

atau menolak berbuat. Yaitu perdisposisi untuk bertindak

(memutuskan) terhadap objek atau mengimplementasikan perilaku

sebagai tujuan terhadap objek.

Komunikasi persuasif marupakan suatu proses, yaitu proses

memengaruhi pendapat, sikap, dan perilaku orang lain, baik secara verbal

maupun nonverbal. Prosesnya adalah segala gejala atau fenomena yang

menunjukkan perubahan yang terus-menerus dalam konteks waktu,

Page 33: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

21

pelaksanaan atau perlakuan. Ada beberapa masalah yang saling terkait

dengan penggunaan proses, yaitu masalah dinamika, objek dan masalah

penggunaan bahasa. Istilah persuasi bersumber dari bahasa Latin,

persuasif. yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Persuasi dapat

dilakukan secara rasional dan secara emosional.

Dengan cara rasional, komponen kognitif pada sesearang dapat

dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi

yang dilakukan Secara emosional menyerntuh aspek afeksi, yaitu hal yang

berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional,

simpati dan empati sesorang dapat digugah.

Adapun komponen-komponen dalam persuasi termasuk bentuk dari

proses komunikasi yang dapat menyebabkan perubahan, dilakukan secara

sadar maupun tidak, dilakukan secara verbal ataupun non verbal. Faktor-

faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunika persuasi termasuk

kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang. orang yang dihadapi,

serta memilih strategi yang tepat.

3. Hambatan Komunikasi

Hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan komunikasi

dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya,

termasuk faktor lingkungan tempat komunikasi itu terjadi. Gangguan

komunikasi terjadi jika ada intervensi yang menggangggu salah satu

elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung

Page 34: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

22

secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan bahwa

adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat terjadi

seperti apa yang diharapkan komunikator dan penerima. Gangguan atau

hambatan secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal

dan hambatan eksternal.

a. Hambatan Internal

Hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi

fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan

pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi.

Demikian juga seseorang yang mengalami depresi atau sedang tertekan

tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik.

b. Hambatan Eksternal

Hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan

lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya, kebisingan

atau suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan

komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar

belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.

Menurut Suryanto (2015:67), ada beberapa jenis hambatan

komunikasi, yaitu sebagai berikut.

1) Fisik, meliputi kebisingan yang berasal dari suara, seperti kebisingan

lalu lintas, ombak, musik yang keras, mesin-mesin mobil, sensor atau

gergaji mesin, badai atau angin, hingga bau badan atau bau mulut.

Page 35: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

23

2) Jarak, misalnya Anda tidak bebas berkomunikasi dengan seseorang

karena kalian dipisahkan oleh sebuah meja besar di depan Anda.

3) Psikologis, umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan

komunikasi tidak mengkaji dulu keadaan atau suasana hati dari

komunikan. Komunikasi akan sulit berhasil jika komunikan sedang

sedih, bingung, marah, merasa kecewa, dan kondisi psikologi lainnya,

juga jika komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada

komunikator. meliputi semua jenis gangguan yang berasal dari faktor-

faktor psikologis, seperti self-awareness, self-perception, motivasi,

persepsi, hambatan mental yang mengganggu kelancaran pengiriman

dan penerimaan pesan.

4) Sosiologis, misalnya hambatan status sosial, stratifikasi Sosial,

kedudukan atau peran yang berbeda antara pengirim dan penerima

pesan. Faktor-faktor ini mengurangi tingkat kebebasan berkomunikasi

interpersonal. Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis

pergaulan diklarifikasikan menjadi dua yaitu gemeinschaf (pergaulan

hidup yang bersifat pribadi, tak rasional dan statis) dan gesellschaft

(pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, rasional dan dinamis).

Perbedaan tipe pergaulan tersebutlah yang menjadi perbedaan karakter

sehingga kadang-kadang menyebabkan perlakuan berbeda dalam

berkomunikasi. Berkomunikasi dalam Gemeinschaf dengan istri atau

anak tidak akan menemui banyak kendala karena bersifat pribadi atau

personal sehingga dapat dilakukan dengan santai, adalah lain dengan

Page 36: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

24

komunikasi dalam Gesellschaft. Masyarakat terdiri dari berbagai

kelompok dan lapisan, yang menyebabkan perbedaan dalam status

agama, sosial, tingkat kekayaan, tingkat pendidikan, ideologi, dan

sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi

kelancaran komunikasi.

5) Antropologis, melalui hambatan kultural, seperti perbedaan latar

belakang budaya, kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain antara

pengirim dan penerima yang memengaruhi komunikasi. Hambatan ini

terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam warna kulit,

postur, dan kebudayaan yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya

hidup (way of life) norma kebiasaan dan bahasa. Dalam melancarkan

komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil jika dia tidak

mengetahui siapa komunikan yang akan menjadi sasarannya. Yang

dimaksud dengan “siapa” di sini bukan nama yang disandang

melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengetahui

dirinya juga akan mengenali pula, gaya hidup dan norma

kehidupannya, kebudayaannya, bahasanya dan kebiasaannya.

Komunikasi akan berjalan dengan lancar jika pesan yang disampaikan

oleh komunikator diterima oleh komunikan sepenuhnya, yaitu

diterima dalam pengertian received dan indrawi, dan dalam pengertian

accepted atau secara rohani.

Page 37: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

25

4. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi

Menurut Syahputra (2017:22-23) Ada beberapa cara untuk

mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:

a. Gunakan umpan balik (feedback)

Setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang

diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal,

kemudian memberikan interpretasi terhadap umpan balik itu dengan

benar.

b. Memahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan

baik. Setiap individu adalah pribadi yang khas yang memiliki latar

belakang psikologis, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan yang

berbeda. Dengan memahami, seseorang dapat memakai taktik yang

tepat dalam berkomunikasi.

c. Gunakan komunikasi langsung (face to face)

Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena

sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat menggabungkan bahasa

verbal dan bahasa non verbal. Selai kata-kata yang selektif, kontak

mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language

(isyarat diluar bahasa) juga dapat digunakan agar membuat

komunikasi lebih berdaya guna.

d. Gunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah

Kosakata yang dipakai harusnya dapat dimengerti dan dipahami tidak

menggunakan istilah-istilah yang rumit dimengerti pendengar.

Page 38: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

26

Gunakan pola kalimat yang lebih sederhana karena kalimat yang

mengandung banyak klausa membuat pesan sulit dipahami. Bagaimana

pun pasti terdapat cara untuk mengatasi dan mengurangi hambatan

komunikasi, yaitu seperti menjauhi suara gaduh dan pusatkan perhatian

kita hanya untuk orang lain untuk mengatasi hambatan-hambatan

semacam itu. Atau kita dapat juga pindah ke tempat yang lebih tenang

atau yang terhindar dari segala macam gangguan. Fokuskan perhatian

kita dengan mendengarkan secara cermat dan menjelaskan secara rinci

poin-poin yang akan disampaikan.

5. Strategi Komunikasi dalam Menjaga Hubungan Perkawinan

Menurut Rachmadani (2013:218) yang menjadi strategi

komunikasi dalam menjaga hubungan perkawinan adalah:

a. Kematangan Emosi dan Pikiran

Kematangan emosi dan pikiran akan saling terkait. Jika

seseorang telah matang emosinya dan dapat mengendalikan emosinya,

maka individu tersebut lebih bisa berpikir secara hati-hati atau matang,

berpikir secara baik dan berpikir secara obyektif. Dalam kaitannya

dengan perkawinan, jelas hal ini dituntut agar suami istri dapat melihat

permasaahan yang ada dalam keluarga dengan secara baik dan secara

obyektif.

b. Memiliki Sikap Toleransi

Dengan adanya sikap bertoleransi ini berarti antara suami dan

istri memiliki sikap saling memberi dan saling menerima, saling tolong

Page 39: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

27

menolong. Untuk mempunyai sikap bertoleransi yang baik memang

bukan suatu hal yang mudah, namun ini perlu dibina dan hal ini bisa

dilakukankan jika ada kesepemahaman dari kedua belah pihak.

c. Saling Pengertian

Antara suami istri dituntut adanya sikap saling pengertian

dengan satu sama lain. Suami harus mengerti mengenai situasi dan

kondisi istrinya begitu pula sebaliknya. Dengan adanya pengertian pada

masing-masing pihak, maka akan lebih tepatlah tindakan yang akan

diambilnya, sehingga baik suami maupun istri akan lebih bijaksana

dalam mengambi langkah-langkahnya.

d. Memberikan Kepercayaan

Baik suami maupun istri dalam kehidupan berkeluarga harus

dapat menerima dan memberikan kepercayaan dari masing-masing

pihak.

6. Hubungan Perkawinan

Hubungan Perkawinan Menurut Rachmadani (2013:219) Keluarga

adalah unit terkecil atau kelompok sosial terkecil yang ada dalam suatu

masyarakat yang mempunyai fungsi dan peran masing-masing. Sebuah

keluarga atau family terdiri dari orang-orang yang menganggap bahwa

mereka memiliki hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga juga

dapat diartikan sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, hubungan pernikahan atau adopsi dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lain dan didalam

Page 40: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

28

perannya masing-masing dan menciptakan serta memelihara atau

mempertahankan suatu kebudayaan.

Kedudukan yang paling utama setiap keluarga adalah fungsi

pengantara pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan

struktur sosial yang lebih besar. Hanya melalui keluargalah masyarakat itu

bisa mendapatkan dukungan yang diperlukan dari individu-individu.

Sebaliknya, keluarga hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh

masyarakat yang lebih luas.

7. Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Perceraian menurut bahasa cerai putus ikatan hubungan rumah

tangga (suami istri), pisah, perpisahan, dan perpecahan. Perceraian

menurut Mulkiyan (2016:18) adalah pilihan paling menyakitkan bagi

pasangan suami dan istri, namun demikian perceraian bisa jadi pilihan

terbaik yang bisa membukakan jalan terbaik bagi kehidupan yang

membahagiakan.

Perceraian mengakibatkan status seorang laki-laki sebagai

suami maupun status seorang perempuan sebagai istri akan berakhir,

namun perceraian tidaklah menghentikan status mereka masing-masing

sebagai ayah dan ibu terhadap rusaknya hubungan perkawianan.

Perceraian menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.1

tahun 1974 pasal 39 Ayat (1) dan (2) maka dasar hukum perceraian

dikatakan bahwa:

Page 41: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

29

1) Perceraian dapat dilakukan di depan sidang pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidah berhasil mendamaikan kedua

belah pihak.

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara

suami istri tidak akan hidup rukun sebagai suami istri.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian

merupakan pemutusan hubungan pernikahan karena keinginan kedua

belah pihak, yang dilakukan atas keinginan suami atau istri

berdasarkan keputusan pengadilan yang mengakibatkan status suami

atau istri berakhir. Perceraian terjadi karena kegagalan dalam mencapai

tujuan pernikahan yang bahagia, kekal, dan sejahtera.

Talak adalah suatu bentuk perceraian yang dinyatakan oleh

suami serta lisan atau tulisan, dengan bunyi: ”Akan talak engkau”.

Perceraian menurur ahli fiqih disebut talak atau furqoh. Talak diambil

dari kata (itlaq), artinya melepaskan, atau meninggalkan. Sedangkan

istilah syara’ talak adalah melepaskan ikatan pernikahan, atau

rusaknya hubungan perkawinan. ceraikan engkau” juga bisa digunakan

kata-kata lain yang sama artinya, dimana maksud suami untuk

menceraikan istrinya itu jelas.

Oleh karena itu talak berarti membuka ikatan atau melepaskan

ikatan, membatalkan perjanjian selama berhubungan sebagai suami

istri. Sedangkan furqah berarti cerai, sebagai lawan dari perkumpulan

atau bersama.

Page 42: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

30

Berdasarkan kedua perkataan tersebut ini dijadikan istilah para

ahli fiqih yang berarti perceraian antara suami istri. Perkataan talak dan

furqah dalam istilah fikih mempunyai arti yang umum dan khusus. Arti

yang umum ialah segala bentuk percerain oleh hakim dan perceraian

yang jatuh dengan sendirinya seperti perceraian yang disebabkan

karena meninggalnya salah seorang dari suami istri. Arti khusus ialah

perceraian yang diajukan oleh suami saja.

Perceraian suami ataupun istri mempunyai hak yakni suami

memberikan hak talak atau cerai, dan istri memberikan hak khuluk

sedang hak faasakh dapatdilaksanakan oleh suami atau istri yakni:

1) Hak talak (cerai) dapat dilaksanakan oleh suami:

a) Apabila istri berbuat zina.

b) Apabila istri tidak mau menaati nasehat suami untuk bertingkah

laku secara terhormat.

c) Apabila istri mabuk dan berjudi.

d) Apabila tingkahlaku istri mengganggu ketentraman rumah

tangga.

e) Apabila hal-hal lain yang menyebabkan tidak mungkin

penyelenggaraan rumah tangga yang damai dan teratur.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, bahwa suami berhak

memberikan talak dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan

tertentu, sementara hak pembawaan dapat dilaksanakan oleh istri

sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini:

Page 43: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

31

2) Hak khuluk (pembawaan) dapat dilaksanakan oleh istri.

a) Apabila ia khawatir tidak dapat melakukan ibadah kepada Allah

dalam kelangsungan perkawinan.

b) Apabila ia khawatir tidak dapat taat kepada suaminya karena ia

menjadi benci kepadanya.

c) Apabila suami berbuat zina.

d) Apabila suami suka berjudi atau mabuk-mabukan atau sangat

kasar

e) Apabila adahal-hal lain yang menyebabkan tidak mungkin

penyelenggaraan rumah tangga yang damai dan teratur.

Sesungguhnya pemutusan ikatan perkawinan dapat dilaksanakan

oleh pihak suami ataupun istri, akan tetapi ada batasan-batasan tertentu

dalam mengambil sebuah keputusan. Perselisihan dalam satu rumah

tangga adalah merupakan dinamika hidup dalam berkeluarga, sehingga

jika terjadi persolan seperti ini terlebih dahulu diberikan bimbingan dan

pembinaan pemutusan ikatan perkawinan sebelum lanjut pada ujung

perceraian atau talak.

Pemutusan ikatan perkawinan dapat dilaksanakan suami atau istri

dengan ketentuan seperti yang dijelaskan di bawah ini:

3) Hak fasakh (pemutusan ikatan perkawinan) dapat dilaksanakan

oleh suami maupun istri, yakni sebagai berikut:

a) Apabila suami atau istri menderita sakit gila

b) Apabila suami atau istri mendapat sakit kusta

Page 44: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

32

c) Apabila suami atau istri mendapat sopak (sejenis penyakit

kulit)

d) Apabila suami atua istri mendapat penyakit yang menyebabkan

mereka tidak dapat melakukan persetubuhan, seperti peluh

(impoten, hilang zakar, atau rataq (tertutup kemaluannya).

e) Apabila suami terlalu miskin untuk mampu memberikan nafkah

(makan, pakaian, dan tempat tinggal).

f) Apabila suami hilang selam empat tahun dan tidak ada

seorangpun yang mengetahui keadaan hidup atau matinya.

Perkataan talak oleh ahli fikih yang dahulu lebih banyak

diartikan dengan ahli yang umum dari pada yang khusus. Hal ini dapat

dilihat pada pengertian talak berikut ini yakni talak diambil dari ithlaq

artinya (melepaskan) atau isral (memutuskan), atau tarkum

(meninggalkan), firaaqun (perpisahan) jadi yang dimaksud dengan

talak ialah melepaskan iktan perkawinan dengan lafazh talak

sebangsanya. Dalam hukum Islam, talak adalah ikatan suami

dihadapan sidang pengadilan agama karena suatu sebab tertentu.

b. Faktor Terjadinya Perceraian

Undang-Undang tentang Peraturan Pemerintah Nomor 9 Pasal

19 Tahun 1975 berbunyi tentang faktor perceraian terjadi karena

alasan:

1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

Page 45: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

33

2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lainnya yang berada diluar kemampuannya.

3) Salah satu pihak mendapat hukuman selama 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah pernikahan berlangsung.

4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak lain.

5) Salah satu pihak memiliki cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

6) Perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri tidak ada

harapan akan kehidupan yang harmonis dalam rumah tangga.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian yang sebelumnya,

maka dapat disusun suatu kerangka dalam penelitian ini, seperti yang

disajikan pada gambar berikut ini:

Page 46: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

34

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

Sumber: 2020, Penulis.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul strategi komunikasi persuasif dalam

meminimalisir kasus perceraian di Kabupaten Gowa. Oleh karena itu

penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada strategi komunikasi persuasif

dan hambatan dalam meminimalisir kasus perceraian.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Strategi Komunikasi

Suryadi (2018:6) menyatakan bahwa "strategi komunikasi adalah

pedoman dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan

manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan.

Strategi Komunikasi

Faktor

Penyebab

Perceraian

Kasus Perceraian Terminimalisir

Hambatan dalam

Strategi Komunikasi

Persuasif

Komunikasi Persuasif:

Kognitif

Afektif

Konatif

Page 47: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

35

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus bisa

memperlihatkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,

dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-

waktu bergantung pada situasi dan kondisi."

2. Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif menurut Suryanto (2015:354) merupakan

komunikasi yang bertujuan mengubah atau memengaruhi kepercayaan,

sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan yang

diharapkan oleh komunikator.

3. Kognitif adalah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya

yang menyangkut otak adalah termasuk kognitif. Ada enam aspek yaitu

pengetahuan, pemahamn, penerapan, analisis, sintesi, dan perilaku.

4. Afektif adalah berkenaan dengan perasaan, mempengaruhi keadaan

perasaan dan emosi. Semua hal yang berkaitan dengan rasa dalam

penilaiannya menggunakan ranah afektif.

5. Konatif adalah perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu

melakukan sesuatu tindakan terhadap objek. Jadi, konatif adalah

perwujudan dari kognitif dan afektif.

6. Hambatan Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan sebuah

pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor penghambat

komunikasi. Yakni: Hambatan internal dan eksternal yang meliputi Fisik,

jarak, psikolgis, Sosiologis, antropologis, hambatan fisiologis, semantik.

Page 48: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian “Strategi Komunikasi Persuasif dalam

Meminimalisir Kasus Perceraian Di Kabupaten Gowa” yang dilaksanakan

mulai dari bulan Februari sampai dengan Maret 2020. Penelitian ini

berlangsung di Pengadilan Agama Sungguminasa yang beralamat di Jl.

Mesjid Raya, Sungguminasa, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan 92114 .

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Berdasarkan pada adanya latar belakang masalah, rumusan masalah

dan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya pada bagian awal,

peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif sendiri

didefinisikan sebagai suatu penelitian dengan tujuan melukiskan secara

sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu, baik

berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur, atau

sistem secara faktual dan cermat. Penelitian jenis ini mencoba

mendeskripsikan dengan cukup dan tepat mengenai semua aktivitas, objek,

proses dan manusia.

Dari penjelasan jenis penelitian di atas, peneliti memahami bahwa

penelitian deskriptif kualitatif berupaya menggambarkan semua keadaan dan

36

Page 49: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

37

kejadian dari yang diteliti dengan cermat dan faktual serta sistematis melalui

data-data kualitatif. Dengan jenis penelitian ini, Peneliti berupaya

mendeskripsikan strategi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh

Pengadilan Agama Kabupaten Gowa.

C. Informan Penelitian

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan

informan penelitian ini. Purposive sampling merupakan penentuan informan

tidak berdasarkan atas strata, kedudukan pedoman atau wilayah tetapi

didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap

berhubungan degan permasalahan penelitian ini. Sesuai dengan kebutuhan

peneliti terkait dengan strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir

perceraian di Kabupaten Gowa. Maka Informan dalam penelitian yaitu hakim,

tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penggugat atau keluarga yang

digugat, orang yang bercerai dan orang yang rujuk (Suami-Istri).

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan para informan meliputi hakim,

tokoh masyarakat, keluarga penggugat atau keluarga yang digugat.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dapat dibagi kajian kepustakaan konseptual

yaitu pertama, kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis

oleh para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian

ini. Kedua, kajian kepustakaan dari hasil penelitian terdahulu yang ada

Page 50: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

38

referensinya dengan pembahasan penelitian ini, baik yang telah diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan dalam bentuk buku atau artikel ilmiah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data relevan dengan permasalahan judul, maka

teknik untuk mengumpulkan data dan informasi dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan yang cermat dan teliti secara langsung terhadap gejala-gejala

yang diselidiki. Teknik ini disusun guna mendapatkan informasi secara

langsung seperti aspek afektif, aspek kognitif dan sosial. Observasi yang

digunakan adalah observasi langsung, yaitu untuk mendapatkan data dari

subyek maka penulis menggunakan pedoman wawancara sebagai penguat

hasil observasi dan mencatat secara langsung beberapa hal yang berkaitan

dengan judul.

2. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa

dokumen-dokumen resmi yang ada di Kabupaten Gowa. Dalam hal ini

adalah Pengadilan Agama Sungguminasa, Kabupaten Gowa.

3. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan cara tanya

jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada

tujuan penelitian. Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh

Page 51: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

39

keterangan, informasi atau penjelasan seputar permasalahn secara

mendalam sehingga memperoleh data yang akurat karena diperoleh secara

langsung tanpa perantara.

Teknik wawancara (Interview) diperoleh dengan cara melakukan

wawancara langsung atau tanya-jawab dengan menyiapkan pedoman

wawancara terhadap informan terpilih dalam memberikan informasi-

informasi yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

menganalisa data, mempelajari serta menganalisis data-data tertentu sehingga

dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkrit tentang persoalan yang diteliti

dan sedang dibahas. Dalam menganalisa data penulis menggunakan deskriptif

kualitatif yaitu mengelola data dan melaporkan apa yang telah diperoleh

selama penelitian dengan cermat dan teliti serta memberikakn interpretasi

terhadap data itu kedalam suatu kebulatan yang utuh dengan menggunakan

kata-kata, sehingga dapat menggambarkan obyek penelitian saat melakukan

penelitian ini.

Disini penulis menggambarkan tentang realitas yang ada di lapangan

melalui metode observasi, wawancara dan pedoman wawancara yang

berkaitan dengan upaya masyarakat dalam meminimalisir kasus perceraian,

data tersebut dibaca, dicermati dan dipelajari kemudian menganalisa dengan

Page 52: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

40

menggunakan kata-kata yang kemudian menggunakan reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan dan perhatian

dan penyederhanaan, pengabstrakan, tranformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, dan

mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga dapat ditarik

kesimpulan data verifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data disini dibatasi sebagai kumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penarikan kesimpulan yakni kumpulan makna setiap kategori,

penulis berusaha mencari esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks

naratif yang berupa fokus penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka

penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang menjawab rumusan

masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Data pengolahan dan

penganalisasian data ini kemudian diberi interpretasi terhadap masalah

yang pada akhirnya digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik

kesimpulan.

Page 53: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

41

F. Keabsahan Data

Untuk menghindari kesalahan data yang akan dianalisis, maka

keabsahan data perlu diuji dengan beberapa cara. Pengabsahan data ialah

bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-benar

merupakan variabel yang ingin diukur. Salah satu caranya adalah dengan

proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi pada hakikatnya

merupakan pendekatan multi metode yang dilakukan peneliti pada saat

mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena

yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran

tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang, adapun bentuk

triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya

membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding apa

yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, Lebih lanjut dalam

penelitian ini yang mengkaji tentang strategi komunikasi persuasif dalam

meminimalisir kasus perceraian di kabupaten Gowa. Hasil wawancara

maupun pengamatan langsung dilapangan baik itu dari perspektif internal

maupun eksternal.

Page 54: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

42

2. Triangulasi Teknik

Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, maka untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Dalam penelitian ini, lebih lanjut peneliti menggunakan teknik yang

berbeda didalam memperoleh dan menggali informasi terkait dengan

strategi komunikasi persuasif pengadilan agama dalam meminimalisir

kasus perceraian untuk memastikan keakuratannya.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan

dengan pengecekan berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami

perubahan dari waktu ke waktu sehingga untuk mendapatkan data yang

sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya

satu kali pengamatan saja. Peneliti menggali informasi yang dibutuhkan

strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir kasus perceraian di

Kabupaten Gowa dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Page 55: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Kondisi Geografis dan Kodisi Demografis

a. Kondisi geografis

Gambar 4.1: Kondisi Geografis

Gedung Pengadilan Agama Sungguminasa pertama kali beralamat di

Jalan Andi Mallombassang No. 57 Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan

Somba Opu, Kabupaten Gowa dan gedung baru Pengadilan Agama

Sungguminasa sejak tahun 2009 beralamat di Jalan Masjid Raya No. 25,

Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan, Indonesia. Kode Pos 92111 yang sudah sesuai dengan

prototype dari Mahkamah Agung RI.

Email : [email protected]

No. Telepon : (0411) 864298

Website : http://www.pa-sungguminasa.go.id

43

Page 56: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

44

Letak astronomi gedung kantor: 5°11'55.6" LS - 119°27'11.3" BT.

Batas-batas gedung kantor (Kec. Somba Opu):

a. Utara : Kota Makassar

b. Selatan : Kecamatan Pallangga dan Kecamatan Bontomarannu

c. Timur : Kecamatan Pattalassang

d. Barat : Kecamatan Pallangga

Ketinggian daerah/attitude berada pada 25 meter di atas permukaan

laut. Kota Sungguminasa beriklim tropis

b. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk kabupaten gowa pada akhir tahun 2012 sebanyak

617.317 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 328

jiwa/km2.

- Laki-laki: 305.202 jiwa (49,4%)

- Perempuan: 312.115 jiwa (50.6%)

2. Sejarah

Pada mulanya Kabupaten Gowa adalah sebuah Kerajaan di

Sulawesi Selatan yang turun temurun diperintah oleh seorang Kepala

pemerintah disebut “Somba” atau “Raja”. Daerah TK.II Gowa pada

hakikatnya mulai terbentuk sejak beralihnya pemerintah Kabupaten Gowa

menjadi Daerah TK.II yang didasari oleh terbitnya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II, Makassar,

Gowa, Takalar, Jeneponto, yang diperkuat Undang-Undang Nomor 2

Page 57: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

45

Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II di Sulawesi (Tambahan

Lembaran Negara RI No. 1822).

Kepala Daerah TK.II Gowa yang pertama “Andi Ijo Dg Mattawang

Karaeng Lalowang “ yang juga disebut nama Sultan Muhammad Abdul

Kadir Aididdin Tumenanga Rijongaya, dan merupakan Raja Gowa yang

terakhir (Raja Gowa ke XXXVI).

Somba sebagai Kepala pemerintah Kabupaten Gowa didampingi

oleh seorang pejabat di bidang agama Islam yang disebut “kadi” (Qadli).

Meskipun demikian tidak semua Somba yang pernah menjadi Raja Gowa

didampingi oleh seorang Qadli, hanya ketika agama Islam mulai menyebar

secara merata dianut oleh seluruh rakyat kerajaan Gowa sampai ke

pelosok-pelosok desa, yaitu sekitar tahun 1857 M. Qadli pertama yang

diangkat oleh Raja Gowa bernama Qadli Muhammad Iskin. Qadli pada

waktu itu berfungsi sebagai penasehat Kerajaan atau Hakim Agama yang

bertugas memeriksa dan memutus perkara-perkara di bidang agama,

demikian secara turun temurun mulai diperkirakan tahun 1857 sampai

dengan Qadli yang keempat tahun 1956.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957

Setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957

terbentuklah Kepala Jawatan Agama Kabupaten Gowa secara resmi , maka

tugas dan wewenang Qadli secara otomatis diambil oleh Jawatan Agama.

Jadi Qadli yang kelima, setelah tahun 1956, diangkat oleh Depertemen

Agama RI sebagai Kantor Urusan Agama Kecamatan Somba Opu

Page 58: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

46

(sekaligus oleh Qadli) yang tugasnya hanya sebagai do‟a dan imam pada

shalat I‟ed.

4. Keputusan Menteri Agama Nomor 87 Tahun 1966

Berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 87 Tahun 1966 tanggal 3

Desember 1966, maka Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah

Sungguminasa secara resmi dibentuk dan menjalankan tugas-tugas

peradilan sebagaimana yang ditentukan didalam Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 1957 . Peresmian Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah

Sungguminasa ialah pada tanggal 29 Mei 1967. Sejak tanggal 29 Mei 1967

tersebut dapat dipimpin oleh Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah

K.H.Muh. Saleh Thaha (1967 s/d 1976) Pengadilan Agama / Mahkamah

Syariah Sungguminasa menjalankan kekuasaan kehakiman di bidang

Agama membawahi 18 Kecamatan yang terdiri dari 46 Kelurahan dan 123

Desa

Ketua Pengadilan Agama Sungguminasa dari tahun ke tahun :

a. K.H. Muh. Saleh Thaha, (1966-1976)

b. K.H. Drs. Muh. Ya‟la Thahir, (1976-1982)

c. K.H. Muh. Syahid, (1982-1984)

d. Drs. Andi Syamsu Alam, S.H, (1984-1992)

e. K.H. Muh. Alwi Aly (Tidak Aktif), ( - )

f. Drs. Andi Syaiful Islam Thahir, (1992-1995)

g. Drs. Muh. As‟ad Sanusi, S.H., (1995-1998)

h. Dra. Hj. Rahmah Umar, (1998-2003)

Page 59: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

47

i. Drs. Anwar Rahman, (4 Peb s/d Sep 2004)

j. Drs. Kheril R, M.H. (4 Okt s/d 14 Des 2007)

k. Drs. H.M. Alwi Thaha, S.H., M.H. (14 Des 2007 s/d 2012)

l. Drs. H. Hasanuddin, M.H. (2012 s/d 2015)

m. Dra. Nur Alam Syaf, S.H., M.H. (2015 s/d 2017)

n. Drs. Ahmad Nur, M.H. (2017 s/d Sekarang)

5. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sungguminasa

a. Visi

"Terwujudnya Badan Peradilan yang Agung"

(Visi Mahkmah Agung RI 2010-203

"Terwujudnya Lembaga Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas

IB yang Agung" (Visi Pengadilan Agama Sungguminasa)

b. Misi

1) Menjaga kemandirian Badan Peradilan

2) Memberika pelayanan hukum yang berkeadilan kepada Pencari

Keadilan

3) Meningkatkan kualitas kepemimpinan Badan Peradilan

4) Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Badan Peradilan

(Misi Badan Peradilan 2010-2035)

a. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Sungguminasa

b. Memberikan pelayanan hukum bagi Pencari Keadilan

c. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama

Sungguminasa

Page 60: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

48

d. Meningkatkan kinerja Pengadilan Agama Sungguminasa yang berbasis

teknologi informasi

(Misi Pengadilan Agama Sungguminasa)

6. Tugas Pokok & Fungsi

a. Tugas Pokok

Pengadilan Agama Sungguminasa melaksanakan tugasnya

sesuai dengan ketentuan Pasal 2 jo. Pasal 49 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

tahun 1989 Tentang Peradilan Agama adalah memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang:

1) Perkawinan

Hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-

undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan

menurut syari'ah, antara lain :

a) Izin beristri lebih dari seorang;

b) Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum

berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali,

atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;

c) Dispensasi kawin;

d) Pencegahan perkawinan;

e) Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

f) Pembatalan perkawinan;

Page 61: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

49

g) Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;

h) Perceraian karena talak;

i) Gugatan perceraian;

j) Penyelesaian harta bersama;

k) Penguasaan anak-anak;

l) Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak

bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak

mematuhinya;

m) Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami

kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas

istri;

n) Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;

o) Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

p) Pencabutan kekuasaan wali;

q) Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal

kekuasaan seorang wali dicabut;

r) Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum

Cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua

orang tuanya;

s) Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak

yang ada di bawah keuasaannya;

t) Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;

Page 62: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

50

u) Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk

melakukan perkawinan campuran;

v) Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum

Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

dan dijalankan menurut peraturan yang lain.

2) Waris

Penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan

mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing

ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan

tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohoonan seseorang

tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan

bagian masing-masing ahli waris.

3) Wasiat

Perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau

manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang

berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia

4) Hibah

Pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan

dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk

dimiliki.

5) Wakaf

Perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda

Page 63: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

51

miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu

tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah

dan/atau kesejahteraan umum menurut syari'ah.

6) Zakat

Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau

badan hukum yang dimliki oleh orang muslim sesuai dengan

ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya.

7) Infak

Perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang

lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, muniman,

mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan

sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena

Allah Subhanahu Wata'ala.

8) Shodaqoh

Perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang

lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa

dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho

Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.

9) Ekonomi Syari'ah

Perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut

prinsip syari'ah, antara lain meliputi: Bank syari'ah; Lembaga

keuangan mikro syari'ah; Asuransi syari'ah; Reasuransi syari'ah;

Page 64: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

52

Reksa dana syari'ah; Obligasi syari'ah dan surat berharga

berjangka menengah syari'ah; Sekuritas syari'ah; Pembiayaan

syari'ah; Pegadaian syari'ah; Dana pensiun lembaga keuangan

syari'ah; Bisnis syari'ah;

b. Fungsi

Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama

mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:

1) Fungsi mengadili (judicial power)

Menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan

perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama

dalam tingkat pertama (vide: Pasal 49 Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006).

2) Fungsi Pembinaan

Memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada

pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik

menyangkut teknis yudicial, administrasi peradilan, maupun

administrasi umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan

pembangunan. (vide: pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

3) Fungsi Pengawasan

Mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas

dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti,

dan Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar

Page 65: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

53

peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajaranya

(vide: Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006) dan terhadap pelaksanaan administarsi umum

kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA

Nomor:KMA/080/VIII/2006).

4) Fungsi Nasehat

Memberikan pertimbangan dan nasehat hukum Islam

kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta.

(Vide:Pasal 52 ayat (1) Undang-undang nomor 3 tahun 20060.

5) Fungsi Administratif

Menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan

persidangan), dan administratsi umum (kepegawaian, keuangan,

dan umum/perlengkapan). (KMA Nomor: KMA/080/VIII/2006).

6) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat

dengan instansi lain yang terkait.seperti DEPAG, MUI,Ormas

Islam dan lain-lain (Pasal 52 A Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006).

7) Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penilitian dan

sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi

masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi

peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua

Mahkamah4Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang

Keterbukaan Informasi di Pengadilan.

Page 66: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

54

7. Yurisdiksi

Gambar 4.2: Peta Administrasi

Sumber: 2020, Pengadilan Agama

Pengadilan Agama Sungguminasa berada pada wilayah hukum

Daerah TK II Gowa,dengan letak georafis 12‟ 38.16‟ Bujur timur dari

Jakarta dan 5 33.6‟ Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkang letak

wilayah adminitrasinya antara 12‟ 33.19‟ hingga 13‟15‟17‟ Bujur Timur

dan 5‟5‟ hingga 5‟34.7‟ Lintang selatan dari Jakarta.

Kabupaten Gowa berbatasan dengan:

a. Sebelum Utara Kabupaten Maros

b. Sebelah Timur Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Bantaeng

c. Sebelah Selatan Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar

d. Sebelah Barat Kotamadya Makassar

Bahwa yang dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari ialah bahasa

daerah Bugis Makassar, di samping bahasa Indonesia bagi mereka yang

tinggal di ibukota Kabupaten. Wilayah adminitrsinya Kabupaten Gowa

Page 67: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

55

pada tahun 2006 terdiri dari 18 Kecamatan Dan 167 Desa/Kelurahan

dengan luas sekitar 1.883.33 kilometer persegiatau sama dengan 3.01 %

dari luas wilayah Prop.Sulawesi Selatan. Wilayah Kab.Gowa sebagian

besar merupakan dataran tinggi yaitu 72,26%. Ada 9 wilayah Kecamatan

yang merupakan dataran tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong,

Tombolo pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, dan Biring bulu.

Dari total luas Kab.Gowa 35.30 %mempunyai kemiringan tanah

diatas 40‟,yaitu Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, dan

Tompo Bulu.

Kab.Gowa dilalui banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15

sungai. Sungai yang luas daerah aliran yang terbesar adalah sungai

Jeneberang yaitu 881 Km 2 dengan panjang 90 Km.dengan luas daerah

aliran yang cukup besar yaitu ada 15 sungai.

Berikut daftar Kecamatan, Kelurahan, dan Desa pada wilayah

hukum Pengadilan Agama Sungguminasa:

Tabel 4.1: Daftar Kecamatan, Kelurahan dan Desa pada Wilayah

Hukum Pengadilan Agama Sungguminasa

No. Kecamatan Kelurahan / Desa

1. Somba Opu

Kelurahan Sungguminasa

Kelurahan Bonto-Bontoa

Kelurahan Batang Kaluku

Kelurahan Tompo Balang

Kelurahan Katangka

Kelurahan Pandang-Pandang

Kelurahan Kalegowa

Kelurahan Tombolo

Kelurahan Tamarunang

Kelurahan Bontoramba

Kelurahan Paccinongang

Kelurahan Romang Polong

Page 68: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

56

Kelurahan Samata

Kelurahan Mawang

2. Pallangga

Kelurahan Pangkabinanga

Kelurahan Tetebatu

Kelurahan Parangbanoa

Kelurahan Mangalli

Desa Je'netallasa

Desa Bontoala

Desa Pallangga

Desa Bungaejaya

Desa Toddotoa

Desa Panakkukang

Desa Julukanaya

Desa Julubori

Desa Taeng

Desa Julupa'mai

Desa Kampili

Desa Bontoramba

3. Barombong

Desa Tinggimae

Desa Kanjilo

Desa Lembang Parang

Desa Tamannyeleng

Desa Birngngala

Desa Moncobalang

Kelurahan Benteng Somba Opu

4. Bajeng

Desa Bontosunggu

Desa Panciro

Kelurahan Tubajeng

Kelurahan Mata Allo

Desa Maccini Baji

Desa Pa'bentengang

Desa Maradekaya

Desa Pannyangkalang

Desa Bone

Kelurahan Kalebajeng

Kelurahan Limbung

Desa Tangkebajeng

Desa Paraikatte

Desa Lempangan

5. Bajeng Barat

Desa Borimatangkasa

Desa Mandalle

Desa Manjalling

Desa Gentungan

Desa Tanabangka

Desa Kalemandalle

Desa Bontomanai

6. Bontonompo

Kelurahan Bontonompo

Kelurahan Tamalayang

Kelurahan Kalase'rena

Page 69: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

57

Desa Bontolangkasa Utara

Desa Bontolangkasa Selatan

Desa Barembeng

Desa Manjapai

Desa Bontobiraeng

Desa Romanglasa

Desa Katangka

Desa Bulogading

Desa Butegulung

Desa Bontobiraeng Selatan

Desa Kalebarembeng

7. Bontomarannu

Kelurahan Borongloe

Kelurahan Bontomanai

Kelurahan Romang Lompoa

Desa Pakatto

Desa Nirannuang

Desa Sokkolia

Desa Romangloe

Desa Mata Allo

Desa Bili-Bili

8. Pattallassang

Desa Timbusseng

Desa Pattallassang

Desa Pallantikang

Desa Paccellekang

Desa Sunggumanai

Desa Panaikang

Desa Je'nemadinging

Desa Borongpa'la'la

9. Bontonompo Selatan

Desa Sengka

Desa Tanrara

Kelurahan Bontoramba

Desa Tindang

Desa Pa'bundukang

Desa Salajengki

Desa Salajo

Desa Bontosunggu

Desa Jipang

10. Parangloe

Kelurahan Lannai

Kelurahan Bontoparang

Desa Barisallo

Desa Lonjoboko

Desa Belapunrangnga

Desa Botokassi

Desa Belabori

11. Manuju

Desa Pattallikang

Desa Moncongloe

Desa Tanakaraeng

Desa Manuju

Desa Tamalate

Page 70: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

58

Desa Bilalang

Desa Tassese

12. Tinggimoncong

Kelurahan Malino

Kelurahan Bulutana

Kelurahan Gantarang

Kelurahan Pattapang

Kelurahan Bontolerung

Kelurahan Garassi

Desa Parigi

13. Tombolo Pao

Kelurahan Tamaona

Desa Pao

Desa Tonasa

Desa Kanreapia

Desa Tabbinjai

Desa Mamampang

Desa Erelembang

Desa Bolaromang

Desa Balasukka

14. Tompobulu

Kelurahan Malakaji

Kelurahan Cikoro

Desa Bontobuddung

Desa Tanete

Desa Garing

Desa Rappoala

Desa Datara

Desa Rappolemba

15. Biringbulu

Kelurahan Lauwa

Desa Tonrorita

Desa Taring

Desa Pencong

Desa Parangloe

Desa Lembangloe

Desa Beru Tallasa

Desa Borimasunggu

Desa Batu Rappe

Desa Batu Malonro

Desa Julukanaya

16. Bungaya

Kelurahan Sapaya

Desa Bontomanai

Desa Mangempang

Kelurahan Jenebatu

Desa Buakkang

Desa Rannaloe

Desa Bissoloro

17. Bontolempangan

Desa Bontoloe

Desa Julumate'ne

Desa Paranglompoa

Desa Bontotangnga

Desa Bontolempangan

Page 71: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

59

Desa Pa'landingan

Desa Ulu Jangang

Desa Lassa-Lassa

18. Parigi

Desa Majannang

Desa Jonjo

Desa Manimbahoi

Desa Sicini

Desa Bilanrengi

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

Page 72: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

60

8. Struktur Organisasi

Gambar 4.3: Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas IB

Page 73: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

61

Tabel 4.2: Struktur Organisasi

Ketua : Drs. Ahmad Nur, M.H.

Wakil Ketua : Dra. Hj. Nurbaya

Hakim :

Dra. Hj. Hadidjah, M.H.

Drs. Kasang

Dra. Hj. Fahima, S.H., M.H.

Dra. Haniah, M.H.

Drs. M. Thayyib Hp.

Mudhirah, S.Ag., M.H.

Muhammad Fitrah, S.HI., M.H.

Ruhana Faried, S.HI., M.HI.

Panitera : Nasruddin, S.Sos., S.H., M.H.

Sekretaris : Drs. Muhammad Amin, M.A.

Panitera Muda Gugatan : Dra. Nadirah

Panitera Muda Permohonan : Nur Intang, S.Ag.

Panitera Muda Hukum : Agus Salim Razak, S.H., M.H.

Panitera Pengganti :

Dra. Hj. Musafirah, M.H.

Dra. I. Damri

Darmawati, S.Ag.

Rahmatiah, S.H.

Drs. H. Misi, S.Ag.

Hasbiyah, S.H.

Hj. Nurwafiah Razak, S.Ag.

Dra. Jasrawati

Ibrahim, S.H.

Andi Tenri, S.Ag.

Dra. Hj. Aisyah

Achmad Tasit, S.H.

Khairuddin, S.H.

Bulgis Yusuf, S.HI., M.H.

Jurusita :

Muh. Aleks, S.H.

Hairuddin, S.H.

Fakhri, S.H.

Jurusita Pengganti : Sirajuddin

Purnama Santi

Kasubbag Kepegawaian, dan

Ortala : Erni, S.H.

Kasubbag Perencanaan, TI,

dan Pelaporan : Andi Suryani M, S.Kom.

Kasubbag Umum dan

Keuangan : Verry Setya Widyatama,S.Kom.

Staf/Pelaksana : - Aswad Kurnawan, S.HI.

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

Page 74: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

62

9. Laporan Perkara Perceraian Pada Pengadilan Agama Sungguminasa

a. Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2017-2019

Tabel 4.3: Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2017-2019

Banyaknya Perkara Perceraian yang Diterima dan

Diputus oleh Pengadilan Agama di Kabupaten Gowa

No. Tahun

Perkara yang Diterima Putusan Perkara

Cerai

Talak

Cerai

Gugat Jumlah Cerai

Talak

Cerai

Gugat Jumlah Persentase

(fasakh) (fasakh) (%)

1 2017 194 765 959 151 597 748 78,00%

2 2018 232 887 1119 167 721 888 79,36%

3 2019 285 933 1218 189 764 953 78,24%

Total 711 2585 3296 507 2082 2589 78,55%

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

Berdasarkan tabel di atas untuk mengetahui lebih rinci data perkara

perceraian yang diterima dan diputus pada Kantor Pengadilan Agama Kabupaten

Gowa akan diuraikan dalam setiap tahunnya, sebagai berikut:

b. Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2017

Tabel 4.4: Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2017

Bulan

Laporan yang Diterima Putusan Perkara

Cerai Talak Cerai Gugat

(Fasakh) Cerai Talak

Cerai Gugat

(Fasakh)

Januari 11 67 10 44

Februari 9 51 7 44

Maret 16 61 12 49

April 22 82 20 66

Mei 9 80 6 74

Juni 6 22 3 18

Juli 22 77 19 77

Agustus 19 75 15 61

September 23 64 20 1

Oktober 24 77 14 72

November 15 71 10 61

Desember 18 38 15 30

Jumlah 194 765 151 597

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

Page 75: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

63

c. Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2018

Tabel 4.5: Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2018

Bulan

Laporan yang Diterima Putusan Perkara

Cerai Talak Cerai Gugat

(Fasakh) Cerai Talak

Cerai Gugat

(Fasakh)

Januari 20 103 13 31

Februari 14 57 13 50

Maret 23 75 20 72

April 12 84 6 70

Mei 15 66 10 60

Juni 14 40 8 36

Juli 22 86 17 74

Agustus 19 95 14 81

September 29 75 15 70

Oktober 36 93 30 92

November 20 77 15 65

Desember 8 36 6 20

Jumlah 232 887 167 721

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

d. Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2019

Tabel 4.6: Data Perkara Perceraian dan Putusan Tahun 2019

Bulan

Laporan yang Diterima Putusan Perkara

Cerai Talak Cerai Gugat

(Fasakh) Cerai Talak

Cerai Gugat

(Fasakh)

Januari 44 128 12 46

Februari 22 78 20 73

Maret 24 89 17 80

April 19 64 13 60

Mei 17 67 12 60

Juni 22 70 18 43

Juli 26 107 19 105

Agustus 15 66 12 61

September 30 96 13 80

Oktober 33 73 29 67

November 19 74 14 69

Desember 14 21 10 20

Jumlah 285 933 189 764

Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Gowa 2020, diolah.

Page 76: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

64

Berdasarkan tabel di tahun 2017, ada empat kolom yang terdiri dari

data perkara yang masuk dan data perkara yang diputus. Jumlah data cerai yang

masuk fluktuatif setiap bulannya namun jika dilihat dari jumlah data jenis

perceraian antara cerai talak dan cerai gugat, perkara cerai talak berjumlah 194

perkara yang masuk dan putusannya hanya 151 perkara. Namun pada cerai gugat,

jumlahnya lebih banyak yakni 765 perkara yang masuk dan yang diputus 597

perkara. Sedangkan di tahun 2018, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan selama setahun. Pada kolom cerai talak terlihat angka 232 yang diputus

ternyata hanya 167 perkara. Disisi lain, data laporan cerai gugat lebih meningkat

lagi dari tahun sebelumnya yakni 887 sedang yang diputus hanya 721 perkara.

Jumlah putusan cerai talak di tahun 2019 ialah 189 dari perkara yang masuk 285

perkara, sedangkan jumlah putusan perkara cerai gugat ialah 764 dari perkara

yang masuk ialah 933 perkara.

10. Mediasi dan Mekanisme Kasus Perceraian

a. Mediasi Perceraian

Mediasi di Pengadilan Agama adalah suatu proses usaha

perdamaian antara suami dan istri yang telah mengajukan gugatan cerai,

dimana mediasi ini dijembatani oleh seorang Hakim yg ditunjuk di

Pengadilan Agama.

Pada saat sidang pertama, majelis Hakim akan melengkapi berkas-

berkas yang diperlukan dalam persidangan, seperti: kelengkapan surat

gugatan, surat kuasa, surat panggilan para pihak, dsb. Selanjutnya Hakim

akan menjelaskan bahwa sesuai prosedur dimana sebelum dijalankannya

Page 77: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

65

proses cerai maka para pihak diwajibkan mengadakan mediasi. Kemudian

Hakim bertanya apakah para pihak mempunyai mediator. Jika tidak maka

Hakim akan menentukan seorang mediator untuk memimpin mediasi para

pihak.

Majelis Hakim kemudian menentukan Hakim lain untuk menjadi

mediator dalam pelaksanaan mediasi. Mediasi dilakukan di ruang khusus

di Pengadilan Agama. Umumnya mediasi dilakukan maksimal 2 kali. Bila

dalam mediasi tidak tercapai perdamaian/rujuk, maka barulah proses

perkara perceraian dapat dilaksanakan

Adapun prosedur mediasi peradilan agama, terdiri dari tahap pra

mediasi, adapun pelaksanaan tahap pra mediasi ialah pada hari sidang

pertama yang dihadiri kedua belah pihak Hakim mewajibkan para pihak

untuk menempuh mediasi. Hakim Menunda proses persidangan perkara

untuk memberikan kesempatan proses mediasi paling lama 40 Hari Kerja.

Hakim menjelaskan prosedur mediasi kepada para pihak yang

bersengketa. Para pihak memilih Mediator dari daftar nama yang telah

tersedia, pada hari Sidang Pertama atau paling lama 2 hari kerja

berikutnya. Apabila dalam jangka waktu tersebut para pihak tidak dapat

bersepakat memilih Mediator yang dikehendaki maka Ketua Majelis

Hakim segera menunjuk Hakim bukan pemeriksa pokok perkara untuk

menjalankan fungsi Mediator.

Selanjutnya dilakukan Tahap Proses Mediasi. Dalam waktu paling

lama 5 hari kerja setelah para pihak menunjuk Mediator yang disepakati

Page 78: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

66

atau setelah ditunjuk oleh Ketua Majelis Hakim, masing-masing pihak

dapat menyerahkan resume perkara kepada Hakim Mediator yang

ditunjuk. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja sejak

Mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh Majelis Hakim.

Mediator wajib mempersiapkan jadwal pertemuan Mediasi kepada para

pihak untuk disepakati. Apabila dianggap perlu Mediator dapat melakukan

“Kaukus”. Mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah Gagal jika

salah satu pihak atau para pihak atau Kuasa Hukumnya telah 2 kali

berturut-turut tidak menghadiri pertemuan Mediasi sesuai jadwal yang

telah disepakati tanpa alasan setelah dipanggil secara patut.

Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian maka wajib

dirumuskan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak dan

Mediator. Jika mediasi diwakili oleh Kuasa Hukum para maka pihak wajib

menyatakan secara tertulis persetujuan atau kesepakatan yang dicapai.

Para pihak wajib menghadap kembali kepada Hakim pada hari Sidang

yang telah ditentukan untuk memberi tahukan kesepakatan perdamaian

tersebut. Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada

Hakim untuk dikuatkan dalam bentuk “Akta Perdamaian”. Apabila para

pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk

Akta perdamaian maka harus memuat clausula pencabutan Gugatan dan

atau clausula yang menyatakan perkara telah selesai.

Apabila mediasi tidak mencapai kesepakatan, Mediator wajib

menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan

Page 79: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

67

memberitahukan kegagalan tersebut kepada Hakim. Pada tiap tahapan

pemeriksaan perkara Hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk

mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan Putusan. Jika

mediasi gagal, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam proses mediasi

tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan. Hakim

Banding/Kasasi/Peninjauan Kembali wajib menunda pemeriksaan perkara

yang bersangkutan selama 14 hari kerja sejak menerima pemberitahuan

tersebut.

Para pihak melalui Ketua Pengadilan Agama dapat mengajukan

Kesepakatan perdamaian secara tertulis kepada Majelis Hakim

Banding/Kasasi/Peninjauan Kembali untuk dikuatkan dalam Akta

perdamaian. Akta perdamaian ditanda tangani oleh Majelis Hakim

Banding/Kasasi/Peninjauan Kembali dalam waktu selambat-lambatnya 30

hari kerja sejak dicatat dalam Register Induk Perkara.

b. Mekanisme Perceraian

Ada beberapa proses penyelesaian perkara cerai talak yakni

Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke pengadilan agama.

Pemohon dan Termohon dipanggil oleh pengadilan agama untuk

menghadiri persidangan.

Pada sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah

pihak, dan suami istri harus datang secara pribadi. Apabila tidak berhasil,

maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar lebih dahulu

menempuh mediasi. Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan

Page 80: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

68

perkara dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan, jawaban,

jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab

menjawab (sebelum pembuktian) Termohon dapat mengajukan gugatan

rekonvensi (gugat balik).

Jika permohonan dikabulkan, Apabila Termohon tidak puas dapat

mengajukan banding melalui pengadilan agama. Jika Permohonan ditolak.

Pemohon dapat mengajukan banding melalui pengadilan

agama/mahkamah syar‟iyah tersebut; jika permohonan tidak diterima.

Pemohon dapat mengajukan permohonan baru.

Apabila permohonan dikabulkan dan putusan telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, maka Penggugat mendaftarkan gugatan perceraian

ke pengadilan agama. Penggugat dan Tergugat dipanggil oleh pengadilan

agama/mahkamah syar‟iah untuk menghadiri persidangan. Jika dalam

tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang penyaksian ikrar

talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak di depan sidang,

maka gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut dan perceraian tidak

dapat diajukan lagi berdasarkan alasan hukum yang sama. Setelah ikrar

talak diucapkan, panitera berkewajiban memberikan Akta Cerai sebagai

surat bukti kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

setelah penetapan ikrar.

Sedangkan, proses penyelesaian perkara cerai gugat yakni

pertama, Penggugat mendaftarkan gugatan perceraian ke pengadilan

agama. Selanjutnya, Penggugat dan Tergugat dipanggil oleh pengadilan

Page 81: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

69

agama untuk menghadiri persidangan. Tahapan persidangannya dilakukan

pemeriksaan di sidang pertama hakim berusaha mendamaikan kedua belah

pihak dan suami istri harus datang secara pribadi. Apabila tidak berhasil,

maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar lebih dahulu

menempuh mediasi. Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan

perkara dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan, jawaban,

jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan.

Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) Termohon

dapat mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik). Jika gugatan ditolak,

Penggugat dapat mengajukan banding melalui pengadilan agama. Namun,

jika gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan gugatan baru.

Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera

pengadilan agama memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai

kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah

putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak.

B. Hasil Penelitian

1. Strategi Komunikasi Persuasif dalam Meminimalisir Kasus Perceraian

Untuk memperoleh hasil penelitian dari rumusan masalah pertama

terkait bagaimana strategi komunikasi persuasif dalam meminimalisir

kasus perceraian di Kabupaten Gowa, Peneliti menggunakan teknik

wawancara kepada pihak yang berkenaan langsung dengan penelitian dan

observasi ke tempat penelitian. Penulis menetapkan 11 informan untuk

Page 82: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

70

menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun karakteristik informan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7: Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan/Profesi

No. Nama Jabatan/Profesi Alamat

1. Drs. M. Thayyib. Hp Hakim (Mediator) Makassar

2. Drs. Abdul Jabbar Dg.

Tojeng

Tokoh Masyarakat Kelurahan Borongloe

3. Abu Bakar Dg. Tea Tokoh Agama Kelurahan Bontomanai

4. Masita Guru Desa Pallantikang

5. Jumriani Ibu Rumah Tangga Desa Pakkatto

7. Nur Indah Sari Ibu Rumah Tangga Desa Sokkolia

8. Irnawati Buruh Pabrik Desa Romangloe

9. Al-Qadry Karyawan Swasta Desa Pattallassang

10. Irmayanti Karyawan Swasta Desa Sokkolia

Sumber: Penulis, 2020

Tabel 4.8: Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Usia

No Nama Usia

1. Drs. M. Thayyib.Hp 58 tahun

2. Drs. Abdul Jabbar Dg. Tojeng 47 tahun

3. Abu Bakar Dg Tea 53 tahun

4. Masita 41 tahun

5. Jumriani 26 tahun

6. Irmayanti 30 tahun

7. Irmawati 29 tahun

8. Nur Indah Sari 29 tahun

Sumber: Penulis, 2020

Tabel 4.9: Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Nama Tingkat Pendidikan

1. Drs. M. Thayyib. Hp Magister

2. Drs. Abdul Jabbar Dg. Tojeng Strata 1

3. Abu Bakar Dg Tea Strata 1

4. Masita Strata 1

5. Jumriani SMA

6. Al Qadry Strata 1

7. Irmayanti SMA

10. Irnawati SMA

11. Nur Indah Sari Strata 1

Sumber: Penulis, 2020

Page 83: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

71

Tabel 4.10: Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Pernikahan

No Nama Lama Pernikahan

1. Masita 7 tahun

2. Jumriani 3 tahun

3. Al Qadry 2 tahun

4. Irmayanti 35 tahun

5. Irnawati 12 tahun

Sumber: Penulis, 2020

Tabel 4.11: Karakteristik Informan Berdasarkan Status Pernikahan

No Nama Suami/Istri/Keluarga Cerai Gugat/Talak

1. Masita Isteri Gugat

2. Jumriani Isteri Rujuk

3. Al Qadry Suami Gugat

4. Irmayanti Isteri Rujuk

5. Irnawati Isteri Gugat

8. Nur Indah Sari Keluarga ----

Sumber: Penulis, 2020

Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang bertujuan

mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang

sehingga bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.

Dari tahapan keseluruhan data yang diperoleh peneliti maka telah

diketahui strategi komunikasi persuasif yang dilakukan dalam menaggulangi

perceraian baik dari keluarga pihak Penggugat, Tergugat, Tokoh Masyarakat,

Tokoh Agama maupun Mediator, yakni sebagai berikut:

a. Kognitif

Dalam proses ini, terjadi perubahan pada diri penggugat berkaitan

dengan pikirannya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Penggugat,

Orang Bercerai atas nama Ibu Masita, seorang istri yang berprofesi sebagai

Pegawai Negeri Sipil di salah satu sekolah menengah atas menyatakan

proses mediasi perceraiannya:

Page 84: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

72

“Setelah mediator menyampaikan pesan kepada Saya, Saya

menerima dengan baik, meskipun mediasi yang diberikan tidak

bisa saya realisasikan.”

Berdasarkan dari pernyataan ibu Masita, beliau menyadari

sepenuhnya akan konsekuensi dari keputusan perceraian yang akan beliau

hadapi dan menerima pesan dan saran dari mediator dengan baik tetapi

beliau tetap kekeuh dengan keputusannya untuk tetap bercerai.

Orang tidak jadi bercerai, Ibu Jumriani seorang ibu rumah tangga

lulusan sekolah menengah atas yang menikah setelah lulus telah dikaruniai

seorang anak perempuan berumur ± 1 tahun, menyatakan:

“Iya, Tokoh agama memberikan saya saran, katanya fikirkan

dengan matang, sebelum mengambil tindakan.” ( 09 Maret 2020 )

Setelah mendengarkan saran dari orangtua beliau sendiri dan tokoh

agama beliau menuturkan bahwa keputusan untuk bercerai ia pikirkan

kembali masa depan anaknya. Lebih lanjut Ibu Jumriani juga menyatakan:

“Saya juga memikirkan nasib dari anak saya jika saya bercerai

dengan suami saya apalagi sebelumnya saya sudah bercerai maka dari

itu saya berpikir kembali.” (09 maret 2020)

Ibu Jumriani sangat mempertimbangkan keputusan perceraiannya

karena memikirkan masa depan anak perempuan semata wayangnya.

Orang bercerai, Irnawati seorang istri yang memutuskan bercerai

diusia 29 tahun dengan usia pernikahan ± 12 tahun, menyatakan:

Page 85: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

73

“Respon saya saat mediator memberi saran, saya terima tapi saya

tidak bisa rujuk. Walaupun Suami tidak mau bercerai.”

(26 Februari 2020)

Beliau menerima dengan baik saran dan nasehat dari mediator

dalam hal ini adalah Hakim. Walaupun pada akhirnya beliau memutuskan

untuk bercerai dengan alasan kekecewaan yang mendalam terhadap

suaminya yang berprofesi sebagai supir truk. Adapun cara atau strategi

yang dilakukan hakim sebagai mediator agar pasangan yang mengajukan

perceraian dapat mengurungkan niatnya untuk bercerai yakni, sebagai

Hakim sekaligus mediator menuturkan bahwa:

“Kita berusaha memberikan pemahaman berkata-kata dengan baik,

jangan berkesan kita ini adalah lawan karena tujuan kita itu

memperbaiki hubungan orang, jadi keluar semuami itu taktik-taktik,

tehknik-teknik, kita keluarkan dalil-dalil betapa Allah membeci

sebuah perceraian, kita keluarkan undang-undang, rumus-rumus

agama, supaya mereka itu tahu kenapa sampai kita sangat berupaya

untuk, tapi tidak terkesan dipermudah maupun dipersulit.”

(13 Februari 2020)

Pada saat kedua pihak datang ke pengadilan agama untuk

mengajukan perceraian, semua strategi persuasif dilakukan oleh Mediator.

Salah satunya dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu „anhuma, Nabi

„alaihis shalatu was salam bersabda,

م فتىة يجىء إن إبليس يضع عرش على الم م مى مىزلة أعظم بء ثم يبعث سرايبي فأدوب

م فيقل مب ترك كذا فيقل مب صىعت شيئب قبل ثم يجىء أحد م فيقل فعلت كذا قت أحد ت حتى فر

بي بيى قبل –ه امرأت يقل وعم أوت – مى فيدوي

Page 86: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

74

“Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia

mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya

adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang

melapor, „Saya telah melakukan godaan ini.‟ Iblis berkata, „Kamu belum

melakukan apa-apa.‟ Datang yang lain melaporkan, „Saya menggoda

seseorang, sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah bepisah

(talak) dengan istrinya.‟ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di

dekatnya dan berkata, „Sebaik-baik setan adalah kamu.”

(HR. Muslim 2813).

Lebih lanjut, Drs. M. Thayyib.Hp menuturkan bahwa:

“Namun sebelumnya, kami upayakan dulu mediasi. Kita maksimalkan

mediasi barangkali masih ada jalan untuk bisa kita perbaiki supaya

bercerai itu betul-betul putusan yang darurat. Sebagaimana dalam

Agama, perceraian itu halal tapi dibenci oleh Allah. Itulah kita harus

betul-betul dalami persoalan RT sehingga kita tidak mudah untuk

menceraikan orang.

Selain kita memberikan nasehat-nasehat. Untuk mendalami

perkaranya, ada namanya Mediator, disini fungsi mediator. Kita

berharap mediator bisa memediasi mereka, mendengar kedua belah

pihak apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan agar bisa

mencarikan solusi. Sepanjang masih ada jalan untuk bisa diperbaiki

maka kita perbaiki.

Disamping kita memberikan nasehat, kita mendamaikan.

Dipertegas atau diperkuat lagi dengan adanya upaya mediasi. Yang

menjadi mediator itu adalah Hakim itu sendiri. Karena kita disini

belum ada mediator dari luar. Jadi disini hakim yang berperan sebagai

mediator.” (13 Februari 2020)

Setelah mediator paham tentang penyebab timbulnya perselisihan

maupun pertengkaran, selanjutnya mediator bisa melakukan penasehatan

melalui pendekatan nilai-nilai islam terhadap kedua belah pihak secara

tepat, sesuai sasaran. Dengan harapan agar keduanya menyadari

Page 87: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

75

kesalahannya masing-masing dan mau saling memaafkan, sehingga bisa

rukun kembali sebagai suami isteri yang baik.

b. Afektif

Afektif menyangkut emosi atau perasaan atau sikap dari seseorang,

terjadinya perubahan pada diri audiens berkaitan dengan gerak hati. Yakni

menjadi setuju atau tidak setuju dengan apa yang telah disampaikan. Ini

bisa dilihat dari penuturan penggugat dan tokoh masyarakat. Seperti yang

dinyatakan orang yang rujuk Ibu Jumriani yang berusia 26 tahun yang

pada saat itu usia pernikahannya masih ± 3 tahun

“Yah tapi begitulah, dilain sisi juga saya masih mencintai suami

saya.” (9 Maret 2020)

Berdasarkan penuturan dari ibu Jumriani perasaan tidak tega dan

peran isteri serta ibu masih lebih kuat dibanding ego untuk berpisah

dengan suami.

Sedangkan penuturan dari Ibu Masita warga Desa Pallantikang

yang berusia 41 tahun:

“Ketidak cocokan, juga kefuturan suami akhirnya menikah secara

diam-diam meskipun keluarganya wanita yang dia nikahi dan saya

sendiri sebagai isteri tidak menyetujui, saya merasa sakit hati sama

tindakannya mantan suamiku makanya saya memutuskan untuk

bercerai saja.” ( 8 maret 2020)

Merasa dikhianati dan dibohongi oleh suami karena orang yang

dulunya kuat pemahaman agamanya namun goyah karena nafsu dari

godaan orang ketiga.

Page 88: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

76

Tokoh Masyarakat dalam hal ini Bapak Drs. Abdul Jabbar Dg.

Tojeng juga menuturkan cara ketika beliau mengahadapi orang yang ingin

bercerai:

“Ketika istri datang mengadu bahwa saya dan suami tidak cocok lagi.

Saya tanya kembali, kamu berumah tangga atau hidup bersama sama

suami sudah berapa tahun? Dia jawab, sudah 15 tahun. Saya tanya

ulang kembali, kenapa baru sekarang tidak cocok padahal sudah 15

tahun sama-sama. dia pamit pulang dan tidak jadi bercerai sampai

sekarang.”( 22 Februari 2020)

Bapak Jabbar adalah seorang tokoh masyarakat yang seringkali

menghadapi pasangan yang ingin memutuskan untuk bercerai. Menurut

hasil wawancara dari penuturan beliau, setelah melakukan upaya-upaya

komunikasi terhadap pihak penggugat dalam hal ini seorang istri. Pada

akhirnya yang bersangkutan memilih untuk tidak melanjutkan perkara

perceraiannya ke pengadilan. Dapat dilihat, bapak Jabbar sebagai tokoh

masyarakat tidak menghadapi hambatan komunikasi dalam menyampaikan

pesannya kepada pihak penggugat.

c. Konatif

Komponen strategi komunikasi persuasif ini memengaruhi perilaku

atau tindakan dari seseorang. Lebih jauh, terjadinya perubahan pada diri

audiens terkait dengan perbuatannya. Yakni meyakinkan penggugat

berbuat sesuatu arahan atau nasihat yang diberikan, mereka memutuskan

menolak untuk melakukan perceraian.

Tokoh Agama atas nama Bapak Abu Bakar menuturkan, ada

beberapa upaya yang dilakukan oleh beliau:

Page 89: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

77

“Langsung menegur, dipantau (oleh binmas atau babinsa), Orangtua

harus terlibat langsung dalam pendidikan anak. Menertibkan anak-

anak pada jam-jam sekolah. Mencaritahu apa penyebabnya, Mengajak

bicara satu per satu (tidak dalam satu forum), Memberi waktu mediasi

selama 3 bulan, Belajar agama dulu agar kalian tahu dan bisa

melaksanakan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Ditanya dulu

permasalahannya atau penyebab konfliknya. Dinasehati, bahwa jika

hanya kebiasaan sehari-hari saja tidak usah dipermasalahkan.” (15

Maret 2020)

Berdasarkan penuturan beliau, dapat kita lihat tahapan-tahapan

komunikasi yang dilakukan oleh beliau sebagai tokoh agama. Beliau bisa

mengatasi hambatan-hambatan komunikasi yakni melakukan umpan balik,

memahami kompleksitas individu dengan baik, menggunakan komunikasi

langsung, menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah.

Sedangkan tokoh Masyarakat atas nama Drs. Abdul Jabbar Dg.

Tojeng , menuturkan:

“Kami Melakukan pendekatan, bahwa perceraian itu dibolehkan tapi

itu adalah yang dibenci oleh Allah. Kami memberi nasehat bahwa

pernikahan itu adalah hal yang sakral yang perlu dipertahankan

walaupun perceraian itu adalah boleh dilakukan tapi itu hal yang

dibenci oleh Allah. Kedua, nasehat utnuk berusaha mempertahankan

rumah tangga apalagi sdh punya keturunan maka kelangsungan hidup

rumah tangga harus dipertahankan karena generasi berikutnya itu akan

tidak terurus atau besar kemungkinan tdk berhasil, akan terjadi kacau

balau. Ketika istri datang mengadu bahwa saya dan suami tidak cocok

lagi. Saya tanya kembali, kamu berumah tangga atau hidup bersama

sama suami sudah berapa tahun? Dia jawab, sudah 15 tahun. Saya

tanya ulang kembali, kenapa baru sekarang tidak cocok padahal sudah

15 tahun sama-sama. dia pamit pulang dan tidak jadi bercerai sampai

sekarang.”( 22 Februari 2020)

Nasehat dan perkataan dengan menggunakan kata atau kalimat

yang bijak dapat memberikan pengaruh positif baik pemikiran, suasana

hati terlebih lagi dapat memengaruhi keputusan pasangan yang ingin

melakukan perceraian.

Page 90: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

78

Baik keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun mediator

telah melakukan upaya-upaya agar komunikasi terhadap pihak atau

pasangan yang ingin melakukan perceraian berjalan baik yaitu dengan: 1)

Melakukan umpan balik (feedback), 2) Memahami kondisi pribadi yang

bersangkutan, 3) Melakukan komunikasi langsung (face to face) antara

pasangan suami-istri tersebut dalam sebuah forum kekeluargaan, 4)

Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh yang

bersangkutan.

Adapun penuturan dari Drs. M. Thayyib.Hp hakim yang sekaligus

mediator, ada beberapa mekanisme yang beliau terapkan kepada pihak

yang mengajukan perceraian baik cerai talak maupun cerai gugat. Yakni

sebagai berikut:

“Selain kita memberikan semacam nasihat justru yang paling

mendalami perkaranya ada namanya mediator dan disinilah fungsinya

mediator kita berharap mediator bisa memediasi mereka mendengar

Kedua belah pihak apa sebenarnya yang menjadi Akar masalah dalam

rumah tangganya dan agar kita bisa mencarikan solusi sepanjang

masih ada jalan Untuk kita bisa perbaiki kita perbaiki. Jadi Hakim

menyampaikan pesan kepada orang yang bercerai itu secara langsung,

Jadi di samping kita memberikan nasihat karena memang sudah

menjadi kewajiban hakim Dalam suatu perkara kita berusaha untuk

mendamaikan kita pertegas lagi dan diperkuat lagi dengan cara

mediasi, jadi mediator itu disini Hakim juga karena kita di sini belum

ada mediator dari luar jadi di sini kita pakai hakim sebagai mediator

Jadi mediator nya disini hanya Hakim saja.”

Sebelum melakukan penasehatan pada para pihak yang akan

bercerai, mediator terlebih dahulu menjelaskan tentang tugas dan maksud

diadakannya mediasi serta waktu yang disediakan untuk pelaksanaan

mediasi, sehingga para pihak sebelum dimediasi telah mengetahui esensi

Page 91: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

79

dari pada diadakannya mediasi itu sendiri. Dan sebelum masuk pada

penasehatan, mediator hendaknya mengetahui penyebab terjadinya

perselisihan dan pertengkaran, yang tentunya bisa digali dari keterangan

para pihak ataupun dengan membaca dan memahami dalil-dalil gugatan

cerai atau permohonan cerai talak yang diajukan oleh Penggugat atau

Pemohon. Lebih lanjut, beliau menyampaikan kondisi dari pihak yang

datang ke pengadilan.

“Rata-rata pada akhirnya karena mereka sudah mengerti Apa

maksudnya itu sebenarnya kita ini untuk memperbaiki karena ada

orang yang tidak mau mentongmi diperbaiki karena rata-rata orang

yang datang untuk bercerai bilang kami datang hanya sebagai

formalitas saja,Tapi tetap kita memberikan pemahaman Kita dapat

menerima dengan baik pesan kami rata-rata mereka bisa terima.”

“Jika masih ada salah satu pihak yang masih sangat menginginkan

perkawinannya berlanjut,kita kasih kesempatan untuk bagaimana

bisa dia membuktikan keseriusannya bahwa dia betul-betul mau

bertahan rumah tangganya, jadi kita kasi kesempatan dulu, nanti

pada saatnya kita tanyakan lagi bagaimana upayanya, setelah

dikasih kesempatan ternyata tidak juga berhasil apa boleh buat kita

lanjutmi perkara mau dibilang 70% kasus percereian selebihnya itu

kasus-kasus lain sama sekali nda boleh mengintervensi salah saatu

pihak kita ini berada ditengah.” (13 Februari 2020)

Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan, sepakat

atau tidak sepakat, adalah 22 hari, sedangkan untuk mediasi di luar

pengadilan jangka waktunya 30 hari, jika mediasi menghasilkan

kesepakatan, para pihak wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan

yang dicapai dan ditandatangani kedua pihak, dimana hakim dapat

mengukuhkannya sebagai sebuah akta perdamaian, tapi apabila tidak

tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemerikasaan perkara

sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku.

Page 92: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

80

2. Faktor Terjadinya Perceraian

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa informan,

faktor-faktor terjadinya perceraian tidak beda jauh dari Undang-Undang

tentang Peraturan Pemerintah Nomor 9 Pasal 19 Tahun 1975. Faktor

terjadinya perceraian dari pihak penggugat dan tergugat, sebagai berikut:

a. Alasan utama mereka memutuskan untuk bercerai karena perselisihan

dan pertengkaran.

Menurut penuturan Ibu Masita:

“Saya memutuskan bercerai karena ketidakcocokan, juga kefuturan

suami akhirnya menikah secara diam-diam meskipun keluarga

wanita tidak menyetujui.” (8 Maret 2020)

Karena pengkhianatan suami menikah diam-diam ibu masita

yang seorang pegawai negeri sipil memutuskan untuk bercerai dengan

suaminya yang lama usia pernikahannya ± 7 tahun.

b. Kemudian faktor kedua disebabkan oleh pihak laki-laki berbuat zina,

menjadi pemabuk dan penjudi.

Ibu Irmayanti menuturkan:

“Saya ingin bercerai karena suami suka mabuk-mabukan, main

judi dan sering memukul saya.” (10 maret 2020)

Tidak jauh beda yang dialami ibu Jumriani sebagaimana yang

telah dituturkan saat wawancara:

Page 93: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

81

“Saya memutuskan untuk bercerai karena suami saya suka

memukul.” (9 Maret 2020)

Kekerasan dalam rumah tangga yang melatar belakangi ibu

Irmayanti dan ibu Jumriani untuk memutuskan bercerai dengan suami.

c. Kemudian, faktor lainnya pihak istri memiliki penyakit dengan akibat

tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri.

Bapak Al-Qadry menuturkan:

“Saya digugat cerai oleh istri karena istri saya merasa tidak mampu

menjalankan kewajibannya sebagai istri karena memiliki penyakit

di rahimnya. Meskipun saya sudah berusaha untuk

mempertahankan rumah tangga saya.” (10 maret 2020)

Isteri dari bapak Al-Qadry yang bersikeras untuk bercerai dengan

beliau karena sang isteri merasa tidak mampu menjalankan

kewajibannya sebangai seorang isteri.

d. Sedangkan faktor lainnya menurut sudut pandang mediator dalam hal

ini hakim, tokoh agama dan tokoh masyarakat disebabkan oleh sebagai

berikut:

Tokoh agama Abu Bakar dg. Tea menuturkan:

“Umur (dibawah umur), Lingkungan/pergaulan Karena rata-rata

dari awal pernikahan mereka menikah di bawah umur. Mereka

belum dewasa untuk melakukan pernikahan dan itu dipengaruhi

dari lingkungan mereka hingga menikah diusia dini.” (15 Maret

2020)

Page 94: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

82

Pernyataan dari bapak Abu Bakar Dg. Tea tidak jauh berbeda

dari penuturan dari tokoh masyarakat oleh bapak Drs. Abdul Jabbar Dg.

Tojeng yaitu:

“Sebelum menikah baik-baik saja namun setelah menikah sering

terjadi cekcok karena usia muda belum bisa berhadapan dengan

masalah, belum bijak secara kematangan kejiwaan belum bijak

untuk menyelesaikan permasalahannya. Pernikahan dini belum

bisa menghadapi persoalan dalam rumah tangga. Walaupun

sebenarnya orang dewasa juga mengalami hal itu tapi setidaknya

dia lebih mampu menyelesaikan masalah, mentalnya lebih kuat. Pada dasarnya ada 2 faktor yaitu; pernikahan dini (dibawah umur)

dibawah usia 19 tahun dan ketika perempuan lebih tinggi

pendapatannya dibanding suaminya.” (22 Februari 2020)

Begitupun penuturan dari hakim Drs. M. Thayyib Hp. Sama seperti

yang di jabarkan tokoh agama dan tokoh masyarakat:

“Terus terang faktor perceraian kalau saya amati itu rata-rata

kurang siap, pernikahan dini mi itu salah satunya, sama Di sini ada

dua kemampuan yang harus dimiliki kalau mau menikah

kemampuan biologis dan kemampuan finasial, tidak cukup hanya

dengan biologis saja begitupun sebaliknya”. (13 Februari 2020)

Kurangnya kesiapan mental dan belum matangnya jiwa raga

pasangan mempelai untuk membina rumah tangga yang rukun, damai

dan harmonis menjadi anasir utama putusnya tali perkawinan.

3. Hambatan Komunikasi dalam Meminimalisir Perceraian

Ada beberapa hambatan komunikasi dalam meminimalisir

perceraian yang peneliti dapat simpulkan, yakni sebagai berikut:

a. Hambatan Internal

Hambatan ini berasal dari dalam diri informan maupun pihak

suami istri yang akan melakukan perceraian pada saat mediasi. Hal ini

dapat dilihat dari kondisi fisik dan psikologis mereka. Yakni:

Page 95: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

83

Setiap orang memiliki perbedaan sifat dan kepribadian, sifat

kepribadian seseorang adalah hasil interaksi antara diri orang itu,

pengalaman hidup dan lingkungan sekitarnya. Bapak Drs. M. Thayyib

Hp. Selaku mediator (Hakim Pengadilan Agama), pada saat mediasi

dilakukan saran dan nasehat kepada pelaku perceraian :

“Ada juga yang tidak ada lagi komentar dan ada juga yang

keberatan untuk dimediasi tergantung orangnya karena kan biasa

orang berbeda-beda sifatnya ada yang datang dengan sifat yang

temperamen „Untuk apa lagi saya dimediasi karena ini sudah

jelas-jelas saya tidak bisa dirukunkan‟ umpamanya toh, Tapi

tetap kita memberikan penjelasan tentang fungsi kita sebagai

Hakim bukan hanya sekedar menceraikan seseorang karena

fungsi kita juga itu fungsi perdamaian disitu kita tinggal

bagaimana kita pintar pintar memberikan Pemahaman supaya

mereka bisa terima.” ( 13 Februari 2020)

Meskipun penggugat ataupun tergugat tidak menerima saran

maupun nasehat mediator karena kondisi yang sedang tempramen bapak

Drs. M. Thayyib Hp. Selaku mediator tetap memberikan pemahaman dan

penyampaian dengan bijak sesuai fungsi perdamaian agar mediator tidak

terkesan mengitervensi penggugat maupun tergugat.

Hal ini tidak berbeda jauh dari penuturan Drs. Abdul Jabbar Dg.

Tojeng selaku tokoh masyarakat yang sering menghadapi pasangan

bercerai:

“Masing-masing mempertahankan ego sehingga sangat

sulit membangun komunikasi diantara keduanya. Masing-

masing menganggap dirinya hebat, benar sehingga susah.

Untuk bertemu saja membicarakan hal yg membuat mereka

rujuk tidak bisa.” (22 Februari 2020)

Sama halnya dengan penuturan keluarga atas nama ibu Nur Indah

Sari tidak jauh berbeda dari penuturan Drs. M. Thayyib.Hp dan Drs.

Page 96: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

84

Abdul Jabbar Dg. Tojeng dimana saat dimediasi pihak suami maupun

isteri mempertahankan ego mereka masing-masing:

“Ini penggugat memiliki sifat egois (istri) sedangkan yang

tergugat tidak mau mendengar nasehat dan enggan merubah

kebiasaannya minum minuman keras.” (10 Maret 2020)

Sulitnya menyamakan persepsi dan membangun komunikasi antara

kedua belah pihak karena mempertahankan ego masing-masing sehingga

susah untuk membuat pasangan suami isteri yang akan bercerai untuk

rujuk kembali. Sedangkan berdasarkan penuturan bapak Al-Qadry selaku

pelaku perceraian yang lama pernikahannya ± 2 tahun:

“Kondisi psikologis istri saya yang sering labil yang

membuat beliau tidak mau menerima nasihat saya sebagai

seorang suami.” (10 Maret 2020)

Dalam berkeluarga baik suami maupun isteri harus saling

menghargai sudah sewajarnya, seorang suami ingin didengar dan direspon

segala saran dan masukannya. Selama sarannya positif sudah sepatutnya

isteri merespon dengan baik dan menurutinya. Jika apa yang

diungkapkannya hanya dianggap angin lalu tentu dia akan sangat

tersinggung dan merasa kurang dihargai.

b. Hambatan Eksternal

Hambatan yang berasal dari luar individu dalam hal ini

informan yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial

budaya.

Page 97: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

85

Menurut Hardjana (2003:40) Komunikasi dikatakan efektif

apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud

oleh pengirimnya, pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti

dengan perbuatan yang diminta oleh pengirim, tidak ada hambatan

untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindak

lanjuti pesan yang dikirim. Sedangkan bapak Drs. Abdul Jabbar selaku

tokoh masyarakat menuturkan bahwa:

“Ketika diadakan konseling sangat susah untuk dihadirkan

semuanya untuk bicara baik-baik.” (22 Februari 2020)

Hambatan utama penghambat komunikasi antara mediator dan

pihak suami istri yang berseteru ialah jika pasangan tersebut tidak hadir

dalam forum yang telah disepakati waktunya namun salah satu pihak

tidak menghadirinya membuat komunikasi langsung (face to face) sulit

terlaksana.

Lain halnya dengan bapak Drs. M. Thayyib Hp. Selaku hakim

dan mediator di Pengadilan agama Sungguminasa :

“Karena rata-rata di sini hakim tidak semua orang Gowa

jadi biasa kami tidak paham apa yang mereka tuturkan, tapi

kalau kita sudah tahu bahwa ini orang betul-betul

memerlukan bahasa di sini, kita tunjukkanlah mediator

yang menguasai bahasa setempat.” ( 13 Maret 2020)

Dari sisi antropologis, didapati ada hambatan dari segi bahasa

antara mediator dan pihak penggugat dan tergugat. Perbedaan „bahasa

ibu‟ membuat mediator terhambat menyampaikan pesan dan nasehat

Page 98: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

86

yang tepat kepada pihak suami istri tersebut. Sedangkan hambatan

komunikasi yang dialami Bapak Al-Qadry selaku pelaku perceraian :

“Kadang tatap muka di rumahnya atau diluar rumah dan

lebih banyak berkomunikasi via media komunikasi (telepon

genggam) karena dengan media handphone, istri lebih

leluasa untuk membujuk saya untuk mau bercerai yang

sebenarnya saya sangat tidak menginginkannya.” ( 10 Maret

2020)

Penggunaan media handphone sangat berpengaruh hal ini

dikarenakan bapak Al-Qadry tidak memiliki kesempatan untuk

mebujuk karena dengan seseorang akan lebih sungkan atau tidak tega

untuk menolak permintaan yang di komunikasikan secara langsung

tatap muka dibandingkan melalui handphone. Bisa dikatakan, ekspresi

wajah secara langsung saat berbicara dapat mempengaruhi cara

berpikir seseorang. Hambatan komunikasi yang dialami bapak Al-

Qadry tidak beda jauh dengan yang dialami Ibu Masitah yang dimana

komunikasi yang sering digunakan yaitu dengan media handphone :

“Kadang saya tatap muka dengan orangtua juga via media

karena jarak rumah saya dan rumah orangtua jauh.” (8

Maret 2020)

Akibat jarak yang cukup jauh membuat via media adalah jalan

satu-satunya ibu masitah untuk berkomunikasi dengan orangtua, maka

dari itu sering sekali terjadi kegagalan memahami pesan dan makna

dalam komunikasi via media tidak hanya itu berkomunikasi via media

Page 99: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

87

membuat persepsi yang berkurang untuk memahami ekspresi emosional

lawan bicara kita.

C. Pembahasan

Strategi komunikasi dalam meminimalisir kasus perceraian di

Kabupaten Gowa yang meliputi komponen dari strategi komunikasi persuasif

sebagai indikator yaitu (1) Kognitif, selanjutnya (2) Afektif kemudian (3)

Konatif. Indikator Kognitif dalam aspek persuasif yang dilakukan oleh

keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat dan hakim dalam Pengadilan

Agama Kabupaten Gowa sepenuhnya telah dilakukan kepada pihak suami

dan istri yang ingin melakukan perceraian. Para pihak yang terkait berusaha

mencari informasi atau bertanya terkait masalah apa yang terjadi di dalam

keluarga pasangan tersebut, kemudian mereka dalam hal ini mediator

memahami permasalahannya kemudian memanggil kedua belah pihak setelah

itu memberikan edukasi tentang hakikat dari hubungan pernikahan yang telah

mereka lalui dan bina selama ini serta menerangkan tentang konsekuensi atau

resiko jika mereka melakukan perceraian, menasehati secara kekeluargaan,

menerangkan bahwasanya perceraian itu menjadi solusi terakhir jika memang

sudah tidak bisa mempertahankan atau melanjutkan biduk rumah tangga

mereka, memberikan solusi yang tepat serta memberikan waktu untuk berfikir

dan menimbang atas keputusan perceraiannya.

Proses edukasi ini dilakukan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan

wawasan bagi pasangan suami istri tentang kehidupan pernikahan yang telah

mereka lalui. Perkawinan tidak semata-mata untuk memenuhi atau

Page 100: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

88

mensahkan hubungan seksual suami istri tetapi agar memperoleh kebahagiaan

dan kesempurnaan sebagai manusia. Pengetahuan mengenai hak dan

kewajiban suami istri yang mengajarkan adanya tanggung jawab

kebersamaan antara keduanya untuk saling menjaga dan melengkapi,

menerima kenyataan, musyawarah dan suka memaafkan.

Setelah langkah awal diterapkan yakni komponen kognitif dari

strategi komunikasi persuasif maka komponen selanjutnya ialah afektif, aspek

ini dapat terlihat perubahan dari pihak suami istri yang berseteru yakni

mereka menerima pesan atau nasehat yang disampaikan. Dengan kata lain,

yang bersangkutan terbuka atau peka. Pada tingkat ini, muncul keinginan

berubah pikiran untuk membatalkan perceraian. Tahap akhir, berhasil

tidaknya strategi komunikasi yang telah dilakukan ialah pada komponen

konatif. Di tahap ini, pihak suami istri membatalkan keinginannya untuk

bercerai atau tetap melanjutkan keinginannya untuk melangsungkan

perceraian.

Namun, berdasarkan data hasil penelitian yang didapatkan strategi

komunikasi persuasif yang diterapkan oleh pihak mediator ternyata tidak

dapat meminimalisir tingkat perceraian. Ini dibuktikan dari data kasus

perceraian setiap tahunnya tidak mengalami penurunan justru peningkatan

yang sangat signifikan yang menandakan strategi komunikasi persuasif yang

dilakukan tidak memberikan efek pada pihak suami istri yang ingin bercerai.

Ditemukan faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian alasan utama

mereka memutuskan untuk bercerai karena perselisihan dan pertengkaran.

Page 101: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

89

Perselisihan dan pertengkaran yang terjadi di dalam rumah tangga yang

memang sudah menjadi bagian dalam lika-liku kehidupan di dalam rumah

tangga. Percekcokan yang sering terjadi di dalam keluarga karena salah satu

pihak atau kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan dengan cara yang

baik atau dengan komunikasi yang baik, inilah yang jika berlarut-larut

mengakibatkan sang istri/suami merasa kecewa dan merasa menderita atau

tersiksa, sehingga dengan keadaan seperti ini acapkali berlanjut kepada

perceraian.

Kemudian faktor kedua disebabkan oleh pihak laki-laki berbuat zina,

menjadi pemabuk dan penjudi. Kurangnya pemahaman agama membuat laki-

laki dalam hal ini suami tidak mampu menahan hawa nafsunya. Tanpa agama,

manusia tidak mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Tanpa

agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram dalam masyarakat

maupun keluarga.

Faktor lainnya pihak istri memiliki penyakit dengan akibat tidak

mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri. Salah satu hak dan

kewajiban dalam rumah tangga ialah memenuhi kebutuhan batin, dengan

alasan tersebut seorang istri lebih memutuskan untuk bercerai karena

khawatir tidak mampu memenuhi kebutuhan batin suaminya. Disisi lain,

kurangnya kesiapan mental dan belum matangnya jiwa raga pasangan

mempelai untuk membina rumah tangga yang rukun, damai dan harmonis

menjadi anasir utama putusnya tali perkawinan.

Page 102: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

90

Penyebab perceraian juga dipicu maraknya pernikahan di bawah

umur. Pernikahan di bawah umur membuat mereka belum siap mengatasi

pernik-pernik pertikaian yang mereka jumpai. Padahal pernikahan

memerlukan kesatuan tekad, kepercayaan dan penerimaan dari setiap

pasangan menjalani mahligai perkawinan. Ketidaksiapan pasangan tentu

berhubungan dengan tingkat kedewasaan, mengatasi persoalan yang terkait

dengan kehidupan, seperti keuangan, hubungan kekeluargaan, pekerjaan

setiap pasangan. Cara mereka berpikir, bertindak menentukan cara mereka

mengambil keputusan dalam hidup. Menikah di bawah umur yang disertai

pendidikan rendah menyebabkan tidak dewasa.

Lebih lanjut, pada proses komunikasi persuasif dilakukan ditemui

beberapa hambatan. Hambatan ini berasal dari dalam diri informan maupun

pihak suami istri yang akan melakukan perceraian pada saat mediasi. Hal ini

dapat dilihat dari kondisi fisik dan psikologis mereka. Setiap orang memiliki

perbedaan sifat dan kepribadian, sifat kepribadian seseorang adalah hasil

interaksi antara diri orang itu, pengalaman hidup dan lingkungan sekitarnya.

Salah satu pihak atau kedua belah pihak tempramental atau bersikeras

pada saat mediasi, meski mediator telah berusaha menjalankan fungsinya

sebagai mediator. Suami istri tetap mempertahankan ego masing-masing.

Sulitnya menyamakan persepsi dan membangun komunikasi antara kedua

belah pihak karena mempertahankan ego masing-masing sehingga susah

untuk membuat pasangan suami isteri yang akan bercerai untuk rujuk

kembali. Dalam berkeluarga baik suami maupun isteri harus saling

Page 103: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

91

menghargai sudah sewajarnya, seorang suami ingin didengar dan direspon

segala saran dan masukannya. Selama sarannya positif sudah sepatutnya isteri

merespon dengan baik dan menurutinya. Jika apa yang diungkapkannya

hanya dianggap angin lalu tentu dia akan sangat tersinggung dan merasa

kurang dihargai.

Hambatan yang berasal dari luar individu dalam hal ini informan yang

terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Hambatan

utama penghambat komunikasi antara mediator dan pihak suami istri yang

berseteru ialah jika pasangan tersebut tidak hadir dalam forum yang telah

disepakati waktunya namun salah satu pihak tidak menghadirinya membuat

komunikasi langsung (face to face) sulit terlaksana.

Dari sisi antropologis, didapati ada hambatan dari segi bahasa antara

mediator dan pihak penggugat dan tergugat. Perbedaan „bahasa ibu‟ membuat

mediator terhambat menyampaikan pesan dan nasehat yang tepat kepada

pihak suami istri tersebut.

Hambatan lainnya, ialah jarak yang cukup jauh membuat via media

telepon adalah jalan satu-satunya untuk berkomunikasi dengan pasangan yang

memutuskan untuk bercerai, maka dari itu sering sekali terjadi kegagalan

memahami pesan dan makna dalam komunikasi via media karena membuat

persepsi yang keliru untuk memahami ekspresi emosional lawan bicara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang

dilakukan oleh Pengadilan Agama Kabupaten Gowa cukup baik namun

belum dapat dikatakan optimal karena peningkatan data statistik putusan

Page 104: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

92

perceraian setiap tahun masih terus meningkat. Artinya, strategi komunikasi

persuasif Pengadilan Agama Kabupaten Gowa belum bisa meminimalisir

kasus perceraian. Dalam proses komunikasi (Kognitif dan Afektif) dapat

berjalan sesuai apa yang dikehendaki oleh Mediator. Namun pada efek dari

komunikasi persuasif terhadap keputusan bercerai dari pihak suami istri

(Komponen Konatif) ternyata hanya sedikit yang membatalkan

perceraiannya. Pada akhirnya, kasus perceraian pada Pengadilan Agama

Kabupaten Gowa tidak dapat meminimalisir perceraian yang ada di

Kabupaten Gowa.

Page 105: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada

pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan, yakni sebagai berikut:

1. Ada tiga komponen dalam penerapan strategi komunikasi persuasif kepada

pihak yang ingin melakukan perceraian. Yakni kognitif, afektif dan

konatif. Indikator Kognitif dalam aspek persuasif, dalam hal ini mediator

memahami permasalahannya kemudian memanggil kedua belah pihak,

memberikan edukasi tentang hakikat pernikahan serta menerangkan

tentang konsekuensi perceraian, menasehati secara kekeluargaan. Afektif,

aspek ini pihak suami istri menerima pesan atau nasehat yang

disampaikan. Dengan kata lain, yang bersangkutan terbuka atau peka. Pada

tingkat ini, muncul keinginan berubah pikiran untuk membatalkan

perceraian. Tahap akhir, berhasil tidaknya strategi komunikasi yang telah

dilakukan ialah pada komponen konatif. Di tahap ini, pihak suami istri

membatalkan keinginannya untuk bercerai atau tetap melanjutkan

keinginannya untuk melangsungkan perceraian. Namun, berdasarkan data

hasil penelitian yang didapatkan strategi komunikasi persuasif yang

diterapkan oleh pihak mediator ternyata tidak dapat meminimalisir tingkat

perceraian. Ini dibuktikan dari data kasus perceraian setiap tahunnya tidak

mengalami penurunan justru peningkatan yang sangat signifikan yang

93

Page 106: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

94

menandakan strategi komunikasi persuasif yang dilakukan tidak

memberikan efek pada pihak suami istri yang ingin bercerai.

2. Faktor penyebab pasangan suami istri melakukan perceraian, yakni:

Perselisihan dan Pertengkaran, Pihak laki-laki menjadi pemabuk dan

penjudi, Pihak istri memiliki penyakit sehingga tidak mampu menjalankan

kewajibannya sebagai istri, Pihak Laki-laki melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat dan Pernikahan dibawah umur.

3. Adapun hambatan dalam proses komunikasi kepada pasangan suami istri

yang melakukan perceraian ialah hambatan psikologis (kondisi psikologis)

dan antropologis (perbedaan ‘bahasa ibu’) antara mediator dan pihak

suami istri.

B. Saran

1. Keluarga penggugat maupun tergugat hendaknya berperan aktif dalam

melakukan komunikasi persuasif.

2. Memberikan nasihat dengan kata dan kalimat yang bijak tanpa berpihak

kepada salah satu pihak.

3. Saat akan memutuskan untuk menikah harus betul-betul

mempertimbangkan kesiapannya, kesiapan biologis dan kesiapan finansial.

Page 107: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. RajaGrafindo

Persada: Jakarta

Pengadilan Agama Kabupaten Gowa. 2017. Kabupaten Gowa dalam Angka. PA

Kabupaten Gowa

Pengadilan Agama Kabupaten Gowa. 2018. Kabupaten Gowa dalam Angka. PA

Kabupaten Gowa

Pengadilan Agama Kabupaten Gowa. 2019. Kabupaten Gowa dalam Angka. PA

Kabupaten Gowa

Suryadi, Edi. 2018. Strategi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya:Bandung

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. CV Pustaka Setia (Anggota IKAPI

Cabang Jawa Barat): Bandung

Uchjana, Onong Effendy. 2017. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. PT. Remaja

Rosdakarya: Bandung

Skripsi

Jannah, Misbahul. 2018. Strategi Komunikasi Persuasif Tokoh Masyarakat dalam

Proses Resolusi Konflik Rumah Tangga (Studi Kecamatan Bandar Dua

Kabupaten Pidie Jaya). Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda

Aceh

Luthfi, Muhammad Zarkasi. 2016. Tujuan Komunikasi Persuasif Dongeng (Studi

Deskriptif Kualitatif Model Komunikasi Persuasif dalam Mendongeng

di Rumah Dongeng Mentari Yogyakarta). Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Mahdi, Ahkumul. 2017. Teknik Komunikasi Persuasif badan Penasehatan

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kantor Urusan Agama

(KUA) Woyla Timur. Teungku Dirundeng Meulaboh: Aceh Barat

Mulkiyan. 2016. Peranan Penyuluh BP4 dalam Menanggulangi Perceraian di

Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. UIN Alauddin Makassar:

Makassar

Page 108: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

Syahputra, Indra. 2017. Hambatan Komunikasi Pengadilan Agama Medan dalam

Mengurangi Tingkat Perceraian di Kota Medan. Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara:Medan

Jurnal

Anaomi. 2014. Strategi Komunikasi Persuasif Human Resources Development

dalam Menyelesaikan Konflik Karyawan PT. Dimas Drillindo Cabang

Duri Provinsi Riau. Jom Fisip Volume 1 No. 2 – Oktober 2014

Mharfin, Wahyu. 2015. Komunikasi Persuasif Badan Penasehatan Pembinaan

dan Pelestarian Perkawinan pada Pasangan yang Ingin Bercerai di

Kota Pekanbaru. Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015

Muhsin. 2016. Strategi Komunikasi Persuasif Guru PAI dalam Meningkatkan

Aspek Afektif Siswa Sekolah Dasar di Kota Bandung. Volume 04 No.

07. Juni-Nopember

Rachmadani, Cherni. 2013. Strategi Komunikasi dalam Mengatasi Konflik Rumah

Tangga Mengenai Perbedaan Tingkat Penghasilan di RT.29 Samarinda

Seberang. eJournal Ilmu Komunikasi, 2013, 1 (1): 212 – 227 ISSN

0000 – 0000, ejournal.ilkom.or.id

Website

www.pa-sungguminasa.go.id (diakses pada hari Jum’at, tanggal 20 September

2019, pukul 07.21 wita)

Page 109: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 110: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

INTERVIEW GUIDE

Identitas Informan

Hari, Tanggal wawancara :

Status dalam Pernikahan : Istri/Suami/Janda/Duda

Nama :

Usia :

Lama Usia Pernikahan :

Pendidikan : SD/SMP/SMA/Strata 1

Pekerjaan :

A. Pasangan Suami-Istri

1. Mengapa Anda memutuskan untuk bercerai?

2. Apa yang melatar belakangi perceraian Anda?

3. Apakah pesan yang disampaikan mediator pada saat mediasi dapat Anda terima dengan

baik?

4. Apakah cara mediator dalam menyampaikan pesan pada saat mediasi dapat diterima oleh

Anda?

5. Bagaimana respon Anda setelah mediator menyampaikan pesan pada saat mediasi?

6. Apakah terdapat hambatan selama proses mediasi? Hambatan apa?

7. Apakah waktu dan suasana saat dilakukan mediasi mempengaruhi keputusan Anda?

8. Apakah Anda berkenan jika mediasi yang seharusnya hanya boleh dihadiri oleh merosot

dan pasangan suami-istri saja tetapi orang luar ikut masuk pada saat mediasi tersebut?

9. Apakah mediator berperan dalam memberikan Anda solusi agar mencapai kesepakatan?

10. Apakah keluarga mendukung keputusan Anda untuk bercerai?

11. Bagaimana pesan keluarga Anda saat Anda memutuskan untuk bercerai?

Page 111: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

12. Apakah Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat ikut memberikan saran atau pesan saat

Anda akan memutuskan untuk bercerai? Apa saja pesan dan sarannya?

13. Apa Hambatan saat keluarga menyampaikan pesan dan saran kepada Anda?

14. Apa konflik hubungan Anda?

15. Bagaimana pesan keluarga Anda saat Anda Konflik dengan pasangan Anda?

16. Apa yang membuat Anda akhirnya memilih untuk tidak jadi bercerai?

17. Apakah ucapan atau saran dari tokoh agama, tokoh masyarakat, keluarga, hakim

(mediator) berpengaruh sehingga Anda memutuskan untuk tidak bercerai?

Page 112: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

INTERVIEW GUIDE

Hari, Tanggal wawancara :

Nama :

Jabatan :

Pertanyaan yang menunjukkan “komponen-komponen strategi komunikasi persuasif”

B. Hakim

1. Dari gugatan perceraian yang masuk ke pengadilan, apabila hanya salah satu pihak saja

yang ingin bercerai dan pihak lain tidak ingin bercerai, bagaimana sikap dan putusan

Hakim?

2. Bagaimana penyampaian pesan yang dilakukan hakim dalam memediasi kasus

perceraian, seperti apa contohnya?

3. Cara apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari hakim sebagai mediator ke

pasangan suami istri?

4. Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasangan suami isitri?

5. Apakah komunikasi yang disampaikan oleh hakim dapat tercapai maksud dan tujuannya

oleh pasangan suami istri?

6. Bagaimana respon pasangan suami istri setelah dilakukan mediasi dengan hakim?

Menerima atau tidak?

7. Apakah terdapat hambatan selama proses mediasi? Seperti apa? Dan bagaimana cara

mengatasinya?

8. Berapa kasus yang sudah berhasil di mediasi?

9. Apakah ada kasus yang paling berat saat dilakukan mediasi selama ini? Kasus apa dan

bagaimana mengatasinya?

10. Perbandingan mediasi kasus perceraian dengan kasus yang lainnya?

11. Apakah mediator boleh melakukan intervensi kepada pasangan selama proses mediasi

berlangsung?

Pertanyaan yang menunjukkan “faktor keberhasilan dan faktor penghambat komunikasi

persuasif”:

1. Apa faktor-faktor penunjang keberhasilan komunikasi persuasif pada saat mediasi?

2. Apa faktor-faktor penghambat komunikasi persuasif pada saat mediasi?

3. Ceritakan proses mediasi yang sedang berlangsung!

Page 113: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

INTERVIEW GUIDE

Identitas Informan

Hari, Tanggal wawancara :

Nama :

Jabatan :

C. Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama

1. Apakah Anda mengetahui tentang angka perceraian di Kabupaten Gowa?

2. Apa faktor yang membuat masyarakat melakukan perceraian?

3. Usaha apa yang Anda lakukan untuk meminimalisir perceraian di masyarakat?

4. Adakah hambatan yang Anda alami dalam proses komunikasi kepada masyarakat atau

pihak yang akan bercerai?

Page 114: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

INTERVIEW GUIDE

Identitas Informan

Hari, Tanggal wawancara :

Nama :

Status :

D. Keluarga Penggugat-tergugat

1. Apakah Anda mengetahui tentang rencana perceraian pasangan suami istri tersebut?

2. Apa yang melatar belakangi perceraian tersebut?

3. Usaha apa yang Anda lakukan sebagai pihak keluarga?

4. Adakah hambatan yang Anda alami dalam proses komunikasi kepada

(Penggugat/Tergugat) tersebut?

Page 115: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

DOKUMENTASI

Page 116: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 117: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 118: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 119: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 120: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 121: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 122: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR
Page 123: SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MEMINIMALISIR

RIWAYAT HIDUP

NURFAHMI, dilahirkan di Balang-Balang tepatnya di

Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada tanggal 16

November tahun 1997. Anak ke-3 (Tiga) dari 5

bersaudara pasangan Jumzah Manang dan Marwati.

Penulis mulai mengecap pendidikan formal Sekolah

Dasar Inpres Songkolo, tamat pada tahun 2009. Pada

tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri

Balang-Balang, tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 Bontomarannu, tamat pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun

2015 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan hanya bermodalkan kemauan, dorongan

keluarga dan tekad yang kuat, dan pada tahun 2020 penulis menyusun karya

ilmiah yang berjudul “Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Meminimalisir Kasus

Perceraian Di Kabupaten Gowa” dapat terselesaikan dengan lancar. Demikian

riwayat hidup penulis semoga ada manfaatnya. Penulis menyelesaikan kuliah

Srata satu (S1) pada tahun 2020.