komunikasi persuasif pengurus himpunan bina...
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI PERSUASIF
PENGURUS HIMPUNAN BINA MUALLAF INDONESIA
DALAM MENEGUHKAN KEYAKINAN MUALLAF
WILAYAH JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
Yaumil Kurniati
NIM : 1112051000056
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M./1437 H.
i
ABSTRAK
Nama : Yaumil Kurniati
NIM : 1112051000056
Komunikasi Persuasif Pengurus Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI)
dalam Meneguhkan Keyakinan Muallaf Wilayah Jakarta Barat.
Konversi agama adalah terjadinya perubahan keyakinan yang berlawanan arah
dengan keyakinan semula. Konversi agama terjadi disebabkan oleh kegelisahan
terhadap agama yang dianutnya, maka pandangan hidup dan kepercayaan seperti
harapan serta keselamatan menjadi berlawanan arah. Hal ini telah banyak terjadi di
kalangan masyarakat di Indonesia tentunya dengan situasi dan proses yang berbeda-
beda. Dari gejolak tersebut, dibutuhkan komunikasi persuasif yang akan menimbulkan
keputusan, karena memutuskan untuk berpindah keyakinan dalam hidup bukanlah suatu
hal yang mudah dan memiliki konsekuensi yang besar. Seperti, diusir dari keluarganya,
diberhentikan dari pekerjaannya, diceraikan oleh suami atau isterinya atau berpisah
dengan anak-anaknya (bagi yang sudah menikah), disabotase atau diputuskan jaringan
bisnisnya dan lain sebagainya. Dalam menyikapi hal tersebut dibutuhkan pendekatan,
bimbingan dan pembinaan khusus dengan komunikasi persuasif agar pelaku konversi
agama ini dapat lebih terarah.
Himpunan Bina Muallaf Indonesia Wilayah Jakarta Barat merupakan salah satu
asosiasi konsultasi dan pembinaan para muallaf yang didirikan oleh HM. Syarief
Tanudjaja dibawah sejak tahun 2013. Di HBMI, para muallaf akan dibina, dibimbing
serta dibantu dalam perekonomian secara teoritis dan praktisi sehingga muallaf dapat
menjadi muallaf yang mandiri. Karena latar belakang tersebut, penelitian ini ingin
mengetahui bagaimana komunikasi persuasif pengurus HBMI dalam meneguhkan
keyakinan muallaf wilayah Jakarta Barat? Apa faktor pendukung dan penghambat
komunikasi persuasif pengurus dalam membina muallaf dan meneguhkan keyakinan
muallaf?.
Teori yang digunakan adalah Teori Penilaian Sosial (Social Judgement Theory)
oleh Muzafer Sherif. Teori ini berasumsi bahwa seseorang akan membuat penilaian dari
pernyataan atau pesan yang akan mempengaruhi persepsi, respons pesan dan perubahan
sikap melalui keterlibatan ego. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan dengan analisis deskriptif. Dengan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Dalam proses pembinaan muallaf, pengurus menggunakan berbagai tahapan
komunikasi persuasif dengan pendekatan formula AIDDA, yaitu menumbukan
Attention (perhatian), Interest (rasa tertarik), Desire (keinginan) sehingga muallaf dapat
memiliki Decision (keputusan), dan melakukan Action (tindakan). Adapun teknik
komunikasi persuasif pengurus, yaitu teknik asosiasi, teknik integrasi, teknik pay off
and fear arousing, teknik icing dan teknik red-herring.
Agama merupakan pedoman bagi manusia. Maka, terjadinya konversi agama
yang bertujuan mendapatkan kehidupan yang damai dan ketentraman hati dapat terjadi
pada siapa saja melalui beberapa faktor dan hikmah dari Allah SWT untuk itu
pembinaan dilakukan muallaf dengan tujuan mendapatkan pengetahuan dan tuntunan
hidup pada keyakinan yang baru dianutnya di masa depan.
Kata kunci : Komunikasi persuasif, konversi agama, muallaf, keyakinan,
pembinaan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah serta
anughrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Berbagai macam kendala serta beberapa pergantian judul yang dilewati
penulis merupakan tantangan dan motivasi tersendiri sehingga akhirnya penulis dapat
menyusun skripsi yang berjudul “Komunikasi Persuasif Pengurus Himpunan Bina
Muallaf Indonesia (HBMI) dalam Meneguhkan Keyakinan Muallaf Wilayah
Jakarta Barat” ini.
Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan, bantuan dan nasihat dari banyak pihak baik secara moril maupun materil.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan
II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
iii
2. Drs. Masran, MA, dan Fita Faturrokhmah, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Dr. Hj. Roudhonah, MA, selaku dosen pembimbing skripsi, penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, saran, nasihat, bimbingan,
waktu, tenaga, pikiran, dan segala pengertian yang diberikan kepada penulis
selama proses penulisan berlangsung, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesehatan dan keberkahan kepada ibu dan keluarga.
4. Drs. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi dan membantu selama proses perkuliahan.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas segala ilmu
yang telah diberikan kepada penulis.
6. Seluruh staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah membantu dalam
pelayanan dan memfasilitasi buku-buku referensi untuk penulis.
7. Seluruh staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu
penulis dalam bidang administrasi.
8. HM. Syarief Tanudjaja SH, selaku ketua umum dan segenap pengurus Himpunan
Bina Muallaf Indonesia yang telah mengizinkan dan membantu penulis selama
proses penelitian.
9. Elly Phang, Asikin Kosasih, Satyan Cahyono Tai, dan Herjuno, selaku nara
sumber penelitian yang telah bersedia memberikan waktu dan membantu penulis
dalam proses penelitian dan penulisan.
iv
10. Kedua orang tua tercinta, Ayah (Payumi) dan Umi (Atikah, S.Pd.) yang selalu
menjadi motivator terbesar bagi penulis dalam segala hal, termasuk dalam
penulisan skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga untuk umi dan ayah yang
tak pernah bosan dan lelah berjuang, memberikan nasihat, dorongan serta do’a
yang tulus kepada penulis hingga proses penulisan skripsi ini selesai. Semoga
Allah selalu melindungi, memberkahi dan membalas keduanya dengan surga-
Nya yang kekal.
11. Kakak tercinta (Feby Yansasnie, S.Pd.I) dan (Delima Hardiyanti, SE.) yang
selalu memberikan nasihat, dorongan serta dukungan kepada penulis dan adik
tercinta (Yaumil Fikri Khairiah) yang selalu menjadi teman setia yang menghibur
serta mendukung penulis dan segenap Keluarga Besar H. Djaelani dan H.
Rosidin Alm, tercinta, tanpa adanya dukungan moral serta keberadaan keluarga
disamping penulis bukanlah apa-apa.
12. Keluarga Besar Pondok Pesantren Modern Darur Rosyid, terutama kepada
pimpinan dan pengasuh pondok yakni KH. Rosidi Djaelani, Lc. terima kasih atas
segala dukungan, nasihat dan dispensasi yang diberikan selama proses penelitian.
13. Sahabat kecil tercinta (Dogi Mangisi Sagala, A.Kom.) yang selalu memberikan
waktu, dukungan moral, motivasi, dan tetap menjadi teman setia selama proses
penulisan berlangsung.
14. Sahabat seperjuangan tercinta selama 4 tahun kuliah dan seterusnya, Dea Alvi
Soraya, S.Kom.I (Doelan), Rahmah Novitasari (Novitakiers) dan Ina Legiana
(Gona) yang selalu menemani, membantu, memotivasi dan mendukung penulis.
v
15. Teman-teman KPI 2012, khususnya teman-teman KPI B yang telah menemani
perjalanan penulis selama perkuliahan. Dan teman-teman KKN MEMORI 2015
yang telah menemani perjuangan KKN selama satu bulan.
16. UKM Bahasa FLAT yang telah banyak memberikan berbagai ilmu, pengalaman
dan kenangan yang luar biasa khususnya angkatan CAPOLISTA 2012.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan. oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan agar penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan acuan
penelitian berikutnya. Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 10 Januari 2017
Yaumil Kurniati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………….....….…. i
KATA PENGANTAR ..………………………………………….…..... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………......……. vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………….………………..…... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………..… 2
1. Pembatasan Masalah ……………………..…….………... 6
2. Perumusan Masalah …………………….……………..… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………....…………..….. 6
1. Tujuan Penelitian ……………………..….…………..….. 7
2. Manfaat Penelitian ……………..………………………... 7
D. Metodologi Penelitian ……………….…..……………...…… 7
1. Subjek dan Objek Penelitian ………………….…………. 8
2. Teknik Pengumpulan Data ..….…..……............................ 9
3. Pengolahan Data ……………..………..……..…………. 10
4. Teknik Analisis Data …………...…...……….……..……. 11
E. Tinjauan Pustaka ………..………...…………..……...……… 11
F. Sistematika Penulisan ………..……..………..……………… 13
BAB 11 KAJIAN TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Teori Penilaian Sosial …………….………...……………….. 15
1. Keterlibatan Ego …………..…………..……….…..….… 16
vii
2. Stimulus Respons Persuader …..….…....………………... 17
3. Penilaian Pesan …………..……............……………….... 17
B. Ruang Lingkup Komunikasi ……………………………..….. 19
1. Definisi Komunikasi …………..……...………………..... 19
2. Unsur-Unsur Komunikasi …………….………………..... 21
3. Tujuan Komunikasi …………………...……....…….....… 24
4. Hambatan Komunikasi …...…………...………….……… 25
C. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif …………...….....……. 26
1. Definisi Komunikasi Persuasif ...…….…………...……… 26
2. Tahapan Komunikasi Persuasif …….………………...….. 28
3. Teknik Komunikasi Persuasif……….………………......... 31
D. Definisi Muallaf dan Konversi Agama ………………..……... 34
1. Definisi Muallaf …………….…………………….……… 34
2. Definisi Konversi Agama ….…………………….………. 36
3. Faktor Konversi Agama ……………………….………… 38
4. Definisi Agama ……………………………….……….… 39
5. Fungsi Agama ……………………………….…………... 40
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan HBMI Wilayah Jakarta Barat …… 43
B. Visi dan Misi ……………………………………………..….... 46
C. Struktur Pengurus HBMI Wilayah Jakarta Barat ……………... 47
D. Program Kerja Pengurus ………………………..…….……….. 49
E. Sistematika Pengislaman …………….…………...…..……….. 50
viii
F. Proses Pembinaan Muallaf ……………………….....………… 51
1. Materi Pembinaan …………………………….…………… 51
2. Pendekatan Program Pembinaan ………………..…...……. 52
3. Jadwal Kegiatan Rutinitas ………………………………… 54
G. Profil Muallaf …………………………………..……..….…… 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Teori Penilaian Sosial ……………………………………….. 61
1. Keterlibatan Ego ………………………………………… 62
2. Stimulus Respons Persuader ……………………………. 62
B. Komunikasi Persuasif Pengurus HBMI …….………..….…... 63
1. Tahapan Komunikasi Persuasif …………………….……. 63
2. Implementasi Pembinaan ………………..…………..…… 67
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ……….…....…… 80
1. Faktor Pendukung ……………………………………….. 80
2. Faktor Penghambat …………………………………...….. 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………..………………………...…. 85
B. Saran …………………………..…………………………..… 91
DAFTAR PUSTAKA ………….………………………………….…... 92
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bingkai teori peniliaian sosial ……………………………. 19
Gambar 2.2 Unsur-unsur komunikasi …………………………………. 22
Gambar 3.1 Satyan mengucapkan syahadat ….……………………….. 51
Gambar 4.1 Santunan muallaf ………………………………………… 73
Gambar 4.3 Santunan muallaf ………………………………………… 73
Gambar 4.4 Santunan muallaf ………………………………………… 74
Gambar 4.5 Forum diskusi online dalam group Forum HBMI …….… 76
Gambar 4.7 Forum diskusi online dalam group Mullaf Seiman ……... 77
Gambar 4.8 Pembinaan praktik sholat muallaf ……………………….. 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan kebutuhan manusia untuk pedoman dalam
kehidupannya, karena dengan memiliki agama tertentu manusia merasa tentram
dan damai. Namun kenyataannya, walaupun sudah memiliki agama tertentu
terkadang manusia tidak tenang dan tidak puas dengan agama yang dianutnya
sehingga timbul konflik, pertentangan batin serta kegelisahan yang jika mencapai
puncaknya maka menyebabkan perubahan sikap yang sering disebut konversi
yang membawa perubahan keyakinan pada diri seseorang. Menurut Zakiah
Dradjat, konversi berasal dari bahasa Inggris conversion, yang berarti berlawanan
arah. Secara istilah, konversi agama adalah terjadinya perubahan keyakinan yang
berlawanan arah dengan keyakinan semula.1
Konversi agama terjadi disebabkan oleh kegelisahan terhadap agama yang
dianutnya, maka pandangan hidup dan kepercayaan seperti harapan serta
keselamatan menjadi berlawanan arah. Hal tersebut akan menimbulkan proses
kejiwaan dalam bentuk renungan, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa
berdosa, cemas terhadap masa depan serta perasaan susah yang ditimbulkan oleh
kebimbangan. Perasaan yang berlawanan itu timbul dalam batin sehingga masalah
tersebut harus dicari jalan keluarnya.2
1Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996) h.137
2Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2002) h.59
2
Perubahan keyakinan pada diri seseorang yang mengalami konversi agama
tidak terjadi begitu saja tanpa unsur apapun, melainkan melalui hikmah yang
diperoleh dari Allah SWT seperti yang telah disampaikan dalam firman-Nya surat
Al Baqarah ayat 269, yang berbunyi:
كز از ي ث اك ز ي خ ى ج و أ د ق ف ة و ك الح ت ؤ ي ن ه و ء آش ي ن ه ة و ك ىالح ج ؤ ي اي ذ ه و
۞ اب ب ل اال و ل و أ لآإ
“Allah menganugrahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam
tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakalah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”3
Dalam surat Al-Maidah ayat 3, Allah juga berfirman yang berbunyi:
................ ن ل ك ي ث ض ر و ح ي و ن ع ن ل ي ك ع ث و ا ج و و ن ي ن ك د ن ل ك ل ث و ا ك م الي و
ال م س ي ن ااإل ۞..............د
“Pada hari ini telah ku sempurnakan agamamu untukmu dan telah
aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Ku ridhoi Islam sebagai
agamamu.”4
Menurut penjelasan kedua ayat di atas, bahwa Allah SWT memberikan
hikmah, karunia serta nikmat kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya, termasuk
menghendaki orang-orang untuk melakukan konversi agama.
Adapun faktor lain yang menyebabkan konversi agama menjadi
pendorong serta pengaruh yaitu: faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidak
serasian, berlainan agama, kesepian, kurang mendapat pengakuan kaum kerabat,
lingkungan tempat tinggal, terjadinya perubahan status pernikahan, kemiskinan
3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Baqarah: 269.
4Sahm Al-Nour, Al-Qur’an dan Terjemah, Al-Maidah: 3.
3
dan lainnya. Dalam kondisi demikian sering kali seseorang mengalami tekanan
batin atau gangguan secara psikologis.5
Dari beberapa peristiwa di atas, seseorang yang baru saja memeluk agama
Islam, sangatlah penting baginya untuk mempelajari, mengetahui dan memahami
agama yang baru dianutnya. Oleh karena itu seorang muallaf sangat perlu
mengikuti pembinaan khusus untuk membantu proses memperkenalkan agama
Islam dan memberi pemantapan dengan penuh keyakinan pada agama Islam yang
baru dianutnya.
Adapun beberapa lembaga yang menjadi sarana pembinaan khusus untuk
muallaf, namun bentuk penanganannya yang dibedakan, yaitu ada lembaga yang
hanya menangani saat pengislaman saja namun ada pula yang menangani
keseluruhan termasuk pada pembinaan setelah menjadi muallaf. Pembinaan
muallaf memiliki peran yang sangat signifikan untuk membantu dalam
memberikan pemahaman tentang ketauhidan, peneguhan keyakinan, pengenalan
dasar-dasar hukum Islam serta tata cara beribadah dan lain-lain.
Dalam pembinaan muallaf ini, komunikasi merupakan salah satu aspek
terpenting agar ajaran-ajaran Islam yang diterima bisa menjadi lebih mantap. Oleh
karena itu komunikasi yang dilakukan pembina sangatlah berpengaruh pada
perubahan pemikiran serta pandangan terhadap pemahaman dan pengetahuan
yang dipelajari oleh muallaf. Namun tidak hanya itu, demi terciptanya komunikasi
yang efektif dan pembinaan yang optimal, pengurus harus memiliki strategi dan
metode pembinaan agar apa yang disampaikan berhasil dalam masa pembinaan.
5Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)
h.158-159.
4
Himpunan Bina Muallaf Indonesia yang disingkat menjadi HBMI,
merupakan salah satu lembaga yang khusus menangani pembinaan muallaf.
Diresmikan dibawah naungan Pemerintah Kementrian Agama pada bulan
November 2013 di wilayah Jakarta Barat. Lembaga ini memiliki struktur
organisasi, metode serta program khusus seperti: pembinaan perekonomian
muallaf, santunan, buka bersama, pengajian rutinitas bulanan, pelatihan
keterampilan dan rumah pintar. 6
Berbagai program Himpunan Bina Muallaf Indonesia di atas, bertujuan
agar pembinaan yang dilaksanakan bersifat variatif demi menciptakan keakraban
dan hubungan yang baik antar sesama. Hakikatnya, muallaf adalah seseorang
yang membutuhkan bujukan, dorongan, motivasi serta kepercayaan diri mengenai
hal-hal yang telah diputuskan melalui ketekunan dan pengorbanannya, seperti:
dikucilkan dan diusir dari keluarganya, tidak diterima dan tidak diakui sebagai
anggota keluarga, diputus tunjangan dan biaya pendidikannya, diberhentikan dari
pekerjaannya, diceraikan oleh suami atau isterinya atau berpisah dengan anak-
anaknya (bagi yang sudah menikah), disabotase atau diputuskan jaringan
bisnisnya dan lain sebagainya.7
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, muallaf sangatlah membutuhkan
pembinaan, bimbingan dan tuntunan serta pendampingan. Maka, seharusnya
komunikasi pembina tidak hanya dilakukan secara verbal saja namun terkadang
6Wawancara Pribadi dengan Elly Phang selaku pengurus HBMI, Pekapuran,
Jakarta Barat, 20 Mei 2016. 7HM. Syarif Tanudjaja “Sejarah lahirnya HBMI Bina Muallaf menuju muallaf
mandiri dan bertaqwa” Artikel diakses pada 20 agustus 2016 dari
http://binamuallafsyariftan.blogspot.com/2016/02/hbmi:himpunan-bina-muallaf-
indonesia.html
5
komunikasi nonverbal juga mampu meningkatkan pemahaman muallaf.
Komunikasi yang digunakan bersifat mengajak dan membujuk, dengan kata lain
pembinaan yang dilakukan bersifat komunikasi persuasif secara psikologis, agar
muallaf dapat tetap tegar, teguh dan konsisten memilih agama Islam dan menjadi
muallaf yang mandiri, bertaqwa serta istiqomah dalam keagamaannya juga
mandiri dalam sosial ekonominya.
Komunikasi persuasif adalah suatu usaha untuk meyakinkan seseorang
atau kelompok seolah-olah keyakinan itu timbul atas dasar keyakinannya sendiri
tanpa menggunakan sanksi-sanksi atau paksaan, baik yang tampak maupun tidak
tampak.8 Komunikasi persuasif juga dapat dipahami sebagai suatu pesan yang
mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain secara verbal maupun
nonverbal. Proses tersebut adalah gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu
perubahan sikap atau perlakuan secara terus-menerus.9
Demi berhasilnya komunikasi persuasif, hal tersebut harus dilaksanakan
secara sistematis dan sesuai dengan kebutuhan para muallaf, oleh karena itu
pembina seharusnya mengetahui dan memperhatikan beberapa latar belakang
muallaf seperti asal kelompok masyarakatnya, asal agamanya, tingkat pendidikan
dan sosial ekonominya.
Melihat pembinaan muallaf di HBMI wilayah Jakarta Barat memiliki
strategi, metode, program khusus serta teknik-teknik persuasif, maka proses
pembinaan yang bervariasi tersebut menjadi pembeda dengan lembaga pembinaan
8H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Askara,2008) Edisi 1, Cet Ke-5, h. 67 9Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013) Cet
Ke-1, h. 164
6
wilayah lain dalam membina para muallaf, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul: “Komunikasi Persuasif
Pengurus Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) dalam Meneguhkan
Keyakinan Muallaf Wilayah Jakarta Barat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian lebih
jelas dan terarah serta memfokuskan penelitian pada komunikasi persuasif
pengurus Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) dengan muallaf wilayah
Jakarta Barat yang berikrar pada agama Islam.
2. Perumusan Masalah
Pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat suatu rumusan
masalah dengan pertanyaan utama, yaitu:
a. Bagaimana komunikasi persuasif pengurus Himpunan Bina Muallaf
Indonesia (HBMI) dalam meneguhkan keyakinan muallaf wilayah
Jakarta Barat?
1) Bagaimana tahapan komunikasi persuasif pengurus?
2) Bagaimana teknik komunikasi persuasif pengurus?
b. Apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi persuasif pengurus
Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) dalam meneguhkan
keyakinan muallaf wilayah Jakarta Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7
a. Untuk mengetahui komunikasi persuasif yang dilakukan pengurus
Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) dalam meneguhkan
keyakinan muallaf wilayah Jakarta Barat.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi
persuasif serta upaya yang dilakukan pengurus HBMI dalam
meneguhkan keyakinan muallaf wilayah Jakarta Barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan
ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam
pembinaan muallaf dengan komunikasi persuasif.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi, wawasan
serta acuan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam tentang
pembinaan muallaf dengan komunikasi persuasif.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari subjek penelitian yang dapat diamati.10
Adapun definisi lain yaitu suatu
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks
10
Lexy Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005) h. 6.
8
sosial yang mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti.11
Jenis penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap proses pembinaan muallaf di HBMI wilayah Jakarta Barat.
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengurus dan muallaf Himpunan Bina
Muallaf Indonesia (HBMI) wilayah Jakarta Barat yang masih berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembinaan. Adapun pengurus HBMI yang dijadikan
subjek penelitian, yaitu: HM. Syarief Tanudjaja, SH selaku ketua umum dan
Elly Phang selaku bendahara. Adapun 3 muallaf yang dijadikan subjek
penelitian, yaitu: Asikin Kosasih, Satyan Cahyono Tai, dan Herjuno yang
mana muallaf tersebut masing-masing memiliki latar belakang konversi
agama yang berbeda-beda.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mengenai komunikasi persuasif
pembinaan di Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) wilayah Jakarta
Barat dalam meneguhkan keyakinan muallaf.
2. Tempat Penelitian
Tempat pembinaan sekaligus wirausaha dilakukan di Jalan
Pekapuran V No.8 Rt.008/002 Kel. Duri Selatan Jakarta Barat. Sedangkan
11
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h. 9.
9
pembinaan pusat di Jalan Tegalan 1 A No. 15 RT.00/04 Kel. Palmeriam
Kec. Matraman Jakarta Timur.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta
melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks
penelitian. Teknik observasi diharapkan dapat menjelaskan dan
menggambarkan secara luas dan rinci tentang masalah yang dihadapi.12
Adapun teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipasi, dimana pengumpulan data melalui observasi
terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan mengenai proses
komunikasi komunikasi pengurus dalam meneguhkan keyakinan muallaf.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan
12
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Ilmu Komunikasi dan Sastra (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011) Cet ke-1 h.73
10
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.13
Dalam
penelitian ini, peneliti mewawancarai ketua umum HMBI, para pembina
dan para muallaf wilayah Jakarta Barat. Teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara terstuktur yang nantinya membantu peneliti
menemukan informasi yang lebih mendalam dan mendapatkan pencapaian
data sesuai tuntutan penelitian.
c. Dokumen
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar, sketsa dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.14
4. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap suatu objek penelitian melalui data yang terkumpul dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum,15
serta mengungkapkan suatu masalah
atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat untuk
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Edisi ke-2, Cet
ke-5 h.111 14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2013) Cet ke-19 h.224 15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. h.221
11
mengungkapkan fakta16
yang terjadi dalam proses pembinaan di
Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat.
5. Teknik Analisis Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat
interaktif dan non-interaktif.17
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode interaktif, di mana peneliti berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan pembinaan HBMI serta berinteraksi langsung dengan para
muallaf wilayah Jakarta Barat.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis meninjau beberapa tulisan, skripsi serta artikel terdahulu yang
membahas tentang pembinaan muallaf. Adapun beberapa skripsi yang penulis
jadikan rujukan diantaranya :
Pertama, skripsi karya Heldawati, dengan judul “Pola Komunikasi antara
Pembina dan Muallaf pada Program Pembinaan Muallaf di Masjid Sunda Kelapa
Jakarta.” Dalam skripsinya membahas tentang pola komunikasi pembina kepada
muallaf dengan menggunakan pola roda dimana pembina melakukan komunikasi
satu arah dan pola bintang dengan komunikasi dua arah. Sedangkan skripsi
penulis membahas tentang tahap dan teknik komunikasi persuasif pengurus
kepada muallaf. Perbedaan skripsi ini dengan sebelumnya juga dilihat dari objek
16
Hadari Nawawi, Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005) Cet ke-11 hal. 3 17
Sutopo HB, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006) h.9
12
penelitiannya, jika judul sebelumnya meneliti tentang muallaf Masjid Sunda
Kelapa namun judul penulis adalah muallaf HBMI wilayah Jakarta Barat.18
Kedua, skripsi karya Washilatur Rahmi, dengan judul “Bentuk
Komunikasi Pembinaan Muallaf Daarut Tauhid Jakarta.” Dalam skripsinya
membahas tentang efektivitas bentuk komunikasi pembinaan muallaf dengan
metode ceramah dan komunikasi kelompok dalam pendekatan informatif dan
partisipatif. Sedangkan skripsi penulis membahas tentang pembinaan muallaf
dengan komunikasi persuasif dengan melihat tahap dan teknik yang digunakan
pengurus dalam meneguhkan keyakinan muallaf. Perbedaan skripsi ini dengan
sebelumnya juga dilihat dari objek penelitiannya, jika judul sebelumnya meneliti
tentang muallaf Daarut Tauhid namun penulis adalah muallaf HBMI wilayah
Jakarta Barat. 19
Ketiga, skripsi karya Diastu Karlinda, dengan judul “Teknik Komunikasi
Persuasif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian
Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta” dalam
skripsinya membahas tentang proses dan motivasi belajar siswa dengan teknik
persuasif seperti teknik asosiasi, integrasi, pay off and fear arousing, Icing, dan
red herring. Sedangkan skripsi penulis membahas tentang tahap dan teknik
komunikasi persuasif pengurus HBMI dalam meneguhkan keyakinan muallaf.
Perbedaan skripsi sebelumnya dengan penulis dapat dilihat dari objek
18
Heldawati, Pola Komunikasi antara Pembina dan Muallaf pada Program
Pembinaan Muallaf di Masjid Sunda Kelapa Jakarta. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011) 19
Washilatur Rahmi, Bentuk Komunikasi Pembinaan Muallaf Daarut Tauhid
Jakarta (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2008)
13
penelitiannya, jika judul sebelumnya meneliti tentang siswa kelas x program
keahlian administrasi perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta namun
penulis adalah muallaf HBMI wilayah Jakarta Barat.20
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan memberikan penulisan skripsi yang sistematis,
maka disusun sistematika penulisan yang dibagi menjadi lima bab, dan dalam
masing-masing bab memiliki sub-bab, sebagai berikut:
Pendahuluan, Pada bab pertama ini meliputi latar belakang masalah yang
menjelaskan gambaran singkat mengenai kronologi terjadinya konversi agama.
Kemudian bab ini juga mencakup pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
Kajian Teoritis dan Kerangka Konseptual, pada bab ini akan membahas
teori-teori yang menunjang dan berhubungan sebagai dasar pemikiran untuk
membahas permasalahan dalam penelitian skripsi ini. Bab ini mengandung teori
Penilaian Sosial (Social Judgement) sebagai teori utama, adapun pembahasan
lainnya yaitu: ruang lingkup komunikasi, komunikasi persuasif, pembinaan, dan
konversi agama.
Gambaran Umum, Gambaran umum Himpunan Bina Muallaf Indonesia
membahas mengenai sejarah HBMI, visi dan misi, jadwal kegiatan rutinitas,
20
Diastu Karlinda, Teknik Komunikasi Persuasif untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di
SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2013)
14
program kerja dan profil muallaf. Sedangkan profil pengurus dan dokumentasi
kegiatan akan dicantumkan pada lampiran skripsi.
Temuan dan Analisis Data, pada bab ini penulis menganalisis semu
temuan data yang menggunakan analisis deskriptif. Penulis membahas tentang
tahapan serta teknik komunikasi persuasif pengurus, penilaian pesan serta respons
pesan muallaf terhadap pengurus dan faktor pendukung serta faktor penghambat
dalam proses pembinaan.
Kesimpulan, pada bab ini penulis menjelaskan kesimpulan dalam
penelitian berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang dimiliki.
15
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Penilaian Sosial (Social Judgement Theory)
Teori penilaian sosial adalah teori yang dihasilkan dari penelitian psikolog
Muzafer Sherif. Teori ini berhubungan dengan cara seseorang membuat penilaian
tentang pernyataan-pernyataan, menyelidiki cara-cara individu menilai pesan-
pesan dan menemukan banyak prinsip psikofisika yang juga berpegang pada
penilaian sosial, dimana individu membuat penilaian stimuli fisik dari objek.
Lebih lanjut Sherif menunjukkan bahwa orang yang membuat penilaian
berdasarkan acuan dan titik referensi yang dapat mempengaruhi persepsi dan cara
merespon pesan, karena semakin penting suatu masalah bagi ego seseorang maka
semakin kuat acuan mempengaruhi apa yang dipahami.
Di sisi lain tentang penerimaan dan penolakan seseorang diterima dan
dipengaruhi oleh sebuah variabel kunci, yaitu keterlibatan ego (ego involvement).
Keterlibatan ego adalah tingkat relevansi personal dari suatu masalah, juga
membuat perbedaan besar dalam hal bagaimana seseorang merespon pesan-pesan
yang berhubungan dengan sebuah topik.1
Pada masalah apapun, biasanya akan ada sejumlah pernyataan, pro dan
kontra yang dapat ditolerir dan dapat pula ditolak. Pengaruh bersifat kontra akan
timbul apabila seseorang menilai sebuah pesan sebagai sesuatu yang jauh dari
sudut pandangnya, dan pengaruh asimilasi terjadi bila ia menilai pesan itu lebih
1Inge Hutagalung, Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi, (Jakarta:
PT. Indeks, 2015) h. 107-109.
16
dekat dengan sudut pandangnya. Seperti pembinaan yang dilakukan di HBMI,
setiap pengurus membina muallaf dengan memberikan materi-materi dasar yang
mendalam (Awaludin Ma’rifatullah) dengan tujuan menyatukan persepsi dan
sudut pandang awal mengenai Islam sebagai agamanya dan Allah sebagai
Tuhannya.2 Sehingga hal tersebut menjadi utama dalam hati dan pemikiran
masing-masing muallaf khususnya dalam memberikan respons pesan sebagai
orang yang baru saja mengenal Islam terhadap pernyataan atau pesan yang
disampaikan pengurus.
1. Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Menurut Sherif hal yang perlu diperhatikan mengenai rentang
penerimaan adalah seberapa penting isu tertentu dalam kehidupan manusia.
Sherif menyebut ini dengan (keterlibatan-ego). Keterlibatan ego mengacu
pada seberapa gawat isu dalam kehidupan manusia, karena posisi pernyataan
yang paling sesuai dengan pemikiran seseorang itu yang menjadi dasar
pemikiran mengenai suatu topik.3
Pada tahap awal, pengurus berupaya membentuk respons penilaian
baik dari muallaf atas pesan yang disampaikan. Sehingga dalam hal ini,
muallaf dapat menjadikan agama sebagai hal yang penting dalam
kehidupannya dengan tujuan pada tahap selanjutnya akan memberikan respons
yang sesuai atas keputusan yang telah dibuatnya yaitu konversi agama.
2Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian Tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017. 3Em Griffin, A First Look at Communiaction Theory, (USA: McGraw-Hill, 2003)
Fifth Edition, h. 188
17
2. Stimulus Respons Persuader (Ego Latitude)
Teori penilaian sosial membuat beberapa prediksi tentang perubahan
sikap dalam komunikasi melalui respons pesan yang dipahami, sebagai
berikut:
a. Pesan-pesan yang jatuh di rentang penerimaan akan mempermudah
terjadinya perubahan sikap (latitude of acceptance).
b. Jika suatu pesan seseorang dinilai terletak di rentang penolakan,
perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada (latitude of rejection).
c. Pesan-pesan yang jatuh di dalam rentang penerimaan dan non
komitmen. Semakin tidak sesuai sebuah pesan dengan pendirian
seseorang, semakin besar kemungkinan sikap tidak akan berubah
(latitude of non commitment).4
Jadi, semakin besar keterlibatan ego dalam suatu masalah, semakin besar
rentang penolakan, semakin kecil rentang non komitment, semakin kecil pula
kemungkinan adanya perubahan sikap. Seseorang yang besar keterlibatan egonya
sulit untuk dipengaruhi, karena cenderung menolak lebih banyak pernyataan dari
pada orang-orang yang keterlibatan egonya kecil.
Persepsi dan sudut pandang yang dibentuk oleh pengurus HBMI bertujuan
agar muallaf dapat melibatkan ego masing-masing dalam menerima setiap pesan
atau pernyataan agar berada di zona penerimaan sehingga dapat melakukan
perubahan sikap.
3. Penilaian Pesan (Judging the message)
4Inge Hutagalung, Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi. h. 107-
109
18
Sherif menyatakan bahwa seseorang menggunakan pola dasar pemikiran
sebagai perbandingan ketika menerima berbagai macam tipe pesan. Dalam
penilain terhadap pesan tersebut, dapat terjadi dua hal yaitu Contrast atau
Assimilation. Contrast terjadi karena gangguan penerimaan informasi yang
memicu penolakan terhadap suatu pesan dan pesan juga dinilai lebih jauh dari
sudut pandang seseorang tersebut. Sedangkan assimilation adalah daya tangkap
yang kuat akan suatu pesan sehingga terkesan antara persuader dan penerima
pesan terlihat saling memahami yang tentu saja berujung pada rentang
penerimaan, karena pesan yang disampaikan juga dinilai lebih dekat dengan sudut
pandang seseorang tersebut.5
Menurut uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori penilaian sosial
membahas tentang bagaimana seseorang menilai pesan dengan melihat sejauh
mana keterlibatan ego masing-masing individu dalam menentukan stimulus
respons atas pesan yang disampaikan. Jika keterlibatan egonya lebih besar maka
cenderung ada pada rentang penolakan, dimana sebuah pernyataan yang
disampaikan akan sulit diterima dan tidak pula terjadi perubahan sikap.
Sebaliknya jika keterlibatan egonya lebih kecil, maka cenderung ada pada rentang
penerimaan dan mudah terjadinya perubahan sikap.
Jadi, jika pengurus telah berhasil membentuk persepsi dan mendekatkan
sudut pandang serta menyatukan ketelibatan ego muallaf dalam penilaian pesan
atau pernyataan. Maka, akan cenderung terjadi perubahan sikap pada muallaf
5Em Griffin, A First Look at Communiaction Theory, h. 190.
19
karena penilaian pesan yang dilakukan dengan melibatkan egonya akan cenderung
ada pada zona penerimaan.
Gambar 2.16 Teori penilaian sosial
B. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Secara etimologi atau bahasa kata komunikasi merupakan terjemahan dari
communication berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common).
Istilah communis ialah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata
komunikasi yang merupakan akar kata dari bahasa Latin yang mirip. Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama.7 Communication juga berarti sama atau sama makna mengenai suatu hal,
6Em Griffin, A First Look at Communiaction Theory, h. 187-190.
7Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 46
Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Penyerapan berbagai aspek dari suatu pesan
Latitude of
Noncommitment
Latitude of
Acceptance
Latitude of
Rejection
Assimilation Effect
Contrast Effect
20
artinya komunikasi akan berlangsung apabila komunikator dan komunikan
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.8
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan dengan tujuan adanya kesamaan makna dan pengertian.
Contoh: kata “amis” dalam bahasa Jawa berarti “bau”, dalam bahasa Sunda berarti
“manis”. Selama proses komunikasi tidak terjadi kesamaan makna dan pengertian,
maka kesalahan makna dan pengertian tersebut tidaklah menghasilkan komunikasi
yang efektif.
Adapun pengertian komunikasi menurut istilah (terminologi) menurut
beberapa ahli komunikasi, antara lain:
a. Menurut Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.9
b. Laswell, mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan siapa (who), mengatakan apa (says what), dengan
saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), dan dengan akibat
atau hasil apa (with what effect).10
c. Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah the process by
which an individuals (the communicator) transmits stimuli (usually verbal
symbols) to modify the behavior of other individuals (the audience) yang
berarti proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
8Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Rosda Karya,
2004) Cet Ke-6 h.3-4 9Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 19
10Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998)
h.18
21
perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-
kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).11
d. Ruben dan Stewart, mengatakan bahwa komunikasi adalah the process
through which individuals in relationship, group and societies respond to
and create messeges to adapt to the environment and one another yang
berarti proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan
pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.12
e. Bernard Berelson & Gary A. Steiner, mengatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar,
angka-angka, dan lain-lain.13
Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan dengan
menggunakan isyarat, gambar, gaya atau tanda lainnya dengan tujuan
mendapatkan pemahaman dan pengertian yang sama antara komunikator dengan
komunikan sehingga menimbulkan efek komunikasi yang baik.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi pada hakikatnya berlangsung atas proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa berupa gagasan,
11
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1985) h.3 12
Brent D. Ruben, Stewart, Lea P, Communication and Human Behaviour (USA:
Alyn and Bacon, 1998) h.16 13
Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) Edisi Ke-1, h. 2.
22
informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Dalam prosesnya
komunikasi dibangun dengan beberapa unsur, yaitu :
Gambar 2.214
Unsur-unsur komunikasi
a. Komunikator (Sender)
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. Encoder adalah
istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan komunikator. Encoder
dalam menyampaikan pesan yang sifatnya encoding, yaitu suatu usaha
komunikator dalam menafsirkan pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan, agar komunikan dapat memahaminya.15
b. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari pendapat yang disampaikan oleh
komunikator, pesan seharusnya mempunyai inti sebagai pengarah di dalam usaha
mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.16
c. Komunikan (Receiver)
14
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011) h. 18 15
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.44. 16
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 14
23
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder, adalah istilah
lain yang mempunyai pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima
pesan decoder mempunyai sifat decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam
menafsirkan pesan yang disampaikan oleh komunikator.17
d. Media (Channel)
Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.18
e. Efek (Effect)
Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat
diterimanya pesan melalui komunikasi.19
f. Umpan balik (Feedback)
Feedback dapat diartikan sebagai respon, umpan balik dan peneguhan
adalah pesan dikirim kembali dari penerima sumber, memberi tahu sumber
tentang reaksi penerima dan memberikan landasan kepada sumber untuk
menentukan perilaku selanjutnya.20
Menurut uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya
komunikasi terdiri dari beberapa unsur, seperti komunikator (sender), pesan
(message), komunikan (receiver), media (channel), efek (effect), dan umpan balik
(feedback) demi tercapainya tujuan komunikasi.
17
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.44. 18
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi, Teori dan Praktek, h. 18 19
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.45. 20
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. h.180
24
3. Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan komunikasi menunjuk kepada suatu harapan atau keinginan
yang dituju oleh pelaku komunikasi. Secara umum disebutkan Harold D. Lasswell
bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu:
a. Social change, perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi
dengan orang lain diharapkan adanya perubahan sosial dalam
kehidupannya.
b. Attitude change, perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin
mengadakan perubahan sikap.
c. Opinion change, perubahan pendapat. Seseorang berkomunikasi
mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat.
d. Behaviour change, perubahan perilaku. Seseorang dalam berkomunikasi
juga ingin mengadakan perubahan perilaku.
Adapun pendapat lain mengatakan secara umum dapat mencakup tiga
aspek, yakni:
a. Aspek Kognitif, yaitu menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
b. Aspek Afektif, yaitu menyangkut sikap atau perasaan atau emosi.
c. Aspek Konatif, yaitu menyangkut perilaku atau tindakan untuk
melakukan sesuatu.21
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
komunikasi pada dasarnya adalah komunikator menyampaikan pesan atau
informasi kepada komunikan dengan maksud agar pesan atau informasi yang
21
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.54.
25
disampaikan dapat dipahami sehingga mampu mengubah sikap, pendapat, dan
perilaku komunikan.
4. Hambatan Komunikasi
Dalam proses komunikasi, tentunya ditemukan beberapa hambatan yang
dapat menghambat kelancaran komunikasi tersebut. Menurut Effendy, hambatan-
hambatan komunikasi sebagai berikut:
a. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan
semantik. Pertama, gangguan mekanik merupakan gangguan yang disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Kedua, gangguan
semantik merupakan pesan yang pengertiannya menjadi rusak, terjadi
perubahan pengertian kata-kata atau pengertian kata-kata yang sebenarnya.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati pesan. Seseorang juga akan memperhatikan perangsang yang ada
hubungannya dengan kepentingannya.22
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang benar sesuai
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Karena seseorang memiliki
keinginan, kebutuhan dan kekurangan yang berbeda-beda dari waktu ke
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.
Citra Adiya Bakti: 2003) h. 45-48.
26
waktu, dari tempat ke tempat karenanya motivasi itu berbeda dengan
intensitasnya.
d. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
selalu bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan
komunikasi. Karena biasanya komunikasi dengan timbulnya kecurigaan akan
menimbulkan emosi yang memaksa menarik kesimpulan atas prsangka tanpa
menggunakan pikiran yang rasional bukan pikiran yang subjektif.23
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa hal yang
menjadi hambatan proses terjadinya komunikasi adalah gangguan, kepentingan,
motivasi terpendam dan prasangka.
C. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif
1. Definisi Komunikasi Persuasif
Kata persuasi berasal atau persuasion dalam bahasa Inggris bersumber dari
kata Latin persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu.24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan peruasif
adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik
yang meyakinkannya: bujukan halus. Persuasif bersifat membujuk secara halus
supaya menjadi yakin.25
23
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 45-48. 24
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2004) h. 21. 25
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Baiai Pustaka, 2002) Cet. Ke-2, Edisi Ke-3, h. 864.
27
Adapun pengertian komunikasi persuasif menurut istilah (terminologi)
menurut beberapa ahli komunikasi, antara lain:
a. Menurut H. A. W. Widjaja, Komunikasi persuasif adalah suatu usaha
untuk meyakinkan seseorang atau kelompok seolah-olah keyakinan itu
timbul atas dasar keyakinannya sendiri tanpa menggunakan sanksi-sanksi
atau paksaan, baik yang tampak maupun tidak tampak..26
b. Menurut Suranto A.W, komunikasi persuasif adalah seseorang atau
sekelompok orang yang dibujuk dan diharapkan sikapnya berubah secara
suka rela dengan senang hati dan sesuai dengan pesan-pesan yang
diterimanya.27
c. Menurut Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, komunikasi persuasif
adalah suatu proses, yakni proses memengaruhi sikap, pendapat, perilaku
orang lain, baik secara verbal maupun non verbal.28
d. Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi persuasif adalah salah satu
teknik komunikasi yang menekankan pada proses mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti kehendaknya
sendiri.29
e. Menurut Phill Astrid, komunikasi persuasif adalah suatu teknik
mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau menggunakan data
26
H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 67 27
Suranto A.W. Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untuk
Meningkatkan Kinerja Perkantoran, (Yogyakarta: Media Wacana, 2005) h. 116 28
Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar. Psikologi Komunikasi dan Persuasi,
h. 12 29
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004) h. 102.
28
dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikasi yang hendak
dipengaruhi.30
Menurut pendapat-pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi persuasif adalah sebagai suatu teknik proses yang mempengaruhi
sikap, pendapat, dan perilaku orang lain secara verbal maupun nonverbal dengan
menggunakan data-data dan fakta psikologis manusia seperti, imitasi, sugesti,
identifikasi, emosi dan lain-lain. Sehingga orang tersebut akan melakukan hal
yang sesuai dengan komunikator tanpa adanya paksaan dan sukarela.
2. Tahapan dan Teknik Komunikasi Persuasif
a. Tahapan Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif dilakukan dengan menggunakan cara halus dan
manusiawi sehingga komunikan dapat menerima dan melaksanakan dengan
sukarela sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.31
Ahli komunikasi
mengemukakan pendekatan (approach) terhadap kegiatan komunikasi
persuasif, dengan disebut “A-A Prosedure” atau “from Attention to Action
Prosedure”. A-A procedure ini adalah proses pentahapan komunikasi
persuasif yang dimulai dari usaha membangkitkan perhatian (attention) untuk
berusaha menggerakkan seseorang atau orang banyak agar melakukan
kegiatan (action) seperti yang diharapkan.32
Dalam hal ini ditegaskan Wilbur Schramm dalam bukunya The
Process and Effect of Mass Communication, yang diringkas oleh Oemi
30
Phill Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Binacipta, 1977) h. 17. 31
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 25-26 32
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 175
29
Abdurrahman berhasilnya komunikasi persuasif perlu dilaksanakan suatu
tahapan yang dikenal dengan AIDDA yang berarti Attention (perhatian),
Interest (rasa tertarik), Desire (keinginan), Decision (keputusan), dan Action
(tindakan).33
Berdasarkan formula AIDDA tersebut komunikasi persuasif didahului
dengan upaya membangkitkan perhatian. Cara yang dilakukan pengurus
untuk menarik perhatian komunikasi misalnya pemilihan kata-kata yang
menarik, seperti:
“Islam itu berasal dari kata aslama yang artinya selamat, jadi
Islam itu menyelamatkan. Menyelamatkan diri kita sebagai muslim,
juga orang lain. Jadi jika ada orang Islam menyakiti orang lain itu
bukan Islam. ada orang Islam membunuh orang lain, itu juga bukan
Islam. Dan yang dimaksud dengan menyelamatkan itu dengan
menghambakan diri kita kepada Allah karena hanya Allah raja
akhirat, yang menggenggam surga dan neraka.”34
Setelah pengurus berhasil membangkitkan perhatian muallaf, langkah
selanjutnya diikuti dengan upaya memunculkan keinginan dengan
menyampaikan keistimewaan Islam lebih luas seperti menceritakan sejarah
Islam, sebagai berikut:
“Siapa yang tidak kenal dengan King Ricard, dia adalah
pemimpin kaum nasrani ketika dalam perang salib musuhnya adalah
tentara Islam saat itu Salahudin al-ayubi. Dalam sejarah peperangan
singkatnya, ketika sudah siap-siap mau perang, ternyata King Ricard
sakit dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari akhirnya anggota
lain membuat sayembara untuk mendatangkan dari seluruh penjuru
dunia untuk menyembuhkan King Ricard dengan imbalan hadiah, saat
itu datang 2 orang pengembara ingin mencoba menyembuhkan
dengan merawat, memberi obat dan singkat cerita King Ricard
33
Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001) Cet. Ke- 16, h. 61 34
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian Tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017.
30
sembuh. King Ricard langsung memberikan tanda bahwa perang akan
kembali dimulai, dan ketika perang dimulai King Ricard melihat
pemimpin perang dari Islam adalah orang yang telah merawat dan
menyembuhkannya. Jadi jika pemimpin perang Islam ingin
membunuh, bisa saja namun Islam tidak mengajarkan seperti itu.
Memang hidayah itu datangnya dari Allah dan sampai King Ricard
mati pun ia bukan Islam tapi ia terkesan dengan akhlak Islam. karena
tidak ada tentang nasrani menyukai tentara Islam?.”35
Pada tahap ini tingkat emosional perlu ditampilkan pengurus sehingga
pada tahap-tahap selanjutnya muallaf dapat langsung mengambil keputusan
untuk melakukan suatu tindakan sebagaimana yang diharapkan oleh
pengurus. Dengan tujuan tersebut pengurus menyampaikan beberapa hal yang
berkaitan dengan materi pembinaan, seperti:
“Dimanakah kita dapat menemukan aqidah, syariat dan
tasawuf? Dalam sholat, karena dalam sholat kita harus menggunakan
aqidah, kita harus mengetahui siapa yang kita sembah saat
melaksanakan sholat yaitu Allah SWT, dalam sholat juga kita temukan
syariat karena dalam setiap gerakan sholat memiliki aturan, hokum
dan tata caranya. Dalam sholat juga ada tasawuf, karena dalam
sholat kita menbutuhkan kekhusyuan artinya kita harus tahu
bagaimananya rasanya ketika sholat. Karena dalam takbiratul
ihrampun sudah kita sampaikan sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanya untuk Allah. Itu kan janji kita sebagai
hamba Allah setiap kali melaksanakan sholat.”36
Dari uraian di atas akan terlihat tahapan-tahapan komunikasi persuasif
yang dilakukan maupun yang disampaikan pengurus, dari mulai upaya
membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat, memunculkan keinginan,
mengambil keputusan sampai dengan muallaf melakukan tindakan sesuai
yang diinginkan pengurus yaitu masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat
35
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian Tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017. 36
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017.
31
syahadat serta merealisasikan materi-materi yang telah disampaikan pada
pembinaan di kehidupan sehari-hari muallaf..
b. Teknik Komunikasi Persuasif
Menurut Effendy, persuasif merupakan kegiatan psikologis yang
bertujuan untuk merubah sikap, perbuatan dan tingkah laku dengan kesadaran
yang disertai dengan perasaan senang agar komunikasi tesebut mencapai
sasaran dan tujuan, perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan
dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi yang
mencakup: pesan, media, dan komunikan.37
Adapun hal yang perlu
diperhatikan komunikator adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan
pesan. Untuk itu diperlukan teknik-teknik tertentu dalam melakukan
komunikasi persuasif.
Menurut Effendy, teknik yang dapat dilakukan dalam proses
komunikasi persuasif, yaitu:
1) Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi adalah penyajian proses komunikasi dengan cara
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik
perhatian khalayak.
2) Teknik Integrasi
Teknik integrasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan
diri secara komunikatif dengan komunikan. Hal ini menyatakan bahwa
melalui kata-kata verbal maupun non verbal, komunikator
37
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 21
32
menggambarkan bahwa ia senasib dan menjadi satu dengan komunikan.
Kata-kata yang digunakan komunikator dalam menyatukan diri dengan
kata ” kita”, bukan saya atau kami.
“Yang utama adalah takut, takut dengan Allah. Kalau takut,
maka kita akan takut akan kehilangan cinta, takut Tuhan ngga
cinta dengan kita. Makanya jangan buat apa yang Tuhan tidak
suka. Makanya dengan begitu kita jaga diri kita karena kita takut
Tuhan marah. Setiap kejadian kita kaitkan dengan Tuhan.”38
Uraian di atas merupakan salah satu komunikasi persuasif dengan
teknik integrasi dimana pengurus menyampaikan materi dengan kata
“kita” dengan tujuan menyatukan diri dengan muallaf baik yang sifatnya
pengalaman pribadi atau sebaliknya.
3) Teknik Pay Off and Fear Arousing
Teknik Pay Off adalah mengiming-iming dengan hal yang
menguntungkan atau memberi harapan-harapan yang baik. Sedangkan
Fear Arousing adalah menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi
yang buruk.
“Dalam setiap melaksanakan sholat, kita berjanji kepada
Allah. Bahwa hidup kita dan seluruh aspek kehidupan kita, kita
jadikan ibadah dan mati kita hanya untuk Allah, termasuk pada
janji kita di akhir sholat mengucapkan assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh yang artinya mendoakan
keselamatan dengan menoleh ke kanan dan berjanji ya Allah
setelah ini saya akan menyelamatkan diri saya juga
menyelamatkan orang lain.”39
38
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017. 39
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Tegalan, Jakarta Timur: Kamis, 20
Oktober 2016.
33
Menurut uraian di atas, pengurus menyampaikan hal tersebut
dengan tujuan memberikan iming-iming kepada muallaf dengan
memaparkan tujuan melakukan sholat, sholat yang dilakukan dalam lima
waktu sehari adalah untuk beribadah dan berjumpa dengan Allah. Adapun
dalam bentuk penyampain yang lain, sebagai berikut:
“Sebagai muslim, kita harus melakukan ibadah sebagai
kebutuhan, karena sholat itu bukanlah hal yang hanya sekedar
dilakukan lima kali dalam sehari, akan tetapi kebutuhan kita
kepada Allah sebagai hamba-Nya. Maka dari itu tidak hanya
sholat ibadah-ibadah yang harus dilakukan demi mendapat kasih
sayang, dekat dengan Allah, kita juga harus menjauhkan diri kita
dari kemaksiatan yang kini sudah terjadi dimana-dimana diantara
umat muslim. Maka, kita harus menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan Allah demi mencapai surga Allah
SWT dan apabila kita mendekati maksiat dan tidak menjalankan
perintah Allah maka, azab Allah sangatlah pedih, naudzu
billahimindzaalik.”40
Menurut uraian di atas, pengurus mencoba menjelaskan materi
pembinaan dengan teknik pay off dan fear arousing dengan tujuan muallaf
dapat melakukan hal-hal tersebut dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Terutama dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
4) Teknik Icing
Teknik Icing adalah seni penataan pesan dengan himbauan
emosional (emotional appeal) sedemikian rupa sehingga komunikan
menjadi lebih tertarik. Dan hal tersebut disampaikan seperti:
“Islam itu ad-diin, ad-diin itu artinya sistem, jadi Islam
adalah sistem hidup, way of life. jadi, kita Islamkan seluruh hidup
kita. Semampu kita semaksimal kita sejak kita bangun tidur.”
40
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian Sholat Membentuk Pribadi
Agung, Tegalan, Jakarta Timur: Kamis, 20 Oktober 2016.
34
Uraian di atas menunjukkan komunikasi persuasif dalam penataan
pesan yang mengandung makna emosional seseorang khusus bagi muallaf,
mengenai sistem kehidupan.
5) Teknik Red Herring
Teknik red herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih
kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi
teknik ini digunakan dalam keadaan komunikan di posisi terdesak.41
Sebagai berikut:
“Bagaimana jika ada ahli ibadah, namun ia meninggalkan
pekerjaan lain karena ia sholat?42
”Kembali kepada tujuan dari pada
sholat, sholat itu dilakukan tidak mesti secara berlama-lama,karena jika
sudah menyusahkan hal lain apalagi pekerjaan, ini bukan tujuan dari
pada sholat..”43
Dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa demi tercapainya
komunikasi persuasif dibutuhkan beberapa teknik-teknik dalam proses
penyampaiannya seperti: teknik asosiasi, teknik integrasi, teknik pay off and fear
arousing, teknik icing dan teknik red-herring.
D. Definisi Muallaf dan Konversi Agama
1. Definisi Muallaf
Secara etimologis kata muallaf berasal dari bahasa Arab Aliifun yang
berarti yang jinak, dan Muallafun yang berarti yang dijinakkan atau orang yang
41
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 22-24. 42
Herjuno, Pengamatan Langsung Penulis, Kajian Sholat Membentuk Pribadi
Agung, Tegalan, 20 Oktober 2016. 43
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung Penulis, Kajian Sholat Membentuk
Pribadi Agung, Tegalan, 20 Oktober 2016.
35
baru masuk Islam.44
Adapun pengertian muallaf menurut istilah (terminologi)
menurut beberapa ahli, antara lain:
1. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang semula
kafir dan baru memeluk Islam.45
2. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, muallaf adalah orang yang dijinakkan
hatinya agar cenderung kepada Islam.46
3. Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia dipaparkan bahwa muallaf yaitu
orang-orang yang sedang dijinakkan atau dibujuk hatinya.47
4. Dalam Fiqih Sunnah juga disebutkan bahwa muallaf adalah orang yang
diusahakan dirangkul, ditarik serta diteguhkan hatinya dalam keislaman
disebabkan belum adanya keteguhan dalam keimanan.48
5. Menurut Imam Mawardi, muallaf adalah orang yang diberi perhatian
khusus oleh Islam dengan tujuan menjinakkan hatinya demi kemaslahatan
Islam dan kaum muslimin.49
6. Menurut Hamka, muallaf adalah orang yang dijinakkan dan diteguhkan
hatinya agar mantap dalam keislamannya dan kedudukannya disamakan
tingginya dengan orang Islam lainnya.50
44
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah, 2013) h. 47 45
Ahmad Roestandi, Ensklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita,
1993) h. 173 46
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van
Hoeve, 1997) h. 1187 47
Harun Nasution, dkk. Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992)
h. 130 48
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ahli bahasa oleh Mahyuddin Syarif, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1996) h. 96 49
Imam Mawardi, Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah, h. 157
36
7. Menurut Syeikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az-Zakah,
didefinisikan sebagai :
ستمالةالىالسالمل ا أوتقريرالهنذينيرادتأليفقلىبهنبال
هنعنالمسلمين شر لهنعلىالسالماوكف اونصرهنعلىعدو
“Orang-orang yang diinginkan agar terbujuk hatinya untuk
masuk Islam, atau sebagai taqrir untuk masuk Islam, atau
menghindarkan kejahatan atas umat Islam, atau membela atas
musuh-musuhnya.51
”
Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa muallaf adalah orang yang diberi
harta zakat dalam rangka mendorongnya agar lebih condong untuk Islam dan
menolak keburukan terhadap muslimin serta dapat menolong kaum muslimin dari
musuh-musuhnya.
2. Definisi Konversi Agama
Secara umum, konversi agama dapat diartikan dengan berpindah agama.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas perlu diuraikan hal-hal yang
melatarbelakangi terjadinya konversi serta definisi secara etimologis maupun
terminologis.
Konversi berasal dari bahasa Latin yaitu conversio yang berarti taubat,
pindah, berubah (agama). Sedangkan dalam bahasa Inggris conversion yang
artinya berubah dari suatu keadaan atau suatu agama satu ke agama lain.52
50
Yunus Yahya, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan, (Jakarta: Yayasan Abu
Karim Oei Tjeng Hien, 1985) h. 75 51
Yusuf Qardhawi, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah: Fiqh Az-Zakah. h.57 52
Jalaludin dan Ramaliyus, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 53
37
Menurut Max Heirick, konversi agama adalah suatu tindakan dimana
seseorang atau kelompok orangn masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.53
Menurut W.H. Clark, konversi agama adalah suatu macam pertumbuhan
atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup
berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama.54
Menurut William James, konversi agama adalah perubahan untuk
menerima kesukaan, menjalani pengalaman beragama, mendapatkan kepastian
dengan proses yang berangsur-angsur atau tiba-tiba yang dilakukan secara sadar
dan terpisah-pisah.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konversi agama
merupakan:
a) Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b) Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga
perubahan tersebut dapat terjadi secara berangsur-angsur dan tiba-tiba.
c) Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan
dari agama satu ke agama lain, akan tetapi juga termasuk perubahan
pandangan terhadap agama yang dianutnya.
d) Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu
disebabkan oleh faktor petunjuk dari Allah.55
53
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, h. 273 54
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) h. 104. 55
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, h. 104.
38
3. Faktor Konversi Agama
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama
menurut para ahli, antara lain:
a. Para ahli agama menyatakan bahwa faktor pendorong terjadinya
konversi agama adalah petunjuk Illahi. Pengaruh supernatural berperan
secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri
seseorang atau kelompok.
b. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya
konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang
mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya faktor, seperti:
1) Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat
keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan
ataupun kebudayaan).
2) Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong
perubahan seseorang atau kelompok pada keyakinannya. Misalnya:
menghadiri upacara keagamaan, atau pertemuan yang bersifat
keagamaan baik formal ataupun nonformal.
3) Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang terdekat.
4) Pengaruh kepemimpinan keagamaan.56
c. Para ahli psikologi menyebutkan faktor psikologis yang menyebabkan
terjadinya konversi agama memiliki dua faktor yaitu:
1) Unsur dari dalam (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi
56
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, h. 275
39
dalam batin membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu
transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang
diambil berdasarkan pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi
menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya
struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses tersebut
muncul pula struktur psikologis baru dan terpilih. Misalnya
memiliki kepribadian dengan tipe melankolis, secara psikologis tipe
kepribadian tesebut akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang
karena memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dalam
dirinya.
2) Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan berasal
dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran
orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang
dari luar ini menekan pengaruhnya terhadap kesadaran berupa
tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang
bersangkutan.57
Adapun unsur dari luar, diantaranya:
a) Faktor keluarga. Adanya ketidakharmonisan, ketidakserasian,
berlainan agama, kesepian, kesulitan dalam berhubungan seksual
serta kurangnya dapat pengakuan dari kaum kerabat.
b) Faktor lingkungan. Adanya ketersaingan dari tempat tinggal atau
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat bagaikan hidup sebatang
kara.
c) Kemiskinan. Seringkali masyarakat awam yang miskin
terpengaruh untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia dan
menjadikan duniaya lebih baik seperti kebutuhan sandang dan
pangan yang mendesak.58
4. Definisi Agama
Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “a”
dan “gama” yang berarti tradisi.59
Dalam bahasa Arab diinun, artinya agama,
tunduk. Sedangkan kata diin dalam pandangan Syed Muhammad Naquid Al-Attas
dapat dipadatkan menjadi empat makna, yaitu: keberhutangan, ketundukan,
kekuatan hukum dan kehendak hati atau kecenderungan alamiah.60
Dalam istilah
yang sama juga ditemukan kata religi berasal dari bahasa latin yaitu religio dan
57
Jalaludin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 61 58
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, h. 107-109 59
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 133 60
Syed Muhammad Naquid Al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam:
Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur:
ISTAC, 1995) h. 41-42
40
berakar pada kata religare yang berarti mengikat kembali, artinya dengan bereligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.61
Adapun definisi agama menurut istilah (terminologi) menurut beberapa
ahli, sebagai berikut:
a) Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal suci dan
menyatukan semua penganutnya dalam suatu komunitas moral
(umat).62
b) Harun Nasution, agama adalah ikatan-ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia serta memberikan pengaruh bagi kehidupan sehari-
hari manusia.63
c) J. Milton Yinger, agama merupakan sistem kepercayaan dan praktek
dimana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga
menghadapi masalah dalam hidup.64
Menurut pengertian di atas, agama merupakan seperangkat aturan yang
berhubungan antara manusia dengan Tuhannya melalui sistem-sistem nilai dan
pandangan hidup serta petunjuk-petunjuk yang bersifat praktis dan teknis.
5. Fungsi Agama
Menurut Jalaludin Rakhmat membantu memahami beberapa fungsi agama,
antara lain:
61
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
h. 13 62
Hotman M. Siahaan, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, (Jakarta:
Erlangga, 1986) 63
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1985) Jilid I Cet Ke-5 h. 10 64
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983) h. 35
41
a) Fungsi Edukatif, ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi
mengajak dan melarang mana yang harus dipatuhi agar pribadi
penganutnya menjadi baik dan benar juga terbiasa menurut agama
masing-masing.
b) Fungsi penyelamat, dimanapun manusia berada pasti menginginkan
keselamatan. Keselamatan yang diberikan di dunia maupun akhirat.
c) Fungsi perdamaian, melalui tuntunan agama seorang/sekelompok
orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan
kedamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Allah.
d) Fungsi kontrol sosial, ajaran agama membentuk penganutnya
meningatkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial seperti
kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan.
Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri
menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
e) Fungsi pemupuk rasa solidaritas, para penganut agama yang sama
secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu-
kesatuan; iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa
solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan menjadikan
persaudaraan yang kokoh dan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.65
f) Fungsi transformatif (pembaharuan), yang berarti mengubah bentuk
kehidupan masyarakat lama dalam kehidupan baru dengan mengganti
nilai-nilai baru. Jadi fungsi transformatif adalah mengubah kesetiaan
manusia adat kepada nilai-nilai adat yang kurang membentuk
kepribadian manusia yang ideal.66
g) Fungsi kreatif, fungsi ini menopang dan mendorong fungsi
pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan
inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
h) Fungsi sublimatif (bersifat perubahan emosi), ajaran agama
mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat religious
melainkan duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama.67
Berdasarkan pengertian muallaf dan konversi agama yang telah dijelaskan
di atas bahwa muallaf adalah orang yang hatinya dijinakkan agar cenderung
kepada Islam dan orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran
Islam. oleh karena itu, muallaf berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan,
bimbingan seputar agama. Para muallaf diposisikan sebagai penerima zakat untuk
65
Jalaludin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama. h. 128 66
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 55 67
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005)
42
menjamin kelestarian muallaf kepada Islam dengan terus memberikan pembinaan
dan pengajaran tentang agama. Alasannya karena memberikan zakat kepada
muallaf adalah bertujuan menyatukan hati muallaf pada Islam. Oleh karena itu
muallaf dinamakan al-Muallafah Qulubuhum.68
68
Syarif Hade Masyah, Hikmah di Balik Hukum Islam. (Jakarta: Mustaqim, 2002)
hal. 306-307.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
HIMPUNAN BINA MUALLAF INDONESIA
WILAYAH JAKARTA BARAT
A. Sejarah dan Perkembangan Himpunan Bina Muallaf Indonesia Wilayah
Jakarta Barat
Himpunan Bina Muallaf Indonesia, selanjutnya disebut HBMI merupakan
organisasi yang bergerak di bidang sosial keagamaan dari beberapa organisasi
muallaf yang ada di Indonesia seperti: Yayasan MUSTIKA (Muslim Tionghoa
dan keluarga), PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), Yayasan Karim Oey,
Daarut At-Tauhid Muslimah, Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Lautze dan
lain-lain. HBMI didirikan oleh HM. Syarief Tanudjaja dibawah naungan
Pemerintah Kementrian Agama pada tanggal 10 November 2013 di Puri
Casablanca Residen Jakarta Selatan, peresmian tersebut difasilitasi oleh Direktorat
Penerangan Agama Islam dan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama Republik
Indonesia.1
Tujuan didirikannya HBMI ini untuk dijadikan asosiasi konsultasi dan
pembinaan para muallaf serta perkumpulan lembaga-lembaga pembinaan muallaf
yang ada di Indonesia. Lembaga ini menangani proses pengilslaman serta
bertanggung jawab dalam hal pembinaan keagamaan. Bentuk pembinaan muallaf
yang disampaikan tidak hanya mengenai aspek Islam dalam keilmuan namun
1Wawancara Pribadi dengan Elly Phang Selaku Pengurus HBMI, Pekapuran,
Jakarta Barat, 20 Mei 2016.
44
pengurus ikut berperan aktif dalam perkembangan psikologis yang dialami oleh
para muallaf sejak awal masuk Islam sampai dengan menghadapi masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari muallaf seperti: konflik keluarga, profesi,
dan perekonomian. Hal ini dilakukan secara terbuka antara muallaf dan pengurus
karena sistem kekeluargaan yang selalu dibangun, baik secara moral maupun
material dengan tujuan meneguhkan keyakinan muallaf tersebut.2
Seiring dengan perkembangan HBMI, jumlah muallaf semakin meningkat
yang awalnya hanya berjumlah 10 orang namun kini semakin meningkat menjadi
30 orang yang masih aktif mengikuti pembinaan sampai saat ini. Sehingga muncul
keinginan untuk membenahi manajemen lembaga dengan membentuk struktur
kepengurusan periode 2013-2018 serta program-program unggulan yaitu
pengajian rutinitas bulanan, ekonomi mandiri muallaf, santunan, buka bersama,
pelatihan keterampilan dan rumah pintar untuk masyarakat sekitar sebagai
program jangka pendek adapun mengadakan wadah atau tempat tinggal bagi
muallaf sebagai program jangka panjang.
Program unggulan pengajian rutinitas bulanan muallaf dilaksanakan di
HBMI pusat secara menyeluruh, artinya program ini tidak hanya dilakukan oleh
muallaf wilayah Jakarta Barat saja namun juga dilakukan oleh muallaf wilayah
Jakarta Pusat dan Jakarta Timur dengan masing-masing pengurus dari wilayah
tersebut. Adapun program lainnya seperti santunan dan buka bersama diadakan
HBMI secara kondisional dengan waktu yang tidak ditentukan. lain halnya dengan
program ekonomi mandiri muallaf dan pelatihan keterampilan dilakukan di
2Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja Selaku Pengurus HBMI,
Tegalan, Jakarta Timur, 14 Oktober 2016.
45
masing-masing wilayah dan tentunya pengurus juga menyesuaikan keahlian dari
muallaf itu sendiri, seperti memasak dan menjahit bagi muallaf perempuan dan
keterampilan teknik bagi muallaf laki-laki. Program ini bertujuan agar para
muallaf memiliki bekal ke depan dalam perekonomian muallaf karena program ini
diutamakan bagi muallaf yang tidak punya pekerjaan dan dalam kegiatan ini
dibiayai oleh Bazis Kota Administrasi Jakarta Barat dan para donatur.3
Adapun program pembinaan rutinitas yang berlangsung di HBMI terbagi
dua, yaitu: pembinaan secara teoritis dan praktisi. Pembinaan secara teoritis
seperti pengurus menyampaikan materi tentang pengenalan Allah, pengenalan
dasar keyakinan Islam (iman, aqidah dan ushuluddin), pengenalan diinul Islam
dalam aturan dan sistem kehidupan atau materi lainnya. Dan pembinaan secara
praktisi seperti pembinaan praktek wudhu dan sholat. Pembinaan yang
berlangsung selama ini dilakukan pengurus HBMI di sebuah bangunan kontrak di
jalan pekapuran V No.8 Rt.008/002. Maka, demi mewujudkan pembinaan yang
lebih optimal para pengurus terus berupaya merealisasikan program jangka
panjang yakni mengadakan wadah atau rumah muallaf.
Pada program pembinaan HBMI diwajibkan bagi muallaf mengikuti
pembinaan minimal 8 kali pertemuan, setelah dipastikan muallaf tersebut dapat
mengikuti pembinaan dengan baik dan benar, dari mulai pemahaman ketauhidan,
keimanan, menjalankan praktek ibadah dan lain-lain. Maka, muallaf tersebut tidak
lagi diwajibkan mengikuti pembinaan secara rutin, namun tetap dianjurkan untuk
3Wawancara Pribadi dengan Elly Phang Selaku Pengurus HBMI, Pekapuran,
Jakarta Barat, 20 Mei 2016.
46
terus mengikuti pembinaan dengan tujuan memperdalam pengetahuan serta
pemahaman pada diri masing-masing muallaf.4
B. Visi dan Misi
1. Visi
Terwujudnya Himpunan Bina Muallaf Indonesia yang berkomitmen serta
menjadi pusat lembaga bina muallaf yang proactive (proaktif dalam penanganan
muallaf), responsive (responsif dalam menyikapi setiap problematika yang
dihadapi para muallaf), progressive (mengedapankan kemajuan pembinaan
muallaf), dan accountable (bertanggung jawab penuh atas pembinaan muallaf
yang berlangsung) serta menyediakan sumber daya dalam pembinaan dan
pemberdayaan khususnya untuk kota Administrasi Jakarta Barat.
2. Misi
Adapun misi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas kerja antar pengurus lembaga pembina muallaf
di Jakarta Barat.
b. Meningkatkan kualitas para muallaf di wilayah Jakarta Barat dengan
pemahaman dan pengalaman Islam yang lengkap, ekonomi mandiri dan
advokasi.5
Dari keterangan visi dan misi di atas menunjukkan bahwa dalam membina
muallaf pengurus membutuhkan visi dan misi sebagai acuan dasar, karena visi dan
misi merupakan aspek terpenting dalam membangun organisasi terutama dalam
4Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja Selaku Pengurus HBMI,
Tegalan, Jakarta Timur, 14 Oktober 2016. 5Dokumen Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat,
Jakarta, 13 Oktober 2016.
47
melaksanakan proses pembinaan agar pembinaan dapat lebih terarah dan memiliki
tujuan yang pasti.
C. Struktur Pengurus HBMI
Adapun struktur pengurus daerah Himpunan Bina Muallaf Indonesia
wilayah Jakarta Barat sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahiim
Surat keputusan pengurus pusat
Himpunan Bina Muallaf Indonesia
Nomor: 001/SK/HBMI/JAYA/IX/13
Tentang
Susunan pengurus daerah
Himpunan Bina Muallaf Indonesia Kota Jakarta Barat
Periode masa bakti 2013-2018
Atas rahmat Allah Yang Maha Esa, pengurus HBMI wilayah Jakarta
Barat:
Menimbang:
1. Bahwa HBMI merupakan organisasi kemasyarakatan dakwah islamiyah
bersifat independen dan bertugas melaksanakan pembinaan, bimbingan,
penyuluhan dan penerangan kepada para muallaf di Indonesia, dan
2. Bahwa berkenaan dengan fungsi dan peran HBMI seperti di atas. Maka,
perlu dibentuk kepengurusan daerah dalam rangka memperluas jaringan dan
mengembangkan program pembinaan bagi para muallaf secara terpadu.
Mengingat:
1. Anggaran dasar HBMI pasal 14 tentang susunan organisasi yang terdiri atas
pengurus pusat, pengurus wilayah dan pengurus daerah.
48
2. Anggaran dasar HBMI pasal 15 tentang kepengurusan yang terdiri atas
kepengurusan tingkat pusat, tingkat wilayah dan tingkat daerah.
3. Anggaran dasar HBMI pasal 23 tentang pengurus daerah.
4. Keputusan pengurus HBMI No. 002/SK/PP-HBMI/X/2011 tentang
organisasi dan tata kerja.
Memperhatikan:
1. Rapat mandataris/tim/formatur pembentukan pengurus daerah HBMI kota
Jakarta Barat pada tanggal 11-12 September 2013 di Jakarta.
2. Surat usulan susunan pengurus daerah HBMI kota Jakarta Barat tertanggal
13 september 2013 yang ditandatangani oleh mandataris/tim/formatur.6
Berikut susunan kepengurusan HBMI wilayah Jakarta Barat terlampir:
Susunan pengurus
Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI)
Kota administrasi Jakarta Barat
Periode 2013-2018
1. Penasihat : Drs. Jamhuri
2. Pengawas : H. Afrizal Alamsyah
H. Thoni
H. Kasnarto H. D.
3. Ketua Umum : HM. Syarief Tanudjaja
4. Ketua : Drs. Iman Wahyudi
6Dokumen Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat,
Jakarta,13 Oktober 2016.
49
5. Wakil ketua I : Muhammad
6. Sekretaris I : Siti Syamsiyah
7. Sekretaris II : Handy
8. Bendahara I : Romalidah
9. Bendahara II : Elly Phang S.E.
10. Humas : Hj. Lili Judiarti
Siti Sopiah
11. Bidang Dakwah : H. Pepen Effendi
12. Bidang Diklat : Rosdianti, BA.
Siti Soenarmi Suryo Putri
Serly Lilyrahmawati
Ustadzah. Muslihah.7
D. Program Kerja Pengurus
Adapun beberapa program kerja pengurus Himpunan Bina Muallaf
Indonesia, sebagai berikut:
1. Membuat database muallaf yang terdapat di wilayah Jakarta Barat meliputi
8 Kecamatan dengan 56 Kelurahan yang ada di dalamnya.
2. Bersosialisasi dengan Kesbangpol, Biro Dikmental, Departemen Sosial,
dan lainnya dalam rangka kepedulian dan rasa cinta kepada tanah air dan
negara Indonesia.
3. Mengikuti kegiatan sosial lainnya yang bersifat insidensial.
7Dokumen Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat,
Jakarta,13 Oktober 2016.
50
4. Mengadakan pengajian rutinitas bulanan yang dilaksanakan setiap minggu
ke-2 setiap bulannya.
5. Minggu-minggu lainnya dilaksanakan pelatihan dan pendidikan yang
meliputi:
a. Pembelajaran baca dan tulis Iqra.
b. Pengajian
c. Pelatihan keterampilan muallaf di bidang ekonomi, seperti: pembuatan
kue dan keterampilan lainnya, bekerja sama dengan lembaga-lembaga
terkait di dalamnya seperti: Bazis Jakarta Barat, Baznas, dan lembaga
lainnya yang peduli dengan muallaf.8
Menurut lampiran susunan dan program kerja pengurus di atas,
menunjukkan bahwa proses pembinaan akan berjalan lebih optimal apabila acuan
dan sumber daya manusia yang ada telah dibentuk. Karena selain visi dan misi,
susunan dan program kerja pengurus juga menjadi aspek terpenting selanjutnya
dalam membangun organisasi serta merealisasikan pembinaan yang efektif.
E. Sistematika Pengislaman Muallaf
Proses pengislaman yang dilakukan di HBMI wilayah Jakarta Barat
terhadap calon muallaf dengan diajarkan cara mengucapkan dua kalimat syahadat
yang dipimpin langsung oleh ketua umum dan dibaca secara tegas dan jelas. Dan
hal ini disaksikan oleh para hadirin, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat
muallaf tersebut akan dianjurkan untuk mengikuti pembinaan rutinitas dengan
8Dokumen Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat,
Jakarta,13 Oktober 2016.
51
materi-materi pilihan yang telah ditentukan oleh pengurus Himpunan Bina
Muallaf Indonesia minimal 8 kali pertemuan.
Gambar 3.19 Satyan mengucapkan syahadat
F. Proses Pembinaan Muallaf
1. Materi-Materi Pembinaan
Muallaf memiliki ciri khas dengan pengetahuan dan pemahaman
keagamaannya yang masih terbatas. Untuk itu sangat diperlukan bagi pengurus
untuk membentuk serta merumuskan tahapan-tahapan pembinaan seseorang
menjadi muallaf sebagai berikut :
Adapun materi-materi pembinaan yang disampaikan sebelum syahadat,
diantaranya:
a. Pengenalan tentang Allah (Awaluddin Ma’rifatullah).
b. Pengenalan dasar keyakinan Islam (iman, aqidah dan ushuluddin).
c. Pengenalan diinul Islam dalam aturan dan sistem kehidupan.
9Satyan Cahyono Tai Selaku Muallaf, Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina
Muallaf Indonesia, Tegalan, 03 September 2016.
52
d. Pemahaman Islam sebagai agama fitrah untuk manusia yang fitrah.
e. Pemahaman Islam agama tauhid (Laailaha ilallah).
f. Pemahaman tentang Asmaul Husna, sifat dan zat Allah.
g. Pemahaman agama Islam dengan kaffah.
h. Pemahaman dasar hukum Islam (Islam, syar’I, syariah dan fiqih) seperti:
1) Sumber hukum Islam, diantaranya: hukum Islam (wajib, sunnah,
haram, subhat dan mubah) dan hukum ibadah (solat, puasa, zakat dan
haji).
2) Dasar adab Islam, diantaranya: akhlak mulia sebagai aplikasi atau
perwujudan Islam yang menyeluruh dan pembersihan hati.
i. Pemantapan aqidah, syariah dan akhlak.
j. Praktek shalat dengan belajar syarat dan rukun solat.
k. Pengamalan ibadah puasa.
l. Pengamalan akhlak mulia atau bersikap ikhsan.
m. Pembinaan ekonomi.10
2. Pendekatan Program Pembinaan
Mengenal beberapa pendekatan utama dalam program pembinaan, antara
lain:
a. Pendekatan Informatif (Informative Approach)
Dengan pendekatan informatif, pada dasarnya seseorang menjalankan
program dengan menyampaikan informasi kepada peserta. Dengan
pendekatan informatif biasanya program pembinaan diisi dengan ceramah
10
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja Selaku Pengurus HBMI,
Jakarta, 20 Oktober 2016.
53
atau kuliah oleh berbagai pembicara yang dianggap perlu bagi para peserta.
Dengan pendekatan ini partisipasi para peserta dalam pembinaan kecil saja.
Partisipasi para peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau
penyampaian pertanyaan mengenai hal yang benar-benar belum dimengerti.11
Seperti halnya pembinaan HBMI, salah satu metode yang digunakan
para pengurus adalah metode ceramah dan mempresentasikan materi-materi
yang telah dikurikulumkan dan tentunya menyesuaikan tahapan
kemuallafannya serta berkesinambungan dari pembelajaran yang satu dengan
pembelajaran berikutnya.12
b. Pendekatan partisipatif (Partisipative Approach)
Pendekatan partisipatif, berlandasakan kepercayaan bahwa para
peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam
pembinaan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimanfaatkan, lebih
merupakan situasi belajar bersama, dimana pembina dan para peserta belajar
satu sama lain. Pendekatan ini banyak melibatkan para peserta secara
langsung, antara lain: pernyataan, pengumpulan gagasan, audio visual,
diskusi kelompok, kelompok berbincang-bincang, kuis, studi kasus, peragaan
peran, dan lain-lain. Pembina tidak sebagai guru, tetapi koordinator dalam
proses belajar, meskipun pembina juga wajib memberikan masukan, input
sejauh dibutuhkan oleh tujuan program.13
11
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya,h. 17 12
Andrew Irfan Tan Selaku Pengurus, Pengamatan Langsung, Tegalan, Jakarta
Timur: Kamis, 20 Oktober 2016. 13
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya,h. 37.
54
Selain pendekatan informatif, pelaksanaan pembinaan di HBMI juga
menggunakan pendekatan partisipatif dimana pembinaan dilakukan dengan
pemaparan materi dengan alat bantu visual, diskusi, studi kasus, peragaan
peran dan lain-lain, dengan tujuan agar pemaparan materi yang disampaikan
dapat lebih dipahami dengan benar.14
c. Pendekatan Pribadi (Personal Approach)
Metode ini dilakukan dengan pendekatan kepada setiap pribadi
muallaf. Dalam metode ini pengurus melakukan dialog langsung secara
pribadi dengan muallaf dengan memberikan penjelasan-penjelasan,
memberikan pemecahan masalah-masalah muallaf baik dalam segi material
atau psikologis, seperti:
1) Pengalaman agama atau menjalankan ibadahnya di lingkungan
nonmuslim.
2) Ketidak harmonisan hubungannya dengan anggota keluarganya yang
lain bahkan sampai dikucilkan dan diputuskan hubungan dengan
keluarganya.15
3. Jadwal Kegiatan Rutinitas
a. Minggu pertama, pembelajaran Iqra meliputi baca dan tulis.
b. Minggu kedua, pengajian rutinitas bulanan meliputi aqidah dan fiqih.
c. Minggu ketiga, pengajian dengan metode ceramah.
14
Andrew Irfan Tan Selaku Pengurus, Pengamatan Langsung, Tegalan, Jakarta
Timur: Kamis, 20 Oktober 2016. 15
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja Selaku Pengurus, Tegalan,
Jakarta Timur, 20 Oktober 2016.
55
d. Minggu keempat, pelatihan keterampilan untuk para muallaf seperti
pembuatan kue, keterampilan merangkai dan lain-lain.
Adapun bentuk pelaksanaan kegiatan rutinitas pembinaan muallaf, sebagai
berikut:
a) Pelaksaan kegiatan dari semua program, diantaranya:
1) Pembelajaran Iqra meliputi baca dan tulis yang dilaksanakan oleh
anggota pengurus yang mempunyai waktu luang.
2) Pengajian rutinitas bulanan dilaksanakan oleh nara sumber, yaitu:
Ustadz. Pepen Effendi, dan nara sumber lainnya yang ada di kalangan
jama’ah serta nara sumber dari Bazis wilayah Jakarta Barat.
3) Pengajian dengan metode ceramah dilaksanakan dengan panduan
Rosdianti, Siti Syamsiyah dan Muslihah selaku pengurus HBMI.
4) Pelatihan keterampilan, dilaksanakan oleh anggota, pengurus maupun
jama’ah yang mempunyai keahlian, keterampilan tertentu dan bekerja
sama dengan lembaga profesional terkait, sehingga muallaf diharapkan
dapat mandiri di bidang ekonomi.
5) Pelatihan dan keterampilan juga akan dilaksanakan oleh Bazis wilayah
Jakarta Barat apabila terdapat program pelatihan baik di dalam bidang
keterampilan untuk muallaf (wanita) seperti: menjahit, membuat mie
dan lain-lain. Adapun untuk muallaf (pria) seperti: montir, supir, dan
lain-lain.
6) Kegiatan lain-lain, Pada kegiatan ini akan memberikan kesempatan
kepada para muallaf untuk membuat keterampilan yang nantinya akan
56
dipasarkan kepada para muallaf lainnya atau mengikutsertakan hasil
keterampilan tersebut ke bazar-bazar yang ada, guna meningkatkan
ekonomi muallaf.16
G. Profil Muallaf
Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI) merupakan salah satu
wadah konsultasi para muallaf yang bermasalah atau sebaliknya. Kebanyakan
dari muallaf yang berasal dari Jakarta namun tidak sedikit yang berasal dari
luar Jakarta. Dari segi pendidikan, sebagian besar dari muallaf yang mengikuti
pembinaan di lembaga ini mayoritas lulusan SMA dan sudah bekerja. Berikut
beberapa profil muallaf, di antaranya:
1. Informan HM. Tanudjaja
Nama lengkap : H.M. Syarif Tanudjaja, SH./Tan Lip Siang.
Tempat/tanggal lahir : Cianjur, 20 Maret 1950
Alamat : Jl. Tegalan I A/15 Jakarta Timur 13140
Profesi : Notaris dan pejabat pembuat akta tanah.
Bapak Syarief berusia 60 tahun, ia berasal dari Tegalan sebelumnya
beragama Budha, Kong Uchu, Khatolik dan masuk Islam sejak tahun 1975
dengan alasan karena ia telah melihat kebenaran yang sesungguhnya
dalam agama Islam. Dahulu ia terus mencari kebenaran tentang
keyakinannya dengan berpindah-pindah agama. Proses konversi agama
berawal ketika ia merasa hatinya suka dan tertarik ketika mendengar adzan
(panggilan solat), melihat betapa tertib dan bersatunya umat Islam ketika
16
Wawancara Pribadi dengan Elly Phang Selaku Pengurus, Jakarta, 13 Oktober
2016.
57
menyembah Allah dengan menghadap ke kiblat, sehingga muncul dalam
pikiran serta benaknya untuk mencari tahu serta mempelajari Islam lebih
banyak dan mendalam sampai akhirnya ia memutuskan untuk berpindah
keyakinan dengan memeluk agama Islam dan menjadi muslim sampai
sekarang.17
2. Informan Asikin Kosasih
Nama lengkap : Asikin Kosasih/Ko A King
Tempat/tanggal lahir : Serang, 10 Oktober 1950
Alamat : Jl. Sadar I No. 16 RT. 009/004 Kel. Petojo
Utara, Kec. Gambir, Jakarta Pusat
Profesi : Supir
Bapak Kosasih berusia 60 tahun, Ia berasal dari Serang
sebelumnya beragama Budha dan akhirnya masuk Islam sejak tahun 1996
dengan alasan sering kali bergaul dengan muslim dan tinggal di
lingkungan mayoritas beragama Islam. Saat itu ia mempunyai ketertarikan
saat melihat muslim akan melaksanakan sholat juga berpikir tentang
agama yang sebelumnya dianut olehnya hanya menyembah patung hingga
menimbulkan keraguan dalam keyakinan yang ia jalani saat itu adalah
tidak benar sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak dan
pikirannya sampai akhirnya ia merasakan akan hidayah yang diberikan
Allah kepadanya untuk memeluk Islam. Namun di awal masuk Islam ia
belum mempunyai keyakinan yang teguh dalam dirinya sehingga ia
17
Wawancara Pribadi dengan HM. Syarief Tanudjaja Selaku Pengurus, Jakarta,
14 Oktober 2016.
58
terombang ambing dalam hidupnya. Akan tetapi suatu hari ia merasakan
ada bisikan yang menyeru kepadanya untuk beribadah selayaknya muslim
dengan penuh keyakinan dalam Islam.18
3. Informan Satyan Cahyono Tai
Nama lengkap : Satyan Cahyono Tai
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 29 Agustus 1986
Alamat : Jl. Kerendeng Baru Gg. Masjid 2 No. 27
RT. 07/02 Kel. Duri Utara Kec. Tambora
Profesi : IT Staff
Saudara Satyan berusia 30 tahun, Ia berasal dari Kerendang Baru
sebelumnya beragama Khatolik dan akhirnya masuk Islam sejak tahun
2016 dengan alasan awalnya merasakan kekecewaan pada Tuhan dan
kepercayaan sebelumnya. Saat itu, ia selalu tidak berhasil untuk memiliki
jodoh, ia tidak beribadah dan terombang ambing kepercayaannya serta
beranggapan sudah tidak memiliki agama atas kekecewaannya tersebut.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita muslim dan ingin
menjadikan wanita tersebut sebagai pasangan hidupnya namun demi
terwujudnya hal tersebut maka diharuskan keduanya memeluk agama
Islam terlebih dahulu. Dan saat itulah ia mulai mempelajari sedikit demi
sedikit mengenai Islam dengan cara membaca, membuka situs-situs Islam
serta bergabung dengan Muallaf Center Indonesia. Dalam komunitas
18
Wawancara Pribadi dengan Asikin Kosasih Selaku Muallaf, Jakarta, 18
November 2016.
59
tersebut ia melakukan sharing dan mempelajari Islam lebih banyak hingga
akhirnya ia merasakan keyakinan baru dalam dirinya dan memutuskan
untuk masuk Islam karena menurutnya sebuah hidayah telah datang
padanya melalui do’a yang ia panjatkan kepada Tuhan yakni Allah SWT.19
4. Informan Herjuno
Nama lengkap : Herjuno
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 16 Maret 1989
Alamat : Jl. Genteng Ijo No. 77 Karet Pedurenan,
Setia Budi Jakarta Selatan.
Profesi : IT Perusahaan asuransi.
Saudara Herjuno berusia 27 tahun, Ia berasal dari Karet Pedurenan.
Sebelumnya ia beragama Khatolik dan akhirnya memutuskan untuk
memeluk Islam sejak tahun 2014 lalu, dengan alasan sejak kecil ia selalu
bergaul dengan teman-teman muslim, betempat tinggal di lingkungan
muslim serta memiliki keraguan atas apa yang ia yakini saat itu, ia selalu
saja memiliki pertanyaan dalam pikirannya tentang mengapa Tuhan itu
lebih dari satu (Yesus, Isa Almasih dan Roh Kudus) dan setiap kali ia
menanyakan hal tersebut jawaban yang diungkapkan tidak masuk akal
menurutnya sehingga membuat keraguan tersebut semakin memuncak
sampai ia tidak mengerjakan ibadah yang semestinya dalam Khatolik.
Sejak saat itu, ia mulai mempelajari dan mencari tahu lebih banyak tentang
19
Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai Selaku Muallaf, Jakarta, 11
November 2016.
60
Islam termasuk cara sholat kepada rekan terdekatnya yang menurutnya
memiliki bekal yang cukup dalam Islam, dan apapun yang ia ingin ketahui
dari rekannya tersebut mempunyai jawaban sesuai dan masuk akal
menurutnya sehingga akhirnya ia mulai menjalani sedikit demi sedikit
ajaran-ajaran dalam agama Islam sebelum masuk Islam sampai akhirnya ia
dipertemukan dengan Bpk. HM. Syarief Tanudjaja dan mengucapkan
syahadat.20
20
Wawancara Pribadi dengan Herjuno Selaku Muallaf, Jakarta, 22 November
2016.
61
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA:
A. Social Judgement Theory (Teori Penilaian Sosial)
1. Penilaian Pesan (Judging the message)
Menurut Sherif pembentukan persepsi dan sudut pandang adalah hal
utama bagi seseorang dalam menilai sebuah pesan dan pernyataan. Maka
menurut hasil observasi dan wawancara, dalam membentuk persepsi dan sudut
pandang muallaf, pengurus menjadikan persepsi dan sudut pandang muallaf
terhadap Islam adalah target awal pengurus dalam melakukan pembinaan, karena
pengurus beranggapan bahwa hal terpenting yang harus diyakini oleh orang-
orang yang baru saja masuk Islam adalah keyakinan hati dan pikirannya. Maka,
pengurus mengarahkan muallaf agar cenderung ada pada zona penerimaan
(latitude of acceptance), dimana muallaf melakukan perubahan sikap dengan
meneguhkan keyakinannya pada agama Islam dan memutuskan konversi agama
atas penilaian muallaf terhadap pesan atau pernyataan-pernyataan yang
disampaikan pengurus.
“Awalnya saya tidak memiliki agama, karena saya merasa
kecewa dengan Tuhan yang saya yakini saat itu. Namun ketika saya
dikenalkan dengan salah satu pengurus HBMI dan saya diarahkan
tentang Islam. Saya mulai berpikir dan mencari tahu secara pribadi
secara mendalam apa itu Islam, sampai akhirnya saya masuk Islam.”1
Pembinaan yang dilakukan pengurus HBMI, terutama penyampaian
pesannya yang berujung pada rentang penerimaan (assimilation) bertujuan agar
1Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai, Jakarta, 11 November 2016.
62
saling memahami karena pesan yang disampaikan juga dinilai lebih dekat dengan
sudut pandang muallaf tersebut.
2. Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Pesan dan pernyataan yang disampaikan pengurus HBMI terhadap
muallaf cenderung mengarahkan kepada pernyataan bahwa agama dan keyakinan
adalah dasar dari kehidupan manusia yang tidak dapat diabaikan. Maka,
pengurus merasa perlu para muallaf beranggapan bahwa agama adalah hal yang
utama dalam kehidupan umat manusia di muka bumi.
“Materi yang disampaikan terhadap muallaf memang sudah ada
silabusnya, namun kami dalam melakukan pembinaan misalnya 1 judul
itu mengandung beberapa sub lagi. Tetapi memang untuk pembahasan 1
sub saja bisa kami lakukan 2 sampai 3 pertemuan. Tujuannya untuk
membentuk persepsi muallaf, menyakinkan muallaf sehingga tidak ragu
atas yang ia lakukan. Karena pembahasan mengenal Allah ini memang
kami kaji secara mendalam.”2
3. Stimulus Respons Persuader (Ego Latitude)
Penyampaian pesan dan pernyataan yang diberikan pengurus cenderung
mengarahkan kepada zona penerimaan, dimana muallaf menganggap agama
merupakan hal yang utama. Maka, muallaf akan cenderung memiliki keterlibatan
ego yang kecil sehingga memungkinkan muallaf untuk terjadinya perubahan
sikap yang awalnya tidak mengetahui hal apapun mengenai agama Islam, namun
setelah melakukan beberapa kali pembinaan muallaf mulai meyakini agama yang
2HM. Syarief Tanudjaja, Selaku pengurus HBMI, Pengamatan Langsung Penulis,
Pembinaan Muallaf, Tegalan, 12 Januari 2017.
63
dianutnya saat ini yaitu Islam, diman dengan sendirinya muallaf juga melakukan
kewajiban-kewajiban selayaknya sebagai seorang muslim tanpa adanya paksaan.
“Alhamdulillah saat ini saya sudah melakukan sholat selayaknya
muslim, setelah hampir 2 tahun saya masuk Islam tanpa arahan dan
bimbingan sebelumnya. Karena sebelumnya saya masih merasa terombang
ambing mengingat juga kalau saya ini memang meninggalkan keluarga
setelah masuk Islam.”3 “Setelah kejadian itu, saya beranikan diri saya untuk
pergi ke masjid untuk sholat akan tetapi banyak yang bertanya-tanya
mengapa orang cina ibadah di masjid, sampai akhirnya saya menemui ustad
dan mulai belajar gerakan-gerakan sholat dan mulai menjalankan ibadah
selayaknya muslim pada umumnya dengan sebenar-benarnya.” Adapun
pernyataan dari muallaf lainnya: “4“Pembinaan yang ada saat ini saya
katakan pengajian, namun pengajian yang dimaksud bukanlah pengajian
yang sifatnya membaca Al-Qur’an karena pengajian yang ada itu benar-
benar mengkaji bagaimana menjadi muslim, muslim itu seperti apa, dan
kesannya memang lebih cenderung dalam bentuk motivasi untuk menjadi
seorang muslim yang benar dan bagi saya memang benar-benar excited.”5
Menurut penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan melihat respons
pesan dari muallaf pada pembinaan yang dilakukan pengurus HBMI ada pada zona
penerimaan (latitude acceptance), karena masing-masing individu muallaf sudah
melakukan perubahan sikap dengan menjalankan kewajiban-kewajibannya
selayaknya seorang muslim dan muslimah, bahkan muallaf mengikuti pembinaan
melebihi jumlah maksimal yang ditentukan dan menjadikan pembinaan atau
pengkajian sebagai kebutuhan rutinitas dan pelengkap kehidupan muallaf tesebut.
B. Komunkasi Persuasif Pengurus HBMI
1. Tahapan Komunikasi Persuasif
3Wawancara Pribadi dengan Asikin Kosasih selaku muallaf, Jakarta, 18 November
2016. 4Wawancara pribadi dengan Asikin Kosasih selaku muallaf, Jakarta, 18 November
2016. 5Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016.
64
Dalam pembinaan, pengurus HBMI melakukan penyampaian pesan dengan
komunikasi pesuasif. Komunikasi persuasif yang dilakukan pengurus menggunakan
beberapa tahapan diantaranya : memunculkan perhatian, ketertarikan, dan keinginan
muallaf dalam mempelajari Islam sehingga muallaf membuat keputusan untuk
mengucapkan syahadat dan akhirnya memeluk agama Islam serta megikuti
pembinaan rutinitas. Menurut Effendy, tahapan-tahapan komunikasi persuasif,
sebagai berikut:
a. Perhatian (Attention)
Pada tahap awal, pengurus berusaha memunculkan perhatian para
muallaf dengan memberikan gambaran dan materi awal mengenai agama
Islam, diantaranya:
1) Pengenalan dasar keyakinan Islam (Iman, Aqidah dan Ushuluddin).
2) Pengenalan tentang Allah (Awaluddin Ma’rifatullah).
“Pembinaan yang diajarkan pertama kali dalam Islam secara
bersamaan yaitu, iman, Islam dan akhlak. Memang dalam materi
dibedakan namun untuk pelaksanaan harus berbarengan karena
ibadah harus berdasarkan keimanan, dan dengan keimanan juga akan
menghasilkan akhlak yang benar, karena akan percuma jika memiliki
keimanan dan Islam namun tidak berakhlak itu belum Islam. dan
materi awal yang sudah dikurikulumkan dengan ust. Andrew sebuah
materi yang memang dibutuhkan oleh orang-orang baru masuk
Islam.”6
Menurut pernyataan dan materi tersebut di atas merupakan tahapan
awal yang dijelaskan pengurus kepada muallaf sebelum syahadat. Pada proses
6HM. Syarief Tanudjaja, Selaku pengurus HBMI, Pengamatan Langsung Penulis,
Pembinaan Muallaf, Tegalan, 12 Januari 2017.
65
tersebut, pengurus menyampaikan materi dengan mengutarakan mengenai
iman, aqidah dan ushuluddin, pengurus juga mempersiapkan materi-materi
lainnya dengan matang dan memperhatikan kata-kata yang digunakan.
Dengan tujuan agar muallaf mudah mencerna oleh muallaf.
“Saya merasa cocok dengan penyampaian materi yang ada,
saya yakin pengurus memiliki bekal keilmuan yang cukup dalam setiap
kajian materinya, dan penjelasannya itu jelas dan tidak menggebu-
gebu. Misalnya, dengan menggunakan slide presentasi satu judul
materi ada 25 slide dan mungkin dalam satu pertemuan hanya
menjelaskan satu sampai tiga slide, penyampaian pesan yang
dilakukan pengurus meskipun prosesnya secara perlahan-lahan dan
cocok dengan pribadi saya yang memang tidak suka buru-buru, tidak
bertele-tele dan alhamdulillahnya saya juga dapat memahaminya
lebih mudah.”7
Menurut pernyataan salah satu muallaf di atas menunjukkan bahwa
usaha pengurus membangkitkan perhatian muallaf dengan menyampaikan
materi awal sesuai dengan silabus yang ditentukan yaitu membahas kajian
tentang pengenalan dasar keyakinan Islam (Iman, Aqidah dan Ushuluddin)
dan pengenalan tentang Allah (Awaluddin Ma’rifatullah).
b. Minat (Interest)
Pada tahap kedua pengurus berusaha menumbuhkan minat dan
keingintahuan para muallaf tentang Islam dengan memberikan wawasan lebih
luas mengenai Islam seperti:
1) Islam tidak sebatas agama tetapi dinul Islam (Aturan atau sistem
kehidupan).
7Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016.
66
2) Islam agama fitrah untuk manusia yang fitrah.
3) Islam agama tauhid (Laailaha ilallah).
4) Agama yang mengesakan af’al, asma, sifat dan zat Allah.
5) Memasuki agama Islam dengan kaffah.
6) Islam memerintahkan berlaku adil sekalipun terhadap musuh.
7) Islam menyuruh berbuat baik terhadap sesama.
8) Pengenalan dasar hukum Islam (Islam, Syar’i/Syariah/Fiqih)8
Materi-materi di atas merupakan materi yang disampaikan selanjutnya
oleh pengurus dengan tujuan memunculkan minat muallaf untuk mengetahui
ajaran Islam lebih dalam.
“Kita belajar Islam tidak akan cukup walaupun sampai kita
mati. Sampai dari pena yang terbuat dari bambu, seluruh alam ini
diganti tujuh kali, dan walaupun lautan diganti pun juga kata
menuntut ilmu itu tidak ada habisnya dan wajib. Maka, ketika kita
baru masuk Islam, materi apa sih yang kita butuhkan? Terutama bekal
utama dan bekal asas yang harus dimiliki untuk anggota-anggota yang
masih aktif dan sekali lagi yang perlu diperhatikan adalah mereka
yang baru masuk Islam harus memiliki asas keimanan, ibadah harus
paham, dan selanjutnya tinggal pribadinya”.
Menurut pernyataan di atas, komunikasi persuasif yang disampaikan
pengurus dalam menumbuhkan minat muallaf untuk terus menggali lebih
banyak pengetahuan mengenai Islam.
“Sebelum saya masuk Islam, saya memang sudah mempelajari
Islam sedikit demi sedikit, akan tetapi jika ada hal-hal yang tidak saya
mengerti saya akan menanyakan hal-hal yang ingin saya ketahui, saya
berdiskusi dengan pengurus (HM. Syarief Tanudjaja) baik saat
8Dokumen Pribadi HBMI, Silabus Materi Pembinaan Muallaf, Jakarta, 14 Oktober
2016.
67
penjelasan materi berlangsung atau diluar pembinaan secara
individual.”9 Adapun pernyataan muallaf lain: “Setelah saya
mengetahui sedikit banyaknya tentang Islam, ternyata seru menurut
saya, karena dengan mengetahui hal yang baru dan yang belum
diketahui sebelumnya itu benar-benar seru menurut saya terutama
setelah saya mengetahui Islam.”10
c. Keinginan (Desire)
Tahapan selanjutnya dalam komunikasi persuasif pengurus yakni
memunculkan keingina muallaf secara terus menerus dengan memberikan
pengkajian yang lebih mendalam.
“Pembinaan yang ada saat ini saya katakan pengajian,
namun pengajian yang dimaksud bukanlah pengajian yang sifatnya
membaca Al-Qur’an karena pengajian yang ada itu benar-benar
mengkaji bagaimana menjadi muslim, muslim itu seperti apa, dan
kesannya memang lebih cenderung dalam bentuk motivasi untuk
menjadi seorang muslim yang benar dan bagi saya memang benar-
benar excited.”11
Setelah pengurus mengetahui bahwa beberapa orang mulai muncul
keinginannya untuk terus memperdalam ajaran Islam, pengurus mengarahkan
muallaf untuk segera membuat keputusan dan mengambil langkah selanjutnya
dengan bersyahadat, tentunya tanpa paksaan dan bersifat sukarela.
d. Keputusan (Decision)
9Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai selaku muallaf, Jakarta, 11
November 2016. 10
Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016. 11
Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016.
68
Setelah pengurus berhasil mengarahkan muallaf untuk membuat
keputusan mengucapkan syahadat, tentunya pengurus mengajarkan bagaimana
melafadzakan dua kalimat syahadat tersebut.
“Saya punya teman yang bernama Faiz dan banyak hal yang
saya bahas dengannya dan setelah itu saya diantar ke kediaman ketua
umum HBMI yaitu Bpk. HM. Syarief Tanudjaja, saya mengira bahwa
hanya akan diskusi dan sekedar membahas tentang keislaman saja
namun saat itu saya langsung ditawarkan untuk syahadat. Dan tanpa
memberitahu orang tua saya megucapkan syahadat dan menjadi
muslim.”12
2. Implementasi Pembinaan
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara, secara garis besar dalam
mengimplementasikan pembinaan pengurus menggunakan beberapa teknik-
teknik komunikasi persuasif. Menurut Effendy teknik komunkasi ada 5, yang
akan diuraikan sebagai berikut:
a. Teknik Integrasi
Teknik yang direalisasikan pengurus salah satunya adalah teknik
integrasi, dimana pengurus menyampaikan pesan dalam penyampaian materi
pembinaan sering kali menggunakan kata “kita” dengan tujuan menyatukan
diri dengan muallaf, pengurus juga mengaitkan pengalaman pribadinya,
terutama dalam menyikapi permasalahan muallaf secara kekeluargaan
sehingga menimbulkan kedekatan tersendiri antara pengurus dan para muallaf.
Elly Phang misalnya, ia adalah satu pengurus yang mengalami konversi
12
Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016.
69
agama, tentunya ia mempunyai pengalaman tersendiri dalam menyikapi
permasalahan hidupnya selama menjadi muallaf. Jadi, dalam menceritakan
pengalaman serta proses konversi tersebut pengurus lebih cenderung
menyamakan posisinya sehingga muallaf dapat lebih memahami hal yang
sebenarnya.
“Dari sekian materi yang disampaikan saya dapat membantu
meyakinkan muallaf dengan mengaitkan pengalaman pribadi secara
langsung saat pembinaan atau konsultasi.”13
Hakikatnya, dalam menyakinkan seseorang terutama muallaf yang
notabenenya memeluk agama selain Islam tidak mudah begitu saja memahami
dan dapat menerima segala hal yang baru diajarkan terutama dalam praktek
kehidupan sehari-hari, namun demi mewujudkan keyakinan baru yang akan
dijalaninya dalam kehidupan muallaf di masa depan. Maka, diperlukan
peneguhan keyakinan dengan mengutarakan beberapa pengalaman terutama
pengalaman pribadi dari pengurus.
“Dulu sewaktu saya menjadi muallaf, saya melakukan ibadah
sholat dan puasa secara sembunyi-sembunyi dari keluarga. Seperti
diajak sarapan di pagi hari, saya selalu menolak dan memberikan
alasan entah terburu-buru, urusan mendadak dan lainnya. Namun di
waktu lain, orang tua saya mulai mencurigai saya yang memiliki
beberapa perlengakapan ibadah layaknya muslim seperti peci,
sajadah dan Al-Qur’an sehingga keluarga saya mengetahui dan pada
akhirnya saya berkata jujur serta mengakui bahwa saya sudah
menjadi muslim.”14
13
Wawancara Pribadi dengan Elly Phang selaku pengurus HBMI, Jakarta, 20 Mei
2016. 14
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja selaku pengurus, Tegalan,
Jakarta Timur, 14 Oktober 2016.
70
Hal ini menunjukkan bahwa para pengurus mengutarakan hal-hal yang
sifatnya pengalaman pribadi kepada muallaf. Namun tidak hanya itu, dalam
pembinaan pengurus juga memperingatkan muallaf dengan mengutarakan hal-
hal yang sifatnya mengajak muallaf untuk melakukan hal-hal kebaikan
seperti: menjadikan ibadah sebagai kebutuhan umat kepada Allah,
mendawamkan puasa senin kamis dan sunnah-sunnah Rasul lainnya,
shadaqoh, membantu sesama dan lain sebagainya.
Kemudian para pengurus juga melakukan pendekatan dengan
mengetahui latar belakang masing-masing muallaf, mulai dari latar belakang
pendidikan, keluarga, atau profesi dengan sistem kekeluargaan yang bertujuan
memudahkan pengurus dalam memahami muallaf, membuat muallaf lebih
terbuka sehingga beranggapan pengurus merupakan anggota keluarganya
sendiri, agar ke depannya pengurus dapat lebih mengetahui kebutuhan dari
masing-masing muallaf.
“Proses pembinaan yang dilakukan pengurus memang lebih
cenderung kepada pembinaan secara psikologis, jadi dimulai dengan
mengetahui latar belakang masing-masing muallaf untuk mengetahui
kebutuhannya.”15
Ketika pengurus mengetahui latar belakang masing-masing muallaf baik dari
latar belakang pendidikan, keluarga atau profesi jelas akan mempermudah proses
pembinaan kedepannya, karena pembinaan yang utama adalah kondisi psikologis
muallaf yang mengalami beberapa hal seperti kegelisahan terhadap agama yang
15
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja selaku pengurus HBMI,
Tegalan, Jakarta Timur, 14 Oktober 2016.
71
dianutnya, pandangan hidup dan kepercayaan, timbulnya tekanan batin, penyesalan
diri, rasa berdosa serta cemas terhadap masa depan. Hal tersebut bukanlah situasi
yang mudah untuk dilewati terutama dalam mengambil keputusan untuk berpindah
keyakinan dan memeluk Islam. Karena keputusan tersebut mengandung konsekuensi
yang sangat besar dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan bagi masing-
masing muallaf seperti: dikucilkan dan diusir dari keluarganya, tidak diterima dan
tidak diakui sebagai anggota keluarga, diputus tunjangan dan biaya pendidikannya,
diberhentikan dari pekerjaannya, diceraikan oleh suami atau isterinya atau berpisah
dengan anak-anaknya (bagi yang sudah menikah), disabotase atau diputuskan
jaringan bisnisnya dan lain sebagainya.16
Menurut latar belakang tersebut, pengurus mencoba menyelesaikan setiap
problematika kehidupan sehari-hari muallaf khususnya dalam hubungan keluarga dan
umumnya untuk profesi dan lainnya. Dalam hal ini tentunya akan membantu
meringankan beban psikologis muallaf sebagai pelaku konversi agama yang
mengalami beberapa ujian setelah memutuskan untuk masuk Islam.
“Kami selaku pengurus selalu berusaha untuk menjadi jembatan bagi
para muallaf khususnya yang memiliki problematika dalam kehidupannya dan
tentunya pembinaan yang dilakukan memang secara sistem kekeluargaan
sehingga muallaf dapat lebih terbuka, seperti contoh kasus satu ada muallaf
laki-laki yang ingin menikah dengan seorang muslimah, itu saya harus
mempertemukan keluarga kedua belah pihak dengan tujuan memberitahukan
keadaan muallaf laki-laki ini pengetahuan keislamannya seperti apa, praktek
ibadahnya seperti apa dan yang lainnya, saya harus pastikan kedua keluarga
16
H.M Syarif Tanudjaja “Sejarah lahirnya HBMI Bina Muallaf menuju muallaf
mandiri dan bertaqwa” Artikel diakses pada 20 agustus 2016 dari
http://binamuallafsyariftan.blogspot.com/2016/02/hbmi:himpunan-bina-muallaf-
indonesia.html
72
harus mengetahui agar kedepannya tidak timbul masalah, misalnya muallaf
ini tidak tahu ini dan itu maka orang tua pihak perempuan tidak terima atau
yang lainnya. Tetapi sebaliknya jika keduanya sudah saling mengetahui maka
kedepannya bisa sama-sama menerima, dan yang terpenting juga dari pihak
kelurga baik laki-laki atau perempuan harus terus membimbing muallaf ini
selaku pihak terdekat di lingkungan sekalipun keluarga pihak laki-laki belum
muslim karena ada salah satu muallaf yang ketika meninggal karena diawal
masuk Islam keluarganya sangat menolak akhirnya diakhir dikuburnya
layaknya agama semula yaitu Kristen.”17
b. Teknik Pay off dan fear arousing
Teknik selanjutnya yang dilakukan pengurus adalah teknik pay off dengan
mengadakan program ekonomi mandiri muallaf sebagai salah satu program unggulan
dan dijadikan penanganan profesi muallaf dalam menyikapi problematika kehidupan
sehari-hari muallaf khususnya dalam bidang ekonomi, dimana dalam program
tersebut akan membantu para muallaf yang bermasalah dalam segi finansial,
menggunakan keterampilan dan wira usaha sebagai antisipasi muallaf dalam situasi
yang sedang dihadapinya sejak memeluk Islam, seperti: dikeluarkan dari pekerjaan
sebelumnya, dicabut hak warisnya bahkan dikeluarkan dari anggota keluarganya.
“Setelah saya masuk Islam, saya tidak lagi tinggal dengan keluarga
karena keluarga tidak mendukung. Karena semua keluarga saya menganut
agama Kong Uchu sejak saya masih kecil yang menurut saya tidak masuk
akal karena menyembah patung, sehingga pada akhirnya saya memutuskan
untuk keluar dari rumah dan tinggal di Jakarta dengan mengikuti jejak ketua
umum yakni Bpk. HM. Syarief Tanudjaja sampai sekarang”18
Dan salah satu pelaksanaannya adalah dengan membuat keterampilan tangan
bagi muallaf perempuan seperti : memasak, menjahit, dan membuat kerajinan tangan,
17
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja selaku pengurus, Tegalan,
Jakarta Timur, 14 Oktober 2016. 18
Wawancara Pribadi dengan Asikin Kosasih selaku muallaf, Jakarta, 18 November
2016.
73
dan untuk muallaf laki-laki seperti teknik mesin dan lainnya. Adapun hal lainnya,
dengan memberikan santunan kepada muallaf yang tidak mampu.
Gambar 4.119
Santunan Muallaf
Gambar 4.220
Santunan Muallaf
19
Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, Santunan Muallaf,
Jakarta, 10 November 2016. 20
Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, Santunan Muallaf,
Jakarta, 10 November 2016.
74
Kedua lampiran di atas, merupakan santunan muallaf yang dilakukan
pengurus yang merupakan tahapan awal yang diajarkan Islam kepada siapa saja yang
baru masuk Islam.21
Kunjungan yang dilakukan pengurus tidak hanya kepada muallaf-muallaf
yang kurang mampu akan tetapi juga kepada muallaf yang sedang tertimpa musibah
sakit, serta memberikan bantuan pula kepada siswa-siswa muallaf.
Gambar 4.322
Santunan Siswa Muallaf
Dengan kemudahan-kemudahan yang dialami para muallaf tersebut, muallaf
akan cenderung berpikir serta bersyukur dengan berpindahnya ke agama yang baru
dianutnya lebih menunjukkan kemudahan dalam hidupnya, merasa lebih baik bahkan
mensyukuri segala nikmat yang diberikan berdasarkan petunjuk dan kehendak Allah.
21
Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, Santunan Muallaf,
Jakarta, 18 November 2016. 22
Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, Santunan Muallaf,
Jakarta, 10 November 2016.
75
“Saya bersyukur kini saya merasakan hal yang lebih baik
dibandingkan dahulu sebelum saya mengenal Islam, karena saat itu saya
merasakan kekecewaan pada Tuhan, karena saya tidak bisa mendapatkan
yang saya inginkan dan memiliki apa yang saya mau terutama dalam urusan
jodoh, dulu saya selalu merasa gagal dalam hal itu. Dan di saat itu pula saya
tidak memiliki agama juga sudah tidak lagi meyakini agama saya yaitu
Khatolik.”23
Kemudian teknik pay off juga dipraktikan dalam bentuk nasihat pada beberapa
kajian, seperti: meningkatkan ibadah dan menjadikannya sebuah kebutuhan hidup
sebagai hamba Allah yang selalu mengharapkan petunjuk dan menjadikan keyakinan
sebagai pedoman hidup. Sebaliknya para pengurus juga mengutarakan fear arousing
dengan menyatakan bahwa umat yang tidak menaati perintah Allah, tidak beribadah
kepada Allah juga melanggar aturan Allah akan mendapatkan azab yang sangat
pedih.
Adapun forum online berikutnya adalah “Forum HBMI” dan “Muallaf
Seiman”, forum ini merupakan forum diskusi dan share mengenai banyak hal
terutama diskusi keagamaan, dalam forum diskusi ini sering kali membahas tentang
kabar serta berita-berita terbaru (breaking news), seperti misalnya Aksi pembelaan
agama atas penistaan Al-Qur’an oleh gubernur Jakarta pada tanggal 04 november
2016 dan gerakan 212 pada tanggal 02 desember 2016, kajian-kajian, Informasi-
informasi terkait agama dan kehidupan dan sebagainya. Dalam hal ini sebagian
pengurus dan muallaf lainnya mengikuti aksi pembelaan Al-Qur’an tersebut serta
mengaitkannya dalam memantapan materi yang membahas tentang keyakinannya
sebagai muslim terhadap kitab sucinya yang dinistakan.
23
Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai, Jakarta, 11 November 2016.
76
Gambar 4.424
Forum Diskusi Online HBMI
Lampiran di atas merupakan salah satu materi yang disampaikan pengurus
selaku salah satu anggota “FORUM HBMI” yang berbagi kajian mengenai sepuluh
amalan ringan meniti syurga. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengingatkan
muallaf serta anggota lainnya baik dari pengurus atau pribadi masing-masing untuk
tetap beribadah dan mengingat Allah SWT. Adapun forum diskusi lainnya yang
dikhususkan para muallaf-muallaf sebagai anggotanya “Muallaf Seiman”.
24
Pengamatan Langsung Penulis Selaku Anggota Diskusi Online Forum HBMI,
Jakarta, 20 November 2016.
77
Gambar 4.525
Forum Diskusi Online Muallaf Seiman
Pada lampiran di atas, salah satu kajian keagamaan yang diberikan oleh salah
satu pengurus atau muallaf lainnya dengan tujuan mengingatkan sesame tentang
kekuasaan Allah yang dapat melakukan segala hal namun Allah SWT menginginkan
hamba-hambaNya melewati beberapa proses perjuangan (syuhada) dan menjadikan
Allah satu-satunya Yang Maha Kuasa adalah penolong baginya.
25
Pengamatan Langsung Penulis Selaku Anggota Diskusi Online Forum HBMI,
Jakarta, 20 November 2016.
78
Pada uraian di atas telah menjelaskan bahwa teknik komunikasi persuasif
yang dilakukan pengurus adalah dengan teknik integrasi yang mana pengurus selalu
memposisikan dirinya pada situasi yang sama dengan muallaf dan lebih jelasnya
pengurus mengutarakan pengalaman pribadinya serta mengaitkan hal-hal yang
sedang menjadi pembahasan publik. Kemudian pengurus juga melakukan pembinaan
dengan teknik pay off and fear arousing, yang mana dalam teknik ini pengurus
memiliki beberapa strategi, seperti menyampaikan hal-hal yan sifatnya kepada
kebaikan sebagai bentuk reward dan menerangkan akibat bagi seseorang yang
melakukan keburukan sebagai bentuk punishment.
c. Teknik Icing
Teknik selanjutnya, pengurus menggunakan teknik icing, yaitu dalam
mengimplementasikan pembinaan pengurus sering kali menata pesan-pesan yang
yang digunakan, tentunya dengan kata-kata yang jelas, masuk akal dan mudah
dipahami sehingga menimbulkan emotional appeal pada diri masing-masing muallaf.
“Islam itu ad-diin, ad-diin itu artinya sistem, jadi Islam adalah sistem
hidup, way of life. jadi, kita Islamkan seluruh hidup kita. Semampu kita
semaksimal kita sejak kita bangun tidur.”26
Uraian di atas menunjukkan komunikasi persuasif dalam penataan pesan yang
mengandung makna emosional seseorang khusus bagi muallaf, mengenai sistem
kehidupan.
d. Teknik red herring
26
Andrew Irfan Tan, Pengamatan Langsung, Kajian Tentang Aqidah, Syariat dan
Tasawuf, Tegalan, Jakarta Timur, 12 Januari 2017.
79
Dan teknik terakhir yang digunakan yakni, teknik red herring dengan cara
berdiskusi antara pengurus dengan muallaf ketika pembinaan berlangsung maupun di
luar waktu pembinaan. materi yang dikaji secara teoritis, namun ada juga yang
bersifat praktis sebagai bekal keilmuan masing-masing muallaf.
Gambar 4.627
Pembinaan Praktik Sholat Muallaf
Ketika muallaf sudah memiliki bekal, maka masing-masing muallaf akan
mempraktikan materi-materi pembinaan yang telah disampaikan oleh pengurus dalam
kehidupan sehari-hari muallaf, tentunya hal tersebut juga tidak lepas dari perhatian
pengurus serta lingkungan yang mendukung hal tersebut.
“Sejak mengikuti pembinaan secara rutin, saya sedikit demi sedikit
belajar bagaiman cara sholat dan selebihnya saya mempelajari hal lainnya
untuk memperdalam itu senduri melalui buku-buku bacaan, kajian-kajian dan
media teknologi seperti internet dan lainnya”.28
“Saya sudah memaksakan
27
Dokumentasi Pribadi Himpunan Bina Muallaf Indonesia, Pembinaan Praktik Sholat
Muallaf, Tegalan, 14 Oktober 2016. 28
Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai, Jakarta, 11 November 2016.
80
diri saya untuk melaksanakan sholat dengan sebagaimana mestinya sebagai
seorang muslim, karena yang saya rasakan jika tidak sholat itu ada sesuatu
yang mengganjal di hati serta perasaan tidak enak dan saya juga sudah mulai
mencoba membaca Al-Qur’an walaupun masih berbahasa Indonesia, karena
dengan bahasa Indonesia saya dapat lebih memahaminya, dan nantinya
ketika saya bisa membaca dengan bahasa Arab saya juga sudah bisa
memahaminya.”29
Selama proses pembinaan, pengurus melakukan pendekatan serta tahapan
komunikasi persuasif yang kini dilihat berjalan dengan efektif karena mampu
memberikan pemahaman, mengubah persepsi dan mengubah sikap para muallaf
melalui kajian-kajian secara teoritis maupun praktisi mengenai perpindahan
keyakinan sebelumnya ke keyakinan yang sekarang dianutnya yaitu Islam.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembinaan
Dalam proses melaksanakan kegiatan pembinaan tentunya ditemukan faktor
pendukung serta faktor penghambat di dalamnya. Dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan penulis, antara pengurus dengan para muallaf, sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Pengurus
Dalam proses pembinaan, pengurus adalah salah satu faktor pendukung
dengan berperan aktif dalam melakukan pembinaan diantaranya: menyiapkan
silabus materi-materi untuk disampaikan ke muallaf, membantu secara psikologis
dengan konsultasi pribadi, mengadakan pengkajian, mengadakan kegiatan-
kegiatan positif dan membantu muallaf yang tidak mampu tentunya dengan
tujuan mengoptimalkan pembinaan.
29
Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016.
81
b. Materi
Pada pembinaan muallaf, materi merupakan hal terpenting untuk diketahui
oleh para muallaf baik yang belum masuk Islam atau sudah bersyahadat. Untuk
itu pengurus memilih dan menentukan materi-materi, serta tahapan-tahapan
penyampaian materi sehingga dibentuklah silabus.30
Karena dengan memberikan
materi yang matang dan penguasaan materi dalam menyampaikan tersebut dapat
mempengaruhi muallaf dari berbagai faktor, ada yang melalui pikiran, sudut
pandang bahkan psikologis.
c. Media
Media merupakan salah satu faktor pendukung komunikasi, untuk itu
pengurus juga melakukan pembinaan dengan salah satu alat bantu yaitu komputer.
Menurut hasil observasi, para pengurus menyampaikan materi-materi sesuai
dengan silabus dalam bentuk power point, dimana pengurus melakukan presentasi
dan pengkajian secara langsung. Adapun setelahnya berlangsung tanya jawab
disetiap point yang sudah ditentukan.
d. Umpan Balik
Untuk mengetahui tujuan komunikasi perlunya untuk memperhatikan
umpan balik muallaf atas pengurus, materi yang disampaikan dan media
pembinaan dari awal mengikuti pembinaan sebelum masuk Islam atau setelah
melakukan syahadat. Menurut hasil wawancara, beberapa muallaf telah
30
Wawancara Pribadi dengan H.M. Syarief Tanudjaja selaku pengurus, Tegalan,
Jakarta Timur, 14 Oktober 2016.
82
melakukan beberapa perubahan sikap yang awalnya tidak mengikuti pembinaan
secara rutin, namun saat ini menjadi rutin. Tidak hanya itu muallaf juga telah
melakukan salah satu kewajiban selayaknya muslim yaitu melaksanakan sholat
lima waktu setiap harinya,31
melakukan konsultasi pribadi jika ada beberapa
permasalahan yang belum diselesaikan dan merasa mendapatkan pembinaan
dengan sedikit waktu,32
dan aktif mengikuti setiap kegiatan di luat pembinaan
lainnya yang diadakan pengurus HBMI, misalnya pengajian di luar wilayah
Jakarta Barat seperti kediaman ketua HBMI yaitu HM. Syarief Tanudjaja,
kemudian berpartisipasi juga dalam kunjungan muallaf yang tidak mampu,
menghadiri seminar religius dan lain-lain.33
2. Faktor Penghambat
Dalam proses komunikasi, tentunya ditemukan beberapa hambatan yang
dapat menghambat kelancaran komunikasi tersebut. Menurut Effendy, hambatan-
hambatan komunikasi sebagai berikut:
a. Kepentingan muallaf
Pesan yang disampaikan dalam pembinaan sudah semestinya menjadi
kepentingan bagi muallaf, namun hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor
penghambat komunikasi jika muallaf tidak beranggapan dengan mengikuti
kegiatan pembinaan rutinitas adalah bagian penting hidupnya sebagai orang
31
Wawancara Pribadi dengan Herjuno selaku muallaf, Jakarta, 22 November 2016. 32
Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai, Jakarta, 11 November 2016. 33
Wawancara Pribadi dengan Asikin Kosasih selaku muallaf, Jakarta, 18 November
2016.
83
yang baru masuk Islam. Tentunya hal ini dapat diperhatikan saat muallaf
tersebut mengikuti pembinaan rutinitas yang diadakan pengurus HBMI,
karena kehadiran juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
individu muallaf dalam pengkajian-pengkajian pada setiap pembinaannya.
Karena menurut hasil observasi, sebagian dari muallaf memiliki berbagai
alasan dan kegiatan lainnya, seperti bekerja, mengurus rumah, melahirkan dan
urusan lain-lain. Sedangkan pembinaan yang diadakan pengurus HBMI sudah
menyesuaikan waktu masing-masing muallaf, baik dalam pembinaan secara
kajian maupun praktisi.
“Saya selaku pengurus sudah berusaha optimal dalam
melakukan pembinaan, karena kegiatan pembinaan yang diterapkan
bersifat rutinitas namun yang menjadi hambatan terkadang para
muallaf ini tidak secara rutin mengikuti pembinaan tersebut dengan
alasan memang muallaf yang ada di lembaga ini sudah bekerja dan
memiliki rutinitas pula”.34
Pernyataan lain disampaikan oleh Elly
Phang: “tumbuhnya rasa perlu pada muallaf untuk menjalankan
pembinaan namun setelah keperluannya selesai seperti menikah, itu
tidak lagi aktif mengikuti pembinaan.”35
Pernyataan di atas merupakan salah satu hambatan komunikasi dalam
pembinaan yang diadakan HBMI secara kajian, namun ditemukan beberapa
hambatan komunikasi lainnya dalam bentuk praktisi, Adapun pernyataannya
oleh Asikin Kosasih mengenai kepentingan muallaf yang sifatnya praktisi,
sebagai berikut :
“Pembinaan yang diterapkan di lembaga ini sudah cukup optimal
dilakukan, namun yang terkadang menjadi kendala adalah ditemukan
34
Wawancara Pribadi dengan HM. Tanudjaja, Jakarta, 14 Oktober 2016. 35
Wawancara Pribadi dengan Elly Phang, Jakarta, 20 Juni 2016.
84
oleh oknum para muallaf yang tidak bertanggung jawab seperti muallaf
yang sudah bersyahadat tidak lagi hadir dalam pembinaan melainkan
melakukan kegiatan tersendiri dengan menggunakan sertifikat muallaf
sebagai sumber penghasilannya. Ada juga ditemukan oknum muallaf
yang hanya memanfaatkan program bantuan finansial Himpunan Bina
Muallaf Indonesia ini dengan membangun usaha baru yang diberi modal
oleh pengurus namun hasil dan usahanya berujung tidak jelas dan
merugikan pihak pengurus.”36
Menurut penjelasan di atas, telah disimpulkan bahwa kepentingan
muallaf dalam memanfaatkan beberapa program yang ada di HBMI ini
menjadi salah satu penghambat proses pembinaan karena tidak ada
konsistensi bagi para muallaf. Terlebih lagi ditemukan muallaf yang
memanfaatkan program tersebut dengan tidak semestinya. Dan hal tersebut
menunjukkan bahwa penanganan problematika muallaf dalam kehidupan
sehari-hari belum efektif karena masih ada beberapa muallaf yang tidak
bertanggung jawab.
b. Motivasi muallaf
Menurut hasil wawancara, masing-masing muallaf memiliki
keinginan, kebutuhan dan kekurangan yang berbeda-beda. Namun hal tersebut
dijadikan motivasi bagi masing-masing muallaf untuk terus mengikuti
pembinaan rutinitas, melakukukan konsultasi secara pribadi, membaca buku,
dan mencaritahu tentang apa yang tidak diketahuinya melalui internet dan
media sosial dengan membaca artikel, e-book dan lain-lain.37
36
Wawancara pribadi dengan Ko A King, Jakarta, 18 November 2016. 37
Wawancara Pribadi dengan Satyan Cahyono Tai, Jakarta, 11 November 2016.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperlukan dan analisis serta pembahasan yang
dilakukan, dapat dijadikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Social Judgement Theory (Teori Penilaian Sosial)
a. Penilaian Pesan (Judging the message)
Penilaian pesan muallaf terhadap pengurus dianggap penting karena
hal utama yang harus diyakini oleh orang-orang yang baru saja masuk Islam
adalah keyakinan hati dan pikirannya tentang agama Islam dan Allah SWT
sebagai Tuhannya. Maka, pengurus mengarahkan pembinaan muallaf
cenderung berada pada zona penerimaan (latitude of acceptance), dimana
materi apa saja yang disampaikan pengurus dapat diterima oleh akalnya dan
hatinya sehingga muallaf dapat melakukan perubahan sikap dengan
meneguhkan keyakinannya pada agama Islam dan memutuskan konversi
agama atas penilaian muallaf terhadap pesan atau pernyataan-pernyataan yang
disampaikan pengurus dengan sukarela dan tanpa paksaan.
b. Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Pesan dan pernyataan yang disampaikan pengurus HBMI terhadap
muallaf cenderung mengarahkan kepada pernyataan bahwa meyakini agama
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin dan Allah SWT sebagai Tuhan
Yang Maha Esa adalah dasar dari kehidupan manusia yang tidak dapat
86
diabaikan. Maka, pengurus merasa perlu para muallaf beranggapan bahwa
agama adalah hal yang utama dalam kehidupan umat manusia di muka bumi.
c. Stimulus Respons Persuader (Ego Latitude)
Respons pesan dari muallaf pada pembinaan yang dilakukan pengurus
HBMI ada pada zona penerimaan (latitude acceptance), karena masing-
masing individu muallaf sudah melakukan perubahan sikap dengan
menjalankan kewajiban-kewajibannya selayaknya seorang muslim dan
muslimah, bahkan muallaf mengikuti pembinaan melebihi jumlah maksimal
yang ditentukan dan menjadikan pembinaan atau pengkajian sebagai
kebutuhan rutinitas dan pelengkap kehidupan muallaf tesebut.
2. Komunikasi Persuasif Pengurus HBMI
a. Tahapan Komunikasi Persuasif
Dalam menyampaikan pesan dalam pembinaan, pengurus cenderung
menggunakan komunikasi persuasif terhadap muallaf melalui beberapa
tahapan-tahapan komunikasi persuasif yaitu: membangkitkan perhatian,
memunculkan ketertarikan dan minat sehingga muallaf membuat keputusan
dan melakukan tindakan sesuai keinginan pengurus.
Pengurus membangkitkan perhatian dengan memberikan materi-materi
tentang agama Islam yaitu pengenalan tentang Allah, keistimewaan Islam dan
menjadi muslim. Selanjutnya pengurus memunculkan ketertarikan muallaf
dengan memberikan wawasan yang lebih luas mengenai Islam, sehingga
menimbulkan keingintahuan lebih dalam bagi muallaf dan memunculkan
87
minat muallaf untuk mempelajari, mengetahui serta mendalami materi-materi
yang diajarkan. Sehingga pada akhirnya muallaf akan memutuskan untuk
masuk Islam dan mengikuti pembinaan rutinitas.
b. Implementasi Pembinaan
Dalam mengimplementasikan pembinaan dengan beberapa program,
pengurus menggunakan beberapa teknik-teknik komunikasi persuasif
diantaranya: teknik integrasi, teknik pay off and fear arousing, teknik icing
dan teknik red herring. Dengan uraian sebagai berikut:
1) Teknik integrasi
Dalam pembinaan sering kali menggunakan kata “kita” dan
menyatukan pengalaman pribadi dalam penyampaian materinya,
terutama dalam menyikapi permasalahan muallaf secara kekeluargaan
sehingga menimbulkan kedekatan tersendiri antara pengurus dan para
muallaf.
2) Teknik Pay off and Fear arousing
Melalui program unggulan yakni program ekonomi mandiri
muallaf sebagai pay off, seperti: mengadakan keterampilan dan wira
usaha sesuai bidang masing-masing, menyantuni muallaf yang terkena
musibah, kurang mampu serta muallaf dari kalangan siswa. Tidak
hanya dalam praktisi, namun pengurus juga menggunakan teknik ini
dalam penyampaian materi secara teoritis yang sifatnya mengajak
kepada kebaikan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan
88
Allah akan dapat pahala surga namun jika sebaliknya akan
mendapatkan ganjaran berupa azab yang pedih sebagai fear arousing .
Selanjutnya pengurus juga memiliki group online untuk memudahkan
muallaf yang tidak dapat hadir pembinaan dengan memberikan ulasan
materi yang disampaikan pada “Mozaiqu, Forum HBMI dan Muallaf
Seiman”.
3) Teknik Icing
Pengurus menggunakan teknik ini di setiap penyampaian pesan
yang diberikan, karena pesan tersebut menggunakan kata-kata yang
telah ditata sedemikian rupa dengan tujuan memberikan pemahaman
yang mudah. pengurus menggunakan teknik icing, yaitu dalam
mengimplementasikan pembinaan pengurus sering kali menata pesan-
pesan yang yang digunakan, tentunya dengan kata-kata yang jelas,
masuk akal dan mudah dipahami sehingga menimbulkan emotional
appeal pada diri masing-masing muallaf.
4) Teknik Red herring
Teknik red herring dengan cara berdiskusi antara pengurus
dengan muallaf ketika pembinaan berlangsung maupun di luar waktu
pembinaan. materi yang dikaji secara teoritis, namun ada juga yang
bersifat praktis sebagai bekal keilmuan masing-masing muallaf.
89
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembinaan
Setiap kegiatan memiliki beberapa faktor pendukung dan faktor
penghambat karena tidaklah setiap kegiatan tersebut akan selalu berjalan dengan
lancar dan efektif. Berikut uraiannya:
1. Faktor Pendukung
a. Pengurus
Dengan peran aktif pengurus dalam melakukan pembinaan
diantaranya: menyiapkan silabus materi-materi untuk disampaikan ke muallaf,
membantu secara psikologis dengan konsultasi pribadi, mengadakan
pengkajian, mengadakan kegiatan-kegiatan positif dan membantu muallaf
yang tidak mampu dengan tujuan lebih optimal.
b. Materi
Pada pembinaan muallaf, materi merupakan hal terpenting untuk
diketahui oleh para muallaf baik yang belum masuk Islam atau sudah
bersyahadat. Pengurus memilih dan menentukan materi-materi, serta tahapan-
tahapan penyampaian materi sehingga dibentuklah silabus. Karena dengan
memberikan materi yang matang dan penguasaan materi dalam
menyampaikan tersebut dapat mempengaruhi muallaf dari berbagai faktor,
ada yang melalui pikiran, sudut pandang bahkan psikologis.
c. Media
Pengurus menyampaikan materi-materi sesuai dengan silabus dalam
bentuk power point, dimana pengurus melakukan presentasi dan pengkajian
90
secara langsung. Adapun setelahnya berlangsung tanya jawab disetiap point
yang sudah ditentukan.
d. Umpan Balik
Beberapa muallaf telah melakukan beberapa perubahan sikap yang
awalnya tidak mengikuti pembinaan secara rutin, namun saat ini menjadi rutin.
Tidak hanya itu muallaf juga telah melakukan salah satu kewajiban selayaknya
muslim yaitu melaksanakan sholat lima waktu setiap harinya, melakukan
konsultasi pribadi jika ada beberapa permasalahan yang belum diselesaikan dan
merasa mendapatkan pembinaan dengan sedikit waktu, dan aktif mengikuti setiap
kegiatan di luat pembinaan lainnya yang diadakan pengurus HBMI, misalnya
pengajian di luar wilayah Jakarta Barat seperti kediaman ketua HBMI yaitu HM.
Syarief Tanudjaja, kemudian berpartisipasi juga dalam kunjungan muallaf yang
tidak mampu, menghadiri seminar religius dan lain-lain.
2. Faktor Penghambat
Dalam proses komunikasi, tentunya ditemukan beberapa hambatan yang
dapat menghambat kelancaran komunikasi tersebut. Menurut Effendy, hambatan-
hambatan komunikasi sebagai berikut:
a. Kepentingan muallaf
Mengikuti pembinaan rutinitas yang diadakan pengurus HBMI,
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu muallaf dalam
pengkajian-pengkajian pada setiap pembinaannya. Dan sebagian dari muallaf
memiliki berbagai alasan dan kegiatan lainnya, seperti bekerja, mengurus
91
rumah, melahirkan dan urusan lain-lain. Sedangkan pembinaan yang diadakan
pengurus HBMI sudah menyesuaikan waktu masing-masing muallaf, baik
dalam pembinaan secara kajian maupun praktisi.
b. Motivasi muallaf
Masing-masing muallaf memiliki keinginan, kebutuhan dan
kekurangan yang berbeda-beda. Namun hal tersebut dijadikan motivasi bagi
masing-masing muallaf untuk terus mengikuti pembinaan rutinitas,
melakukukan konsultasi secara pribadi, membaca buku, dan mencaritahu
tentang apa yang tidak diketahuinya melalui internet dan media sosial dengan
membaca artikel, e-book dan lain-lain.
1. Saran-Saran
Setelah melakukan penelitian ini, penulis mencoba memberikan saran, sebagai
berikut:
1. Kepada pengurus Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat
diharapkan untuk lebih mendorong dan memotivasi para muallaf untuk
mengikuti rutinitas pembinaan, sehingga muallaf dapat mengikuti
pembinaan secara rutin dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengurus juga harus menyikapi secara serius bagi muallaf-
muallaf yang mulai tidak aktif dan tidak menyelesaikan pembinaan sesuai
waktu yang telah ditentukan yakni dua bulan dalam delapan kali pertemuan.
Dan pengurus juga harus mengadakan evaluasi dalam mengembangkan
proses pembinaan dari segi metode, program dan problematika yang ada
92
juga lebih memperhatikan kembali khususnya untuk tempat pelaksanaan
pembinaan ke depannya harus merealisasikan program jangka panjang yakni
membuat asrama untuk muallaf agar pembinaan dapat dilakukan lebih
optimal dari sebelumnya.
2. Kepada muallaf Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta Barat,
diharapkan untuk dapat menyesuaikan waktu rutinitas pembinaan dengan
rutinitas harian baik secara individu maupun keluarga agar pembinaan yang
dilakukan dapat berjalan lebih optimal dan sesuai dengan yang diinginkan
dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing muallaf.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Oemi. Dasar-Dasar Public Relation, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, Cet. Ke- 16, 2001.
Attas-Al, Syed Muhammad Naquid. Prolegomena to the Metaphysics of Islam:
Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam, Kuala
Lumpur: ISTAC, 1995.
Arifin, Syamsul Bambang. Psikologi Agama, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Brent D. Ruben, Stewart, Lea P, Communication and Human Behaviour. USA: Alyn
and Bacon, 1998.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Edisi Kedua Cet.
Ke- 5, 2011.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 1998.
Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve,
1997.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Baiai
Pustaka Cet. Ke-2, Edisi Ke-3, 2002.
Dradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003.
-------------------------------. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
-------------------------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Griffin, Em. A First Look at Communiaction Theory, USA: McGraw-Hill, Fifth
Edition, 2003.
93
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika, 2010.
Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,
Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. Ke-1, 2011.
Hutagalung, Inge. Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi, Jakarta: PT.
Indeks, 2015.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Mangunhardjana. Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyarkarta: Kanisius, 1986.
Maulana, Herdiyan. Psikologi Komunikasi dan Persuasi, Jakarta: Akademia Permata,
2013
Masyah, Syarif Hade. Hikmah di Balik Hukum Islam. Jakarta: Mustaqim, 2002.
Moeleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Morissan. Psikologi Komunikasi. Cet. Ke-2 kedua, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,
2013.
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nawawi, Hadari. Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, Cet. ke-11, 2005.
Nasution, Harun, dkk.1992. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan.
---------------------------. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas
Indonesia, Jilid I Cet Ke-5, 1985.
Puspito, Hendro. Sosiologi Agama, Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, ahli bahasa oleh Mahyuddin Syarif, Bandung: Al-
Ma’arif, 1996.
94
Siahaan, M. Hotman. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, Jakarta:
Erlangga, 1986.
Soemirat, Soleh, dkk. Komunikasi Persuasif, Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. Ke-5,
2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
Cet. Ke-19, 2013.
S. Susanto, Phill Astrid. Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Binacipta,
1977.
Suranto A.W. Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untuk Meningkatkan
Kinerja Perkantoran, Yogyakarta: Media Wacana, 2005.
Sutopo HB. Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press, 2006.
Sururin. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1985.
-----------------------. Retorika Modern Pendekatan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
----------------------. Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia,
1993.
Riswandi. Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Edisi Ke-1, 2009.
Roestandi, Ahmad. Ensklopedi Dasar Islam, Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi, Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cet. Ke-1, 2013.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah, 2013.
Yunus Yahya. Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan, Jakarta: Yayasan Abu Karim
Oei Tjeng Hien, 1985.
95
Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Askara, 1997.
SKRIPSI
Heldawati. Pola Komunikasi antara Pembina dan Muallaf pada Program Pembinaan
Muallaf di Masjid Sunda Kelapa Jakarta, Jakarta: UIN, 2011.
Diastu Karlinda, Teknik Komunikasi Persuasif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Yogyakarta: UNY, 2013.
Hakim Jahid, Abdul, 2013. Motivasi Konversi Agama dan Pembinaan Muallaf di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat.
Jakarta: UIN, 2013.
Rahmi, Washilatur, 2008. Bentuk Komunikasi Pembinaan Muallaf Daarut Tauhid
Jakarta. Jakarta: UIN, 2008.
Waridin WH, Abdullah. Skripsi Peranan Lembaga Keagamaan dalam Membina
Keberagamaan Muallaf, Studi Kasus di Yayasan Sosial Pendidikan Al-
Karimiyah Pondok Cabe Ilir Poncol, Jakarta: UIN, 2008.
INTERNET
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/27627
http://www.binamuallafindonesia.com/
http://binamuallafsyariftan.blogspot.com/2016/02/hbmi:himpunan-bina-muallaf-
indonesia.html.
A. TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN MUALLAF
1. Wawancara Pertama
Nama lengkap : Satyan Cahyono Tai
Status : Muallaf
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 29 Agustus 1986
Alamat : Jl. Kerendeng Baru Gg. Masjid 2 No. 27
Rt. 07/02 Kel. Duri Utara Kec. Tambora
Profesi : IT Staff
Hari/Tanggal : Jum’at, 11 November 2016
Waktu : Pukul 20.00-20.35 WIB.
Peneliti : Jelaskan bagaimana proses anda mengalami konversi agama?
Nara sumber : Saya awalnya memiliki pengetahuan tentang Kristen namun saya
berpikir agama apalagi yang akan cocok dengan saya setelah terombang ambing
tidak jelas dan saat itu saya dekat dengan wanita muslim, sejak saat itu saya cari
tahu tentang Islam tetapi tidak terlalu mendalam, karena dulu yang saya tahu
Islam ada yang radikal setelah mencari tahu saya merasa ada hidayah salah
satunya dilihat dari video-videonya dari situ makin tertarik dan mencari dari sosial
media juga bergabung di Muallaf Center Indonesia dan saya masih mencari orang
yang tepat karena melihat pengalaman pribadi juga hingga akhirnya bertemu
dengan HM. Syarief Tanudjaja dengan berkomentar di postingan saya via
facebook dan jawaban dari penjelasannya mudah dipahami. Karena yang
sebelumnya sempet ingin konsultasi tapi kerap kali gagal. Ada pertanyaan di
pikiran ingin tahu kebenaran dalam Islam, yang awalnya tidak beragama, agama
Kristen namun imannya sudah tidak kuat ditambah lagi dengan pertanyaan-
pertanyaan yang ada di benak. Yang pertama saya tanyakan Nabi Muhammad itu
siapa, Yesus Kristus, Isa Alamasih dan dijelaskan lebih dalam satu persatu sampai
pada akhirnya saya mengerti dan menemukan kebenaran-kebenaran sehingga
keyakinan saya bertambah dari apa yang selama ini menyimpang saya terima pada
akhirnya. Setelah itu saya syahadat.
P : Proses merasakan gejolak sampai pada akhirnya syahadat?
N : Tidak terlalu lama, karena pada dasarnya saya sudah mulai yakin untuk pindah
agama saat itu, karena ada kepahitan-kepahitan hidup yang saya alami waktu itu
seperti kecewa sama Tuhan, dan di saat itu pula saya berdo’a kepada Tuhan dan
Tuhannya itu Allah yang meluruskan dan memberi jalan yang baik dan yang
benar karena pada saat itu saya merasa bahwa ketika saya mempunyai kekasih
selalu gagal. Karena yang saya tahu Tuhan selalu mengabulkan dan memberikan
apa yang dibutuhkan. Sehingga saya mendapatkan pelajaran untuk bersabar
namun saya sudah tidak bisa lagi kembali ke agama Kristen karena sudah kecewa
akan tetapi ketika saya mengenal Islam, saya merasakan kedamaian dan hal ini
yang membuat saya semakin yakin ketika saya mulai mencari tahu rasanya seperti
ada yang menggebu-gebu di dalam hati dan ketika menjalani saat ini juga tidak
sama halnya seperti yang saya jalani dulu.
P : Dalam proses konversi agama tersebut, apakah ada konflik dari pihak
keluarga dan kerabat?
N : Awal saya masuk Islam, saya sembunyi-sembunyi dengan keluarga dan tidak
menceritakan apapun. karena saya meyakini bahwa ini adalah hak pribadi dan
kepercayaan itu hak pilihan pribadi dalam hidup jadi saya tidak beritahu orang
tua, namun saat sudah masuk Islam, ada keyakinan dan dorongan dalam diri saya
dari untuk meminta pendapat orang tua dan yang pertama yaitu mama saya, mama
cukup kecewa sampai mengucapkan kata-kata yang tidak berkenan di hati namun
saya coba untuk menjelaskan pelan-pelan dengan kata-kata halus dan berusaha
membuatnya tenang sampai akhirnya bisa menerima.
P : Proses waktu konversi agama secara sembunyi-sembunyi dari keluarga?
N : Kurang lebih seminggu, dan lama kelamaan semua anggota keluarga saya tahu
bahwa saya sudah berpindah agama sama halnya anggota keluarga saya kecewa
dengan saya namun akhirnya bisa menerima karena yang terpenting saya masih
bisa menyesuaikan dan saya yakin dengan keputusan yang saya ambil walaupun
kerap kali ada di antara keluarga saya yang mengungkit-ungkit tentang agama dan
saya tidak menanggapinya.
P : Apakah saudara satu-satunya muslim di keluarga?
N : Sampai saat ini hanya saya satu-satunya muslim di keluarga,karena dari
keturunan juga tidak ada. Sekalipun ada masih menjalankan hal-hal yang biasa
seperti makan makanan yang haram. Dan ada juga yang masuk Islam karena
alasan ingin menikah.
P : Proses Pembinaan yang dilakukan bersama Bpk. Syarief Tanudjaja?
N : Awalnya saya mengucapkan syahadat, setelah itu diajarkan bagaimana cara
solat, diberi bekal seperti buku panduan solat, Al-Qur’an terjemah, sajadah, dan
sarung. Namun sebelum itu saya juga udah memiliki Al-Qur’an di handphone
saya. Saya coba membaca surat Al-Fatihah walaupun saya tidak tahu bagaimana
cara membaca namun saya mempelajari dengan cara mengahafal karena Al-
Fatihah juga dibaca saat solat.
P : Materi apa saja yang diberikan selain praktik sholat?
N : Sebelum saya syahadat saya pernah mengikuti pembinaan di rumah ketua
HBMI, hari kamis malam secara rutin namun terkadang ada halangan seperti
urusan kerja atau kondisi fisik tidak baik. Saya juga banyak mempelajari
pengkajian tentang teori-teori dalam Islam namun untuk praktik lebih kepada
permasalahan yang saya hadapi dalam keseharian. Namun hal utama kedua yang
diajarkan adalah mengenai tauhid dan mengenal Allah. Dan untuk syariat-syariat
serta aturan-aturan yang ada dalam Islam itu setelahnya namun hal tersebut saya
mencari tahu dengan sendirinya karena zaman yang sudah modern.
P : Sudah berapa lama mengikuti pembinaan?
N : Saya sudah mengikuti 6 pertemuan selama 2 bulan, namun di luar waktu
pembinaan saya juga melakukan konsultasi dengan Bpk. Syarief Tanudjaja
dengan mengajarkan apa yang menjadi pertanyaan dalam benak saya secara
pribadi.
P : Bagaimana proses pembinaan dengan pendekatan persuasif?
N : Saya selalu melakukan konsultasi dengan Bpk. Syarief Tanudjaja dan bapak
Andrew selaku pengurus HBMI dalam setiap permasalahan yang saya hadapi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dan Alhamdulillah, pengurus
meluangkan waktu di setiap kali saya butuh dan ada pertanyaan dalam benak saya.
Dan dari situlah saya merasa mendapatkan pencerahan dari apa yang saya alami.
Dapat dikatakan pula pengurus ini menjadi pendengar yang baik karena
memberikan solusi dalam setiap masalah yang di hadapi muallaf termasuk saya.
P : Apakah proses pembinaan yang dijalani sudah efektif?
N : Menurut saya belum efektif, namun hal tersebut terjadi datang dari pribadi
saya yang masih bekerja dan waktunya yang berbenturan. Namun karena saya
menyadari hal tersebut saya tidak berhenti untuk mencari tahu tentang apa yang
belum saya ketahui tentang Islam. Akan tetapi dalam proses pembinaan saya juga
banyak mendapatkan pembinaan secara rohani dalam aktivitas sehari-hari,
dakwah, Islam sekuler. Dan saya masih merasa kesulitan dalam mengatur waktu.
P : Apakah anda pernah mengikuti pembinaan lain selain dengan Bpk. HM.
Tanudjaja di HBMI?
N : Tidak pernah, namun saya hanya berusaha untuk membaca dan mencari tahu
sendiri lewat media yang ada seperti online juga cetak, karena pengurus pun
memberikan saya buku panduan tentang kehidupan Rasul, sejarah Islam, sejarah
para Nabi dan lain-lain. Adapun yang menjadi pertanyaan saya akan konsultasikan
kepada pengurus. Karena bisa dibilang saya belajar secara otodidak.
Peneliti : Bagaimana opini anda mengenai pembinaan yang di jalani selama
kurang lebih 2 bulan tersebut?
N : Sejujurnya masih kurang, namun pada intinya jika ada hal yang menjadi
pertanyaan dalam benak dan pikiran saya, akan saya konsultasikan. Karena
pembinaan selama ini yang berjalan tidak hanya berjalan satu arah namun ada
interaksi seperti dialog sehingga jawaban tersebut bisa langsung diketahui.
P : Bagaimana konsistensi anda dalam mengikuti pembinaan agar lebih efektif?
N : Saya akan usahakan untuk terus mengikuti pembinaan karena saya juga
merasa tepat dan cocok dengan cara penyampaian materi dan saya tidak kesulitan
dari bahasa-bahasa yang disampaikan tidak bersifat hactic atau bertele-tele dan
mudah dicerna. Karena ketika sudah nyaman buat apa ditinggalkan.
Jakarta, 11 November 2016
Penulis Nara sumber (Muallaf)
Yaumil Kurniati Satyan Cahyono Tai
3. Wawancara Kedua
Nama lengkap : Bapak Asikin Kosasih/Ko A King
Status : Muallaf
Tempat/Tanggal lahir : Serang, 10 Oktober 1950
Alamat : Jl. Sadar I No. 16 Rt. 009/004 Kel.
Petojo
Utara, Kec. Gambir, Jakarta Pusat
Profesi : Supir
Hari/Tanggal : Jum’at, 18 November 2016
Waktu : Pukul 19.42-20.18 WIB.
Peneliti : Bagaimana proses konversi agama yang bapak alami?
Nara sumber : Perjalanan konversi agama cukup panjang, namun awalnya
dikarenakan dulu saat di Petojo, disana ada masjid dan sering kali melihat muslim
sholat karena saya dulunya menganut agama Konguchu yang pergi ke kelenteng
yang menyembah patung bersama orang tua saya dan saya menganut agama
tersebut juga karena orang tua. Dari situlah saya mulai berpikir mengapa patung
yang harus disembah yang memang bila dikatakan menghadapnya ke langit
dengan tujuan kepada Allah menurut mereka. Saya masuk Islam sejak tahun 90an
namun sejak saat itu kurang lebih 5 tahun saya merasakan kegalauan. Sampai
akhirnya ketika saya hendak tidur saya seperti mendengar banyak suara-suara
mengaji padahal saya sedang seorang diri dan juga seruan untuk sholat. Setelah
kejadian itu, saya beranikan diri saya untuk pergi ke masjid untuk sholat akan
tetapi banyak yang bertanya-tanya mengapa orang cina ibadah di masjid, sampai
akhirnya saya menemui ustad dan mulai belajar gerakan-gerakan sholat dan mulai
menjalankan ibadah selayaknya muslim pada umumnya dengan sebenar-benarnya.
P : Sejak kapan bapak mengikuti pembinaan dan menjadi anggota kesekretariatan
HBMI?
N : Dulu saya bergabung lebih awal di PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia)
bersama ketua umum Bpk. HM Syarief Tanudjaja dan karena waktu itu banyak
sekali muallaf yang terbengkalai dan tidak ada yang menangani dari pihak
kementrian agama berinisiatif untuk membuat sebuah himpunan khusus untuk
menangani muallaf sampai akhirnya lahirlah HBMI.
P : Di HBMI itu bapak sebagai apa?
N : Awalnya saya mengikuti pembinaan sejak berdirinya HBMI, namun kesini-
kesini saya merangkap menjadi apa saja, kadang menjadi supir yang mengantar
muallaf, namun secara resmi saya tidak masuk struktur resmi pembinaan. sampai
saat ini pun ketika ada pembinaan saya masih rutin mengikuti, dan juga tahu betul
dari awal berdirinya HBMI sampai sekarang. Iya makanya, saya juga selama ini
ikut menangani muallaf-muallaf yang bermasalah contohnya seperti yang di
Bogor, namun walaupun sudah di HBMI, PITI masih tetap berjalan akan tetapi
ketuanya digantikan bukan Bpk. Syarief lagi.
P : Apakah ketika bapak berpindah agama terdapat konflik dari keluarga atau
kerabat?
N : Secara langsung sih tidak ada, namun memang saya yang lebih dulu memilih
untuk meninggalkan keluarga, jadi saya menjadi mandiri karena orang tua saya
juga tidak mempermasalahkan karena menganggap itu sudah menjadi keputusan
saya asalkan tidak mengganggu urusan mereka dan bisa menyelesaikan urusan
sendiri sehingga akhirnya saya ikut dengan Bpk. Syarief. Dan setelah saya
mengenal Islam juga asyik menurut saya dari cara beribadah dan lain-lain
sehingga menumbuhkan ruh dalam diri saya.
P : Penanganan bagi muallaf yang bermasalah seperti apa?
N: Sudah cukup baik menurut saya, dari mulai keluhan sampai dengan
perekonomian seperti memberikan uang Rp. 500.000,- namun yang saya
sayangkan para muallaf ini benar-benar tidak bisa mandiri sehingga di kemudian
hari muallaf itu mengeluh kembali dan minta bantuan kembali. Makanya saat ini
di buat program untuk muallaf dalam perekonomian dengan menggali keahlian
para muallaf dalam suatu bidang. Waktu itu ada sebelumnya orang Manado yang
tinggal di Cakung itu diberikan modal untuk usahanya dari mulai gorengan,
makanan dan lain-lain. Namun bisa diprediksi hanya bertahan setengah tahun
dikarenakan juga tidak adanya dukungan dari suaminya. Padahal dari mulai
modal, tempat usaha dan peralatannya namun sampai saat ini tidak ada hasil dan
keuntungannya dan anaknya juga kami kirim ke pesantren di daerah Bogor yang
memang dibebaskan biaya. Akan tetapi sekarang juga sudah tidak ada komunikasi
lagi.
P : Untuk muallaf yang sudah tidak ada komunikasi lagi dengan pihak HBMI, ada
kemungkinan kembali ke agama sebelumnya atau tidak pak?
N : Sejauh ini saya rasa tidak, karena sekalipun ada muallaf itu akan konfirmasi ke
pihak pengurus. Namun tidak hanya itu muallaf yang putus komunikasinya, ada
juga yang syahadat namun ia hanya memanfaatkan bantuan dari pihak HBMI saja
dan tidak ada komunikasi lagi, entah maju atau tidak usahanya juga tidak
diketahui. Dari pihak HBMI sudah coba untuk menghubungi kembali untuk
menanyakan kelanjutan dan hasil usahanya seperti apa namun nomor yang
digunakan sudah tidak lagi aktif. Dan herannya mereka tidak merasa bersalah
dengan menghilang seperti itu.
P : Pembinaan yang berlangsung sudah efektif atau belum?
N : Pembinaan sudah bagus, namun yang dipermasalahkan itu dana karena yang
saya tahu dana yang keluar dari kementrian itu baru tahun ini adanya untuk HBMI
akan tetapi laporannya harus ada transparansi, LPJ (Laporan
Pertanggungjawaban) dan anggarannya pun harus habis, karena jika tidak tahun
depan mungkin tidak akan dapat lagi. Jadi, kalau yang sebelum-sebelumnya itu
dari dana pribadi ketua umum, dan pada intinya penanganan mengenai muallaf,
itu seluruhnya muallafnya digratiskan.
Jakarta, 18 November 2016
Penulis Nara sumber (Muallaf)
Yaumil Kurniati Asikin Kosasih
4. Wawancara Ketiga
Nama lengkap : Saudara Herjuno
Status : Muallaf
Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 16 Maret 1989
Alamat : Jl. Genteng Ijo No. 77 Karet Pedurenan,
Setia Budi Jakarta Selatan.
Profesi : IT Perusahaan Asuransi
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 November 2016
Waktu : Pukul 21.00-21.45 WIB.
Peneliti : Bagaimana kronologi saudara masuk Islam?
Nara sumber : Sebenarnya sudah sejak lama dari SMA menganggap Tuhan itu
Cuma satu yaitu Allah, dulunya saya agama Khatolik dan saya beranggapan
bahwa Yesus itu bukan Tuhan tapi nabi biasa namun ketika SMA saya belum
sempet berpikir untuk pindah agama dan dijalani terus-menerus. Karena dulu di
Yogyakarta memliki masyarakat yang beragam agama seperti Islam, Khatolik dan
lain-lain. Namun ketika di Jakarta, agama itu benar-benar membuat
ketersinggungan satu sama lain. Saya sering berdiskusi dengan teman-teman yang
memang mayoritas Islam. saya sharing diberitahu tentang ini dan itu mengenai
Islam, disuruh membaca Al-Qur’an juga nonton film messanger dan dari situ saya
nambah yakin dan mulai kepikiran dengan orang tua dan keluarga karena memang
di keluarga saya agamanya bervariasi ada Islam, Khatolik dan Hindu. Awalnya
saya berpikir tidak masalah, akan tetapi ketika mencoba mengatakan kepada orang
tua responsnya kurang baik dan menentang dan menyuruh saya berpikir kembali,
namun saya tetap mengatakan bahwa saat ini apa yang sedang saya yakini hanya
Islam dan segala macam tentang Khatolik sudah tidak saya yakini kembali. Saya
punya teman yang bernama Faiz dan banyak hal yang saya bahas dan diantar ke
kediaman ketua umum HBMI yaitu Bpk. HM. Syarief Tanudjaja, saya mengira
bahwa hanya akan diskusi dan sekedar membahas tentang keislaman saja namun
saat itu saya langsung ditawarkan untuk syahadat. Dan tanpa memberitahu orang
tua saya megucapkan syahadat dan menjadi muslim, namun sebelum itu saya
sudah pernah mengatakannya kepada ibu saya, “bu, saya sudah mantap ingin
masuk Islam” ibu menjawab: “Yasudah jika memang sudah keputusanmu namun
nanti harus dijalani ketika menjadi muslim nanti, tapi apa ngga masuk Islam nanti
saja ketika almarhum bapak sudah tiga tahun?.” Dan saat itu saya memutuskan
untuk tidak mengatakannya terlebih dahulu karena khawatir akan keadaan ibu,
akhirnya saya berbohong sambil menunggu waktu 3 tahunnya kematian bapak,
kebetulan tahun ini hanya tinggal menunggu tanggal saya akan mengatakannya
kepada ibu saya namun saya tetap menjadi muslim di Jakarta, akan tetapi jika di
Yogyakarta saya bukan muslim.
P : Konflik apa saja yang dialami saat proses masuk Islam baik dari pihak
keluarga, kerabat dan lainnya?
N : Sebenarnya konflik yang terjadi hanya dengan ibu saja saat ini, karena baru
ibu saja yang tahu kalau saya hendak masuk Islam. dan mungkin ibu mengapa
saya seperti ini? Karena dahulu ibu seorang muslimah yang berpindah keyakinan
dan memeluk agama Kristen Khatolik. Namun itu tidak terlalu menjadi masalah,
karena yang namanya ibu pasti tidak akan tidak mendukung anaknya. Saat ini
yang saya khawatirkan adalah kaka saya, Karena kaka saya ini memiliki karakter
yang cukup keras dan dapat dipastikan nantinya akan menjadi seseorang yang
paling menentang saya, saat tahu saya masuk Islam dan untuk anggota keluarga
yang lain saya tidak begitu memperdulikan. Namun saya yakin pasti akan ada
kemudahan dibalik itu semua. Karena yang terpenting bagi saya, saya
mendapatkan restu dari ibu saya.
P : Gambarkan bagaimana proses pembinaan yang dilakukan oleh Bpk. HM.
Tanudjaja?
N : Pembinaan yang ada saat ini saya katakana pengajian, namun pengajian yang
dimaksud bukanlah pengajian yang sifatnya membaca Al-Qur’an karena
pengajian yang ada itu benar-benar mengkaji bagaimana menjadi muslim, muslim
itu seperti apa, dan kesannya memang lebih cenderung dalam bentuk motivasi
untuk menjadi seorang muslim yang benar dan bagi saya memang benar-benar
excited. Dari yang Khatolik seperti ini ke Islam yang menurut saya itu benar-benar
seru. Dari segi materi yang bagus dan penyampaiannya cocok dengan pemahaman
saya, penyampaiannya yang perlahan-lahan. Ada yang bentuknya presentasi,
misalnya 1 file ada 25 slide, namun yang dijelaskan hanya 1 sampai 3 slide karena
ada diskusi secara langsung antara pengurus dengan para muallaf dan penejelasan
secara detail juga pengurus menjawab semua pertanyaan dengan memuaskan,
masuk akal sehingga kami merasa memang sedang benar-benar dibimbing.
Karakter pengurusnya memang cocok untuk saya yang memang suka dengan
pribadi yang kalem dan tidak anarkis atau menggebu-gebu karena yang seperti itu
tidak cocok dengan saya.
P : Apakah selama pembinaan ada pendekatan secara persuasif terutama dalam
menyikapi prolematika ketika menjadi muslim?
N : Sebenarnya ada, namun karena karakter saya yang mungkin tidak terbuka saya
tidak melakukan konsultasi dengan pengurus akan tetapi saya konsultasi langsung
dengan rekan-rekan terdekat saya sesama muslim karena saya merasa lebih
nyaman dan rekan lebih tahu keseharian saya. Namun untuk ke pengurus saya
hanya bertanya tentang hal-hal yang sifatnya teori dan praktek namun tidak untuk
psikologis. Sebenarnya saya ingin bertanya, namun saya pikir bertanya ke rekan
itu sudah dapat menyelesaikan problematika tersebut. Akan tetapi sebaliknya
pengurus yang sering kali bertanya ke saya mengenai hal-hal yang sifatnya
psikologis. Namun saya rasa belum seharusnya saya benar-benar terbuka dan
memang belum ada yang harus saya konsultasikan secara psikologis.
P : Materi apa saja yang sudah disampaikan?
N : Materi ketauhidan, praktek sholat dan lain-lain. Namun Alhamdulillah selain
materi yang diajarkan dalam pembinaan, saya juga belajar mengetahui hal lainnya
sendiri adapun hal-hal yang tidak saya mengerti saya akan tanyakan langsung baik
ke pengurus atau ke rekan terdekat saya.
P : Sejak kapan saudara menjadi muslim?
N : Saya masuk Islam sejak tahun 2014, pada tanggal 08 Januari, meskipun sudah
2 tahun berlalu. Akan tetapi di awal-awal saya masuk Islam saya malas untuk
melakukan ini itu termasuk sholat dan saya merasanya naik turun semangat untuk
ibadahnya. Namun sejak setahum jadi muslim saya mensugestikan diri saya untuk
memulai beribadah dengan semestinya dan Alhamdulillah sekarang saya sudah
menjalankan sholat 5 waktu. Dan saya juga sudah mulai membaca Al-Qur’an
walaupun dengan bahasa Indonesia untuk mudah dipahami, jadi jika sudah
memahami saya dapat merealisasikannya dalam kehidupan. Dibandingkan
membaca menggunakan bahasa Arab namun tidak mengetahui arti dan makna dari
ayat-ayat tersebut intinya saya merasa lebih mudah seperti itu, karena jika nanti
saya sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan bahasa Arab saya sudah mengetahui
artinya.
P : Apa acuan saudara sebagai muallaf untuk terus menjalankan aturan Islam?
N : Hanya satu sebenarnya yang saya mantapkan dalam diri saya lewat
pembicaraan rekan saya. “dijauhi teman biasa, dijauhi orang, akan tetapi jika
dijauhi Allah itu sangat menyeramkan dan menakutkan”. Dari situ saya selalu
berpikir bagaimana cara saya agar selalu dicintai Allah dan tidak jauh dengan
Allah. Dasarnya itu, selebihnya dikembangkan sendiri, sholat juga masih bolong-
bolong dan saya memaksakan diri saya agar rajin menjalankannya karena semakin
kesini ketika tidak sholat seperti ada yang kurang. Dan saat ini ngajinya aja yang
belum.
P : Namun bagaimana dengan pengajian yang ada dalam pembinaan?
N : Saya ingin mengikutinya namun ada saja ditemukan godaanya entah ini dan
itu, dan mungkin nanti sebelum saya menikah.
P : Apakah ada keinginan saudara untuk kembali lagi ke agama sebelumnya?
N : Tidak ada, karena saya memang sejak SMA tadi, saya berpikir Khatolik itu
aneh dan sulit untuk dicerna dan setiap pertanyaan jawabannya tidak logis. Dulu
pernah saya Tanya room, mengapa Tuhan itu ada 3? Lalu jawabannya ya tidak
masalah Tuhan itu 3-4. Mulai dari situ saya pikir ya sudahlah dijalani dulu
Khatoliknya sampai nanti benar-benar dapat hidayah. Dan ketika masuk Islam
saya merasa lebih tenang dan sekarang melihat gereja dan teman-teman saya yang
ke gereja itu biasa saja dan tidak masalah karena memang saya sudah tidak
berkeinginan lagi memeluk khatolik.
P : Bagaimana hidayah yang saudara dapatkan? Gambarkan!
N : Saya hanya berpikir keanehan, kenapa ada Yesus, Roh Kudus dan Allah.
Kenapa tidak hanya 1 yaitu Allah?. Sebenarnya hidayah menurut saya tidak
berbentuk bisikan atau penerangan-penerangan akan tetapi hidayah itu ada
dimana-mana tergantung dari pribadi masing-masing ingin meraih hal tersebut
atau tidak. Misalnya dulu ketika Khatolik, melihat ibadanya orang Islam dengan
sholat 5 waktu itu mengapa? Untuk sering bertemu dengan Tuhannya, menurut
saya benar seperti itu. Dan buat saya hidayah itu ada setiap hari yang penting
bagaimana kita merasakannya, kita melakukan apa saja itu karena Allah. Karena
terkadang yang Islam saja bisa menjadi kafir dan yang kafir juga bisa menjadi
Islam.
P : Bagaimana peran pengurus dalam meneguhkan keyakinan saudara tentang
Islam?
N : Sebenarnya meneguhkan keyakinan itu bagaimana pribadi masing-masing
meyakinkan diri mereka, menerima atau tidak Islam seperti apa. Namun untuk
saya pribadi saya memang mudah menerima. Islam itu mengajarkan ini, Nabi
Muhammad mengajarkan ini, dan Allah ingin hamba-Nya seperti ini.
Alhamdulillahnya saya mudah menerima hal itu, dan untuk peran pengurus saya
rasa memiliki bekal ilmu tentang Islam dan ketika saya atau muallaf lainnya
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengurus dapat menjawab dengan jelas,
mudah dicerna dan tidak bertele-tele.
P : Sudah berapa lama saudara mengikuti pembinaan?
N : Saya mengikuti pembinaan hampir 2 tahun, namun saya absen selama kurang
lebih setengah tahun, soalnya waktu itu jika saya berkunjung ke tempat
pembinaan saya dengan rekan saya yang sering diskusi keagamaan dengan saya
dia pindah dan bisa lagi menemani saya mengikuti pembinaan dan saat itu juga
saya pindah kerjaan dan mulai dari situ saya juga disibukkan dengan pekerjaan
saya (lembur) yaudah mulai tidak datang lagi ke pembinaan. Dan sejak lebaran
saya mulai lagi berkunjung, silaturahmi dan mengikuti pembinaan kembali secara
rutin sampai sekarang jika tidak ada lembur. Soalnya menangkap ilmu baru itu
seru menurut saya.
P : Pembagian materi yang diajarkan sama rata atau dibedakan bagi muallaf yang
baru dengan yang lama?
N : Materi yang diajarkan sama rata, karena setiap materi yang diajarkan itu selalu
ada evaluasi disetiap pertemuan. Jadi sambil membahas materi baru ada pula
ulasan materi yang lalu. Dan sisanya itu bisa langsung ditanyakan secara langsung
kepada pengurus.
P : Sebenarnya apakah ada faktor lain yang menyebabkan konversi agama pada
diri saudara?
N : Sebenarnya ada, teman di lingkungan sekitar. Sejak saya SD, SMP, SMA,
kuliah bahkan sampai sekarang kerja itu mayoritas saya berteman dengan Islam.
dan untuk teman Khatolik sendiri itu hanya sekedar canda tawa, pergi kesana
kesini akan tetapi berbeda dengan keakraban pertemanan saya dengan yang Islam.
dari situ saya mulai berpikir apa memang saya harus memilih Islam?. Dan dulu
saya pernah berpacaran dengan perempuan Khatolik dan tiba-tiba saja saya putus
dan bertemu dengan perempuan muslim dan dia menanyakan banyak hal
mengenai Khatolik, saya merasa heran dengan hal itu. Padahal yang pikir Islam
memang sudah agama yang benar, sejak saat itu dia mulai sering kali sharing
mengenai Islam, mengajarkan saya ini dan itu, termasuk mengajarkan mengaji
iqra. Dan lama kelamaan dia bertanya, mau dilanjutkan atau tidak? Otomatis saya
harus berpindah ke Islam jika ingin melanjutkan dan serius dengan perempuan itu,
akhirnya saya diskusi lagi dengan rekan terdekat saya. Dan dia menawarkan saya
untuk ikut ke HBMI untuk sekedar sharing. Karena jujur saat itu saya merasa
tidak memiliki agama, saya tidak ke gereja dan saya juga tidak masuk Islam.
akhirnya ketika saya dipertemukan dengan Bpk. Syarief Tanudjaja saya masuk
Islam seminggu setelah dipertemukan di awal. Saya melihat banyak kejanggalan
yang ada pada diri perempuan itu, akhirnya saya berdo’a kepada Allah, jika
memang ia jodoh saya, dekatkan saya dengannya. Namun jika tidak jodoh beri
saya pertanda, sampai akhirnya saya putus dengan perempuan itu namun saya
tidak pernah merasa menyesal sedikitpun masuk Islam dan akan menjadi muslim
semestinya. Karena pada hakikatnya saya masuk Islam karena diri saya juga yang
menginginkan bukan karena perempuan itu saja. Saya merasa bahwa Allah itu
mmberikan petunjuk kepada saya mana yang baik dan mana yang tidak. Jadi saya
tetap bersyukur walaupun sekarang masih sendiri saya merasa lebih tenang
dibandingkan dengan dahulu punya pacar tapi galau. Dan hal-hal itu akan saya
jadikan pengalaman. Akan tetapi ada satu hal lagi yang perlu diingatkan saya
masuk Islam bukan karena perempuan yang dulunya menjadi pacar saya, karena
saya ingin menghilangkan image itu karena yang sebenarnya saya masuk Islam
karena Allah.
Jakarta, 22 November 2016
Penulis Nara sumber (Muallaf)
Yaumil Kurniati Herjuno
2. Wawancara kedua
Nama lengkap : H.M. Syarif Tanudjaja, SH./Tan Lip
Siang.
Status : Pengurus/Ketua Umum HBMI
Tempat/tanggal lahir : Cianjur, 20 Maret 1950
Alamat : Jl. Tegalan I A/15 Jakarta Timur 13140
Profesi : Notaris dan pejabat pembuat akta tanah
Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Oktober 2016
Waktu : Pukul 13.45-14.30 WIB.
Peneliti : Bagaimana sejarah berdirinya HBMI?
Nara sumber : HBMI ini seperti asosiasi karena dinamakan himpunan jadi tidak
seperti ormas perorangan, jadi perlu diketahui juga dengan fasilitas dari
Kementrian Agama intinya adalah Kementrian Agama mendapat kesulitan
menghubungin lembaga pembinaan muallaf sehingga pada bulan November 2013
itu diadakan suatu konsultasi pembinaan muallaf dan pada saat itu ada Karim Oey,
PITI, Daaruttauhid Muslimah, dewan dakwah, Muhammadiyah, Nahdhotul Ulama
dan lain-lain. Setelah itu disepakati HBMI ini dijadikan asosiasi konsultasi para
muallaf atau jika ada muallaf nyasar dan kesulitan mencari lembaga pembinaan
muallaf akan direkomendasikan ke HBMI. Dan untuk pembinaan itu sendiri
dilakukan terpisah antara HBMI Pusat dengan HBMI Jakarta Barat namun untuk
pembinaan itu tidak dikhususkan hanya mengaji namun ada pembinaan yang
berbentuk kepedulian seperti ada muallaf di Mangga Dua, Bogor dan lain-lain,
kami melihat apa yang dibutuhkan muallaf kami santuni. Dan untuk pembinaan
khususnya itu diadakan hari minggu secara keseluruhan di kantor HBMI Pusat di
Pulo Nangka, namun ditemukan beberapa kesulitan karena adanya kegiatan lain di
himpunan yang tujuannya sama. Jadi tidak terlalu diprioritaskan dan belum
berjalan secara optimal. Dan faktor lain pendanaan yang terbatas dari Kementrian
Agama, baru tahun saja dananya turun dan itu hanya dipakai untuk operasionl
kantor. Namun jika ada muallaf yang membutuhkan bantuan akan kami salurkan.
Kami juga menanyakan kendala-kendala yang dihadapi saat menjadi muallaf, dan
untuk pembinaan itu sendiri yang masih berjalan secara rutinitas itu setiap malam
jum’at di kediaman pribadi saya langsung akan tetapi pembinaan yang
berlangsung memiliki kurikulum mengenai tauhid, sholat dan lain-lain. Selama
minimal 8 kali pertemuan.
P : Hal yang pertama kali diajarkan dalam pembinaan?
N : Ketika saya menjadi muallaf, jujur saja memang yang dibutuhkan pertama kali
adalah awaluddin ma’rifatullah, bagaimana cara mengenal Allah. Misalnya ada
waktu itu, muallaf yang ingin menikah dengan keluarga muallaf juga dan ia belum
berhijab, jika memang belum mengenal Allah banyak alasan yang ditemukan saat
dianjurkan menggunakan hijab. Alasannya entah panas atau mencari pekerjaan
susah. Akan tetapi jika pada dasarnya sudah mengenal Allah, yang memberikan
rezeki itu Allah tidak akan beralasan macam-macam. Maka dari itu, kami
menyadari sebagai muslim apa saja yang dibutuhkan, apa saja yang harus
dikerjakan, kami seperti ini bukan karena lebih pintar atau apa, hanya
mengingatkan sesama bahwa Islam itu luas dan banyak hal yang harus dikerjakan.
Terutama untuk muallaf yang memang pacarannya sudah agak lama, itu kami
sarankan agar cepat-cepat untuk menikah. Karena jaman sekarang itu kan banyak
yang ketika naik motor pegangan padahal dia Islam.
P : Seberapa lama durasi waktu bagi muallaf dalam mengikuti pembinaan?
N : Maksimal delapan kali pertemuan, itu pun jika muallafnya rutin mengikuti
pembinaan. karena kami juga melihat kebanyakan muallaf yang ada di himpunan
kami mayoritas sudah berkeluarga dan bekerja, jadi kami sengaja mengadakan
pembinaan setelah isya pukul 19.00 sampai selesai, tidak bermasalah dengan
keluarga jika kemalaman atau yang tinggal di kost.
P : Bagaimana komunikasi yang dibangun dalam pembinaan? apakah dilakukan
komunikasi secara persuasif?
N : Komunikasi yang dilakukan lebih sering dengan komunikasi secara individu
dalam bentuk persuasif, karena pembinaan yang dilakukan dengan media online
seperti Muallaf Center Indonesia, Muallaf Tionghoa Indonesia dan lain-lain,
menurut saya kurang efektif dan menemukan banyak masalah, jika saya selaku
pengurus menemukan kasus di kalangan muallaf saya akan mengadakan
pendekatan secara individual. Saya juga dalam hal ini terjun langsung ke
lapangan.
P : Gambaran proses komunikasi dengan pendekatan persuasif yang dilakukan?
N : Menanyakan permasalahan, membekali dengan ilmu terutama dalam aqidah.
Ketika saya masuk Islam juga seperti itu, dua tahun baru mengetahui, karnea jika
sudah ketahuan, maka harus berkata jujur. Istri saya juga menyusul masuk Islam
setelah itu, dan dari pihak keluarga tidak ada yang mengetahuinya sama sekali
misalnya diajak sarapan pagi padahal sedang berpuasa dengan segala alasan
menolak untuk sarapan, menemukan perlengkapan solat di rumah seperti peci,
sajadah dan Al-Qur’an saat itu. Namun pada akhirnya jika sudah diketahui harus
diberitahu yang sebenarnya dan pada saat masuk Islam secara diam-diam tersebut
harus diiringi dengan do’a agar ketika orang tua mengetahui bisa menerima.
Karena sesungguhnya bagi Allah segala sesuatu itu sangatlah mudah. Maka, itu
ujian sebenarnya bagi muallaf sejauh mana keimanan dan ketaatan muallaf itu
sendiri dan tidak diperkenankan untuk arogan. Di keadaan tersebut, kami selaku
pengurus serta memberikan solusi dalam masalah yang dihadapi. Misalnya
mempunyai masalah dengan keluarga yang tidak setuju karena masuk Islam, saya
sarankan agar tidak menyampaikan terlebih dahulu ke keluarga, atau jika ada yang
ingin menikah namun butuh persetujuan serta kehadiran orang tua itu pihak
pengurus yang menjadi jembatan agar kedua belah pihak dengan keluarga
mengetahui dan hadir serta menerima keadaan yang ada. Maka, dari situ pengurus
juga berpesan kepada muslim yang menjadi keluarganya maupun lingkungan
sekitarnya juga ikut berperan membina tauhidnya atau akhlaknya. Seperti
mengajarkan solat, dari mulai gerakan, bacaan solat, dan waktu-waktu
melaksanakannya itu dibina secara pelan-pelan dan tidak dengan unsur paksaan
karena masuk Islam bukanlah sebuah paksaan. Akan tetapi kami melihat kembali
apa latar belakang muallaf tersebut masuk Islam, karena biasanya yang ingin
menikah harus dibina secara lebih intensif dari mulai sebelum menikah, menikah
dan sudah menikah. Maka, nantinya tidak hanya muallafnya saja yang rutin
mengikuti pembinaan namun dari pihak keluarga juga harus menyaksikan
bagaimana pembinaannya, kondisinya seperti apa dan sampai mana
pengetahuannya tersebut agar dapat mengetahui sampai mana kualitas muallaf itu
sendiri, saling menerima agar tidak menjadi masalah nantinya. Karena ada
muallaf yang menikah dengan muslim, dan si muslim ini ketika sudah menikah
tidak diperbolehkan bertemu dengan keluarganya lagi, artinya dia sudah tidak lagi
dianggap keluarga. Jadi, kami disitu berperan sebagai lembaga, asosiasi
konsultasi, keluarga atau teman bagi para muallaf yang memiliki masalah. Nanti
niatnya juga kami akan mengundang kembali muallaf-muallaf yang sudah lama
kami bina namun sudah tidak aktif lagi.
P : Komunikasi yang dilakukan dalam penanganan muallaf yang bermasalah di
keluarga atau lainnya?
N : Kembali kepada permasalahannya seperti apa, jika menanggapi muallaf yang
bermasalah di keluarga sampai dikeluarkan dari anggota keluarga atau tidak
punya tempat tinggal, itu rencananya kami selaku pengurus akan mengadakan
wadah khusus untuk muallaf ke depannya sebagai program jangka memengah
agar penanganan bisa lebih baik serta pembinaan yang dilakukan juga lebih
optimal. Namun tidak mudah untuk mewujudkan itu semua karena bermasalah
juga dengan muallaf yang memang tidak memiliki identitas, tidak punya
pekerjaan, tidak punya kemampuan dan ada pula yang hanya ingin instan. Dan hal
itu hanya untuk perorangan, namun bagaimana dengan yang berkeluarga tetapi
karakternya sama. Pada akhirnya tetap kami mencarikan tempat tinggal, modal
untuk usaha namun tidak adanya dukungan dari individ
P : Seperti apa hambatan pembinaan?
N : Jika hendak melakukan kebaikan, pasti saja menemukan ujian dan hambatan.
Terutama dalam menjalankan pembinaan secara rutinitas, ada saja muallaf yang
mendapat hambatan seperti sakit, ada urusan mendadak, acara dan lain-lain. Dan
ada juga muallaf yang tidak mengikuti pembinaan sampai tuntas sehingga dia
kembali ke agama sebelumnya, mungkin karena ada beberapa faktor lain juga
seperti dorongan dari keluarga, motivasi tersendiri, serta keyakinan yang ia yakini
selama mempelajari Islam itu masih kurang sehingga ia masih meyakini bahwa u
keluarganya sehingga merugikan pihak pengurus. Makanya saya juga selalu
menasihati serta mengingatkan kepada muallaf, untuk terus berdo’a dan meminta
kepada Allah sebuah kemudahan, terutama kemudahan dalam mengikuti
pembinaan ini, karena setiap kami akan melakukan kebaikan pasti banyak
ditemukan tantangan. Seperti orang yang mau menikah, ketika sudah menikah
saat susah bersama-sama, saat senang dia masing-masing itu kan sudah diluar dari
hakikatnya yang sebenarnya, karena seharusnya semua dilakukan sama-sama
sebagai pasangan suami istri, kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena ngajinya
beda-beda dan tidak satu pemahaman. Ada juga yang ketika suaminya mulai sibuk
bekerja dan usahanya maju, istrinya selalu bersamanya tetapi ketika suaminya
sudah tidak lagi maju bisnisnya istrinya mengajukan cerai. Hal itu sudah tidak
benar menurut saya. Ada lagi yang menyalahgunakan ayat dalam berpoligami
yang padahal dia sudah selingkuh terlebih dahulu dengan pegawainya, itu saya
katakana tidak benar karena dalam Islam poligami itu ada syarat dan prosesnya.
Maka, disini dalam pembinaan kami bina muallaf untuk terus mengenal Allah dan
meyakini segala sesuatu yang dijalani, diberikan itu semuanya kehendak Allah
termasuk rezeki.
P : Materi apa saja yang disampaikan, apakah sudah berbentuk kurikulum atau
hanya menyesuaikan kebutuhan muallaf?
N : Sudah berbentuk kurikulum, seperti aqidah mu’min dan sub babnya, sholat
menjadikan pribadi agung dan sub bab lainnya, awaludin ma’rifatullah, solat dan
prakteknya dan lain-lain.
P : Bagaimana dengan penyampaian materi kepada muallaf yang tidak mengikuti
pembinaan secara rutin?
N : Kami menyesuaikan kembali dengan situasi muallaf sebenarnya, karena
memang sebelum dimulai kembali dengan pembahasan yang baru itu kami adakan
pengulangan materi sebab pembinaan itu tidak harus secara langsung banyak
materi yang disampaikan, lebih baik satu materi kami kaji akan tetapi pemahaman
yang didapatkan muallaf sesuai dengan diharapkan. Walaupun materi yang
disampaikan sama belum tentu dengan pemahaman yang sama pula. Karena
materi itu tidak perlu banyak yang terpenting pemahamannya karena setiap kajian
pembahasannya berbeda tentunya pehamannya berbeda terutama ketika kajiannya
diulang belum tentu yang didapatkan masih sama seperti sebelumnya. Karena
ilmu juga jika tidak diasah kembali akan lupa.
P : Apakah ada muallaf di HBMI yang kembali ke agama sebelumnya?
N : Ada satu, akan tetapi itu sudah lama sekali. Karena sifat kertebukaannya
kepada saya, ia mengatakan kepada saya. Awalnya ia ingin menikah dengan
muslimah, ketika ia ingin merasakan ruhnya bagaimana sholat akhirnya ia
syahadat, belajar sholat dan lumayan rajin dalam mengikuti pembinaan. Namun
saya tidak tahu ketika ia sudah jarang mengikuti pembinaan, mungkin karena
faktor dorongan keluarga juga yang akhirnya ia tidak lagi rutin. Dan di kemudian
hari ia mengatakan kepada saya “Semua yang diajarkan dalam pembinaan, entah
tentang aqidah, syariah dan lain-lain itu tidak ada yang diragukan kebenarannya
namun saat ini yang saya yakini adalah bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan ia juga
masih berkonsultasi dengan pendeta”, maka saya sarankan kepada calon
pendamping perempuan ini yang muslimah untuk tidak melanjutkan hubungan.
Karena harus melihat kedepannya seperti apa jika keyakinan yang ada pada diri
calon yang labil seperti itu dikhawatirkan akan terjadi masalah nantinya. Dan satu
lagi muallaf yang tidak mengikuti pembinaan secara tuntas, karena faktor keluarga
yang tidak mendukung, namun sebenernya jika tuntas tidak mungkin akan
kembali lagi ke agama sebelumnya. Akan tetapi kembali lagi kepada keyakinan
pribadi si muallaf ini. Maka, dari kami tidak hanya mengajarkan bagaimana pintar
ngaji harus tahu artinya dan maknanya sehingga dapat menyelesaikan
problematika dalam kehidupannya.
P : Apa yang dilakukan pengurus dalam mengingatkan muallaf untuk mengikuti
pembinaan?
N : Saling koordinasi sesame baik pengurus maupun muallaf, akan tetapi selama
ini memang kami kekeurangan SDM (Sumber Daya Manusia). Setidaknya ada
perwakilan-perwakilan Islam yang bisa diandalkan di lingkungannya, karena kan
kalau di agama Khatolik memiliki pembagian wilayah-wilayah. Jadi, di
lingkungan juga kita harus kembali mengingatkan agar muallaf dapat diperhatikan
dan dibimbing. Karena ada kasus jika meninggal, diketahui namun keluarga tidak
menerima ia akan dimakamkan di agama sebelumnya, ada juga yang tidak
diketahui tau-tau meninggal diperlakukan yang sama. Namun untuk pembinaan
kembali kepada konsistensi muallaf itu sendiri menyikapi pembinaan, jika ia
butuh pasti ia akan mengikutinya secara rutin. Dan biasanya materi yang
disampaikan itu dengan dialog jadi apa yang dibutuhkan, karena jika kebanyakan
dengan metode ceramah termasuk dari apa-apa yang tidak dibutuhkan juga
disampaikan.
P : Bagaimana mengetahui seseorang yang akan mengalami konversi agama?
N : Hal yang pertama kita harus mendeteksi bagaimana identitasnya, agama yang
ia yakini saat ini sudah memiliki buah keimanan dalam dirinya atau belum. Kalau
agama yang ia yakini sudah menjadi identitas dalam dirinya lebih baik tinggalkan,
jika memang misalnya pasangan. “Cinta tidak harus memiliki” soalnya percuma,
katakanlah jika ia mau, itu juga tidak ikhlas, karena memang ia sudah beriman
kepada Yesus itu sudah sulit, mau dibongkar seperti apa. Kita sebagai muslim
mengatakan Yesus bukan Tuhan yang memang dalam Islam itu tidak ada tuhan
yang seperti nabi, tetapi bagi mereka berbeda. Nabi atau Tuhan mereka yang
memberikan mukjizat bagi mereka termasuk pendeta. Jika kondisinya seperti itu,
lebih baik tinggalkan, cari lagi yang lain. Dan kita harus hati-hati, karena
dinilainya dari ucapannya dan sikapnya. Karena ada muslimah yang konyol
menerima calon suami hanya dengan ia bersyahadat dan akhirnya ketika berumah
tangga suaminya ke gereja lagi dan muslimah ini juga membiarkannya. Dan mau
tidak mau jika sudah seperti itu harus bercerai. Karena ditakutkan muslimah ini
akan diajak ke agama yang ia yakini. Maka dari itu, jika ingin selamat lebih baik
tinggalkan. Karena jika di agama Khatolik dikatakan, barang siapa yang percaya
dan jadi pengikut-Ku maka ia akan selamat. Jika di dalam Islam jaminan
keselamatannya apa? Jika nabi Muhammad saja di do’akan?. Islam itu asal
katanya adalah selamat. Barang siapa yang menjadi Islam dengan mengikuti dan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka ia akan selamat dan
jaminannya surga. Maka ada memang ditemukan jika muslim yang tidak kuat
agamanya dan memahami agamanya tidak selesai itu bisa saja masuk Kristen dan
menjadi fanatik. Sebenarnya membina muallaf itu susah-susah gampang.
Tantangan yang pertama diri pribadi dan yang kedua lingkungan. Dan prosesnya
berbeda-beda adanya yang kebingungan mengapa Kristen itu ada Khatolik ada
juga Protestan padahal kelebihannya hanya ada dalam kitab sucinya saja. Namun
ketika saya dulu saya sering kali melihat orang-orang Islam beribadah dan
melaksanakan sholat yang membuat saya berpikir, saya juga bertanya-tanya
mengapa banyak orang yang berbuat baik kepada saya. Islam itu sangat mudah
dan tidak ada yang negatif, maaf jika di agama lain ada yang lumpuh misalnya,
dia pergi ke suatu tempat lalu sembuh, namun jika dalam Islam ia lumpuh ia
berdoa walaupun tidak sembuh namun keimanannya yang bertambah itu dapat
dikatakan luar biasa. Dikembalikan kepada muallaf itu sendiri dengan terus
berdo’a kepada Tuhan yang diyakininya saat itu, minta petunjuk agar dapat
hidayah. Karena hidayah itu datang kepada siap saja atas kehendak Allah.
Jakarta, 14 Oktober 2016
Penulis Nara sumber (Pengurus)
Yaumil Kurniati HM. Syarief Tanudjaja,
A. LAMPIRAN DOKUMENTASI
1. Biodata Pengurus Himpunan Bina Muallaf Indonesia
a. Ketua HBMI wilayah Jakarta Barat
b. Wakil Ketua HBMI wilayah Jakarta Barat
c. Sekretaris I HBMI wilayah Jakarta Barat
d. Bendahara I HBMI wilayah Jakarta Barat
e. Bendahara II HBMI wilayah Jakarta Barat
2. Sertifikat Muallaf Himpunan Bina Muallaf Indonesia
3. Pemberian Al-Qur’an kepada muallaf setelah syahadat
4. Kegiatan Halal Bihalal pengurus dengan muallaf
5. Foto bersama dengan Pengurus dan Muallaf saat pembinaan
6. Pengurus dan muallaf saat pembinaan berlangsung