dakwah persuasif

22
MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah study islam III Dakwah Persuasif Oleh : Kelompok 4 1.Devita Sari 2. Gita Aprilonia 3. Ilhanda Putri 4. M. Ridho Akbar 5.Nadya Rahmi 6. Yumelda Irawan Kelas : II A S1 Keperawatan Dosen Pakar : Yosi Aryanti M.Ag STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

Upload: gita-aprilonia

Post on 14-Nov-2015

157 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

STUDI ISLAM

TRANSCRIPT

MAKALAHDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah study islam III Dakwah Persuasif

Oleh :Kelompok 41. Devita Sari

2. Gita Aprilonia

3. Ilhanda Putri

4. M. Ridho Akbar

5. Nadya Rahmi

6. Yumelda IrawanKelas : II A S1 Keperawatan

Dosen Pakar : Yosi Aryanti M.AgSTIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

TA : 2014/2015Kata PengantarSyukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Dakwah Persuasif. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Study Islam III.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama kepada dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.

Bukittinggi, 12 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I : PENDAHULUAAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Rumusan Masalah

1C. Tujuan

1BAB II : PEMBAHASAN

2A. Definisi Dakwah Persuasif

2

B. Peluang Keberhassilan Dakwah

3

C. Unsur-unsur Pembentuk Dakwah Persuasif

3D. Dai sebagai Pemimpin

9

BAB III : PENUTUP

10A. Kesimpulan

10

B. Saran

10DAFTAR PUSTAKABAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dakwah merupakan fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat, bahkan kegiatan dakwah itu dilaksanakan bukan hanya di tempat konvensional seperti, majlis talim, masjid maupun pesantren namun banyak juga kegiatan berdakwah dilakukan di hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Aktifitas dakwah merupakan proses komunikasi penyampaian ajaran islam.

Aktifitas dakwah merupakan salah satu strategi untuk membentuk perubahan kepada masyarakat ke arah yang lebih baik, dan sebagai proses membentuk masyarakat yang islami, dan proses dakwah haruslah berpedoman pada Al-quran dan Al-hadist. Agar pesan dakwah itu bisa diterima oleh para madu maka perlu menggunakan metode ataupun cara berkomunikasi dalam melakukan dakwah, salah satunya yaitu dengan cara komunikasi persuasif. Dan kesempatan kali ini kami akan membahas tentang dakwah dengan menggunakan komunikasi persuasif.

B. Rumusan Masalah1. Apa itu defenisi dakwah persuasif ?

2. Bagaimana peluang keberhasilan dakwah persuasif ?

3. Apa saja unsur pembnetuk dakwah persuasif ?

4. Apa saja Materi dakwah persuasif ?

5. Apa maksud dakwah sebagai pemimpin ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi dakwah persuasif2. Untuk mengetahui peluang keberhasilan dakwah persuasif3. Untuk mengetahui unsur pembnetuk dakwah persuasif4. Untuk mengetahui Materi dakwah persuasif5. Untuk mengetahui bagaimana dakwah se

BAB II

PEMBAHASANA.Definisi Dakwah PersuasifDakwah merupakan bahasa Arab, berasal dari katadawahyang bersumber pada kata (daa, yadu, dawatan) yang bermakna seruan, panggilan, undangan atau doa. Selain itu dakwah memiliki pengertian upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia menuju Allah SWT.[1]Perluasan berikutnya dari pemaknaan dakwah adalah aktivitas yang berorientasi pada pengembangan masyarakat muslim, antara lain dalam bentuk peningkatan kesejahteraan sosial.[2]Usaha untuk mempengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun tingkah laku seseorang dapat ditempuh dengan cara:Koersif, yaitu dengan cara paksaan bahkan disertai dengan terror yang dapat menekan batin. Contohnya yaitu adanya penolakan ketidaksetujuan FPI yang kerapkali kita tahu beritanya di media-media dengan cara mereka yang memberontak bahkan anarkis.Persuasif, yaitu tanpa adanya paksaan dengan mempengaruhi jiwa seseorang sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan menerima suatu tindakan.[3]Persuasif berasal dari istilah bahasa Inggris persuation. Persuation dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya. Baik koersif ataupun persuasif keduanya bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara penyampaiannya.[4]Contohnya yaitu dakwah yang disampaikan oleh Ust. Maulana yang dapat menggugah pikiran madu.Sehingga dapat dikatakanDakwah Persuasifadalah proses kegiatan yang mempengaruhi jiwa seseorang (madu) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk mengikuti ajakan pendakwah (dai) dengan cara halus atau tanpa paksaan.Tanpa kita sadari dakwah berada di kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu dalam situasi dan kondisi yang tengah ada dalam masyarakat hendaknya dapat menerapkan metode dakwah manakah yang paling pas untuk digunakan. Dakwah persuasif harus dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian. Dakwah harus tetap dilakukan sekalipun dihadapkan dengan orang yang kemungkinannya sangat kecil untuk berubah.B. Peluang Keberhasilan Dakwah

Keberhasilan suatu dakwah dimungkinkan oleh berbagai hal :

1. Kemungkinan pertama karena pesan dakwah disampaikan oleh dai memang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang merupakan satu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

2. Kemungkinan kedua karena faktor pesona dai, yakni dai tersebut memiliki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwahnya sederhana.

3. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi .Masyarakat yang sedang haus siraman rohani, dan mereka terlanjur memiliki persepsi ositif kepada setiap daI, sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran ynag jelas

4. Kemungkinan keempat adalah karena kemasan yang menarik. Masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap daI setelah meliaht paket dakwah yang diberi kemasan lain (missal kesenian, stimulasi atau dalam program-program pengembangan masyarakat) maka paket dakwah itu berhasil menjadi stimuli yang mengelitik persepsi masyarakat dan akhirnya mereka pun merespon secara positif.

C.Unsur-Unsur DakwahKondisi psikologis mad'u yang berbeda-beda menyebabkan tingkat pendekatan persuasif dalam berdakwah juga berbeda-beda. Namun untuk mencapai dakwah yang persuasif jelas ada unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur yang menyebabkan suatu dakwah itu persuasif atau tidak ialah:[5]1. Pribadi DaiSosok Dai yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah kering jika digali dari pribadi Rasulullah sendiri. Ketinggian pribadi Rasul dapat dilihat pada pernyataan Al-Quran. Pengakuan Rasul sendiri dan kesaksian para sahabat yang mendampinginya.Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir, dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab/33:21)Di mata sahabatnya, Rasul SAW adalah guru, teman, orangtua, dan pemimpin, satu gabungan peran yang sangat ideal bagi seorang Dai. sehingga Beliau layak disebut sebagai Dai agung.Sesuai dengan teori Gestalt, seseorang itu dipersepsi sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu, jika kepribadian seorang Dai sudah dipandang tinggi oleh masyarakat madu, maka pesan dakwahnya juga dianggap sebagai bagian dari struktur kepribadiannya. Untuk membuat suatu dakwah itu persuasive, pertama-tama seorang Dai harus memiliki kriteria-kriteria yang dipandang posistif oleh masyarakat. Kriteria-kriteria itu antara lain :a.Memiliki Kualifikasi Akademis Tentang IslamDalam hal ini seorang Dai sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan tentang Al-Quran dan Al-Hadis, bahwa Al-Quran mempunyai fungsi sebagai petunjuk hidup, nasihat bagi yang membutuhkan (mauidzah) dan pelajaran yang oleh karena itu, selalu menjadi rujukan dalam menghadapi segala macam persoalan. Cirri seorang Dai yang berilmu antara lain, ia tidak berani mengatakan apa yang tidak dikuasainya dengan menggunakan term-term yang digunakan oleh ahlinya.b.Memiliki Konsistensi antar Amal dan IlmunyaSeorang Dai sekurang-kurangnya harus mengamalkan apa yang ia serukan kepada orang lain. Perbuatan seorang Dai tidak boleh melecehkan kata-katanya sendiri, apa yang ia demonstrasikan kepada masyarakat haruslah apa yang memang menjadi keyakinan batinnya, sebab inkonsistensi antara kedua hal tersebut akan membuat seruan dakwahnya tidak berbobot dan tidak berwibawa di depan masyarakat.c.Santun dan Lapang DadaSifat santun dan lapang dada yang memiliki seseorang merupakan indicator dari ketulusan ilmunya dan secara khusus kemampuannya mengendalikan akalnya (ilmunya) dalam praktek kehidupan. Cirri orang santun adalah lembut tutur katanya, tenang jiwanya, tidak gampang marah dan tidak suka omong kosong. Secara psikologis, kepribadian santun dan lapang dada seorang Dai akan membuat orang madu terikat perasaannya, lebih daripada pemahaman melalui pikirannya sehingga masyarakat madu cenderung ingin selalu mendekatinyad.Bersifat PemberaniDaya tarik kepemimpinan seseorang antara lain terletak pada keberaniannya. Keberanian yang diperlukan oleh seorang Dai sudah tentu berbeda dengan keberanian kelompok oposisi yang lebih menekankan asal berbeda, atau keberanian yang asal berani, tetapi keberanian yang konstruktif, yang sejalan dengan konsep dasar dakwah, yaitu keberanian mengemukakan kebenaran. Dalam hal keberanian berargumen, berdialog dan berdebat, seorang Dai dituntut untuk tetap konsisten dengan tujuan dakwah bukan asal menang. Oleh karena itu, seorang Dai tidak dibenarkan mencacimaki agama atau keyakinan orang lain.e.Tidak Mengharapkan Pemberian Dari OrangIffah artinya hatinya bersih dari pengharapan terhadap apa yang ada pada orang lain. Seorang Dai yang tak terlintas sedikitpun di dalam hatinya keinginan terhadap harta orang lain, maka ia dapat merasa sejajar atau bahkan lebih tinggi atau sekurang-kurangnya memiliki kemerdekaan di dalam dirinya.f.Qanaah Atau Kaya HatiSeorang Dai boleh miskin harta, tetapi tidak boleh miskin hati, karena kaya hati (qanaah) itu lebih tinggi nilainya disbanding kekayaan harta. Dalam perspektif psikologi, orang yang memiliki harta melimpah tetapi masih merasa banyak kekurangan dan tidak sempat berpikir untuk memberikan pada orang lain, maka ia adalah orang miskin. Sebaliknya orang yang sebenarnya tidak memiliki kekayaan yang berarti tetapi ia merasa berkecukupan, merasa bersyukur dan bahkan sanggup memberikan sebagian besar milikinya untuk orang lain yang lebih membutuhkan, maka ia adalah orang kaya.g.Kemampuan BerkomunikasiDakwah adalah mengkomunikasikan pesan kepada madu. komunikasi dapat dilakukan dengan lisan, tulisan atau perbuatan, dengan bahasa kata-kata atau bahasa perbuatan. Komunikasi dapat berhasil manakala pesan dakwah itu dipahami oleh madu. kaum intelektual lebih mudah memahami bahasa ilmiah sedangkan orang awam lebih mudah memahami bahasa awam. Jadi, seorang Dai dituntut dapat menggunakan metode yang tepat dalam mengkomunikasikan pesan dakwahnya.h.Memiliki Rasa Percaya Diri dan Rendah HatiSeorang Dai harus memiliki rasa percaya diri, yakni bahwa selama dakwahnya dilandasi oleh keikhlasan dan dijalankan dengan memakai perhitungan yang benar dan mengharap ridha Allah, insyaAllah akan membawa manfaat. Dalam perspektif islam, rendah hati justru akan mendatangkan kehormatan, sementara kesombongan justru akan mengantar pada kehinaan.i.Tidak Kikir IlmuPada dasarnya seorang Dai dapat diibaratkan sebagai danau menampung air hujan, menyimpannya dan menyediakan diri bagi orang yang membutuhkan. Dalam puncak kerjanya, seorang Dai dapat diibaratkan sebagai ember yang membawa air dari danau untuk disiramkan ke pohon-pohon yang kekeringan. Jadi, ilmu yang dipelajari oleh seorang Dai adalah diperuntukkan bagi kepentingan madu. oleh karena itu, ia tidak pernah kikir terhadap ilmunya.j.AnggunSalah satu ciri keanggunan seseorang ialah kepribadiannya tetap tersembunyi meskipun namanya sudah banyak dikenal. Rahasia keanggunan justru terletak pada kemampuannya menyembunyikan sisi-sisi pribadinya dari pengetahuan orang banyak.k.Selera TinggiArtinya ia tidak merasa puas dengan hasil kerja yang tidak sempurna.l.SabarSeorang Dai dituntut untuk mampu bersabar dalam menghadapi rintangan-rintangan itu. Urgensi sabar berkaitan erat, dengan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, Dai yang selalu ingat akan tujuan utama dakwahnya, ia akan mampu bersabar dan tabah.m.Memiliki Nilai LebihManusia cenderung tertarik kepada orang yang memiliki kelebihan dalam bidang apapun. Seorang Dai yang juga berperan sebagai pemimpin haruslah memiliki nilai lebih atau nilai plus dibanding orang lain yang dipimpin. Oleh karena itu, agar dakwahnya menarik dan mempunyai daya panggil, seorang Dai yang tidak memiliki nilai plus, apalagi jika dibawah rata-rata maka meskipun kata-kata dakwahnya indah didengar, tetapi tidak atau kurang mempunyai daya panggil, tidak menyentuh hati nurani tak menggores jiwa madu.Kriteria diatas merupakan salah satu pendukung terciptanya dakwah persuasif, tetapi tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa criteria yang mungkin tidak terdapat dalam diri seorang Dai selama dakwah yang diberikan dapat mempengaruhi jiwa madu atas keinginan diri madu itu sendiri maka dapat dikatakan bahwa dakwah tersebut adalah dakwah persuasif. Jadi, kriteria seorang Dai hanya sebagai standart dalam keilmuan tetapi kenyataannya seorang Dai juga memiliki kekurangan sehingga tolak ukur dakwah persuasive adalah penyampaian dakwah Dai yang dapat diterima dan dipahami oleh madu dengan tujuan yang diinginkan (mempengaruhi) madunya.[6]2. Materi Dakwah

Faktor materi dakwah yang merupakan pesan (message), adalah bagaimana aktivitas komunikasi dalam dakwah disajikan secara relevan dengan kondisi dan kebutuhan mad'U. Sesuatu materi yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan niad'u mungkin akan diabaikan, sehingga tidak memberi hasil positif sebagaimana target yang diharapkan. Misalnya, mad'u dari masyarakat kelas bawah mungkin harus diberi materi yang sedikit berbeda dengan masyarakat kelas menengah, karenla masingmasing harus disesuaikan dengan karakteristik audiens yang menjadi sasaran dakwah.

Pada aspek yang lain, yaitu metode atau cara penyampaian beserta medianya juga sangat berpengaruh. Maksudnya, bagaimana pesan dakwah disampaikan kepada mad'u (delivery channel). Penyajian dengan model dan metode tertentu mungkin akan sangat membantu efektivitas proses komunikasi. Misalnya, dikemas dalam bentuk dialog interaktif, diskusi planel, dan sebagainya. Atau dalam bentuk praksis operasionalnya, penyajian pesan dengan menggunakan bahasa verbal benar-benar harus diperhitungkan. Sebab kata-kata yang disampaikan ddngan cara tertentu akan memiliki kekuatan yang luar biaisa untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku manusia. Demikian pula, bilamana hal itu bersinergi dengan logika maka akan berpengaruh terhadap berbagai pengambilan keputusan pentiKg dalam kehidupan individu maupun masyarakat luas.

Kekuatan kata-kata (dalam bentuk lisan maupun tulisan) dapat menjadi stimuli yang merangsang respon psikologis mad'u apabila: memiliki nilai keindahan bahasa (pilihan katay^ng tepat), kejelasan informasi, penggunaan logika yang kuat, intonasi yang berwibawa, memberikan harapan (optimisme) atau peringatan, dan ungkapan yang penuh ibarat (Mubarok, 2001: 183). Al-Qur'an memberikan pedoman tentang komunikasi persuasif yang

terwujud dalam berbagai jenis perkataan, antaralaih: qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa: Qs. 4 ayat 63), qaulan ma'rufa (perkataan yang baik ), qaulan sadida (perkataan yang benar: Qs. 33 ayat 70), qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut: Qs. 20 ayat 44), qaulan karima (perkataan yang mulia: Qs.17: ayat 23), qaulan maisura (perkataan yang ringan, mudah: Qs.17 ayat 28), qaulan tsaqila (perkataan yang berat: Qs.73 ayat 5), qaulan adzima (perkataan yang agung) dsb.

Setiap jenis perkatan tersebut memiliki karakteristjk tertentu dan ditujukan untuk mad'u yang tertentu pula. Tetapi tujuannya sama, yaitu: agar mad'u dapat memahami dan menerima seruan dakwah dengan sebaik-baiknya. Wilbur Schramm mengidentifikasi adanya empat faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam proses komunikasi. Pertama, kemampuan menerima dari komunikan. Kedua, proses saling mempengaruhi. Semakin intensif komunikasi maka akan semakin intensif pula interaksi sosial sehingga proses saling mempengaruhi akan semakin besar. Ketiga, daya tanggap komunikan, yang biasanya dipengaruhi oleh situasi serta keterikatannya dengan norma-norma lingkungan. Keempat, sense of selectivity dari komunikan, yaitu pertimbangan untuk memilih befdasarkan pandangan komunikator terhadap pesan yang disampaikan , seberapa besar keuntungan atau kerugian diri baik secara psikologis, sosial maupun material.

D. Dai Sebagai Pemimpin

Secara fungsional da'i adalah pemimpin, yakni memimpin masyarakat dalam menuju kepada jalan Tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang da'i memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Secara sosiologis, seorang da'i di samping menjalankan kepemimpinan keagamaan dimungkinkan juga untuk menjalankan kepemimpinan dalam bidang-bidang lain.Jadi, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, seorang da'i harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan masyarakat ke arah dinamika sosial yang terarah dan bertujuan, yakni tujuan menyebarluaskan Islam dalam kehidupan sosial. Dengan modal kepemimpinan itu maka dimungkinkan seorang da'i mempunyai jama'ah, murid atau pengikut, dan jama'ah atau pengikut itu sendiri akan mempengaruhi da'i dalam membangun konsep dirinya.BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dakwah Persuasifadalah proses kegiatan yang mempengaruhi jiwa seseorang (madu) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk mengikuti ajakan pendakwah (dai) dengan cara halus atau tanpa paksaan.

Usaha untuk mempengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun tingkah laku seseorang dapat ditempuh dengan cara:a. Koersif, yaitu dengan cara paksaan bahkan disertai dengan terror yang dapat menekan batin. Contohnya yaitu adanya penolakan ketidaksetujuan FPI yang kerapkali kita tahu beritanya di media-media dengan cara mereka yang memberontak bahkan anarkis.b. Persuasif, yaitu tanpa adanya paksaan dengan mempengaruhi jiwa seseorang sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima suatu tindakan.

Persuasif dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya. Baik koersif ataupun persuasif keduanya bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara penyampaiannya.

Dakwah persuasif sendiri ialah kegiatan berdakwah dengan menggunakan metode komunikasi persuasif yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima atau madu. dan tujuan itu akan berhasil manakala seorang dai mampu menyampaikan dakwahnya dengan pendekatan psikologis.

Unsur-unsur yang menyebabkan dakwah itu persuasif ialah: Pesona Dai, Materi Dakwah, dan Kondisi Psikologis Madu.

Al-Quran memberikan istilah-istilah pesan yang persuasif atau materi dakwah persuasif dengan kalimat qaulan layyina, qaulan marifah, qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan karima, qaulan maisura, qaulan tsaqilan, dan qaulan adzima.B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1]Tata Sutayat,Quantum Dakwah, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal 1

[2]Muhammad Sulthon,Desain Ilmu DakwahKajian Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 3003, hal. 16

[3]Moh. Ali Aziz,Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2009, hal. 446

[4]Totok Jumantoro,Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qurani Amzah, Jakarta, 2001, hal. 148

[5]Ahmad Mubarok,Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2002, hal. 162

[6]http://fara-cantika.blogspot.com/2012/11/dakwah-persuasif.html

[7]http://risnasari13.blogspot.com/2013/04/makalah-psikologi-dakwah-3.html

[8]http://humaniora.kompasiana.com/edukasi/2012/09/28/psikologi-dakwah-497168.html

[9]http://4letha.blogspot.com/2008/11/komunikasi-persuasif.html

[10]file:///F:/234-psikologi-komunikasi-dakwah.htm

[11]file:///F:/komunikasi-persuasif-menurut-al-quran_09.html

[12]William Albig,Modern Public Opinion. Mc Graww-Hill Book Company, New York, 1956, Hal 4.

[13]Abdul JalilMaman.Prinsip dan Strategi Dakwah.Hlm:47