kompos sapi

Upload: nugraha-febrianta

Post on 17-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    1/12

    LAPORAN RESMI

    PENGARUH JUMLAH LARUTAN EM4(Efective Mi ckroorganism)

    TERHADAP KECEPATAN PROSES PENGOMPOSAN PUPUK ORGANIK

    BERBAHAN DASAR KOTORAN SAPI

    Kelompok

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    November, 2015

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    2/12

    HALAMAN PENGESAHAN:

    PRAKTIKUM IPA-3

    FAKULTAS MIPA, UNY

    Oleh:

    Kelompok VII

    Yogyakarta, 09 November 2015

    Anggota:

    Nama NIM Tanda tangan

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing

    NIP.

    Diserahkan pada tanggal .............................................................., jam ...............

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    3/12

    PEMBUATAN PUPUK KANDANG ORGANIK PADAT

    A. JUDUL

    PengaruhJumlah Larutan EM4 (Efective Mickroorganism)Terhadap Kecepatan

    Proses Pengomposan Pupuk Organik Berbahan Dasar Kotoran Sapi

    B. TUJUAN

    a. Mengetahui cara membuat pupuk kandang dengan menggunakan kotoran sapi.

    b. Mengetahui pegaruh konsentrasi bahan tambahan EM4 pada pupuk kandang

    kambing.

    c. Mengetahui manfaat dari penambahan EM4 pada hasil pupuk yang dibuat.

    d. Mengetahui konsentrasi yang paling tepat untuk pembuatan pupuk dengan

    pemberian EM4.

    C. LATAR BELAKANG

    Penimbunan kotoran ternak di sekitar kandang menyebabkan pencemaran

    lingkungan, diantaranya bau menyengat, jika kotoran ikut tergenang air hujan dapat

    menurunkan mutu lingkungan dan mutu kesehatan bagi masyarakat sekitar

    peternakan, maka perlu dilakukan pengolahan limbah kotoran agar tidak dibuang sia-

    sia. Pengolahan limbah kotoran diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan

    dan memperoleh keuntungan. Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan cara

    menggunakan kotoran ternak sapi potong maupun sapi perah sebagai pupuk kandang

    untuk tanaman, sebagai penghasil biogas, dan campuran bahan pakan ternak. Kotoran

    dengan volume cukup besar masih memiliki berbagai kandungan senyawa, unsur hara

    dan mikroorganisme, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kotoran

    dimanfaatkan sebagai pupuk kandang, karena kandungan unsur haranya, seperti

    nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), dibutuhkan tanaman dan kesuburan tanah.

    Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam

    dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan

    yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Banyak dikembangkan

    teknologi-teknologi pengomposan untuk mempercepat proses pengomposan ini. Baik

    pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.

    Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun

    anaerobik, dengan atau tanpa activator pengomposan. Aktivator pengomposan yang

    sudah banyak beredar antara lain OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4.

    Setiap activator memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Selain itu metode yang cukup

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    4/12

    popular dalam rangka pemanfaatan kotoran ternak adalah biogas. Biogas semakin

    banyak diminati dan terus mengalami perkembangan terutama dalam hal teknologi.

    Menurut Wahyuni (2009), menjelaskan bahwa biogas didefinisikan sebagai campuran

    gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material

    yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik.

    Praktikum ini memberikan perlakuan fermentasi terhadap limbah peternakan

    yang diharapkan dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan menurunkan

    kadar serat kasar. Kadar serat kasar dalam pakan ternak yang terlalu tinggi jika

    dikonsumsi ternak dapat menurunkan kecernaan. Penelitian Santoso dan Kurniati

    (2000) menyatakan bahwa EM4 mampu menurunkan serat kasar pada kotoran yang

    difermentasi serta mampu meningkatkan kandungan bahan organik yang baik

    digunakan sebagai pupuk tanaman.

    D. KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengomposan

    Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak/feses,

    sisa pertanian, sisa pakan dan sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan

    merangsang perkembangan bakteri untuk menghancurkan menguraikan bahan-bahan

    yang dikomposkan. Penguraian dibantu dengan suhu 600C. Proses penguraian

    mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukarlarut menjadi

    senyawa organik larut yang berguna bagi tanaman (Ginting, 2007).

    Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti bahan organik

    yang telah difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud bahan organik

    kaya sumber kehidupan. Ciri-ciri pupukbokashi yang baik warna coklat kehitam-

    hitaman, bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak bau, bau seperti tanah atau

    humus (Indroprahasto, 2010). Proses pengomposan di tingkat rumah tangga seperti

    sampah dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter

    dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji

    kayu, ataupun kulit gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000).

    Effectife Microorganism 4 (EM4) merupakan suatu cairan berwarna

    kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang di dalamnya berisi campuran

    beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses

    penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Menurut Rahayu dan Nur (2002),

    Mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat (Lactobacillus

    sp), actinomycetes sp, streptomycetes sp, dan yeast (ragi). Miroorganisme

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    5/12

    menguntungkan tersebut (EM4) telah lama ditemukan, diteliti dan diseleksi terus

    menerus oleh seorang ahli pertanian bernama Profesor Teruo Higa dari universitas

    Ryukyu Jepang. Dengan demikian EM4 bukan merupakan bahan kimia yang

    berbahaya seperti pestisida, obat serangga atau pupuk kimia lainnya (Hidayat et al.,

    2006).

    Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp) dapat mengakibatkan kemandulan

    (sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme

    yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan organik;

    menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya

    tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan

    organik. Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganisme

    merugikan yang menimbulkan penyakit pada lahan/tanaman yang terus menerus

    ditanami (Suardana, 2007).

    Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

    secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik

    sebagai sumber energi. Proses pengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah

    termasuk bakteri, jamur, protozoa, aktinomisetes, nematoda, cacing tanah, dan

    serangga. Populasi dari semua organisme ini berfluktuasi, tergantung dari proses

    pengomposan. Pada prinsipnya, teknologi pengomposan yang selama ini diterapkan

    meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme.

    Melalui rekayasa kondisi lingkungan kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya.

    Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerobik dan anaerobik, biasanya dengan

    bantuan EM4 (Rorokesumaningwati, 2000).

    Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau

    anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses

    aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan

    organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang

    disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses

    pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan

    menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik

    (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (Crawford,

    2003).

    Kecepatan pengomposan dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya jumlah mikroorganisme

    yang membantu pemecahan atau penghancuran bahan organik yang dikomposkan.

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    6/12

    Dari sekian banyak mikroorganisme, diantaranya adalah bakteri asam laktat yang

    berperan dalam menguraikan bahan organik, bakteri fotosintesis yang dapat

    memfiksasi nitrogen, dan Actinomycetes yang dapat mengendalikan mikroorganisme

    patogen sehingga menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme

    lainnya (Isroi, 2008).

    Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau

    penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas

    biologis pada kondisi yang terkontrol. Dekomposisi pada prinsipnya adalah

    menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organik sehingga pupuk

    organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan

    terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman

    liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang

    seragam berupa pupuk organic (Kaharudin dan Sukmawati, 2010).

    B. Identifikasi Pupuk Kompos

    Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah: warna kompos biasanya coklat

    kehitaman. Aroma kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat,

    tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan. Apabila

    dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak,

    gumpalan kompos akan hancur dengan mudah (Farida, 2000).

    Efisiensi yang berlangsung selama pengomposan merupakan fungsi dari temperatur.

    Kecepatan proses pengomposan meningkat sejalan dengan peningkatan

    temperature sampai 35oC. Proses tersebut mencapai efisiensi pada temperatur 35-

    55oC (Willyan, 2008). Bila temperature meningkat di atas 55oC, efisiensi akan turun.

    Pengomposan dengan suhu 35-55oC akan menimbulkan bau busuk dan bakteri

    pathogen akan tetap hidup. Bila kelembaban menurun hingga dibawah 50% akan

    terjadi peningkatan temperature yang berlebihan di pusat tumpukan kompos.

    Temperatur yang tinggi tersebut akan mematikan mikroorganisme yang bermanfaat

    dan akhirnya mengganggu proses pengomposan. Kesalahan ini dapat diatasi dengan

    penyinaran untuk meningkatkan kelembaban (Hambali, 2008).

    Teknik pengomposan dan jumlah bahan yang berbeda akan membutuhkan

    waktu yang berbeda dan mendapatkannilai C/N ratio yang berbeda pula.

    Pengomposan jerami padi dengan jumlah yang cukup kecil (hanya 30 kg bahan)

    membutuhkan waktu pengomposan selama 16 minggu untuk C/N sekitar 18-20,

    karena selain volume tumpukan bahan organik yang relatif kecil juga disebabkan

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    7/12

    olehpembalikan yang hanya dilakukan setiap satu bulan sekali sehingga hanya

    mencapai suhu maksimum 40 C dan mendapatkan nisbah C/N sekitar 18-

    20.Pengomposan dengan volume tumpukanbahan sebesar 2 m (2 x 1 x 1)m

    membutuhkan waktu selama 8 bulan untuk mencapai nisbah C/N sekitar 14.Waktu

    pengomposan yang lama tersebutdisebabkan oleh pembalikan kompos yang terlalu

    sering yaitu 2-3 kali dalamsehari, hal ini jelas mengakibatkan suhu optimum

    pengomposan tidak akantercapai sehingga waktu pengomposan dan penurunan C/N

    ratio menjadi sangatlambat (Kristianto, 2007).

    Penilaian kualitas kompos selain dilihat dari sifat fisik sering dilihat hanya

    dari nilai C/N ratio dan kandungan unsur hara saja.Dimanakompos dengan C/N ratio

    rendah dan memiliki kandungan hara yang tinggidianggap sebagai ciri kompos yang

    baik, tanpa memperhitungkan kandunganasam-asam organik khususnya asam humat

    dan asam fulvat yang memilikiperanan besar dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia

    tanah.Kompos yang baik untuk ditambahkan ke dalam tanah dapat dilihat dari segi

    fungsi dan peranannyadalam mempengaruhi (memperbaiki) sifat-sifat tanah

    (Ramdani, 1985).

    Tingkat kematangan kompos dapat dirasakan dari panas yang

    dikandungnya.Jika tumpukan kompos masih panas saat disentuh, bisa dikatakan

    kompos tersebut belum matang sempurna.suhu kompos yang telah matang lebih

    rendah dari suhu udara luar ditambah 200C. Bau kompos matang menyerupai bau

    tanah. Bau tanah pada kompos matang terjadi karena materi yang dikandungnya

    sudah menyerupai materi tanah. Kompos yang telah matang biasanya berwarna coklat

    tua kehitaman. Warnanya menyerupai tanah hutan yang subur dan gembur. Warna

    tersebut terbentuk oleh pengaruh bahan organik yang sudah stabil. Secara fisik

    kompos yang matang memiliki tekstur yang halus dan tidak menyerupai bentuk

    aslinya. Kompos matang biasanya mengalami penurunan volume dan berat.

    Penurunan ini berkisar antara 50-70% dari volume bahan awal yang dikomposkan.

    Nilai rasio C/N kompos matang mendekati rasio C/N tanah. Biasanya lebih kecil dari

    20 (Wahyono, 2011).

    E. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Waktu :

    Tempat : Rumah Erwan Aditya

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    8/12

    2. Alat dan Bahan

    a. Alat

    1. Cangkul

    2.

    Karung

    3. Plastik

    4. Ember

    5.

    Semprotan

    6. Timbangan

    b. Bahan

    1.

    Feses sapi 2 kg

    2. Sekam padi 0,8 kg

    3. EM4

    4.

    Gula pasir

    5. Serbuk gergaji 0,3 kg

    6. Dedak 0,2 kg

    7.

    Air secukupnya

    3. Variabel-variabel

    a. Variabel bebas : perbandingan konsentrasi EM4.

    b. Variabel kontrol : konsentrasi EM4, air, dedak, feses, sekam, langkah

    pembuatan.

    c.

    Variabel terikat: tekstur pupuk, bau, penurunan C/N (waktu jadinya pupuk)

    4. Hipotesis

    a.

    Pupuk yang menggunakan perbandingan gula : EM4 (1:2) akan lebih cepat

    dalam waktu pengomposannya karena adanya efektivitas bakteri semakin naik

    dikarenakan asupan bakteri tercukupi.

    b.

    Pupuk dengan konsentrasi gula : EM4 (2:2) proses pengomposan akan lebih

    lama karena pada kondisi ini efektivitas bakteri mengalami penurunan

    sehingga proses pengomposan tidak berjalan efektiv.

    5.

    Langkah Pembuatan pupuk

    a.

    Kegiatan 1

    Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang

    telah ditentukan.

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    9/12

    F. DATA HASIL PENGAMATAN

    a. Penggunaan EM4 2:1dengan penambahan gula yakni 10ml

    Hari Parameter Perlakuan

    Ph Suhu Warna Bau Tekstur

    10 Desember 2015 6 29oC Coklat

    kehitaman

    Berbau Tekstur

    pupuk masih

    agak kering

    Dan

    menggumpal

    Kompos yang

    baru dibuat

    diletakkan di

    tempat terlindung

    cahaya matahari

    langsung dan air

    hujan

    11 Desember 2015 6,5 35oC Coklat

    kehitaman

    Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah dan

    menggumpal

    Dilakukan

    penyiraman agar

    lebih lembab

    Membagai dua bagian kemudian disemprotkan campuran EM4, air

    dan gula pasir tiap ketinggian 30 cm

    Melarutkan EM4 dan gula dengan perbandingan konsentras EM4

    yang berbeda yakni (A= , B= ) dan campurkan menggunakan air

    Mencampur kotoran sapi/feses, dedak, serbuk gergaji dan sekam

    sam ai homo en.

    Menumpuk kembali bahan- bahan, kemudian menutup dengan plastik

    hingga rapat (anaerob), dan melakukan pembalikan setiap seminggu

    sekali.

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    10/12

    12 Desember 2015 7 37oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Dilakukan

    penyiraman dan

    pembalikan untuk

    meratakan

    pengomposan

    13 Desember 2015 7 40oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Tidak ditambah

    air karena

    kelembaban

    cukup

    14 Desember 2015 7 48oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Agakmenggumpal.

    Dilakukan

    penyiraman untuk

    menjaga

    kelembaban sertapembalikan untuk

    membuang panas

    yang berlebihan

    dan memasukkan

    udara segar ke

    tumpukan

    15 Desember 2015 6,5 43oC Coklat Agak

    Masih

    Berbau

    Tekstur

    pupuk masih

    basah.Agak

    menggumpal.

    Suhu mulai

    menurun

    menandakankompos hampir

    matang

    16 Desember 2015 6 37oC Coklat

    tua

    (kehitaman)

    Tidak

    Berbau

    atau

    bau

    seperti

    tanah

    Tekstur

    kering, agak

    menggumpal

    Suhu kompos

    mulai menurun

    dan stabil, pH

    cukup netral,

    sudah tidak

    berbau, warna

    coklat tua, bentuk

    remah walaupun

    tidak semua

    terdekomposisi

    dengan baik.

    Menunjukkan

    kompos telah

    matang dan siap

    diayak.

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    11/12

    a. Penggunaan EM4 1:1 dengan penambahan gula yakni 5 ml

    Hari Parameter Perlakuan

    Ph Suhu Warna Bau Tekstur

    10 Desember 2015 6 29oC Coklat

    kehitaman

    Berbau Tekstur

    pupuk masih

    agak kering

    Kompos yang baru

    dibuat diletakkan

    di tempat

    terlindung cahaya

    matahari langsung

    dan air hujan

    11 Desember 2015 6,5 34oC Coklat

    kehitaman

    Berbau Tekstur

    pupuk masihbasah.

    Dilakukan

    penyiraman agarlebih lembab

    12 Desember 2015 7 35oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Dilakukan

    penyiraman dan

    pembalikan untuk

    meratakan

    pengomposan

    13 Desember 2015 7 38oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Tidak ditambah air

    karena

    kelembaban cukup

    14 Desember 2015 7 39oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Tidak ditambah air

    karena

    kelembaban cukup

    15 Desember 2015 7 42oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Tidak ditambah air

    karena

    kelembaban cukup

    16 Desember 2015 7 49oC Coklat Berbau Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Dilakukan

    penyiraman untuk

    menjaga

    kelembaban serta

    pembalikan untuk

    membuang panas

    yang berlebihan

    dan memasukkan

    udara segar ke

    tumpukan

  • 7/23/2019 Kompos Sapi

    12/12

    17 Desember 2015 6,5 46oC Coklat Agak

    Masih

    Berbau

    Tekstur

    pupuk masih

    basah.

    Agak

    menggumpal.

    Suhu mulai

    menurun

    menandakan

    kompos hampir

    matang

    18 Desember 2015 6,5 37oC Coklat

    tua

    kehitaman

    Tidak

    Berbau

    Tekstur

    kering agak

    menggumpal

    Suhu kompos

    mulai menurun

    dan stabil, pH

    cukup netral,

    sudah tidak

    berbau, warna

    coklat tua, bentuk

    remah walaupun

    tidak semuaterdekomposisi

    dengan baik.

    Menunjukkan

    kompos telah

    matang dan siap

    diayak.