kliping berita perumahan rakyat online, 17 februari 2012

Upload: klipingdigital

Post on 06-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    1/35

    FLPP

    Menpera: Modal Rumah Murah Cuma Rp 25 JutaM.Latief | Latief | Rabu, 15 Februari 2012 | 14:50 WIB

    KOMPAS.com/BANAR FIL ARDHIMenteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz.

    PEKANBARU, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan faridz kembalimenegaskan, bahwa rumah tipe 36 merupakan amanah undang-undang. Pihaknya sudah menyiapkanprototip rumah sederhana tipe 36 tersebut di lingkungan kantor Kemenpera.

    Dindingnya dari beton. Jika dihitung sampai jadi, modalnya cuma Rp 25 juta.-- Djan Faridz

    "Dindingnya dari beton. Jika dihitung sampai jadi, modalnya cuma Rp 25 juta," ujarnya di Pekanbaru,Riau, Selasa (14/2/2012).

    Yang pasti, tegas Djan, kementeriannya berusaha semaksimal mungkin mewujudkan rumah sejahtera,murah dan layak huni.

    "Saya mencoba mengurangi biaya-biaya rumah hingga harga rumahnya hanya Rp 70 juta. Dari hargasegitu, bila dibeli secara kredit, seharusnya DP yang dikeluarkan adalah Rp 11,5 juta rupiah. Setelahkomponen-komponen biaya dikurangi, DP turun jadi Rp 7 juta. Cicilan juga ikut turun, dari Rp 650menjadi Rp 550 ribu," papar Djan.

    Djan melanjutkan, komponen asuransi sudah jadi tanggung jawab bank. Komponen-komponen biayalainnya yang bisa dikurangi adalah biaya sertifikasi di BPN, pembebasan biaya perijinan IMB, gratispemasangan listrik.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    2/35

    Djan berharap Pemda Riau mau membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untukdibebaskan dari berbagai biaya perijinan. Pengembang bisa menjual rumah dengan harga murahkarena tiap rumah diberi subsidi. Dibantu prasarana dan sarananya oleh pemerintah.

    "Tiap rumah dibantu Rp 6 juta untuk prasarana jalan. Saya tidak mau mendengar, saat serah terimarumah dengan konsumen, prasarana dan sarana adi rusak," ucap Djan.

    Seperti diberitakan sebelumnya, setelah mendapat dukungan penuh dari Ketua DPR RI Marzuki Aliesoal negosiasi kredit suku bunga rendah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), MenteriPerumahan Rakyat Djan Faridz makin percaya diri mempromosikan program-program kerjakementerian yang dipimpinnya.

    Dukungan juga mengalir dari asosiasi-asosiasi pengembang. Padahal, pengembang dan perbankansatu suara menentang kebijakan-kebijakan Menpera soal Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan(FLPP). Salah satu dukungan itu datang dari Ketua DPD Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahandan Permukiman Seluruh Indonesia) Riau, Hermanto.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/15/14505186/Menpera.Modal.Rumah.Murah.Cuma.Rp.25.Jut

    a

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    3/35

    FLPP

    Apersi Riau Dukung Pembangunan Rumah Tipe 36M.Latief | Latief | Rabu, 15 Februari 2012 | 12:00 WIB

    shutterstock

    PEKANBARU, KOMPAS.com - Setelah mendapat dukungan penuh dari Ketua DPR RI Marzuki Alie

    soal negosiasi kredit suku bunga rendah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), MenteriPerumahan Rakyat Djan Faridz makin percaya diri. Menpera terus mempromosikan program-programkerja kementerian yang dipimpinnya.

    Dukungan juga mengalir dari asosiasi-asosiasi pengembang. Padahal, pengembang dan perbankansatu suara menentang kebijakan-kebijakan Menpera soal Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan(FLPP). Salah satu dukungan itu datang dari Ketua DPD Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahandan Permukiman Seluruh Indonesia) Riau, Hermanto.

    Kepada wartawan Hermanto mengungkapkan, seluruh pengembang yang tergabung dalam ApersiRiau tidak ada yang keberatan dengan kebjakan Kemenpera. Hermanto juga menjamin, Apersi Riaumemegang teguh amanah undang-undang yang mewajibkan seluruh pengembang untuk membangun

    rumah minimal tipe 36.

    "Rumah sejahtera Tapak ini terdiri 3039 unit rumah. Tipe paling rendah 36, dengan luas tanah minimal90 meter persegi. Persiapan pembangunannya selama 3 bulan," kata Hermanto saat membukaperesmian Rumah Sejahtera Tapak di Perumahan Kelapa Gading, Jl Kubang Raya, Desa KubangRaya, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (14/2/2012) kemarin.

    Di sisi lain, Menpera Djan Faridz nyaris tidak percaya bila Apersi Riau mau membangun minimal tipe36. Padahal, DPP Apersi pusat sedang menggugat Kementerian yang dipimpinnya ke MK.

    "Apersi ini merupakan rekan perjuangan, sekaligus rekan berlawanan kata," kata Djan.

    "Tipe 36 ini amanah undang-undang. Untuk menegaskan lagi, saya sudah siapkan prototip rumahsederhana tipe 36 yang saya bangun di lingkungan kantor Kemenpera. Dindingnya dari beton. Jikadihitung sampai jadi, modalnya cuma Rp 25 juta," ujarnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/15/1200432/Apersi.Riau.Dukung.Pembangunan.Rumah.Tipe.36

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    4/35

    InfrastrukturHari ini Pkl. 07:15 WIB

    Menpera: Pengembang Bisa Bangun Rumah Tipe 36 Rp 70 Juta

    MedanBisnis Jakarta. Pengembang perumahan di Indonesia sebenarnya dapat membangunrumah tipe 36 dengan harga yang terjangkau dan murah. Dengan demikian, masyarakat

    miskin yang saat ini belum memiliki rumah dapat terbantu untuk memiliki rumah yang layakhuni.Pengembang perumahan bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. Jadi tidakbenar kalau ada pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36, ujar Menteri PerumahanRakyat (Menpera), Djan Faridz di Jakarta, Rabu kemarin.

    Menpera Djan Faridz menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan AsosiasiPengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) yang mengajukanjudicial review atau peninjauan kembali Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentangperumahan dan Kawasan Permukiman khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturanpembatasan luasan rumah sejahtera tapak tipe 36 m2. Ketua Umum Apersi Eddy Ganefomengatakan gugatan tersebut telah diajukan ke Mahkamah Konstitusi pada akhir Januari 2012

    lalu.

    Menurut Menpera Djan Faridz, saat ini Kemenpera sedang menghadapi tuntutan ke MK dariApersi yang menyatakan rumah tipe 36 tidak mungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta.Untuk itu, Menpera Djan Faridz mengaku punya jawaban serta akan membuktikannya bahwaKemenpera sanggup membangun rumah tipe 36 dengan harga murah.

    Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat akan saya buktikan bahwaKemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau yakni dengan hargatanah Rp 200.000 permeter, imbuhnya.

    Menpera Djan Faridz menyatakan, dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah

    36 sebanyak 3.039 unit yang dibangun oleh anggota DPD Apersi Provinsi Riau. Menperabahkan meresmikan serta mendukung pembangunan perumahan Apersi di daerah-daerah.Apalagi harga tanah di daerah masih sangat murah.

    Kemarin waktu saya meresmikan rumah tipe 36 yang dibangun anggota DPD Apersi ProvinsiRiau. Dan seluruh rumah yang mereka bangun tipe 36. Saat saya tanya berapa harga tanahsatu meternya di Pekanbaru mereka bilang per meter masih cukup murah. Jadi kalau dibilangtidak bisa membangun tipe 36 menurut saya jawabannya salah, tandasnya.

    Lebih lanjut, Menpera Djan Faridz menjelaskan, Apersi perlu melakukan koordinasi lebihintensif agar kebijakan yang dikeluarkan di pusat dapat dilaksanakan di daerah. Namundemikian, Kemenpera juga mendukung pembangunan perumahan di daerah yang

    dilaksanakan oleh para pengembang.

    Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersamakhususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung parapengembang yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin baik di pusatmaupun di daerah, katanya. (kpr)

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    5/35

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/16/81672/menpera_pengembang_bisa_bangun_rumah_tipe_36_rp_70_juta/

    Menpera Minta Pengembang Perbanyak Bangun Rumah Tipe 36Tribun Medan - Rabu, 15 Februari 2012 19:04 WIB

    TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz meresmikan sebanyak3.039 unit rumah sejahtera tapak tipe 36 yang dibangun di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu,Kabupaten Kampar, Riau. Ini dibangun oleh anggota DPD Asosiasi Pengembang Perumahan danPermukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Provinsi Riau

    Saya menyambut baik peresmian rumah sejahtera tapak tipe 36 yang dibangun anggota DPD ApersiRiau. Saya harap pembangunan rumah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Riau, ujar MenperaDjan Faridz, dalam rilis Kemenpera, Rabu (15/2/2012).

    Djan Faridz mendorong agar pengembang di daerah memperbanyak pembangunan rumah tipe 36.Karena kebutuhan hunian untuk masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu. Apalagi

    pembangunan rumah 36 pada dasarnya juga merupakan salah satu amanah Undang-Undang Nomor 1Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang harus dipatuhi oleh semua pihaktermasuk para pengembang.

    Djan Faridz berharap program pembangunan perumahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik danmendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan bidang perumahan seperti pemerintahdaerah, pengembang serta masyarakat luas. Untuk itu, Kemenpera siap memberikan bantuanprasarana, sarana dan utilitas (PSU) kepada para pengembang serta subsidi pembiayaan kepadamasyarakat agar dapat menjangkau harga rumah yang dibangun.

    Kemenpera juga akan melobi BPN agar sertifikatnya dapat digratiskan, termasuk izin dan biayainstalasi listrik. Tujuannya supaya harga rumah tipe ini tetap terjangkau oleh masyarakat miskin,

    terangnya.

    Sementara itu Gubernur Riau, Rusli Zainal mengatakan, untuk mendukung program perumahan didaerah tersebut, Pemprov Riau melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) telah membangun sedikitnya5.777 rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Selain itu, pihaknya juga tengah mengupayakanpembangunan rumah bagi para abdi negara agar mereka lebih bersemangat dalam bekerja.

    "Pemerintah provinsi Riau juga membangun 3.000 unit rumah PNS. Dan pada tahun 2012 ini, kitaakan menambah lagi 500 unit untuk rumah PNS,"terangnya.

    Editor : Muhammad Tazli

    Sumber : Tribunnews

    http://medan.tribunnews.com/2012/02/15/menpera-minta-pengembang-perbanyak-bangun-rumah-tipe-36

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    6/35

    Kemenpera Siap Hadapi Gugatan Apersi

    Thursday, 16 February 2012 13:26

    Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) siap menghadapi gugatan AsosiasiPengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), yang mengajukan peninjauankembali UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, ke MahkamahKonstitusi (MK).

    "Gugatan, khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tapaktipe 36 m2," ujar Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Faridz, dalam siaran pers Kemenperayang diterima Gatranews, Kamis (16/2), di Jakarta.

    Menurutnya, inti gugatan tersebut, rumah tipe 36 tidak mungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta.Namun, Menpera, mengaku punya jawaban dan akan membuktikannya, bahwa Kemenpera sanggupmembangun rumah tipe 36 dengan harga murah.

    Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat akan saya buktikan, bahwaKemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 dengan harga yang terjangkau, yakni dengan harga tanah Rp200.000 per meter, terangnya.

    Menurutnya, pengembang perumahan bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. "Jaditidak benar kalau ada pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36, kilahnya.

    Dijelaskan, dirinya telah melihat sendiri pembangunan rumah 36 sebanyak 3.039 unit yang dibangunoleh anggota DPD Apersi Provinsi Riau. Menpera bahkan meresmikan serta mendukungpembangunan perumahan Apersi di daerah-daerah. Apalagi harga tanah di daerah masih sangatmurah.

    Kemarin waktu saya meresmikan rumah tipe 36 yang dibangun anggota DPD Apersi Provinsi Riau.Dan seluruh rumah yang mereka bangun tipe 36. Saat saya tanya berapa harga tanah satu meternyadi Pekanbaru mereka bilang per meter masih cukup murah. Jadi kalau dibilang tidak bisa membanguntipe 36 menurut saya jawabannya salah, tandasnya.

    Dijelaskanya, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan yang dikeluarkan di pusatdapat dilaksanakan di daerah. Namun demikian, Kemenpera juga mendukung pembangunan

    perumahan di daerah yang dilaksanakan oleh para pengembang.

    Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama khususnyapara pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para pengembang yang telahmembangun perumahan bagi masyarakat miskin baik di pusat maupun di daerah, katanya. [IS]

    http://www.gatra.com/terpopuler/46-ekonomi/8774-kemenpera-siap-hadapi-gugatan-apersi-

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    7/35

    Pengembang REI Nilai Kinerja Menteri Djan Faridz BurukKamis, 16 Februari 2012 , 08:12:00 WIB

    RMOL.Para pengembang yang tergabung dalam Realestat Indonesia (REI) memberikan nilai Cterhadap kinerja Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz yang sudah melewati 100 harimasa jabatannya.

    REI menilai, Djan mendapat ponten pas-pasan karena program rumah murah bagi masyarakatberpenghasilan rendah (MBR) hingga saat ini belum diimplementasikan secara baik.

    Memang belum terimplementasi baik saat ini, terutama masalah Fasilitas Likuiditas PembiayaanPerumahan (FLPP) yang terganggu akibat komunikasi yang tidak benar, kata Ketua Umum REI SetyoMaharso di Jakarta, Jumat (10/2).

    Menurut Setyo, apa yang dilakukan Menpera saat ini adalah warisan dari terobosan menteripendahulunya, Suharso Monoarfa. Kinerja Djan masih buruk karena program FLPP hingga kinitertunda dan belum menemukan titik terangnya.

    Setyo menilai, tertundanya FLPP menjadi nilai minus karena telah merugikan para pengembang yangmembangun rumah bersubsidi. Akibatnya, konsumen tidak bisa melakukan akad kredit karenapemerintah menghentikan kucuran pembiayaannya.

    Sekalipun begitu, katanya, REI menilai ada hal positif yang telah dilakukan Menpera Djan. Sisipositifnya terlihat dari langkah Djan yang menghapus syarat surat pemberitahuan tahunan (SPT),katanya.

    Menunjukkan SPT syarat wajib bagi konsumen yang mengajukan kredit rumah bersubsidi tidak tepat.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) menghambatpemanfaatan FLPP.

    Selama proses mendapatkan SPT, gaji konsumen bisa saja naik sehingga tak lagi memenuhi syaratsebagai penerima FLPP. Syarat SPT dianggap memberatkan karena tak semua masyarakat punyabanyak waktu untuk membuat NPWP dan SPT.

    Merayakan ulang tahunnya ke-40, REI sudah membangun tiga juta unit rumah bagi masyarakatberpenghasilan rendah (MBR). Sebagai mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan rumah rakyat,REI selalu menjadi asosiasi yang sangat diperhitungkan stakeholderdalam membuat kebijakan,khususnya terkait pembangunan properti di Indonesia.

    DJAN FARIDZ

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    8/35

    Kami menilai REI sudah menjadi asosiasi yang cukup kuat, terdapat di seluruh provinsi dengan jumlah32 Dewan Pengurus Daerah dan tumbuh senafas dengan geliat perkembangan zaman, kata Setyo.

    Setyo menyatakan, REI akan terus melakukan perbaikan, bukan hanya soal internal organisasi, tapiyang terpenting meningkatkan profesionalitas anggotanya.

    Hal ini menyangkut kepentingan dan kebutuhan mitra kerja kami, terutama konsumen. Untuk itu, REIharus lebih sigap dan tanggap terhadap anggotanya yang merugikan konsumen, tambah cetus.

    REI juga menyinggung masalah perizinan dan pungutan liar dalam pembangunan rumah yang kerapterjadi. REI minta pemerintah memberantas hal itu. [Harian Rakyat Merdeka]

    http://ekbis.rakyatmerdekaonline.com/read/2012/02/16/54974/Pengembang-REI-Nilai-Kinerja-Menteri-Djan-Faridz-Buruk-

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    9/35

    Apersi Riau Bangun 3.039 Rumah Tipe 36

    Riani Dwi Lestari - Okezone

    Kamis, 16 Februari 2012 10:31 wib

    Foto: Persemian rumah tipe 36/ kemenpera.go.id

    JAKARTA - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Riaumembangun rumah sejahtera tipe 36 di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, KabupatenKampar, Riau.

    Pembangunan ribuan rumah tersebut merupakan sebuah bukti oleh pengembang, bahwa membangunrumah tipe 36 di daerah bukan merupakan sesuatu kesulitan.

    Ribuan rumah karya anggota DPD Apersi Riau tersebut juga telah diresmikan Menteri PerumahanRakyat (Menpera) Djan Faridz. Dia menyambut baik peresmian rumah sejahtera tapak tipe 36 yangdibangun anggota DPD Apersi Riau.

    "Saya harap pembangunan rumah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Riau," ujar Djan Faridz,seperti yang dikutip dari situs Kemenpera, Kamis (16/2/2012).

    Menurutnya, pengembang di daerah perlu memperbanyak pembangunan rumah tipe 36, karenakebutuhan hunian untuk masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu.

    "Apalagi pembangunan rumah 36 pada dasarnya juga merupakan salah satu amanah Undang-Undang(UU) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang harus dipatuhi olehsemua pihak termasuk para pengembang," paparnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    10/35

    Djan Faridz berharap program pembangunan perumahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik danmendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan bidang perumahan seperti pemerintahdaerah, pengembang serta masyarakat luas.

    "Untuk itu, Kemenpera siap memberikan bantuan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) kepada para

    pengembang serta subsidi pembiayaan kepada masyarakat agar dapat menjangkau harga rumahyang dibangun," beber politisi Nahdatul Ulama tersebut.

    Dia juga menjanjikan untuk melobi BPN agar sertifikatnya dapat digratiskan, termasuk izin dan biayainstalasi listrik. Tujuannya supaya harga rumah tipe ini tetap terjangkau oleh masyarakat miskin. (rhs)

    http://property.okezone.com/read/2012/02/16/471/576687/redirect

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    11/35

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    12/35

    dengan cicilan jadi Rp 1,2 juta per bulan. Hal ini tentunya sangat memberatkan bagi masyarakat yanggajinya kecil maka yang paling cocok adalah rumah tipe 22 m2 dengan harga Rp 60-70 juta.

    Rencananya ketentuan wajib hunian minimal tipe 36 akan berlaku dalam waktu dekat. Hal iniberdasarkan UU No.1 Tahun 2011 soal perumahan pasal 22 ayat 3 berbunyi luas lantai rumah tunggaldan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi. Untuk

    implementasinya akan dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP).(hen/dnl)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/15/184413/1843472/1016/digugat-di-mk-soal-rumah-36-djan-faridz-siap-ngeles

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    13/35

    Kamis, 16/02/2012 06:52 WIB

    Wuih! Kebutuhan Rumah Capai 2,6 Juta Unit per TahunSuhendra - detikFinance

    Browser anda tidak mendukung iFrame

    Jakarta - Kebutuhan rumah di Indonesia setiap tahunnya terus bertambah. Berdasarkan hitungan Real

    Estate Indonesia (REI), total kebutuhan rumah per tahun bisa mencapai 2,6 juta didorong olehpertumbuhan penduduk, perbaikan rumah rusak dan backlogatau kekurangan rumah.

    Hal ini disampaikan oleh Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat RealestatIndonesia (REI) F. Teguh Satria dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikFinance, Kamis(16/2/2012).

    Dikatakan Teguh berdasarkan data jumlah penduduk Indonesia lebih kurang 241 juta jiwa denganangka pertumbuhan penduduk 1,3 % per tahun. Jumlah rata-rata orang per Kepala Keluarga (KK) lebihkurang 4,3 jiwa.

    Dengan perhitungan jumlah kebutuhan rumah 241 juta x 1,3% = 4,3 juta. Sehingga setiap tahunnya

    dibutuhkan 728.604 unit rumah per tahun atau jika dibulatkan menjadi 729 ribu unit rumah pertahun.

    Selain itu, data BPS juga menyebutkan jumlah rumah di Indonesia mencapai angka 49,3 juta unit. Darijumlah itu 3%-nya perlu diperbaiki karena rusak sehingga jumlah rumah yang harus direhabilitasimencapai 1.479.000 unit berasal dari perhitugnan 49,3 juta x 3%.

    "Saya mencoba menghitung. Sebut saja sekarang jumlah backlog nasional hanya 8 juta unit. Jikadiasumsikan angka itu bisa dipenuhi dalam jangka waktu 20 tahun, artinya jumlah backlog pertahunmencapai 400 ribu unit rumah (8 juta : 20 tahun). Sehingga total kebutuhan rumah di Indonesia pertahun = akibat pertumbuhan penduduk + rehabilitasi/ upgradation + backlog = 729.000 unit + 1.479.000unit + 400.000 unit = 2.608.000 unit rumah per tahun," katanya.

    Teguh mengatakan melihat angka kebutuhan rumah yang sangat besar maka harus diperlukanpenyediaan dana yang sangat besar untuk membangunnya. Sehingga perlu pembiayaan perumahanberjangka waktu panjang sedangkan pada umumnya bank mendapatkan dana dari masyarakat berupadana jangka pendek dan relatif mahal, sehingga terjadi mismatch pendanaan.

    "Oleh karena itu perlu mengupayakan terkumpulnya dana yang berjangka panjang dan murah,"katanya.

    Ia menambahka, terhentinya kucuran kredit perumahan bersubsidi melalui skema bantuan Fasilitas

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    14/35

    Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) salah satu masalah yang mengganjal pengadaanperumahan bagi masyarakat menengah bawah.

    Menurutnya kisruh yang terjadi bisa dihindari jika pemerintah memiliki roadmap yang jelas tentangbagaimana memenuhi salah satu hak azasi manusia seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945(amandemen) pasal 28 H ayat I. Isinya Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

    tinggal dan mendapatkan lingkungan baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.

    "Tetapi sejak Indonesia merdeka sampai sekarang backlogperumahan bukannya makin mengeciltetapi justru makin bertambah. Data BPS pada 2009 lalu menyebutkan angka backlog sudah mencapailebih dari 8 juta unit. Jumlah itu jelas akan terus bertambah akibat pertambahan keluarga baru danadanya rumah yang rusak sehingga perlu rehabilitasi," katanya.

    (hen/qom)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/16/065221/1843675/1016/wuih-kebutuhan-rumah-capai-26-juta-unit-per-tahun

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    15/35

    Rabu, 15/02/2012 14:50 WIB

    Bukopin Tetap Ikut Program FLPP di 2012Whery Enggo Prayogi - detikFinance

    Browser anda tidak mendukung iFrame

    Jakarta - Bank Bukopin ternyata masih menyimpan keinginannya dalam partisipasi dalam programFLPP. Perseroan mengaku siap membiayai KPR rumah murah ini senilai Rp 1 triliun.

    Hal ini ditegaskan Direktur Utama Bukopin, Glen Glenardi di kantor BNI, Jakarta, Rabu (15/2/2012).

    "Kita tetap berkeinginan ikut FLPP. Kita sedang hitung-hitung. Plafon kita kalau jadi, bisa Rp 1 triliun,"katanya.

    Perseroan mengaku, struktur biaya KPR Bukopin dan Bank Tabungan Negara (BTN) nyaris sama.Sehingga ia pun menyarankan kepada Kemenpera agar porsi penyertaan pemerintah dan perbankantidak berubah, jadi 60:40, dari usulan Menpera Djan Faridz, 50:50.

    "Kalau 50:50 berat. Kita ga setuju. Kalau tetap berimbang kita ga masuk, tapi kalau tetap sepertisebelumnya masuk. Structure cost BTN dengan Bukopin hampir sama," paparnya.

    "Kalau unit penyerapannya, saya tidak hafal. Tapi kita sudah banyak kerja sama dengan beberapapengembang seperti di Malang, Karawang, Bekasi, Tangerang," tambah Glen.

    (wep/ang)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/15/145023/1843196/1016/bukopin-tetap-ikut-program-flpp-di-2012

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    16/35

    Kamis, 16/02/2012 08:06 WIB

    Tiru Singapura, China dan Malaysia, RI Juga Harus Wajibkan TabunganRumahSuhendra - detikFinance

    Jakarta - Indonesia sudah seharusnya memiliki aturan yang mewajibkan warga memiliki tabunganperumahan untuk mengatasi kebutuhan rumah yang terus bertambah setiap tahun. Tabungan wajibuntuk perumahan ternyata sudah diterapkan oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapuratermasuk China.

    Berdasarkan hitungan Realestat Indonesia (REI) total kebutuhan rumah per tahun bisa mencapai 2,6juta unit, yang didorong oleh pertumbuhan penduduk, perbaikan rumah rusak dan backlog ataukekurangan rumah. Sayangnya yang bisa dipasok atau bisa dipenuhi tidak signifikan.

    "Jalan keluar yang paling tepat, perlu adanya Tabungan Wajib Perumahan. Ini merupakan

    keniscayaan. Tabungan wajib perumahan ini berazas gotongroyong. Warganegara yang mampu,membantu yang kurang mampu, sehingga tidak membebani APBN. Hal seperti itu sudah diterapkan diSingapura, Malaysia dan China," kata Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Dewan Pengurus PusatRealestat Indonesia (REI) F. Teguh Satria dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikFinance,Kamis (16/2/2012).

    Teguh mencontohkan Singapura yang mewajibkan tabungan perumahan bagi warganya dan dikelolaoleh Central Provident Fund (CPF]. Dana yang dikelola oleh negara yang berpenduduk 4 juta jiwa,sejak tahun 1955 itu, kini berjumlah sampai Rp 1.500 triliun.

    "Dengan dana itulah kini semua warganya mampu tinggal di hunian yang layak dan terjangkau bagisemua lapisan,"katanya.

    Di Singapura, setiap warga negara yang berumur di bawah 55 tahun harus menyisihkan sekitar 25%dari total pendapatannya untuk berbagai kebutuhan, termasuk tabungan perumahan. Sedangkanwarga yang usianya 55 ke atas potongan untuk tabungan perumahan jumlahnya lebih kecil.

    Dengan ketentuan tersebut, maka setiap bulannya CPF Singapura memungut iuran tabunganperumahan sebesar 1,64 miliar dolar Singapura atau sekitar Rp 8,2 triliun.

    "Demikian juga dengan negara lain seperti Malaysia dan China, yang juga memiliki kebijakan serupa,"

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    17/35

    katanya.

    Melihat contoh negara-negara tadi, lanjut Teguh, tabungan wajib perumahan (TWP) perlu diterapkanterhadap seluruh masyarakat yang sudah berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP) atau minimal Rp 1.320.000 per bulan. Soal badan pengelola tabungan wajib perumahan,pemerintah bisa mengatur sendiri melalui peraturan pemerintah.

    "Bukan hanya terhadap karyawan yang berpenghasilan tetap. Besarnya tabungan wajib perumahanditetapkan, misalnya 1% dari penghasilan bersih," katanya.

    Ia menambahkan tabungan wajib perumahan bukan hanya dikenakan kepada pekerja/karyawan tetapijuga diikuti oleh pemberi kerja berupa iuran wajib perumahan. Misalnya PNS oleh pemerintah,TNI,Polri,Anggota DPR/DPRD oleh negara, pekerja oleh perusahaannya, sehingga ratio antara tabunganwajib perumahan berbandind 1:1 dengan iuran wajib perumahan.

    Misalnya Teguh melakukan asumsi dan simulasi perhitungan:

    Penduduk Indonesia 2011 sebanyak 241 juta jiwa

    y Angkatan kerja 2011 sebanyak 119,4 jutay Jumlah orang yang bekerja 111,3 jutay Income per kapita tahun 2011 sebesar US$ 3.600/tahuny Asumsi fixed income 30% dan non fix income 70%y Asumsi jumlah yang menabung 50%: 50% x 111,3jt = 55.650.000 orangy Sehingga jumlah tabungan wajib perumahan per tahun tahun = 55.650.000 (3.600 x Rp.9.000)

    x 1% = Rp 18 triliun.

    Menurutnya bila iuran wajib perumahan : tabungan wajib perumahan = 1:1 dan fixed incomediasumsikan 30%. Maka iuran wajib perumahan dari pemberi kerja: 30% x Rp 18 triliun = Rp 5,4 triliun.Sehingga total iuran wajib perumahan dan tabungan wajib perumahan Rp 5,4 triliun + Rp 18 triliun =Rp 23,5 triliun /tahun.

    "Bayangkan setiap tahunnya negara bisa menghimpun dana murah mencapai Rp 23,5 triliun setiaptahun. Sebelum peringatan satu abad Indonesia merdeka, Tabungan Wajib Perumahan bisa mencapaiangka Rp 752 triliun," katanya.

    (hen/qom)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/16/080645/1843698/1016/tiru-singapura-china-dan-malaysia-ri-juga-harus-wajibkan-tabungan-rumah

    Kabupaten Kampar Bangun Rumah Sederhana

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    18/35

    Rabu 15 Februari 2012 10:36 WIB

    (Vibiznews-Property), Menteri Perumahan Rakyat RI, Djan Faridz, Selasa, menyatakan salut kepadaPemerintah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, yang bekerjasama dengan para pengembang, untukfokus membangun ribuan rumah sederhana tipe 36 di seluruh kabupaten tersebut.

    Ia mengatakan itu, setelah mendapat laporan dari Bupati Kampar, H Jefry Noer, selang lima tahunterakhir, telah terbangun rumah sangat sederhana (RSH) tipe 36 sebanyak 9.315 unit di kabupatenyang bertekad menjadi 'serambih mekah'-nya Provinsi Riau tersebut.

    "Sekali lagi saya mengucapkan salut kepada pihak pengembang dari DPD Perumahan SeluruhIndonesia (Persi) yang berani membangun perumahan rakyat tipe 36 dengan harga murah, yakni Rp70juta per unit," tambah Menteri Perumahan Rakyat (Menpera).

    Dikatakan, membangun perumahan sangat sesuai dengan amanat konstitusi maupun undang-undang,guna membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama masyarakat kurang mampu.

    "Memberikan rumah murah kepada masyarakat kurang mampu, merupakan tindakan sangat terpuji,"

    kata Djan Faridz di lokasi kompleks Perumahan Desa Kubang Raya, Kecamatan Siakhulu, KabupatenKampar.

    Didampingi Gubernur Riau (Gubri), HM Rusli Zainal dan Bupati Kampar, H Jefry Noer, Menperamengharapkan pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) segera dapat memproses sertifikat gratiskepada para penghuni dari kalangan rakyat kecil ini.

    "Juga diharapkan, agar pihak pengembang yang membangun 3.000-an unit baru rumah ini, segeraberkoordinasi dengan BUMN yang mengelola kelistrikan, berikut dengan instansi terkait dalam hal izin-izin lainnya. Mudah-mudahan biayanya gratis, atau dimurahkan pula," pintanya.

    Ia menambahkan, Pemerintah RI memang terus mengupayakan bagaimana rakyat dapat memiliki

    rumah dengan harga murah dan terjangkau, serta dibebaskan dari biaya-biaya akibat bangunantersebut.

    "Yang menjadi kendala selama ini bagi masyarakat, ialah, harga uang muka yang tinggi dan cicilanbulanannya juga tinggi. Sekarang bagaimana pemerintah memberi bunga 0,5 persen. Itulah usaha danbantuan pemerintah," jelasnya.

    Sementara Guberi, Rusli Zainal, pada kesempatan itu menghaturkan limpah terima kasih atasbesarnya perhatian Pemerintah Pusat melalui Menpera RI ini.

    Dikatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, kini telah juga membangun rumah layak hunisebanyak 5.777 unit, juga rumah PNS 3000 unit.

    "Khusus untuk PNS, masih kurang 500 unit, yang diharapkan bisa ditanggulangi tahun 2012 ini,"ungkapnya.

    Rusli Zainal menjelaskan pula, di Provinsi Riau ini ada 120 pengembang, tetapi hanya 70 yang aktif.

    http://property.vibiznews.com/news/menpera-salut-kampar-bangun-rumah-sederhana/4955

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    19/35

    Djan Faridz Siap Digugat Perihal Rumah Murah Tipe 36

    Kamis, 16 Februari 2012 10:00 WIB (Vibiznews-Property), Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz siapmenghadapi gugatan para pengembang yang diajukan oleh Asosiasi Pengembang Perumahan dan PermukimanSeluruh Indonesa (Apersi) akhir Januari 2012.

    Apersi telah mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011tentang perumahan dan Kawasan Permukiman soal pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasanrumah sejahtera tapak tipe 36 m2.

    Menurutnya pengembang perumahan di Indonesia sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36 dengan hargayang terjangkau dan murah. Dengan demikian, masyarakat miskin yang saat ini belum memiliki rumah dapatterbantu untuk memiliki rumah yang layak huni.

    "Pengembang perumahan bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. Jadi tidak benar kalau adapengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Rabu(15/2/2012)

    Djan mengaku siap menghadapi tuntutan ke MK dari Apersi yang menyatakan rumah tipe 36 tidak mungkin

    dibangun dengan harga Rp 70 juta. Untuk itu, sudah punya jawaban dan akan membuktikannya bahwaKemenpera sanggup membangun rumah tipe 36 dengan harga murah.

    "Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat akan saya buktikan bahwa Kemenperasanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau yakni dengan harga tanah Rp 200.000 permeter,"katanya.

    Djan mengaku telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah 36 sebanyak 3.039 unit yang dibangun olehanggota DPD Apersi Provinsi Riau. Menpera bahkan meresmikan serta mendukung pembangunan perumahanApersi di daerah-daerah. Apalagi harga tanah di daerah masih sangat murah.

    Sebelumnya Apersi menegaskan batasan minimal membangunan rumah 36 m2 t idak didasarkan pada kondisi dimasyarakat. Rata-rata bangunan rumah minimal 36 m2, harganya paling murah Rp 120 juta dengan cicilan jadi

    Rp 1,2 juta per bulan. Hal ini tentunya sangat memberatkan bagi masyarakat yang gajinya kecil maka yangpaling cocok adalah rumah tipe 22 m2 dengan harga Rp 60-70 juta.

    Rencananya ketentuan wajib hunian minimal tipe 36 akan berlaku dalam waktu dekat. Hal ini berdasarkan UUNo.1 Tahun 2011 soal perumahan pasal 22 ayat 3 berbunyi luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memilikiukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi. Untuk implementasinya akan dikeluarkan PeraturanPemerintah (PP).

    (ns/NS/vbn-dtc)

    http://property.vibiznews.com/news/djan-faridz-siap-digugat-perihal-rumah-murah-tipe-36/4962

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    20/35

    Penduduk Indonesia Diharapkan Dapat Memiliki Rumah di Tahun 2045

    Kamis, 16 Februari 2012 09.05 WIB

    (Vibiznews-Property), Jika Indonesia menerapkan kewajiban tabungan perumahan bagi warganya, maka setiaptahunnya bisa terhimpun dana murah mencapai Rp 23,5 triliun. Diperkirakan sebelum tahun 2045 dana

    tabungan wajib perumahan bisa mencapai angka Rp 752 triliun.

    Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat Realestat Indonesia (REI) F. Teguh Satriamengatakan dana tersebut hanya boleh digunakan untuk kepentingan atau kegiatan yang berkaitan denganpenyediaan perumahan bagi rakyat.

    "Jika berhasil dihimpun dana yang sangat besar, murah dan berjangka panjang melalui TWP ini, maka sangatmungkin suku bunga KPR bisa ditekan menjadi 2% - 3% per tahun," katanya.

    Ia menjelaskan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mampu memiliki rumah disediakan skemaKPR dengan bunga yang rendah dan jangka waktu yang panjang. Bagi MBR yang tidak mampu memiliki rumahdisediakan rumah-rumah sewa yang dibangun dari hasil pemupukan dana tabungan wajib perumahan tersebut.

    "Bagi MBR yang tidak mampu memiliki rumah bahkan sewapun juga tidak mampu, maka pemerintah dapatmenyediakan rumah-rumah sosial yang dibangun dari hasil pemupukan dana tabungan wajib perumahantersebut," katanya.

    Menurut Teguh, apalagi jika semua peraturan seperti perbankan, pertanahan, asuransi bisa berjalan dalamjangka waktu KPR diperpanjang misalnya sampai dengan 40 tahun, maka jumlah MBR dan MBM yang dapatmengakses KPR dapat jauh lebih banyak. Ia mencontohkan jika pokok kredit KPR Rp 79 juta dengan sukubunga 2% maka MBR hanya mencicil kurang dari Rp 240.000/bulan.

    "Sekali lagi jika skema tersebut dijalankan, saya yakin, optimis dan sekaligus menjamin, sebelum peringatan 100tahun Indonesia merdeka, 17 Agustus 2045, seluruh rakyat Indonesia sudah tinggal dan menempati rumah yanglayak huni. Tidak ada lagi kawasan kumuh diperkotaan," katanya.

    (jn/JN/vbn-dtc)

    http://property.vibiznews.com/news/tahun-2045-semua-penduduk-indonesia-bisa-punya-rumah/4960

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    21/35

    Bukopin Siap Biayai Program Rumah Murah

    Rabu, 15 Februari 2012 16:25 WIB

    (Vibiznews-Banking), Bank Bukopin ternyata masih menyimpan keinginannya dalam partisipasi dalam programFLPP. Perseroan mengaku siap membiayai KPR rumah murah ini senilai Rp 1 triliun.

    Hal ini ditegaskan Direktur Utama Bukopin, Glen Glenardi di kantor BNI, Jakarta, Rabu (15/2/2012).

    "Kita tetap berkeinginan ikut FLPP. Kita sedang hitung-hitung. Plafon kita kalau jadi, bisa Rp 1 triliun," katanya.

    Perseroan mengaku, struktur biaya KPR Bukopin dan Bank Tabungan Negara (BTN) nyaris sama. Sehingga iapun menyarankan kepada Kemenpera agar porsi penyertaan pemerintah dan perbankan tidak berubah, jadi60:40, dari usulan Menpera Djan Faridz, 50:50.

    "Kalau 50:50 berat. Kita ga setuju. Kalau tetap berimbang kita ga masuk, tapi kalau tetap seperti sebelumnyamasuk. Structure cost BTN dengan Bukopin hampir sama," paparnya.

    "Kalau unit penyerapannya, saya tidak hafal. Tapi kita sudah banyak kerja sama dengan beberapa pengembang

    seperti di Malang, Karawang, Bekasi, Tangerang," tambah Glen.

    (ns/NS/vbn-dtc)

    http://property.vibiznews.com/news/bukopin-siap-biayai-program-rumah-murah/4959

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    22/35

    Pengembang pun Bisa Bangun Rumah Tipe 36

    Riani Dwi Lestari - Okezone

    Kamis, 16 Februari 2012 11:02 wib

    Foto: Rumah tipr 36 yang di bangun Apersi/ kemenpera

    JAKARTA - Pengembang properti identik dengan membangun properti sektor residensial dengankategori mewah. Jarang rasanya ada pengembang yang mau membangun rumah bertipe mungildengan harga terjangkau.

    Namun, anggapan itu berusaha ditepis oleh Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman(Apersi) provinsi Riau yang telah membangun 3.036 unit rumah tipe 36 di Kabupaten Kampar, Riau.

    Hal tersebut pun diakui oleh Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Menurutnya,pengembang perumahan di Indonesia sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36 dengan hargayang terjangkau dan murah.

    "Dengan demikian, masyarakat miskin yang saat ini belum memiliki rumah dapat terbantu untukmemiliki rumah yang layak huni. Pengembang perumahan bisa membangun rumah tipe 36 denganharga Rp70 juta," kata Djan Faridz, seperti yang dilansir dari lamanKemenpera, Kamis (16/2/2012).

    Jadi, menurutnya, tidak benar kalau ada pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36. Dia jugamenyampaikan, pernyataan tersebut terkait adanya gugatan Apersi yang mengajukan judicial reviewatau peninjauan kembali Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan danKawasan Permukiman khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumahsejahtera tapak tipe 36 m2.

    "Ketua Umum Apersi Eddy Ganefo mengatakan gugatan tersebut telah diajukan ke MahkamahKonstitusi pada akhir Januari lalu. Tuntutan ke MK dari Apersi yang menyatakan rumah tipe 36 tidakmungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta," jelasnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    23/35

    Namun, Djan Faridz melanjutkan, instansinya punya jawaban atas gugatan tersebut. "Daripadaberdebat akan saya buktikan bahwa Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yangterjangkau yakni dengan harga tanah Rp 200.000 permeter," imbuh politisi Nahdatul Ulama (NU)tersebut.

    Dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah 36 sebanyak 3.039 unit yang dibangun olehanggota DPD Apersi Provinsi Riau. Menpera bahkan meresmikan serta mendukung pembangunanperumahan Apersi di daerah karena harga tanah di daerah masih sangat murah.

    "Sewaktu saya meresmikan rumah tipe 36 yang dibangun anggota DPD Apersi Provinsi Riau. Danseluruh rumah yang mereka bangun tipe 36. Saat saya tanya berapa harga tanah satu meternya diPekanbaru mereka bilang per meter masih cukup murah. Jadi kalau dibilang tidak bisa membanguntipe 36 menurut saya jawabannya salah," tandasnya.

    Menurut Djan Faridz, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan yang dikeluarkandi pusat dapat dilaksanakan di daerah. Namun demikian, Kemenpera juga mendukung pembangunanperumahan di daerah yang dilaksanakan oleh para pengembang.

    "Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama khususnyapara pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para pengembang yang telahmembangun perumahan bagi masyarakat miskin baik di pusat maupun di daerah," pungkas DjanFaridz. (rhs)

    http://property.okezone.com/read/2012/02/16/471/576693/pengembang-pun-bisa-bangun-rumah-tipe-36

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    24/35

    Apersi: Tipe 36 Terwujud Kalau Tanah Luas dan Murah!Natalia Ririh | Latief | Rabu, 15 Februari 2012 | 15:36 WIB

    KRISTIANTO PURNOMO/KOMPAS IMAGESMenurut Ketua DPP Apersi, Eddy Ganefo, rumah bertipe 36 tetap bisa dimungkinkan terbangunasalkan harga tanah masih murah dan ketersediaannya juga masih luas.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Gugatan pengembang yang tergabung dalam Asosiasi PengembangPerumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) terhadap kebijakan pembangunan rumah tipe36 dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal22 ayat 3 perlu diluruskan. Ketua Umum DPP Apersi, Eddy Ganefo, mengatakan gugatan keMahkamah Konsitusi tersebut dimaksudkan untuk memperjuangkan kesempatan masyarakatberpenghasilan rendah (MBR) untuk tinggal.

    Bukan masalah mendukung atau tidak mendukung kebijakan pemerintah terkait pembatasan huniantipe 36. Kami ajukan uji materiil tentang pasal ini dengan paparan data di lapangan, silakan hakim yangmemutuskan.-- Eddy Ganefo

    "Jadi, ini bukan masalah mendukung atau tidak mendukung kebijakan pemerintah terkait pembatasanhunian tipe 36. Kami mengajukan uji materiil tentang pasal ini, dengan paparan data di lapangan,silakan hakim yang memutuskan," katanya ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (15/2/2012).

    Eddy mengatakan, rumah bertipe 36 tetap bisa dimungkinkan terbangun asalkan harga tanah masihmurah dan ketersediaannya juga masih luas. Jawaban ini sekaligus menanggapi dukungan Apersi Riauterhadap kebijakan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz, yang mewajibkan pengembangmembangun rumah minimal tipe 36.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    25/35

    "Kalau di Riau itu memang bisa untuk rumah tipe 36, karena tanahnya masih luas dan murah. Namun,kalau di kotamadya Pekanbaru sudah tidak mungkin bagi MBR memiliki rumah tipe 36, karenatanahnya sudah mahal dan sempit," ujarnya.

    Seperti diberitakan sebelumnya, setelah mendapat dukungan penuh dari Ketua DPR RI Marzuki Aliesoal negosiasi kredit suku bunga rendah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), Menteri

    Perumahan Rakyat Djan Faridz makin percaya diri. Menpera terus mempromosikan program-programkerja kementerian yang dipimpinnya.

    Dukungan juga mengalir dari asosiasi-asosiasi pengembang. Padahal, pengembang dan perbankansatu suara menentang kebijakan-kebijakan Menpera soal Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan(FLPP). Salah satu dukungan itu datang dari Ketua DPD Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahandan Permukiman Seluruh Indonesia) Riau, Hermanto.

    Kepada wartawan Hermanto mengungkapkan, seluruh pengembang yang tergabung dalam ApersiRiau tidak ada yang keberatan dengan kebjakan Kemenpera. Hermanto juga menjamin, Apersi Riaumemegang teguh amanah undang-undang yang mewajibkan seluruh pengembang untuk membangunrumah minimal tipe 36.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/15/15365287/Apersi.Tipe.36.Terwujud.Kalau.Tanah.Luas.dan.Murah.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    26/35

    Kamis, 16 Februari 2012 08:15 WIB

    Menteri Perumahan: Rumah 36 Bisa Berharga Terjangkau

    Achmad Adhito Hatanto

    Menteri Perumahan Djan Faridz (Foto: Antara/Jaringnews)

    Kemenpera akan buktikan sanggup membuat rumah 36 berharga terjangkau.

    JAKARTA, Jaringnews.com - Pengembang perumahan di Indonesia sebenarnya dapat membangunrumah tipe 36 dengan harga yang terjangkau dan murah. Dengan demikian, masyarakat miskin yangsaat ini belum memiliki rumah dapat terbantu untuk memiliki rumah yang layak huni. Jadi, tidak benarkalau ada pengembang bilang saat ini tidak bisa membangun tipe 36, ujar Menteri Perumahan RakyatRI Djan Faridz di Jakarta kemarin.

    Menteri Djan Faridz menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan AsosiasiPengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) yang mengajukanjudicialreviewterhadap Undangundang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman; khususnya pada Pasal 22 Ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahteratapak ke tipe 36 m2.

    Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat akan saya buktikan bahwaKemenpera (Kementerian Perumahan Rakyat) sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yangterjangkau yakni dengan harga tanah Rp 200.000/m2, kata dia melalui keterangan resmi.

    Menteri Djan Faridz menyatakan, dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah tipe 36sebanyak 3.039 unit yang dibangun oleh anggota Dewan Pimpinan Daerah Apersi Propinsi Riau.

    Kemarin saya meresmikan rumah tipe 36 yang dibangun anggota DPD Apersi Propinsi Riau. Danseluruh rumah yang mereka bangun tipe 36. Saat saya tanya berapa harga tanah di Pekanbaru,mereka bilang per meter masih cukup murah. Jadi kalau dibilang [saat ini] tidak bisa membangun tipe36, menurut saya itu salah, tandasnya.

    (Dhi / Dhi)http://jaringnews.com/ekonomi/property/9998/menteri-perumahan-rumah-bisa-berharga-terjangkau

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    27/35

    Menpera Resmikan 3.039 Rumah Tipe 36

    Thursday, 16 February 2012 14:30

    Jakarta - Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Faridz, meresmikan 3.039 unit rumah sejahteratapak tipe 36, yang dibangun anggota DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan PermukimanSeluruh Indonesia (Apersi) Provinsi Riau, di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, KabupatenKampar, Riau.

    Saya menyambut baik peresmian rumah sejahtera tapak tipe 36 yang dibangun anggota DPD ApersiRiau. Saya harap pembangunan rumah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Riau, ujarnya dalamsiaran pers Kemenpera, yang diterima Gatranews, Kamis (16/2), di Jakarta.

    Menurutnya pengembang di daerah perlu memperbanyak pembangunan rumah tipe 36 karenakebutuhan hunian untuk masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu.Terlebih, pembangunanrumah 36 pada dasarnya merupakan salah satu amanah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang harus dipatuhi semua pihak, termasuk para

    pengembang.

    Menpera berharap, program pembangunan perumahan di Indonesia berjalan baik dan mendapatdukungan dari semua pemangku kepentingan bidang perumahan, seperti pemerintah daerah,pengembang, serta masyarakat luas.

    Untuk itu, Kemenpera siap memberikan bantuan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) kepada parapengembang serta subsidi pembiayaan kepada masyarakat agar dapat menjangkau harga rumahyang dibangun.

    Kemenpera juga akan melobi BPN agar sertifikatnya dapat digratiskan, termasuk izin dan biayainstalasi listrik. Tujuannya supaya harga rumah tipe ini tetap terjangkau oleh masyarakat miskin,

    terangnya.

    Sementara itu, Gubernur Riau, Rusli Zainal mengatakan, untuk mendukung program perumahan didaerah tersebut, Pemprov Riau melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) telah membangun sedikitnya5.777 rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Selain itu, pihaknya juga tengah mengupayakanpembangunan rumah bagi para abdi negara agar mereka lebih bersemangat dalam bekerja.

    "Pemerintah provinsi Riau juga membangun 3.000 unit rumah PNS. Dan pada tahun 2012 ini, kita akanmenambah lagi 500 unit untuk rumah PNS," terangnya.

    Hadir dalam peresmian itu, Gubernur Riau HM Rusli Zainal, Bupati Kampar Jefri Noer, DeputiPerumahan Formal Kemenpera Pangihutan Marpaung, Ketua DPD ApersiProvinsi Riau Herwanto

    perwakilan perbankan dan pejabat di lingkungan Pemprov Riau. [IS]

    http://www.gatra.com/terpopuler/46-ekonomi/8775-menpera-resmikan-3039-rumah-tipe-36

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    28/35

    Kemenpera Siap Hadapi Gugatan Apersi

    Thursday, 16 February 2012 13:26

    Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) siap menghadapi gugatan AsosiasiPengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), yang mengajukan peninjauankembali UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, ke MahkamahKonstitusi (MK).

    "Gugatan, khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tapaktipe 36 m2," ujar Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Faridz, dalam siaran pers Kemenperayang diterima Gatranews, Kamis (16/2), di Jakarta.

    Menurutnya, inti gugatan tersebut, rumah tipe 36 tidak mungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta.Namun, Menpera, mengaku punya jawaban dan akan membuktikannya, bahwa Kemenpera sanggupmembangun rumah tipe 36 dengan harga murah.

    Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat akan saya buktikan, bahwaKemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 dengan harga yang terjangkau, yakni dengan harga tanah Rp200.000 per meter, terangnya.

    Menurutnya, pengembang perumahan bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. "Jaditidak benar kalau ada pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36, kilahnya.

    Dijelaskan, dirinya telah melihat sendiri pembangunan rumah 36 sebanyak 3.039 unit yang dibangunoleh anggota DPD Apersi Provinsi Riau. Menpera bahkan meresmikan serta mendukungpembangunan perumahan Apersi di daerah-daerah. Apalagi harga tanah di daerah masih sangatmurah.

    Kemarin waktu saya meresmikan rumah tipe 36 yang dibangun anggota DPD Apersi Provinsi Riau.Dan seluruh rumah yang mereka bangun tipe 36. Saat saya tanya berapa harga tanah satu meternyadi Pekanbaru mereka bilang per meter masih cukup murah. Jadi kalau dibilang tidak bisa membanguntipe 36 menurut saya jawabannya salah, tandasnya.

    Dijelaskanya, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan yang dikeluarkan di pusatdapat dilaksanakan di daerah. Namun demikian, Kemenpera juga mendukung pembangunanperumahan di daerah yang dilaksanakan oleh para pengembang.

    Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama khususnyapara pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para pengembang yang telahmembangun perumahan bagi masyarakat miskin baik di pusat maupun di daerah, katanya. [IS]

    http://www.gatra.com/terpopuler/46-ekonomi/8774-kemenpera-siap-hadapi-gugatan-apersi-

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    29/35

    PEMBANGUNAN DAERAH

    DPD Apersi Riau Dukung MenperaWujudkan Rumah Sejahtera

    Kamis, 16 Februari 2012PEKANBARU (Suara Karya): Ketua DPD Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahan dan

    Permukiman Seluruh Indonesia) Riau, Hermanto, mengatakan bahwa seluruhpengembangan yang tergabung dalam asosiasinya tidak ada yang keberatan dengankebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Ia

    juga menjamin bahwa Apersi Riau memegang teguh amanah undang-undang yangmewajibkan seluruh pengembang untuk membangun rumah minimal tipe 36.

    Pernyataan itu disampaikan Hermanto saat membuka peresmian Rumah SejahteraTapak di Perumahan Kelapa Gading, Jalan Kubang Raya, Desa Kubang Raya, Siak Hulu,

    Kabupaten Kampar, Riau, oleh Menteri Perumahan Rakyat, H Djan Faridz, Selasa (14/2)."Rumah Sejahtera Tapak ini terdiri 3.039 unit rumah. Tipe paling rendah 36, dengan

    luas tanah minimal 90 meter persegi. Persiapan pembangunannya selama tiga bulan,"

    kata Hermanto.

    Sementara itu, Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) H Djan Faridz nyaris tidak percayaapabila Apersi Riau mau membangun minimal tipe 36. Padahal DPP Apersi pusat sedangmenggugat kementerian yang dipimpinnya ke MK. "Apersi ini merupakan rekan

    perjuangan sekaligus rekan berlawanan kata," kata Djan Faridz berguyon, disambut

    tawa dan tepuk tangan hadirin.

    Menurut Djan, Apersi Riau sudah menjawab keinginan Apersi pusat bahwa tipe 36 itu

    bisa dibuat oleh Apersi Riau. "Tipe 36 ini amanah undang-undang. Kalau saya tidakpeduli, kasihan rakyat kita. Untuk menegaskan lagi, saya sudah siapkan prototipe rumah

    sederhana tipe 36 yang saya bangun di lingkungan kantor Kemenpera. Dindingnya daribeton. Jika dihitung sampai jadi, modalnya cuma 25 juta rupiah. Kalau sudah jadi, saya

    akan undang Apersi. Apa-lagi di sini saya melihat ada umbul-umbul bank. Ini artinya,

    perbankan juga sudah siap membantu dan sudah mendukung," kata Djan.

    Yang pasti, menurut Djan, kementeriannya berusaha semaksimal mungkin mewujudkanrumah sejahtera, murah, dan layak huni. "Saya mencoba mengurangi biaya-biayarumah hingga harga rumahnya hanya 70 juta. Dari harga segitu, apabila dibeli secara

    kredit, seharusnya DP yang dikeluarkan adalah 11,5 juta rupiah. Setelah komponen-

    komponen biaya dikurangi, DP turun jadi 7 juta rupiah. Cicilan juga ikut turun. Dari 650ribu menjadi 550 ribu rupiah," tutur Djan.

    Bupati Kampar Jefri Noer mendukung Apersi atau REI yang ingin membantu program

    Kemenpera. Sebagai dukungan kepada pemerintah pusat, Jefri bertekad men-zero-kan

    wilayah kumuh yang ada di Kabupaten Kampar. "Karena salah satu program Kemenperaadalah mengubah kawasan kumuh menjadi kawasan perumahan layak huni," katanya.

    Gubernur Riau Rusli Zaenal juga sangat antusias dengan perhatian dan kepedulian

    Menpera dalam program perumahan layak huni. Rusli mengungkapkan bahwa

    pemerintahan daerah yang dipimpinnya memang sudah punya program yang sama.Namun belum memadai untuk mewujudkannya. (Adrizas)

    http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=297399

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    30/35

    RUMAH MURAH

    Menpera "Keukeuh" Soal Rumah Tipe 36M.Latief | Latief | Kamis, 16 Februari 2012 | 20:03 WIB

    KOMPAS.com/BANAR FIL ARDHIMenpera Djan Faridz.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan, para pengembangperumahan sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36 dengan harga terjangkau dan murah bagimasyarakat berpenghasilan rendah. Djan Faridz tetap bersikeras bahwa pengembang bisamembangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta.

    Daripada berdebat, akan saya buktikan bahwa Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta hargayang terjangkau, yakni dengan harga tanah Rp 200.000 per meter.-- Djan Faridz

    "Jadi, tidak benar kalau ada pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36," kata Djan Faridzdalam keterangan tertulis Kementerian Perumahan Rakyat di Jakarta, Kamis (16/2/2012).

    Menurut dia, bila para pengembang perumahan dapat membangun rumah tipe 36 sesuai tuntutan UUNo 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, masyarakat miskin yang saat inibelum memiliki rumah dapat terbantu memiliki rumah layak huni. Menpera menyampaikan pernyataantersebut terkait adanya gugatan uji materi dari Asosiasi Pengembang Perumahan dan PermukimanSeluruh Indonesia (Apersi) terhadap UU No 1/2011 khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturanpembatasan luasan rumah sejahtera tapak tipe 36 m2 (Baca: Wah...Aturan Rumah Tipe 36 Digugatke MK!).

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    31/35

    "Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat, akan saya buktikan bahwaKemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau, yakni dengan harga tanah Rp200.000 per meter," katanya.

    Djan mengatakan, dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah tipe 36 sebanyak 3.039unit dibangun oleh pengembang yang merupakan anggota dari DPD Apersi Provinsi Riau. Untuk itu,

    lanjutnya, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan di pusat dapat dilaksanakandi daerah. Namun, Kemenpera juga mendukung pembangunan perumahan di daerah yangdilaksanakan para pengembang.

    "Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama, khususnyapara pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para pengembang yang telahmembangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat maupun di daerah," kata Menpera.

    Tolak ketentuan

    Sebelumnya, Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) secaraterbuka menolak ketentuan bahwa penyaluran kredit Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan

    (FLPP) hanya diperuntukan bagi pengembang perumahan yang membangun rumah dengan tipe 36. "

    Kami menolak ketentuan itu karena tidak realistis. Peminat rumah di daerah itu didominasi untukmencicil rumah di bawah tipe tersebut seperti tipe 30, 21, dan sebagainya," kata Ketua Umum EdiGanefo dalam diskusi tentang Tinjauan Kebijakan Perumahan 2012 dengan tema MenggugatPembatasan Luas Lantai Rumah, di Jakarta, Rabu (15/2/2012).

    Edi memperkirakan, jika kebijakan itu diteruskan, hampir bisa dipastikan akan banyak anggota Apersiyang umumnya membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) akan gulung tikarkarena umumnya mereka berkemampuan membangun rumah tipe kecil di bawah tipe 36.

    http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/16/20034977/Menpera.Kekeuh.Soal.Rumah.Tipe.36

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    32/35

    Bantu Masyarakat Penghasilan Rendah, Pemda Diminta Mudahkan Perijinan

    Kemenpera Optimis Program 1.000 RusunamiTetap Berjalan

    Jumat, 17 Februari 2012 00:10 WIB

    Ist/Ilustrasi pembangunan RusunamiBERITA TERKAIT

    LENSAINDONESIA.COM: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tetap optimis programpembangunan 1.000 tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) tetap berjalan. Namun demikian,Kemenpera juga berharap Pemerintah Daerah (Pemda) memberikan kemudahan dalam hal perijinan.Sehingga, pembangunan hunian vertikal tersebut dapat terlaksana dengan baik.

    Hal tersebut disampaikan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) di Kantor Kemenpera, Jakarta, Kamis(16/2/2012). Menurutnya, Rusunami merupakan salah satu pembangunan hunian yang cukup tepatuntuk dibangun di daerah kota-kota besar di Indonesia.

    Program 1.000 tower Rusunami tetap berjalan, ujar Menpera Djan Faridz.

    Menurut Djan Faridz, program 1.000 tower tersebut harus dilaksanakan dengan baik. Sehingga,pemerintah dapat membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk dapat memiliki rumahyang layak huni di daerah perkotaan. Selain itu, Rusunami juga bisa menjadi solusi untuk mengurangimobilitas penduduk yang berpergian dari tempat tinggal menuju tempat kerjanya.

    Saat ini, imbuh Djan Faridz, mobilitas penduduk di kota-kota besar seperti di DKI Jakarta memangcukup tinggi. Apabila, di siang hari jumlah penduduk di DKI Jakarta bisa mencapai angka 9 juta lebih.

    Sedangkan, malam hari saat orang-orang kembali dari tempat kerjanya di Jakarta menuju rumahnya didaerah-daerah pinggiran maka jumlahnya akan berkurang menjadi sekitar 6 juta.

    Kalau masyarakat bisa tinggal di Rusunami tentunya mobilitas dari rumah ke tempat kerja akanberkurang, terangnya.

    Lebih lanjut, Djan Faridz mengungkapkan, pembangunan Rusunami di kawasan perkotaan biasanyamemang terkendala masalah lahan yang harganya mahal. Untuk itu, Kemenpera saat ini sedang

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    33/35

    berupaya menggandeng Kementerian BUMN untuk dapat menggunakan tanah-tanah milikikementerian tersebut yang berada di daerah perkotaan untuk dibangun Rusunami.

    Saat ditanya mengenai adanya target Rusunami yang salah sasaran, Menpera Djan Faridz mengaku,hal itu tidak benar. Sebab, masyarakat yang ingin memiliki Rusunami dengan cara kredit akandiverifikasi terlebih dahulu oleh pihak bank.

    Kemenpera, lanjutnya, juga sedang mengkaji kenaikan harga Rusunami. Selain itu, Kemenpera jugaakan melakukan sejumlah perubahan peraturan terkait jual beli hunian vertikal tersebut.

    Masyarakat yang membeli Rusunami dengan memanfaatkan subsidi pemerintah ke depan tidak bolehmemperjualbelikan atau memindah tangankan. Jadi yang tinggal di Rusunami tersebut benar-benarmereka yang membutuhkan rumah, tambahnya. *ari

    Editor: Rudi

    Rubrik : EKONOMI , headline ekonomi , PROPERTI , Terkini

    http://www.lensaindonesia.com/2012/02/17/kemenpera-optimis-program-1-000-rusunami-tetap-berjalan.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    34/35

    RUMAH MURAH

    Apersi Riau: Rumah Rp 70 Juta Cuma di Pinggir Kota!Natalia Ririh | Latief | Kamis, 16 Februari 2012 | 16:40 WIB

    shutterstock

    JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPD Riau yang baru saja terpilih, Zalmesi Fradius,mengatakan pihaknya dapat membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tipe36 dengan harga Rp 70 juta. Namun, dengan catatan, rumah tersebut hanya dapat dibangun di pinggir

    kota

    Rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta masih bisa kami bangun, tetapi di pinggiran. Di dalam kotatidak bisa masuk harganya, karena tanah sudah mahal.-- Zalmesi Fradius

    Zalmesi mengungkapkan, mustahil rumah seharga Rp 70 juta bisa dibangun di dalam kota. Di dalamkota, harga rumah tipe 36 mencapai Rp 135 juta.

    "Rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta masih bisa kami bangun, tetapi di pinggiran. Di dalam kotatidak bisa masuk harganya, karena tanah sudah mahal. Di pinggiran tanah masih murah, Rp 50 - 75ribu per meter persegi, sementara di kota tanah mencapai Rp 150 - 200 ribu per meter persegi," kataZalmesi ketika dihubungi Kompas.com diPekanbaru, Kamis (16/2/2012).

    Zalmesi mengatakan, masalah ini tidak hanya dialami oleh Apersi Riau, melainkan semuapengembang yang tergabung dalam Apersi di daerah-daerah lainnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 17 Februari 2012

    35/35

    "Tipe 36 pasti di pinggiran, sementara kebutuhan untuk rumah bagi MBR tidak hanya di pinggiran saja.Di dalam kota, rumah untuk MBR tetap dibutuhkan," ujar Zalmesi.

    "Kalau tetap membangun di harga Rp 70 Juta di dalam kota, kami bisa rugi dua kali. Rugi material, jugarugi mental," imbuhnya.

    Terkait penghentian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sejak 6 Januari 2012, Zalmezimengatakan, kerugian telah diderita pihaknya, yaitu para pengembang. Sebanyak 800 unit rumahterhenti akad kreditnya, yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp 48 miliar.

    "Belum lagi keluhan masyarakat yang tak juga mendapatkan rumah," jelasnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/16/16405772/Apersi.Riau.Rumah.Rp.70.Juta.Cuma.di.Pinggir.Kota.