kliping berita perumahan rakyat online, 6 februari 2012

Upload: klipingdigital

Post on 06-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    1/52

    Minggu, 05/02/2012 16:30 WIB

    BTN Ogah Turunkan Lagi Bunga Kredit Rumah

    SubsidiRamdhania El Hida detikFinance

    Jakarta- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) bersikeras enggan

    menurunkan bunga kreditnya sesuai permintaan pemerintah. BTN mengaku hanya

    mampu menekannya hingga 7,75 persen. BTN tidak ingin menelan kerugian jika

    bunga kredit rumah subsidi diturunkan dibawah angka tersebut.

    "Penawaran kami kan sudah turun, 7,75 persen untuk 60:40. Kalau di bawah itu

    kami tidak sanggup," tegas Direktur Utama BTN Iqbal Latanro saat ditemui di tengah

    acara Ulang Tahun ke-62 BTN, Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (5/2/2012).

    Sayangnya, kesanggupan BTN ini masih jauh dari permintaan pemerintah yang

    menginginkan bunga KPR dalam Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

    Perumahan (FLPP) sekitar 6-7 persen. Iqbal menilai jika keinginan pemerintah

    tersebut membuat beban bunga yang ditanggung bank akan semakin besar. Namun,

    lanjutnya, BTN masih sangat ingin ikut program pemerintah tersebut.

    "Kami tetap ingin ikut FLPP tapi tidak mau menanggung kerugian yang kami

    tanggung akibat bunga yang terlalu rendah," tegasnya.

    Iqbal mengaku penghentian penyaluran FLPP oleh BTN pastilah akan memberikan

    pengaruh kepada pihaknya. Pasalnya, memberikan ketidakpastian aturan kepada

    masyarakat. Hal ini akan berdampak rencana penyaluran kredit sebesar Rp 36 triliunpada tahun ini akan terhambat. Dari rencana tersebut, sekita 15-20 persen

    merupakan kredit untuk program FLPP.

    "Kita menargetkan kurang lebih Rp 36 triliun pemberian kredit baru, tentu

    penyetopan FLPP nanti pasti ada hambatan, karena nanti on-off-on-off itu persoalan,

    tiba-tiba berhenti jalan, jadi orang butuh kepastian," ujarnya.

    Namun, Iqbal meyakini hal itu bisa diantisipasi karena BTN sendiri telah menyiapkan

    beberapa langkah antisipasi, seperti menyediakan kredit untuk golongan menengah

    ke atas.

    "Kita sekarang syukur, FLPP itu kan sekarang banyak di daerah pinggiran karena

    harga jual mulai ditinggalkan orang, kan (rumah seharga) Rp 70 juta di DKI itu

    sangat sedikit, jadi kita punya beberapa langkah antisipasi, misalnya kita menaikkan

    ke menengah atas," ujarnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    2/52

    Selain itu, Iqbal menyatakan BTN tetap menawarkan KPR dengan bunga 9,75

    persen.

    "Kita tawarkan kepada orang-orang untuk ikut program promosi kita. Programpromosi kita itu sebetulnya 9,75 persen itu cukup baik, hanya dia sebatas dua tahun

    kurang lebih kalau bunga itu naik kita bisa melakukan penyesuaian tapi kalau tidak

    naik maka kita tidak perlu penyesuaian," pungkasnya.

    http://finance.detik.com/read/2012/02/05/163011/1834520/1016/btn-ogah-turunkan-lagi-

    bunga-kredit-rumah-subsidi

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    3/52

    Jumat, 03/02/2012 17:29 WIB

    Pengembang Khawatir Jika BTN Mundur, Kredit KPR Subsidi Kacau

    Whery Enggo Prayogi detikFinance

    Jakarta - Pengembang rumah sederhana ragu dengan partisipasi perbankan lain non Bank

    Tabungan Negara (BTN) pada program KPR rumah subsidi skema fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) 2012. BTN dianggap paling berpengalaman dan memiliki

    sumber daya manusia yang unggul.

    "Kita sudah terbiasa kerja sama dengan BTN. BTN selain memiliki kemampuan SDM, juga

    infratrukturnya sudah jadi," kata Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan

    Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi), Eddy Ganefo di Jakarta, Jumat (3/2/2012).

    Ia menambahkan, selain berpartisipasi dalam KPR FLPP kepada konsumen, BTN juga aktif

    dalam pembiayaan kredit konstruksi kepada pengembang rumah sederhana.

    Lebih jauh, terdapat kekhawatiran dari pengembang saat BTN mundur dari program FLPP

    2012. Yakni proses pengajuan KPR lebih lambat, karena bank lain belum memiliki

    kemampuan sama seperti BTN.

    "Tidak mudah untuk membangun sistem. Kalau pengalaman di BTN satu sampai dua

    minggu bisa akad. Kalau yg lain bisa berbulan bulan. Hal ini karena tidak siapnya sistem dan

    SDM mereka," tuturnya.

    "Untuk penyiapan sistem bisa mencapai tiga bulan baru running. Belum lagi melatih SDM di

    lapangan, bisa berbulan bulan juga. Akan lebih parah lagi kalau SDM-nya belum ada.

    Artinya harus merekrut baru. Wah, apa jadinya nanti? Tapi mudah-mudahan kekhawatiran

    saya ini tidak terjadi," imbuhnya.

    BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%.

    Bahkan setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan

    rendah (MBR), bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.

    Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat Indonesia

    Tbk (BRI) menawarkan bunga FLPP sebesar 7,12%, sedangkan PT Bank Negara Indonesia

    Tbk (BNI) menawarkan 6,35%.

    http://finance.detik.com/read/2012/02/03/172916/1833811/1016/pengembang-khawatir-jika-

    btn-mundur-kredit-kpr-subsidi-kacau

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    4/52

    Jumat, 03/02/2012 08:19 WIB

    Rumah Bebas PPN Terlalu Murah Picu

    Penghindaran PajakSuhendra - detikFinance

    Jakarta - Pemerintah mengakui penetapan harga rumah tapak bebas Pajak

    Pertambahan Nilai (PPN) yang hanya maksimal Rp 70 juta masih memicu

    penyelundupan hukum properti. Para konsumen yang membeli rumah sedikit diatas

    dari Rp 70 juta cenderung memanipulasi transaksi agar tak kena pajak.

    Menurut Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

    Pengihutan Marpaung hal ini bisa terjadi ketika konsumen dan pengembang

    'bekerjasama' memanipulasi laporan transaksi. Sehingga harga rumah yang tadinya

    diatas Rp 70 juta bisa dicatat dibawah Rp 70 juta agar tak kena PPN 10%.

    "Ini menyebabkan penyelundupan hukum properti," katanya kepada detikFinance,

    Kamis (2/2/2012)

    Menurutnya di beberapa wilayah tertentu, kenyataanya di lapangan banyak rumah

    tapak sederhana yang dijual justru sudah sedikit diatas Rp 70 juta. Ia mencontohkan

    rumah seharga Rp 75 juta sudah dikenakan PPN 10%.

    Kemenpera pernah mengusulkan agar sistem pengenaan PPN bagi konsumen yang

    membeli rumah hanya dikenakan selisihnya. Misalnya orang yang membeli rumah

    Rp 100 juta, maka yang dibebaskan PPNnya Rp 70 juta, sementara sisanya Rp 30

    juta kena PPN 10%.

    "Saya pernah mengusulkan pengaturan itu, tapi kata ditjen pajak tidak dikenal itu,"

    katanya.

    Ia mengatakan pertimbangan pihaknya mengusulkan harga rumah tapak bebas PPN

    menjadi Rp 88 juta dengan beberapa alasan. Ilustrasinya saat ini batas maksimal

    pembiayaan kredit rumah subsidi Rp 80 juta dengan asumsi uang muka 10% atau

    sebesar Rp 8 juta, maka totalnya Rp 88 juta.

    Harga Rp 88 juta, jika melihat dari pertimbangan harga rumah yang kena PPn

    barang mewah hanya seperpuluhnya. Misalnya harga rumah menengah atasdengan luasan 350 meter persegi rata-rata saat ini Rp 800 juta. Artinya pengenaan

    pembebasan PPN bagi rumah yang berharga Rp 88 juta sangat lah wajar.

    "Kita sudah surati kementerian keuangan untuk menaikan batasnya dari Rp 70 juta

    menjadi Rp 88 juta," katanya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    5/52

    Seperti diketahui ada ketentuan pajak untuk rumah mewah yang dikenakan Pajak

    Penjualan atas Barang Mewah (PPm BM), hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri

    Keuangan No.103/PMK.03/2009 yang telah berlaku mulai 10 Juni 2009. Rumah

    mewah dikenakan PPnBM sebesar 20%.

    Berdasarkan PMK 103 ini jenis hunian mewah yang dimaksud adalah rumah dan

    town house dari jenis non-strata title dengan luas bangunan 350 meter persegi atau

    lebih. Sedangkan untuk apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title

    dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 meter persegi atau lebih.

    http://finance.detik.com/read/2012/02/03/081917/1833064/1016/rumah-bebas-ppn-

    terlalu-murah-picu-penghindaran-pajak

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    6/52

    Kontribusi FLPP BTN Hanya 15 Persen

    Gina Nur Maftuhah - Okezone

    Minggu, 5 Februari 2012 15:21 wib

    JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengaku penyaluran porsi

    Fasilitas Likuiditas Pemilikan Perumahan (FLPP) terhadap pertumbuhan kreditnya

    hanya sekira 15 persen. Oleh karena itu, jika perseroan kemudian memutuskan

    untuk membatasi penyaluran FLPP, pihaknya telah memiliki strategi lain untuk

    menggenjot kreditnya.

    "Target tahun ini, penyaluran kredit baru 36 persen. Tahun ini, kalaupun akan ikut

    program FLPP sudah ada hambatan karena pasti ada on-offnya. Makanya kita butuh

    kepastian. Kita akan lihat bisnis mana yang akan dikembangkan. FLPP tidak banyaksekira 15 persen (dari target pertumbuhan kredit baru," ujar Direktur Utama BTN

    Iqbal Latanro ditemui di sela-sela Ulang Tahun BTN ke-62 di Tennis Indoor

    Senayan, Jakarta, Minggu (5/2/2012)

    Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

    mengumpulkan direksi-direksi bank BUMN untuk menurunkan tingakt suku bunga

    FLPP agar semakin terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah mengharapkan bunga

    FLPP turun di angka 6-7 persen dari angkanya sekarang sekira 8,5 persen. BTN,

    sebagai bank yang khusus membiayai kredit kepemilikan properti, memiliki porsi

    penyaluran FLPP terbesar mencapai 99,4 persen. BTN sendiri mampu memberikanpembiayaan FLPP sebesar Rp 500 juta dengan memberikan bunga flatsebesar 8,5

    persen. Skema FLPP ini, dibantu subsidi bunga dari pemerintah sebesar 60 persen

    dan sisanya BTN.

    Namun, seiring dengan tingkat suku bunga acuan (BI Rate), pemerintah

    menghendaki bunga FLPP turun di angka 6-7 persen dengan subsidi bunga

    pemerintah dan BTN dipukul rata (50:50). Di titik inilah pemerintah dan perbankan

    belum menemukan kata sepakat. BTN sendiri mengaku suku bunga FLPP di angka

    7,75 persen sudah pas dan tak bisa ditawar lagi. Bila tidak, maka bank bisa gulung

    tikar.

    "Kita mau ikut FLPP tapi kita tidak mau menanggung rugi karena bunga yang terlalu

    rendah (FLPP)," lanjut dia.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    7/52

    Dengan harga rumah yang masuk dalam FLPP yang sekira Rp70 juta per unit di DKI

    Jakarta, lanjut Iqbal, FLPP juga sudah banyak ditinggalkan orang. Oleh karenanya,

    jika perolehan kreditnya dari FLPP menurun tahun ini, perseroannya telah

    melakukan langkah antisipatif.

    "FLPP banyak di pinggiran. Harga jual Rp70juta di DKI Jakarta itu sedikit. Jadi kita

    punya langkah antisipatif. Kita akan naikan (pembiayaan) ke menengah atas, kita

    tawarkan program promosi yang di 9,75 persen (suku bunga) selama dua tahun.

    Kalo bunga naik, kita penyesuaian, kalo enggak ya enggak ada penyesuaian," jelas

    dia.

    Oleh karena itu, perseroan kemudian memutuskan untuk sementara menghentikan

    sementara penyaluran FLPPnya dan memilih menunggu keputusan pemerintah

    karena keterbatasannya menanggung kerugian. (gna) (rhs)

    http://economy.okezone.com/read/2012/02/05/457/569831/kontribusi-flpp-btn-hanya-15-persen

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    8/52

    BTN Tak Sanggup Bunga FLPP di Bawah

    7%

    Gina Nur Maftuhah - Okezone

    Minggu, 5 Februari 2012 13:53 wib

    JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menawarkan bunga kredit untuk

    program Fasilitas Likuiditas Pemilikan Perumahan (FLPP) sebesar 7,7 persen.

    Angka ini lebih tinggi dari bunga yang diminta pemerintah sebesar lima sampai

    enam persen saja.

    "(Tawaran kami bunga FLPP) 7,75 persen untuk (subsidi) 60:40 (60 persen bunga

    ditanggung pemerintah, 40 persen BTN). Kalau di bawah itu kami tidak sanggup,"

    ujar Direktur Utama BTN Iqbal Latanro di sela-sela acara ulang tahunnya ke-62 di

    Tennis Indoor Senayan, Minggu (5/2/2012)

    Sebelumnya, pemerintah lewat Kementerian Negara Perumahan Rakyat bertemu

    dengan direksi bank-bank BUMN. Pertemuan membahas kemungkinan semakin

    rendahnya bunga FLPP ke lima sampai enam persen dari bunga saat ini delapan

    persen. Dengan turun ke angka enam persen, subsidi pemerintah direncanakan

    akan turun sebesar 50 persen dan sisanya ditanggung bank BUMN. "Diminta supaya

    asumsi perhitungan bunganya disamakan," lanjut Iqbal soal hasil pertemuan

    tersebut.

    Menurut Iqbal, penawaran suku bunga BTN untuk FLPP saat ini sudah turun. "Kitamasih menunggu saja (keputusan pemerintah," singkat dia.

    Sementara itu, pihaknya menyatakan tidak menetapkan besaran realisasi FLPP di

    2012. "FLPP ada di kami kalau ada realisasi kredit, kalau di kami tidak ada (target

    penyaluran) ya tidak ada," tandasnya. (nia) (rhs)

    http://economy.okezone.com/read/2012/02/05/457/569803/btn-tak-sanggup-bunga-

    flpp-di-bawah-7

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    9/52

    Kontribusi FLPP BTN Hanya 15 Persen

    Gina Nur Maftuhah - Okezone

    Minggu, 5 Februari 2012 15:21 wib

    JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengaku penyaluran porsi

    Fasilitas Likuiditas Pemilikan Perumahan (FLPP) terhadap pertumbuhan kreditnya

    hanya sekira 15 persen. Oleh karena itu, jika perseroan kemudian memutuskan

    untuk membatasi penyaluran FLPP, pihaknya telah memiliki strategi lain untuk

    menggenjot kreditnya.

    "Target tahun ini, penyaluran kredit baru 36 persen. Tahun ini, kalaupun akan ikut

    program FLPP sudah ada hambatan karena pasti ada on-offnya. Makanya kita butuh

    kepastian. Kita akan lihat bisnis mana yang akan dikembangkan. FLPP tidak banyaksekira 15 persen (dari target pertumbuhan kredit baru," ujar Direktur Utama BTN

    Iqbal Latanro ditemui di sela-sela Ulang Tahun BTN ke-62 di Tennis Indoor

    Senayan, Jakarta, Minggu (5/2/2012)

    Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

    mengumpulkan direksi-direksi bank BUMN untuk menurunkan tingakt suku bunga

    FLPP agar semakin terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah mengharapkan bunga

    FLPP turun di angka 6-7 persen dari angkanya sekarang sekira 8,5 persen. BTN,

    sebagai bank yang khusus membiayai kredit kepemilikan properti, memiliki porsi

    penyaluran FLPP terbesar mencapai 99,4 persen. BTN sendiri mampu memberikanpembiayaan FLPP sebesar Rp 500 juta dengan memberikan bunga flatsebesar 8,5

    persen. Skema FLPP ini, dibantu subsidi bunga dari pemerintah sebesar 60 persen

    dan sisanya BTN.

    Namun, seiring dengan tingkat suku bunga acuan (BI Rate), pemerintah

    menghendaki bunga FLPP turun di angka 6-7 persen dengan subsidi bunga

    pemerintah dan BTN dipukul rata (50:50). Di titik inilah pemerintah dan perbankan

    belum menemukan kata sepakat. BTN sendiri mengaku suku bunga FLPP di angka

    7,75 persen sudah pas dan tak bisa ditawar lagi. Bila tidak, maka bank bisa gulung

    tikar.

    "Kita mau ikut FLPP tapi kita tidak mau menanggung rugi karena bunga yang terlalu

    rendah (FLPP)," lanjut dia.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    10/52

    Dengan harga rumah yang masuk dalam FLPP yang sekira Rp70 juta per unit di DKI

    Jakarta, lanjut Iqbal, FLPP juga sudah banyak ditinggalkan orang. Oleh karenanya,

    jika perolehan kreditnya dari FLPP menurun tahun ini, perseroannya telah

    melakukan langkah antisipatif.

    "FLPP banyak di pinggiran. Harga jual Rp70juta di DKI Jakarta itu sedikit. Jadi kita

    punya langkah antisipatif. Kita akan naikan (pembiayaan) ke menengah atas, kita

    tawarkan program promosi yang di 9,75 persen (suku bunga) selama dua tahun.

    Kalo bunga naik, kita penyesuaian, kalo enggak ya enggak ada penyesuaian," jelas

    dia.

    Oleh karena itu, perseroan kemudian memutuskan untuk sementara menghentikan

    sementara penyaluran FLPPnya dan memilih menunggu keputusan pemerintah

    karena keterbatasannya menanggung kerugian. (gna) (rhs)

    http://economy.okezone.com/read/2012/02/05/457/569831/kontribusi-flpp-btn-hanya-15-persen

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    11/52

    RUMAH MURAH: Dana FLPP di BTN terancam ditarik kembali

    Oleh Siti Nuraisyah Dewi

    Minggu, 05 Februari 2012 | 12:06 WIB

    JAKARTA: Kementerian Perumahan Rakyat berencana menarik dana penyertaanpemerintah yang belum direalisasikan PT Bank Tabungan Negara Tbk sebagaikredit pemilikan rumah (KPR) FLPP jika bank itu keluar sebagai bank pelaksanapenyalur FLPP.

    Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo mengatakan jika negosiasibesaran suku bunga KPR berpola fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP)dengan BTN tidak ada kesepakatan, makaKemenpera akan menarik dana FLPP yang telah diserahkan ke BTN tahun lalu yangbelum disalurkan ke masyarakat menengah ke bawah.

    "Kalau dana di BTN yang sudah disalurkan menjadi KPR ya sudah, itukanangsurannya setiap bulan. Tetapi dana FLPP yang belum disalurkan dan ada dideposito dan lainnya itu yang akan kami tarik. Saat ini kami masih tetap dalamnegosiasi, targetnya mudah-mudahan hingga akhir bulan selesai," kata Sri saatdihubungi Bisnis, Sabtu 4 Februari 2012.

    Pemimpin Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan Kemenpera,Margustienny Oemar Ali, mengatakan pada 2010 Kemenpera memberikan danapenyertaan untuk KPR berpola FLPP kepada Bank BTN sebesar Rp1,6 triliun.Sedangkan pada 2011, lanjutnya, Kemenpera memberikan dana penyertaan kepadaBTN sebesar Rp1,96 triliun.

    Pada 2010 Kemenpera memberikan dana penyertaan FLPP sebesar Rp1,6 triliunkepada Bank BTN dan sudah direalisasikan ke KPR. Pada 2011 Kemenperamemberikan dana FLPP kepada Bank BTN dan BTN Syariah sebesar Rp1,96 triliun.Hingga akhir 2011 ada dana sisa sekitar Rp500 miliaryang belum disalurkan kepada masyarakat, kata Margustienny saat dihubungiBisnis, Sabtu 4 Februari 2012.

    Dia menjelaskan dana sekitar Rp500 miliar yang belum disalurkan kepadamasyarakat tersebut rencananya akan disalurkan Bank BTN pada 2012. Tetapi, jikaBank BTN memilih untuk keluar sebagai bank pelaksana penyaluran FLPP, maka

    dana tersebut akan ditarik ke Kemenpera. (faa)

    http://www.bisnis.com/articles/rumah-murah-dana-flpp-di-btn-terancam-ditarik-

    kembali

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    12/52

    Minggu, 05 Februari 2012 | 11:26 WIB

    BTN Tunggu Keputusan Pemerintah Soal

    Bunga Kredit

    BesarKecilNormal

    TEMPO.CO,Jakarta -Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, Iqbal

    Latanro, mengungkapkan pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah mengenaibesaran suku bunga untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

    "Kami masih menunggu," ujar Iqbal di sela-sela perayaan hari ulang tahun ke-62 tahun Bank

    BTN di Tenis IndoorSenayan, Ahad 5 Februari 2012.

    Sebelumnya Kementerian Negara Perumahan Rakyat menggelar pertemuan dengan direksi

    bank-bank badan usaha milik negara (BUMN). Pertemuan tersebut membahas permintaan

    pemerintah agar bunga FLPP turun ke level 6 persen dengan subsidi pemerintah sebesar 50

    persen.

    Tahun lalu besaran subsidi yang ditetapkan pemerintah sebesar 60 persen. "Diminta supaya

    asumsi perhitungan bunganya disamakan," kata Iqbal. Pemerintah mengklaim bunga FLPP

    berada di kisaran 6,4-8,7 persen.

    Iqbal menjelaskan penawaran suku bunga BTN untuk FLPP sudah turun. "7,75 persen untuk

    (subsidi) 60:40," ujarnya. "Kalau di bawah itu kami tidak sanggup," kata dia.

    Iqbal mencatat pertumbuhan kredit secara keseluruhan mencapai 25 persen pada 2011. Tahunini BTN menargetkan pertumbuhan berada di kisaran 24 persen. Namun Iqbal tak

    menyebutkan secara terperinci besaran pertumbuhan kredit untuk pemilikan rumah.

    http://www.tempo.co/read/news/2012/02/05/087381834/BTN-Tunggu-Keputusan-

    Pemerintah-Soal-Bunga-Kredit

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    13/52

    BTN Enggan Tanggapi Penurunan Bunga FLPPMinggu, 05 Februari 2012 | 13:57

    Ilustrasi BTN (sumber: JG/Afriadi Hikmal)

    Kami masih menunggu keputusan pemerintah dan harus kami pelajari dulu

    PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) masih enggan berkomentar lebihbanyak soal permintaan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk

    menurunkan bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

    Manajemen BTN mengaku masih mempelajari skema yang diminta pemerintah.

    "Kami masih menunggu keputusan pemerintah dan harus kami pelajari dulu," kata

    Direktur Utama BTN Iqbal Latanro ketika ditemui di sela-sela perayaan Hari Ulang

    Tahun BTN ke-62 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, hari ini.

    Sebelumnya, Kemenpera bertemu dengan direksi bank-bank Badan Usaha Milik

    Negara (BUMN) untuk membahas permintaan pemerintah soal bunga FLPP.

    Pemerintah meminta bunga FLPP turun ke kisaran 6 persen dengan subsidi

    pemerintah sebesar 50 persen dan bank 50 persen.

    Padahal, tahun lalu, bunga FLPP dari BTN yaitu 8,5 persen dengan rasio subsidi 60

    persen pemerintah dan 40 persen bank. BTN, yang menjadi pemimpin pasar FLPP

    dengan pangsa lebih dari 99 persen, merasa keberatan dengan permintaan

    Menpera Djan Faridz.

    "Kami sudah diminta supaya asumsi perhitungan bunganya disamakan," ujar Iqbal.

    Namun, kata dia, penawaran suku bunga BTN untuk FLPP sudah turun. Saat ini,

    dengan subsidi 60 persen banding 40 persen, bunganya sebesar 7,75 persen. Iqbal

    menegaskan, jika bunga diminta turun di bawah itu, BTN tidak sanggup.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    14/52

    Lebih lanjut, Iqbal mengatakan tidak ada target besaran FLPP pada 2012. Pasalnya,

    memang belum ada keputusan pasti.

    "FLPP ada di kami kalau ada realisasi kredit, kalau di kami tidak ada, ya tidak ada,"

    ujar dia.

    Penulis: ID/ Grace Dwitiya Amianti/ Ayyi Achmad Hidayah

    http://www.beritasatu.com/keuangan/29900-btn-enggan-tanggapi-penurunan-bunga-

    flpp.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    15/52

    BTN Ancam Mundur sebagai Bank

    Penyalur KPR Subsidi FLPP

    Senin, 06 Februari 2012

    PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPRsubsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini

    diambil jika pemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat, Djan Faridz

    sebesar 5 persen-6 persen akan merugikan BTN, karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75 persen.

    Dengan porsi pemerintah bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75 persen. Kalau porsinya

    berubah menjadi 50:50 tentu akan lebih besar (bunganya), kata Direktur Utama BTN, Iqbal

    Latanro di Jakarta, baru-baru ini.

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolioterbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir 99,4 persen.

    Mungkin karena pengetahuan kami luas, buat kami hati-hati. Kami tidak bisa menjalankan

    bisnis kalau rugi. Itu sulit. Kita punya data, tahun lalu dari bank penyalur berapa yang daftar.

    Dan realisasinya BTN tetap terbesar, tambahnya.

    Dari realisasi FLPP 2010-2011, BTN adalah bank penyalur dengan jumlah terbesar. Pada

    KPR konvensional, perseroan berhasil menyelesaikan akad KPR 114.235 unit senilai Rp3,81

    triliun. Sedangkan KPR syariah BTN 6.184

    unit senilai Rp222,32 miliar.

    Perbankan lainnya tergolong kecil. Ambil contoh Bank Bukopin yang hanya menyalurkan

    FLPP senilai Rp7,3 miliar. Kemudian BNI hanya Rp3,42 miliar.

    Seperti diketahui, BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal

    sebesar 8,55 persen. Bahkan setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada

    masyarakat berperngasilan rendah (MBR) bunga BTN tetap paling tinggi 8,22 persen.

    Bunga kredit rumah BTN jauh diatas penawaran bank BUMN lain. Misalkan Bank Rakyat

    Indonesia (BRI) menawarkan bunga FLPP 7,12 persen, sedangkan BNI 6,35 persen.

    Sementara itu, dalam perjanjian kerjasama operasional (PKO) FLPP baru bank penyalur

    harus mengikuti kehendak pemerintah, Yakni bunga FLPP berada di kisaran 6 persen. (zal)

    http://www.radar-bekasi.com/?p=23144

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    16/52

    Aunday, February 5th, 2012 | Posted by Redaksi

    Iqbal Latanro : PT Bank Tabungan Negara

    Ajukan FLPP 7,75%

    KORANBOGOR.COM,JAKARTA PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menawarkan

    bunga kredit untuk program Fasilitas Likuiditas Pemilikan Perumahan (FLPP) sebesar7,75

    persen. Angka ini lebih tinggi dari bunga yang diminta pemerintah sebesar lima sampai enam

    persen saja.

    (Tawaran kami bunga FLPP) 7,75 persen untuk (subsidi) 60:40 (60 persen bunga

    ditanggung pemerintah,40 persen BTN). Kalau di bawah itu kami tidak sanggup, ujar

    Direktur Utama BTN Iqbal Latanro di sela-sela acara ulang tahunnya ke-62 di Tennis Indoor

    Senayan, Minggu (5/2/2012)

    Sebelumnya, pemerintah lewat Kementerian Negara Perumahan Rakyat bertemu dengan

    direksi bank-bank BUMN. Pertemuan membahas kemungkinan semakin rendahnya bunga

    FLPP ke lima sampai enam persen dari bunga saat ini delapan persen. Dengan turun ke angkaenam persen, subsidi pemerintah direncanakan akan turun sebesar 50 persen dan sisanya

    ditanggung bank BUMN. Diminta supaya asumsi perhitungan bunganya disamakan, lanjutIqbal soal hasil pertemuan tersebut.

    Menurut Iqbal, penawaran suku bunga BTN untuk FLPP saat ini sudah turun. Kita masih

    menunggu saja (keputusan pemerintah, singkat dia.

    Sementara itu, pihaknya menyatakan tidak menetapkan besaran realisasi FLPP di 2012.

    FLPP ada di kami kalau ada realisasi kredit, kalau di kami tidak ada (target penyaluran) ya

    tidak ada, tandasnya. (okp)

    http://koranbogor.com/nusantara/05/02/2012/iqbal-latanro-pt-bank-tabungan-negara-ajukan-

    flpp-77.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    17/52

    Terbentur Biaya, BTN Tak Mau Mundur Dari FLPPSubsidi Kredit Murah Ditargetkan Februari TerealisasiSabtu, 04 Februari 2012 , 08:18:00 WIB

    RMOL.Polemik penetapan bunga kredit subsidi murah oleh bank pelaksana FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan pemerintah akhirnya mendapat titik

    temu. Kemenpera mengatakan, bunga kredit yang akan diberikan bank di kisaran 7 persen,kecuali BTN masih proses negoisasi.

    Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat Sri Hartoyo mengatakan, ke-

    mungkinan besar bunga kredit yang akan disepakati di kisaran 7 persen. Pasalnya, mayoritas

    bank menyodorkan angka bunga di kisaran tersebut.

    Saya kira angka itu cukup realistis dan mudah dijangkau rakyat, meski awalnya pemerintah

    mematok bunga di kisaran 5-6 persen, kata Sri Hartoyo saat dihubungi RakyatMerdeka,

    kemarin.

    Sri Hartoyo juga memastikan, bunga subsidi murah ini akan direalisasikan akhir Februari.

    Dengan waktu tiga minggu ini, kami akan terus mematangkan infrastrukturnya dengan bankpelaksana FLPP dan kalaupun BTN tidak juga bisa, program ini tetap jalan, tegasnya.

    Mengenai rencana pemerintah mengganti BTN dengan BRI dalam FLPP, Sri Hartoyo belum

    bisa memastikan apakah itu akan dilakukan atau tidak.

    Kedua bank (BTNdan BRI) ini sama-sama memiliki potensi di bidang perumahan. Yang

    membedakan bisa atau tidaknya, tergantung dari modal yang dimilikinya, jelasnya.

    Dia berharap, BTN selaku bank spesialis Kredit Pemilikan Perumahan (KPR) terbesar di

    Indonesia, bisa segera memastikan besarnya bunga subsidi ini.

    Kami memahami kegalauan BTN tentang bunga murah ini. Mungkin saja terbentur dengan

    masalah pendanaan atau apa? Yang pasti, kami tetap menunggu akan bunga murah tersebut,tukas Sri Hartoyo.

    Wakil Dirut BTN Evi Firmansyah belum bisa memutuskan soal bunga murah di bawah 8

    persen ini. Sebab, kata dia, setiap bank memiliki tingkat biaya dana, risiko dan biaya over-

    head yang berbeda-beda.

    Sumber dana BTN misalnya, tidak bisa disamakan dengan bank sekelas BRI yang dana mu-

    rahnya sangat melimpah. Ini juga yang harus di perhatikan dan saat ini masih dalam diskusi

    tingkat suku bunga dan kami tidak pernah mengancam mau mundur dari FLPP , tegas Evi.

    Menurut Evi, bunga 8,5 persen dianggap sudah cukup rendah dan realistis bagi BTN. Namundia akan tetap mencari jalan tengah akan patokan bunga murah tersebut.

    Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin Tri Joko Prihanto berharap, pemerintah

    bisa lebih bijak menetapkan suku bunga murah kepada sejumlah bank.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    18/52

    Kami tidak keberatan dengan bunga di bawah 8 persen, karena kredit subsidi yang diberikansaat ini di kisaran 9,15 sampai 9,25 persen. Apabila diturunkan lagi, mungkin di kisaran 7

    persen, bisa dilakukan. Kita akan dukung pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatmelalui pembiayaan rumah murah, terang Tri.

    Tentang rencana pengurangan subsidi dari 60 persen menjadi 50 persen oleh pemerintah, ia

    tidak mempermasalahkan hal tersebut.

    Tahun lalu saja, kita mampu menyalurkan kredit FLPP untuk pembiayaan 53 ribu rumah

    melalui bunga 9 persen dengan subsidi 60 persen. Jadi tidak ada masalah, terangnya.

    Direktur Konsumer dan Ritel BNI Darmadi Sutanto menambahkan, pemerintah harus mema-hami kondisi bank dalam menyerap dana. Misalnya, dari tingkat biaya dana, setiap bank me-

    nawarkan bunga simpanan berbeda-beda. Jangka waktu penyimpanan pun tidak terus me-nerus jangka panjang.

    Artinya, sumber dana menjadi kekhawatiran para bank, karena tenor rumah FLPP selama 15

    tahun, sedangkan simpanan nasabah temponya lebih singkat. Selain itu, fluktuasi inflasi dan

    suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak dapat diprediksi. Hal ini yang perlu diper-

    timbangkan juga, kata Darmadi. [Harian Rakyat Merdeka]

    http://ekbis.rakyatmerdekaonline.com/read/2012/02/04/53823/Terbentur-Biaya,-BTN-Tak-

    Mau-Mundur-Dari-FLPP-

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    19/52

    BTN Mundur, KPR Subsidi Kacau

    Sabtu, 04 February 2012 06:49

    BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pengembang rumah sederhana meragukan partisipasi

    bank lain non-BTN pada program KPR rumah subsidi skema fasilitas likuiditas pembiayaan

    perumahan (FLPP) 2012. Pasalnya, BTN dianggap paling berpengalaman dan memiliki

    sumber daya manusia yang unggul.

    "Kita sudah terbiasa kerja sama dengan BTN. BTN selain memiliki kemampuan SDM, juga

    infrastrukturnya sudah jadi," kata Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan

    Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi) Eddy Ganefo di Jakarta, Jumat (3-2).

    Ia menambahkan selain berpartisipasi dalam KPR FLPP, BTN juga aktif dalam pembiayaan

    kredit konstruksi kepada pengembang rumah sederhana.

    Para pengembang juga khawatir saat BTN mundur dari program FLPP 2012, proses

    pengajuan KPR lebih lambat karena bank lain belum memiliki kemampuan sama seperti

    BTN. "Tidak mudah untuk membangun sistem. Kalau pengalaman di BTN satu sampai duaminggu bisa akad. Kalau yang lain bisa berbulan-bulan. Hal ini karena tidak siapnya sistem

    dan SDM mereka," ujarnya.

    Hal senada juga diungkapkan Ketua Apersi Lampung Harsani Merawi yang akrab dipanggil

    Aang. Menurut Aang, jika BTN jadi membuktikan ancamannya untuk keluar dari bank

    pelaksana KPR, pengembang akan kesulitan untuk mendapatkan kredit KPR subsidi.

    "Implikasinya,

    banyak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak bisa memilikirumah."

    Namun, Aang menyambut baik kebijakan pemerintah yang menurunkan suku bunga FLPP

    menjadi 5%6%. "Dengan keputusan tersebut, masyarakat MBR akan lebih mudah

    mendapatkan rumah. Apalagi jika pemerintah daerah dapat membantu meringankan biaya

    perizinan dan biaya-biaya lainnya." Ancam Tarik DanaDi lain pihak, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengancam akan menarik dana

    murah atau dana penyertaan yang ditempatkan pemerintah dalam fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di Bank Tabungan Negara (BTN). Hal ini dilakukan jika

    BTN sebagai bank penyalur FLPP keluar dari program ini."Kalau mereka (BTN) keluar itu kan, akan ditarik dananya itu kan dana APBN, setara 120

    ribu unit rumah di tahun kemarin. Porsi pemerintah ada 60%," kata Deputi PerumahanFormal Kementerian Perumahan Rakyat Pangihutan Marpaung, Kamis (2-2).

    Ia menambahkan BTN selaku pemegang pasar perumahan subsidi skema FLPP belum juga

    bersedia bergabung menyalurkan kredit rumah subsidi. Saat ini yang sudah bersedia

    menyalurkan kredit FLPP hanya BNI dan BRI.

    "Sekarang ini yang menawarkan bunga di bawah 8%, yaitu BRI dan BNI; BNI 6,35% dan

    BRI 7,12%. Untuk itu kami minta mereka ajukan tertulis, jangan hanya cuma lisan," katanya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    20/52

    Pangihutan optimistis apa pun hasilnya semua perjanjian kerja sama operasional (PKO)

    dengan bank pelaksana akan sudah selesai akhir Februari ini. Menurut Pangihutan, berkerasnya BTN untuk tetap memasang bunga kredit yang tinggi karena selama ini bank

    BUMN ini menguasai pasar, terutama kredit perumahan subsidi. Meskipun demikian, jika

    skenario terburuk, pihak BTN tak bergabung, BNI dan BRI akan menjadi bank penyalur

    FLPP, ia pun optimistis target pengadaan rumah melalui FLPP bisa menembus 170 ribu unit.

    "BNI dan BRI harus kerja keras, melihat hasil realisasi penyaluran FLPP mereka tahunkemarin yang sangat minim," kata dia. (E-1)

    teaser: Sekarang ini yang menawarkan bunga di bawah 8%, yaitu BRI dan BNI; BNI 6,35%

    dan BRI 7,12%.

    http://www.lampungpost.com/ekonomi-bisnis/23837-btn-mundur-kpr-subsidi-kacau.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    21/52

    Finansial Hari ini Pkl. 07:42 WIB

    Kinerja BTN Lebih Baik dalam Penyaluran FLPPMedanBisnisMedan. Ancaman keluar atau tidak ikut menyalurkan dana fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) yang dilontarkan pihak Bank Tabungan Negara (BTN)

    seperti yang tersiar di media massa, perlu ditanggapi secara serius oleh pemerintah, terutamaKementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Hal ini mengingat bank yang sahamnya

    mayoritas milik pemerintah ini sudah belasan tahun membantu pemerintah menyalurkan danakredit pemilikan rumah (KPR) subsidi.

    "Dalam persoalan penyaluran dana FLPP ini, BTN sesungguhnya menunjukkan kinerja yang

    cukup baik. Ini wajar mengingat mereka sudah cukup berpengalaman dalam KPR, baik yang

    subsidi maupun komersil. Tahun lalu saja mereka mendapatkan penilaian yang cukup baik

    dalam hal penyaluran dana FLPP, mencapai 99% atau sekitar 100.000 unit rumah subsidi,"kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Seluruh

    Indonesia (Apersi), Eddy Ganefo, kepada MedanBisnis, Kamis (2/2).

    Selebihnya, ujar Eddy Ganefo, penyaluran dana FLPP dilakukan oleh Bank Bukopin, BNI,

    BR, Bank Sumut dan Bank Sumut Syariah, serta bank-bank lainnya. Eddy berharap pihakKemenpera bijak menanggapi hal ini, jangan sampai perdebatan soal suku bunga menjadi

    halangan untuk merealisasikan PKO FLPP tahap berikutnya untuk tahun ini.

    Sementara itu Wakil Bendahara Umum DPP Apersi, Hidayat Anshari, bersikap senada

    dengan Eddy Ganefo. Kata dia, BTN sejatinya telah menunjukan pengalaman, kultur, dan

    semangat yang jauh lebih baik dalam menyalurkan dana KPR, baik subsidi maupun tidak,

    selama berbelas tahun. Ia khawatir jika BTN benar-benar tidak ikut menyalurkan dana FLPP ,developer dan masyarakat akan kesulitan mendapatkan akses KPR secara cepat dan baik.

    "Bukan saya meragukan bank lain, tidak sama sekali. Cuma, BTN inikan sudah terbukti

    bertahun-tahun dengan baik menyalurkan KPR subsidi. Kultur, semangat, pengalaman bankini menunjukan hal itu. BTN fokus dalam hal ini. Coba bandingkan dengan bank lainnya

    yang secara persentase saja cukup rendah dalam penyaluran dana FLPP pada tahun lalu," ujarHidayat Anshari.

    Hidayat sendiri memaklumi kekerasan hati Menpera Djan Farids yang ingin BTN ikut bank-

    bank lainnya dalam perihal menurunkan sukubunga FLPP yang tahun lalu mencapai kisaran

    8,15% sampai 8,22%.

    Kata dia, memang benar jika Menpera menjadikan kondisi perekonomian kita yang baik,

    tingkat keamanan yang stabil, serta BI rate sekarang pun relatif bagus, yakni mencapai 6%.

    "Oh iya, kalau itu saya dapat memahami sikap Pak Menteri. Tetapi saya pikir tidak terlalu

    masalahlah kalau bank minta sukubunga FLPP tidak 5% seperti yang diminta Pak Menteri.7% pun enggak apa-apalah. Toh BI rate 6%, kan beda tipis dengan 7%. Sedangkan yang 8%

    kemarin saja bisa berjalan dengan baik kok. Lagian, agak susah diterima akal kalau Pak

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    22/52

    Menteri mintanya (penurunan sukubunga dana FLPP -red) jauh sekali, dari tahun lalu 8%menjadi 5%. Artinya, penurunan itu mencapai 3%, ya pantas saja BTN keberatan," tegas

    Hidayat Anshari.

    (hendrik hutabarat)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/03/79592/kinerja_btn_lebih_baik_dalam_penyaluran_flpp/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    23/52

    Infrastruktur Hari ini Pkl. 07:15 WIB

    Kisruh FLPP Tarik Pengembang ke AmbangKebangkrutan

    MedanBisnis Medan. Hari-hari yang dijalani Nurdin Barus saat ini terasa tidak begitu indahdibanding tahun lalu. Saat ini, Direktur CV Akbar Enginering sering gelisah dan selalu ingin

    lari jauh karena merasa dikejar-kejar banyak orang. Kegelisahannya itu disebabkan oleh satuhal: setengah dari rumah sederhana yang diproduksi perusahaannya belum laku, sementara

    pengusaha material bangunan terus menagih uang pembayaran pemesanan material yangdipesannya jauh-jauh hari. Pengembang pemula yang fokus dalam pembangunan perumahan

    bersubsidi di daerah Galang, Kabupaten Deliserdang, ini resah karena dana kredit yangdiharapkan bisa mengucur dari Bank Tabungan Negara (BTN) setempat tidak terealisir

    karena belum ada kesepakatan antara Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Farids

    dengan pihak pimpinan BTN.

    "Aduh, pening saya. Bolak-balik panglong (perusahaan penjual material bahan bangunan -

    red) menagih-nagih tunggakan material dibayar secepatnya. Mereka butuh modal, tetapi saya

    juga enggak punya dana. Duit darimana? FLPP lagi ditutup, ya enggak ada duit," ujarnya

    kepada MedanBisnis, kemarin.

    Dia menaksir, kerugian sementara yang harus ditanggung sekitar Rp 2 miliar. Dia sudah

    membangun komunikasi kepada calon pembeli agar bersedia mengalihkan skema KPR dari

    subsidi (FLPP) ke komersial, tetapi ditolak oleh calon konsumennya.

    Apa yang dialami oleh Nurdin Barus tampaknya juga dialami oleh developer lain diIndonesia. Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Seluruh

    Indonesia (Apersi), Eddy Ganefo, menyatakan kepada MedanBisnis, ada sekitar 80%

    developer perumahan bersubsidi yang menjadi anggota Apersi di ambang kebangkrutan.

    Para developer itu, kata Eddy, kehabisan energi dan nafas karena penyaluran dana FLPP

    dihentikan. Kata dia, hampir semua calon konsumen yang merupakan masyarakat

    berpenghasilan rendah (MBR) tidak bersedia mengalihkan KPR ke skema komersil ketika

    skema FLPP terhenti selama sebulan terakhir.

    Para developer, kata Eddy, berada di dilema yang pelik, antara harus tetap mengeluarkan

    biaya seperti pembayaran gaji tukang, karyawan, dan lainnya, atau berhenti beroperasi total.

    Jika ini dilakukan, Eddy mengatakan, maka akan tercipta penganguran dari sektor properti.

    "Anda tahu, sektor properti itu banyak menyerap tenaga kerja, seperti tukang bangunan,

    tenaga pemasaran, dan lainnya. Berapa banyak nanti buruh yang terpaksa berhenti bekerja

    karena developer sudah enggak punya duit lagi," ujarnya. Di samping itu pun, Eddy

    menyebutkan MBR semakin sulit dan kehabisan waktu untuk bisa memiliki rumah walau

    sederhana sekalipun.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    24/52

    Dia mengaku beberapa waktu lalu bersama pengurus Apersi lainnya pernah hendakmenjumpai Menpera Djan Farids ke kantor Kemenpera.Hal itu mereka lakukan karena

    Menpera Djan Farids pernah menjanjikan kalau persoalan PKO FLPP ini hanya berlangsungdua minggu, setelah itu bisa direalisasikan.

    "Namun saat itu kami hanya diterima oleh Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera , Sri

    Hartoyo, yang menyebutkan pak Menteri sedang tugas ke propinsi Jambi. Dalam pertemuandengan Pak Sri Hartoyo kami kembali mendapat janji, kalau urusan FLPP ini akan selesai

    pada akhir bulan Pebruari ini," tegas Eddy Ganefo. ( hendrik hutabarat)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/03/79545/kisruh_flpp_tarik_pengemba

    ng_ke_ambang_kebangkrutan/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    25/52

    FLPP Pengembang Mengaku Rugi Sampai Rp 2 Miliar

    Natalia Ririh | Latief | Kamis, 2 Februari 2012 | 01:51 WIBKOMPAS/IWAN SETIYAWAN

    JAKARTA, KOMPAS.com

    - Para pengembang mengaku mengalami kerugian sampai Rp 2 miliar akibat mandeknya

    pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) melalui Fasilitas LikuiditasPembiayaanPerumahan (FLPP). Hal itu mengemuka berdasarkan laporan para pengembang

    yangtergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia(Apersi).Berdasarkan laporan dari DPD Apersi se-Indonesia, nilai bunga kredit modal kerja

    maupun kreditkonstruksi yang ditanggung pengembang sebesar Rp 1 sampai Rp 2 Miliarsetiap provinsi.-- Eddy Ganefo"Berdasarkan laporan dari DPD Apersi se-Indonesia, nilai

    bunga kredit modal kerja maupun kreditkonstruksi yang ditanggung pengembang sebesar Rp

    1 sampai Rp 2 Miliar setiap provinsi," kata ketuaDPP Apersi, Eddy Ganefo, kepada

    di Jakarta, Rabu (1/2/2012).Eddy menyebutkan, selain kerugian tersebut, penghentian FLPP

    juga menyebabkan akad KPR untukunit rumah sejahtera tapak banyak tertunda. Rangkumandata Apersi menyebutkan, akad rumahtertunda di Jawa Barat sebanyak 2.124 unit, di Banten

    2.726 unit, di Jawa Timur mencapai 3.217 unit,Riau, Lampung, serta Sumatera Selatan rata-

    rata mencapai 500 unit rumah.

    "Ini membuat likuiditas keungan pengembang yang tergolong mikro kecil dan menengahmenjaditerganggu. Belum lagi beban bunga yang harus ditanggungnya,"

    ujarnya.Sebelumnya, Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan, Program FLPP

    yang dijanjikanKementrian Perumahan Rakyat akan berjalan kembali pada akhir Februari ini.

    Hal itu dikemukakanpada rapat dengar pendapat Kemenpera dengan Komisi V DPR RI di

    Komplek DPR, Selasa (1/2/2012)kemarin. Pada dengar pendapat itu DPR mendesak

    pemerintah segera menyelesaikan perjanjian kerjasama operasional (PKO) penyaluran kredit

    rumah subsidi dengan bank-bank penyalur."Penundaan ini mengakibatkan banyak kerugian.Tidak saja bagi pengembang, tapi juga konsumen.Kepercayaan publik kepada pengembang

    dan juga Kemenpera akan merosot bila terus seperti ini ,"kata anggota Komisi V DPR RI,

    Hetifah Sjaifudian.

    http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/02/01513572/Pengembang.Mengaku.Ru

    gi.Sampai.Rp.2.Miliar

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    26/52

    Kemenpera Ancam Tarik Dana Murah di BTN

    Jumat, 03 Februari 2012 10:26 WIB

    (Vibiznews-Property)Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengancam akan

    menarik dana murah atau dana penyertaan yang ditempatkan pemerintah dalam fasilitaslikuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di Bank Tabungan Negara (BTN). Hal ini

    dilakukan jika BTN sebagai bank penyalur FLPP keluar dari program ini.

    Demikian disampaikan oleh Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan RakyatPangihutan Marpaung, Kamis (2/2/2012)

    "Kalau mereka (BTN) keluar itu kan, akan ditarik dananya itu kan dana APBN, setara

    120.000 unit rumah di tahun kemarin. Porsi pemerintah ada 60%," katanya.

    Sayangnya Pangihutan tak tahu persis berapa dana murah pemerintah yang telah ditempatkan

    di BTN, namun porsi pemerintah mencapai 60% dari pembiayaan 120,000 unit rumah tahun

    2011 lalu.

    "Yang tahu persis itu deputi pembiayaan,"katanya.

    Ia menambahkan, BTN selaku pemegang pasar perumahan subsidi skema FLPP belum juga

    bersedia bergabung menyalurkan kredit rumah subsidi. Saat ini yang sudah bersediamenyalurkan kredit FLPP hanya BNI dan BRI.

    "Sekarang ini yang menawarkan bunga di bawah 8%, yaitu BRI dan BNI, yaitu BNI 6,35%

    dan BRI 7,12%. Untuk itu kita minta mereka ajukan tertulis, jangan hanya cuma lisan,"

    katanya.

    Ia optimistis apapun hasilnya semua perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan bankpelaksana akan sudah selesai akhir Februari ini.

    Ia menilai ngototnya BTN untuk tetap memasang bunga kredit yang tinggi, karena selama ini

    bank BUMN ini menguasai pasar terutama kredit perumahan subsidi. Meski demikian jika

    skenario terburuk, pihak BTN tak bergabung, maka BNI dan BRI akan menjadi bank

    penyalur FLPP, ia pun optimis target pengadaan rumah melalui FLPP bisa menembus

    170.000 unit.

    "BNI dan BRI harus kerja keras, melihat hasil realisasi penyaluran FLPP mereka tahun

    kemarin yang sangat minim," katanya.

    Namun ia mengakui saat ini pihak BTN masih melakukan kajian apakah benar-benar keluar

    dari FLPP atau tetap lanjut dengan skema PKO FLPP tahun 2012.

    BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkan

    setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah

    (MBR), bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    27/52

    Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat IndonesiaTbk (BRI) menawarkan bungaFLPP sebesar7,12%, sedangkan PT Bank Negara IndonesiaTbk (BNI) menawarkan 6,35%.

    Sebelumnya Dirut BTN mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR subsidi melaluifasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini diambil jika

    pemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridz

    sebesar 5%-6% akan merugikan BTN karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75%.

    "Dengan porsi pemerintah bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75%. Kalau porsinya berubah

    menjadi 50:50 tentu akan lebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanrodi Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolio

    terbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir 99,4%.

    http://property.vibiznews.com/news/kemenpera-ancam-tarik-dana-murah-di-btn/4916

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    28/52

    Pemerintah Ancam Tarik Dana Murah di BTN

    Jumat, 03/02/2012 | 11:22 WIB

    Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengancam akan menarik dana

    murah atau dana penyertaan yang ditempatkan pemerintah dalam fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) di Bank Tabungan Negara (BTN). Hal ini dilakukan jikaBTN sebagai bank penyalur FLPP keluar dari program ini.

    Penegasan ini disampaikan Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat,

    Pangihutan Marpaung. "Kalau mereka (BTN) keluar, akan ditarik dananya. Itu kan danaAPBN, setara 120.000 unit rumah di tahun kemarin. Porsi pemerintah ada 60%," katanya.

    Sayangnya Pangihutan tak tahu persis berapa dana murah pemerintah yang telah ditempatkan

    di BTN, namun porsi pemerintah mencapai 60% dari pembiayaan 120,000 unit rumah tahun2011 lalu. "Yang tahu persis itu deputi pembiayaan," katanya.

    Ia menambahkan, BTN selaku pemegang pasar perumahan subsidi skema FLPP belum juga

    bersedia bergabung menyalurkan kredit rumah subsidi. Saat ini yang sudah bersedia

    menyalurkan kredit FLPP hanya BNI dan BRI. "Sekarang ini yang menawarkan bunga dibawah 8%, yaitu BRI 7,12% dan BNI 6,35% . Untuk itu kita minta mereka ajukan tertulis,

    jangan hanya cuma lisan," katanya.

    Ia optimistis apapun hasilnya, semua perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan bankpelaksana akan sudah selesai akhir Februari ini. Ia menilai ngototnya BTN untuk tetap

    memasang bunga kredit yang tinggi, karena selama ini bank BUMN ini menguasai pasar

    terutama kredit perumahan subsidi.

    Meski demikian jika skenario terburuk, pihak BTN tak bergabung, maka BNI dan BRI akan

    menjadi bank penyalur FLPP, ia pun optimis target pengadaan rumah melalui FLPP bisamenembus 170.000 unit. "BNI dan BRI harus kerja keras, melihat hasil realisasi penyaluran

    FLPP mereka tahun kemarin yang sangat minim," katanya.

    Namun ia mengakui saat ini pihak BTN masih melakukan kajian apakah benar-benar keluar

    dari FLPP atau tetap lanjut dengan skema PKO FLPP tahun 2012. BTN adalah bank penyalurFLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkan setelah pemerintah

    menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), bunga BTNtetap paling tinggi 8,22%.

    Sebelumnya, Dirut BTN mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR subsidi melalui

    fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini diambil jikapemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridz

    sebesar 5%-6% dianggap merugikan BTN, karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75%. "Dengan porsi pemerintah

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    29/52

    bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75%. Kalau porsinya berubah menjadi 50:50 tentu akanlebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro.

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolioterbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir 99,4%. dtf

    http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=0598eaafdbf72661120a634795f1

    9ea1&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    30/52

    Februari, Batas Akhir Subsidi Rumah Rakyat

    Kementerian Perumahan Rakyat diberi waktu untuk

    tuntaskan Fasilitas Likuiditas pembiayaan.Jum'at, 3 Februari 2012, 09:21 WIB

    Antique, Ronito Kartika Suryani

    Follow @vivanews

    Pembangunan perumahan rakyat (kemenpera.go.id)

    BERITA TERKAIT

    VIVAnews - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) diberikan waktu oleh Dewan

    Perwakilan Rakyat untuk menyelesaikan perjanjian kerja sama operasional (PKO) dengan

    bank penyalur fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sampai akhir Februari 2012.

    "Batas waktu sudah ditetapkan akhir Februari ini," kata Deputi Pembiayaan Kementerian

    Perumahan Rakyat, Sri Hartoyo melalui pesan singkatnya kepada VIVAnews.com, Jakarta,

    Kamis.

    Sri menuturkan, pada prinsipnya negosiasi dengan bank penyalur FLPP merupakan

    kesepakatan untuk mencari hasil terbaik yang dapat diterima dua belah pihak. "Sampai

    sekarang proses negosiasi masih terus berlanjut," ujarnya.

    Bagi Sri, penetapan suku yang diinginkan antara Kemenpera dengan bank-bank penyalur

    kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk masyarakat berpenghasilan rendah masih akan terus

    diupayakan sesuai dengan kesepakatan.

    "Pada dasarnya, setiap bank mempunyai kebijakan masing-masing dalam penentuan sukubunga sesuai dengan rencana bisnisnya," kata dia.

    Untuk itu, dia menambahkan, proses negosiasi terus ditempuh untuk menghasilkan suku

    bunga sesuai yang disepakati Kemenpera maupun bank pelaksana. "Kami akan mempercepat

    kesepakatan dalam penetapan suku bunga dengan bank pelaksana dan dilanjutkan

    menandatangani PKO," tutur Sri.

    Berdasarkan penelusuran data yang didapat VIVAnews.com dari Kemenpera , terkait hasil

    pembahasan sementara antara kementerian dengan bank penyalur FLPP adalah sebagai

    berikut.

    Untuk bank penyalur yaitu Bank Tabungan Negara, secara porsi dana sebesar 50 persen

    berbanding 50 persen. Untuk perhitungan suku bunga, biaya dana sebesar4,14 persen, girowajib minimum sebesar sebesar 0,14 persen, biaya overhead sebesar 1,5 persen, biaya resiko

    sebesar satu persen, keuntungan sebesar 1,5 persen, suku bunga secara total untuk

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    31/52

    kesepakatan sementara dengan Kemenpera sebesar 8,55 persen. Kesanggupan penerbitanKPR unit 100 ribu unit.

    Bank Negara Indonesia, secara porsi dana 50 persen berbanding 50 persen. Perhitungan suku

    bunga, biaya dana sebesar 2,72 persen, giro wajib minimum sebesar 0,17 persen, biayaoverhead sebesar 3,02 persen, biaya resiko sebesar 1,81 persen, keuntungan sebesar 0,50

    persen, suku bunga total untuk kesepakatan sementara dengan Kemenpera sebesar7,25persen. Kesanggupan penerbitan KPR (unit) masih dalam proses.

    Sedangkan untuk Bank Mandiri baik porsi dana, perhitungan suku bunga dengan perhitungan

    secara komposisi terdiri dari biaya dana, giro wajib minimum, biaya overhead, biaya resiko

    dan suku bunga sementara hingga kesanggupan penertiban KPR (unit) masih dalam proses

    negosiasi dengan Kemenpera. (ren)

    VIVAnews

    http://bisnis.vivanews.com/news/read/285227-februari--batas-akhir-subsidi-rumah-rakyat

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    32/52

    PROPERTI : Wajar, BTN Ancam Mundur dari Bank

    Pelaksana KPR

    Jumat, 03 February 2012 07:03

    BANDARLAMPUNG (Lampost): Ketua Asosiasi Pengembangan Perumahan danPermukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Lampung Harsani Merawi menilai wajar jika PT

    Bank BTN mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR subsidi melalui fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012.

    Namun, kata Harsani, jika ini terjadi, pengembang akan kesulitan untuk mendapatkan kreditKPR subsidi. "Implikasinya, banyak masyarakat berpenghasilan rendah tidak bisa memiliki

    rumah," kata Harsani kemarin.

    Menurut Aang, panggilan akrab Harsani Merawi, jika bank pemerintah saja tidak maumenjadi bank pelaksana, apalagi bank-bank swasta. Sebagai pengembang rumah sederhana,

    kata Aang, Apersi sangat menyambut baik kebijakan pemerintah yang menurunkan suku

    bunga FLPP menjadi 5%6%. "Dengan keputusan tersebut, masyarakat MBR akan lebih

    mudah mendapatkan rumah. Apalagi jika pemerintah daerah dapat membantu meringankan

    biaya perizinan dan biaya-biaya lainnya."

    Seperti diketahui, PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) mengancam tidak lagi ikut

    menyalurkan KPR subsidi melalui FLPP tahun 2012. Langkah ini diambil jika pemerintah

    tetap berkeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridzsebesar 5%6% akan merugikan BTN karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75%. "Dengan porsi pemerintah

    bank tetap 60:4

    0 bunga dari kita7,7

    5%. Kalau porsinya berubah menjadi 50:50 tentu akanlebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN Iqbal Latanro di Jakarta, Selasa (31-1)

    lalu.

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki Menteri Perumahan Rakyat,

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolio

    terbesar FLPP 2011, dengan porsi hampir 99,4%. Dari realisasi FLPP 20102011, BTN

    adalah bank penyalur dengan jumlah terbesar. Pada KPR konvensional, perseroan berhasil

    menyelesaikan akad KPR 114.235 unit senilai Rp3,81 triliun. KPR syariah BTN 6.184 unit

    senilai Rp222,32 miliar. Perbankan lainnya tergolong kecil. Ambil contoh, Bank Bukopin

    yang hanya menyalurkan FLPP senilai Rp7,3 miliar. Kemudian BNI hanya Rp3,42 miliar. (E-

    1)

    http://lampungpost.com/ekonomi-bisnis/23744-properti--wajar-btn-ancam-mundur-dari-

    bank-pelaksana-kpr.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    33/52

    Program Rumah Murah Didukung DPR

    JAKARTA - Program pemenuhan kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan

    Rendah (MBR) Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) didukung penuh Komisi V

    DPR bidang perumahan.

    Iya. Itu salah satu kebijakan yang telah disetujui oleh Komisi V DPR guna mengatasi

    backlog rumah, khususnya bagi MBR sehingga tersedia dana murah untuk jangka panjang,kata anggota Komisi V DPR, Yudi Widiyana kepada wartawan, di gedung DPR, Senayan

    Jakarta, Kamis (2/2).

    Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Menteri Perumahan Rakyat(Menpera), Djan Faridz mengatakan, kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan

    rendah masih jauh dari harapan.

    Karena itu, Kementeriannya akan bekerja keras membangun perumahan yang harganya

    terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama dari masyarakat berpenghasilan rendah.

    Ada dua hal yang melatarbelakangi upaya ini. Pertama, adanya angka backlog perumahantahun 2010 yang mencapai 13,6 juta unit.

    Kedua, adanya kendala dalam pemenuhan kebutuhan perumahan. Yakni, rendahnya

    pendapatan masyarakat dan rendahnya partisipasi bank-bank BUMN dalam pembiayaanperumahan bagi MBR, ujar Menpera, Djan Faridz.

    Untuk memecahkan kendala tersebut, dalam Raker yang membahas pelaksanaan kebijakan

    Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Djan mengusulkan berbagai kebijakan

    untuk pemenuhan kebutuhan akan perumahan.

    Salah satunya adalah program pembiayaan FLPP.

    Program ini dimaksudkan untuk mengatasi kebutuhan dana murah dalam rangka pembiayaanperumahan bagi MBR.

    Program FLPP ini sudah dilakukan walikota Palembang. Di sana, masyarakat yang tidak

    punya penghasilan tetap dapat fasilitas pemberian kredit perumahan sesuai kemampuan.

    Mereka diberi keringanan pembayaran. Bisa dibayarkan harian atau mingguan, kata Djan.

    Kemudian, lanjutnya, dana FLPP tersebut dicampur dengan dana pihak Ketiga oleh bank

    pelaksana penerbit KPR guna menghasilkan KPR dengan suku bunga yang murah dan tetap,

    selama masa pinjaman.

    Sasaran pembiayaan perumahan untuk MBR 20102014 sebanyak 1.350.000 unit, ujarnya.

    (JPNN)

    http://www.radar-bekasi.com/?p=23230

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    34/52

    Ancaman Pemerintah Untuk Tarik Dana Murah KPR

    Subsidi di BTN

    Jumat, 3 Februari 2012 10:32

    SolusiProperti.Com-Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) telah mengancam akanmenarik dana murah atau dana penyertaan yang ditempatkan pemerintah dalam fasilitas

    likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di Bank Tabungan Negara (BTN). Hal ini

    dilakukan jika BTN sebagai bank penyalur FLPP keluar dari program ini.

    Demikian yang disampaikan oleh Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan RakyatPangihutan Marpaung.

    "Kalau mereka (BTN) keluar itu kan, akan ditarik dananya itu kan dana APBN, setara

    120.000 unit rumah di tahun kemarin. Porsi pemerintah ada 60%," katanya.

    Sayangnya Pangihutan tak tahu persis berapa dana murah pemerintah yang telah ditempatkandi BTN, namun porsi pemerintah mencapai 60% dari pembiayaan 120,000 unit rumah tahun

    2011 lalu.

    "Yang tahu persis itu deputi pembiayaan,"katanya.

    Ia menambahkan, BTN selaku pemegang pasar perumahan subsidi skema FLPP belum juga

    bersedia bergabung menyalurkan kredit rumah subsidi. Saat ini yang sudah bersediamenyalurkan kredit FLPP hanya BNI dan BRI.

    "Sekarang ini yang menawarkan bunga di bawah 8%, yaitu BRI dan BNI, yaitu BNI 6,35%

    dan BRI 7,12%. Untuk itu kita minta mereka ajukan tertulis, jangan hanya cuma lisan,"

    katanya.

    Ia optimistis apapun hasilnya semua perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan bank

    pelaksana akan sudah selesai akhir Februari ini.

    Ia menilai ngototnya BTN untuk tetap memasang bunga kredit yang tinggi, karena selama ini

    bank BUMN ini menguasai pasar terutama kredit perumahan subsidi. Meski demikian jika

    skenario terburuk, pihak BTN tak bergabung, maka BNI dan BRI akan menjadi bank

    penyalur FLPP, ia pun optimis target pengadaan rumah melalui FLPP bisa menembus170.000 unit.

    "BNI dan BRI harus kerja keras, melihat hasil realisasi penyaluran FLPP mereka tahun

    kemarin yang sangat minim," katanya.

    Namun ia mengakui saat ini pihak BTN masih melakukan kajian apakah benar-benar keluar

    dari FLPP atau tetap lanjut dengan skema PKO FLPP tahun 2012.

    BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkan

    setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah

    (MBR), bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    35/52

    Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat IndonesiaTbk (BRI) menawarkan bunga FLPP sebesar7,12%, sedangkan PT Bank Negara Indonesia

    Tbk (BNI) menawarkan 6,35%.

    Sebelumnya Dirut BTN mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR subsidi melaluifasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini diambil jika

    pemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridz

    sebesar 5%-6% akan merugikan BTN karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75%.

    "Dengan porsi pemerintah bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75%. Kalau porsinya berubah

    menjadi 50:50 tentu akan lebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanrodi Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolio

    terbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir 99,4%.[sr]

    http://www.solusiproperti.com/villa-bh-transparansi-unggulan-untuk-gaya-hidup-

    membebaskan/bank/artikel/ancaman-pemerintah-untuk-tarik-dana-murah-kpr-subsidi-di-btn

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    36/52

    Penyebab KPR rumah murah terhenti3 Februari 2012 | Filed underBerita | Posted by afrodita

    Jakarta [SPFM], Indonesia Property Watch (IPW) menilai tertundanya program pemerintah

    berupa fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) akibat salah pemerintah dalammelihat kondisi di lapangan mengenai pembangunan perumahan rakyat. Seperti diketahui ,

    pemerintah mencoba bernegosiasi dengan perbankan agar suku bunga kredit pemilikan rumah(KPR) diturunkan menjadi lima sampai enam persen.

    Direktur Eksekutif IPW, Ali Tranghanda, Jumat (3/2) mengatakan, pemerintah seharusnya

    tidak menghentikan FLPP secara sepihak tanpa berdiskusi dengan para pemangkukepentingan seperti pengembang dan perbankan. Ali menengaskan, jika polemik FLPP terus

    terjadi dan tidak membuahkan penyelesaian dipastikan penyerapan rumah bagi masyarakatberpenghasilan rendah akan berkurang dan jauh dari misi untuk mengurangi ketersediaan

    hunian. [vivanews/ard]

    http://www.starjogja.com/2012/02/penyebab-kpr-rumah-murah-terhenti/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    37/52

    Belum Tetapkan Tersangka Rusunawa

    Tribun Kalteng - Jumat, 3 Februari 2012 | 13:30 WIB

    Berita Terkait

    TRIBUNKALTENG.COM, BANJARMASIN - Seksi Pidana Khusus Kejari Banjarmasin

    masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi terkait kasus pengadaan lahan Rusunawa

    III.

    Menurut Kasi Pidsus Kejari Banjarmasin, Ramadani, untuk kasus ini penyidik masih belummenentukan siapa tersangka yang harus bertanggungjawab.

    "Kita juga masih proses penghimpunan kerugian negaranya," imbuh Ramadani. Budi arif rh

    http://kalteng.tribunnews.com/2012/02/03/belum-tetapkan-tersangka-rusunawa

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    38/52

    Jumat, 03 Februari 2012 | 11:05 WIB

    Politik & Pemerintahan / Terbaru

    Pemkot Malang Pastikan Bangun Twin Block

    Warta Malang Meskipun hasil survei relokasi warga Desa Brantas sulit terealisasi, Pemkot

    Malang tetap akan membangun Rusunawa. Hal itu disebabkan Kota Malang dipastikanmendapatkan bantuan dari Kementrian Pekerjaan Umum twin block bagi warga

    berpenghasilan rendah.

    Kami sudah menyiapkan lahan seluas 8.000 m2 dari seluas 20.000 m2 yang terletak di JalanMayjen Sungkono, Kecamatan Kedungkandang untuk pembangunan rusunawa. Namun,

    untuk dua unit twin block hanya 8.000 m2, kata Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum

    (DPU) Kota Malang, Ade Herawanto.

    Sehingga, menurut Ade, sisa lahan yang dimiliki Pemkot Malang itu masih dapat digunakan

    untuk pembangunan rusunawa yang baru. Mengingat pembangunan rusunawa dengan twinblock itu diperuntukkan bagi orang miskin maka harga sewanya tergolong murah, yaitusekitar Rp. 150 ribu rupiah/ bulan.

    Seperti diketahui, program relokasi warga das brantas telah direncanakan sejak tahun 2006

    lalu. Namun , hasil survei yang dilakukan oleh Pemkot Malang menyebutkan relokasitersebut akan sulit terealisasi. Karena warga menganggap rumah sebagai situs yang harus

    dihormati turun temurun.

    Program itu mulai dicetuskan lagi setelah Kota Malang dipastikan mendapatkan bantuan

    rusunawa dari Kementerian Pekerjaan (PU) Umum. bantuan tersebut berupa pembangunandua unit twin block rusunawa berkapasitas 192 tempat tinggal. Dengan masing- masing unit

    tipe seluas 24 meter persegi, yang berisi satu kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi,dandapur. [wmc jml]

    http://wartamalang.com/2012/02/pemkot-malang-pastikan-bangun-twin-block/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    39/52

    Atap Diperbaiki, Gelar Syukuran

    Jumat, 3 Feb 2012 | 04:37 WIB

    SURABAYA - Puluhan penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

    Gunungsari Surabaya menggelar syukuran. Pasalnya, atap bocor yang mereka keluhkan

    selama beberapa hari, akhirnya direspon dan diperbaiki oleh Dinas PU Cipta Karya Jatim,

    sehingga mereka bisa tenang kembali menempati Rusunawa yang dibangun oleh PemprovJatim.

    Koordinator forum warga Rusunawa Gunungsari Surabaya, Nawari mengaku senang karena

    Pemprov Jatim sangat responsif terhadap apa yang menjadi keluhan penghuni. "Kegiatan inimerupakan bentuk rasa syukur warga, karena keluhan mereka direspon Dinas PU Cipta

    Karya," ujarnya saat dikonfirmasi di Rusun Gunungsari Surabaya, Kamis (2/2) kemarin.

    Lebih jauh pria eks warga strenkali Jagir Surabaya ini menjelaskan,

    bahwa kebocoran yang menimpa beberapa kamar di Rusunawa Gunungsari itu

    akibat saluran pembuangan air bocor, sehingga merembes. Namun sekarang sudah diperbaiki

    sehingga warga penghuni kembali tenang. "Kamar yang bocor itu ada di lantai 3 dan 4 blok BKanan dan blok B Kiri," jelas Nawari.

    Diakui Nawari, warga strenkali Jagir Surabaya totalnya berjumlah 386

    kepala keluarga (KK). Namun yang mau menempati Rusunawa Gunungsari

    hanya sekitar 100 KK lebih, sedangkan sisanya enggan mengambil jatah karena mereka

    sudah menempati rumah sendiri atau pindah ke luar kota. arf

    http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b81298296224fdbd616ad8ea152456736240e2f350

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    40/52

    Bocor Ditangani Warga Rusunawa Gelar Syukuran

    Thursday, 02 February 2012 21:03 Media Online Bhirawa

    Pemprov, Bhirawa

    Puluhan warga penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) GunungsariSurabaya melakukan syukuran. Hal dikarenakan Dinas PU Cipta Karya Jatim telahmemperbaiki atap bocor di rusun tersebut.

    Koordinator forum warga Rusunawa Gunungsari Surabaya, Nawari bersama salahsatu warga, Kusnan merasa senang, sebab Pemprov Jatim sangat responsifterhadap apa yang menjadi keluhan penghuni.

    "Kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur warga, karena keluhan merekadirespon Dinas PU Cipta Karya," ujarnya disela-sela syukuran berlangsung di RusunGunungsari Surabaya, Kamis (2/2).

    Lebih jauh pria eks warga strenkali Jagir Surabaya ini menjelaskan, bahwakebocoran yang menimpa beberapa kamar di Rusunawa Gunungsari itu akibatsaluran pembuangan air bocor, sehingga merembes. Namun sekarang sudahdiperbaiki sehingga warga penghuni kembali tenang.

    "Kamar yang bocor itu ada di lantai 3 dan 4 blok B Kanan dan blok B Kiri," jelasNawari.

    Diakui Nawari, warga strenkali Jagir Surabaya totalnya berjumlah 386 kepalakeluarga (KK). Namun yang mau menempati Rusunawa Gunungsari hanya sekitar100 KK lebih, sedangkan sisanya enggan mengambil jatah karena mereka sudah

    menempati rumah sendiri atau pindah ke luar kota

    "Dari 268 kamar yang tersedia di Rusunawa Gungungsari, sekitar 100 KK lebihditempati oleh warga eks strenkali Jagir yang menempati lantai 1, 2, dan 3.Sedangkan sisanya dihuni oleh masyarakat umum yang kebanyakan menempatilantai 4," katanya. [rac]

    http://www.harianbhirawa.co.id/konflik/42074-bocor-ditangani-warga-rusunawa-gelar-syukuran

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    41/52

    PENGHUNI RUSUNAWA: Ada Yang Bermobil di Rusunawa Jurug

    Jumat, 03/2/2012 | Oleh Arif Fajar Setiadi | Dilihat: 141 Kali

    SOLO- Ketua Paguyuban Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) JurugJebres, FX Triwiyana menemukan banyak pelanggaran atas pengoperasian

    Rusunawa milik Pemkot Solo tersebut. Salah satunya ialah banyaknya penghuniRusunawa yang kini berasal dari kelas mapan alias bukan lagi dari kalanganekonomi menengah ke bawah.

    Kami sudah mengecek langsung. Ternyata, memang penghuni Rusunawa tersebutdari kalangan mampu. Ini berarti Pemkot melanggar aturan sendiri, tegasnyakepada Espos di tempat kerjanya, Jumat (3/2/2012).

    Temuan Triwiyana tersebut bermula dari laporan pengurus paguyuban yang kerapmelihat mobil dan sedan yang bermalam di Rusunawa. Semula, warga mengasumsibahwa mobil tersebut milik para tamu.Namun, lantaran kerap terlihat mobilberseliweran saban hari, akhirnya warga curiga dan dilakukanlah pengecekan.

    Ternyata itu adalah mobil keluarga yang menyewa di Rusunawa. Ini jelaspelanggaran, karena peruntukan Rusunawa ini untuk warga Solo berpenghasilanrendah, tegasnya.

    Menanggapi temuan warga itu, Kepala Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD)Rusunawa Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Toto Jayanto menepisnya.Menurutnya, dia belum pernah melihat adanya warga kelas mapan yang tinggal diRusunawa tersebut. Setahu saya tidak ada. Kalau ada, tolong saya diberi tahu. Biarsaya bisa ambil tindakan, katanya melalui pesan singkatnya

    Dia juga menegaskan bahwa masyarakat bermobil bukan lagi masuk kriteria

    masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). JIBI/SOLOPOS/Aries Susanto

    http://www.solopos.com/2012/solo/penghuni-rusunawa-ada-yang-bermobil-di-rusunawa-jurug-159700

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    42/52

    Jumat, 03/02/2012 14:19 WIB

    Duh! Subsidi Prasarana Rumah Sederhana 'Ditilep'Kontraktor

    Whery Enggo Prayogi - detikFinance

    Jakarta - Pengembang rumah sederhana mengusulkan agar dana subsidi untukprasarana, sarana dan utilisasi umum (PSU) sebesar Rp 6,2 juta per unit rumahdihapus. Diduga dana subsidi yang biasa untuk menopang kawasan perumahansederhan bersubsidi itu banyak ditilep oleh kontraktor yang mengerjakannya.

    Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi)menilai dana PSU yang digelontorkan kementerian perumahan rakyat lebihbermanfaat jika diberikan langsung kepada masyarakat karena dapat mensubsidilangsung harga jual rumah sederhana.

    "PSU ilangin aja. Mending kasih subsidi langsung ke konsumen. Lumayan kurangiharga," kata Ketua DPP Apersi, Eddy Ganefo saat berbincang dengan detikFinance,Jumat (3/2/2012).

    Ia mengutarakan, selama ini bantuan PSU tidak diberikan langsung kepada calonpemilik rumah. Dana berupa pembuatan drainase dan jalan di sekitar perumahan inimasuk ke kantong kontraktor yang dipilih pemerintah dengan sistem tender.

    Parahnya, realiasai bantuan PSU tidak sesuai dengan hasil di lapangan. Kontraktorpemenang tender pembangunan jalan dan drainase ditenggarai mengkorupsi danaPSU hingga kualitas prasarana dan sarana buruk.

    "Saya punya data, kalau ingin buka-bukaan. Misalnya jalan cor yang standarnya 17cm-20 cm, tebalnya ternyata cuma 5 cm. Drainase yang harusnya pakai batu kali,diganti batu bata. Itupun dipasang memanjang hingga gampang rusak," jelas Eddy.

    Realisasi PSU yang tidak sesuai harapan pengembang ini pun sudah dilaporkankepada Kementerian Perumahan Rakyat. Hingga kini belum ada tindak lanjut secarakonkret.

    Adanya kenyataan itu, lanjut Eddy, justru pengembang yang kena getahnya, karenamereka mendapat banyak keluhan dari masyarakat pemilik rumah. Masyarakat puntidak mau tahu, apakah PSU dibangun kontraktor yang ditunjuk pemerintah atau

    pengembang.

    (wep/hen)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/03/141939/1833545/1016/duh-subsidi-prasarana-rumah-sederhana-ditilep-kontraktor?f9911023

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    43/52

    Penyebab KPR Rumah Murah Terhenti

    Pemerintah meminta agar bank menurunkan suku bunga

    pemilikan rumah atau KPR 5-6 persen.

    Jum'at, 3 Februari 2012, 10:34 WIB

    Antique, Ronito Kartika Suryani

    Perumahan rakyat (kemenpera.go.id)

    VIVAnews - Indonesia Property Watch (IPW) menilai tertundanya program pemerintah

    berupa fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) akibat salah pemerintah dalam

    melihat kondisi di lapangan mengenai pembangunan perumahan rakyat.

    Seperti diketahui, pemerintah mencoba bernegosiasi dengan perbankan agar suku bunga

    kredit pemilikan rumah (KPR) diturunkan menjadi lima sampai enam persen.

    "Itulah arogansi pemerintah dengan membawa kepentingan masing-masing tanpa melihat

    kondisi lapangan yang akhirnya akan berakibat fatal," kata Direktur Eksekutif IPW, AliTranghanda kepada VIVAnews.com, Jakarta, Jumat 3 Februari 2012.

    Menurut Ali, sebetulnya dengan penerapan skema lama tetap berjalan, dengan suku bunga

    8,15 persen sepertinya para konsumen tidak protes. "Malah permintaan naik dari 8.000 unit

    pada 2010 menjadi 109.000 unit di 2011. Kan lucu, pemerintah mengorbankan rakyat hanya

    demi negosiasi bunga yang cuma 1-2 persen," ujarnya.

    Seharusnya, Ali melanjutkan, pemerintah tidak menghentikan FLPP secara sepihak tanpa

    berdiskusi dengan para pemangku kepentingan seperti pengembang dan perbankan.

    Ali menilai, keinginan pemerintah untuk menurunkan suku bunga KPR cukup bagus, namun

    hal itu tidak dengan mudah bisa begitu saja dilakukan.

    "Kecuali, porsi pemerintah dalam memberikan subsidi mencapai 90 persen, sisanya

    ditanggung bank. Sebab, para bank penyalur FLPP seperti BRI, BTN, dan BNI, meski bank

    pemerintah, mereka kan perusahaan terbuka yang tidak bisa semaunya merugi," ujar Ali.

    Ali kembali menengaskan, jika polemik FLPP terus terjadi dan tidak membuahkan

    penyelesaian, dipastikan penyerapan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah akan

    berkurang dan jauh dari misi untuk mengurangi ketersediaan hunian atau back log.

    "Untuk itu, sebaiknya pemerintah dan bank penyalur FLPP dapat bermusyawarah. Jika tidak,

    yang rugi pasti rakyat juga," katanya. (art)

    VIVAnews

    http://bisnis.vivanews.com/news/read/285247-penyebab-kpr-rumah-murah-terhenti

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    44/52

    Jum'at, 3 Februari 2012 | 15:38 WIB Follow :

    Februari, Batas Akhir Subsidi Rumah Rakyat

    Kementerian Perumahan Rakyat diberi waktu untuktuntaskan Fasilitas Likuiditas pembiayaan.

    Jum'at, 3 Februari 2012, 09:21 WIB

    Antique, Ronito Kartika Suryani

    Pembangunan perumahan rakyat (kemenpera.go.id)

    VIVAnews - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) diberikan waktu oleh Dewan

    Perwakilan Rakyat untuk menyelesaikan perjanjian kerja sama operasional (PKO) dengan

    bank penyalur fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sampai akhir Februari 2012.

    "Batas waktu sudah ditetapkan akhir Februari ini," kata Deputi Pembiayaan Kementerian

    Perumahan Rakyat, Sri Hartoyo melalui pesan singkatnya kepada VIVAnews.com, Jakarta,

    Kamis.

    Sri menuturkan, pada prinsipnya negosiasi dengan bank penyalur FLPP merupakan

    kesepakatan untuk mencari hasil terbaik yang dapat diterima dua belah pihak. "Sampai

    sekarang proses negosiasi masih terus berlanjut," ujarnya.

    Bagi Sri, penetapan suku yang diinginkan antara Kemenpera dengan bank-bank penyalur

    kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk masyarakat berpenghasilan rendah masih akan terus

    diupayakan sesuai dengan kesepakatan.

    "Pada dasarnya, setiap bank mempunyai kebijakan masing-masing dalam penentuan sukubunga sesuai dengan rencana bisnisnya," kata dia.

    Untuk itu, dia menambahkan, proses negosiasi terus ditempuh untuk menghasilkan suku

    bunga sesuai yang disepakati Kemenpera maupun bank pelaksana. "Kami akan mempercepat

    kesepakatan dalam penetapan suku bunga dengan bank pelaksana dan dilanjutkan

    menandatangani PKO," tutur Sri.

    Berdasarkan penelusuran data yang didapat VIVAnews.com dari Kemenpera , terkait hasil

    pembahasan sementara antara kementerian dengan bank penyalur FLPP adalah sebagai

    berikut.

    Untuk bank penyalur yaitu Bank Tabungan Negara, secara porsi dana sebesar 50 persen

    berbanding 50 persen. Untuk perhitungan suku bunga, biaya dana sebesar4,14 persen, girowajib minimum sebesar sebesar 0,14 persen, biaya overhead sebesar 1,5 persen, biaya resiko

    sebesar satu persen, keuntungan sebesar 1,5 persen, suku bunga secara total untuk

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    45/52

    kesepakatan sementara dengan Kemenpera sebesar 8,55 persen. Kesanggupan penerbitanKPR unit 100 ribu unit.

    Bank Negara Indonesia, secara porsi dana 50 persen berbanding 50 persen. Perhitungan suku

    bunga, biaya dana sebesar 2,72 persen, giro wajib minimum sebesar 0,17 persen, biayaoverhead sebesar 3,02 persen, biaya resiko sebesar 1,81 persen, keuntungan sebesar 0,50

    persen, suku bunga total untuk kesepakatan sementara dengan Kemenpera sebesar7,25

    persen. Kesanggupan penerbitan KPR (unit) masih dalam proses.

    Sedangkan untuk Bank Mandiri baik porsi dana, perhitungan suku bunga dengan perhitungansecara komposisi terdiri dari biaya dana, giro wajib minimum, biaya overhead, biaya resiko

    dan suku bunga sementara hingga kesanggupan penertiban KPR (unit) masih dalam prosesnegosiasi dengan Kemenpera. (ren)

    VIVAnews

    http://bisnis.vivanews.com/news/read/285227-februari--batas-akhir-subsidi-rumah-rakyat

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    46/52

    Jumat, 03/02/2012 07:24 WIB

    Pemerintah Ancam Tarik Dana Murah KPR Subsidi di

    BTN

    Suhendra - detikFinance

    Browser anda tidak mendukung iFrame

    Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengancam akan menarik dana

    murah atau dana penyertaan yang ditempatkan pemerintah dalam fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) di Bank Tabungan Negara (BTN). Hal ini dilakukan jika

    BTN sebagai bank penyalur FLPP keluar dari program ini.

    Demikian disampaikan oleh Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat

    Pangihutan Marpaung kepada detikFinance, Kamis (2/2/2012)

    "Kalau mereka (BTN) keluar itu kan, akan ditarik dananya itu kan dana APBN, setara

    120.000 unit rumah di tahun kemarin. Porsi pemerintah ada 60% ," katanya.

    Sayangnya Pangihutan tak tahu persis berapa dana murah pemerintah yang telah ditempatkan

    di BTN, namun porsi pemerintah mencapai 60% dari pembiayaan 120,000 unit rumah tahun

    2011 lalu.

    "Yang tahu persis itu deputi pembiayaan,"katanya.

    Ia menambahkan, BTN selaku pemegang pasar perumahan subsidi skema FLPP belum juga

    bersedia bergabung menyalurkan kredit rumah subsidi. Saat ini yang sudah bersedia

    menyalurkan kredit FLPP hanya BNI dan BRI.

    "Sekarang ini yang menawarkan bunga di bawah 8%, yaitu BRI dan BNI, yaitu BNI 6,35%

    dan BRI 7,12%. Untuk itu kita minta mereka ajukan tertulis, jangan hanya cuma lisan,"

    katanya.

    Ia optimistis apapun hasilnya semua perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan bank

    pelaksana akan sudah selesai akhir Februari ini.

    Ia menilai ngototnya BTN untuk tetap memasang bunga kredit yang tinggi, karena selama ini

    bank BUMN ini menguasai pasar terutama kredit perumahan subsidi. Meski demikian jika

    skenario terburuk, pihak BTN tak bergabung, maka BNI dan BRI akan menjadi bank

    penyalur FLPP, ia pun optimis target pengadaan rumah melalui FLPP bisa menembus

    170.000 unit.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    47/52

    "BNI dan BRI harus kerja keras, melihat hasil realisasi penyaluran FLPP mereka tahunkemarin yang sangat minim," katanya.

    Namun ia mengakui saat ini pihak BTN masih melakukan kajian apakah benar-benar keluar

    dari FLPP atau tetap lanjut dengan skema PKO FLPP tahun 2012.

    BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkan

    setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah(MBR), bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.

    Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat Indonesia

    Tbk (BRI) menawarkan bunga FLPP sebesar7,12%, sedangkan PT Bank Negara IndonesiaTbk (BNI) menawarkan 6,35%.

    Sebelumnya Dirut BTN mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR subsidi melalui

    fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini diambil jikapemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridz

    sebesar 5%-6% akan merugikan BTN karena banyak risiko yang harus ditanggung.

    Penawaran suku bunga FLPP yang BTN tawarkan sekitar7,75%.

    "Dengan porsi pemerintah bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75%. Kalau porsinya berubahmenjadi 50:50 tentu akan lebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro

    di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat

    tidak masuk hitungan bisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolioterbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir 99,4%.

    http://finance.detik.com/read/2012/02/03/072426/1833049/1016/pemerintah-ancam-tarik-

    dana-murah-kpr-subsidi-di-btn

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    48/52

    Penyebab KPR Rumah Murah TerhentiJumat, 03 Pebruari 2012 15:16

    Starberita - Jakarta, Indonesia Property Watch (IPW) menilai tertundanya programpemerintah berupa fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) akibat salah pemerintah

    dalam melihat kondisi di lapangan mengenai pembangunan perumahan rakyat.

    Seperti diketahui, pemerintah mencoba bernegosiasi dengan perbankan agar suku bunga

    kredit pemilikan rumah (KPR) diturunkan menjadi lima sampai enam persen.

    "Itulah arogansi pemerintah dengan membawa kepentingan masing-masing tanpa melihat

    kondisi lapangan yang akhirnya akan berakibat fatal," kata Direktur Eksekutif IPW, AliTranghanda kepada VIVAnews.com, Jakarta, Jumat 3 Februari 2012.

    Menurut Ali, sebetulnya dengan penerapan skema lama tetap berjalan, dengan suku bunga8,15 persen sepertinya para konsumen tidak protes. "Malah permintaan naik dari 8.000 unit

    pada 2010 menjadi 109.000 unit di 2011. Kan lucu, pemerintah mengorbankan rakyat hanyademi negosiasi bunga yang cuma 1-2 persen," ujarnya.

    Seharusnya, Ali melanjutkan, pemerintah tidak menghentikan FLPP secara sepihak tanpa

    berdiskusi dengan para pemangku kepentingan seperti pengembang dan perbankan.

    Ali menilai, keinginan pemerintah untuk menurunkan suku bunga KPR cukup bagus, namun

    hal itu tidak dengan mudah bisa begitu saja dilakukan.

    "Kecuali, porsi pemerintah dalam memberikan subsidi mencapai 90 persen, sisanya

    ditanggung bank. Sebab, para bank penyalur FLPP seperti BRI, BTN, dan BNI, meski bank

    pemerintah, mereka kan perusahaan terbuka yang tidak bisa semaunya merugi," ujar Ali.

    Ali kembali menengaskan, jika polemik FLPP terus terjadi dan tidak membuahkan

    penyelesaian, dipastikan penyerapan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah akan

    berkurang dan jauh dari misi untuk mengurangi ketersediaan hunian atau back log.

    "Untuk itu, sebaiknya pemerintah dan bank penyalur FLPP dapat bermusyawarah. Jika tidak,

    yang rugi pasti rakyat juga," katanya. (vnc/YEZ)

    http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=48528:penyeba

    b-kpr-rumah-murah-terhenti&catid=159:ekonomi-a-bisnis&Itemid=720

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 6 Februari 2012

    49/52

    Jumat, 03 Februari 2012

    Finansial Hari ini Pkl. 07:42 WIB

    Kinerja BTN Lebih Baik dalam Penyaluran FLPP

    MedanBisnisMedan. Ancaman keluar atau tidak ikut menyalurkan dana fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan (FLPP) yang dilontarkan pihak Bank Tabungan Negara (BTN)

    seperti yang tersiar di media massa, perlu ditanggapi secara serius oleh pemerintah, terutama

    Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Hal ini mengingat bank yang sahamnya

    mayoritas milik pemerintah ini sudah belasan tahun membantu pemerintah menyalurkan dana

    kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi.

    "Dalam persoalan penyaluran dana FLPP ini, BTN sesungguhnya menunjukkan kinerja yangcukup baik. Ini wajar mengingat mereka sudah cukup berpengalaman dalam KPR, baik yang

    subsidi maupun komersil. Tahun lalu saja mereka mendapatkan penilaian yang cukup baikdalam hal penyaluran dana FLPP, mencapai 99% atau sekitar 100.000 unit rumah subsidi,"

    kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman SeluruhIndonesia (Apersi), Eddy Ganefo, kepada MedanBisnis, Kamis (2/2).

    Selebihnya, ujar Eddy Ganefo, penyaluran dana FLPP dilakukan oleh Bank Bukopin, BNI,

    BR, Bank Sumut dan Bank Sumut Syariah, serta bank-bank lainnya. Eddy berharap pihak

    Kemenpera bijak menanggapi hal ini, jangan sampai perdebatan soal suku bunga menjadihalangan untuk merealisasikan PKO FLPP tahap berikutnya untuk tahun ini.

    Sementara itu Wakil Bendahara Umum DPP Apersi, Hidayat Anshari, bersikap senada

    dengan Eddy Ganefo. Kata dia, BTN sejatinya telah menunjukan pengalaman, kultur, dansemangat yang jauh lebih