kliping berita perumahan rakyat online, 10 februari 2012

Upload: klipingdigital

Post on 06-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    1/45

    Pengentasan Rumah Tidak Layak Huni BakalDilaksanakan 2012

    Wednesday, February 8, 2012, 18:55

    Taliwang Pengentasan rumah tidak layak huni di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) kerjasamapemerintah pusat melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dengan pemerintah KSB danmenggandeng PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) akan dilaksanakan 2012 ini.

    Bupati KSB, Dr KH Zulkifli Muhadli, SH, MM mengatakan, perhatian yang diberikan Kemenpera yangbekerjasama dengan PT. NNT bukan hanya akan memberikan kontribusi besar untuk masyarakat yangmemiliki rumah tidak layak huni, tetapi juga menetapkan, Bumi Pariri Lema Bariri merupakankabupaten pertama yang akan mengentaskan rumah tidak layak huni.

    Masih keterangan orang nomor wahid di Bumi Pariri Lema Bariri ini, dalam menentukan rumah yangakan mendapatkan program pengentasan itu, pemerintah kabupaten akan menyerahkan sepenuhnyakepada masing-masing masyarakat melalui rapat Rukun Tetangga (RT).

    Rapat internal masyarakat yang akan menentukan rumah yang akan kena program tersebut, namunharus tetap mengacu pada syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan, ucap Kyai Zul sapaan akrabBupati KSB.

    Sementara Menpera, H Djan Faridz dalam sambutannya mengatakan, pengentasan rumah tidak layak

    huni merupakan program yang berkelanjutan dan KSB merupakan kabupaten yang mendapat programpengetasan rumah yang cukup banyak, sehingga berharap kepada masyarakat bersama pemerintahuntuk memanfaatkan program tersebut.

    H Djan Faridz tidak lupa menyampaikan apresiasi kepada pihak PT. NNT yang menjadi barisanterdepan mendukung pelaksanaan program pengetasan rumah tidak layak huni di KSB. Semogaprogram ini sangat bermanfaat bagi masyarakat KSB, urai H Djan Faridz.

    Sedangkan Presiden Direktur (Presdir) PT. NNT, Martiono Hadianto mengaku, pihak perusahaan akanterus mencoba memberikan yang terbaik bagi pemerintah dan masyarakat KSB.(SBP-01)

    http://sumbawabaratnews.com/?p=4138

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    2/45

    Pemerintah Benahi 3.883 RumahTak Layak Huni di KSB

    updated: Selasa 07/02/2012

    Taliwang (Suara NTB)-Ide kerjasama pemerintah pusat, daerah dan PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) dalam kegiatanpembenahan rumah tak layak huni di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) akhirnya terealisasi.

    Dalam acara kunjungan kerja Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz ke KSB, Senin (6/2)kemarin, ide kerjasama yang diklaim menteri sebagai yang pertama kalinya di Indonesia tersebutdinyatakan sah dilaksanakan melalui penandatangan dokumen Memorandum of Understanding (MoU).

    Ide tersebut dinilai sebagai program cemerlang untuk mengentaskan rumah tidak layak huni di negeriini. "Ini adalah terobosan baru untuk mengentaskan rumah tidak layak huni di Indonesia, karena dalamkerjasama ini kita melibatkan pihak ketiga (Newmont, red)," jelas Menpera dalam sambutannya.

    Menpera menjelaskan, model kerjasama ini akan sangat membantu dalam percepatan pengentasanrumah tak layak huni di Indonesia. Karena pelibatan pihak ketiga dalam hal ini perusahaan yangberoperasi di daerah-daerah di mana program dijalankan, secara otomatis mengurangi bebanpemerintah.

    "Kebetulan di KSB ini ada Newmont, makanya kita menggandengnya dan Alhamdulillah, bak gayungbersambut Newmont bersedia bersama kita urunan secara swadaya melancarkan program ini," timpalDjan.

    Secara umum sebagai daerah baru KSB telah memiliki kemajuan pesat dalam membangun. NamunDjan mengaku, hal tersebut belum sepenuhnya merata dan ini dibuktikan masih kurangnyakesejahteraan masyarakat dalam hal perumahan. Karenanya melalui program tersebut, diharapkan

    nantinya salah satu item parameter kesejahteraan masyarakat itu dapat teratasi sehingga KSB dapatkeluar sebagai daerah tertinggal. "Saya awalnya sempat kaget kalau dibilang daerah se-kaya inidisebut miskin. Tapi setelah saya lihat, memang masih ada kekurangan. Kekurangan itu yang di bidangpapan ini (perumahan, red)," cetusnya.

    Keterlibatan PT NNT sendiri, ujar menteri pada dasarnya tentu bukan yang pertama kali dalam programpengembangan masyarakat. Sebagai perusahaan mapan, PT NNT memiliki program yang bertujuanmenyentuh langsung ke masyarakat. Hanya saja lanjut dia, kemungkinan program pemberdayaan yangdilakukan Newmont masih belum terarah sesuai kebutuhan dan hanya fokus pada infrastruktur."Newmont mungkin belum mengerti persoalan masyarakat yang satu ini (perumahan), makanyasekarang kita ajak. Dan saya minta kepada perusahaan fokus pada kegiatan ini dulu," tandasnyasembari menambahkan, bahwa keberadaan Newmont menjadi salah satu urat nadi pendapatan

    pemerintah.

    "Kewajiban Newmont tidak hanya di kabupaten atau daerah penghasil, tapi juga ke pusat. Makanyaperusahaan harus dapat jeli melihat kebutuhan prioritas warga dalam menjalankan programpemberdayaannya," timpal menteri yang memiliki latar belakang pengusaha itu.

    Selanjutnya ia memaparkan, beradasarkan data nasional jumlah rumah tidak layak huni di negeri inimencapai sekitar 4,8 juta unit. Dengan kondisi tersebut, pusat sangat kesulitan untuk mempercepatpenuntasannya karena terbatasnya anggaran yang dialokasikan setiap tahunnya. "Kalau saja tiap

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    3/45

    perusahaan di daerah-daerah lain dapat mengadopsi kebijakan PY NNT ini, saya kira kemampuan 50ribu unit rumah yang bisa kita entaskan dari status tak layak huni setiap tahunnya akan bertambah.Bahkan mungkin lebih cepat dari perkiraan kita semula," kata Djan sambil kembali menegaskan, jikakerjasama dengan pihak ketiga ini akan menjadi pilot project Kemenpera dan diharapkannya dapatsukses.

    Bupati KSB Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH., MM mengatakan, gembira dengan program pengentasanrumah tak layak huni dengan melibatkan pihak ketiga di dalamnya. Terlebih lagi program tersebutmenjadi pilot project nasional Kemenpera yang diharapkan memacu daerah lain untuk menggalakkankegiatan yang sama. "Target pak Menteri 1 tahun rampung. Artinya kalau ini sukses, maka tahun 2013kita menjadi kabupaten pertama di NTB bahkan mungkin di Indonesia yang nol persen rumah tak layakhuninya," cetusnya.

    Dipaparkannya, dalam program ini nantinya akan dilakukan pembenahan terhadap 3.883 unit rumah.Dengan sistem sharing anggaran antara Kemenpera dan PT NNT bersama Pemda KSB, tiap unitrumah yang akan memperoleh dana bantuan rehab sebesar Rp 11 juta dan Pemda KSB berpartisipasidalam pengadaan infrastruktur penunjangnya. "Dari Rp 11 juta itu, Rp 6 juta dari Kemenpera danNewmont Rp 5 juta. Sistemnya nanti tetap akan kita manfaatkan program Pembangunan Berbasis

    Rukun Tetangga (PBRT). Karena program ini kami anggap paling tepat agar bantuan itu sampai kewarga yang benar-benar berhak menerima," timpalnya sambil menyampaikan ucapan terima kasihkepada seluruh pihak yang telah turut meyukseskan kelancaran kerjasama tersebut.

    "Saya berterima kasih kepada semuanya. Dan saya berahrap kepada masyarakat, karena programbantuan ini sifatnya stimulus kami meminta warga tetap turut berpatisipasi di dalamnya," imbau bupati.

    Sementara itu, Presiden Direktur (Presdir) PT NNT Martiono Hadianto memaparkan, programkerjasama yang dicetuskan Kemenpera tersebut akan didukung sepenuhnya berdasarkan perjanjianyang telah disepakati. "Kalau teknisnya nanti tentu semua akan dibicarakan. Yang jelas kami sangatmen-support kegiatan ini, karena ini adalah program yang paling dibutuhkan masyarakat dan sesuaidengan cita-cita perusahaan juga dalam hal tanggung jawab sosial," katanya singkat.

    Selain melakukan penandatangan MoU kerjasama pembenahan rumah tidak layak huni, sejumlahkegiatan turut diikuti Menpera Djan Faridz di KSB kemarin, sebelum bertolak kembali ke Jakarta. Diantaranya melakukan kunjungan silaturahmi dengan pengurus dan santri Pondok Pesantren (Ponpes)Al-Ikhlas Taliwang dan sekaligus melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rusunawa (rumahsusun sewa) di desa Tana Kakan kecamatan Taliwang. (bug)

    http://www.suarantb.com/2012/02/07/Sosial/detil3%202.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    4/45

    Program RTLH Prioritas MenperaTue, 02/07/2012 - 10:41 | admin

    Taliwang KSB, SumbawaNews.Com.- Program pengentasan rumah tidak layak huni tercatat sebagaisalah satu program prioritas yang dicanangkan Kementerian Perumahan Rakyat Indonesia.

    Dan Pemerintah NKRI sangat optimis mampu mencapai target untuk menuntaskan 1,250 juta rumah swadaya

    layak huni yang tersebar diseluruh indonesia saat ini.

    Penegasan itu disampaikan langsung Menteri Perumahan Rakyat RI, H.Djan Faridz, di Taliwang, Senin, 6

    Februari 2012.

    Dikatakan Djan, terdapat dua peluang pemerintah untuk mampu menuntaskan program yang dimaksud,

    pertama, harus ada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ssesuai Peraturan Presiden (Perpres)

    15 tahun 2010 dan UU No 1 tahun 2011. Kedua, adanya dukungan APBN untuk anggaran sektoral dan

    partisipasi melalui infak, Bazis dan dukungan modal dari sejumlah perusahaan besar yang berinvestasi.

    Berdasarkan data yang dirangkum Menpera papar Djan, terdapat sekitar 4,8 juta rumah yang tidak layak huni

    tersebar di wilayah NKRI. Tidak hanya itu, terdapat juga 57 ribu hektar kawasan kumuh, 10,5 juta unit rumah

    yang tidak memiliki MCK, 9,7 juta unit rumah yang tidak terlayani air bersih, 3,9 juta unit yang tidak teraliri listrik

    dan terdapat 22 persen statusnya tidak memiliki kepastian hukum alias tidak bersertifikat.

    "Ini menjadi PR Menpera untuk mampu menuntaskan semua persoalan itu. Dan ini yang sedang kami upayakan

    secara bertahap,"kata DJan.

    Namun sambungnya, sekalipun pemerintah masih memiliki banyak kekuarangan dalam hal penuntasan

    perumahan tidak layak huni, tapi Kementiannya telah menerapkan strategi khusus yaitu kolaborasi dengan

    berbagai pihak, pendelegasian sebagian fungsi Kemenperake SKPD dan mengidenfikasi kelompok sasaranyang lebih baik.

    "Kami telah mengindentifikasi kelompok sasaran yang layak dibantu, terdiri dari 7,8 juta rakyat miskin nelayan,

    10,95 juta rakyat perkotaan dan 18,9 juta masyarakat miskin daerah tertinggal. Namun data ini akan kami

    validkan lagi biar sasarannya tepat,"aku Djan. (dK)

    http://www.nusatenggaranews.com/berita/program-rtlh-prioritas-menpera

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    5/45

    Menpera Kunjungi Rumah Tak Layak Huni diSumbawa

    Nur Januarita Benu - Okezone

    Selasa, 7 Februari 2012 13:12 wib

    0 0Email0

    Menpera Djan Faridz bersama Ibu Cici pemilik rumah gubuk di Sumbawa (Foto: Kemenpera)

    SUMBAWA BARAT - Masalah kemiskinan di negeri ini sepertinya tak jua kunjung usai. Upayapemerintah pun masih dirasa sangat minim dalam mengentaskan dan mengurangi jumlah pendudukmiskin. Meski demikian bukan berarti pemerintah lepas tangan begitu saja. Salah satu wujud upayapemerintah tersebut adalah melalui program pemberian bantuan rumah swadaya dan layak huni bagimasyarakat tidak mampu.

    Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah merasa tidak bisa jalan sendirian dalam mewujudkanprogram tersebut tanpa bantuan pihak swasta dan pemerintah daerah. Karena itu, KementerianPerumahan Rakyat (Kemenpera) sebagai instansi pemerintah yang berwenang dalam mengurusimasalah pemukiman rakyat berusaha menggandeng perusahaan-perusahaan besar untuk turut sertamendukung program tersebut.

    Demikian disampaikan Menteri Perumahan Rakyat H Djan Faridz dalam kunjungan kerjanya keKabupaten Sumbawa Barat, Senin kemarin. Didampingi Bupati Sumbawa Barat, KH DR ZulkifliMuhadli, Menpera mengunjungi rumah-rumah gubuk di Kampung Mantun, Desa Mantun, KecamatanMaluk, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

    Ada dua rumah gubuk yang disinggahi Menpera saat itu. Yang pertama adalah rumah kecil berukuran4x2 meter milik pasangan suami isteri Ahmad Noor dan Cici. Sebuah ruangan pengap yang dijadikanruang tamu, kamar, sekaligus dapur. Rumah kedua adalah rumah milik Ina Samilir yang berada di

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    6/45

    masih di lingkungan yang sama.

    Kepada Pak Menteri, Ina mengaku sudah belasan tahun tinggal di rumah itu. Awalnya saya adalahtransmigran dari Mataram. Saya ingin kehidupan saya lebih baik. Tapi bagaimana, untuk sekolah anaksaya saja susah. Apalagi harus merenovasi rumah ini. Saya bersyukur masih diperhatikan oleh PakMenteri. Semoga niat baik bapak dapat balasan setimpal, ujar ibu yang bekerja membuat kasur kapuk

    tersebut.

    Usai berbincang-bincang dengan para pemilik rumah tersebut, Menpera Djan Faridz langsungmemerintahkan Deputi Bidang Perumahan Swadaya, Djamil Anshari untuk menjadikan prioritasrenovasi agar jadi hunian yang lebih layak. (rhs)

    http://property.okezone.com/read/2012/02/07/471/571023/menpera-kunjungi-rumah-tak-layak-huni-di-sumbawa

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    7/45

    Rumah Bantuan Menpera Asal Jadi

    Tribunnews.com - Kamis, 9 Februari 2012 03:02 WIB

    Laporan Wartawan Pos Kupang, Thomas Duran

    TRIBUNNEWS.COM, SOE - Sebagian dari 500 unit rumah bantuan khusus Menteri Perumahan Rakyat(Menpera) di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dinilai asal jadi. Rumah tersebut dibangun pihakketiga di beberapa wilayah di kabupaten ini.

    Pantauan Pos Kupang, Rabu (8/2/2012), dua rumah bantuan khusus yang dibangun di DesaMnelalete, Kecamatan Amanuban Barat untuk keluarga Sam Bana (51) bersama Regina Bana (26)anaknya terkesan asal jadi.Bahkan Sam menghentikan pembangunan rumah bantuan menpera untuk anaknya karena dinilai tidaksesuai ketentuan.

    Kedua rumah semi permanen itu terlihat miring, dan tiang serta pintu dan kosen di kep secukupnya.

    Demikian pun dinding bagian atas yang trebuat dari papan. Papan itu berasal dari kayu kemiri dankayu kepok sehingga terlihat banyak cela diantara papan yang satu dengan papan yang lain danberlantai semen kasar.

    Sementara bangunan rumah untuk Regina anaknya yang berjarak kurang lebih 300 meter ke arahtimur baru sebagian dinding bagian bawah dibangun pada sisi dan atap seng kanan bagian depan.Tiang dan koseng rumah ini juga dikep secukupnya hingga tampak miring tak beraturan.

    Paulina Ukat (39) istri Sam Bana, mengatakan, dua rumah bantuan itu dibangun bulan November danDesember 2012. Menurutnya, pembangunan dua rumah itu oleh kontraktor dan terkesan dikerjakanasal jadi."Mereka tidak pasang water pas dan bangun cuma begitu saja dengan tiang dan kayu seadanya. Jugacampuran semen 15x 1. Dinding ini tidak kuat karena semen mudah rubuh. Juga kayu papan tidak kuatkerena dari kayu kemiri dan kepok," katanya.

    Menurut Ukat, ketika dibangun pengawas sempat menyuruh bongkar semua papan dan menggatikandengan yang baru. Nnamun setelah pengawas pulang tukang memasang kembali papan sehinggahasilnya seperti ini.Walau demikian, lanjut Ukat, suaminya tetap menerima kondisi rumah apa adanya. "Tapi bapakmenghentikan pembangunan ruah untuk anak kami. Bapak lihat cara kerja tidak bagus. Bahkan rumahdiokfol/timbun dengan rumput lalu dilapisi tanah putih. Bapak tidak terima dan meminta kontraktormenghentikan pembangunan," kata Ukat

    Untuk diketahui, rumah bantuan khusus Menpera sebanyak 500 unit dikerjakan pihak ketiga denganharga Rp 25 juta/unit.

    Kontrak dilakukan di Dinas PU Propinsi NTT dan daerah/kabupaten cuma menyediakan lokasi.

    http://www.tribunnews.com/2012/02/09/rumah-bantuan-menpera-asal-jadi

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    8/45

    FLPP

    Pengamat: Menpera dan BTN Harus Cari Titik Temu!

    Natalia Ririh | Latief | Rabu, 8 Februari 2012 | 18:28 WIB

    AGUS SUSANTO/KOMPAS IMAGESIlustrasi: Rangkuman data Apersi menyebutkan, akad rumah tertunda di Jawa Barat sebanyak 2.124unit, di Banten 2.726 unit, di Jawa Timur mencapai 3.217 unit, Riau, Lampung, serta Sumatera Selatanrata-rata mencapai 500 unit rumah.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda memintaKementrian Perumahan Rakyat dan PT Bank Tabungan Negara Tbk segera mencari titik temu terkaitpenurunan suku bunga pembiayaan rumah murah. Bila terus berkepanjangan, kondisi ini akan semakinmembebani pasar perumahan nasional.

    Sebenarnya, tidak ada yang keberatan dengan penurunan suku bunga. Justru, yang jadi masalahadalah seharusnya pembiayaan KPR dengan FLPP tidak dihentikan meskipun hanya bersifatsementara.-- Ali Tranghanda

    "Sebenarnya, tidak ada yang keberatan dengan penurunan suku bunga. Justru, yang jadi masalahadalah seharusnya pembiayaan KPR dengan FLPP tidak dihentikan meskipun hanya bersifatsementara," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/2/2012).

    Dengan terhentinya program FLPP sejak 6 Januari 2012 serta negosiasi Perjanjian KerjasamaOperasional (PKO) dengan bank belum selesai, kata Ali, hal itu malah semakin merugikan masyarakatkarena konsumen tidak bisa melakukan akad kredit perumahan.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    9/45

    "Karena tidak akad, pengembang tidak dapat hasil dari dana tersebut, sementara di sisi lainpengembang harus tetap membayar bunga pinjaman," katanya.

    Melihat kondisi di lapangan, Ali meminta agar pihak Kemenpera dan BTN bijak mencari titik temukesepakatan suku bunga FLPP.

    "Jangan berkepanjangan seperti ini, masyarakat yang menjadi korban," imbuhnya.

    Sebelumnya, pengembang yang tergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan dan PermukimanSeluruh Indonesia (Apersi) mengeluhkan mandeknya pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR)melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pihaknya mengaku merugi sampai Rp 2miliar.

    "Berdasarkan laporan dari DPD Apersi se-Indonesia, nilai bunga kredit modal kerja maupun kreditkonstruksi yang ditanggung pengembang sebesar Rp 1 sampai Rp 2 Miliar setiap provinsi," kata ketuaDPP Apersi, Eddy Ganefo, kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (1/2/2012).

    Eddy menyebutkan, selain kerugian tersebut, penghentian FLPP juga menyebabkan akad KPR untuk

    unit rumah sejahtera tapak banyak tertunda. Rangkuman data Apersi menyebutkan, akad rumahtertunda di Jawa Barat sebanyak 2.124 unit, di Banten 2.726 unit, di Jawa Timur mencapai 3.217 unit,Riau, Lampung, serta Sumatera Selatan rata-rata mencapai 500 unit rumah.

    "Ini membuat likuiditas keuangan pengembang yang tergolong mikro kecil dan menengah menjaditerganggu. Belum lagi beban bunga yang harus ditanggungnya," ujarnya.

    http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/08/18283784/Pengamat.Menpera.dan.BTN.Harus.Cari.Titik.Temu

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    10/45

    FLPP

    Menpera "Melunak", Suku Bunga di Kisaran 7 PersenNatalia Ririh | Latief | Rabu, 8 Februari 2012 | 17:03 WIB

    KOMPAS/PRIYOMBODOIlustrasi: Aktivitas pembangunan perumahan di kawasan Larangan, Tangerang, Banten, Sabtu(28/1/2012).

    JAKARTA, KOMPAS.com - Keteguhan yang diperlihatkan oleh Menteri Perumahan Rakyat DjanFaridz tampaknya luntur. Jika awalnya Menpera meminta perbankan penyalur subsidi rumah murahmenetapkan suku bunga pada kisaran 5 sampai 6 persen, kini angka tersebut "melunak" pada kisaran

    7 persen.

    Pak Menteri menyampaikan kebijakan penurunan suku bunga KPR FLPP menjadi sekitar 7 persen.Tapi, mengenai skema pembiayaan, beliau masih menginginkan skema 50 pemerintah dan 50perbankan.-- Sri Hartoyo

    "Pak Menteri menyampaikan kebijakan penurunan suku bunga KPR FLPP menjadi sekitar 7 persen.Tapi, mengenai skema pembiayaan, beliau masih menginginkan skema 50 pemerintah dan 50perbankan," kata Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera, Sri Hartoyo, seusai rapat dengar pendapat diKomisi XI DPR, Rabu (8/2/2012).

    Sri menuturkan, berdasarkan perhitungan yang dilakukan Kemenpera, adanya penurunan porsi danaFLPP tersebut akan meningkatkan pembiayaan KPR sejahtera sebesar 20 persen, yaitu dari 182.900unit menjadi 219.500 unit. Dengan asumsi harga rumah Rp 70 juta, uang muka 10 persen, dan pokok

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    11/45

    KPR Rp 63 juta. Alhasil, dana FLPP yang diperlukan untuk per unit KPR turun dari Rp 37,8 jutamenjadi Rp 31,5 juta.

    "Ini akan meningkatkan kemampuan masyarakat sebesar 10 persen. Apalagi, kebutuhan dana FLPPberdasarkan sasaran RPJMN 2010-2014 masih sangat besar," ujarnya.

    Selain menurunkan suku bunga KPR FLPP dan porsi dananya, Sri menambahkan, Kemenpera jugatengah menyiapkan sejumlah terobosan kebijakan baru agar jumlah masyarakat yang memanfaatkanKPR FLPP menjadi lebih banyak lagi. Seperti meringankan biaya KPR, lanjut dia, maka biaya asuransikebakaran dan asuransi jiwa sudah termasuk dalam komponen penjaminan atau asuransi KPR.

    Sri menambahkan, beberapa kebijakan pendukung yang sedang dilaksanakan saat ini, antara lain,pembebasan biaya sertifikasi tanah, perizinan yang meliputi SIPPT dan IMB, pajak pertambahan nilai(PPN), penyambungan listrik, gambar instalasi listrik, dan penyambungan air minum. Selain itu,Kemenpera juga akan memberikan bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) berupa jalanlingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, persampahan, dan air limbah.

    "Bantuan PSU juga akan dilaksanakan dengan sistem reimbursementsehingga akan membantu

    pengembang dalam pembangunan rumah masyarakat dan menurunkan harga jual rumah," ujarnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/08/1703421/Menpera.Melunak.Suku.Bunga.di.Kisaran.7.Persen

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    12/45

    FLPP

    Dirut BTN: Jangan Hadapkan dengan Bank-bank Lain!Natalia Ririh | Latief | Rabu, 8 Februari 2012 | 16:03 WIB

    shutterstockPartisipasi bank selain BTN dalam FLPP ini sangat minim. Dari 16 bank peserta FLPP, pada 2011sebanyak 99,8 persen pembiayaan kredit berasal dari BTN, sementara bank lainnya hanya 0,2 persen.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Iqbal Latanro,meminta pemerintah agar menghimbau bank-bank lainnya terlibat dalam pembiayaan subsidi rumahmurah. Partisipasi bank-bank lain dalam program KPR dengan FLPP ini akan membuat persainganlebih adil.

    Jangan dihadap-hadapkan dengan bank-bank lainnya. Kami berharap bank lain turut serta agartercipta persaingan, sehingga masyarakat bisa melihat mau yang mana, ini lebih fair.-- Iqbal Latanro

    "Kami (BTN) jangan dihadap-hadapkan dengan bank-bank lainnya. Kami berharap bank lain juga turutserta dalam FLPP ini agar tercipta persaingan, sehingga masyarakat bisa melihat mau yang mana, ini

    lebih fair," ujarnya pada rapat dengar pendapat di Komisi XI DPR RI, Rabu (8/2/2012).

    BTN, lanjut Iqbal, akan tetap ikut dalam program pembiayaan KPR dengan FLPP. Hanya, partisipasitersebut disesuaikan dengan kekuatan yang dapat disalurkannya.

    "Kami mengusulkan polanya KUR, di sini pemerintah menetapkan bunga secara maksimal, lalu bank-bank pengelola menyalurkan sesuai kemampuannya," ujarnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    13/45

    Iqbal mengatakan, partisipasi bank-bank selain BTN dalam FLPP ini sangat minim. Dari 16 bankpeserta FLPP, pada 2011 sebanyak 99,8 persen pembiayaan kredit berasal dari BTN, sementara banklainnya hanya 0,2 persen.

    "Melihat data ini, program ini pesertanya banyak, tapi bank-bank lain tidak tertarik," katanya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/08/16033185/Dirut.BTN.Jangan.Hadapkan.dengan.Bank-bank.Lain.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    14/45

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    15/45

    Finansial Rabu, 08 Feb 2012 07:55 WIBNon-BTN Butuh Waktu Lima Tahun

    Menpera Diminta Jangan Intervensi Bunga FLPP

    MedanBisnisMedan. Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Farids terus didesak banyak pihakagar jangan memaksakan penurunan bunga fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yangsemula 8,15% di tahun 2011 menjadi 5% pada tahun 2012. Jika sebelumnya Himpunan Bank MilikNegara (Himbara) yang memberikan desakan, maka kali ini giliran Dewan Pimpinan Pusat AsosiasiPengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) yang melakukannya.

    "Menpera itu sebaiknya jangan terlalu intervensilah (soal penentuan bunga FLPP di tahun 2012 -red).Dia kan sebenarnya bisa menghitung berapa sebenarnya bunga FLPP yang layak dikenakan, tentunyadengan tidak mengesampingkan aspek perbankan sebagai bank penyalur," ujar Wakil Bendahara DPPApersi, Hidayat Anshari, kepada MedanBisnis, Selasa (7/2).

    Hidayat mengatakan, sebaiknya pihak Kemenpera menghitung secara cermat apakah bunga 5%benar-benar realistis diterapkan, termasuk bagi kepentingan perbankan sendiri.

    Kata dia, sikap Menpera Djanj Farids yang memaksa BTN untuk mememberlakukan bunga FLPPsebesar 5% hanya menimbulkan polemik yang semakin tajam. Di satu sisi, bank-bank plat merahkecuali BTN justru tidak berani menerapkan bunga rendah tersebut.

    "Setiap bank itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kalau BTN tidak ingin dipaksakanmenjalankan bunga 5% itu, saya kira tentu mereka punya perhitungan tersendiri. Lagian, pemerintahharus berhati-hati, karena selama ini perbankan yang sangat kuat dan mahir melaksanakan KPRbersubsidi itu hanya BTN, bukan bank lain," ujarnya.

    Hidayat menyebutkan, butuh waktu setidaknya lima tahun untuk menyamai prestasi BTN yangmemang terbukti memiliki prestasi dalam penyerapan program KPR pemerintah.

    Ia berharap ada titik temu antara berbagai pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan perbedaanbunga FLPP ini. Hidayat meminta banyak ppihak untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakatberpenghasilan rendah (MBR) yang membutuhkan akses dalam kepemilikan rumah layak huni,termasuk dengan cara KPR. (hendrik hutabarat)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/08/80314/menpera_diminta_jangan_intervensi_bunga_flpp/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    16/45

    InfrastrukturHari ini Pkl. 07:32 WIB

    Kamis, 09 Februari 2012

    Dirut BTN Curhat ke DPR Soal Kisruh Bunga KPR Subsidi

    MedanBisnis Jakarta. Dirut Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal Latanro mencurahkan keluhkesahnya kepada Komisi XI DPR-RI. Curhatannya itu terkait penetapan bunga KPR subsidi atau

    fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang dianggap terlalu tinggi oleh pemerintah.Iqbal menuturkan penetapan bunga KPR FLPP yang perseroan tawarkan, atas dasar pertimbanganbisnis. Jika suku bunga FLPP dipaksakan seperti keinginan pemerintah direntang 5-6% maka BTNakan merugi. "Mohon maaf kalau paparan kali ini berbau curhat. Ini menghargai supaya dapatdimengerti, bukan bermaksud menggurui," kata Iqbal saat rapat dengar pendapat di Komisi XI, DPR-RIdi Senayan, Jakarta, Rabu (8/2).

    Dia menjelaskan, dalam menyalurkan kredit rumah murah BTN harus menyediakan sumber pendanaanjangka panjang. Pasalnya, program FLPP menetapankam bunga kredit rumah murah subsidi denganbunga dan cicilan tetap sampai lunas selama 15 tahun.

    Menurutnya sangat sulit untuk menetapkan bunga FLPP 5%-6%, sesuai keinginan kementerianperumahan rakyat (Kemenpera). Apalagi, pada tahun ini Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridzmengusulkan porsi penyertaan dana murah oleh pemerintah turun dari 60% menjadi 50% saja atau50% dari dana BTN dan 50% dari dana pemerintah dalam setiap pembiayaan unit rumah KPR. Artinya,bank harus menyediakan dana lebih besar, yang berakibat pada cost of fund lebih tinggi.

    "Sumber pendanaan kami mengupayakan jangka panjang. Makanya kami menerbitkan obligasi waktuitu 10 tahun pada pola (FLPP) lama tahun 2010-2011. Ini untuk menyeimbangkan bunga kredit yangdipatok fix selama 15 tahun," paparnya.

    Pihaknya menghitung dengan porsi lama yaitu 60:40, maka BTN sebagai bank penyalur bisamenetapkan bunga FLPP dikisaran 7%. Namun dengan keinginan porsi baru yaitu 50:50 maka bunga

    akan lebih tinggi menjadi 8,55%, bunganya masih bisa turun menjadi 8,22% jika melibatkan asuransiKPR. "Selaku BUMN dan perusahaan publik kami juga harus mengejar keuntungan. Ada fungsipemanfaatan," tuturnya.

    Dalam menetapkan suku bunga FLPP 8,22% atau lebih tinggi dari bank lain, BTN harus menanggungberbagai risiko kredit, diantaranya biaya dana 4,14%, giro wajib minimum 0,41%, biaya overhead 1,5%,biaya risiko 0,3%, biaya premi asuransi 0,37%, dan profit 1,5%.

    Dengan komposisi tersebut, maka MBR harus mencicil KPR FLPP sebesar Rp 893 ribu selama 15tahun. Cicilan ini didasarkan atas perhitungan harga rumah Rp 80 juta, dengan uang muka 10% dannilai KPR (loan to value) Rp 72 juta.

    DPR TuruntanganKomisi XI DPR pun memanggil Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan Bank TabunganNegara (BTN). Kaitannya, belum ada titik temu penetapan bunga fasilitas likuiditas pembiayaanperumahan (FLPP) atau KPR subsidi.

    Kemenpera minta bunga kredit rumah subsidi lebih kecil dari yang dipatok BTN selaku bank penyalurFLPP terbesar. "Kita akan panggil semua bank umum maupun swasta," kata Wakil Ketua Komisi XIDPR, Harry Azhar Azis.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    17/45

    Harry menambahkan, DPR minilai suku bunga BTN untuk program FLPP dinilai masih sangat tinggi.Bunga yang ditawarkan BTN lebih tinggi dari yang ditawarkan perbankan lain, seperti bank-bank BUMNlainnya yaiut BNI atau BRI.

    Misalkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menawarkan bunga FLPP 7,12%, sedangkan BNI 6,35%.Nantinya dalam Perjanjian Kerjasama Operasi (PKO) FLPP baru bank penyalur harus mengikuti

    kehendak pemerintah, yakni bunga FLPP berada di kisaran 6%. "BCA untuk jangka waktu 2 tahun ajasuku bunganya bisa 7%," tuturnya.

    Menurutnya jika ini tak bisa diselesaikan, akan mempengaruhi target sasaran pembiayaan rumah bagiMasyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Program FLPP 2010-2014 ditargetkan sebanyak 1,35 jutaunit rumah yang bisa disalurkan. Namun hingga kini penyaluran pembiayaan rumah subsidi melaluiFLPP hanya sekitar 200 ribuan. "Harusnya bisa 400 ribuan," imbuh Harry.

    Komisi XI DPR juga berencana memanggil bank penyalur selain Bank Tabungan Negara (BTN) untukmemastikan penetapan suku bunga FLPP yang layak. Selama ini bank penyalur fasilitas l ikuiditaspembiayaan perumahan (FLPP) selain BTN antaralain Bank Bukopin, BNI, Bank Sumut.

    "Dari hasil rapat ini kami ingin mendalami secara internal. Kami belum memutuskan, namunpemanggilan bank lain harus dilakukan untuk mengetahui penetapan tingkat bunga," kata Wakil KetuaKomisi XI DPR, Harry Azhar Azis.

    "Kita ingin tahu perhitungannya. Dan selama ini yang menjadi problem adalah cost of fund. Apakahbank lain membuat perhitungan yang sama dengan BTN. Kita ingin lihat BNI berapa dan Bank Mandiriberapa," ucapnya. (dtf)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/09/80507/dirut_btn_curhat_ke_dpr_soal_kisruh_bunga_kpr_subsidi/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    18/45

    Selasa, 7 Februari 2012 | 13:51 WIB

    STOP KUCURAN FLPPDjan Faridz Diceramahi Mantan Menpera

    NERACA

    Jakarta Sebagai penggagas program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi melalui skema fasilitaslikuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfamengkritik langkah penggantinya, Menpera Djan Faridz, yang secara sepihak menghentikan programtersebut. Menurut Suharso, pemerintah harus segera selesaikan kisruh penghentian FLPP karenamasyarakat sangat dirugikan.

    Karena itu, Suharso berharap FLPP tak dihentikan. Alasannya, skema subisidi perumahan ini palingpas dilakukan oleh pemerintah daripada memakai skema subisaidi konvensional karena dengan FLPPuang negara bisa bergulir lagi berbeda dengan skema subisaidi konvensional akan habis jika sudahdicairkan. Inti dari FLPP, banyak yang masih tidak paham. FLPP itu menyediakan pembiayaan denganbunga tetap dalam jangka wakitau yang panjang yaitu 15 tahun, malah kalau bisa sampai 20, 25, 30

    tahun, ujar Suharso, kemarin.

    Kisruh suku bunga kredit saat ini, lanjut Suharso, bukanlah pokok persoalan yang utama. Namunbagaimana masyarakat bisa mendapat KPR dengan bunga tetap dan wajar, serta memiliki masa cicilanyang panjang. Sehingga masyarakat diuntungkan karena nilai cicilannya semakin lama bebannyaberkurang, di saat bersamaan nilai asetnya akan terus bertambah.

    Disinggung soal besaran bunga FLPP yang diharapkan pemerintah, Suharso mengilustrasikan perluada acuan yang bisa menjadi pegangan. Umpamanya, kata dia, suku bunga surat utang negara saatini sekitar 6,7% dengan tenor hingga 25 tahun. Pemerintah boleh saja menginginkan suku bunga FLPPrendah namun harus bisa diterima oleh hitung-hitungan bank penyalur FLPP.

    Pasar bisa menyediakan pembiayaan jangka panjang dengan suku bunga yang mendekati surat utangnegara, itu bisa menjadi benchmark katakankah selisih 1-2% misalnya bunga (FLPP) 8,25-8,75% itumasih wajar oleh sumber pembiayaan kita, terang Suharso.

    Pada awal program FLPP bergulir PT Bank Tabungan Negara (BTN) selaku penyalur fasilitas KPRsubsidi menggunakan dana obligasi dengan tenor hanya 10 tahun dengan bunga sampai 9%. Jikadihitung berdasarkan pola penyaluran kredit secara konvensional tanpa campur tangan penempatandana murah pemerintah di perbankan maka suku bunga kredit BTN bisa mencapai 11%. Waktu itu,saya pikir kita harus memperhitungkan APBN, saya masukan ke pembiayaan, agar bisa bergulir,sehingga yang merasakan banyak orang, itu lah awal FLPP dibentuk, ujarnya.

    Kisruh KPR bersubsidi, imbuh Suharso, muncul karena belum banyak pihak yang mengerti soal idedasar dari fasilitas subsidi perumahan tersebut.

    Jangan Dihentikan

    Suharso juga menilai kisruh suku bunga kredit FLPP saat ini seharusnya tak terjadi, meskipun iamendukung keinginan Menpera yang baru untuk menurunkan suku bunga FLPP lebih rendah. Namunia mengingatkan program FLPP jangan sampai dihentikan apalagi diganti dengan program lain. Tidak

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    19/45

    boleh dihentikan FLPP harus diteruskan, tak boleh dihentikan, kalau pemerintah mau menurunkansukubunga silahkan, tinggal (negosiasi) PKO (perjanjian kersama operasi) saja, serunya.

    Keinginan menurunkan suku bunga FLPP juga dinilai Suharso boleh-boleh saja karena pastinya akandisambut positif oleh masyarakat. Namun jika masalah itu malah menimbulkan terhentinya program ini,justru yang dirugikan adalah masyarakat yang sudah mengantri untuk kredit rumah. Kalau saya masih

    di situ (jadi menpera) saya akan bilang oke, bunga 8%, tapi saya akan bilang kepada BTN agarditambah 5 tahun jadi 25 tahun masa kreditnya, dengan cicilan lebih rendah, ungkap dia.

    Bunga FLPP sebesar 8%, terangnya, sudah cukup rendah. Namun jika bisa ditekan ke angka 7,5% itulebih baik. Saat ini yang terpenting, lanjut Suharso, perlu ada perbankan yang bisa bertanggung jawabmelayani kredit rumah bagi golongan menengah ke bawah seperti BTN. Saya pikir pemerintah harushati-hati menurunkan suku bunga, karena memang rakyat berharap suku bunga turun, sangatberharap, dan bisa panjang lagi, sampai 25 tahun masa kreditnya, itu lebih baik lagi, jelas Suharso.

    Suharso mengaku merasa khawatir jika BTN yang selama ini berpengalaman menggarap KPRkalangan menengah bawah harus mundur dari program FLPP. Alasannya, Suharso masih ragu banklain di luar BTN, bisa bertanggung jawab menyalurkan KPR bagi segmen menengah ke bawah.

    Selama ini volume terbesar KPR untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) adalah BTN, bisasampai 100.000 rumah (per tahun), bank lain belum melihat ini sebagai peluang, kalau mereka masukyang bilang bisa murah bunganya, tapi berapa volume dia yang bisa disalurkan, pungkas Suharso.

    (munib)

    http://www.neraca.co.id/2012/02/07/djan-faridz-diceramahi-mantan-menpera/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    20/45

    FLPP

    Wah...SMF Kucurkan Rp 1,03 Triliun untuk KPR!M.Latief | Latief | Kamis, 9 Februari 2012 | 10:42 WIB

    ShutterstockIlustrasi: SMF juga menempatkan dananya ke bank penyalur KPR sebesar Rp 1,68 triliun dengan BankBTN sebesar Rp 700 miliar, Bank Muamalat senilai Rp250 miliar, BNI Syariah sejumlah Rp 306 miliardan BJB sebesar Rp 250 miliar.TERKAIT:

    JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan

    sekunder perumahan, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) (Persero), memberikan pembiayaan untukFasilitias Likuiditas Pembayaran Perumahan (FLPP) melalui Bank BTN sebesar Rp 1,032 triliun.

    "Total realisasi partisipasi PT SMF untuk FLPP melalui Bank BTN adalah sebesar Rp 1,032 triliun,"kata Direktur Utama SMF Raharjo Adisusanto dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI denganKemenpera, Bank BTN dan PT SMF di Jakarta, Rabu (8/2/2011).

    FLPP adalah skema pembiayaan yang disediakan oleh pemerintah dan 16 bank, termasuk Bank BTN,untuk menyediakan KPR sejak Oktober 2010 dengan perbandingan sumber dana 60:40 dan bungakisaran 8,15-9,95 persen dengan tenor 15 tahun. Namun, sejak PKO berakhir pada 31 Desember2011, belum ada PKO baru karena pemerintah masih bernegosiasi dengan perbankan terkait usulanpemerintah agar porsi sumber dana menjadi 50:50 dengan bunga kisaran tujuh persen.

    Dalam pemaparannya, Direktur Utama Bank BTN Iqbal Latanro mengatakan, bahwa salah satu sumberpendanaan Bank BTN berasal dari transaksi wholesale fundingdan sekuritisasi. Untuk transaksisekuritisasi yang berasal dari pembelian PT SMF sejak Februari 2009 hingga November 2011mencapai Rp 885 miliar, sedangkan transaksi wholesale fundingBank BTN dengan SMF yang terdiriatas pinjaman dan repurchase agreement sejak Juni 2008-Juni 2011 adalah sebesar Rp 1,75 triliun.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    21/45

    Berdasarkan Perpres No 1/2008, tugas SMF sejak 2005 hingga 2018 adalah membangun danmengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan dengan memberikan pinjaman bagipenyalur Kredit Perumahan Rakyat (KPR) yang berasal dari penjualan obligasi di pasar modal.

    "Ada empat tahap penerbitan efek untuk pendanaan yang kami lakukan yaitu penerbitan obligasikorporasi, obligasi korporasi berjamin KPR, obligasi korporasi berbasis KPR dan sekuritisasi KPR,"

    ungkap Raharjo.

    Total aliran dana SMF ke penyalur KPR hingga 31 Januari 2012 adalah Rp 5,4 triliun dengan rinciandalam bentuk sekuritisasi sebesar Rp 1,95 triliun dan penyaluran pinjaman Rp 3,45 triliun.

    "Dana tersebut menghasilkan pembangunan 165 ribu unit rumah," tambah Raharjo.

    Ia juga mengatakan, SMF hanya menetapkan sedikit selisih antara bunga penyaluran pinjaman SMFdengan bunga obligasi SMF demi dapat menyalurkan sebanyak mungkin KPR.

    "Rata-rata bunga pinjaman SMF pada 2011 adalah 8,62 persen sementara rata-rata bunga obligasiSMF adalah 8,29 persen jadi kami hanya menetapkan margin keuntungan 30 basis poin karena kami

    ingin menyalurkan sebanyak mungkin dana dari pasar modal ke KPR," ungkap Raharjo.

    Selain menyalurkan pembiayaan, SMF juga menempatkan dana mereka kepada bank penyalur KPRsebesar Rp 1,68 triliun dengan Bank BTN sebesar Rp 700 miliar, Bank Muamalat senilai Rp250 miliar,BNI Syariah sejumlah Rp 306 miliar dan BJB sebesar Rp 250 miliar.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/09/10424850/Wah.SMF.Kucurkan.Rp.1.03.Triliun.untuk.KPR.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    22/45

    FLPP

    Kesepakatan Suku Bunga Masih AlotNatalia Ririh | Latief | Rabu, 8 Februari 2012 | 13:56 WIB

    shutterstockBank BTN sebagai penyalur KPR dengan FLPP masih alot dengan tetap bertahan menawarkan bunga7% - 8%.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Kesepakatan antara Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)dengan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebagai penyalur KPR dengan FLPP masih alot.Bank BTN masih bertahan dengan bunga 7% - 8 %.

    Kami optimistis ini bisa dijangkau masyarakat, karena kondisi ekonomi saat ini tengah membaik, jugadidukung status Investment Grade untuk Indonesia.-- Iqbal Latanro

    "Dengan skema 50:50, kami memasang suku bunga 8,22 %. Kami optimistis ini bisa dijangkaumasyarakat, karena kondisi ekonomi saat ini tengah membaik, juga didukung status Investment Gradeuntuk Indonesia," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro, pada rapat dengar pendapat dengan Komisi

    XI DPR RI, di Jakarta, Rabu (8/2/2012).

    Dalam kesempatan ini, Iqbal menyampaikan dua usulan penurunan bunga FLPP dan potensi akadKPR FLPP bank BTN untuk Januari 2012. Usulan pertama, dengan skema pembiayaan 60:40, makasuku bunga bila tanpa penjaminan adalah 7,75 % dan dengan penjaminan 7,42 persen.

    Usulan kedua dengan skema pembiayaan 50:50, bila tanpa penjaminan, maka suku bunga KPR FLPPadalah 8,55 % dan dengan dengan penjaminan menjadi 8,22 persen. Melalui usulan ini, Iqbal

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    23/45

    berharap, penetapan bunga FLPP ditetapkan maksimal oleh Pemerintah, sementara bank penyalurmenetapkan bunga KPR sesuai kemampuan.

    "Dengan begini, maka tidak ada yang dirugikan. Jangan sampai kebijakan ini merugikan bank-bankpelaksana sebagai pengelola," katanya.

    Kisruh suku bunga KPR dengan FLPP ini bermula dari terhentinya Perjanjian Kerjasama Operasional(PKO) antara Kemenpera dan bank penyalur FLPP. PKO ini telah terhenti sejak 31 Desember 2011,sehingga mengakibatkan akad rumah murah terhenti.

    Menpera Djan Faridz mengakui telah menghentikan PKO karena kesepakatan suku bunga belumtercapai. Pihaknya meminta bunga 5% - 6% persen, namun tidak bisa dipenuhi pihak perbankan.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/08/13561534/Kesepakatan.Suku.Bunga.Masih.Alot

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    24/45

    FLPP

    BTN Usulkan Bunga KPR FLPP Minimal 7,42%Latief | Rabu, 8 Februari 2012 | 12:09 WIB

    shutterstockJika porsi pemerintah di FLPP sebesar 50, maka usulan BTN suku bunga KPR FLPP adalah 8,55tanpa penjaminan atau 8,22 dengan penjaminan.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Harapan Kementerian Perumahan Rakyat agar perbankan menurunkanbunga kredit kepemilikan rumah (KPR) bersubsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaanperumahan (FLPP) ke level di bawah 7% tampaknya belum bakal terealisasi dalam waktu dekat. PTBank Tabungan Negara Tbk (BBTN) selaku penyalur FLPP terbesar berhitung, suku bunga FLPP bisadiberikan pada kisaran 7,42% - 8,55%.

    Perlu ada penetapan bunga FLPP maksimal oleh pemerintah menggunakan pola KUR, sementarabank penyalur menetapkan bunga KPR FLPP sesuai kemampuannya.-- Iqbal Latanro

    Direktur Utama BTN Iqbal Latanro menjelaskan, berdasarkan komponen biaya yang harus ditanggung

    bank, maka penghitungan suku bunga KPR FLPP bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni bila disertaiasuransi dan tanpa asuransi.

    "Kami mengusulkan, kalau porsi pemerintah di FLPP masih 60% sementara bank 40%, maka sukubunga KPR FLPP dengan penjaminan sebesar 7,75%, sedangkan tanpa penjaminan sebesar 7,42%,"ujar Iqbal dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI , Rabu (8/2/2012).

    Alternatif lain, jika porsi pemerintah di FLPP sebesar 50%, maka usulan BTN suku bunga KPR FLPPadalah 8,55% tanpa penjaminan atau 8,22% dengan penjaminan. Iqbal menambahkan, penurunan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    25/45

    suku bunga FLPP hendaknya masih tetap memberikan manfaat bagi pemerintah, masyarakat/debitur,serta bank pelaksana.

    "Perlu ada penetapan bunga FLPP maksimal oleh pemerintah menggunakan pola KUR, sementarabank penyalur menetapkan bunga KPR FLPP sesuai kemampuannya," kata Iqbal. (Astri KarinaBangun)

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/08/12092487/BTN.Usulkan.Bunga.KPR.FLPP.Minimal.7.42.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    26/45

    InfrastrukturHari ini Pkl. 07:27 WIB

    Pemkab Asahan Targetkan Bedah 700 Rumah

    MedanBisnis Kisaran. Rencananya tahun 2012 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan akanmembedah sebanyak 700 lebih rumah yang tak layak huni. Anggaran lebih Rp 4 milyar.

    Rencana tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2011 lalu. Saat itu hanya sekitar 600-an rumahyang dibedah dengan anggaran sekitar Rp 3,9 miliar. "Target kita untuk tahun 2012 ini mengalamikenaikan, asalnya dari bantuan Menpera," demikian kata Kepala Dinas Sosial Asahan, SyafruddinHarahap saat berbincang dengan MedanBisnis, Rabu (8/2) di gedung dinas setempat.

    Syafruddin yang didampingi Kabid Kesejahteraan Bantuan Sosial, Darwin menjelaskan, pada tahunlalu APBD memberikan 400 rumah dengan biaya keseluruhan sebesar Rp 2 milyar, sedangkan dariMenpera membantu 150 rumah dengan biaya sekitar Rp 1,3 milyar, Mensos membantu 50 rumahdengan biaya sekitar Rp 500 juta ditambah dengan bantuan CSR sebanyak 86 rumah dengan biayasekitar Rp 430 juta lebih.

    Tahun ini, kata Kadis Sosial Asahan itu, ada penambahan target. Penambahan terjadi dari bantuan

    Menpera sebanyak 182 rumah. "Itu baru data yang kami kerjakan, selain itu ada lembaga lain jugamelakukan bedah rumah, seperti P2KP dan pihak desa/kelurahan yang mengunakan dana desa," jelasSyafruddin.

    Pembedahan rumah tak layak huni tersebut, kata Syafruddin bertujuan untuk meningkatkan rasanyaman tinggal dirumah, dari rumah tak layak menjadi layak. "Program bedah rumah ini harus ada disetiap kecamatan di Kabupaten Asahan yang terdiri dari 25 Kecamatan," ujar Syafruddin, serayamengatakan rumah yang akan dibedah harus sesuai aturan yang ditetapkan dan layak, agar ke depantidak menjadi persoalan dari pihak keluarga. (indra sikoembang)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/09/80497/pemkab_asahan_targetkan_bedah_700_rumah/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    27/45

    Bekas Menpera Buka Suara Soal Tarik MenarikFLPP

    09 Feb 2012

    Usahakan Patokan Bunga Kredit Perumahan Memihak Konsumen

    Pemerintah diminta untuk segera menjalankan kembali program Fasilitas Likuiditas PembiayaanPerumahan (FLPP) yang sudah lama tertunda. Kemenpera diminta mengabaikan patokan bunga kreditsubsidi di kisaran 5-6 persen yang selama ini diprotes oleh perbankan.

    JIKA liu tetap ditunda, dikhawatirkan akan menimbulkan spekulan bahwa pemerintah (idak lagimenjamin rumah untuk rakyat kecil

    Permintaan itu dikatakan oleh bekas Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa yang mengaku,perihatin atas penundaan KLPP oleh pemerintah

    " Pcnu terang saya kecewa dan penhatin alus sikap pemerintah menunda KLPP cuman karenamasalahhunga kredit. Apalagi ada ancaman akan menarik dana FLPP dari bank. Ini sangat disayangkan," keluhSuharso saal mendengar FLPP ditunda oleh pemerintah

    Selaku penggagas I-LPP, mestinya penundaan itu tidak terjadi dan pema intah mesti memahamiesensi dan manfaat dan program tersebut.

    "Pembentukan FLPP tidak lain untuk membantu rakyat kecilmembeli rumah dengan bunga murah Nahkalau pemerintah mau menekan bunga lagi, tidak berarti itu haras ditunda. Ini ada apa 7 Kalau bisajalan saja. Kalau memang bunga bisa diubah, kan bisa diamandemen di tengah jalan." tegas Suharso

    saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin. Terkait rencana penarikan dana I I IP di BTN. pria asalGorontalo im tidak sepakat, itu bukan solusi tepat Dia ingin, pemerintah memahami dulu kontcsk FLPPseperti apa Setelah itu, baru bertindak sesuai dengan aturan.

    "Penarikan itu bisa diartikan tindakan ancaman dan itu bisamenurunkan kredibilitas pemerintah danbisa dianggap tidak pro rakyat. Kalau rakyat sudah tidak percaya, itu bahaya bagi pemerintah," terangdia.

    Mcnurut dia, masalah utama FLPP bukan terletak pada suku bunga murah atau mahal. Yang pentingitu, katanya, adanya kepastian bunga kredit dan bisa ditetapkan dalamjangka panjang.

    "Kalau memang bisa turun tentu bagus. Tapi bunga itu bukan masalah utama. Yang penting, kita bisa

    pastikan bunganya tetap berjalan dengan tenor 15 tahun. Bahkan kalau perlu, dari 15 tahun bisasampai 25 tahun. Ini yang diharapkan rakyat, bukan bunga," tegas dia.

    Lantas berapa bunga FLPP ideal saat ini dia bilang bunga FLPP yang pas itu di kisaran 7.5-X persen.

    "Sekarang suku bunga turan, tapi penurunan itu sifatnya tidak permanen. Lebih baik bunga segitu, tapijangka panjang. Perlu dipertanyakan kalau bisa turan, apakah tenor ikut turun atau tetap 15 tahun ?,"tukasnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    28/45

    Deputi BI Muliaman Hadad berharap, masalah FLPP ini bisa diselesaikan dengan baik dan cepat.Supaya tidak merugikan banyak pihak. "Saya kira haras dibahas dengan bank, berapa biaya dana danproporsi ideal FLPP. Intinya harus reasonable bagi nasabah kecil dan bank."kata Muliaman.

    I Kempat terpisah. Dirut Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal La-i.iiini mengaku, tidak kecewa denganpemerintah tentang patokan kredit murah di kisaran 5-6 persen

    "Kami tetap menghormati dan BTN sudah memberikan alternative tentang kisaran kredit yang bisadiberikan pada FLPP dan itu sudah cukup ideal untuk saat im lljai Iqbal usai rapat dengar pendapat diKomisi Xl DPR, Jakarta, kemarin

    BTN berharap, pemerintah bisa mempertimbangkan lagi skema penyaluran FLPP baru ini dengan porsi5050. Ia lebih setuju, jika skema lama yang ditetapkan dengan porsi 6040, maka BTN bisa tetapkanbunga di kisaran 7 persen

    "Kalau porsi subsidi di patok 5050 dengan kisaran bunga kredit 5-6 persen, kami tidak berani dan itubisa rugikan perseroan. Kalau dipaksakan dengan porsi tersebut, kredit menjadi tinggi di kisaran X.55persen," kata Iqbal.

    Iqbal juga mengakui, bahwa polemik FLPP ikut mengganggu kenyamanan para investornya.

    Direktur Konsumer BTN. Irman Alvian Zahiruddin menambahkan, kredit subsidi 5-6 persen bisa diberikan, jika pemerintah berani memberikan 100 persen subsidi."Kalau 100 persen ditanggungpemerintah, kredit BTN bisa 5 persen," kata Irman. Ran

    http://bataviase.co.id/node/969679

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    29/45

    Kamis, 9 Februari 2012 9:35:59 WIB

    Menpera

    UU Perumahan Untuk Berpihak Rakyat

    Tweet

    JAKARTA (Pos Kota)- Undang-undang Perumahan yang baru saja disahkan menurut Menpera DjanFaridz dimaksudkan untuk memihak kepentingan rakyat dan bukan hanya kepentingan pengembang.Dengan demikian pihaknya merasa tidak ada masalah bila ada yang mengajukan uji materi Undang-Undang No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman tersebut.

    Kami tetap berprinsif bahwa UU tersebut semata-mata untuk kepentingan rakyat. Karena itu jika adapihak yang keberatan dan minta uji materi silahkan saja, katanya, gugatan uji materi yang telahdilayangkan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) kepadaMahkamah Konstitusi (MK).

    Malah ia mempertanyakan alasan dimasukkannya gugatan uji materi oleh para pengembang soalketentuan di dalam UU tersebut yang mengharuskan pengembang membangun rumah tipe 36.

    Menurut Djan, sebenarnya permasalahan ini adalah mengenai harga yang dibebankan kepadapengembang sehingga pemerintah juga menyadari hal itu dan telah mengirimkan surat ke berbagaipihak terkait untuk meringankan beban pembangunan rumah.

    Kementerian Perumahan Rakyat menyampaikan usulan untuk melakukan pembebasan terhadapsejumlah beban biaya dalam pembangunan rumah sejahtera bagi kalangan masyarakatberpenghasilan rendah (MBR).

    Penurunan harga jual rumah sejahtera itu dilakukan antara lain melalui pembebasan biaya antara lain

    terkait dengan biaya sertifikasi tanah yang surat dari Menpera sudah selesai dibuat dan telah dikirim keBadan Pertanahan Nasional (BPN).

    Permintaan lainnya adalah sejumlah beban biaya lainnya yang akan diupayakan untuk dibebaskanadalah perizinan yang meliputi SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah) dan IMB (IzinMendirikan Bangunan), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), penyambungan listrik dan gambar instalasilistrik, serta pembebasan beban biaya untuk pengembangan air minum.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    30/45

    Kemenpera juga akan mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera tersebut melaluipemberian bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) kepada pengembang. PSU yang akandiberikan antara lain berupa jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, danpersampahan.

    (faisal/sir)

    http://www.poskotanews.com/2012/02/09/uu-perumahan-untuk-berpihak-rakyat/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    31/45

    Tekan Harga Rumah, Kemenpera BikinKebijakan Baru

    Riani Dwi Lestari - Okezone

    Kamis, 9 Februari 2012 12:02 wib

    Foto: Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera/ Kemenpera.go.id

    JAKARTA - Belum lama Kementerian Perumahan Rakyat menerapkan kebijakan Fasilitas Likuiditas

    Pembiayaan Perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), kementerian yangdipimpin Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz tersebut ingin membuat kebijakan baru gunamenekan harga rumah.

    Hal tersebut dibeberkan Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo. Dia mengatakan, gunamenekan harga rumah bagi MBR, upaya Kemenpera salah satunya adalah dengan menurunkan sukubunga kredit pemilikan rumah (KPR) FLPP dan porsi anggarannya,

    "Kemenpera juga tengah menyiapkan sejumlah terobosan kebijakan baru agar jumlah masyarakatyang memanfaatkan KPR FLPP menjadi lebih banyak lagi," ujar Sri, seperti yang dilansir situsKemenpera, Kamis (9/2/2012).

    Untuk meringankan biaya KPR, lanjut Sri, biaya asuransi kebakaran dan asuransi jiwa sudah termasukdalam komponen penjaminan atau asuransi KPR.

    "Kami juga menyiapkan kebijakan pendukung untuk menekan harga jual rumah, seperti kebijakanpendukung yang sedang dilaksanakan antara lain pembebasan biaya sertipikasi tanah, perijinan yangmeliputi SIPPT dan IMB, pajak pertambahan nilai (PPN), penyambungan listrik, gambar instalasi listrik,dan penyambungan air minum," paparnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    32/45

    Dia mengimbuhkan, Kemenpera juga akan memberikan bantuan prasarana, sarana dan utilitas (PSU)berupa jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, persampahan dan air limbah.

    "Bantuan PSU juga akan dilaksanakan dengan sistem reimbursement sehingga akan membantupengembang dalam pembangunan rumah masyarakat dan menurunkan harga jual rumah," tandasnya.

    (rhs)

    http://property.okezone.com/read/2012/02/09/471/572428/redirect

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    33/45

    Kemenpera Sediakan Dana FLPP Rp6,91 T

    Riani Dwi Lestari - Okezone

    Kamis, 9 Februari 2012 11:30 wib

    Foto: Sosialisasi kemenpera/ Kemenpera

    JAKARTA - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) akan menyiapkan anggaran FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp6,91 triliun pada 2012.

    Dana tersebut diharapkan akan mampu membantu pebiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) sejahterabagi masyarakan berpenghasilan rendah (MBR) untuk sekira 291.500 unit rumah.

    "Sasaran pembiayaan perumahan untuk MBR pada 2010-2014 adalah sebanyak 1.35 juta unit rumah,dengan jumlah KPR FLPP yang telah tersalurkan kepada MBR sejak 2012 hingga Desember 2011yakni sebanyak 124.977 unit yang menghabiskan dana FLPP sebesar Rp4,12 triliun," kata DeputiBidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo, seperti yang dikutip dari situs Kemenpera, Kamis(9/2/2012).

    Kendati dana FLPP telah berjalan sejak dua tahun lalu, Kemenpera masih mengupayakan penurunansuku bunga FLPP. Dalam hal ini, lanjut Sri, yakni mengeluarkan kebijakan baru yang menurunkan porsidana yang semula 60 persen menjadi 50 persen.

    "Sedangkan sisa dananya berasal dari perbankan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukanKemenpera, dengan adanya penurunan porsi dana FLPP tersebut akan meningkatkan pembiayaanKPR sejahtera sebesar 20 persen, yaitu dari 182.900 unit menjadi 219.500 unit," jelasnya.

    Dia menyontohkan, dengan asumsi harga rumah Rp70 juta, uang muka 10 persen dan pokok KPRRp63 juta, sehingga dana FLPP yang diperlukan untuk per unit KPR turun dari Rp37,8 juta menjadiRp31,5 juta.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    34/45

    "Kebijakan penurunan suku bunga KPR FLPP menjadi sekitar 7 persen akan meningkatkankemampuan masyarakat sebesar 10 persen. Apalagi kebutuhan dana FLPP berdasarkan sasaranRPJMN 2010-2014 masih sangat besar," akunya. (rhs)

    http://property.okezone.com/read/2012/02/09/471/572420/kemenpera-sediakan-dana-flpp-rp6-91-t

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    35/45

    APERSI Bakal Gugat Class Action PemerintahKamis, 9 Februari 2012 | 11:47

    APERSI Bakal Gugat Class Action Pemerintah

    JAKARTA- Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) berencanauntuk menggugat "class action" pemerintah terkait kekisruhan Fasilitas Likuiditas PembangunanPerumahan (FLPP) yang tidak kunjung usai.

    "Kalau sampai akhir Februari (kekisruhan FLPP) tidak selesai, maka kami akan melakukan 'classaction', akan kami tuntut pemerintah," kata Ketua Umum DPP Apersi, Eddy Ganefo, dalam rapatdengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (9/2).

    Menurut Eddy Ganefo, pihaknya merasa dizalimi karena selama ini para anggota Apersi hampir 100persen membangun perumahan bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yangmenjadi sasaran dari program FLPP yang sekarang ditunda kucuran dananya oleh KementerianPerumahan Rakyat.

    Penundaan itu dilakukan karena Kementerian Perumahan Rakyat masih melakukan negosiasi denganpihak perbankan terkait dengan penentuan suku bunga baru untuk perjanjian kerja sama operasional(PKO) 2012 untuk penyaluran dana kredit FLPP, yang hingga berita diturunkan negosiasi tersebut jugamasih belum selesai.

    Eddy mengingatkan, pihaknya telah bertemu Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz pada 16 Januaridan dijanjikan bahwa dua pekan mendatang persoalan pengucuran dana telah selesai, tetapi hinggaakhir Februari ternyata juga masih belum tampak adanya pengucuran kembali dana FLPP tersebut.

    Padahal, ujar dia, pihak pengusaha harus menanggung kerugian yang tidak besar seperti beban kreditkonstruksi yang tetap harus dibayarkan kepada bank dan tertundanya akad kredit dari ribuan rumah

    yang sebenarnya telah siap untuk dihuni.

    "Ada anggota kami yang sampai menjual rumah dan mobil untuk membayar kerugian, bahkan banyakkonsumen yang menuduh kami melakukan kebohongan publik," katanya.

    Ia juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan penurunan porsi dari pemerintah dari 60 : 40 menjadi50 : 50 karena tujuan dari program FLPP itu adalah mulia untuk menyediakan perumahan bagikalangan MBR.

    Sebelumnya, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat Sri Hartoyo mengatakanbahwa pengurangan porsi pendanaan pemerintah di Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan(FLPP) agar dapat menurunkan suku bunga kredit perumahan.

    "Uang pemerintah dikurangi dalam FLPP tujuannya adalah untuk menurunkan suku bunga, karenabunga di pasar mahal padahal kemampuan masyarakat terbatas, jadi sekarang ingin ditetapkan padakisaran 7 persen," kata Sri Hartoyo dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (8/2).

    Kemenpera mengusulkan agar dalam perjanjian kerja sama operasional (PKO) 2012 antara pemerintahdan perbankan komposisi sumber dana menjadi 50:50 dari tadinya 60:40; sementara usulan bungapada kisaran tujuh persen dari kisaran 8,15-9,95 persen dengan tenor 15 tahun.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    36/45

    Menurut perhitungan Kemenpera, dengan penurunan suku bunga menjadi tujuh persen dapatmeningkatkan kemampuan masyarakat sebesar 10 persen dan pada porsi 50:50 maka dapatmeningkatkan jumlah KPR sebesar 20 persen.

    Sejak penerapan FLPP pada Oktober 2010 hingga Desember 2011 berdasarkan data Kemenpera telahdibangun 124.977 unit rumah bagi MBR dengan dana Rp4,12 triliun. Pada 2012 pemerintah

    menargetkan 219.500 unit rumah dengan total dana pemerintah Rp6,914 triliun.(ant/hrb)

    http://www.investor.co.id/home/apersi-bakal-gugat-class-action-pemerintah/29682

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    37/45

    Rugi Kalau Harus Nuruti Kemenpera

    09 Feb 2012

    DIREKTUR Utama Bank BTN Iqbal Latanro mengeluhkan kecilnya bunga perumahan Fasilitas

    Likuiditas Pengadaan Perumahan (FLPP) yang ditetapkan pemerintah.

    Bank yang memfokuskan usaha bidang perumahan tersebut mengaku akan dirugikan bila pemerintahngotot memberikan kebijakan bunga yang sangat murah. Kebijakan tersebut adalah Kredit PemilikanRumah (KPR) yang pada tahun ini berkisar antara 5 persen sampai 6 persen.

    "Sangat sulit untuk menetapkan bunga FLPP 5 persen hingga 6 persen, sesuai keinginan KementerianPerumahan Rakyat (Kemenpera), ujar Iqbal dalam rapat kerja dengan Komisi Xl DPR, di GedungMPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2).

    Dalam menyalurkan dana kepada Fasilitas Likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), BTN diwajibkanmenyediakan dana yang cukup lama. Dalam hal ini bunga 6 persen tersebut akan terus meningkat, danKPR harus lunas dalam waktu 13 tahun.

    "FLPP menetapkan bunga kredit rumah murah subsidi dengan bunga dan cicilan tetap sampai lunasselama 13 tahun, jelas Iqbal.

    Di dalam penjelasan BTN, suku bunga untuk FLPP nantinya akan menjadi 8,22 persen. Denganadanya beberapa rincian yang harus diperhitungkan. BTN harus menanggung berbagai risiko kredit,diantaranya biaya dana 444 persen, giro wajib minimum 0,41 persen, biaya overhead 1,5 persen, biayarisiko 0,3 persen, biaya premi asuransi 037 persen, dan profit 14 persen," kata Iqbal. Program FLPPpada 2010 sampai 2014 menargetkan ada 1,35 juta unit rumah yang bisa diberikan subsidi. Namunsampai sekarang rumah subsidi hanya ada 200.000 rumah.

    Hal ini terjadi karena Bank BTN masih ingin menaikan bunga kredit cicilan rumah sebesar 8,22 persen."Bunga yang ditawarkan BTN paling tinggi dibandingkan de- ngan bank-bankyang lain," ujar WakilKetua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis. TRIBUNNEWS. COM/YY

    http://bataviase.co.id/node/969247

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    38/45

    Kamis, 09/02/2012 14:10 WIB

    Pengembang Tuding Djan Faridz Ingkar JanjiRista Rama Dhany - detikFinance

    Jakarta - Para pengembang rumah sederhana yang biasa menjual rumahnya melalui skema fasilitaslikuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau KPR subsidi terus menagih janji Menteri Perumahan

    Rakyat (Menpera) Djan Faridz.

    Mereka terus dijanjikan masalah kisruh bunga KPR FLPP bisa selesai sebelum awal Februari 2012.Hasilnya hingga kini pengembang harus gigit jari karena kisruh bunga KPR itu membuat produksirumah mereka tak bisa dijual.

    Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi)Eddy Ganefo, apabila sampai akhir Februari 2012 nanti tidak ada perkembangan terkait bunga FLPP,maka Apersi akan menggugat pemerintah dalam hal ini menpera.

    "Tidak ada perubahan sampai Februari, kami akan class action, kami gugat pemerintah karena,kebijakannya merugikan orang banyak," tegas dalam acara rapat dengan Komisi XI DPR, di GedungDPR, Senayan, Jakarta, Kamis (9/2/2012)

    Menurut Eddy, pengembang selama ini hanya mendapat janji semata oleh Menpera Djan Faridz.Hasilnya sampai saat ini belum ada titik temu antara menpera dengan bank penyalur FLPP termasukPT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).

    "Pada 16 Januari kami sudah ketemu dengan Menteri Menpera (Djan Faridz), dijanjikan awal FebruariFLPP dibuka, ternyata krannya masih tertutup, datang lagi kami awal Februari, kondisinya tetap sama,"ujarnya.

    Ia mengatakan terhentinya FLPP membuat pengembang yang tergabung dalam Apersi hampir

    bangkrut. Bahkan banyak anggotanya kini terus dikejar para konsumen. Mereka dianggap menipukonsumen karena belum juga merealisasikan pembangunan rumah.

    "Sebanyak 100% anggota kami bangun rumah untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah)dengan distopnya FLPP, tidak bisa jual rumah, yang sudah akad serah terima rumah jadi batal, kitadikejar-kejar konsumen, disangka menipu," ujar Eddy.

    Menurut Eddy, pada 2011 ketika adanya program FLPP sangat direspons positif masyarakat, bahkanpengembang dan perbankan. Kini setelah hampir dua bulan mandeg karena kisruh penerapan bunga

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    39/45

    KPR FLLP, semuanya merasa dirugikan.

    Selain itu, yang membuat Pengembang semakin terbebani adalah bunga konstruksi sebesar 1% tiapbulannya kepada bank. Jika sampai akhir Februari belum terealisasi artinya beban pengembang sudahbertambah 2%.

    "Belum kendalanya pengembang gagal membayar giro kepada supplier akibat batalnya serah terimarumah ke konsumen. Kalau berlarut, kita bisa call 1, call 2, sampai 3, pengembang masuk blacklistperbankan, tambah parah lagi nasib pengembang," ungkapnya.

    Sekadar diketahui, pada 2011 ada sekitar 13 bank yang menyalurkan KPR skema FLPP dalamperjanjian kerjasama operasi (PKO). Namun akibat ada keinginan dari kementerian perumahan rakyatmenurunkan suku bunga, hasilnya belum ketemu titik temu. Hasilnya PKO tidak diperpanjang sehinggabank tidak bisa merealisasikan kredit KPR.(hen/dnl)

    http://us.finance.detik.com/read/2012/02/09/140649/1838351/1016/pengembang-tuding-djan-faridz-ingkar-janji

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    40/45

    Kamis, 09/02/2012 13:40 WIB

    Wajib Bangun Rumah Minimal Tipe 36 Diundur Tahun Depan?Rista Rama Dhany - detikFinance

    Jakarta - Kewajiban membangun rumah minimal tipe 36 oleh pengembang bakal diundur dari rencanaawal tahun ini menjadi awal tahun 2013. Pengembang melalu Real Estate Indonesia (REI) telah melobipemerintah untuk memundurkan jadwal aturan tersebut.

    Ketua Umum Setyo Maharso Setyo mangatakan keluarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 soalPerumahan dan Pemukiman yang mewajibkan pembangunan rumah oleh pengembang minimal tipe 36secara langsung membuat resah pengembang. Setyo mengaku sudah melakukan lobi ke kementerianperumahan rakyat untuk memundurkan aturan tersebut hingga 31 Desember 2012.

    "Kita lobi ke Pemerintah (kementerian perumahan rakyat) dan diizinkan baru berlaku regulasi tersebut,setelah 31 Desember 2012," kata Setyo dalam acara rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR-RI, Jakarta,

    Lobi tersebut dilakukan, pasalnya saat ini sangat banyak rumah pengembang yang dibangun di bawahtipe 36. Sementara disaat bersamaan aturan tersebut rencananya akan keluar awal tahun ini.Kekhawatiran pengembang bukan tanpa alasan, jika aturan itu berlaku maka bank tak akan

    menyalurkan kredit kepada rumah yang tipenya di bawah 36.

    "Saat ini pengembang berpacu menjual dan menghabiskan stok rumah yang belum terjual, FLPPdistop, masyarakat tidak mampu beli, karena suku bunga tinggi," kata Setyo.

    Sementara itu Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat Pangihutan Marpaungmenepis adanya pengunduran waktu pemberlakuan aturan tersebut. Menurutnya UU No 1 Tahun2011mengamanatkan kewajiban membangun minimal tipe 36 berlaku satu tahun setelah diundangkanartinya awal tahun ini.

    "Kita nggak pernah bicara seperti itu, kalau saya, jika Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), itu jadimaka akan langsung diberlakukan. Sebab UU saja memerintahkan berlaku setahun setelah

    diundangkan," katanya.

    Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 soal perumahan pasal 22 ayat 3 berbunyi luas lantai rumah tunggaldan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi.

    (hen/hen)

    http://us.finance.detik.com/read/2012/02/09/133048/1838301/1016/wajib-bangun-rumah-minimal-tipe-36-diundur-tahun-depan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    41/45

    Kamis, 09/02/2012 14:20 WIB

    Waduh! 21.143 Unit Rumah Murah Terancam Tak TerjualRista Rama Dhany - detikFinance

    Jakarta - Sekitar 21.143 unit rumah di bawah tipe 36 yang dibangun para anggota Real EstateIndonesia (REI) terancam tidak terjual bahkan bakal hanya menjadi 'rongsokan'. Hal ini implikasi dariUU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman yang mensyaratkan pengembang hanyaboleh membangun dan menjual rumah minimal tipe 36.

    "Dari rekapitulasi stok rumah yang sudah terbangun dan belum terjual di bawah tipe 36 yang dibangunoleh anggota REI seluruh Indonesia berjumlah 21.143 unit," kata Ketua Umum REI Setyo Maharsodalam rapat dengar pendapat di Komisi XI DPR-RI, Senayan, Jakarta, Kamis (9/2/2012).

    Rumah-rumah itu kini belum berpenghuni, karena tidak dapat dijual belikan akibat akan berlakunyaPeraturan Pemerintah (PP) yang mengatur soal batas minimal rumah minimal tipe 36 sebagai turunandari UU No 1 Tahun 2011.

    "Sebagai rincian, untuk DKI Jakarta saja ada sekitar 5.580 unit rumah, Jawa Barat sekitar 10.000 lebih,di Jawa Timur ada 2.944 unit, NTT, NTB, Sumsel, Lampung dan banyak lagi di daerah lainnya yangtidak bisa dijual akibat keluarnya UU tersebut," ungkap Setyo.

    Menurutnya UU tersebut sangat jelas mengancam bisnis pengembang properti. Juga bakal menambahdaftar backlog (kekurangan rumah) perumahan bagi rakyat, yang kini telah mencapai 13,6 juta rumah.

    "Sebenarnya ada dua permasalahan besar berlakunya UU ini yakni pembatasan minimum tipe 36 m2,dimana ada embel-embel sanksi pidana dua-lima tahun penjara dan perdata yakni denda hingga Rp 5miliar. Kalau begini siapa yang mau membangun rumah bagi rakyat," ujarnya.

    "Memang ada ungkapan rumah di bawah tipe 36 tidak 'manusiawi'. Tapi kalau tetap dibuat, apakahmampu dibeli masyarakt berpenghasilan rendah?, pasalnya saat ini daya beli MBR untuk beli rumahtipe 36 terbatas," tandas Setyo.

    Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 soal perumahan pasal 22 ayat 3 berbunyi luas lantai rumah tunggaldan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi. Dalam UU itu diaturbahwa semenjak setahun diundangkan maka ketentuan dalam UU itu harus sudah berlaku ataudengan kata lain pada Februari 2012 ini melalui peraturan pemerintah (PP) yang kini akan diterbitkan.

    (hen/hen)

    http://us.finance.detik.com/read/2012/02/09/142050/1838371/1016/waduh-21143-unit-rumah-murah-terancam-tak-terjual

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    42/45

    Kamis, 09/02/2012 12:29 WIB

    Kisruh Bunga KPR Subsidi, Jutaan Buruh Bangunan MenganggurRista Rama Dhany - detikFinance

    Browser anda tidak mendukung iFrame

    Jakarta - Ratusan ribu hingga jutaan pekerja bangunan terancam menganggur lebih lama bahkanterancam kehilangan pekerjaannya akibat macetnya penjualan ribuan rumah untuk MasyarakatBerpenghasilan Rendah (MBR). Hal ini terkait buntunya negosiasi bunga KPR subsidi skema FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) antara BTN dengan pemerintah.

    "Sampai saat ini ada sekitar 230 ribu rumah untuk MBR, dan diperkirakan total dana untuk membangunrumah tersebut sekitar Rp 1,5 triliun. Dan akibat FLPP disetop, pengembang tidak bisa jual, tidak laku,"ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum denganKomisi XI DPR, Kamis (9/2/2012).

    Permasalah makin pelik, kata Setyo manakala keluarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 soalPerumahan dan Pemukiman yang mewajibkan pembangunan rumah oleh pengembang minimal tipe36.

    Jika kondisi ini terus terjadi, banyak pengembang khususnya anggota REI kena dampak dan terancamgulung tikar. "Kondisi saat ini saja, membuat ribuan sampai jutaan pekerja bangunan nganggur,"ujarnya.

    Setyo mengaku, hampir 60% dari total 3.000 anggota REI terpukul akibat FLPP distop. "Pasalnya 60%anggota REI membangun rumah untuk MBR, FLPP distop mengancam bisnis mereka," ungkap Setyo.

    "Pada, intinya REI tidak mempermasalahkan bunga 5% atau 6% (seperti yang diinginkan Kemenpera),konsumen juga pada dasarnya tidak mempermasalahkan, namun yang jadi masalah konsumen adalahuang muka (DP), dengan FLPP DP kredit rumah jadi lebih ringan," tandasnya.

    Seperti diketahui BTN selaku bank penyalur FLPP yang sebelumnya sangat dominan memberikan KPRsubsidi FLPP belum juga sepakat dengan pemerintah untuk bunga kredit FLPP tahun 2012 ini. BTNmasih berkeinginan menawarkan bunga sekitar 8% sementara pemerintah meminta 5%-7%.

    Dampaknya skema KPR FLPP dua bulan terakhir ini berhenti sementara.

    (spr/hen)

    http://us.finance.detik.com/read/2012/02/09/122932/1838239/1016/kisruh-bunga-kpr-subsidi-jutaan-buruh-bangunan-menganggur

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    43/45

    FLPP

    Perbankan Keluhkan Suku Bunga

    Jakarta | Kamis, 9 Feb 2012

    Wahyu Utomo

    NIATAN pemerintah melalui Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Faridz, yang akan menekantingkat suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan(FLPP) ke kisaran 5-6 persen terus mendapat tentangan dari perbankan.

    Selain tingkat bunganya yang dianggap terlalu rendah sehingga berpotensi merugikan perbankansebagai pemberi kredit, kebijakan tersebut diyakini juga akan membuat investor kurang tertarik untukberinvestasi di sektor perbankan.

    "Dengan adanya berita (rencana penurunan bunga FLPP) ini membuat investor meriang, bertanya-tanya, karena jelas bila diberlakukan akan membuat kinerja perusahaan terganggu. Sangat sulit bagikami untuk menerapkan bunga FLPP di kisaran 5-6 persen sesuai keinginan Kementerian PerumahanRakyat (Kemenpera)," kata Direktur Utama (Dirut) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), IqbalLatanro di Jakarta, Rabu (8/2).

    Dalam hitungan Iqbal, BTN hanya bisa menekan tingkat suku bunga untuk program FLPP maksimal dilevel 8,22 persen. Tingginya rentang (spread) tingkat bunga hitungan BBTN dengan tingkat bungakeinginan Kemenpera, Iqbal menjelaskan, lantaran harus

    mempertimbangkan banyak hal, seperti masa kredit yang cukup lama sampai 15 tahun hinggaberbagai risiko kredit yang meliputi biaya dana, giro wajib minimum, biaya overheaddan lainsebagainya.

    "Kami harus menanggung berbagai risiko kredit. Belum lagi porsi pembagian pendanaan yang diubahdari 60:40 menjadi 50:50. Dengan perubahan itu, kami harus menyiapkan dana yang lebih banyak. Inisemua jelas memberatkan," kata Iqbal.

    Tak hanya Iqbal, keluhan serupa terkait suku bunga FLPP juga disuarakan Dirut PT Bank NegaraIndonesia Tbk (BBNI), Gatot Suwondo. Menurut Gatot permintaan Kemenpera agar suku bunga FLPPdapat diterapkan di level 5-6 persen tidak masuk dalam perhitungan perusahaannya.

    "Masalah perumahan (FLPP) itu masalah isu harga. Kalau diminta bunganya lima persen, itu tidakmasuk dalam hitungan kami. Kami maunya bunga di level 7,2 persen. Itu sudah maksimal. Kalau tetapdipaksakan ke level itu (5-6 persen), mendingan kami mengundurkan diri," ujar Gatot.

    Kengototan tersebut, Gatot menjelaskan tidak terlepas dari posisi BBNI sebagai sebuah perusahaanyang diwajibkan meraup untung. Faktor keuntungan tersebut dikatakan Gatot juga harusdipertanggungjawabkannya sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    "Namanya saja BUMN. Yang namanya usaha itu ya harus untung. Masalah tebal atau tipis(keuntungan) itu soal lain. Tetapi kalau sudah rugi, kami mau bagaimana?" kata Gatot mengeluhkan.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    44/45

    Tak hanya dari kalangan perbankan BUMN, keluhan juga datang dari bank-bank swasta. Dalamkesempatan terpisah, Dirut PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), Glen Glenardi juga pernah menyatakanakan mundur dari program FLPP seandainya suku bunga 5-6 persen dipaksa untuk tetap diterapkan.

    "Keinginan Menpera memberikan bunga kredit murah itu baik. Kami sepenuhnya mendukung. Tetapiharus dilihat juga kondisi perbankan yang bersangkutan. Ini karena kondisi bank masing-masing

    berbeda. Namanya kerja sama kan harus menguntungkan. Kalau tidak (menguntungkan), lebih baik(BBKP) mundur saja," kata Glen menegaskan.

    Taufan Sukma

    http://nasional.jurnas.com/halaman/13/2012-02-09/198398

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 10 Februari 2012

    45/45