kliping berita perumahan rakyat online 2 februari 2012

Upload: klipingdigital

Post on 06-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    1/27

    Menpera Tidak MasalahUji Materi UU PerumahanRabu 01 Februari 2012 09.33 WIB (Vibiznews-Property) Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan,pihaknya tidak ada masalah bila ada pihak yang mengajukan uji materi Undang-Undang No 1/2011 tentangPerumahan dan Kawasan Permukiman (UU Pemukiman).

    "Tidak ada masalah," kata Djan Faridz di Jakarta, Selasa, ketika ditanya wartawan tentang gugatan uji materiyang telah dilayangkan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) kepadaMahkamah Konstitusi (MK).

    Menurut dia, pihaknya tidak begitu mempersoalkan hal tersebut karena meyakini bahwa berbagai hal yangtercantum dalam UU Perumahan memang dimaksudkan untuk memihak kepentingan rakyat dan bukan hanyakepentingan pengembang.

    Ia mempertanyakan alasan dimasukkannya gugatan uji materi yaitu terkait dengan keberatan para pengembangmengenai ketentuan yang mengharuskan pengembang membangun rumah tipe 36 untuk mendapatkanpenyaluran kredit FLPP.

    "Minimal yang layak itu rumah tipe 36," katanya.

    Menpera menjelaskan, sebenarnya permasalahan ini adalah mengenai harga yang dibebankan kepadapengembang sehingga pemerintah juga menyadari hal itu dan telah mengirimkan surat ke berbagai pihak terkaituntuk meringankan beban pembangunan rumah.

    Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat memberikan usulan untuk melakukan pembebasanterhadap sejumlah beban biaya dalam pembangunan rumah sejahtera bagi kalangan masyarakatberpenghasilan rendah (MBR).

    Menpera memaparkan, penurunan harga jual rumah sejahtera itu dilakukan antara lain melalui pembebasanbiaya antara lain terkait dengan biaya sertifikasi tanah yang surat dari Menpera sudah selesai dibuat dan telahdikirim ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

    Selain itu, lanjutnya, sejumlah beban biaya lainnya yang akan diupayakan untuk dibebaskan adalah perizinanyang meliputi SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah) dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), PajakPertambahan Nilai (PPn), penyambungan listrik dan gambar instalasi listrik, serta pembebasan beban biayauntuk pengembangan air minum.

    Ia juga menuturkan, pihaknya juga akan mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera tersebut melaluipemberian bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) kepada pengembang.

    Bantuan PSU tersebut, ujar dia, berupa jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik,persampahan, dan air limbah yang akan dilaksanakan dengan sistem "reimbursement".

    Sebelumnya, Apersi telah memasukkan uji materi UU Perumahan ke MK pada tanggal 24 Januari 2012 terkaitdengan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (3) UU Perumahan yang mengharuskan pengembang membangunrumah dengan tipe 36 untuk mendapatkan penyaluran kredit Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan(FLPP).

    http://property.vibiznews.com/news/menpera-tidak-masalahuji-materi-uu-perumahan/4908

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    2/27

    Menpera: Tanpa BTN, Targetnya Tetap 170 Ribu Rumah!

    Tribun Kalteng - Rabu, 1 Februari 2012 | 07:17 WIB

    Menteri Perumahan Rakyat, Djan Farid.

    TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz dengan penuh optimistis

    menjawab kekhawatiran banyak pihak ihwal program KPR dengan FLPP jika berjalan tanpa BTN. Menpera Djan

    Faridz mengatakan, target 170 ribu unit rumah tetap bisa tercapai dengan atau tanpa BTN.

    "Dengan atau tidak dengan BTN, penambahan atau tidak dengan penambahan, kita targetnya ada 170 ribu unit

    rumah, dan akan terus dinaikkan sampai 200 ribu unit rumah," kata Djan Faridz, seusai rapat kerja bersama

    Komisi V DPR RI, di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Djan Faridz menambahkan, bila ada kekhawatiran bank lainnya tidak bisa menjalankan FLPP, hal itu hanya

    persoalan pemahaman sistem penyalurannya.

    "Bank itu belum mengerti bagaiman penyalurannya. Tapi, sudah kami beri tahu dan mereka siap dengan bunga

    sekitar 6-7 persen. Semuanya seragam," lanjutnya.

    Menpera berharap, dalam waktu dekat proses PKO (Perjanjian Kerjasama Operasional) dengan empat bankBUMN, yakni BTN, BRI, BNI 46, dan Bank Mandiri segera selesai.

    "DPR meminta akhir Februari penundaan FLPP segera berakhir. Sekarang masih tahap negosiasi proposal,

    kalau besok selesai, ya, FLPP bisa jalan lagi," ujarnya.

    Selama ini, BTN dikenal sebagai bank penyalur FLPP terbesar sebanyak 90 persen. Menurut Ali Tranghanda,

    Direktur Indonesia Property Watch (IPW), apabila FLPP berjalan tanpa melibatkan BTN, dikhawatirkan kesiapan

    bank lain belum ada.

    Ali mengatakan, apabila FLPP berjalan dua minggu lagi, maka FLPP baru dapat aktif tiga bulan kemudian untuk

    menunggu kesiapan bank-bank lain menyiapkan infrastruktur. Bagi BTN, lanjut Ali, bila tak ikut terlibat dalamFLPP, maka mengalami kolaps.

    "Ia akan mati supply dan demand-nya, karena dia penyalur paling besar. Bisnis dia 90 persen dari subsidi

    penyaluran rumah rakyat. Jika benar, maka ini akan mengganggu stabilitas pertumbuhan rumah nasional,"

    ujarnya.

    http://kalteng.tribunnews.com/2012/02/01/menpera-tanpa-btn-targetnya-tetap-170-ribu-rumah

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    3/27

    Sulit Mendapatkan Rumah, Masyarakat Tak

    Berpenghasilan Tetap

    Rabu, 01 Februari 2012 08:43 WIB (Vibiznews-Property),Pemerintah masih mencari cara agar masyarakat

    berpenghasilan rendah (MBR) yang tak berpenghasilan tetap punya akses kredit rumah. Disisi lain, MBR yangsudah berpenghasilan tetap ada mekanisme subsidi rumah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan MBR semacam ini perlu difasilitasi oleh pemerintah daerah

    dengan bekerja sama dengan badan usaha penjaminan daerah yang dibentuk oleh Pemda setempat.

    "Untuk masyarakat punya penghasilan tidak tetap, pakai badan usaha penjaminan seperti yang telah dilakukan

    Walikota Palembang. Mereka yang jamin, mereka juga yang tagih," katanya di gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa

    (31/1/2012).

    Djan menambahkan, Kemenpera ingin lebih banyak BUMD serupa hadir di berbagai wilayah Indonesia.

    Tujuannya, agar lebih banyak MBR terfasilitasi program rumah murah tanpa membedakan apakah ia punyapenghasilan tetap atau tidak.

    "Kita imbau Pemda setempat. Sudah ada banyak yang mau. Target saya 46 kabupaten kota akan punya

    lembaga penjaminan. Ini baru, karena tidak semua kota punya dinas perumahan," tuturnya.

    Menurutnya, program FLPP juga semakin mudah dengan adanya bantuan PSU (prasarana, sarana dan utilisasi

    umum) dari pemerintah. Yakni bantuan Rp 6,2 juta per unit. Namun dana PSU dapat cair apabila pengembang

    memiliki lahan minimal 6 hektar.

    "PSU ini berupa jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, dan persampahan air limbah. Ini.

    PSU per rumah untuk pengembang 6 hektar," imbuhnya.

    http://property.vibiznews.com/news/sulit-mendapatkan-rumah-masyarakat-tak-berpenghasilan-tetap/4907

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    4/27

    Menpera Bersikeras Turunkan Suku Bunga FLPP Hingga

    5%

    Selasa, 31 Januari 2012 17:30 WIB (Vibiznews-Property), Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz sangat ngotot

    menurunkan suku bunga fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau KPR subsidi hingga 5%. Iaberalasan sikapnya itu untuk memperbanyak masyarakat memiliki rumah.

    "Dengan asumsi Suku Bunga BI 5%, sah pemerintah mengusulkan penurunan bungan FLPP. Kalau tidak, maka

    kita nanti juga disalahkan," kata Djan di gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Ia juga menbambahkan, saat ini sudah kebijakan pembebasan biaya diantaranya sertifikasi tanah Badan

    Pertanahan Nasional (BPN). Hal ini tertuang dalam Perjanjian Kersama Operasi (PKO) FLPP baru di 2012.

    Selain itu Djan menjanjikan pembebasan biaya perijinan IMB ataupun SIPPT (surat izin penunjukan penggunaan

    tanah), pajak pertambahan nilai (PPN), penyambungan listrik, gambar instalasi listrik, hingga penyambungan air

    minum.

    "Kebijakan ini akan dilakukan secara pararel. Biarkan PKO jalan dulu, nanti akan ada pembebasan biaya.

    Seperti sertifikasi tanah di BPN. Saya road show langsung, bulan depan sudah beres," tegasnya.

    Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera, Pangihutan Marpaung sebelumnya menerangkan, biaya

    sambungan daya listrik akan dibantu oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Terdapat biaya

    sambungan senilai Rp 288 miliar untuk rumah sederhana.

    Dengan bunga FLPP yang lebih kecil, Djan percaya akan meningkatkan kemampuan MBR 10%. Kemudian,

    jumlah masyarakat yang menikmati FLPP lebih besar dari 177.800 unit menjadi 219.000 unit.

    "Kebutuhan dana FLPP masih sangat besar, sesuai dengan masih besarnya kebutuhan perumahan bagi MBR.

    Mengingat terbatasnya kapasitas APBN, maka disamping perlunya kepastian dukungan APBN, juga perlu terus

    dicari sumber pendanaan lain, melalui tabungan perumahan," imbuhnya.

    http://property.vibiznews.com/news/menpera-bersikeras-turunkan-suku-bunga-flpp-hingga-5/4905

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    5/27

    BTN Masih Tawarkan Bunga KPR FLPP Tinggi

    Selasa, 31 Januari 2012 17:00 WIB (Vibiznews-Property), Perjanjian Kerja Sama Operasional (PKO) Fasilitas

    Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ternyata belum sepenuhnya disepakati antara pemerintah dengan

    bank pembayar. Meski sudah ada penurunan, namun Kemenpera menganggap bunga yang ditawarkanterlampau tinggi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    Bahkan Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz menganggap Bank Tabungan Negara (BTN) manja, karena

    menawarkan bunga FLPP paling tinggi dibanding bank pembayar lain seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), atau

    Bank Negara Indonesia (BNI).

    "BTN manja karena dia partner kita (pemerintah) terlalu lama. BTN ngotot tidak turun," kata Djan di gedung

    DPR-RI, Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Pada awal pembahasan PKO FLPP, BTN menawarkan tingkat bunga 8,55%, lebih tinggi jika dibandingkan

    dengan BRI 7,5% dan BNI 7,25%. Bunga ini diperhitungkan atas dasar pembebanan biaya bunga, giro wajibminimum, biaya overhead, risiko dan keuntungan.

    Bunga semakin bertambah besar karena adanya biaya provisi, appraisal, asuransi jiwa dan kebakaran. Djan

    Farid pun mengusulkan instrumen asuransi masuk dalam lembaga tersendiri, Askrindo. Bukan lagi masuk dalam

    biaya perbankan.

    "Saya komunikasi dengan Askrindo, dan mereka mau tanggung asuransi kebakaran. Askrindo bebankan ke

    saya biaya 0,37%," tuturnya.

    Dampaknya positif, karena bank pembayar mau menurunkan bunga FLPP. Namun BTN masih menjadi bank

    yang menawarkan bunga tertinggi. Bunga FLPP BTN hanya turun menjadi 8,22%, kemudian BRI 7,12%, dan

    BNI 6,35%.

    Dengan bunga sementara ini, ilustrasi pembayaran cicilan bagi MBR berada dikisaran Rp 781 ribu-Rp 893 ribu

    selama 15 tahun. Ilustrasi angsuran ini mengacu pada harga rumah Rp 80 juta, dengan uang muka 10%, dan

    nilai KPR Rp 72 juta," tuturnya.

    Sebelumnya, pemerintah optimis PKO FLPP baru akan ditandatangani awal Februari. Telah terjadi kesepakatan

    suku bunga baru antara bank pelaksana dengan kementerian perumahan rakyat pada kisaran 6,5%-7%.

    "Iya sudah disepakati bunganya sekitar itu, 6,5%-7%," kata Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera,

    Pangihutan Marpaung beberapa waktu lalu.

    Kesepakatan ini adalah win-win solution antara pemerintah dengan perbankan. Pemerintah awalnya bersikeras

    menetapkan suku bunga FLPP 5%-6%, meski bank mengaku akan merugi dengan permintaan ini.

    Kesepakatan ini kemudian akan disusun, dan menjadi Peraturan Menteri (Permen) yang baru. "Semua lagi

    disusun, Permen nanti diserahkan ke Kementerian Hukum dan HAM," tegasnya.

    Komposisi yang diminta oleh kementerian perumahan rakyat yaitu 50:50, artinya dana FLPP 50% itu disiapkan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    6/27

    pemerintah dan dana bank dari pasar 50%. Sehingga perbankan mengaku berat jika menurunkan bunga kredit

    FLPP dari sebelumnya 8,15% (fixed rate) menjadi 5% atau 6%, kecuali jika pemerintah sanggup bersedia

    memasang komposisi dana murah FLPP di perbankan dengan komposisi 80%

    Bagi pengemebang, bahkan tertundanya program FLPP akan berdampak pada suplai rumah murah yang bakal

    turun 50%, karena terhentinya proyek perumahan. Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan

    Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi) Eddy Ganefo menyesalkan tertundanya FLPP.

    http://property.vibiznews.com/news/btn-masih-tawarkan-bunga-kpr-flpp-tinggi/4904

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    7/27

    Djan Faridz: Tanpa BTN, Targetnya Tetap 170 Ribu

    Rumah!

    Natalia Ririh | Latief | Rabu, 1 Februari 2012 | 04:32 WIB

    KOMPAS.com/BANAR FIL ARDHI Menteri Perumahan Rakyat, Djan Farid.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz dengan penuh optimistis menjawabkekhawatiran banyak pihak ihwal program KPR dengan FLPP jika berjalan tanpa BTN. Menpera Djan Faridzmengatakan, target 170 ribu unit rumah tetap bisa tercapai dengan atau tanpa BTN.

    Dengan atau tidak dengan BTN, penambahan atau tidak dengan penambahan, kita targetnya ada 170 ribu unit

    rumah, dan akan terus dinaikkan sampai 200 ribu unit rumah.

    -- Djan Faridz

    "Dengan atau tidak dengan BTN, penambahan atau tidak dengan penambahan, kita targetnya ada 170 ribu unitrumah, dan akan terus dinaikkan sampai 200 ribu unit rumah," kata Djan Faridz, seusai rapat kerja bersamaKomisi V DPR RI, di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Djan Faridz menambahkan, bila ada kekhawatiran bank lainnya tidak bisa menjalankan FLPP, hal itu hanyapersoalan pemahaman sistem penyalurannya.

    "Bank itu belum mengerti bagaiman penyalurannya. Tapi, sudah kami beri tahu dan mereka siap dengan bungasekitar 6-7 persen. Semuanya seragam," lanjutnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    8/27

    Menpera berharap, dalam waktu dekat proses PKO (Perjanjian Kerjasama Operasional) dengan empat bankBUMN, yakni BTN, BRI, BNI 46, dan Bank Mandiri segera selesai.

    "DPR meminta akhir Februari penundaan FLPP segera berakhir. Sekarang masih tahap negosiasi proposal,kalau besok selesai, ya, FLPP bisa jalan lagi," ujarnya.

    Selama ini, BTN dikenal sebagai bank penyalur FLPP terbesar sebanyak 90 persen. Menurut Ali Tranghanda,Direktur Indonesia Property Watch (IPW), apabila FLPP berjalan tanpa melibatkan BTN, dikhawatirkan kesiapanbank lain belum ada.

    Ali mengatakan, apabila FLPP berjalan dua minggu lagi, maka FLPP baru dapat aktif tiga bulan kemudian untukmenunggu kesiapan bank-bank lain menyiapkan infrastruktur. Bagi BTN, lanjut Ali, bila tak ikut terlibat dalamFLPP, maka mengalami kolaps.

    "Ia akan mati supplydan demand-nya, karena dia penyalur paling besar. Bisnis dia 90 persen dari subsidipenyaluran rumah rakyat. Jika benar, maka ini akan mengganggu stabilitas pertumbuhan rumah nasional,"ujarnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/01/04322153/Djan.Faridz.Tanpa.BTN.Targetnya.Tetap.170.Ribu.Ruma

    h.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    9/27

    DPR: Kemenpera Tak Mau Rakyat Berumah Layak?

    M.Latief | Latief | Rabu, 1 Februari 2012 | 02:49 WIB

    Dok Pribadi Komisi V DPR Hetifah Sjaifudian

    JAKARTA, KOMPAS.com - DPR meminta Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk benar-benarmendengarkan dan memperhatikan keluhan masyarakat yang kini tengah mengajukan kepemilikan rumah sertapara pengembang yang tengah membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. KebijakanKemenpera menunda Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hingga akhir Januari ini membuatmasyarakat terhambat memiliki rumah yang laik sebagai tempat tinggalnya.

    Menpera harus memperhatikan ini agar kepercayaan publik tidak terus menurun. Apalagi, sudah mulai ada

    keluhan dan tuduhan, apakah Menpera tidak ingin MBR memiliki rumah yang layak.

    -- Hetifah Sjaifudian

    Demikian dikatakan anggota Komisi V DPR Hetifah Sjaifudian dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI denganKemenpera, Selasa (31/1/2012). Di satu sisi, kata Hetifah, pemerintah mengehendaki agar bank menetapkanbunga kredit yang tidak jauh dari tingkat suku bunga SBI. Di sisi lain, masih ada beberapa bank yangmenetapkan bunga kredit hingga bahkan 8,22 persen seperti bank BTN.

    Hetifah berpendapat, penundaan tersebut menghambat mayoritas masyarakat yang sedianya akan difasilitasioleh FLPP, terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Demikian pula dengan pengembang, yangterpaksa harus menghentikan sementara pembangunan karena ketiadaan kucuran dana dari bank.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    10/27

    "Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Penundaan FLPP berdampak luas, menghilangkan pekerjaan karena proyekterhenti, pengembang rugi, masyarakat kecewa dan mengeluh," kata Hetifah kepada Kompas.com di Jakarta,Rabu (1/2/2012).

    "Menpera harus memperhatikan ini agar kepercayaan publik tidak terus menurun. Apalagi, sudah mulai adakeluhan dan tuduhan, apakah Menpera tidak ingin MBR memiliki rumah yang layak? Apakah Menpera sudah

    berbohong dengan janjinya akan menyediakan fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan rumah?," kata anggotaFraksi Partai Golkar ini.

    Menurutnya, ada masalah dalam komunikasi antara Kemenpera dengan bank-bank yang harus segeradiselesaikan. Perundingan juga semestinya sudah dapat dilakukan dan dirampungkan sejak Desember tahunlalu agar FLPP dapat cepat bergulir lagi.

    Akibat berlarut-larutnya penyelesaian kesepakatan ini, masyarakat dan kelompok pengembang dirugikan.

    "Jika demikian, mengapa tidak dipakai PKO (perjanjian kerjasama operasional) tahun lalu untuk menghindaribacklog?" katanya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/01/02491568/DPR.Kemenpera.Tak.Mau.Rakyat.Berumah.Layak.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    11/27

    DPR Bakal Panggil BTN

    Natalia Ririh | Inggried Dwi Wedhaswary | Selasa, 31 Januari 2012 | 19:02 WIB

    JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi V DPR RI mengagendakan akan memanggil PT. Bank Tabungan Negara

    (BTN), Tbk untuk menyampaikan alasannya tidak mau menurunkan suku bunga KPR untuk Fasilitas LikuiditasPembiayaan Perumahan (FLPP). Hal itu dikatakan anggota Komisi V DPR RI Epyardi Asda, saat rapatkoordinasi DPR dengan Kemenpera di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    "BTN itu Perseroan Terbatas, jadi mereka punya tanggung jawab kepada pemerintah. Mereka perlu memberikanpenjelasan, karena ikon mereka sebagai bank yang fokus pada perumahan. BTN diharapkan memberi hal-halyang meringankan, tidak berorientasi pada bisnis saja," ujat Epyardi.

    Pemanggilan BTN ini terkait suku bunga FLPP yang belum sejalan antara pihak bank dan Kemenpera. Dalampenjelasan kepada DPR, Menpera Djan Faridz meminta suku bunga FLPP sebesar 6 - 7 persen. Sementara,bank BTN masih menawarkan suku bunga 8,22 persen.

    "BTN ini masih ngotot tak mau turun karena manja jadi partner kita terlalu lama," kata Djan Faridz.

    Anggota Komisi V DPR Riswanto Tony DK juga mengungkapkan, jika BTN tidak mau menurunkan suku bunga,maka Kemenpera dapat melepas BTN dan menawarkan kepada bank penyalur lainnya.

    "Bank BRI saja berani 7,12 persen, lalu BNI berani di suku bunga 6,35 persen," kata dia.

    Sementara, Ali Tranghanda, Direktur Indonesia Property Watch (IPW) berpendapat, apabila FLPP berjalan tanpamelibatkan BTN, dikhawatirkan kesiapan bank lain belum ada. Menurutnya, apabila berjalan 2 minggu lagi, makaFLPP baru dapat aktif tiga bulan lagi menunggu kesiapan bank-bank lain menyiapkan infrastruktur.

    Bagi BTN, bila tak ikut terlibat dalam FLPP maka akan mengalami kolaps. "Ia akan mati supplydan demand-nya.Karena dia penyalur paling besar. Bisnis dia 90 persen dari subsidi penyaluran rumah rakyat. Jika benar, makaini akan mengganggu stabilitas pertumbuhan rumah nasional," ujarnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/01/31/19020640/DPR.Bakal.Panggil.BTN

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    12/27

    Menpera Janji Hapus Biaya Perumahan

    TRIBUNNEWS/HERUDIN Djan Faridz

    JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menjanjikan penghapusan biaya-biayaperumahan yang muncul dalam penjualan rumah. Penghapusan biaya ini sekaligus menjawab protes parapengembang mengenai harga rumah tipe 36 bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

    "Masalah rumah tipe 36 itu adalah masalah harga. Ada biaya-biaya diluar harga jual, itu memang memberatkanpengembang dan dibebankan konsumen. Maka, saya akan berusaha menghapus biaya-biaya tersebut," ujarDjan Faridz dalam rapat kerja bersam Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Ia memaparkan, untuk rumah ukuran 36 dengan harga Rp 70 juta, jika harganya naik tetaplah terjangkau. Hal inidisebabkan biaya lain seperti asuransi jiwa dan asuransi kebakaran akan dihilangkan.

    "Tadinya asuransi dibebankan ke pembeli sampai Rp 1 juta, belum uang muka mencapai Rp 6 juta, belum harganotarisnya," ujarnya.

    Mengenai ukuran rumah tipe 36 yang dikeluhkan pengembang, Djan tetap bersikukuh dengan ketentuan yangtercantum dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

    "Ini enggak adil buat masyarakat. Masak tidak pernah maju dengan ukuran rumah 21, 28, 32. Saya kira ukuran36 itu sudah layak," katanya.

    Sebelumnya diberitakan, pengembang yang tergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan danPermukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengajukan judicial review atau peninjauan kembali UU PKP No 1tahun 2011. Apersi meminta penghapusan pasal 22 ayat 3 tentang pelarangan pembangunan rumah di bawahtipe 36.

    Gugatan ini telah diajukan Apersi pada Kamis (26/1/2012) ke Mahkamah Konsitusi. Menurut Ketua DPP ApersiEddy Ganefo, aturan pasal 22 ayat 3 tersebut menggantung dan tidak menerangkan pasal apapun.

    "Saya menganggap ini ayat kecelakaan, karena seharusnya di dalam undang-undang tidak boleh menyebutkan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    13/27

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    14/27

    Menpera Berharap Penandatangan PKO denganPerbankan Segera TerlaksanaSuku Bunga FLPP Turun, Daya Beli Masyarakat Naik 10

    PersenRabu, 01 Februari 2012 00:50 WIB

    Raker DPR mengenai FLPP.

    LENSAINDONESIA.COM: Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan kebijakan penurunansuku bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)menjadi 6 7 % akan meningkatkankemampuan daya beli masyarakat terhadap perumahan sebesar 10 %. Untuk itu, Kementerian PerumahanRakyat berharap pelaksanaan penandatangan Perjanjian Kerjasama Operasional(PKO) dengan perbankan dapat segera dilaksanakan pekan depan.

    Adanya kebijakan penurunan suku bunga FLPP akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakatterhadap perumahan sebesar 10 %, ujar Menpera Djan Faridz saat melakukan Rapat Kerja dengan Komisi VDPR terkait pembahasan pelaksanaan kebijakan FLPP di Senayan, Jakarta, Selasa (31/1).

    Selain itu, adanya kebijakan penurunan porsi dana FLPP juga akan memperbanyak jumlah masyarakatberpenghasilan rendah (MBR) yang mendapat fasilitas KPR FLPP yakni sebesar 23% yaitu 177.800 unit menjadi219.000 unit.

    Kami akan mengupayakan agar penandatanganan PKO antara Kemenpera dan perbankan bisa dilaksanakanpekan pertama bulan Februari, katanya.

    Djan Faridz mengungkapkan, saat ini Kemenpera terus bekerja keras untuk melakukan negosiasi dengan pihakperbankan untuk menurunkan suku bunga FLPP. Apabila saat ini suku bunga FLPP berkisar antara 8,15 persensampai dengan 9 persen, maka Kemenpera ke depan akan mengupayakan angka tersebut turunmenjadi 6 sampai 7 persen.

    Lebih lanjut, Djan Fariz menuturkan, berdasarkan perhitungan suku bunga KPR FLPP tahun 2010 2011 porsidana pemerintah sebesar 61,70 persen. Sedangkan sisanya yakni 38,30 persen dari dana bank. Daripenggabungan porsi dana bank dan pemerintah serta perhitungan suku bunga seperti biaya dana, giro wajibminimum, biaya overhead, biaya risiko, profit dan suku bunga dasar diperoleh suku bunga gabungan sebesar8,15 persen.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    15/27

    Kemenpera, imbuh Djan Faridz, mengakui PKO penyaluran KPR FLPP Tahun 2011 dengan bank pelaksanatelah berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 lalu. Untuk itu, bank pelaksana diminta menyampaikan proposalsuku bunga baru KPR dan jumlah unit KPR yang akan disalurkan pada tahun 2012 dengan mempertimbangkanadanya suku bunga SBI sejak tahun 2008.

    Suku bunga SBI tahun 2008 hingga 2012 terus mengalami penurunan dari 10,33 persen manjadi 5 persen.

    Tentunya jika suku bunga SBI turun perlu diikuti penurunan suku bunga FLPP turun.

    Apabila suku bunga FLPP bisa turun akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk membelirumah. Sebab cicilan rumahnya akan semakin murah dan suku bunganya tetap selama 15 tahun, katanya.

    Berdasarkan hasil pembahasan sementara, imbuh Djan Faridz, setidaknya sudah ada empat bank BUMN yakniBank BTN, BRI, BNI dan Mandiri yang akan ikut dalam penyaluran FLPP. Dari hasil pembahasan tersebut sukubunga sementara yang ditawarkan Bank BTN 8,55%, BRI 7,5%, BNI 7,25% sedangkan Mandiri masih dalamproses. Adapun perbandingan porsi dana antara Kemenpera dan bank adalah 50:50.

    Djan Faridz menambahkan, untuk menurunkan suku bunga FLPP Kemenpera juga melibatkan pihak asuransiKPR. Hal itu dilakukan untuk mengurangi beberapa biaya yang ditanggung oleh debitur atau masyarakat yakniasuransi jiwa dan asuransi kebakaran.

    Bila melibatkan asuransi KPR maka suku bunga sementara yang ditawarkan Bank BTN turun menjadi 8,22%,BRI 7,12%, BNI 6,35%, Mandiri masih dalam proses. Jika harga rumah sekitar Rp 70 juta, uang muka 10 % KPRRp 63 juta dan jangka waktu 15 tahun maka angsuran KPR hanya berkisar Rp 552.984 sampai Rp 621.619,terangnya.ari

    http://www.lensaindonesia.com/2012/02/01/suku-bunga-flpp-turun-daya-beli-masyarakat-naik-10-persen.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    16/27

    Soal uji materi UU Perumahan, Menpera tidak masalah

    31/Jan/2012 23:03 sumber: AntaraNews

    (ANTARA News) - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan "tidak ada masalah" bila ada pihak yangmengajukan uji materi Undang-Undang No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (UUPemukiman).

    "Tidak ada masalah," kata Djan Faridz di Jakarta Selasa ketika ditanya wartawan tentang gugatan uji materiyang telah dilayangkan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) kepadaMahkamah Konstitusi (MK).

    Menurut dia, pihaknya tidak begitu mempersoalkan hal tersebut karena meyakini bahwa berbagai hal yangtercantum dalam UU Perumahan memang dimaksudkan untuk memihak kepentingan rakyat dan bukan hanyakepentingan pengembang.

    Ia mempertanyakan alasan dimasukkannya gugatan uji materi yaitu terkait dengan keberatan para pengembangmengenai ketentuan yang mengharuskan pengembang membangun rumah tipe 36 untuk mendapatkan

    penyaluran kredit FLPP.

    "Minimal yang layak itu rumah tipe 36," katanya.

    Menpera menjelaskan, sebenarnya permasalahan ini adalah mengenai harga yang dibebankan kepadapengembang sehingga pemerintah juga menyadari hal itu dan telah mengirimkan surat ke berbagai pihak terkaituntuk meringankan beban pembangunan rumah.

    Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat memberikan usulan untuk melakukan pembebasanterhadap sejumlah beban biaya dalam pembangunan rumah sejahtera bagi kalangan masyarakatberpenghasilan rendah (MBR).

    Menpera memaparkan, penurunan harga jual rumah sejahtera itu dilakukan antara lain melalui pembebasan

    biaya antara lain terkait dengan biaya sertifikasi tanah yang surat dari Menpera sudah selesai dibuat dan telahdikirim ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

    Selain itu, lanjutnya, sejumlah beban biaya lainnya yang akan diupayakan untuk dibebaskan adalah perizinanyang meliputi SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah) dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), PajakPertambahan Nilai (PPn), penyambungan listrik dan gambar instalasi listrik, serta pembebasan beban biayauntuk pengembangan air minum.

    Ia juga menuturkan, pihaknya juga akan mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera tersebut melaluipemberian bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) kepada pengembang.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    17/27

    Bantuan PSU tersebut, ujar dia, berupa jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik,persampahan, dan air limbah yang akan dilaksanakan dengan sistem "reimbursement".

    Sebelumnya, Apersi telah memasukkan uji materi UU Perumahan ke MK pada tanggal 24 Januari 2012 terkaitdengan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (3) UU Perumahan yang mengharuskan pengembang membangunrumah dengan tipe 36 untuk mendapatkan penyaluran kredit Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan(FLPP).

    http://www.seputarforex.com/data/berita_ekonomi/detail.php?nid=80751&title=soal_uji_materi_uu_perumahan_menpera_tidak_masalah

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    18/27

    01 Februari 2012

    Bunga FLPP Dinilai Terlampau Tinggi

    JAKARTA-Perjanjian Kerja Sama Operasional (PKO) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)ternyata belum sepenuhnya disepakati antara pemerintah dan bank pembayar.Meski sudah ada penurunan, Kementerian Perumahan rakyat menganggap bunga yang ditawarkan terlampau

    tinggi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    Bahkan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menilai Bank BTN manja karena menawarkan bunga FLPPpaling tinggi dibandingkan dengan bank pembayar lain, misalnya BRI dan BNI.BTN manja karena dia partner kita (pemerintah) terlalu lama. BTN ngotot tidak turun, kata Djan di GedungDPR-RI, Jakarta, kemarin.

    Pada awal pembahasan PKO FLPP, BTN menawarkan tingkat bunga 8,55% atau lebih tinggi jika dibandingkandengan BRI sebesar 7,5% dan BNI 7,25%. Bunga itu diperhitungkan atas dasar pembebanan biaya bunga, girowajib minimum, biaya overhead, risiko, dan keuntungan.Bunga bertambah besar karena ada biaya provisi, appraisal, asuransi jiwa, dan kebakaran. Djan Faridmengusulkan instrumen asuransi masuk dalam lembaga tersendiri, yakni Askrindo, dan tidak lagi masuk biayaperbankan.Saya berkomunikasi dengan Askrindo, dan mereka mau menanggung asuransi kebakaran. Askrindomembebankan ke saya (pemerintah) biaya 0,37%, tuturnya.

    Positif

    Dampaknya positif, karena bank pembayar mau menurunkan bunga FLPP. Namun BTN masih menjadi bankyang menawarkan bunga tertinggi. Bunga FLPP BTN hanya turun menjadi 8,22%, kemudian BRI 7,12% dan BNI6,35%.Dengan bunga sementara itu, ilustrasi pembayaran cicilan bagi masyarakat berpenghasilan rendah berada dikisaran Rp 781 ribu-Rp 893 ribu selama 15 tahun. Ilustrasi angsuran mengacu pada harga rumah Rp 80 jutadengan uang muka 10%, dan nilai KPR Rp 72 juta.

    Sebelumnya, pemerintah optimistis PKO FLPP baru akan ditandatangani awal Februari. Telah terjadikesepakatan suku bunga baru antara bank pelaksana dan Kementerian Perumahan Rakyat pada kisaran 6,5%-7%.Iya, sudah disepakati bunganya sekitar itu, 6,5%-7%, kata Deputi Bidang Perumahan Formal KementerianPerumahan Rakyat, Pangihutan Marpaung, pekan lalu.Kesepakatan itu adalah win-win solution antara pemerintah dan perbankan. Pemerintah awalnya bersikeras

    menetapkan suku bunga FLPP 5%-6% meski bank mengaku akan merugi dengan suku bunga

    sebesar itu. (bn,dtc-29) (/)

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/02/01/175664/Bunga-FLPP-Dinilai-

    Terlampau-Tinggi

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    19/27

    Selasa, 31/01/2012 19:47 WIB

    Djan Faridz: Tanpa BTN, KPR Subsidi Tetap Jalan!

    Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bersikeras bunga program KPR subsidi atau FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) harus berkisar 5%-6%, atau jauh dari kehendak bank penyalur yaitu7,25%-8,55%.

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menyatakan jika PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sebagai bankpenyalur terbesar FLPP mundur, program FLPP di 2012 tetap berjalan. Tidak ada kekhawatiran dari pemerintah,karena masih ada bank BUMN lain yang berpartisipasi.

    "Dengan atau tanpa BTN, FLPP tetap jalan," tegas Djan Faridz, di Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Seperti diketahui, BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkansetelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), bunga BTNtetap paling tinggi 8,22%.

    Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI)menawarkan bunga FLPP sebesar 7,12%, sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menawarkan6,35%. Nantinya dalam perjanjian kerjasama operasional (PKO) FLPP baru, bank penyalur harus mengikutikehendak pemerintah, yakni bunga FLPP berada di kisaran 6%.

    "Bank lain saja bisa. Ini kan komitmen bersama. Untuk awal kerjasama dengan bank BUMN. Kita akan kepung,"tambahnya.

    Tahun ini Kemenpera menargetkan penyaluran FLPP kepada 200 ribu rumah. Angka ini naik dari targetsebelumnya di 170 ribu rumah. "Waktu itu bank lain belum terlalu tahu FLPP. Sekarang sudah. Untuk harga kitabantu," tegas Djan.

    Hingga kini PT Bank Mandiri Tbk masih memproses PKO FLPP kepada Kementerian. Bank Mandiri menjadiBUMN terakhir yang terlibat penyaluran FLPP.

    Djan menjamin Bank Mandiri akan menawarkan bunga rendah. Sama seperti bank BUMN lain di kisaran 6%."Nanti seluruhnya akan sama. Saat ini masih difinalkan. Saya target awal bulan depan sudah keluar PKO, meskiDPR kasih waktu sampai akhir Februari," paparnya.

    Data terakhir terlihat, sepanjang periode 2010-2011 bank telah menyalurkan KPR FLPP sebanyak 120.814 unitsenilai Rp 4,05 miliar. Penyaluran KPR FLPP terbanyak di pulau Jawa dengan jumlah 81.375 unit dengan nilaiRp 2,72 triliun.

    Kemudian disusul Sumatera 19.565 unit senilai Rp 656 miliar, Kalimantan 9.410 unit senilai Rp 313 miliar,Sulawesi 8.235 unit senilai Rp 280,9 miliar, dan Bali Nusatenggara 3.756 unit serta Maluku Papua 473 unit.

    Dari realisasi FLPP 2010-2011, BTN adalah bank penyaluar dengan jumlah terbesar. Pada KPR konvensional,perseroan berhasil menyelesaikan akad KPR 114.235 unit senilai Rp 3,81 triliun. KPR syariah BTN 6.184 unit

    senilai Rp 222,32 miliar.

    Perbankan lainnya tergolong kecil. Ambil contoh Bank Bukopin yang hanya menyalurkan FLPP senilai Rp 7,3miliar. Kemudian BNI hanya Rp 3,42 miliar.

    Jika demikian, apakah Kemenpera berani mengambil risiko jika BTN t idak ikut FLPP 2012? Atau apakah BTNrela kehilangan portofolio KPR rumah murah yang selama ini mereka sudah bangun? Kita tunggu kesepakatanFLPP baru di awal Februari.

    http://finance.detik.com/read/2012/01/31/194703/1830801/1016/djan-faridz-tanpa-btn-kpr-subsidi-tetap-jalan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    20/27

    Selasa, 31/01/2012 18:03 WIB

    Djan Faridz: Rumah Tipe 36 Tidak Mahal

    Jakarta - Pemerintah meminta pengembang tak gusar soal kewajiban membangun rumah minimal 36 m2.Rumah ukuran tipe 36 masih bisa dibangun dengan harga yang terjangkau yaitu Rp 70 juta per unit.

    Menurut Menteri Perumahan Rakyat, Djan Fadidz, pemerintah akan mengupayakan penghapusan biaya-biayayang selama ini menjadi beban pengembang. Hasilnya, biaya pembangunan rumah menjadi turun dan harga jual36 m2 pun tetap dikisaran Rp 70 juta.

    "Untuk tipe 36 ini tidak mahal. Kan ada biaya-biaya yang akan kami pangkas. Seperti perizinan," kata Djan diJakarta, Selasa (31/1/2012).

    Selain itu pihaknya berupaya membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN), biaya penyambungan listrik,gambar instalasi listrik, hingga penyambungan air minum.

    Atas dasar ini tidak ada lagi alasan pengembang tidak bisa membangun rumah tipe 36 m2 dengan hargadibawah Rp 70-80 juta. Bangunan rumah tipe 36 m2 untuk rumah tapak, bagi bos Tanah Abang ini adalah yangpaling layak.

    "Ini menjadi tidak mahal karena pengembang akan dapat dana PSU (prasarana, sarana dan utilisasi umum),yang sistemnya tidak reimburse (penggantian)," paparnya.

    Hingga kini masih belum ada kesepahaman antara Kemenpera dengan pengembang. Bagi pengembang dengankualitas standar tipe 36 m2 baru hanya bisa dijual seharga Rp 90 juta.

    "Kita bisa saja bangun tipe 36 m2 dengan harga Rp 50 juta bahkan. Tapi tidak layak. Karena dinding plesterhanya di depan. Bagian dalam, batako tanpa plafon. Sedangkan yang menurut kita layak adalah seluruhnyaplester, luar-dalam, atap gypsum, rangka baja ringan, keramik," tutur Sekretaris Apersi Banten MichaelKurniawan dihubungi terpisah.

    Ketua Apersi Banten, Vidi Surfiadi bahkan menyebut kebijakan luasan minimal 36 m2 tidak berpihak kepadamasyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pasalnya tidak semua MBR mampu membeli rumah dengan hargaRp 80-90 juta. Pemerintah, baginya hanya memikirkan rumah yang ideal, namun tidak mempertimbangkanaspek kebutuhan rumah layak dan terjangkau.

    "Pak Djan Faridz adalah developer top level, jadi sense-nya tidak dapat. Pekerja dengan gaji Rp 1,5 jutakemampuan mencicilnya hanya Rp 500 ribu, dengan harga rumah Rp 50 juta," tuturnya.

    http://finance.detik.com/read/2012/01/31/180303/1830751/1016/djan-faridz-rumah-tipe-36-tidak-mahal

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    21/27

    Bunga FLPP Turun, 219.000 Unit Rumah TerbangunFeb 1, 2012 - Rumah.com

    RumahCom - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menyatakan

    kebijakan penurunan suku bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

    Perumahan (FLPP) menjadi 6% 7 % akan meningkatkan kemampuandaya beli masyarakat terhadap perumahan sebesar 10 %. Hal itu

    disampaikannya pada Rapat Kerja dengan Komisi V DPR terkait

    pembahasan pelaksanaan kebijakan FLPP, Selasa (31/1).

    Selain itu, kebijakan penurunan porsi dana FLPP juga akan

    memperbanyak jumlah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mendapat fasilitas KPR FLPP sebesar

    23% atau 219.000 unit, dari sebelumnya hanya 177.800 unit, kata Djan. "Untuk itu, kami akan mengupayakan

    agar penandatanganan Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) antara Kemenpera dan perbankan bisa

    dilaksanakan pekan pertama Februari."

    Lebih lanjut Djan Faridz menuturkan, berdasarkan perhitungan suku bunga KPR FLPP tahun 2010 2011, porsi

    dana pemerintah sebesar 61,70%, sedangkan sisanya (38,30%) dari dana bank. Dari penggabungan porsi dana

    bank dan pemerintah serta perhitungan suku bunga, seperti biaya dana, giro wajib minimum, biaya overhead,

    biaya risiko, profit, dan suku bunga dasar, diperoleh suku bunga gabungan sebesar 8,15%.

    Menpera mengakui PKO penyaluran KPR FLPP Tahun 2011 dengan bank pelaksana telah berakhir pada

    tanggal 31 Desember 2011 lalu. Untuk itu, bank pelaksana diminta menyampaikan proposal suku bunga baru

    KPR dan jumlah unit KPR yang akan disalurkan pada tahun 2012 dengan mempertimbangkan adanya suku

    bunga SBI yang mengelami tren penurunan sejak tahun 2008.

    Berdasarkan hasil pembahasan sementara, imbuh Djan, setidaknya sudah ada empat bank BUMN, yakni Bank

    BTN, BRI, BNI, dan Mandiri yang akan ikut dalam penyaluran FLPP. Dari hasil pembahasan tersebut suku

    bunga sementara yang ditawarkan Bank BTN 8,55%, BRI 7,5%, BNI 7,25% sedangkan Bank Mandiri masih

    dalam proses. Adapun perbandingan porsi dana antara Kemenpera dan bank adalah 50:50.

    Djan Faridz menambahkan, untuk menurunkan suku bunga FLPP Kemenpera juga melibatkan pihak asuransi

    KPR. Hal itu dilakukan untuk mengurangi beberapa biaya yang ditanggung oleh debitur atau masyarakat.

    http://www.rumah.com/berita-properti/2012/2/242/bunga-flpp-turun-219-000-unit-rumah-terbangun

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    22/27

    Rumah Murah Diusulkan Bebas Beban Biaya1 Februari 2012 - 08.47 WIB

    JAKARTA (RP)- Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengusulkan penghapusan sejumlah bebanbiaya dalam pembangunan rumah bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi jumlah backlog (kekurangan) perumahan yang saat ini telah mencapai13,6 juta unit.

    Saat ini pemerintah sedang mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera bagi MBR, ujar MenteriPerumahan Rakyat Djan Faridz, dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI terkait pelaksanaan kebijakanFasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kemarin.

    Penurunan harga jual rumah itu diharapkan dapat terlaksana melalui sejumlah pengurangan beban biaya.

    Djan merinci usulan pembebasan bebab biaya itu antara lain terkait dengan biaya sertifikasi tanah dimana suratresmi dari Menpera sudah selesai dibuat dan dikirimkan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN).

    Selain itu juga sejumlah beban biaya lain seperti SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah), IMB (IzinMendirikan Bangunan) dan PPn (Pajak Pertambahan Nilai), terangnya.

    Bukan hanya itu, Kemenpera juga mengusulkan agar rumah sejahtera dibebaskan dari biaya penyambunganlistrik dan gambar instalasi listrik. Lantas juga diharapkan ada pembebasan beban biaya untuk pengembanganair minum.

    Dengan dihapuskannya sejumlah beban biaya itu kita harapkan harganya lebih terjangkau bagi masyarakatberpenghasilan rendah, tegasnya.

    Djan juga akan mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera melalui pemberian bantuan prasarana,sarana, dan utilitas (PSU) kepada pengembang. Bantuan PSU tersebut berupa pembangunan jalan lingkungan,drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, persampahan, dan air limbah yang akan dilaksanakan dengansistem reimbursement.

    Surat untuk itu sudah dikirim ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), katanya.

    Menpera meyakini bahwa pada pekan pertama bulan ini akan ada suku bunga KPR baru untuk FLPP yangdisetujui bersama-sama antara pemerintah dengan pihak perbankan. Menurutnya, penurunan suku bungatersebut akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membeli rumah.(bay/jpnn)

    http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=8932&kat=6

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    23/27

    BTN Ancam MundurSebagai Bank Penyalur KPR SubsidiFLPPRabu, 1 Februari 2012

    (Berita Daerah-Nasional) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengancam tidak lagi ikut menyalurkan KPR

    subsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) tahun 2012. Langkah ini diambil jikapemerintah tetap bersikeras menetapkan bunga FLPP rendah.

    Bagi perseroan, bunga yang diinginkan Menteri Kementerian Perumahan Rakyat Djan Faridz sebesar 5%-6%akan merugikan BTN karena banyak risiko yang harus ditanggung. Penawaran suku bunga FLPP yang BTNtawarkan sekitar 7,75%.

    "Dengan porsi pemerintah bank tetap 60:40 bunga dari kita 7,75%. Kalau porsinya berubah menjadi 50:50 tentuakan lebih besar (bunganya)," kata Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro di Jakarta.

    Penetapan bunga FLPP yang turun drastis, seperti dikehendaki menteri perumahan rakyat tidak masuk hitunganbisnis BTN. Apalagi perseroan merupakan pemegang portofolio terbesar FLPP tahun 2011, dengan porsi hampir99,4%.

    "Mungkin karena pengetahuan kami luas, buat kami hati-hati. Kami tidak bisa menjalankan bisnis kalau rugi. Itusulit. Kita punya data, tahun lalu dari bank penyalur berapa yang daftar. Dan realisasinya BTN tetap terbesar,"tambahnya.

    Dari realisasi FLPP 2010-2011, BTN adalah bank penyaluar dengan jumlah terbesar. Pada KPR konvensional,perseroan berhasil menyelesaikan akad KPR 114.235 unit senilai Rp 3,81 triliun. KPR syariah BTN 6.184 unitsenilai Rp 222,32 miliar.

    Perbankan lainnya tergolong kecil. Ambil contoh Bank Bukopin yang hanya menyalurkan FLPP senilai Rp 7,3miliar. Kemudian BNI hanya Rp 3,42 miliar.

    Seperti diketahui, BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal sebesar 8,55%.

    Bahkan setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berperngasilan rendah (MBR)bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.

    Bunga kredit rumah BTN jauh diatas penawaran bank BUMN lain. Misalkan Bank Rakyat Indonesia (BRI)menawarkan bunga FLPP 7,12%, sedangkan BNI 6,35%. Sementara itu, n dalam perjanjian kerjasamaoperasional (PKO) FLPP baru bank penyalur harus mengikuti kehendak pemerintah, Yakni bunga FLPP beradadi kisaran 6%.

    Tahun ini Kemenpera menargetkan penyaluran FLPP kepada 200.000 unit rumah. Angka ini naik dari targetsebelumnya di 170.000 rumah.(dn/DN/bd-dtc)

    http://beritadaerah.com/berita/national/54648

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    24/27

    Pemerintah Incar Bunga 6-7% untuk Tingkatkan Daya BeliRumah Masyarakat

    Wednesday, February 1, 2012Sumber : http://www.rumah.com/berita-properti

    RumahCom - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menyatakan kebijakan penurunan suku bunga FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 6% 7 % akan meningkatkan kemampuan daya belimasyarakat terhadap perumahan sebesar 10 %. Hal itu disampaikannya pada Rapat Kerja dengan Komisi VDPR terkait pembahasan pelaksanaan kebijakan FLPP, Selasa (31/1).

    "Selain itu, kebijakan penurunan porsi dana FLPP juga akan memperbanyak jumlah masyarakat berpenghasilanrendah (MBR) yang mendapat fasilitas KPR FLPP sebesar 23% atau 219.000 unit, dari sebelumnya hanya177.800 unit," kata Djan. "Untuk itu, kami akan mengupayakan agar penandatanganan Perjanjian KerjasamaOperasional (PKO) antara Kemenpera dan perbankan bisa dilaksanakan pekan pertama Februari."

    Lebih lanjut Djan Faridz menuturkan, berdasarkan perhitungan suku bunga KPR FLPP tahun 2010 2011, porsidana pemerintah sebesar 61,70%, sedangkan sisanya (38,30%) dari dana bank. Dari penggabungan porsi dana

    bank dan pemerintah serta perhitungan suku bunga, seperti biaya dana, giro wajib minimum, biaya overhead,biaya risiko, profit, dan suku bunga dasar, diperoleh suku bunga gabungan sebesar 8,15%.

    Menpera mengakui PKO penyaluran KPR FLPP Tahun 2011 dengan bank pelaksana telah berakhir padatanggal 31 Desember 2011 lalu. Untuk itu, bank pelaksana diminta menyampaikan proposal suku bunga baruKPR dan jumlah unit KPR yang akan disalurkan pada tahun 2012 dengan mempertimbangkan adanya sukubunga SBI yang mengelami tren penurunan sejak tahun 2008.

    Berdasarkan hasil pembahasan sementara, imbuh Djan, setidaknya sudah ada empat bank BUMN, yakni BankBTN, BRI, BNI, dan Mandiri yang akan ikut dalam penyaluran FLPP. Dari hasil pembahasan tersebut sukubunga sementara yang ditawarkan Bank BTN 8,55%, BRI 7,5%, BNI 7,25% sedangkan Bank Mandiri masihdalam proses. Adapun perbandingan porsi dana antara Kemenpera dan bank adalah 50:50.

    Djan Faridz menambahkan, untuk menurunkan suku bunga FLPP Kemenpera juga melibatkan pihak asuransiKPR. Hal itu dilakukan untuk mengurangi beberapa biaya yang ditanggung oleh debitur atau masyarakat.

    http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/02/pemerintah-incar-bunga-6-7-untuk.html

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    25/27

    Selasa, 31/01/2012 14:54 WIB

    FLPP Sempat Tertunda, Djan Faridz NgakuIngin MembelaRakyatWhery Enggo Prayogi detikFinance

    Jakarta - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengaku, penundaan Perjanjian Kerja Sama Operasional(PKO) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) justru menguntungkan masyarakat berpenghasilanrendah (MBR). Alasannya, FLPP baru bunganya lebih rendah, sehingga pada akhirnya angsuran MBR ke bankdapat turun dari Rp 700 ribu menjadi Rp 500 ribu.

    "Kita mau membela kepentingan masyarakat. Biaya cicilan bisa turun, dari Rp 700 ribu menjadi Rp 500 ribu. Inibeban masyarakat selama 15 tahun," kata Djan di gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (31/1/2012).

    Ia membantah pengembang dirugikan atas penundaan FLPP ini karena harus menanggung kredit kontruksi 1%dari nilai pembiayaan. "Apanya yang rugi? Kan selama belum akad, belum ada dana yang cair," tambah Djan.

    Djan pun mencontohkan BTN yang mampu menghimpun aplikasi KPR FLPP sebanyak 33 ribu rumah pada

    periode Desember 2011. Pada Januari ini, aplikasi yang masuk dari keseluruhan bank pembayar hanya 10 riburumah. Asumsinya, angka ini dikorbankan untuk mendapat aplikasi baru dengan bunga FLPP yang lebih rendah,dari PKO sebelumnya 8,15%.

    "BTN saja 33 ribu. Kalau sekarang 10 ribu saja nggak ada arti. BTN sempat ajukan ke saya, kenapa programtidak jalan dengan suku bunga lama 8,15%, supaya proyek jalan. Namun saya tolak karena saya lihat daftartunggu Januari yang tanda tangan KPR nggak besar," ucapnya.

    Keberatan uang muka 10% dari MBR pun sudah tidak menjadi soal. Karena ada solusi pembiayaan uang mukadari lembaga keuangan macam Jamsostek.

    "10% uang muka itu dilema. Namun kita kerja sama dengan Bapetarum, ada aturan untuk salurkan uang mukauntuk PNS. Nanti PNS beli rumah kayak motor. Cukup cicilan pertama, sisanya angsur," paparnya.

    "Sementara yang lain (swasta), pake Jamsostek. Ada dana itu, namun nantinya cicilannya agak naik dikit, tapikan minat MBR tinggi. Kita sudah ketemu dengan REI, Apersi. Semua mengerti ini untuk kepentinganmasyarakat yang lebih baik," imbuh Djan.

    (wep/qom)

    http://finance.detik.com/read/2012/01/31/145447/1830435/1016/flpp-sempat-tertunda-djan-faridz-ngaku-ingin-membela-rakyat

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    26/27

    BTN belum Putuskan Ikut FLPPRabu, 01 Februari 2012 11:55 WIB

    JAKARTA--MICOM: Bank BTN masih mempertimbangkan untuk kembali ikut dalam program pemerintahmemberikan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terkait permintaan Menteri Perumahan Rakyatuntuk menurunkan suku bunga FLPP di kisaran 7%.

    "Kita masih mengkaji, kalau merugikan tentu sulit (ikut FLPP) kalau tidak rugi kita ikut," kata Dirut BTN IqbalLatanro di Jakarta, Rabu (1/2).

    Menurutnya, permasalahan penurunan suku bunga ini tergantung pada kebijakan pemerintah dalam hal iniKemenpera, karena BTN juga tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti program penyediaan rumah murah ini.

    "Ini kita serahkan pada pemerinah karena ini program pemerintah kita tidak berwenang mengatur, dan semuabank bisa memilih (ikut atau tidak) dan kalau memilih ikut komitmen melakukannya," kata Iqbal.

    Dikatannya, pada tahun 2011 awal program itu diluncurkan dari 16 bank yang menandatangani ikut program ini,

    BTN melakukan penyerapan yang terbesar yakni mencapai 99,4%.

    Sebelumnya FLPP ditetapkan berupa subsidi suku bunga tetap kredit rumah bersubsidi pada kisaran 8,15-9,95persen dengan tenor 15 tahun.

    Sumber dana berasal dari pemerintah dan perbankan dengan komposisi dana penyertaan berbanding 60:40persen.

    Kesepakatan FLPP ini berakhir Januari ini dan belum ada kesepakatan baru antara Kemenpera dan Perbankanterkait permintaan pemerintah menurunkan suku bunga pada kisaran tujuh persen dengan komposisi 50%:50%.(Ant/Ol-3)

    http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/01/295454/20/2/BTN-belum-Putuskan-Ikut-FLPP

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online 2 Februari 2012

    27/27

    Selasa, 31 Januari 2012 , 20:31:00

    Suku Bunga FLPP Turun, Daya Beli Terdongkrak

    JAKARTA--Kebijakan penurunan suku bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi enampersen diyakini akan mendongkrak daya beli masyarakat.

    Peningkatan daya beli diperkirakan cukup signifikan, yakni sekitar 10 persen. Demikian dikatakan MenteriPerumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI di Senayan, Selasa(31/1).

    "Kalau suku bunga FLPP bisa turun menjadi enam sampai tujuh persen, daya beli masyarakat terhadapperumahan akan naik. Kami berharap pelaksanaan penandatangan Perjanjian Kerja sama Operasional (PKO)dengan perbankan dapat segera dilaksanakan pekan depan," ujarnya.

    Kebijakan penurunan porsi dana FLPP, lanjutnya, juga akan memperbanyak jumlah masyarakat berpenghasilanrendah (MBR) yang mendapat fasilitas KPR FLPP sebesar 23 persen, yaitu dari 177.800 unit menjadi 219.000unit.

    "Kami terus melakukan negosiasi dengan pihak perbankan untuk menurunkan suku bunga FLPP. Apabila saatini suku bunga FLPP berkisar antara 8,15 persen sampai dengan 9 persen, kita akan upayakan angka tersebutturun hingga enam persen," tuturnya.

    Derdasarkan perhitungan suku bunga KPR FLPP tahun 2010 - 2011 porsi dana pemerintah sebesar 61,70persen. Sedangkan sisanya 38,30 persen dari dana bank. Dari penggabungan porsi dana bank dan pemerintahserta perhitungan suku bunga seperti biaya dana, giro wajib minimum, biaya overhead, biaya risiko, profit dansuku bunga dasar, diperoleh suku bunga gabungan sebesar 8,15 persen.

    Suku bunga SBI tahun 2008 hingga 2012 terus mengalami penurunan dari 10,33 persen manjadi 5 persen.Tentunya jika suku bunga SBI turun perlu diikuti penurunan suku bunga FLPP turun.

    Apabila suku bunga FLPP bisa turun akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk membeli

    rumah. Sebab cicilan rumahnya akan semakin murah dan suku bunganya tetap selama 15 tahun, tandasnya. (esy/jpnn)

    http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=115884