klasifikasi abortus

Upload: febrianti-trianingrum

Post on 10-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Abortus Obstetri Ginekologi

TRANSCRIPT

Klasifikasi Abortus

1) Abortus spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor faktor mekanis ataupun medialis, namun disebabkan oleh faktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya sel telur dan sperma.

Abortus imminens (threaned abortion)

Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Perdarahan biasanya sedikit dan nyeri perut bawah ringan. Terjadi pada sekitar 30% - 40 % kehamilan. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 16 minggu. Tatalaksana yang dilakukan meliputi istirahat baring.Evaluasi abortus iminen harus meliputi pengukuran serial kadar hCG sampai kehamilan intraurin dapat ditegakkan dengan USG. Hal ini untuk mengeliminasi kehamilan ektopk. USG endovaginal dapat mendeteksi adanya kantung gestasi dengan kadar hCG plasma antara 1000 2000 mIU/ml.Dengan pengukuran kantung gestasi transvaginal dapat menentukan prognosis viabilitas pada kehamilan intrauterine, dimana jika diameter kantung lebih dari 13 mm tanpa adanya yolk sac atau diameter kantung lebih dari 17 mm tanpa adanya embrio dapat memprediksikan bahwa kehamilan tersebut nonviable. Abortus insipien

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.Dengan masih berlangsungnya abortus, volume perdarahan semakin banyak dan ostium serviks terbuka serta menipis. Namun hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Nyeri yang dikeluhkan berat.Kehamilan tidak dapat bertahan karena ostium serviks yang telah dilatasi atau karena adanya perdarahan yang banyakTatalaksana yang dilakukan adalah pengeluaran sisa hasil konsepsi pertemuan sel telur dan sel sperma) dengan infus oksitosin, dan / atau dengan kuretase. Abortus Komplitus

Abortus kompletus ditandai dengan pengeluaran lengkap seluruh hasil konsepsi yang diikuti dengan sedikit perdarahan, dan nyeri yang sangat berkurang. Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan keadaan umum ibu.

Abortus Inkomplitus

Pada kondisi ini didapatkan mulut rahim sudah membuka dan buah kehamilan sebagian sudah keluar dari rongga rahim. Pada umumnya ditandai dengan pengeluaran darah yang banyak dan nyeri perut yang lebih hebat.Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam jumlah banyak, terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim (kuretase).2) Abortus provokatus

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Baik itu karena indikasi medis (abortus provokatus terapeutikus-APT) atau karena indikasi non medis (abortus provokatus kriminalis-APK). Untuk memutuskan apakah sebuah kehamilan layak dilakukan APT, tidak cukup hanya dengan keputusan seorang dokter saja, melainkan 1 tim dokter yang terdiri dari dokter spesialis kebidanan dan dokter lain terkait dengan penyakit yang diderita si ibu. Karena indikasi medis yang mendasari dilakukannya APT adalah penyakit / kondisi ibu yang akan mengancam jiwanya apabila kehamilan ini diteruskan.

Klasifikasi abortus lainnya :

1. Blighted ovum

Blighted ovum terjadi karena gagalnya perkembangan embrio, yang ada hanya kantung gestasi dengan atau tanpa yolk sac.2. Missed abortionPada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.Pengeluaran hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus dan kadang-kadang terdapat hipofibrinogenemia. Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaab serviks uteri dengan memasukkan laminaria selama kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis, yang kemudian dapat diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam cavum uteri, sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan lebih mudah serta aman dan sisanya kemudian dibersihkan dengan kuret tajam.Jika besar uterus melebihi kehamilan 12 minggu, maka pengeluaran hasil konsepsi diusahakan dengan infus intravena oksitosin dosis cukup tinggi. Dosis oksitosin dapat dimulai dengan 20 tetes permenit dari cairan 500cc dengan 10 unit oksitosin, dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi. Dengan prostaglandin E baik intra vaginal atau infuse keberhasilan cukup baik (90%). Bila terdapat hipofibrinogenemia, perlu diadakan persediaan darah segar atau fibrinogen.3. Abortus terapeutikAbortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat.4. Abortus septikAbortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis, yang bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.5. Abortus berulangAbortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya. Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.

Didefinisikan sebagai terjadinya 2 sampai 3 kali abortus secara berurutan sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan masing masing fetus beratnya kurang dari 500 gram. Penyebab terjadinya recurrent abortion yang paling banyak adalah kelainan kromosom, malformasi uterus dan sindrom antipospholipid