khutbahjumat sm 02 12

4
31 SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012 Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Syukur Alhamdulillah kita pada hari ini bisa datang untuk menjalankan perintah Allah selaku orang Mukmin yang wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat jumat. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Waktu berlalu begitu cepat, tak ada yang mampu menghentikannya. Tak terasa kita sudah memasuki tahun baru 2012, dan sebulan lebih melalui tahun 1433 Hijrah. Umur kita bertambah, berarti jatah hidup kita di dunia berkurang. Namun sadarkah akan hal ini wahai jamaah yang dirahmati Allah SwT? Terlebih bagi aktivis organisasi, pergantian tahun tentunya merupakan tanda, pertanda telah berlalunya amanah, atau babak baru dimulainya amanah. Masih terbayang di ingatan kita ketika TERJEBAK RUTINITAS SEREMONIAL berdebat saat musyawarah, adu argumentasi dengan peserta yang lain namun setelah goal ide, sekarang hanya jadi tumpukan program yang sama sekali tak terealisasikan. Apakah ini tidak mendlalimi diri dan organisasi? Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Banyak ormas, bahkan organisasi politik, ramainya saat musim muscab, musda, muswil atau muktamar. Namun, setelah itu tidur. Maka inilah yang kemudian bisa kami sebut dengan terjebak pada rutinitas seremonial tahunan. Kita sadar, dengan mudah mengatakan, bahwa hari esok harus lebih baik, tahun depan harus lebih meningkat. Namun kadang ini hanya retorika belaka, untuk itu, agar hal ini tak terulang menimpa kita tentunya pergantian tahun hendaklah bisa dijadikan momen: Pertama, Sarana muhasabah, mawas diri sejauh mana ibadah dan kegiatan kita. Menghisap diri sebelum kita dihisab di hari Hisab yang sesungguhnya. Q,s. al-Isra’ ayat 14: Artinya: “Bacalah Kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” Dari ayat di atas jelas, bahwa kita dituntut selalu mawas diri, dan semua guna menuju ke arah yang lebih baik. Dan setiap item dari langkah diri dan organisasi dicermati, sehingga kekurangan yang ada bisa ditambal di tahun yang akan datang. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Kedua, Sarana perencanaan strategis, di antara kelemahan umat kita adalah pengelolaan dakwah yang masih asal jalan, kadang hanya menjalankan rutinitas yang telah ada. Sehingga tak aneh bila jamaah pun jenuh, dan mencari kelompok yang lebih “njamani” menurutnya. Maka, kontekstualisasi strategi dan media dakwah diperlukan. Dan hal ini diperlukan perencanaan yang tersusun rapi, bukankah kita sering mendengar ayat ini ash-Shaff ayat 4: Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.“ Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Dari ayat di atas jelas bahwa kita dituntut untuk berjuang berdakwah dengan cara manajemen yang tersusun rapi, bukan hanya asal- asalan. Jika kita tak ingin tertinggal dengan yang lain. Dengan perencanaan program yang strategis tentunya dapat memrioritaskan agenda terdekat yang lebih penting. Selain itu pilihan media dan strategi sangat kontekstual seperti apa yang dimaui jamaah. Maka setiap penggerak harus peka terhadap perubahan jaman. Dan jelas bila kebaikan ini PUJIONO,S. SI MM Khutbah Jum'at

Upload: muhammad-abduh

Post on 13-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

31SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Syukur Alhamdulillah kita pada

hari ini bisa datang untuk

menjalankan perintah Allah selaku

orang Mukmin yang wajib

hukumnya untuk melaksanakan

shalat jumat.

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Waktu berlalu begitu cepat, tak

ada yang mampu menghentikannya.

Tak terasa kita sudah memasuki

tahun baru 2012, dan sebulan lebih

melalui tahun 1433 Hijrah.

Umur kita bertambah, berarti

jatah hidup kita di dunia berkurang.

Namun sadarkah akan hal ini wahai

jamaah yang dirahmati Allah SwT?

Terlebih bagi aktivis organisasi,

pergantian tahun tentunya

merupakan tanda, pertanda telah

berlalunya amanah, atau babak baru

dimulainya amanah. Masih

terbayang di ingatan kita ketika

TERJEBAK RUTINITAS SEREMONIAL

berdebat saat musyawarah, adu

argumentasi dengan peserta yang

lain namun setelah goal ide,

sekarang hanya jadi tumpukan

program yang sama sekali tak

terealisasikan. Apakah ini tidak

mendlalimi diri dan organisasi?

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Banyak ormas, bahkan

organisasi politik, ramainya saat

musim muscab, musda, muswil atau

muktamar. Namun, setelah itu tidur.

Maka inilah yang kemudian bisa

kami sebut dengan terjebak pada

rutinitas seremonial tahunan. Kita

sadar, dengan mudah mengatakan,

bahwa hari esok harus lebih baik,

tahun depan harus lebih meningkat.

Namun kadang ini hanya retorika

belaka, untuk itu, agar hal ini tak

terulang menimpa kita tentunya

pergantian tahun hendaklah bisa

dijadikan momen:

Pertama, Sarana muhasabah,

mawas diri sejauh mana ibadah dan

kegiatan kita. Menghisap diri

sebelum kita dihisab di hari Hisab

yang sesungguhnya. Q,s. al-Isra’

ayat 14:

Artinya: “Bacalah Kitabmu,

cukuplah dirimu sendiri pada

waktu ini sebagai penghisab

terhadapmu.”

Dari ayat di atas jelas, bahwa

kita dituntut selalu mawas diri, dan

semua guna menuju ke arah yang

lebih baik. Dan setiap item dari

langkah diri dan organisasi

dicermati, sehingga kekurangan

yang ada bisa ditambal di tahun

yang akan datang.

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Kedua, Sarana perencanaan

strategis, di antara kelemahan umat

kita adalah pengelolaan dakwah

yang masih asal jalan, kadang

hanya menjalankan rutinitas yang

telah ada. Sehingga tak aneh bila

jamaah pun jenuh, dan mencari

kelompok yang lebih “njamani”

menurutnya. Maka, kontekstualisasi

strategi dan media dakwah

diperlukan. Dan hal ini diperlukan

perencanaan yang tersusun rapi,

bukankah kita sering mendengar

ayat ini ash-Shaff ayat 4:

Artinya: “Sesungguhnya Allah

menyukai orang yang berperang

dijalan-Nya dalam barisan yang

teratur seakan-akan mereka

seperti suatu bangunan yang

tersusun kokoh.“

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Dari ayat di atas jelas bahwa kita

dituntut untuk berjuang berdakwah

dengan cara manajemen yang

tersusun rapi, bukan hanya asal-

asalan. Jika kita tak ingin tertinggal

dengan yang lain. Dengan

perencanaan program yang

strategis tentunya dapat

memrioritaskan agenda terdekat

yang lebih penting. Selain itu

pilihan media dan strategi sangat

kontekstual seperti apa yang dimaui

jamaah. Maka setiap penggerak

harus peka terhadap perubahan

jaman. Dan jelas bila kebaikan ini

PUJIONO,S. SI MM

Khutbah Jum'at

32 SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H

Khutbah Jum'athanya asal jalan, maka jangan heran

bila kita dikalahkan oleh kejahatan

yang termanajemen rapi.

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Ketiga, Sarana tajdid

(pembaharuan), di tahun baru

hendaklah bisa dijadikan momen

perubahan semangat, dinamisasi

atau reformasi (al-Islah) yaitu

peningkatan, pengembangan. Sebab

secara bahasa, kata tajdid  berarti

pembaruan. Tajdid merupakan

proses menjadikan sesuatu yang

terlihat usang untuk dijadikan baru

kembali. Ia merupakan upaya untuk

menghadirkan kembali sesuatu yang

sebelumnya telah ada untuk

diperbaiki dan disempurnakan.

Pembaharuan itu keniscayaan. Umat

Islam tak boleh alergi dengan

pembaruan. Pembaruan model,

metode, strategi dakwah atau

bahkan program-program dapat

dilakukan, hal ini supaya dakwah

lebih menyasar. Dalam Qur'an dapat

kita jumpai kata tajdid atau mujadid

atau kata yang seakar dapat kita

temui seperti di Saba' ayat 7:

Artinya: “Dan orang-orang

kafir berkata (kepada teman-

temannya), “maukah kamu kami

tunjukkan kepadamu seorang laki-

laki yang memberitakan kepadamu

bahwa apabila badanmu telah

hancur sehancur-hancurnya.

Sesungguhnya kamu benar-benar

(akan dibangkitkan kembali)

dalam ciptaan yang baru?"

Yang dimaksud dengan seorang

laki-laki oleh orang-orang kafir itu

ialah Nabi Muhammad saw., sebagai

penghinaan mereka terhadapnya.

Sedangkan Nabi Agung

Muhammad saw bersabda,

“sesungguhnya Allah mengutus

Umat Ini Pada tiap Penghujung

seratus tahun akan muncul orang

yang memperbaharui Agamnya."

(Sunan Abu Daud).

Sinyalemen Hadist Nabi

tersebut, menandakan, bahwa kita

dituntut untuk selalu berfikir dan tak

berhenti belajar dalam

mengembangkan wawasan ke-

Islaman. Dan yang namanya

perubahan, reformasi, dinamisisasi

adalah hal yang lumrah dan ditahun

baru ini bisa untuk menuju ke arah

sana.

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Keempat, Bercita-cita ( )

Umat Islam harus mempunyai target

atau cita-cita. Di tahun baru ini

tentunya bisa dijadikan pijakan

harapan dan untuk meraih target

tersebut. Kita sebagai manusia

haruslah memiliki azam ( keinginan )

yang kuat ditahun yang akan

datang lebih baik secara kualitas

maupun kuantitas keimanan kita,

terkait dengan al-Hasyr 18:

Aritinya: “Hai orang-orang

yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memerhatikan apa yang

telah diperbuatnya untuk hari

esok (akhirat); dan bertakwalah

kepada Allah, sesungguhnya Allah

Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan."

Kaum Muslimin yang dirahmati

Allah!

Jangan sampai kita sebagai

makhuk yang berfikir terjebak dalam

rutinitas yang hampa/kosong, tanpa

isi yang hanya kadang seremonial

belaka, entah itu harian, mingguan

atau lima tahunan. Kita harus ada

keinginan kuat untuk maju dan

gerakan menuju perbaikan kualitas

maupun kuantitas.l

Khutbah Kedua dan doa

Wakil Ketua PWPM Jawa Tengah,

Tim Pendiri Ponpes Muhammadiyah

Manafiul Ulum Boyolali.

33SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012

Khutbah Jum'at

Jamaah shalat Jum’ah yang

berbahagia.

Semua bangsa tanpa kecuali

mempunyai adat-istiadat. Adat-

istiadat itu ada yang baik, cocok

dan sejalan dengan agama, dan ada

pula yang buruk bertentangan

dengan aturan agama. Di dalam

agama Islam tidak ada larangan

orang berpegang dengan adatnya,

asal saja adat itu tidak melanggar

aturan, norma dan tuntunan agama.

Adat yang berlawanan atau

bertentangan, bahkan bertolak

belakang dengan agama serta

mengganggu keamanan manusia

harus kita tinggalkan, jangan

dikerjakan.

Dalam suatu kisah, pernah Nabi

menegur sahabat Abu Dzar dengan

teguran yang tegas, lantaran ia

masih melakukan adat yang salah,

yakni adat Jahiliyah. Kata

Rasulullah saw:

Artinya: “Hai Abu Dzar!

Patutkah engkau mencela dia

dengan merendahkan ibunya?

Sungguh, engkau seorang laki-

laki yang masih dihinggapi adat

Jahiliyah. Budak-budakmu itu

saudaramu. Allah telah

menjadikan mereka di bawah

kekuasaanmu. Oleh sebab itu,

barang siapa yang saudaranya

ada di bawah naungan/

kekuasaannya, maka hendaklah ia

memberikan makan sebagaimana

dia makan, dan dia diberi pakaian

sebagaimana dia berpakaian. Dan

jangan kamu memikulkan kepada

mereka beban yang memayahkan

mereka. Jika kamu memberatkan

beban mereka, maka hendaklah

kamu bantu mereka “ (HR

Bukhari).

Begitu teguran keras Rasulullah

saw terhadap orang yang

melakukan adat yang salah (adat

Jahiliyah) adat yang telah

mendarah-daging bagi bangsa Arab.

Tetapi, lantaran Abu Dzar telah

memiliki keyakinan akan kebenaran

agama dan kesadaran yang tinggi,

teguran keras ini diterima dengan

penuh ikhlas, dan dia tinggalkan

adat yang salah setelah dia ditegur.

Saudara-saudara sidang Jamaah

Jum’ah yang berbahagia.

Untuk membahas adat-istiadat

TINGGALKAN ADAT JAHILIYAHMIFTAH M

yang salah yang menyimpang dari

agama dan berlawanan dengan

petunjuk Allah SwT perlu kita

mengetahui adat-istiadat Jahiliyah

sebelum datang agama Islam, dan

bagaimana perubahannya setelah

Islam datang. Karena dari sinilah

kita akan mengetahui mana-mana

adat yang dihapuskan, tidak

diterima oleh Islam dan mana pula

adat-istiadat yang ditetapkan yang

sesuai dengan tuntunan agama.

Agama Islam, sebagaimana kita

tahu, mula-mula turun dan

berkembang di negeri Arab. Mari

kita coba membuka kembali sejarah

tentang adat-istiadat bangsa Arab.

Para ahli sejarah atau ahli tarikh

telah banyak menjelaskan adat-

istiadat bangsa Arab zaman

Jahiliyah.

Salah satu contoh adat atau ke-

biasaan mereka, sebagaimana ter-

cantum dalam surat An-Nahl 58-59:

Artinya: Dan apabila

seseorang dari mereka diberi

kabar dengan (kelahiran) anak

perempuan, hitam (merah

padamlah) mukanya, dan dia

sangat marah. Ia menyembunyikan

dirinya dari orang banyak,

disebabkan buruknya berita yang

disampaikan kepadanya. Apakah

dia akan memeliharanya dengan

menanggung kehinaan ataukah

akan menguburkannya ke dalam

34 SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H

Khutbah Jum'at

tanah hidup-hidup? Ketahuilah,

alangkah buruknya apa yang

mereka tetapkan itu.” (An- Nahl

58-59).

Ayat ini dengan jelas

menerangkan bahwa, salah satu

adat orang-orang Jahiliyah adalah

mengubur hidup-hidup anak

perempuan, karena mereka merasa

hina mempunyai anak perempuan.

Demikian jahiliyahnya bangsa Arab

sebelum Islam. Tetapi, bagaimana

keadaan mereka setelah Islam

datang?

Dalam surat At-Takwir

dinyatakan:

“Apabila bayi-bayi perempuan

yang dikubur hidup-hidup ditanya,

“Karena dosa apakah bayi-bayi

itu dibunuh?“ (At- Takwir 8-9).

Jamaah shalat Jum’ah yang

berbahagia.

Banyak adat-istiadat yang baik,

yang sesuai dengan tata aturan

agama. Akan tetapi, tidak sedikit

yang bertentangan dengan agama.

Adat yang sampai hari ini masih

sering kita saksikan di kalangan

umat Islam, antara lain:

1. Nyekar ke makam sanak keluarga

pada saat menjelang masuknya

bulan suci Ramadlan.

2. Seorang wali tidak

diperkenankan menikahkan 2

orang putranya sekaligus pada

hari atau dalam tahun yang

sama, karena diyakini hal ini

dapat menimbulkan malapetaka

bagi putra yang dinikahkannya.

Jamaah shalat Jum’ah yang

berbahagia.

Berkaitan dengan kebiasaan,

akhir-akhir ini muncul sebuah fatwa

yang dikeluarkan oleh PP

Muhammadiyah tentang haramnya

merokok. Tanggapan pro dan kontra

mewarnai opini masyarakat, baik dari

kalangan di luar Muhammadiyah

maupun dari dalam tubuh

Muhammadiyah sendiri. Bagi yang

mungkin merasa dirugikan secara

material tentu cenderung untuk ikut

tidak setuju dengan keluarnya fatwa

ini. Namun, bagi yang mau merenung

dan menimbang-nimbang manfaat

dan madlarat, tentu akan mendukung

dan melaksanakan dengan ikhlas

fatwa ini.

Demikian, khutbah kali ini.

Semoga Allah SwT senantiasa

membimbing dan meridlai segala

amal ibadah kita, serta senantiasa

memberi kekuatan kepada kita lahir

batin.

Khutbah Kedua

Jamaah shalat Jum'ah yang

berbahagia, Allah Swt berfirman:

Artinya: “Dan orang-orang

yang menjauhi thaghut untuk tidak

menyembahnya dan kembali

kepada Allah, bagi mereka berita

gembira. Maka, sampaikanlah

berita itu kepada hamba-hamba-

Ku yang mendengarkan

perkataan, lalu mengikuti yang

terbaik di antaranya. Mereka

itulah, orang-orang yang telah

diberi Allah petunjuk, dan mereka

itulah orang-orang yang berakal.”

Akhirnya, marilah kita akhiri

pertyemuan yang mulia ini dengan

berdoa ke hadirat Allah SwT.

MAM Sinar Negeri, Pubian,

Lampung.