kharaktetistik bb dan perilaku

Upload: jharz-nagh-smataygcalucheerfuleveryday

Post on 07-Aug-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    1/8

     

    1) Dosen Fakultas kehutanan Universitas Nusa Bangsa

    KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR DAN PERILAKU API

    DALAM PROSES KEBAKARAN HUTAN

    Oleh

    Luluk Setyaningsih1) 

    Luluk Setyaningsih. 2006. Character of Fuel and Fire Behavior due to

    Forest Fire Process

    Journal Nusa Sylva Volume 6 No. 1 Juni 2006 : 24  –  32 

    ABSTRACT

    The important information that should be provided on fire management system is knowledge about fire behavior and avaibility of fuel in the area. Modern Countrries have utilized those information to predict intensity

    of forest and land fire in order to develop fire management preventively or fire handling. Fuel intrinsic character,like extractive compound, silica contain, density, and fuel extrinsic character, like fuel load, proportion of life

    and dead fuel, composition, continuity, compactivity, and fuel water contain are the main character that will beinfluence fire behavior. The Canadian Forest Fire Behavior Prediction (FBP) System and Unites State of

    Ameraica Forest Fire Service has developed modeling system to predict forest fire based on fuel characteristic.

    Open fuel type is significantly to cause the most forest and land fire in Indonesia area. Combinationlife and dead fuel will be more difficult to burn than grass land and agriculture. Forest floor wich covered byshrub is increase forest environment humidity and it is more resistant than the other herb to be firing. Naturalforest have lower risk to be burn due to high humidity, low wind, and low radiation under the canopy. Highest

    fire intensity is regularly at every May to August when lowest raining and caused lowest forest fuel watercontain. Critical water contain of dry grass that has high possibility to burn (probability of ignition on 1) are 35

     percent. Water contain of fuel have contribute significantly to be ignition. The fire intensity formula, however,have not yet considered water contain as potential faktor. Inter cutting and free fire line can reduce fuel continuity

    in order to detain fire distribution

    Key Word: Fuel, fire behavior, ignition potential

    ABSTRAK

    Perilaku api dan ketersediaan bahan bakar pada suatu area merupakan informasi penting yang perludisediakan untuk menunjang sistem pengelolaan kebakaran hutan dan lahan. Beberapa Negara maju telah

    memanfaatkan informasi-informasi tersebut untuk memprediksi intensitas kebakaran hutan dan lahan dalamrangka aktivitas pengembangan dan perencanaan managemen pengendalian kebakaran baik yang bersifat

     preventif maupun pemadaman. Karakter internal bahan bakar, seperti kandungan bahan ekstraktif, silica,kerapatan, dan karakter eksternal seperti muatan bahan bakar, proporsi bahan bakar hidup dan mati, komposisi,

    kontinuitas, kekompakan dan kadar air bahan bakar, merupakan kharakter utama dari bahan bakar yang akanmempengaruhi perilaku api. The Canadian Forest Fire Behavior Prediction (FBP) System and Unites State ofAmeraica Forest Fire Service telah mengembangkan system model untuk memprediksi kebakaran hutan yang

    mendasarkan pada kharakter bahan bakar.

    Tipe bahan bakar terbuka telah secara signifikan menyebabkan terjadinya beberapa kebakaran hutandan lahan di Indonesia. Kombinasi bahan bakar hidup dan mati pada suatu area menyebabkan lebih sulit terbakar

    daripada padang rumput atau area pertanian musiman. Lantai hutan yang dipenuhi dengan belukar cenderungmeningkatkan kelembaban dalam lingkungan hutan sehingga akan lebih resisten terhadap terjadinya kebakaran.

    Sebagaimana pada hutan alam yang memiliki strata tajuk kompleks, kecepatan angin yang rendah dan radiasi

     panas yang juga rendah dibawah kanopi, juga menyebabkan berisiko rendah terhadap kebakaran. Intensitaskebakaran tertinggi terjadi pada bulan Mei hingga Agustus, saat curah hujan terendah yang menyebabkankandungan air pada bahan bakar juga rendah. Kandungan air kritis yang terdeteksi mempunyai potensi besar

    untuk terjadinya kebakaran adalah 35%. Kandungan air dalam bahan bakar merupakan faktor penting yang berkontribusi besar terhadap terjadinya kebakaran, namun demikian rumus yang telah dikembangkan untukmenghitung intensitas api belum mempertimbangkan kadar air bahan bakar. Aktivitas penjarangan dan atau

     pembuatan sekat bakar dapat mengurangi terjadinya kontinuitas bahan bakar sehingga pemindahan panas dari bahan bakar satu kebahan bakar didekatnya akan akan terhambat.

    Kata Kunci: Bahan bakar, perilaku api, potensi kebakaran

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    2/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    25

    PENDAHULUAN

    Kebakaran telah menjadi permasalahan yang cukup berkembang dinegara-negara tropik. Di Negara-negara

     berkembang seperti Indonesia danMalaysia, pembakaran pada mulanyamerupakan aktivitas tradisional untukmelakukan pembukaan lahan, bahkanhingga saat ini masih dijalankan. Dan

     pembakaran semacam itu biasanya inimasih sangat termanage dengan baik oleh

     penduduk lokal (Ketterings et al   1999). Namun demikian seiring dengan tekanan populasi yang semakin tinggi, migrasi, perkembangan ekonomi dan pertanian

    skala luas ternyata telah menciptakan permasalahan  –   permasalahan kebakaranyang hebat, seperti : meluasnya api, perusakan hutan yang cepat, dan polusiasap. Permasalahan tersebut dapatdikurangi dengan sistem pengelolaankebakaran yang efektif, melalui peningkatan kepedulian publik, tindakan

     preventif maupun supresif.Salah satu informasi penting yang

     perlu disediakan dalam systemmanajemen kebakaran adalah

     pengetahuan tentang perilaku api yangdikaitkan dengan kharakteristik bahan bakar yang tersedia pada suatu area.Perilaku api, telah pula digunakan di beberapa negara maju sebagai parameteruntuk memprediksi kondisi kebakaranhutan dan lahan yang terkait dengankegiatan pengendalian, baik pencegahanmaupun pemadaman kebakaran hutan danlahan.

    Perilaku api diefinisikan olehPerry (1990) dalam Syaufina (2008)

    sebagai cara api berkembang, yakni bagaimana bahan bakar menyala,

     perkembangan api dan penjalaran api.Sementara itu, bahan bakar merupakan

    salah satu faktor lingkungan, selain faktorcuaca dan topografi, yang dapatmempengaruhi pola atau perilaku apiyang terbentuk pada suatu area tertentu.Secara umum, bahan bakar yang tersedia

    akan menentukan ketersediaan energimaksimum untuk terbakar. Susunan bahan

     bakar juga menentukan aerasi dan penjalaran api secara horizontal maupun

    vertical, dan distribusi ukurannya dapatmempengaruhi kemudahan penyalaanawal. Selain itu kandungan kimia bahan bakar dapat meningkatkan ataumenurunkan kemampuan untuk terbakar

    (flamabilitas).Dalam makalah ini akan diuraikan

     berbagai hasil penelitian yangmengungkapkan keterkaitan antara bahan bakar dengan berbagai kharakternya yang

    tersedia pada suatu area dengan perilakuapi yang muncul saat terjadi kebakaran

     pada area tersebut.

    KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR

    Secara umum, kharakteristik bahan bakar yang dianggap paling berpengaruh terhadap perilaku api dapatdikelompokan dalam dua katagori(Syaufina, 2008), yaitu: Sifat dasar(intrinsic) bahan bakar, yang meliputikimia bahan bakar, kerapatan, kapasitas panas, kandungan ether ekstraktif dan abu

     bebas silika; dan Sifat luaran (extrinsic) bahan bakar yang meliputi muatan bahan bakar, perbandingan bahan bakar hidupdan mati, susunan bahan bakar,

    kesinambungan dan kekompakan bahan bakar. Selain itu, kadar air yang terdapatdalam bahan bakar juga merpengaruhterhadap perilaku api, terutama dalamkecepatan pembakaran dan kemampuanterbakar dari bahan bakar tersebut.

    Dalam perkembangannya, baiksecara keilmuan maupun pratekmanajemen pengendalian kebakaran hutandan lahan, para peneliti dan agency telahmengembangkan suatu sistem klasifikasikharakteristik bahan bakar yang

    dihubungkan dengan prediksi perilaku apiyang mungkin terjadi. Dengan

    menggunakan sitem tersebut diharapkanakan banyak membantu berbagai pihak

    dalam menentukan upaya pencegahanmaupun pemadaman kebakaran yang akanterjadi. Beberapa sistem klasifikasitersebut diantaranya :

      The BehavePlus, merupakan sustu

    system modeling bahan bakar dan

     prediksi perilaku api yangdikembangkan oleh US Forest Service.

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    3/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    26

    Model bahan bakar yang dimaksudadalah serangkaian nilai yangmenggambarkan tipe bahan bakar yangdikaitkan dengan model penyebarankebakaran permukaan. Terdapat 53

    standar model bahan bakar yangdikelompokan dalam 13 tipe utamadengan diberi angka 1 sampai 13, yaituShort Grass (1), Timber Grass andunderstory (2), Tall grass (3),

    Chaparral (4), Brush (5), DormantBrush-hardwood slash (6), Shouthern

    rough (7), Short needle litter (8), Longneedle or hardwood litter (9), Timberlitter and understory (10), Lightlogging slash (11), Medium logging

    slash (12), and Heavy logging slash(13) (Andrew et al , 2008)

      The Canadian Forest Fire BehaviorPrediction (FBP) System, telahmembuat model tingkat penyebarankebakaran, konsumsi bahan bakar,intensitas kebakaran dan

     perkembangan api untuk 16 tipe bahanstandar nasional. Gambaran detail tipe

     bahan bakar tercantum secara khusus pada Forestry Canada InformationReport ST-X3, Development and

    Structure of the Canadian Forest FireBehavior Prediction System (Forestry

    Canada Fire Danger Group 1992).Secara umum, FBP membagi bahan bakar dalam 5 kelompok tipe, yaituConiferous (C), Deciduous (D), MixWood (M), Slash (S) dan Open (O)

    HUBUNGAN BAHAN BAKAR

    DENGANPERILAKU API

    Richard White (Integrated Forest

    Fire Management Project) berhasilmengidentifikasi 6 kelas bahan bakar diKalimantan Timur dan perilaku api yang

    terbentuk, sebagai berikut (Dymond at al .2004) :

    1.  Area berumput mudah sekali terbakarwalaupun area tersebut masih hijau,

    karena ternyata terdapat campuranmaterial mati dalam jumlah cukup

    dalam vegetasi hidup. Ketinggian

    apinya dapat mencapai 3 m, namundalam sekali pembakaran smouldering

    yang terjadi hanya kecil dikarenakantidak terdapat bahan bakar padalapisan bawah permukaan.

    2.  Hutan skunder adalah hutan alam yangsebelumnya telah mengalami

    kebakaran atau penebangan dan telahkembali lagi membentuk penutupantajuk mencapai 100 persen.Keseluruhan jenisnya adalah berdaunlebar dengan tinggi 6  –   10 meter,

    terdapat tanaman bahwah yang cukup padat, dominasi lapisan serasahnya

    dalam keadaan kering, lapisanorganiknya sangat tipis (< 2 cm). Apiyang terbentuk berintensitas sedang pada seluruh permukaan. Penutupan

    tajuk yang rapat diduga menjadi faktor penghambat pengaruh angin terhadap penyebaran api di area tersebut.

    3.  Hutan primer mempunyai variasiketinggian pohon, sebagian dapatmencapai ketinggian 40 cm, penutupan tajuknya mencapai 100%yang menyebabkan kondisi dibawah

    tegakan cukup dingin dengan kondisikelembabannya berbeda dengan tipevegetasi lainnya. Serasah lantaihutannya mengadung banyak daun

    kering walaupun bahan organictanahnya tipis. Angin bukan menjadifaktor yang berpengaruh signifikanterhadap perilaku api. Hutan primertidak mudah terbakar, kecuali dalamkondisi yang sangat ekstrim.

    4.  Area penebangan dengan tebang pilihditemukan penebangan yang tidakluas, tetapi terisolasi hanya padategakan  –   tegakan tertentu. Terdapat banyak bahan bakar kayu di sepanjang jalan sarad. Terbukanya tajuk

    membuka kesempatan masuknya sinarmatahari dan mendorong terjadinya

     pengeringan berbagai biomasa dilantaihutan. Penurunan kadar air bahan

     bakar tersebut dapat memicukecepatan pembakaran. Namundemikian kecepatan penyebaran apidan luas sebarannya diperkirakanlebih kecil mengingat masih terdapat

     banyak tanaman berkadar air tinggidisekitar biomasa kering tersebut.

    5.  Pembersihan lahan dan pembakaran pada area yang mencapai luasan 4  –  6

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    4/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    27

    Ha untuk praktek-praktek pertaniandan untuk kepentingan pemukimantransmigrasi. Tutupan vegetasinyatelah di babat dan dibiarkan beberapahari untuk kemudian dibakar dan tanah

    organiknya sangat tipis. Dalamkondisi ini, intensitas api dapat terjadicukup tinggi, cepat menyebar dan sulitdikendalikan bila pembakarannya telahekstrim. Pada pembakaran ringan

    hingga sedang, biasanya api yangmencapai pinggiran hutan primer atau

    hutan skunder dan kemudian terhenti penyebarannya. Namun api yangmampu membakar rumput-rumputanseringkali menjadi intensif dan

    menyebar cepat.6.  Perkebunan karet atau perkebunan

    kopi mempunyai bahan bakar di permukaan yang sangat sedikit dan biasanya tidak punya masalahkebakaran. Namun demikian biladitemukan banyak rumput diantaratanaman tersebut, sangat mendorong

    terjadinya kebakaran.

    Selain menyitir hasil penelitianRichard White dalam Proyek Manajemen

    Kebakaran Hutan Terpadu, Dymon et al  (2004) juga telah mengkompilasi datatentang kharakter bahan bakar dalamsuatu peta tipe bahan bakar yang terdapatdi Malaysia dan wialyah Indonesia Timuryang diasosiasikan terhadap masalahkebakaran, sebagaimana pada Tabel 1.Selanjutnya masing-masing tipe bahan bakar tersebut akan dibahas pengaruhnyaterhadap perilaku api dan dikompilasikandengan hasil penelitian lainnya.

    Pengaruh bahan bakar rumputterhadap perilaku api

    Sebagian padang rumput

    mengalami kebakaran tahunan dan tidakmenjadi masalah bagi padang rumputsendiri. Namun seringkali sifat apinyadapat melompat ke area hutan, semak ataukebun disekitarnya. Penelitian Groot, et

    al   (2005) untuk mengetahui potensiterbakarnya (ignition potential ) rumput

    ( Imperata cylindrica) pada berbagai

    tingkat kandungan air di Sumatra denganmenggunakan Fine Fuel Moisture Code(FFMC) dari Canadian Forest FireWeather Index System, menunjukan bahwa api akan mulai mambakar dan

    tersebar dalam padang rumput ketikakandungan air pada komponen rumputmati mendekati atau dibawah nilai 35%.Kadar air rumput kering sebesar 35%dianggap sebagai kadar air kritis untuk

     berpeluang terbakar (probability ofignitionnya 1). Beberapa rumput dengan

    kandungan air mencapai 50% ada yangterbakar, namun hal tersebut jarangterjadi. Perbedaan kharakter bahan bakarrumput, dalam hal : total biomasa rumput,

    tinggi rumput, kedalaman air, tipegambut, curah hujan dll, ternyata dengankandungan air sebesar 35.4% pada rumputmemiliki nilai FFMC nya sebesar 81.0  –  83.3 pada seluruh kondisi tapak.

    Tingkat keterbakaran tinggiterjadi pada pertengahan bulan Meihingga pertengahan Agustus, dimana pada

    saat itu terjadi curah hujan terendah. Namun demikian, kandungan air dibawah35% bukan satu-satunya penentukecepatan penyebaran api pada padang

    rumput, karena Cheney and Sullivan(1997) dalam Groot et al (2005) pernahmembuktikan bahwa dalam kondisi tidakada angin, maka api tidak akan menyebar bila kandungan air bahan bakar rumputmati masih diatas 20%, dan akan dapatmenyebar pada kandungan air mencapai24 % bila kecepatan anginya mencapailebih dari 10 km/jam pada ketinggianmencapi 10 m.

    Tetapi apabila masih terdapatnaungan dan terdapat kombinasi antara

     bahan bakar hidup dan mati maka akanlebih sulit terbakar dibandingkan dengan

     padang rumput atau pertanian musiman.Jika semak belukar hidup yang terbakar,

    kandungan airnya akan meningkatkan jumlah uap air dalam emisinya yang berpotensi menimbulkan masalah kabutterutama bagi pemukiman di sekitarnya.Pembakaran pada saat angin kencang

    akan mempercepat penyebaran dan pelompatan api (Dymond et al. 2004)

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    5/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    28

    Tabel 1. Herarki kelompok bahan bakar, tipe bahan bakar dan kharakteristik

    permukaannya

    Kelompok

    Bahan

    Bakar

    Tipe Bahan

    BakarKarakter permukaanya

    Komposisi dan

    struktur tegakan

    Permasalahan

    kebakaran

    Penutup

    herba

    Padang Rumput Rumput sinambung, serasah

    daun/cabang. Dapat tegak atau

    terhampar. Terkadang terdapattanaman bawah dan kayu

    Beberapa pohon

    terkadang ditemukan

    Tingkat

     penyebaran tinggi

    Pertanian

    musiman

    Serasah herba sinambung (Continuous)

    atau terputus (discontinuous). Biasanyaterhampar

    Tidak ada Tingkat

     penyebaran tinggi

    Semak-

    semak

    Padang

    semak/Semak

     belukar

    Serasah daun sinambung dan kayu-kayu

    kecil. Muatannya cukup

    Terdapat beberapa

     pohon

    Emisi dan

     penyebarannya

    tinggi

    Potongan

    Kayu

    Potongan dari

     pembersihan/pe

    mbukaan lahan

    Tumpukan kayu atau sinambung dan

    muatan besar

    Beremisi dan lepas

    Potongan dariagroforestry

    Tumpukan kayu atau sinambung danmuatan cukup

    Terdapat beberapa pohon

    Beremisi dan lepas

    Hutan daunlebar terbuka

    Hutan skunder Serasah daun sinambung,Kesinambungan semak dan pohontingkat bawah menyebabkan adanya

    tingkatan bahan bakar. Potensial

    muatan bahan bakarnya dari pemotongan log

    Tegakan terbuka daricampuran jenis.Menjadi mudah

    terbakar selama

    kering

    Beremisi dankematian pohon

    Hutan tanaman Serasah daun sinambung. Terkadang

    terdapat bahan bakar bertingkat

    Tegakan terbuka dari

    satu jenis. Mudahterbakar saat kering

    Beremisi dan

    kematian pohon

    Hutan daun

    lebar tertutup

    Hutan primer Serasah daun sinambung. Terdapat

    tingkatan bahan bakar

    Tegakan rapat dengan

    campuran jenis.

    Menjadi mudah

    terbakar selama

    sangat kering

    Beremisi dan

    kematian pohon

    Sumber: Dymond, at al  (2004)

    Hasil penelitian Luis et al  (2004)untuk melihat karkteristik bahan bakar

    dan perilaku api di padang semakMediterranean membuktikan bahwamuatan bahan bakar yang lebih sedikit(9.24 ton/ha dibanding 18.96 ton/ha)tetapi dengan kondisi kandungan airnya

    yang lebih rendah (52% dibanding 60%)ternyata menyebabkan kecepatan

     penyebaran apinya lebih tinggi (1.74m/min dibanding 0.66 m/min), dan

    intensitas kebakarannyapun demikian juga(1438 kW/m dibanding 1037 kW/m). Halsenada juga pernah diungkapkan dalam penelitian Prastiana (2004) dalamSyaufina (2008).

    Dengan adanya pembuktian yangdilakukan oleh Luis et al (2004) tentang peran kandungan air pada bahan bakardalam mempengaruhi intensitas api, makakiranya perlu dilakukan penelitian- penelitian lanjutan sejenis gunamerumuskan keteraturannya sehingga

     boleh jadi dapat dijadikan sebagai bahan

     pertimbangan untuk memasukan faktorkadar air dalam menghitung intensitas api,

    yang mana dalam model/persamaansebelumnya seperti Intensitas Byram(Syaufina 2008), yaitu I = 0.007 HWR, belum mempertimbangkan faktor kadarair.

    Pengaruh bahan bakar dalam hutan

    terhadap perilaku api

    Tipe bahan bakar hutan dapatdibedakan berdasarkan penutupan tajukdan muatan bahan bakar permukaan.Hutan sekunder dan hutan tanamanmempunyai tipe bahan bakar yang hampirsama, seperti adanya tajuk yang terbukaatau penutupannya kurang dari 70%, dan pada keduanya juga terdapat semak belukar yang berpotensi terbakar selamakondisi kering (Goldammer and Siebert1990 dalam Dymon 2004). Tipe bahan bakar hutan terbuka menempati porsi

    yang significan sebagai penyebab terjadi

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    6/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    29

    kebakaran di wilayah Indonesia danMalaysia sepanjang tahun 1990 an.Terbukanya tajuk akibat tebang pilih,adanya pertumbuhan skunder atau ruangsemai mempengaruhi banyak faktor yang

    dapat memicu kemudahan terjadinyaterbakarnya suatu area. Beberapa faktorumum yang tersebut diantaranya: peningkatan temperature, rendahnyakelembaban dan tingginya radiasi pada

     permukaan bahan bakar (Marjenah danToma 1999 dalam Dymond 2004).

    Hasil penelitian Sah et al   (2006)yang digambarkan dalam bentuk diagramhubungan tipe bahan bakar dengan regimkebakaran di hutan Florida Keys Pine

    (lihat Gambar 2) menunjukan bahwakonsumsi bahan bakar sangat dipengaruhioleh bahan bakar yang tersediadipermukaan dan juga oleh intensitas api,yang diindikasikan dari char height  (tinggi pengarangan). Bahan bakar dari jenis palm berpengaruh terhadap

    konsumsi bahan bakar secara tidaklangsung, tetapi pengaruh langsungnya justru terhadap besarnya intensitas api(yang diindikasikan dengan char height ).Pengaruh positif yang signifikan dari

     bahan bakar jenis palm terhadap charheight   diduga terkait dengan perannyasebagai bahan bakar vertical. Walaupundemikian menurut Sah et al (2006)ternyata kondisi tersebut tidak berlaku

    untuk jenis bahan bakar dari belukar berkayu keras (hard wood shrub fuel ),

    yang terbukti berkorelasi negative ataumenyebabkan terjadinya penurunan charheight   dan konsumsi bahan bakar dengansemakin meningkatnya biomasa belukar

     berkayu keras. Belukar semacam iniapabila mendominasi tanaman bawahsuatu hutan akan meningkatkan terhadapkelembaban lingkungan hutan yangtentunya akan lebih resisten terhadapterjadinya kebakaran dibandingkandengan herba lainnya.

    Tabel 2.Karakteristik bahan bakar dan perilaku api pada padang semak Mediteranean

    Karakter Petak 1 Petak 2 Petak 3

    Jenis dominan (%)

    Ulex parvoflorus 54.2 (a) 76.2 (a) 60.8 (a)

    Cistus albidus 2.2 (b) 15.3(a) 26.5(a) Rosmarinus officinalis 43.5(a) 5.6(b) 9.1(b)

    Muatan BB (ton/ha)

    1-h 9.24 18.17 18.96

    Semak belukar hidup 1.87 4.15 3.07

    Kayu-kayuan hidup 12.28 15.99 20.08

    Total muatan 23.39 38.31 42.11

    Kadar Air (%)

    1-h 52 60 60

    Semak belukar hidup 103 126 133

    Kayu-kayuan hidup 98 162 174

    Laju Penjalaran (m/min) 1.74 0.66 0.66

    Intensitas Kebakaran (kW/m) 1438 1037 970

    Sumber: Luis (2004) dengan modifikasi 

    Secara umum, hutan alam atau primer mampunyai resiko terbakar yanglebih kecil menurut Badawi et al   (1998)dan Richard White (Dymond, et al  2004),yang diduga disebabkan oleh tingginya

    kelembaban, rendahnya kecepatan anginserta rendahnya tingkat radiasi pemanasandibawah tutupan tajuk. Namun, menurutDymond, et al   (2004) yang mengacu pendapat Mori et al   (1999) menyatakan

     bahwa tidak menutup kemungkinanterjadi kebakaran pada hutan alam atau

     primer manakala terjadi kondisi yang

    sangat kering yang menyebabkan daun-daun menguning/mengering sehinggadapat manjadi sangat potensial untukterbakar, dan dalam hal ini sangatmungkin akan terjadi kehilangan

     biodiversitas akibat kematian pohon baikyang disebabkan oleh stress kelembabanmaupun intesitas api.

    Hasil review Schroeder &Thomasson (2009) tentang kebakaran di

    Sandy Lake di sepanjang Jalur transmisi Northwest Territories mencatat bahwa

     pada lokasi tersebut terdapat beberapa tipe

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    7/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    30

     bahan bakar berdasarkan model theCanadian Fire Behavior prediction system(FCFDG 1992) , seperti pinus muda (C4), pinus dewasa (C3), dan spruce (C2),tegakan campuran conifer/aspen (M2),

    dan terdapat tanaman dari kelompoksemak-semak dengan lebar 20 - 24 meteryang terdapat pada sepanjang kanan jalan.Perilaku api yang terjadi saat kebakarandapat dilihat pada Table 3.

    Secara umum dapat digambarkan bahwa pada area dengan vegetasi tipe C2,

    C4 terjadi kebakaran dengan intensitasapinya mencapai 10.000  –  40.000 kW/m.Kebakaran terkonsentrasi pada tajuk danseluruh tajuk habis terkonsumsi api.

    Sementara pada tipe bahan bakar C3 dan

    M2, intensitas api yang terbentuk hampersama dengan tipe bahan bakarsebelumnya, namun kebakaran padatajuknya bersifat intermitten, sehinggakonsumsi bahan bakarnyapun tidak 100

     persen. Kebakaran yang terjadi pada jalursemak, mampu menghasilkan api denganintensitas yang lebih tinggi, diatas 40.000kW/m dan menghabiskan seluruh vegetasiyang ada pada jalur tersebut dengan

    model kebakaran permukaan. Namundemikian manajemen kebakaran yang

    terjadi pada jalur semak mungkinmengurangi penyebaran panas padamenara, walaupun tetap belum dapatmenghentikan api.

    Gambar 2. Diagram Hubungan Tipe Bahan Bakar, Intensitas Api dan Konsumsi

    Bahan bakar (Sah et al 2006)

    Tabel 3. Hubungan tipe bahan bakar dan perilaku api di Sandy Lake

    Tipe Bahan bakar KondisiIntensitas

    Kebakaran

    (kW/m)

    Jenis

    Kebakaran

    Konsumsi

    vegetasi

    Tinggi api(Scorch

    height m)

    C4 (juvenile pine)Continuous

    crown10.000 -40.000 Tajuk 100%

    C2 (spruce)Continuous

    crown10.000 -40.000 Tajuk 100%

    C3 (mature pine)Intermitten

    crown10.000 -40.000 Tajuk sebagian

    M2 (mix)Intermittencrown

    10.000 -40.000Tajuk, permukaan

    < 50% 1-2 pd aspen

    Shurb (willow, bog birch,

    wild rose and potentilla,

    cured and green grass,feather moss and herbaceous

     plans)

    > 40.000 permukaan 100%

    Sumber : Schroeder & Thomasson (2009) dengan modifikasi  

    +0.274

    SurfaceFuel

    Season

    Hardwoodshrub fuel

    Charhei ht

    Surface Fuelconsumption

    +0.257

    +0.189

    +0.265

    +0.324

    +0.182

    -0.271 -0.287

    +0.493

    +0.050

    +0.107

  • 8/20/2019 Kharaktetistik BB Dan Perilaku

    8/8

    Kharakteristik Bahan Bakar dan Perilaku Api ………………………………………………………………... 

    Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 6. No. 1. Juni 2006

    31

    MANFAAT INFORMASI TIPE

    BAHAN BAKAR DALAM

    MANAJEMEN KEBAKARAN

    Berdasarkan informasi hubungan

    tipe bahan bakar dengan perilaku apisebagaimana tersebut diatas, makaterdapat beberapa hal yang dapatdiusulkan dalam rangka melakukanmanajemen pengendalian kebakaran,

    diantaranya :

    1.  Pencampuran jenis tanaman yang berpotensi terbakar kecil pada hutanatau lahan pertanian dan padangrumput, baik secara jalur atau campur

    lengkap, dapat dijadikan alternativesebagai upaya pencegahan terjadinya

    kebakaran yang besar baik dalamintensitas maupun kecepatan penyebarannya.

    2.  Aktivitas penjarangan dan atau pembuatan sekat bakar dapatmengurangi terjadinya kontinuitas

     bahan bakar sehingga pemindahan panas dari bahan bakar satu kebahan bakar didekatnya akan akan

    terhambat. Dengan demikian, upayaini dapat menjadi alternative untukdapat menurunkan kecepatan penjalaran api.

    3.  Kondisi kadar air/kelembaban bahan bakar menjadi faktor penting dalam penyususnan model pendugaan

     perilaku api, dan pentingdipertimbangkan dalam pengendaliankebakaran hutan dan lahan. Padakeadaan normal, api menyala perlahan pada malam hari karena kelembabanudara diserap oleh bahan bakar. Udarayang lebih kering pada siang haridapat menyebabkan kebakaran yangcepat. Oleh sebab itu, secara teknis pada malam hari akan lebih mudahmengendalikan kebakaran hutan/lahandaripada siang hari. Namun demikiantidak lantas berarti, bahwa pengendalian kebakaran secara seriustidak dilakukan pada siang hari.

    4.  Pemodelan bahan bakar pada suatuwilayah dapat menjadi dasar danacuan dalam memprediksi perilaku apiyang diperkirakan muncul, sekaligus

    memperkirakan kebutuhan alat dantenaga serta manajemen waktu dalam pengendaliaannya.

    KESIMPULAN

    1.  Perilaku api dan ketersediaan bahan bakar pada suatu area merupakaninformasi penting yang perludisediakan untuk menunjang sistem pengendalian kebakaran hutan danlahan

    2. 

    Berbagai modifikasi kondisi bahan bakar di lapangan dapat dilakukan

    untuk menghambat terjadinya penjalaran api

    3.  Kadar air dalam bahan bakar dapatdipertimbangkan dalam penyususnanrumus pendugaan intensitas kebakaran

    DAFTAR PUSTAKA

    Andrews, P.L., CD Bevins and RC Seli.2008. BehavePlus Fire Modeling

    System Version 4.0. User’s Guide.Departement of Agriculture Forest

    Service-Rocky Mountain ResearchStation. General Technical Report

    RMRS-GTR-106WWW RevisesJuly, 2008.

    Dymond, Caren C., O Roswintiarti andM. Brady. 2004. Characterizing

    and Mapping Fuels for Malaysiaand Western Indonesia.International Journal of Wildland

    Fire: 13, 232-334. CSIROPublishing

    Forestry Canada Fire Danger Group.1992. Appendix B: Wildfire behavior associated with forestfuel types and fuel typedescriptions.

    Groot, W.J., Wardati and Y. Wang. 2005.Calibrating the Fine Fuel Moisture

    Code for Grass Ignition Potentialin Sumatra, Indonesia.