khalifah fil ardh dalam implementasi kehidupan sosial ... · pdf fileesensi ajaran islam...

21
ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Latihan Kader II HMI Cabang Garut Tahun 2017 Disusun oleh: MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN 081223956738 / [email protected] HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG BANDUNG 1438 H / 2017 M

Upload: duongquynh

Post on 03-Mar-2018

273 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG

KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI

KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT

Makalah

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti

Latihan Kader II HMI Cabang Garut Tahun 2017

Disusun oleh:

MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN

081223956738 / [email protected]

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

CABANG BANDUNG

1438 H / 2017 M

Page 2: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada Penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Makalah yang merupakan salah satu syarat menikuti

Latihan Kader II HmI Cabang Garut Tahun 2017. Adapun tema dari Makalah yaitu

“ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM

IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT”. Makalah LK-

II ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT

2. Rakanda Beni Eka Putra, S.H.

3. Rakanda M. Sigit Ismail, S.H.

4. Rakanda Firman Nurhakim

5. Rakanda Dendinar Badrusalam

6. Keluarga Besar HmI

Komisariat Hukum Unpas

7. Agitha Yolanda Agustine

8. Keluarga Saya di Garut

yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah LK II ini. Terlepas dari semua

itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka

Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat

memperbaiki makalah LK-II ini. Akhir kata Penulis berharap semoga makalah LK-

II tentang “ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH

DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT” dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 1 September 2017

Penulis

Page 3: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4

A. Esensi Penciptaan Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardh ............. 4

B. Kehidupan Manusia Sebagai Khalifah ....................................... 7

C. Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardh Dalam Implementasi

Kehidupan Sosial Bermasyarakat .............................................. 11

BAB III PENUTUP ............................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................... 16

B. Saran ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... iii

A. Buku-buku ................................................................................. iii

Page 4: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya.

Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna

sebagaimana tersirat dalam surat At-Tiin. Meskipun demikian, manusia

berpotensi atau berpeluang untuk menjadi makhluk paling mulia atau paling

hina. Hanya orang yang beriman dan beramal saleh yang akan menjadi makhluk

mulia di sisi Allah SWT.

Potensi inilah yang menjadikan manusia sangat disayang oleh Sang

PenciptaNya. Di antara bukti kasih sayangNya adalah penciptaan alam semesta

ini. Alam sengaja diciptakan olehNya dengan penuh keseimbangan dan

keteraturan, bukan tercipta secara kebetulan. Penciptaan alam ini terkait dengan

kepentingan manusia sebagai khalifah fil ardh (pemakmur di muka bumi ini),

karenanya alam diciptakan dalam pola-pola tertentu yang teratur agar manusia

dapat dengan mudah memahami alam dan memanfaatkannya.

Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki sifat fitrah

(kesucian) dan hanif (cenderungan kepada kebenaran). Hal ini ditegaskan

dengan ikrar kesaksian pada ketauhidan sebagaiman tercantum dalam Alquran

surat Al-Araf ayat 172. Manusia ketika masih di alam arwah telah berjanji akan

senantiasa beriman kepada Allah SWT. Namun Allah SWT tidak membiarkan

manusia berkata seperti itu begitu saja. Allah SWT akan menguji kebenaran

janji mereka. Ujian keimanan itu adalah menjadi makhluk penghuni bumi.

Lantas Allah SWT juga membekali manusia dengan hati, akal, dan nafsu untuk

menjalankan misi khalifah tersebut. Sisi keunggulan inilah yang menempatkan

manusia layak menerima amanat “khalifah Allah SWT di muka bumi ini”.1

Kesadaran akan eksistensi diri sebagai langkah awal dalam melakukan

kerja kemanusiaan memuat dimensi penting yaitu dimensi Ilahiyah. Dimensi

1 Budhy Rahman Munawar, Membaca Nurcholish Majid, Islam dan Pluralisme, Democary

Project, Jakarta, 2011, hlm. 17.

Page 5: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

2

inilah yang mendatangkan pencerahan dalam gerak langkah setiap individu,

karena hal itu sekaligus berperan sebagai sumber energi yang memotivisir dan

menggerakkan langkah. 2 Maka tiada gerak dan kerja yang tidak memiliki

dimensi Ilahiyah tersebut, karena tanpa itu hanya merupakan sesuatu perjalanan

tanpa tujuan, sehingga bagi HmI, semua kerja-kerja di muka bumi merupakan

suatu rangkaian ibadah kepada Allah SWT yang senantiasa hanya semata-mata

mengharap ridaNya. Sekaligus merupakan satu simbol dari penghambaan diri

dan pengakuan terhadap ke Maha Kuasaan Allah SWT. Oleh karena itu, kata

terakhir dari rumusan tujuan HmI adalah “Terbinanya insan akademis, pencipta,

pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya

masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT ”.3 Dengan kecenderungan

yang terjadi pada saat ini, maka penguatan dimensi Ilahiyah menjadi sesuatu

yang mutlak. Bukan saja terhadap diri individu, tetapi juga dalam menghadapi

tantangan mondial. Kemajemukan masyarakat menimbulkan adanya variasi

unsur (yang sering disebut primordialisme), sehingga untuk terciptanya suatu

harmoni dalam kemajemukan itu dituntut adanya satu simbol besama berupa

consensus. Untuk itu, maka penguatan terhadap jati diri individu berdasar basis

unsur kemasyarakatan (bukan primordalisme) seperti terhadap agamanya justru

diperlukan bagi penegasan itu, maka suatu harmoni dapat dieleminir dengan

munculnya identitas dan prioritas masalah yang dihadapi.4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud

membahasnya dalam bentuk makalah yang diberi judul “ESENSI AJARAN

ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI

KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana esensi penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardh?

2. Bagaimana kehidupan manusia sebagai khalifah?

2 Nurchlish Majid, Islam Doktrin dan Peradaban, Pramadina, Jakarta, hlm. 28. 3 Buku Saku LK I Komisariat Hukum Unpas, Komisariat Hukum Unpas, Bandung, 2015,

hlm. 5. 4 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta, hlm. 36.

Page 6: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

3

3. Bagaimana manusia sebagai khalifah fil ardh dalam implementasi

kehidupan sosial bermasyarakat?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui esensi penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardh.

2. Untuk mengetahui kehidupan manusia sebagai khalifah.

3. Untuk mengetahui manusia sebagai khalifah fil ardh dalam implementasi

kehidupan sosial bermasyarakat.

Page 7: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Esensi Penciptaan Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardh

Satu hal yang mesti dilakukan sebelum kita membicarakan hal-hal lain

dari manusia adalah sebuah pertanyaan filosofis yang senantiasa hadir pada

setiap manusia itu sendiri, yakni apa sesungguhnya manusia itu? Dari segi aspek

apakah manusia itu mulia atau terhina? Dan apa tolok ukurnya? Tentu manusia

bukanlah makhluk unik dan sulit untuk dipahami bila yang ingin dibicarakan

berkenaan dengan aspek basyariah (fisiologis)nya. Karena cukup dengan

menpelajari anatomi tubuhnya kita dapat mengetahui bentuk atau struktur

terdalamnya. Tetapi manusia selain merupakan makhluk basyariah (dimensi

fisiologis) dan Annaas (dimensi sosiologis), ia juga memiliki aspek insan

(dimensi psikologis) sebuah dimensi lain dari diri manusia yang paling sublim

serta memiliki kecenderungan yang paling kompleks. Dimensi yang disebut

terakhir ini bersifat spritual dan intelektual dan tidak bersifat material

sebagaimana merupakan kecenderungan aspek basyarnya.5

Dari aspek inilah nilai dan derajat manusia ditentukan dengan kata lain

manusia dinilai dan dipandang mulia atau hina tidak berdasarkan aspek basyar

(fisiologis). Sebagai contoh cacat fisik tidaklah dapat dijadikan tolok ukur

apakah manusia itu hina dan tidak mulia tetapi dari aspek insanlah seperti

pengetahuan, moral dan mentallah manusia dinilai dan dipahami sebagai

makhluk mulia atau hina. Dalam beberapa kebudayaan dan agama manusia

dipandang sebagai makhluk mulia dengan tolok ukurnya bahwa manusia

merupakan pusat tata surya. Pandangan ini didasarkan pada pandangan

Plotimius bahwa bumi merupakan pusat seluruh tata surya. Seluruh benda-

benda langit ‘berhikmat’ bergerak mengitari bumi. Mengapa demikian? Karena

di situ makhluk mulia bernama manusia bercokol. 6 Jadi pandangan ini

5 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 69. 6 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta, hlm. 67.

Page 8: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

5

menjadikan kitaran benda-benda langit mengelilingi bumi sebagai tolok ukur

kemulian manusia. Namun seiring dengan kemajuan sains pandangan ini

kemudian ditinggalkan dengan tidak menyisakan nilai mulia pada manusia.

Para ahli astronomi justru membuktikan hal sebaliknya bahwa bumi bukanlah

pusat tata surya tetapi matahari.

Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk mulia bahkan dianggap

tak ada bedanya dengan binatang adapun geraknya tak ada bedanya dengan

mesin yang bergerak secara mekanistis. Bahkan lebih dari itu dianggap tak ada

bedanya dengan materi, ada pun jiwa bagaikan energi yang di keluarkan oleh

batu bara.7 Karena itu wajar bila manusia dan nilai-nilai kemanusiaan tak lagi

dihargai. Maka datanglah kaum humanisme berupaya mengangkat harkat

manusia, dengan memandang bahwa kekuatan, kekuasaan, kekayaan,

pengetahuan ilmiah dan kebebasan merupakan hal esensial yang membedakan

manusia dengan selainnya.

Tetapi bila itu tolok ukurnya, lantas haruskah orang seperti Fira’un atau

Jengis Khan yang dapat melakukan apa saja terhadap bangsa-bangsa yang

dijajahnya dipandang mulia? Jika berilmu pengetahuan merupakan tolok

ukurnya. Lantas, apakah dengan demikian orang-orang seperti Einstein yang

paling berilmu tinggi abad ke-20 atau para sarjana-sarjana itu lebih mulia dari

seorang Paus Yohanes Paulus II, Bunda Teresia atau Mahadma Ghandi bagi

ummatnya masing-masing? Sungguh semua itu termasuk ilmu pengetahuan

sepanjang peradaban kemanusiaan. Manusia tidak mampu mengubah dan

memperbaiki watak jahat manusia untuk kemudian mengangkatnya menjadi

mulia. Lantas, apa sesunguhnya tolak ukur kemanusian itu? Sungguh dari

seluruh bentuk-bentuk konsepsi tentang manusia yang ada di muka bumi tak

satu pun yang dapat menandingi paradigma (tolok ukur)nya serta tidak ada yang

lebih representatif dalam memupuk psikologisnya kearah yang lebih mulia dari

apa yang ditawarkan Islam.

7 Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 82.

Page 9: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

6

Dalam konsepsi Islam Tuhan (Allah) dipandang sebagai sumber segala

kesempurnaan dan kemulian. Tempat bergantung (tolak ukur) segala sesuatu.

Karena itu pula sebagaimana diketahui dalam konsepsi Islam, manusia ideal

(insan kamil) dipandang merupakan manifestasi Tuhan termulia di muka bumi

dan karenanya ditugaskan sebagai wakil Tuhan yang dikenal sebagai

khalifah/nabi atau rasul sebagaimana tercantum dalam Alquran surat Al-

Baqarah ayat 30. Karena itu, ciri-ciri kemulian Tuhan tergambar/

termanifestasikan pada dirinya yang terdapat dalam Alquran surat Al-Ahzab

ayat 21. Kemudian sebagai contoh nyata yang terbaik (uswatun hasanah) dari

“gambaran/cerminan” Tuhan di muka bumi sebagaimana dijelaskan dalam

Alquran surat Alqalam ayat 4. Dengan kata lain bahwa karena Nabi merupakan

representasi (contoh) Tuhan di muka bumi bagi manusia dengan demikian

nabi/rasul/khalifah sekaligus merupakan representasi yakni insan kamil

(manusia sempurna) dari seluruh kualitas kemanusiaan manusia. Tetapi

walaupun manusia dipandang sedemikian rupa dengan nabi sebagai contohnya,

pada saat yang sama, dalam konsepsi Islam manusia dapat saja jatuh wujud

kemulian menjadi sama bahkan lebih rendah dari binatang.8

Dengan demikian keidentikan kepadanya (khalifah/nabi/rasul)

merupakan tolok ukur kemulian kemanusiaan manusia dan sebaliknya

berkontradiksi dengannya merupakan ukuran kebejatan dan dianggap sebagai

syaitan sebagaimana tercantum dalam Alquran surat Al-An’am ayat 112.

8 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta, hlm. 73.

Page 10: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

7

B. Kehidupan Manusia Sebagai Khalifah

Manusia sebagai mahluk yang mulia, menempati posisi yang istimewa

yang diberikan Allah di muka bumi ini. Keistimewaan manusia ini terlihat dari

fungsi yang diberikan Allah kepadanya yakni sebagai Khalifah Allah di bumi.

FirmanNya dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 309:

Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat

“sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang Khalifah di muka bumi

…. (Qs. Al-Baqarah [2]:30).

Dari ayat tersebut terlihat bahwa manusia diberi kekuasaan untuk

mengolah dan memakmurkan alam ini dalam rangka beribadah kepada Allah

SWT, sehingga akan membedakannya dengan mahluk lain dalam kedudukan

dan tanggung jawab. Konsekuensi dari kedudukan dan tanggung jawab tersebut,

manusia akan diminta pertanggungangjawaban atas segala amal yang

dilakukannya dimuka bumi ini sebagai Khalifah Fil Ardh.

Makna kata Khalifah artinya “pengganti”. Ar-Ragib al-Asfahani, dalam

Mu’jam Mufradat fi Gharibil Quran, menjelaskan bahwa menggantikan yang

lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama

yang digantikannya maupun sesudahnya. Lebih lanjut, Al-Asfahani

menyebutkan bahwa kekhalifahan tersebut dapat terlaksana akibat ketiadaan di

tempat, kematian atau ketidakmampuan orang yang digantikan, dan dapat juga

akibat penghormatan yang diberikan kepada orang yang menggantikan”.10

9 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, Syaamil Alquran, PT. Sygma

Exmedia Arkaleema, Bandung, 2007. 10 Achmad Maulana, Kamus Ilmiah Populer, Abosulte, Yogyakarta, 2010, hlm. 17.

Page 11: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

8

Menurut Ahmad Hasan Firhat, seperti dikutip Samsul Nizar

menyebutkan bahwa kedudukan kekhalifahan manusia dapat dibedakan dalam

dua bentuk, yaitu khalifah kauniyat dan khalifah syariat. Khalifah kuaniyat

mencakup wewenang manusi secara umum yang telah dianugerahkan Allah

SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam semesta beserta isinya bagi

kelangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi. Pemberian wewenang

Allah kepada manusia dalam konteks ini, meliputi pemakmuran yang bersifat

umum tanpa dibatasi oleh agama atau keyakinan apa yang dia akui. Artinya,

label kekahalifahan yang dimaksud diberikan kepada semua manusia sebagai

penguasa alam semesta.11

Bila dimensi ini dijadikan standar dalam melihat predikat manusia

sebagai Khalifah Fil Ardh, maka akan berdampak negatif bagi kelangsungan

kehidupan manusia dalam alam semesta. Manusia dengan kekuatannya akan

mempergunakan alam semesta sebagai konsekuensi kekhailifahannya tanpa

kontrol dan melakukan penyimpangan-penyimpangan dari nilai ilahiyah.

Akibatnya, keberadaannya di muka bumi bukan lagi sebagai pembawa

kemakmuran, namun cenderung berbuat mafsadah dan merugikan mahluk

Allah lainnya. Ketiadaan nilai kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat

tatkala Allah mengutakarakan keinginanNya mahluk yang bernama manusia.

Khalifah syari’at meliputi wewenang Allah yang diberikan kepada

manusia untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melaksanakan

tugas dan tanggung jawab ini, predikat khalifah, secara khusus ditujukan kepada

orang-orang mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar dengan keimanan yang

dimilikinya, mampu menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur mekanisme

alam semesta, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang telah digariskan Allah

SWT lewat ajaranNya. Dengan prinsip ini manusia, akan senantiasa berbuat

kebaikan dan memanfaatkan alam semesta demi kemaslahatan umat manusia.12

11 Hamid Mowlana, Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Politik, Shdra

Press, 2010, hlm 34. 12 Budhy Rahman Munawar, Membaca Nurcholish Majid, Islam dan Pluralisme,

Democary Project, Jakarta, 2011, hlm. 39.

Page 12: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

9

Bila dimensi ini dikembangkan dalam kajian pendidikan Islam, maka

dalam proses mempersiapkan generasi penerus estafet kekhalifahan yang sesuai

dengan nilai-nilai Ilahiyah, pendidikan yang ditawarkan harus mampu

memberikan dan membentuk pribadi peserta didiknya dengan acuan nilai-nilai

Ilahiyah. Dengan penanaman ini, akan menjadi panduan baginya dalam

melaksanakan amanat Allah SWT di muka bumi. Kekosongan akan nilai-nilai

religius, akan mengakibatkan manusia bebas kendali dan berbuat

sekehendaknya. Sikap yang demikian akan berimplikasi timbulnya nilai-nilai

egoistis yang bermuara kepada timbulnya sikap angkuh dan sombong pada diri

manusia. Sikap ini akan berbias kepada tumbuhnya sikap memandang rendah

orang lain. Manusia di luar dirinya adalah alat yang bisa dikorbankan untuk

mencapai tujuan yang diinginkannya. Jika ini terjadi, pada waktu yang sama,

nilai-nilai sakral kemanusiaan manusia telah tercampak dan sekaligus

menumbuhkan cikal bakal mafsadah di muka bumi ini.13 Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(dengan sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Lukman [31]:18).

Berpijak pada penjelasan dan ayat di atas, dipahami bahwa untuk

menciptakan tatanan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah, tugas

dan fungsi manusia sebagai khalifah tidaklah bisa diartikan secara umum, akan

tetapi dapat dilihat dalam konteks khalifah syar’iyyah. Sebab, hanya dengan

13 Nizar Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Gaya Media

Pratama, Jakarta, 2001, hlm. 21.

Page 13: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

10

predikat inilah manusia dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai

dengan amanat Allah yang diberikan kepadanya.14

Uraian di atas, secara implisit memberikan gambaran bahwa dalam

melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia dihadapkan pada beberapa

konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan15, yaitu:

1. Senantiasa taat, tunduk dan patuh, serta berpegang teguh pada ajaran-

ajaranNya.

2. Mempersiapkan diri dengan seperangkat ilmu pengetahuan yang

menopang terlaksananya tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Fil Ardh

secara optimal. Ilmu yang dimaksud, meliputi ilmu agama sebagai

indikator dalam bertindak, maupun ilmu-ilmu kealaman lainnya dalam

upaya menerjemahkan ayat-ayat Allah (baik quraniyah maupun

kauniyah) bagi terwujudnya kemaslahatan umat manusia.

3. Bertanggung jawab terhadap amanat yang diberikan Allah SWT

kepadanya, dengan cara memelihara serta memanfaatkan alam semesta

beserta isinya bagi kepentingan dan kesejahteraan umat manusia,

sekaligus sebagai sarana ibadah kepada Khaliqnya, sesuai dengan

kemampuan mereka masing-masing.

4. Dengan diserahkannya predikat khalifah syar’iyyah kepada manusia,

maka akan terpeliharalah amanat yang diberikan Allah kepadanya

dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian nilai-nilai kemanusiaan

manusia pada derajat yang tinggi akan terjaga dengan baik sesuai

dengan potensi yang dimilikinya.

14 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 74. 15 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 76.

Page 14: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

11

C. Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardh Dalam Implementasi Kehidupan Sosial

Bermasyarakat

Salah satu sifat khas manusia sebagai makhluk dan karenanya ia berbeda

dengan binatang adalah bahwa ia merupakan makhluk yang diciptakan selain

sebagai makluk berjiwa individual, bermasyarakat merupakan kecenderungan

alamiah dari jiwanya yang paling sublim. Kedua aspek ini mesti dipahami dan

di letakkan pada porsinya masing-masing secara terkait. Sebab yang

pertama melahirkan perbedaan dan yang kedua melahirkan kesatuan. Karena

itu mencabut salah satunya dari manusia itu berarti membunuh

kemanusiaananya. Dengan kata lain bahwa perbedaan-perbedaan (bukan

pembedaan-pembedaan) yang terjadi di antara setiap individu-individu (sebagai

identitas dari jiwa individual) merupakan prinsip kemestian bagi terbentuknya

masyarakat dan dinamikanya. Sebab bila sebuah masyarakat, individu-individu

haruslah memiliki kesamaan, maka ini berarti dinamisasi, dalam arti, saling

membutuhkan pastilah tak terjadi dan karenanya makna masyarakat menjadi

kehilangan konsep. Di sisi lain dengan adanya perbedaan-perbedaan di antara

para individu meniscayakan adanya saling membutuhkan, memberi dan kenal-

mengenal dan karena itu konsep kemanusiaan memiliki makna.

Sejarah umat manusia menunjukkan mata rantai yang panjang di mana

berbagai kejadian selalu muncul. Jika kemudian selalu lahir orang-orang besar,

orang-orang yang mampu menangkap kehendak sejarah dan berperan besar di

dalamnya, maka hal itu tak terlepas dari sejarah itu sendiri. Sang pemimpin

selalu muncul, dia ada di depan untuk mengarahkan masyarakat akan harapan

hari depan. Dia mampu menangkap sesuatu yang menjadi keresahan

masyarakat dan sekaligus memberikan harapan akan hari depan.

Sejarah munculnya Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan

pelopor orang-orang Arab (dan kemudian dunia) yang kemudian dikenal

sebagai orang besar dalam sejarah dunia. Beliau memberikan jawaban dan

mengarahkan masyarakat bergerak untuk menjawab berbagai macam

kontradiksi yang ada, yang oleh banyak orang dikenal sebagai zaman

Page 15: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

12

jahiliyah.16 Sejarah tersebut dapat dijadikan motivasi dan renungan bagi kita

sebagai umat Islam untuk menyongsong masa depan.

Dalam untaian khazanah perkembangan ilmu pengetahuan dunia Islam,

berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat dan individu yang ada

di dalamnya, telah mendapatkan perhatian yang besar. Hal tersebut dapat dilihat

di dalam beberapa karya besar ilmuwan muslim yang berbicara tentang

masyarakat, negara, politik, pemerintahan, dan lain sebagainya. Sayangnya,

ketika disiplin yang berkaitan dengan hal tersebut berkembang dan mewujud

dalam disiplin sosiologi serta menjadi semakin krusial keberadaannya dalam

ranah praktis, para ilmuwan muslim kontemporer justru sedikit sekali yang

dapat memberikan kontribusi signifikan yang mewarnai sosiologi

kontemporer.17

Pusat kemanusiaan adalah masing-masing pribadi manusia dan

kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tiada sesuatupun yang

berharga selain kemerdekaan itu.18 Di sisi lain, kehidupan manusia secara fitri

bersifat kemasyarakatan yang hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu

dengan dunia sekitarnya. Kebutuhan, keuntungan, kepuasan, karya dan kegiatan

manusia tidak mungkin terpenuhi dengan baik tanpa berada di tengah

sesamanya dalam suatu perangkat tradisi dan sistem tertentu.

Masyarakat merupakan senyawa sejati, sebagaimana senyawa ilmiah,

yang bersintesis dalam kebudayaan, bukan kefisikan. Kemudian yang disintesis

adalah jiwa, pikiran dan hasrat manusia yang memasuki kehidupan

bermasyarakat. Dengan karunia-karunia yang diperoleh dari alam dan

kemampuan-kemampuan bawaan mereka, secara kejiwaan melebur untuk

mendapatkan suatu identitas baru, yaitu jiwa kemasyarakatan. Sintesis ini

bersifat alamiah, unik dan khas. Unsur-unsur individu dan masyarakat saling

16 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 103. 17 Hamid Mowlana, Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Politik, Shdra

Press, 2010, hlm 47. 18 Hamid Mowlana, Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Politik, Shdra

Press, 2010, hlm 48.

Page 16: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

13

memengaruhi dan diubah oleh pengaruh timbal balik untuk mendapakan suatu

kepribadian baru.19

Namun, suatu bentuk dan identitas baru ini tidak mengubah kejamakan

perseorangan menjadi suatu ketunggalan. Sintesis tidak menjadikan manusia

tunggal, suatu entitas kefisikan yang di dalamnya seluruh inividu terlebur secara

fisikal. Masyarakat yang diartikan sebagai suatu entitas tunggal kefisikan

hanyalah sebuah abstraksi rekaan. Individu yang merupakan salah satu unsur

pembentuk masyarakat selain alam dan sistem sebagai ikatan kemanusiaan tetap

merdeka dalam berfikir dan berkehendak secara perseorangan. Keberadaan

individu mendahului masyarakatnya.

Pertanggungjawaban individual terjadi ketika sebuah perbuatan

memiliki dua dimensi, pelaku (sebab-aktif) dan sasaran yang disiapkan oleh

pelaku (sebab-akhir). 20 Apabila dalam perbuatan tersebut terdapat dimensi

ketiga, berupa saran dan peluang yang diberikan untuk terjadinya tindakan

tersebut menjadi tindakan kolektif. Masyarakat adalah pihak yang memberikan

landasan bagi tindakan kolektif dan membentuk sebab material. Untuk itu, ia

menjadi catatan amal suatu bangsa di hari akhir.

Tidak ada manusia yang memiliki hak secara intrinsik untuk mengatur

orang lain, bahkan jika ia mengeluarkan ketetapan-ketetapan yang benar dan

adil, karena semua orang, sebagaimana makhluk-makhluk lain, adalah

diciptakan dan merupakan kepunyaan Allah Yang Maha kuasa, dan tak seorang

pun yang boleh turut campur dengan kepunyaan orang lain tanpa izin

pemiliknya. Seorang manusia tidak memiliki hak, bahkan untuk menggunakan

anggota tubuhnya sendiri dengan cara yang bertentangan dengan kehendak

Tuhan, dan sebagai konsekuensinya, ia tidak bisa membiarkan orang lain

melakukannya juga. Karenanya, satu-satunya yang memiliki hak mutlak untuk

memerintah dan menolak siapapun dan apapun hanyalahTuhan Yang Maha

19 Hamid Mowlana, Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Politik, Shdra

Press, 2010, hlm 49. 20 Hamid Mowlana, Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Politik, Shdra

Press, 2010, hlm 50.

Page 17: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

14

Esa. Semua otoritas dan wilayah harus berasal dari Dia atau paling tidak sesuai

dengan hukum-hukumNya.

Islam tidak hanya menekankan pentingnya kehidupan sosial, bahkan

menganggap perhatian pada permasalahan sosial dan perjuangan bagi

kepentingan semua umat manusia sebagai suatu kewajiban. Tidak peduli pada

permasalahan semacam itu, dalam Islam dianggap sebagai dosa besar.

Agar tercipta keteraturan sosial, diperlukan suatu hukum dalam

kehidupan sosial, karena tak ada masyarakat yang bisa bertahan hidup tanpa

adanya peraturan dan ketentuan sosial. Tujuan hukum bukan hanya untuk

menciptakan peraturan dan disiplin sosial, namun lebih dari itu adalah untuk

menjaga keadilan sosial.

Dalam perpsektif Islam, hukum-hukum sosial harus bisa

mempersiapkan landasan dan kondisi yang mendukung perkembangan spiritual

dan kebahagiaan abadi bagi manusia. Paling tidak, hukum-hukum sosial tidak

boleh bertentangan dengan perkembangan spiritual. Bahkan jika suatu hukum

bisa menegakkan suatu tatanan sosial namun menyebabkan kemalangan abadi

bagi manusia, dari sudut pandang Islam hukum ini tidak bisa diterima, bahkan

jika hukum tersebut diterima oleh mayoritas.

Teori yang berlaku di kebanyakan masyarakat dewasa ini adalah bahwa

hukum harus disahkan dan disepakati oleh masyarakat itu sendiri, atau wakil-

wakil mereka. Karena konsensus dari semua anggota masyarakat maupun dari

semua wakil-wakil mereka itu praktis mustahil terjadi, maka pendapat

mayoritas (bahkan jika hanya setengah plus satu) merupakan kriteria validitas

hukum tersebut.

Dari sudut pandang Islam, hukum-hukum harus disahkan sedemikian

rupa sehingga bisa memberikan manfaat bagi anggota masyarakat, khususnya

bagi mereka yang ingin meningkatkan diri dan ingin memperoleh kebahagiaan

abadi. Jelas bahwa hukum semacam itu harus disahkan oleh seseorang yang

memiliki pengetahuan yang memadai tentang manfaat yang sejati dan

sesungguhnya bagi manusia, dan yang kedua, yang tidak mengorbankan

manfaat bagi orang lain demi kepentingannya pribadi dan nafsu yang sia-sia.

Page 18: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

15

Jelas bahwa tak ada yang lebih bijaksana daripada Tuhan Yang Maha

Kuasa, yang tidak memiliki kepentingan atas hamba-hambaNya atau sesuatu

yang mereka lakukan, dan yang telah menetapkan ketentuan ketuhanan hanya

demi memberikan manfaat bagi hamba-hambaNya itu. Tentu saja, hukum-

hukum sosial yang digambarkan dalam kitab-kitab yang diturunkan dari langit

itu tidak secara eksplisit menyatakan semua ketentuan sosial yang berlaku di

semua tempat dan waktu melainkan sekadar memberikan kerangka umum yang

bisa menjadi sumber penetapan peraturan yang diperlukan, berkaitan dengan

perbedaan waktu dan tempat.

Islam, sebagaimana kebanyakan mazhab politik yang lain,

membutuhkan keberadaan suatu negara sebagai kekuatan yang bisa mencegah

penyimpangan hukum, dan kelemahan suatu negara akan berarti terhambatnya

penerapan hukum, keadaan chaos, dan pelanggaran hak-hak kaum yang lemah.

Jelas bahwa ada dua kualifikasi fundamental bagi mereka yang bertugas

menerapkan hukum, terutama bagi yang berada di puncak piramida kekuasaan:

pertama, pengetahuan yang memadai dari hukum tersebut untuk

menghindari penyimpangan yang disebabkan oleh ketidaktahuan; dan yang

kedua, kontrol pribadi atas kehendaknya untuk mencegah keinginan yang

disengaja untuk menerapkan hukum secara salah. Dalam termonologi religius,

orang seperti ini disebut sebagaimaksum (terjaga dari dosa). Semua umat Islam

percaya pada kemaksuman Nabi Muhammad SAW.21

Di sisi lain, kita mengetahui bahwa kecuali bagi para nabi tidak ada

orang lain yang secara khusus ditunjuk oleh Tuhan untuk menjalankan hukum

dan untuk memerintah. Jadi, manusia harus berusaha untuk menemukan orang-

orang yang sebisa mungkin menyerupai para nabi, yang kemudian lebih dikenal

dengan istilah manusia sempurna (insan kamil).

21 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 103.

Page 19: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

16

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Secara konseptual-doktrinal telah diketahui bahwa Islam adalah agama

yang membawa ajaran yang menyeluruh dan paripurna bagi kelangsungan

hidup manusia di dunia. Dari sekian macam ajaran Islam, esensi ajaran

Islam terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara universal yang

berpihak kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan dengan

mengedepankan kedamaian, menghindari pertentangan dan perselisian,

baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak

bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat

manusia secara universal dengan tidak mengenal suku, bangsa dan agama.

2. Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh

syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah.

Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak

boleh dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat

bersatu dalam kerjasama yang baik. Selanjutnya mengenai keadilan

ekonomi adalah aturan main (rules of the game) dalam ajaran Islam dapat

dipaparkan dalam beberapa hal. Pertama, seluruh anggota masyarakat mesti

memperoleh kesejahteraan yang memadai. Kedua, perbedaan dalam hal

pendapatan hendaknya bukan terjadi akibat praktik diskriminasi dalam

undang-undang dan kesempatan memperoleh fasilitas dan kesempatan.

Selain itu, kalangan kaya hendaknya menunaikan tugas dan kewajibannya

terkait hak kaum miskin dan hak pemerintahan Islam. Dalam sistem

ekonomi Islam, kemajuan jangan sampai berakibat buruk pada

pendistribusian kekayaan secara adil. Sebab kemajuan dan pertumbuhan

ekonomi tak lain adalah sarana untuk mewujudkan keseimbangan dan

keadilan ekonomi.

Page 20: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

17

3. Tujuan akhir dari esensi manusia sebagai Khalifah Fil Ardh dan

kemasyarakatan adalah untuk menciptakan manusia muslim yang paripurna

dalam konsep al-insan dan al-kamil, yaitu manusia yang selalu istiqamah

dan kontinium terampil dalam memfungsikan daya jasmani dan rohani

mereka untuk selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT.

B. Saran

1. Dalam rangka meningkatkan peran esensi ajaran Islam tentang khalifah fil

ardh dalam implementasi kehidupan sosial bermasyarakat harus

meningkatkan kemampuan bakat dan minatnya dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Sebaiknya para membaca harus memahami dirinya sebagai khalifah

sehingga dapat mengimplementasikan kebenaran ilmu pengetahuan yang

menopang terlaksananya tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Fil Ardh

secara optimal dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Diharapkan para pembaca dapat mengimplemtasikan tujuan akhir dari

esensi manusia sebagai Khalifah Fil Ardh dan kemasyarakatan yakni untuk

berusaha menjadi manusia muslim yang paripurna dalam konsep al-insan

dan al-kamil.

Page 21: KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ... · PDF fileESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT Makalah Diajukan

iii

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abduh, Syekh Muhammad. Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang.

Abuddin, Nata. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Buku Saku LK I Komisariat Hukum Unpas. 2015. Bandung: Komisariat Hukum

Unpas.

Departemen Agama RI. 2007. Alquran dan Terjemahannya, Syaamil Alquran,

Bandung: PT. Sygma Exmedia Arkaleema.

Hatami, Munzir. 2009. Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen

Perubahan. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta.

Majid, Nurchlish. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Pramadina.

Maulana, Achmad. 2010. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Abosulte.

Mowlana, Hamid. 2010. Masyarakat Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda

Politik. Shdra Press.

Munawar, Budhy Rahman. 2011. Membaca Nurcholish Majid, Islam dan

Pluralisme. Jakarta: Democary Project.

Samsul, Nizar. 2001. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam.

Jakarta: Gaya Media Pratama.