khalifah abu bakar

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya. Meski demikian beliau dapat disebut sebagai penyelamat dan penegak agama Allah dimuka bumi. Dengan sikap kebijaksanaannya sebagai kepala negara dan ke-tawadhu’an-nya kepada Allah serta agamanya, beliau dapat menghancurkan musuh-musuh yang merongrong agama Islam bahkan dapat memperluas wilayah Islam keluar Arabia. B. Rumusan Masalah Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut: Riwayat singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Proses dilantiknya Abu Bakar menjadi Khalifah, Perang Riddah, persoalan nabi palsu, mengahadapi golongan murtad dan pengumpulan Al-Quran pertama C. Tujuan Penulisan Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu : 1

Upload: wenny

Post on 04-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: khalifah abu bakar

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

 Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang

agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu

Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang

paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya.

Meski demikian beliau dapat disebut sebagai penyelamat dan penegak agama Allah dimuka

bumi. Dengan sikap kebijaksanaannya sebagai kepala negara dan ke-tawadhu’an-nya kepada

Allah serta agamanya, beliau dapat menghancurkan musuh-musuh yang merongrong agama

Islam bahkan dapat memperluas wilayah Islam keluar Arabia.

B.     Rumusan Masalah

            Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya

merumuskan masalah sebagai berikut: Riwayat singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Proses

dilantiknya Abu Bakar menjadi Khalifah, Perang Riddah, persoalan nabi palsu, mengahadapi

golongan murtad dan pengumpulan Al-Quran pertama

C.    Tujuan Penulisan

            Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :

   Mahasiswa mampu menceritakan sejarah peradaban Islam pada zaman Khalifah Abu Bakar

Ash-Shiddiq

  Mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang khalifah Abu Bakar, baik dari segi proses

menjadi khilafah, perang riddah dan pengumpulan Al-Quran

  Mahasiswa mampu memahami dan menggambil ibrah dari sejarah para sahabat Nabi, terlebih-

lebih Abu Bakar Ash-Shiddiq.

D.    Metode Penulisan

            Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan

gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur

buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan

diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman.

1

Page 2: khalifah abu bakar

BAB II

PEMBAHASAN

KHALIFAH ABU BAKAR

A. Kepribadian Khalifah Abu Bakar Dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah

Abu Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang

mempunyai nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Pada zaman pra Islam ia

bernama Abu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi SAW. menjadi Abdullah. Beliau lahir

pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H bertepatan dengan

bulan Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun, usianya lebih muda dari Nabi SAW 3 tahun.

Diberi julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang

masuk Islam pertama kali. Sedangkan gelar As-Shidiq diperoleh karena beliau senantiasa

membenarkan semua hal yang dibawa Nabi SAW terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj.

Setelah masuk Islam, beliau menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah

Islam setelah Nabi SAW. Beliau terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, dan

kebijakan pendapatnya. Beliau pernah diangkat sebagai panglima perang oleh Nabi SAW.,

agar ia mendampingi Nabi untuk bertukar pendapat atau berunding. Pekerjaan pokoknya

adalah berniaga, sejak zaman jahiliyah sampai setelah diangkat menjadi Khalifah. Sehingga

pada suatu hari beliau ditegur oleh Umar ketika akan pergi ke pasar seperti biasanya : “Jika

engkau masih sibuk dengan perniagaanmu, siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas

kekhalifahan?”. Jawab Abu Bakar : “Jadi dengan apa saya mesti memberi makan keluarga

saya? “. Lalu diputuskan untuk menggaji Khalifah dari baitul mal sekedar mencukupi

kebutuhan sehari-hari dalam taraf yang amat sederhana.

Abu Bakar adalah putra dari keluarga bangsawan yang terhormat di Makkah. Semasa

kecil dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati serta kemuliaan akhlaknya,

sehingga setiap orang mencintainya. Ketika Nabi SAW mengajak manusia memeluk agama

Islam, Abu Bakar merupakan orang pertama dari kalangan pemuda yang menanggapi seruan

Rasulullah, sehingga Nabi SAW memberinya gelar “Ash-Siddiq”. Pengabdian Abu Bakar

untuk Islam sangatlah besar. Ia menyerahkan semua harta bendanya demi kepentingan Islam.

Ia selalu mendampingi Rasulullah dalam mengemban misi Islam sampai Nabi SAW wafat.

2

Page 3: khalifah abu bakar

Rasulullah, Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah

dan sebagai kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan wafatnya.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh

siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai

pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan

“Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan

komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-

hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran.

Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera bermusyawarah

untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Belum lagi Rasulullah dikebumikan , disebuah

tempat yang bernama “ Saqifah bani Sa’idah telah terjadi perselisihan pendapat antara

golongan Anshor dan golongan muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan.

Ketika Rasulullah wafat, beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya kelak,

pada saat Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-

cepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisishan pertama yang terjadi pasca

rasulullah wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke saqifah (suatu tempat dimadinah yang

biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk membahas suatu masalah).

Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada

hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk menjadi

Imam. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat tersebut. Adakah suatu

pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak. Berita perdebatan dua golongan ini

kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab

dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang

sibuk mengurus jenazah Rasulullah.

Mendegar berita ini akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat

terkejut, kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang

sedang berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Dalam pertemuan

tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubaidah, sebagai pengganti

Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut. Ketika

perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato dihadapan mereka dengan mengemukakan

kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin

memilih salah satu dari sahabat yaitu Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya

menolak, dan keduanya berkata, “Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini

3

Page 4: khalifah abu bakar

selama engkau masih ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia,

Engkaulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar oleh

orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang pernah Rasulullah untuk menjadi

Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit. Untuk itu tengadahkanlah tanganmu wahai Abu Bakar,

kami hendak membaiatmu.

Pada awalnya Abu bakar sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab

memegang tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu

Ubaidillah, setelah kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di

Saqifah bani Sa’idah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor. Kemudian Abu Bakar

berpidato; “Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku

bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik

maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang kamu

pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya, sedang orang

yang kau pandang lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat mengambalikan hak

kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya,

tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku.

Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian”. Pidato yang diucapkan setelah

pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-

nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi.

Setelah terjadi perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya

terpilihlah sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yang

kemudian disingkat menjadi Khalifah atau Amirul Mu’minin.

Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau wafat

dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya Islam

yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah secara bijaksana

dan demokratis. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan

Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam.

Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin setelah

Rasulullah disebabkan beberapa hal:

1. Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya.

4

Page 5: khalifah abu bakar

2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah.

3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As–Siddiq, orang yang sangat

dipercaya.

4. Seorang yang dermawan.

5. Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam Shalat

jama’ah.

6. Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam

B. Perang Riddah

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.

Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan

yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah

Madinah sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat

dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena itu

mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang

dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini

dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid

adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Kekhalifahan Abu Bakar yang begitu singkat sangat disibukkan dengan peperangan.

Dalam pertempuran itu tidak hanya melawan musuh-musuh Islam dari luar, tetapi juga dari

dalam. Hal ini terjadi karena ada sekelompok orang yang memancangkan panji

pemberontakan terhadap negara Islam di Madinah dan meninggalkan Islam (murtad) setelah

Rasulullah wafat. Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi

Muhammad jatuh sakit. Ketika tersiar berita kematian Nabi Muhammad, maka gerakan belot

agama itu meluas di wilayah bagian tengah, wilayah bagian timur, wilayah bagian selatan

sampai ke Madinah Al-Munawarah serta Makkah Al-Mukaramah itu sudah berada dalam

keadaan terkepung. Kenyataan itu yang dihadapi Khalifah Abu Bakar.

Sebab-sebab terjadinya Riddah

1. Kebodohan.

5

Page 6: khalifah abu bakar

Kebodohan menjadi penyebab utama adanya gelombang pemurtadan, karena mereka

tidak dibentengi dengan ilmu. Oleh karena itu salah satu cara yang efektif untuk

mmengantisapi pemurtadan adalah dengan menyebarkan aqidah dan ilmu yag benar di

kalangan masyarakat. Syekh al-Bakri ad-Dimyathi (w 1310 H) berkata: “Ketahuilah bahwa

banyak orang-orang awam yang mengucapkan kata-kata kufur tanpa mereka sadari, bahwa

sebenarnya hal itu adalah bentuk kekufuran.

2. Kemiskinan.

Pemurtadan seringkali terjadi pada daerah-daerah miskin dan terkena bencana.

Banyak kaum Muslimin yang mengorbankan keyakinan mereka hanya untuk sesuap nasi dan

sebungkus supermi.

3. Tidak adanya pemerintahan Islam

Hilangnya pemerintahan Islam yang menegakkan syariat Allah membuat musuh-

musuh Islam leluasa melakukan pemurtadan dan penyesatan terhadap umat Islam. Begitu

juga umat Islam tidak akan berani main-main dengan agamanya.

4. ozwul Fikri.

Munculnya pemikiran-pemikiran sesat seperti liberalisme, pluralisme dan sekulerisme

telah mendorong terjadi gelombang kemurtadan di kalangan kaum Muslimin, karena paham-

paham tersebut mengajarkan bahwa semua agama sama, dan semua orang bebas melakukan

perbuatan apapun juga, tanpa takut dosa.

C. Persoalan Nabi Palsu

Pada awal pemerintahan Abu Bakkar, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang

dari ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan

tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah), orang-orang yang tidak

mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al

Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari

yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari

beberapa kabilah.

Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari satu suku kepada

yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi khilafah Islam yang masih muda itu.

6

Page 7: khalifah abu bakar

Kekuasan khalifah ketika itu hanya meliputi Makkah, Madinah dan Taif saja. Sementara itu

banyak pula diantara orang Arab yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi. Yang berbahaya

sekali adalah Musailamah al-Kazzab, yang mendakwakan kenabiannya bersama Nabi

Muhammad ketika beliau masih hidup. Dia mengatakan, bahwa Allah telah memberikan

pangkat nabi kepadanya bersama dengan Rasulullah. Oleh karena dia berbuat dusta itu, dia

mendapat gelar ‘al-Kazzab’ yang artinya ‘si pendusta’. Pengikutnya banyak yang tersebar di

Yamamah. Ladi dari pada itu ada lagi beberapa nabi palsu, seperti Thulaihah bin Khuwailid,

Sjah Thamiyah seorang perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.

D. Menghadapi Golongan Murtad

Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk

dibawah kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Nabi wafat, mereka berpendapat bahwa

kekuasaan Quraisy memimpin Arab telah usai. Adapaun sebabnya mereka berlaku demikian

ialah karena sebagian tidak percaya akan kematian Nabi, setelah nyata kebenaran

meninggalnya Nabi, sebagian ragu akan kebenaran Islam. Mereka menyangka bahwa kaum

Quraisy takkan bangun lagi sesudah pemimpinnya meninggal dunia. Mereka tidak akan

tunduk dibawah kekuasaan Quraisy atas nama agama. Apalagi sebagian besar bangsa Arab

ketika itu, barus saja memeluk agama Islam yang melarang mereka mengerjakan perbuatan-

perbuatan yang telah menjadi darah daging mereka selama ini, seperti minum tuak, berjudi

dan sebagainya.

Oleh karena itu beberapa suku Arab tidak mau takluk lagi dibawah kepemimpinan

Abu Bakar. Mereka enggan mengeluarkan zakat yang mereka pandang hanya sebagai upeti

yang harus diberikan kepada Nabi saja.

Dalam gerakan Aswad dan kawan-kawannya berusaha menguasai dan mempengaruhi

masyarakat Islam, dengan mengerahkan pasukan untuk masuk ke daerah-daerah. Akhirnya

pasukan riddat pun berhasil menyebar kedaerah-daerah, diantaranya: Bahrain, Oman Mahara

dan Hadramaut. Para panglima kaum riddat semakin gencar melaksanakan misinya. Akan

tetapi Khalifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau berusaha untuk memadamkan dan

menumpas gerakan kaum riddat.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengririm

kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hiyah di

tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan empat jendral yaitu Abu

7

Page 8: khalifah abu bakar

Ubaidah, Amr Ibn ’Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan

dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun.

Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin

pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang

ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak

menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau

wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Di

antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati

suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa

yang mereka sembah. ”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing

pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Adapun sebelas panglima dan

tugasnya adalah sebagai berikut :

• Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang

mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-

Battah, suatu daerah di Arab tengah. Dalam hal ini Khalid bin Walid yang diberi tugas untuk

menundukan Tulaiha, dalam perang Buzaka berhasil dengan cemerlang.

• Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab

seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah

yang terletak dipesisir timur Arab (Yamamah). Akan tetapi mereka gagal menundukan

Musailamah, kemudian Abu Bakar mengutus Khalid untuk melawan nabi palsu dari Yaman

itu. Dalam pertempuran itu Khalid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan

membunuh dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut “taman maut” .

• Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan

cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat

wilayah Yamamah.

• Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-

Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju

Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah

Arab selatan.

8

Page 9: khalifah abu bakar

• Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah

Daba yang terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka

mengaku Nabi.

• Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah

Muhrah dan Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang

terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.

• Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang

terletak sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu

Bakar.

• Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang

yang murtad dari Islam.

• Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak

di barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.

• Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab

yang ada diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga

menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.

• Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal

dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan

Islam.

Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke

Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,

“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh

Rasulullah SAW pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami

dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu,

niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”

Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain.

Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga

berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan

memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.

9

Page 10: khalifah abu bakar

Pada ini kondisi sosial mayarakat menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah Arab

dari pembangkang dan penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orang-

orang yang enggan membayar zakat.

Selain itu keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi beribadah

kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di

luar Madinah keadaannya terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang

dicapai adalah : Pembukuan Al-Qur’an

E. Pengumpulan Al-Quran

Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan

oleh kaum riddat (pemberontak) yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban

dan keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar

bagi kepentingan agama Islam adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah- naskah

setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang

pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, dan menyimpan

keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW, yakni Siti Hafshah. Pengumpulan ayat-ayat

Al-Qur’an tersebut dalah usulan dari Umar bin Khatab. Usulan tersebut berdasar alasan:

1. Para penghafal wahyu banyak yang gugur syahid di medan pertempuran.

Dalam memerangi 3 kaum penyeleweng, yaitu: Kaum murtad, Nabi-nabi palsu,

Orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Selama peperangan Riddah, banyak dari

penghafal Al-Qur’an yang tewas. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari’ (penghafal Al-

Qur’an) dari para sahabat gugur. Umar bin Khatab ra. merasa sangat kuatir melihat kenyataan

ini, lalu ia menghadap Abu Bakar ra. dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan

dan membukukan Al-Qur’an karena dikhawatirkan akan musnah. Karena orang-orang ini

merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an.

Di segi lain Umar merasa khawatir juga kalau-kalau peperangan di tempat-tempat lain

akan membunuh banyak qari’ pula, sehingga Al-Qur’an akan hilang dan musnah, awalnya

Abu Bakar ra. menolak usulan itu dan berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah

dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar ra. tetap membujuknya, sehingga Allah

membukakan hati Abu Bakar ra. untuk menerima usulan tersebut, kemudian Abu Bakar ra.

memerintahkan Zaid bin Sabit ra, mengingat kedudukannya dalam masalah qiraat,

kemampuan dalam masalah penulisan, pemahaman dan kecerdasannya, serta kehadirannya

10

Page 11: khalifah abu bakar

pada pembacaan yang terakhir kali. Abu Bakar ra. menceritakan kepadanya kekhawatiran dan

usulan Umar. Pada mulanya Zaid ra. menolak seperti halnya Abu Bakar ra. sebelum itu.

Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid ra. dapat menerima dengan lapang

dada perintah penulisan Al-Qur’an itu.

Zaid ra. melalui tugasnya yang berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada

dalam hati para qari’ dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran

(kumpulan) itu disimpan di tangan Abu Bakar ra. Zaid ra. berkata,”Abu Bakar ra.

memanggilku untuk menyampaikan berita mengenai korban perang Yamamah. Ternyata

Umar sudah ada disana. Abu Bakar berkata: ‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan

bahwa perang yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan penghafal Al-Qur’an

dan ia khawatir kalau-kalau terbunuhnya para penghafal Al-Qur’an itu juga akan terjadi di

tempat-tempat lain, sehingga sebagain besar Al-Qur’an akan musnah. Ia menganjurkan agar

aku memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Maka aku katakan

kepadanya,”Bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan

oleh Rasulullah?.” Tetapi Umar menjawab dan bersumpah,”Demi Allah, perbuatan tersebut

baik.” Ia terus menerus membujukku sehingga Allah membukakan hatiku untuk menerima

usulannya, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar.”

Zaid ra. berkata lagi,”Abu Bakar berkata kepadaku, ”Engkau seorang pemuda yang

cerdas dan kami tidak meragukan kemampuanmu. Engkau telah menuliskan wahyu untuk

Rasulullah. Oleh karena itu carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah.”

“Demi Allah”, Kata Zaid lebih lanjut”, “Sekiranya mereka memintaku untuk

memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku dari pada perintah mengumpulkan

Al-Qur’an. Karena itu aku menjawab,”Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu yang

tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?.”

Abu Bakar menjawab,”Demi Allah itu baik.” Abu Bakar tetap membujukku sehingga

Allah membukakan hatiku sebagaimana ia telah membukakan hati Abu Bakar ra. dan Umar

ra. Maka aku pun mulai mencari Al-Qur’an. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari

keping-kepingan batu dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan

akhir surah At-Taubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari, yang tidak kudapatkan pada

orang lain, yang berbunyi Sesungguhya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu

sendiri… hingga akhir surah.

11

Page 12: khalifah abu bakar

Lembaran-lembaran (hasil kerjaku) tersebut kemudian disimpan ditangan Abu Bakar

ra. hingga wafatnya. Sesudah itu berpindah ke tangan Umar ra. sewaktu masih hidup dan

selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar ra.

Zaid bin Sabit ra. bertindak sangat teliti dan hati-hati. Ia tidak mencukupkan pada

hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam keterangan di atas, ”Dan

aku dapatkan akhir surah At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak aku

dapatkan pada orang lain”, tidaklah menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut dan tidak

pula berari bahwa akhir surah At-Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang dimaksud ialah

bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu

Khuzaimah. Sedangkan Zaid sendiri hafal dan demikian pula banyak diantara para sahabat

yang menghafalnya.

Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah

Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat.

Tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah al-Ansari.

Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang

mengatakan,”Umar datang lalu berkata,”Barang siapa menerima dari Rasulullah SAW

sesuatu dari Al-Qur’an, hendaklah ia menyampaikannya.”

Mereka menuliskan Al-Qur’an itu pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah

kurma. Dan Zaid ra. tidak mau menerima dari seseorang sebelum disaksikan oleh dua orang

saksi. Ini menunjukkan bahwa Zaid ra. tidak merasa puas hanya dengan adanya tulisan

semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang menerimanya secara pendengaran

langsung dari Rasulullah SAW, sekalipun Zaid ra. sendiri hafal. Beliau bersikap demikian ini

karena sangat berhati-hati.

Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hisyam bin Urwah, dari ayahnya,

bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid, “Duduklah kamu berdua di pintu masjid. Bila

ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas sesuatu dari kitab Allah, maka

tulislah.”

Para perawi hadis ini orang-orang terpercaya, sekalipun hadits tersebut munqati,

(terputus). Ibn Hajar mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dua orang saksi adalah

hafalan dan catatan.”

12

Page 13: khalifah abu bakar

As-Sakhawi menyebutkan dalam kitab Jamalul Qurra’, yang dimaksdukan ialah kedua

saksi itu menyaksikan bahwa catatan itu ditulis dihadapan Rasulullah. Atau dua orang saksi

itu menyaksikan bahwa catatan tadi sesuai dengan salah satu cara yang dengan itu Al-Qur’an

diturunkan.

Abu Syamah berkata,”Maksud mereka adalah agar Zaid tidak menuliskan Al-Qur’an

kecuali diambil dari sumber asli yang dicatat dihadapan Nabi, bukan semata-mata dari

hafalan. Oleh sebab itu Zaid berkata tentang akhir surah At-Taubah,”Aku tidak

mendapatkannya pada orang lain”, sebab ia tidak menganggap cukup hanya didasarkan pada

hafalan tanpa adanya catatan.”

Kita sudah mengetahui bahwa Qur’an sudah tercatat sebelum masa itu, yaitu pada

masa Nabi. Tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Kemudian

Abu Bakar memerintahkan agar catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf,

dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan sangat berhati-hati

dan mencakup tujuh huruf yang dengan itu Qur’an diturunkan. Dengan demikian Abu Bakar

adalah orang pertama yang mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan cara seperti

ini, disamping terdapat pula mushaf-mushaf pribadi pada sebagian sahabat, seperti mushaf

Ali ra, Ubai dan Ibn Mas’ud ra. Tetapi mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan cara-cara

diatas dan tidak pula dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Juga tidak

dihimpun secara tertib yang hanya memuat ayat-ayat yang bacaannya tidak dimansuk dan

secara ijma’ sebagaimana mushaf Abu Bakar.

Keistimewaan-keistimewaan ini hanya ada pada himpunan Al-Qur’an yang dikerjakan

Abu Bakar. Para ulama berpendapat bahwa penamaan Al-Qur’an dengan ‘mushaf’ itu baru

muncul sejak saat itu, yaitu saat Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an. Ali ra.

berkata,”Orang yang paling besar pahalanya dalam hal mushaf ialah Abu Bakar ra. Semoga

Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar ra. Dialah orang yang pertama

mengumpulkan kitab Allah.”

2. Sarana penulisan wahyu berupa daun-daun, kayu-kayu dan tulang-tulang adalah

benda-benda yang mudah rusak. Kalau kedua hal tersebut habis dan lenyap akan

membahayakan kemurnian wahyu.

13

Page 14: khalifah abu bakar

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa

‘Ibrah yang dapat diambil. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar

Rodhiyallahu ‘anhu tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya :

1. Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berlangsung melalui syura.

Semua Ahlul Halli wal-’Aqdi dari kalangan sahabat termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu

‘anhu ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu

pun nash al-Qur’an atau Sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang

sepeninggal Rasulullah Saw. Seandainya ada nash yang menegaskannya, niscaya tidak akan

ada syura untuk menentukannya dan para sahabat tidak akan berani melangkahi apa yang

ditegaskan oleh nash tersebut.

2. Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah bani Sa’idah antar para tokoh sahabat,

dalam rangka memusyawarahkan pemilihan khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi

tuntutan pembahasan suatu permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata atas

perlindungan Pembuat syariat (Allah) terhadap beraneka pendapat dan pandangan dari segala

bentuk pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut masalah yang tidak dinyatakan

secara tegas dan gamblang oleh nash. Jalan untuk mencapai kebenaran tentang setiap masalah

yang didiamkan oleh Pembuat syariat ialah dengan mengemukakan berbagai pandangan dan

membahas semuanya dengan objektif, bebas, dan jujur. Musibah yang dihadapi kaum

Muslimin saat itu sangat besar dan persoalannya pun sangat pelik. Seandainya para sahabat

tidak menemukan satu pilihan (calon tunggal) yang ditawarkan untuk divoting kemudian

disepakati, niscaya hal tersebut merupakan syura palsu dan kesepakatan yang dipaksakan dari

luar.

3. Nasihat Ali Radhiyallahu ‘anhu kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu agar tidak ikut

terjun memerangi kaum murtad. Ali mengkhawatirkan kaum Muslimin jika beliau terbunuh.

Hal ini menjadi bukti nyata atas kecintaan Ali Radhiyallahu ‘anhu yang sangat mendalam

terhadap Abu Bakar. Merupakan bukti nyata pula bahwa Ali telah sepenuhnya menerima

Khalifah Abu Bakar dan kelayakannya untuk memimpin kaum Muslimin.

14

Page 15: khalifah abu bakar

4. Setiap Muslim yang merenungkan sikap yang diambil oleh Abu Bakar Radhiyallahu

‘anhu terhadap kabilah-kabilah yang murtad dan tekad yang begitu kuat untuk memerangi

kabilah-kabilah tersebut sehingga berhasil meyakinkan semua sahabat yang pada mulanya

tidak bersedia melakukannya, niscaya akan meyakini adanya hikmah Allah yang telah

mengangkat orang yang sesuai dan untuk menghadapi tugas yang sesuai pula. Siapa pun di

antara kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa di kalangan sahabat ada orang yang

lebih patut dari Abu Bakar untuk menghentikan badai (kemurtadan) tersebut dan

mengembalikannya ke pangkuan Islam.

5. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu

jasa besar dari khalifah Abu Bakar. Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-

Qur’an yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an,

Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari

Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu

“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn

Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya.

B. Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita

semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah. Dan kami sedar bahwa

makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi

kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-

makalah selanjutnya.

15