muhammad husain haekal - abu bakar (bag 12)

36
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. PEMBEBASAN IRAK 1 M emenuhi permintaan Musanna bin Harisah asy-Syaibani, Abu Bakr mengangkatnya sebagai komandan pasukan kaumnya untuk meng- hadapi Persia. Setelah menerima berita kemenangannya di Delta itu, Abu Bakr berpendapat akan mengirimkan bala bantuan agar ia menerus- kan ekspedisinya. Itulah sebabnya ia memerintahkan Khalid bin Walid untuk mengumpulkan kembali anggota pasukannya dan berangkat me- nyusul Musanna. Sudah tentu dia yang akan bertindak selaku panglima. lyad bin Ganm berangkat ke Dumat al-Jandal untuk menundukkan pen- duduk yang masih membangkang. Setelah itu meneruskan perjalanan ke kota Hirah di sebelah timur. Kalau ia sampai sebelum Khalid, maka dialah yang memerintah kota itu dan Khalid sebagai salah seorang panglimanya. Kalau Khalid yang sampai terlebih dulu, maka pemerin- tahan dan pimpinan militer di tangan Khalid dan dia sebagai salah se- orang panglimanya. 1 Bahasa Arab fath, atau jamak futuhat harfiah berarti "pembukaan", hal membuka, dalam arti majas sering dipakai mengartikan keberhasilan Nabi dan para sahabat menye- barkan Islam di kalangan kaum musyrik. Tetapi ini tidak sama dengan penaklukan dalam arti materi atau harfiah. Arti yang sebenarnya pertama untuk membuka hati dan pikiran terhadap kebenaran Islam; kedua, untuk mengubah bentuk sejarah yang memungkinkan dakwah mengatasi segala rintangan dan mencapai kalbu dan pikiran manusia. Dasar utamanya ialah kedamaian rohani dan perdamaian jasmani. Qur'an (48. 1-3): Sungguh Kami telah memberikan kemenangan yang nyata kepadamu: harfiah: membukakan kepada- mu pembukaan yang nyata. Turunnya ayat ini tak ada hubungannya dengan kemenangan fisik, tetapi dihubungkan dengan persetujuan perdamaian Hudaibiyah. Selanjutnya para sejarawan Islam menggunakan kata fath dan futuhat untuk penyebaran ajaran Islam. Dalam terjemahan ini sering saya salin dengan kata "pembebasan" dan yang searti, de- ngan semangat yang sama, yakni membebaskan manusia dari segala anasir syirik. Lihat juga Isma'il al Faruqi at. al: The Cultural Atlas of Islam. — Pnj. 218 [email protected] a MR. Collection's

Upload: mayvalzon-hasan

Post on 27-Jun-2015

96 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.

PEMBEBASAN IRAK1

Memenuhi permintaan Musanna bin Harisah asy-Syaibani, Abu Bakr mengangkatnya sebagai komandan pasukan kaumnya untuk meng-

hadapi Persia. Setelah menerima berita kemenangannya di Delta itu, Abu Bakr berpendapat akan mengirimkan bala bantuan agar ia menerus-kan ekspedisinya. Itulah sebabnya ia memerintahkan Khalid bin Walid untuk mengumpulkan kembali anggota pasukannya dan berangkat me-nyusul Musanna. Sudah tentu dia yang akan bertindak selaku panglima. lyad bin Ganm berangkat ke Dumat al-Jandal untuk menundukkan pen-duduk yang masih membangkang. Setelah itu meneruskan perjalanan ke kota Hirah di sebelah timur. Kalau ia sampai sebelum Khalid, maka dialah yang memerintah kota itu dan Khalid sebagai salah seorang panglimanya. Kalau Khalid yang sampai terlebih dulu, maka pemerin-tahan dan pimpinan militer di tangan Khalid dan dia sebagai salah se­orang panglimanya.

1 Bahasa Arab fath, atau jamak futuhat harfiah berarti "pembukaan", hal membuka, dalam arti majas sering dipakai mengartikan keberhasilan Nabi dan para sahabat menye-barkan Islam di kalangan kaum musyrik. Tetapi ini tidak sama dengan penaklukan dalam arti materi atau harfiah. Arti yang sebenarnya pertama untuk membuka hati dan pikiran terhadap kebenaran Islam; kedua, untuk mengubah bentuk sejarah yang memungkinkan dakwah mengatasi segala rintangan dan mencapai kalbu dan pikiran manusia. Dasar utamanya ialah kedamaian rohani dan perdamaian jasmani. Qur'an (48. 1-3): Sungguh Kami telah memberikan kemenangan yang nyata kepadamu: harfiah: membukakan kepada-mu pembukaan yang nyata. Turunnya ayat ini tak ada hubungannya dengan kemenangan fisik, tetapi dihubungkan dengan persetujuan perdamaian Hudaibiyah. Selanjutnya para sejarawan Islam menggunakan kata fath dan futuhat untuk penyebaran ajaran Islam. Dalam terjemahan ini sering saya salin dengan kata "pembebasan" dan yang searti, de­ngan semangat yang sama, yakni membebaskan manusia dari segala anasir syirik. Lihat juga Isma'il al Faruqi at. al: The Cultural Atlas of Islam. — Pnj.

218

[email protected]

a

MR. Collection's

Page 2: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 219

Perintah-perintah Abu Bakr mengenai penduduk Irak Orang-orang Arab di Irak bekerja sebagai petani dan mengolah

tanah, tetapi hasil yang menjadi bagiannya sedikit sekali. Sebagian besar hasil bumi itu jatuh ke tangan pejabat-pejabat Persia yang memper-lakukan orang-orang Arab secara hina dan kejam. Abu Bakr sudah me-ngeluarkan perintah kepada para panglimanya di Irak agar petani-petani Arab itu diperlakukan dengan baik, dan jangan ada yang dibunuh atau ditawan, juga jangan memperlakukan mereka dengan cara-cara yang tak layak. Mereka juga sama-sama orang Arab, mereka mengalami penin-dasan di bawah cengkeraman Persia. Bila pasukan ini kelak tiba mereka harus sudah tak merasa lagi ada kezaliman. Keadilan harus sudah me-rata dirasakan oleh saudara sepupunya itu.

Itulah yang menjadi kewajiban Muslimin sesuai dengan perintah Allah, di samping kebijakan yang akan menjamin kemenangan bagi kaum Muslimin, dan setelah memperoleh kemenangan hendaknya jangan sampai terjadi kemunduran.

Persiapan pasukan Khalid ke Irak Anggota-anggota pasukan Khalid sudah makin berkurang jumlahnya,

karena banyak yang terbunuh di Yamamah, seperti sudah disebutkan di atas, dan sebagian ada pula yang ingin kembali pulang kepada keluarga-nya. Khalid tidak akan memanggil mereka kembali karena Abu Bakr memang sudah mengizinkan mereka pulang. Jangan menugaskan orang yang terpaksa dan jangan pula ada orang yang pernah murtad dalam ekspedisi itu, sebelum Khalifah memberikan pendapatnya. Ketika Khalid meminta bala bantuan kepada Abu Bakr, maka yang diperbantukan kepadanya Qa'qa' bin Amr at-Tamimi. Dalam hal ini ada orang yang merasa heran, sehingga mereka berkata: Memakai orang yang pasukan-nya tak mampu menangkap satu orang pun. Abu Bakr menjawab: Se-lama masih ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalah-kan. Demikian juga jawabannya ketika Iyad diperbantukan kepada Abd bin Auf1 al-Himyari. Ketika mengirim Qa'qa' itu ia menulis kepada Khalid: "Mintalah bantuan orang-orang yang pernah memerangi kaum murtad dan orang yang teguh keislamannya sesudah Rasulullah Sallal-lahu 'alaihi wasallam wafat."2

1 Dalam al-Kamil oleh Ibnul Asir Abd bin Gaus. 2 Al-Azdi membawa surat Abu Bakr kepada Khalid bin Walid agar ia berangkat ke Irak. Ia pergi kepada Khalid bersama kaum Muhajirin, Ansar dan Tabi'in. Setelah dibuka dengan hamdalah dan salawat kepada Nabi dengan mengingatkan perintah-perintahnya,

Page 3: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

220 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Tak lama setelah kembali Khalid menyusun pasukannya, terdiri atas delapan ribu orang dari suku Rabi'ah dan Mudar, di samping dua ribu yang sudah ada. Dengan jumlah sepuluh ribu itu kemudian ia be-rangkat. Sebelum itu pun sudah ada delapan ribu orang dipimpin oleh komandan-komandan pasukan Muslimin, dengan Musanna sebagai pang-limanya.

Kalau sudah memasuki Irak perintah Abu Bakr kepada Khalid, supaya dimulai dari Ubullah di Teluk Persia. Ubullah adalah sebuah pe-labuhan yang menjadi lalu lintas perdagangan ke India dan Sind, dan dari sana dikirim ke Irak. Masih ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Adakah pasukan Muslimin memasuki Ubullah dalam perang ini lalu kembali dan baru direbut lagi dari Persia pada zaman Umar bin Khattab, ataukah di masa Umar baru masuk ke kota ini? Tetapi para ahli me-nyebutkan bahwa ekspedisi pertama ke Irak ialah ekspedisi Hafir.1

Ormizd penguasa kota pelabuhan Letak Hafir ini di perbatasan Sahara, tak jauh dari pelabuhan Ka-

zimah. Ketika itu yang memerintah seluruh daerah adalah Ormizd me-wakili Persia, dan di kalangan bangsawannya ia termasuk orang yang sudah mencapai kedudukan tertinggi. Bagi orang-orang Persia ketika itu topi2 dinilai menurut keturunan dan kesukuan. Orang yang sudah men­capai kedudukan tertinggi harga topinya seratus ribu, dan harga topi

surat itu berisi: "Aku telah memerintahkan Khalid bin Walid berangkat ke Irak dan jangan meninggalkan tempat itu sebelum ada perintah dari aku. Berangkatlah kamu ber-sama dia dan janganlah bermalas-malas, karena ini adalah langkah yang akan mendapat pahala dari Allah bagi barang siapa yang bekerja dengan niat yang baik dan ingin memperbanyak amal kebaikannya. Kalau sudah sampai di Irak tetaplah tinggal di sana sampai ada perintah lebih jauh dari aku. Cukuplah Allah kiranya membantu kita di dunia dan akhirat. Wassalamu alaikum warahmatullah."

Tetapi baik at-Tabari, Ibn Khaldun atau Ibn Asir tidak menyebut-nyebut tentang surat ini. 1 At-Tabari dan Ibn Asir menyebutkan juga adanya perbedaan pendapat sekitar Ubullah ini. Dalam Futuhusy Syam al-Azdi mengatakan bahwa Suwaid bin Qutbah az-Zuhali pernah memerangi Ubullah tetapi mendapat perlawanan keras. Sesudah Khalid tiba di Irak dan menemuinya, mereka sepakat bahwa Khalid akan berpura-pura meninggalkan-nya dan akan pergi menemui Musanna, dan akan kembali lagi bila hari sudah malam. Dibayangkan oleh pasukan Persia di Ubullah bahwa karena mereka mampu memerangi Suwaid bin Qutbah, maka mereka akan datang pagi-pagi keesokan harinya. Tetapi kemudian ternyata Khalid yang menghadapi dan menghancurkan mereka. Cerita semacam ini juga terdapat dalam Futuhul Bulddn oleh al-Balazuri. 2 Qalansuwah, tutup kepala atau topi yang tinggi semacam mahkota biasa dipakai oleh raja-raja, para pendeta atau kepala-kepala suku; tiara. —Pnj.

Page 4: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 221

Ormizd sudah setinggi itu. Dalam berhubungan dengan orang-orang Arab Ormizd dikenal sebagai penguasa daerah yang paling jahat. Begitu bencinya orang kepadanya sampai namanya dijadikan peribahasa yang melambangkan kejahatan: "Lebih jahat dari Ormizd" dan "Lebih kafir dari Ormizd." Pangkal kebenciannya kepada Arab karena dahulu — saudara-saudara sepupunya di Semenanjung — sering melakukan pen-jarahan dan menyerang negeri-negeri yang berada di wilayahnya. la memerangi mereka di darat. Sedang di laut yang diperanginya orang-orang India, sebab kapal-kapal mereka datang ke pelabuhan itu dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyerupai perompakan. Dengan melakukan perang di darat dan laut ini ia menganggap dirinya pe-lindung negeri itu dan sebagai kunci Persia.

Khalid membagi pasukannya menjadi tiga satuan Sekarang Khalid berangkat dari Yamamah menuju Irak dengan mem-

bawa sepuluh ribu tentara. Sesampai di perbatasan ia melihat Musanna dan pasukannya sedang menunggu. Di situlah Khalid membagi pasukannya menjadi tiga satuan, masing-masing diarahkan ke jalan yang semuanya nanti akan bertemu di Hafir. Satuan pertama djpimpin oleh Musanna bin Harisah asy-Syaibani, yang sudah diberangkatkan dua hari sebelum Khalid; regu kedua di bawah pimpinan Adi bin Hatim at-Ta'i yang be­rangkat sehari sebelumnya, dan Khalid sendiri di barisan terakhir. Sebelum itu Khalid memang sudah mengirim surat kepada Ormizd mengatakan:

"Kemudian daripada itu; terimalah ajaran Islam, Anda akan selamat. Atau tempatkanlah dirimu dan golonganmu sebagai zimmi1 dan mem-bayar ketentuan jizyah. Kalau tidak, janganlah salahkan orang lain, te-tapi yang salah Anda sendiri. Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."

Ekspedisi Kazimah dan kemenangan Khalid Ormizd menerima surat itu sementara berita-berita tentang kaum

Muslimin dan pasukannya sudah tersiar luas. Ia menulis surat kepada Raja Ardasyir (Ardashir) menyampaikan berita itu. Sementara itu ia su­dah pula mengumpulkan pasukannya dan terus berangkat ke Kawazim untuk menghadapi Khalid di sana. Setelah mengetahui bahwa Khalid memerintahkan pasukannya berangkat ke Hafir, cepat-cepat ia mengerah-kan pasukannya dan bermarkas di sebuah mata air di tempat itu. Khalid

1 Bukan orang Muslim yang berada di bawah perlindungan hukum Islam dengan segala hak dan kewajibannya. — Pnj.

Page 5: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

ABU BAKR AS-SIDDIQ

sudah datang ke sana dan memerintahkan agar menyerukan pasukannya turun di sana dan sekalian menurunkan barang-barangnya. Beberapa orang anggota pasukannya mengatakan bahwa mereka tak punya persediaan air.

"Turunlah dan letakkanlah barang-barang kalian di sini. Kemudian berjuanglah untuk menguasai mata air itu. Air akan menentukan ke-tahanan dan kehormatan kedua pasukan ini."

Ekspedisi Kazimah dan kemenangan Khalid melawan Persia Ormizd berdiri di tengah-tengah pasukannya, didampingi di kanan

kirinya oleh dua orang pangeran dari keluarga kerajaan di Persia, Kobad (Kavadh) dan Anusyagan. Ormizd berteriak: "Mana Khalid?!"

la menginginkan Khalid maju bertanding satu lawan satu. Karena dia sudah tahu tentang kepahlawanan Khalid di negeri Arab dan apa yang sudah dilakukannya, maka lebih yakin dia bahwa kalau dapat membunuh Khalid, berarti Persia memperoleh separuh kemenangan kalau tidak akan dikatakan itulah seluruh kemenangannya. Tetapi apa pula yang telah menggodanya ia ingin membunuh Khalid padahal Khalid seorang pahlawan yang tak terkalahkan?! Soalnya mudah saja. Dengan pengkhianatan tujuannya akan tercapai. Untuk itu ia perintahkan pasukan berkudanya, kalau mereka melihat Khalid maju, seranglah dia serentak dan bunuhlah.

Khalid mendengar ajakan Ormizd itu. Ia turun dari kudanya dan melangkah menuju kepadanya, maka bertemulah keduanya dan terjadi-lah dua kali duel. Ketika itulah pasukan berkuda Persia sudah siap me-nyerang hendak membunuh Khalid dan menyelamatkan Ormizd. Tetapi ketika itu juga Qa'qa' bin Amr menyerang mereka tanpa memberi ke-sempatan lagi, sementara itu Khalid sudah berhasil membantai Ormizd. Ketika itulah pasukan Muslimin mengadakan serangan balasan, dan pihak Persia melarikan diri. Oleh pasukan Muslimin mereka dikejar terus sampai malam hari.

Pihak Muslimin sudah sampai di Jembatan Besar Sungai Furat, letak kota Basrah yang sekarang, sementara Kobad dan Anusyagan terus lari tunggang langgang bersama sisa-sisa pasukannya.

Kemenangan berakhir di pihak Muslimin. Khalid memerintahkan Ma'qil bin Muqarrin al-Mazani agar pergi ke Ubullah untuk mengum-pulkan harta dan tawanan-tawanan perang. Ma'qil segera melaksanakan tugas itu.1 Sedang Musanna mendapat perintah agar memburu pasukan

1 Kepergian Ma'qil ke Ubullah disangkal oleh beberapa ahli sejarah. Seperti sudah disebutkan di atas, mereka menyebutkan bahwa pasukan Muslimin menduduki daerah

222

Page 6: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 223

Persia yang sudah kalah itu. Musanna bergegas mengejarnya, dan se-olah ia tak ingin kehilangan jejaknya sebelum mencapai Mada'in.

Benteng perempuan Dalam perjalanan mengejar pasukan Persia itu Musanna sempat

lewat di depan sebuah benteng yang dihuni oleh seorang putri bang­sawan Persia yang oleh sejarawan-sejarawan Arab disebut "Benteng Perempuan." Untuk mengepung benteng ini diserahkannya kepada sau-daranya, Mu'anna bin Harisah. Dia sendiri meneruskan perjalanan dan mengepung suaminya di bentengnya. Diporakporandakannya benteng itu dan ia berhasil membunuh penghuni di dalamnya. Harta benda yang ada dirampas sebagai rampasan perang. Kemudian ia meneruskan pe-ngejaran memburu sisa-sisa pasukan itu. Putri bangsawan itu kemudian tahu apa yang telah menimpa suaminya. Ia mengadakan perundingan perdamaian dengan Mu'anna. Setelah masuk Islam putri itu kemudian kawin dengan Mu'anna.

Ekspedisi pertama oleh Khalid ke Irak ini disebut "Zat as-Salasil." Alasan penamaan ini, kata orang, bahwa pasukan Persia itu oleh pihak Persia saling diikat dengan rantai1 supaya tidak lari. Diceritakan juga bahwa rantai-rantai yang ditinggalkan pasukan itu oleh Khalid dikumpul-kan, yang beratnya sama dengan muatan unta seribu ratl. Sebagian ahli yang masih meragukan kebenaran sumber ini, menamakan ekspedisi ini dengan "Ekspedisi Kazimah,"2 dihubungkan dengan nama desa terdekat dari tempat peristiwa itu.

Dampaknya dalam hati pasukan Muslimin Ekspedisi pertama ini meninggalkan dampak besar yang dapat

membangkitkan semangat pasukan Muslimin. Tentara Persia sudah me-lihat sendiri mereka tak dapat bertahan menghadapinya, seperti orang-orang Arab dalam perang Riddah dulu. Orrnizd sudah terbunuh di tangan

ini baru pada masa Umar bin Khattab. Sejarawan lain berpendapat bahwa memang pernah Ma'qil menduduki Ubullah, tetapi kemudian direbut kembali oleh pihak Persia. Setelah itu baru pada masa Umar tempat itu ditaklukkan lagi. Mungkin saja sumber ini dikompromikan dengan apa yang sudah kita sebutkan, bahwa Suwaid bin Qutbah itulah yang menaklukkan Ubullah dengan bantuan Khalid. Ketika itu tugas Ma'qil terbatas hanya untuk mengumpulkan barang-barang dan tawanan perang, sesudah ekspedisi Kazimah, sesuai dengan perintah Khalid. 1 Silsilah, kata bahasa Arab: rantai, jamak salasil; zat salasil, "yang dirantai" atau "yang berantai." Agar jangan lari dan terus mengadakan perlawanan, pasukan Persia itu oleh Orrnizd dirantai. Rati ukuran berat, sekitar 3.000 kg. — Pnj. 2 Kazimah, menurut beberapa sumber, Kuwait sekarang. — Pnj.

Page 7: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

224 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Khalid. Kematiannya itu sangat melegakan hati semua orang Arab. Di samping itu, rampasan perang yang diperoleh luar biasa besarnya, yang tak pernah ada perolehan sebesar itu, sehingga setiap orang anggota pa-sukan berkuda memperoleh seribu dirham selain senjata.

Yang menambah gemilangnya kemenangan dalam perang ini karena Khalid melaksanakan sepenuhnya kebijakan Abu Bakr mengenai para petani Arab Irak itu. Orang-orang keturunan Persia yang ikut berperang, yang dulu membantu pihak Persia ditawan. Sedang petani-petani dibiar-kan bebas tidak diganggu. Mereka yang tidak ikut berperang, diberi perlindungan sebagai zimmi.

Seperlima hasil rampasan perang itu oleh Khalid dikirim kepada Abu Bakr di Medinah, bersama-sama dengan topi Ormizd dan seekor gajah yang diperoleh pasukan Muslimin dalam perang itu. Penduduk Medinah, yang seumur hidupnya belum pernah melihat gajah, bahkan seluruh negeri Arab tak pernah melihat gajah, kecuali gajah yang dibawa Abrahah tatkala ia berusaha hendak menghancurkan Ka'bah. Ketika gajah itu dibawa berkeliling kota Medinah, penduduk terheran-heran melihat binatang sebesar itu. Di antara mereka ada yang merasa sangsi, bahkan perempuan-perempuan berkata: "Ini juga ciptaan Allah!?" Se-bagian mereka membayangkan binatang itu buatan orang Persia! Tetapi Abu Bakr menganggap hewan ini tak ada gunanya, lalu dikembalikan ke Irak bersama pengawalnya.

Persia bersiap-siap menyerang al-Mazar Ekspedisi ini telah membangkitkan semangat pasukan Muslimin.

Musanna asy-Syaibani meneruskan pengejarannya memburu pasukan Persia yang melarikan diri, seolah ia tak mau kehilangan jejak sebelum mencapai Mada'in. Sementara ia sedang mengintai mereka, datang be-rita bahwa sepasukan besar bala tentara Persia datang dari Mada'in untuk menghadapi Khalid dan pasukannya, sebab Raja Ardasyir ketika menerima surat Ormizd sudah memanggil Qarin1 anak Qaryanis, salah seorang bangsawan tinggi, untuk memimpin angkatan bersenjata sebagai bala bantuan yang diberangkatkan ke kota pelabuhan itu. Dalam per-jalanan ke selatan itu Qarin bertemu dengan Kobad dan Anusyagan yang memimpin sisa-sisa serdadu yang sudah kalah. Qarin menghentikan me­reka, ia berbicara dengan mereka yang akan membuat mereka merasa tenang. Kemudian ia menggabungkan pasukannya dengan pasukan mereka.

1 Ejaan nama-nama ini sepenuhnya saya salin menurut ejaan bahasa Arab, karena saya belum menemukan ejaan yang umum dipakai dalam buku-buku sejarah. - Pnj.

Page 8: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 225

Setelah itu mereka bermarkas di Mazar, di tepi kanal yang menghubung-kan Tigris dengan Furat.

Sekarang Musanna yakin bahwa kalau pasukannya itu saja yang menghadapi bala tentara Persia yang begitu besar, ia akan hancur. Oleh karena itu ia mencari tempat bermarkas yang tak jauh dari Mazar. Ditulisnya surat kepada Khalid bin Walid menguraikan segala yang sedang dihadapinya. Setelah menerima kabar itu Khalid khawatir sekali Musanna akan berhadapan dengan pasukan Qarin lalu mengalahkannya. Ini akan melemahkan kekuatan pasukan Muslimin. Cepat-cepat Khalid berangkat dengan pasukannya. Dalam waktu singkat ia sudah sampai di Mazar. Rupanya Qarin memang sudah mengadakan persiapan matang untuk menyerang Musanna. Pasukan Musanna kini sudah tak tahu lagi apa yang akan ditentukan Allah terhadap mereka.

Khalid dalam ekspedisi Mazar Beralasan sekali jika kemudian timbul rasa khawatir dalam hati

Musanna dan pasukannya itu. Kehancuran Ormizd itu telah menimbul-kan rasa dendam yang besar dalam hati pasukan Persia. Mereka datang semua dengan niat hendak membalas dendam. Mereka mengira, dengan hancurnya Musanna dan pasukannya yang kini jauh dari markas ko-mando itu, tujuan mereka sudah akan tercapai.

Setelah Khalid sampai di Mazar pihak Persia takut juga meskipun kedatangannya itu tak sampai mengurangi semangatnya. Kobad dan Anusyagan sekarang melihat ada kesempatan baik untuk membalas kehancurannya di Hafir itu. Mereka hendak menghilangkan coreng di kening, hendak menebus rasa malu dan aib selama ini. Mereka bakar semangat pasukan yang dulu bersama-sama, mereka kerahkan ke medan pertempuran dengan mengobarkan api dendam yang tak pernah padam ke dalam hati pasukan itu. Dalam benak ketiga panglima ini terbayang, bahwa kalau mereka menyerang Khalid sebelum orang ini siap tempur, kemenangan terhadap pasukan Muslimin pasti di tangan mereka, dan akan dapat mengusir mereka kembali ke Semenanjung dengan kepala tersungkur. Segala harapan dalam angan-angan mereka untuk meme-rangi Kisra atau pasukannya akan terkikis.

Khalid dalam perang Mazar Melihat persiapan pasukan Persia itu, Khalid tetap dengan rencana-

nya yang dibawanya dari Jembatan Besar, dan dengan kekuatannya itu ia akan menyerang mereka. Musanna dan pasukannya melihat Khalid yang berada di depannya itu merupakan pertolongan Allah yang diberi-kan kepada mereka sebagai suatu mukjizat. Perasaan takut itu sekarang

Page 9: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

226 ABU BAKR AS-SIDDIQ

berubah menjadi yakin akan mendapat kemenangan. Maut akan di-hadapinya dengan senyum, bukan dengan rasa takut. Memang benar apa yang dikatakan Khalid kepada Ormizd dulu: "Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."

Kedua belah pihak akhirnya bertempur berhadap-hadapan. Qarin, Kobad dan Anusyagan terbunuh di depan mata pasukannya sendiri. Pedang pasukan Muslimin memenggal leher serdadu-serdadu Persia itu dari segenap penjuru. Pasukan Persia yang sudah membayangkan akan memperoleh kemenangan bila berhadapan dengan Khalid ternyata me­reka lari lintang pukang mencari selamat, menuju ke kapal yang akan menyeberangkan mereka. Begitu banyak pasukan Muslimin menghadapi rampasan perang yang ditinggalkan musuh. Tetapi untuk mengejar terus, mereka terhalang oleh air.

Khalid tinggal di Mazar. Rampasan perang diserahkan kepada siapa pun yang telah mengusahakannya dan berapa pun jumlahnya, dan se-perlimanya dibagikan kepada mereka yang telah benar-benar berjuang. Selama tinggal di Mazar, orang-orang keturunan Persia yang ikut ber-perang dan dulu membantu mereka ditawan. Para petani dan semua orang yang membayar pajak dibiarkan. Di antara mereka yang ditawan dalam peristiwa itu termasuk ayah Hasan Basri.1

Setelah keadaan tenang kembali Khalid ingin mengamankan hu-bungannya dengan Teluk Persia. la mengangkat beberapa panglima atas pasukan yang tinggal di Hafir dan di Jembatan Besar dan mengangkat beberapa pejabat untuk mengurus pajak. Dia sendiri tetap tinggal di tempatnya memperhatikan berita-berita sekitar gerak gerik musuh.

Dia tidak mengira — sementara ia masih tinggal di dekat Teluk Persia — bahwa ia sudah akan dapat melumpuhkan kekuatan Persia di Irak. Dari Hirah jaraknya masih jauh. Hirah berada hampir di pertengahan jalan antara Teluk Persia dengan Mada'in. Di sebelah utara Mada'in di wilayah Persia itu masih banyak tentara Persia. Pasukan Muslimin sudah memperkirakan bahwa Persia akan meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak. Kabilah-kabilah ini tersebar di perbatasan-perbatasan Irak dan pedalaman, juga tersebar di Mesopotamia,2 yang kebanyakan pen-

1 Al-Hasan al-Basri (21-110 H., 642-728 M.) ulama terkemuka ilmu kalam dan pemuka sufi terkenal, ayahnya bernama Yasar, sumber lain menyebutkan bernama Habib, dikenal dengan Abul-Hasan; belajar dan dibesarkan di Mekah kemudian pindah ke Basrah di Irak. — Pnj. 2 Ma Bainan-nahrain, harfiah, 'antara dua sungai', yakni Mesopotamia, negeri purba terletak di Asia barat daya antara Sungai Tigris dengan Furat; termasuk wilayah Irak sekarang. — Pnj.

Page 10: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 227

duduknya beragama Nasrani. Bagi Persia yang beragama Majusi mereka bukan masalah. Bilamana Muslimin datang dan mengajak mereka ke-pada Islam atau membayar jizyah, mereka beranggapan lebih baik tetap dengan kebebasan mereka itu. Sudah tentu mereka akan bergabung dan membantu pihak Persia. Semua ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang terbayang dalam pikiran Jenderal jenius itu, dan sudah diperhitung-kannya matang-matang.

Persiapan Persia untuk menyerang Walajah Perhitungannya tidak meleset. Melihat pengalaman pahit di Hafir

dan Mazar, pihak Persia memang berpikir akan meminta bantuan orang Arab untuk menghadapi orang Arab: 'yang akan menumpulkan besi juga.' Kisra sudah mengandalkan kabilah-kabilah Arab yang begitu banyak itu, di antaranya kelompok-kelompok besar yang terdiri dari kabilah Bakr bin Wa'il. Dengan demikian Persia mengundang mereka dan mengangkat seorang pemimpin dari mereka untuk ditugaskan ke Walajah. Tetapi supaya kebanggaan kemenangan tidak pada pemimpin kabilah itu, pihak Persia mengangkat seorang pemimpin yang paling hebat dari pihaknya sendiri, yaitu Bahman Jadhuweh sebagai pimpinan pasukan Persia yang ditugaskan mengikuti mereka dari belakang. Kabilah-kabilah Arab dari Hirah dan Walajah makin banyak yang ber­gabung dengan mereka, begitu juga pejabat-pejabat Persia yang ber-kemah di samping mereka. Bahman sebagai komandan pasukan Persia sudah menyusul dan sekarang bersama-sama mempersiapkan diri untuk memerangi pasukan Muslimin.

Berita ini sampai kepada Khalid ketika ia di Mazar. la mengeluar-kan perintah kepada para perwira dan pasukannya yang tinggal di Hir, Kazimah dan di tempat-tempat lain yang sudah dianggap aman di Irak, agar terus waspada, dan jangan merasa puas diri atas kemenangan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.

Sekarang Khalid memimpin pasukannya berangkat ke Walajah untuk menghadapi pasukan Kisra. Masing-masing pihak sudah sama-sama siap dengan kekuatan yang prima, sehingga beberapa lamanya kemenangan itu selalu silih berganti di antara mereka. Khalid dengan strateginya yang jenius memerintahkan dua orang panglima pasukannya agar selama dalam perjalanan mereka memisahkan diri dari dia dan bersembunyi di belakang musuh. Begitu terjadi pertempuran, sergaplah musuh itu de­ngan tiba-tiba. Tetapi rupanya pelaksanaannya terlambat dan mereka tidak segera muncul. Sementara barisan yang sekarang sedang ber-tempur — baik dari pasukan Muslimin atau lawan — kadang maju dan

Page 11: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

228 ABU BAKR AS-SIDDIQ

kadang mundur. Masing-masing mereka beranggapan bahwa daya tahan mereka sudah habis dan pertempuran tak akan mencapai tujuan.

Sementara mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba pasukan Mus-limin yang bersembunyi itu muncul dari kanan kiri pasukan Kisra, se-dang Khalid terus memperketat tekanan kepada mereka dari depan. Ketika itulah pasukan Persia dibuat porak poranda. Selama mereka melarikan diri itu Khalid menghantam mereka dari depan dan pasukan yang bersembunyi dari belakang. Tak seorang pun dari mereka melihat lagi kematian temannya. Mereka lari, begitu juga orang-orang Arab yang mendukung mereka. Dalam pada itu pedang pasukan Muslimin mem-babati leher mereka. Mereka yang masih selamat ditawan, termasuk keluarga dan pendukung-pendukung mereka.

Kemenangan pasukan Muslimin di Walajah Ketika itu rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin begitu

banyak sehingga Khalid ketika berdiri di depan pasukannya berkata sambil menunjuk ke tanah tempat mereka bertempur yang begitu kaya itu: "Tidakkah kalian lihat makanan ini yang setinggi gunung. Demi Allah, kalau hanya untuk mencari makan, dan bukan karena kewajiban kita berjuang demi Allah dan mengajak orang kepada ajaran Allah Subha-nahu wa ta 'ala, pasti kita gempur desa ini sehingga hanya tinggal kita yang berkuasa di sini, dan orang yang enggan berjuang seperti yang kalian lakukan ini, kita biarkan mereka dalam kelaparan dan kekurangan."

Masih adakah seorang Muslim yang akan memperhitungkan nyawanya sesudah mendengar kata-kata ini? Di sini ia berjuang di jalan Allah, mem-bawa rampasan perang, dan tawanan menjadi milik mereka. Bukankah ini suatu kenikmatan dunia dan akhirat? Mana ada orang yang mau men-jauhinya? Dan siapa yang tidak ingin segera bertemu dengan Al-Khaliq?

Persiapan menyerbu Ullais Demikianlah keadaan orang Arab itu. Lalu bagaimana dengan pihak

Persia, sebagai pengawal kebudayaan dunia waktu itu, pusat segala ke-mewahan dan kenikmatan dunia, ilmu dan seni? Yang mengherankan kita setelah peristiwa Walajah, ialah karena yang darahnya mendidih oleh kehancuran itu bukan orang-orang Persia, melainkan orang-orang Arab Banu Bakr bin Wa'il. Mereka tak senang jika yang mendapat kemenangan itu saudara sepupu mereka sendiri di Semenanjung. Mereka marah, orang-orang Nasrani sebangsanya juga marah. Mereka berkores-pondensi dengan pihak Persia. Dan akhirnya keduanya berkumpul di Ullais ke jalur Sungai Furat di pertengahan jalan antara Hirah dengan Ubullah.

Page 12: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 229

Kisra Ardasyir menulis kepada Bahman Jaduweh supaya maju terus dengan pasukannya sampai ke Ullais. Di sana mereka akan berkumpul dengan pasukan Persia dan orang-orang Arab Kristen. Tetapi Bahman berpendapat akan menemui Ardasyir untuk membicarakan suatu ke-tentuan serta menerima perintah-perintah atasannya itu. Gaban, salah seorang panglimanya juga, mendesaknya agar ia meneruskan perjalanan ke Ullais, sambil berkata: "Hindarilah dulu perang dengan pasukan Mus-limin sebelum aku menyusulmu, kecuali jika kau harus cepat-cepat."

Tetapi Bahman menjumpai Ardasyir sedang sakit. Ia tak dapat me-ninggalkannya dan menyerahkan tugas itu kepada Gaban tanpa mengirim berita apa pun tentang keadaannya, juga tidak menyebut-nyebut hal itu. Ketika sampai di Ullais Gaban mendampingi Abdul Aswad al-Ijli koman-dan pasukan Banu Bakr bin Wa'il dengan beberapa orang Nasrani yang bergabung dengan dia. Mereka berdua itulah yang mengatur siasat perang.

Khalid bin Walid tidak tahu tentang perjalanan Gaban dan pasukan Persia itu. Yang diketahuinya hanya orang-orang Nasrani yang sudah berkumpul di Ullais. Dia pun berangkat dengan pasukannya serta orang-orang Arab Irak yang bergabung dengan dia. Sekarang ia kembali ke Hafir hendak mengatur barisan belakang. Melihat persiapan itu sesuai dengan rencananya, cepat-cepat ia kembali untuk menyongsong musuh di tempat mereka bermarkas. Begitu sampai di Ullais, tidak menunda lagi langsung ia mengajak mereka bertempur. Pasukan Arab itu segera menghadapinya. Tetapi tanpa memberi kesempatan samasekali Khalid langsung membantai komandannya, Malik bin Qais. Melihat barisannya mulai kacau Gaban bersama pasukan Persianya maju memberi sema-ngat. Dia dan pasukannya itu termasuk yang yakin sekali bahwa ia akan menang. Bukankah Bahman sudah menjanjikannya akan menyusul. Hen-daklah bertahan dan tabah menghadapi pasukan Muslimin sementara menunggu datangnya bala bantuan. Pertahankanlah sekuat tenaga dalam posisinya itu. Khalid melihat betapa tabah dan gigihnya mereka, walau-pun ia tak tahu apa yang mendorong mereka.

Sejenak pertempuran itu begitu sengit yang membuat Khalid jadi bingung. Ia menghadapkan diri kepada Tuhan dan memohonkan perto-longan: "Allahumma ya Allah, berilah hamba pertolongan. Kalau Engkau memberikan kemenangan kepada kami menghadapi mereka, jangan biarkan seorang pun yang hidup dari mereka. Berilah kekuatan kepada kami agar kubanjiri sungai mereka dengan darah mereka sendiri."

Kita tentu tahu arti kata-kata yang keluar dari lubuk hati Saifullah ini, lubuk hati yang paling dalam, yang tak pernah kenal takut, tak pernah mengelak dari maut dan tidak gamang melihat darah.

Page 13: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

230 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Pasukan Persia dan pembela-pembelanya itu cukup tabah, sedang Bahman belum juga muncul. Selama itu Khalid tidak meninggalkan segala macam muslihat perangnya, yang memang menjadi ciri khasnya sebagai seorang jenius dalam memimpin pertempuran, membuat musuh-nya itu terjepit. Sesudah ketabahan dan kekuatannya berangsur surut, sehingga tak dapat tidak mereka harus mengalami kehancuran, barisan mereka jadi centang perenang, mereka berbalik ke belakang dan cepat-cepat lari. Tak ada tujuan lain buat mereka selain mencari selamat. Khalid melihat mereka lari, maka disuruhnya orang yang biasa ditugaskan me-manggil-manggil untuk berseru kepada mereka: "Tawanan! Tawanan! Jangan dibunuh kecuali yang melawan!" Pasukan berkuda Muslimin dapat menyusul pasukan Persia dan orang-orang Arab sekutunya itu. Mereka dibawa berbondong-bondong sebagai tawanan perang, diseret seperti binatang ternak.

Sebelum terjadi pertempuran pasukan Persia sudah menyiapkan ma-kanan, tetapi Khalid sudah mendahului mereka. Setelah mereka rontok, Khalid berdiri di depan makanan itu seraya berseru kepada pasukannya: "Apa yang sudah diperoleh sebagai rampasan perang ini untuk kalian."

Pasukan Muslimin itu pun duduk menghadapi makan malam dengan begitu berselera, yang kebanyakan menganggap sebagai suatu keanehan. Melihat sejenis roti tipis-tipis yang belum mereka kenal, mereka ber-tanya: Yang bertambal-tambal putih ini apa! Orang yang sudah tahu menjawab bergurau: Pernah kalian mendengar tentang roti yang dikerat tipis-tipis? Inilah dia! Karena itu dinamai roti tipis-tipis. Orang Arab menamakannya hiburan untuk tamu.1

Sungai Darah Khalid meminta agar tawanan-tawanan itu diperiksa untuk meme-

nuhi janjinya hendak membanjiri sungai dengan darah mereka. la wakil-kan kepada beberapa orang pasukannya memenggal leher mereka di sungai setelah airnya dibendung. Selama sehari semalam mereka yang ditunjuk oleh Khalid membantai mereka tetapi sungai itu tidak meng-alirkan darah. Beberapa orang yang dekat kepada Khalid berkata: "Kalaupun penghuni dunia ini kaubantai darah mereka tak akan meng­alir. Darah itu akan lancar mengalir bersama air. Begitulah kalau kau ingin memenuhi janjimu."

1 Terjemahan terasa kurang tepat. Saya tak dapat menerjemahkannya dengan lebih sem-purna. Ada beberapa kesulitan mengenai arti kata dan susunan bahasa yang sebagiannya berupa permainan kata yang hanya dapat dirasakan tanpa diterjemahkan. — Pnj.

Page 14: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 231

Atas perintah Khalid air di sungai dibuka kembali; maka darah segar pun mengalir. Sejak itu sungai tersebut dinamai "Sungai Darah." Tabari menceritakan bahwa di tepi sungai itu terdapat beberapa peng-gilingan, yang selama tiga hari menggiling makanan untuk delapan belas ribu orang anggota pasukan, sementara air sungai berwarna merah padam mengalir deras di bawahnya.

Khalid belum puas dengan sungai yang sudah banjir darah itu. Bah-kan ia pergi ke sebuah tempat yang disebut Amgisyia atau Manisyia — sebuah kota seperti Hirah — di dekat Ullais, terletak di hilir Furat di anak sungai Badaqli. Penduduknya pernah terlibat dalam perang di luar kota Ullais. Khalid memerintahkan pasukannya agar menghancurkan kota itu. Mereka mengambil semua yang ada di situ dan dianggapnya sebagai harta rampasan perang. Dari sana anggota pasukan berkuda mendapat bagian seribu lima ratus (dirham) di samping hadiah yang diperoleh dari Khalid bagi mereka yang sudah mati-matian bertempur di Ullais.

Khalid mengirimkan laporan berikut seperlima rampasan perangnya dan orang-orang tawanan kepada Abu Bakr di tangan seseorang ber-nama Jandal dari suku Banu Ijl. Setelah disampaikan apa yang terjadi dan melaporkan tentang dikuasainya Ullais dengan hasil rampasan dan tawanan perang serta beberapa orang yang telah berjasa dan bagaimana pula strategi Khalid, Abu Bakr tak dapat menahan diri berteriak: "Tak akan ada perempuan yang dapat melahirkan anak seperti Khalid!" Ia menyuruh Jandal mengawini seorang perempuan dari Ullais supaya ke-mudian dapat melahirkan anak. Kemenangan itu supaya diumumkan ke seluruh Medinah dan tempat-tempat lain di negeri Arab. Abu Bakr me-rasa lega dengan pertolongan Allah kepada pasukannya di Irak itu, dan memang, Pedang Allah itu tak dapat dikalahkan.1

Tentang kejadian-kejadian di Ullais dan Amgasyia yang kita sebut-kan itu, beberapa penulis sejarah menyatakan penyesalannya bahwa seorang jenderal jenius sekaliber Khalid telah melakukan perbuatan yang begitu biadab. Mereka berharap sekiranya berita itu tidak benar. Andaikata pun memang benar demikian, tentu banyak penulis Muslim yang menyebutkan hal itu. Saya sendiri bersikap tidak memperkuat atau membantah apa yang dilaporkan sumber-sumber itu. Tetapi saya tak dapat menahan diri ingin tertawa ketika perbuatan itu dilukiskan se­bagai perbuatan biadab. Saya tertawa bukan karena menolak peng-gambaran demikian atau menganggapnya aneh, tetapi karena menurut

1 At-Tabari dan Ibn Asir, begitu juga yang lain menyebutkan bahwa jumlah orang yang terbunuh di Ullais, selain pasukan Muslimin, mencapai tujuh puluh ribu orang.

Page 15: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

232 ABU BAKR AS-SIDDIQ

hemat saya bahwa semua perang adalah biadab. Di mata bangsa-bangsa yang sudah maju sekarang pun perang dapat dibenarkan. Apabila orang mengambil jalan perang dengan segala kebiadabannya itu dapat dibenar­kan, yang menurut keyakinannya adalah adil, maka menggambarkan perang yang pada dasarnya memang biadab bahwa itu adalah biadab, sungguh menertawakan, bahkan lebih dari sekadar menertawakan.

Peradaban umat manusia sebenarnya belum sampai ke tingkat per-adaban yang sudah begitu tinggi, bebas dari segala kebiadaban dan sudah mencapai tingkat yang begitu mulia. Kebiadaban ini masih dianggap termasuk nilai-nilai peradaban, dan kesiapan'manusia berperang masih dipandang sebagai keperluan pokok dalam kehidupan bangsa-bangsa, bahkan keperluan pokok untuk mempertahankan eksistensinya supaya dapat mempertahankan diri dari kepunahan. Apa yang akan menjadi pegangan seorang jenderal dalam suatu peperangan, yang mungkin menambah atau mengurangi kebiadabannya, bukanlah hal yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Di segala zaman manusia sudah biasa menganggap kemenangan itu dapat memaafkan segala yang sudah lalu. Dalam berbagai pertempuran kemenangan memang di pihak Khalid selalu, maka dengan segala kemenangannya itu ia dapat dimaaf-kan, kalaupun permintaan maaf itu memang diperlukan.

Untuk meyakinkan alasan ini, rasanya cukup jika kita ketahui, bahwa kemenangan-kemenangan Khalid dan segala tindakannya itu telah me-lumpuhkan semangat dan moral orang-orang Persia dan orang-orang Arab pendukungnya. Mereka jadi ketakutan, dan sesudah peristiwa Ullais itu memang tak ada lagi dari mereka yang berpikir hendak mengadakan pembalasan, seperti yang terjadi sebelumnya di Mazar dan Hafir. Bahkan kehancuran Persia itu begitu dalam menusuk hati Kisra Ardasyir sehingga ia tak lagi mampu melawan penyakit yang dideritanya dan meminta Bahman mendampinginya sampai dia mati berulam jantung. Bagaimana lagi orang-orang Persia dan sekutu-sekutunya orang Arab itu masih akan memikirkan balas dendam, padahal pasukan Muslimin memang benar-benar cinta mati, dan kecintaan mereka pada mati itu justru mem-buat mereka hidup! Kemudian mereka juga melihat panglima perang-nya itu seolah dewa perang yang menjelma menjadi manusia! Tidakkah lebih baik buat mereka — dan ini yang mereka saksikan — meletakkan senjata saja dan menyerah kepada nasib?!

Pengaruh perang Ullais terhadap Persia Itulah semua yang sudah terjadi. Persia sekarang sedang sibuk ka-

rena kematian rajanya. Orang-orang Arab di pedalaman dan di Mesopo-

Page 16: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 233

tamia jadi tercerai berai. Tak terdengar lagi berita-berita adanya per-siapan perang atau hendak mengusir Muslimin dari negeri itu. Tetapi Khalid cukup arif untuk membiarkan begitu saja sikap mereka yang diam itu atau jadi lupa daratan karena kemenangan sehingga tak lagi melihat apa yang ada di balik semua itu dan yang akan terjadi sesudah itu. Yang mendorong semangat orang-orang Persia beiperang di Ullais itu ialah kabilah-kabilah Arab juga. Jika kabilah-kabilah ini pada suatu waktu tenang-tenang saja berarti besok mereka akan membuat tipu muslihat. Kalau Khalid tidak menumpas semua cita-cita mereka yang hendak mengadakan pembangkangan dan pengkhianatan, kalau semua jalan menuju ke Semenanjung tidak diamankan, maka jangan menyalah-kan orang lain jika ia kelak ditimpa bencana. la tak pernah mengabai-kan perhitungan sampai yang sekecil-kecilnya sekalipun.

Oleh karena itu, situasi demikian sudah diperhitungkannya dan pe-rencanaannya juga matang. Perhitungan yang paling mudah ialah men-duduki kota Hirah, dan menguasai tempat-tempat mereka di sebelah barat Sungai Furat ke arah perbatasan dengan Semenanjung.

Kepala daerah Hirah ketika itu seorang marzaban Persia bernama Azadabeh. Kekuasaan ibu kota Irak waktu itu sudah berkurang, sesudah selama dua puluh lima tahun memegang kekuasaan yang berwibawa. Sebabnya ialah, Banu Lakhm yang telah mendirikan kerajaan di Hirah sejak abad ketiga Masehi dan berlangsung selama berabad-abad itu, berselisih dengan Banu Tayyi' sehingga pecah perang antara mereka. Dengan adanya perselisihan ini, Persia menggunakan kesempatan dengan membantu Banu Tayyi' melawan Nu'man bin al-Munzir yang akhirnya berhasil ditangkap, dipenjara dan kemudian dibunuh. Setelah itu Iyas bin Qubaisah dari Banu Tayyi' bertindak sebagai penguasa Hirah dan daerah yang berada di bawah kekuasaannya. Sesudah beberapa tahun berkuasa Banu Bakr bin Wa'il datang menghancurkan pasukan Persia didukung oleh sekutu-sekutu Iyas di Zu Qar yang membuat Iyas ter-jungkir dari kursinya dan Kisra mengangkat seorang marzaban dari pihaknya sebagai penguasa Hirah. Dengan demikian habislah wibawa dan kekuasaannya. Tetapi pengaruhnya dalam hati orang-orang Arab membuat pihak Persia selalu memberikan perhatian dan mengambil hati mereka. Oleh karena itu, Khalid khawatir melihat kedengkian mereka kepadanya itu, bahwa Banu Bakr bin Wa'il akan bekerja sama dengan Banu Tayyi' dan kabilah-kabilah Arab lain yang tinggal di Hirah dan sekitarnya untuk mengadakan perlawanan atau memutuskan jalan. Maka terpikir oleh Khalid hendak menyerangnya dan menguasai kota kemu­dian menjadikannya markas dan pusat segala kegiatannya.

Page 17: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

234 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Persiapan memasuki Hirah Penduduk Hirah memang sudah tidak ragu lagi bahwa Khalid akan

datang juga dan akan mengepung mereka setelah tersiar berita-berita tentang Ullais dan Amgasyia serta kemenangan-kemenangan dan segala perbuatannya di kedua tempat itu. Penguasa Hirah sudah memperkira-kan bahwa Khalid akan melalui sungai dengan menggunakan kapal-kapal Amgasyia. Langkah pertama yang diambil Azadabeh mengerahkan bala tentaranya ke luar kota Hirah. Anaknya diperintahkan membendung jembatan-jembatan di Furat supaya air sungai tidak lagi mengalir ke hilir dan untuk merintangi perjalanan kapal di sana.

Perkiraan Azadabeh tidak meleset. Khalid dan pasukannya memang menggunakan kapal-kapal Amgasyia dan terus bertolak ke utara ke jurusan Hirah. Sementara mereka dalam pelayaran itu, tiba-tiba kapal oleng lalu kandas. Dengan oleng dan kandasnya kapal tersebut pasukan Muslimin terkejut sekali, dan Khalid pun marah. Ditanyakannya sebab-sebab kejadian itu kepada awak kapal. Mereka mengatakan bahwa atas perintah penguasa Hirah jembatan-jembatan itu dibendung dan aliran air dialihkan. Dengan demikian kapal-kapal itu tak akan dapat berlayar. Khalid keluar dengan satu batalion pasukan berkudanya dan menuju ke tempat anak Azadabeh di mulut tebing. la dan anak buahnya disergap di tempat berlindungnya itu, dan air di sungai kembali mengalir. Khalid dan pasukan berkudanya tetap mengawasi. Kapal-kapal itu kembali ber­layar membawa semua pasukannya ke Khawarnaq. Di tempat ini mereka diturunkan untuk mengadakan persiapan memasuki Hirah.

Khalid di istana Khawarnaq Sekarang Khalid menguasai Istana Khawarnaq dan Istana Najaf,

keduanya adalah tempat musim panas para pembesar Hirah, sementara pasukannya sudah berkemah di depan tembok kota itu.

Adapun Azadabeh sendiri sudah lari lebih dulu sebelum bertempur. la merasa sangat terpukul dengan apa yang telah menimpa anaknya dan dengan kematian Ardasyir. Larinya Azadabeh itu tidak mengurangi pihak Hirah sendiri untuk mempertahankan keempat benteng kota dan tembok-temboknya dan mengadakan persiapan untuk mempertahankan-nya sedapat mungkin.

Tetapi persiapan mereka sedikit pun tak ada artinya. Istana Kha­warnaq dan kota Hirah telah membangkitkan semangat pasukan ber-kuda Muslimin serta kenangan kepada Nu'man Agung putra Munzir dan Sinimmar dan apa yang telah terjadi dengan pembangunan istana yang menjulang tinggi serta puisi-puisi mengenai itu. Semua ini me-

Page 18: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK

nambah kekuatan dan semangat mereka. Betapapun besarnya kekuatan musuh dan segala persiapannya, bagi Jenderal jenius ini, Khalid Saiful-lah, Khalid Saiful Islam ternyata tak ada artinya. Dengan kepiawaian dan keperkasaannya semua itu dapat diterobosnya. Tetapi pihak Hirah tetap tak mau menyerah. Khalid menugaskan para perwiranya meng-hubungi mereka supaya menyerah. Kalau mereka setuju, terimalah, sebaliknya kalau mereka tetap menolak berilah waktu satu hari kemu-dian barulah perangi mereka. Para perwira Muslimin itu mengajak pe­nguasa-penguasa Hirah untuk menerima satu dari tiga pilihan ini: Islam, jizyah atau pengumuman perang. Tetapi penguasa-penguasa itu memilih perang.

Sekarang tak ada jalan lain maka menyerbulah tentara itu ke is-tana-istana mereka dengan akibat menelan banyak korban. Pastor-pastor dan rahib-rahib yang banyak terdapat dalam biara-biara di Hirah, begitu melihat pembantaian menimpa mereka dan yang lain, mereka berseru:

"Hai penghuni istana, tak ada orang yang membunuhi kami selain kamu!"

Melihat perlawanan itu tampaknya sia-sia para penghuni istana itu berseru:

"Hai orang-orang Arab! Satu dari yang tiga itu kami setujui. Henti-kan serangan kalian sambil menunggu sampai Khalid tiba ke tempat kami."

Khalid menemui penghuni istana itu satu persatu, lalu katanya ke-pada mereka: "Ya, adakah kamu orang-orang Arab? Mengapa kamu membenci orang Arab? Ataukah kamu orang-orang asing, mengapa kamu membenci keadilan?"

Mereka menjawab dengan mengatakan: "Ya memang, malah kami Arab 'Aribah dan yang lain Arab Musta'ribah."

"Kalau benar apa yang kamu katakan, mengapa kamu menjauhi kami dan membenci kami?"

"Untuk membuktikan apa yang kami katakan," sahut mereka lagi, "kami tak menggunakan bahasa lain selain bahasa Arab."

"Pilihlah satu dari tiga," kata Khalid lebih lanjut: "bergabung ke dalam agama kami, kamu mendapat hak dan kewajiban yang sama,

1 Dalam sejarah antropologi, Arab al-'Aribah ialah 1) Arab al-Ba'idah yakni Arab yang sudah punah, termasuk kaum Ad dan Samud; 2); Arab asli yang menggunakan bahasa Arab al-Ba "idah; Arab al-Musta 'ribah dari keturunan Qahtan di selatan, meng-gunakan bahasa Arab yang sama. Arab al-Musta 'ribah Arab keturunan Nabi Ismail di utara. — Pnj.

235

Page 19: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

236 ABU BAKR AS-SIDDIQ

walaupun kamu pindah tempat kalau kamu akan tinggal di perkam-pungan kamu; atau membayar jizyah; atau berperang. Demi Allah, kami datang ke mari dengan orang-orang yang lebih mencintai mati daripada hidup."

"Kami akan membayar jizyah," kata mereka. Heran juga Khalid atas kegigihan mereka bertahan dalam agama

Nasraninya itu, lalu katanya: "Celaka kamu! Kekufuran itu adalah padang tandus yang menye-

satkan. Orang Arab yang paling bodoh ketika dalam perjalanan bertemu dengan dua orang penunjuk jalan, yang dipilihnya orang asing dan yang orang Arab ditinggalkan."

Kata-kata ini tak dapat mengubah kegigihan mereka dari agamanya itu. Mereka bersikap demikian mungkin karena jiwa mereka terpe-ngaruh oleh martabatnya sebagai manusia kalau sampai ia pindah dari keyakinan yang dianutnya, sebab dia sudah kalah lalu terpaksa pindah agama. Juga terpengaruh oleh keadaan kaum Muslimin yang masih baru di Irak. Orang tidak tahu, akan betahkah mereka di Hirah dengan ke­adaan itu, atau karena hal-hal tertentu mereka akan keluar meninggal-kannya.

Penduduk Hirah setuju dengan jizyah Khalid telah mengadakan persetujuan dengan mereka dengan pem-

bayaran jizyah seratus sembilan puluh ribu dirham. Persetujuan tertulis dibuat antara dia dengan pemuka-pemuka mereka: Adi dan Amr anak-anak Adi dan Amr bin Abdul Masih dan Iyas bin Qubaisah dan Hiri bin Akal yang berisi persetujuan penduduk Hirah dengan ketentuan jizyah ini, dibayar setiap tahun bagi yang minta perlindungan; bagi yang tidak meminta perlindungan, tidak dikenakan jizyah. Kalau mereka melaku-kan pengkhianatan, dengan perbuatan atau perkataan, maka haknya sebagai seorang zimmi tak ada lagi.

Mereka memberikan hadiah-hadiah kepada Khalid, yang oleh Khalid kemudian dikirimkan kepada Abu Bakr bersama-sama dengan berita ke-menangannya dan persetujuan itu. Persetujuan dibenarkan dan hadiah-hadiah itu pun diterima, tetapi dinilainya sebagai jizyah. Maka ia me-nulis surat kepada Khalid.'

16 Para sejarawan sepakat bahwa cerita-cerita tentang Amr bin Abdul Masih, yang diberi nama Baqilah ini karena ia menemui kaumnya dengan mengenakan dua helai se-lubung hijau, lalu mereka berkata kepadanya: Hai, orarig Hirah, engkau hanya sayur hijau (baqilah berarti sayur). Konon Baqilah ini yang pertama kali mengajak damai lalu hai itu oleh kaumnya diserahkan kepadanya. Khalid menanya kepada Amr:

Page 20: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 237

Ketika menyinggung soal perjanjian itu para penulis sejarah me­nyebutkan, bahwa ada sebuah cerita aneh meskipun kebenarannya masih diragukan. Diceritakan bahwa Khalid menolak membuat persetujuan itu kecuali jika Karamah putri Abdul Masih, saudara perempuan Amr dise-rahkan kepada Syuwail.1 Dia begitu gigih dalam hal ini karena di­katakan bahwa Syuwail ini pernah mendengar Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan tentang Hirah dan ia menanyakan ten-tang Karamah, dikatakan kepadanya: "Dia buat engkau kalau kau dapat membebaskan (Hirah) dengan paksa."

Gadis yang bernama Karamah ini waktu mudanya sangat cantik. Syuwail waktu mudanya juga pernah melihatnya dan dia tergila-gila kepadanya dengan selalu memujinya. Bahwa dia kini menuntutnya kem-bali, buat Khalid tak ada jalan lain kecuali harus melaksanakan janji Rasulullah itu.

"Berapa umurmu." Dijawab: "Seratus tahun." "Apa yang paling mengesankan dalam pengalamanmu," tanya Khalid lagi. "Aku melihat sebuah desa yang toratur baik terletak antara Damsyik dengan Hirah.

Perempuan yang datang dari Hirah hanya berbekal sekerat roti." Khalid tertawa. "Dalam usiamu setua ini," kata Khalid lagi, "engkau masih ingat semua itu? Engkau

sudah pikun, Amr!" Kemudian ia berkata kepada penduduk Hirah yang lain: "Aku mendapat berita bahwa kamu ini orang-orang jahat, penipu, licik! Mengapa kamu

menyerahkan persoalanmu ini kepada orang yang sudah pikun, yang tak tahu asalnya?" Amr pura-pura tidak mengerti dan ia ingin memperlihatkan kepadanya tentang apa

yang diketahui dan berpegang pada kebenaran yang sudah diceritakannya. Lalu katanya: "Demi yang sebenarnya, Jenderal. Aku tahu benar dari mana aku datang." "Dari mana kau datang?" tanya Khalid. "Dari perut ibuku." "Akan pergi ke mana?" "Ke depan." "Apa itu?" tanya Khalid lagi. "Akhirat." "Asal usulmu paling jauh dari mana?" "Dari keturunan bapakku." "Di mana engkau sekarang?" "Dalam bajuku." "Engkau mengerti?" "Sudah tentu." Setelah Khalid melihat kearifan orang ini, ia berkata: "Penduduk setempat lebih mengenal keadaan lingkungannya." "Jenderal, semut lebih tahu apa yang ada dalam rumahnya daripada unta."

! Al-Balazuri menyebutkan nama orang itu Khuraisam.

Page 21: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

238 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Hal ini sangat mengharukan hati keluarganya dan menganggapnya penting. Tetapi Karamah berkata kepada mereka: "Tidak apa, pertemu-kan aku dengan dia, aku yang akan menebus. Untuk apa kalian khawatir kepada perempuan yang sudah berusia delapan puluh tahun! Laki-laki ini bodoh sekali. Dia melihatku waktu aku masih muda remaja dan dikiranya tidak berubah!"

Lalu ia menemui Syuwail seraya berkata: "Maksudmu mau apa dengan nenek-nenek setua aku ini? Sekarang

tebus sajalah aku!" "Tidak," katanya. "Aku yang akan menentukan." "Tentukanlah semaumu." "Rasanya bukan suami ibu Syuwail kalau kurang dari seribu dirham." Karamah pura-pura menganggap jumlah itu terlalu besar dengan

maksud hendak mempermainkannya. Tetapi tebusan itu kemudian di-berikan dan ia pun kembali kepada keluarganya. Ketika teman-teman-nya mendengar apa yang dilakukannya itu, ia diejek karena dinilai jumlah tebusan itu terlalu kecil, dan ada pula yang memarahinya. Tetapi ia masih berdalih: "Aku rasa tak akan ada jumlah yang lebih tinggi dari seribu."

Ia mengadukan halnya itu kepada Khalid. "Niatku memang itulah jumlah yang tertinggi." "Kita menginginkan sesuatu, Allah menghendaki yang lain," kata

Khalid. "Kita lihat yang nyata saja lepas dari soal niatmu, kau membohong atau tidak."

* * *

Selesai Khalid membebaskan Hirah, atas kemenangan itu ia salat delapan rakaat tanpa salam. Selesai salat ia berpaling kepada teman-temannya katanya:

"Dalam perang Mu'tah sudah sembilan pedang yang patah di tanganku. Tetapi tak ada yang seperti orang Persia ini, terutama orang-orang Ullais."

Khalid menjadikan Hirah markas komandonya Khalid tinggal di Hirah dan sekaligus dijadikan markas komando­

nya. Itulah ibu kota Islam pertama di luar negeri Arab. Tetapi pimpinan pemerintahan diserahkan kepada tokoh-tokoh anak negeri itu. Dengan demikian mereka merasa puas, suasana sekitar juga tenang. Penduduk di dekat Hirah merasakan adanya keadilan yang merata. Terasa ter-

Page 22: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 239

ganggu oleh yang demikian, istana Persia berusaha mengajak damai Khalid dan bersedia bergabung di bawah panji Islam. Bukankah petani-petani itu dibiarkan tak terganggu menggarap tanah mereka, malah segala yang menjadi beban buat mereka karena kezaliman pejabat-pejabat Persia dulu kini dihapus, dan hak-hak mereka dijamin.

Yang pertama sekali mengajak damai ialah Suluba bin Nastuna pe-nguasa Quss al-Maqatif di bilangan Banqia dan Basma.1 Kemudian dibuat persetujuan mengenai jizyah dan perlindungan dengan pembayaran sepuluh ribu dinar setiap tahun; yang mampu disesuaikan dengan ke-mampuannya dan yang tak mampu disesuaikan dengan ketidakmampu-annya. Persetujuan ini ditutup dengan kata-kata berikut yang ditujukan kepada Suluba: "Engkau sudah menjadi pemimpin kaummu dan kaummu sudah setuju dengan engkau, dan aku dengan kaum Muslimin pasukan-ku setuju."

Persetujuan dengan daerah-daerah di dekat Hirah Pejabat-pejabat (dahaqin, para dihkan) lain selain Suluba yang

berada di sekitar Falalij dengan Hormuzgerd juga cepat-cepat meng-adakan persetujuan dengan Khalid dengan membayar dua ribu (dinar). Dengan demikian kekuasaan Khalid sampai ke pantai Tigris, dan pe-tugas-petugasnya memungut jizyah di daerah-daerah yang berada di antara Teluk Persia di selatan dan Hirah di utara dengan perbatasan negeri Arab di barat sampai ke Tigris di sebelah timur.

Khalid membentuk korps-korps militer dengan perbentengan yang kuat sekali untuk mencegah adanya serangan musuh. Di mana pun mereka berada harus memperlihatkan kewibawaan Islam di mata pen-duduk. Pembagian satuan-satuan di daerah-daerah ini pengaruhnya sangat menentukan dalam menumpas setiap rencana pengacauan, dan me-nanamkan kewibawaan pasukan Muslimin yang benar-benar tangguh.

Kegelisahan raja Persia Yang dikhawatirkan Khalid ialah timbulnya kerusuhan dari pihak

kabilah-kabilah Arab. Sedang Persia hanya tinggal Mada'in yang masih jauh dari pasukan Muslimin, di samping kekacauan di kalangan mereka sendiri, yang membuat mereka tak dapat lagi memikirkan yang Iain-lain. Syiruya (Khavad II) dan pengganti-penggantinya sudah mem-bunuhi semua ahli waris takhta dari anak-anak Kisra dan Bahram Gor,

1 Nama-nama Persia ini ejaannya mungkin sudah diarabkan. Saya tidak menemukan ejaan asalnya.— Pnj.

Page 23: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

240 ABU BAKR AS-SIDDIQ

sehingga tak ada lagi orang yang dapat dinobatkan menjadi raja Persia dan yang dapat mempersatukan mereka. Ketika yang naik takhta para ratu, kerajaan ini semakin lemah. Oleh karena itu, orang-orang Persia sudah merasa puas jika ibu kota mereka menjadi aman dengan di-bangunnya di sekitar kota itu kekuatan angkatan bersenjata, dengan menggunakan Sungai Syir yang menghubungi Sungai Furat dengan Sungai Tigris sebagai bentengnya, sementara kerajaan mereka tetap dalam keadaan rusak dan kacau.

Tetapi kekuatan Persia itu tak akan mampu membendung serangan Khalid kalau tidak karena ada perintah Abu Bakr agar jangan mening-galkan Hirah atau meneruskan langkah operasinya, sebelum Iyad bin Ganm menyusulnya untuk melindungi pasukannya dari belakang. Iyad memang masih tinggal di Dumat al-Jandal, sebab sejak kedatangannya ke sana ia tak dapat menguasai keadaan penduduk. Karena itu Khalid tinggal lagi setahun penuh di kotanya yang baru itu. Ia merasa tersiksa karena jauh dari medan pertempuran. Sering sekali ia berkata kepada teman-temannya: "Sebenarnya aku tidak memerlukan pertolongan Iyad, kalau tidak karena adanya perintah Khalifah. Untuk membebaskan Persia sekarang sudah bukan masalah. Tahun ini bagiku seolah tahun perempuan!"

Menantang raja Persia dan para gubernurnya Khalid merasa jemu, kesepian. Dipanggilnya beberapa orang tokoh

Hirah dan ia menyerahkan dua pucuk surat kepada mereka. Sepucuk surat untuk disampaikan kepada raja Persia dan sepucuk lagi untuk para gubernurnya. Surat itu dimulai dengan:

"Segala puji bagi Allah Yang telah membuat pemerintahan kalian kacau balau, kekuatan kalian jadi semakin lemah dan kalian sudah pecah belah. Kalau tidak dibuat demikian, kalian akan lebih celaka lagi. Ber-gabunglah kalian dan negeri kalian dengan kami. Kami akan menye­rahkan kekuasaan kalian kepada yang lain, ke tangan orang-orang yang mencintai mati, sebagaimana kalian yang mencintai hidup. Demikianlah adanya meskipun kalian tidak suka."

Bunyi surat kedua: "Terimalah Islam, kalian akan selamat. Kalau tidak, kami akan memberikan jaminan kepada kalian dan tunaikanlah jizyah, atau, kami telah datang dengan orang-orang yang mencintai mati sebagaimana kalian yang mencintai minuman keras."

Apa pula yang akan diperbuatnya setelah dua surat ini, sedang pe­rintah Abu Bakr kepadanya sudah begitu tegas. Meminjam kata-kata Khalid: "Khalifah berpendapat untuk meredakan ketakutan rakyat."

Page 24: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK

Abu Bakr melarangnya memasuki Mada'in sebelum Iyad menyusulnya. Selain Mada'in, tak adakah kegiatan lain sebagai latihan perangnya de-ngan tidak melanggar perintah Khalifah? Ya! Pihak Persia sudah mem-bentuk satuan-satuan angkatan perangnya di Anbar dan Ain at-Tamr di dekat Hirah. Satuan-satuan ini sudah mengagak-agak untuk mengancam pasukan Muslimin di tempatnya yang baru. Khalid perlu bergerak ke sana dan menumpas mereka, dan anggaplah ini sebagai latihan perang-perangan buat dia selama ia 'dalam tahun perempuan' yang dilaluinya dengan menganggur tanpa perang itu. Hirah diserahkan kepada Qa'qa'. Dengan menempatkan Aqra' bin Habis di barisan depan, ia berangkat menyusuri pantai Furat, dimulai dengan memasuki kota Anbar.

Khalid bergerak dan menguasai Anbar Begitu sampai, kota itu dikepungnya. Ia mengeluarkan perintah agar

anggota-anggota pasukannya dilengkapi dengan panah. Tetapi kota itu masih kukuh dibentengi tembok-tembok dan parit-parit yang dalam yang digali di sekitarnya. Sebagai panglima Khalid tidak sabar kalau tidak segera mendapat kemenangan. Dikelilinginya parit itu, sehingga bila sudah sampai ke bagian yang paling sempit ia mengeluarkan perin­tah supaya unta-unta yang sudah lemah disembelih lalu dilemparkan ke dalam parit itu untuk menimbunnya. Kemudian pasukan itu menyebe-ranginya segera dan langsung memanjat tembok lalu menghancurkan pintu-pintu benteng itu. Mereka sudah siap memasuki kota untuk me-lakukan serangan dan penawanan, tetapi Syirazad, penguasa kota orang Persia itu menghubungi Khalid bahwa dia bersedia memenuhi tun-tutannya untuk damai asal ia dikirim ke tempat perlindungannya dalam satuan yang terdiri dari pasukan berkuda tanpa samasekali membawa harta benda. Khalid setuju dan Syirazad dibebaskan.

Khalid memasuki Anbar dan tinggal di kota itu. Ia mengadakan perdamaian dengan daerah-daerah sekitarnya. Keadaan sekarang jadi stabil, dan keinginannya hendak melatih kepiawaiannya sebagai pang­lima perang tercapai sudah.

Setelah Khalid merasa puas dengan keadaan di Anbar dan daerah sekitarnya, pimpinan kota itu diserahkannya kepada Zabriqan bin Badr. Sekarang dia siap-siap dengan pasukannya menuju ke Ain Tamr di tepi Sahara — antara Irak dengan pedalaman Syam. Ia mencapai tempat ini dalam waktu tiga hari. Ketika itu Mahran anak Bahram Gobin, kepala daerah Ain Tamr dari pihak Persia. Sekitar daerah itu dihuni oleh orang-orang Persia dalam jumlah besar. Di samping mereka ini tidak sedikit pula kelompok kabilah pedalaman: Banu Taglib, Banu Namir dan Banu

241

Page 25: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

242 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Iyad dipimpin oleh Uqqah bin Abi Uqqah dan Huzail yang dulu ber-sama-sama dengan Sajah memimpin pasukan untuk menyerang Muslimin di Medinah. Karena pihak Ain Tamr berpendapat bahwa Khalid akan mendatangi mereka, Uqqah berkata kepada Mahran:

"Yang lebih tahu memerangi orang Arab hanya orang Arab. Biar-lah kami yang menghadapi Khalid!"

Mahran tersenyum seraya berkata: "Benar kau! Memang benar ka-lianlah yang lebih tahu memerangi orang Arab, dan kalian seperti kami dalam memerangi orang Persia. Mereka masih kurang dari kalian. Kalau kalian memerlukan kami akan kami bantu."

Beberapa orang Persia tidak menyadari tipu muslihat Mahran ini dan mereka menganggap kata-katanya itu suatu kelemahan. Mereka mencelanya tapi dia menjawab: "Percayalah, yang kuinginkan segala yang baik untuk kalian dan yang sebaliknya untuk mereka. Orang yang telah membunuh raja-raja kita dan melanda kita dan telah melumpuh-kan kita, akan kutangkis dengan mereka sendiri. Kalau mereka dapat melawan Khalid, itulah keuntungan kita; kalau sebaliknya, sebelum me­reka bertindak kita hajar mereka. Posisi kita lebih kuat, mereka lemah."

Ketegasan Khalid menghadapi perlawanan Bertemu dengan Khalid dan pasukannya di tengah jalan, Uqqah

mengerahkan tentaranya untuk menyerangnya. Tetapi Khalid rupanya lebih cepat bertindak, dia disergap dan ditawan. Tak sampai berperang orang-orang badui itu sudah kabur berlarian. Pasukan Muslimin terus mengejar mereka sehingga banyak mereka yang ditawan, sementara Huzail dan pemimpin-pemimpin lain yang bersama dia dapat lolos. Tat-kala melihat apa yang terjadi dengan benteng itu, Mahran sendiri lari bersama pasukannya dan membiarkan benteng itu dipertahankan oleh satuan-satuan tentara dan sisa-sisa badui yang sudah kalah. Melihat sudah tak berdaya menghadapi Khalid, mereka yang masih berada da­lam benteng itu mengajak damai. Tetapi Khalid menolak, kecuali jika mereka tunduk di bawah perintahnya. Syarat ini mereka terima dan pintu-pintu benteng pun dibuka. Sekarang mereka berada dalam tahanan Khalid selain Uqqah yang disuruh penggal lehernya. Setelah itu me-nyusul mereka yang ikut berperang dalam benteng itu. Harta mereka menjadi rampasan perang dan kaum perempuan ditawan.

Sikap Khalid yang begitu keras dalam peristiwa ini menurut ana-lisis para sejarawan karena musuh-musuhnya itu membunuh Umair, se­orang sahabat Nabi, dan salah seorang anggota Ansar juga dibunuh secara gelap. Ada lagi sebagian yang berpendapat bahwa sikapnya yang keras

Page 26: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK

itu telah menimbulkan kebencian orang-orang Irak kepada Khalid, yang akibatnya dalam bentuk pemberontakan yang terjadi setelah ia pergi hendak membebaskan Syam.

Di dalam benteng itu ada sebuah biara, di dalamnya ada empat puluh anak sedang belajar Injil dengan pintu tertutup. Oleh Khalid pintu dirusak dan mereka ditanyai: "Sedang apa kamu?" Mereka menjawab: "Disandera." Mereka lalu dipilah mana di antara mereka yang belajar dengan sungguh-sungguh. Besar sekali dugaan bahwa yang mereka pe-lajari dalam biara ini besar sekali manfaatnya. Di antara mereka yang berhasil itu terdapat Sirin Abu Muhammad bin Sirin, seorang ulama fikih di Basrah dan Nusair, ayah pahlawan Musa bin Nusair panglima Anda­lusia.

Selesai Khalid menguasai Anbar dan Ain Tamr ia mengirimkan se-perlima (hasil rampasan perang) kepada Abu Bakr disertai berita di tangan Walid bin Uqbah. Juga Walid menceritakan kepada Khalifah apa yang telah terjadi. Barangkali juga ia bercerita tentang Khalid yang ke-sepian selama tinggal di Hirah itu serta kata-katanya kepada pasukan Muslimin: "Sebenarnya aku tidak memerlukan pertolongan lyad, kalau tidak karena adanya perintah Khalifah. Untuk membebaskan Persia seka-rang sudah bukan masalah. Tahun ini bagiku seolah tahun perempuan!"

Di pihak Abu Bakr sendiri, sebenarnya ia juga sudah jemu melihat posisi lyad. Ia berpendapat hal ini akan melemahkan moril pasukan Muslimin. Kalau tidak karena keberhasilan Khalid di Irak, tentu hal ini akan merupakan penghinaan kepada mereka, dan akan mendorong musuh-musuhnya mengadakan pembangkangan dan berusaha menjatuhkan nama baik mereka. Setelah mendengar cerita Walid tentang Khalid dan ke-sepiannya itu, ia memerintahkan Walid untuk membantu lyad di Dumat al-Jandal.

Ketika itu Walid melihat lyad sedang mengepung musuh dan dia sendiri dalam keadaan terkepung oleh musuh yang sekarang sudah berhasil merebut jalan raya. Ia belum mendapat jalan setelah bertukar pikiran dengan dia untuk melepaskannya dari kesulitan ini. Ketika itu ia berkata kepadanya: "Dalam beberapa hal, suatu pendapat itu lebih baik dari jumlah tentara yang besar. Hubungilah Khalid dan mintalah supaya ia bersiap-siap."

Sudah tentu lyad langsung menerima saran itu. Telah setahun penuh ia tak mampu menguasai lawannya. Ia mengutus seseorang kepada Khalid yang pagi itu sedang santai di Ain Tamr. Begitu ia mernbuka surat lyad, wajahnya tampak ceria, dan ketika itu juga utusan itu disuruh kembali dengan membawa sepucuk surat kepada lyad yang bunyinya:

243

Page 27: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

244 ABU BAKR AS-SIDDIQ

Kepadamu sekarang tujuanku. Tunggulah sebentar, rombongan akan datang Membawa singa-singa dengan pedang berkilauan Batalion demi batalion. Secepat itu pula Khalid sudah siap untuk menolong lyad. Baris-

baris puisi itu mempertegas apa yang kita sebutkan di atas, bahwa ia merasa tersiksa karena kesepian dan jauh dari medan pertempuran. Buat dia Anbar dan Ain Tamr belum lagi memuaskan hatinya. Latihan itu tidak memadai untuk kemampuannya yang luar biasa besarnya itu.

Khalid cepat-cepat bertolak ke Dumat al-Jandal Dengan mempercayakan Ain Tamr kepada Uwairn bin al-Kahil al-

Aslami, Khalid dengan pasukannya cepat-cepat berangkat ke Dumat al-Jandal. Jarak antara Dumatul Jandal dengan Ain Tamr tiga ratus mil, yang ditempuh Khalid dalam waktu kurang dari sepuluh hari. Dengan menghadapi bahaya gurun Sahara dan pasirnya yang sangat lembut, dengan kemauan yang begitu keras tanpa mengenal bahaya, Khalid melintasi pedalaman Syam dan Sahara Nufud, menurun dari utara ke selatan. Setelah berada dalam jarak dekat dengan Dumat al-Jandal, dan kabilah-kabilah mendengar tentang kedatangannya itu, mereka terkejut. Pemuka-pemuka mereka berselisih pendapat apa yang harus mereka lakukan.

Kabilah-kabilah yang sekarang bermarkas di Dumat al-Jandal dua kali lipat banyaknya dari ketika lyad datang setahun silam. Soalnya karena Banu Kalb, Banu Bahra' dan Banu Gassan sudah berangkat dari Irak ditambah lagi dengan yang lain menyusur turun ke Dumat al-Jandal de­ngan maksud hendak membalas dendam kepada lyad atas kekalahannya menghadapi Khalid. Kedatangan mereka ini membuat posisi lyad makin sulit. Ukaidir bin Abdul Malik al-Kindi penguasa Dumat al-Jandal mem-berontak kepada penguasa kota itu. Dia pula dulu yang menyebabkan Abu Bakr mengutus lyad untuk membungkam pemberontakannya dengan pedang.

Dari semua kabilah itu hanyalah Ukaidir yang paling tahu tentang Khalid. Dia tak dapat melupakan perang Tabuk dan kembalinya Ra-sulullah dari sana ke Medinah, dan kembalinya Khalid ke Dumat al-Jandal atas perintah Rasulullah dengan lima ratus orang anggota pasukan berkuda serta serangannya kepadanya dan tertangkapnya dia sebagai tawanan perang; ancamannya akan dibunuh kalau ia tidak mau mem-buka pintu Dumat al-Jandal. Juga dia tak lupa bagaimana pintu kota itu dibuka untuk menyelamatkan sang amir. Kemudian bagaimana Khalid

Page 28: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK

mengangkut dari sana dua ribu ekor unta, delapan ratus kambing dan empat ratus wasaq [kargo] gandum dan empat ratus baju besi. Dia tidak lupa ketika dibawa ke Medinah yang kemudian masuk Islam dan ber-sekutu dengan Rasulullah. Ukaidir tak dapat melupakan semua itu.

Itu pula sebabnya tatkala ia tahu akan kedatangan kawannya itu ia berkata kepada al-Judi bin Rabi'ah, pemimpin kabilah-kabilah yang da-tang hendak mempertahankan Dumat al-Jandal dan mau membalas dendam kepada lyad. Dinasihatinya dia supaya berdamai saja dengan Khalid.

"Akulah yang paling tahu tentang Khalid," katanya. "Tak ada orang yang lebih beruntung dari Khalid, dan dalam perang tak ada orang yang lebih bersemangat dari dia. Begitu orang melihat wajah Khalid, dalam jumlah besar atau kecil, pasti bertekuk lutut. Dengarkanlah nasihatku, berdamailah dengan mereka."

Tetapi kabilah-kabilah itu menolak pendapat Ukaidir. "Aku tidak akan membantu kalian memerangi Khalid. Terserah ka­

lian," katanya, lalu ia pergi seperti sudah direncanakan untuk menemui Khalid.

Beberapa sumber masih berbeda pendapat mengenai apa yang terjadi setelah ia menemui Khalid. Ada yang mengatakan dia dibunuh atas perintah Khalid. Sumber lain menyebutkan bahwa Khalid senang dan dia dikirim ke Medinah, kemudian oleh Umar ia dibebaskan pada masa pemerintahannya. Setelah itu ia pergi ke Irak dan menetap di suatu tempat yang diberi nama Dumat di dekat Ain Tamr.

Selanjutnya Khalid berada di Dumat di antara kemahnya dengan kemah lyad bin Ganm. Judi bin Rabi'ah tetap hendak mempertahankan Dumat, sementara setiap kabilah yang memperkuat Dumat dipimpin oleh pemimpinnya masing-masing. Benteng Dumat sudah penuh sesak dengan mereka. Kabilah yang lain berkemah di sekeliling benteng itu. Kedua belah pihak sekarang sudah siap bertempur. Ketika Judi sedikit lagi berada di hadapan Khalid, oleh Khalid ia diserang dengan sekali pukul, dan Aqra' bin Habis menghantam temannya dari Dumat semen-tara lyad menghantam yang berikutnya dari pasukan kabilah-kabilah itu. Ketika itu juga mereka lari lintang pukang dengan tujuan memasuki benteng dan berlindung di sana. Setelah benteng itu penuh, pintu-pintu segera ditutup dan membiarkan teman-teman mereka di luar menjadi mangsa pasukan Muslimin, ada yang dibunuh dan ada pula yang ditawan.

Khalid kemudian datang. Mereka yang masih ada di luar oleh Khalid dihabisi hingga pintu benteng itu tersumbat oleh mereka. Khalid me-manggil Judi dan saat itu juga ia ditebas lehernya, kemudian menyusul

245

Page 29: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

246 ABU BAKR AS-SIDDIQ

para tawanan yang juga dihabisi. Kecuali tawanan-tawanan Banu Kalb, terpaksa mereka dibebaskan karena sudah mendapat jaminan Aqra' dan Asim.

"Mereka sudah mendapat perlindungan kami," kata kedua orang itu. Ketika mereka dilepaskan Khalid berkata: "Ada urusan apa aku de-

ngan kalian he!? Kalian masih mempertahankan cara-cara jahiliah dan meninggalkan ajaran Islam!"

Khalid mengepung benteng Dumat Ketika Khalid mengelilingi benteng dan sampai di depan pintu di-

perintahkannya supaya pintu benteng itu dibongkar. Saat itu pasukan Muslimin menyerbu masuk dan membunuh tentara yang ikut berperang dengan menawan kaum perempuan yang kemudian dijual kepada yang berani membayar dengan harga tinggi. Khalid membeli seorang gadis yang paling cantik di antara mereka, yaitu putri Judi bin Rabi'ah dan ia tinggal bersamanya di Dumat. Aqra' bin Habis diperintahkan kembali ke Anbar.

Mengapa perhatian pasukan Muslimin begitu besar terhadap Dumat al-Jandal? Mengapa begitu kuat keinginannya hendak menguasainya? Kita sudah lihat bahwa sejak masa Rasulullah pun tempat itu memang sudah mendapat perhatian. Mereka bersekutu dan bergabung dengan mereka. Selama masa Abu Bakr pasukan Muslimin bertahan selama satu tahun di depan benteug-benteng itu. Mereka terus bertahan demi­kian sampai daerah itu tunduk dan kembali berada di bawah kekuasaan Muslimin. Dari segala yang sudah terjadi itu barangkali kita sendiri sudah dapat menjawab: Dumat terletak di jalan raya yang menuju ke Hirah dan Irak, dan di mulut Wadi Sirhan yang menuju ke Syam.

Wajar sekali kawasan ini menjadi pusat perhatian Rasulullah, sebab yang penting baginya mengamankan perbatasan Syam dengan Seme-nanjung. Dan wajar sekali bila Abu Bakr dan angkatan bersenjatanya juga memberikan perhatian demikian rupa dalam perang di Irak dan bertahan di perbatasan Syam. Itu pula alasannya maka Iyad tak pernah meninggalkannya selama ia ditugaskan di sana dan Khalid pun cepat-cepat ke sana begitu dimintai pendapatnya dalam mencari jalan meng-atasi masalah itu. Sekiranya Dumat tidak tunduk kepada kekuasaan Muslimin, tentu mereka tak beranjak dari Irak dan hanya menunggu nasib, dan tentu juga tak akan mampu menguasai Syam.

Sekarang kita berhenti sejenak bersama Khalid di Dumat sambil bertanya kepadanya: rahasia apa di balik bakat yang membuat keme­nangan itu selalu ada di tangannya. Bahkan kemenangan itu menjelma

Page 30: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 247

dalam pribadinya sehingga dia sendiri identik dengan kemenangan. Se-kiranya ia hidup di zaman Yunani kuno, niscaya dewa kemenangan itu akan diberi nama Khalid!

Maukah dia menjawab pertanyaan kita?! Saya kira tidak! Bukan karena sombong dia tak mau menjawab, tetapi karena rahasia yang di-ketahuinya itu tak lebih daripada apa yang kita ketahui. Rahasia itu ada hubungannya dengan jiwa, dengan roh, dan soal roh di tangan Tuhan, dan Khalid seperti kita, ilmu yang dikuasainya hanya sedikit sekali. Dan kapan pula orang berbakat itu tahu tentang bakat yang ada dalam dirinya dan asal sumber yang memancar dari jiwanya?

Tiada lain itu adalah suatu pancaran, suatu karunia Allah yang di-limpahkan kepada siapa saja yang dikehendaki dari hamba-Nya: pancar­an bakat ini menjelma dalam diri Khalid bin Walid, yang lain pada Umar bin Khattab, pada Ibn Sina, pada Ibn Rusyd, Raphael, Beethoven, Sha­kespeare, Ma'arri, Syauqi dan yang lain. Pancaran ilahi yang menyatu dengan jiwa seorang hamba Allah itu. Dialah Yang telah mengangkatnya dan mengangkat bangsa itu setinggi-tingginya ke mana pun Ia kehendaki. Bilamana arus pancaran itu bertemu dalam zaman yang sama dan pada bangsa yang sama seperti yang terjadi pada Abu Bakr, Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid serta orang-orang yang sezaman dengan mereka dan pernah berhubungan dengan mereka, maka dalam waktu singkat mereka telah mencapai tingkat yang begitu tinggi, sama seperti yang kemudian dicapai oleh segenap umat Islam dalam sekian tahun.

Dan dalam waktu kurang dari satu generasi, kehidupan masyarakat badui padang pasir Semenanjung itu telah berubah menjadi sebuah im-perium besar yang begitu luas dengan kekuasaan rohaninya yang begitu dalam ke lubuk hati manusia. Selanjutnya beban kebudayaan dunia ter-pikul di bahunya selama sepuluh abad berturut-turut, hingga kemudian beralih dipikulkan ke bahu Eropa, dan yang sampai sekarang masih mem-bawa beban itu.

Orang Irak menggunakan kesempatan memberontak saat Khalid tak ada Orang masih merasakan betapa hebatnya kemampuan dan bakat

pada seseorang itu; maka orang pun akan menundukkan kepala ketika menghadapinya. Tetapi bila orang yang penuh bakat itu sudah tak ada, dan dunia lengang, ia mulai mengangkat kepala dan berusaha mencari keuntungan dalam peluang itu.

Demikian jugalah yang dilakukan oleh Hirah dan Irak ketika Khalid tak ada di Dumat. Orang-orang Persia dan orang-orang Arab yang men-

Page 31: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

248 ABU BAKR AS-SIDDIQ

dukungnya mengira bahwa nasib baik ada di pihak mereka dan inilah kesempatan yang baik sekali. Banu Taglib membayangkan bahwa saat-nya sekarang sudah tiba untuk membalas kematian Uqqah. Bagi Qa'qa' tak ada cara lain daripada melindungi apa yang sudah diperoleh pasukan Muslirain dan tidak akan membiarkan mereka yang ada di belakang perbatasan itu untuk menyerang.

Berita-berita itu sampai juga kepada Khalid. Tak tahan lagi ia ting-gal di Dumat. Dengan didahului Aqra' bin Habis bersama Iyad bin Ganm ia pun segera berangkat. Sesampainya di Hirah ia meminta Iyad meng-urus kota itu, dan Qa'qa' dikerahkannya ke Husaid, tempat kaum pem-berontak yang terdiri atas orang-orang Persia dan Arab sudah mengikat janji. Dia sendiri bersumpah akan menyergap Banu Taglib itu di per-kemahan mereka sendiri.

Khalid kembali ke Irak Begitu mengetahui kedatangan Khalid pihak Irak terkejut sekali dan

nasib mereka kini jadi terbalik. Apa yang mereka duga bahwa para pe-nyerang dari Semenanjung itu akan meninggalkan mereka seperti dulu, ternyata tidak demikian. Semua ini tampak jelas di wajah mereka tatkala Qa'qa' pergi ke luar kota Hirah untuk menyambut Khalid. Di tepi-tepi jalan penduduk berdiri ingin melihat tentara Muslimin lalu di depan mereka. Ketika melihat yang demikian kepada teman-temannya mereka berkata:

"Mereka lewat di depan kita dan ini berarti suatu kegembiraan se-kaligus bencana."

Qa'qa' berangkat ke Husaid dengan mendapat dukungan semangat dari Khalid. Pihak Persia tak dapat bertahan, malah komandannya ter-bunuh dan anak buahnya segera lari. Tidak sedikit rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin. Anggota-anggota pasukan yang me-larikan did membayangkan bahwa mereka akan dapat berlindung di benteng Khanafis bersama-sama dengan orang-orang Persia yang ada di dalamnya. Tetapi komandannya sudah lari lebih dulu begitu mendengar kedatangan pasukan Muslimin. Sekarang tentara Muslimin tak men-jumpai seorang lawan pun yang akan diajak bertarung.

Semua berita itu sampai kepada Khalid. Ia menulis kepada semua komandannya dengan janji pada malam dan waktu tertentu akan ber-kumpul di kota Musayyakh, tempat kabilah Huzail yang memberontak. Pada malam yang sudah dijanjikan itu mereka berkumpul, lalu mengada-kan serangan kepada kabilah-kabilah itu sementara mereka sedang tidur. Begitu banyak korban berjatuhan sehingga seperti kambing layaknya.

Page 32: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 249

Di Musayyakh ini ada dua orang dari Muslimin yang membawa surat kesaksian dari Abu Bakr tentang keislaman mereka yang ikut terbunuh. Setelah berita kematian itu diterima Abu Bakr ia membayar-kan diat untuk kedua orang itu. Tetapi Umar tetap menyalahkan Khalid dan hal itu dihubungkan pula dengan terbunuhnya Malik bin Nuwairah dulu. Sebagaimana dulu Abu Bakr membela Khalid, sekali ini juga ia membelanya dengan mengatakan tentang kedua orang itu: "Begitulah risiko orang yang berada dalam peperangan."

Sesudah Musayyakh ini sekarang tiba saatnya bagi Khalid untuk memenuhi sumpahnya menyergap Banu Taglib. Untuk itu ia meme-rintahkan kedua perwiranya, Qa'qa' dan Abu Laila supaya berangkat terlebih dulu dan dijanjikan untuk menyerbu Banu Taglib pada suatu malam yang sudah ditentukannya. Dengan pedang terhunus ketiganya mengepung dari tiga jurusan, dan tak seorang pun dari anggota tentara Banu Taglib yang dapat meloloskan diri. Semua tawanan dan rampasan perang diambil. Seperlima dikirimkan kepada Abu Bakr di tangan Nu'man bin Auf asy-Syaibani. Seorang tawanan perempuan, Sabihah binti Rabi'ah bin Bujair at-Taglibi diperistri oleh Ali bin Abi Talib yang kemudian melahirkan dua anak, Umar dan Ruqayyah.

Khalid mencapai perbatasan Irak dan Syam Berita-berita penyerbuan Khalid malam hari kepada kabilah-kabilah

di pemukiman mereka itu, sudah tersebar luas. Demikian juga perem-puan-perempuan dan gadis-gadis yang menjadi tawanan, serta pembagi-an rampasan perang dan tawanan perang kepada anggota-anggota pasukannya. Sekarang semua kabilah sudah tak mampu lagi melawan Khalid. Peristiwa ini membuat kabilah-kabilah di Irak jadi tak berdaya. Mereka meletakkan senjata dan mengajak damai.

Khalid meneruskan perjalanan ke utara menyusuri pantai Furat dan sekitarnya. Semua mereka tunduk dan mengakui keunggulan Khalid. Setelah sampai di Firad, yaitu perbatasan Irak dengan Syam, dalam per­jalanan yang terus-menerus mengadakan pembersihan dan peperangan itu, Khalid dan anak buahnya turun untuk berbuka puasa Ramadan serta mengatur pasukannya. Kita ikut turun bersama Khalid di Firad untuk sekadar beristirahat sebentar.

Kota al-Firad ini lebih dekat ke utara Irak dan Syam. Sekiranya lyad bin Ganm bernasib baik lalu dapat menaklukkan Dumat ketika kepergiannya yang pertama ke sana, niscaya tujuan Khalid bukan ke utara, yang memang menjadi perhatian Abu Bakr ketika ia memerin-tahkan lyad memasuki Irak dari sebelah utara, tetapi yang akan menjadi

Page 33: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

250 ABU BAKR AS-SIDDIQ

tujuannya ialah utara Hirah. Bahwa pasukannya kini sudah mencapai ujung perbatasan Syam dari bagian atasnya, itu adalah suatu mukjizat yang tak terpikirkan oleh Khalifah — suatu mukjizat, yang rasanya tak ada perempuan dapat melahirkan anak semacam dia. Menghadapi Ru-mawi dari perbatasan Persia itu sungguh suatu mukjizat yang luar biasa!

Khalid tinggal di Firad sampai selama sebulan penuh itu sungguh suatu keberanian yang luar biasa, padahal batasnya antara pasukannya dengan pasukan Rumawi yang bermarkas di Syam itu hanyalah Sungai Furat! Tidakkah ia khawatir pasukan Rumawi akan naik pitam melihat pasukan Khalid di depan matanya lalu menyerangnya dan dengan demi-kian berarti ia memperbanyak musuh? Musuh yang luar biasa pula! Persia di sebelah timur, Rumawi di sebelah barat dan kabilah-kabilah pedalaman yang masih memikul dendam, berada di segenap penjuru. Setelah menumpas pemberontakan Irak, bukankah lebih baik dia me-narik pasukannya ke Hirah dan tinggal di tempat itu sambil memper-kuat kedaulatan Muslimin di sana?!

Tidak! Sekiranya itu yang dilakukannya berarti dia seorang politikus yang akan membuat waktu sebagai senjatanya, dengan menahan-nahan diri untuk mencari kekuatan. Khalid paling tak sabar dengan waktu. Ia mengejek sikap menahan-nahan diri, ia sangat membenci politik meng-ulur-ulur waktu. Ia tak suka membiarkan sesuatu lalu begitu saja. Apa artinya Persia, apa artinya Rumawi, juga apa artinya tokoh-tokoh peda­laman dan kelompok-kelompok mereka itu semua, betapapun banyaknya mereka di depan mata Khalid yang begitu kuat, begitu garang, yang membuat hati semua orang jadi gamang, membuat medan perang jadi goncang — Khalid yang begitu cepat menyergap negeri orang! Memang, dia memang mau tinggal di Firad itu, lalu mau apa; terserah pihak Ru­mawi kalau mau menyerangnya.

Pihak Rumawi belum merasakan keberanian Khalid. Karenanya ke-hadiran pasukan Muslimin lama-lama di depan mata mereka cukup menjengkelkan. Darah mereka mendidih, dibakar pula oleh orang-orang Persia dan Arab yang sudah pernah merasakan betapa ngerinya meng­hadapi pukulan Khalid. Di dekat Firad beberapa satuan Persia sudah ditempatkan, begitu juga kabilah-kabilah Arab pedalaman yang terdiri atas Banu Taglib, Banu Namir dan Banu Iyad. Mereka tersebar di se­genap penjuru. Semua mereka itu bergabung dengan Rumawi sambil memberi dorongan dan bantuan kepada mereka. Mereka bergerak sampai sudah mendekati Khalid yang hanya dipisahkan oleh air sungai. Mereka mengirim pesan: kalian menyeberang ke tempat kami, atau kami yang menyeberang ke tempat kalian. Khalid menjawab: kalianlah menyebe-

Page 34: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 251

rang ke tempat kami. Sementara sedang mereka menyeberang itu Khalid sudah menyusun siasat dan strateginya. Pihak Rumawi berkata kepada sekutu-sekutunya: berkelompoklah kalian masing-masing supaya kita dapat mengenal yang baik dan buruk, dari mana datangnya.

Ketika itu kedua pihak sudah berhadap-hadapan. Khalid memerintah-kan agar anak buahnya terus mengadakan tekanan dan pasukan berkuda-nya supaya menggiring mereka dengan tombak, dan bila mereka sudah terkumpul segera dihujani dengan serangan serentak. Tetapi perlawanan Rumawi dan sekutu-sekutunya itu tampaknya masih akan memperpan-jang pertempuran. Dengan demikian Khalid sempat membuat berbagai macam muslihat dalam siasatnya itu, yang sebelum itu oleh musuh-musuhnya tak pernah dikenal atau dialami. Ternyata pihak Rumawi dan sekutu-sekutunya itu kabur. Mereka melarikan diri, dan pasukan Mus-limin mengejar mereka dari belakang sambil terus menghantam habis-habisan. Semua penulis sejarah menyebutkan jumlah mereka yang ter-bunuh dan yang dalam pengejaran mencapai seratus ribu orang.

Usai pertempuran Khalid masih tinggal sepuluh hari lagi di Firad. Setelah itu diumumkan agar pasukan kembali ke Hirah. Pengumuman terjadi pada 5 Zulhijah tahun 12 Hijri.

Akan kembalikah Khalid dengan angkatan bersenjatanya dan me-netap di kota yang baru itu?

Dia punya kewajiban kepada Allah yang harus ditunaikan lebih dulu. Setelah peristiwa di Firad itu ia merasa betapa agungnya agama ini dan dia sudah tak dapat lagi menundanya. Allah telah memberinya keme-nangan di Yamamah, kemudian di Irak, kedaulatan Persia pun sudah pula tunduk kepadanya, selanjutnya di Firad dengan tunduknya Rumawi dan kedaulatannya. Ia bersyukur kepada Allah seribu syukur. Maha terpuji Dia, Mahaberkah nama-Nya! Tetapi cukupkah hanya dengan bersyukur dan memuji atas segala kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepadanya itu? Bukankah baginya suatu kewajiban kepada Allah bila ia melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, untuk menambah rasa syukur dan pujinya, meminta ampun atas segala yang sudah lalu. Dia Maha Pengampun, Maha Pengasih.

Setelah peristiwa Firad perasaan punya suatu kewajiban itu terasa makin mendesak dalam diri Khalid, dan bertambah lagi selama sepuluh hari ia tinggal di Firad itu. Kemudian menjadi suatu kekuatan yang tak dapat dilawannya, bahkan ia merasakan lebih lemah dari pasukan Ru­mawi, dari pasukan Persia. Melihat jauhnya jarak dari Irak, tidak lepas dari perhitungannya. Kesempatan itu akan digunakan oleh pihak Persia untuk bersiap-siap menghasut dan membuat kekacauan. Dengan itu me-

Page 35: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

252 ABU BAKR AS-SIDDIQ

reka akan mengobarkan semangat yang dapat menimbulkan bibit-bibit pemberontakan. Inilah yang harus dicegah. Tetapi bagaimanapun ia tak akan mundur dari niatnya, dan ia tak akan berpaling lagi hendak me-nunaikan kewajiban agamanya kepada Allah.

Untuk menghindari hal ini, tak ada jalan lain bagi Khalid ia harus menunaikan ibadah haji dan kembali ke Irak. Dalam hal ini tak ada orang yang tahu selain stafnya yang dekat, yang akan sama-sama berangkat dengan dia. Tetapi, ah! Bukankah juga suatu kewajiban baginya harus melapor kepada Khalifah dan menunggu izinnya? Kalau Khalifah tidak setuju, di hadapan Allah ia tidak berdosa. Andaikata ia diizinkan kemu-dian terjadi hal-hal yang tak diinginkan lalu Irak memberontak, maka alangkah baiknya untuk Islam jika sesudah pulang menunaikan ibadah haji ia berjuang lagi seperti perjuangannya sesudah Dumat dulu! Kalau Khalifah tidak mengizinkan, maka dengan batalnya itu hatinya tak akan merasa tenteram. Jika demikian tak ada jalan lain buat dia kecuali harus meneruskan niatnya dan melaksanakan ibadah hajinya diam-diam tanpa setahu Abu Baler dan siapa pun. Dia yakin Abu Bakr akan memaafkan-nya dan ibadah hajinya akan diberi pahala oleh Allah.

Diam-diam Khalid menunaikan ibadah haji Khalid memerintahkan pasukannya kembali ke Hirah dengan per-

lahan-lahan dan memperlihatkan seolah ia berada di barisan belakang. Dengan beberapa orang sahabat dekatnya ia berangkat cepat-cepat ke Mekah, dengan mengambil jalan pintas sekalipun lebih sukar dilalui. Bila di jalan yang sukar ini ada rintangan? Untuk menempuh jalan itu tak diperlukan penunjuk jalan. Buat dia apa perlunya penunjuk jalan: dia sendiri anak Mekah, sudah tidak lagi memerlukan penunjuk jalan. Semua jalan di tanah Arab yang mereka ketahui untuk keperluan perdagangan sudah dia kenal. Dia seorang panglima perang yang sudah menjelajahi semua pelosok pedalaman, dari lembah-lembah dan gunung-gunung pasir, sampai ke semua tanah datar dan dataran tingginya, sudah dikenalnya semua.

Khalid tiba di Mekah. Begitu selesai melakukan manasik haji, ia segera kembali. Kedatangannya ke Mekah itu tak seorang pun ada yang tahu. Abu Bakr juga tidak tahu. Sebuah sumber menyebutkan bahwa tahun itu Abu Bakr juga di Mekah memimpin ibadah haji.

Khalid kembali cepat-cepat ke Hirah melalui jalan yang sukar itu lagi, seperti keberangkatannya ketika itu ke Mekah. Ia memasuki Hirah bersamaan dengan barisan belakang yang datang dari Firad. Dengan demikian orang-orang Persia dan Arab di Irak tak ada yang mengetahui

Page 36: Muhammad Husain Haekal - Abu Bakar (Bag 12)

12. PEMBEBASAN IRAK 253

kepergiannya untuk menunaikan ibadah haji itu, juga selama itu tak ada tanda-tanda bahwa dia tak ada di Irak.

Sekarang Khalid sudah merasa tenteram tinggal di Hirah. Seolah terbayang olehnya bahwa dia sekarang sudah menunaikan segala ke-wajibannya kepada Allah dan agama. Dengan demikian kini ia dapat berkonsentrasi. Setelah barangkali kemudian ia pergi ke Mada'in untuk menerobos ibu kota Kisra itu. Tetapi takdir punya ketentuannya sendiri yang tak dapat ditembus oleh manusia, kendati punya kekuatan, punya kekuasaan dan ketangkasan seperti Khalid. Nasib telah menyertai Khalid dengan kemenangan yang diberikan Allah kepadanya di Firad dan me-nyerang Rumawi sampai ke jantung kerajaannya, demikian juga ia me-nyerang Persia sampai ke jantung kerajaannya.1

Disebutkan juga bahwa yang memimpin ibadah haji ketika Khalid berangkat ke Mekah itu adalah Umar, dan Abu Bakr dalam masa ke-khalifahannya tak pernah memimpin ibadah haji. Tetapi para sejarawan memperkuat bahwa Abu Bakr-lah yang memimpin haji tahun itu. Mana pun yang benar dari kedua sumber itu, yang jelas Abu Bakr tidak me-ngetahui keberangkatan panglima besarnya itu ke haji, kecuali sesudah semua orang kembali menunaikan ibadah haji dan sesudah Khalid me-netap di Hirah. Marahkah Khalifah kepada Khalid karena pergi tanpa seizinnya? Adakah kemarahan itu akan meninggalkan dendam dalam hati Abu Bakr? Itulah yang akan kita lihat sebentar lagi.

1 Mengenai pembebasan Irak serta perjalanan Khalid untuk membebaskan Hirah ini beberapa sumber sejarah sependapat. Mengenai beberapa detail yang tidak sama dalam sumber-sumber itu tidak mengubah rentetan peristiwa ataupun kesimpulannya. Tetapi di luar itu masih terdapat perbedaan. Apa yang kita sebutkan dalam bab ini mengenai Anbar, Ain Tamr dan Firad. sejalan dengan at-Tabari, Ibn al-Asir, Ibn Khaldun dan yang sependapat dengan mereka. Sebaliknya al-Balazuri dalam Futuhul Buldan, al-Azdi dan al-Waqidi dalam Futuhusy Syam samasekali tidak menyebut-nyebut mengenai per-tempuran Firad itu. Yang mereka singgung bahwa Khalid hanya menyerbu Anbar dan Ain Tamr tatkala ditugaskan dari Irak oleh Abu Bakr sebagai komandan angkatan ber-senjata Muslimin di Syam.