ketikan p2 skenario 4
DESCRIPTION
:))TRANSCRIPT
![Page 1: Ketikan p2 Skenario 4](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082617/577c82921a28abe054b159db/html5/thumbnails/1.jpg)
DIAGNOSIS MIOMA UETRI
A. ANAMNESIS
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid ( biasanya haid memanjang jika ukuran
mioma sudah besar)
c. buang air kecil atau buang air besar (biasa terjadi jika ukuran mioma cukup besar
dan menekan kandung kemih)
d. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
e. Nyeri, terutama saat menstruasi.
f. Adanya perdarahan abnormal
g. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Palpasi: didapatkan tumor di abdomen bagian bawah, Konsistensi padat,
kenyal, mobil,
b. Permukaan tumor umumnya rata.
c. Pemeriksaan ginekologik: dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglas
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
b. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Pemeriksaan laboratorium. Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri
adalah anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan
kekurangan zat besi maka perlu d periksa darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit,
![Page 2: Ketikan p2 Skenario 4](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082617/577c82921a28abe054b159db/html5/thumbnails/2.jpg)
Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju
Endap Darah dll
g. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
kearah kavum uteri pada pasien infertil.
h. Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus
tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem
urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.
D. PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI
PENGOBATAN
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma
uteri memerlukan pengamatan sekitar 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya
yang terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist
(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di
hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (bueriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi
lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu
tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat.
Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan
ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma subkoum padamyom geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila
tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak,
maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
![Page 3: Ketikan p2 Skenario 4](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082617/577c82921a28abe054b159db/html5/thumbnails/3.jpg)
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhannya.
Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agarovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita menderita
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
Terapi Myoma dengan Kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena myomektomi pada pada kehamilan sangat
berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus.
Operasi terpaksa kita lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau
karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan lahir dialakukan sectio caesarea
disusul dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda selesai
nifas.
KOMPLIKASI MIOMA UTERI
1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari seluruh
mioma, serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum.
3. Sarang mioma
![Page 4: Ketikan p2 Skenario 4](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082617/577c82921a28abe054b159db/html5/thumbnails/4.jpg)
Dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi
darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa
metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari
uterus sendiri.
PROGNOSIS MIOMA UTERI
Histerektomi dengan menggangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau
menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio caesaria) pada persalinan
berikutnya.
Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomektomi terjadi pada 15-40%
pasien dan ⅔ nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
REFERENSI :
Achadiat Chrisdiono., Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi, 2003, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Anwar M. dkk., Ilmu Kandungan, Edisi ke-3, BP-SP: Jakarta, 2011
Bates, Lynn S. Bickley. 2012. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan.
Jakarta : EGC
Hestiantoro, Andon, Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus Disfungsional,
Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia
Jacob Trisusilo Salean, Refarat-mioma uteri, FK-UKI, 2010.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007
Sastrawinata S. Ginekologi edisi 2. Bandung: Elstar Offset; 1981. p. 160
Saifuddin A. Dkk., Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo, BP-SP:Jakarta, 2012
![Page 5: Ketikan p2 Skenario 4](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082617/577c82921a28abe054b159db/html5/thumbnails/5.jpg)
Tri, K., 2010, Karakteristik Mioma Uteri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Wiknjosastro,H., 2011, Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.