ketikan p2 skenario 4

7
DIAGNOSIS MIOMA UETRI A. ANAMNESIS a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama. b. Kadang-kadang disertai gangguan haid ( biasanya haid memanjang jika ukuran mioma sudah besar) c. buang air kecil atau buang air besar (biasa terjadi jika ukuran mioma cukup besar dan menekan kandung kemih) d. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah. e. Nyeri, terutama saat menstruasi. f. Adanya perdarahan abnormal g. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal. B. PEMERIKSAAN FISIK a. Palpasi: didapatkan tumor di abdomen bagian bawah, Konsistensi padat, kenyal, mobil, b. Permukaan tumor umumnya rata. c. Pemeriksaan ginekologik: dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglas C. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. b. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,

Upload: aprila-c-dara

Post on 13-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

:))

TRANSCRIPT

Page 1: Ketikan p2 Skenario 4

DIAGNOSIS MIOMA UETRI

A. ANAMNESIS

a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

b. Kadang-kadang disertai gangguan haid ( biasanya haid memanjang jika ukuran

mioma sudah besar)

c. buang air kecil atau buang air besar (biasa terjadi jika ukuran mioma cukup besar

dan menekan kandung kemih)

d. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

e. Nyeri, terutama saat menstruasi.

f. Adanya perdarahan abnormal

g. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.

B. PEMERIKSAAN FISIK                                        

a. Palpasi: didapatkan tumor di abdomen bagian bawah, Konsistensi padat,

kenyal, mobil,

b. Permukaan tumor umumnya rata.

c. Pemeriksaan ginekologik: dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor

tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglas

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG  

a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium

dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. 

b. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua

pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.

Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat

membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa

jaringan.

c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis

serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai

dengan infertilitas.

e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

f. Pemeriksaan laboratorium. Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri

adalah anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan

kekurangan zat besi maka perlu d periksa darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit,

Page 2: Ketikan p2 Skenario 4

Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju

Endap Darah dll

g. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh

kearah kavum uteri pada pasien infertil. 

h. Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus

tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem

urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.  

D. PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI

 PENGOBATAN

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma

uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma

itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma

uteri memerlukan pengamatan sekitar 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti

pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya

yang terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.

            Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist

(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang

diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di

hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.

            Pemberian GnRHa (bueriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri

menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi

lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu

tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung

reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri

sering mengalami menopause yang terlambat.

Pengobatan Operatif

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan

ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma subkoum padamyom geburt dengan cara ekstirpasi

lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila

tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak,

maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

            Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan

histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.

Page 3: Ketikan p2 Skenario 4

Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang

dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan

sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi

total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

Histerektomi supravaginal hanya dilakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat

uterus keseluruhannya.

Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agarovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita menderita

menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk

tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi

hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

Terapi Myoma dengan Kehamilan

Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena myomektomi pada pada kehamilan sangat

berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus.

Operasi terpaksa kita lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau

karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan lahir dialakukan sectio caesarea

disusul dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda selesai

nifas.

KOMPLIKASI MIOMA UTERI

1. Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari seluruh

mioma, serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya

baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya

dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga

peritoneum.

3. Sarang mioma

Page 4: Ketikan p2 Skenario 4

Dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi

darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa

metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari

uterus sendiri.

PROGNOSIS MIOMA UTERI

Histerektomi dengan menggangkat seluruh mioma adalah kuratif.

Myomectomi yang extensif dan secara significant  melibatkan miometrium atau

menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio caesaria) pada persalinan

berikutnya.

Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomektomi terjadi pada 15-40%

pasien dan ⅔ nya memerlukan tindakan lebih lanjut.

REFERENSI :

Achadiat Chrisdiono., Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi, 2003, Jakarta, Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Anwar M. dkk., Ilmu Kandungan, Edisi ke-3, BP-SP: Jakarta, 2011

Bates, Lynn S. Bickley. 2012. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan.

Jakarta : EGC

Hestiantoro, Andon, Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus Disfungsional,

Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia

Jacob Trisusilo Salean, Refarat-mioma uteri, FK-UKI, 2010.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007

Sastrawinata S. Ginekologi edisi 2. Bandung: Elstar Offset; 1981. p. 160

Saifuddin A. Dkk., Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo, BP-SP:Jakarta, 2012

Page 5: Ketikan p2 Skenario 4

Tri, K., 2010, Karakteristik Mioma Uteri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret      

Wiknjosastro,H., 2011, Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo.