p2 (blok8)

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah. Pertumbuhan dan perkembangan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi pembentukan oklusi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan oklusi yang tidak baik. Salah satunya adalah kebiasaan. Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital atau posisi yang abnormal. Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari kelainan. Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu terdapat / ditemukan pada enamel, dentin atau sementum. Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua fator, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis, defisiensi nutrisi, stress, kebiasaan atau kondisi lingkungan. 1.2 Batasan Topik A. Gigi geligi a. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan 1

Upload: farhani-poe-juli

Post on 30-Dec-2014

82 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

pedodontik

TRANSCRIPT

Page 1: p2 (blok8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah. Pertumbuhan dan

perkembangan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi pembentukan

oklusi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan oklusi yang tidak baik. Salah satunya

adalah kebiasaan.

Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital

atau posisi yang abnormal.

Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari kelainan.

Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu terdapat /

ditemukan pada enamel, dentin atau sementum.

Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua fator, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi. Sedangkan faktor

ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis, defisiensi nutrisi, stress,

kebiasaan atau kondisi lingkungan.

1.2 Batasan Topik

A. Gigi geligi

a. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan

b. Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan serta penanggulangannya

c. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan

d. Penanggulangan Kelainan

B. Oklusi

a. Definisi

b. Macam – macam

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah

a. Macam – macam bentuk wajah

b. Proses Perkembangan Bentuk Wajah

1

Page 2: p2 (blok8)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gigi Geligi

A. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan1

1. Tahap awal ( 6 – 7 minggu )

Proses utama meliputi induksi.

Lapisan ectoderm stomedeum naik ke epithelium oral dan kemudian ke

lamina dura, berbatasan ke bagian terdalam ectomesenychyne yang

dipengaruhi oleh puncak sel daraf. Kedua jaringan terpisah oleh membrane

dasar.

2. Bud stage ( 8 minggu )

Proses utama meliputi proliferasi

Pertumbuhan lamina dura menjadi kuncup menembus pertumbuhan

ectomesenchyme

3. Cap stage ( 9 – 10 minggu )

Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis

Organ enamel menjadi topi disekeliling masa dari papilla dan dari

ectomesenchyme dan dikelilingi oleh masa dental, juga dari

ectomesenchyme. Pembentukan benih gigi.

4. Bell stage ( 12 minggu )

Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis

Diferensiasi organ enamel menjadi loncengan dengan litipecel dan dental

papila kedalam 2 tipe sel.

5. Apposisi ( variasi tiap gigi )

Proses utama meliputi induksi, proliferasi

Jaringan gigi mengeluarkan matrix dalam lapisan gigi berturut – turut

6. Maturasi ( variasi tiap gigi )

1 Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J. Fehrenbach. 2006. 2 th

edition. Elsevrer. USA.

2

Page 3: p2 (blok8)

Proses utama meliputi maturasi

Jaringan gigi mineralisasi lengkap ditingkat maturasi.

B. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi serta penanggulangannya2

Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari

kelainan.

Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu

terdapat / ditemukan pada enamel, dentin atau sementum.

Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan

ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi.

Sedangkan faktor ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis,

defisiensi nutrisi, stress, kebiasaan atau kondisi lingkungan.

Klasifikasi anomali dental

1. Jumlah dari gigi

a. Supernumerary teeth

Sinonim : hyperdontia, distodens, mesiodens, parateeth, pesidens dan

supplemental teeth.

Supernumerary teeth merupakan perkembangan tambahan terhadap jumlah /

komplemen normal. Gigi yang terbentuk bisa normal atau abnormal. Ketika ekstra

teeth memiliki morfologi yang normal disebut supplemental. Supernumerary teeth

yang terjadi antara insisor sentral maksila adalah mesiodens, yang terjadi pada

area molar adalah parateeth. Yang tumbuh pada distal M3 dinamakan distodens

atau distomolar teeth. Supernumerary teeth yang erupsi secara ectopikal baik

secara bukal atau lingual pada lengkung rahang normal dinamakan peridens.

Etiologi :

Penyebab belum diketahui, kecenderungannya adalah familiar. Kebanyakan kasus

adalah polygenetik dan adanya mutasi gen spontan initial. Ketika anomali hanya

terbatas pada supernumerary teeth, maka merupakan inherited sebagai sifat resesif

autosomal.

2 Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia. Hal : 68 - 77

3

Page 4: p2 (blok8)

Gambaran klinis :

Kadang – kadang pasien secara klinis tampak hilang satu atau lebih giginya.

Bagaimanapun, pemeriksaan radiografik yang tepat dapat menunjukan campuran

gigi supernumerary dengan erupsi gigi normal. Ketika supernumerary teeth

erupsi, secara klinis posisinya umumnya diluar lengkung rahang yang normal

karena adanya ruang (space).

Penanggulangan :

Penanggulangan gigi supernumerary bergantung pada banyak faktor, termasuk

efek potensialnya pada perkembangan gigi normal. Jika gigi supernumerary

erupsi, maka dapat menyebabkan malaligmen / ketidak sejajaran gigi normal. Jika

gigi tersebut tetap dalam rahang dapat menyebabkan resorpsi akar atau

mengganggu rangkaian / susunan erupsi normal. Gigi supernumerary tidak erupsi

kadang – kadang berkembang menjadi kista dentigerous. Semua faktor – faktor

yang terdahulu mempengaruhi keputusan untuk menghilangkan gigi

supernumerary atau membiarkan di bawah pengawasan.

b. Missing teeth

Sinonim : hypodontia, oligodontia dan anodontia.

Missing teeth adalah ekspresi dari perkembangan hilangya gigi mulai dari

absennya satu atau sedikit gigi ( hypodontia ) sampai absennya sejumlah gigi

( oligodontia ) sampai gagalnya semua gigi untuk berkembang ( anodontia ).

Etiologi :

Perkembangan hilangnya gigi dapat diakibatkan oleh sejumlah mekanisme

patologik. Gagalnya benih gigi untuk berkembang pada waktu yang optomal,

kurangnya space ( ruang ) yang dibutuhkan yang disebabkan oleh kesalahan

bentuk rahang dan ketidakseimbangan proporsi antara massa gigi dan ukuran

rahang.

Gambaran klinis :

Hypodontia pada gigi permanen, pertumbuhan M3, ditemukan pada 3% - 10%

populasi. Hypodontia sering ditemukan pada orang Asia dan penduduk pribumi

Amerika. Walaupun missing primary teeth relatif tidak umum, ketika satu gigi

hilang, biasanya insisor maksila. Gigi yang paling umum hilang adalah M3 dan P2,

4

Page 5: p2 (blok8)

dan insisor sentral mandibula. Absennya bisa unilateral atau bilateral. Anak –

anak yang memiliki lebih dari satu gigi yang absen dan lebih dari satu kelompok

morfologi yang terliputi ( insisor, premolar, dan molar ).

Penanggulangan :

Missing teeth, oklusi abnormal atau perubahan bentuk facial dapat menyebabkan

gangguan psikologik pasien. Jika adanya hypodontia yang ringan, perubahan yang

diasosiasikan juga ringan dan dapat di tangani dengan orthodontik. Jika kasusnya

parah maka memerlukan restorassi, implan dan prosedur prosthetik.

2. Ukuran dari gigi

Adanya korelasi positif antara ukuran gigi. Laki – laki memiliki gigi primer dan

permanen yang lebih besar dari wanita. Berdasarkan variasi normal, bagaimanapun,

individu kadang memiliki perkembangan gigi yang besar atau kecil yang tidak lazim.

a. Macrodontia

Macrodontia adalah gigi yang lebih besar dari normal. Ketika ukuran gigi normal,

tetapi terjadi dalam rahang yang lebih kecil dari normal, kondisi ini merupakan

relatif makrodontia. Makrodontia jarang ada diseluruh gigi, tetapi lebih sering

meliputi sekelompok gigi, individual contra lateral teeth atau single tooth.

Etiologi :

Belum diketahui

Gambaran klinis :

Ukuran yang besar dari gigi tampak pada pemeriksaan klinis. Diasosiasikan

dangan crowding, maloklusi atau impaksi dapat terjadi.

Kebanyakan kasus makrodontia tidak memerlukan perawatan. Perawatan

orthodontik mungkin dibutuhkan pada kasus maloklusi.

b. Mikrodontia

Mikrodontia adalah gigi lebih kecil dari normal. Sama dengan makrodontia,

mikrodontia dapat meliputi semua gigi atau terbatas terhadap single tooth atau

sekelompok gigi. Relatif mikrodontia juga dapat terjadi. Pada kondisi ini gigi

berukuran normal berkembang pada individu dengan rahang yang yang besar.

Umumnya mikrodontia yang ekstrim jarang.

5

Page 6: p2 (blok8)

Gambaran klinis :

Gigi yang terlibat kecil dan mengalami perubahan morfologi. Molar mikrodontia

bisa mengalami perubahan bentuk dari 5 menjadi 4 cusp. Pada molar mandibula

dari 4 menjadi 3 cusp, pada molar maksila mikrodontia lateral insisor juga lebih

kecil dan peg shape ( berbentuk pasak ).

Penanggulangan :

Restoratif atau perawatan prosthetik dianggap dapat membuat gigi tapak lebih

normal, khususnya ketika anggapan estetik diperlukan pada gigi anterior.

3. Erupsi gigi

Transposisi

Transposisi merupakan kondisi dimana dua gigi mengalami perubahan posisi.

Gambaran klinis :

Gigi yang paling bertransposisi adalah kaninus dan premolar 1 permanen ( lebih

sering dari pada insisor lateral ). Premolar 2 sering berada di antara molar 1 dan

molar 2. transposisi dari insisor lateral dan sentral jarang. Tidak ada laporan

transposisi pada gigi primer. Transposisi dapat terjadi dengan hypodontia, gigi

supernumerary atau menetapnya gigi susu ( gigi susu tidak tanggal )

Penanggulangan :

Gigi yang bertransposisi memerlukan perubahan secara prosthetik untuk

memperbaiki fungsi dan estetik.

4. Perubahan morfologi gigi

a. Fusi

Sinonim : synodontia

Fusi dari gigi disebabkan dari kombinasi benih gigi yang berdekatan,

menyebabkan penyatuan dari gigi yang berkembang.

Etiologi :

Beberapa penulis percaya bahwa fusi disebabkan ketika dua benih gigi

berkembang terlalu dekat bersama waktu tumbuh, gigi – gigi tersebut berkontak

dan berfusi sebelum kalsifikasi. Pendapat lain bahwa tekanan atau gaya fisik

dihasilkan selama perkembangan menyebabkan kontak dari tooth bud yang

berdekatan. Dasar genetik terhadap anomali mungkin autosomal dominan dengan

6

Page 7: p2 (blok8)

penurunan penetrasi. Jumlah fusi pada wanita dan pria sama, insiden lebih tinggi

pada orang Asia dan Americans.

Gambaran klinis :

Fusi biasanya menyebabkan pengurangan jumlah gigi pada lengkung rahang. Fusi

bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen, walaupun lebih sering antara gigi –

gigi desidue. Ketika kaninus dan insisor lateral decidue berfusi, koresponding /

hubungan insisor lateral permanen bisa absen. Fusi sering pada gigi anterior baik

pada gigi sulung dan permanen. Fusi bisa total atau partial bergantung pada tahap

odontogenesis dan kedekatan gigi yang berkembang. Hasilnya bisa bervariasi dari

single tooth dengan ukuran yang normal sampai 2 gigi yang dekat dengan ukuran

normal. Mahkota dari gigi berfusi biasanya tampak besar dan single atau groove

incisocervical dengan kedalaman yang bervariasi atau terjadinya bifid crown.

Penanggulangan :

Penanggulangan kasus fusi bergantung pada gigi yang terlibat, derajat fusi dan

morfologi yang dihasilkan. Pada beberapa kasus keputusan paling bijak adalah

membiarkan saja gigi tersebut.

b. Concrescence

Concrescence terjadi ketika akar dari dua atau lebih pada gigi dipersatukan oleh

sementum. Concrescence bisa melibatkan gigi sulung atau gigi sekunder.

Etiologi :

Belum diketahui, tetapi beberapa pengarang mengira bahwa space restriction

selama perkembangan, trauma lokal, tekanan oklusal yang berlebihan atau infeksi

lokal setelah perkembangan memiliki peran penting. Jika kondisi terjadi selama

perkembangan disebut true concrescence, jika terjadi setelah perkembangan

disebut acquired concrescence.

Gambaran klinis :

Molar maksila gigi yang paling sering terlibat, khususnya M3 dan gigi

supernumerary. Gigi yang terlibat bisa gagal untuk erupsi atau erupsi tetapi tidak

sempurna.

7

Page 8: p2 (blok8)

Penanggulangan :

Concrescence mempengaruhi perawatan hanya ketika diputuskan untuk

memindahkan satu atau dua gigi yang terliputi. Kondisi ini merupakan

komplicates dari ekstraksi. Dokter gigi harus memperingatkan pasien bahwa

upaya untuk memindahkan satu bisa menyebabkan pemindahan gigi lain yang

tidak dimaksudkan untuk di cabut.

C. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan3

a. Supernumerary

Terdapat variasi ukuran tetapi biasanya lebih kecil. Gigi supernumeray

dapat di interpretasi dengan erupsi yang normal. Dari radiograf menunjukkan

pertumbuhan gigi sesudah 3 – 4 tahun ketika gigi decidue terbentuk.

b. Missing Teeth

Missing teeth diketahui dengan mengidentifikasi dan menghitung jumlah

gigi yang ada. Bagaimanapun harus diingat bahwa perkembangan gigi dapat

bervariasi pada setiap pasien. Erupsi beberapa gigi bisa perkembangannya

terlambat / tertunda dalam beberapa tahun setelah dari waktu yang diterapkan

( khususnya mandibular second bicuspids ) dan lainnya menunjukkan

perkembangan terlambat setelah contra lateral tooth.

c. Makrodontia

Peningkatan ukuran, pada dimensi mesiodistal ( molar ) pada I1

menunjukkan pembesaran pada dimensi mesiodistal dan lingual.

d. Mikrodontia

Peg – shape ( berbentuk pasak )

e. Gemination

Radiopak enamel outline ( celah ) dan invaginasi, kamar pulpa biasanya

tunggal.

f. Fusi

Biasanya disebabkan oleh berkurangya jumlah gigi dalam rahang

g. Dens in dente

Lapisan enamel lebih radiopak dari struktur gigi

3 White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4th Ed. Mosby Inc. 2000

8

Page 9: p2 (blok8)

h. Concrescense

Pemeriksaan radiografik tidak selalu membedakan antara concrescence

dan gigi yang close contact atau simply superimposed.

2.2 Oklusi

Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah.4

Angle ( 1899 ) mendefinisikan oklusi statis pada posisi inter oklusal sebagai5

hubungan sosial dari gigi molar pertama atas dan bawah tetap pada bidang sagital.

Andrew ( 1972 ) menyebutkan 6 kunci oklusi normal, yaitu dengan ciri sebagai

berikut :

1. hubungan yang tepat dari gigi – gigi molar pertama tetap pada bidang sagital

2. angulasi mahkota gigi insisiv yang tepat pada bidang transpersal

3. inklinasi mahkota gigi – gigi insisiv yang tapat pada bidang sagital

4. tidak ada rotasi gigi indivisual

5. kontak yang akurat dari gigi – gigi individual dalam masing – masing lengkung

gigi, tanpa celah maupun berjejal – jejal

6. bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung

Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital atau

posisi yang abnormal.

Etiologi Maloklusi6

A. Primary etiologi sites

1. Sistem neuromuscular

Beberapa pola konstraksi meuromuskular dapat beradaptasi terhadap

ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola ketiakseimbangan

kontraksi adalah suatu bagian penting dari semua maloklusi.

2. Tulang

Maxilla dan mandibula adalah dasar dari lengkung gigi, sehingga

kesalahan morfologi dan pertumbuhannya dapat mengubah hubungan

4 Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S5 T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed.6 Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser, Inc. Chicago 4th ed, 1988. Hal : 149 - 162

9

Page 10: p2 (blok8)

oklusal dan fungsi. Sebagian besar maloklusi yang sangat serius adalah

diakibatkan oleh ketidakseimbangan.

3. Gigi geligi

Variasi ukuran, bentuk, jumlah atau posisi gigi dapat mengakibatkan

maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa

malposisi gigi dapat menyebabkan malfungsi dan secara tidak langsung

malfungsi dapat merubah pertumbuhan tulang. Salah satu masalah yang

sering terjadi adalah gigi yang ukurannya terlalu besar untuk lengkung

rahang yang terlalu kecil untuk gigi geligi.

4. Bagian – bagian lunak

Walau bagaimanapun, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit

periodontal dan kehilangan perlekatan, serta berbagai macam lesi jaringan

lunak termasuk struktur TMJ.

B. Cause and clinical entitles

1. Keturunan

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal

genetik dapat menyebabkan tampaknya gigi sebelum lahir / mereka tidak

dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran.

2. Defect perkembagan atau asal yang tidak diketahui

Istilah yang diterapkan terhadap banyaknya kerusakan dari tipe yang

jarang, yang mungkin bersumber dari kegagalan.

3. Trauma

a. Trauma prenatal dan injuri semasa kelahiran

- Hipoplasia mandibula, akibat tekanan intra uterin

( kandungan ) / trauma selama proses kelahiran

- Vagelgesight, penghambat pertumbuhan mandibula

ankylosis TMJ, bisa saja suatu defect perkembangan atau

akibat trauma.

- Asimetri : lutut / kaki menekan muka sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan muka

10

Page 11: p2 (blok8)

b. Trauma post natal

- retak tulang dan rahang

- kebiasaan dapat menyebabkan mikro trauma

- trauma TMJ dapat menghalangi pertumbuhan dan fungsi

menuju asimetri dan disfungsi TMJ

4. Agen fisik

a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung

b. Makanan

5. Kebiasaan

a. Mengisap jempol / jari, biasanya pada usia 3 – 4 tahun. Hal yang

perlu diingat bahwa tipe maloklusi yang dapat berkembang pada

anak yang memiliki kebiasaan seperti ini ditentukan oleh banyak

variabel : posisi jari, kontraksi otot – otot orofacial, posisi

mandibula saat mengisap jari, morfologi facial skeletal, durasi

mengisap, dan lain – lain.

b. Desakan lidah terdapat 2 tipe, yaitu :

- Simple tongue

Gerakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian

menelan.

- Komplek tongue

Anak menelan secara normal dengan gigi pada keadaan

oklusi, bibir mudah menutup dan lidah berada pada palatal

dibelakang gigi anterior.

c. Menghisap dan menggigit bibir

Menghisap dan menggigit bibir dapat mengakibatkan open bite,

terkadang labio versi maksila / mandibula

d. Postur lidah

e. Menggigit kuku

f. Kebiasaan lain : menggigit pensil, dan lain – lain

11

Page 12: p2 (blok8)

6. Penyakit

a. Penyakit Sistemik

Akibat sekunder dari gangguan neuropathi dan neuromuscular

b. Gangguan endokrin

Disfungsi endokrin selama prenatal berpengaruh pada hipoplasie

gigi. Secara post natal, biasanya tidak mengubah arah

pertumbuhan wajah tapi berpengaruh terhadap waktu erupsi gigi

dan resorpsi gigi sulung.

c. Penyakit lokal

- penyakit nasopharyngeal dan gangguan fungsi pernapasan

- gingival dan penyakit periodontal

- tumor

- karies

7. Malnutrisi

Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan arkalsifikasi.

2.3 Facial7

1. facial profile

Profil diperiksa dari sisi dengan membuat pasien melihat objek yang jauh, dengan

bidang paralel terhadap lantai. Secara klinis atau pada foto ekstraoral, profil dapat

dihasilkan oleh pertemuan garis pedoman :

a. garis pedoman dahi dan titik A jaringan lunak

b. garis pertemuan titik A dan pogonion jaringan lunak

ada 3 tipe proil :

a. lurus / profil orthognathig

profil orthognathig adalah dua garis membentuk sebuah garis lurus

b. profil konvex

7 Diagnostic Aids – case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja & Gurkeerat Singh

12

Page 13: p2 (blok8)

dua garis membentuk sudut tajam dengan konkavitas wajah. Tipe profil ini

terlihat pada pasien kelas II divisi I dimana maksila protruded dan mandibula

retruded.

c. profil concave

dua garis membentuk sudut tumpul / obtuse dengan konveksitas jaringan wajah.

Tipe profil ini terlihat pada pasien kelas III dimana mandibula protruded dan

maksila retruded.

Divergensi facial

Lower face bisa lurus atau berinklinasi relatif secara anterior dan posterior terhadap dahi.

Inklinasi ini dinamakan dengan “facial divergence”, yang bisa dipengaruhi oleh latar

nelakang ras dan etnik pasien.

Garis digambarkan dari dahi ke dagu untuk menentukan arah apakah wajah :

- anterior divergent : garis berinklinasi secara anterior

- posterior divergent : garis berinklinasi secara posterio

- straight / orthognathic : garis lurus, tidak terlihat kemiringan.

2. Klasifikasi tipe kepala :

- Mesocephalic head ( oval )

- Brachycephalic ( roundish )

- Dolicocephalic ( long oval )

Klasifikasi tipe wajah :

- Dolicocephalic face

- Mesocephalic face

- Brachycephalic face

3. Proses perkembangan bentuk wajah

Prinsip pertumbuhan craniofacial

a. Tipe jaringan dasar dan fungsi yang terdiri dari kepala dan wajah yang berbeda

waktu pertumbuhan

Jaringan saraf terbentuk pada tahap awal, berbeda dengan jaringan umum tubuh

seperti otot, tulang dan jaringan penghubung mature lebih lambat. Jaringan saraf

terbentuk 60% - 70% saat lahir dan disempurnakan 95% saat middle childhood.

Pertumbuhan tulang juga memiliki variasi waktu. Craniofacial disempurnakan

13

Page 14: p2 (blok8)

45% saat lahir dan 70% saat 7 tahun. Berbeda dengan kartilago yang dikepala dan

wajah mencapai 75% saat lahir dan 95% saat 7 tahun.

b. Pertumbuhan dari tulang rawan utama dan fungsinya, dan pengaruh langsungnya

dari perubahan bentuk craniofacial

Menurut Enlow, bentuknya sama dengan craniofacial, mempunyai kapitas untuk

tumbuh dari dalam ( pertumbuhan interstitial ), merupakan toleransi terhadap

tekanan, nonkalsifikasi, fleksibel dan nonvascular dan tidak membutuhkan

membran nutrient untuk kehidupan. Kartilago prime ditemukan dalam kepala dan

wajah yang identik terhadap pertumbuhan lempengan kartilago dari tulang

panjang.

Scott ( 1953 ) kartilago primer merupakan predisposisi secara genetik, bertindak

selama pertumbuhan sebagai jaringan autosomal dan dapat secra langsung

mempengaruhi bentuk craniofacial.

Dokumen Sperber kartilago primer pertama kali tampak dalam kepala selama

minggu ke-5 prenatal. Minggu ke – 7 prenatal, adanya massa kartilago yang

disebut chondrocranium dan merupakan tanda terbentuknya tengkorak anak dan

struktur nasal dan otic. Saatmiddle childhood, kebanyakan kartilago primer

digantikan oleh tulang yang merupakan sebuah proses yang disebut endochondral

bone formation.

c. Perubahan mandibula condylar cartilage, craniofacial sutures dan appositional –

resorptive bone

Koski mengidentifikasi mendibula condlyes, selama perubahan orocraniofacial

mandibula diposisikan kembali untuk keuntungan fungsional terbaik kompensasi

pertumbuhan dari kartilago kondylar sekunder merupakan satu mekanisme yang

memberikan pemeliharaan dari postur mandibula.

Koski : sutura craniofacial merupakan tempat pertumbuhan penting yang

memberikan fasilitas pertumbuhan calvarial dan midface. Calvarial sutures

menutup pada usia 5 tahun, tetapi sutura facial tetap sampai pubertas.

4.Pertumbuhan dari wajah dan kepala cenderung ditunjukkan relatif sama

14

Page 15: p2 (blok8)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Proses pertumbuhan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi

pembentukan oklusi. Maloklusi yang tidak sesuai bisa disebabkan oleh banyak faktor,

salah satunya kebiasaan.

15

Page 16: p2 (blok8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J.

Fehrenbach. 2006. 2th edition. Elsevrer. USA.

2. Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia.

Hal : 68 – 77

3. White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4 th Ed.

Mosby Inc. 2000

4. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S

5. T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed.

6. Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser,

Inc. Chicago 4th ed, 1988. Hal : 149 – 162

7. Diagnostic Aids – case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja &

Gurkeerat Singh

16