ketika aku meninggalkan tembagapura - glanzeb.weebly.com filedikarenakan fungsi tembagapura sebagai...
TRANSCRIPT
2
DAFTAR ISI
2 Daftar Isi 3 BAGIAN I: DESA TEMBAGAPURA 4 Melihat Tembagapura 11 BAGIAN II: KETIKA AKU MENINGGALKAN TEMBAGAPURA 12 Puisi 13 Dari Rumah Menuju Helipad Bukit Barat 14 Melihat Helikopter 16 Naik Helikopter 19 Hotel Transit 21 Bandara Mozes Kilangin 23 Airfast Indonesia 26 Epilog 27 Lagu 28 Quiz Time 30 Tentang Penulis
4
MELIHAT TEMBAGAPURA
Tembagapura adalah desa yang sangat kecil terletak di Provinsi Papua. Desa ini didirikan di kaki Pegunungan Jaya Wijaya dengan tujuan sebagai base camp atau rumah para pekerja perusahaan PT Freeport Indonesia. Ayahku telah bekerja di perusahaan ini dari tahun 1999, sedangkan ibuku bekerja di perusahaan ini dari tahun 2005. Aku sudah dibawa oleh orangtuaku ke Tembagapura sejak tahun 2004, ketika aku berumur satu tahun. Tembagapura adalah desa yang unik dan memiliki keragaman di dalamnya. Ini dikarenakan fungsi Tembagapura sebagai tempat tinggal para pekerja dan keluarga pekerja PT Freeport Indonesia, tentu telah menciptakan persatuan antara satu sama lain karena mereka yang tinggal di Tembagapura datang dari berbagai macam daerah. Ada yang berasal dari Papua, Sulawesi, Jawa, Sumatera, bahkan ada yang dari luar negeri. Tembagapura tidak hanya kaya akan tambangnya, namun juga sangat kaya akan budaya dan masyarakatnya. Di bagian pertama ini, perihal yang akan dibahas adalah mengenai keunikan fasilitas-fasilitas yang ada di Tembagapura. TEMPAT KERJA
Foto para pekerja PT Freeport Indonesia di Grasberg pada ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut. Di Grasberg, salju turun dengan sangat deras. Di foto ini, ibuku menggunakan jaket berwarna merah.
Foto ayah dan ibuku saat berada di Grasberg pada tanggal 1 April 2009. Hampir semuanya bersalju tebal.
Menurutku, Tembagapura tidak hanya sebuah desa yang sangat indah, tetapi juga desa yang penuh dengan inspirasi. Masyarakat Tembagapura adalah masyarakat yang sangat disiplin dan selalu bekerja keras. Mereka adalah orang-orang yang berani menghadapi tantangan. Berangkat kerja setelah Subuh dan pulang menjelang Magrib. Jalan yang ditempuh menuju area kerja di Ridge Camp bukanlah jalan yang lurus dan halus. Melainkan jalan yang berbatu, berliku-liku, dan sering ditutupi kabut. Di atas
5
Ridge Camp terdapat sebuah area yang bernama Grasberg di ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut, di mana di area ini, salju turun dengan sangat deras, terutama pada bulan April. Memang, salju tidak turun di tempat yang beriklim tropis, namun tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 3000 meter memungkingkan turunnya salju di iklim tropis. SEKOLAH
Ini adalah foto kelasku waktu aku masih TK-‐B. Dapat dilihat bahwa seragam yang digunakan oleh siswa TK-‐B YPJ adalah kemeja putih yang dilapis dengan rompi kotak-‐kotak berwarna merah. Di foto ini, aku berada di paling kiri baris pertama (baris siswa putra).
Salah satu acara tahunan yang diselenggarakan oleh sekolah adalah acara Pentas Drumband TK-‐B. Acara ini diselenggarakan di gedung tertutup Sporthall Tembagapura. Pentas Drumband adalah salah satu dari kenangan indah yang tidak akan pernah kulupakan selama bersekolah di Tembagapura.
Ini adalah foto ketika sekolah sedang mengadakan perlombaan bagi siswa TK-‐B. Kaos merah yang kupakai adalah seragam olahraga TK-‐B YPJ.
Ketika para orangtua bekerja keras di Ridge Camp dan area pertambangan Freeport, aku dan teman-teman bersekolah di Yayasan Pendidikan Jayawijaya atau disingkat YPJ. Sekolah ini adalah sekolah yang cukup kecil, namun memiliki lapangan bermain yang cukup besar. Pengalamanku bersekolah di Tembagapura adalah suatu pengalaman yang sangat berkesan. Di sekolah, aku ikut serta dalam pentas Drumband, Fashion Show, tari, perayaan Kartini, dan masih banyak lagi. Aku pun juga rajin dalam mengikuti kegiatan di luar sekolah, seperti les ngaji, les Bahasa Inggris dan juga les berenang di Hidden Valley. Untuk pergi ke Hidden Valley, aku harus naik bus untuk sekitar duapuluh menit dari Tembagapura.
6
Silahkan kunjungi website sekolah YPJ di Tembagapura dengan mengakses link di bawah ini: http://ypj.sch.id/index.php/page/campus-tembagapura TRANSPORTASI
Mobil yang digunakan oleh masyarakat Tembagapura hampir semuanya berwarna putih. Di foto ini, kakekku sedang bergaya di mobil kerja ayahku.
Pesawat Airfast Indonesia adalah pesawat yang sangat signifikan bagi pekerja dan keluarga pekerja PT Freeport Indonesia, terutama ketika mereka pulang kampung. Namun, pesawat ini tidak digunakan untuk komersil. Airfast Indonesia pada tahun 2009 masih mendarat di Bandara Soekarno-‐Hatta, namun sekarang pesawat ini mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat Airfast Indonesia masih bisa dilihat di Terminal 1C Bandara Soekarno-‐Hatta seperti pada gambar di atas.
Kebanyakan masyarakat Tembagapura memiliki mobil. Namun, mobil di desa ini sangatlah unik, karena mereka hanya menggunakan mobil yang berwarna putih. Tidak ada hitam, tidak ada biru, tidak ada merah. Hanya warna putih. Adapun transportasi lain di Tembagapura selain mobil adalah “Si Ekor Kuning”. Apa itu yang dimaksud dengan nama “Si Ekor Kuning”? Itu adalah sebutan lain dari perusahaan penerbangan bernama Airfast Indonesia. Airfast Indonesia adalah pesawat dan helikopter PT Freeport Indonesia yang hanya diperuntukkan untuk mengangkut pekerja dan keluarga pekerja PT Freeport Indonesia. Pesawat ini tidak diperuntukkan untuk komersil. Namun, Anda dapat menemukan pesawat ini di Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta). Kalau Anda pernah lewat-lewat atau naik pesawat dari Terminal 1C, anda akan melihat pesawat dengan dua mesin di belakang ekor dan ekornya berwarna kuning. Itulah pesawat Airfast Indonesia. Di Tembagapura sendiri, Airfast Indonesia beroperasi dalam bentuk helikopter. Helikopter tersebut juga sering melewati atas rumahku dan kadang mengitari Sporthall Tembagapura sambil menerbangkan bendera Indonesia yang cukup besar. Pesawat terbang tidak dapat mendarat di Tembagapura karena medan pegunungannya yang sangat ekstrem. Tembagapura juga sangat memerhatikan keamanan. Sebagai contoh: seluruh bus di Tembagapura memiliki tanda “STOP” berwarna merah yang dipasang di bagian badan bus. Ketika bus berhenti di sebuah halte, maka tanda “STOP” tersebut akan
7
keluar dari badan bus tersebut. Ketika pengendara mobil atau truk di Tembagapura melihat tanda ini, mereka tidak diperbolehkan untuk melewati bus tersebut sampai bus tersebut berjalan kembali. Ini karena bus tersebut juga banyak digunakan sebagai kendaraan bagi siswa YPJ yang tinggal di Hidden Valley, sehingga kendaraan lain tidak boleh menyerobot sembarangan karena dapat berbahaya bagi para siswa. Menurutku, Tembagapura adalah duplikat kehidupan desa di Eropa. Karena desanya sangat mandiri, dan masyarakat lebih banyak berjalan kaki dan menggunakan bus ketika berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. KEADAAN MASYARAKAT
Salah satu acara besar yang dilaksanakan oleh masyarakat Tembagapura pada tahun 2008 adalah acara HMM Clean City 2008. Acara ini adalah bentuk kepedulian masyarakat Tembagapura dalam membersihkan desa tersebut dari sampah. Sehingga, seluruh peserta HMM Clean City diwajibkan menggunakan seragam berwarna hijau, menggunakan sarung tangan dan membawa kresek untuk membersihkan sampah di seluruh bagian desa Tembagapura. Foto di atas menunjukkan kegunaan lapangan hijau Sporthall Tembagapura untuk menampung masyarakat dalam persiapannya sebelum terjun untuk mengangkut sampah.
Di dalam gedung tertutup Sporthall Tembagapura, juga dilaksanakan acara-‐acara besar yang meriah seperti peringatan 17 Agustus.
Masyarakat Tembagapura juga sangat aktif, kompak, dan selalu mengutamakan kebersamaan. Mereka juga sering membuat acara-acara besar. Ini dikarenakan Tembagapura memiliki satu tempat yang bernama Sporthall Tembagapura. Tempat ini sebenarnya adalah tempat olahraga yang dibangun di tengah desa. Tempat olahraga ini terdiri dari gedung tertutup dan juga lapangan hijau terbuka. Gedung tertutup Sporthall Tembagapura juga sering digunakan untuk acara-acara lain di samping olahraga, seperti pentas seni Sekolah YPJ. Sedangkan lapangan hijau terbuka digunakan untuk pertandingan bola, namun juga digunakan untuk acara yang lebih meriah, seperti perayaan 17 Agustus, dan pentas drumband. Lapangan hijau ini juga sangat signifikan bagi umat Muslim di Tembagapura, karena setiap tahun selalu digunakan sebagai tempat pelaksanaan Sholat Idulfitri dan Iduladha. Sporthall Tembagapura menjadi tempat yang multifungsional bagi masyarakat di desa tersebut. RUMAH SAKIT Tembagapura juga memiliki rumah sakit SOS. Rumah sakit ini terletak di sebelah sungai besar berada dekat dengan Sekolah YPJ.
8
SUHU UDARA DAN CUACA Udara di Tembagapura tergolong sangat dingin. Mungkin berkisar antara 15-20ºC. Ini dikarenakan Tembagapura berada pada ketinggian 1900 meter di atas permukaan laut. Menurutku, Tembagapura adalah salah satu desa tertinggi di Indonesia. Saking dinginnya suhu udara di Tembagapura bagi masyarakat tropis, mereka menyediakan pemanas ruangan di rumah-rumah dan barak. Kadang cuaca di Tembagapura juga ekstrem. Kabut yang sangat tebal sering menutupi jalan raya dan intensitas hujan di desa ini juga tergolong tinggi. Namun, belum pernah ada sejarah salju turun di Tembagapura. Salju hanya dapat ditemukan di Grasberg, pada ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut.
KEINDAHAN ALAM
Kadang setelah hujan besar, sering terlihat pelangi terbentang di gunung. Ketika rumahku masih berada di Street 23 sebelum aku pindah ke Street 7 pada tahun 2009, aku sering melihat pelangi di gunung pada sore hari.
Tembagapura juga memiliki beberapa air terjun. Air terjun yang paling jelas terlihat dari Tembagapura adalah air terjun yang dekat dengan jalan raya yang menanjak menuju Hidden Valley. Aku dapat melihat air terjun tersebut dari taman belakang rumahku di Street 23. Aku juga dapat melihat air terjun dari taman depan. Air terjun tersebut berada di gunung yang sangat tinggi, dan terlihat sangat kecil dari rumahku. PUSAT PERBELANJAAN
Terdapat tiga pusat perbelanjaan “HERO” di Tembagapura. Pusat perbelanjaan “HERO” terbesar berada di mall yang gedungnya bersebelahan dengan perpustakaan. Aku dan Mbak Mus sangat sering pergi ke mall yang satu ini untuk berbelanja dan juga untuk potong rambut di salon. Adapun pusat perbelanjaan “HERO” yang lebih kecil berada dekat dengan gedung barak yang memiliki tulisan “TEMBAGAPURA” besar di atapnya. Dan satu “HERO” lagi terletak di Hidden Valley. Tembagapura juga memiliki pusat perbelanjaan “HERO”. Namun, untuk masuk ke dalam mall ini, mereka harus menggunakan ID atau identitas diri. Bahkan termasuk aku yang bukan pekerja, harus memiliki identitas diri supaya bisa masuk ke dalam mall. Ini dikarenakan untuk menghindari adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan aksi kejahatan di dalam mall.
9
TEMPAT IBADAH
Masjid di Tembagapura memiliki tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk sholat bagi jamaah Ikhwan (pria), lantai kedua digunakan untuk sholat bagi jamaah Akhwat (wanita), dan lantai ketiga digunakan untuk kegiatan TPA.
Fotoku saat berada di dalam ekstrakurikuler mengaji yang dilaksanakan di Masjid Darussa’adah Tembagapura.
Ini adalah foto gereja yang terletak di kawasan Bukit Barat.
Masyarakat Tembagapura hidup dengan damai dan penuh toleransi. Masyarakat Tembagapura memiliki beragam agama, terutama Islam, Kristen, dan Katolik. Rumah ibadah yang ada di Tembagapura terdiri dari satu masjid dan dua gereja. Masjid di Tembagapura bernama Darussa’adah terletak dekat dengan jalur menanjak ke Ridge Camp dan ke kawasan bernama Prambanan. Sedangkan satu gereja terletak di seberang masjid tersebut, dan satunya lagi berada di Bukit Barat. OLAHRAGA
Ini adalah fotoku waktu masih berumur satu tahun. Di belakangku adalah kolam renang utama yang terletak di Hidden Valley. Di waktu liburan dan sepulang sekolah, kolam renang ini bisa sangat ramai.
10
Tembagapura memiliki kolam renang yang terletak di Hidden Valley. Untuk pergi ke sana, masyarakat dapat mengendarai mobil atau pergi dengan bus berwarna biru. Kolam renang ini terletak dekat dengan sebuah gudang kontainer. Atapnya berwarna putih dan dapat dibuka ketika cuaca cerah. Di hari libur atau sepulang sekolah, biasanya anak-anak suka berenang di kolam renang tersebut. Fasilitas olahraga lainnya adalah fitness yang terletak dekat dengan perpustakaan umum, dan juga olahraga seperti tenis, badminton, atau sepakbola berada di Sporthall Tembagapura. PERPUSTAKAAN UMUM
Setiap beberapa tahun sekali, kakek dan nenekku yang tinggal di Tangerang datang mengunjungiku di Tembagapura. Foto di atas adalah saat kakek dan nenek sedang membaca di perpustakaan umum yang terletak di sebelah pusat perbelanjaan “HERO” di Tembagapura. Terakhir, yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia. Tembagapura memiliki sebuah perpustakaan yang terbuka untuk umum, terutama bagi para keluarga pekerja. Perpustakaan tersebut terletak di samping Mall “Hero”. Di sana, terdapat banyak sekali buku, mulai dari cerita anak sampai resep masakan. Orangtuaku sering mengajakku ke perpustakaan ini untuk meminjam buku. Itulah sekilas tentang desa Tembagapura. Fasilitas di desa ini sangatlah mendukung, mulai dari rumah, pendidikan, sampai tempat ibadah. Aku sangat bersyukur dan sangat senang dapat tinggal cukup lama di Tembagapura. Sungguh, desa yang jauh di tanah Papua ini mengandung banyak sekali inspirasi dan pelajaran.
12
PUISI
Ketika Aku Meninggalkan Tembagapura
Ciptaan: Glanz Einstern Brata Video: https://www.youtube.com/watch?v=-NfEIhwPufk Tidak ada satupun huruf… Tidak ada sepotong kata… Tidak ada sepatah kalimat… Tidak ada seorangpun, yang ingin menjelaskan… Mengapa di waktu Subuh yang gelap nan dingin ini, Kereta Putih mengantarkanku ke hanggar keberangkatan, yang ada di ujung sudut Barat itu? Aku mendengar, Deru keras nan bising… Si Ekor Kuning berbaling-baling… Bertengger dengan dua kakinya yang panjang Nomor tiga sudah di depan, Aku bukan menunggu kejuaraan, Atau dalam perlombaan, Atau perlahan-lahan, Tak lama kan datang perpisahan Oh! Mengapa!? Tidak ada yang ingin menceritakan…? Desa kecil yang indah nan asri ini… Yang mengandung seribu inspirasi… Enam tahun ku mengabdi, Bagaikan air terjun di bukit itu Tetapi, terlambat sudah… Si Ekor Kuning haruslah pergi, Jauh… jauh sekali… Ku berangkat dari pagi, Sampai malam datang kembali, Akhirnya tibalah aku, di rumah tercinta sekarang ini Itulah perjalananku, wahai kawan Ketika Aku Meninggalkan Tembagapura Desa kecil yang indah di tanah Papua.
13
DARI RUMAH MENUJU HELIPAD BUKIT BARAT
Aku bangun tidur ketika hari masih sangat pagi, mungkin sebelum Subuh. Kemudian aku mandi dan mengenakan sweater yang cukup tebal. Lalu aku dan ayahku keluar dari rumahku di Street 7. Langit masih hitam kelam dan udara sangat dingin bukan main. Di pagi itu, aku dan ayahku akan pergi ke sebuah barak di seberang sungai dengan menggunakan mobil kerjanya. Ayahku hendak memanggil seseorang. Tidak lama kemudian, aku dan ayahku kembali ke rumah kami di Street 7 sambil membawa orang dari barak tersebut. Seluruh barang bawaan dan koper-koper sudah siap untuk dimasukkan ke dalam mobil. Aku, orangtuaku, dan Mbak Mus akan pergi ke Helipad Bukit Barat. Perjalanan dari rumah kami di Street 7 ke Helipad Bukit Barat tidak lama, hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja. Dinamakan Bukit Barat dikarenakan letak helipad ini berada di kawasan paling barat Tembagapura. Sesampainya di helipad, ayahku menitipkan mobilnya kepada seseorang yang ia panggil dari barak tersebut. Dan ketika kami masuk ke dalam terminal tunggu, tidak ada siapa-siapa. Udara begitu dingin dan suasana begitu sepi. Namun, warna langit mulai berubah dari hitam menjadi biru tua. Aku mengira sudah ada helikopter di sana, ternyata belum ada sama sekali. Kami adalah salah satu penumpang yang datang pertama kali ke helipad tersebut. Ini akan menjadi pengalaman pertamaku pergi ke Timika dengan helikopter. Tidak lama kemudian, datanglah penumpang lain, yang ternyata penumpang tersebut adalah teman dari ayahku. Ia juga membawa keluarganya, dan anaknya yang bernama Salsa. Ia sangat lincah dan senang untuk bermain denganku. Pada waktu itu aku sudah kelas 1 SD, sedangkan Salsa lebih kecil dariku.
14
MELIHAT HELIKOPTER
Ini adalah foto kami saat berada di ruang tunggu helipad Bukit Barat. Suara Helikopter Airfast Indonesia nomor 1 yang baru datang sungguh memekakkan telinga. Di helipad, kami harus menunggu sangat lama. Bahkan sampai matahari terbit dari balik gunung. Keluargaku dan keluarga Salsa mendapatkan urutan keberangkatan nomor 3. Tidak lama setelah matahari terbit, datanglah helikopter pertama yang akan mengangkut penumpang yang mendapatkan urutan keberangkatan nomor 1 ke Timika. Helikopter tersebut berwarna kuning dan bertuliskan “AIRFAST” pada bagian ekornya. Saat helikopter pertama tiba di helipad, aku langsung menyumbat telingaku dengan jari karena bunyinya sungguh memekakkan. Gemuruhnya menggelegar keras dan baling-balingnya berputar sangat cepat, sehingga meniupkan angin pagi yang dingin dengan sangat kencang. Untung saja pilot helikopter tersebut mengecilkan suara mesin, namun tetap saja suaranya masih sangat keras sehingga aku harus tetap menutup telinga. Mbak Mus melihat ada ruangan kecil yang tertutup, sehingga ia cepat-cepat membawaku ke ruangan tersebut untuk mengurangi suara kebisingan. Tak lama setelah seluruh penumpang diangkut ke dalam helikopter, suara mesin kembali dibesarkan. Suaranya menjadi semakin keras, bergemuruh, dan menggelegar. Baling-balingnya berputar semakin cepat, kemudian terangkatlah helikopter itu ke udara secara perlahan. Lalu helikopter berputar ke kanan dan terbang ke arah barat melintasi gunung dan awan-awan. Suasana helipad menjadi tenang kembali.
***
Udara pagi sangat dingin disertai dengan angin sepoi-sepoi. Langit cerah berawan dan gunung-gunung hijau di sekitar helipad terlihat jelas dan indah. Helikopter berikutnya akan datang dalam waktu duapuluh menit ke depan untuk mengangkut penumpang yang mendapatkan nomor urut 2. Huh… masih lama untuk menunggu helikopter kami. Namun, aku benar-benar menikmati suasana helipad. Aku, orangtuaku, dan keluarga Salsa menunggu di ruangan kecil itu sampai giliran kami datang untuk naik helikopter.
15
Setelah menunggu dan beristirahat cukup lama, helikopter kedua pun datang. Kembali suasana helipad menjadi sangat bising, penuh dengan suara gemuruh yang kencang dan menggelegar. Dengan perlahan helikopter mendarat di helipad, kemudian naiklah penumpang dengan nomor urutan 2 ke dalam helikopter. Lima menit kemudian, helikopter kembali berangkat. Mesin helikopter kembali dikencangkan, frekuensi kebisingan terus meningkat, dan baling-baling berputar makin cepat. Akhirnya pun helikopter terangkat ke udara dan terbang ke pegunungan.
16
NAIK HELIKOPTER
Setelah helikopter kedua berangkat, akhirnya giliran keberangkatan kami pun datang. Aku, orangtuaku, dan keluarga Salsa keluar dari ruangan kecil dan berdiri di terminal tunggu. Saat aku menunggu, sebenarnya aku sedang menunggu saat-saat yang sangat penting bagiku, yang akan tidak pernah kulupakan seumur hidupku. Aku tidak tahu, di umurku yang masih enam, akan adanya perpisahan yang paling menyedihkan dalam hidupku ini. Aku tidak tahu, setelah sembilan tahun lamanya, aku baru menyadari betapa perpisahan ini sangatlah tidak harmonis. Tidak ada kata selamat tinggal untuk perpisahan ini. Tidak ada satupun orang yang memberitahuku jika itu adalah saat terakhirku menginjakkan kaki di Tembagapura. Aku tidak tahu, aku tidak akan pernah kembali ke Tembagapura lagi. Aku hanya berharap dan bercita-cita jika memang Allah SWT mengizinkan, aku dapat kembali mengunjungi Tembagapura lagi. Karena Tembagapura adalah desa yang eksklusif, dan bukan desa yang terbuka untuk umum. Ditambah kondisi Tembagapura setelah sembilan tahun aku berada di Tangerang Selatan semakin parah dengan adanya banjir bandang dan aksi penembakan.
Ini adalah fotoku di dalam Helikopter Airfast Indonesia nomor 3 tujuan Timika. Seluruh penumpang diwajibkan menggunakan headphone untuk menghindari kebisingan. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya helikopter ketiga pun datang. Namun, kedatangan helikopter kali ini cukup unik. Jadi, penumpang yang mendapatkan nomor urut 4 juga akan berangkat bersamaan dengan penumpang yang mendapatkan nomor urut 3. Karena aku melihat di kejauhan ada dua helikopter datang bersamaan, sejajar satu sama lain. Sekarang, aku hanya harus merencenakan yang terbaik. Yaitu merencanakan untuk mencegah kebisingan dan angin kencang baling-baling. Ketika helikopter telah dekat dengan helipad, kututup kepalaku dengan sweater, dan kututup telingaku rapat-rapat, sedangkan pada waktu itu, aku masih digendong oleh ayahku. Kemudian, perlahan-lahan ayahku membawaku berjalan mendekati helikopter. Aku terus menutup telingaku sampai akhirnya aku diletakkan di kursi helikopter. Barulah setelah itu, aku kembali membuka mata. Dari kursi helikpter aku dapat melihat petugas-petugas sangat sibuk mengurusi bagasi, mereka berjalan di sekitar helikopter dengan lincah dan gesit. Aku juga melihat di seberang kananku, terdapat helikopter yang mengangkut penumpang yang mendapatkan nomor urut 4. Aku duduk dipangku
17
oleh ayahku, sedangkan ibuku berada di samping kiriku. Di samping kiri ibuku adalah Mbak Mus, dan di samping kiri Mbak Mus adalah Salsa dan keluarganya. Setelah lima menit, helikopter pun siap untuk berangkat. Seluruh penumpang telah menggunakan headphone mereka untuk mengurangi kebisingan. Pintu helikopter kemudian ditutup dan mesin helikopter dikencangkan. Tak lama kemudian, terangkatlah helikopter ke udara. Inilah pengalaman pertamaku naik helikopter, dan ini adalah satu-satunya pengalaman naik helikopter dalam hidupku. Sembilan tahun kemudian, ketika aku menulis cerita ini, aku belum pernah naik helikopter lagi.
Dari helikopter, kami dapat melihat pemandangan Pegunungan Jayawijaya yang begitu indah. Di bawah, kami dapat melihat beberapa perumahan dan jalan-‐jalan berliku di gunung. Kami pun juga sempat melewati beberapa gumpalan awan selama perjalanan. Setelah helikopter terangkat ke udara, helikopter terbang ke arah barat melewati deretan pegunungan Jaya Wijaya. Aku melihat di bawahku terdapat hutan tropis yang begitu lebat dan juga perumahan serta jalan yang berliku-liku. Helikopter kami pun juga sempat memasuki awan untuk beberapa kali. Setelah sekitar duapuluh menit, akhirnya kami sampai di Timika, tepatnya di Bandara Mozes Kilangin. Sesaat sebelum helikopter mendarat, aku melihat dua pesawat yang sedang parkir. Kedua pesawat tersebut adalah Garuda Indonesia dan Airfast Indonesia. Di cuti-cuti sebelumnya, aku dan orangtuaku harus naik mobil melewati jalur yang berliku-liku di gunung dan juga terowongan yang sangat panjang. Mengendarai mobil dari Tembagapura ke Timika dapat memakan waktu hingga dua jam. Namun, perjalanan menggunakan mobil juga memiliki keuntungan. Karena kami dapat menikmati pemandangan Pegunungan Jaya Wijaya yang sangat menakjubkan. Kami pun sering melihat awan dan kabut berada lebih rendah daripada jalan mobil. Walaupun pemandangan yang dilihat indah, tetapi jalur yang kami lewati juga cukup mengerikan, karena mobil kami berjalan di samping jurang yang sangat tinggi. Oleh karena itu, menggunakan helikopter jauh lebih efektif karena hanya memakan waktu sekitar duapuluh menit saja dari Tembagapura ke Timika. Namun, kami hanya diperbolehkan menggunakan helikopter jika cuacanya mendukung. Jika cuacanya buruk, maka penerbangan helikopter pun harus dihentikan dan mau tidak mau kami harus menggunakan kendaraan darat untuk sampai ke Timika. Alhamdulillah, pada tanggal 17 September 2009, cuacanya cukup baik sehingga kami bisa menggunakan helikopter.
18
Setelah beberapa tahun aku tinggal di Tangerang Selatan, aku semakin banyak mendengar berita-berita penembakan yang terjadi di Tanah Papua. Ditambah banyak bencana yang menimpa Tembagapura, seperti jebolnya tanki air sehingga membuat banjir bandang yang merugikan masyarakat dan memutuskan jalan di depan Sekolah YPJ. Di sisi lain, aku juga sangat bersyukur dapat pindah ke kampung halamanku sebelum banyak bencana menimpa desa ini.
19
HOTEL TRANSIT
Sesaat sebelum mendarat di Bandara Mozes Kilangin, kami melihat pesawat Airfast Indonesia dan Garuda Indonesia yang sedang parkir. Setelah helikopter mendarat, kami angkut kembali bagasi kami dan langsung diantar dengan sebuah mobil menuju hotel transit yang bernama Sheraton Hotel. Jarak dari bandara ke hotel tidaklah jauh, hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja. Kami akan transit di hotel ini untuk sekitar dua jam. Keluargaku dan keluarga Salsa menyewa satu kamar bersama. Ini adalah pengalaman pertamaku juga untuk mengunjungi hotel, sebelumnya aku tidak mengetahui apa itu hotel, dan bagaimana orang menginap di hotel. Ketika masuk ke dalam lobby, aku melihat lobby tersebut begitu indah, rasanya sangat tenteram dan sunyi. Setelah mendapatkan kartu kamar, kami langsung naik ke kamar kami. Saat masuk, aku melihat terdapat satu kasur, satu televisi, dan juga jendela yang cukup besar. Aku sangat kagum dan sangat senang untuk melihatnya. Aku tidak pernah melihat hotel sebelumnya. Ternyata hotel itu adalah tempat yang paling indah untuk beristirahat. Namun selama kami menunggu, kami tidak tidur. Aku dan Salsa sangat senang sehingga kami berlari-larian di kamar. Sedangkan orangtuaku saling bercerita dengan orangtua Salsa.
Fotoku bersama Salsa di depan pahatan patung yang ada di Sheraton Hotel Timika.
20
Kami menunggu di sana cukup lama, dan akhirnya pun dua jam berlalu. Kami pun bersiap-siap kembali untuk berangkat ke Bandara Mozes Kilangin. Namun, sebelum meninggalkan hotel, aku dan Salsa sempat berfoto-foto di lobby hotel. Gayaku dan Salsa sangat ekspresif ketika berfoto di sana. Aku dan Salsa berfoto di depan sebuah patung yang tinggi dan besar, dan kami merasa bahagia dapat menikmati istirahat di Sheraton Hotel. Setelah beberapa lama, kami pun kembali diantarkan ke Bandara Mozes Kilangin dengan sebuah mobil.
21
BANDARA MOZES KILANGIN
Fotoku dan orangtuaku di depan roda besar di pintu masuk Bandara Mozes Kilangin.
Sesampainya di Bandara Mozes Kilangin, kami tidak langsung masuk ke dalam bandara, melainkan kami berfoto terlebih dahulu di depan sebuah roda yang besar. Di cuti-cuti sebelumnya, kami tidak pernah berfoto di depan roda tersebut. Namun, kami melakukannya sekarang karena ini adalah kenangan terakhir kami di Bandara Mozes Kilangin.
Selama menunggu pesawat, aku tidak bisa diam. Aku dan Salsa berjalan keliling ruang tunggu sampai akhirnya kami boarding. Setelah berfoto, kami masuk ke dalam bandara. Setelah melewati proses pemeriksaan, kami menunggu di ruang tunggu yang lantainya berwarna biru. Kami menunggu di sana cukup lama. Karena dulu aku masih kecil, aku tidak bisa diam. Aku berkeliling, berjalan bolak-balik ruang tunggu tersebut bersama Salsa. Tidak lama setelah kami duduk, aku melihat pesawat Garuda Indonesia sedang lepas landas. Pesawat tersebut berlari sangat kencang dari arah kanan, mengeluarkan suara gemuruh di landasan, dan akhirnya lepas landas. Setelah pesawat Garuda Indonesia, pesawat Merpati akan menjadi pesawat selanjutnya yang akan lepas landas. Pesawat tersebut berjalan hingga ke ujung landasan di sisi kiri. Tidak lama kemudian, larilah pesawat tersebut dengan sangat kencang dari sisi kiri, dan lepas landas tepat di depan ruang tunggu.
22
Setelah cukup lama menunggu, aku melihat sebuah pesawat akan mendarat. Badan pesawat tersebut berwarna putih dan kedua mesinnya terletak di ekor. Ekornya berwarna kuning dan memiliki tulisan capital berwarna hitam yang ditulis secara diagonal. Tulisan itu adalah “AIRFAST”. Inilah pesawat kami menuju Jakarta, yaitu Airfast Indonesia. Perjalanan kami dari Timika ke Jakarta memakan waktu sekitar enam jam, dengan transit di Makassar dan Denpasar.
23
AIRFAST INDONESIA
Fotoku saat duduk di pesawat Airfast Indonesia. Pesawatnya cukup kecil namun aku merasa nyaman dan benar-‐benar menikmati penerbangan ke Jakarta.
Naik pesawat Airfast Indonesia adalah suatu pengalaman yang paling berkesan dalam hidupku. Dan tentunya suatu nikmat yang harus disyukuri. Karena hanya mereka yang bekerja di PT Freeport Indonesia dan keluarga pekerjanya sajalah yang dapat naik pesawat Airfast Indonesia. Pesawat ini tidak diterbangkan untuk komersil. Akhirnya pun waktu boarding tiba dan kami diantar oleh bus menuju tempat dimana pesawat parkir. Sesampainya di depan pesawat Airfast Indonesia, kami naik ke dalam pesawat dan duduk di kursi deretan HJK. Uniknya, pesawat ini memiliki deret kursi 3-2. Tidak seperti pesawat-pesawat lainnya yang memiliki deret kursi 3-3. Aku duduk bersama ayah dan ibuku, sedangkan Mbak Mus duduk di kursi yang berderet dua. Kursi pesawatnya berwarna biru dan memiliki logo PT Freeport Indonesia. Beberapa lama kemudian, pesawat pun berjalan. Dari tempat parkir, pesawat berjalan menuju landasan kemudian berbelok ke kanan. Sesampainya di ujung landasan, pesawat berbalik arah dan tanpa berhenti, pesawat langsung berlari dengan sangat kencang. Suasana menjadi sangat bergemuruh dan bising. Setelah beberapa detik di landasan, akhirnya pesawat kami lepas landas ke udara. Tidak disangka, ternyata selesailah perjalanan hidupku di tanah Papua setelah enam tahun lamanya aku tinggal di Tembagapura. Aku tidak tahu, bahwa perjalanan kali itu adalah perjalanan terakhirku dari Tembagapura ke Timika hingga ke Jakarta. Setelah sembilan tahun aku berada di Tangerang Selatan, aku merasa sedih dan berharap ingin sekali bisa kembali mengunjungi Tembagapura, walaupun hanya untuk semalam. Aku belum mengucapkan selamat tinggal kepada desa ini, ditambah ayahku sudah pindah kerja bukan di Tembagapura lagi. Seakan-akan cita-cita untuk pergi ke Tembagapura bagaikan pungguk merindukan bulan. Aku ingin sekali bisa kembali ke sana. Kembali ke pesawat, selanjutnya pesawat akan terbang menuju destinasi pertamanya, yaitu Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Perjalanan dari Timika ke Makassar memakan waktu cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Di perjalanan, aku banyak menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan dan tidur. Kami pun juga mendapatkan makan siang selama perjalanan.
24
Setelah dua jam perjalanan, akhirnya pun kami sampai di Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Pada waktu itu, hari masih siang. Ketika kami transit di sana, seluruh penumpang diwajibkan untuk turun dari pesawat. Kami akan menunggu selama satu jam di bandara tersebut.
Foto pesawat Airfast Indonesia saat transit di Bandara Sultan Hasanuddin. Bandara Sultan Hasanuddin adalah bandara yang cukup besar. Setelah beberapa tahun aku tinggal di Tangerang Selatan, aku mengira aku belum pernah pergi ke Pulau Sulawesi. Ternyata aku pernah mengunjungi pulau tersebut karena aku pernah transit di Makassar. Di sana, aku juga melihat beberapa pesawat lainnya. Ternyata pesawat kami adalah pesawat yang terkecil di bandara itu. Karena pesawat-pesawat lain seperti Garuda Indonesia adalah pesawat dengan jenis Boeing, sedangkan pesawat kami berjenis MD. Setelah sekitar satu jam, kami kembali ke pesawat untuk melanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Perjalanan dari Makassar ke Denpasar memakan waktu sekitar satu jam setengah. Pada waktu itu, dan mungkin juga sekarang, pesawat Airfast Indonesia tidak memiliki televisi di depan kursinya. Sehingga jika penumpang pesawat merasa bosan, tidak lain mereka hanya harus menikmati pemandangan di luar jendela, menikmati makanan, atau tidur. Aku memang orang yang sangat menyukai terbang dengan pesawat. Baik ada TV atau tidak, aku tetap senang dalam setiap perjalanan. Namun, hal yang aku tidak sukai adalah ketika tidak mendapatkan tempat duduk persis di samping jendela, karena aku tidak dapat melihat pemandangan di luar. Karena itu, jika ada perjalanan, pasti orangtuaku selalu meletakkanku di kursi yang memiliki jendela di sampingnya. Setelah satu setengah jam perjalanan, sampailah kami di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Di sana kami transit untuk setengah jam, dan kami tidak diharuskan turun. Sehingga, kami menunggu di pesawat sampai pesawat kami berangkat kembali. Kadang, pesawat Airfast Indonesia juga memiliki rute transit Surabaya atau Yogyakarta setelah transit di Makassar dan sebelum tiba di destinasi terakhir.
25
Pemandangan gunung, awan, dan senja dari jendela pesawat Airfast Indonesia. Setelah transit di Denpasar, pesawat akan terbang menuju destinasi terakhir, yaitu Jakarta. Pada tahun 2009, pesawat Airfast Indonesia masih mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Namun sekarang, pesawat tersebut mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma. Perjalanan dari Denpasar ke Jakarta memakan waktu sekitar satu jam. Senja pun akhirnya datang. Dari jendelaku, terdapat pemandangan senja yang sangat indah. Kami terbang di atas awan-awan yang tebal. Tepat di satu saat, kami melihat sebuah puncak gunung yang tertutup awan. Ayahku pun mengambil kameranya dan langsung memotret pemandangan gunung tersebut beserta dengan pemandangan senja. Tak lama kemudian, pesawat kami memasuki awan dan langit pun perlahan-lahan menjadi gelap. Setelah satu jam perjalanan, pesawat pun akan tiba di destinasi terakhir. Hari sudah malam. Di darat, kami dapat melihat kelap-kelip lampu kota. Pesawat pun terbang semakin rendah dan seluruh lampu pesawat dimatikan menjelang pendaratan. Tak lama kemudian, pesawat kami sudah berada di atas landasan dan terbang semakin rendah. Lalu, roda pesawat tersebut menyentuh tanah dan bunyi gemuruh kencang tak kira-kira terdengar selama pesawat mengerem di landasan. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Pesawat kami akhirnya tiba di Bandara Soekarno-Hatta setelah enam jam perjalanan dari Timika. Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan.
26
EPILOG
Pesawat Airfast Indonesia pada waktu itu parkir di terminal 1C. Setibanya di sana, kami langsung turun dan pergi ke tempat pengambilan bagasi. Di tempat itulah, aku melihat Salsa untuk terakhir kalinya. Dia sudah tidak begitu energik lagi seperti saat masih di Timika. Mungkin karena sudah mengantuk. Begitu pun juga aku. Setelah mengambil bagasi, kami berpisah dengan keluarga Salsa. Kami naik taksi menuju rumah baru kami di Perumahan De Latinos, BSD. Di taksi, aku tertidur. Bahkan aku tertidur sampai-sampai aku tidak sadar kalau aku telah sampai di rumah dan diletakkan di kasur tidur. Ketika aku terbangun, hari sudah pagi dan matahari telah terbit. Setelah enam tahun lamanya tinggal di Tembagapura, untuk pertama kalinya pada pagi itu, aku memulai hidupku yang baru. Dan sekarang, ketika cerita ini ditulis, itu adalah tahunku yang kesembilan di Tangerang Selatan.
***
27
LAGU
Oh Indahnya Tembagapura
Cipt: Glanz Einstern Brata Video: https://www.youtube.com/watch?v=2f_j3EH2A3k&t=1s Terkenang memori sepuluh tahun yang lalu Rumahku, sekolahku, dan juga kawanku Enam tahun ku mengabdi di desa ini Desa bernama Tembagapura Naik Si Ekor Kuning dari Jakarta Indahnya terbang dengan Airfast Indonesia Sungguh perjalanan yang begitu berkesan Menuju Desa Tembagapura Chrous / Reff Pelangi membentang Di gunung yang biru Aku rindu padamu Wahai kabut yang lembut… Air terjun Mengalir deras Oh Indahnya Tembagapura Banyak inspirasi dari Tembagapura Alamnya, desanya, dan juga masyarakatnya Aku banyak belajar dari desa ini Belajar dari Tembagapura Menikmati gunung dan juga air terjun Pemandangan alam desa sangatlah memesona Andaikan ku dapat kembali ke sana Kembali ke Tembagapura Kembali ke Chorus / Reff Oh Indahnya Tembagapura rit. Oh Indahnya…. Temba… ga… pu… ra…
28
QUIZ TIME Seberapa jauh Anda telah menyimak cerita?
Akhiri bacaan Anda dengan mengisi kuis di bawah ini. Lembar jawaban berada di halaman berikutnya.
1. Tembagapura berada pada ketinggian… a. 850 meter dpl b. 1000 meter dpl c. 1900 meter dpl Jawaban: ____
2. Einstern menggunakan helikopter untuk pergi ke Timika. Einstern dan orangtuanya mendapatkan nomor urut ke-… a. 2 b. 3 c. 4 Jawaban: ____
3. Kursi Pesawat Airfast Indonesia berwarna… a. Kuning b. Hitam c. Biru Jawaban: ____
4. Rute pesawat Airfast Indonesia yang Einstern naiki adalah… a. Timika – Makassar – Surabaya - Jakarta b. Timika – Makassar – Denpasar - Jakarta c. Timika – Makassar – Denpasar – Surabaya – Jakarta Jawaban: ____
5. Di terminal berapa pesawat Airfast Indonesia parkir di Bandara Soekarno-Hatta (pada tahun 2009)…? a. Terminal 1C b. Terminal 2E c. Terminal 1B Jawaban: ____
30
TENTANG PENULIS
Glanz Einstern Brata lahir di Tangerang, Banten. Sejak berumur satu tahun, Einstern sudah tinggal di desa Tembagapura, Papua karena orangtuanya bekerja di PT Freeport Indonesia. Einstern menghabiskan hidupnya di Tembagapura selama enam tahun. Di Tembagapura, Einstern bersekolah di Yayasan Pendidikan Jayawijaya menempuh jenjang Playgroup, TK sampai dengan SD Kelas I. Pada bulan September 2009, Einstern dan orangtuanya pindah ke BSD. Einstern melanjutkan pendidikannya di SD Islam Al-Azhar BSD dari kelas I sampai kelas VI. Kemudian Einstern melanjutkan SMP-nya di Global Jaya School, Bintaro hingga saat ini. Einstern adalah salah satu remaja yang suka mempelajari sejarah, geografi, matematika, fisika, bahasa asing, dan musik. Ia juga suka berwisata, menulis cerita, bermain piano, dan berolahraga Ice Skating. Website: glanzeb.weebly.com