kerangka konsep baduta edit_2
DESCRIPTION
kerangka konsep badutaTRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK INTERMONEV COMMUNITY
MEMBUAT KERANGKA KONSEP, VIM DAN INSTRUMEN MASALAH GIZI PADA BADUTA
KELOMPOK 1
1. LULU LUTHFIYA (145070309111001)
2. DWIA RIDHANTI (145070309111016)
3. MEDIAN ROLANDO (145070309111020)
4. AZIZAH LUBIS (145070309111028)
5. HERNITA PILAWATI (145070309111032)
6. NOOR HALIDAH PUJI LESTARI (145070309111039)
7. ERNINTA KARTIKA SUSANTO (145070309111045)
8. RIA VITRIANI (145070309111058)
JURUSAN GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. Status Gizi Kurang Pada Baduta.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia dimana tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan
zat gizi optimal terpenuhi (Sari, 2010). Keadaan status gizi anak usia di bawah dua tahun
(Baduta) merupakan kelompok yang rawan gizi dan akan menentukan kualitas hidup
selanjutnya. Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak (Ferreira, 2012).
Kekurangan gizi pada usia di bawah 2 tahun akan menyebabkan sel otak
berkurang 15%– 20%, sehingga anak kelak di kemudian hari mempunyai kualitas otak
sekitar 80%–85% (Gunawan. dkk, 2011)
Besarnya masalah Gizi Kurang pada Baduta menurut Riskesdas tahun 2010 yaitu :
Usia Gizi Kurang (%)
< 5 bulan 7,2
6 – 11 bulan 8,5
12 – 23 bulan 12,1
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2007 dan 2010 besarnya masalah gizi kurang
sebanyak 13 % dan tahun 2013 sebanyak 13,9 %, Merujuk pada indicator public health
problem angka kejadian Gizi Kurang termasuk ke dalam kategori Medium (10 – 19,9 %)
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang Pada Baduta
1. Asupan Makanan
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas
dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang
sesuai (Ningtyas, 2005). Aritonang dalam bukunya juga mengatakan berdasarkan
kerangka UNICEF tahun 1998 disebutkan bahwa Asupan Makan merupakan salah satu
penyebab terjadinya gizi kurang. Menurut Primadi Oscar, dkk (2013) intake
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu menyusui, pola makan dan pangan.
1.1 Menyusui
Faktor – faktor yang ada dalam menyusui antara lain IMD dan ASI
eksklusif. Pada bayi yang mendapatkan IMD dan ASI eksklusif akan berdampak
pada status gizi yang baik pada baduta (Giri, 2013).
1.1.1 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah awal menuju kesuksesan
menyusui, salah satu faktor penting dari pembangunan sumber daya
manusia kedepan. Hal ini menunjukan bahwa mortalitas dapat ditekan
dengan efektif saat memberikan kesempatan pada bayi untuk bersama
ibunya, dengan kontak kulit dan membiarkan mereka bersamasama
minimal 1 jam (Wulandari, 2009)
1.1.2 Asi Eksklusif
Selama pemberian ASI eksklusif penting untuk menilai kecukupannya
dengan cara menilai pertumbuhan / kenaikan BB bayi. Apabila bayi
memperoleh ASI dalam jumlah cukup, maka semua kebutuhan air dan zat
gizi akan terpenuhi. Hal ini karena setelah umur 6 bulan ASI saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energy, protein, dan mikronutrien.
Pada dua tahun pertama bayi rentan terhadap masalah gizi kurang, oleh
karena itu pemberian ASI merupakan intervensi yang murah dan efektif
disamping makanan pendamping ASI (ASDI, 2014)
1.1.3 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga seperti suami akan meningkatkan rasa percaya diri istri
terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri
suami dapat menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak
( Roesli, 2008). Faktor yang terbukti memengaruhi pemberian ASI
eksklsusif adalah faktor psikis ibu (keyakinan ibu terhadap produksi ASI),
dukungan keluarga, pengetahuan ibu yang benar tentang ASI eksklusif,
dan konseling ASI (Fahriani, 2014)
1.2 Pola Konsumsi
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan
pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian
yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan
yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Jika pola makan
tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu,
tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita. (Purwani dan
Mariam, 2013)
1.2.1 MP-ASI
Pemberian MP-ASI yang tepat pada baduta sangat mempengaruhi status
gizi bayi. Pemberian makanan pendamping ASI harus diberikan tepat pada
usia 6 bulan . (Ratnaningsih, 2011)
1.2.2 Pola Asuh
Kecukupan gizi manusia diperlukan sejak dari janin dalam kandungan
melalui peran ibu dan pola asuh yang baik. Apabila pola asuh tidak
dilakukan dengan baik maka akan berdampak pada gangguan
perkembangan bayi (Mahlia, 2008). Menurut penelitian Hafrida yang dikutp
oleh Lubis (2012) terdapat hubungan pola asuh dengan status gizi.
Semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik pada anak juga akan
semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak di dalam keluarga
semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak juga akan semakin
baik dan akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak
1.3 Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan yang ada dalam rumah tangga tergantung dari
pendapatan rumah tangga (Roedjito dalam Yudi, 2008) ketersediaan pangan juga
diperoleh dari akses untuk mendapatkan pangan tersebut. Sehingga apabila
ketersediaan pangan dalam keluarga kurang dikarenakan rendahnya pendapatan
keluarga dan akses terhadap pangan akan berdampak status gizi kurang pada
baduta dikarenakan asupan yang diperoleh baduta rendah. Berdasarkan Kerangka
UNICEF 1998 juga dikatakan bahwa ketersediaan pangan yang kurang memadai
menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan sehingga tidak
asupan makan rendah dan berdampak terhadap status gizi (Aritonang, 2012)
1.3.1 Akses Pangan
Akses pangan adalah kemampuan semua rumah tangga dan individu
dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang
cukup untuk kebutuhan gizinya (Hanani dalam Mun’im, 2012).
Berdasarkan penelitian Mun’im (2012) akses pangan merupakan salah satu
faktor ketahanan pangan dan Berdasarkan penelitian Roehadi 2012
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi Balita
1.3.2 Pekerjaan
Berdasarkan penelitian Dewi (2010) tentang hubungan pekerjaan terhadap
status gizi dalam jurnalnya yang berjudul analisis faktor faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi balita di pedesaan mendapatkan hasi
bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan status gizi Balta.
1.3.3 Pendapatan
Berdasarkan penelitian Persullesy tahun 2012 mengatakan bahwa Tingkat
pendapatan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang bermakna.
Apriyani, 2010 juga mengatakan bahwa Ada hubungan pendapatan ibu
dengan tingkat kecukupan energi. Menurut Nuryanto (2012) Tingkat
penghasilan keluarga erat hubungannya dengan pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.
1.3.4 Pengetahuan
Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan
sikap dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya
akan berpengaruh pula pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.
Keadaan gizi yang rendah di suatu daerah akan menentukan tingginya
angka kurang gizi secara nasional (Suhardjo, 2003). Aritonang juga
mengatakan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi pola asuh,da
ketersediaan pangan. Tingkat pengetahuan juga sangat berpengaruh
terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan (Pratiwi,2009)
1.3.5 Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga
juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan
perawatan anak. (Depkes RI, 2008).
2. Infeksi/Penyakit
Penyakit infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang pada baduta yaitu terjadi
akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Ihsan,dkk (2012) di Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil
Kabupaten Aceh Singkil didapatkan hasil gizi kurang tertinggi pada anak yang pernah
ada riwayat penyakit infeksi yaitu 39,0%. Penyakit infeksi sangat mempengaruhi
status gizi anak balita. Anak yang mendapat makanan cukup, tetapi sering diserang
penyakit infeksi akhirnya dapat menderita kekurangan energi protein. Sebaliknya anak
yang makan tidak cukup, daya tahan tubuhnya akan melemah sehingga dalam keadaan
demikian mudah diserang penyakit infeksi (Soekirman, 2001).
2.1 Pelayanan kesehatan
Aritonang (2003), bahwa pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap
kesehatan dengan adanya penangan yang cepat terhadap masalah kesehatan
terutama masalah gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Welasasih
dan Wirjatmadi (2012) didapatkkan hasil sebanyak 30,8% balita yang tidak
rutin tiap bulan ke posyandu mengalami stunting. Keaktifan balita ke posyandu
sangat besar pengaruhnya terhadap pemantauan status gizi. Kehadiran ke posyandu
bisa menjadi indikator terjangkaunya pelayanan kesehatan pada balita, karena
dengan hadir rutin balita akan mendapat imunisasi dan progam kesehatan lain
seperti vitamin A dan kapsul yodium.
2.2 Sanitasi
Sanitasi lingkungan sehat secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan
anak balita yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi status gizi anak
balita. Masalah gizi selain disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi, juga dapat
terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri. Sehingga
memudahkan timbulnya penyakit infeksi, khususnya diare dan ISPA
(Soekirman,2010)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Fuada (2012)
Proporsi Anak balita status gizi kurang (BB/U) yang tumbuh di lingkungan yang
tidak sehat, lebih besar di banding dilingkungan sehat. Sebaliknya pada status gizi
baik, proporsi anak balita yang tinggal di sanitasi sehat, terlihat lebih besar,
dibanding di lingkungan yang tidak sehat yaitu 21,3%.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, 2012. Menilai Status Gizi Untuk Mencapai Sehat Optimal. Yogyakarta : Leutika
ASDI, IDAI, PERSAGI. Penuntun Diet Anak. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke 3 tahun 2014
Dewi, Mazarina. 2010. Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Status Gizi Balita di Pedesaan
Fahriani, Reni, 2014. Faktor Yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Cukup Bulan Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sari Pediatri, Vol. 15, No. 6, April 2014
Giri, Made Kurnia W. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI serta ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Balita 6 – 24 Bulan. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol. 1 No 1 2013Gunawan, Gladis.Fadlyana, Eddy.Rusmil,Kusmandi.2011. Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak 1-2 Tahun. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 13.No. 2,
Mun’in, Akhmad. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Ketersediaan, Akses, Dan Penyerapan Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Di Kabupaten Surplus Pangan: Pendekatan Partial Least Square Path Modeling. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 30 No. 1, Mei 2012 Agustus 2011.
Hidayat, Tjetjep Syarif. Fuada Noviati.2012.Hubungan Sanitasi Lingkungan, Morbiditas Dan Status Gizi Balita di Indonesia. Jurnal PGM 34(2):104-113.
Ihsan, Muhammad. Hiswani, Jemadi.2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil tahun 2012. Departemen Epidemiologi FKM USU.
Lubis, Ritayani. 2008. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara
Mahlia, 2008: Pengaruh karakteristik Ibu dan pola asuh makan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan
Ningtyas FW. 2005. Hubungan Pola Pemberian ASI Eksklusif Dan MP-ASI Dengan Status Gizi Balita. Jember. Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. (Dalam jurnal Wargiana, Risa, dkk. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1))
Nuryanto. 2012. Hubungan Status Gizi terhadap terjadinya Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 6 No. 2 tahun 2012.
Persulley, Vony. 2012. Hubungan Tingkat Pendapatan Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di Daerah Nelayan Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Yogyakarta : Ugm
Ratnaningsih, Ester.2011. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI terhadap Status Gizi Bayi 6-12 bulan. Jurnal kebidanan panti wiyasa. Vol.1 No. 1. Oktober 2011.
Roehadi, Slamet. 2012. Hubungan Antara Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita Pada Rumah Tangga Di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu. Yogyakarta : UGM
Sari, Khandila. 2010. Pola Pemberian Asi Dan Mp-Asi Pada Anak 0-2 Tahun DitinjauDari Aspek Sosial Ekonomi Di Wilayah Pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tahun 2010. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Dalam Sakti, Risky Eka, Dkk. Hubungan Pola Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013)
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak . Yogyakarta : Graha Ilmu. (Ada Dalam Jurnal Purwani, Erni Dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang. Jurnal Keperawatan Anak Volume 1 No. 1)
Welasasih, Bayu Dwi. Wirjatmadi. R. Bambang , 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Wulandari, Atik Sri.2009.Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali Asi Dan Eksklusif. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Yudi, Hendra. 2008. Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan di Kecamatan Medan Area Utara Kota Medan Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Status Gizi Baduta
TUMBUH KEMBANG ANAK
ASUPAN MAKAN 1 STATUS INFEKSI 4
PELAYANAN KESEHATAN 4.1
HYGIENE IBU .4.2POLA KONSUMSI
1.1
KETERSEDIAAN PANGAN1.2
AKSES PANGAN 1.2.1
MP-ASI1.1.1
PEKERJAAN ORANG TUA 1.2.3
DUKUNGAN KELUARGA PEMBERIAN ASI2
POLA ASUH 1.1.2
PENDAPATAN KELUARGA 1.2.2
PENDIDIKAN ORANG TUA 3
PENGETAHUAN IBU/KESEHATAN 1.2.4
PEMBERIAN ASI (IMD/ASI EKSKLUSIF)1.3
2,8
2, 112,13
5
2
22,4
1
106
5, 7, 14
153
216
2
2
12
2
9
Referensi :
1. Gunawan, Gladis.Fadlyana, Eddy.Rusmil,Kusmandi.2011. Hubungan Status Gizi dan
Perkembangan Anak 1-2 Tahun. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 13.No. 2, Agustus 2011.
2. Aritonang, 2012. Menilai Status Gizi Untuk Mencapai Sehat Optimal. Yogyakarta :
Leutika
3. Giri, Made Kurnia W. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian
ASI serta ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Balita 6 – 24 Bulan. Jurnal Magister
Kedokteran Keluarga Vol. 1 No 1 2013
4. Roehadi, Slamet. 2012. Hubungan Antara Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Dengan Status Gizi Balita Pada Rumah Tangga Di Daerah Rawan Pangan Kabupaten
Indramayu. Yogyakarta : UGM
5. Ratnaningsih, Ester.2011. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan
Pendamping ASI terhadap Status Gizi Bayi 6-12 bulan. Jurnal kebidanan panti wiyasa.
Vol.1 No. 1. Oktober 2011 mp asi dan asi eksklusif thd stat gizi
6. Lubis, Ritayani. 2008. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara
7. ASDI, IDAI, PERSAGI. Penuntun Diet Anak. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi ke 3 tahun 2014 asi eksklusif thd stat gizi
8. Ihsan, Muhammad. Hiswani, Jemadi.2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
status gizi anak balita di desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil
tahun 2012. Departemen Epidemiologi FKM USU.
9. Persulley, Vony. 2012. Hubungan Tingkat Pendapatan Dan Pola Makan Dengan Status
Gizi Balita Di Daerah Nelayan Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Yogyakarta : Ugm
10. Mun’in, Akhmad. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Ketersediaan, Akses, Dan Penyerapan
Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Di Kabupaten Surplus Pangan: Pendekatan
Partial Least Square Path Modeling. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 30 No. 1, Mei 2012
11. Hidayat, Tjetjep Syarif. Fuada Noviati.2012.Hubungan Sanitasi Lingkungan, Morbiditas
Dan Status Gizi Balita di Indonesia. Jurnal PGM 34(2):104-113.
12. Dewi, Mazarina. 2010. Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Status Gizi
Balita di Pedesaan
13. Welasasih, Bayu Dwi. Wirjatmadi. R. Bambang , 2012. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya
14. Wulandari, Atik Sri.2009.Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali Asi Dan Eksklusif. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
15. Fahriani, Reni, 2014. Faktor Yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Cukup Bulan Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sari Pediatri, Vol. 15, No. 6, April 2014
16. Pratiwi, Atika. 2009. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pemberian
Mp-Asi Pada Balita Usia 6-24 Bulan Di Posyandu Dusun Tlangu Desa Bulan Kec.
Wonosari Klaten. Solo : UNS
MATRIKS VARIABEL DAN INDIKATOR
No Variabel Indikator Metode Alat ukur Referensi0 Status Gizi BB/U
TB/U atau PB/UBB/TB atau BB/PB)
Antropometri Baby scale dan dacin/ timbangan injak, lengthboard
WHO (2005)Gibson (2005)Fahmida & Dilon(2011)
1. Asupan makan a. Rata – rata asupan energi b. Rata – rata asupan proteinc. Rata – rata asupan karbohidratd. Rata – rata asupan lemak
Recall 1 x 24 jam
Form Recall 1 x 24 jam Supariasa (2002)Gibson (2005)Fahmida & Dilon (2011)
1.1 Pola konsumsi a. Jenis makanan yang dikonsumsi dengan pengkategorian berupa: Baik, apabila jenis makanan yang
diberikan berupaUmur 6-12 bulan : ASI, Nasi tim/bubur dan sari buahUmur 13- 24 bulan : ASI, Makanan Keluarga
Tidak baik, apabila pemberian makanan diluar ketentuan diatas.
b. Jumlah dan frekuensi makan yang diberikan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan gizi. Baik, apabila
Umur 6-12 bulan 210 – 250 ml PASI/ASI sebanyak 3-4 kali sehari, 1 piring kecil Nasi tim/ bubur sebanyak 2-3 kali sehariKonsumsi ASI sebanyak 100-250 ml pada SI ≥ 6 kali per hari.Umur 13- 24 bulan 250 ml PASI/ASI sebanyak 2-3 kali sehari, makan setengah dari yang dimakan orang
Recall 1 x 24 jam
Form Recall 1 x 24 jam Manullang, dkk (2012)
dewasa sebanyak 3-4 kali sehari. Tidak baik, apabila diluar dari
ketentuan yang telah ditetapkan.1.3 Pemberian ASI a. Durasi menyusui
Kurang baik (<10 menit) Baik (10-30 menit) Sangat baik(>30 menit)
b. Frekuensi menyusui Kurang baik (<8x/ hari) Baik (8-12x/hari) Sangat baik(>12x/hari)
Interview Kuesioner Arief (2009)
c. IMDBayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Interview Kuesioner Susanti, dkk (2012)
d. ASI EkslusifHanya menerima ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lainnya
Interview Kuesioner Emiralda (2006)
1.1.1 MP ASI Umur pertama pemberian MP ASIJenis MP ASI yang digunakanFrekuensi makan
Interview Kuesioner Susanti, dkk (2012)
1.1.2 Pola Asuh Penanggung jawab utama dalam mengasuh anakWaktu makanSiapa yang memberi makan
Interview Kuesioner Depkes (2007)
2. Dukungan keluarga
Dukungan Suami (perilaku)Dukungan keluarga (perilaku)
Interview Kuesioner Kurniawan (2013) dan Anggorowati (2011)
3. Infeksi DiareISPA
Interview Kuesioner Aritonang (2012)
4. Hygiene Ibu Apa yang dilakukan ibu sebelum menyuapi anak
Interview Kuesioner Lubis (2008)
Apa yang dilakukan ibu sebelum memegang baduta Apa yang dilakukan ibu setelah menggunakan peralatan baduta seperti piring, botol susu, dll