kepemimpinan msdm

8
PEMIMPIN DAN TEORI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Dalam pelaksanaan kepemimpinannya, cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Semua ini akan diperoleh karena kecakapan, kemapuan, dan perilakunya. Pemimpin merupakan seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan agar mengerjakan sebagian pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi. Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan dan kewibawaan (personal authority). Falsafah kepemimpinannya yaitu bahwa pemimpin adalah untuk bawahan dan milik bawahan. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Asas utama kepemimpinan Pancasila antara lain : 1) Ing Ngarsa Sung Tuladha, bahwa seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. 2) Ing Madya Mangun Karsa, bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang- orang yang dibimbingnya.

Upload: anggimelati

Post on 25-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manajemen sumber daya manusia

TRANSCRIPT

Page 1: kepemimpinan msdm

PEMIMPIN DAN TEORI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat

menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran

yang maksimal. Dalam pelaksanaan kepemimpinannya, cenderung menumbuhkan kepercayaan,

partisipasi, loyalitas dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Semua ini akan

diperoleh karena kecakapan, kemapuan, dan perilakunya.

Pemimpin merupakan seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya

untuk mengarahkan bawahan agar mengerjakan sebagian pekerjaan dalam mencapai tujuan

organisasi. Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan dan

kewibawaan (personal authority). Falsafah kepemimpinannya yaitu bahwa pemimpin adalah

untuk bawahan dan milik bawahan.

Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang

memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya ke

dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Asas utama kepemimpinan Pancasila antara lain :

1) Ing Ngarsa Sung Tuladha, bahwa seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan

perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

2) Ing Madya Mangun Karsa, bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan

semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.

3) Tut Wuri Handayani, bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang

yang diasuhnya berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Cara, gaya, ataupun tipe kepemimpinan pada dasarnya sama, tetapi makna dan hakikatnya

bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang

tinggi, agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Beberapa gaya/tipe dari

kepemimpinan adalah sebagai berikut :

a. Kepemimpinan Otoriter

Ciri-ciri kepemimpinan otoriter adalah :

Sebagian besar kekuasaan/wewenang mutlak tetap berada pada pimpinan, jika

pimpinan tersebut menganut sistem sentralisasi wewenang. Sedangkan jika pimpinan

Page 2: kepemimpinan msdm

menganut sistem manajemen tertutup, kurang menginformasikan keadaan

perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mendapat perhatiannya ;

Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin ;

Bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam

proses pengambilan keputusan ;

Falsafah pemimpin yaitu “bawahan adalah untuk pemimpin/atasan” ;

Pemimpin menggangap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling

cakap ;

Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah, ancaman

hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.

b. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Dalam kepemimpinannya dilakukan secara persuasif, menciptakan kerja sama yang

serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan ;

Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan ;

Falsafah pemimpin ialah “pemimpin adalah untuk bawahan” ;

Bawahan harus berpartisipasi dalam memberikan saran, ide, dan pertimbangan-

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan ;

Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka dan desentralisasi wewenang ;

Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan

mengambil keputusan ;

Pemimpin akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang

lebih besar.

c. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap ;

Bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

dalam melaksanakan pekerjaannya ;

Page 3: kepemimpinan msdm

Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan

pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan ;

Prinsipnya yaitu “Inilah pekerjaan yang harus Saudara kerjakan, saya tidak peduli,

terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa

diselesaikan denan baik” ;

Pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada

bawahan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut ;

Pimpinan tidak membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan-

pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit melakukan kontak dengan bawahannya ;

Bawahan dituntuk memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan

kematangan psikologis (kemauan).

d. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard

pada tahun 1960. Model ini mengacu pada pendekatan teori situasional yang menekankan

perilaku pemimpin dan merupakan model praktis yang dapat digunakan manajer, tenaga

pemasaran, guru, atau orangtua untuk membuat keputusan dari waktu ke waktu secara

efektif dalam rangka mempengaruhi orang lain.

Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpinan terletak pada perilaku yang

diobservasi atau perilaku nyata yang terlihat, bukan pada kemampuan atau potensi

kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Jadi, penekanan pendekatan situasional adalah pada

perilaku pemimpin dan anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif. Menurut

kepemimpinan situasional, tidak ada satupun cara yang terbaik untuk mempengaruhi orang

lain. Gaya kepemimpinan mana yang harus digunakan terhadap individu atau kelompok

tergantung pada tingkat kesiapan orang yang akan dipengaruhi.

Selain tipe-tipe diatas, ada juga beberapa gaya dalam pengambilan keputusan, yaitu sebagai

berikut :

1) Gaya Otoratif, yaitu gaya yang diterapkan pada situasi ketika manajer memiliki pengalaman

dan informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak memiliki

Page 4: kepemimpinan msdm

kemampuan, kesediaan, dan keyakinan untuk memecahkan masalah. Jadi, manajer harus

membuat keputusan tanpa bantuan pengikut.

2) Gaya Konsultatif, yaitu manajer mengenali bahwa pengikut juga mempunyai beberapa

pengalaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah

meskipun belum mampu. Jadi dalam situasi ini, strategi yang terbaik adalah memperoleh

masukan mereka, sebelum membuat keputusan final.

3) Gaya Fasilitatis, yaitu manajer dan pengikut bekerja sama dalam mencapai keputusan

bersama. Gaya ini merupakan cara yang sempurna manakala berhadapan dengan pengikut

yang mampu, tetapi belum yakin akan dirinya.

4) Gaya Delegatif, yaitu gaya yang digunakan terhadap pengikut yang memiliki tingkat

kesiapan yang memiliki pengalaman dan informasi yang diperlukan untuk keputusan atau

rekomendasi yang layak.

KESEPAKATAN KERJA BERSAMA DAN COLLECTIVE BARGAINING

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) adalah adanya musyawarah dan mufakat antara

pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat karyawan (buruh) dalam memutuskan masalah

yang menyangkut kebutuhan karyawan dan kepentingan perusahaan. Pentingnya kesepakatan

kerja bersama yaitu untuk :

Menciptakan pengintegrasian ;

Membina kerja sama ;

Menghindarkan terjadinya konflik dalam perusahaan ;

Diharapkan permasalahan yang dihadapi karyawan dengan perusahaan dapat diatasi

dengan baik (seperti masalah kenaikan gaji/upah, tunjangan hari raya, pemecatan

buruh, dan lain-lain).

Permasalahan dari kesepakatan kerja bersama yaitu seringkali pimpinan serikat karyawan,

bukannya memperjuangkan kebutuhan karyawan tetapi malah diperalat oleh pimpinan

perusahaan untuk menekan kepentingan karyawan.

Pada hakikatnya kesepakatan kerja bersama lebih banyak memberikan dampat positif, yaitu

dalam menciptakan integrasi di perusahaan. Jadi, kesepakatan kerja bersama sejalan dengan

Page 5: kepemimpinan msdm

hubungan industrial Pancasila yang menekankan pada musyawarah dan mufakat untuk

menetapkan keputusan.

Sementara itu, Collective Bargaining merupakan adanya perundingan antara pimpinan

perusahaan dengan pimpinan serikat buruh (karyawan) dengan menetapkan keputusan-keputusan

yang menyangkut kepentingan perusahaan dan kebutuhan buruh. Hal tersebut dilakukan agar

tercipta integrasi yang harmonis dan usaha-usaha untuk menghindari terjadinya konflik dalam

perusahaan.

Perbedaan antara Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dengan Collective Bargaining yaitu

bahwa Collective Bargaining didasarkan atas perundingan yang berarti adu kekuatan, yakni

siapa yang mempunyai posisi kuat maka dialah yang banyak menentukan keputusan, serta

Collective Bargaining dapat diibaratkan seperti demokrasi Barat. Sedangkan Kesepakatan Kerja

Bersama didasarkan atas musyawarah dan mufakat dalam menetapkan keputusan-keputusan,

bukan atas adu kekuatan/posisi. KKB diibaratkan seperti demokrasi Pancasila.

Kesimpulannya yaitu untuk menciptakan dan membina integrasi yang baik dalam

perusahaan, maka dapat diusahakan dengan human relations, motivasi, kepemimpinan,

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), dan juga Collective Bargaining melalui peranan komunikasi

dua arah. Jika integrasi dalam perusahaan dapat tercipta dan terbina dengan baik, maka semangat

kerja, loyalitas, serta partisipasi karyawan akan meningkat, sehingga tujuan optimal perusahaan

dan kepuasan semua pihak akan tercapai secara efektif dan efisien.