modul msdm
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Modul MsdmTRANSCRIPT

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 1
MODUL PJJ
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
OLEH :
Ir. Graito, MT Ir. Toni Suyono, MM
DEPARTEMEN AGRIBISNIS TANAMAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAl PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN CIANJUR
2011

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 2
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
PENDAHULUAN
Keberlangsung suatu perusahaan sangat bergantung pada tingkat kualitas dan
produktivitas sumber daya manusianya. Sarana dan prasarana input suatu perusahaan
memang penting dalam mendukung kinerja perusahaan, tetapi keberadaan sarana dan
prasarana yang handal sekalipun tanpa dukungan sumber daya manusia yang
berkompeten dan berdedikasi, sarana dan prasarana tersebut tidak berdampak nyata
terhadap kinerjanya.
Mengapa sumber daya manusia merupakan hal yang patut diperhatikan, karena manusia
merupakan triger/pemicu kinerja perusahaan, ketiadaan manusia menjadikan perusahaan
sebagai barang mati yang tidak produktif. Demikian juga dalam bidang agribisnis
tanaman, sumber daya manusia yang menjadi tenaga kerja perusahaan berperan besar
terhadap kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, bagaimana mengelola sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan
sehingga memberikan kinerja yang maksimal dan terjamin keberlangsungannya
merupakan kajian dalam makalah ini.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut :
• Peserta mampu mengenal ruang lingkup, fungsi manajemen sumber daya manusia.
• Peserta mampu mengimplementasikan teori dan prinsip-prinsip manajemen sumber
daya manusia dalam bidang perkebunan.
RUANG LINGKUP MATERI
Ruang lingkup materi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Pengertian manajemen sumber daya manusia.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 3
2. Keputusan-keputusan manajemen sumber daya manusia.
3. Peran baru manajemen sumber daya manusia.
4. Peran manajemen sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan bersaing.
5. Hubungan industrial Pancasila.
6. Implementasi manajemen sumber daya manusia dalam perusahaan hortikultura.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 4
MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian MSDM
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara
bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki oleh individu dapat digunakan secara
maksimal sehingga tujuan (goal) menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep
bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata menjadi
sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti
psikologi, sosiologi, dll
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah
pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk
dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan
orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya.
Dessler (2000) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia strategis sebagai
berikut:
“strategic human resource management is the linking of human resource
management with strategic role and objectives in order to improve business
performance and develop organizational cultures and foster innovation and
flexibility”.
Jelaslah bahwa para manajer harus mengaitkan pelaksanaan manajemen sumber daya
manusia dengan strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan
budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.
Tujuan manajemen sumberdaya manusia ditinjau dari sudut pandang pegawai adalah
untuk menjamin bahwa pegawai mampu berkinerja semaksimal mungkin, sedangkan dari
sudut pandang perusahaan adalah memperoleh tenaga kerja yang profesional sehingga

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 5
perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien agar mampu memberikan
kuntungan yang maksimal bagi para pegawai atau orang-orang yang bekerja dalam
perusahaan tersebut.
2. Peran dan Fungsi MSDM
Secara umum bagian Sumber Daya Manusia memiliki peran, fungsi, tugas dan tanggung
jawab :
a. Melakukan seleksi tenaga kerja
Ruang lingkup seleksi tenaga kerja dimulai dari analisis kebutuhan dan uraian jabatan
tenaga kerja, cara rekruitmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja.
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia
dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan perkiraan akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu, dan
lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan,
yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi,
departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan,
kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai, karyawan,
buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan sdm oraganisasi atau
perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat
deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan / job specification.
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari sekian
banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah menerima
berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup milik pelamar. Kemudian dari berkas
riwayat hidup pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan
yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil
kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja dan proses seleksi
lainnya. Pada bidang tertentu yang sifat pekerjaannya bersifat harian/musiman seleksi
pekerja dapat dilakukan secara informal dan tidak terstruktur.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 6
Calon pegawai yang dinyatakan terpilih dalam kegiatan seleksi selanjutnya diangkat
sebagai pegawai sesuai dengan prosedur perusahaan dan jenis pekerjaannya baik sebagai
pegawai tetap maupun pegawai lepas/kontrak. Penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensi dan minat pegawai agar pegawai tersebut dapat berkinerja semaksimal
mungkin, mencegah kesalahan dan kecelakaan kerja yang berdampak pada beban biaya
yang harus ditanggung oleh perusahaan maupun oleh tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Pengembangan dan evaluasi karyawan
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar
tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta
meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi
karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang
tinggi.
Kegiatan pengembangan pegawai dilakukan melalui berbagai cara dengan tujuan utama
meningkatkan kompetensi kerja. Cara-cara yang biasa dipergunakan dalam peningkatan
kompetensi pegawai adalah melalui pelatihan, magang maupun induksi dari senior kepada
yunior dalam melakukan pekerjaanya.
Evaluasi karyaman ditujukan untuk menilai kinerja pegawai sebagai bagian dari fungsi
manajemen. Melalui evaluasi dapat dianalisis apakah pegawai yang bersangkutan
berkompeten atau tidak, apakah karakteristik pegawai sesuai dengan bidang pekerjaanya.
Evaluasi juga dipergunakan sebagai bahan keputusan pengembangan pegawai,
pemberian kompensasi ataupu untuk keperluan pemutusan hubungan kerja.
c. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi
atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi
pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai
dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari
atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga
perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 7
sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke
waktu. Kompensasi atau imbalan yang diberikan bermacam-macam jenisnya, pemilihan
metode kompensasi sesuai dengan persepsi pekerja sangat diperlukan untuk menciptakan
hubungan kerja yang baik antara pemberi pekerjaan dan penerima pekerjaan.
d. Melakukan pemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja adalah berakhir hubungan kerja atau hubungan industrial
antara pegawai dengan perusahaan. Hubungan kerja antara pegawai dengan perusahaan
dapat berakhir karena berbagai hal. Sebagai misal selesai masa kontrak kerja, meninggal,
pelanggaran disiplin perusahaan dsb.
Mengelola hubungan kerja antara pegawai dan perusahaan dalam kondisi ekonomi dan
sosial pasca reformasi, sering menghadapi masalah. Pemutusan sepihak oleh perusahaan
sering diikuti dengan demo pegawai untuk mempejuangkan rekan-rekannya dari ancaman
PHK.
3. Keputusan-Keputusan MSDM
Manajemen sumber daya manusia atau manajemen secara umum sering dihadapkan
pada keputusan yang akan diberikan pada para pekerja, karyawan, buruh, pegawai, atau
sumber daya manusia lainnya. Keputusan yang sering dikeluarkan manajemen SDM pada
umumnya adalah promosi, transferm demosi dan pemberhentian /PHK.
Semua itu pada umumnya didasarkan pada proses penilaian kinerja atau penyesuaian
pada tubuh organisasi untuk mendapatkan konfigurasi yang terbaik pada tiap-tiap sumber
daya manusia yang tersedia agar perusahaan dapat berjalan dan memberikan dampak
yang lebih baik. Berikut ini akan diberikan pengertian atau arti definisi dari masing-masing
keputusan SDM :
a. Promosi/Naik Jabatan/Naik Pangkat/Demotion
Promosi adalah perubahan pekerjaan pada seseorang dalam organisasi yang memberikan
tugas serta tanggung jawab yang lebih besar dengan desertai peningkatan kompensasi
yang diterimanya. Seseorang yang menerima promosi harus memiliki kualifikasi yang baik

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 8
dibanding kandidat-kandidat yang lainnya. Terkadang jender pria wanita serta senioritas
tua muda mempengaruhi keputusan tersebut.
b Transfer / Mutasi / Rotasi Pekerjaan
Transfer adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki
tingkat level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum mengalami pindah kerja.
Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti
sedia kala. Mutasi atau rotasi kerja dilakukan untuk menghindari kejenuhan karyawan
atau pegawai pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki
fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan lain di
bidang yang berbeda pada suatu perusahaan. Transfer terkadang dapat dijadikan sebagai
tahapan awal atau batu loncatan untuk mendapatkan promosi di waktu mendatang.
c. Demosi / Demotion / Turun Pangkat / Turun Jabatan
Demosi adalah pindahnya seseorang dari pekerjaannya ke posisi yang lebih rendah
dengan tingkat tanggung jawab dan tugas yang lebih kecil dari pekerjaan semula dan
begitu pula dengan kompensasi penggajiannya. Turun jabatan biasanya diberikan pada
karyawan yang memiliki kinerja yang kurang baik atau buruk serta bisa juga diberikan
ada karyawan yang bermasalah sebagai sanksi hukuman. Demosi lebih disukai karyawan
/ pegawai dibandingkan pemecatan atau pemberhentian phk (putus hubungan kerja).
d. Pemberhentian Kerja / PHK / Putus Hubungan Kerja / Pemecatan
Putus hubungan kerja adalah pemberhentian atau dikeluarkannya seorang karyawan atau
pegawai dari lingkungan organisasi baik dengan atas inisiatif pribadi sendiri maupun
secara paksa atas prakasra perusahaan tempatnya bekerja. Pemberhentian sukarela
biasanya berbentuk pengunduran diri atau pensiun, sedangkan yang secara paksa
bentuknya seperti pemberhentian sementara waktu atau permanen alias
dipecat/pemecatan. Pensiun bisa berupa pensiun reguler di mana seorang karyawan telah
mencapai usia atau umur tertentu secara wajar dan mungkin mengalami penurunan
kinerja. Sedangkan pensiun dini atau pensiun diperceat adalah pensiun yang dilakukan
untuk melakukan restrukturisasi pada organisasi dengan memberikan status pensiun pada
karyawan yang seharusnya belum layak pensiun. Pecat atau pemecatan pada umumnya
dihindari oleh perusahaan karena memiliki biaya yang cukup besar pada jangka panjang
untuk membayar pesangon, gaji, asuransi, beban psikologis dan lain sebagainya.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 9
4. Peran-Peran Baru dalam Fungsi Sumber Daya Manusia
Globalisasi yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi
kelangsungan hidup organisasi dan telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
yang begitu cepat di dalam bisnis, serta menuntut organisasi untuk lebih mampu
beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu melakukan perubahan arah dengan cepat,
dan memusatkan perhatiannya kepada pelanggan. Globalisasi ini juga dapat
memunculkan bahaya, sekaligus kesempatan bagi organisasi.
Dalam suasana bisnis seperti ini, Fungsi sumber daya manusia di dalam perusahaan
harus mampu untuk menjadi mitra kerja yang dapat diandalkan, baik oleh para pimpinan
puncak perusahaan, maupun manajer lini. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Stone (1998), bahwa para Manajer SDM saat ini berada dalam
tekanan yang tinggi untuk menjadi mitra bisnis strategis, yaitu berperan dalam membantu
organisasi untuk memberikan tanggapan terhadap tantangan-tantangan yang berkaitan
dengan down sizing, restrukturisasi, dan persaingan global dengan memberikan kontribusi
yang bernilai tambah bagi keberhasilan bisnis.
Peran strategis sumber daya manusia dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi
teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya
atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal
utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah sumber daya manusia
strategis yang memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan
bisnis. Kemampuan sumber daya manusia ini merupakan competitive advantage dari
perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah
mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive
advantage. Adanya sumber daya manusia ekspertis: manajer strategis (strategic
managers) dan sumber daya manusia yang handal yang menyumbang dalam
menghasilkan added value tersebut merupakan value added perusahaan.
Manajer masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan lingkungan yang berlangsung cepat. Perubahan ini disebabkan antara lain
oleh:

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 10
• Berbagai kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada 10-20 tahun
terakhir, terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer dengan
komunikasi, cad, cam dan robotika.
• Pengaruh globalisasi: perusahaan manufaktur amerika serikat memanfaatkan buruh
murah di negara-negara berkembang, persaingan yang semakin mendunia, produksi
manufaktur multinasional (toyota di as, ibm di jepang dsb.).
• Pengaruh deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tariff dsb. Oleh
pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin berkurang menyebabkan
munculnya berbagai perusahaan baru dalam bidang telekomunikasi, penerbangan,
bank yang beroperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah (sangat kompetitif).
• Demografi tenaga kerja global yang berubah, mengarah kepada workforce diversity,
diskriminasi tenaga kerja yang semakin longgar, bertambahnya tenaga usia tua dan
tenaga kerja wanita
• Perubahan sistem sosio-politik seperti rusia yang menjadi kapitalis, rrt yang menjadi
negara industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional (eu, nafta, apec dll.) Yang
bertujuan antara lain untuk kerjasama ekonomi, liberalisasi dan deregulasi
perdagangan; reformasi di indonesia yang meruntuhkan orde baru mestinya
membawa paradigma baru di dunia usaha.
Pergeseran-pergeseran yang telah disebutkan di atas berdampak kepada semakin
banyaknya pilihan bagi konsumen; terjadinya mergers, joint-venture dan bahkan divestasi
dan menutup usaha; siklus hidup produk menjadi lebih pendek dan terjadi fragmentasi
pasar. Fenomena-fenomena tersebut menimbulkan ketidak pastian sebagai tantangan
terhadap tugas manajer. Menjawab tantangan ini, agar dapat bersaing dan sustainable
sesuai tuntutan perubahan, organisasi bisnis harus responsif, cepat bereaksi dan cost-
effective.
Perampingan personalia (downsizing), dan kecenderungan bekerja dalam team yang lebih
mendasarkan kerjanya kepada process, bukan fungsi spesialisasi, semakin menonjol.
Istilah pemberdayaan yang kini digunakan dalam banyak aspek, juga merambah ke
manajemen sumber daya manusia. Pemberdayaan tenaga kerja (employee
empowerment) dilaksanakan terutama bagi front line employees (seperti front desk
clerks) untuk memberikan kepuasan maksimum kepada pelanggan.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 11
Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun lampau, di mana
human capital menggantikan mesin-mesin sebagai basis keberhasilan kebanyakan
perusahaan. Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa
tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat
diatur seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat
cepat dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima
perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu
Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki
pengetahuan baru (knowledge-intensive, high tech.- knowledgeable), high tech.-
knowledgeable) yang sesuai dinamika perubahan yang tengah berlangsung. Pola yang
berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan “cara penanganan” (manajemen) yang
baru. Human capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian,
ekspertis tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan
waktu-waktu lampau dalam ketegori workforce diversity, sedang berlangsung
peningkatan umur manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki
angkatan kerja.
Selama ini fungsi manajemen sumber daya manusia lebih banyak dilihat sebagai
pengelola administrasi personalia atau pengawas dari peraturan perusahaan di bidang
ketenaga-kerjaan. Fungsi SDM selama ini lebih banyak berperan dalam hal-hal yang
menyangkut penyelenggaraan hubungan industrial di perusahaan, seperti pembuatan
peraturan perusahaan/kesepakatan kerja bersama, menjalin kerjasama dengan
departemen tenaga kerja, menyelesaikan perselisihan antara perusahaan dengan serikat
pekerja atau karyawan.
Demi mendukung para pimpinan puncak dan manajer lini di perusahaan dalam
melaksanakan langkah-langkah strategis yang tepat untuk bersaing di pasar global, maka
fungsi SDM dituntut untuk meredefinisi perannya di dalam perusahaan. Tuntutan
terhadap peran baru fungsi SDM sejalan dengan pesan disampaikan oleh Dave Ulrich
(1997), seorang Profesor di bidang Pengembangan Perusahaan dari Universitas Michigan:
“ In the field of Human Resources, death rites have been proclaimed, eulogies
written and funerals prepared for the demise of the HR Function. But these eulogies
are premature. HR as we know it (with images of policy police, regulators,
administrative guardians) has passed, and the rise of the new HR is well underway”

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 12
Untuk itulah, maka fungsi SDM yang ada di perusahaan harus sudah mulai melakukan
perubahan perannya, dari pemain peran tradisional yang pasif, menjadi pemain peran
yang bertindak proaktif dan memberikan nilai tambah kepada perusahaan. Ulrich ( 1997)
menyarankan 4 peran baru yang harus dimainkan oleh Fungsi SDM dan para
praktisinyanya, agar dapat memberikan hasil dan menciptakan keuntungan dari
keberadaan mereka di dalam perusahaan, yaitu :
a. Mitra bisnis strategis
Sebagai mitra bisnis strategis, fungsi SDM dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam
menterjemahkan strategi bisnis yang ditetapkan perusahaan menjadi tindakan-tindakan
yang nyata di lapangan. Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu memberikan
masukkan-masukkan yang bernilai tambah kepada tim bisnis perusahaan, dalam
penyusunan strategi bisnis. Disamping itu, seorang praktisi SDM harus mampu
mengembangkan ketajaman pengetahuannya di bidang bisnis, mempunyai orientasi
terhadap pelanggan dan mempunyai pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam
bisnis yang dijalani oleh perusahaan.
b. Ahli di bidang administrasi
Sebagai ahli di bidang administrasi, Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu
melakukan rekayasa ulang terhadap proses-proses kerja yang dilakukannya selama ini.
Dengan demikian proses adminsitrasi di bidang SDM akan menjadi lebih efisien dan efektif
dalam melayani kebutuhan manajemen atau para karyawan akan informasi SDM.
c Pendukung & pendorong kemajuan karyawan
Dalam perannya sebagai pendukung dan pendorong kemajuan karyawan, Fungsi SDM
dan para praktisinyanya dituntut untuk mampu mengenali kebutuhan-kebutuhan para
karyawan, menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan harapan-harapan
perusahaan, dan berupaya keras untuk melakukan langkah-langkah terbaik untuk
mendorong agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi secara optimal. Fungsi SDM
dan para praktisinya juga harus mampu untuk menciptakan suasana kerja yang dapat
memberdayakan karyawan dan memotivasi mereka untuk memberikan kontribusi
terbaiknya kepada perusahaan.
d. Agen Perubahan/Pembaharuan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 13
Dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan, Fungsi SDM dan para praktisinyanya
dituntut untuk mampu menjadi katalisator perubahan di dalam perusahaan. Fungsi SDM
dan para praktisinyanya harus mampu berperan dalam mempercepat dan mengelola
proses perubahan yang dicanangkan oleh perusahaan secara efektif. Disamping itu,
mereka dituntut pula untuk mampu mengenali hambatan-hambatan yang mungkin
dihadapi oleh perusahaan bila perubahan dilakukan. Dengan demikian dapat mencegah
terjadinya gejolak sosial, yang kontra produktif di dalam perusahaan.
Untuk mewujudkan peran-peran seperti tersebut di atas, tampaknya bukanlah hal yang
mudah. Banyak masalah yang harus dihadapi oleh fungsi MSDM dan para praktisinya.
5. Peran MSDM dalam Mencapai Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing adalah kemampuan organisasi dalam memformulasikan strategi
dengan memanfaatkan peluang yang ada, yang akibatnya bisa menaikkan return on
investment yang sudah ditanamkan. Contoh, keunggulan kompetitif sebuah perkebunan
lebih banyak ditentukan oleh jalinan kerja sama yang serasi antara para direktur, asisten,
mandor dan pekerja. Mungkin saja orang bisa meniru kemegahan pabrik suatu
perusahaan, namun untuk membuat jalinan kerja sama seperti itu tidaklah mudah.
Apa peran manajemen sumber daya manusia di situ? Lihat contoh di atas, bukankah
direktur, asisten, mandor, pekerja, kerani dsb adalah sumber daya manusia?
Pertanyaannya adalah, sebenarnya apa unsur pokok dari keunggulan kompetitif? Ada dua
yaitu nilai pelanggan (customer value) dan keunikan (uniqueness). Seorang merasakan
value jika jasa/produk yang ia nikmati sepadan atau lebih besar dari biaya yang ia
keluarkan.
Manajemen sumber daya manusia sangat penting dalam keunggulan bersaing setidaknya
karena tiga alasan:
a. Kemampuan melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan
Anda tentu sering menemukan betapa strategi perusahaan hanya tercetak di laporan-
laporan tahunan. Apakah strategi itu dilaksanakan? Banyak yang hanya sekadar gagah-
gagahan. Mengapa tidak dilaksanakan? Kuncinya pada manajemen sumber daya manusia
yang melaksanakan strategi itu. Tanpa dukungan manajemen sumber daya manusia itu,

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 14
maka strategi hanya berupa rangkaian uraian kalimat yang tidak ada dampaknya apa-
apa.
b. Kemampuan untuk berubah
Di iklim persaingan yang dahsyat ditambah dengan perubahan lingkungan yang tidak
menentu ini jelas dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh. Manusia-manusia yang
mampu tidak saja menyongsong perubahan, namun mereka malah mampu ‘menunggang
perubahan’ sehingga perubahan yang ada malah menguntungkan perusahaan. Ini bisa
terjadi jika manajemen sumber daya manusia di organisasi itu dilaksanakan dengan baik.
c. Keserasian strategi
Contoh, pemegang saham sudah mencanangkan bahwa efisiensi dan penggunaan bahan
yang ramah lingkungan menjadi isu utama yang harus dijalankan oleh perusahaan itu
agar mampu bersaing. Kehendak pemegang saham itu tidak akan banyak artinya jika
tidak didukung oleh seluruh karyawan Manajemen sumber daya manusia yang trampil
perlu dilaksanakan agar karyawan juga ‘sehati-sejiwa’ dengan kehendak pemegang
saham. Jika itu dilaksanakan, strategi yang dicanangkan akan lebih sukses.
6. Hubungan Industrial Pancasila
Hubungan industrial terjadi ketika pemberi pekerjaan dan pekerja saling menyatakan
ikatan kerja. Hubungan kerja yang dilandasi dengan nilai Pancasila merupakan bentuk
hubungan kerja Pancasila atau Hubunagn Industrial Pancasila yang merupakan suatu
sistim hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan
jasa (Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang
merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan UUD 1945, yang
tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan Nasional Indonesia.
Sejalan dengan pengertian di atas, sila-sila dari Pancasila yang melandasi Hubungan
Industrial Pancasila adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahpisahkan.
Sila yang satu tidak lebih menonjol peranannya dari sila yang lain. Dalam membahas
suatu sila sebagai dasar, tidak boleh terlepas dari sila yang lain, karena Pancasila harus
dilaksanakan dan diamalkan secara bulat dan utuh.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 15
Tujuan Hubungan Industrial Pancasila adalah mengemban cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan
Nasional, ikut mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan tersebut dicapai melalui penciptaan ketenangan, ketentraman, ketertiban,
kegairahan kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan produksi atau produktivitas dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai dengan martabat manusia.
Azas Hubungan Industrial Pancasila
Hubungan Industrial Pancasila dalam mencapai tujuannya mendasarkan diri pada azas-
alas pembangunan, yaitu:
• Azas Mufakat. Segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat dimanfaatkan
sebesarbesarnya bagi kemanusiaan, dan kesejahteraan rakyat.
• Azas Usaha Bersama dan Kekeluargaan. Usaha mencapai cita-cita dan aspirasi-aspirasi
bangsa harus merupakan usaha bersama seluruh rakyat yang dilakukan secara
gotong-royong dan kekeluargaan.
• Azas Demoktrasi yaitu berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang politik, sosial dan
ekonomi. Penyelesaian masalah-masalah nasional ditempuh dengan jalan musyawarah
untuk mufakat.
• Azas Adil dan Merata Hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan harus dapat
dinikmati secara adil dan merata sesuai dengan darma baktinya.
• Azas Perikehidupan Dalam Keseimbangan. Keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan yaitu, antara kepentingan dunia dan akhirat, material dan spiritual, jiwa
dan raga, individu dan masyarakat dan lain-lain.
• Azas Kesadaran Hukum. Setiap Warga Negara harus taat dan sadar kepada hukum
dan mewajibkan Negara menegakkan hukum.
• Azas Kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan berdasarkan pada kepercayaan
akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa.
Dalam pelaksanaannya Hubungan Industrial Pancasila berlandaskan kepada dua azas
kerja yang sangat penting yaitu:

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 16
• Azas kekeluargaan dan gotong-royong.
• Azas musyawarah untuk mufakat.
Sebagai manifestasi dari kedua azas di atas, maka Hubungan Industrial Pancasila
mendasarkan diri kepada 3 (tiga) azas kerjasama, yaitu:
• Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah teman seperjuangan dalam
proses produksi, yang berarti baik pekerja maupun pengusaha atau Pimpinan
Perusahaan wajib bekerja-sama serta membantu dalam kelancaran usaha dalam
meningkatkan kesejahteraan dan menaikkan produksi.
• Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah teman seperjuangan dalam
pemerataan menikmati hash perusahaan yang berarti hasil usaha yang diterima
perusahaan dinikmati bersama dengan bagian yang layak dan serasi sesuai dengan
prestasi kerja.
Pekerja dan pengusaha atau Pimpinan Perusahaan adalah teman seperjuangan di dalam
bertanggung-jawab yang meliputi:
• Tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Tanggung jawab kepada Bangsa dan Negara
• Tanggung jawab kepada masyarakat sekelilingnya
• Tanggung jawab kepada pekerja serta keluarganya
• Tanggung jawab kepada perusahaan di mana mereka bekerja.
7. Implementasi MSDM Dalam Perusahaan Hortikultura
Beberapa contoh implementasi praktis fungsi MSDM yang sering dikerjakan di dalam
suatu perusahaan antara lain
a. Penerimaan Pegawai
Sebuah contoh kasus :
”Tukul bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang Tour and Travel.
Perusahaan tersebut mempekerjakan 60 (enam puluh) karyawan yang terbagi dalam 5
(lima) divisi. Dia sudah bekerja di perusahaan tersebut selama 6 (enam) bulan.
Sebelumnya, dia bekerja di sebuah perusahaan penerbangan International yang sangat
terkenal dengan jabatan sebagai "Reservation & Ticketing Supervisor". Tergiur oleh gaji

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 17
yang tinggi, Tukul tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran untuk bekerja di
perusahaan tersebut dengan jabatan sebagai “staf Direktur Produksi suatu Perkebunan”.
Apa yang dialaminya kemudian membuat dia berada dalam kegundahan yang mendalam
karena merasa pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai nama jabatan dan apa yang
dibicarakan pada waktu wawancara kerja. Selain itu ia merasa tidak menemukan
kecocokan antara pekerjaan dengan kepribadiannya. Sampai sekarang dia tidak
mengetahui secara pasti apa ruang lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakannya,
sehingga evaluasi kinerjanya menunjukkan hasil yang tidak menggembirakan. Setiap kali
ia mempertanyakan uraian jabatan kepada atasannya, maka jawaban yang diterima
adalah perusahaan tidak merasa perlu untuk membuat uraian jabatan dan spesifikasi
jabatan karena mengganggap bahwa semua karyawan pasti tahu apa yang harus
dikerjakan. Kondisi ini terasa sangat kontras dengan apa yang pernah dijalani oleh Tukul
di perusahaan sebelumnya, dimana segala sesuatu sudah dijabarkan secara tertulis dan
sangat jelas ruang lingkup pekerjaannya.”
Pengalaman Tukul mungkin tidak asing bagi kita, mungkin ada yang pernah atau sedang
mengalami sendiri situasi seperti di atas. Hal ini mungkin dianggap wajar mengingat
bahwa di masa krisis seperti ini banyak perusahaan yang melakukan efisiensi dengan
mempekerjakan satu orang untuk beberapa bidang pekerjaan sekaligus, sehingga sulit
membuat uraian jabatan karena nama jabatan seringkali tidak nyambung dengan
pekerjaan sehari-hari. Perdebatan tentang perlu tidaknya uraian jabatan, terutama pada
perusahaan-perusahaan yang memerlukan akselerasi tinggi, semakin membuat pihak
manajemen merasa bahwa uraian jabatan bukanlah hal yang perlu dipusingkan. Apalagi
ditambah dengan fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan masih tetap bisa survive
meskipun tanpa uraian jabatan secara tertulis (formal).
Permasalahan yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana menentukan orang yang
tepat untuk mengisi suatu jabatan jika jabatan tersebut tidak dibuat dalam suatu batasan
yang jelas yang menyangkut ruang lingkup jabatan dan spesifikasi si pemegang jabatan.
Lalu apa yang bisa dijadikan dasar untuk melakukan rekrutmen, seleksi dan penempatan
karyawan. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari adanya suatu analisis jabatan
sebagai alat untuk menghasilkan uraian jabatan dan spesifikasi jabatan yang sangat
bermanfaat bagi proses pengembangan SDM secara keseluruhan.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 18
Rekrutmen dan Seleksi
Stoner, dkk (1995) mendefinisikan rekrutmen sebagai suatu proses pengumpulan calon
pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki
suatu jabatan tertentu. The recruitment is the development of a pool of job candidates in
accordance with a human resource plan” (Stoner, at all, 1995).
Tujuan dari rekrutmen adalah mendapatkan calon karyawan sebanyak mungkin sehingga
memungkinkan pihak manajemen (recruiter) untuk memilih atau menyeleksi calon sesuai
dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Semakin banyak calon yang
berhasil dikumpulkan maka akan semakin baik karena kemungkinan untuk mendapatkan
calon terbaik akan semakin besar. Proses pemilihan atau penyeleksian karyawan/pegawai
disebut dengan proses seleksi. Definisi tersebut dikemukakan oleh Koontz & Weihrich
(1990) sebagai berikut:
“Selection is the process of choosing from among candidates, from within the organization
or from the outside, the most suitable person for the current position or for the future
positions” (Koontz & Weihrich, 1990).
Sebelum karyawan dapat direkrut untuk mengisi suatu jabatan tertentu, recruiter harus
memiliki gambaran yang jelas tentang tugas-tugas dan kewajiban yang dipersyaratkan
untuk mengisi jabatan yang ditawarkan. Oleh sebab itu analisis jabatan merupakan
langkah pertama dalam proses rekrutmen dan seleksi. Sekali suatu jabatan telah
dianalisis, maka uraian atau pernyataan tertulis tentang jabatan dan posisi jabatan
tersebut dalam perusahaan/organisasi akan tertuang dengan jelas. Uraian atau
pernyataan tertulis tersebut dinamakan uraian jabatan (Job Description). Jika uraian
jabatan telah tersusun dengan baik, maka spesifikasi jabatan atau disebut juga “hiring
specification” akan mulai dikembangkan. “Hiring specification didefinisikan sebagai suatu
uraian tertulis tentang pendidikan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperlukan untuk
dapat mengisi suatu jabatan tertentu sehingga dapat berfungsi dengan efektif”. Job
Description dan Hiring Specification inilah yang seharusnya dijadikan informasi dasar
untuk memulai proses rekrutmen dan seleksi dan penempatan.
Analisis Jabatan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 19
Tujuan dari rekrutment, seleksi dan penempatan adalah mencocokkan (to match) antara
karakteristik individu (pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan lain-lain) dengan
persyaratan jabatan yang harus dimiliki individu tersebut dalam memegang suatu jabatan.
Kegagalan dalam mencocokkan kedua hal tersebut dapat menyebabkan kinerja karyawan
tidak optimal dan kepuasan kerja sangat rendah, sehingga tidak jarang hal ini membuat
individu dan organisasi menjadi frustrasi. Dalam usaha mencari individu yang tepat dan
sesuai untuk jabatan tertentu maka pihak manajemen harus melakukan pengukuran
(assessment) terhadap tuntutan-tuntutan (demands) dan persyaratan-persyaratan
(requirements) dari jabatan tersebut. Proses pengukuran kegiatan-kegiatan yang ada
dalam suatu jabatan tersebut dinamakan Analisis Jabatan (Robbin, 1993).
Analisis jabatan merupakan hal mendasar dalam proses pengembangan sumber daya
manusia. Tanpa adaya data yang akurat tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-
jenis kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman dan pendidikan
yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut, maka proses pengembangan
sumber daya manusia akan menjadi sulit. Rekrutmen, seleksi dan penempatan akan
timpang karena tidak diimbangi informasi yang memadai dan akurat, pengembangan dan
pelatihan mungkin tidak dapat mencapai tujuan, begitu juga halnya dengan manajemen
penilaian kinerja.
Secara umum analisis jabatan merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
menentukan secara rinci tugas-tugas (duties) dan persyaratan dari suatu jabatan
tertentu. Stephen Robbin (1993) mendefinisikan analisis jabatan sebagai suatu bentuk
pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu
jabatan, penentuan hubungan dari satu jabatan dengan jabatan lain yang ada, dan
penentuan tentang pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan lain yang
diperlukan karyawan untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
“Job analisis is involves developing a detailed description of the tasks involve in a job,
determining the relationship of a given job to other jobs, and ascertain the knowledge,
skills, and abilities necessary for an employee to successfully perform the job” (Robbin,
1993).
Menurut Milkovich & Newman (1999) analisis jabatan adalah proses pengumpulan
informasi secara sistematik terhadap berbagai informasi terpercaya dan relevan,
berhubungan dengan pekerjaan, dan asal-usul dari suatu jabatan tertentu (“job analisis is

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 20
the systematic process of collecting relevant, work-related information related to the
nature of a specific job”). Hal senada juga dikemukan oleh Bernardin & Russel: “job
analisis is the process of gathering information about a job” (Bernardin & Russel, 1993).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan suatu
proses pengumpulan dan pencatatan informasi terpercaya dan sahih dengan suatu
prosedur tertentu terhadap suatu jabatan tertentu dan persyaratan-persyaratan yang
harus dimiliki oleh si pemegang jabatan.
Sampai saat ini masih terdapat perdebatan mengenai perlu tidaknya analisis jabatan guna
memperoleh uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Pendapat yang pro analisis jabatan
memandang bahwa uraian jabatan (produk dari analisis jabatan) merupakan panduan
yang mutlak dalam menjalankan pekerjaan dan memudahkan bagi pekerja dan
perusahaan. Sebaliknya pendapat yang kontra menganggap uraian jabatan hanya akan
membuat seseorang menjadi tidak fleksibel, tidak mudah menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi dan terkotak-kotak dalam suatu pekerjaan tertentu.
Meski banyak perusahaan menganggap penting, analisis jabatan seringkali dilakukan tidak
sebagaimana mestinya. Permasalahan yang dialami oleh Tukul dalam kasus di atas
mungkin merupakan bukti dimana analisis jabatan tidak mendapatkan perhatian serius
ketika perusahaan ingin merekrut karyawan baru. Dalam kasus Tukul, si recruiter gagal
mencocokkan karakteristik individu dengan persyaratan jabatan, karena tidak didukung
oleh informasi akurat tentang jabatan tersebut. Akibatnya individu yang direkrut tidak
cocok dengan jabatan yang dipegangnya sehingga membuat kinerjanya rendah dan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan.
Fakta lain mengenai gagalnya perusahaan memperoleh gambaran obyektif tentang suatu
jabatan dapat terlihat pada iklan-iklan lowongan pekerjaan yang dimuat di majalah, surat
kabar, website atau media online yang lain. Dalam iklan-iklan tersebut seringkali terdapat
ketidakjelasan tentang jabatan yang dibutuhkan, memuat informasi yang tidak relevan,
tidak terlihat kualifikasi mendasar yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut, dan
sebagainya yang pada akhirnya menarik banyak calon/pelamar yang tidak qualified.
Kesalahan atau kelalaian dalam membuat analisis jabatan terlihat juga pada materi test
dan wawancara dengan si pelamar. Materi test yang dibuat seringkali tidak berhubungan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 21
dengan pekerjaan yang akan dilakukan di calon karyawan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara pun seringkali tidak relevan atau bahkan tidak menyentuh
kualifikasi yang esensial dari suatu jabatan sehingga akhirnya berpengaruh terhadap
kualitas karyawan. Tentu saja mustahil untuk mendapatkan pegawai terbaik tanpa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan relevan. Kenyataan-kenyataan
tersebut di atas menunjukkan betapa penting pemahaman terhadap persyaratan-
persyaratan jabatan guna mendapatkan karyawan yang tepat sehingga dapat bekerja
secara efektif. Semua informasi akurat yang memuat persyaratan jabatan hanya akan
diperoleh jika dilakukan analisis jabatan secara sungguh-sungguh.
Seleksi Pegawai
Setelah dilakukan analisis dan rekruitmen, proses berikutnya adalah seleksi pegawai yaitu
proses mencocokan antara para calon pegawai dengan karakteristik dan kebutuhan
tenaga kerja. Calon pegawai yang memenuhi karakteristik perusahaan dapat diterima
menjadi pegawai sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Dengan diperolehnya pegawai yang memenuhi karakteristik perusahaan maka calon
pegawai tersebut dapat ditetapkan sebagai pegawai dengan berbagai status
kepegawaiannya. Status kepegawaian antara lain pegawai harian tetap lepas, pegawai
tetap bulanan, pegawai kontrak dsb.
Setelah proses penerimaan pegawai ini maka dimulailah hubungan industrial antara
pegawai dan perusahaan. Hubungan industrial tersbut tidak boleh bertentangan dengan
pearturan dan perundang-undanganya yang berlaku.
b. Pelatihan
Seorang pegawai yang telah diterima dalam proses seleksi, belum tentu siap melakukan
pekerjaan yang dipersyaratkan oleh suatu perusahaan, mereka perlu dilakukan pelatihan
orientasi yang bertujuan untuk mengenal tata nilai perusahaan, prosedur, kriteria yang
dipergunakan sebagai acuan penerimaan atau penolakan suatu produk bahkan penilaian
kinerja pegawai.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 22
Dalam mengembangkan kemampuan, kecekatan dan keahlian para pegawai, pekerja atau
karyawan baru diperlukan pemberian pendidikan dan pelatihan/diklat yang disuaikan
dengan bidang kerjanya. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara atau metode yang
dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan pegawai baru :
1). Magang
Magang adalah suatu pembekalan pegawa baru dengan cara belajar langsung dengan
senior dan diawasi oleh para pakar atau ahlinya. Untuk mendapatkan skill yang sama
dengan masternya dibutuhkan waktu yang relatif cukup lama.
2). Learning By Doing / On The Job Training / Bekerja Sambil Belajar
On the job training adalah suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses
pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja / transfer knowledge dan para karyawan
senior ke junior. Pelatihan ini langsung menerjunkan pegawai baru bekerja sesuai dengan
job description / jobdesc masing-masing di bawah supervisi / pengawasan penyelia atau
karyawan senior.
3). Vestibule Training
Vestibule training adalah memberikan pelatihan semacam kursus yang dijalankan di luar
lingkungan kerja. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada kursus tersebut tidak
jauh berbeda dengan pekerjaan yang nantinya akan digeluti oleh para peserta.
Dalam melakukan pelatihan pegawai beberapa pertanyaan-pertanyaan yang biasanya
harus dijawab perusahaan (manajemen) adalah: mengapa pihak perusahaan merasa
bahwa pelatihan merupakan jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi?
Bagaimana pelatihan bisa memberikan kontribusi terhadap rencana strategic perusahaan?
Siapa saja yang menjadi target pelatihan? Pelatihan apa saja yang pernah dilakukan dan
apa hasilnya? Dan masih ada beberapa pertanyaan lain.
Apa yang ingin diketahui dari beberapa pertanyaan seperti tersebut diatas sebenarnya
amat sederhana, yaitu ingin mengetahui sejauhmana perusahaan telah melakukan
analisis kebutuhan pelatihan. Hal ini begitu penting untuk diketahui sebab tanpa analisis
kebutuhan yang sungguh-sungguh maka dapat dipastikan bahwa program pelatihan yang
dirancang hanya akan berlangsung sukses di ruang kelas atau tempat pelaksanaan
pelatihan semata. Artinya pelaksanaan pelatihan mungkin berjalan dengan sangat baik,

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 23
tetapi pada saat partisipan (peserta pelatihan) kembali ke tempat kerja masing-masing
mereka menjadi tidak tahu atau bingung bagaimana menerapkan apa yang telah mereka
pelajari dari pelatihan. Kondisi seperti ini tidak jarang memberikan citra yang negatif bagi
pihak penyelenggara pelatihan karena dinilai tidak dapat memberikan kontribusi yang
signifikan kepada partisipan.
Meskipun harus diakui bahwa kegagalan partisipan untuk dapat menerapkan apa yang
telah dipelajarinya selama pelatihan ke dalam pekerjaan sehari-hari dipengaruhi oleh
berbagai faktor, namun tak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab kegagalan
tersebut adalah karena tidak adanya sinkronisasi antara pelatihan dengan kebutuhan atau
masalah yang dihadapi. Dengan kata lain keputusan untuk melaksanakan pelatihan tidak
didukung oleh data atau informasi yang memadai dan akurat. Data atau informasi
tersebut misalnya mengapa perusahaan perlu mengadakan pelatihan, apa jenis pelatihan
dan metode yang cocok, siapa peserta yang harus ikut, hal-hal apa yang harus diajarkan,
dan sebagainya. Data dan informasi seperti inilah yang harus diperoleh pada tahap
analisis kebutuhan pelatihan (training needs analysis).
Sebelum melakukan pelatihan perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan pada
tingkatan organisasi, pekerjaan dan individu pegawai. Analisis kebutuhan pelatihan
memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
• memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan
• memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-
orang yang tepat
• memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan
benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan
tertentu
• mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema
atau materi pelatihan
• memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yang ada adalah disebabkan
karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh
alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan
• memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah
pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 24
Mengingat bahwa data dan informasi yang harus dikumpulkan dan dianalisis menyangkut
manusia (adanya gap antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang ada dengan yang
diharapkan) dan organisasi/perusahaan (rencana dan tujuan perusahaan, SAP, manfaat
pelatihan, dsb) maka analisis kebutuhan pelatihan seyogyanya mencakup kedua area
tersebut. Oleh karena itu data yang harus dikumpulkan mencakup beberapa faktor
sebagai berikut:
Alasan dilakukannya pelatihan bagi pegawai didasari oleh berbagai hal, dapat berasal dari
inisiatif perusahaan, pegawai, jenis dan kondisi pekerjaan.
Perusahaan adalah suatu sistem. Artinya di dalam perusahaan terdapat beberapa divisi
atau bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Dengan adanya berbagai
divisi tersebut maka kebutuhan akan pelatihan dapat berbeda-beda antara divisi yang
satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pada tahapan ini perancang program pelatihan
dituntut untuk benar-benar jeli dalam melihat kebutuhan yang ada. Ia harus meluangkan
banyak waktu untuk mendengarkan pendapat dari berbagai pihak, mengetahui dengan
pasti siapa yang berwenang memutuskan adanya pelatihan, dan apa kaitan pelatihan
yang akan dirancang dengan rencana strategic perusahaan.
Dalam banyak kasus kebutuhan pelatihan mungkin diajukan atau diminta oleh manager
atau supervisor dari divisi tertentu yang ada dalam perusahaan. Selain itu ada juga
pelatihan yang bersifat menyeluruh, dalam arti bahwa pelatihan tersebut merupakan
suatu policy dari pihak manajemen untuk mensosialisasikan visi, misi, dan tujuan
perusahaan, termasuk rencana strategic yang akan dijalankan. Meski kedua hal tersebut
sebenarnya telah mengindikasikan adanya kebutuhan pelatihan, namun perancang
pelatihan harus dapat menggali lebih dalam lagi sejauhmana kebutuhan tersebut dapat
direalisasikan. Ia harus bisa menggali informasi-informasi seperti: apakah program
pelatihan serupa pernah dilaksanakan dan apa hasilnya? Apakah pelatihan tersebut
benar-benar akan bermanfaat bagi divisi tertentu dan secara langsung ataupun tidak
langsung akan memberikan dampak positif bagi kinerja semua divisi yang ada dalam
perusahaan? Kondisi atau situasi seperti apa sebenarnya yang mendorong dilakukannya
pelatihan tersebut? Lalu apa sebenarnya yang diharapkan dari pelatihan tersebut?
Pegawai/Calon Peserta Satu hal yang sangat krusial dalam suatu pelatihan adalah
menentukan siapa yang menjadi peserta pelatihan tersebut. Peserta yang dimaksudkan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 25
dalam konteks ini adalah mencakup partisipan dan juga trainer/facilitator dari pelatihan
tersebut. Mengapa hal ini dikategorikan sebagai hal yang krusial tidak lain adalah karena
peserta akan sangat menentukan format pelatihan. Selain itu para partisipan adalah
individu-individu yang akan membawa apa yang diperoleh dalam pelatihan ke dalam
pekerjaan mereka sehari-hari sehingga akan memiliki dampak pada perusahaan. Dengan
mengetahui peserta pelatihan perancang program pelatihan dapat menentukan format
yang tepat; apakah akan menggunakan format ruang kelas (classroom setting), belajar
sendiri (self-study or self-journey), belajar dari pengalaman (experiential learning or
learning by doing), atau menggunakan beberapa format sekaligus.
Selain itu, dengan mengetahui siapa peserta pelatihan maka perancang program
pelatihan akan dapat menggali lebih jauh berbagai informasi seperti:
• apa saja persyaratan minimal (pendidikan, pengalaman dan ketrampilan) yang harus
dipenuhi oleh partisipan untuk dapat mengikuti pelatihan?
• apa dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki partisipan, termasuk
pelatihan apa saja yang pernah diikuti sebelumnya?
• apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh trainer/facilitator untuk dapat
menyelenggarkan pelatihan? apakah akan menggunakan trainer dari dalam
perusahaan atau menggunakan trainer dari luar?
• bagaimana data demography para partisipan?
Pekerjaan Data atau informasi yang berhubungan dengan aspek pekerjaan yang harus
dikumpulkan dan dianalisis mencakup hal-hal seperti: jenis pekerjaan (jabatan) apa yang
sedang di review dan apa fungsi utama pekerjan (jabatan) tersebut, apa saja kompetensi
yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara optimal, apa standard
kinerja yang harus dipenuhi oleh pegawai, apakah pegawai sudah memenuhi standard
kinerja yang diharapkan, dsb. Pada intinya analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup
aspek pekerjaan bertujuan mengumpulkan informasi seputar fungsi dan tanggung jawab
jabatan, tingkat kinerja yang diharapkan, dan kemampuan serta ketrampilan apa saja
yang harus dimiliki oleh individu atau kelompok (divisi) untuk dapat memenuhi standard
kinerja yang diharapkan. Bagi perusahaan-perusahaan yang telah memiliki uraian jabatan
mungkin akan lebih mudah bagi si perancang program untuk memperoleh data. Namun
bagi perusahaan yang belum memiliki uraian jabatan maka si perancang program akan
membutuhkan banyak waktu untuk melakukan analisis jabatan.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 26
Materi Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah terbiasa melakukan pelatihan, materi
pelatihan mungkin sudah tersedia untuk berbagai jabatan. Meski demikian materi tersebut
tidak selalu cocok untuk setiap peserta dan setiap situasi. Materi pelatihan yang baik
harus selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi yang ada supaya isi (content) dari
pelatihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan si partisipan. Materi
yang akan dirancang dalam sebuah program pelatihan adalah apakah materi yang akan
diberikan merupakan suatu hal yang bersifat essential atau tidak. Jika ya, maka materi
tersebut harus dimasukkan dalam pelatihan. Jika hal ini sudah ditentukan, maka
selanjutnya baru dipilih topik-topik penting yang perlu diajarkan dalam pelatihan,
bagaimana mengajarkannya dan hal-hal apa saja yang perlu dijelaskan lebih lanjut
supaya lebih memudahkan partisipan dalam memahami materi tersebut.
Dukungan Mengingat bahwa hal-hal yang mempengaruhi kinerja pegawai maupun
perusahaan secara keseluruhan tidak hanya ditentukan oleh pelatihan, maka si perancang
pelatihan harus benar-benar dapat memastikan bahwa ia mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak di dalam perusahaan. Dukungan tersebut adalah berupa komitmen dari
para manager atau supervisor untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi para
partisipan untuk dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam pelatihan.
Suasana kondusif tersebut misalnya: menempatkan pegawai pada jabatan yang sesuai
dengan kompetensinya, memberikan feedback tentang kinerja pegawai secara periodik,
mendengarkan keluhan dan masalah yang dihadapi pegawai dalam menerapkan apa yang
telah dipelajari, memberikan reward atau recognition bagi pegawai yang berhasil
memenuhi standard kinerja yang diharapkan, menegur atau memberikan sanksi kepada
pegawai yang tidak menunjukkan kinerja yang optimal, dsb.
Biaya Sekecil apapun kegiatan pelatihan pasti membutuhkan dana. Oleh karena itu amat
penting untuk menghitung untung rugi dari pelaksanaan suatu pelatihan. Dalam hal ini si
perancang program pelatihan harus mengumpulkan berbagai informasi yang menyangkut
hal-hal seperti: biaya apa saja yang harus dikeluarkan untuk partisipan maupun trainer,
apa keuntungan yang akan diperoleh dari pelatihan tersebut dan berapa lama hal itu bisa
dicapai, apakah biaya pelatihan masih sesuai dengan budget yang ada, dsb.
Evaluasi Keberhasilan Pelatihan Kegiatan pelatihan pun perlu dievaluasi untuk melihat
sejauhmana program pelatihan yang telah dilaksanakan memiliki kontribusi kepada

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 27
perusahaan. Beberapa alasan yang mendasari mengapa program pelatihan harus
dievaluasi adalah:
• Memastikan bahwa pelatihan benar-benar merupakan sarana atau tindakan yang
tepat dalam usaha untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas perusahaan.
• Memastikan bahwa dana yang digunakan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
karena sudah melalui berbagai evaluasi dan telaah secara mendalam
• Membantu dalam memperbaiki desain program pelatihan di masa yang akan datang
• Membantu dalam menentukan metode-metode pelatihan yang paling tepat
Bentuk-bentuk evaluasi yang digunakan atau dipilih sangat tergantung pada kriteria apa
yang akan digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan. Secara umum ada beberapa
kriteria yang dapat dijadikan dasar penilaian keberhasilan suatu pelatihan, yaitu:
• Jumlah peserta. Meskipun jumlah peserta belum tentu mengindikasikan efektivitas
suatu pelatihan, namun paling tidak jumlah peserta yang hadir menunjukkan bahwa
pelatihan memang telah didesain sesuai dengan kebutuhan yang ada.
• Efisiensi. Efisiensi menunjuk pada seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan waktu
yang digunakan untuk mempelajari sesuatu dan menyelesaikan suatu dalam
pelatihan. Efisiensi sangat erat kaitannya dengan biaya - semakin efisien metode
suatu pelatihan, maka akan semakin sedikit biaya yang harus dikeluarkan.
• Jadwal. Keberhasilan pelatihan juga dapat dievaluasi dari seberapa tepat pelaksanaan
pelatihan tersebut mengikuti jadwal yang telah dibuat.
• Suasana Kondusif. Dalam perusahaan yang memiliki karyawan yang banyak atau pun
jaringan yang luas, maka peserta pelatihan bisa saja berasal dari berbagai divisi,
wilayah, kantor cabang bahkan mungkin antar negara. Dalam hal ini sebuah pelatihan
harus mampu menciptakan suasana yang kondusif sehingga para peserta mau
berbaur dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan baru mereka.
• Reaksi Peserta. Dalam suatu pelatihan, jika para peserta bereaksi negatif terhadap
pelatihan tersebut maka akan kecil kemungkinan bagi mereka untuk dapat menyerap
materi pelatihan tersebut dan mengaplikasikannya ke dalam pekerjaan sehari-hari.
• Pembelajaran. Pelatihan yang dianggap berhasil adalah pelatihan yang dapat
memberikan tambahan pengetahuan, ketrampilan atau pun perubahan sikap dan
perilaku kepada para peserta. Oleh karena itu dalam pelatihan seringkali dilakukan
test berupa pretest dan post-test yang berguna untuk melihat sejauhmana telah
terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 28
• Perubahan Perilaku. Apa yang telah dipelajSari oleh peserta dalam suatu pelatihan
tentu diharapkan dapat direfeleksikan dalam bentuk perilaku. Perubahan perilaku ini
dapat diukur dengan melakukan observasi, kuestioner, maupun test tertentu.
• Perubahan Kinerja. Jika peserta pelatihan telah berperilaku sesuai dengan tuntutan
pekerjaan maka ia diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur perubahan kinerja, diantaranya
adalah melihat jumlah complain (keluhan) yang masuk, jumlah penjualan, jumlah
produksi per jam/hari/minggu, dsb. Meski harus diakui bahwa perubahan kinerja yang
terjadi belum tentu semuanya dipengaruhi oleh hasil pelatihan, namun setidaknya jika
kinerja tersebut dapat diukur secara periodik maka manajemen dan karyawan lambat-
laun akan merasakan arti penting suatu pelatihan.
• Menghitung ROI. Sebuah pelatihan merupakan suatu investasi, oleh karena itu sudah
sewajarnya jika ROI dari suatu pelatihan harus dapat diukur. Untuk menghitung ROI
maka pertama-tama harus dievaluasi seberapa besar biaya dan keuntungan yang
akan diperoleh dari suatu pelatihan.
c. Pengukuran Kinerja Pegawai
Terdapat banyak pengertian tentang kinerja. Berikut pengertian kinerja dari beberapa
pendapat:
• Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 2, terbitan Balai Pustaka tahun 1993, adalah
sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Kinerja
adalah pengalihbahasaan dari kata bahasa Inggris “performance”.
• Bernardin dan Russel (1993:379) menyatakan bahwa: “performance is defined as the
record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified
time period”. Dalam definisi tersebut jelas menekankan pengertian kinerja adalah
sebagai catatan “hasil” atau “apa yang keluar” dari sebuah pekerjaan dan kontribusi
mereka pada organisasi.
• Dharma (1985: 1) berpendapat bahwa prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan
atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seorang atau sekelompok orang.
• Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa: “kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 29
• Whitmore (1997: 104) yang mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi
yang dituntut dari seseorang, tetapi itu kedengarannya seperti melakukan kebutuhan
yang paling minim untuk berhasil.
Dari pandangan di atas maka dapat dikatakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja
seseorang berdasarkan standar kinerja yang telah ditentukan. Lain halnya Kinerja yang
nyata jauh melampaui apa yang diharapkan; kinerja menetapkan standar-standar
tertinggi orang itu sendiri, selalu standar-standar yang melampaui apa yang diminta atau
diharapkan orang lain. Hal ini tentu saja merupakan ekspresi potensi seseorang.
Banyak faktor yang turut mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Mulyasa (2005:139)
bahwa ” terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yaitu; sikap
mental, pendidikan, ketrampilan, manajemen, hubungan industrial, tingkat penghasilan,
gizi dan kesehatan, jaminan sosial, lingkungan dan suasana kerja, kualitas sarana
pembelajaran, teknologi yang dipakai dan kesempatan untuk berprestasi.
Kesesuaian karakter individu guru dengan lingkungan kerja, sistem manajemen sekolah
akan membentuk produktivitas pegawai. Kinerja individual akan membentuk kinerja
sekolah. Kinerja merupakan salah satu bentuk akuntabilitas guru untuk
mempertangungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya.
Kinerja perusahaan bergantung pada berbagai faktor, satu diantaranya adalah sumber
daya manusia (pegawai) yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kinerja setiap individu
pegawai akan membentuk kinerja organisasi. Kinerja individu pegawai ditentukan oleh
karakter individu yang bersumber dari dalam diri pegawai, yang mencakup aspek fisik dan
non fisik. Aspek non fisik meliputi pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, motivasi,
kepercayaan, nilai-nilai dan sikap serta persepsinya atas peran yang harus dilakukan.
Sedangkan faktor situasional yang bersumber di luar pegawai seperti kebijakan
organisasi, pendidikan dan pelatihan, karakteristik pekerjaan, faktor sosial, dan faktor fisik
antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan kerja, metode kerja akan
mempengaruhi karakter individu pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaanya.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 30
Menurut Gibson (1985:9) bahwa: “The effectiveness of any organization is influenced by
human behavior”. Kinerja organisasi termasuk salah satunya perusahaan perkebunan
sangat ditentukan oleh bagaimana perilaku pegawai sebagai tenaga kependidikan. Kinerja
(performance) seseorang merupakan fungsi dari beberapa faktor yaitu motivasi,
kemampuan dan persepsinya atas peran yang harus dilakukan. Kemampuan dalam
konteks ini adalah kemampuan pegawai yang diperoleh melalui pendidikan formal
maupun non formal.
Sebagaimana dikemukakan oleh Gibson (1985:9) bahwa “kinerja pegawai akan
membentuk kinerja organisasi”. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi dibentuk
dan ditentukan oleh kinerja pegawai, sehingga tuntutan terhadap kinerja pegawai
semakin kuat. Menurut R Koepelmann (1986:23) bahwa: “there are four determinant of
organizational productivity; the enviroment, organizational characteristic, individual
characteristic, work characteristic”.
Dari model produktivitas Koepelmann tersebut dapat dianalogikan dalam dunia pendidikan
dan menjelaskan tentang faktor yang menentukan kinerja pegawai. Kinerja pegawai
ditentukan oleh perilaku kerja yang merupakan fungsi dari karakter individu seperti
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, motivasi, sikap, kepercayaan dan tata nilai.
Karakter individu dipengaruhi oleh karakter organisasi dan karakter pekerjaan.
Karakter organisasi yang dapat mempengaruhi karakter individu guru antara lain sistem
kompensasi, penentuan tujuan, sistem manajemen, seleksi, pelatihan dan
pengembangan, kepemimpinan dan struktur organisasi. Sedangkan karakter pekerjaan
meliputi jadwal kerja, desain pekerjaan, sistem penilaian kinerja, yang semuanya juga
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal dimana organisasi tersebut berada.
Karakteristik individu tersebut merupakan salah satu determinan yang menentukan
perilaku kerja yang membentuk kinerja guru yang pada akhirnya akan menjadi kinerja
organisasi.
Bagaimana kinerja pegawai diukur secara objektif menjadi bahan pertanyaan, konsep-
konsep penilaian kinerja yang berkembang saat ini adalah konsep general yang belum
membahas secara detail dalam suatu profesi tertentu. Menurut Schuler R dan Jackson SE
(1996) jenis kriteria kinerja yaitu kriteria yang berdasarkan sifat (triat), kriteria yang

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 31
berdasarkan perilaku (behavior) dan kriteria yang berdasarkan berdasarkan hasil
(productivity). beberapa kriteria kinerja.
Organizational characteristics : Reward system, Goal setting, MBO, Selection, Training and development, Leadership, Organization structure
End Result
Individual characteristic: Knowledge, Skill, Ability, Motivation, Belief, Values, Attitudes
Work Behavior
Job Performance
Organization Effectiveness
Productivity Productivity Productivity
Work characteristic: Objective performance feed back, Judgmental performance feedback, Job design, Work schedule
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja (R. Koppelmann, 1986)
d. Kompensasi/upah
Akibat hubungan kerja antara perusahaan dan pegawai, karena pegawai telah
memberikan tenaganya berupakan pikiran maupun fisik, maka perusahaan memberikan
imbalan yang disebut dengan istilah umum kompensasi. Kompensasi yang diterima
pegawai dapat berupa kompensasi material maupun non material, dibayarkan secara
langsung maupun tidak langsung. Jenis dan besaran kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan didasari oleh beberapa teori sebagai berikut. Terdapat 3 teori latar belakang /
melatar belakangi kompensasi pekerja :
1). Teori Kompensasi Ekonomi Pasar
Teori ekonomi pasar adalah penciptaan suatu harga upah atau bayaran yang didasarkan
atas kekuatan tawar-menawar negosiasi / negoisasi antara para pekerja, pegawai,
karyawan, buruh, dsb dengan pihak manajemen perusahaan.
Environment

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 32
2). Teori Kompensasi Standar Hidup
Teori standar hidup adalah suatu sistem kompensasi di mana upah atau gaji ditentukan
dengan menyesuaikan dengan standar hidup layak di mana para pekerja dapat menikmati
hidup dengan damai, mana, tentram dan sejahtera mencakup jaminan pensiun di hari
tua, tabungan, pendidikan, tempat tinggal, transportasi dan lain sebagainya.
3). Teori Kompensasi Kemampuan Membayar
Teori kemampuan membayar adalah suatu sistem penentuan besar kecil kompensasi
yang diberikan kepada para pekerja dengan menyesuaikannya dengan tingkat
pendapatan dan keuntungan perusahaan. Ketika perusahaan sedang berjaya, maka
karyawan diberikan tambahan kompensasi. Tetapi jika perusahaan mengalami kerugian,
maka pegawai juga akan mendapat pengurangan kompensasi.
Berdasarkan beberapa pandangan dari teori tersebut di atas ditemukan berbagai ragam
macam jenis kompensasi. Sebagai misal Gaji, upah buruh harian, premi, asuransi, layanan
pemeliharaan kesehatan, tunjangan hari raya dsb.
e. Motivasi Pegawai
Keberhasilan perusahaan (manajemen) dalam mempertahankan karyawan terbaik yang
dimiliki tidaklah dicapai dengan cara yang mudah. Hal tersebut hanya dapat terjadi berkat
kepiawaian manajemen dalam memahami kebutuhan karyawan dan kemampuan mereka
untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang dapat membuat para
karyawannya merasa termotivasi secara internal.
Apa Kebutuhan Karyawan
Salah satu teori motivasi yang banyak mendapat sambutan yang amat positif di bidang
manajemen organisasi adalah teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow. Menurut Maslow setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun
secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang paling
tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka akan
muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 33
berbagai kebutuhan dasar yang bersifat biologis, kemudian pada tingkatan lebih tinggi
dicantumkan berbagai kebutuhan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi
dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow :
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Kebutuhan fisiologis dasar
Dalam perusahaan kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas diterjemahkan sebagai berikut:
Kebutuhan fisiologis dasar: gaji, makanan, pakaian, perumahan dan fasilitas-fasilitas
dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup pekerja.
Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman,
keamanan jabatan/posisi, status kerja yang jelas, keamanan alat yang dipergunakan.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: interaksi dengan rekan kerja, kebebasan
melakukan aktivitas sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang
akrab dengan orang lain
Kebutuhan untuk dihargai: pemberian penghargaan atau reward, mengakui hasil karya
individu
Kebutuhan aktualisasi diri: kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau
harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki.
Mengingat bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latarbelakang
yang berbeda-beda, maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa
kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan ketrampilan yang dimilikinya serta
bagaimana rencana karyawan tersebut pada masa mendatang. Jika perusahaan dapat
mengetahui hal-hal tersebut, maka akan lebih mudah untuk menempatkan si karyawan
pada posisi yang paling tepat, sehingga ia akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-
usaha memahami kebutuhan karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan
kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu
bukan perkara yang gampang, tetapi memerlukan kerja keras dan komitmen yang
sungguh-sungguh dari manajemen.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 34
f. Penciptaan Lingkungan Kerja Kondusif
Semua karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai
bagian dari "anggota keluarga/perusahaan", ingin dipercaya dan didengar kata-katanya,
dihargai oleh manajemen dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya. Melalui
komunikasi dua arah (termasuk rapat/meeting) pihak manajemen dapat mengidentifikasi
hal-hal tersebut sekaligus menginformasikan tentang tujuan-tujuan perusahaan, target
market dan rencana masa depan lalu mendorong karyawannya untuk memberikan
feedback.
Pihak manajemen juga harus belajar bagaimana membentuk "budaya perusahaan" dan
lingkungan kerja yang kondusif. Hal ini hanya dapat dicapai melalui praktek
kepemimpinan dan manajemen perusahaan yang baik, pendekatan kemanusiaan,
keadilan bagi semua, struktur karir yang jelas, program pelatihan dan pengembangan
yang terpadu, dukungan peralatan kerja yang memadai, penilaian kinerja yang obyektif,
program "reward" yang tepat, gaji dan tunjangan yang memadai serta kegiatan-kegiatan
lain yang diadakan oleh perusahaan.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah karyawan perlu mengetahui bahwa pihak
manajemen mengakui kehadiran mereka, sadar akan arti penting karyawan bagi
perusahaan, para manager mampu mengingat nama-nama bawahannya dan tidak segan
menyapa mereka. Manager yang gagal mengingat nama bawahannya atau tidak
merespon ketika disapa oleh bawahan akan membuat karyawan kehilangan motivasi
kerja, kurang loyal dan kurang kepercayaan pada manager tersebut. Para manager
dapat memperoleh loyalitas dan kepercayaan dari bawahannya jika ia memperlakukan
bawahannya sebagai "mitra kerja", menunjukkan kepedulian yang tinggi, mau
mendengarkan saran dan keluhan dan mau saling berbagi pengalaman.
Akhirnya tinggal satu pertanyaan yang harus dijawab para manager: mungkinkah untuk
melakukan hal-hal tersebut di perusahaan Anda. Dengan perencanaan yang matang dan
niat baik yang didasari kepedulian akan pentingnya.kualitas hidup setiap orang dalam
perusahaan, saya yakin para manager akan dapat melakukannya.(jp)
Motivasi teori Z

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 35
Teori Z dicetuskan / diciptakan oleh William Ouchi. Teori ini sudah banyak
diimplementasikan / dijalankan pada banyak perusahaan di Amerika Serikat dan Jepang.
Teori Z adalah lebih menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam
perusahaan yang dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan
merasa menjadi bagian penting dalam perusahaan. Dengan demikian maka karyawan
akan bekerja dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.
Berikut ini adalah syarat dan ciri dari perusahaan yang menerapkan teori z :
• Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau individual.
• Karyawan bebas bekerja menggunakan keterampilan yang dimilikinya.
• Karyawan dipekerjakan seumur hidup dan jika perusahaan mengalami krisis, maka
para pegawai tidak akan dipecat atau PHK.
• Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara konsensus atau secara terbuka.
Walaupun akan memakan waktu yang lebih lama namun tingat keberhasilan
pengimplementasian hasil keputusan yang didapat akan lebih tinggi karena mendapat
dukungan dari mayoritas pekerja.
• Promosi dilakukan perlahan-lahan dari bawah, dan proses evaluasi prestasi dan
promosi dilakukan dengan hari-hati agar tidak menimbulkan masalah dengan para
karyawan.
g. Penyelesaian Permasalahan dalam Hubungan Kepegawaian
Pegawai Melakukan Unjuk Rasa dan Mogok Kerja?
Masalah mogok kerja di Indonesia sejak bergulirnya era reformasi sudah menjadi suatu
hal yang “umum”. Meskipun prosedur untuk melakukan “mogok kerja” menurut UU
Perburuhan no. 22 th 1957 harus terlebih dahulu mendapatkan tanda penerimaan
pemberitahuan mogok dari ketua Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan tingkat
Daerah (P4D), dalam kenyataan para buruh tetap saja mogok tanpa menunggu adanya
tanda terima tersebut
Jika dilihat secara garis besar, unjuk rasa atau pemogokan pada dasarnya terjadi karena
adanya ganjalan atau ketidakharmonisan hubungan antara pekerja dan pengusaha.
Adanya tuntutan yang diajukan pekerja, yang tidak ditanggapi atau tidak dapat dipenuhi
oleh pengusaha, seringkali menimbulkan gejolak dan konflik yang diikuti unjuk rasa dan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 36
pemogokan. Menurut Indra Ibrahim (2001) dalam makalah “Pengatasan Unjuk Rasa di
Industri Tekstil” tuntutan para pengunjuk rasa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
tuntutan normatif dan tuntutan non normatif.
Tuntutan Normatif
Tuntutan
Kasus Prosesntase
UMR 40 21.98
Hak cuti 34 18.68
Jamsostek 25 13.74
PHK 24 13.19
Hak lembur 18 9.89
Serikat Pekerja 13 7.14
Hak THR 12 6.59
Uang jasa 6 3.30
KKB 5 2.75
Pelaksanaan pesangon 5 2.75
Total 182 100.00
Tuntutan Non Normatif
Tuntutan Kasus
Prosentase
Kenaikan Upah /THR 89 23.67
Menu / Uang makan 53 14.10
Transport 33 8.78
Insentif / Kesejahteraan 32 8.51
Solidaritas 23 6.12
Bonus 18 4.79
Tunjangan Sembako 17 4.52
Intimidasi / Skorsing 16 4.26
Kontrak Kerja 16 4.26

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 37
Manager SDM mundur 14 3.72
Pesangon 10 2.66
Catering 9 2.39
Pakaian kerja 9 2.39
Premi Kehadiran 8 2.13
Kerja kembali 7 1.86
Uang shift 7 1.86
Sarana ibadah 6 1.60
Pengangkatan 4 1.06
Surat sakit 3 0.8
Slip gaji 2 0.53
Total
376
100.00
Jika dilihat dari kedua tabel diatas maka faktor gaji/upah tampaknya masih mendominasi
tuntutan para pekerja.Dalam kasus PT Kadera AR Indonesia, aksi mogok dipicu oleh
rendahnya gaji karyawan serta seringnya pimpinan perusahaan bertindak sewenang-
wenang. Namun jika dilihat lebih lanjut akar masalahnya adalah gaji (tingkat
kesejahteraan) karyawan yang dirasa sudah sangat tidak mencukupi biaya hidup
(Kompas, 31 Maret 2001). Hal tersebut dapat dimengerti mengingat situasi
perekonomian yang sangat parah sehingga para pekerja masih jauh dari sejahtera.
Meskipun pemerintah telah menetapkan UMR di setiap daerah, namun UMR tersebut
selalu dirasakan kurang akibat kenaikan harga kebutuhan pokok yang selalu lebih tinggi
dibanding kenaikan upah.
Tuntutan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup tampaknya akan terus menjadi
tuntutan para buruh, mengingat bahwa hal tersebut merupakan kebutuhan dasar yang
harus terpenuhi agar para pekerja dapat termotivasi untuk bekerja dengan baik, seperti
yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam teori Hirarki Kebutuhan (Hierarchy of
Needs Theory). Jika mengambil teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow maka
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dan produktivitas pekerja adalah:
• Physiological (kebutuhan fisik): adalah upah, rumah, sandang
• Safety (kebutuhan akan rasa aman): adalah jabatan, kepastian karir, status kerja
yang jelas

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 38
• Social (kebutuhan akan hubungan sosial / kasih sayang): adalah hubungan
interpersonal antar rekan kerja, atasan dan bawahan, dan iklim kerja
• Esteem (kebutuhan akan pengakuan / dihargai): adalah penghargaan perusahaan
terhadap individu atas kinerja atau hasil usahanya, pemberian otonomi
• Self-actualization (kebutuhan aktualisasi diri): kesempatan untuk mengembangkan
kreativitas dan perwujudan diri / professionalisme.
Berdasarkan hirarki kebutuhan tersebut di atas maka jika kebutuhan dasar / fisik dari para
buruh masih belum terpenuhi maka gejolak dan konflik dalam hubungan industrial
dipastikan masih akan marak dikemudian hari
Hampir senada dengan pendapat Maslow, seorang psikolog lain bernama Frederick
Herzberg mengemukakan sebuah teori yang disebut Motivation-Hygiene Theory.
Herzberg membagi kebutuhan pekerja menjadi dua bagian yaitu: Hygiene Factors dan
Motivational Factors.
Hygiene factors berhubungan dengan kebutuhan fisik / biologis seperti makanan, pakaian
dan perumahan. Hygiene factors ini dalam perusahaan dapat berupa kebijakan
perusahaan, system administrasi, gaji, iklim kerja, lingkungan kerja, hubungan
interpersonal dan supervisi. Menurut Herberg jika faktor ini telah dipenuhi oleh
perusahaan maka dapat meningkatkan motivasi meskipun belum menjamin bahwa
pekerja akan puas. Kepuasan kerja dalam hal ini sangat tergantung pada situasi atau
kondisi yang ada pada saat itu. Sebaliknya, Motivator factors, adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan achievement (prestasi), proses mencapai suatu prestasi, dan
kesempatan untuk mengembangkan diri secara psikologis. Dalam perusahaan faktor ini
dapat berupa jenis atau nilai suatu pekerjaan bagi si pemegang jabatan, tanggung jawab,
pengakuan atas prestasi kerja, atau pun prestasi yang dapat diraih oleh si pekerja.
Pengusaha Menolak untuk Berunding?
Ratifikasi konvensi ILO no.87 pada 5 Juni 1998 dan gerakan reformasi di segala bidang
yang terjadi di Indonesia telah mengubah nuansa hubungan industrial. Jika pada era
sebelumnya hanya dikenal satu-satunya serikat pekerja yaitu SPSI, maka saat ini jumlah
serikat pekerja (SP) atau serikat buruh (SB) mungkin sudah mencapai ratusan SP/SB.
Permasalahan menjadi bertambah dengan kurangnya kesadaran para pekerja/buruh
untuk mematuhi rambu-rambu peraturan ketenagakerjaan atau undang-undang

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 39
perburuhan sehingga banyak terjadi gejolak hubungan industrial akibat adanya unsur
pemaksaan kehendak yang cenderung mengarah pada tindakan anarkis oleh pekerja
pada saat mereka menuntut haknya.
Disisi lain para pengusaha sedang menghadapi dilema akibat krisis multidimensi.
Jangankan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja sebagaimana yang dituntut oleh
para pekerja, untuk dapat mempertahankan eksistensi usahanya saja sudah sangat sulit.
Meskipun tidak diingkari bahwa ada juga beberapa pengusaha yang tidak / belum mau
mengakomodir keinginan para pekerjanya agar diperlakukan sebagai mitra sejajar dalam
kegiatan produksi perusahaannya.
Jika diperhatikan secara cermat ada beberapa alasan mengapa para pengusaha tidak mau
berunding dengan para buruh jika terjadi tuntutan:
• Ketidakmampuan pengusaha (dalam hal ini diwakili oleh pihak manajemen) dalam
memenuhi tuntutan pekerja sebagai akibat dari rendahnya produktivitas atau defisit
keuangan yang dialami perusahaan.
• Adanya fakta-fakta yang ditemukan oleh pengusaha bahwa aksi unjuk rasa atau
pemogokan bukan murni merupakan aspirasi seluruh pekerja di perusahaan tersebut
tetapi merupakan provokasi pihak lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kasus
para buruh yang berunjuk rasa atau mogok kerja tidak tahu apa yang menjadi
tuntutan dalam aksi tersebut, mereka ikut dalam aksi tersebut karena dipaksa.
• Pengusaha sengaja tidak merespons keinginan para pekerja karena pengusaha
menganggap seandainya terjadi mogok dan unjuk rasa, maka perusahaan dapat
ditutup untuk sementara sampai keadaan menjadi reda; selanjutnya perusahaan
dibuka kembali dengan merekrut pekerja baru.
• Pengusaha membiarkan unjuk rasa dan mogok kerja terjadi untuk kemudian dilakukan
PHK. Dalam banyak kasus pengusaha yang melakukan hal tersebut tidak
mendapatkan sanksi apapun dari pihak terkait (Depnakertrans) sebagai akibat dari
lemahnya penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia. Tuntutan pekerja secara
baik-baik tanpa disertai unjuk rasa dan mogok kerja seringkali diabaikan atau tidak
direspons oleh pengusaha karena pengusaha beranggapan bahwa nantinya tuntutan
tersebut akan hilang dengan sendirinya. Dalam hal ini pengusaha seringkali terlalu
percaya diri atau terlalu yakin bahwa sistem yang dijalankan di perusahaannya adalah
yang terbaik sehingga tidak perlu lagi mendengarkan tuntutan pekerja.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 40
h. Pemutusan Hubungan Kerja
Hubungan industrial atau kerja adalah hubungan antara pemberi pekerjaan dan pekerja
yang terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dan pemberi pekerjaan, dimana
pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pemberi pekerjaan dengan
menerima upah dan pemberi pekerjaan menyatakan kesanggupannya untuk
memperkerjakan pekerja dengan membayar upah.
Perjanjian yang sedemikian itu disebut perjanjian kerja. Adanya perjanjian kerja maka
timbul kewajiban satu phak untuk bekerja. Dengan demikian berbeda dengan perjanjian
perpekerjaan, yang tidak menimbulkan hak atas dan kewajiban untuk melakukan
pekerjaan, tetapi memuat syarat-syarat tentang perpekerjaan.
Bekerja pada pihak lain menunjukkan bahwa pada umumnya hubungan itu sifatnya
bekerja di bawah pimpinan untuk pihak lain. Sifat ini perlu dikemukakan untuk
membedakannya dari hubungan antara dokter misalnya, dengan seorang pasien yang
berobat, dan hal ini dokter melakukan pekerjaan untuk orang yang berobat bukanlah
perjanjian kerja, tetapi perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dengan demikian
dokter bukanlah pekerja dan orang berobat bukanlah pemberi pekerjaan dan hubungan
antara mereka bukanlah hubungan kerja.
Hubungan pekerja-pemberi pekerjaan, juga tidak terdapat pada perjanjian pemborongan
pekerjaan, yang ditunjukkan kepada hasil pekerjaan. Bedanya perjanjian pemborongan
pekerjaan dengan perjanjian melakukan pekerjaan tertentu ialah bahwa perjanjian ini
tidak melihat hasil yang dicapai. Jika berobat itu tidak menjadi sembuh, bahkan akhirnya
misalnya meninggal dunia, namun dokter itu memenuhi kewajibannya menurut
perjanjian. Perjanjian kerja harus memuat pula ketentuan yang berkenaan dengan
hubungan kerja itu, yakni hak dan kewajiban pekerja serta hak dan kewajiban pemberi
pekerjaan.
Bentuk Perjanjian Kerja
Bagi perjanjian kerja tidak dimintakan bentuk yang tertentu. Jadi didapat dilakukan secara
lisan, dengan surat pengangkatan oleh pihak pemberi pekerjaan atau secara tertulis yaitu
surat perjanjian yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Undang-undang hanya

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 41
menetapkan bahwa jika perjanjian diadakan secara tertulis, biaya surat dan biaya
tambahan lainnya harus dipikul oleh pemberi pekerjaan.
Perjanjian kerja yang harus diadakan secara tertulis misalnya memuat :
• Macam pekerjaan,
• Lamanya perjanjian itu berlaku,
• Besarnya upah berupa uang sebulannya,
• Lamanya waktu istirahat (cuti) dan besdarnya upah selama cuti itu,
• Jika ada, besarnya bagian dari keuntungan (tantie) dan caranya menghitung,
keuntungan,
• Jika ada, caranya pemberian pensiun atau bentuk pemberian untuk hari tua lainnya,
• Bentuk upah lainnya,
• Tempat kemana nanti pekerja itu harus dikembalikan atas biaya pemberi pekerjaan.
Dalam perjanjian kerja yang dibedakan secara sukarela dengan tertulis, tidak membuat
banyak janji yang menguntungkan pekerja. Oleh karena itu perlunya ada peraturan yang
secara lengkap memuat semua hak dan kewajiban kedua belah pihak. Seperti telah diatur
dalam peraturan pemberi pekerjaan dalam perjanjian perpekerjaan atau dalam peraturan
perundang-undangan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan koperasi Nomor
02 MEN 1978 tentang peraturan perusahaan dan perundingan pembuatan perjanjian
perpekerjaan.
Perjanjian Perpekerjaan
Perjanjian perpekerjaan adalah yang diadakan oleh satu atau beberapa serikat pekerja
yang terdaftar pada Departemen Perpekerjaan dengan seorang atau beberapa
perkumpulan pemberi pekerjaan yang berbadan hukum, yang pada umumnya atau
semata-mata memuat syarat-syarat perpekerjaan yang harus diperhatikan dalam
perjanjian kerja.
Dari perumusan ini jelaslah bahwa perjanjian perpekerjaan itu justru diadakan untuk
menetapkan hak dan kewajiban pekerja dan pemberi pekerjaan, secara musyawarah
antara kedua belah pihak, serikat pekerja dan pemberi pekerjaan.
Untuk sahnya perjanjian perpekerjaan dimintakan syarat materil dan syarat formil.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 42
Syarat materiil adalah misalnya :
• Dilarang memuat aturan yang mewajibkan seorang pemberi pekerjaan supaya hanya
menerima atau menolak pekerja dari suatu golongan, baik berkenaan dengan agama,
golongan warga negara atau bangsa, maupun karena keyakinan politik atau anggota
dari sesuatu perkumpulan.
• Dilarang memuat aturan yang mewajibkan seorang pekerja supaya hanya bekerja
atau tidak boleh bekerja pada pemberi pekerjaan dari suatu golongan, baik berkenaan
dengan agama golongan warganegara atau bangsa maupun keyakinan politik atau
anggota dari suatu perkumpulan.
• Dilarang memuat aturan yang bertentangan dengan undang-undang tentang
ketertiban umum atau dengan tata susila.
Syarat-syarat formil antara lain adalah :
• Harus diadakan dengan tertulis dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak atau
dengan surat resmi, yaitu dihadapan seprang notaris.
• Surat perjanjian harus memuat :
• Nama, tempat kedudukan serta alamat serikat pekerja;
• Nama, tempat kedudukan serta alamat pengusaha atau perkumpulan pemberi
pekerjaan yang berbadan hukum;
• Nomor, serta tanggal pendaftaran serikat pekerja pada Departemen perpekerjaan;
• Tanggal penanda tanganan
• Perjanjian perpekerjaan harus dibuat sekurang-kurangnya, dalam rangkap tiga,
selembar harus dikirimkan kepada Departemen Perpekerjaan untuk dimasukkan dalam
daftar yang disediakan untuk itu.
• Perjanjian perpekerjaan hanya dapat diadakan untuk paling lama dua tahun, dan
kemudian dapat diperpanjang dengan paling lama dua tahun, dan kemudian
diperpanjang paling lama1 tahun lagi.
Dengan sendirinya perjanjian perpekerjaan tidak dapat memuat semua hak dan
kewajiban pekerja dan pemberi pekerjaan, terutama hak dan kewajiban dan kewajiban
pekerja dan pemberi pekerjaan perpekerjaan, perjanjian kerja dan peraturan pemberi
pekerjaan. Negara mengeluarkan pelbagai peraturan dengan tujuan menciptakan suatu
kedudukan pekerja yang layak bagi kemanusiaan, baik yuridis dan ekonomis, maupun
sosiologis dan keamanan badaniah.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 43
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Berakhirnya hubungan kerja bagi pekerja dari segala kesengsaraan. Menurut teori
memang pekerja berhak pula untuk mengakhiri hubungan kerja, tetapi dalam praktek
mejikanlah yang mengakhirinya, sehingga pengakhiran itu selalu merupakan pengakhiran
hubungan kerja oleh pihak pemberi pekerjaan.
Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pemberi pekerjaan
Cara-cara yang dianut pada pemutusan hubungan kerja oleh pemberi pekerjaan itu,
merupakan aspek yang sangat penting dalam hubungan kerja, karena aturan dan praktek
yang dilakukan dalam hal pemberhentian (dismissal) atau penghematan (lay off),
mempengaruhi kepentingan vital dari pemberi pekerjaan dan pekerja.
Adalah dapat dimengerti, karena pemberi pekerjaan itu bertanggung jawab atas jalannya
baik dan efektif dari perusahaannya, dia itu ingin mempertahankan kekuasaannya,
kebebasannya sebanyak-banyaknya untuk mengambil keputusan tentang soal-soal yang
mempengaruhi jalannya perusahaan itu. Dia ingin mengelakkan tiap kewajiban untuk
menuruti suatu negara cara yang akan merugikan jalan baik perusahaannya. Hal itu tidak
hanya mengenai soal rencana produksi, permodalan penjualan dan sebagainya, tetapi
juga mengenai jumlah pekerja yang dipekerjakan dan soal memilih satu persatu.
Berdasarkan alam ekonomis itu, pemberi pekerjaan menghendaki kebebasan yang
maksimum dalam memperhatikan pekerja, jika ia tidak puas dengan pekerjaan pekerja itu
atau keadaan perusahaannya membenarkan pengurangan pekerja. Adalah jelas bahwa
jika pemberi pekerjaan diharuskan untuk menahan sejumlah pekerja yang lebih besar dari
seperlunya, dia mungkin tidak lagi mampu untuk mempertahankan keseimbangan
keuangan dalam perusahaannya.
Prosedur pemberhentian dan penghematan dengan sendirinya harus dilihat dengan latar
belakang ekonomi umumnya dari negara yang bersangkutan. Akibat pengakhiran
hubungan kerja adalah sangat berbedabeda berhubungan dengan adanya cukup
lapangan pekerjaan atau pengangguran. Disini tidak akan dipersoalkannya lapangan
pekerjaan atau pengangguran. Disini tidak akan mempersoalkan salah pekerja kehilangan
pekerjaan dan bukan masalah apakah dia akanmendapat atau tidaknya pekerjaan lain.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 44
Soal pemutusan hubungan kerja juga ada hubungannya dengan ketentuan tentang
adanya jaminan pendapatan (Income securrity) bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan.
Pendapat umum menghendaki supaya pemutusan hubungan kerja oleh pemberi
pekerjaan memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat menghendaki itu adalah
tenggang waktu pernyataan pengakhiran (opzeggingstermijin, perious of notice) dasar-
dasar untuk memilih pekerja manakah yang akan diberhentikan atau diterima atau
dihemat atau cara-cara mendapatkan pertimbangan atau perundingan sebelum
pemutusan boleh dilakukan.
Dalam peraturan dapat dimintakan alasan-alasan untuk pemberhentian dan sering kali
diadakan larangan pemberhentian dalam hal-hal lain. Kadang-kadang disyaratkan
pemberian pesangon (severance allowance), menunjukkan jalan bagi pekerja yang
diperhentikan itu untuk dapat dipekerjakan kembali dan memberi pekerja itu hak-hak
untuk membantunya mendapatkan pekerjaan baru.
Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pekerja
Pekerja dapat juga memngakhiri hubungan kerja itu tanpa pernyataan pengakhiran atau
tanpa mengindahkan aturan yang berlaku bagi pernyataan pengakhiran, tetapi pekerja
yang berbuat demikian tanpa persetujuan pihak pemberi pekerjaan, bertindak berlawanan
dengan hukum.
Untuk menghidarkan segala akibat dari tindakan yang berlawanan dengan hukum itu,
pekerja harus secepat-cepatnya membayar ganti rugi atau pekerja mengakhiri hubungan
kerja secara demikian itu dengan alasan mendesak yang seketika itu juga harus
diberitahukan kepada pihak pemberi pekerjaan.
Ganti rugi adalah sebesar satu bulan itu terjadi dalam keadaan yang sedemikian rupa
sehingga kerugian yang diderita tidak dapat dipandang oleh ganti rugi yang diterima itu,
pihak pemberi pekerjaan dapat menuntut ganti rugi lagi di muka pengadilan negeri.
Alasan mendesak tersebut adalah keadaan yang sedemikianrupa sehingga mengakibatkan
bahwa dari pihak pekerja adalah tidak layak mengharapkan untuk meneruskan hubungan
kerja. Alasan mendesak dapat dipandang antara lain :

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 45
• Apabila pemberi pekerjaan menganiaya, menghina secara kasar atau melakukan
ancaman yang membahayakan pihak pekerja, anggota keluarga atau anggota rumah
tangga pekerja, atau membiarkan perbuatan semacam itu dilakukan oleh anggota
rumah tangga atau pekerja bawahan pemberi pekerjaan.
• Apabila pemberi pekerjaan membujuk atau mencoba membujuk pekerja, anggota
keluarga atau anggota rumah tangga pekerja untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan undang-undang atau dengan tata susila atau membiarkan
pembujukan atau percobaan pembujukan semacam itu dilakukan oleh anggota rumah
tangga atau pekerja bawahan pemberi pekerjaan.
• Apabila pemberi pekerjaan tidak membayar upah pada waktunya.
• Apabila pemberi pekerjaan dimana makan dan pemondokan diperjanjikan, tidak
memenuhinya secara layak.
• Apabila pemberi pekerjaan tidak memberi cukup pekerjaan kepada pekerja yang
upahnya ditetapkan berdasarkan hasil pekerjaan yang dilakukan.
• Apabila pemberi pekerjaan tidak memberi atau cukup memberi bantuan yang
diperjanjikan kepada pekerja yang upahnya ditetapkan berdasarkan hasil pekerjaan
yang dilakukan.
• Apabila pemberi pekerjaan dengan jalan lain secara keterlaluan melalaikan kewajiban
yang dibebankan padanya oleh perjanjian.
• Apabila pemberi pekerjaan dalam hal sifat hubungan kerja tidak mencakupkannya,
menyusun pekerja, meskipun telah ditolak, untuk melakukan pekerjaan di perusahaan
seorang pemberi pekerjaan lain.
• Apabila terus berlangsungnya hubungan kerja bagi pekerja dapat menimbulkan
bahaya besar yang mengancam jiwa, kesehatan, kesusilaan atau nama baiknya yang
tidak terlihat pada waktu pembuatan perjanjian kerja.
• Apabila pekerja karena sakit atau alasan lain diluar kesalahannya, menjadi tidak
mampu melakukan pekerjaan yang diperjanjikan.
Hubungan Kerja Putus Demi Hukum
Hubungan kerja yang diadakan untuk waktu tertentu, putus demi hukum bila waktu yang
ditentukan itu lampau. Dengan habisnya waktu berlakunya itu hubungan kerja putus
dengan sendirinya artinya tidak disyaratkan adanya pernyataan pengakhiran atau adanya
tenggang waktu pengakhiran.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 46
Untuk menjaga agar pekerja atau adanya sekonyong-konyong menghadapi kenyataan
tidak mempunyai pekerjaan lagi. Ada baiknya dimintakan dari pihak pemberi pekerjaan
agar sebelumnya dalam waktu yang layak, memberitahukan akan berakhirnya hubungan
kerja itu kepada pekerja.
Hubungan kerja putus demi hukum bila pekerja meninggal dunia, bila watak hanya
hubungan kerja atau perjanjian kerja atau perjanjian kerja itu sendiri menghendaki
sebaliknya.
Ketentuan bahwa meninggalnya pemberi pekerjaan tidak memutuskan hubungan kerja
sebenarnya hanya merupakan cetusan dari prinsip yang lebih tinggi, yaitu bahwa
pemindahan tanganan suatu perusahaan tidak memutuskan hubungan kerja.
Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan.
Masing-masing pihak, yaitu pihak pemberi pekerjaan dan pekerja setiap waktu, juga
sebelum pekerjaan dimulai, berwenang berdasarkan permintaan tertulis kepada
pengadilan negeri ditempat kediamannya yang sebenarnya untuk menyatakan perjanjian
kerja putus.
Dipandang sebagai alasan penting, selain alasan mendesak, adalah juga perubahan
keadaan pribadi atau kekayaan dari pemohon atau pihak lainnya atau perubahan dalam
hal pekerjaan dilakukan yang sedemikian rupa sifatnya sehingga adalah layak segera atau
dalam waktu pendek di putuskannya hubungan kerja itu.
Pengadilan meluluskan permintaan itu hanya setelah mendengar atau memanggil secara
sah pihak lainnya. Jika pengadilan meluluskan permintaan itu Pengadilan menetapkan
saat hubungan kerja itu akan berakhir.
Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan pengadilan atas permintaan pihak pemberi
pekerjaan dengan sendirinya tak memerlukan ijin lagi dari panitia penyelesaian
perpekerjaan.
Demikianlah juga dengan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Balai Harta
Peninggalan untuk kepentingan pemberi pekerjaan yang dinyatakan palit dan pemutusan

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 47
hubungan kerja yang dilakukan oleh perwakilan Indonesia di luar Indonesia untuk
kepentingan pengusaha kapal. Terhadap putusan pengadilan negeri tersebut tidak ada
jalan untuk melawannya, dengan tidak mengurangi wewenang Jaksa Agung untuk
semata-mata demi kepentingan undang-undang, mengajukan kasasi terhadap putusan
tersebut.
8. Penutup
Sumber daya manusia (sdm) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk
serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia
dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Foulkes (1975)
memprediksi bahwa peran sumber daya manusia dari waktu ke waktu akan semakin
strategis dengan ucapan berikut
“for many years it has been said that capital is the bottleneck for a developing
industry. I don’t think this any longer holds true. I think it’s the work force and the
company’s inability to recruit and maintain a good work force that does constitute
the bottleneck for production. … i think this will hold true even more in the
future.”
Tidak heran jika sekarang untuk sumber daya manusia yang handal digunakan
terminologi human capital yang semakin santer kita dengar. Fungsi manajemen sumber
daya manusia yaitu hal ihwal staffing dan personalia dalam organisasi, yang mencakup
analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi calon tenaga kerja, penempatan dan
orientasi, pelatihan, pemberian imbalan/kompensasi, penilaian kinerja, pengembangan
sumber daya manusia.
Dan aspek manajemen serta sumber daya manusia demikian strategis dan demikian
luasnya, maka manajemen sumber daya manusia melibatkan banyak aspek, terutama
dengan faktor-faktor lingkungan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) serta
lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). Tantangan manajer masa kini adalah
merespons perubahan-perubahan eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal
perusahaan menjadi kuat dan kompetitif.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 48
TUGAS 1
Anda ditunjuk sebagai manajer sumber daya manusia di suatu perusahaan baru bidang
tanaman hortikultura yang berlokasi di daerah Papua, atau lebih tepatnya berlokasi di
kabupaten Merauke. Perusahaan tersebut akan mengembangkan tanaman hortikultura
dan salah satu program utamanya adalah pembukaan kebun baru, karena memang kebun
lama belum ada. Untuk pembukaan kebun baru tersebut diperlukan sejumlah tenaga
kerja baik sebagai asisten kebun, mandor dan pekerja.
Tugas
1. Lakukan analisis jabatan dan kompetensi yang diperlukannya.
2. Rumuskan alternatif rekruitmen pegawai untuk mengisi jabatan/pekerjaan tersebut di
atas.
3. Rumuskan alternatif pemasok tenaga kerja, dan pengaruhnya pada seleksi pegawai.
TUGAS 2
Anda ditunjuk sebagai Asisten di suatu perusahaan pertanian bidang hortikultura, anda
membawahi asisten kebun, mandor dan pekerja. Perusahaan menerapkan prinsip
kompensasi berbasis kinerja/prestasi kerja atau produktivitas.
Tugas
1. Rumuskan model penilaian kinerja.
2. Rumuskan pengkaitan hasil penilaian prestasi kerja dengan sistem kompensasi
perusahaan.
TUGAS 3
Anda ditunjuk sebagai Mandor di suatu perusahaan pertanian bidang hortikultura, anda
membawahi asisten kebun, mandor dan pekerja. Perusahaan menerapkan prinsip
kompensasi berbasis kinerja/prestasi kerja atau produktivitas dalam setiap kegiatan
terutama buruh/pegawai lepas harian.
Tugas
1. Rumuskan model pemberian kompensasi.

Diklat Peningkatan Guru Produktif Bidang Manajemen Hortikultura Kalimantan Timur Tahun 2011 49
2. Rumuskan pengkaitan hasil penilaian model pengkaitan antara kompensasi dengan
produktivitas.
3. Analisis faktor yang mempengaruhi penerapan jenis kompensasi dalam perusahaan.