kentang
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang
memililiki potensi ekonomis yang cukup prospektif (Adiyoga, 2006). Dewasa ini,
permintaan domestik terhadap kentang semakin meningkat seiring dengan waktu,
sementara produksi nasional baru mencapai 15, 4 ton/ha (BPS, 2005) atau hanya
memenuhi sekitar 20 % dari total kebutuhan kentang olahan, sehingga sisanya
diimpor dari luar negeri (Warnita, 2007). Untuk itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan produktivitas kentang di Indonesia.
Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi
terutama pada lahan yang miring, hal ini memicu terjadiya erosi pada saat hujan.
Selain tanah yang tergerus, unsur hara yang seharusnya bisa menjadi nutrisi untuk
tanaman kentang tersebut, ikut terangkut oleh aliran permukaan atau run off.
Lebih jauh, arah guludan juga berpengaruh atas besarnya erosi, misalnya guludan
yang searah lereng (vertikal) akan membuat erosi yang lebih besar di bandingkan
dengan guludan yang memotong lereng ( horizontal) (wijaya, 2013). Sejumlah
hasil penelitian pada beberapa sentra produksi kentang dataran tinggi
menunjukkan bahwa penanaman kentang pada guludan memotong lereng (searah
kontur) dapat mengendalikan erosi dan tidak menurunkan hasil (Suganda et al.
1999, Haryati & Kurnia 2000, Sinukaban 2007).