tgs pht problem kentang

50
Pendahuluan 1. Latar Belakang Hama dan penyakit merupakan kendala utama yang dihadapi oleh petani sayuran. Serangan hama dan penyakit dapat menyerang berbagai organ tanaman baik pada daerah perakaran, batang, pangkal dan ujung batang, ranting, daun, buah, umbi ataupun ubi. Selain ada yang bersifat lokal, beberapa penyakit seperti penyakit karena virus dapat menimbulkan masalah sistemik. Serangan hama dan penyakit seringkali menimbulkan kerugian besar apabila terjadi ledakan hama ataupun epidemic penyakit bila lingkungan mendukung. Dalam suatu pertanaman, terdapat beberapa Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menyerang. Agar pengendalian yang dilakukan dapat efektif dan tepat sasaran, maka jenis- jenis OPT yang ada perlu didiagnosis dan diidentifikasi sehingga dapat diketahui sifat penyerangan, siklus hidup, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi atau perkembangan penyakit yang diakibatkannya. Dengan demikian nantinya dapat ditentukan cara pengendalian yang tepat sasaran. Dalam mengidentifikasi OPT, kita dapat mengaambil beberapa sampel (agar lebih mewakili maka pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai tipe dan model, misalnya pengambilan sampel per barisan, diagonal, tipe acak dan lain-lain). Untuk menentukan strategi pengendalian

Upload: yessikha-valerine

Post on 30-Jun-2015

449 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: tgs pht problem kentang

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Hama dan penyakit merupakan kendala utama yang dihadapi oleh petani

sayuran. Serangan hama dan penyakit dapat menyerang berbagai organ tanaman baik

pada daerah perakaran, batang, pangkal dan ujung batang, ranting, daun, buah, umbi

ataupun ubi. Selain ada yang bersifat lokal, beberapa penyakit seperti penyakit karena

virus dapat menimbulkan masalah sistemik. Serangan hama dan penyakit seringkali

menimbulkan kerugian besar apabila terjadi ledakan hama ataupun epidemic penyakit

bila lingkungan mendukung.

Dalam suatu pertanaman, terdapat beberapa Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT) yang menyerang. Agar pengendalian yang dilakukan dapat efektif dan tepat

sasaran, maka jenis-jenis OPT yang ada perlu didiagnosis dan diidentifikasi sehingga

dapat diketahui sifat penyerangan, siklus hidup, faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perkembangan populasi atau perkembangan penyakit yang diakibatkannya.

Dengan demikian nantinya dapat ditentukan cara pengendalian yang tepat sasaran.

Dalam mengidentifikasi OPT, kita dapat mengaambil beberapa sampel (agar

lebih mewakili maka pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai tipe dan

model, misalnya pengambilan sampel per barisan, diagonal, tipe acak dan lain-lain).

Untuk menentukan strategi pengendalian yang tepat dan juga mengantisipasi terjadinya

epidemic penyakit maka, perlu dilakukan pengamatan terhadap intensitas penyakit pada

suatu lahan. Lalu membawa sampel untuk diamati lebih lanjut di laboratorium (guna

memastikan jenis OPT yang menyerang tanaman tersebut. Misalnya dengan melakukan

pengamatan dengan mikroskop dan melakukan isolasi untuk penyakit).

2. Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan pengamatan yang dilakukan di daerah Pasir Wangi

kabupaten Garut adalah sebagai berikut :

a. Mendiagnosis berbagai hama dan penyakit yang ada pada lahan pertanian yang

diamati berdasarga genjala dan tanda.

b. Menentukan sampling dan mengamati intensitas penyakit dan populasi hama

yang dominan.

Page 2: tgs pht problem kentang

c. Dari gejala dan tanda yang diperoleh, dapat dilakukan identifikasi lebih lanjut

dengan mengamati gejala dan tanda dengan mikroskop dan mengisolasinya.

d. Setelah melakukan isolasi, dapat ditentukan jenis pathogen tersebut secara pasti,

dilihat dari cici dan karakteristik khas. Kemudian mencocokkan dengan dugaan

awal

e. Menentuan strategi pengendalian hama dan penyakit tanaman yang sesuai

dengan agroekosistem yang ada.

1. Analisa Agroekosistem Lahan Pertanaman Kentang di Lahan yang Diamati

Dalam analisa ini, kami melakukan analisa lokasi, analisa vegetasi dan

deskripsi lahan pada pertanaman kentang. Dengan analisa lokasi dan lingkungan di

lahan lokasi kita dapat mengetahui kondisi lahan tersebut misalnya ketinggian,

lahan tersebut termasuk bukit, lembah, dataran tinggi atau dataran rendah dan suhu

pada lahan tersebut. Lalu dengan analisa vegetasi, kita dapat mengetahui sejarah

lahan, pertanaman pada lahan yang kita amati termasuk lahan monokultur atau

tumpang sari, areal per tanaman, keberadaan jenis tanaman lain yang ada di sekitar

pertanaman kentang tersebut, keberadaan tanaman liar di pertanaman tersebut,

karakteristik tanah di pertanaman tersebut, pelakuan budidaya seperti pemupukan

dan pengendalian hama dan penyakit. Analisis ekosistem pada pertanaman kentang

yang berlokasi di Pasir Wangi kabupaten Garut adalah sebagai berikut :

- Analisis Lokasi

Pengamatan ini dilaksanakan di daerah perbukitan Pasir Wangi yang

berada pada ketinggian 1200 m dpl dan memiliki suhu berkisar antara 19-230C.

Kelembaban di daerah tersebut cukup tinggi dan penyinaran matahari pada siang

hari juga cukup terik. Tanah yang digunakan untuk pertanaman kentang

memiliki karakteristik berstruktur remah, gembur, mengandung bahan organic

dan memiliki drainase yang cukup baik. Saat pengamatan berada pada musim

penghujan sehingga petani tidak perlu lagi untuk member suplai air tambahan

pada pertanaman tersebut.

- Analisa Vegetasi dan Deskripsi lahan

Page 3: tgs pht problem kentang

Pada lahan yang diamati terdapat tanaman kentang yang ditumpang sari

dengan tanaman kacang merah. Namun tumpang sarih tersebut tidak dilakukan

diseluruh areal pertanaman. Menurut sumber yang kami dapat, perlakuan

pertanaman secara tumpang sari dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan lahan

yang ada. Namun, tanaman utama dari tumpang sari tersebut adalah tanaman

kentang.

Sedangkan sejarah lahannya, pada lahan tersebut terjadi pergiliran

tanaman atau rotasi tanaman kentang dengan kubis. Namun terkadang sehabis

tanaman kentang dipanen lahan tersebut dibera atau didiamkan selama beberapa

hari dengan tujuan mematikan organisme pengganggu tanaman yang bertahan di

dalam tanah. Jarak tanam pertanaman kentang pada areal tersebut sekitar ± 25 x

25 cm dan jarak antara bedeng yang satu dengan bedeng yang lainnya berkisar ±

70 – 75 cm. Pertanaman tersebut diberi mulsa perak di setiap bedengannya.

Mulsa perak tersebut dapat mempertahankan suhu tinggi pada tanah dan

memantulkan cahaya matahari ke sekitar pertanaman yang berguna untuk

mengendalikan beberapa hama seperti trips dan tungau. Luas pertanaman

kentang teesebut ± 250 tumbak ( 1 tumbak = 14 m2). Lahan disekitar pertanaman

kentang adalah lahan kubis dan lahan kentang.

Di areal lahan tersebut juga terdapat beberapa macam gulma namun

keberadaannya di luar mulsa. Gulma yang ada di sana salah satunya adalah

Ageratum conyzoides L. Gulma di tempat terbuka sampai tegak terlindung pada

semua ketinggian. Merupakan tanaman semusim yang penyebarannya cukup

luas (tropis dan subtropics), gulma ini dapat mengeluarkan allelopati, merupakan

gulma berdaun lebar yang tumbuh di lahan-lahan pertanian. Sebelum dilakukan

penanaman lahan diolah terlebih dahulu. Pemberian pupuk dilakukan sebelum

penanaman (apabila menggunakan mulsa), pupuk yang diberikan adalah pupuk

kandang, pupuk kimia (NPK, SP36). Namun apabila tidak menggunakan mulsa,

pemupukan dilakukan dua kali, pemupukan pertama dilakukan sebelum tanam

dan pemupukan yang kedua dilakukan pada usia tanaman ± 35 hari. Penggunaan

pestisida kimia dilakukan secara rutin dengan jeda waktu 2 sampai 3 hari hal ini

bertujuan agar pertanaman kentang tersebut terbebas dari hama dan penyakit.

Bibit yang digunakan berupa ubi kentang yang diperoleh dari Pangalengan

namun terkadang petani pun menggunakan bibit hasil panen sebelumnya,

biasanya bibit yang terpilih adalah ubi-ubi kentang yang kecil.

Page 4: tgs pht problem kentang

Budidaya kentang

1. Klasifikasi Kentang (Solanum tuberosum L. )

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Solanaceae

Species : Solanum tuberosum

Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar,

di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan

lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning

varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .

2. Syarat Pertumbuhan

2.1. Iklim

Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk

membudidayakan kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok

untuk budidaya kentang.

Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis

adalah 9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa

perkembangan umbi.

Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi

akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30 derajat

C.Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang

terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman. mudah terserang hama dan penyakit,

terutama yang disebabkan oleh cendawan.

2.2. Media Tanam

Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang

berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan

memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin

ketersediaan oksigen di dalam tanah.

Page 5: tgs pht problem kentang

Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di

pegunungan-pegunungan. Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang

bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang

rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang

memiliki nilai pH sekitar 7.

2.3. Ketinggian Tempat

Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah

pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar

antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah

(300-700 m dpl).

2.4. Pembibitan

Umbi

Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang

cukup tua antara 150 180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas

unggul.

Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik

(kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan

pada suhu 25 derajat C. Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas.

Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja.

Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.

Bila bibit diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang kita beli

bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat

dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4

potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi yang dibelah harus

direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walaupun

pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang lebih

sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut harus diperhitungkan secara ekonomis.

Stek Batang dan stek tunas

Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih

lama. Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam

Page 6: tgs pht problem kentang

pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan

dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan

hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik

pertumbuhannya.

2.5. Pengolahan Media Tanam

Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan

akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2

minggu sebelum dibuat bedengan.

Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur

agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah

bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan

70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar

bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas

kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air

sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.

2.6. Teknik Penanaman

Pemupukan Dasar

a) Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15

ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih

seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang

tanam.

b) Pupuk anorganik berupa SP-36=400kg/ha.

2.7 Cara Penanaman

Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700

kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman

tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70 x 30 cm.

Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan

memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan

menanam dimusim hujan.

Penanaman dilakukan dipagi/sore hari. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman

8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di

Page 7: tgs pht problem kentang

sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst. Mulsa jerami perlu dihamparkan di

bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.

2.8 Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman

Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman.

Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman

merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.

Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik

tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.

Penyiangan

Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari

sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan

dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada

fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.

Pemangkasan Bunga

Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah

terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk

pembentukan umbi dan pembungaan.

Pemupukan

Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting

untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha,

TSP dengan dosis 400 kg/ha sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian

pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:

Pupuk kandang : saat tanam 15.000-20.000 kg.

Pupuk anorganik : Urea/ZA 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah

tanam 165/365 kg, SP-36 saat tanam 400 kg, KCl 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45

hari setelah tanam 100 kg, Pupuk cair 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.

Page 8: tgs pht problem kentang

Pupuk anorganik diberikan ke dalamlubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman

kentang.

Pengairan

Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus

dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu

menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali

secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara

disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar

15-20 menit).

2.9 panen

Ciri dan Umur Panen

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung

varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas

medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.

Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah

berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang

tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap

panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas

bila digosok dengan jari.

Cara Panen

Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan

dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut:

cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan

menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari

kerusakan mekanis waktu panen.

Prakiraan Produksi

a) Granola/Atlantis: produksi 35-40 ton/ha.

b) Red Pontiac: produksi 15 ton/ha.

c) Desiree: produksi 18 ton/ha.

d) DTO: produksi 20 ton/ha.

Page 9: tgs pht problem kentang

e) Klon no. 17: produksi 30-40 ton/ha.

f) Klon no. 08: produksi 25-30 ton/ha.

2.10 Pascapanen

Penyortiran dan Pengolongan

Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit.

Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di

sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas).

Penyimpanan

Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat

penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di

tempat yang tertutup dan berventilasi.

Pengemasan dan Pengangkutan

Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus

berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama

pengangkutan.

Pembersihan

Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan

kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu.

Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-

lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan

cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi

yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik

konsumen.

2. OPT pada Kentang

A. Phytopthora sp

Taksonomi :

Domain : Eukaryota

Kingdom : Chromalveolata

Page 10: tgs pht problem kentang

Phylum : Heterokontophyta

Class : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

Famili : Pythiaceae

Genus : Phytophthora

Species : Phytophthora infestan

Penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang oleh jamur patogen

Phytophthora infestans sejak lama menjadi masalah bagi para petani kentang dan

penyakit ini merupakan penyakit yang paling serius di antara penyakit dan hama

yang menyerang tanaman kentang di Indonesia (Katayama & Teramoto, 1997).

Diduga penyakit ini berasal dari Pengunungan Andes dan menyebar ke Amerika

Serikat dan Eropa. Pada tahun 1845-1860 penyakit ini menyebabkan timbulnya

bahaya kelaparan di Irlandia. Karena pada ssaat itu kentang merupakan bahan

makanan pokok di Irlandia, di sana terjadi kelangkaan kentang yang sangat berat.

Satu juta penduduk mati kelaparan ; ini kurang lebih seperdelapan dari jumlah

penduduk pada waktu itu. Satu setengah juta lainnya terpaksa merantau ke luar

negeri, dan sebagian besar dari mereka menjadi emigran ke Amerika. Dewasa ini

diketahui bahwa penyakit ini terdapat di semua daerah penanaman kentang

Indonesia di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan.

Penyakit ini tergolong sangat penting karena kemampuannya yang tinggi

merusak jaringan tanaman. Serangan patogen dapat menurunkan produksi kentang

hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat singkat (Rukmana,

1997). Sampai saat ini kapang patogen penyebab penyakit busuk daun dan umbi

kentang tersebut masih merupakan masalah krusial dan belum ada varietas kentang

yang benar-benar tahan terhadap penyakit tersebut (Cholil, 1991).

Morfologi

Ciri yang khas yang dimiliki patogen ini adalah miselium interseluler,

miselliumnya yang tidak bersekat, mempunyi banyak haustorium. Konidiofor

keluar dari mulut kulit berkumpul 1-5 dengan percabangan simpodial, mempunyai

bengkakan-bengkakan yang khas. Konidium berbentuk buah peer dengan ukuran

22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32. Warna misellium putih, jika tua mungkin

agak coklat kekuning – kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam –

Page 11: tgs pht problem kentang

hitaman. Konidium berkecambah secara langsung dengan membentuk hifa atau

benang baru. Hifanya berkembang sempurna. Atau secara tidak langsung

membentuk spora kembara, konidium juga dapat disebut sebagai sporangium atau

zoosporangium. Jamur dapat membentuk oospora meskipun agak jarang.

Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia. Ini

adalah sporangia hyalin, berbentuk seperti jeruk nipis, panjang 20-40 m.

Phytopthora memiliki sporangium yang berbentuk bulat telur. (Anonim,2005).

Phytophthora infestans

Fisiologi

Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual. Cara ini

dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi

dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang

mempunyai bulu – bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga

berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet

betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif. 

Daur Hidup Phytopthora

Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada

setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora

kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang

mengadakan infeksi (Rumahlewang, 2008). Ini terjadi ketika berada dalam kondisi

Page 12: tgs pht problem kentang

basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini

akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas,

P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ

tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan

membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya. Jamur

dapat mempertahankan diri dari musim ke musim dalam ubi-ubi yang sakit. Kalau

ubi yang sakit ditanam jamur dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan

membentuk banyak konidium atau sporangium di tunas muda. Demikian ubi-ubi

sakit yang dibuang, dalam keadaan yang cocok dapat bertunas dan menyebabkan

konidium. Karena jamur dapat membentuk oospora, maka mungkin jamur dapat

mempertahankan diri dalam bentuk oospora

Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah

ditemukan (Rumahlewang, 2008), karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya

perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila

terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai

mating type (tipe perkawinan) berbeda (Purwanti, 2002). Inti sel antheridium dan

oogonium akan saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki

oogonium. Mereka akan membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang

menjadi sporangium dan daur hidup secara aseksual akan terulang (Benrud, 2007).

Berbagai macam kondisi untuk pembentukan oospora telah dianalisis. Di bawah

suatu kontrol, oospora diproduksi pada daun kentang pada temperature antara 50-

250C (Govers, F.,dkk., 2007) dan kelembaban yang mendekati 100% kelembaban

relatif, Phytophthora menghasilkan jumlah sporangia yang berlimpah pada

permukaan daun (Anonim1, 2005).

Page 13: tgs pht problem kentang

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

Pembentukan dan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan

suhu, terutama kelembaban. Pada udara kering konidium dapat mati dalam waktu1-

2 jam, sendangkan pada kelembaban 50-80% konidium mati dalam waktu 3-6 jam.

Pada suhu 10-250C kalau ada air konidium membentuk spora kembara dalam waktu

½ - 2 jam, dan spora kembara ini akan membentuk pembuluh kecambah dalam

waktu 2-2,5 jam.

Perkembangan bercak pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18-200C.

Pada suhu 300C perkembangan bercak akan terhambat. Oleh karena itu pada

kentang daratan rendah (kurang dari 500 m dpl) tidak merupakan masalah.

Tahap Patogenesis :

- Inokulum : zoospore atau oospora

- Penetrasi : melalalui lubang alami, luka atau secara langsung

- Infeksi : pathogen mengeluarkan toksin yang dapat mematikan

jaringan tanaman dan memiliki haustorium untuk

menyerap nutrisi yang ada pada tanaman

- Invasi : penyerangan pathogen ini dengan interseluler. Yaitu

melalui

antar dinding sel pada tanaman

- Sporulasi : sporulasi pathogen ini terjadi di dalam sel tanaman yang

terinfeksi.

- Fisiologis yang terganggu : fotosintesis, respirasi, dan transpirasi

Gejala Serangan

Gejala awal busuk batang kentang ditandai dengan perubahan warna hijau

kecoklatan (bercak) pada tangkai, anak daun dan batang. Pada stadium selanjutnya

bercak tersebut akan meluas dan berubah menjadi kehitaman yang selanjutnya

menyebabkan kerusakan jaringan. Dalam keadaan yang parah, rusaknya jaringan

batang akan menyebabkan batang membusuk yang membuat transportasi unsur

hara dari akar ke daun dan sebaliknya menjadi terhambat sehingga pertumbuhan

vegetatif tanaman menjadi tidak normal bahkan bisa menimbulkan kematian. Kalau

suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, berrcak-bercak tadi akan

meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca demikian

berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atas tanah akan mati. Dalam cuaca

Page 14: tgs pht problem kentang

yang kering jumlah bercak terbatas, secara mengering dan tidak meluas. Seperti

halnya busuk batang, Serangan Phytophthora Infestan pada daun kentang, daun-

daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotis pada tepi dan ujungnya. Gelaja

awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan bawah daun,

kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya terjadi pada

daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun-daun yang

lebih muda. Bila serangan menghebat, daun yang kering akan mengeriting dan

mengerut, tetapi bila keadaan udara tetap basah maka daun akan membusuk dan

sering mengeluarkan bau yang tidak enak. Bila udara panas dan kelembaban tinggi

perkembangan penyakit sangat cepat. Seluruh daun akan menghitam, layu dan

menjalar ke seluruh batang. Dalam keadaan lembab, pada sisi bagian bawah daun

akan kelihatan cendawan kelabu, yang terdiri dari conidiophores dengan

konidianya. Akibatnya akan semakin parah, jaringan Daun akan segera membusuk

dan tanaman mati.

Gejala ini cepat sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membinasakan

tanaman, terlebih lagi bila musim hujan tiba. Percikan air akan mengantar spora

cendawan ganas ini kemana-mana. Keganasan cendawan ini ternyata tidak hanya

menimpa daun, umbi pun dimangsanya pula. Kulit umbi yang terserang melekuk

dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat dan busuk.

Praktis umbi tidak laku dijual (Anonim, 2001).

Gejala serangan dari penyakit Phytophthora Infestan

Penyebaran penyakit

Penularan penyakit oleh jamur Phytophthora ini tidak terlepas dari bantuan

angin dan media lain yang bisa membawa sporanya dari tempat satu ke tempat lain.

Apabila spora yang terbawa angin tersebut jatuh pada setetes air pada bagian daun,

maka sporangium akan mengeluarkan spora kembarnya yang dapat berenang

kemudian membentuk bulu kecambah untuk mengadakan infeksi. Terdapat dugaan

Page 15: tgs pht problem kentang

kuat mengungkapkan bahwa jamur mempertahankan diri pada inang yang terdapat

pada daerah pertanaman kentang dan tomat.

Siklus penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans)

B. Alternaria solani

Klasifikasi Patogen

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Sub Divisi : Pezizomycotina

Class : Dothideomycetes

Order : Pleosporales

Genus : Alternaria

Spesies : Alternaria solani

Penyebab penyakit

Bercak kering disebabkan oleh jamur Alternaria solani. Miselium

berwarna cokelat muda, konidiofor tegak, bersekat, dengan ukuran 50-90 x

8-9 µm. Konidium berbentuk gada terbalik, cokelat,berukuran 145 – 370 x

16-18 µm, mempunyai sekat melintang 5-10 buah, dan 1atau lebih sekat

Page 16: tgs pht problem kentang

membujur. Konidium mempunyai paruh (beak) pada ujungnya, paruh

bersekat. Panjang paruh lebih kurang separo dari panjang konidium atau

lebih.

Konidium Alternaria

Gejala

Pada umumnya gejala baru tampak setelah tanaman berumur lebih

dari enam minggu. Mula-mula pada daun-daun yang sudah dewasa terjadi

bercak-bercak kecil yang agak bulat, berbatas jelas, tersebar tidak teratur,

berwarna cokelat tua. Bercak meluas dengan lambat. Kelak bercak bercak

juga terdapat pada daun-daun yang agak muda. Bercak yang telah meluas

berwarna cokelat tua., kering dan mudah dibedakan dari bercak yang

disebabkan oleh penyakit-penyakit lain karena mempunyai cincin-cincin

yang sepusat (konsentris, target board spot). Umbi dapatjuga terserang dan

mempunyai bercak yang berwarna gelap, kering, berkerut, keras, dan agak

mengendap.

Daur Penyakit

Jamur dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit dan

pada tumbuhan-tumbuhan lain. miselium dapat hidup pada daun-daun sakit

selama satu tahun atau lebih, sedang konidium tetap hidup selama 17 bulan

pada suhu kamar. Tumbuhan lain yang dapat menjadi tumbuhan inangnya

adalah tomat, terung, ranti, ( Terung hitam, Solanum ningrum L ), dan

kecubung (Datura stramonium L ).

Dalam biakan murni jamur membentuk konidium dengan suhu

optimum 26,1 o C, suhu maksimum 34,5 o C, dan suhu minimum 1,5 o C.

Setelah disimpan dalam suhu kamar selama 17 bulan, konidium masih

mempunyai gaya tumbuh lebih kurang 10 %. Padda daun yang kering jamur

Page 17: tgs pht problem kentang

dapat bertahan sampai 12-18 bulan. Pembentukan konidium pada umumnya

dimulai bila bercak mempunyai garis tengah lebih kurang 3mm. Konidium

banyak dibentuk pada waktu terdapat banyak embun dan hujan. Konidium

yang dibentuk mudah lepas dan terutama dipencarkan oleh angin. Mungkin

kumbang-kumbang pemakan daun juga dapat membantu pemencaran jamur.

Tahap Patogenesis

- Inokulum : berupa konidia, yang disebarkan oleh percikan air hujan,

angin, atau terbawa serangga.

- Penetrasi : melalui lubang alami (stomata), lentisel (apabila di buah,

rantai, tangkai)

- Infeksi : patogen mengeluarkan toxin (alternarin).

- Sporulasi : terjadi pada tanaman yang terinfeksi

- Bertahan : apabila tidak ada tanaman inang patogen dapat bertahan

di sisa tanaman sakit. Patogen bersifat saprofit fakultatif (kadang

sebagai saprofit)

- Proses fisiologis : fotosintesis, respirasi, tramspirasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Alternaria solani

Penyakit bercak kering umum dijumpai pada pertanaman kentang

terutama di daerah yang mempunyai iklim kering. Penyakit lebih banyak

terdapat pda kentang di tanah yang agak rendah. Pertanaman yang kurang

subur cenderung lebih rentan terhadap penyakit. Daun – daun tua terinfeksi

lebih dahulu, diikuti oleh daun-daun muda yang telah mencapai umur

fisiologi tertentu. Tanaman cenderung menjadi lebih rentan setelah

membentuk ubi.

C. Busuk kering Fusarium ( Fusarium spp )

Klasifikasi

Kingdom : Fungi

Subkingdom : Dikarya

Fillum : Ascomycota

Sub Fillum : Pezizomycotina

Page 18: tgs pht problem kentang

Kelas : Sordariomycetes

Order : Hypocreales

Family : Nectriaceae

Genus : Fusarium

Spessies : Fusarium spp

Penyebab penyakit

Patogen penyebab layu Fusarium, dapat menginfeksi tanaman melalui

benih atau bibit yang terkontaminasi atau pencangkokan tanaman yang

terinfeksi. Sekali menginfeksi, jamur ini akan bertahan selama bertahun-tahun

pada tanah. Perkembangan infeksi dan penyakit layu Fusarium, didukung

oleh suhu tanah yang hangat (260C atau 800 F) dan kelembapan tanah yang

rendah, sedangkan Penyakit layu Verticillium terbentuk pada kondisi tanah

yang relatif dingin ( 12-230C atau 55-750F).

Penyakit disebabkan oleh beberapa jenis fusarium. Yang paling

banyak terdapat adalah fusarium caeruleum. Spesies ini mempunyai konidium

berbentuk sabit, yang umumnya bersekat 3, berukuran 30-40 x 4,4-5,5 µm,

membentuk massa yang berwarna putih, oker atau merah jambu.

Gejala penyakit

Page 19: tgs pht problem kentang

Pada umbi yang disimpan permulaaan serangan fusarium tampak dengan

terbentuknya bercak-bercak berlekuk dan berwarna tua, yang makin lama

makin meluas. Pada permukaannya terdapat miselium berbentuk bantal-

bantal yang berwarna putih sampai berwarna merah jambu dan membentuk

banyak konidium. Bagian ubi yang sakit menjadi kering, berkerut, dan

keras. Sehingga sukar dipotong dengan pisau. Bagian dalam ubi yang sakit

berubah menjadi massa bertepung yang kering. Kila infeksi jamur fusarium

diikuti oleh jasad-jasad sekunder, misalnya bakteri, umbi dapat menjadi

busuk basah.

Daur Penyakit

Tahap Inokulum

Inokulum : berupa konidia, yang disebarkan oleh percikan air hujan, angin,

atau terbawa serangga.

Penetrasi : melalui lubang alami (stomata), lentisel (apabila di buah, rantai,

tangkai)

Infeksi : patogen mengeluarkan toxin (alternarin).

Sporulasi : terjadi pada tanaman yang terinfeksi

Bertahan : apabila tidak ada tanaman inang patogen dapat bertahan di sisa

tanaman sakit. Patogen bersifat saprofit fakultatif (kadang sebagai saprofit)

Proses fisiologis : fotosintesis, respirasi, transpirasi.

Penyebab penyakit ini umumnya Terdapat dalam tanah yang ditanami

kentang. Infeksi terjadi melalui luka-luka yang terdapat pada kulit kentang,

misalnya luka-luka yang terjadi secara mekanis selama panenan dan sortasi,

karena serangga, nematoda, jamur, dan juga luka-luka karena terbakar

matahari. Tetapi jamur fusarium juga dapat mengadakan infeksi pada umbi

yang utuh dengan melalui lentisel dan jaringan yang lemah disekitar tunas.

Di dalam gudang penularan berlangsung agak lambat, terjadi karena adanya

kontak antara ubi yang sehat dengan yang sakit,atau dengan perantaraaan

konidium jamur.

Faktor-faktor yang mem pengaruhi penyakit

Page 20: tgs pht problem kentang

Intensitas penyakit dalam gudang dibantu oleh suhu penyimpanan yang

relatif tinggi, cahaya yang lebih dari 50%, dan penyimpanan yang lebih dari

4bulan. I Adanya luka-luka pada umbi membantu infeksi. Kentang yang

dipanen setengah tua (96-100 hari) lebih rentan terhadap serangan fusarium

daripada yang dipanen tua (120 hari). (Suhardi, komunikasi pribadi ).

D. Hama Liriomyza huidobrensis

Klasifikasi Hama

Nama Lokal : Hama penggorok daun

Nama Internasional : Leaf miner

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Family : Agromyzidae

Genus : Liriomyza

Spesies : Liriomyza huidobrensis

Gambar hama Liriomyza huidobrensis pada kentang

Biologi Hama

Hama pengorok daun yang menyerang tanaman kentang termasuk dalam

spesies Liriomyza huidobrensis. Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran

sekitar 2 mm, fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Telur berukuran 0,1- 0,2

mm, berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun. Larva berukuran 2,5

mm, tidak mempunyai kepala atau kaki. Pupa terbentuk di dalam tanah. Larva akan

merusak tanaman dengan cara menggorok daun sehingga yang tinggal bagian

epidermisnya saja. Serngga dewasa merusak dengan menusukkan ovipositornya

saat meletakan telur dan mengisap cairan daun.

Page 21: tgs pht problem kentang

Gejala Serangan

Pada daun nampak bintik-bintik cokelat sebagai akibat tusukan ovipositor

lalat betina saat menghisap cairan sel daun tanaman dan meletakan telur di dalam

jaringan daun. Kerusakan selanjutnya adalah terlihatnya lubang kerokan dalam

daun yang disebabkan oleh larva. Pada serangan parah daun tampak berwarna

merah kecoklatan. Akibatnya seluruh pertanaman hancur.

Gejala serangan

Tanaman Inang

Liriomyza sp. merupakan hama yang bersifat polifag yang menyerang

tanaman sayuran dari famili Solanaceae, Cruciferae, Cucurbitaceae, Leguminoceae,

Liliaceae, Umbeliferae,Chenopodiaceae, Amaranthaceae, dan Compositae. Selain

sayuran juga menyerang tanaman hias seperti gerbera, krisan dan berbagai gulma

seperti babadotan, sawi tanah, senggang, bayam liar dan sejenisnya.

Pengendalian

a. Musuh Alami

Musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama penggorok

daun pada kentanng antara lain :

1. Hemiptarsenus varicorni

H. varicornis (Hymenoptera : Eulophidae) merupakan parasitoid penting

pada hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat di temukan di seluruh

areal pertanamzn kentang yang terserang L. huidobrensis. Tingkat parasitasi H.

varicornis terhadap L. huidobrensis pada tanaman kentang, kacang-kacangan,

seledri, tomat dan caisin rata-rata adalah 37,33%; 40,63%; 35,71%; 24,69% dan

31,68%. Nisbah kelamin antara jantan dan betina adalah 1,5 : 1 (Setiawati dan

Suprihatno, 2000).

Page 22: tgs pht problem kentang

Siklus hidup H. varicornis berkisar antara 12-16 hari. Masa telur, larva dan

pupa masing-masing 1-2 hari, 5-6 hari, dan 6-8 hari. Masa hidup betina berkisar

antara 88-22 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 24-42 butir

(Hindrayani dan Rauf, 2002. dalam A.S. Duriat et al. 2006).

varicornis hemiptarsenus

2. Opius sp.

Opius sp merupakan parasitoid penting hama L. huidobrensis. Telur

berbentuk lonjong, dengan salah satu bagian ujungnya sedikit lebih membengkak

dibandingkan dengan ujung yang lain. Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari.

Masa telur, larva dan pupa masing-masing 2, 6, dan 6 hari. Satu ekor betina mampu

menghasilkan telur sebanyak 49-187 butir. Instar yang paling cocok untuk

perkembangan parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3. Pada instar tersebut masa

perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang dihasilkan lebih banyak

dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan betina adalah

1:1 (Rustam et a.l, 2002. dalam A.S. Duriat et al., 2006).

Opius sp.

b. Kultur teknis

Cara ini dilakukan dengan menerapkan budidaya tanaman sehat yang meliputi :

-         Penggunaan varietas yang tahan

-         Sanitasi yaitu dengan membersihkan gulma

-         Pemupukan berimbang

-         Menimbun bagian-bagian tanaman yang terserang

Page 23: tgs pht problem kentang

c. Mekanis

Pemangkasan daun-daun yang terserang dan daun bagian bawah yang telah tua.

Larva dikumpulkan dari sekitar tanaman yang rusak kemudian dimusnahkan.

Pemasangan yellow sticky trap dengan membentangkan kain kuning (lebar 0,9 m

x panjang sesuai kebutuhan atau 7 m, untuk setiap lima bedengan memanjang)

berperekat di atas tajuk tanaman kentang (Baso et al. 2000). Goyangkan pada

tanaman membuat lalat dewasa beterbangan dan terperangkap pada kain kuning.

d. Biologis

Dengan memanfaatkan musuh alami

Penggunaan ekstrak biji mimba (Azadirachta indica).

e. Kimia

Sebelum aplikasi insektisida dilakukan pemantauan OPT dan aplikasinya

apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri

Pertanian untuk OPT gerbera belum ada, namun demikian untuk sementara

dapat menggunakan insektisida seperti insektisida Neem azal T/S Azadirachtin 1

% (Baso et al., 2000 dalam A.S Duriat et al., 2006) atau Trigad 75 WP, Agrimec

18 EC (Novartis, 1998 dalam A.S. Duriat et al., 2006).

f. Karantina

Tidak membawa bibit dari daerah endemik ke daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/hawar-daun-phytophthora-infestans.html

http://z47d.wordpress.com/2009/01/01/hama-liriomyza-huidobrensis-pada-tanaman-kentang/

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Utama Kentang

Survei/Infentarisasi (1990/1991)

• Hama utama tanaman kentang di propinsi Jatim adalah P. operculella, T. palmi

dan M. persicae.

• Penyakit utama kentang di propinsi Jatim adalah cendawan P. infestans,

Alternaria solani, Fusarium solani, Pseudomonas solanacearum dan bermacam-

macam virus.

Page 24: tgs pht problem kentang

• Nematoda parasit utama kentang di propinsi Jatim adalah Meloidogyne sp

(bengkak akar), Pratylenchus spp (peluka akar) dan Rotylenchulus neniparnus.

Pengendalian secara Kultur Teknik

• Jarak kentang yang lebih rapat (60 x 25 cm) dari anjuran (70 x 30 cm) tidak

mempengaruhi tingkat populasi dan kerusakan tanaman oleh hama/penyakit serta

bobot hasil kentang.

• Tanaman jagung sampai dengan 2 baris dapat berfungsi sebagai barier

hama/penyakit.

• Penggunaan mulsa plastik tidak berpengaruh terhadap tingkat populasi M.

persicae, T. palmi dan serangan penyakit P. infestans, tetapi pada stadia tanaman

tertentu dapat menekan tingkat kerusakan daun dan umbi oleh hama P.

operculella.

• Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan serangan bakteri layu

P. solanacearum dan menurunkan hasil umbi terpasarkan sebesar 15-33%.

• Pemulsaan dengan jerami berpengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil umbi

kentang terpasarkan sampai sekitar 23%. Peningkatan dapat mencapai 36%

apabila mulsa jerami di kombinasikan dengan sanitasi.

• Sanitasi pratanam mampu mengurangi intensitas serangan P. solanacearum, tetapi

tidak mampu menekan serangan P. operculella. Sanitasi pratanam dapat

meningkatkan hasil umbi kentang terpasarkan sampai 23%.

PHT (ARM 1990/1991)

Teknologi PHT kentang dapat meningkatkan hasil kentang terpasarkan hingga 3

x lipat dari hasil yang dicapai teknologi petani kentang setempat. Teknologi PHT

kentang dapat menekan infetasi serangan hama dan penyakit yang merupakan OPT

kentang setempat. Evaluasi terhadap hasil penelitian memberikan gambaran umum

menyangkut status, perkembangan dan peluang perbaikan program.

Penyakit dapat dikelola dengan melakukan beberapa usaha secara terpadu yaitu

dengan :

Pengendalian PHT :

Page 25: tgs pht problem kentang

1. Hanya menanam ubi-ubi benih (bibit) yang sehat. Sebaiknya tidak mengambil

bibit atau benih dari pertanaman yang berpenyakit. Bibit yang ditanam

hendaknya diperoleh dari penjual benih/bibit yang dapat dipercaya. Bibit yang

sehat tentunya akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan tanaman

kentang itu sendiri. Mengingat umbi yang terinfeksi penyakit dapat menularkan

penyakit dan mengakibatkan meluasnya kerusakan baik di lahan maupun

digudang, penggunaan ubi sehat sangat mutlak diperlukan. Bila ada hasil panen

ubi yang terinfeksi harus segera dimusnahkan, jangan sampai digunakan untuk

bibit kembali.

2. Penggunaan varietas resisten

Penanaman varietas kentang yang tahan. Di antara varietas-varietas yang

pernah ditanam di Indonesia, Bavelander, Populair, Profijit, dan Gloria kurang

rentan. Varietas-varietas yang didaerah beriklim sedang mempunyai ketahanan

tinggi, ternyata di sini menjadi rentan. Varietas-varietas yang dianjurkan karena

tahan terhadap penyakit daun adalah Cipanas, Donata, Thung 151C, dan Rapan

106. Diantara varietas-varietas baru Rapan 106 adalah yang paling tahan,

Thung 151C, dan Draga adalah tahan. Estima mempunyai ketahanan sedang,

Desiree dan Baraka adalah rentan (Boss dan Sulaeman, 1977). Tetapi ketahanan

tadi adalah khusus terhadap ras phytophtora infestans tertentu, sehingga

ketahanan tersebut sangat goyah. Dengan demikian penanaman varietas-

varietas tahan tersebut masih memerlukan bantuan fungisida. Jenis kentang

yang banyak dianjurkan adalah Cosima, Segunung, Merbabu 17, Granola, HPS,

Cipanas, Atjimba dan Desire.

Untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit daun phytophtora infestans

dan penyakit layu dilakukan penyilangan-penyilangan antara varietas-varietas

kentang konsumsi dengan varietas-varietas kentang liar (Solanum demissum, S.

acaule, S. antipoviczii, dll)

3. Kultur teknis

- Rotasi tanam

Rotasi tanaman sebaiknya dilakukan dengan tanaman yang tidak sefamili

misalnya kentang dengan kubis atau kentang dengan bawang-bawangan.

- Sanitasi lahan

Page 26: tgs pht problem kentang

Sanitasi lahan adalah upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan

pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Pembersihan lahan dari

vegetasi lain yang dapat berpotensi menjadi tanaman inang untuk

organisme ini.

- Penentuan lokasi/kesesuaian lahan

Sebelum melakukan pertanaman sebaiknya memilih lokasi yang sesuai

dengan pertumbuhan kentang namun tidak sesuai dengan perkembangan

patogen. Dan kita un harus memahami sejarah lahan yang ada, supaya kita

dapat meramalkan jenis OPT apa saja yang terkandung di dalam tanah.

- Menerapkan teknik budidaya yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dan

menekan pertumbuhan patogen. Misalnya jarak tanam, menanam dengan

cara tumpang sari dengan tanaman yang tidak sefamili,

4. Fisik

Memusnahkan tanaman kentang yang terinfeksi atau terserang patogen ini

dengan cara membakarnya. Jangan biarkan tanaman yang telah terinfeksi tetap

berada di pertanaman, karena itu dapat menjadi sumber inokulum penyakit

tersebut.

5. Biologi

Pengendalian secara biologi dapat lakukan dengan biopestisida. Biopestisida

adalah semua bahan hayati baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau semua

protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan OPT. Dalam hal ini

biopestisida yang digunakan untuk mengendalikan patogen phytopthora adalah

biofungisida. Biofungisida adalah semua jenis organisme hidup yang dapat

digunakan untuk mengendalikan jamur yang berperan sebagai OPT. Untuk

mengendalikan Phytophtora spp. dapat menggunakan mikroorganisme Phytium

oligandrum yang dapat menyerang patogen secara agresif dengan memproduksi

toxin untuk menyerang jamur lain yang dapat menjadi inhibitor selulosa yang

seharusnya tersedia untuk pertumbuhan koloni Phytopthora spp.

6. Kimiawi

- Alami

Berikut ini merupakan fungisida alami yang dapat digunakan adalah :

1. Nimba

2. Ubi jalar

Page 27: tgs pht problem kentang

3. Bawang Putih

4. Pepaya

- Sintetik

Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa untuk mengatasi serangan

jamur seperti ini dapat ditanggulangi dengan fungisida berbahan aktif

tembaga. Fungisida tembaga melindungi tanaman dari penyakit dengan

cara sebagai berikut: bila terkena air, ion tembaga akan dilepas dari

partikel fungisida kemudian akan terjadi kontak dengan cara masuk atau

penetrasi dalam dinding sel jamur atau bakteri. Jamur dan bakteri yang

terpenetrasi akan mati karena tembaga bersifat racun. Kocide 54WDG

merupakan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida pilihan tepat

untuk menanggulangi sekaligus mencegah terjadinya serangan penyakit

ini. Fungisida ini bekerja secara kontak dengan mematikan jamur dan

bakteri yang berada di permukaan tanaman dan mampu melindungi

tanaman. Dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 54% dan formulasi

baru yaitu WDG membuat fungisida ini lebih aman bagi tumbuhan.

Perlu diketahui pula bahwa tidak semua fungisida tembaga memiliki

karakteristik dan daya kendali yang sama karena yang menentukan efikasi

biologinya diantaranya : ketersediaan ion Cupri (Cu++) bukan ion cupro

(Cu+), kemudian penutupan yang seragam pada permukaan tanaman, dan

terakhir tenacity (kekuatan daya rekat) serta tetention (lama waktu lekat).

Berdasarkan tiga kriteria seperti itu fungisida Kocide 77WP dan Kocide 54

WDG memiliki nilai yang lebih tinggi, artinya semua kriteria yang

diinginkan telah terpenuhi. Baik Kocide 77WP maupun Kocide 54WDG

mempunyai kemampuan utnuk melepaskan ion cupri lebih banyak

dibandingkan produk serupa.

Ada beberapa alasan mengapa fungisida tembaga masih terus

digunakan di seluruh dunia diantaranya : (1) fungisida tembaga diketahui

sangat baik untuk mencegah penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur

dan bakteri, (2) tidak menyebabkan resistensi pada jamur dan bakteri, (3)

relatif lebih aman untuk tanaman, (4) aktivitas residu yang diaplikasikan

terakhir lebih lama, (5) relatif tidak larut dan tidak mudah hanyut oleh air

hujan atau mempunyai daya rekat yang kuat (6) volatilitas sangat rendah (7)

Page 28: tgs pht problem kentang

dapat dicampur dengan agrochemical lain dan terakhir penggunaannya

ekonomis.

Hadirnya Kocide 54WDG merupakan alternatif dari fungisida

Kocide 77WP maupun Kocide 60WDG dengan kararteristik yaitu memiliki

kandungan tembaga hidroksida sebanyak 54% atau setara 34% Cu,

formulasi WDG dengan ukuran partikel lebih kecil dan tidak menimbulkan

debu saat aplikasi, tingkat kelarutan lebih dari 80%, pelepasan ion Cu2+

dilakukan secara perlahan sehingga tidak menimbulkan kebakaran pada

tanaman meskipun digunakan dalam dosis tinggi.

Setelah mengetahui pentingnya tembaga hidroksida dalam

membasmi maupun mencegah serangan jamur termasuk diantaranya adalah

Phytophthora, kita pun sadar akan pentingnya upaya pengendalian tanaman

dan menjaga tanaman kita agar tetap sehat. Kocide 54WDG, dengan

formula baru dan dosis yang sesuai mampu mengendalikan serangan

Phytophthora serta aman bagi tanaman.

Monitoring

Monitoring secara teratur di lahan oleh pengamat atau petani sendiri adalah faktor kunci

untuk membuat keputusan. Pemantauan yang dibekali pengetahuan untuk identifikasi

hama, ambang ekonomi, dan teknik pengelolaan akan menjurus ke implementasi yang

efektif proyek pengelolaan OPT.

Menemukan kehadiran patogen

1. Langsung pada permukaan tanaman : melihat apakah ada bagian tanaman yang

terinfeksi penyakit ataupun yang terserang hama. Sebagai contoh gejala awal

busuk batang kentang ditandai dengan perubahan warna hijau kecoklatan

(bercak) pada tangkai, anak daun dan batang. Maka langkah pengendalian harus

dilakukan secara cepat dan efektif untuk menghentikan penyebaran ke arah

selanjutnya yang lebih parah.

2. Menggunakan Lup : beberapa hama yang dapat dilihat dengan bantuan lup

adalah hama yang berukuran kecil, seperti kutu daun, dan pada penyakit bercak

kering alternaria solani gejala awal menunjukkan daun-daun yang sudah dewasa

Page 29: tgs pht problem kentang

terjadi bercak-bercak kecil yang agak bulat, berbatas jelas, tersebar tidak teratur,

berwarna cokelat tua.

3. Menggunakan mikroskop cahaya : patogen yang berukuran kecil dapat diamati

dengan bantuan mikroskop, supaya objek dapat terlihat lebih jelas. Kebanyakan

patogen golongan jamur memerlukan kelembapan yang tinggi, untuk itu

jaringan perlu dilembabkan terlebih dahulu, baru kemudian diambil struktur

patogennya untuk diamati. Sering struktur yang dijumpai hanya misellium,

untuk itu perlu digunakan vitamin atau mineral tertentu supaya jamur dapat

membentuk struktur yang dikehendaki dalam diagnosis. Misellium jamur

Phytophthora akan dapat membentuk sporangium apabila diletakkan dalam liset

tanah.

4. Pemerikasaan contoh tanah: untuk mengetahui populasi kehadiran nematoda

seperti Meloidogyne spp.

Pengamatan dilakukan tiap minggu

Cara penarikan contoh: bentuk U atau sistem diagonal

Jumlah tanaman contoh: 10 tanaman setiap 0,2 ha atau 50 tanaman/ha.

Pengamatan tanaman contoh: populasi larva P. operculella, nimfa M. Persicae

dan T. palmi. Hitung jumlah bercak aktif P. infestans pada tanaman contoh.

Serta presentase tanaman terserang layu bakteri perpetak contoh.

Analisis vegetasi dan pengambilan sampling

Intensitas Penyakit

n x zIntensitas Penyakit = x 100 %

N X Z

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang mempunyai nilai skor yang sama

z : Nilai skor

N : Jumlah total sampel yang diamati

Z : Nilai skor tertinggi

Page 30: tgs pht problem kentang

Dalam perhitungan skoring dapat dilakukan skala daun atau tanaman tergantung

jenis tanaman, jenis penyakit dan jumlah sampel. Pada pengamatan yang dilakukan

perhitungan skoring dilakukan per tanaman karena jumlah sampel yang diambil

berada dalam jumlah yang cukup banyak dan jumlah daun dalam tanaman juga

banyak. Untuk pengamatan intensitas penyakit pada lahan atau di lapangan

mengingat jumlah tanaman dalam suatu area begitu besar maka tidak memungkinkan

melakukan penngukuran intensitas penyakit pada setiap tanaman. Oleh katena itu

perlu dipilih beberapa sampel tanaman yang memwakili keseluruhan tanaman.

Cara pengambilan sampel yang sering dilakukan addalah pengambilan sampel secara

sistematis tata letak sampelnya tergantung dari bentuk lahan atau barisan tanamannya

apabila lahannya relatif luas dan berbentuk persegi empat maka tata letak sampel

dapat menggunakan model horizontal namun apabila bentuk lahannya sempit

memanjang maka sampel dapat diambil dengan mengikuti lajur atau deretan tanaman

(row). Pada pengamatan kali ini kami menggunakan model horizontal.

Produksi kentang

kentang adalah tanaman terpenting nomor empat di dunia setelah gandum, padi

dan jagung. Data terakhir dari FAO (2002) menunjukkan bahwa produksi kentang dunia

pada tahun 2002 mencapai 311 juta ton dan diusahakan pada luasan lahan sekitar 19 juta

hektar (Tabel 1). Perkembangan terakhir juga menunjukkan bahwa China adalah negara

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

Page 31: tgs pht problem kentang

produsen kentang terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 21%, diikuti oleh Rusia

Federasi dengan kontribusi sekitar 10%. Kentang merupakan tanaman non-sereal

terpenting di dunia dan 35% dari produksi total dunia berasal dari negara-negara

berkembang. Komoditas ini merupakan makanan pokok bagi lebih kurang 500 juta

konsumen di dunia dan diperkirakan peranannya dalam menu makanan harian penduduk

miskin akan semakin meningkat (CIP, 2000).

Tabel 1 Areal panen, produksi dan produktivitas kentang dunia serta lima negara

penghasil terbesar

Page 32: tgs pht problem kentang

Ketahanan pangan tanaman kentang

Pengendalian komprehensif berdasarkan analisis agroekosistem

1. Budidaya tanaman sehat

Penggunaan bibit kentang yang sehat dan kalau ada yang toleran terhadap P.

operculella, P. infestans dan R. solanaceanum.

Untuk produksi bibit tanaman kentang dilakukan di tempat yang terisolasi.

Page 33: tgs pht problem kentang

Penanaman tanaman penolak di pinggiran untuk mengurangi serangan

hama, seperti tanaman kubis, petsai, tagetes, dan bawang daun.

Beberapa tanaman indikator nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.)

seperti Ageratum spp. dimusnahkan. Pemerikasaan contoh tanah untuk

mengetahui populasi nematoda. Nematisida seperti karbopuran digunakan

jika populasi Meloidogyne spp. 300 larva/kg tanah.

Buatlah guludan setinggi 40 cm

Pemupukan berimbang: pupuk kandang sapi (30 t/ha) atau pupuk kandang

ayam (15 t/ha), pupuk buatan N (200kg/ha urea + 400 kg/ha ZA), P2O5

(250 kg.ha TSP) dan K2O (300 kg/ha KCl)

Penggunaan mulsa plastik berwarna hitam perak

2. Pengendalian hayati

Pelepasan parasitoid Hemiptarsenus varicornis untuk mengendalikan hama

L. Huidobrensis.

Pelepasan kumbang Coccinelia spp dan Aphidius sp. untuk mengendalikan

kutu daun persik (M. persicae)

3. Penggunaan perangkap OPT

Untuk P. operculella: perangkap feromonoid seks (PTM1 + PTM2); 40

perangkap/ha.

Untuk L. Huidobrensis: perangkap lekat berwarna kuning atau putih; 40

buah/ha

4. Pengamatan mingguan

Cara penarikan contoh: bentuk U atau sistem diagonal

Jumlah tanaman contoh: 10 tanaman setiap 0,2 ha atau 50 tanaman/ha.

Pengamatan tanaman contoh: populasi larva P. operculella, nimfa M.

Persicae dan T. palmi. Hitung jumlah bercak aktif P. infestans pada

tanaman contoh. Serta presentase tanaman terserang layu bakteri perpetak

contoh.

5. Pengendalian secara kimiawi

Gunakan pestisida yang selektif jika populasi hama dan penyakit mencapai

ambang pengendalian:

Ambang pengendalian P. operculella; 2 larva/tanaman contoh

Ambang pengendalian M. persicae; 0,3 nimfa/daun contoh

Ambang pengendalian T. palmi; 10 nimfa/daun contoh

Page 34: tgs pht problem kentang

Meliodogyne spp; 300 larva/kg contoh tanah

Ambang pengendalian P. infestans; 1 bercak aktif/10 tanaman contoh

Strategi alternatif jenis fungisida:

Kontak(K)-K-Sistemik(S)-K-K-dst.

Penggunaan pestisida sistemik (S), misalnya: Previcur N, maksimal empat

kali permusim.