kementerian keuangan republik indonesia … pengenaan pbb... · - 5 (2) objek pajak pbb panas bumi...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 11 /PJ/2012
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN
MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN PANAS BUMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang : a. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk pertambangan minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (5), Pasal 8 ayat (3), Pasal 13 ayat (11), dan Pasal 15 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/ PMK.03/ 2012 tentang Penatausahaan dan Pemindahbukuan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi;
c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indone sia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);
4. Undang-
- 2
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5173);
7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 817/KMK.04/ 1991 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pendataan Obyek dan Subyek Pajak Bumi dan Bangunan;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/ PMK.03 /2012 tentang Penatausahaan dan Pemindahbukuan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN PANAS BUMI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan:
1. Pengenaan adalah kegiatan menetapkan Wajib Pajak dan besarnya pajak terutang untuk Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang selanjutnya disebut PBB Migas, adalah Pajak Bumi dan Bangunan atas bumi dan/ atau bangunan yang berada di dalam Wilayah Kerja atau sejenisnya terkait pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
3. Pajak
3. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Panas Bumi, yang selanjutnya disebut PBB Panas Bumi, adalah Pajak Bumi dan Bangunan atas bumi dan/ atau bangunan yang berada di dalam Wilayah Kerja atau sejenisnya terkait pertambangan Panas Bumi yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh pengusaha Panas Bumi.
4. Kontraktor Kontrak Kerja Sama, yang selanjutnya disingkat KKKS, adalah badan usaha atau bentuk usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan Eksplorasi dan Eksploitasi pada suatu Wilayah Kerja berdasarkan kontrak kerja sama.
5. Pengusaha Panas Bumi adalah Pertamina atau perusahaan penerusnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kontraktor kontrak operasi bersama (joint operation contract), dan pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi.
6. Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi.
7. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, di Wilayah Kerja atau sejenisnya.
8. Eksploitasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, dari Wilayah Kerja atau sejenisnya.
9. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa • fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak Bumi dan Gas Bumi.
10. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, termasuk antara lain gas metan batubara (coal bed methane).
11. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
12. Areal Produktif adalah areal yang telah diusahakan atau areal yang telah dimanfaatkan untuk mengambil dan menunjang hasil produksi.
13. Areal Belum Produktif adalah areal yang dapat diusahakan tetapi belum dimanfaatkan.
14. Areal
- 4
14. Areal Tidak Produktif adalah areal yang sama sekali tidak dapat diusahakan atau dimanfaatkan.
15. Areal Emplasemen adalah areal yang di atasnya dimanfaatkan untuk berdirinya bangunan penambangan dan bangunan penunjang, tidak termasuk areal produktif dan areal belum produktif.
16. Areal Pengaman adalah areal yang dimanfaatkan sebagai pengamanan bangunan, seperti jalur pipa dan/atau keselamatan lingkungan.
17. Tubuh bumi Eksplorasi adalah tubuh bumi yang memiliki potensi Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau Panas Bumi.
18. Tubuh bumi Eksploitasi adalah tubuh bumi yang telah menghasilkan hasil produksi berupa Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/ atau Panas Bumi.
19. Angka Kapitalisasi adalah angka pengali yang digunakan untuk mengonversi hasil produksi yang terjual setahun menjadi nilai bumi untuk tubuh bumi.
20. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.
21 Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, yang selanjutnya disebut SPOP, adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi ke Direktorat Jenderal Pajak.
22. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, yang selanjutnya disebut LSPOP, adalah formulir yang dipergunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk melaporkan data bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
23. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya disingkat SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya PBB yang terutang kepada Wajib Pajak.
Pasal 2
(1) Objek pajak PBB Migas adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam Wilayah Kerja atau sejenisnya terkait pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang diperoleh haknya, dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh KKKS.
(2) Objek
- 5
(2) Objek pajak PBB Panas Bumi adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam Wilayah Kerja atau sejenisnya terkait pertambangan Panas Bumi yang diperoleh haknya, dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh Pengusaha Panas Bumi.
Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), terdiri dari:
a. permukaan bumi, meliputi tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore), dan/atau perairan lepas pantai (offshore), yang digunakan untuk kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi;
b. tubuh bumi yang berada di bawah permukaan bumi.
(4) Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada areal onshore dan/atau areal offshore.
Pasal 3
(1) Permukaan bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a untuk areal onshore meliputi: a. Areal Produktif; b. Areal Belum Produktif; c. Areal Tidak Produktif; d. Areal Emplasemen; dan e. Areal Pengaman.
(2) Tubuh bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b berupa:
a. Tubuh bumi Eksplorasi; atau b. Tubuh bumi Eksploitasi.
Pasal 4
(1) Subjek pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi adalah KKKS atau Pengusaha Panas Bumi, yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/ atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan/ atau Gas Bumi, atau Panas Bumi dalam Wilayah Kerja pertambangan atau yang sejenis dengan itu.
(2) Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar PBB Migas atau PBB Panas Bumi menjadi Wajib Pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi.
Pasal 5
(1) Subjek pajak atau Wajib Pajak melakukan pendaftaran objek pajak atau pemutakhiran data objek pajak PBB Migas
atau
(3)
- 6
atau PBB Panas Bumi dengan cara mengisi SPOP dan LSPOP, dengan jelas, benar, dan lengkap, serta dilampiri peta Wilayah Kerja.
(2) SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. SPOP dan LSPOP Onshore PBB Migas, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
b. SPOP dan LSOP Offshore PBB Migas, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
c. SPOP Tubuh Bumi PBB Migas, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
d. SPOP dan LSPOP PBB Panas Bumi, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
e. SPOP Tubuh Bumi PBB Panas Bumi, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
f. Rekapitulasi SPOP PBB Migas, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; dan
g. Rekapitulasi SPOP PBB Panas Bumi, dengan format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
SPOP harus ditandatangani oleh subjek pajak atau Wajib Pajak, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau Wajib Pajak, harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
Pasal 6
(1) Subjek pajak atau Wajib Pajak harus menyampaikan SPOP dan LSPOP yang telah diisi dengan jelas, benar, dan lengkap, serta ditandatangani, kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib Paj ak .
(2) Tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tanggal diterima secara langsung, dalam hal SPOP dan LSPOP diterima secara langsung oleh subjek pajak atau Wajib Pajak; atau
b. tanggal stempel pos pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP dikirim oleh Direktur Jenderal Pajak melalui pos.
(3) Dalam
(3)
(3) Dalam hal tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tanggal sebelum 1 Januari tahun pajak, maka tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP adalah tanggal 1 Januari tahun pajak.
(4) Tanggal disampaikannya SPOP dan LSPOP kepada Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tanggal diterima secara langsung, dalam hal SPOP dan LSPOP disampaikan secara langsung kepada Direktur Jenderal Pajak; atau
b. tanggal stempel pos pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP disampaikan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak melalui pos.
Pasal 7
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal: a. subjek pajak atau Wajib Pajak tidak me'nyampaikan
SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat tegoran; atau
b. subjek pajak atau Wajib Pajak menyampaikan SPOP dan LSPOP namun berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang seharusnya terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP dan LSPOP yang disampaikan.
(2) Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak.
Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terutang yang dihitung berdasarkan SPOP dan LSPOP, ditambah sanksi administratif berupa denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih pajak yang terutang.
Pasal 8
(1) Pengadministrasian data objek PBB Migas untuk areal onshore dan PBB Panas Bumi dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan wilayah kabupaten/kota atau wilayah DKI Jakarta, yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, atau Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk dalam hal terdapat lebih dari satu Kantor Pelayanan Pajak dalam satu kabupaten/kota.
(3)
t_ (2) Pengadministrasian ...
(2) Pengadministrasian data objek PBB Migas untuk areal offshore dan tubuh bumi dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk.
Pasal 9
(1) Dasar Pengenaan PBB Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi adalah NJOP.
(2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil penjumlahan antara NJOP bumi dan NJO1? bangunan.
(3) NJOP bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk: a. areal onshore atau areal offshore merupakan hasil
perkalian antara total luas areal yang dikenakan dengan NJOP bumi per meter persegi; dan
b. tubuh bumi Eksplorasi dan tubuh bumi• Eksploitasi merupakan hasil perkalian antara luas Wilayah Kerja dengan NJOP bumi per meter persegi.
(4) NJOP bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP Bumi.
(5) NJOP bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil perkalian antara total luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi.
(6) NJOP bangunan per meter persegi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP Bangunan.
Pasal 10
(1) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) untuk: a. areal onshore merupakan hasil pembagian antara total
nilai bumi dengan total luas areal onshore; b. tubuh bumi Eksploitasi merupakan hasil pembagian
antara nilai bumi untuk tubuh bumi Eksploitasi dengan luas Wilayah Kerja; dan
c. areal offshore dan tubuh bumi Eksplorasi ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(2) Total nilai bumi untuk areal onshore sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan jumlah dari perkalian luas masing-masing areal dengan nilai bumi per meter persegi masing-masing areal.
(3) Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang berupa :
a. Areal ... t_
- 9
a. Areal Belum Produktif dan Areal Emplasemen, ditentukan melalui perbandingan harga tanah sejenis; dan
b. Areal Produktif, Areal Tidak Produktif, dan Areal Pengaman, ditentukan melalui penyesuaian terhadap nilai bumi per meter persegi untuk Areal Belum Produktif.
(4) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c untuk areal offshore ditentukan dengan mempertimbangkan rata-rata nilai bumi untuk areal daratan terdekat dengan areal offshore di wilayah Indone sia.
( 5 ) Nilai bumi untuk tubuh bumi Eksploitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara:
a. Angka Kapitalisasi, hasil produksi, dan harga produksi Minyak Bumi dan/atau harga produksi Gas Bumi, untuk PBB Migas;
b. Angka Kapitalisasi, hasil produksi, dan harga produksi uap dan/atau harga produksi listrik, untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya dikelola sendiri oleh Pengusaha Panas Bumi; atau
c. Angka Kapitalisasi, hasil produksi, dan harga produksi uap, untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya tidak dikelola sendiri oleh Pengusaha Panas Bumi.
(6) Angka Kapitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Nilai bangunan per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) merupakan hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan total luas bangunan.
(8) Total nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan.
Nilai bangunan masing-masing bangunan ditentukan sebesar biaya pembangunan baru setelah dikurangi penyusutan.
Pasal 11
(1) Harga produksi minyak bumi, harga produksi gas bumi, harga produksi uap, dan harga produksi listrik, yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk penetapan NJOP PBB Migas dan NJOP PBB Panas Bumi ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan besaran harga yang digunakan dalam APBN/APBN Perubahan.
(2) Dalam hal Menteri Keuangan tidak menetapkan harga produksi minyak bumi, harga produksi gas bumi, harga
produksi
(7)
(9 )
- 10 -
produksi uap, dan harga produksi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka harga produksi untuk: a. Minyak Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (5) huruf a, ditentukan berdasarkan harga minyak mentah Indonesia yang ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan tahun sebelum tahun pajak;
,
b. Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) huruf a, ditentukan sebesar 17,96% dari harga minyak mentah Indonesia yang ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan tahun sebelum tahun pajak; dan
c. uap dan/atau listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) huruf b dan huruf c, ditentukan berdasarkan rata-rata harga kontrak yang berlaku.
Pasal 12
(1) Hasil produksi Minyak Bumi yang digunakan sebagai dasar penentuan nilai bumi adalah sebesar volume Minyak Bumi yang terjual (lifting) dalam satu tahun sebelum tahun pajak.
(2) Hasil produksi Gas Bumi yang digunakan sebagai dasar penentuan nilai bumi adalah sebesar volume Gas Bumi yang terjual (lifting) dalam satu tahun sebelum tahun pajak.
Hasil produksi Panas Bumi yang digunakan sebagai dasar penentuan nilai bumi adalah sebesar energi uap dan/atau listrik yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak.
Pasal 13
(1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, membuat usulan nilai bumi dan/atau nilai bangunan berdasarkan SPOP dan LSPOP, dan menyampaikannya kepada Kepala KantOr Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
(2) Berdasarkan hasil penelitian atas usulan nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan.
Pasal 14
(1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menetapkan besarnya pajak terutang atas PBB Migas atau PBB Panas Bumi sesuai dengan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), dengan menerbitkan SPPT paling lambat akhir bulan April tahun pajak.
(2) SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. SPPT onshore;
b. SPPT offshore;
c. SPPT tubuh bumi.
(3) Kepala
(3)
KTUR JENDERAL PAJAK,
D RAHMANY 0. 95411111981121001
(3) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyampaikan SPPT, salinan SPPT, dan rekapitulasi penerbitan SPPT kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat akhir bulan Mei tahun pajak.
Pasal 15
SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau Wajib Pajak sebelum Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku, tetap dapat dipergunakan.
Pasal 16
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-71/PJ/2010 tentang Tata Cara Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya. dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2012
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 11 /PJ/ 2012
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI,
GAS BUMI, DAN PANAS BUMI
t
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
2. NOP
No Formulir
I
LAMPIR&N I Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- 11 /PJ/2012 Tanggal : 20 Apri1 2012
Kode: N -1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
TAHUN
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
21. RW 22. RT
13. EMAIL
15. NAMA LOKASI
17. NAMA JALAN
19. NOMOR
b. Penyewa d. Pemakai
a. Badan
b. Orang Pribadi
a. Pemilik
Bentuk Badan Hukum
Gelar
c. Pengelola
11. NPWP
e. Sengketa
8. JENIS
9 STATUS
10. NAMA
12. NOMOR TELEPON
14. TIPE LOKASI
16. TIPE JALAN
18. TIPE NOMOR
20. KELURAHAN/DESA
23. KECAMATAN
24. KABUPATEN/KOTA 25. KODE POS
-2-
Kode: N -2
• Peruntukan
Objek Pajak Luas
• (m 2 ) Keteranganl
Lokasi (Desa/Kel.). 1
. .• 2
. . , :e ,.,,, 3 • -.:; ,,4 .,,,. .: ,
26. AREAL ONSHORE
1. Areal Produktif
2. Areal Belum Produktif
3. Areal Tidak Produktif
4. Areal Emplasemen
5. Areal Pengamanan
TOTAL LUAS AREAL ONSHORE
Peruntukan Lainnya D. PERUNTUKAN LAINNYA
Luas
(m 2 )
Keterangan/
Lokasi (Desa/Kel.) 2
3
27. AREAL LAINNYA 2)
Saya menyatakan
sesuai dengan Pasal
sebagaimana
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
28. TANGGAL/BULANfTAHUN / /
29. TANDA TANGAN
30. NAMA LENGKAP
31. JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri - Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
F. PEN ,
""' h' '-. •.,.i ,, A PENDATA
dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa.
30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak/wajib pajak sesuai dengan tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
DATA DAN PEJABAT -,. :,,,..,.,-,.
,...-,:,,
YANG BERWENANG
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
32 TANGGAL/BULAN/TAHUN / / 36. TANGGAL/BULANTTAHUN / /
33. TANDA TANGAN
34. NAMA LENGKAP
37. TANDA TANGAN
38. NAMA LENGKAP
39. NIP • ' I taii . ,..,I...';;.' 1 -I' ,
35. NIP ri. ,. ..,.
.Keterangan .
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja 2) Merupakan areal yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB seklor lainnya, atau objek pajak yang tidak dikenakan PBB
KEMENTERIAN
Ib DIREKTORAT _ , j! KANTOR WILAYAH DIREKTORAT ....-• —,
. , z.c- Kantor Pelayanan .,
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL PAJAK
JENDERAL PAJAK Pajak Pratama
No Formulir 1 I Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
TAHUN.....
1 JEMS TRANSAKSI a Perekaman Data c. Penghapusan Data Data Baru b. Pemutakhiran
i d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
2 NOP 11 t ,
3 NOMOR KKKS I
A. REKAPITULASI PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN :' Peruntukan
Objek Pajak Jumlah Luas
(m2) Jumlah
Unit Keterangan 1 2 3 4
BANGUNAN
4.a. Bangunan Penambangan
1 Sumur (well)
2 Gathering testing satellite (GTS)
3 Oil 1Gas Processing Plant
4 Power plant
5 Water treatment plant (WTP)
6. Gas boot
7. Condensate recovery
8 Condensate stabilization unit (CSU)
9. Separator
10. Scrubber
11 Pumps
12. Cooler
13. Compressor
14. Power generator
15. Tangki (tank)
16. Tank tower
17. Pipa
18. Suar bakar (flare)
19. Oil metering
20. Bangunan penambangan
lainnya *)
■
I
I
Peruntukan Jurniah Luas (rn2) Objek Pajak
Sumlah Unit
—"` " L__I 4
Keterangan
2 3 4
4.b Bangunan Penunjang
1. Perumahan
2. Perkantoran
3. Pabrik
4. Toko/apotik/ruko
5. RS./klinik
6. Olahraga/rekreasi
7. Hotel/resto./wisma
8. Bengkel/gudang
9. Bangunan tidak kena pajak
10. Apart./kondominium
11. Pompa bensin (kanopi)
•
12. Gedung Pertemuan
13. Landasan pesawat udara
14 Jalan diperkeras di lokasi penambangan
danfatau dalam komplek
15. Dermaga/jetty
16. Bangunan penunjang lainnya*)
4. TOTAL LUAS BANGUNAN (4a + 4b)
Keterangan :
*) Dapat ditambah sesuai kebutuhan.
-5-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'huruf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
Kode : Diisi dengan banyaknya objek Onshore yang dimiliki, dengan satuan per kabupaten/kota. Kode N berarti SPOP/LSPOP Onshore. Contoh:
KKKS A memiliki Onshore di 3 kabupaten (kab. X, Y dan Z).
SPOP dan LSPOP Onshore yang harus diisi berjumlah 12 lembar, di mana 1 SPOP Onshore per kabupaten/kota terdiri dari 4 lembar (2 lembar SPOP dan 2 lembar LSPOP), dengan kode: a. SPOP kab. X : kode N1-1 s.d. N1-2 b. LSPOP kab. X : kode N1-3 s.d. N1-4 c. SPOP kab. Y : kode N2-1 s.d. N2-2 d. LSPOP kab. Y : kode N2-3 s.d. N2-4 e. SPOP kab. Z : kode N3-1 s.d, N3-2 f. LSPOP kab. Z : kode N3-3 s.d. N3-4
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
No. Formulir
Kantor PelayananPajak Pratama
1. JENIS TRANSAKSI : 2. NOP
3. NOMOR KKKS
A. DATA OBJEK PAJAK 4. WILAYAH
KERJA(WK)
5. TITIK KOORDINAT :
Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
: Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2).
Diisi dengan nama provinsi dimana objek pajak berada.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada, 1 SPOP Onshore untuk 1 kabupaten/kota.
6. LUAS WK
7. LOKASI OBJEK PAJAK
PROVINSI
KAB/KOTA
B. DATA WAJIB PAJAK 8. JENIS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan
STATUS :
NAMA : NPWP :
yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak.
Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWP Badan.
12. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat terhubung dengan Wajib Pajak.
13. EMAIL : Diisi dengan alamat email Wajib Pajak. 14. TIPE LOKASI
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah: GEDUNG RUKO PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA APARTEMEN KAWASAN
15. NAMA LOKASI
: Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai agar didahului dengan kata untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
16. TIPE JALAN
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
17. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
18. TIPE NOMOR
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor BLOK = Blok
KAV = Kaveling 19. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana
Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma (,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus (-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
20. KELURAHAN/DESA : Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana
-7-
Wajib Pajak bertempat tinggal. 21. RW : Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak
bertempat tinggal. 22. RT : Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak
bertempat tinggal. 23. KECAMATAN : Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib
Pajak bertempat tinggal. 24. KABUPATEN / KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana
Wajib Pajak bertempat tinggal. 25. KODE POS : Diisi dengan nomor kode pos dimana Wajib
Pajak bertempat tinggal.
C. PERUNTUKAN DAN LUAS 26. AREAL ONSHORE
Kolom 1 Peruntukan Objek Pajak
BUMI
areal produktif diisi areal permukaan bumi yang telah diusahakan/dimanfaatkan untuk lokasi sumur pengeboran, contoh: zona wellpad (well cluster), yang di dalamnya terdapat sumur produksi, sumur injeksi.
areal belum produktif diisi areal yang meliputi seluruh permukaan bumi di dalam WK setelah
areal areal yang
dikurangi areal lainnya, dan/atau produktif, areal tidak produktif, pengaman, contoh: areal permukaan
TOTAL LUAS AREAL ONSHORE
dimanfaatkan untuk kegiatan penyelidikan umum, kegiatan eksplorasi, areal sumur non producing plug and abandon, areal sumur non producing open.
areal tidak produktif diisi areal permukaan bumi yang secara geografis tidak dapat diusahakan/dimanfaatkan (contoh: tebing, jurang, rawa, danau, sungai, dll).
areal emplasemen diisi areal permukaan bumi yang dimanfaatkan untuk bangunan dan pekarangan, selain areal produktif dan areal belum produktif, contoh: kantor, perumahan, pabrik, gudang, dll.
Areal pengaman diisi areal permukaan bumi yang dimanfaatkan untuk jalur pipa dan/atau keselamatan lingkungan, contoh : zona right of way (ROW) untuk jalur pipa migas dari dan ke fasilitas produksi.
Total Luas Areal Onshore adalah penjumlahan dari luas seluruh areal yang dikenakan.
Diisi luas areal masing-masing sesuai dengan peruntukan objek pajak (kolom 1) dalam satuan meter persegi (m 2).
Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana objek pajak berada atau penjelasan tambahan yang diperlukan.
Diisi total luas areal onshore dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 2 Luas (m2)
Kolom 3 Keterangan/ Lokasi (Desa/ Kel.)
-8-
D. PERUNTUKAN LAINNYA
27. AREAL LAINNYA
Kolom 1 Peruntukan Lainnya
: areal lainnya diisi areal permukaan bumi yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB sektor lainnya, atau merupakan objek pajak yang tidak dikenakan PBB sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dalam satuan meter persegi (m2), contoh: areal pemukiman penduduk, areal pertambangan, areal perkebunan, areal perhutanan, kuburan atau hutan lindung di dalam WK.
: Diisi total luas areal lainnya dalam satuan meter persegi (m 2 ).
: Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana objek pajak berada atau penjelasan tambahan yang diperlukan.
Kolom 2 Luas (m2)
Kolom 3 Keterangan/ Lokasi (Desa/Kel.)
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 28. TANGGAL/BULAN/
TAHUN : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
pengisian SPOP. 29. TANDA TANGAN : Diisi diatas garis yang disediakan. 30. NAMA LENGKAP : Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10. 31. JABATAN : Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
F. PENDATA DAN PEJABAT
Diisi oleh petugas. YANG BERWENANG
-9- PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI
DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'hurur dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian ‘angka' dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
No. Formulir : Diisi oleh petugas. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
1. JENIS TRANSAKSI
2. NOP
3. NOMOR KKKS
: Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
A. REKAPITULASI PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN
Kolom 1 Peruntukan Objek Pajak
: Bangunan penambangan diisi jenis penggunaan bangunan yang digunakan sebagai fasilitas produksi, meliputi : 1. Bangunan sumur (well). berupa luas
perkerasan di sekitar kepala sumur sampai pengamannya (cellar).
2. Bangunan Gathering Testing Satellite (GTS) berupa luas tapak/penampang GTS.
3. Bangunan oil/ gas processing plant berupa luas perkerasan tapak/ penampang bangunan plant.
4. Bangunan Power plant berupa luas tapak bangunan power plant.
5. Bangunan Water Treatment Plant (WTP) berupa luas tapak bangunan WTP
6. Bangunan gas boot berupa luas perkerasan dimana gas boot didirikan
7. Bangunan condensate recovery berupa luas tapak/penampang condensat recovery.
8. Bangunan Condensate stabilization unit (CSU) berupa luas perkerasan dimana CSU didirikan.
9. Bangunan separator berupa luas perkerasan dimana separator didirikan.
10.Bangunan scrubber berupa luas perkerasan dimana scrubber didirikan.
11.Bangunan pumps berupa luas perkerasan dimana pumps didirikan.
12.Bangunan cooler berupa luas perkerasan dimana cooler didirikan.
13.Bangunan compressor berupa luas perkerasan dimana compressor didirikan.
-10-
14.Bangunan power generator berupa luas perkerasan dimana power generator didirikan.
1 5.Bangunan tangki (tank) berupa luas bangunan tangki.
16.Bangunan Tank tower berupa luas tapak bangunan tower.
1 7 . B angunan pipa berupa luas tapak/penampang bangunan pipa.
18.Bangunan suar bakar (flare) berupa luas perkerasan dimana flare didirikan
19.Bangunan Oil metering berupa luas perkerasan dimana oil metering didirikan.
20.Bangunan penambangan lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan.
Bangunan penunjang diisi jenis penggunaan bangunan yang digunakan sebagai pendukung kegiatan penambangan, meliputi :
1-12 Bangunan perumahan, perkantoran, pabrik, toko / apotik/ ruko, RS / klinik, Olahraga/ rekreasi, hotel/ resto/ wisma, bengkel/gudang, bangunan tidak kena pajak, apartemen/kondominium, pompa bensin (kanopi), gedung pertemuan berupa luas bangunan dari objek yang dimaksud.
13. Bangunan landasan pesawat udara berupa luas perkerasan landasan.
14. Bangunan berupa jalan diperkeras berupa luas perkerasan badan jalan
15. Bangunan berupa dermaga/ jetty berupa luas bangunan dermaga/ jetty.
16. Bangunan penunjang lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan, contoh : silo, cerobong, dll.
: Diisi dengan luas total masing-masing jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1) baik bangunan penambangan maupun bangunan penunjang, dalam satuan meter persegi (m2).
Penjumlahan dari luas seluruh bangunan penambangan dan bangunan penunjang adalah TOTAL LUAS BANGUNAN.
Kolom 3 Jumlah Unit : Diisi sesuai dengan jumlah unit masing-masing jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1). Penjumlahan dari seluruh unit adalah TOTAL JUMLAH UNIT.
Kolom 4 Keterangan : Diisi penjelasan tambahan yang diperlukan.
Kolom 2 Jumlah Luas (m2)
-1
b. Pemutakhiran Data a. Perekaman Data Baru
_J m2
21. RW 22. RT
KEIVIENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
16. TIPE JALAN
18. TIPE NOMOR
20. KELURAHAN/DESA
ld. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
Bentuk Badan Hukum
Gelar
d. Pemakai e. Sengketa b. Penyewa c. Pengelola
11. NPWP
13. EMAIL
15. NAMA LOKASI
17. NAMA JALAN
19. NOMOR
c. Penghapusan Data I
LAMPIRAN II Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- II /PJ/2012 Tanggal : a0 AprO x■ lz
Kode: F
2
3
NOP
NOMOR KKKS
4. WILAYAH KERJA (WK)
5. TITIK KOORDINAT 1)
6 LUAS WK
7 LOKASI OBJEK PAJAK:
(Laut/Selat/sejenisnya)
8. a.
b.
Badan
Orang Pribadi
JENIS
9. STATUS a. Pemilik
10. NAMA
12. NOMOR TELEPON
14. TIPE LOKASI
A. DATA OBJEK PAJAK
B. DATA WAJIB PAJAK
25. KODE POS
23. KECAMATAN
24. KABUPATEN/KOTA
Nc. Fcrmutr
1. JENIS TRANSAKSI
Kode: F -2
Peruntukan
Objek Pajak
— Luas (m 2 )
Keterangan
i 2 3
26. LUAS AREAL OFFSHORE
.
Peruntukan Lainnya •
D. PERUNTUKAN LAINNYA Luas Keterangan
(m 2 )
i. ) ! ,,, . ■-; ;;;.,■ -: . • 2
27. AREAL LAINNYA 2)
Saya menyatakan
sesuai dengan Pasal
sebagaimana
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
28. TANGGAUBULAN/TAHUN / /
29. TANDA TANGAN
30. NAMA LENGKAP
31. JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, - Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
PENDATA
SPOP harus dilampiri dengan Su. -at Kuasa Khusus atau surat kuasa.
30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak/wajib pajak sesuai dengan 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
• F. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
/ / 32. TANGGALJBULANfTAHUN 36. TANGGAUBULAN/TAHUN I / / I
33. TANDA TANGAN
34. NAMA LENGKAP
37. TANDA TANGAN
38. NAMA LENGKAP
39. NIP 35. NIP
Keterangan :
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja 2) Menipakan areal yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB Sektor lainnya, atau objek pajak yang lidak dikenakan PBB
... 4;?P ' KEMENTERIAN
t....0 r-744 DIREKTORAT .-">.k4'0---
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL PAJAK
No. Forrnulir
''''' ' L__I - ')
., : ,
i Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
• Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK OFFSHORE
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data
Data Dalam
Baru
Rangka SKP
b. Pemutakhiran Data
LUAS BANGUNAN
I c. Penghapusan Data
d. Perekaman Penerbitan
2. NOP 1 i
3. NOMOR KKKS
A. REKAPITULASI Jumlah Luas
(m2)
2
PERUNTUKAN DAN Jumlah
Unit
3
Keterangan
Peruntukan
Objek Pajak
BANGUNAN
4.a. Bangunan Penambangan
i . Anjungan lepas pantai (platform)
2 Workshop decklliving quarter deck
3. Pipa
4. Single Buoy Mooring (SBM)
5 Bangunan penambangan
lainnya *) 4.b. Bangunan Penunjang
1. Dermaga/jetty
2. Bangunan penunjang lainnya* )
4. TOTAL LUAS BANGUNAN (4a + 4b)
Keterangan :
*) Dapat ditambah sesuai kebutuhan.
-4-
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK OFFSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI
DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'huruP dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
Kode
No. Formulir
: Diisi untuk objek Offshore yang dimiliki, kode F berarti SPOP/LSPOP Offshore. Contoh:
KKKS B memiliki Offshore di WK XYZ. SPOP dan LSPOP Offshore yang harus diisi berjumlah 3 lembar, 2 lembar SPOP dan 1 lembar LSPOP, dengan kode:
a. SPOP Offshore : kode F1-1 s.d. F1-2 b. LSPOP Offshore : kode F1-3
: Diisi oleh petugas.
1. JENIS TRANSAKSI :
2. NOP
3. NOMOR KKKS
A. DATA OBJEK PAJAK
4. WILAYAH KERJA(WK)
5. TITIK KOORDINAT
6. LUAS WK
7. LOKASI OBJEK PAJAK
(Laut/ Selat/ sejenisnya)
B. DATA WAJIB PAJAK
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
: Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
: Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
: Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2 ).
: Diisi dengan nama laut/selat/sejenisnya dimana objek pajak berada.
8. JENIS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan. Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
9. STATUS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
10. NAMA : Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak. 11. NPWP : Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWPt Badan.
-5-
Diisi dengan nomor telepon yang dapat terhubung dengan Wajib Pajak.
Diisi dengan alamat email Wajib Pajak.
Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah:
12. NOMOR TELEPON
13. EMAIL
14. TIPE LOKASI
GEDUNG
RUKO PERUMAHAN
RUKAN KOMPLEK
WISMA APARTEMEN
KAWASAN 15. NAMA LOKASI
16. TIPE JALAN
17. NAMA JALAN
18. TIPE NOMOR
19. NOMOR
20. KELURAHAN/DESA
21. RW
22. RT
23. KECAMATAN
24. KABUPATEN/KOTA
25. KODE POS
: Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/ nama lantai agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = •Subak KP = Kampung BJ = Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
: Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor
BLOK = Blok
KAV = Kaveling
: Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda, minus(-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
: Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nomor kode pos dimana Pajak bertempat tinggal.
Wajib
C. PERUNTUKAN DAN LUAS BUMI 26. AREAL OFFSHORE
Kolom 1 Peruntukan Objek : Paj ak
Luas Areal Offshore adalah luas seluruh WK yang meliputi areal offshore jika tidak terdapat areal lainnya.
Diisi luas areal offshore dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 3 Keterangan = Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan.
Kolom 2 Luas (m2 )
- 6 -
D. PERUNTUKAN LAINNYA
27. AREAL LAINNYA
Kolom 1 Peruntukan Lainnya
: areal lainnya diisi areal perairan laut yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB sektor lainnya, atau merupakan objek pajak yang tidak dikenakan PBB sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dah Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dalam satuan meter persegi (m 2).
Diisi total luas areal lainnya dalam satuan meter persegi.
: Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan.
Kolom 2 Luas (m2)
Kolom 3 Keterangan
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
28. TANGGAL/BULAN/ TAHUN
29. TANDA TANGAN
30. NAMA LENGKAP
31. JABATAN
Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat pengisian SPOP.
Diisi di atas garis yang disediakan.
Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10.
Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
F. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas.
-7-
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK OFFSHORE
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'hurur dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka' dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
No. Formulir Kantor Pelayanan Pajak Pratama
: Diisi : Diisi
oleh petugas. oleh petugas.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi 2. NOP • Diisi 3. JUMLAH LAMPIRAN : Diisi 4. LAMPIRAN KE : Diisi
oleh petugas. oleh petugas. oleh petugas. oleh petugas.
A. REKAPITULASI PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN
Kolom 1 Peruntukan : Bangunan penambangan diisi jenis penggunaan 0 bj ek Paj ak bangunan yang digun akan sebagai fasilitas
produksi, meliputi : 1. Bangunan anjungan lepas pantai (Platform)
berupa luas tapak/penampang platform (deck), jika lebih dari satu lantai dikalikan dengan jumlah lantainya.
2. Bangunan workshop deck/living quarter deck berupa luas berupa tapak/penampang platform (deck), jika lebih dari satu lantai dikalikan dengan jumlah lantainya.
3. Bangunan pipa berupa luas tapak/ penampang bangunan pipa.
4. Bangunan single buoy mooring (SBM) berupa luas tapak/penampang SBM .
5. Bangunan penambangan lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan, contoh : Floating Production Storage Offloading (FPSO), dll.
Bangunan penunjang diisi jenis penggunaan bangunan yang digunakan sebagai pendukung kegiatan penambangan, meliputi :
Kolom 2 Jumlah Luas (m2) 1. Bangunan berupa dermaga/jetty berupa luas
bangunan dermaga/jetty. . 2. Bangunan penunjang lainnya.
Diisi dengan luas total masing-masing jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1) baik bangunan penambangan maupun bangunan penunjang, dalam• satuan meter persegi (m2).
Penjumlahan dari luas seluruh bangunan penambangan dan bangunan penunjang adalah TOTAL LUAS BANGUNAN.
-8- Kolom 3 Jumlah Unit : Diisi sesuai dengan jumlah unit masing-masing
jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1). Penjumlahan dari seluruh unit adalah TOTAL JUMLAH UNIT.
Kolom 4 Keterangan : Diisi penjelasan tambahan yang diperlukan.
1. JENIS TRANSAKSI
2. NOP
a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
c. Penghapusan Data
a. Badan
b. Orang Pribadi
a. Pemilik
Bentuk Badan Hukum
Gelar
b. Penyewa c. Pengelola d. Pemakai e. Sengketa
9. JENIS
10. STATUS
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 11 /PJ/2012 Tanggal : Aptil .012
Kode: TB -1
No. Formulir
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK TUBUH BUMI PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS,BUMI
TAHUN
3. NOMOR KKKS
A. DATA OBJEK PAJAK
4 WILAYAH KERJA (WK)
5 TITIK KOORDINAT 1)
6. LUAS WK m 2
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
Eksplorasi
Eksploitasi
8. LOKASI OBJEK PAJAK:
B. DATA WAJIB PAJAK
11. NAMA
13. NOMOR TELEPON
15. TIPE LOKASI
17. TIPE JALAN
19. TIPE NOMOR
21. KELURAHANJDESA
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN/KOTA
16. NAMA LOKASI
18. NAMA JALAN
20. NOMOR
12. NPWP
14. EMAIL
22. RW
26. KODE POS
23. RT
-2 Kode: TB
C. HASIL PRODUKSI
-2-
JUMLAH HASIL PRODUKSI UNTUK SATU TAHUN SEBELUM TAHUN PAJAK 2 ~ :
27. MINYAK BUMI
28. GAS BUMI
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
29. TANGGALJBULAN/TAHUN
30. TANDA TANGAN
31. NAMA LENGKAP
32. JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa. - Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak/wajib pajak sesuai dengan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
E. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG
34. TANDA TANGAN
35. NAMA LENGKAP
36. NIP
Pd-.1C1d119d11 .
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja
2) sesuai dengan rekonsiliasi hasil produksi pada triwulan IV
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
37. TANGGAL/BULAN/TAHUN
38. TANDA TANGAN
39. NAMA LENGKAP
D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
barrel
mscf
B. DATA WAJIB PAJAK 9. JENIS :
10. STATUS :
11. NAMA :
12. NPWP :
-3-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK TUBUH BUMI
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'huruP dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
Kode
No. Formulir
1. JENIS TRANSAKSI 2. NOP
3. NOMOR KKKS
: Diisi untuk objek Tubuh Bumi, baik untuk KKKS yang sudah berproduksi maupun yang belum berproduksi. Kode TB berarti SPOP Tubuh Bumi. Contoh:
KKKS C memiliki Offshore di WK XYZ. Selain melaporkan SPOP dan LSPOP Offshore, KKKS C juga melaporkan SPOP Tubuh Bumi sebanyak 2 lembar, dengan kode: a. SPOP Tubuh Bumi lembar 1 : kode TB1-1 b. SPOP Tubuh Bumi lembar 2 :kode TB1-2 Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
A. DATA OBJEK PAJAK 4. WILAYAH
KERJA(WK) 5. TITIK KOORDINAT :
6. LUAS WK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
8. LOKASI OBJEK PAJAK
Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2).
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Diisi dengan lokasi dimana objek pajak berada.
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi. Diisi .cllengan nama lengkap Wajib Pajak.
Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan
apabila Badan maka dicantumkan NPWP
Badan. 13. NOMOR TELEPON Diisi dengan nomor telepon yang dapat
terhubung dengan Wajib Pajak. 14. EMAIL Diisi dengan alamat email Wajib Pajak. 15. TIPE LOKASI Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak.
Tipe lokasi yang digunakan adalah: GEDUNG RUKO PERUMAHAN RUKAN. KOMPLEK WISMA APARTEMEN KAWASAN
16. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
17. TIPE JALAN : Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = .Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
18. NAMA JALAN
19. TIPE NOMOR
20. NOMOR
• 21. KELURAHAN/DESA
22. RW
23. RT
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN / KOTA
26. KODE POS
: Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor
BLOK = Blok
KAV = Kaveling
: Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana
Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak
Diisi dengan nomor kode pos' dimana Wajib
bertempat tinggal.
bertempat tinggal.
Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Wajibajak bertempat tinggal.
Pajak bertempat tinggal.
Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus(-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak
C. HASIL PRODUKSI
27. MINYAK BUMI
28. GAS BUMI
Diisi hasil produksi minyak bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan barrel (sesuai dengan rekOnsiliasi hasil produksi pada triwulan IV).
Diisi hasil produksi gas bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan mscf (sesuai dengan rekonsiliasi hasil produksi pada triwulan IV).
D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 29. TANGGAL/BULAN/ Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
TAHUN pengisian SPOP. 30. TANDA TANGAN Diisi di atas garis yang disediakan. 31. NAMA LENGKAP Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10. 32. JABATAN Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
E. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas.
b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data 1 JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data Baru
2. NOP
WILAYAH KERJA SUMBERDAYA PANAS
5. TITIK KOORDINAT 1)
6 LUAS WK m 2
7. LOKASI OBJEK PAJAK:
PROPINSI
KAB/KOTA
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
3. NOMOR PENGUSAHA PANAS BUMI
A. DATA OBJEK PAJAK
c. Pengelola
Bentuk Badan Hukum
Gelar
b. Penyewa
22. RT 21. RW
11. NPWP
13. EMAIL
15. NAMA LOKASI
17. NAMA JALAN
19. NOMOR
10. NAMA
12. NOMOR TELEPON
14. TIPE LOKASI
16. TIPE JALAN
18. TIPE NOMOR
20. KELURAHAN/DESA
23. KECAMATAN
25. KODE POS 24. KABUPATEN/KOTA
a. Badan
b. Orang Pribadi
a. Pemilik d. Pemakai e. Sengketa
8 JENIS
9. STATUS
LAMPIRAN IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- II /PJ/ 2012 Tanggal : Aprit J0t2.
Kode: Pb 1 1-1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Kantor Pelayanan Pajak Pratama
No. Formuk r
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
TAHUN.....
B. DATA WAJIB PAJAK
Kode: Pb , -2
Peruntukan -
Objek Pajak
C. PERUNTUKAN DAN LUAS Luas (m 2 )
BUMI
Keterangan
Lokasi (Desa/Kel.) 1 :: .0?, -' s:k. 2 3
26. AREAL ONSHORE
1. Areal Produktif
2. Areal Belum Produktif
3. Areal Tidak Produktif
4. Areal Emplasemen
5. Areal Pengamanan
TOTAL LUAS AREAL ONSHORE
Peruntukan Lainnya .
D. PERUNTUKAN LAINNYA Luas Keterangan/ (m2)
Lokasi (Desa/Kel.) ' 2
3
27. AREAL LAINNYA 2)
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
28. TANGGAL/BULAN/TAHUN / / 29. TANDA TANGAN
30. NAMA LENGKAP
31. JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa. - Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak/wajib pajak sesuai dengan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 , -
F. PENDATA DAN PEJABAT
PENDATA
YANG BERWENANG
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
32. TANGGAUBULANAHUN /T i 1 / I I i i j 36. TANGGAL/BULAN/TAHUN
/
33. TANDA TANGAN
34. NAMA LENGKAP
37. TANDA TANGAN
38. NAMA LENGKAP
39. .NIP. -: ,,,..•.,'•4:'
35. NIP
Keterangari
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja Sumber Daya Panas Bumi 2) Merupakan areal yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB Sektor lainnya, atau objek pajak yang tidak dikenakan PBB
-2
Peruntukan
Objek Pajak Keterangan Jumlah Luas
(m 2 ) Unit
4,4 3 4 2 ,hr
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
3 NOMOR PENGUSAHA P.P,NAR RI IMI
A. REKAPITULASI PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN
BANGUNAN
4.a. Bangunan Penambangan
1. Sumur (well)
2. Manifold
3. Separator
4. Scrubber
5. Rock muffler
6. Pump station
7. Dam Isumplpond
8. Pipa
9. Cooling tower
10. Transformator
11. Switch yard
12. Tower transmisi
13. Bangunan penambangan
lamnya *)
Kode: Pb -3 KENIENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Kantor Pelayanan Pajak Pratama
No. Formulir
Beri tanda silang pada kolorn yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
I I
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
TAHUN
Peruntukan
Objek Pajak
4.b Bangunan Penunjang
1. Perumahan
2. Perkantoran
3. Pabrik
4. Toko/apotik/ruko
5. RS./klinik
6. Olahraga/rekreasi
7. Hotel/resto./wisma
8. Bengkel/gudang
9. Bangunan tidak kena pajak
10. Apart./kondominium
11. Pompa bensin (kanopi)
12. Gedung Pertemuan
13. Landasan pesawat udara
14. Jalan diperkeras di lokasi penambangan
danfatau dalam komplek
15. Dermaga/jetty
16. Bangunan penuntang lainnya•)
Jumlah
Unit
3
Jumlah Luas (m 2 )
2
Kode: Pb -4
Keterangan
4
-4-
4 TOTAL LUAS BANGUNAN (4a + 4b)
Keterangan :
*) Dapat ditambah sesuai kebutuhan.
-5- PETUNJ PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. ' 2. pengisian 'huruf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
Kode
No. Formulir
Kantor PelayananPajak Pratama
1. JENIS TRANSAKSI 2. NOP
3. NOMOR PENGUSAHA PANAS BUMI
: Diisi untuk objek Panas Bumi per kabupaten/kota. Kode Pb berarti SPOP/LSPOP Panas Bumi.
Contoh:
Pengusaha Panas Bumi C memiliki WKSDP DDD di 3 kabupaten (kab. X, Y dan Z):
SPOP dan LSPOP Panas Bumi yang harus diisi berjumlah 12 lembar, di mana 1 SPOP Panas Bumi per kabupaten/kota terdiri dari 4 lembar (2 lembar SPOP dan 2 lembar LSPOP), dengan kode: a. SPOP kab. X : kode Pb1-1 s.d. Pb1-2 b. LSPOP kab. X : kode Pbl-3 s.d. Pbl-4 c. SPOP kab. Y : kode Pb2-1 s.d. Pb2-2 d. LSPOP kab. Y : kode Pb2-3 s.d. Pb2-4 e. SPOP kab. Z : kode Pb3-1 s.cl. Pb3-2 f. LSPOP kab. Z : kode Pb3-3 s.d. Pb3-4 Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
A. DATA OBJEK PAJAK
4. WILAYAH KERJA SUMBERDAYA PANAS
5. TITIK KOORDINAT
: Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak.
Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2 ).
: Diisi dengan nama provinsi dimana objek pajak berada.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada, 1 SPOP Panas Bumi untuk 1 kabupaten/kota
6. LUAS WK
7. LOKASI OBJEK PAJAK
PROVINSI
KAB/KOTA
-6-
B. DATA WAJIB PAJAK 8. JENIS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya pada saat formulir diisi. Bentuk Badan Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
9. STATUS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
10. NAMA : Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak. 11. NPWP : Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWP Badan.
12. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat terhubung dengan Wajib Pajak.
13. EMAIL : Diisi dengan alamat email Wajib Pajak. 14. TIPE LOKASI : Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak.
Tipe lokasi yang digunakan adalah: GEDUNG RUKO PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA APARTEMEN KAWASAN
15. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
16. TIPE JALAN : Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
17. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
18. TIPE NOMOR
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor
BLOK = Blok KAV = Kaveling
19. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus(-) jika
20. KELURAHAN/DESA :
-7-
disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
21. RW
22. RT
23. KECAMATAN
: Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
: Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
24. KABUPATEN/KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota Wajib Pajak bertempat tinggal.
dimana
25. Diisi dengan nomor kode pos Pajak bertempat tinggal.
C. PERUNTUKAN DAN LUAS BUMI 26. AREAL ONSHORE
KODE POS
K 1 1 o om Peruntukan Objek Pajak
dimana Wajib
: areal produktif diisi areal permukaan bumi yang telah diusahakan/dimanfaatkan untuk lokasi sumur pengeboran, contoh : zona Wellpad (well cluster), yang di dalamnya terdapat sumur produksi, sumur injeksi.
areal belum produktif diisi areal yang meliputi seluruh permukaan bumi di dalam WKP setelah dikurangi areal lainnya, dan/ atau areal produktif, areal tidak produktif, areal pengaman, contoh : areal permukaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan penyelidikan umum, kegiatan eksplorasi, atau cadangan produksi.
areal tidak produktif diisi areal permukaan bumi yang secara geografis tidak dapat diusahakan/ dimanfaatkan (contoh : tebing, jurang, rawa, danau, sungai, dll).
areal emplasemen diisi areal permukaan bumi yang dimanfaatkan untuk bangunan dan pekarangan, selain areal produktif dan areal belum produktif, contoh : kantor, perumahan, pabrik, gudang, dll.
Areal pengaman diisi areal permukaan bumi yang dimanfaatkan untuk jalur pipa dan/atau keselamatan lingkungan, contoh : zona right of way (ROW) untuk jalur pipa pabum dari dan ke fasilitas produksi.
Total Luas Areal Onshore adalah penjumlahan dari luas seluruh areal yang dikenakan.
Diisi luas areal masing-masing sesuai dengan peruntukan objek pajak (kolom 1) dalam satuan meter persegi (m 2).
Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana objek pajak berada atau penjelasan tambahan yang diperlukan.
Diisi total luas areal meter persegi (m2).
Kolom 2 Luas ( m2 )
Kolom 3 Keterangan/ Lokasi (Desa/ Kel.)
TOTAL LUAS AREAL : ONSHORE
onshore dalam satuan
-8-
D. PERUNTUKAN LAINNYA
27. AREAL LAINNYA
Kolom 1 Peruntukan Lainnya
Kolom 3 Keterangan/ Lokasi (Desa/ Kel.)
: areal lainnya diisi areal permukaan bumi yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB sektor lainnya, atau rrierupakan objek pajak yang tidak dikenakan PBB sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dalam satuan meter persegi (m 2), contoh : areal pemukiman penduduk, areal pertambangan, areal perkebunan, areal perhutanan, kuburan atau hutan lindung di dalam WKP.
: Diisi total luas areal lainnya dalam satuan meter persegi (m 2).
Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana objek pajak berada atau penjelasan tambahan yang diperlukan.
Kolom 2 Luas (m2)
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 28. TANGGAL/BULAN/
TAHUN : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
pengisian SPOP. 29. TANDA TANGAN : Diisi di atas garis yang disediakan. 30. NAMA LENGKAP : Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10. 31. JABATAN : Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
F. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas.
-9- PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'huruf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka' dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
No. Formulir : Diisi oleh petugas. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
: Diisi oleh petugas.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas. 2. NOP : Diisi oleh petugas. 3. NOMOR : Diisi oleh petugas.
PENGUSAHA PANAS BUMI
A. REKAPITULASI PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN
Kolom 1 Peruntukan Objek Pajak
: Bangunan penambangan diisi jenis penggunaan bangunan yang digunakan sebagai fasilitas produksi, meliputi :
1. Bangunan sumur (well) berupa luas perkerasan di sekitar kepala sumur sampai pengamannya (cellar).
2. Bangunan manifold berupa luas tapak/ penampang manifold.
3. Bangunan separator berupa luas perkerasan dimana separator didirikan.
4. Bangunan scrubber berupa luas perkerasan dimana scrubber didirikan.
5. Bangunan rock muffler berupa luas tapak rock muffler.
6. Bangunan pump station berupa luas perkerasan dimana pump station didirikan.
7. Bangunan dam/ sump/ pond berupa luas tapak bangunan dam/ sump/ pond.
8. Bangunan pipa berupa luas tapak/penampang bangunan pipa.
9. Bangunan cooling tower berupa luas bangunan cooling tower.
10 . Bangunan transformator berupa luas perkerasan dimana transformator didirikan.
11.Bangunan switch yard berupa luas perkerasan switch yard.
12.Bangunan tower transmisi berupa luas perkerasan tapak bangunan tower transmisi.
13.Bangunan penambangan lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan.
Bangunan penunjang diisi jenis penggunaan bangunan yang digunakan sebagai pendukung
- o- kegiatan penambangan, meliputi :
1-13 Bangunan perumahan, perkantoran, pabrik, toko/ apotik/ ruko, RS / klinik, 0 lahraga/ rekreasi, hotel/ resto / wisma, bengkel/gudang, bangunan tidak kena pajak, apartemen/kondominium, pompa bensin (kanopi), gedung pertemuan berupa luas bangunan dari objek yang dimaksud.
13. Bangunan landasan pesawat udara berupa luas perkerasan landasan.
14. Bangunan berupa jalan diperkeras berupa luas perkerasan badan jalan
15. Bangunan berupa dermaga/jetty berupa luas bangunan dermaga/jetty.
16. Bangunan penunjang lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan, contoh: silo, cerobong, dll.
Kolom 2 Jumlah Luas ( m2)
Kolom 3 Jumlah Unit
Kolom 4 Keterangan
Diisi dengan luas total masing-masing jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1) baik bangunan penambangan maupun bangunan penunjang, dalam satuan meter persegi (m2).
Penjumlahan dari luas seluruh bangunan penambangan dan bangunan penunjang adalah TOTAL LUAS BANGUNAN.
: Diisi sesuai dengan jumlah unit masing-masing jenis penggunaan bangunan sesuai peruntukan (kolom 1). Penjumlahan dari seluruh unit adalah TOTAL JUMLAH UNIT.
: Diisi penjelasan tambahan yang diperlukan.
b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data 1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data Baru
f I 2. NOP
4 WILAYAH KERJA SUMBERDAYA PANAS
M2
Eksplorasi Eksploitasi
5 TITIK KOORDINAT 1)
6. LUAS WK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
26. KODE POS
23. RT 22. RW
16. NAMA LOKASI
18. NAMA JALAN
20. NOMOR
15. TIPE LOKASI
17. TIPE JALAN
19. TIPE NOMOR
21. KELURAHAN/DESA
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN/KOTA
A DATA OBJEK PA
Kode: TbPb
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi ofeh Petugas
-1
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK TUBUH BUMI PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
TAHUN
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
NOMOR PENGUSAHA PANAC RI INill
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
No. Forroulir
8. LOKASI OBJEK PAJAK:
c. Pengelola
Bentuk Badan Hukum
Gelar
b. Penyewa
9 Badan
Orang Pribadi
JENIS a.
b.
10. Pemilik STATUS a.
11. NAMA
13. NOMOR TELEPON
B. DATA WAJIB PAJAK
12. NPWP
14. EMAIL
d. Pemakai e. Sengketa
LAMPIRAN V
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 11 /PJ/ 2012 Tanggal : Ap[il 101;2.
PENDATA
33. TANGGAL/BULAN/TAHUN
34. TANDA TANGAN
35. NAMA LENGKAP
36. NIP
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
37. TANGGAL/BULAN/TAHUN
38. TANDA TANGAN
39. NAMA LENGKAP
40. NIP
-2-
Kode: TbPb -2 C. HASIL PRODUKSI
JUMLAH HASIL PRODUKSI UNTUK SATU TAHUN SEBELUM TAHUN PAJAK BERJALAN .
27. UAP
28. LISTRIK
Kwh
Kwh
D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
29. TANGGAL/BULAN/TAHUN
30. TANDA TANGAN
31. NAMA LENGKAP
32. JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa.
- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak/wajib pajak sesuai dengan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
E. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG
neterangan
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja Sumberdaya Panas Bumi
-3-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK TUBUH BUMI
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'huruf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
Kode : Diisi untuk objek Tubuh Bumi, baik untuk Pengusaha Panas Bumi yang sudah berproduksi maupun yang belum berproduksi. Kode TbPb berarti SPOP Tubuh Bumi untuk' Panas Bumi. Contoh:
Pengusaha Panas Bumi C memiliki WKSDP DDD di 3 kabupaten (kab. X, Y dan Z).
Selain melaporkan SPOP dan LSPOP Panas Bumi yang berjumlah 12 lembar, C juga harus mengisi SPOP Tubuh Bumi Panas Bumi sebayak 6 lembar di mana 1 SPOP Tubuh Bumi Panas Bumi per kabupaten/kota terdiri dari 2 lembar, dengan kode:
a. SPOP Tubuh Bumi kab. X : kOde TbPb1-1 s.d. TbPb 1-2
b. SPOP Tubuh Bumi kab. Y : kode TbPb2-1 s.d. TbPb2.2
c. SPOP Tubuh Bumi kab. Z : kode TbPb3-1 s.d. TbPb3.2
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas. 2. NOP : Diisi oleh petugas. 3. NOMOR : Diisi oleh petugas.
PENGUSAHA PANAS BUMI
A. DATA OBJEK PAJAK 4. WILAYAH KERJA
SUMBERDAYA PANAS
: Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
5. TITIK KOORDINAT Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
6. LUAS WK Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2).
7. STATUS WK Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan (TUBUH BUMI) yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
8. LOKASI OBJEK Diisi dengan lokasi dimana objek pajak berada. PAJAK
STATUS :
NAMA : NPWP :
-4 -
B. DATA WAJIB PAJAK
: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang prib,adi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak.
Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWP Badan.
13. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat terhubung dengan Wajib Pajak.
14. EMAIL : Diisi dengan alamat email Wajib Pajak. 15. TIPE LOKASI
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah: GEDUNG RUKO PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA APARTEMEN KAWASAN
16. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/ nama lantai 'agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
17. TIPE JALAN
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = ,Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
18. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
19. TIPE NOMOR
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor
BLOK = Blok
KAV = Kaveling 20. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana
Wajib Pajak bertempat tinggal. ' Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus(-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa ,
9. JENIS
-5- dipisahkan spasi.
21. KELURAHAN/DESA : Diisi dengan nama kelurahari/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
22. RW
: Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
23. RT
: Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
24. KECAMATAN
: Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
25. KABUPATEN/KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
26. KODE POS
: Diisi dengan nomor kode pos dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
C. HASIL PRODUKSI
27. UAP
: Diisi hasil produksi uap untuk satu tahun
sebelum tahun pajak dalam satuan Kwh. 28. LISTRIK : Diisi hasil produksi listrik untuk satu tahun
sebelum tahun pajak dalam satuan Kwh.
D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 29. TANGGAL/BULAN/
TAHUN : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
pengisian SPOP. 30. TANDA TANGAN : Diisi di atas garis yang disediakan. 31. NAMA LENGKAP : Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10. 32. JABATAN : Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
E. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas.
LL L
Na. Formulir
c TUBUH BUMI b AREAL OFFSHORE
3. JUMLAH SPOP
a. AREAL ONSHORE
a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data
d. Perekaman Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
g .ffitf"'
c. Penghapusan Data 1. JENIS TRANSAKSI
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir tliisi oleh Petugas
Kode: RL
REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
TAHUN.....
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Eksplorasi Eksploitasi
4. WILAYAH KERJA (WK)
5. TITIK KOORDINAT
6. LUAS WK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
8. LOKASI OBJEK PAJAK 2)
a. Badan
b. Orang Pribadi
a. Pemilik
Bentuk Badan Hukum
Gelar
b. Penyewa d. Pemakai e. Sengketa
a. Propinsi
B. DATA WAJIB PAJAK
b. Kabupaten/Kota
c. Pengelola
12. NPWP
9 JENIS
10. STATUS
11. NAMA
13 NOMOR TELEPON
15. TIPE LOt:CASI
17. TIPE JALAN
19. TIPE NOMOR
21. KELURAHAN/DESA
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN/KOTA
14. EMAIL
16. NAMA LOKASI
18. NAMA JALAN
20. NOMOR
23. RT 22. RW
26. KODE POS
LAMPIRAN VI Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- II /PJ/2012 Tanggal ,a0 April ;201
A. DATA OBJEK PAJAK
- 2 -
•
Peruntukan Objek
C. PERUNTUKAN DAN LUAS
. Areal
OBJEK
Luas (m 2 )
..._ .. _, - 1___I
2 3 .-,.. ,
27.
28.
29.
AREAL ONSHORE
a. AREAL PRODUKTIF
b. AREAL BELUM PRODUKTIF
C. AREAL TIDAK PRODUKTIF
d. AREAL EMPLASEMEN
e. AREAL PENGAMANAN
Onshore
Onshore r
Onshore
Onshore
Onshore
TOkTAL LUAS AREAL ONSHORE (m 2) (a+b+c+d+e) ji
LUAS AREAL OFFSHORE (m 2 ) Offshore L BANGUNAN
a. BANGUNAN PENAMBANGAN Onshore
Offshore
b. BANGUNAN PENUNJANG Onshore
Offshore
TOTAL LUAS BANGUNAN (m 2 ) (a+b)
D Peruntukan Lainnya
PERUNTUKAN DAN LUAS LAINNYA
Areal Luas (m 2 ) -I 2 3
30.
JUMLAH
31.
32.
33.
34.
35.
36.
AREAL LAINNYA (m 2 )
HASIL PRODUKSI TERJUAL UNTUK SATU TAHUN
Onshore
Offshore
E. HASIL PRODUKSI
SEBELUM TAHUN PAJAK BERJALAN:
formulir ini termasuk lampirannya yang sebenarnya,
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Nomor 12 Tahun 1994.
MINYAK BUMI : barrel
GAS BUMI mscf
F. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam
adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
TANGGAL/BULAN/TAHUN / /
TANDA TANGAN
NAMA LENGKAP
JABATAN
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa. - Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak sesuai dengan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
37.
38.
39.
40.
F. PENDATA DAN PEJABAT
PENDATA
YANG
42. TANDA
43. NAMA LENGKAP
44. NIP
MENGETAHUI
BERWENANG
KEPALA SEKSI
TANGGAUBULAN/TAHUN / / 41. TANGGAL/BULAN/TAHUN
TANDA TANGAN
NAMA LENGKAP
TANGAN
;..&;1;..‘,,,;....: - NIP..
- -.-'n- k-
Keterangan :
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang tercantum dalam SPOP
2) Diisi lokasi objek pajak berdasarkan SPOP
-3-
PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'hurur dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
: Merupakan kode rekapitulasi SPOP dan LSPOP Migas yang terdiri dari 2 lembar, dengan kode R1-1 dan R1-2
: Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi oleh petugas.
Diisi jumlah SPOP sesuai dengan masing-masing areal
Kode
No. Formulir
1. JENIS TRANSAKSI
2. NOMOR KKKS
3. JUMLAH SPOP
A. DATA OBJEK PAJAK 4. WILAYAH KERJA
(WK)
5. TITIK KOORDINAT
B. DATA WAJIB PAJAK
Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam meter persegi (m2).
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Diisi dengan nama provinsi dimana objek pajak berada.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada.
6. LUAS WK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
8. LOKASI OBJEK PAJAK
PROVINSI KAB/KOTA
satuan
9. JENIS
: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan Hukum (untuk .badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
10. STATUS
: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya pada saat formulir diisi. 11. NAMA : Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak. 12. NPWP
: Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWP Badan.
13. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat
-4- terhubung dengan Wajib Pajak.
Diisi dengan alamat email Wajib Pajak.
Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah:
14. EMAIL
15. TIPE LOKASI
GEDUNG
RUKO PERUMAHAN
RUKAN KOMPLEK
WISMA APARTEMEN
KAWASAN 16. NAMA LOKASI
17. TIPE JALAN
18. NAMA JALAN
19. TIPE NOMOR
20. NOMOR
21. KELURAHAN/DESA
22. RW
23. RT
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN/KOTA :
26. KODE POS
: Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai 'agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
: Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = ,Banjar LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
: Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
: Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor
BLOK = Blok
KAV = Kaveling
: Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana Wajib Pajak bertempat tinggal. 'Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus(-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
Diisi dengan nomor kode pos dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
-5- C. PERUNTUKAN DAN LUAS OBJEK
27. AREAL ONSHORE
Kolom 3 Luas (m2 ) : Diisi luas areal masing-masing sesuai dengan peruntukan objek pajak (kolom 1) dalam satuan meter persegi (m 2). Penjumlahan dari luas areal masing-masing adalah TOTAL LUAS AREAL ONSHORE.
28. LUAS AREAL OFFSHORE
Kolom 3 Luas (m2)
29. BANGUNAN
Kolom 3 Luas (m 2 )
: Diisi luas areal offshore dalam satuan meter persegi (m2).
: Diisi luas masing-masing bangunan penambangan dan bangunan penunjang baik di areal onshore maupun di areal offshore, dalam satuan meter persegi (m 2). Penjumlahan dari luas seluruh bangunan periambangan dan bangunan penunjang adalah TOTAL LUAS BANGUNAN.
D. PERUNTUKAN DAN LUAS LAINNYA
30. AREAL LAINNYA
Kolom 3 Luas (m 2 )
: Diisi luas areal lainnya yang merupakan areal yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB sektor lainnya, atau merupakan objek pajak yang tidak dikenakan PBB sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dalam satuan meter persegi (m 2), baik di areal onshore maupun di areal offshore.
TOTAL Luas Areal Onshore (angka 27), Areal Offshore (angka 28), dan Areal Lainnya (angka 30) harus sama dengan Luas Wilayah Kerja (angka 6).
E. HASIL PRODUKSI
31. MINYAK BUMI
: Diisi hasil produksi minyak bUmi untuk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan barrel (sesuai dengan rekonsiliasi hasil produksi pada triwulan IV sebelum tahun paj ak)
32. GAS BUMI : Diisi hasil produksi gas bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan mscf (sesuai dengan rekonsiliasi hasil produksi pada triwulan IV sebelum tahun pajak).
F. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
33. TANGGAL/BULAN/ TAHUN
: Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat pengisian SPOP.
34. TANDA TANGAN : Diisi di atas garis yang disediakan. 35. NAMA LENGKAP : Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10.
36. JABATAN : Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
G. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG
Diisi oleh petugas.
Kode: RPb -1
_j Na Forrnul,r
Beri tanda silang pada kofom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
23. RT
26. KODE POS
22. RW 21. KELURAHAN/DESA
24. KECAMATAN
25. KABUPATEN/KOTA
REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANASBUMI
TAHUN.....
1. JENIS TRANSAKSI
NOMOR PENGUSAHA 2. PANAS BUMI
a. Perekaman
d. Perekaman
Data c. Penghapusan Data Data Baru L J b. Pemutakhiran
Data Dalam Rangka Penerbitan SKP
3. JUMLAH SPOP
a. AREAL ONSHORE
WILAYAH KERJA SUMBERDAYA PANAS
5• TITIK KOORDINAT l)
6. LUAS VVK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
8. LOKASI OBJEK PAJAK *)
a.
b.
a.
b. TUBUH BUMI
A DATA OBJEK PAJAK
Eksploitasi
b. Kabupaten/Kota
M2
a. Propinsi
Eksplorasi
Badan
Orang Pribadi
Pemilik
B. DATA WAJIB PAJAK
Bentuk Badan Hukum
Gelar
9. JENIS
10. STATUS b. Penyewa c. Pengelola d. Pemakai e. Sengketa
11. NAMA 12. NPWP
13. NOMOR TELEPON 14. EMAIL
15. TIPE LOKASI 16. NAMA LOKASI
17. TIPE JALAN 18. NAMA JALAN
19. TIPE NOMOR 20. NOMOR
LAMPIRAN VII Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- II /PJ/ 2012 Tanggal : a0 Apill j0)2
3
Onshore
Kode: RPb
C. PERUNTUKAN DAN LUAS OBJEK -2
Peruntukan Objek Pajak
1 27, AREAL ONSHORE
a. AREAL PRODUKTIF
Areal
2 Luas (m2 )
F. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG
MENGETAHUI KEPALA SEKSI
40. TANGGAL/BULAN/TAHUN
41 TANDA TANGAN
42. NAMA LENGKAP
43. NIP
36. TANGGAL/BULA(V/TAHUN
37. TANDA TANGAN
38. NAMA LENGKAP
39. NIP
Keterangan :
1) Isi dengan salah satu titik koordinat yang tercantum dalam SPOP 2) Diisi lokasi objek pajak berdasarkan SPOP
-2-
b. AREAL BELUM PRODUKTIF
c. AREAL TIDAK PRODUKTIF
d. AREAL EMPLASEMEN
e. AREAL PENGAMANAN
Onshore
Onshore
Onshore
Onshore
TOTAL LUAS AREAL ONSHORE (m 2 ) (a+b+c+d+e)
28. BANGUNAN
a. BANGUNAN PENAMBANGAN Onshore
b. BANGUNAN PENUNJANG Onshore
TOTAL LUAS BANGUNAN (m 2 ) (a+b)
D PERUNTUKAN DAN LUAS LAINNYA Peruntukan Lainnya
1 Areal
2 Luas (m 2)
3
Onshore
D. HASIL PRODUKSI
29. AREAL LAINNYA (m 2)
JUMLAH HASIL PRODUKSI TERJUAL UNTUK SATU TAHUN SEBELUM TAHUN PAJAK BERJALAN:
30. UAP KwH
31. LISTRIK KwH
E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
32. TANGGAL/BULAN/TAHUN
33. TANDA TANGAN
34. NAMA LENGKAP
35. JABATAN
1
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa.
- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak sesuai dengan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
-3- PETUNJUK PENGISIAN
REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PANAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. pengisian 'hurur dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. 3. Pengisian `angka'dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
: Merupakan kode rekapitulasi SPOP dan LSPOP Panas Bumi yang terdiri dari 2 lembar, dengan kode RPb1-1 dan RPb1-2
: Diisi oleh petugas.
: Diisi oleh petugas.
: Diisi oleh petugas.
: Diisi jumlah SPOP sesuai dengan masing-masing areal.
Diisi dengan nama WK sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak.
Diisi dengan salah satu titik koordinat yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur).
Diisi dengan luas Wilayah Kerja dalam satuan meter persegi (m 2).
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Diisi dengan nama provinsi dimana objek pajak berada.
Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada.
: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
Bentuk Badan Hukum (untuk .badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
: Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak.
Harus diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Apabila objek pajak milik perorangan maka dicantumkan NPWP Perseorangan dan apabila Badan maka dicantumkan NPWP Badan.
Kode
No. Formulir
1. JENIS TRANSAKSI 2. NOMOR
PENGUSAHA PANAS BUMI
3. JUMLAH SPOP
A. DATA OBJEK PAJAK 4. WILAYAH KERJA
(WK)
5. TITIK KOORDINAT
6. LUAS WK
7. STATUS WK (TUBUH BUMI)
8. LOKASI OBJEK PAJAK
PROVINSI
KAB/KOTA
B. DATA WAJIB PAJAK 9. JENIS
10. STATUS
11. NAMA
12. NPWP
fi
13.
14.
NOMOR TELEPON
-4- : Diisi dengan nomor telepon yang dapat
terhubung dengan Wajib Pajak.
Diisi dengan alamat email Wajib Pajak. 15. TIPE LOKASI
Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah: GEDUNG RUKO , PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA APARTEMEN KAWASAN
16. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai •agar didahului dengan kata "LT" untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/ gedung dengan nomor/nama lantai.
17. TIPE JALAN : Diisi dengan tipe lokasi alamat Wajib Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah: JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar LR = Lorong DK = bukuh PS = Pasar
18. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
19. TIPE NOMOR : Diisi dengan tipe nomor alamat Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah: NO = Nomor BLOK = Blok KAV = Kaveling
20. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana Wajib Pajak bertempat tinggal..Ditulis dengan angka arab. Apabila nomor lebih satu, maka digunakan tanda koma(,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus(-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
21. KELURAHAN/ DESA : Diisi dengan nama kelurahan/desa dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
22. RW : Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
23. RT : Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
24. KECAMATAN : Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
25. KABUPATEN/KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
26. KODE POS : Diisi dengan nomor kode pos dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
-5- C. PERUNTUKAN DAN LUAS OBJEK
27. AREAL ONSHORE
Kolom 3 Luas (m 2) : Diisi luas areal masing-masing sesuai dengan peruntukan objek pajak (kolom 1) dalam satuan meter persegi (m 2). Penjumlahan dari luas areal masing-masing adalah TOTAL LUAS AREAL ONSHORE.
28. BANGUNAN
Kolom 3 Luas (m2 ) : Diisi luas masing-masing bangunan penambangan dan bangunan penunjang dalam satuan meter persegi (m 2). Penjumlahan dari luas seluruh bangunan penambangan dan bangunan penunjang adalah TOTAL LUAS BANGUNAN.
D. PERUNTUKAN DAN LUAS LAINNYA 29. AREAL LAINNYA
Kolom 3 Luas (m2 ) : Diisi luas areal lainnya yang merupakan areal yang dikuasai oleh pihak ketiga dan sudah dikenakan PBB sektor lainnya, atau merupakan objek pajak yang tidak dikenakan PBB sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dalam satuan meter persegi (m 2).
TOTAL Luas Areal Onshore (angka 27) dan Areal Lainnya (angka 30) harus sama dengan Luas WKSDP (angka 6).
E. HASIL PRODUKSI 30. UAP
31. LISTRIK
: Diisi hasil produksi uap untuk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan Kwh.
: Diisi hasil produksi listrik untUk satu tahun sebelum tahun pajak dalam satuan Kwh.
F. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 32. TANGGAL/BULAN/
TAHUN : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
pengisian SPOP. 33. TANDA TANGAN : Diisi diatas garis yang disediakan. 34. NAMA LENGKAP : Diisi dengan lengkap, sesuai petunjuk angka 10. 35. JABATAN : Diisi nama jabatan yang menandatangani SPOP.
G. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas.