pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

50
BAB I GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Kabupaten Sukoharjo 1. Sejarah Kabupaten Sukoharjo Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Karesidenan Surakarta pernah merupakan Daerah Istimewa yang dikenal dengan Solo Ko (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan sebagian kota Solo. Sedangkan wilayah Kasunanan meliputi daerah Kabupaten Sragen, Klaten, Boyolali, dan Kabupaten Kutha Surakarta. Sukoharjo pada waktu itu hanya merupakan suatu daerah tepi dengan pimpinan pemerintahan tertinggi adalah "Wedono", tak ubahnya dengan Bekonang, dan Kartasura. Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, dan Kartasura ini menjadi satu masuk wilayah Kabupaten Kutha Surakarta, di bawah pemerintah Kasunanan. Pada tanggal 27 Mei 1946 Kabupaten Karanganyar secara defakto menyatakan diri lepas dari pemerintahan Mangkunegaran. Hal ini kemudian diikuti oleh Kabupaten Boyolali dan Sragen yang juga menyatakan diri lepas dari pemerintahan Kasunanan. Kabupaten Kutha Surakarta kemudian diputuskan pindah ke Sukoharjo. Bersamaan dengan munculnya gerakan anti Swapraja dan berbagai dukungan untuk membentuk pemerintah Kota Surakarta, akhirnya dengan suatu kebulatan 1

Upload: yudi-zulkarnaen

Post on 26-Jan-2017

314 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

BAB I

GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Kabupaten Sukoharjo

1. Sejarah Kabupaten Sukoharjo

Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Karesidenan Surakarta

pernah merupakan Daerah Istimewa yang dikenal dengan Solo Ko

(Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah

Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan

sebagian kota Solo. Sedangkan wilayah Kasunanan meliputi daerah

Kabupaten Sragen, Klaten, Boyolali, dan Kabupaten Kutha Surakarta.

Sukoharjo pada waktu itu hanya merupakan suatu daerah tepi

dengan pimpinan pemerintahan tertinggi adalah "Wedono", tak ubahnya

dengan Bekonang, dan Kartasura. Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, dan

Kartasura ini menjadi satu masuk wilayah Kabupaten Kutha Surakarta, di

bawah pemerintah Kasunanan.

Pada tanggal 27 Mei 1946 Kabupaten Karanganyar secara defakto

menyatakan diri lepas dari pemerintahan Mangkunegaran. Hal ini

kemudian diikuti oleh Kabupaten Boyolali dan Sragen yang juga

menyatakan diri lepas dari pemerintahan Kasunanan. Kabupaten Kutha

Surakarta kemudian diputuskan pindah ke Sukoharjo. Bersamaan dengan

munculnya gerakan anti Swapraja dan berbagai dukungan untuk

membentuk pemerintah Kota Surakarta, akhirnya dengan suatu kebulatan

1

Page 2: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

2

tekad dari "Wong Solo", mereka menyatakan berdirinya Pemerintah kota

Surakarta yang lepas dari Kasunanan pada tanggal 16 Juni 1946. Tanggal

ini kemudian menjadi hari lahir Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta.

Kemudian disusul keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD

tanggal 15 Juli 1946 lingkungan Karesidenan Surakarta dibentuk suatu

daerah baru dengan kota Surakarta yang dikepalai oleh seorang Walikota.

yang isinya antara lain menyebutkan bahwa di dalam.

Dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15

Juli 1946, maka secara formal Pemerintah Kasunanan dan Mangkunegaran

dipandang sudah tidak ada lagi, dan wilayah-wilayahnya untuk sementara

menjadi wilayah Karesidenan Surakarta. Ini berarti wilayah Karesidenan

Surakarta terdiri dari bekas wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu

Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri, serta bekas wilayah Kasunanan

yaitu Kabupaten Klaten, Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo (Kawedanan

Sukoharjo, Bekonang, Kartasura), ditambah Kotamadya Surakarta.

Keadaan ini mengilhami para pemimpin pada waktu itu untuk

membentuk kabupaten barudi luar kota Surakarta agar ketiga kawedanan

(Sukoharjo, Bekonang, Kartasura) dapat dibina dalam satu naungan

pemerintah kabupaten. Kemudian secara spontan KNI Daerah Surakarta

menunjuk KRMT Soewarno Honggopati Tjitrohoepojo untuk menjadi

Bupati.

Atas dasar tersebut di atas serta pertimbangan analisa, logis dan

kronologis yang dikaitkan dengan landasan yuridis meskipun landasan

Page 3: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

3

yuridis itu tidak bersifat mengatur secara khusus, maka pada hari Senin

Pon tanggal 15 Juli 1946, saat ditetapkannya Penetapan Pemerintah

Nomor: 16/SD tersebut ditetapkan menjadi Hari Lahir Kabupaten

Sukoharjo. Penetapan ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir

Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I

Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No. 188.3/480/1986 dan

diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3

Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari 1987.

(www.sukoharjokab.co.id, 2009)

Visi DPPKAD Pemerintah Kabupaten Sukoharjo adalah

Terwujudnya Masyarakat Sukoharjo yang Sejahtera, Maju dan

Bermartabat didukung Pemerintahan yang Profesional. Misi DPPKAD

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo adalah.

1. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan

Masyarakat dan Pembangunan Infrastruktur yang Terukur, Terarah,

Adil, dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan Hidup.

2. Membangun Managemen Pemerintahan yang Profesional, Bersih dan

yang Berbasis Pada Pelayanan Masyarakat.

3. Mewujudkan Kondisi Masyarakat yang Aman, Tentram, Demokratis

dan Dinamis.

4. Mendorong Kemandirian Ekonomi yang Berbasis Pada Pertanian dan

Industri serta Pengelolaan Potensi Daerah.

Page 4: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

4

5. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat.

2. Tata Letak Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil di Propinsi

Jawa Tengah, Secara geografis, terletak diantara Bagian ujung timur 110.

57O LS, Bagian Ujung Sebelah Barat 110 42O LS, Bagian Ujung Sebelah

Utara 7 32O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O BT. Dengan

luas 46,666 Km2, atau 1,43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Sukoharjo dibatasi oleh beberapa kabupaten di sekitarnya.

Batas wilayah kabupaten Sukoharjo adalah.

a. Sebelah utara: Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganya.

b. Sebelah Selatan: Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten

Wonogiri.

c. Sebelah Timur: Kabupaten Karanganyar.

d. Sebelah Barat: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.

B. Struktur Organisasi DPPKAD

1. Susunan dan Struktur Organisasi DPPKAD

Struktur organisasi merupakan gambaran secara sistematika tentang

tugas dan tanggung jawab serta hubungan antara bagian-bagian dalam

suatu instansi. Adapun tujuannya untuk memperoleh pimpinan atau

keputusan instansi dalam mengkoordinasi bawahannya. Dengan struktur

organisasi dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab dari para

Page 5: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

5

personil dalam memangku jabatannya. Untuk lebih jelasnya tentang

struktur organisasi yang ada dapat dilihat pada Gambar 1.1

Susunan Organisasi DPPKAD adalah. (Perbub Sukoharjo No. 60, 2011)

a. Sekretariat terdiri atas:

1) Sub Bagian Program,

2) Sub Bagian Keuangan, dan

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b. Bidang Anggaran terdiri atas:

1) Seksi Perencanaan Anggaran,

2) Seksi Penyusunan Anggaran, dan

3) Seksi Pelaksanaan Anggaran.

c. Bidang Pendapatan terdiri atas:

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan,

2) Seksi Penetapan, dan

3) Seksi Penerimaan, Penagihan, dan Pelaporan.

d. Bidang Perbendaharaan terdiri atas:

1) Seksi Perbendaharaan I,

2) Seksi Perbendaharaan I, dan

3) Seksi Perbendaharaan III.

e. Bidang Akuntansi dan Pelaporan terdiri atas:

1) Seksi Akuntansi,

2) Seksi Verifikasi, dan

3) Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan.

Page 6: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

6

f. Bidang Kas terdiri atas:

1) Seksi Penerimaan,

2) Seksi Pengeluaran, dan

3) Seksi Pengendalian dan Pelaporan.

g. Bidang Aset Daerah terdiri atas:

1) Seksi Penatausahaan Aset Daerah,

2) Seksi Pendayagunaan Aset Daerah, dan

3) Seksi Perubahan Status Hukum.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

Dari struktur organisasi akan terlihat tugas dan fungsi masing-

masing bagian yang harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan

pekerjaannya. Tugas pokok adalah tugas jabatan yang paling pokok yang

memberi gambaran tentang ruang lingkup atau kompleksitas jabatan.

Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama

berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Tugas pokok dan fungsi masing-

masing bagian DPPKAD adalah. (Perbub Sukoharjo No. 60, 2011)

1. Kepala DPPKAD

Kepala DPPKAD mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

pemerintahan daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan

aset daerah. Kepala DPPKAD mempunyai fungsi.

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, pengelolaan

keuangan dan aset daerah;

Page 7: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

7

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan,

pengelolaan keuangan dan aset daerah;

d. Penyusunan kebijakan pemungutan Pajak Daerah;

e. Pendataan, penilaian dan penetapan Pajak Daerah;

f. Pengolahan data dan informasi Pajak Daerah;

g. Pelayanan Pajak Daerah;

h. Penagihan Pajak Daerah;

i. Pengawasan dan penyelesaian sengketa pemungutan Pajak Daerah;

j. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi;

k. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan kegiatan di bidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

l. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah; dan

m. Pengelolaan urusan ketatausahaan.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan perencanaan,

monitoring, evaluasi, keuangan, kepegawaian dan umum. Sekretariat

mempunyai fungsi.

Page 8: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

8

a. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan

kegiatan; dan

b. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, umum, dan rumah

tangga.

3. Subbagian Program

Subbagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Sekretaris dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan,

koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan perencanaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan.

4. Subbagian Keuangan

Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Sekretaris dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,

koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan administrasi keuangan

dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan.

5. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Sekretaris dalam penyiapan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan

administrasi umum, organisasi dan tatalaksana, pengurusan rumah

tangga, perlengkapan, dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan, serta

pengelolaan administrasi kepegawaian.

Page 9: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

9

6. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang

anggaran. Bidang Anggaran melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di bidang Bidang Anggaran;

b. Pengoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di bidang

Bidang Anggaran; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang

Bidang Anggaran.

7. Seksi Perencanaan Anggaran

Seksi Perencanaan Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam penyiapan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan

pemberian bimbingan di bidang perencanaan anggaran.

8. Seksi Penyusunan Anggaran

Seksi Penyusunan Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam penyiapan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan

pemberian bimbingan di bidang penyusunan anggaran.

9. Seksi Pelaksanaan Anggaran

Seksi Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam penyiapan bahan

Page 10: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

10

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan

pemberian bimbingan di bidang pelaksanaan anggaran.

10. Bidang Pendapatan

Bidang Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang

pendapatan. Bidang Pendapatan melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di bidang pendapatan;

b. Pengoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di bidang

pendapatan; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang

pendapatan.

11. Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pendapatan dalam

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pendataan dan

pendaftaran.

12. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Pendapatan dalam penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian

bimbingan di bidang penetapan.

Page 11: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

11

13. Seksi Penerimaan, Penagihan, dan Pelaporan

Seksi Penerimaan, Penagihan, dan Pelaporan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pendapatan dalam

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penerimaan,

penagihan dan pelaporan.

14. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang

perbendaharaan. Bidang Perbendaharaan melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di bidang perbendaharaan;

b. Pengoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di bidang

perbendaharaan; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang

perbendaharaan.

15. Seksi Perbendaharaan I

Seksi Perbendaharaan I mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan

bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang Perbendaharaan I.

Page 12: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

12

16. Seksi Perbendaharaan II

Seksi Perbendaharaan II mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan

bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang Perbendaharaan II.

17. Seksi Perbendaharaan III

Seksi Perbendaharaan III mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan

bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang perbendaharaan III.

18. Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Bidang Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas PPKAD dalam

merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan

mengendalikan kegiatan di Bidang Akuntansi dan Pelaporan. Bidang

Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di Bidang Akuntansi dan

Pelaporan;

b. Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di Bidang

Akuntansi dan Pelaporan; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di Bidang

Akuntansi dan Pelaporan.

Page 13: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

13

19. Seksi Akuntansi

Seksi Akuntansi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan dalam menyiapkan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang akuntansi dan pelaporan.

20. Seksi Verifikasi

Seksi Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan dalam menyiapkan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang verifikasi.

21. Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan

Seksi Fasilitas Penyusunan Laporan Keuangan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan

dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang fasilitasi

penyusunan laporan keuangan.

22. Bidang Kas

Bidang Kas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang

kas. Bidang Kas melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di bidang kas;

Page 14: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

14

b. Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di bidang

kas; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang

kas.

23. Seksi Penerimaan

Seksi Penerimaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan pemberian

bimbingan di bidang penerimaan.

24. Seksi Pengeluaran

Seksi Pengeluaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan pemberian

bimbingan di bidang pengeluaran.

25. Seksi Pengendalian dan Pelaporan

Seksi Pengendalian dan Pelaporan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan

bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang pengendalian dan pelaporan.

26. Bidang Aset Daerah

Bidang Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Dinas PPKAD dalam merumuskan kebijakan,

Page 15: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

15

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang

aset daerah. Bidang Aset Daerah melaksanakan fungsi.

a. Perumusan petunjuk teknis kegiatan di bidang aset daerah;

b. Pengoordinasian, pengembangan dan fasilitasi kegiatan di bidang

aset daerah; dan

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang

aset daerah.

27. Seksi Penatausahaan Aset Daerah

Seksi Penatausahaan Aset Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Aset Daerah dalam

menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang penatausahaan aset

daerah.

28. Seksi Pendayagunaan Aset Daerah

Seksi Pendayagunaan Aset Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Aset Daerah dalam

menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang pendayagunaan aset

daerah.

29. Seksi Perubahan Status Hukum

Seksi Perubahan Status Hukum mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Bidang Aset Daerah dalam menyiapkan bahan

Page 16: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

16

perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian, dan

pemberian bimbingan di bidang perubahan status hukum.

30. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

dalam menunjang tugas pokok Dinas PPKAD.

C. Tata Kerja DPPKAD

Unutk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, setiap unit organisasi

DPPKAD diharapkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing dengan sebaik-baiknya. Selain itu dihaapkan juga agar

masing-masing unit organisasi dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan

pekerjaannya. Maka dari itu, disusunlah suatu tata kerja yang akan mengatur

cara kerja setiap unit organisasi. Adapun tata kerja dari DPPKAD adalah.

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pemimpin unit organisasi dan kelompok

tenaga fungsinonal wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi baik dalam lingkungan unit organisasi masing-masing

maupun antar satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah dengan

instansi lain di luar Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas masing-

masing.

2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya dan bila

terjadi penyimpangan, mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku.

Page 17: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

17

3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan

serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk

dan bertanggung jawab kepada atasannya serta menyiapkan laporan

berkala tepat pada waktunya.

5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari

bawahannya wajib diolah dan digunakan sebagai bahan penyusunan

laporan lebih lanjut dan petunjuk kepada bawahnnya.

6. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, laporan wajib disampaikan

kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai

hubungan kerja.

7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh

satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan

kepada bawahannya, wajib mengadakan rapat berkala.

D. Latar Belakang

Selama menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh pemerintah, dana tersebut

dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu

negara, baik itu kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu

iuran tersebut adalah pajak dan retribusi.

Page 18: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

18

Soemitro (2001) dalam Ilyas dan Burton (2001) mengatakan

“pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-timbal (kontra-

prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.”

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu

1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah teridiri

atas:

a. Pajak Daerah Tingkat I

b. Pajak Daerah Tingkat II

Pemerintah membuat kebijakan dengan ditetapkannya Peraturan

Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,

Pajak Air Tanah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

merupakan jenis pajak daerah yang pemungutannya menjadi kewenangan

pemerintah Kabupaten maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah yang

mengandung maksud bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber

Page 19: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

19

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan agar pemerintah daerah dapat mengurusi

kepentingan daerahnya dengan otonomi daerah. Dalam hal ini pajak daerah

ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang

merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan dalam pembangunan daerah

yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada

Kota/Kabupaten. Dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

pajak daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, salah satunya

adalah dengan peningkatan pendapatan dari sektor pajak.

Seperti yang dibahas dalam UU Nomor 12 Tahun 1994 yang

merupakan perubahan atas UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan dan UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20

Tahun 2000, telah menetapkan bahwa PBB tergolong sebagai pajak pusat.

Walaupun berstatus sebagai pajak pusat, penerimaan pajak tersebut

secara mayoritas diserahkan kembali kepada daerah kabupaten/kota. Cara

seperti ini sebenarnya lebih disukai oleh banyak pemerintah kabupaten/kota

(pemerintah daerah). Tentu karena pemerintah daerah tidak perlu

mengeluarkan biaya tinggi untuk memungut pajak tersebut. Pemerintah

daerah hanya menerima hasil dari pemungutan pajak tersebut.

Oleh pemerintah daerah kabupaten Sukoharjo pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) diharapkan mampu

memberikan kondisi yang kondusif bagi perkembangan pembangunan di

Page 20: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

20

kabupaten Sukoharjo yang pada akhirnya mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

kabupaten Sukoharjo, sehingga mampu mandiri dan mampu menjalankan

otonomi daerah. Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk mengambil judul “EVALUASI PELAKSANAAN

PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN

PERKOTAAN (PBB-P2) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER

PENDAPATAAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO”.

E. Rumusan Masalah

Pokok masalah yang dapat dirumuskan untuk menentukan arah

penelitian adalah.

1. Apakah sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan di kabupaten Sukoharjo sesuai dengan peraturan daerah yang

berlaku?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengalihan pajak

bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di kabupaten Sukoharjo?

F. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan di kabupaten Sukoharjo sesuai dengan peraturan

daerah yang berlaku.

Page 21: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

21

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses

pengalihan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di

kabupaten Sukoharjo.

G. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penilitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan, yaitu.

1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pentingnya pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sebagai

salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten Sukoharjo dan

diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam proses

pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di

kabupaten Sukoharjo.

2. Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam bidang perpajakan dan untuk menambah wawasan

tentang perpajakan khususnya pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan.

3. Akademis

Penelitian ini diharapkan jadi bahan pengembangan untuk penelitian-

penelitian selanjutnya demi kemajuan dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

Page 22: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

22

BAGAN ORGANISASI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN

DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

SUBBAG

PROGRAM

SUBBAG UMUM DAN KEPEGA-

WAIAN

SEKRETARIAT

SUBBAG

KEUANGAN

BIDANG AKUNTANSI

DAN PELAPORAN

SEKSI VERIFIKASI

SEKSI

AKUNTANSI

SEKSI FASILITASI

PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN

BIDANG

KAS

SEKSI PENGELUAR-

AN

SEKSI PENERIMAAN

SEKSI PENGENDALI-

AN DAN PELAPORAN

BUPATI SUKOHARJO,

BIDANG ASET

DAERAH

SEKSI

PERUBAHAN STATUS HUKUM

SEKSI

PENDAYAGU-NAAN ASET

DAERAH

SEKSI

PENATAUSA-HAAN ASET

DAERAH

SEKSI

PENYUSU-NAN

ANGGARAN

SEKSI PERENCA-

NAAN ANGGARAN

BIDANG PENDAPATAN

BIDANG ANGGAR-

AN

BIDANG PERBENDA-

HARAAN

SEKSI

PELAKSA-NAAN

ANGGARAN

SEKSI

PENETAPAN

SEKSI

PENDAFTAR-AN DAN

PENDATAAN

SEKSI

PENERIMAAN, PENAGIHAN

DAN PELAPORAN

SEKSI

PERBENDA- HARAAN II

SEKSI

PERBENDA- HARAAN I

SEKSI

PERBENDA- HARAAN III

KEPALA

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

UPTD

Gambar 2.1 Struktur Organisasi DPPKAD Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

Page 23: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pajak Daerah

Adriani dalam Waluyo dan Ilyas (2000) mengatakan “pajak adalah

iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh Wajib

Pajak, pembayarannya menurut peraturan-peraturan yang berlaku, dengan

tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan

kegunaannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7

Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa pajak

daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa Pajak Daerah

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Pajak Daerah merupakan Pajak Negara yang diserahkan kepada Daerah.

23

Page 24: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

24

b. Pajak Daerah dipungut oleh daerah berdasarkan dengan undang-

undang.

c. Hasil pungutan pajak digunakan untuk penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah dan Pembangunan Daerah.

Menurut lembaga pemungutnya, jenis pajak dapat dibagi menjadi

dua yaitu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan jenis pajak

yang dipungut oleh pemerintah daerah, yang sering disebut dengan pajak

pusat dan pajak daerah.

Jenis pajak pusat yang dikelola oleh Departemen Keuangan cq.

Direktorat Jenderal Pajak adalah.

1. Pajak penghasilan

2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

3. Pajak Bumi dan Bangunan

4. Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

5. Bea Materai

Sesuai dengan pembagian administrasi daerah dan Undang-undang

Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, pajak daerah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu.

1. Pajak Daerah Tingkat I terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Page 25: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

25

2. Pajak Daerah Tingkat II terdiri atas:

a. Pajak Hotel dan Restoran,

b. Pajak Hiburan,

c. Pajak Reklame,

d. Pajak Penerangan Jalan,

e. Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C, dan

f. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pengertian Sistem dan Prosedur

Sistem adalah kumpulan atau jaringan dari beberapa unsur yang

saling berkaitan satu sama lain untuk suatu maksud tertentu yang terpadu

untuk melangsungkan kegiatan. Secara umum sistem adalah sekelompok

unsur yang berhubungan erat satu dan yang lainnya, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2001).

Prosedur mempunyai suatu unsur dari sistem. Sedangkan yang

dimaksud dengan prosedur adalah urutan kegiatan klerikel, biasanya

melibatkan beberapa organisasi dalam suatu departemen atau lebih yang

dibuat untuk penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi

berulang-ulang (Mulyadi, 2001). Jadi jaringan prosedur yang dibuat secara

terpadu akan membentuk sebuah sistem, atau dengan kata lain prosedur

merupakan bagian dari sistem.

Page 26: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

26

3. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut

atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau

kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang

mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya.

Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan

ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.

Sedangkan dalam Peraturan Daerah Sukoharjo Nomor 7 Tahun

2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

disebutkan secara singkat bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,

dan pertambangan.

b. Dasar Hukum

Dasar hukum dari pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan

bangunan perdesaan dan perkotaan di kabupaten sukoharjo adalah

Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Bupati No. 48 Tahun 2011

Page 27: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

27

tentang petunjuk pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan kabupaten Sukoharjo.

c. Wajib Pajak, Subjek Pajak, dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan

a. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak

atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau

memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak

atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau

memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan

pertambangan.

d. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah.

a) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan

seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu

kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

b) Jalan tol;

c) Kolam renang;

Page 28: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

28

d) Pagar mewah;

e) Tempat olahraga;

f) Galangan kapal, dermaga;

g) Taman mewah;

h) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;

dan

i) Menara.

e. Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan adalah objek pajak yang :

a) Digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum

dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan

nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh

keuntungan;

c) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang

sejenis dengan itu;

d) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan

tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

e) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan

asas perlakuan timbal balik; dan

Page 29: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

29

f) Digunakan oleh Badan atau perwakilan lembaga intemasional

yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

d. Ketentuan Umum

1) Daerah adalah Kabupaten Sukoharjo.

2) Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3) Bupati adalah Bupati Sukoharjo.

4) Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang

perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang

selanjutnya disingkat DPPKAD adalah DPPKAD Kabupaten

Sukoharjo.

6) Pemungutan PBB-P2 adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya

pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib

Pajak serta pengawasan penyetorannya.

7) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang

selanjutnya disingkat PBB-P2 adalah pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang

pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

8) Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan

pedalaman serta laut wilayah kota.

Page 30: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

30

9) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

10) Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, yang selanjutnya disingkat

NJOPTKP adalah besaran nilai yang merupakan batas tertinggi

nilai/harga objek pajak yang tidak dikenakan pajak.

11) Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang diatasnya melekat

hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

12) Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP adalah

harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi

secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang

sejenis, atau nilai perolehan baru atau NJOP pengganti.

13) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan

pajak.

14) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah.

15) Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib

Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang

terutang.

Page 31: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

31

16) Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam Masa Pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

17) Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya disingkat SPOP

dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya

disingkat LSPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak

untuk melaporkan data subjek objek PBB-P2 sesuai ketentuan

Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

18) Nomor Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NOP adalah nomor

yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal

diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya.

19) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat

SPPT adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya

PBB-P2 Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

20) Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD

adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok pajak yang terutang.

e. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah NJOP.

Page 32: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

32

2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat

ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan

sebagai berikut :

a) untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per tahun;

dan

b) untuk NJOP di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) per tahun.

B. Pembahasan

1. Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan Menurut Perda

Sesuai Pasal 6 dan Pasal 9 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985

tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang

dimaksud dengan pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak

Page 33: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

33

yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta

pengawasan penyetorannya.

Asas Perpajakan Nasional adalah self assessment, yaitu suatu asas

yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat

mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan

secara adil. Dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, salah satu

pemberian kepercayaan tersebut adalah dengan memberikan kesempatan

kepada wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri objek pajak yang

dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan (self assessment di bidang pelaporan), ke

Direktorat Jenderal Pajak atau tempat-tempat lain yang ditunjuk.

Untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten

Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah perlu menetapkan

peraturan Bupati No. 48 Tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan

pemungutan PBB-P2 Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Sukoharjo.

Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan Pedesaan (PBB-

P2) adalah adalah suatu rangkaian kegiatan dimulai dari penghimpunan

data obyek pajak dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang

terutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta

pengawasan penyetoran Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan Perdesaan.

Dalam rangka pemungutan PBB-P2, Pemerintah Daerah

membentuk basis data PBB-P2. Pembentukan Basis Data PBB-P2

dilaksanakan melalui pendaftaran, pendataan, dan penilaian objek pajak

Page 34: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

34

PBB-P2. Pemerintah Daerah menggunakan Basis Data yang berasal dari

pelimpahan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik

Indonesia yang tertuang dalam Aplikasi Sistem Manajemen Informasi

Objek Pajak (SISMIOP) PBB-P2.

Aplikasi SISMIOP merupakan suatu aplikasi yang

mengintegrasikan proses bisnis pengelolaan administrasi PBB-P2 yang

meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Pendaftaran;

2. Pendataan;

3. Penilaian;

4. Penetapan; dan

5. Penerimaan.

Pemerintah Daerah dapat mengembangkan aplikasi SISMIOP sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.

1. Pendaftaran

a. Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh subjek

Pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak

(SPOP).

b. Wajib Pajak yang memiliki NPWP mencatumkan NPWP dalam

kolom yang tersedia dalam SPOP.

c. SPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan

disampaikan ke DPPKAD, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak atau kuasanya.

Page 35: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

35

d. Formulir SPOP disediakan dan dapat diperoleh dengan cuma-cuma

di UPTD PPKAD atau di tempat-tempat lain yang ditunjuk.

2. Pendataan

a. Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan

oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

dengan menuangkan hasilnya dalam formulir SPOP.

1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPOP.

2) SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta

ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disertai dengan

lampiran-lampiran yang diperlukan dan disampaikan kepada

DPPKAD.

3) Sepanjang tidak ada perubahan data obyek pajak, subyek pajak

maupun wajib pajak maka data SPOP dapat digunakan untuk

penetapan PBB tahun selanjutnya.

4) Bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan

Bupati ini.

b. Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dapat

dilakukan dengan alternatif:

1) Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP,

2) Identifikasi objek pajak,

3) Verifikasi data objek pajak,

4) Pengukuran bidang objek pajak,

Page 36: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

36

3. Penilaian

a. Penilaian adalah kegiatan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan untuk

menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang akan dijadikan

dasar pengenaan pajak baik secara massal maupun individual dengan

menggunakan pendekatan penilaian yang telah ditentukan.

b. Penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

4. Penetapan

a. PBB yang Terutang

1) Penetapan besarnya PBB yang terhutang dihitung berdasarkan

NJOP Bumi dan Bangunan dikalikan luas bumi dan bangunan

kemudian dikurangi dengan NJOPTKP yang selanjutnya disebut

NJKP.

NJKP = [(NJOP Bumi x luas bumi) + (NJOP Bangunan x luas

Bangunan)] – NJOPTKP

2) NJKP dihitung menggunakan tarif:

a) Untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen)

dikalikan dengan NJOP Bumi dan Bangunan.

b) Untuk NJOP di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) dikalikan

dengan NJOP Bumi dan Bangunan.

3) NJOPTKP PBB ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

Page 37: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

37

rupiah) untuk setiap wajib pajak.

4) Apabila wajib pajak mempunyai lebih dari 1 (satu) obyek pajak

berupa bumi atau bangunan, maka NJOPTKP dikenakan untuk 1

obyek pajak bumi atau bangunan.

b. Tata Cara Penerbitan, Pengisian dan Penyampaian SPPT.

1) Berdasarkan SPOP DPPKAD menerbitkan SPPT.

2) SPPT PBB diterbitkan di awal tahun masa pajak secara masal

3) DPPKAD mencetak DHKP PBB buku 1, 2, 3, 4, dan 5

4) Sebelum disampaikan ke wajib pajak, dilakukan penelitian data

SPPT dengan data DHKP.

5) Setelah penelitian selesai dibuatkan berita acara dan laporan hasil

penelitian SPPT rangkap 3 dengan rincian rangkap ke-1 untuk

DPPKAD, rangkap ke-2 untuk Desa/Kelurahan, dan rangkap ke-3

untuk lampiran berita acara penelitian.

6) SPPT yang telah diteliti diserahkan kepada Desa/Kelurahan

dengan dibuatkan berita acara serah terima SPPT untuk

disampaikan kepada wajib pajak.

7) Kelurahan wajib membuat laporan penyampaian SPPT secara

berkala kepada DPPKAD.

8) SPPT PBB harus sudah sampai ke wajib pajak paling lambat

tanggal ( 31 Maret ).

9) Bentuk, dan isi formulir SPPT dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Page 38: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

38

5. Penerimaan

a. PBB yang terutang dibayar di Kas Daerah / Bank Tempat

Pembayaran dengan menggunakan SPPT, SKPD, SKPDKB, dan

SKPDKBT.

b. Bank Tempat Pembayaran ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

c. PBB harus dibayarkan sebelum jatuh tempo pembayaran.

d. Jatuh tempo pembayaran PBB adalah yang tercantum di SPPT.

e. Jatuh tempo pembayaran PBB ditetapkan berdasar Keputusan

Bupati.

f. Wajib Pajak setelah melakukan pembayaran memperoleh STTS.

g. STTS dibuat rangkap 2 (dua) lembar :

1) Lembar ke-1 diberikan kepada wajib pajak;

2) Lembar ke-2 untuk Bank.

h. STTS Lembar ke-2 disimpan oleh bank sebagai dasar pembuatan

laporan, dan selanjutnya dikirimkan kembali ke DPPKAD paling

lambat 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pembayaran.

i. STTS dianggap sah apabila telah ada tanda validasi dari Bank

Tempat Pembayaran.

Dalam rangka menjaga validitas basis data yang dilimpahkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak sebagai akibat perkembangan/perubahan Subjek

dan Objek PBB-P2, Pemerintah Daerah melakukan pemeliharaan basis

data SISMIOP. Pemeliharaan basis data SISMIOP dilakukan dengan cara.

Page 39: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

39

a. Pasif, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh

Petugas DPPKAD berdasarkan laporan yang diterima dari Wajib Pajak

dan atau pejabat/instansi terkait.

b. Aktif, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh

DPPKAD dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data objek

pajak dan subjek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di

lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan nilai jual objek pajak

dengan rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan, pelaksanaannya

sesuai dengan prosedur pembentukan basis data.

2. Prosedur Pelaksanaan Pemungutan PBB-P2 di Lapangan

Penulis melakukan penelitian tentang pelaksanaan pemungutan

PBB-P2 di lapangan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara

dengan sejumlah orang serta karyawan Pemda yang sedang mengurus

PBB-P2 di unit pelayanan DPPKAD, penulis menanyakan tentang tekhnis

prosedur pelaksanaan pemungutan PBB-P2 dari mulai proses pendaftaran

hingga proses keberatan. Pertanyaan yang penulis ajukan mengarah pada

Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2011 sebagai acuan dan dasar hukum

pelaksanaan pemungutan PBB-P2 di Sukoharjo. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 2.1

Page 40: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

40

Tabel 2.1 Perbandingan Prosedur Pelaksanaan Pemungutan PBB-P2 Menurut Perda dengan Pelaksanaan di Lapangan NO. PROSEDUR MENURUT

PERDA PELAKSANAAN DI

LAPANGAN 1. Pendaftaran Sesuai 2. Pendataan Sesuai 3. Penilaian Sesuai 4. Penetapan Sesuai 5. Penerimaan Sesuai

Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan sejumlah orang dan karyawan Pemda. Dari hasil data tabel di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

prosedur pemungutan PBB-P2 di kabupaten Sukoharjo sangat sesuai

dengan peraturan daerah yang ditetapkan yaitu Peraturan Bupati Nomor 48

Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Dan

Bangunan Perkotaan Dan Perdesaan Kabupaten Sukoharjo yang telah

penulis jelaskan sebelumnya.

3. Kendala/Hambatan yang Timbul Dalam Proses Pengalihan PBB-P2

Dalam suatu proses pasti ditemukan adanya kendala/hambatan.

Begitu juga dalam proses pengalihan PBB-P2 yang dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

kabupaten Sukoharjo diantaranya adalah.

a. Banyaknya wajib pajak yang menunggak kewajiban untuk membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

b. Kurangnya sosialisasi tentang PBB-P2, sehingga masih banyak warga

yang belum tahu tentang PBB-P2.

Page 41: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

41

c. Kurangnya kesadaran wajib pajak tentang data wajib pajak pada SPOP,

jika terdapat perubahan data seperti alamat, NOP, status, pekerjaan

wajib pajak tidak mengganti data pada SPOP.

d. Banyaknya wajib pajak yang mempunyai alamat ganda, sehingga

membuat kesulitan bagi petugas untuk melakukan penagihan PBB-P2.

e. Belum ada petugas survey yang menangani tentang data terbaru wajib

pajak.

Page 42: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

42

Wajib Pajak

SPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan ke DPPKAD, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak atau kuasanya.

SPOP

Mengisi Form SPOP

Mulai

1

Membayar ke bank jateng

STTS diberi tanda validasi dari bank.

Dibayar sebelum jatuh tempo, yang tertera pada SPPT.

SPPT 2

SPPT 2

STTS 2

STTS 1

N

5

6

Keterangan:

SPOP : Surat Pemberitahuan Objek Pajak

STTS : Surat Tanda Terima Sementara

Page 43: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

43

DPPKAD (Bidang Pendapatan)

1

SPOP

Penetapan PBB Tahun Selanjutnya

SPOP

Menentukan NJOP

Keputusan Bupati

Penetapan PBB

berdasarkan NJOP

Apabila terdapat perubahan data, dilakukan penggantian data pada SPOP.

Dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak.

SPOP

2

Sampai dengan 1 miliar ditetapkan 0,1% dan untuk diatas 1 miliar ditetapkan 0.2%

2

SPOP

Mencetak SPPT dan DHKP menggunakan aplikasi SISMIOP.

Mencocokan data SPPT dengan data

DHKP.

SPOP

3

2

SPPT 1

DHKP

3 N

Keterangan:

PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

NJOP : Nilai Jual Objek Pajak

SPPT : Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

DHKP : Daftar Himpunan Ketetapan Pajak

Page 44: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

44

DPPKAD (Bidang Pendapatan)

3

3

2

SPPT 1

DHKP

Membuat berita acara

3

2

SPPT 1

DHKP

Berita Acara

4

N

7

STTS 2

Mencatat ke dalam laporan

penerimaan pajak daerah

STTS 2

LPPD

N Selesai

Keterangan:

LPPD : Laporan Penerimaan Pajak Daerah

Page 45: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

45

Desa/Kelurahan

3 SPPT 2

Pengecekan

N

DHKP

Berita Acara

3 SPPT 2

DHKP

Berita Acara SPPT PBB harus sudah sampai ke wajib pajak paling lambat tanggal ( 31 Maret ).

4

5

Page 46: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

46

Bank Jateng

STTS 2

Pembuatan Laporan

STTS 2

Paling lambat dua hari setelah tanggal pembayaran.

6

7

Page 47: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

BAB III

TEMUAN

A. Kelebihan

Setelah mengevaluasi Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di kabupaten Sukoharjo,

terdapat beberapa kelebihan pada pelaksanaan PBB-P2 sebagai berikut.

1. Kabupaten Sukoharjo satu-satunya kabupaten di wilayah Bakorwil II yang

melakukan pengalihan PBB-P2 di tahun 2012.

2. Ketika PBB di kabupaten Sukoharjo dialihkan menjadi PBB-P2 sebagai

pajak daerah, dengan demikian seluruh hasil penerimaan dari PBB-P2

diberikan kepada pemerintah daerah.

3. Perubahan PBB menjadi PBB-P2 berdampak pada peningkatan kualitas

kerja Pemda Sukoharjo.

B. Kelemahan

Setelah mengevaluasi Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di kabupaten Sukoharjo,

terdapat beberapa kelemahan pada pelaksanaan PBB-P2 sebagai berikut.

1. Banyaknya wajib pajak yang menunggak kewajiban untuk membayar

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

2. Kurangnya sosialisasi tentang PBB-P2, sehingga masih banyak masyarakat

yang belum tahu tentang PBB-P2.

47

Page 48: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

48

3. Kurangnya kesadaran wajib pajak tentang data wajib pajak pada SPOP,

jika terdapat perubahan data seperti alamat, NOP, status, pekerjaan wajib

pajak tidak mengganti data pada SPOP.

4. Banyaknya wajib pajak yang mempunyai alamat ganda, sehingga

membuat kesulitan bagi petugas untuk melakukan penagihan PBB-P2.

5. Belum ada petugas survey yang menangani tentang data-data terbaru wajib

pajak.

Page 49: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengevaluasi Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Sebagai Salah Satu Sumber

Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo, terdapat kesimpulan sebagai

berikut.

1. Bagian Pendapatan DPPKAD kabupaten Sukoharjo memiliki peran aktif

sebagai pelaksana pemungutan PBB-P2.

2. Prosedur pelaksanaan pemungutan PBB-P2 di kabupaten Sukoharjo sesuai

dengan Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2011 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo.

3. PBB-P2 merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah kabupaten

Sukoharjo.

B. Saran

Melihat beberapa kekurangan/kelemahan yang terdapat pada

pelaksanaan pemungutan PBB-P2, saran untuk Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo khususnya Bidang Pendapatan yang perlu dijadikan pertimbangan

agar dapat lebih baik di masa mendatang, antara lain:

49

Page 50: Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)

50

1. Petugas/aparat pajak hendaknya lebih tegas dalam menangani wajib pajak

yang menunggak dalam membayar kewajiban pajaknya, sehingga dapat

mengurangi jumlah wajib pajak yang menunggak membayar pajak.

2. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat, tentang pentingnya membayar

pajak untuk menunjang pembangunan.

3. Perlunya dibentuk petugas untuk melakukan survey mengenai data-data

terbaru wajib pajak.