kelompok 1 - analisis agregat dan intra wilayah kab. banjarnegara

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi merupakan faktor penting yang mengiringi perkembangan suatu wilayah. Diperlukan pembahasan yang mendasar tentang perkembangan ekonomi suatu wilayah agar dapat diketahui kemana arah perkembangan wilayah tersebut. Salah satu permodelan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi adalah sektor basis. Sektor basis merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilihat dari jumlah ekspor wilayah tersebut ke daerah lain. Di samping sektor basis, ada kegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan untuk melayani (service) kegiatan produksi sektor basis termasuk pekerjanya. Sektor ini disebut sebagai sektor non-basis. Kedua sektor (basis dan non-basis) saling berhubungan. Artinya bahwa bila permintaan dari luar meningkat, maka sektor basis akan berkembang. Berkembangnya sektor basis akan mendorong perkembangan sektor non-basis dan perkembangan kedua sektor tersebut pada gilirannya akan menumbuhkembangkan perekonomian wilayah/kota melalui proses penggandaan. Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis, yaitu metode langsung (melalui survei) dan tak langsung. Metode pengukuran tak langsung adalah metode yang menggunakan cara Metode Location Quotient (LQ) atau menggunakan data sekunder (PDRB/ tenaga kerja) dlm menentukan sektor basis serta dengan cara Analisis Shift Share atau dengan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis: produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun). Kedua cara ini berguna untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, apakah termasuk cepat ataukah lambat. 1.2 Perumusan Masalah Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisis intrawilayah dan agrerat wilayah Kabupaten Banjarnegara terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan meliputi statistik dasar berupa deskripsi atau profil ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara, analisis LQ dan shiftshare, dan identifikasi serta analisis arahan pengembangan ekonomi (sektor apa yg dikembangkan dan di mana akan dikembangkan). 1.3 Tujuan dan Sasaran Laporan Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara dalam Menentukan Sektor Ekonomi Basis Kabupaten Banjarnegara ini memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:

Upload: novi-yanti

Post on 17-Sep-2015

88 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

EWK Tugas Besar Semester 3

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ekonomi merupakan faktor penting yang mengiringi perkembangan suatu wilayah.

    Diperlukan pembahasan yang mendasar tentang perkembangan ekonomi suatu wilayah

    agar dapat diketahui kemana arah perkembangan wilayah tersebut. Salah satu permodelan

    untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi adalah sektor basis. Sektor basis merupakan

    indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilihat dari jumlah ekspor wilayah tersebut ke

    daerah lain. Di samping sektor basis, ada kegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan untuk

    melayani (service) kegiatan produksi sektor basis termasuk pekerjanya. Sektor ini disebut

    sebagai sektor non-basis. Kedua sektor (basis dan non-basis) saling berhubungan. Artinya

    bahwa bila permintaan dari luar meningkat, maka sektor basis akan berkembang.

    Berkembangnya sektor basis akan mendorong perkembangan sektor non-basis dan

    perkembangan kedua sektor tersebut pada gilirannya akan menumbuhkembangkan

    perekonomian wilayah/kota melalui proses penggandaan.

    Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis, yaitu

    metode langsung (melalui survei) dan tak langsung. Metode pengukuran tak langsung

    adalah metode yang menggunakan cara Metode Location Quotient (LQ) atau menggunakan

    data sekunder (PDRB/ tenaga kerja) dlm menentukan sektor basis serta dengan cara

    Analisis Shift Share atau dengan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis:

    produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun). Kedua cara ini

    berguna untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, apakah

    termasuk cepat ataukah lambat.

    1.2 Perumusan Masalah

    Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisis intrawilayah dan agrerat wilayah

    Kabupaten Banjarnegara terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Kecamatan yang ada di

    Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan meliputi

    statistik dasar berupa deskripsi atau profil ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara,

    analisis LQ dan shiftshare, dan identifikasi serta analisis arahan pengembangan ekonomi

    (sektor apa yg dikembangkan dan di mana akan dikembangkan).

    1.3 Tujuan dan Sasaran

    Laporan Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara dalam

    Menentukan Sektor Ekonomi Basis Kabupaten Banjarnegara ini memiliki tujuan dan sasaran

    sebagai berikut:

  • 1.3.1 Tujuan

    Tujuan dari laporan ini ialah mengetahui sektor ekonomi basis di Kabupaten

    Banjarnegara. Sektor ekonomi basis ini mencerminkan sektor unggulan yang

    kemudian dikembangkan untuk menopang kegiatan perekonomian. Selain itu, juga

    untuk mengetahui komoditas utama di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas utama ini

    juga dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Banjarnegara.

    1.3.2 Sasaran

    Ada beberapa sasaran yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan dalam

    penyusunan laporan ini, diantaranya:

    1. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi Kabupaten Banjarnegara

    2. Teridentifikasinya kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan

    Propinsi Jawa Tengah

    3. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi masing-masing kecamatan di

    Kabupaten Banjarnegara

    4. Teranalisisnya sektor basis dan non basis Kabupaten Banjarnegara

    5. Teranalisisnya sektor unggulan dan non unggulan yang dimiliki Kabupaten

    Banjarnegara.

    6. Terciptanya arahan atau kebijakan pengembangan ekonomi di Kabupaten

    Banjarnegara.

    1.4 Ruang Lingkup

    Ruang lingkup merupakan batasan identifikasi wilayah studi yang mencakup ruang

    lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Penjelasan mengenai ruang lingkup wilayah dan

    materi adalah sebagai berikut:

    1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

    Ruang lingkup wilayah dibagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang lingkup

    mikro.

    a. Ruang Lingkup Wilayah Makro

    Ruang lingkup makro mencakup wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 34.548

    km2. Batas-batas administrasi Provinsi Jawa Tengah adalah:

    Utara : Laut Jawa;

    Timur : Jawa Timur;

    Selatan : Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

    Barat : Jawa Barat.

    b. Ruang Lingkup Wilayah Mikro

    Ruang lingkup mikro mencakup wilayah Kabupaten Banjarnegara seluas

    106.970,997 ha. Batas-batas administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah:

  • Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang;

    Timur : Kabupaten Wonosobo;

    Selatan : Kabupaten Kebumen;

    Barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga.

    1.4.2 Ruang Lingkup Materi

    Ruang lingkup materi yang digunakan pada laporan ini mencakup

    komponen PDRB sebagai alat untuk mengetahui karakteristik ekonomi dan input yang

    dianalisis. Beberapa teori yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut:

    a. Teori ekonomi wilayah dan kota

    b. Teori analisis agregat wilayah

    c. Teori analisis intra wilayah

    d. Teori LQ

    e. Teori Shift share

    1.5 Sistematika Penulisan

    Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian literatur,

    gambaran umum Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah, analisis ekonomi

    wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan penutup. Untuk lebih jelasnya, diuraikan seperti

    berikut ini:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan laporan, perumusan masalah, tujuan dan

    sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wlayah dan ruang lingkup materi, dan sistematika

    penulisan.

    BAB II KAJIAN LITERATUR

    Kajian literatur berisi tentang ruang lingkup materi yang terkait dengan laporan. Materi

    tersebut adalah analisis ekonomi dalam perencanaan wilayah dan kota meliputi analisis

    agregat dan analisis intrawilayah.

    BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA DAN PROVINSI JAWA

    TENGAH

    Bab ini mendiskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi yaitu

    Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah. Gambaran umum tersebut terdiri dari

    kondisi geografis, kependudukan,

    BAB IV ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

    Bab ini berisi tentang analisis ekonomi wilayah dan kota yaitu berupa analisis perekonomian

    wilayah (analisis agregat wilayah dan analisis intrawilayah). Analisis agraga berupa statistic

    dasar, analisis sektor basis (Perhitungan LQ), analisis kinerja sektor ekonomi (Perhitungan

  • Shiftshare). Sedangkan analisis intrawilayah berupa analisis sektor ekonomi unggulan (LQ

    dan SS) dan arahan pengembangan ekonomi.

    BAB V PENUTUP

    Bab terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan yang ada di

    laporan.

  • BAB II

    KAJIAN LITERATUR

    2.1 Analisis Agregat

    Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi

    perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana

    wilayah tersebut berada pada satu tempat. Dengan demikian, analisis agregat dapat

    digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi, wilayah

    dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas.

    Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan

    distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat

    penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan

    bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam

    pendapatan suatu wilayah.

    Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga

    dapat mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam

    perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah

    faktor faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya.

    Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor

    ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek

    ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional

    dan wilayah lain.

    Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran

    faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak

    mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi

    yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap

    perkembangan perekonomian wilayah.

    Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis

    agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi

    yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan

    aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang

    berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya

    pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebujakan pemerintah

    juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan

    wilayah lain.

  • 2.2 Analisis Intra Wilayah

    Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih

    mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan

    dari elemen-elemen yang ada di dalamnya.

    Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari

    tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya.

    Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis

    ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya

    lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-sendiri.

    Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan-

    kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti

    pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya.

    Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intarawilayah yaitu bagaimana

    karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana

    tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-

    masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor

    ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain.

    2.3 PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)

    Gross Domestik Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB) adalah besarnya nilai

    barang dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu negara atau wilayah dalam satu tahun

    tertentu. Untuk wilayah kabupaten dan propinsi disebut Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB). Pengertian Produk Domestik Regional Bruto itu sendiri merupakan suatu ukuran

    pendapatan suatu wilayah atau kota yang dihitung dengan menggunakan seluruh output

    barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh input (faktor produksi) yang ada yang nantinya

    akan digunakan oleh satu perekonomian untuk menghasilkan barang atau jasa.

    Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan menurut 3 sudut pandang yang

    berbeda, yaitu:

    a. Menurut pendekatan produksi

    Merupakan jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

    berbagi unit produksi didalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Adapun

    pembagian unit-unit produksi/sektor tersebut dibagi menjadi 9 lapangan usaha, yaitu:

    1) Pertanian

    2) Pertambangan dan penggalian

    3) Penghasilan dan pajak langsung lainnya

    4) Listrik, gas, dan air minum

    5) Bangunan

  • 6) Perdagangan, hotel, dan restaurant

    7) Pengangkutan dan komunikasi

    8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

    9) Jasa-jasa

    b. Menurut pendekatan pendapatan

    Merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut

    serta dalam proses produksi dalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas

    jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan

    keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

    c. Menurut pendekatan pengeluaran

    Merupakan jumlah pengeluaran oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah,

    lembaga swasta tidak mencari keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal

    tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah atau wilayah

    dalam jangka waktu tertentu. Ekspor netto yang dimaksud adalah nilai ekspor

    dikurangi dengan jumlah nilai impor.

    PDRB secara berkala dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku

    dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat di jelaskan berikut ini :

    a. PDRB atas dasar harga berlakumenggambarkan nilai tambah barang dan jasa

    yang dihitung dengan menggunakanharga pada setiap tahun.

    b. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang

    dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

    penghitungannya.

    2.4 Metode Analisis LQ

    Metode Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan

    diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut

    Hood (1998). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam

    model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang menjadi

    pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan

    ekonomi melalui pendekatan perbandingan.

    Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu

    wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk

    barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang

    berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).

    Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah

    pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relative

    kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sector unggulan sebagai

  • leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan

    pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

    Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, metode LQ relevan

    digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi

    penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman

    pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian

    (areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas

    pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan

    jumlah populasi (ekor). Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan

    demikian halnya dengan metode LQ.

    a. Kelebihan metode LQ

    1) Mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.

    2) Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Microsoft Excel atau

    program Lotus

    b. Keterbatasan metode LQ

    1) Validitas data sangat diperlukan, sehingga harus diperhitungkan akurasi

    datanya.

    2) Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjang (tidak kurang

    dari 5 tahun).

    3) Deliniasi wilayah kajian yang acuannya seringkali tidak jelas, sehingga muncul

    hasil hitungan yang tidak sama dengan yang diduga.

    Selanjutnya untuk menganalisis data menggunakan metode LQ yang dilakukan secara

    sederhana menggunakan spreadsheet dari Excel dalam Microsoft Windoows XP perlu

    dilakukan beberapa tahap, yaitu:

    a. Insert data

    Insert data menurut subsektor dengan jangka waktu lima tahun terakhir ke dalam

    spreadsheet dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun,

    sedangkan baris diisi nama sektor yang akan dianalisis.

    b. Menghitung LQ

    Dalam tahapan ini adalah menghitung nilai LQ. Caranya dengan memasukkan

    notasi-notasi yang diperoleh ke dalam formula LQ, yaitu pi/pt sebagai pembilang

    dan Pi/Pt sebagai penyebut. Secara ringkas ditulis:

    =/

    /

    Keterangan:

    LQ = Location Quotient

    pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat lokal

  • pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat lokal

    Pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat regional

    Pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat regional

    c. Interpretasi nilai LQ

    Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan

    satu sampai lebih besr dari angka 1, atau 1 LQ > 1. Besaran nilai LQ

    menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu di

    wilayah yang bersangkutan relatif terhadap wilayah referensi. Artinya semakin

    besar nilai LQ di suatu wilayah, semakin besar pula derajat konsentrasinya di

    wilayah tersebut. Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu:

    1) LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.

    Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi

    kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar

    wilayah.

    2) LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif .

    Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebetuhan wilayah sendiri dan tidak

    mampu untuk diekspor.

    3) LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu

    wilayah tidak dapet memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau

    impor dari luar.

    2.5 Metode Analisis Shift Share

    Analisis Shift Share adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja

    perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relative sektor-sektor ekonomi dan

    identifikasi sektor unggul daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah

    acuan atau wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu.

    Analisis ini bertumpu pada asumisi pertumbuhan sektor daerah sama dengan tingkat

    wilayah acuan, membagi perubahan atua pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (local)

    dalam tiga komponen, yaitu:

    a. Komponen pertumbuhan wilayah acuan (KPW), yaitu mnegukur perubahan kinerja

    ekonomi pada perekonomian acuan. Artinya, daerah yang bersangkutan tumbuh

    karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.

    b. Komponen pertumbuhan proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan

    pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila

    komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti bahwa

    sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negative,

    maka kinerja sektor tersebut menurun.

  • c. Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (KPK), yaitu mengukur

    kinerja sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Sektor-sektor local

    terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen

    ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor local meningkat

    dibandingkan sektor yang sama pada perekonomian acuan, begitu juga sebaliknya.

    Apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK, maka

    persamaan dapat diformulasikan sebagai berikut:

    PEK = KPW+KPP+KPK atau

    PEK =

    1 +

    +

    yi

    yi

    Yi

    Yi

    Keterangan :

    Y* = indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian

    Y = indikator ekonomi acuan awal tahun kajian

    Yi = indikator ekonomi acuan sektor I akhir tahun kajian

    Yi = Indikator ekonomi acuan sektor I awal tahun kajian

    yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I akhir tahun kajian

    yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I awal tahun kajian

    Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus :

    PN = KPP + KPK

    Langkah-langkah dasar

    a. Langkah 1

    Hitung dan bandingkan pertumbuhan pendapatan di daerah dengan wilayah acuan.

    Untuk memudahkan analisis, perekonomian daerah dan wilayah acuan dipecah

    dalam sebelas sektor, yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industry

    pengolahan, listrik/ gas/ air bersih, bangunan, perdagangan/ hotel/ restoran,

    pengangkutan/ komunikasi, keuangan/ persewaan/ jasa perusahaan, dan jasa-jasa.

    b. Langkah 2

    Hitung perubahan pendapatan daerah setiap sektor, yaitu dengan mengurangi

    pendapatan pada akhir waktu kajian untuk masing-masing sektor dengan

    pendapatan pada awal tahun kajian

    c. Langkah 3

    Hitung komponen masing-masing pertumbuhan sesuai rumus yang telah dijabarkan

    secara rincisebagai berikut :

    1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW)

    2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)

    3) Komponen Pertumbuhan Daya Saing (KPK)

  • d. Langkah 4

    Tafsirkan hasil perhitungan, dengan membandingkan sektor-sektor KPP yang

    bertanda positif dengan negative. Apabila suatu sektor bertanda positif, maka

    sektor tersebut pesat pertumbuhannya dan pengaruhnya pada pendapatan daerah

    juga positif. Begitu juga sebaliknya. Suatu daerah yang sebagian besar

    pendapatannya berasal dari sektor-sektor yang lamban pertumbuhannya, maka

    pendapatan di daerah tersebut akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan wilayah

    acuan. Begitu juga sebaliknya.

    e. Langkah 5

    Hubungkan sektor KPK yang bertanda positif dan negative. Sektor yang bertanda

    positif berarti mengalami peningkatan daya saing/keunggulan komparatif daerah

    dalam kaitannya dengan daerah lain pada waktu kajian.

    f. Langkah 6

    Hitung pergeseran bersih (net shift) untuk menemukan sektor-sektor maju dan

    kurang maju, yaitu dengan menjumlahkan komponen KPK dan KPP dari masing-

    masing sektor. Apabila hasil penjumlahan yang diperoleh untuk suatu sektor adalah

    positif, maka sektor yang bersangkutan termasuk maju, begitu jjuga sebaliknya.

    g. Langkah 7

    Sebagian alternative dari langkah 6, analisis dilanjutkan untuk menemukan sektor-

    sektor yang termasuk unggul, agak unggul mundur, dan mundur dalam selang

    waktu ujian. Keluaran semua sektor daerah diletakkan pada suatu diagram yang

    terdiri dari empat kuadran. Kuadran I mempresentasikan sektor unggul karena KPK

    dan KPP memiliki nilai positif, kuadran II menggambarkan sektor agak mundur

    karena KPK negative namun KPP positif, kuadran III mempresentasikan sektor

    mundur karena KPK maupun KPP negative, kuadran IV merpakan tempat

    kedudukan sektor agak unggul karena KPK positif, sedangkan KPP negative. Yang

    menjadi acuan utama dalam analisis ini adalah KPK atau komponen pertumbuhan

    daya saing daerah, karena komponen tersebut merupakan komponen terpenting

    dalam pertumbuhan suatu daerah.

    2.6 Analisis Gabungan LQ dan Shift Share

    Dari gabungan analisis LQ dan Shift Share, dapat diketahui sektor ekonomi unggulan

    suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan

    adalah pendekatan LQ dan pendekatan input-output. Indikator dari analisis LQ yaitu sektor

    yang mempunyai nilai LQ >1 adalah sektor unggulan sehingga dijadikan prioritas

    pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Indikator dari analisis Shift Share yaitu sektor

    yang mempunyai nilai bacward linkage dan forward linkage yang tinggi adalah sektor

  • unggulan, sehingga dijadikan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Berikut

    ini adalah contoh penghitungan beberapa sektor ekonomi dengan mencari rata-rata LQ dan

    komponen KPPW.

    Tabel II.1 Tipologi Sektor Berdasarkan Gabungan Nilai LQ & Komponen KPPW

    NO SEKTOR RATA RATA

    LQ KOMPONEN KPPW

    1 Pertanian LLQQ >> 11 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING

    2 Pertambangan & Penggalian LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING

    3 Industri LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING

    4 Listrik, Gas & Air Minum LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING

    5 Konstruksi LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING

    7 Transportasi & Komunikasi LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING

    8 Keuangan LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING

    9 Jasa - Jasa LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING

    Sumber :

    Dari tabel di atas, analisis antara hasil LQ dan KPPW sebagai komponen Shift Share

    menghasilkan 4 kategori sektor ekonomi, yaitu :

    - Kategori 1 : Sektor Basis & Berdaya Saing -> Industri, Pertambangan &

    Penggalian

    - Kategori 2 : Sektor Non Basis & Berdaya Saing -> Listrik, Gas & Air Minum,

    Konstruksi, Perdagangan, Hotel & Restoran serta Keuangan

    - Kategori 3 : Sektor Basis & Tidak Berdaya Saing -> Pertanian

    - Kategori 4 : Sektor Non Basis & Tidak Berdaya Saing -> Transportasi &

    Komunikasi serta Jasa-jasa.

  • Sumber :

    Gambar 2.1 Pembagian 4 Kategori Analisis Sektor Ekonomi Unggulan

    Dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi prioritas dikembangkan (Unggulan)

    adalah Industri, Pertambangan & Penggalian serta Pertanian. Khusus untuk Pertanian,

    sektor ini tetap menjadi sektor unggulan meskipun tidak berdaya saing karena dilihat dari

    jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor ini menyumbang jumlah PDRB yng

    jauh lebih besar dari sektor lainnya sehingga tetap menjadi sektor unggulan. Sektor lain

    yang bukan merupakan sektor unggulan harus lebih dikembangkan secara signifikan agar

    perkembangan dan p emerataan sektor ekonomi wilayah tersebut dapat ditingkatkan.

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

    Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan penjabaran mengenai

    kondisi eksisting yang terdapat di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dalam gambaran umum

    ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik.

    3.1 Aspek Fisik Kabupaten Banjarnegara

    Aspek fisik Kabupaten Banjarnegara meliputi keadaan geografis dan administrasi;

    bentuk alam dan topografi; jenis tanah; klimatologi; dan penggunaan lahan.

    3.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi

    Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

    Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai luas wilayah 106,971,01 Ha, terdiri dari 20

    kecamatan 253 desa 12 kelurahan. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara

    adalah sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang

    Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo

    Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen

    Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas

    Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010

    Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara

  • Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada

    Tabel 4.1 berikut.

    Tabel III.1 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan

    NO. KECAMATAN LUAS (Ha) PERSENTASE

    1 SUSUKAN 5,265.67 4.92

    2 PURWAREJA KLAMPOK

    2,186.67 2.04

    3 MANDIRAJA 5,261.58 4.92

    4 PURWANEGARA 7,386.53 6.91

    5 BAWANG 5,520.64 5.16

    6 BANJARNEGARA 2,624.20 2.45

    7 PAGEDONGAN 8,055.24 7.53

    8 SIGALUH 3,955.95 3.70

    9 MADUKARA 4,820.15 4.51

    10 BANJARMANGU 4,635.61 4.33

    11 WANADADI 2,827.41 2.64

    12 RAKIT 3,244.62 3.03

    13 PUNGGELAN 10,284.01 9.61

    14 KARANGKOBAR 3,906.94 3.65

    15 PANGETAN 4,618.98 4.32

    16 PEJAWARAN 5,224.97 4.88

    17 BATUR 4,717.10 4.41

    18 WANAYASA 8,201.13 7.67

    19 KALIBENING 8,377.56 7.83

    20 PANDANARUM 5,856.05 5.47

    JUMLAH 106,971.01 100.00

    Sumber; Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014

    3.1.2 Bentuk Alam dan Topografi

    Kabupaten Banjarnegara terdiri dari tiga zona yaitu zona utara, zona tengah, dan

    zona selatan sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010).

    a. Zona utara merupakan wilayah pegunungan yang lebih dikenal dengan

    pegunungan Kendeng Utara, rona alamanya bergunung berbukit,

    bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayur mayor, kentang,

    kobis, jamur,teh, jagung, kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing dan

    domba, Juga pariwisata dan tenaga listrik panas bumi di dataran Dieng.

    b. Zona tengah merupakan dataran lembah sungai Serayu. Rona alamnya relatif

    datar dan subur. Potensi utama adalah padi,palawija, buah-buahan, ikan

    homeindustri, PLTA Mrica, keramik, dan anyam-anyaman bambu.

    c. Zona Selatan merupakan pegunungan kapur dengan nama pegunungan

    Serayu Selatam. Rona alamnya bergunung, bergelombang dan curam.

    Potensinya utamanya adalah ketela pohon, gula kelapa, bambu, getah pinus,

  • damar dan bahan mineral meliputi : marmer, buah kwarsa, feld sart, asbes,

    andesit, pasir dan kerikil. Buah-buahan: duku, manggis, durian, rambutan,

    pisang, dan jambu.

    Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun

    kebanyakan berada pada ketinggian 100 mdpl karena letaknya yang berada pada jalur

    pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 mdpl (37,04%);

    500-1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan

    ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% (Bappeda Kabupaten

    Banjarnegara, 2010).

    Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010

    Gambar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Banjarnegara

    3.1.3 Jenis Tanah

    Jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut (Bappeda

    Kabupaten Banjarnegara, 2010).

    a. Tanah alluvial: dengan asosiasinya berwarna kelabu coklat dan hitam,

    sifatnya beraneka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai

    untuk pertanian. Jenis tanah tersebut terdapat pada Kecamatan Batur,

    Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi.

    b. Tanah latosol: berasosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral,

    warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-

    merahan. Tingkat kesuburantanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha

  • pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat

    pada Kecamatan Susukan, Purworejo Kalmpok, Purwonegoro, Wanadadi,

    Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran,

    Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Padedongan, Mandiraja, Punggelan,

    Pandanarum, dan Pangetan.

    c. Tanah andosol: dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan,

    bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok

    untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan

    Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur.

    d. Tanah grumosol: asosiasinya dengan tanah mediteran, bersifat agak netral,

    warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat.

    Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha-

    usaha persawahan dan tegalan. Terdapatt di Kecamatan Karangkobar,

    Pagetan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu.

    e. Tanah pedsolik merah kuning: tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan

    bawah, konsistensi teguj, bersifat asam dengan pH kurang dari 5,5.

    Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm

    tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas

    permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum,

    Kalibening, dan Punggelan.

    f. Tanah litosol: tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang

    baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu.

  • Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010

    Gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banjarnegara

    3.1.4 Klimatologi

    Menurut Bappeda Kabupaten Banjarnegara (2010) kondisi klimatologi

    KabupatenBanjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak

    darpada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20-260C, temperature

    terdingin yaitu 3-180C dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di

    Dataran Tinggi Dieng. Kembaban udara berkisar antara 80%-85% dengan curah hujan

    tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan

    wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah

    tengah maupun selatan.

  • Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010

    Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Banjarnegara

    3.1.5 Penggunaan Lahan

    Berdasarkan Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, luas wilayah

    Kabupaten Banjarnegara mempunyai persentase sebesar 3,29% dari luas wilayah

    Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas sebesar (3,25 juta Ha). Pada tahun

    2013, luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 15.034 Ha atau 14,05% dari

    wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar

    71.744 Ha atau 64,07% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian

    sebesar 20.193 Ha atau 18,88%.

    Tabel III.2 Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013

    PENGGUNAAN LAHAN

    2009 2010 2011 2012 2013

    LAHAN SAWAH

    14,563

    14,663

    14,867

    14,874

    15,034

    BUKAN LAHAN SAWAH

    61,001

    55,952

    55,840

    72,562

    71,744

    LAHAN BUKAN PERTANIAN

    31,306

    36,356

    36,263

    19,535

    20,193

    JUMLAH

    106,870

    106,971

    106,970

    106,971

    106,971 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014

  • 3.2 Aspek Non Fisik Kabupaten Banjarnegara

    Aspek non fisik Kabupaten Banjarnegara yang dibahas pada laporan ini adalah

    kependudukan, perekonomian, dan ketenagakerjaan.

    3.2.1 Kependudukan

    Menurut Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, proyeksi penduduk akhir

    tahun 2013 Kabupaten Banjarnegara sebanyak 892.477 jiwa, terdiri dari 447.219 laki-

    laki dan 445.228 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 5.158 jiwa

    atau 0,58% dari jumlah penduduk akhir tahun 2012 sebanyak 887.289 jiwa.

    Kepadatan penduduk akhir tahun 2013 sebesar 834 jiwa per km2, yang berarti bahwa

    setiap 1 km2 luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 834 orang.

    Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok, dan Rakit adalah kecamatan dengan

    tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.204

    jiwa per km2, 2.118 jiwa per km2, dan 1.523 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan yang

    tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan

    Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 360 per km2 dan 436 per km2. Jumlah

    penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan di Banjarnegara tahun 2013 dapat

    dilihat pada Tabel III.3.

    Tabel III.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013

    NO. KECAMATAN JUMLAH

    PENDUDUK KEPADATAN

    1 SUSUKAN 59,689 1,133

    2 PURWAREJA KLAMPOK 46,314 2,118

    3 MANDIRAJA 64,138 1,219

    4 PURWANEGARA 69,625 943

    5 BAWANG 52,254 946

    6 BANJARNEGARA 57,821 2,204

    7 PAGEDONGAN 35,130 436

    8 SIGALUH 29,234 739

    9 MADUKARA 40,645 843

    10 BANJARMANGU 39,469 851

    11 WANADADI 28,549 1,010

    12 RAKIT 49,437 1,523

    13 PUNGGELAN 69,592 677

    14 KARANGKOBAR 27,704 709

    15 PANGETAN 35,635 771

    16 PEJAWARAN 41,436 793

    17 BATUR 36,960 784

    18 WANAYASA 44,533 543

    19 KALIBENING 43,210 516

    20 PANDANARUM 21,072 360 Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014

    Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten

    Banjarnegara berdasarkan piramida penduduk pada Gambar 3.5 dapat

    menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anak-

    anak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia antara 15 sampai dengan 59

  • tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun. Dilihat dari kondisi

    tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013 memiliki struktur umur

    dominan pada usia produktif, kemudian disusul pada usia anak-anak dan usia tidak

    produktif.

    Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014

    Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013

    3.2.2 Perekonomian

    Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

    Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, sebagian besar

    masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat

    dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan produk domestik

    regional bruto (PDRB). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 37,33

    persen dari total PDRB Kabupaten Banjarnegara memberikan dasar yang kuat untuk

    menyatakan kondisi tersebut. Lihat Tabel III.4.

    60,000 40,000 20,000 00 20,000 40,000 60,000

    0-4

    5-9

    10-14

    15-19

    20-24

    25-29

    30-34

    35-39

    40-44

    45-49

    50-54

    55-59

    60-64

    65-69

    70-74

    75+

    PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013

    PEREMPUAN

    LAKI-LAKI

  • Tabel III.4 PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013

    Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun

    terakhir menunjukan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama

    kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan besaran angkanya

    antara 4 sampai dengan 5 persen. Perkembangan yang mendukung pertumbuhan

    tersebut adalah dari sektor jasa-jasa kemudian ditambah dengan dukungan sektor

    transportasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memang bukan merupakan sektor yang

    dominan dalam perekonomian Kabupaten Banjarnegara, akan tetapi tingginya

    perkembangan sektor ini terakumulai dengan pertumbuhan dari sektor lainnya

    sehingga menambah besar tingkat pertumbuhan dari PDRB Kabupaten Banjarnegara

    (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2013). Laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten

    Banjarnegara Tahun 2009-2013 dan distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel III.5 dan Tabel III.6.

    Tabel III.5 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Persen)

    NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013

    1 Pertanian 4.02 1.89 2.37 3.08 2.43

    2 Pertambangan & Penggalian 4.64 4.27 4.09 4.47 5.69

    3 Industri Pengolahan 2.11 1.51 3.87 3.65 6.22

    4 Listrik, Gas & Air Minum 9.28 8.45 7.67 6.58 7.78

    5 Konstruksi/ Bangunan 7.01 3.49 6.81 6.42 7.72

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.90 4.72 4.69 5.41 7.13

    7 Transportasi & Komunikasi 9.77 9.71 7.34 8.94 5.87

    8 Keuangan 7.51 8.32 5.96 8.39 10.82

    NO SEKTOR KABUPATEN (rupiah)

    PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013

    1 Pertanian 1,016,343.12 1,035,558.72 1,060,086.56 1,092,737.31 1,119,288.35

    2 Pertambangan & Penggalian

    14,669.27 15,294.96 15,920.99 16,633.35 17,579.78

    3 Industri Pengolahan 374,321.85 379,955.75 394,671.82 409,083.88 434,528.67

    4 Listrik, Gas & Air Minum

    12,715.20 13,789.94 14,848.29 15,825.12 17,056.26

    5 Konstruksi/ Bangunan 185,754.77 192,240.54 205,326.13 218,512.05 235,383.94

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran

    349,819.18 366,334.84 383,513.40 404,269.40 433,087.86

    7 Transportasi & Komunikasi

    118,822.74 130,362.23 139,930.92 152,445.43 161,397.23

    8 Keuangan 162,948.45 176,509.23 187,035.27 202,736.43 224,670.11

    9 Jasa - Jasa 518,541.13 578,477.91 629,208.65 677,408.67 715,077.50

    Total 2,753,935.71 2,888,524.12 3,030,542.03 3,189,651.64 3,358,069.70

  • NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013

    9 Jasa - Jasa 7.18 11.56 8.77 7.66 6.56

    PDRB 5.11 4.89 4.92 5.25 5.28

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013

    Tabel III.6 Distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013

    1 Pertanian 36.91 35.85 34.98 34.26 33.33

    2 Pertambangan & Penggalian 0.53 0.53 0.53 0.52 0.52

    3 Industri Pengolahan 13.59 13.15 13.02 12.83 12.94

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0.46 0.48 0.49 0.50 0.51

    5 Konstruksi/ Bangunan 6.75 6.66 6.78 6.85 7.01

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12.70 12.68 12.65 12.67 12.90

    7 Transportasi & Komunikasi 4.31 4.51 4.62 4.78 4.81

    8 Keuangan 5.92 6.11 6.17 6.36 6.69

    9 Jasa - Jasa 18.83 20.03 20.76 21.24 21.29 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013

    3.2.3 Ketenagakerjaan

    Di Kabupaten Banjarnegara banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat

    pada tahun 2013 sebanyak 18.556 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum

    ditempatkan pada tahun 2011 sebanyak 14.689 orang dengan rincian 7.838 orang

    laki-laki dan 6.851 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan

    pada tahun 2013 sebanyak 3.867 orang, dengan rincian 1.266 orang laki-laki dan

    2.601 orang perempuan (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014).

    Banyaknya permintaan tenaga kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin

    di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.7. Sedangkan

    banyaknya pencari kerja yang belum ditempatkan menurut lapangan usaha dan jenis

    kelamin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.8.

    Tabel III.7 Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

    Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013

    NO SEKTOR

    BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA

    KERJA PERSENTASE

    L P JUMLAH

    1 Pertanian 180 90 270 6.94

    2 Pertambangan & Penggalian

    - - - -

    3 Industri Pengolahan 951 1,908 2,859 73.44

    4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -

    5 Konstruksi/ Bangunan - - - -

    6 Perdagangan, Hotel & 120 100 220 5.65

  • NO SEKTOR

    BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA

    KERJA PERSENTASE

    L P JUMLAH

    Restoran

    7 Transportasi & Komunikasi

    - - - -

    8 Keuangan 7 5 12 0.31

    9 Jasa - Jasa 27 505 432 13.67

    Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014

    Tabel III.8 Banyaknya Pencari Kerja Yang Belum Ditempatkan Menurut Lapangan Usaha dan Jenis

    Kelamin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013

    NO SEKTOR

    BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA KERJA PERSENTASE

    L P JUMLAH

    1 Pertanian 609 320 929 6.32

    2 Pertambangan & Penggalian

    - - - -

    3 Industri Pengolahan 4,292 1,759 6 41.19

    4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -

    5 Konstruksi/ Bangunan 50 - 50 0.34

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 606 739 1,345 9.16

    7 Transportasi & Komunikasi

    - - - -

    8 Keuangan 1,100 1,062 2,162 14.72

    9 Jasa - Jasa 1,181 2,971 4,152 28.27 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014

  • BAB IV

    ANALISIS

    4.1 Analisis Agregat

    Dalam rangka membangun perekonomian kabupaten yang lebih baik, maka

    pemerintah daerah harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar

    perekonomian daerah dapat tumbuh cepat, salah satunya dengan menggunakan analisis

    agregat. Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi

    perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara terhadap wilyah lain yang

    hierarkinya lebih luas yaitu Provinsi Jawa Tengah. Dalam melakukan analisis perekonomian

    Kabupaten Banjarnegara secara agregat dibutuhkan beberapa data.

    4.1.1 Statistik Dasar

    Berikut adalah data-data Kabupaten Banjarnegara yang dibutuhkan untuk

    analisis:

    Tabel IV.1 PDRB ADHK dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013

    Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan

    2009 2.753.935,73 5,11

    2010 2.888.524,12 4,89

    2011 3.030.542,04 4,92

    2012 3.189.651,65 5,25

    2013 3.358.069,70 5,28

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Dari tabel dan grafik-grafik di atas, diketahui bahwa jumlah PDRB Kabupaten

    Banjarnegara atas dasar harga konstan (ADHK) dalam kurun waktu lima tahun yaitu

    0.00

    500,000.00

    1,000,000.00

    1,500,000.00

    2,000,000.00

    2,500,000.00

    3,000,000.00

    3,500,000.00

    4,000,000.00

    2009 2010 2011 2012 2013

    (Ju

    ta R

    up

    iah

    )

    Tahun

    Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara

    PDRB Kabupaten Banjarnegara (Juta Rupiah)

  • tahun 2009 hingga tahun 2013 terus menerus mengalami peningkatan. PDRB

    Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 adalah 2.753.935,73 juta rupiah, terus

    meningkat hingga tahun 2013 sebesar 3.358.069,70 juta rupiah. Agar lebih jelas, laju

    pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar

    4.2 di bawah ini:

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Untuk mengetahui sektor yang paling berperan dalam perekonomian di

    Kabupaten Banjarnegara, dibutuhkan data PDRB ADHK Persektor Kabupaten

    Banjarnegara tahun 2009 hingga tahun 2013. Berikut adalah tabelnya:

    Tabel IV.2 PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan

    Tahun 2009-2013

    NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

    1 PERTANIAN 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35

    2 PERTAMBANGAN &

    PENGGALIAN 14.669,27 15.294,96 15.920,82 16.633,35 17.579,78

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67

    4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26

    5 BANGUNAN 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94

    6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 349.819,18 366.334,84 383.513,40 505.269,40 433.087,86

    7 PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23

    8 KEU. PERSEWAAN, & JASA

    PERUSAHAAN 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11

    9 JASA-JASA 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50

    Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014

    4.6

    4.7

    4.8

    4.9

    5

    5.1

    5.2

    5.3

    5.4

    2009 2010 2011 2012 2013

    (%)

    Tahun

    Laju Pertumbuhan PDRB ADHK

    Laju Pertumbuhan

  • Berdasarkan tabel PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 di atas,

    dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu tahun

    2009-2013 cukup stabil, akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan pada

    sektor bangunan. PDRB tertinggi terdapat pada sektor pertanian dengan jumlah yang

    selalu meningkat tiap tahunnya dari tahun 2009-2013. Untuk memperjelas

    pemahaman mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat

    pada diagram di bawah ini :

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Tabel IV.3 Distribusi PDRB Per Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (dalam persen)

    NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

    1 PERTANIAN 36,91 35,85 34,98 34,26 33,33

    2 PERTAMBANGAN &

    PENGGALIAN 0,53 0,53 0,53 0,52 0,52

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13,59 13,25 13,02 12,83 12,94

    4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,48 0,49 0,50 0,51

    5 BANGUNAN 6,75 6,66 6,78 6,85 7,01

    6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 12,70 12,68 12,65 12,67 12,90

    7 PEGANGKUTAN &

    KOMUNIKASI 4,31 4,51 4,62 4,78 4,81

    8 KEU. PERSEWAAN, & JASA

    PERUSAHAAN 5,92 6,11 6,17 6,36 6,69

    -

    200,000.00

    400,000.00

    600,000.00

    800,000.00

    1,000,000.00

    1,200,000.00

    2009 2010 2011 2012 2013

    PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan

    PERTANIAN

    PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

    INDUSTRI PENGOLAHAN

    LISTRIK, GAS & AIR BERSIH

    BANGUNAN

    PERDAG. HOTEL & RESTORAN

    PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI

    KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

    JASA-JASA

  • NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

    9 JASA-JASA 18,83 20,03 20,76 21,24 21,29

    Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014

    Berdasarkan tabel Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara, dapat diketahui

    bahwa sektor yang memberikan distribusi paling besar pada PDRB Kabupaten

    Banjarnegara selama lima tahun berturut-turut adalah sektor Pertanian. Sektor yang

    paling kecil memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabuaten

    Banjarnegara adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Seperti yang diketahui, listrik

    dan air adalah kebutuhan pokok/vital bagi rumah tangga, sehingga walaupun hampir

    setiap tahun tarif dasar listrik naik dan tarif air minum naik pertumbuhan sektor ini

    masih menunjukkan angka yang positif pada tahun, walaupun mengalami penurunan.

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Distribusi Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Berdasarkan grafik rata-rata distribusi per sektor Kabupaten Banjarnegara

    kurang lebih 35% adalah sektor pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten

    Banjarnegara memang tersedia sangat luas. Hasil-hasil pertanian dan peternakannya

    juga menjadi komoditas utama Kabupaten Banjarnegara. Salah satu hasil

    peternakannya yaitu sapi potong. 20% adalah jasa-jasa yang meliputi Pemerintahan

    Umum dan Swasta (jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayyaan, serta

    jasa perorangan dan rumah tangga), sektor ini merupakan sektor yang distribusinya

    kedua terbesar setelah pertanian. Industri pengolahan berkontribusi sekitar 13% pada

    PDRB Kabupaten Banjarnegara.

    35%

    1%13%

    0%

    7%

    13%

    5%

    6%

    20%

    Persentase Rata-rata (2009-2013) Distribusi Persektor Kabupaten Banjarnegara

    PERTANIAN

    PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

    LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN

    PERDAG. HOTEL & RESTORAN PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN JASA-JASA

  • Tabel IV.4 Perkembangan Pendapatan/Perkapita Kabupaten Banjarnegara

    2009 2010 2011 2012 2013

    Pendapatan Perkapita 4,21 11,09 4,11 4,48 4,54

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan perkapita di Kabupaten

    Banharnegara tidak stabil. Perkembangan perkapita tertinggi di Kabupaten

    Banjarnegara adalah pada tahun 2010, kemudian mengalami naik turun pada tahun

    berikutnya. Untuk memperjelas pemahaman mengenai perkembangan perkapita

    Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Gambar 4.5 Grafik Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

    Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banjaranegara (ribu)

    2008 2009 2010 2011

    Jumlah Penduduk Miskin (ribu) 200,6 184,0 166,7 177,3

    Sumber: BPS Jawa Tengah, 2012

    Tabel IV.6 Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    Kabupaten Banjaranegara (ribu)

    2011 2012 2013

    Tingkat Pengangguran Terbuka 5,57 3,76 4,17

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,25 79,47 73,61

    Sumber: BPS Jawa Tengah, 2014

    Dari tabel IV.5 dan IV.6 terlihat pertumbuhan yang naik turun dari tahun ke

    tahunnya, hal tersebut menandakan bahwa masih ada kesenjangan ekonomi di

    Kabupaten Banjarnegara.

    4.21

    11.09

    4.11 4.48 4.54

    -

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    2009 2010 2011 2012 2013

    Pendapatan Perkapita

    Pendapatan Perkapita

  • 4.1.2 Perhitungan LQ

    Location Qoutient (LQ) digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,

    mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur

    konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan

    sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari haris perhitungan adalah berada pada

    kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 LQ > 1. ,

    semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian wilayah

    tersebut.

    Tabel IV.7 PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013

    NO SEKTOR KABUPATEN BANJARNEGARA (rupiah)

    PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013

    1 Pertanian 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35

    2 Pertambangan & Penggalian 14.669,27 15.294,96 15.920,99 16.633,35 17.579,78

    3 Industri Pengolahan 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67

    4 Listrik, Gas & Air Minum 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26

    5 Konstruksi/ Bangunan 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349.819,18 366.334,84 383.513,40 404.269,40 433.087,86

    7 Transportasi & Komunikasi 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23

    8 Keuangan 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11

    9 Jasa - Jasa 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50

    Total 2.753.935,71 2.888.524,12 3.030.542,03 3.189.651,64 3.358.069,70 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013

    Tabel IV.8 PDRB Jateng tahun 2009-2013

    NO SEKTOR PROPINSI JAWA TENGAH (rupiah)

    PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013

    1 Pertanian 34.101.148,13 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62

    2 Pertambangan & Penggalian

    1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2.504.980,10

    3 Industri Pengolahan

    57.444.185,45 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 73.092.337,30

    4 Listrik, Gas & Air Minum

    1.489.552,65 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 1.973.195,73

    5 Konstruksi/ Bangunan

    10.300.647,63 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 13.449.631,46

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran

    37.766.356,61 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 50.209.544,03

    7 Transportasi & Komunikasi

    9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 12.238.463,10

    8 Keuangan 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 9.073.225,04

    9 Jasa - Jasa 17.724.216,37 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 23.044.405,96

    Total 176.673.456,57 186.992.985,50 198.270.117,92 210.848.424,04 223.099.740,34

    Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013

  • Tabel IV.9 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009

    NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA

    TENGAH TAHUN 2009 KETERANGAN

    pi / p total Pi / P total LQ 2009

    1 Pertanian 0,3691 0,1930 1,912 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,482 NON-BASIS

    3 Industri 0,1359 0,3251 0,418 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0046 0,0084 0,548 NON-BASIS

    5 Konstruksi 0,0675 0,0583 1,157 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1270 0,2138 0,594 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,0431 0,0520 0,829 NON-BASIS

    8 Keuangan 0,0592 0,0379 1,560 BASIS

    9 Jasa - Jasa 0,1883 0,1003 1,877 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Tabel IV.10 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010

    NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA

    TENGAH TAHUN 2010 KETERANGAN

    pi / p total Pi / P total LQ 2010

    1 Pertanian 0,3585 0,1869 1,918 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0112 0,473 NON-BASIS

    3 Industri 0,1315 0,3283 0,401 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0048 0,0086 0,553 NON-BASIS

    5 Konstruksi 0,0666 0,0589 1,130 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1268 0,2142 0,592 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,0451 0,0524 0,861 NON-BASIS

    8 Keuangan 0,0611 0,0376 1,624 BASIS

    9 Jasa - Jasa 0,2003 0,1018 1,968 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Tabel IV.11 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011

    NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA

    TENGAH TAHUN 2011 KETERANGAN

    pi / p total Pi / P total LQ 2011

    1 Pertanian 0,3498 0,1785 1,959 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,475 NON-BASIS

    3 Industri 0,1302 0,3301 0,395 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0049 0,0086 0,568 NON-BASIS

    5 Konstruksi 0,0678 0,0593 1,143 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1265 0,2177 0,581 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,0462 0,0537 0,860 NON-BASIS

    8 Keuangan 0,0617 0,0378 1,631 BASIS

    9 Jasa Jasa 0,2076 0,1032 2,012 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

  • Tabel IV.12 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012

    NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA

    TENGAH TAHUN 2012 KETERANGAN

    pi / p total Pi / P total LQ 2012

    1 Pertanian 0,3426 0,1741 1,968 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,467 NON-BASIS

    3 Industri 0,1283 0,3273 0,392 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0050 0,0086 0,575 NON-BASIS

    5 Konstruksi 0,0685 0,0596 1,149 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1267 0,2216 0,572 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,0478 0,0545 0,877 NON-BASIS

    8 Keuangan 0,0636 0,0389 1,633 BASIS

    9 Jasa Jasa 0,2124 0,1042 2,039 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Tabel IV.13 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013

    NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA

    TENGAH TAHUN 2013 KETERANGAN

    pi / p total Pi / P total LQ 2013

    1 Pertanian 0,3333 0,1681 1,982 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,466 NON-BASIS

    3 Industri 0,1294 0,3276 0,395 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0051 0,0088 0,574 NON-BASIS

    5 Konstruksi 0,0701 0,0603 1,163 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1290 0,2251 0,573 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,0481 0,0549 0,876 NON-BASIS

    8 Keuangan 0,0669 0,0407 1,645 BASIS

    9 Jasa Jasa 0,2129 0,1033 2,062 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Dari tabel perhitungan LQ di atas, dapat ditentukan mana sektor basis dan mana

    sektor non basis dengan ketentuan sebagai berikut: LQ > 1 artinya sektor tersebut

    menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, sektor terebut memiliki

    keunggulan komparatif, hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan di Kabupaten

    Banjarnegara saja tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah

    a. LQ = 1 artinya sektor tersebut tergolong sektor basis. Produksinya hanya

    mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Banjarnegara saja dan

    tidak mampu untuk diekspor ke luar wilayah.

    b. LQ < 1 artinya sektor tersebut juga termasuk ke dalam sektor non basis.

    Produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten

    Banjarnegara sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

  • Berikut hasil perhitungan LQ pada sektor-sektor ekonomi di Kabupaten

    Banjarnegara:

    Tabel IV.14 Rata-rata LQ Tahun 2009-2013

    NO. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 RATA-

    RATA LQ KETERANGAN

    1 Pertanian 1,912 1,918 1,959 1,968 1,982 1,948 BASIS

    2 Pertambangan & Penggalian

    0,482 0,473 0,475 0,467 0,466 0,473 NON-BASIS

    3 Industri 0,418 0,401 0,395 0,392 0,395 0,400 NON-BASIS

    4 Listrik, Gas & Air Minum 0,548 0,553 0,568 0,575 0,574 0,563 NON-BASIS

    5 Konstruksi 1,157 1,130 1,143 1,149 1,163 1,148 BASIS

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran

    0,594 0,592 0,581 0,572 0,573 0,583 NON-BASIS

    7 Transportasi & Komunikasi 0,829 0,861 0,860 0,877 0,876 0,861 NON-BASIS

    8 Keuangan 1,560 1,624 1,631 1,633 1,645 1,618 BASIS

    9 Jasa - Jasa 1,877 1,968 2,012 2,039 2,062 1,991 BASIS

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Dari perhitungan LQ Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa sektor basisnya

    adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan; dan sektor jasa-jasa.

    Sedangkan sektor non-basisnya adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor

    industri; sektor listrik, sektor gas dan air minum; sektor perdagangan, hotel dan

    restoran; serta sektor transportasi dan komunikasi. Setelah diketahui, sektor basisnya

    dapat diutamakan pengembangan atau peningkatan produksi pada sektor basisnya.

    4.1.3 Perhitungan Shift Share

    Data-data PDRB yang telah disajikan digunakan dalam analisis shift

    share.Analisis Shift Share menganalisis perubahan kegiatan ekonomi pada periode

    waktu tertentu, dalam laporan ini ialah 4 tahun.Hasil analisis digunakan untuk

    mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu daerah/wilayah

    dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya, apakah tumbuh cepat atau lambat.

    Dari analisis ini, didapat nilai-nilai KPP (Komponen Pertumbuhan Nasional),

    KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah), PB (Pergeseran Bersih). Masing-

    masing dari nilai-nilai ini dapat diinterpretasikan dan dapat menjelaskan kondisi tiap

    sektor. Selain itu, didapat pula tipologi sektor berdasarkan gabungan antara KPP dan

    KPPW, yang juga memiliki interpretasi tersendiri. Dalam analisis ini diasumsikan

    bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen

    pertumbuhan wilayah, yaitu KPN, KPP, dan KPPW.

  • Tabel IV.15 Tabel Awal Perhitungan Shift Share

    No. SEKTOR

    BANJARNEGARA JAWA TENGAH

    PDRB 2009

    PDRB 2013 PDRB 2009 PDRB 2013 ri Ri Ra

    yo Yt Yo Yt yit/yio Yit/Yio Yt/Yo

    1 Pertanian 1016343,12 1119288,35 34.101.148,13 37.513.957,62 1,1013 1,1001 1,2628

    2 Pertambangan & Penggalian 14669,27 17579,78 1.952.866,70 2.504.980,10 1,1984 1,2827 1,2628

    3 Industri 374321,85 434528,67 57.444.185,45 73.092.337,30 1,1608 1,2724 1,2628

    4 Listrik, Gas & Air Minum 12715,20 17056,26 1.489.552,65 1.973.195,73 1,3414 1,3247 1,2628

    5 Konstruksi 185754,77 235383,94 10.300.647,63 13.449.631,46 1,2672 1,3057 1,2628

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349819,18 433087,86 37.766.356,61 50.209.544,03 1,2380 1,3295 1,2628

    7 Transportasi & Komunikasi 118822,74 161397,23 9.192.949,90 12.238.463,10 1,3583 1,3313 1,2628

    8 Keuangan 162948,45 224670,11 6.701.533,13 9.073.225,04 1,3788 1,3539 1,2628

    9 Jasa - Jasa 518541,13 715077,50 17.724.216,37 23.044.405,96 1,3790 1,3002 1,2628

    Total 2.753.936 3.358.070 176.673.457 223.099.740 11,4233 11,6004 11,3650

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.

    KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share.

    Pada Kabupaten Banjarnegara, terdapat perubahan produksi atau kesempatan kerja

    sebanyak 26,28% di suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi atau KK

    secara umum, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yg mampu

    mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Contoh kebijakan

    dimaksud: kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah pengangguran serta

    kebijakan dalam perpajakan.

    Tabel IV.16 Perhitungan Komponen Pertumbuhan Wilayah

    SEKTOR KPN KPP KPPW pertumbuhan ekonomi

    Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri shift share manual

    Pertanian 26,28% -16,27% 0,12% 10,13% 10,13%

    Pertambangan & Penggalian 26,28% 1,99% -8,43% 19,84% 19,84%

    Industri 26,28% 0,96% -11,16% 16,08% 16,08%

    Listrik, Gas & Air Minum 26,28% 6,19% 1,67% 34,14% 34,14%

    Konstruksi 26,28% 4,29% -3,85% 26,72% 26,72%

    Perdagangan, Hotel & Restoran 26,28% 6,67% -9,14% 23,80% 23,80%

    Transportasi & Komunikasi 26,28% 6,85% 2,70% 35,83% 35,83%

    Keuangan 26,28% 9,11% 2,49% 37,88% 37,88%

    Jasa Jasa 26,28% 3,74% 7,89% 37,90% 37,90% Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.

    Dari komponen KPP, dalam perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai KPP

    sektor pertanian bernilai negatif yaitu sebesar -16,27% dan sektor lainnya bernilai

  • positif. Hal ini berarti sektor pertanian dalam Kabupaten Banjarnegara secara nasional

    tumbuh secara lambat, sedang sektor lain dalam Kabupaten Banjarnegara secara

    nasional tumbuh secara cepat.

    Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa produksi atau kesempatan kerja pada

    sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara menurun karena terdapat komposisi

    sektor-sektor industri yang meningkat, adanya perbedaan sektor dalam permintaan

    produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Berikut arti dari

    nilai KPP dari hasil perhitungan yang didapat:

    Tabel IV.17 Interpretasi Nilai KPP Pada Sektor-Sektor

    No. Sektor KPP

    Keterangan + / -

    1 Pertanian -16,27% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh lambat

    2

    Pertambangan &

    Penggalian 1,99% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    3 Industri 0,96% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    5 Konstruksi 4,29% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    6

    Perdagangan, Hotel &

    Restoran 6,67% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    7

    Transportasi &

    Komunikasi 6,85% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    8 Keuangan 9,11% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat

    9 Jasa Jasa 3,74% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

    tumbuh cepat Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.

    Kemudian nilai KPPW pada perhitungan di atas bernilai positif pada pertanian;

    listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan jasa-jasa.

    Sedang pada sektor-sektor lain seperti pertambangan dan penggalian; industri;

    konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran bernilai positif. Sektor-sektor

    dengan KPPW bernilai positif, yaitu pertambangan dan penggalian; industri;

    konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran; adalah sektor yang dapat

    bersaing. Sebaliknya, sektor-sektor dimana komponen KPPW bernilai negatif, yaitu

    pertanian; listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan

    jasa-jasa; merupakan sektor yang tidak dapat bersaing.

    Kemampuan untuk dapat bersaing atau tidaknya sebuah/beberapa sektor itu

    ditentukan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja, yang disebabkan oleh

    keunggulan komparatif atau keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan,

  • prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut. Dapat dikatakan

    bahwa sektor-sektor di Kabupaten Banjarnegara dengan nilai KPPW positif tersebut

    merupakan sektor yang memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan

    pemerintah maupun swasta mendukung; adanya prasarana sosial-ekonomi yang

    mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan lokal

    terkait dengan sektor tersebut yang tentu juga mendukung. Dengan adanya

    keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan, prasarana sosial-ekonomi, serta

    kebijakan lokal wilayah tersebut, maka akan terdapat perubahan postif

    (peningkatan/penambahan) produksi atau kesempatan kerja sehingga sektor-sektor

    tersebut dapat bersaing atau memiliki keunggulan komparatif. Berikut arti dari nilai

    KPPW dari hasil perhitungan yang didapat:

    Tabel IV.18 Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor

    No. Sektor KPPW

    Keterangan + / -

    1 Pertanian 0,12% Mempunyai daya saing

    2 Pertambangan & Penggalian -8,43% Tidak mempunyai daya saing

    3 Industri -11,16% Tidak mempunyai daya saing

    4 Listrik, Gas & Air Minum 1,67% Mempunyai daya saing

    5 Konstruksi -3,85% Mempunyai daya saing

    6

    Perdagangan, Hotel &

    Restoran -9,14% Mempunyai daya saing

    7 Transportasi & Komunikasi 2,70% Tidak mempunyai daya saing

    8 Keuangan 2,49% Mempunyai daya saing

    9 Jasa Jasa 7,89% Tidak mempunyai daya saing

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.

    Perhitungan lainnya adalah perhitungan bersih, yang didapat dari penjumlahan

    KPP dan KPPW. Pada perhitungan bersih (PB), diketahui bahwa sektor pertanian;

    pertambangan dan penggalian; industri; serta perdagangan, hotel dan restoran

    merupakan sektor-sektor memiliki nilai PB negatif. Hal ini menjelaskan bahwa sektor-

    sektor tersebut tidak memiliki progress, atau perkembangannya stagnan.Sedang

    sektor listrik, gas, dan air minum; konstruksi; transportasi dan komunikasi;

    keuangan;serta jasa-jasa memiliki nilai PB positif. Berarti pada sektor-sektor ini, tidak

    terdapat kemajuan. Berikut arti dari nilai PB dari hasil perhitungan yang didapat:

  • Tabel IV.19 Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor

    NO. SEKTOR KPP KPPW KPP + KPPW (PB)

    KETERANGAN

    1 Pertanian -16,27% 0,12% -16,15% mundur

    2 Pertambangan & Penggalian 1,99% -8,43% -6,44% mundur

    3 Industri 0,96% -11,16% -10,19% mundur

    4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% 1,67% 7,86% Progresif

    5 Konstruksi 4,29% -3,85% 0,44% Progresif

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,67% -9,14% -2,47% Mundur

    7 Transportasi & Komunikasi 6,85% 2,70% 9,55% Progresif

    8 Keuangan 9,11% 2,49% 11,60% Progresif

    9 Jasa - Jasa 3,74% 7,89% 11,62% Progresif Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.

    4.1.4 Analisis Tipologi

    a. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara (KPP-KPPW)

    Hasil dari perhitungan KPP-KPPW dapat digambarkan dalam suatu bagan

    tipologi. Bagan terbagi dalam empat kuadran.KPP dibagi menjadi kanan dan kiri;

    kanan untuk KPP positif dan kiri untuk KPP negatif. Sedang KPPW terbagi

    menjadi atas dan bawah; atas untuk KPPW positif dan bawah KPPW negatif.

    Bagan dapat dilihat seperti sebagai berikut:

  • Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Gambar 4.6 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Komponen KKP-KPPW

    Tahun 2009-2013

    Pada tipologi di atas, dapat diketahui bahwa pertanian merupakan sektor

    yang secara nasional di tumbuh lambat (KPP bernilai negatif) tetapi dapat

    bersaing (KPPW bernilai positif). Hal ini dapat terjadi karena sektor pertanian

    memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan pemerintah daerah maupun

    swasta yanga ada mendukung; terdapat prasarana sosial-ekonomi yang

    mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan

    lokal terkait dengan sektor tersebut yang juga mendukung.Beberapa kebijakan

    yang mendukung sektor pertanian ini antara lain: memanfaatkan iptek nuklir

    untuk berbagai hal termasuk untuk menghasilkan benih-benih unggul,

    pengadaan lokakarya yang bertujuan mengembangkan zona zona komoditas,

    merumuskan rencana aksi pengembangkan komoditas pertanian unggulan,

    mendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Dintankanak

    dengan melakukan rakor P2BN, menginventarisir data lahan sawah dan lahan

    padi gogo, memperluas penanaman padi varietas 13 yang toleran terhadap

    -15%

    -10%

    -5%

    0%

    5%

    10%

    -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%

    KKPW

    KKP

    TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN KOMPONEN KKP-KKPW

    TAHUN 2009-2013

    Pertanian

    Pertambangan & Penggalian

    Industri

    Listrik, Gas & Air Minum

    Konstruksi

    Perdagangan, Hotel & Restoran

    Transportasi & Komunikasi

    Keuangan

    Jasa - Jasa

  • ancaman serangan WBC, melakukan pengamatan OPT secara intensif,

    melakukan pengendalian WBC secara terpadu, mendukung diseminasi teknologi

    melalui pembelajaran di Laboratorium Lapangan (sistem penyampaian informasi

    teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian dalam rangka pendidikan dan

    pengembangan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraan), serta

    pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul berupa padi non Hibrida, Padi

    Hibrida, Padi Gogo, Jagung serta Kedelai, serta padi sistem of rice intensification

    (SRI) dan pupuk organik.

    b. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan

    1) Tipologi Sektor Ekonomi Berdasarkan Gabungan Nilai LQ-KPPW

    Analisis sektor ekonomi unggulan ini didapat dari tipologi sektor

    ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara

    tahun 2009-2013 dan komponen KPPW Kabupaten Banjarnegara yang

    tabelnya dapat dilihat pada tabel IV.20.

    Tabel IV.20 Tabel Nilai Rata-Rata LQ dan KPPW Kabupaten Banjarnegara

    NO SEKTOR RATA-RATA

    LQ KPPW INTERPRETASI KPPW

    RATA-RATA

    LQ KPPW

    1 Pertanian 1.948 0.12% MEMPUNYAI DAYA SAING

    LQ>1 KPPW>0

    2 Pertambangan & Penggalian

    0.473 -8.43% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING

    LQ

  • Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Gambar 4. 7 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Gabungan Nilai LQ dan

    Komponen KPPW

    Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sektor jasa-jasa,

    keuangan, dan pertanian merupakan sektor basis dan berdaya saing, yang

    artinya ketiga sektor tersebut didukung kebijakan lokal/daerah dan

    mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor

    konstruksi/bangunan merupakan sektor basis juga tetapi tidak berdaya

    saing. Hal itu terjadi karena sektor konstruksi tidak didukung oleh kebijakan

    lokal/daerah dan adanya pengaruh perlambatan pertumbuhan dari nasional.

    Sektor non-basis dan berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah

    sektor listrik,gas, dan air minum serta sektor transportasi dan komunikasi

    yang artinya dua sektor tersebut tidak menjadi sektor unggulan di

    Kabupaten Banjarnegara namun keduanya merupakan sektor yang

    mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor

    non-basis dan tidak berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah

    sektor pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel, dan

    restoran; serta sektor industri.

    Dari topologi tersebut, sektor ekonomi yang dapat dikembangkan atau

    sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor jasa-jasa,

    keuangan, pertanian, dan konstruksi/bangunan.

    -15%

    -10%

    -5%

    0%

    5%

    10%

    0.0 1.0 2.0 3.0

    KKPW

    LQ

    TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN GABUNGAN NILAI LQ DAN KOMPONEN KKPW

    (SEKTOR EKONOMI UNGGULAN)TAHUN 2009 DAN 2013

    Pertanian

    Pertambangan & PenggalianIndustri

    Listrik, Gas & Air MinumKonstruksi

    Perdagangan, Hotel & RestoranTransportasi & KomunikasiKeuangan

    Jasa - Jasa

    SEKTOR BASIS & BERDAYA SAING

    SEKTOR BASIS & TIDAK BERDAYA SAING

    SEKTOR NONBASIS&

    BERDAYA SAING

    SEKTOR NONBASIS& TIDAK BERDAYA SAING

  • 2) Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan LQ dan

    PB

    Analisis sektor ekonomi unggulan juga dapat dilihat dari tipologi sektor

    ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ dan Pergeseran Bersih

    Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 yang tabelnya dapat dilihat pada

    tabel IV.21.

    Tabel IV.21 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB

    Tahun 2009-2013

    NO SEKTOR RATA-RATA

    LQ PB

    NILAI LQ

    NILAI PB

    1 Pertanian 1.948 -16.15%

    LQ>1 PB

  • Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014

    Gambar 4.8 Tipologi Sektor Unggulan Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB Tahun 2009-2013

    Berdasarkan Gambar 4.8 sektor unggulan Kabupaten Banjarnegara

    yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan sektor ekonomi wilayah

    adalah sektor keuangan, jasa-jasa, dan konstruksi. Sedangkan sektor

    potensial Kabupaten Banjarnegara yang menjadi prioritas kedua adalah

    sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena di

    Kabupaten Banjarnegara lahan pertanian mempunyai luas yang cukup

    banyak. Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten

    Banjarnegara adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik,

    gas, dan air minum. Untuk sektor terberlakang yang merupakan sektor

    ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas pengembangan Kabupaten

    Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan

    dan penggalian.

    4.2 Analisis Intra Wilayah

    Berdasarkan tipologi KPP-KPPW, LQ-PB, dan LQ-KPPW didapatkan empat sektor

    yang berada di kuadran pertama yang berarti sektor unggulan dari Kabupaten

    PB

  • Banjarnegara, sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor

    konstruksi/bangunan, dan sektro keuangan yang akan dijabarkan sebagai berikut:

    4.2.1 Sektor Pertanian

    Tabel IV.22 PDRB Sektor Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)

    NO KECAMATAN PDRB SEKTOR PERTANIAN RATA-

    RATA PRIORITAS

    2009 2010 2011 2012 2013

    16 Pejawaran 152.877,93 161.575,98 166.817,18 172.109,84 176.843,79 166.045 1

    17 Batur 142.343,44 150.187,46 154.636,84 159.145,38 163.349,93 153.933 2

    9 Madukara 96.538,85 98.610,54 102.416,39 106.248,51 109.917,43 102.746 3

    18 Wanayasa 70.514,16 72.818,23 72.943,68 75.496,09 77.497,49 73.854 4

    4 Purwanegara 72.962,90 68.173,01 71.497,57 73.002,50 74.422,17 72.012 4

    13 Punggelan 63.623,66 66.457,75 66.727,77 69.057,38 71.084,79 67.390 4

    10 Banjarmangu 52.785,92 52.175,71 52.121,63 53.166,10 54.399,27 52.930 4

    3 Mandiraja 40.409,59 42.550,38 43.374,89 44.480,78 44.783,32 43.120 5

    5 Bawang 38.013,41 39.067,05 39.896,24 40.651,91 41.711,59 39.868 5

    19 Kalibening 35.216,11 34.808,07 35.161,29 36.869,56 37.860,08 35.983 5

    14 Karangkobar 34.703,56 33.554,86 34.127,25 35.114,59 35.844,18 34.669 5

    8 Sigaluh 31.529,74 33.238,80 33.265,93 34.017,95 34.777,57 33.366 5

    1 Susukan 29.307,45 30.352,93 30.844,63 31.864,66 32.027,67 30.879 5

    6 Banjarnegara 31.536,63 29.793,99 30.271,97 30.827,82 30.632,55 30.613 5

    15 Pagentan 28.956,54 28.370,88 29.286,98 30.726,82 31.905,15 29.849 5

    12 Rakit 23.831,69 24.543,47 25.964,49 27.123,54 27.639,34 25.821 5

    11 Wanadadi 24.415,55 22.474,81 23.130,72 23.614,10 24.251,73 23.577 5

    2 Purwareja Klampok 18.149,40 18.640,00 19.310,17 19.694,11 19.765,99 19.112

    5

    20 Pandanarum 16.327,11 16.367,48 16.362,03 17.040,10 17.756,18 16.771 5

    7 Pagedongan 12.299,51 11.797,32 11.928,91 12.485,59 12.863,13 12.275 5

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Dalam analisis intrawilayah untuk sektor pertanian yang akan dikembangkan

    menggunakan rata-rata hasil PDRB Sektor Pertanian per kecamatan di Kabupaten

    Banjarnegara dari tahun 2009-2013. Dari data tersebut, kemudian dikelompokkan

    untuk mengetahui prioritas pengembangan sektor pertanian di setiap kecamatan. Hasil

    dari analisis tersebut, diketahui bahwa Kecamatan Penjawaran merupakan

    kecamatan yang dapat menjadi prioritas dalam pengembangan sektor pertanian

    karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Pertanian yang tertinggi. Prioritas

    kedua dalam pengembangan sektor pertanian adalah Kecamatan Batur dan perioritas

    ketiga berada di Kecamatan Madukara. Sedangkan prioritas keempat adalah

    Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Punggelan, dan

    Kecamatan Banjarmangu. Sementara untuk prioritas terakhir dalam pengembangan

  • sektor pertanian adalah kecamatan-kecamatan lainnya. Kecamatan tersebut adalah

    Madiraja, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Sigaluh, Susukan, Banjarnegara,

    Pagentan, rakit, Wanadadi, Purwareja Klampok, Pandanarum, dan Pagedongan.

    4.2.2 Sektor Jasa-jasa

    Tabel IV.23 PDRB Sektor Jasa Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)

    NO KECAMATAN PDRB SEKTOR JASA RATA-

    RATA PRIORITAS

    2009 2010 2011 2012 2013

    20 Banjarnegara 167.893,07 182.273,74 196.732,43 210.841,78 223.128,16 196.174 1

    19 Purwareja Klampok 48.283,39 53.571,57 59.147,08 63.673,58 68.983,51 58.732

    2

    18 Bawang 32.696,42 37.454,92 40.235,64 43.101,48 44.996,93 39.697 3

    17 Purwanegara 26.805,77 31.848,64 35.042,48 38.323,07 40.901,77 34.584 3

    16 Banjarmangu 21.820,42 25.451,84 28.004,20 30.595,97 32.120,24 27.599 4

    15 Punggelan 22.405,18 24.615,36 26.377,72 28.068,08 29.871,39 26.268 4

    14 Rakit 20.777,86 23.062,79 25.375,57 27.317,55 27.944,61 24.896 4

    13 Mandiraja 18.548,97 22.015,17 23.726,90 25.439,36 27.222,85 23.391 4

    12 Kalibening 18.949,72 20.926,40 23.024,93 24.676,86 26.053,86 22.726 4

    11 Madukara 17.549,05 20.445,93 22.080,59 23.948,83 25.123,38 21.830 4

    1 Susukan 17.066,38 19.806,31 21.792,52 23.870,87 24.969,02 21.501 4

    10 Wanadadi 17.534,79 19.717,59 21.129,29 22.483,32 23.138,99 20.801 4

    9 Batur 14.482,20 15.644,44 17.114,93 18.436,91 19.808,31 17.097 5

    8 Wanayasa 13.616,52 15.294,73 16.889,70 18.270,10 19.443,91 16.703 5

    7 Pagentan 12.311,03 13.868,27 15.212,05 16.636,16 17.536,38 15.113 5

    6 Pagedongan 11.814,12 13.749,23 15.215,61 16.516,25 17.242,57 14.908 5

    5 Sigaluh 12.955,99 13.653,59 14.641,73 15.595,46 15.965,15 14.562 5

    4 Karangkobar 9.514,61 10.730,33 11.806,38 12.716,03 13.101,24 11.574 5

    3 Pejawaran 7.896,03 8.568,78 9.301,15 9.999,23 10.477,94 9.249 5

    2 Pandanarum 5.619,60 5.778,29 6.357,75 6.897,76 7.047,29 6.340 5

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor jasa, diketahui

    bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama

    untuk pengembangan sektor jasa. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara

    mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Jasa dibandingkan

    kecamatan lainnya. Hal tersebut didukung dengan status Kecamatan Banjarnegara

    sebagai ibukota Kabupaten Banjarnegara. Sementara, untuk prioritas kedua berada di

    Kecamatan Purwareja Klampok. Dan prioritas ketiga berada di Kecamatan Bawang

    dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di

    Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Rakit, Kecamatan

    Mandiraja, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Madukara, Kecamatan Susukan, dan

  • Kecamatan Wanadadi. Kecamatan yang menjadi prioritas terakhir atau prioritas kelima

    adalah Kecamatan Batur, Wanayasa, Pagentan, Pagedongan, Sigaluh, Karangkobar,

    Pajawaran, dan Pandanarum.

    4.2.3 Sektor Konstruksi/Bangunan

    Tabel IV.24 PDRB Sektor Konstruksi/Bangunan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)

    NO KECAMATAN PDRB SEKTOR BANGUNAN

    RATA-RATA

    PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013

    20 Banjarnegara 34.810,89 36.270,67 38.754,21 42.487,49 46.055,54 39.676 1

    19 Purwareja Klampok 23.406,22 24.480,27 25.968,09 27.484,90 29.594,65 26.187

    2

    18 Purwanegara 20.464,02 21.382,31 22.749,85 24.504,88 26.512,24 23.123 3

    17 Bawang 11.922,58 12.218,93 12.966,76 12.658,81 13.505,22 12.654 4

    16 Banjarmangu 11.042,36 11.238,17 11.995,41 13.099,62 14.171,80 12.309 4

    15 Batur 9.625,77 9.882,67 10.441,10 11.448,82 12.399,70 10.760 4

    14 Sigaluh 8.786,34 9.074,39 9.612,07 10.430,35 11.196,18 9.820 4

    13 Mandiraja 8.391,20 8.758,71 9.491,43 10.409,03 11.122,85 9.635 4

    12 Madukara 6.475,42 6.819,39 7.218,87 7.263,32 7.873,42 7.130 5

    1 Susukan 6.336,90 6.531,34 6.917,47 7.493,18 8.023,57 7.060 5

    11 Wanadadi 5.675,86 5.778,13 6.347,53 6.871,16 7.364,30 6.407 5

    10 Kalibening 5.606,48 5.764,82 6.229,75 6.822,78 7.271,25 6.339 5

    9 Pejawaran 5.405,14 5.512,96 5.827,35 6.355,69 6.829,11 5.986 5

    8 Karangkobar 5.144,96 5.288,03 5.694,40 6.163,32 6.689,11 5.796 5

    7 Pagentan 4.666,03 4.814,28 5.143,93 5.596,41 5.970,61 5.238 5

    6 Wanayasa 4.716,87 4.845,00 5.224,42 4.939,52 5.241,23 4.993 5

    5 Punggelan 4.610,48 4.746,20 5.178,02 4.892,10 5.275,03 4.940 5

    4 Rakit 3.430,74 3.506,43 3.840,21 4.162,95 4.487,17 3.886 5

    3 Pagedongan 3.631,68 3.705,62 3.961,37 3.750,20 4.017,85 3.813 5

    2 Pandanarum 1.604,84 1.622,23 1.763,89 1.677,53 1.780,13 1.690 5

    Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013

    Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor kontruksi, diketahui

    bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama

    untuk pengembangan sektor kontruksi. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara

    mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Kontruksi dibandingkan

    kecamatan lainnya sama seperti PDRB Sektor Jasa. Sementara, untuk prioritas kedua

    dan ketiga berturut-turut berada di Kecamatan Purwareja Klampok dan Kecamatan

    Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di Kecamatan Bawang,

    Mandiraja, Banjarmangu, Batur, dan Sigaluh. Untuk kecamatan yang mempunyai

    prioritas pengembangan sektor bangunan terendah berada di Kecamatan Madukara,

  • Susukan, Wanadadi, Kalibening, Pejawaran, Karangkobar, Pagetan, Wanayasa,

    Punggelan, Rakit, Pagedongan, dan Pandanarum.

    4.2.4 Sektor Keuangan

    Tabel IV.25 PDRB Sektor Keuangan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara

    Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)

    NO KECAMATAN PDRB SEKTOR KEUANGAN

    RATA-RATA

    PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013

    6 Banjarnegara 42.222,34 47.028,36 50.198,95 53.930,20 59.023,98 50.481 1

    9 Madukara 12.639,19 20.445,93

    13,962,78 15.027,36 16.764,07 16.219 2

    3 Mandiraja 13.608,48 14.785,39 15.819,53 16.961,86 18.618,47 15.959 2

    8 Sigaluh 11.151,33 12.229,36 13.037,20 14.321,77 15.888,67 13.326 2

    1 Susukan 11.314,61 11.682,29 12.205,55

    13,404,39

    14,654,05 11.734 3

    11 Wanadadi 9.689,69 10.560,80 11.316,63 12.397,73 13.801,88 11.553 3

    17 Batur 9.197,55 10.043,49 10.503,49 11.387,78 12.965,16 10.819 3

    2 Purwareja Kla