kelompok 04 - grup b - tugas 03 - 2014
TRANSCRIPT
-
Analisis Kawasan Kebon Kembang
Perencanaan sewerage berlokasi di Jalan Kebon Kembang, Kelurahan Tamansari, Kecamatan
Bandung Wetan, Kota Bandung. Lokasi tersebut berkoordinat 06 89 LS 107 60 BT
dimana memiliki suhu rata-rata 23.5 C dengan curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah
hari hujan rata-rata sebanyak 21.3 hari per bulan. Kawasan ini berada pada ketinggian antara
710-730 m diatas permukaan air laut yang secara administratif Jalan Kebon Kembang dibatasi
oleh :
Bagian Utara : Kebon Bibit
Bagian Selatan : Karya Laksana
Bagian Barat : Sungai Cikapundung
Bagiam Timur : Jalan Raya Tamansari
Tabel 1. Mata Pencaharian Kelurahan Tamansari
Berdasarkan data yang didapat dari kelurahan Tamansari (2009) didapat data bahwa sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai mahasiswa/pelajar, hal ini diakibatkan dari banyaknya
kost-kostan di daerah tersebut. Sedangkan di area perencanaan didapat data bahwa penduduk
sebagian besar berprofesi sebagai PNS di berbagai instansi pemerintah, namun ada juga yang
non PNS. Selain itu juga, terdapat masyarakat yang berprofesi sebagai pengusaha kost-
-
kostan. Sebagian warga juga menjadi penjaga warung dan toko-toko sebagai mata
pencahariannya.
Jumlah penduduk di kawasan Jalan Kebon Kembang adalah 1500 jiwa, yang terdiri dari
penduduk asli dan pendatang. Pendatang ini dapat berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
seperti mahasiswa yang kost di kawasan tersebut dan pendatang yang sudah menetap
bertahun-tahun. Keberagaman penduduk menyebabkan kebiasaan masyarakat daerah tersebut
berbeda-beda. Baik dari cara hidup, cara menanggapi suatu masalah maupun cara
bersosialisasi.
Jika ditinjau dari mata pencaharian sebagian besar penduduk, maka ekonomi daerah ini
termasuk ekonomi rendah-menengah. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa
keluarga yang berekonomi tinggi. Akibat dari tuntutan untuk terus hidup, banyak dari
masyarakat di daerah tersebut membangun kost-kostan pada daerah-daerah yang tidak boleh
terbangun menurut perencanaan awal kawasan tersebut sehingga ada beberapa titik bak
kontrol untuk drainase dan sewerage yang tertutupi oleh bangunan. Pada beberapa
masyarakat berekonomi rendah, luas bangunan rumah kecil dan jarak antar rumah-rumah
tidak tertata dengan baik menyebabkan ada beberapa daerah yang terlihat kumuh. Sebagian
besar dari rumah-rumah tersebut tidak memiliki kamar mandi di dalam rumah, penyaluran air
buangan langsung dialirkan ke badan air, bahkan pipa yang digunakan berada diatas
permukaan badan air.
Tabel. Tingkat Pendidikan Kelurahan Tamansari
-
Berdasarkan data dari kelurahan mengenai tingkat pendidikan, didapat bahwa tingkat
pendidikan di kelurahan Tamansari dan di daerah perencanaan adalah lulusan Sekolah Dasar,
tetapi di daerah perencanaan pun terdapat lulusan SLTP, SLTA maupun sarjana.
Tingkat pendidikan ini akan mempengaruhi tingkat pemahaman mengenai teknologi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah pemahaman mengenai teknologi
yang akan mempermudah dalam keberlangsungan pembanguan, operasi dan perawatan suatu
penerapan teknologi.
Budaya masyarakat di kawasan Kebon Kembang sangat beragam, mulai dari penggunaan air,
pembuangan tinja, pembuangan sampah, dan iuran rutin. Di kawasan Kebon Kembang tidak
semua masyarakat mempunyai MCK pribadi. Masyarakat yang tidak mempunyai MCK
pribadi menggunakan MCK komunal. Keadaan air tanah di kawasan ini sangat baik; bening,
bersih dan tidak berbau sehingga masyarakatnya memanfaatkan air tanah untuk keperluan
sehari-hari.
Budaya masyarakat untuk membuang black water dan grey water serta aliran air hujan di
kawasan Kebon Kembang sudah baik. Hal ini terlihat dari saluran yang terpisah untuk black
water dan grey water yang dibuang pada saluran pipa pembuangan. Black water dan grey
water ini menuju ke IPAL, sedangkan air hujan masuk menuju ke saluran drainase. Namun,
masyarakat yang menggunakan MCK komunal, air limbah buangannya langsung ke badan
air, yaitu Sungai Cikapundung.
Di beberapa saluran sewerage dan drainase ditemukan sampah-sampah. Hal ini menunjukkan
bahwa budaya masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang baik.
Apabila sampah-sampah di saluran tersebut tidak dibersihkan, maka saluran tersebut akan
terganggu pengalirannya.
Dalam bermasyarakat, tentunya membutuhkan biaya operasional untuk kebutuhan warga
masyarakat tersebut seperti untuk biaya kebersihan seperti pengangkutan lumpur pada
sewerage dan drainase dan kebutuhan sosial seperti menjenguk orang sakit. Untuk memenuhi
biaya-biaya tersebut, masyarakat di kawasan Kebon Kembang dimintai iuran rutin setiap
sebulan sekali. Namun, sebagian masyarakat belum mempunyai kesadaran mengenai
pentingnya iuran rutin. Hal ini terlihat dengan minimnya iuran yang didapatkan setiap
-
bulannya. Uang iuran yang terkumpul terkadang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat
sehingga menyebabkan aspek kebersihan terabaikan.
Kawasan Kebon Kembang mempunyai kelembagaan yang terstruktur. Hal ini ditujukkan
dengan adanya kepala RT dan RW yang menjalankan roda pemerintahan. Kepala RW
menjadi pimpinan dan mempunyai kekuasaan tertinggi di kawasan Kebon Kembang. Selain
itu juga, kepala RW memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat di
kawasan Kebon Kembang, seperti pengambilan keputusan biasanya melalui kepala RW.
Dari segi sarana dan prasarana, sarana dan prasarana yang ideal sebaiknya mampu memenuhi
kebutuhan penghuni di dalamnya dalam menjalankan aktivitas, seperti kondisi jalan yang
baik, ruang terbuka hijau, fasilitas umum, drainase yang mampu mengalirkan air limpasan,
dan sanitasi rumah tangga. Pada daerah perencanaan, kawasan Kebon Kembang kelurahan
Taman Sari Bandung, merupakan kawasan padat pemukiman. Bentuk rumah yang ada di
kawasan ini kurang teratur dan tertata rapi, dilihat dari mayoritas tidak ada jarak antar rumah
samping dan belakang.
Kondisi jalan disini juga sangat sempit. Jalan hanya dapat dilalui oleh kendaraan bermotor
dan sulit untuk dilalui oleh mobil. Namun, apabila dilihat dari konstruksi jalan yang ada
sudah cukup baik, karena sudah dilakukan pengaspalan jalan dan tidak banyak jalan yang
rusak atau berbolong. Walaupun kawasan pemukiman penduduk, fasilitas ruang terbuka hijau
telah disediakan yaitu adanya dua taman bermain yang dapat dijadikan tempat berkumpul
warga dan anak-anak. Salah satu taman yang ada juga merupakan taman baru dipinggiran
sungai yang masih tertata sangat rapi dan indah, sehingga banyak warga dan anak-anak yang
tertarik untuk datang ke taman ini.
Fasilitas umum yang disediakan diantaranya adalah tiga masjid, empat posyandu, sekolah
madrasah, dua TK (taman kanak-kanak), balai kecamatan, bengkel motor, PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), beberapa warung makan, dan beberapa toko kelontongan.
Selain itu, terdapat pasar kaget yang diadakan hanya pada pagi hari di salah satu jalan untuk
menjual kebutuhan bahan masakan, seperti sayur-sayuran dan rempah-rempah.
Keadaan saluran drainase ditinjau dari segi kuantitas sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya saluran drainase di setiap gang atau jalan yang mampu menampung air
-
limpasan meskipun di saluran tersebut masih terdapat beberapa sampah. Saluran drainase di
kawasan ini tidak hanya menampung air hujan, tetapi menampung grey water sehingga
saluran ini selalu terisi air walaupun sedang tidak hujan.
Keadaan sanitasi di kawasan ini masih sangat kurang karena kawasan ini merupakan kawasan
padat penduduk. Di kawasan ini pun, belum semua rumah memiliki kamar mandi pribadi
dirumahnya, sehingga terdapat MCK umum yang kurang terawat dan saluran
pembuangannya pun masih sangat kurang baik.
Peran serta masyarakat perlu diperhatikan dalam proses engineering dari segi pembangunan
maupun operasional. Apabila dilihat dari karakteristik masyarakat di pemukiman padat
Kebon Kembang dengan tingkat ekonomi rendah-menengah, sepertinya tidak sulit untuk
meminta peran serta dari masyarakat dalam proses pembangunan atau konstruksi
infrastruktur. Namun, untuk masalah perawatan dan pemeliharaan oleh warga sepertinya
cukup sulit. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa kepedulian dan kesadaran dari warga dalam
menjaga lingkungan yang bersih agar tercipta suasana yang nyaman dan kesejahteraan
kesehatan.
Karena terlihat kurangnya partisipasi warga untuk menjaga dan merawat fasilitas yang akan
dibangun, maka solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memilih beberapa warga yang
paling memiliki pengaruh, potensi dan keahlian untuk berkomitmen dalam merawat fasilitas
yang telah terbangun. Warga-warga yang terpilih tersebut harus menjadi penggerak warga
lainnya untuk ikut dalam proses pembangunan infrastruktur dan memahami secara dalam
sistem yang digunakan. Untuk menunjang pekerjaan, disarankan untuk memberikan upah
kepada salah satu atau beberapa warga yang melakukan pengawasan khusus tersebut. Upah
tersebut dapat dikumpulkan dari iuran warga-warga sekitar. Karena ada banyaknya jumlah
KK yang ada pada kawasan ini, maka penarikan iuran tidak perlu dengan jumlah yang besar.
Hal tersebut disebabkan karena penghasilan dan ekonomi masyarakat pada kawasan Kebon
Kembang ini rendah-menengah, maka akan sangat sulit apabila dilakukan penarikan iuran
dengan jumlah besar.
Walaupun disarankan adanya perawatan dan pemeliharaan khusus dari satu atau beberapa
warga yang terpilih, namun pada dasarnya peran serta masyarakat dalam menjaga fasilitas ini
seharusnya dilakukan oleh setiap warga. Hal ini dikarenakan infrastruktur yang dibangun
-
adalah fasilitas bersama yang membutuhkan kesadaran dan kerjasama dari setiap pengguna.
Untuk itu, sosialisasi sangat penting dilakukan agar mencegah kesalah pahaman.
Hasil Dokumentasi :
-
Jalur Perpipaan Sewerage
-
Keterangan :
Tanda panah menunjukkan arah aliran
Tangki Septik Komunal ( )
MCK++ ( )
Jalur Pipa Buangan ( )
Jalur Pipa Buangan untuk air yang telah terolah ( )
Bak Kontrol ( )
Titik Penyaluran ke Sistem IPAL Bandung ( )
-
Analisis Jalur Dan Lokasi
Perencanaan jalur sewerage yang tertera pada gambar diatas memperhatikan berbagai
pertimbangan pertimbangan terhadap kondisi eksisting pada daerah tersebut dimana kondisi
pertamanya yaitu sudah adanya sistem sewerage yang telah terbangun sehingga kita hanya
perlu memperbaiki sistemnya. Perbaikan sistem ditujukan agar seluruh rumah yang ada pada
kawasan tersebut terlayani oleh saluran yang telah ada sehingga nantinya air buangan dapat
diolah pada instalasi pengolahan komunal yang akan dibangun pada beberapa titik tertentu.
Dalam penentuan jalur perpipaan memperhatikan kondisi kontur pada daerah tersebut agar
sistem pengaliran air buangan dapat berjalan secara gravitasi sehingga tidak memerlukan
pompa dan juga akan memperkecil biaya pembangunannya.
Instalasi pengolahan yang akan dibangun direncanakan merupakan sistem pengolahan limbah
komunal yang akan melayani sejumlah rumah tertentu. Pada kawasan ini akan dibangun
sebanyak tiga instalasi pengolahan pada titik yang berbeda. Hal tersebut bertujuan agar beban
pengolahan terbagi merata pada ketiga intalasi yang ada, jika hanya terdapat satu intalasi
pengolahan akan memberikan beban yang sangat berat pada instalasi pengolahan tersebut.
Instalasi pengolahan dibangun pada titik strategis dimana berada pada titik terendah sistem
perpipaan (tamabahin konturnya berapa) sehingga air buangan akan mengalir secara gravitasi
menuju ke instalasi tersebut. Dengan mengalir secara gravitasi, penyaluran air buangan yang
mengandung tinja akan lebih mudah. Hal ini dikarenakan apabila tidak terdapat kemiringan
saluran, tinja akan mengendap sehingga terjadi pemampatan. Oleh sebab itu, diperlukan
sistem gravitasi atau sistem pemompaan agar tinja dapat tergelontor dengan mudah.
Pembangunan instalasi pengolahan memanfaatkan lahan kosong yang ada tetapi ada satu titik
untuk pembangun instalasi pengolahan yang harus menggunakan rumah warga sehingga
rumah tersebut dialihfungsikan untuk pembangunan instalasi pengolahan karena tidak adanya
lahan pada titik tersebut, akan tetapi merupakan titik strategis sehingga perlu adanya instalasi
pengolahan pada titik tersebut. Selain membangun instalasi pengolahan, perlu juga dibangun
satu sarana baru yang diperuntukkan untuk rumah rumah warga yang belum memiliki MCK
pribadi. Pada kawasan ini akan direncanakan untuk membangun sarana berupa MCK++ yang
akan dibangun pada kawasan yang mayoritas rumah warganya belum memiliki MCK pribadi.
-
Pembangunan MCK++ ini akan menggunakan sisetm pengolahan anaerobic digester.
Dalam perencanaan sistem perpipaan sewerage tersebut, tidak hanya menuju ketempat
pengolahan saja tetapi akan dibangun juga perpipaan untuk menuju sistem IPAL yang telah
ada. Sistem perpipaan tersebut akan mengalirkan air buangan yang telah terolah pada
instalasi pengolahan yang ada sehingga beban pengolahan pada IPAL dapat berkurang
nantinya.
-
Analisis Sistem Pengolahan Air Buangan
Terdapat dua macam metode pengolahan air buangan secara umum, yaitu sistem on-site
sanitation dan sistem off-site sanitation. Seperti yang telah disebutkan dalam teori dasar
bahwa sistem on-site adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah tidak
dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran yang akan membawanya ke
suatu tempat pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat
tersebut langsung. Sedangkan sistem off-site adalah sistem pembuangan air limbah dimana air
limbah disalurkan terlebih dahulu ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya
disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum di buang ke badan
perairan (Fajarwati, 2000). Melihat dari definisi kedua sistem pengolahan tersebut dan
disesuaikan dengan keadaan daerah Taman Sari, maka sistem pengolahan terpilih adalah
sistem off-site sanitation.
Alasan dipilihnya sistem off-site sanitation dibandingkan dengan sistem on-site sanitation
adalah:
1. Pada area perencanaan yang akan dibangun tidak terdapat cukup lahan
Jika metode pengolahan air buangan yang terpilih adalah sistem on-site, maka harus ada
salah satu jenis pengolahan pada tiap rumah, seperti contohnya adalah tangki septik.
Sedangkan apabila melihat kondisi dari kepadatan rumah penduduk di area tersebut serta
melihat kenaikan penduduk yang cukup tinggi (1% per tahun) dari hasil proyeksi maka
sistem on-site ini kurang tepat apabila diaplikasikan pada daerah Taman Sari. Kenaikan
penduduk yang cukup tinggi akan membuat desain tangki septik yang dirancang berubah-
ubah sebab disesuaikan dengan jumlah air buangan yang masuk. Semakin banyak
penduduk maka akan semakin banyak pula air buangan yang masuk ke dalam tangki
septik. Apabila tangki septik didesain sekaligus untuk beberapa tahun bahkan puluhan
tahun, artinya biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak. Hal ini tidak bersesuaian
dengan tingkat sosial-ekonomi masyarakat sekitar.
-
2. Biaya pembangunan dan perawatan lebih murah
Telah disebutkan dalam kondisi eksisting sebelumnya bahwa keadaan sosial-ekonomi
masyarakat Taman Sari tempat dilakukannya perencanaan sistem sewerage adalah
rendah-menengah. Sedangkan jika dilihat dari instalasi pengolahannya, bahwa sistem on-
site akan memerlukan satu unit pengolahan di setiap rumah maka hal ini tidak
memungkinkan untuk diterapkan. Selain dibutuhkan untuk biaya pembangunan, sistem
on-site juga memerlukan biaya perawatan yang cukup tinggi. Dibandingkan dengan hal
tersebut, sistem off-site akan lebih menghemat biaya dikarenakan unit pengolahannya
dapat dilakukan secara komunal (akan dibahas lebih rinci kemudian).
3. Sistem operasional lebih mudah
Kekurangan dari sistem on-site adalah diharuskannya melakukan pengelolaan secara
mandiri berkaitan dengan unit pengolahan yang dipakai (dalam contoh ini adalah tangki
septik). Pengelolaan mandiri atau pribadi ini meskipun tidak memerlukan keahlian khusus
akan tetapi tetap memerlukan pemahaman mendalam. Jika dilihat dari kondisi eksisting
mengenai tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Taman Sari, khusunya pada area
perencanaan sewerage system, sebagian besar masyarakat Kebon Kembang tersebut
adalah berpendidikan sekolah dasar sehingga dikhawatirkan masyarakat tersebut kurang
memahami dan menerapkan sistem perawatan tangki septik yang baik. Misalnya,
keluarga yang menggunakan tangki septik tersebut harus mengetahui kapan lumpur dalam
tangki septik harus disedot dan diangkat. Apabila keluarga pemilik tangki septik ini tidak
mengerti akan hal ini maka mungkin selama bertahun-tahun ia tidak akan mengangkat
lumpurnya. Padahal hal tersebut akan memungkinan daerah di sekitar pembuangan
limbah (tangki septik) telah terkontaminasi air tanahnya.
Sebaliknya dengan sistem on-site, sistem off-site yang akan diterapkan ini operasionalnya
lebih mudah karena air buangan atau limbahnya langsung mengalir masuk ke saluran
penyaluran air buangan yang menuju pengolahan air buangan.
-
Analisis Sistem Penyaluran Air Buangan
Untuk membuat suatu perencanaan sistem penyaluran air buangan, setiap aspek baik potensi
ataupun kelemahan dari kawasan tersebut harus diperhitungkan. Berdasarkan hasil dari
kondisi eksisting yang telah disebutkan sebelumnya, maka sistem penyaluran air buangan
yang tepat untuk area kelurahan Taman Sari adalah sistem shallow bore sewer dengan adanya
instalasi pengolahan tangki septik komunal.
Sistem shallow bore sewer adalah sistem dimana air buangan diangkut dalam skala kecil dan
pipa dipasang dengan slope lebih landai (Dewiandratika, 2002). Sistem ini cocok diterapkan
untuk kawasan atau area kelurahan Taman Sari dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut.
Penduduk padat dan ekonomi rendah
Sistem shallow bore sewer ini cocok untuk diterapkan pada kawasan padat penduduk
yang berekonomi rendah karena biaya pembuatan dan perawatannya lebih murah. Hal
tersebut karena sistemnya dilakukan secara komunal, baik sistem penyalurannya maupun
sistem pengolahannya.
Area jalan sulit dilewati kendaraan berat
Jalanan pada area perencanaan bukanlah jalanan-jalanan besar yang dapat dilalui dua atau
tiga mobil seperti jalan protokol bahkan untuk satu mobil saja jalanan tersebut sangat
kecil. Kondisi ini menyebabkan apabila tangki septik suatu saat penuh dan diperlukan
untuk melakukan pengurasan, mobil penyedot tinja akan kesulitan masuk sehingga pada
akhirnya tinja akan tetap menumpuk pada tangki tersebut dan hal inilah yang tidak
diinginkan semua pihak. Hal tersebut akan dapat mengganggu selain dari estetika tetapi
juga nilai kebersihan dan nilai kesehatannya. Sekalipun masyarakat sekitar dapat
melakukan pengurasan secara pribadi, akan tetapi menurut hasil wawancara kepada salah
satu RW Kelurahan Taman Sari, masyarakat di area tersebut kurang dapat bekerja sama
atau bersifat apatis untuk menciptakan lingkungan yang terawat dan bersih.
Dari analisis di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jika sistem yang terpilih adalah
sistem yang ada pengolahan secara mandiri atau pribadi (seperti on-site sanitation atau
small bore sewer) maka akan terjadi suatu kondisi di mana tangki septik beserta lumpur
-
tinjanya akan tidak terawat. Sedangka jika menggunakan sistem shallow bore sewer
dengan instalasi pengolahan tangki septik komunal maka jika suatu saat kondisi tangki
septik mulai penuh, warga dapat bergotong royong untuk membersihkannya.
Tidak ada atau terbatasnya lahan
Apabila dilihat dari kondisi eksisting area perencanaan bahwa rumah penduduk satu sama
lain saling berdekatan dan jumlah penduduk tiap rumah cukup banyak, yaitu sekitar lima
jiwa per rumah serta ditambah banyaknya kos-kosan mahasiswa maka jika ingin dibuat
suatu sistem pengolahan tinja pada masing-masing rumah sangat tidak memungkinkan.
Oleh karena itu, sistem penyaluran air buangan haruslah dapat memfasilitasi tinja yang
dapat dialirkan dalam perpipaannya. Sistem shallow bore sewer inilah yang mampu
menjawab masalah tersebut.
Dalam perencanaannya, sistem sewerage shallow bore sewer Taman Sari akan dilengkapi
dengan instalasi pengolahan tangki septik komunal sebelum dialirkan menuju IPAL. Berikut
adalah skema perancangan sistem penyaluran air buangan di area tersebut.
Gambar. Rancangan Skema Shallow Bore Sewer Kelurahan Taman Sari
Dari skema di atas, limbah domestik (grey water dan black water) dari masing-masing rumah
dicampur menjadi satu masuk ke dalam saluran penyaluran kemudian dialirkan ke dalam bak
kontrol lalu menuju tangki septik komunal dan pada akhirnya masuk ke IPAL. Fungsi bak
kontrol pada sistem ini adalah untuk mencegah luapan di tiap rumah ketika ada aliran balik
dari tangki septik (misalnya terjadi penyumbatan akibat sampah atau endapan lumpur yang
terlalu menumpuk). Bak kontrol yang dirancang lebih banyak ditempatkan pada area-area
yang memiliki densitas kependudukan lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya namun pada
area-area yang tidak padat pun tetap ditempatkan bak kontrol. Selanjutnya, terdapat tangki
septik komunal yang didesain atau dirancang agar limbah domestik dapat terolah terlebih
Perumahan
Bak Kontrol
Tangki Septik
Komunal IPAL
-
dahulu sebelum akhirnya masuk ke dalam IPAL. Dengan terolahnya limbah ini maka beban
IPAL akan berkurang sehingga efisiensi dari penyaluran dapat lebih baik. Tangki septik ini
didesain secara komunal karena alasan-alasan yang telah disebutkan pada analisis sistem
pengolahan air buangan; antara lain karena keterbatasan lahan, biaya pembuatan dan
operasional yang lebih murah, dan sistem perawatan yang lebih mudah. Tangki septik yang
akan digunakan pada area kelurahan Taman Sari adalah tangki septik jenis beton yang
dilengkapi dengan bidang resapan. Dipilih berbahan beton bukan tangki septik berbahan
plastik karena tangki septik yang jenis materialnya plastik beresiko untuk terjadinya
pengapungan. Daerah perencanaan sistem sewerage ini adalah daerah yang memiliki muka
air tanah cukup tinggi (terbukti dari sumber air minum yang digunakan menggunakan air
tanah). Selain itu, tangki septik berjenis plastik juga beresiko terjadinya kebocoran antara
fitting pipa saluran dengan tangki. Ditambah lagi, pada sistem ini digunakan sistem shallow
bore sewer yang artinya masih terdapat tinja pada perpipaannya sehingga kemungkinan
kebocoran antara pipa dengan tangki akan semakin besar akibat tekanan yang ditimbulkan
oleh tinja tersebut. Oleh karena itu, pilhan tangki septik berbahan beton adalah yang tepat.
Berikut adalah gambar mengenai tangki septik dengan bidang resapan yang dipilih untuk
perancangan sistem sewerage area Kebon Kembang.
Gambar. Tangki Septik Jenis Beton
-
Gambar. Tipikal Bidang Resapan Tangki Septik
Dari kedua gambar di atas, maka susunan atau skema alirannya adalah sebagai berikut.
Dapat dilihat pada peta rencana jalur bahwa tangki septik komunal dirancang berjumlah 3
buah. Dari data kependudukan yang telah dilakukan sebelumnya, yakni total jumlah
penduduk area perencanaan adalah 1589 jiwa sehingga pada satu tangki septik kira-kira akan
menampung limbah dari 550-600 jiwa. Berdasarkan SNI 03-2398-1991 tentang Tata Cara
Perencaaan Tangki Septik, jika asumsi 1 tangki septik melayani 550 jiwa, maka volume yang
harus disediakan untuk ukuran tangki septik 2 tahun adalah 181.5 m3 dan untuk ukuran tangki
septik 3 tahun adalah 203.5 m3.
MCK ++
Pada daerah perencanaan terdapat kawasan kumuh yang tidak memiliki sarana sanitasi di
setiap rumahnya. Pada daerah tersebut direncanakan untuk membangun MCK Plus++.
Mayoritas tingkat ekonomi warga pada kawasan tersebut rendah, sehingga sulit bagi mereka
untuk mengalokasikan dana bagi pembangunan sarana sanitasi sendiri. Untuk membiayai
hidup mereka sehari-hari saja sudah harus pontang-panting kesana-kemari, apalagi untuk
Dari
tangki
septik
Bidang Resapan
Tangki Septik
-
membangun sarana sanitasi, yang bagi mereka bukanlah hal yang terlalu penting. Selama ini
warga menggunakan MCK komunal tanpa pengolahan air buangan. MCK tersebut
kondisinya cukup memprihatinkan, karena kotor, kumuh, dan tidak terawat.
Fasilitas SANIMAS MCK Plus++ yang akan dibangun diharapkan dapat mengolah limbah
buangan MCK dengan menghasilkan biogas yang dihasilkan dapat dipakai untuk pemanas air
(water heater) yang diletakkan di kamar mandi. Dengan lengkapnya fasilitas sanitasi yang
ditawarkan MCK Plus++ ini, masyarakat dapat merawat dan menggunakan dengan baik.
Agar pemeliharaan lebih optimal maka dikenakan tarif bagi warga yang menggunakan
fasilitas MCK Plus++.