kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
DESCRIPTION
Perencanaan Pajak melalui pemilihan badan usahaTRANSCRIPT
PERENCANAAN PAJAK MELALUI PEMILIHAN BADAN
USAHA
Oleh:
1. Deni Elyana Sari 125030400111013
2. Tapi Omas Annisa 125030401111005
3. Febry Eka Prihandani 125030401111006
4. Ryan Astri Kurniawan 125030405111001
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam
penerimaan APBN di Indonesia. Keberadaan pajak secara langsung telah mempengaruhi
jalannya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan-kegiatan usaha di indonesia. Mengingat salah
satu unsur objek pajak adalah penghasilan, maka tentu saja pemungutan pajak ini mencakup
bentuk-bentuk usaha baik yang perseorangan maupun berbentuk badan. Bentuk-bentuk usaha
di Indonesia sendiri terdiri dari 3 macam yaitu BUMN, Koperasi dan Swasta. Namun yang
tentunya menjadi objek pajak penghasilan adalah bentuk usaha Swasta, yang mana hal itu
bertujuan semata-mata untuk mencari keuntungan dan menambah kekayaan.
Bentuk usaha Swasta sendiri terbagi 5 yaitu perseorangan, CV(persekutuan
komanditer), Firma, PT(Perseroan Terbatas) dan Yayasan. Di antara semua itu tentunya
memiliki perlakuan pajak yang berbeda-beda. Perusahaan perseorangan yang pemiliknya
hanya satu orang tentu akan mendapat pemungutan pajak yang berbeda dengan perusahaan
yang pemiliknya lebih dari satu orang seperti CV, Firma, PT dan Yayasan. Selain itu dalam
memungut pajak juga ditentukan dari omzet yang didapat. Semakin besar omzet/penghasilan
yang didapat maka semakin besar pula pajak yang dikenakan. Karena kondisi itulah
menyebabkan terjadi cara-cara yang dilakukan Wajib pajak untuk menghindari pajak atau
meringankan beban pajak pajak yang didapat dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.
Sehingga perencanaan perpajakan (tax planning) dapat digunaan oleh badan usaha tersebut
dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk usaha di indonesia?
2. Bagaimana bentuk pemilihan usaha orang pribadi dan badan?
3. Bagaimana pengaruh bentuk usaha untuk alternatif perpajakan?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memaparkan mengenai bentuk usaha di Indonesia.
2. Untuk memaparkan mengenai bentuk pemilihan usaha orang pribadi dan badan.
3. Untuk memaparkan mengenai pengaruh bentuk usaha untuk alternatif perpajakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bentuk Usaha di Indonesia
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk
Badan Usaha tersebut bersumber dari Undang – Undang 1945 khususnya pasal 33. Di
Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu :
1. Badan Usaha Milik Negara ( BUMN )
BUMN adalah suatu bangun usaha yang didirikan oleh Negara dan pemiliknya dipegang
oleh Pemerintah atau Negara Republik Indonesia. Dalam hal ini terdapat berbagai macam
antara lain yang berupa Perusahaan Jawatan ( PERJAN ), Perusahan Negara ( PN ),
Perusahaan Umum ( PERUM ) dan Persero ( PT. Persero ).
2. Koperasi
Koperasi adalah bentuk badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi raktyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
3. Swasta
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya sepenuhnya berada
ditangan individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga ukuran
keberhasilannya juga dari banyaknyakeuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya.
Perusahaan ini sebenarnya tidakalah selalu bermotif mencari keuntungan semata tetapi ada
juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh : perusahan swasta yang bermotif
nirlaba yaitu Rumah Sakit, Sekolahan, Akademik, dll.
Bentuk badan usaha ini dapat dibagi kedalam beberapa macam :
A. Perseorangan
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang bisnis yang paling
sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat pembedaan pemilikan antara hal milik pribadi
dengan milik perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus juga
merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang – utang dari
perusahaan itu. Bentuk badan usaha semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan –
perusahaan kecil, misalnya bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan, serta jasa dll.
B. Firma
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan dari beberapa
pengusaha swasta menjadi satu kesatuan usaha bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh
beberapa orang dan pimpin atau dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan ini
adalah untuk menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam permodalannya.
C. Perserikatan Komanditer (CV)
Bentuk ini banyak dilakukan untuk mempertahankan kebaikan – kebaikan dari bentuk
perseorangan yang memberikan kebebasan dan penguasaan penuh bagi pemiliknya atas
keuntungan yang diperoleh oleh perusahan. Disamping itu untuk menghilangkan atau
mengurangi kejelekan dalam hal keterbatasan modal yang dimilikinya maka diadakanlah
penyertaan modal dari para anggota yang tidak ikut aktif mengelola bisnisnya, yang hanya
menyertakaan modalnya saja dalam bisnis itu.
D. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang banyak dipilih, terutama untuk bisnis – bisnis
yang besar. Bentuk ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan
modalnya kedalam bisnis tersebut sengan cara membeli saham yang dikeluarkan oleh
Perusahaan itu. Atas pemilikan saham itu maka mereka para pemegang saham itu berhak
memperoleh pembagian laba atau dividen dari perusahaan tersebut. Dalam bentuk ini
tanggung jawab pemilik atau pemegang saham adalah terbatas, yaitu sebatas modal yang
disetorkannya. Kekayaan pribadi pemilik tidak ikut menanggung utang – utang perusahaan.
Oleh karena itu bentuk ini disebut Perseroan Terbatas (Naamlose Venootschaap/NV).
E. Yayasan
Yayasan adalah bentuk organisasi swasta yang didirikan untuk tujuan sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada keuntungan. Misalnya Yayasan Panti
Asuhan,Yayasan yang mengelola Sekolahan Swasta, Yayasan Penderita Anak Cacat dll.
2.2. Pemilihan Bentuk Usaha Orang Pribadi dan Badan
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan
Terbatas (PT), Perseroan Kommanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
1. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) menurut undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, bab 1 pasal 1 ayat 1 adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. Masing-masing pemegang saham (Pesero) tidak bertanggung
jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab
atas kerugian PT melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Atas keuntungan PT dikenakan
pajak penghasilan badan dengan tarif pasal 17 undang-undang Pajak Penghasilan
Pembagian dividen kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya
perusahaan, dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dan sebagai kredit pajak bagi
pihak yang dipotong (tidak final). Dengan demikian terdapat double taxation.
2. Perseroan Kommanditer (CV)
Perseroan Kommmanditer (CV) adalah suatu persekutuan dua orang/lebih sebagai
persero pengusaha (aktif) dan satu orang atau lebih sebagai pesero kommanditer (tidak aktif)
untuk menjalankan suatu perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh laba.
Anggota perseroan kommanditer ada dua golongan :
1. Persero Pengusaha atau pesero aktif/bekerja. Pesero ini selain menyerahkan modal ke
dalam perseroan, jika perseroan jatuh pailit atau bangkrut, pesero pengusaha
bertanggungjawab penuh atas seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang
perusahaan.
2. Persero Kommanditer atau pesero diam. Pesero ini hanya menyerahkan modal ke dalam
perseroan dan tidak bertanggung jawab tentang jalannya perseroan. Jika perseroan jatuh
pailit/bangkrut, pesero ini hanya bertanggungjawab sebesar modal penyertaannya.
Atas keuntungan CV dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal 17 undang-
undang Pajak Penghasilan (sama dengan PT). Pembagian keuntungan kepada pemegang
saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya CV, tidak dipotong PPh pasal 23 dan
bagi yang menerima bukan sebagai obyek pajak. Dengan kata lain, Pajak penghasilan hanya
dikenakan pada Perusahaan (Badan) saja dan tidak ada double taxation.
3. Perorangan (Pribadi)
Usaha Perorangan adalah perorangan (pribadi) yang menjalankan suatu usaha dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Peorangan tersebut bertanggung jawab penuh atas jalannya
usaha. Jika usaha tersebut pailit atau bangkurt, perorang ini bertanggungjawab penuh atas
seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang usahanya. Ini adalah bentuk usaha
yang paling sederhana dan tidak perlu pembuatan akte pendirian.Dalam menghitung besarnya
pajak penghasilan, usaha perorangan wajib melakukan pembukuan atau hanya melakukan
pencatatan dengan Norma Penghitungan. Atas pendapatan (keuntungan) usaha perorang
tersebut, sesudah dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dikenakan pajak
penghasilan orang pribadi dengan tarif pasal 17 undang-undang Pajak Penghasilan.
2.3. Pengaruh Pemilihan Bentuk Usaha Untuk Alternatif Perpajakan
Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib Pajak
perorangan dan Wajib Pajak badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada setiap Wajib
Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun Wajib Pajak badan atas penghasilan yang
diterimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak perorangan dan Wajib Pajak
badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak. Lapisan terendah tarif pajak bagi
perorangan adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi perorangan adalah 30% sedangkan bagi
Wajib Pajak Badan tarifnya 28%.
Perbandingan Beban Pajak Penghasilan
Walaupun masing-masing bentuk usaha tersebut di atas mempunyai karakter yang
berbeda-beda beserta keunggulan dan kelemahannya, penulis akan mencoba memberikan
perbandingan atas beban pajak untuk masing-masing bentuk usaha. Supaya perbandingan
beban pajak ini dapat dilakukan secara obyektif, penulis mencoba memberikan asumsi-
asumsi pendapatan, pembebanan biaya dan pembagian keuntungan yang sama untuk masing-
masing bentuk usaha tersebut, seperti yang ada di tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk Penjualan Rp. 1,5 Miliar
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
P
T
C
V
P
e
r
o
r
a
n
g
a
n
D
g
n
P
e
m
b
u
k
u
a
n
P
e
r
o
r
a
n
g
a
n
D
g
n
N
o
r
m
a
P
e
n
g
h
i
t
u
n
g
a
n
*
1
)
P
e
n
j
u
a
l
a
n
1
,
5
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
1
,
5
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
1
,
5
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
1
,
5
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
B
e
b
a
n
U
s
a
h
a
*
2
)
1
,
2
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
1
,
2
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
1
,
2
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
L
a
b
a
U
s
a
h
a
3
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
3
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
3
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
4
5
0
,
0
0
0
,
0
0
0
P
T
K
P
*
3
) - -
1
8
,
0
0
0
,
0
0
0
1
8
,
0
0
0
,
0
0
0
P
e
n
g
h
a
s
i
l
a
n
K
e
n
a
P
a
j
a
k
3
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
3
0
0
,
0
0
0
,
0
0
0
2
8
2
,
0
0
0
,
0
0
0
4
3
2
,
0
0
0
,
0
0
0
P
P
h
T
e
r
u
7
2
,
5
0
0
,
0
7
2
,
5
0
0
,
0
6
4
,
9
5
0
,
0
1
1
7
,
4
5
0
,
t
a
n
g
0
0
0
0
0
0
0
0
0
L
a
b
a
S
e
s
u
d
a
h
P
P
h
2
2
7
,
5
0
0
,
0
0
0
2
2
7
,
5
0
0
,
0
0
0
2
1
7
,
0
5
0
,
0
0
0
3
1
4
,
5
5
0
,
0
0
0
P
P
h
2
3
A
t
a
s
D
i
v
i
d
e
n
3
4
,
1
2
5
,
0
0
0
- - -
*
4
)
T
o
t
a
l
B
e
b
a
n
P
a
j
a
k
1
0
6
,
6
2
5
,
0
0
0
7
2
,
5
0
0
,
0
0
0
6
4
,
9
5
0
,
0
0
0
1
1
7
,
4
5
0
,
0
0
0
Asumsi:
*1) Norma Penghitungan Untuk Pedagang Eceran 30% dari Peredaran Bruto
*2) Beban Usaha 80% dari Penjualan
*3) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000
*4) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen, dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%
Dari Tabel 1 di atas, terlibat bahwa total beban pajak terkecil adalah usaha perorangan
dengan pembukuan sebesar Rp. 64.950.000, sedangkan total beban pajak terbesar adalah
pada usaha perorangan dengan Norma penghitungan sebesar Rp. 117.450.000. Hal ini terjadi
karena secara umum Norma Penghitungan menetapkan margin keuntungan usaha yang lebih
besar (30%) daripada keuntungan usaha sebenarnya (20% dengan pembukuan). Pada
prakteknya, usaha perorangan/orang pribadi mengalami dilema, jika menggunakan
Pencatatan peredaran bruto (yang mudah/sederhana) dengan Norma penghitungan, Persentase
keuntungan yang sebenarnya masih jauh lebih kecil daripada % Keuntungan yang diterapkan
dalam Norma penghitungan. Sebaliknya, jika mau melakukan pembukuan, masih sulit dan
membutuhkan biaya yang cukup besar.
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih
besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari dividen yang
dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak (bukan
obyek pajak). Maka motivasi sesorang untuk lebih memilih bentuk usaha PT dari pada CV
adalah faktor-faktor lain selain faktor pajak.
Apakah total beban pajak penghasilan orang pribadi selalu lebih kecil dari pada PT
atau CV seperti yang ada di tabel 1 di atas? Kita coba kaji lebih dalam di Tabel 2 berkut ini:
Tabel 2: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan Dengan Penjualan Rp. 3 Miliar
No
.
Keteranga
nPT CV
Perorangan
Dgn
Pembukuan
1 Penjualan
3,000,000,00
0
3,000,000,00
0
3,000,000,00
0
2
Beban
Usaha *a)
1,200,000,00
0
1,200,000,00
0
1,200,000,00
0
3 Laba Usaha
1,800,000,00
0
1,800,000,00
0
1,800,000,00
0
4 PTKP *b) - - 18,000,000
5
Penghasila
n Kena
Pajak
1,800,000,00
0
1,800,000,00
0
1,782,000,00
0
6
PPh
Terutang 522,500,000 522,500,000 589,950,000
7
Laba
Sesudah
PPh
1,277,500,00
0
1,277,500,00
0
1,192,050,00
0
8
PPh 23
Atas
Dividen *c) 191,625,000 - -
9
Total
Beban
Pajak 714,125,000 522,500,000 589,950,000
Asumsi :
*a) Beban Usaha 80% dari Penjualan
*b) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000
*c) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa total beban pajak penghasilan terkecil adalah CV
sebesar Rp. 522.500.000, diikuti Usaha Perorangan Rp. 589.950.000 dan yang terbesar adalah
PT sebesar Rp. 714.125.000. Dengan demikian perbedaan besarnya total beban pajak yang
dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan kena pajak
(laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tariff PPh pasal 17 untuk badan (dengan
tariff maximum 30%) dan orang pribadi (dengan tariff maximum 35%).
PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT atas dividen yang dibagikan sebesar 15% adalah
tidak final, sehingga besarnya tariff efektif akan tergantung pada besarnya penghasilan
pemegang saham (sebagai perorangan). Contoh: jika penghasilan kena pajak pemegang
saham (perorangan) diluar dividen ini sudah mencapai Rp. 200.000.000, maka tariff efektif
atas dividen ini menjadi 35% sehingga total beban pajak atas PT menjadi lebih besar lagi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk
Badan Usaha tersebut bersumber dari Undang – Undang 1945 khususnya pasal 33. Di
Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ),
Koperasi dan Swasta. Bentuk badan usaha swastadapat dibagi kedalam beberapa macam :
Perseorangan, Firma, Perserikatan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), Yayasan
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan
Terbatas (PT), Perseroan Kommanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih
besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari dividen yang
dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak (bukan
obyek pajak). Sedangkan (seperti ilustrasib tabel 2) perbedaan besarnya total beban pajak
yang dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan kena
pajak (laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tariff PPh pasal 17 untuk badan
(dengan tariff maximum 30%) dan orang pribadi (dengan tariff maximum 35%).
3.2. Saran
Pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam pemilihan bentuk usaha, namun pemilihan
bentuk usaha yang tepat dapat memberikan penghematan pajak. Sehingga dalam melakukan
penghematan tersebut bisa dengan cara perencanaan pajak agar kewajiban perbajakan dapat
dilakukan oleh wajib pajak dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://siddhi.or.id/2010/02/perencanaan-pajak-melalui-pemilihan-bentuk-usaha-2/ diakses tgl 21
Februari 2014
Manajemen Perpajakan, Mohammad Zain, Edisi 3, Salemba Empat.
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak, Erly Suandy, Edisi 3, Salemba Empat