tugas pdrd pajak penerangan jalan (kel.7) pajak c
TRANSCRIPT
Pajak Penerangan Jalan
Resume
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Tahun Ajaran 2015/2016
Disusun Oleh:
1. Aditya Reynaldi 1406637643
2. Rizki Aprilita Ramadhani 1406637744
3. Mutia Ulfiani 1406637832
Program Studi Administrasi Perpajakan
Program Vokasi
Universitas Indonesia
Depok
2015
Page | 0
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan resume tentang pajak penerangan jalan, untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah pajak daerah dan retribusi daerah.
Resume ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan resume ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan resume ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki resume ini.
Akhir kata kami berharap semoga resume tentang pajak penerangan jalan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, Oktober 2015
Penyusun
Page | 1
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................1
Daftar isi............................................................................................................................2
Bab I
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3
1.4 Metode Penulisan ..............................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................4
Bab II
2.1 Sistem Pemungutan Pajak .................................................................................5
2.2 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak ......................................................................10
2.3 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak .....................................11
2.4 Masa Pajak dan Saat Terutang Pajak ...............................................................13
2.5 Aturan Khusus Pajak Penerangan Jalan...........................................................13
Bab III
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................................15
Daftar Pustaka .................................................................................................................17
Page | 2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, lampu penerangan selalu hadir di berbagai tempat
perkotaan maupun pedesaan. Semakin banyak lampu ditengah kota dan desa maka akan semakin
mempermudah kegiatan sehari-hari masyarakat di malam hari maupun di siang hari. BUMN
yang bergerak di bidang tenaga listrik harus mengkoordinasi penggunaan lampu, karena jika
tidak terkoordinasi dengan benar akan mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi pihak
BUMN selaku penyedia tenaga listrik maupun masyarakat itu sendiri. Berdasarkan UU Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa salah satu jenis pajak yang
termasuk penerimaan pembayaran pajak daerah adalah pajak penerangan jalan. Pajak penerangan
jalan yang akan dibahas ini baik secara umum maupun secara khusus yaitu pajak penerangan
jalan daerah DKI Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pemungutan pajak penerangan jalan?
2. Apa saja yang merupakan objek pajak penerangan?
3. Siapa saja yang merupakan subjek dan wajib pajak penerangan jalan?
4. Bagaimana pengenaan dan cara perhitungan pajak penerangan jalan?
5. Kapan masa pajak dan saat terutang pajak penerangan jalan?
6. Apa saja aturan khusus yang membedakan pajak penerangan jalan dengan pajak lainnya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana system pemungutan pajak penerangan jalan.
Page | 3
2. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan objek penerangan jalan dan siapa saja
subjek, dan wajib pajak penerangan jalan.
3. Untuk mengetahui bagaimana dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan pajak
penerangan jalan.
4. Untuk mengetahui waktu masa pajak dan saat terutang pajak penerangan jalan.
5. Untuk mengetahui aturan khusus apa saja yang membedakan pajak penerangan jalan
dengan pajak lainnya.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada tugas ini adalah :
Pustaka, yaitu mempelajari referensi yang berhubungan dengan pajak penerangan jalan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan tugas yang akan dibuat.
Bab II Isi
Bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai sistem pemungutan pajak; objek,
subjek, dan wajib pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan pajak; masa pajak dan
saat terutang pajak; aturan khusus yang membedakan pajak penerangan dengan pajak
lainnya.
Bab III Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari pembuatan tugas ini.
Page | 4
BAB II
ISI
2.1 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang
oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas negara.
1Pemungutan pajak daerah dilarang diborongkan.
Yang dimaksud dilarang diborongkan adalah bahwa pada dasarnya kegiatan pemungutan
pajak tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dimungkinkan adanya
kerjasama dengan pihak ketiga diantaranya dalam hal; pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman surat-surat kepada Subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak, penghimpun data
objek dan subjek pajak atau sosialisasi dibidang perpajakan daerah.
Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan perhitungan besarnya pajak yang terutang, kegiatan penetapan pajak,
pemeriksaan pajak, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.
2Pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, ditetapkan berdasarkan
:
a. Pajak Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak;
b. Pajak ditetapkan oleh Gubernur.
1 Pasal 3 PERDA DKI Jakarta No.6 Tahun 2010 “Ketentuan Umum Pajak Daerah”2 Pasal 5 PERDA DKI Jakarta No.6 Tahun 2010 “Ketentuan Umum Pajak Daerah”
Page | 5
Sistem pemungutan pajak yang dianut pajak penerangan jalan adalah pajak daerah yang
dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment system).
Pajak Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak
Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.6 tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah,
Pasal 6
(1) Wajib Pajak yang pajaknya dibayar sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a,
wajib menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan
menggunakan SPTPD.
(2) SPTPD wajib diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak serta disampaikan ke Dinas Pelayanan Pajak.
(3) Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah berakhir masa pajak.
(4) Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas waktu
penyampaian SPTPD jatuh pada 1 (satu) hari kerja berikutnya.
(5) Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilampiri dengan data atau
dokumen yang menjadi dasar perhitungan pajak terutang yang ditetapkan oleh Gubernur.
(6) SPTPD dianggap tidak disampaikan, apabila tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan tidak dilampiri data atau
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak harus mengambil sendiri SPTPD di Dinas Pelayanan
Pajak atau tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur.
(8) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak, melaporkan data transaksi usahanya yang merupakan
Page | 6
objek Pajak Daerah melalui online system.
Pasal 7
(1) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak,
dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD paling lama 2 (dua) bulan sejak
berakhirnya jangka waktu penyampaian SPTPD.
(2) Permohonan perpanjangan penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diajukan secara tertulis dengan alasan yang jelas kepada Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk, selambat-lambatnya sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian SPTPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), dengan melampirkan perhitungan sementara
pajak terutang yang harus dibayar.
Pasal 8
(1) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD
yang telah disampaikan, dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada Gubernur
atau pejabat yang ditunjuk, dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sesudah
berakhirnya masa pajak atau tahun pajak, sepanjang Dinas Pelayanan Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak membetulkan sendiri SPTPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka
kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat berakhirnya penyampaian SPTPD
sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPTPD.
Pasal 9
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Gubernur dapat
Page | 7
menerbitkan :
a. SKPDKB dalam hal :
1. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
2. apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu tertentu
dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung
secara jabatan.
b. SKPDKBT, apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang;
c. SKPDN, apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a angka 1 dan angka 2, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan, dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
angka 3, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak, ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat
Page | 8
(1) huruf b, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5) Kenaikan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan, pengisian dan penyampaian SPTPD,
SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDN dan online system sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
sampai dengan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Gubernur.
Pajak ditetapkan oleh Gubernur
Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.6 tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah,
Pasal 11
(1) Pajak ditetapkan oleh Gubernur dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1), antara lain SPPT-PBB.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang
dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.
2.2 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak
Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :
Page | 9
Objek Pajak
Pasal 3
(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun yang diperoleh dari sumber lain.
(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi seluruh
pembangkit listrik.
(3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
adalah:
a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,
konsulat, dan perwakilan asing dengan azas timbal balik;
c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas di bawah 200
KVA (dua ratus Kilo Volt Amper) yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis
terkait.
Subjek Pajak
Pasal 4
Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik.
Wajib Pajak
Pasal 5
(1) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga
Page | 10
listrik.
(2) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah
penyedia tenaga listrik tersebut.
2.3 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak
Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :
Dasar Pengenaan Pajak
Pasal 6
(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.
(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan:
a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga
Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel
yang ditagihkan dalam rekening listrik;
b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung
berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan
harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
c. Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditetapkan sesuai dengan
ketetapan Nilai Jual pada PLN yang berlaku pada saat yang sama.
Tarif Pajak
Page | 11
Pasal 7
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut:
(1) Tarif Pajak Penerangan Jalan yang disediakan oleh PLN atau bukan PLN yang
digunakan atau dikonsumsi oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, sebesar 3%
(tiga persen).
(2) Tarif Pajak Penerangan Jalan yang bersumber dari PLN atau bukan PLN yang
digunakan atau dikonsumsi selain yang dimaksud ayat (1), ditetapkan sebesar 2,4% (dua koma
empat persen).
(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).
Cara Penghitungan Pajak
Pasal 8
Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6.
2.4 Masa Pajak dan Saat Terutang Pajak
Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :
Masa Pajak
Page | 12
Pasal 10
(1) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim.
(2) Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.
Saat Terutang Pajak
Pasal 12
(1) Pajak terutang terjadi pada saat penggunaan tenaga listrik.
(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum tenaga listrik digunakan, pajak terutang pada
saat terjadi pembayaran.
2.5 Aturan Khusus yang Membedakan dengan Pajak Lainnya
Payung hukum penarikan Pajak Penerangan Jalan diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Khusus DKI Jakarta, penarikan Pajak Penerangan Jalan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan
Jalan.
Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa
digunakan untuk pengembangan atau pembangunan daerah tersebut. Sementara itu, untuk
besaran biayanya, setiap daerah memiliki besaran Pajak Penerangan Jalan yang berbeda beda.
Pasalnya, besaran biaya tersebut ditentukan oleh pemda masing-masing.
Page | 13
Khusus di Jakarta, Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu dari 13 jenis pajak
yang masuk ke kas daerah seperti diatur di dalam Perda Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak
Penerangan Jalan (PPJ).
Dalam Perda ini diatur besaran biaya penambahan penggunaan listrik untuk kategori
industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam sebesar 3 persen, penggunaan atau
dikonsumsi selain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, sebesar 2,4 persen
serta penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, ditetapkan sebesar 1,5 persen.
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 204 Tahun 2014 tentang
sistem penerimaan pajak daerah secara elektronik, kini penerimaan pajak penerangan jalan pun
dilakukan secara sistem elektronik. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah pelayanan pajak
di DKI Jakarta. Dengan demikian penerimaan pajak daerah pun dapat meningkat.
Page | 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Sistem pemungutan yang dianut ialah self
assessment, yaitu Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Objek
pajak penerangan jalan, yaitu penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun
yang diperoleh dari sumber lain (tenaga listrik yang diperoleh dari PLN dan/atau oleh bukan
PLN). Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan
tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
tenaga listrik. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik. Tarif
pajak penerangan jalan maksimal 10%. Tarif pajak penerangan jalan yang ditetapkan daerah DKI
Jakarta ialah sebesar 3%, 2,4%, dan 1,5% sesuai dengan jenisnya. Masa pajak penerangan jalan
adalah jangka waktu satu bulan takwim. Saat terutangnya pada saat penggunaan tenaga listrik.
Dan saat ini telah ada aturan yang mengatur sistem penerimaan pajak daerah secara elektronik,
termasuk pajak penerangan jalan. Dimana hal ini dapat mempermudah pelayanan pajak.
3.2 Saran
Setiap hari tenaga listrik selalu digunakan, setiap penggunaan tenaga listrik juga
dikenakannya pajak terhutang. Pembayaran yang diterima sebelum tenaga listrik digunakan atau
pajak terutang pada saat terjadi pembayaran, hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan tersebut
sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan. Untuk Tenaga listrik yang disediakan
Page | 15
oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik tersebut.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan Pajak Penerangan Jalan diatur dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan.
Page | 16
Daftar Pustaka
Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Umum
Pajak Daerah (KUPD)
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 15 Tahun 2010 Tentang Pajak Penerangan
Jalan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 204 Tahun 2014 Tentang Sistem
Penerimaan Pajak Daerah Secara Elektronik
http://dpp.jakarta.go.id/pajak-penerangan-jalan/ , Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015
http://www.ortax.org , Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015
Page | 17