tugas pdrd pajak penerangan jalan (kel.7) pajak c

26
Pajak Penerangan Jalan Resume Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun Ajaran 2015/2016 Disusun Oleh: 1. Aditya Reynaldi 1406637643 2. Rizki Aprilita Ramadhani 1406637744 3. Mutia Ulfiani 1406637832 Program Studi Administrasi Perpajakan Page | 0

Upload: mutia-ulfiani

Post on 15-Jul-2016

33 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Pajak Penerangan Jalan

Resume

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Tahun Ajaran 2015/2016

Disusun Oleh:

1. Aditya Reynaldi 1406637643

2. Rizki Aprilita Ramadhani 1406637744

3. Mutia Ulfiani 1406637832

Program Studi Administrasi Perpajakan

Program Vokasi

Universitas Indonesia

Depok

2015

Page | 0

Page 2: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan resume tentang pajak penerangan jalan, untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah pajak daerah dan retribusi daerah.

Resume ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan resume ini. Untuk itu kami menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan resume ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki resume ini.

Akhir kata kami berharap semoga resume tentang pajak penerangan jalan ini dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Oktober 2015

Penyusun

   

Page | 1

Page 3: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................1

Daftar isi............................................................................................................................2

Bab I

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3

1.4 Metode Penulisan ..............................................................................................4

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................4

Bab II

2.1 Sistem Pemungutan Pajak .................................................................................5

2.2 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak ......................................................................10

2.3 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak .....................................11

2.4 Masa Pajak dan Saat Terutang Pajak ...............................................................13

2.5 Aturan Khusus Pajak Penerangan Jalan...........................................................13

Bab III

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................15

3.2 Saran .........................................................................................................................15

Daftar Pustaka .................................................................................................................17

Page | 2

Page 4: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu, lampu penerangan selalu hadir di berbagai tempat

perkotaan maupun pedesaan. Semakin banyak lampu ditengah kota dan desa maka akan semakin

mempermudah kegiatan sehari-hari masyarakat di malam hari maupun di siang hari. BUMN

yang bergerak di bidang tenaga listrik harus mengkoordinasi penggunaan lampu, karena jika

tidak terkoordinasi dengan benar akan mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi pihak

BUMN selaku penyedia tenaga listrik maupun masyarakat itu sendiri. Berdasarkan UU Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa salah satu jenis pajak yang

termasuk penerimaan pembayaran pajak daerah adalah pajak penerangan jalan. Pajak penerangan

jalan yang akan dibahas ini baik secara umum maupun secara khusus yaitu pajak penerangan

jalan daerah DKI Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem pemungutan pajak penerangan jalan?

2. Apa saja yang merupakan objek pajak penerangan?

3. Siapa saja yang merupakan subjek dan wajib pajak penerangan jalan?

4. Bagaimana pengenaan dan cara perhitungan pajak penerangan jalan?

5. Kapan masa pajak dan saat terutang pajak penerangan jalan?

6. Apa saja aturan khusus yang membedakan pajak penerangan jalan dengan pajak lainnya?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana system pemungutan pajak penerangan jalan.

Page | 3

Page 5: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

2. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan objek penerangan jalan dan siapa saja

subjek, dan wajib pajak penerangan jalan.

3. Untuk mengetahui bagaimana dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan pajak

penerangan jalan.

4. Untuk mengetahui waktu masa pajak dan saat terutang pajak penerangan jalan.

5. Untuk mengetahui aturan khusus apa saja yang membedakan pajak penerangan jalan

dengan pajak lainnya.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada tugas ini adalah :

Pustaka, yaitu mempelajari referensi yang berhubungan dengan pajak penerangan jalan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan tugas yang akan dibuat.

Bab II Isi

Bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai sistem pemungutan pajak; objek,

subjek, dan wajib pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan pajak; masa pajak dan

saat terutang pajak; aturan khusus yang membedakan pajak penerangan dengan pajak

lainnya.

Bab III Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari pembuatan tugas ini.

Page | 4

Page 6: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

BAB II

ISI

2.1 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang

oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas negara.

1Pemungutan pajak daerah dilarang diborongkan.

Yang dimaksud dilarang diborongkan adalah bahwa pada dasarnya kegiatan pemungutan

pajak tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dimungkinkan adanya

kerjasama dengan pihak ketiga diantaranya dalam hal; pencetakan formulir perpajakan,

pengiriman surat-surat kepada Subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak, penghimpun data

objek dan subjek pajak atau sosialisasi dibidang perpajakan daerah.

Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah

kegiatan perhitungan besarnya pajak yang terutang, kegiatan penetapan pajak,

pemeriksaan pajak, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

2Pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, ditetapkan berdasarkan

:

a. Pajak Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak;

b. Pajak ditetapkan oleh Gubernur.

1 Pasal 3 PERDA DKI Jakarta No.6 Tahun 2010 “Ketentuan Umum Pajak Daerah”2 Pasal 5 PERDA DKI Jakarta No.6 Tahun 2010 “Ketentuan Umum Pajak Daerah”

Page | 5

Page 7: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Sistem pemungutan pajak yang dianut pajak penerangan jalan adalah pajak daerah yang

dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment system).

Pajak Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak

Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.6 tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah,

Pasal 6

(1) Wajib Pajak yang pajaknya dibayar sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a,

wajib menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan

menggunakan SPTPD.

(2) SPTPD wajib diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak serta disampaikan ke Dinas Pelayanan Pajak.

(3) Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling lama 20 (dua

puluh) hari setelah berakhir masa pajak.

(4) Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas waktu

penyampaian SPTPD jatuh pada 1 (satu) hari kerja berikutnya.

(5) Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilampiri dengan data atau

dokumen yang menjadi dasar perhitungan pajak terutang yang ditetapkan oleh Gubernur.

(6) SPTPD dianggap tidak disampaikan, apabila tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan tidak dilampiri data atau

dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak harus mengambil sendiri SPTPD di Dinas Pelayanan

Pajak atau tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur.

(8) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak, melaporkan data transaksi usahanya yang merupakan

Page | 6

Page 8: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

objek Pajak Daerah melalui online system.

Pasal 7

(1) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak,

dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD paling lama 2 (dua) bulan sejak

berakhirnya jangka waktu penyampaian SPTPD.

(2) Permohonan perpanjangan penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

diajukan secara tertulis dengan alasan yang jelas kepada Gubernur atau pejabat yang

ditunjuk, selambat-lambatnya sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian SPTPD

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), dengan melampirkan perhitungan sementara

pajak terutang yang harus dibayar.

Pasal 8

(1) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD

yang telah disampaikan, dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada Gubernur

atau pejabat yang ditunjuk, dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sesudah

berakhirnya masa pajak atau tahun pajak, sepanjang Dinas Pelayanan Pajak belum

melakukan tindakan pemeriksaan.

(2) Dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak membetulkan sendiri SPTPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka

kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas

jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat berakhirnya penyampaian SPTPD

sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPTPD.

Pasal 9

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Gubernur dapat

Page | 7

Page 9: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

menerbitkan :

a. SKPDKB dalam hal :

1. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang

tidak atau kurang dibayar;

2. apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu tertentu

dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya

sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

3. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung

secara jabatan.

b. SKPDKBT, apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap

yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang;

c. SKPDN, apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak

atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a angka 1 dan angka 2, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%

(dua persen) sebulan, dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka

waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

angka 3, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima

persen) dari pokok pajak, ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua

persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat

Page | 8

Page 10: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

(1) huruf b, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 100% (seratus

persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(5) Kenaikan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak

melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan, pengisian dan penyampaian SPTPD,

SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDN dan online system sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

sampai dengan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pajak ditetapkan oleh Gubernur

Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.6 tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah,

Pasal 11

(1) Pajak ditetapkan oleh Gubernur dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1), antara lain SPPT-PBB.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang

dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

2.2 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak

Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :

Page | 9

Page 11: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Objek Pajak

Pasal 3

(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri

maupun yang diperoleh dari sumber lain.

(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi seluruh

pembangkit listrik.

(3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

adalah:

a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,

konsulat, dan perwakilan asing dengan azas timbal balik;

c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas di bawah 200

KVA (dua ratus Kilo Volt Amper) yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis

terkait.

Subjek Pajak

Pasal 4

Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik.

Wajib Pajak

Pasal 5

(1) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga

Page | 10

Page 12: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

listrik.

(2) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah

penyedia tenaga listrik tersebut.

2.3 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak

Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :

Dasar Pengenaan Pajak

Pasal 6

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.

(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan:

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga

Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel

yang ditagihkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung

berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan

harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

c. Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditetapkan sesuai dengan

ketetapan Nilai Jual pada PLN yang berlaku pada saat yang sama.

Tarif Pajak

Page | 11

Page 13: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Pasal 7

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut:

(1) Tarif Pajak Penerangan Jalan yang disediakan oleh PLN atau bukan PLN yang

digunakan atau dikonsumsi oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, sebesar 3%

(tiga persen).

(2) Tarif Pajak Penerangan Jalan yang bersumber dari PLN atau bukan PLN yang

digunakan atau dikonsumsi selain yang dimaksud ayat (1), ditetapkan sebesar 2,4% (dua koma

empat persen).

(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

Cara Penghitungan Pajak

Pasal 8

Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6.

2.4 Masa Pajak dan Saat Terutang Pajak

Berdasarkan PERDA DKI Jakarta No.15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan, maka :

Masa Pajak

Page | 12

Page 14: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Pasal 10

(1) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim.

(2) Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.

Saat Terutang Pajak

Pasal 12

(1) Pajak terutang terjadi pada saat penggunaan tenaga listrik.

(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum tenaga listrik digunakan, pajak terutang pada

saat terjadi pembayaran.

2.5 Aturan Khusus yang Membedakan dengan Pajak Lainnya

Payung hukum penarikan Pajak Penerangan Jalan diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Khusus DKI Jakarta, penarikan Pajak Penerangan Jalan

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan

Jalan.

Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa

digunakan untuk pengembangan atau pembangunan daerah tersebut. Sementara itu, untuk

besaran biayanya, setiap daerah memiliki besaran Pajak Penerangan Jalan yang berbeda beda.

Pasalnya, besaran biaya tersebut ditentukan oleh pemda masing-masing.

Page | 13

Page 15: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Khusus di Jakarta, Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu dari 13 jenis pajak

yang masuk ke kas daerah seperti diatur di dalam Perda Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak

Penerangan Jalan (PPJ).

Dalam Perda ini diatur besaran biaya penambahan penggunaan listrik untuk kategori

industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam sebesar 3 persen, penggunaan atau

dikonsumsi selain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, sebesar 2,4 persen

serta penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, ditetapkan sebesar 1,5 persen.

Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 204 Tahun 2014 tentang

sistem penerimaan pajak daerah secara elektronik, kini penerimaan pajak penerangan jalan pun

dilakukan secara sistem elektronik. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah pelayanan pajak

di DKI Jakarta. Dengan demikian penerimaan pajak daerah pun dapat meningkat.

Page | 14

Page 16: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan

sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Sistem pemungutan yang dianut ialah self

assessment, yaitu Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Objek

pajak penerangan jalan, yaitu penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun

yang diperoleh dari sumber lain (tenaga listrik yang diperoleh dari PLN dan/atau oleh bukan

PLN). Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan

tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan

tenaga listrik. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik. Tarif

pajak penerangan jalan maksimal 10%. Tarif pajak penerangan jalan yang ditetapkan daerah DKI

Jakarta ialah sebesar 3%, 2,4%, dan 1,5% sesuai dengan jenisnya. Masa pajak penerangan jalan

adalah jangka waktu satu bulan takwim. Saat terutangnya pada saat penggunaan tenaga listrik.

Dan saat ini telah ada aturan yang mengatur sistem penerimaan pajak daerah secara elektronik,

termasuk pajak penerangan jalan. Dimana hal ini dapat mempermudah pelayanan pajak.

3.2 Saran

Setiap hari tenaga listrik selalu digunakan, setiap penggunaan tenaga listrik juga

dikenakannya pajak terhutang. Pembayaran yang diterima sebelum tenaga listrik digunakan atau

pajak terutang pada saat terjadi pembayaran, hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan tersebut

sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan. Untuk Tenaga listrik yang disediakan

Page | 15

Page 17: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik tersebut.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan Pajak Penerangan Jalan diatur dengan Keputusan

Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan.

Page | 16

Page 18: Tugas PDRD Pajak Penerangan Jalan (Kel.7) Pajak C

Daftar Pustaka

Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Umum

Pajak Daerah (KUPD)

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 15 Tahun 2010 Tentang Pajak Penerangan

Jalan

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 204 Tahun 2014 Tentang Sistem

Penerimaan Pajak Daerah Secara Elektronik

http://dpp.jakarta.go.id/pajak-penerangan-jalan/ , Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015

http://www.ortax.org , Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015

Page | 17