kekr provinsi maluku utara tw ii 2015.pdf

Upload: proletariat

Post on 23-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    1/88

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    2/88

    KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI

    MALUKU UTARA

    KAJIAN EKONOMI

    REGIONALPROVINSI MALUKU UTARA

    TRIWULAN II 2015

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    3/88

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    4/88

    KATA PENGANTAR

    Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

    sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

    melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

    serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk

    mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

    Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

    daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

    sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

    Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,

    Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan

    dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok

    bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja

    Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini

    diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan

    kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi

    bagi penentu kebijakan di daerah.

    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

    kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

    kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

    menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

    Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

    sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

    Ternate, 14 Agustus 2015KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

    PROVINSI MALUKU UTARA

    BudiyonoKepala Perwakilan

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    5/88

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    6/88

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GRAFIK iv

    INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv

    RINGKASAN UMUM xi

    BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11.1 Kondisi Umum 21.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

    1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10

    BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 172.1 Struktur APBD 182.2 Realisasi Pendapatan APBD 192.3 Realisasi Belanja APBD 212.4 Rekening Pemerintah 23

    BAB III INFLASI DAERAH 253.1 Kondisi Umum 263.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 273.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 32

    3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38

    BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 434.1 Kinerja Perbankan 434.2 Stabilitas Sistem Keuangan 504.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 52

    BOKS KEWAJIBAN PENGGUNAAN UANG RUPIAH DI WILAYAH NKRI 55

    BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 615.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 625.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 63

    5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 65

    BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 676.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 686.2 Outlook Inflasi Daerah 71

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    7/88iv

    DAFTAR TABEL

    1

    Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil 162Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I

    201520

    Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 23

    3Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok 27Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

    Jasa (%)29

    Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barangdan Jasa

    29

    Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang danJasa (%)

    30

    Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) KotaTernate

    32

    Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 37

    4Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 51Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 53Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 54

    5Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 62Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 65

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    8/88

    DAFTAR GRAFIK

    1

    Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 3Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan 3Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 4Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT 4Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 5Grafik 1.7 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton 5Grafik 1.8 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) 5

    Grafik 1.9 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 6Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 6Grafik 1.11 Konsumsi KwH Rumah Tangga 6Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) 7Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen 7Grafik 1.14 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8Grafik 1.15 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah 9Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor 9Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor 9Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

    Ternate10

    Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad YaniTernate

    10

    Grafik 1.21 Perkembangan Volume Impor 10Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Impor 11Grafik 1.23 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11Grafik 1.24 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Penawaran 12Grafik 1.26 Volume Tangkapan Ikan Ternate 13Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 13Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan 14Grafik 1.29 Perkembangan TPKGrafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 15

    2

    Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 18Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 19Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan

    Triwulan I 201521

    Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I2015

    22

    Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 24

    3Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 26

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    9/88vi

    Grafik 3.2 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 28Grafik 3.3 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 31Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 33Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 34Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap 35

    Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap 35Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar 36

    4Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 40Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 41Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 43Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 44Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 45Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 46Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 47Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank

    Indonesia Prov. Malut

    50

    Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 50Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 52

    5

    Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 63Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 64Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 65

    6Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 68

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    10/88

    INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

    PROVINSI MALUKU UTARA

    A.Inflasi dan PDRB

    Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2

    112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123

    8.8 9.75 5.4 9.34 7.92 8

    4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,925.9 4,930.0 5,05

    1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,152.5 1180.3 119

    506.6 458.3 477.1 487.7 510.9 53

    260.0 257.0 264.5 272.9 274.7 273.2 3.5 4.1 4.6 4.1

    4.2 4.3 4.4 4.5 4.4

    290.0 302.1 299.4 315.1 308.7 32

    805.0 828.9 865.5 878.1 888.5 90

    257.0 262.3 273.9 274.9 275.7 28

    21.0 21.0 21.3 21.6 21.1 2

    193.4 200.1 210.1 209.5 216.1 21130.2 136.0 131.1 151.7 152.0 14

    5.4 5.5 5.7 5.7 5.8

    16.0 16.1 16.6 16.4 16.6 1

    745.2 773.9 795.2 818.0760.4 79

    159.6 163.3 169.6 166.8 165.6 17

    99.2 101.9 105.7 106.8 105.1 10

    36.8 37.7 39.2 39.1 40.0 4

    INDIKATOR 2014 2015

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    11/88

    viii

    B.Perbankan

    Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw

    ank Umum:

    otal Aset (Rp miliar) 5,906.5 5,959.3 6,262.2 6,602.5 6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,4

    PK (Rp miliar) 4,792.5 4,743.5 4,923.3 4,830.8 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,2

    Tabungan 2,513.8 2,598.4 2,786.2 3,170.7 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 1,8

    Giro 1,390.6 1,282.5 1,290.5 779.2 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 3,0

    Deposito 888.2 862.6 846.6 880.9 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,3

    redit (Rp miliar) 4,025.0 4,375.9 4,508.4 4,631.5 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,4

    Modal Kerja 1,185.2 1,279.0 1,278.5 1,295.9 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,4

    Konsumsi 2,469.4 2,623.3 479.1 483.5 2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 4Investasi 370.5 473.5 479.1 483.5 482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 3,5

    DR 83.99 92.25 91.57 95.87 92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 8

    redit UMKM (Rp miliar) 2,923.8 1,432.3 1,417.3 1,452.4 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,5

    Kredit Mikro (Rp miliar) 235.7 256.0 249.1 266.4 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 3

    Kredit Kecil (Rp miliar) 790.4 840.6 820.5 830.0 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 7

    Kredit Menengah (Rp miliar) 282.5 335.8 347.7 355.9 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 3

    PL 2.53 2.84 3.17 2.78 3.08 2.95 2.93 2.29 2.53

    INDIKATOR 2013 2014 2015

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    12/88

    Ringkasan Umum

    Pertumbuhan Ekonomi Daerah

    Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan

    mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat

    dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq).Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54%

    (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy).

    Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional

    yang sebesar 4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga

    berlaku tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 6.566,3

    miliar.

    Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

    membaiknya kondisi ekspor dan konsumsi rumah tangga yang meningkat.

    Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah kembali

    menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.

    Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara

    triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor

    pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.

    Keuangan Pemerintah

    Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015

    mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD

    2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta

    pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir semester I-2015

    realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan

    secara nominal turun 42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    13/88

    konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan

    mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy)

    Inflasi Daerah

    Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku

    Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi

    dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih

    rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75%

    (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh

    penyesuaian kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan.

    Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda

    angkutan sehinga menambah tekanan inflasi administered prices dari 12,35%

    (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, peningkatan

    tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi

    dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang

    berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian

    ongkos produksi beberapa produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan

    inflasi terjadi pada inflasi volatile foodpada triwulan laporan yang sebesar 7,97%

    (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai 9,69% (yoy). Penurunan

    ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan segar yang

    lebih baik dibandingkan tahun 2014.

    Kinerja Perbankan dan Perkembangan SistemPembayaran

    Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di

    Maluku Utara pada triwulan II-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif.

    Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015

    tercatat sebesar Rp 7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan

    sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 9,97% (yoy). Kondisi ini

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    14/88

    seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang diimbangi

    dengan penurunan NPL.

    Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku

    Utara pada triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan

    sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK

    mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada

    triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).

    Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di

    Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau

    meningkat 4,33% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63%

    (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,40% (yoy).

    Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur

    melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang

    sangat tinggi yakni 87,04%.

    Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah

    tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada

    level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulanlaporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari triwulan

    sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%

    Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank

    Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outf low. Sementara itu,

    terjadi penurunan nilai transaksi non tunai melalui fasilitas kliring. Di lain sisi,

    seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada triwulan laporan, transaksi

    nilai besar melalui RTGS menunjukan peningkatan.

    Ketenagakerjaan dan kesejahteraan

    Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan

    masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke

    depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015,

    persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    15/88

    sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani

    terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani

    (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,22, turun 2,9% (yoy).

    Prospek Perekonomian

    Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

    dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan

    kecenderungan bias ke bawah. Sementara perekonomian Malut selama

    tahun 2015 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 6,0% -

    6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran pemerintah menjadi

    penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan akan meningkat. Sementara itu,

    ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi masih tumbuh positif

    karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan,

    pertanian, dan pertambangan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul

    melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan

    Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam t rend

    menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi

    pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014.

    Potensi inflasi masih dapat muncul akibat dampak pelemahan Rupiah,

    peningkatan tekanan permintaan saat Idul Adha di Bulan September 2015, serta

    penyesuaian dampak kenaikan tarif PLN untuk golongan tertentu pada Juni 2015

    yang lalu. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi

    ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03%

    1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy)

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    16/88

    1

    Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya

    perkembangan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar

    2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan

    triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq).

    Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi

    bersumber dari ekspor dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi

    lapangan usaha terutama bersumber dari peningkatan kinerja

    pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan

    administrasi emerintah.

    1 PERTUMBUHANEKONOMI

    Pertumbuhan

    YoyTw II

    Pertumbuhan

    QtQ Tw II

    6,54%

    2,51%

    Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja

    pemerintah mengalami penurunan

    Pantai Sulamadaha

    Courtesy : gambarwisata.com

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    17/88

    2

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    1.1 Kondisi Umum

    Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan mencatatkan

    pertumbuhan sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

    sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh

    sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy).

    Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar

    4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp

    6.566,3 miliar.

    Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari ekspor dan

    konsumsi rumah tangga. Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi

    pemerintah kembali menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.

    Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan

    terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi,

    transportasi, dan administrasi pemerintah.

    1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

    Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada

    triwulan laporan disumbang oleh komponen ekspor. Tingginya pertumbuhan ekspor sebesar

    38,22% (yoy) turut memberikan andil paling dominan dalam pertumbuhan yaitu sebesar

    28,85%. Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga juga mengalami akselerasi dari

    triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga memberikan andil kedua terbesar pada

    pertumbuhan ekonomi Malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,19%. Di lain sisi,komponen konsumsi pemerintah kembali menjadi penahan laju pertumbuhan karena

    mengalami penyusutan sebesar 3,13% (yoy) dengan andil sebesar -0,44%.

    Masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi

    menyebabkan pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara

    masih mengalami net impor. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya produksi lokal

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    18/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    beberapa komoditas unggulan Maluku Utara, ekspor mencatatkan pertumbuhan yang lebih

    tinggi sehingga terjadi penurunan net impor.

    Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi

    permintaan (penggunaan) pada triwulan II 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya

    konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,66%, menyusut dibandingkan

    triwulan sebelumnya yang sebesar 59,32%. Sementara konsumsi pemerintah memiliki pangsa

    yang tergerus menjadi 26,71%, serupa dengan pangsa investasi (PMTB) yang mengalami

    sedikit pengikisan pangsa sebesar 0,23% menjadi sebesar 26,48%. Di lain sisi, masih tingginya

    Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan

    Sumber : BPS Provinsi

    Maluku Utara, diolah

    Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan

    Sumber : BPS Provinsi

    Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    19/88

    4

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

    ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net

    impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .

    Grafik 1.3Struktur PDRB Sisi Penggunaan

    1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT

    Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,64% (yoy)

    terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Kondisi yang sama juga terjadi pada

    konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,88% (yoy) dimana pada triwulan

    sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Konsumsi masyarakat kembali memberikan andil

    kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,19%.

    Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    20/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Tendensi meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan

    terkonfirmasi dari meningkatnya tendensi konsumen (ITK) pada triwulan II 2015 yang meningkat

    pada angka 103,8 dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 103,20. Peningkatan kondisi

    ekonomi konsumen ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT)

    dari 100,98 pada triwulan I-2015 menjadi 105,61 pada triwulan laporan.

    Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan

    lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan II 2015 di Pelabuhan

    Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok

    dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung

    (Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 44,7% (yoy) lebih

    tinggi signifikan dari triwulan sebelumnya 2,0% (yoy).

    Grafik 1.5Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek

    Grafik 1.7Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.8Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahSumber : LBU, diolah

    Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    21/88

    6

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah

    Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari

    jumlah kendaraan baru roda empat yang meningkat baik secara triwulanan sebesar 11,4% (qtq)

    maupun tahunan sebesar 82,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi listrik rumah

    tangga (KwH) mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan

    sebelumnya yaitu 11,2% (yoy), naik dari 9,9% (yoy).

    Grafik 1.11Konsumsi KwH Rumah Tangga

    1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

    Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan II 2015

    tercatat sebesar 7,27% (yoy). PMTB tumbuh sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

    Grafik 1.9Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Grafik 1.10Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)

    Sumber : Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    22/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    mencapai 8,02% (yoy). Kondisi ini ditengarai oleh belum optimalnya pembangunan infrastruktur

    dan kapasitas produksi yang disesuaikan dengan perkiraan beberapa perusahaan swasta.

    Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume

    pengadaan semen di Maluku Utara yang turun sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan dengan

    periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Adapun peningkatan konsumsi

    semen ini juga disebabkan melambatnya realisasi proyek investasi pemerintah akibat belum

    optimalnya penyerapan anggaran. Di samping itu, penurunan pengadaan semen pada triwulan

    ini merupakan imbas dari tingginya pasokan semen dimana pasokan terkonsentrasi pada bulan

    akhir triwulan sebelumnya, sehingga konsumsi semen masih menggunakan stok lama.

    Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) Grafik 1.13Perkembangan Konsumsi Semen

    Ditengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara

    menunjukkan kinerja yang positif. Indikator investasi yang sebagian direpresentasikan dari

    foreign direct investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) tercatat meningkat.

    Perkembangan FDI tercatat sebesar Rp 141 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD

    sebesar Rp.12.000/USD) tumbuh 17,54%, dimana pada triwulan sebelumnya mencatat

    pertumbuhan negatif. Hal ini merupakan prospek positif untuk perkembangan kompenen PMTB

    pada triwulan mendatang.

    Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    23/88

    8

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Grafik 1.14Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.15Perkembangan PMDN di Maluku Utara

    1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

    Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2015 menyusut 1,42% (yoy).

    Penyusutan ini masih merupakan dampak lanjutan dari terlambatnya penetapan APBD Provinsi

    Maluku Utara 2015 yang baru disahkan pada akhir Februari 2015. Selain itu, melambatnya

    penyerapan APBN yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ditengarai menjadi

    penyebab menurunnya konsumsi pemerintah. Namun demikian, komponen pengeluaran

    pemerintah pada triwulan sebelumnya mengalami penyusutan yang lebih dalam yakni sebesar4,88% (yoy). Dengan demikian, kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan relatif

    membaik yang dikonfirmasi dengan adanya peningkatan konsumsi pemerintah secara

    triwulanan sebesar 5,84% (qtq).

    Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah terkonfirmasi dengan perkembangan saldo

    giro pemerintah. Pada akhir triwulan II 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 681 miliar.

    Jumlah ini tumbuh sebesar 52,10% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 9,08% (yoy)

    pada triwulan II 2015. Menurunnya giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja

    yang terakselerasi lebih baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran

    pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.

    Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    24/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah

    1.2.4 Kegiatan Ekspor Impor

    Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri)

    pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp848.40 miliar atau turun 33,08%

    (yoy). Ekspor tercatat tumbuh positif sebesar 46,41% (yoy) seiring peningkatan ekspor antar

    daerah khususnya komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah serta faktor baseline effect

    ekspor komoditas pertambangan. Di sisi lain impor juga mengalami pertumbuhan sebesar

    22,52% (yoy) seiring meningkatnya rencana investasi pada periode mendatang.

    Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor

    Sumber : LBU, diolah

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahSumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    25/88

    10

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Grafik 1.19Perkembangan Volume Muat Barang di

    Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

    Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang

    di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

    Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang

    didatangkan dari luar daerah, menghasilkan perkembangan impor Maluku Utara yang mencatat

    pertumbuhan sebesar 22,52% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

    sebesar 25,17% (yoy) Berdasarkan data BPS, nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami

    kenaikan sebesar 289,34% (yoy) kendati demikian volume impor mencatat penurunan sebesar

    14,82%.

    Grafik 1.21Perkembangan Volume Impor Grafik 1.22Perkembangan Nilai Impor

    1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

    Dari sisi penawaran, sebagian besar kinerja positif pada peningkatan pertumbuhan

    ekonomi triwulan laporan merupakan andil dari lonjakan pertumbuhan sektor pertambangan

    yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan triwulan lalu serta

    Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    26/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    pertumbuhan industri pengolahan. Sementara itu, walaupun tumbuh sedikit melambat, sektor

    perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan

    andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,70%.

    Grafik 1.23Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

    Grafik 1.24Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    27/88

    12

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I 2015 masih

    didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 25,39% dari

    total PDRB. Kemudian pada triwulan ini msaih bertahan di peringkat kedua yaitu sektor

    perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,35%, dan

    berikutnya administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang menunjukkan

    pangsa sebesar 16,31%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.

    Grafik 1.25Struktur PDRB Sisi Penawaran

    1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

    Pada triwulan II 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar

    2,39% (yoy) tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,53%. Perlambatan

    pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh berakhirnya masa panen raya padi

    lokal dan tanaman hortikultura (cabai dan bawang merah) yang pada tahun ini terjadi pada awal

    triwulan I-2015. Perlambatan juga disebabkan oleh penundaan panen akibat faktor permintaan

    dimana permintaan ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun akibat

    melimpahnya panen kelapa di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada

    produsen rokok. Kualitas hasil panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode

    triwulan II 2015 ini. Di lain sisi, subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja secara

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    28/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    relatif. Pada triwulan laporan hasil tangkapan ikan mencapai 1754 ton atau turun 4,52% (yoy).

    Kondisi ini lebih baik daripada triwulan I-2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun

    32,32% (yoy).

    Grafik 1.26Volume Tangkapan Ikan Ternate Grafik 1.27Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

    Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh

    perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp15,67 miliar, tumbuh

    melambat 29,08% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, 33,75% (yoy).

    1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

    Sepeda Motor

    Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh

    tinggi sebesar 9,75% (yoy) walaupun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan

    triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pada sektor perdagangan

    dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas sandang, elektronik, obat-obatan sehingga

    penjualan untuk komoditas tersebut turun. Kondisi ini adalah dampak penguatan nilai dolar

    yang mengakibatkan komoditas ekspor maupun produk manufaktur berbahan baku ekspor

    mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.

    Sumber : Pelabuhan Perikanan Kota Ternate Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    29/88

    14

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Grafik 1.28Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.29Perkembangan TPK

    Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, tingkat penghunian kamar sebagai

    salah satu indikator aktivitas pendatang yang cenderung melakukan aktivitas di sektor

    perdagangan mengalami akselerasi. Selain itu jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan

    pada sektor ini masih mengalami akselerasi. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan

    triwulan laporan tercatat sebesar Rp 58,29 miliar atau meningkat 11,33% (yoy) lebih tinggi

    dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,12%. Dengan demikian, kinerja sektor ini pada

    triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.

    1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

    Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 7,26% (yoy),

    meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,67% (yoy). Pertumbuhan sektor

    ini pada triwulan laporan ditopang oleh tingginya produksi sektor pertanian yang merupakan

    bahan mentah dari sebagian besar industri pengolahan di Maluku Utara yaitu kopra dan olahan

    hasil laut. Panen kelapa pada triwulan lalu membuat input produksi yang berkesinambungan

    pada kinerja industri pengolahan bulan ini. Selain itu melimpahnya tangkapan ikan pada

    triwulan ini, secara spontan meningkatkan industri pengolahan ikan.

    Demikian pula dengan komoditas pertanian berupa hasil bumi seperti cengkeh yang

    sebelumnya mengalami keterlambatan produksi akibat curah hujan yang masih tinggi, telah

    dapat berproduksi pada triwulan II seiring datangnya musim kemarau.

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    30/88

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Peningkatan kinerja pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit

    yang dikucurkan perbankan yang tumbuh sebesar 8,67%, dimana pada triwulan sebelumnya

    sempat terjadi koreksi sebesar 3,80% (yoy).

    Grafik 1.30Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

    Peningkatan pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi

    industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 8,67% (yoy)

    lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,41% (yoy). Sementara itu,

    pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga

    meningkat dari 13,87% (yoy) menjadi 21,79% (yoy).

    Hampir seluruh industri mencatat pertumbuhan positif yang signifikan. Meningkatnya

    pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada industri pakaian jadi yang

    tumbuh pesat dari 19,33% (yoy) menjadi 40,09% (yoy).

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    31/88

    16

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Tabel 1.1Perkembangan Industri Manufaktur Kecil

    1.3.4 Sektor Pertambangan

    Dengan adanya baseline effectakibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode

    yang sama tahun sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba, sektor pertambangan kian

    menunjukkan perkembangan positif. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar

    17,15% (yoy) naik signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy), dan memberikan

    andil tertinggi yaitu sebesar 1,66%. Pertumbuhan ini bersumber dari tambang emas serta

    tambang nikel milik beberapa perusahaan besar yang tetap beroperasi secara terbatas. Hasil

    produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter terdekat seperti smeltermilik

    PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.

    qtq yoy qtq yoy

    Industri Makanan 1.61 8.75 13.24 21.71

    Industri Minuman 4.08 38.92 7.62 37.75

    Industri Pakaian Jadi -8.18 19.33 10.25 40.09

    Industri Kayu -3.48 14.61 -0.62 3.95

    Industri Barang Galian Bukan Logam 5.87 0.12 5.55 9.59

    Industri Logam Dasar 0.96 0.53 13.03 24.58

    Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 4.38 15.02 11.45 36.87

    Industri Alat Angkutan Lainnya -2.02 22.91 -2.06 12.15

    Industri Furnitur 0.64 3.19 6.42 8.45

    Industri Pengolahan Lainnya 0.51 25.72 13.92 37.980.96 6.41 10.78 19.87

    Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan I 2015 Pertumbuhan Triwulan II 2015

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    32/88

    17

    Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi

    Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-

    masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014.

    Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan

    APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis,

    hingga akhir semester I-2015 realisasi belanja APBD Provinsi

    Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun

    42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen

    konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara

    triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .

    2 KEUANGANPEMERINTAH

    Realisasi

    Pendapatan Tw II

    Realisasi

    Belan a Tw II

    45,8%

    22,3%

    Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja

    pemerintah mengalami penurunan

    Festival Teluk Jailolo

    Courtesy : wisataindonesia.co.id

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    33/88

    18

    KEUANGAN PEMERINTAH

    2.1 Struktur APBD

    Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar

    Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara

    itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%

    dari anggaran belanja tahun sebelumnya.

    Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan

    transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari

    pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur

    pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara

    yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapatmenjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,

    masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada

    sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer

    dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan

    daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia

    Timur.

    Grafik 2.1Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    34/88

    KEUANGAN PEMERINTAH

    Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran

    pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).

    Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan

    sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran

    belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja

    operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.

    Grafik 2.2Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015

    2.2 Realisasi Pendapatan APBD

    Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga

    akhis semester I 2015 mencapai Rp 837,06 miliar, mencapai 45,79% dari total target anggaran

    pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per semester

    sebesar 50%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan

    periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,78% (yoy).

    Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintahProvinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana bagi hasil bukan

    pajak sebesar 55,17%, diikuti dana penyesuaian dengan realisasi sebesar 32,62%. Dengan

    demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di Maluku Utara sebagian

    besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana

    perimbangan.

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    35/88

    20

    KEUANGAN PEMERINTAH

    Realisasi seluruh komponen pendapatan pada semester I tahun 2015, baik Pendapatan

    Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami

    penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Serupa dengan

    triwulan lalu, kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah kembali ditunjukkan oleh

    pendapatan lain-lain (hibah). Realisasi pendapatan hibah sampai dengan akhir semester I-2015

    hanya sebesar 29,80%. Pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai >50%.

    Tabel 2.1Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015

    data per 25 Juni 2015

    (dalam rupiah)

    Realisasi PAD hingga akhir semester I-2015 baru mencapai 36,4% lebih rendah dari

    realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 45,2%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan

    oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya

    pembangunan smelter. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD

    Maluku Utara melalui pajak maupun retribusi daerah.

    Sementara itu, komponen pendapatan transfer yang seyogyanya dapat menjadi penentu

    pencapaian target anggaran juga tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Pos pendapatan

    yang memegang 86,70% hanya mencatatkan realisasi sebesar 48%, Kondisi ini berbeda

    dengan periode sama tahun sebelumnya yang menunjukkan kinerja sebesar 54,12%.

    Pendapatan 1,827,927,649,000 837,058,227,522 45.79%

    PAD 248,646,493,000 90,501,362,322 36.40%

    Pa ak daerah 169,135,747,000 66,324,566,749 39.21%

    Retribusi daerah 47,240,121,000 21,650,024,370 45.83%

    Has il pengelolaan kekayaan daerah yang dipis ahkan 634,493,000 0.00%

    Lain-lain PAD yang sah 31,636,132,000 2,526,771,203 7.99%Pendapatan Transfer 1,509,281,156,000 725,696,217,664 48.08%

    Transfer emerintah usat-dana erimban an 1,309,937,956,000 0.00%

    Dana Bagi Hasil Pajak/ 58,194,166,000 19,054,056,296 32.74%

    Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 75,957,780,000 41,902,941,368 55.17%

    DAU 1,061,177,950,000 530,588,952,000 50.00%

    DAK 114,608,060,000 34,382,418,000 30.00%

    Transfer emerintah usat-lainn a 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05%

    Dana penyesuaian 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05%

    Lain-lain pendapatan yang sah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%

    Pendapatan Hibah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%

    UraianAnggaran Pemprov

    Maluku Utara

    Realisasi s/d

    TW II 2015(%) Realisasi

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    36/88

    KEUANGAN PEMERINTAH

    Grafik 2.3Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

    2.3 Realisasi Belanja APBD

    Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir semseter I 2015 mencapai Rp

    406,24 miliar atau sebesar 22,27% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi

    tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun

    2014 sebesar 38,89%.

    Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada

    belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi

    belanja semester I 2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%

    dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi semester I 2015. Sementara realisasi

    terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.

    Realisasi seluruh komponen belanja pada semester I 2015, baik Belanja Operasional

    maupun Belanja Modal mengalami penurunan dibandingkan kondisi yang sama pada tahun

    sebelumnya. Realisasi belanja modal menjadi sumber utama perlambatan kinerja APBD

    dengan realisasi hanya sebesar 9,1% hingga akhir semester I-2015. Kondisi ini sangat berbeda

    dengan semester I-2014 di mana realisasi belanja model sudah mencapai 39%.

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    37/88

    22

    KEUANGAN PEMERINTAH

    Grafik 2.4Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

    Rendahnya realisasi belanja modal pada semester I-2015 adalah imbas lanjutan dari

    keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi

    ini berdampak pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten

    kota. Akibat keterlambatan dropping, keseluruhan proses lelang juga mundur. Kondisi ini

    diperparah dengan kondisi politik jelang pilkada kabupaten dan kota serta maraknya

    penggantian pimpinan SKPD.

    Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang

    juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi sebesar 11,92%. Sementara itu,

    realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    38/88

    KEUANGAN PEMERINTAH

    Tabel 2.2Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah) data per 25 Juni

    2015

    Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang

    juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 11,92%.Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya

    mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.

    Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada

    belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi

    belanja triwulan II-2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%

    dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi triwulan II 2015. Sementara realisasi

    terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.

    2.4 Rekening Pemerintah

    Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan II 2015 tercatat

    sebesar Rp. 1,12 triliun, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi selama

    Belanja 1,824,427,649,000 406,238,240,191 22.27%

    Belanja operasi 1,232,912,385,180 302,532,746,002 13.73%

    Belanja Pegawai 417,884,617,000 127,831,775,902 30.59%Belanja Barang 510,286,360,180 60,817,994,100 11.92%

    Belanja Subsidi 5,000,000,000 0.00%

    Belanja Hibah 255,261,783,000 112,687,976,000 44.15%

    Belanja Bantuan sosial 43,579,625,000 1,195,000,000 2.74%

    Bela nja Bantuan keuangan kpd Prov/Ka b/Kota dan Pemdes 900,000,000 0.00%

    Belanja modal 497,060,351,350 44,988,876,940 9.05%

    Belanja tanah 10,515,045,000 2,195,210,000 20.88%

    Belanja peralatan dan mesin 57,240,936,500 5,666,913,130 9.90%

    Belanja bangunan dan gedung 148,675,334,200 6,398,180,300 4.30%

    Belanja jalan, irigasi dan jaringan 278,819,094,650 30,728,573,510 11.02%

    Belanja aset tetap lainnya 1,809,941,000 - 0.00%

    Belanja tak terduga 2,000,000,000 - 0.00%

    Belanja tidak terduga 2,000,000,000 - 0.00%

    Transfer 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

    Transfer Bagi hasil ke kab/kota/desa 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

    Bagi hasil pajak 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

    UraianAnggaran Pemprov

    Maluku Utara

    Realisasi s/d

    TW II 2015(%) Realisasi

    Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    39/88

    24

    KEUANGAN PEMERINTAH

    lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 42,05% (yoy) melambat

    dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 60,33% (yoy).

    Perlambatan terutama terjadi pada simpanan giro. Berdasarkan data LBU, giro milik

    Pemda tumbuh 42,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

    60,33% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya realisasi pendapatan

    pemda selama tahun 2015. Hal ini menyebabkan giro milik pemda tetap tumbuh melambat di

    tengah rendahnya realisasi belanja Pemda.

    Grafik 2.5Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)

    Sumber : Data Perbankan

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    40/88

    25

    Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di

    Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar

    8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan

    sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan

    triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75% (yoy).

    Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara

    mengalami tiga kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,62%

    (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi

    bulanan sebesar 0,89%.

    3 INFLASI

    Inflasi YoY

    Tw II

    Inflasi QtQ

    Tw II

    8,22%

    2,17%

    Tekanan Inflasi pada triwulan II 2015meningkat

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    41/88

    26

    INFLASI

    2.1 Kondisi Umum

    Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang

    direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih

    tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Akan tetapi, angka

    tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar

    9,75% (yoy). Angka inflasi triwulan II 2015 ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional

    sebesar 7,26% (yoy).

    Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami tiga kali inflasi

    berturut-turut yaitu sebesar 0,62% (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasibulanan sebesar 0,89%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan II-2015, Maluku Utara

    mengalami inflasi sebesar 2,03% (ytd).

    Grafik 3.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional

    Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian

    kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan. Kenaikan tersebut kemudian

    diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga menambah tekanan inflasi

    administered pricesdari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu,

    peningkatan tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi

    8.22

    7.26

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

    2012 2013 2014 2015

    Malut Nasional

    Malut

    Nasional

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    42/88

    INFLASI

    dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang berdampak

    pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa

    produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan inflasi terjadi pada inflasi volatile foodpada

    triwulan laporan yang sebesar 7,97% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai

    9,69% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan

    segar yang lebih baik dibandingkan tahun 2014.

    Tabel 3.1Statistik Inflasi Per Kelompok

    3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate

    3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)

    Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan meningkat dari 7,92% (yoy)

    pada triwulan sebelumnya menjadi 8,22% (yoy). Penyumbang tekanan inflasi tahunan datang

    dari ketiga kelompok disagregasi baik volatile foods, administered prices, maupun core inflation.

    Tw II 2014

    YoY

    2014

    YoY

    Tw I 2015

    YoY

    Tw II 2015

    YoY

    Tw II 2015

    QTQ

    UMUM

    Bahan Makanan

    Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

    Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

    Sandang

    Kesehatan

    Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

    Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    43/88

    28

    INFLASI

    Grafik 3.2Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas

    Peningkatan terutama disumbang oleh kelompok yang dipengaruhi oleh kebijakan

    pemerintah (administered prices) yaitu kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan

    yang memiliki bobot inflasi signifikan, dengan inflasi sebesar 14,20% (yoy). Kebijakan

    pemerintah pada tanggal 28 Maret 2015 untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi,

    (setelah sempat diturunkan pada triwulan sebelumnya), secara responsif meningkatkan tekanan

    inflasi pada triwulan laporan. Dampak dari peningkatan harga BBM tersebut memberikan efek

    lanjutan yang lebih besar pada kelompok transpor berupa kenaikan tarif angkutan dalam kota

    yang menunjukkan andil inflasi tahunan yang dominan. Sejalan dengan kenaikan sepanjang

    triwulan tersebut, sewa sepeda motor yang menjadi barang substitusi angkutan umum turut

    mengalami peningkatan tarif yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

    Sumbangan peningkatan inflasi tahunan terbesar disusul oleh kelompok perumahan, air,

    listrik dan bahan bakar dengan tingkat inflasi sebesar 4,89% (yoy) dengan andil 1,60%. Tarif

    listrik yang memiliki bobot besar dalam konsumsi rumah tangga mengalami penyesuaian tarif

    sehingga meningkatkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok ini.

    Peningkatan inflasi tahunan terbesar juga ditunjukkan oleh kelompok sandang yang

    pada triwulan laporan yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok lainnya yaitu

    sebesar 22,40% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menunjukkan inflasi tahunan

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    44/88

    INFLASI

    yang mencapai 18.58% (yoy). Peningkatan inflasi pada kelompok sandang merupakan implikasi

    dari penyesuaian ongkos produksi akibat pelemahan Rupiah dan kenaikan tarif listrik serta

    BBM. Di lain sisi, permintaan untuk komoditas sandang khususnya pakaian muslim sudah

    meningkat sejak bulan Mei 2015 seiring majunya awal bulan puasa.

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

    Tabel 3.2Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

    Tabel 3.3Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa

    I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa 2013 2014 2015

    Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi Andil

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    45/88

    30

    INFLASI

    3.2.2 Inflasi Triwulanan (q tq)

    Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 2,17% (qtq) jauh lebih tinggi

    dibandingkan triwulan I-2015 yang mengalami deflasi sebesar 1,03% (qtq). Tingkat inflasi ini

    lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhiryang sebesar 1,77% (qtq). Penyebab inflasi berasal dari kelompok transpor dan kelompok

    bahan makanan.

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

    Tabel 3.4Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

    Inflasi triwulanan terbesar sekaligus andil inflasi triwulanan paling dominan terjadi pada

    kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 6,53% (qtq). Pada triwulan

    sebelumnya kelompok tersebut menunjukkan angka deflasi terbesar baik dibandingkan

    kelompok lainnya maupun dibandingkan angka historisnya yaitu sebesar 8,54% (qtq). Hal ini

    dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir

    triwulan I dimana dampak kebijakan tersebut bergulir pada triwulan ini. Penurunan ini segera

    direspon pelaku usaha khususnya usaha angkutan dalam kota, serta dampak lanjutan yang

    berdampak pada usaha perdagangan bahan makanan akibat mahalnya distribusi.

    Disamping kelompok transpor, penyumbang inflasi pada triwulan laporan juga datang

    dari kelompok bahan makanan, khususnya bahan makanan pokok yang tergolong dalam

    kelompok volatile foods. Kondisi ini disebabkan faktor musiman bulan puasa yang pada tahun

    2015 dimulai pada tanggal 18 Juni 2015 sehingga terjadi peningkatan tekanan permintaan

    khususnya untuk komoditas bahan makanan. Hal ini terindikasi dari kelompok bahan makananyang mengalami inflasi sebesar 2,58% (qtq) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

    mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Kondisi diperparah dengan tingginya curah hujan

    selama bulan Mei dan Juni sehingga pasokan bumbu-bumbuan dari lokal Maluku Utara serta

    hasil tangkapan ikan tidak sebanyak triwulan I-2015.

    I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa

    2013 2014 2015

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    46/88

    INFLASI

    3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)

    Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan II 2015 mengalami tren yang

    meningkat, dimana pada April 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,62% (mtm),

    kemudian pada bulan Mei 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 0,65% (mtm) dan kemudian

    triwulan II ditutup dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,89% (mtm). Selama

    tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan

    kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2).

    Grafik 3.3Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

    Bahan makanan masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut.Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan, aneka cabai maupun bawang, sering ditemui pada

    faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun bukan menjadi penyumbang inflasi yang

    utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang utama masih berkaitan dengan dampak

    kenaikan administered pricesdan kenaikan harga sandang.

    Pada bulan April 2015, paska kebijakan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret 2015,

    pasar segera merespon pernyataan kebijakan tersebut dalam kurun waktu kurang dari satu

    bulan. Inflasi pada bulan April merupakan sumbangan dari kelompok yang berkaitan dengan

    kebijakan tersebut, yaitu kelompok transpor yang terdiri atas kenaikan harga bensin maupun

    angkutan dalam kota, serta tarif sewa sepeda motor yang merupakan moda transportasi darat

    utama selain angkutan umum.

    Sementara itu pada bulan Mei 2015, komoditas yang berkaitan dengan tempat tinggal

    memberikan dampak yang signifikan. Komoditas papan, maupun sewa rumah menjadi

    0.54

    0.89

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

    2012 2013 2014 2015

    Nasional Malut

    Malut

    Nasional

    Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    47/88

    32

    INFLASI

    penyumbang terbesar. Para pemilik rumah sewa menyesuaikan tarif seiring dengan

    peningkatan berbagai biaya dan bahan bangunan. Di samping itu kegiatan renovasi rumah

    meningkat jelang Idul Fitri sehingga permintaan bahan bangunan juga meningkat. Sementara

    itu, pada bulan Mei harga beberapa komoditas volatile foods serempak meningkat seperti

    aneka rica (cabai) yang naik hingga kisaran 20%, bawang, tomat, dan aneka ikan laut olahan.

    Tingginya curah hujan selama bulan Mei 2015 menyebabkan rendahnya kualitas panen

    komoditas barito sehingga pasokan ke pasar berkurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

    Seiring dengan meningkatnya tekanan permintaan selama bulan Ramadhan, bulan Juni

    2015 mengalami inflasi tertinggi selama triwulan laporan. Komoditas penyumbang inflasi bulan

    sebelumnya yaitu barito (bawang, rica/cabai, tomat), sayur mayur, ikan segar, dan daging ayam

    ras kembali memberikan sumbangan inflasi. Pada bulan Juni 2015, tingginya tekanan

    permintaan juga berdampak pada meningkatnya harga rokok, beberapa komoditas sandang,

    dan makanan olahan.

    Tabel 3.5Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate

    3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi

    Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan

    dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Pada triwulan

    laporan, kelompok administered price dan core menjadi faktor utama peningkatan inflasi

    tahunan.

    3.3.1 Faktor Fundamental

    Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan II 2015 meningkat tipis dari

    5,91% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi inti terutama disumbang oleh

    komoditas aneka sandang khususnya sandang wanita.

    APRILNo. Komoditas Andil

    1 Angkutan Dalam Kota 0.44%

    2 Tarip Sewa Motor 0.36%

    3 Bensin 0.12%

    4 Bawang Merah 0.09%

    5 Mie 0.06%

    MEI

    No. Komoditas Andil

    1 Papan 0.12%

    2 Sewa Rumah 0.07%

    3 Lolosi 0.06%

    4 Baju Kaos Berkerah 0.06%

    5 Cabai Rawit 0.05%

    JUNI

    No. Komoditas Andil

    1 Selar/Tude 0.27%

    2 Mie 0.14%

    3 Rokok Putih 0.08%

    4 Celana Pendek 0.08%

    5 Pakaian Bayi 0.07%Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    48/88

    INFLASI

    Peningkatan tekanan pada komoditas sandang terutama disebabkan oleh dampak

    lanjutan dari kenaikan TTL yang menyebabkan biaya energi di pabrik tekstil meningkat. Di

    samping itu, banyaknya bahan baku tekstil yang berasal dari produk impor juga menyebabkan

    biaya bahan baku meningkat signifikan seiring dolar yang semakin terapresiasi. Kedua faktor ini

    menyebabkan indutri manufaktur khususnya pakaian menyesuaikan harga produknya.

    Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

    Penguatan nilai dolar AS juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti produk obat

    dan elektronik. Selama triwulan laporan, Dollar Amerika terus mengalami apresiasi. Pada Tw II-

    2015, Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika (kurs jual) tercatat sebesar Rp.13.399, dololar

    terapresiasi signifikan sebesar 12,51% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama.

    Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan. Harga emas

    mengalami kenaikan seiring terapresiasinya harga dolar terhadap rupiah Hal ini terkonfirmasi

    dari data harga emas aneka tambang (Antam), dimana harga pembelian emas pada akhir

    triwulan II 2015 adalah Rp.508.000/gr, atau meningkat 1,28% (yoy).

    Sumber : Bank Indonesia

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    49/88

    34

    INFLASI

    Grafik 3.5Pergerakan Harga Emas Internasional

    3.3.2 Non Fundamental

    Volat i le foods

    Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami

    retardasi dari 9,69% (yoy) pada triwulan I menjadi 7,97% (yoy) pada triwulan ini. Secara umum,

    penurunan tekanan inflasi volatile food dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis

    selama 2015 khususnya pada triwulan laporan yang lebih baik daripada tahun 2014. Sesuai

    dengan informasi dari BPS Provinsi Maluku Utara dan Dinas Pertanian Provinsi, produksi beras,

    bawang merah, dan cabai merah pada tahun 2015 diperkirakan meningkat.

    Berkurangnya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan sayur

    mayur seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Pada triwulan laporan

    subkelompok sayur-sayuran mencatatkan deflasi sebesar 7,13% (yoy) setelah pada triwulan

    sebelumnya mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy).

    Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada subkelompok umbi-umbian dan hasil-

    hasilnya khususnya komoditas beras. Meningkatnya panen beras pada sentra-sentra produksi

    di Maluku Utara dan provinsi sekitarnya berhasil mempertahankan stabilitas harga beras

    sehingga inflasi komoditas ini turun dari 6,95% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Kondisi ini juga

    terkonfirmasi dari posisi stok bulog Divre Ternate pada bulan Juni 2015 (sebelum penyaluran)

    yang mencapai 5,6 ribu ton jauh lebih tinggi dari kondisi pada periode yang sama tahun 2014

    yang hanya mencapai 4,5 ribu ton.

    Sumber : World Bank

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    50/88

    INFLASI

    Meredanya tekanan inflasi year on year pada triwulan II juga dipicu oleh menurunnya

    tekanan inflasi pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit warga

    Maluku Utara. Tingkat inflasi kelompok ikan segar pada triwulan laporan turun dari 22,99%

    (yoy) menjadi 14,20% (yoy).

    Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap

    Pelemahan tekanan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya harga rata-rata ikan segar

    dari nelayan pada triwulan II, dapat dilihat pada grafik 3.5. Penurunan harga ikan di pelabuhan

    ini dikarenakan melimpahnya tangkapan dibandingkan triwulan yang lalu. Berdasarkan data

    PIPP tersebut, hasil tangkapan ikan pada triwulan II 2015 dilaporkan mencapai 1754 ton, naik

    sebesar 36% dari triwulan I. Berdasarkan data BMKG, kondisi gelombang laut pada akhir

    triwulan II 2015 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan lalu, yaitu pada kirsaran ketinggian

    1,5 m 2 m. Kondisi gelombang ini cukup konduisif bagi peningkatan hasil tangkapan ikan

    tertentu seperti ikan tongkol dan ikan lolosi.

    Adm inistered Pr ices

    Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2015

    tercatat meningkat dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy). Penyesuaian harga BBM

    bersubsidi di penghujung triwulan pertama menyebabkan peningkatan pada tekanan inflasi

    kelompok ini. Dengan kenaikan harga premium dan solar pada bulan Maret, inflasi komoditas

    bensin pada akhir triwulan II-2015 mengalami peningkatan dari 6,29% (yoy) menjadi 12,82%

    (yoy). Demikian pula dengan inflasi solar yang naik dari 17,54% (yoy) menjadi 25,45% (yoy).

    Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    51/88

    36

    INFLASI

    Grafik 3.8Pergerakan harga Premium dan Solar

    Selain berdampak langsung pada kenaikan komoditas bensin dan solar, peningkatan

    pada kelompok ini turut meningkatkan harga komoditas administered prices lainnya yakni

    subkelompok transport. Kenaikan terjadi pada tarif angkutan dalam kota dan sewa sepeda

    motor (ojek) yang merupakan moda transportasi darat preferensi utama masyarakat Maluku

    Utara.

    Fluktuasi harga BBM berpotensi menyebabkan dampak lanjutan yang signifikan.

    Dampak penyesuaian harga komoditas terkait fluktuasi bahan bakar cenderung inelastis ke

    atas. Sebagai contoh, ketika harga BBM turun, komoditas tarif angkutan dalam kota di lapangan

    tidak mengalami banyak perubahan Kondisi berbeda ketika harga BBM dinaikkan, komoditas

    tersebut dengan cepat merespon melalui kenaikan tarif yang langsung diikuti dengan kenaikan

    harga bahan makanan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu lebih tegas dalam

    menerapkan kebijakan perubahan tarif pasca perubahan harga BBM.

    3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara

    Selama triwulan II 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara

    dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain

    untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan

    Sumber: Pertamina, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    52/88

    INFLASI

    untuk merumuskan program-program TPID dalam rangka menahan lonjakan inflasi saat bulan

    puasa dan Idul Fitri.

    No Koordinator Kegiatan

    1 TPID Kota Ternate

    Dipimpin langsung Walikota

    Ternate

    Sidak harga dan stok pangan ke pasar-pasar di Ternate

    2 Disperindag Kota Ternate Pasar Murah dan bazar sembako

    3 TPID Kota Ternate Himbauan walikota Ternate kepada masyarakat untuk

    tidak berbelanja secara berlebihan melalui media massa

    cetak dan elektronik. Konferensi pers dipimpin langsung

    oleh Walikota Ternate.

    4 TPID Provinsi Maluku Utara Himbauan tokoh agama kepada pedagang dan

    masyarakat agar tidak melakukan penimbunan barang dan

    aktivitas spekulasi harga

    5 Bank Indonesia Fasilitasi pertemuan petani klaster bawang dan cabai

    merah di Halmahera Timur dengan asosiasi pemasok Kota

    Ternate

    Tabel 3.6Program Pengendalian Inflasi Puasa Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate

    Adapun langkah strategis jangka panjang yang dilakukan untuk mengendalikan gejolak

    harga kebutuhan pokok adalah meningkatkan koordinasi antar kabupaten kota dalam

    mengelola dan mendistribusikan produksi bahan pangan strategis sehingga dapat mengurangi

    ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari provinsi lain. Langkah awal dari

    strategi ini telah ditempuh dengan kegiatan roadshow TPID Kota Ternate ke Kabupaten

    Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Halmahera Tengah. Pada kegiatan ini selain

    sosialisasi dan koordinasi antar pemda juga sekaligus mempertemukan petani dari sentra

    produksi dengan pedagang dari Ternate. Sementara itu, TPID Provinsi Maluku Utara melalui

    Disperindagprov juga mulai mensosialisasikan pentingnya TPID ke beberapa Kabupaten.Strategi tersebut sudah membuahkan hasil. Saat ini, TPID Tidore sudah terbentuk dan TPID

    Kabupaten Halmahera Timur sedang dalam proses pembentukan.

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    53/88

    38

    INFLASI

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    54/88

    39

    Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada

    triwulan II-2015 menunjukkan kinerja yang positif. Fungsi

    intermediasi perbankan juga berada pada level yang

    tinggi yang disertai dengan peningkatan kredit dan DPK.

    Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor

    korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang

    terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level

    yang rendah pada kedua kelompok tersebut.

    4 KINERJAPERBANKAN&

    Pertumbuhan

    DPKYoyTw II

    Penyaluran kredit

    Yo Y Tw II

    16,44%

    12,63%

    PEKEMBANGAN SITEM PEMBAYARAN

    Pantai Sulamadaha, Ternate

    Courtesy : jalan2.com

    Kinerja positif sektor perbankan & transaksi

    tunai mengalami net out f low

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    55/88

    40

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    4.1 Kinerja Perbankan

    4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan

    Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar

    Rp7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset sebesar

    9,97% (yoy). Kondisi ini seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang

    diimbangi dengan penurunan NPL.

    Grafik 4.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)

    Dari segi kepemilikan, bank milik pemerintah maupun swasta mengalami peningkatan

    pertumbuhan. Bank milik pemerintah tercatat tumbuh 12,73% (yoy) lebih tinggi dari

    pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Begitu juga dengan bank milik

    swasta yang tumbuh meningkat dari 3,41% (yoy) menjadi 6,79% (yoy).

    Berdasarkan jenis operasinya, volume usaha perbankan konvensional dan syariah

    sama-sama menunjukan peningkatan kinerja. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh

    meningkat dari 9,97% (yoy) menjadi 11,98% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh

    melambat dari 9,91% (yoy) menjadi 9,78% (yoy).

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    56/88

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    4.1.2 Intermediasi Perbankan

    Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada

    triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59%

    (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkanpertumbuhan pada triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).

    Grafik 4.2Perkembangan DPK (miliar rupiah)

    Peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada triwulan laporan,

    jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau tumbuh

    meningkat dari 1,99% (yoy) menjadi 8,94% (yoy). Masuknya THR dan gaji ke -13 ke rekening

    masyarakat Malut khususnya PNS pada akhir Juni 2015 menjadi faktor utama pendorong

    pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan

    simpanan tabungan milik individu dari sebelumnya menyusut 1,29% (yoy) menjadi 3,63% (yoy).

    Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapaiRp1,33 triliun, meningkat sebesar 5,60% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

    tahunan, deposito masih tumbuh tinggi yakni mencapai 29,36% (yoy), namun sedikit lebih

    rendah dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 21,27% (yoy). Melambatnya pertumbuhan

    deposito disebabkan oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri para pelaku usaha baik

    BUMN, lembaga keuangan nonbank, maupun swasta non lembaga keuangan. Deposito milik

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    57/88

    42

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    individu juga tumbuh melambat dari 22,21% (yoy) menjadi 17,52% (yoy) seiring meningkatnya

    konsumsi masyarakat jelang lebaran khususnya untuk pengeluaran besar seperti renovasi

    rumah dan pembelian kendaran baru.

    Simpanan giro juga tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan jumlah

    simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,84 triliun, tumbuh melambat dari

    25,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,69% (yoy). Perlambatan juga dipengaruhi

    oleh meningkatnya penggunaan giro milik individu untuk keperluan biaya operasional usahanya.

    Sementara itu giro milik pemda yang menguasai 37,68% simpanan giro di Maluku Utara tumbuh

    melambat dari 52,10% (yoy) menjadi 9,08% (yoy).

    Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku

    Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau meningkat 4,33% (qtq). Secara

    tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

    mencapai 10,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya

    kembali aktivitas di sektor pertambangan serta perkembangan sektor perdagangan dan sektor

    industri pengolahan yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Di samping itu, persepsi pelaku

    usaha mengenai perekonomian lokal yang juga turut mempengaruhi perkembangan kredit pada

    triwulan laporan.

    Dari jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit

    modal kerja yang tumbuh meningkat dari 7,09% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,37%

    (yoy) pada triwulan II-2015. Peningkatan terutama terjadi kredit untuk sektor perdagangan

    besar dan eceran seiring masih tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Meningkatnya

    intensitas konsumsi masyarakat, kenaikan harga barang-barang impor, serta meningkatnya

    perdagangan antar pulau memicu kenaikan kebutuhan modal para pelaku sektor pedagangan

    di Maluku Utara. Kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran yang menguasai 70,32%

    kredit produktif perbankan Maluku Utara, tercatat tumbuh 11,77% (yoy) pada triwulan II-2015

    setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,96% (yoy).

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    58/88

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    Grafik 4.3Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)

    Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan

    masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada

    triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit

    investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya

    kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara.

    Di lain sisi, kredit konsumsi yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit,

    tercatat tumbuh 14,08% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit melambat dari pertumbuhan pada

    triwulan sebelumnya yang mencapai 14,21% (yoy). Perlambatan dipicu oleh kontraksi pada

    KPR, kredit kendaraan bermotor, dan kredit elektronik. Suku bunga jenis kredit tersebut masih

    tinggi bahkan ada yang menunjukan peningkatan. Perbankan masih menilai bahwa profil risiko

    pada saat ini cukup tinggi sehingga belum menurunkan suku bunga kreditnya.

    Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui

    tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 87,04%.

    Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan IV-2014 yang mencapai

    90,59%.

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    59/88

    44

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    Grafik 4.4Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

    4.1.3 Perkembangan Bank Syariah

    Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,11% dari seluruh

    perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena

    masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah.

    Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal

    masyrakat.

    Seiring dengan kinerja perbankan secara umum yang mengalami peningkatan

    dibandingkan triwulan sebelumnya, perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif

    diiringi dengan terakselerasinya pertumbuhan di beberapa aspek. Aset perbankan syariah di

    Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp370,83 miliar. Secara tahunan, volume

    usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,78% (yoy), lebih rendah dari triwulan

    sebelumnya yang tumbuh 9,91% (yoy) seiring turunnya penyaluran dana oleh kelompok

    tersebut.

    Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan II-2015

    tercatat Rp325,48 miliar atau meningkat 6,45% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan,

    DPK perbankan syariah tumbuh 17,39% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    60/88

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    sebelumnya yang mencapai 16,40% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh

    meningkatnya pertumbuhan deposito.

    Deposito syariah tercatat tumbuh 43,28% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan

    sebelumnya 11,88% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito syariah ditengarai dipicu oleh

    tingginya ratebagi hasil pada simpanan jenis ini.

    Di lain sisi, tabungan syariah tumbuh 8,03% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah

    dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,79% (yoy). Warga Malut yang memiliki

    tabungan pada kelompok bank ini banyak menggunakan dananya untuk pembayaran biaya

    ibadah haji dan keperluan sehari-hari khususnya selama bulan puasa dan Idul Fitri.

    Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan

    sebelumnya, melambat dari 81,94% (yoy) menjadi 22,17%. Sama halnya dengan tabungan,

    perlambatan giro lebih disebabkan banyaknya penggunaan dana milik sendiri untuk keperluan

    rumah tangga dan usaha.

    Grafik 4.5Perkembangan Bank Syariah

    Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan II-2015

    tercatat sebesar Rp197,56 miliar, meningkat 0,28% (qtq). Pembiayaan syariah turun 1,39%

    (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 0,64% (yoy).

    Perlambatan terutama dipengaruhi oleh pembiayaan konsumtif yang mengalami kontraksi

    sebesar 17,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun sebesar 12,25% (yoy).

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    61/88

    46

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    Penyusutan pembiayaan syariah ini masih dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran

    pembiayaan untuk kepemilikan rumah.

    Sementara itu, pembiayaan produktif masih tumbuh positif sebesar 32,05% (yoy) lebih

    tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,31% (yoy). Akselerasi ini disebabkan

    oleh meningkatnya pembiayaan modal kerja sebesar 49,77% (yoy) seiring membaiknya kinerja

    beberapa sektor utama.

    Melambatnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank

    syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan jika

    dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2015

    angka FDR sebesar 64,43%, maka pada triwulan laporan angka FDR turun ke level 60,70%.

    Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finances (NPFs) mengalami penurunan

    dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 4,51% pada triwulan laporan.

    Peningkatan NPF ini didorong oleh turunnya kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan

    dan sektor perdagangan besar dan eceran.

    4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat

    Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

    di Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari

    meningkatnya pertumbuhan Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan triwulan

    sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 43,03% (yoy) lebih tinggi dari triwulan

    sebelumnya sebesar 42,78% (yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dan

    penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.

    Grafik 4.6Perkembangan BPR/BPRs

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    62/88

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,36 miliar atau tumbuh 31,32% (yoy),

    lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan

    laporan masing-masing mencapai 51,13% (yoy) dan 7,88% (yoy) meningkat dibandingkan pada

    triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 49,81% (yoy) dan 5,09% (yoy).Meningkatnya pertumbuhan simpanan di BPR/BPRS dipicu oleh penawaran tingkat suku bunga

    yang menarik serta gencarnya BPR/BPRS dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

    Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil

    mencatatkan kredit sebesar Rp41,04 miliar atau tumbuh 42,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

    sebelumnya yang tumbuh 42,60% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan kredit

    terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran

    4.2 Stabilitas Sistem Keuangan

    4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga

    Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga

    masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan

    perkembangan Non Performing Loan(NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas

    aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai

    menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah daritriwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%.

    Grafik 4.7Perkembangan NPL Perbankan

    Sumber : LBU, diolah

  • 7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf

    63/88

    48

    PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

    Membaiknya risiko kredit berasal dari meningkatnya ketahanan sektor rumah tangga.

    Rasio NPL untuk kredit yang disalurkan untuk penggunaan konsumtif pada triwulan laporan

    sangat rendah yakni pada level 0,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya 0,79%.